TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2012"

Transkripsi

1 TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 202 KEMENTERIAN KESEHATAN PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 203

2 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Indonesia pada tahun 202 mengalami berbagai kejadian bencana yang menimbulkan krisis kesehatan. Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam tiga tahun terakhir, sejak tahun terjadi 05 kali kejadian bencana di Indonesia. Tahun 200 terjadi 35 kejadian, 20 dengan 2 kejadian dan 489 kejadian bencana di tahun 202. Tingginya angka kejadian bencana ini menggambarkan tingkat kerawanan bencana di Indonesia. Ini terjadi karena kondisi geografis, geologis, hidrologis, demografis serta akibat pengaruh perubahan iklim di Indonesia. Bila dikelompokkan secara khusus bencana alam maka untuk tahun 200 terjadi 20 kejadian, tahun 20 terjadi 89 kejadian dan tahun 202 terjadi 234 kejadian. Dari data tersebut sangat beralasan bila United Nations International Stategy for Disaster Reduction (UNISDR ; Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana), pada tahun 20, menempatkan Indonesia menjadi negara rawan bencana alam di dunia. Untuk beberapa jenis bencana alam, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang menjadi korban meninggal akibat bencana alam. Berdasarkan daftar peringkat UNISDR terhadap jumlah korban pada 4 jenis bencana alam yang meliputi tsunami, tanah longsor, banjir dan gempa bumi menempatkan Indonesia sebagai negara yang tidak luput dari berbagai kejadian bencana alam. Berikut rincian jumlah korban pada 4 jenis bencana alam di beberapa negara :

3 Tabel. Jumlah Korban Bencana di Beberapa Negara Berdasarkan Jenis Bencana No JENIS BENCANA NEGARA JUMLAH KORBAN (orang) Tsunami Indonesia Jepang Bangladesh India Filipina Tanah Longsor Gempa Bumi Banjir Indonesia India Cina Filipina Ethiopia Jepang Filipina Indonesia Cina Taiwan Bangladesh India Cina Vietnam Kamboja Indonesia Pada Konferensi Tingkat Menteri NegaraNegara Asia ke5 Dalam Pengurangan Risiko Bencana (The 5th Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (AMCDRR)) yang berlangsung di Yogyakarta, menghasilkan Deklarasi Yogyakarta dalam Pengurangan Risiko Bencana di Asia Pasifik 202. Deklarasi Yogyakarta mengandung tujuh butir inti kesepakatan sebagai berikut, () mengintegrasikan upaya pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim dalam program

4 pembangunan nasional, (2) melakukan kajian terhadap risiko finansial di tingkat lokal, (3) menguatkan tata kelola risiko dan kemitraan di tingkat lokal, (4) membangun ketangguhan masyarakat, (5) mengindentifikasi halhal yang akan dicapai pasca Hyogo Framework for Action (HFA) 205, (6) mengurangi faktorfaktor yang menjadi akar risiko bencana, dan (7) mengimplementasikan isuisu lintas sektor dalam Kerangka Kerja Hyogo (Hyogo Framework of Action (HFA)). Sesuai dengan perubahan paradigma penanggulangan bencana yang menitikberatkan pada upaya sebelum terjadi bencana dengan pengurangan risiko bencana Pemerintah Indonesia juga telah menyusun Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (Renas PB) yang merupakan dokumen perencanaan berjangka waktu 5 tahun yang disusun berdasarkan amanat Pasal 3536 UndangUndang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. UndangUndang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 82 menjelaskan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada keadaan bencana. Upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana meliputi upaya pada tahap pra bencana (pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan), upaya pada saat bencana (mobilisasi sumber daya dan logistik) dan upasa pasca bencana (pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi) menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Upayaupaya tersebut diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Dalam pelaksanaannya, sebagaimana dituangkan dalam Kepmenkes No. 876 Tahun 2006 mengenai Kebijakan dan Strategi Nasional tentang Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain, upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana lebih difokuskan pada upaya sebelum terjadinya bencana, dengan strategi pada peningkatan upaya prabencana berupa pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Keputusan Menkes RI No. Kementerian Kesehatan RI HK.03.0/60/I/200 tentang Rencana Strategis Tahun juga memuat tentang upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana berupa upaya penguatan kapasitas masyarakat dalam manajemen bencana dan manajemen krisis kesehatan sebagai salah satu dari 8 prioritas pembangunan kesehatan.

5 Pusat Penanggulangan Kementerian Kesehatan telah melaksanakan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Sasaran program yaitu meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan manajemen penanggulangan krisis kesehatan. Salah satu indikator tercapainya sasaran hasil pada tahun 204 adalah jumlah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dengan kriteria memiliki petugas terlatih dalam manajemen dan teknis penanggulangan krisis kesehatan (Manajemen Bencana, Tim Reaksi Cepat dan RHA, Pengelolaan Data dan Informasi, Penggunaan Alat Komunikasi Bencana untuk Penangulangan Krisis Kesehatan dan Penyusunan Rencana Kontinjensi) dan memiliki sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan (Emergency Kit, Personal Kit dan Alat Pengolah Data) sebanyak 300 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sampai tahun 202 jumlah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang telah memiliki kemampuan tanggap darurat dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sebanyak 200 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Salah satu unsur penting dalam upaya membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan adalah dengan mengevaluasi dan mengambil pelajaran penting dari kegiatan atau sistem penanggulangan krisis kesehatan yang sudah dilakukan selama ini. Kekuatan dan kelemahan maupun keberhasilan dan kekurangan dalam penanggulangan krisis kesehatan yang telah dilakukan akan menjadi pelajaran penting untuk pelaksanaan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang lebih baik di masa yang akan datang. Sebagai bahan pembelajaran dari kejadian krisis kesehatan yang telah terjadi diperlukan datadata dan informasi terkait, antara lain informasi mengenai jenis bencana dan frekuensinya, jumlah korban, fasilitas kesehatan yang rusak serta upayaupaya yang telah dilakukan baik pada pra bencana, saat tanggap darurat maupun pasca bencana. Diharapkan datadata tersebut dapat memberikan gambaran kekuatan dan kelemahan setiap daerah, sehingga dapat dijadikan bahan masukan untuk pengambil kebijakan dalam rangka peningkatan penanggulangan krisis kesehatan untuk pengurangan risiko krisis kesehatan. upaya

6 2. Tujuan A. Tujuan umum: Tersedianya informasi kejadian dan upaya penanggulangan krisis kesehatan tahun 202 B. Tujuan khusus: Tersedianya informasi : a. Krisis Kesehatan di Indonesia tahun 202 meliputi frekuensi kejadian bencana, korban (meninggal, hilang, luka/dirawat, dan pengungsi) serta fasilitas kesehatan yang rusak berdasarkan jenis bencana dan provinsi. b. Upaya penanggulangan krisis kesehatan oleh Kementerian Kesehatan di tingkat nasional baik pada pra bencana, saat tanggap darurat maupun pasca bencana serta permasalahannya. c. Upaya penanggulangan krisis kesehatan oleh Kementerian Kesehatan di tingkat internasional baik pada pra bencana dan saat tanggap darurat. 3. Dasar Hukum a. UndangUndang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Tahun 2009 tentang Penanggulangan Bencana. b. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 36 Kesehatan. c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 2 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. d. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana e. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing NonPemerintah dalam Penanggulangan Bencana.

7 f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 44/MENKES/PER/VIII/200 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 3/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional. h. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 064/MENKES/SK/II/2006 tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana. i. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 876/MENKES/SK/XI/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain. j. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 45/MENKES/SK/I/2007 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan. 4. Ruang Lingkup Tinjauan penanggulangan krisis kesehatan tahun 202 membahas tentang krisis kesehatan akibat bencana di Indonesia dan upaya penanggulangannya baik pada saat pra krisis kesehatan, saat tanggap darurat krisis kesehatan maupun pasca krisis kesehatan, yang terjadi selama tahun 202 serta peran Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan. Informasi yang disajikan mencakup:. Frekuensi kejadian krisis kesehatan berdasarkan jenis bencana; 2. Korban dan pengungsi yang meliputi korban meninggal, hilang, luka/dirawat; 3. Kerusakan fasilitas kesehatan; 4. Upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait ; 5. Permasalahan; 6. Peran Kementerian Kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan di luar negeri serta kegiatankegiatan internasional.

8

9 BAB III GAMBARAN KRISIS KESEHATAN NASIONAL TAHUN 202 Berbagai macam kejadian bencana terjadi di Indonesia selama tahun 202, baik berupa bencana alam, bencana non alam maupun bencana sosial. Berikut adalah data kejadian bencana di Indonesia selama tahun 202 serta permasalahan kesehatan yang terjadi. 3. Frekuensi Kejadian Bencana Jumlah total kejadian bencana yang terjadi selama tahun 202 sebanyak 489 kejadian. Bencana alam merupakan bencana yang paling sering terjadi bila dibandingkan dengan bencana non alam dan bencana sosial. Jenis bencana alam yang paling sering terjadi adalah bencana banjir. Bencana banjir merupakan kejadian bencana dengan frekuensi tertinggi yang tersebar di 32 Provinsi. Dari 33 provinsi, provinsi dengan frekuensi kejadian bencana tertinggi adalah Provinsi... yaitu sebanyak... kejadian. Bila dilihat dari peta frekuensi kejadian bencana, provinsi yang paling sering dilanda bencana adalah provinsi Jawa Timur. Akan tetapi untuk wilayahregional yang paling banyak terkena bencana adalah Regional Sulawesi Selatan. Proporsi kejadian tertinggi di Prov. Jawa Timur (5,54%) kemudian Jawa Timur (0,22%), Jawa Tengah (9,82%) dan DKI Jakarta (7,77%). Peta 3. Peta Frekuensi Kejadian Bencana Keterangan : (frekuensi kejadian) 9

10 >25 kali 25 kali 0 kali 0 Grafik 3. Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Regional 5 SUB REGIONAL PAPUA 83 REGIONAL SULAWESI SELATAN 8 REGIONAL SULAWESI UTARA 28 REGIONAL KALIMANTAN SELATAN 30 REGIONAL BALI 50 REGIONAL JAWA TIMUR 53 REGIONAL JAWA TENGAH 40 REGIONAL DKI JAKARTA REGIONAL SUMATERA SELATAN SUB REGIONAL SUMATERA BARAT REGIONAL SUMATERA UTARA Grafik 3.2 Proporsi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana 0

11 Grafik 3.3 Trend Kejadian Krisis Kesehatan Per Bulan pada Tahun Grafik 3.4 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana 5 Tersambar Petir Longsor sampah 4 4 Ledakan akibat Gas Keracunan/KLB Kecelakaan Transportasi Gempa Bumi Gelombang Besar 2 Banjir,Angin Siklon Tropis & Pasang Air Laut Banjir dan Tanah Longsor 2 Banjir Bandang & Angin Siklon Tropis Banjir Abrasi Air Laut

12 3.2 Korban dan Pengungsi 3.2. KorbanMeninggaldanHilang Total korbanmeninggalakibatkrisiskesehatansebanyak630 orang, yang terdiridari392 akibatbencana non alam, 73 orang akibatbencanaalamdan65 orang akibatbencanasosial. Korbanmeninggal paling banyakberada di Regional JawaTimur. Grafik3.6 Proporsi Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Bencana 0% 25% 65% BENCANA ALAM BENCANA NON ALAM /. Grafik3.7 Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Regional 0 SUB REGIONAL PAPUA REGIONAL SULAWESI SELATAN REGIONAL SULAWESI UTARA REGIONAL KALIMANTAN SELATAN REGIONAL BALI REGIONAL JAWA TENGAH REGIONAL JAWA TENGAH REGIONAL DKI JAKARTA SUB REGIONAL SUMATERA SELATAN SUB REGIONAL SUMATERA BARAT REGIONAL SUMATERA UTARA

13 Grafik 3.8 Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Bencana Tersambar Petir 6 Longsor sampah Konflik Sosial 22 4 Kegagalan Teknologi Kebakaran 3 Gelo ba g Besar & A gi Siklo 3 6 Banjir Lahar Dingin Banjir Bandang 9 23 Angin Siklon Tropis Kecelakaan Transportasi menyebabkan korban meninggal terbanyak yaitu 34 korban, disusul dengan kebakaran sebanyak 88 korban, konflik sosial 65 korban dan tanah longsor sebanyak 54 orang. Korban meninggal terbanyak terdapat di provinsi Jawa Barat dengan jumlah korban sebanyak 33 orang (9,70 %) Grafik 3.9 Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Provinsi

14 Sumatera Utara 39 Sumatera Barat Sulawesi Tenggara 6 Sulawesi Selatan Papua 0 Nusa Tenggara Barat 6 Maluku Kepulauan Riau Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Jawa Tengah 5 Gorontalo 9 8 Banten Aceh Pada tahun 202 jumlah korban hilang tertinggi diakibatkan oleh kecelakaan transportasi. Korban hilang terbanyak yaitu 75 orang yang disebabkan oleh kecelakaan transportasi. Grafik 3.0 Jumlah Korban Hilang Berdasarkan Jenis Bencana Tanah Longsor Konflik Sosial Keracunan/KLB Kegagalan Teknologi Kecelakaan Transportasi Gelombang Besar Ba jir,a gi Siklo Tropis & Pasa g Banjir Lahar Dingin Banjir dan Tanah Longsor Banjir Bandang Banjir Angin Siklon Tropis

15 Korban hilang terbanyak di Prov. Bantensebanyak 00 orang (39 %). Grafik3. Jumlah Korban Hilang Berdasarkan Provinsi 5 Sulawesi Tenggara 7 Sulawesi Barat 2 Nusa Tenggara Barat 5 Maluku Utara 35 Maluku 5 Lampung 28 Kalimantan Timur 5 Kalimantan Selatan 2 Jawa Timur 64 Jawa Barat 4 Jambi DKI Jakarta 00 Banten 8 Aceh Korban LukaBerat/Rawat Inap Total korbanlukaberat/rawatinapsebanyak2.338 orang denganrincian 865 orang akibatbencana non alam, 87 orang akibatbencanaalamdan 2 orang akibatbencanasosial. 3

16 Grafik3.2 Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana 2% 4% 74% BENCANA ALAM BENCANA NON ALAM BENCANA SOSIAL Grafik 3.3 Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Regional 25 SUB REGIONAL PAPUA 343 REGIONAL SULAWESI SELATAN 52 REGIONAL SULAWESI UTARA 2 REGIONAL KALIMANTAN SELATAN 77 REGIONAL BALI 566 REGIONAL JAWA TENGAH 0 REGIONAL JAWA TENGAH 659 REGIONAL DKI JAKARTA 45 SUB REGIONAL SUMATERA SELATAN 92 SUB REGIONAL SUMATERA BARAT 57 REGIONAL SUMATERA UTARA

17 Grafik 3.4 Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana Tersambar Petir 4 Tanah Longsor 7 Ledakan Bom 2 Ledakan akibat Gas 269 Konflik Sosial,030 Keracunan/KLB 546 Kecelakaan Transportasi 29 Kebakaran 82 Gempa Bumi 36 Banjir Lahar Dingin 2 Banjir dan Tanah Longsor Banjir Bandang dan Tanah Longsor 94 Banjir Bandang 25 Banjir ,000,200 Grafik 3.5 Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Provinsi 5

18 83 Sumatera Utara Sumatera Selatan Sumatera Barat Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Riau Papua Barat Papua Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Maluku Utara Maluku Lampung Kepulauan Riau Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Barat Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Jambi Gorontalo DKI Jakarta Daerah Istimewa Yogyakarta Banten Bali Aceh Sumber : Data KejadianBencanaPusatPenanggulanganKrisisKesehatanTahun 202 6

19 Grafik 3.6 Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana Tersambar Petir Tanah Longsor Longsor sampah Ledakan Bom Ledakan akibat Gas Konflik Sosial Keracunan/KLB Kegagalan Teknologi Kecelakaan Transportasi Kebakaran Gempa Bumi Erupsi Gunung Api Banjir Lahar Dingin Banjir dan Tanah Longsor Banjir Bandang dan Tanah Longsor Banjir Bandang & Angin Siklon Tropis Banjir Bandang Banjir Angin Siklon Tropis ,624, , ,000,500 2,000 2,500 Grafik 3.7 Proporsi Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana 7

20 24% 49% 27% BENCANA ALAM BENCANA NON ALAM BENCANA SOSIAL Grafik3.8 Jumlah Korban Luka Ringan/Dirawat Jalan Berdasarkan Regional 65 REGIONAL SULAWESI SELATAN 52 REGIONAL SULAWESI UTARA 95 REGIONAL KALIMANTAN SELATAN 299 REGIONAL BALI 277 REGIONAL JAWA TENGAH 88 REGIONAL JAWA TENGAH 3866 REGIONAL DKI JAKARTA 85 SUB REGIONAL SUMATERA SELATAN 74 SUB REGIONAL SUMATERA BARAT 600 REGIONAL SUMATERA UTARA

21 Grafik3.9 Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Provinsi 29 Sumatera Selatan 74 Sumatera Barat 3 Sulawesi Utara 8 Sulawesi Tenggara 232 Sulawesi Tengah 55 Sulawesi Selatan 98 Sulawesi Barat Riau Papua Barat Papua 24 Nusa Tenggara Timur 27 Nusa Tenggara Barat 25 Maluku Utara 2 Maluku 802 Lampung 4 Kepulauan Riau 38 Kalimantan Timur 57 Kalimantan Selatan 22 Kalimantan Barat 277 Jawa Timur 47 Jawa Tengah 044 Jawa Barat 56 Jambi 24 Gorontalo 757 DKI Jakarta 4 Daerah Istimewa Yogyakarta 24 Banten 4 Bali 40 Aceh Pengungsi Total pengungsiakibatbencanayaitu74.7 orang dengan pengungsi terbanyak akibat kejadian banjir yaitu orang. Sebanyak.394 orang merupakan korban banjir di DKI Jakarta 9

22 Grafik 3.20 Proporsi Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana Grafik 3.2 Jumlah Pengungsi Berdasarkan Regional 20

23 88 Tanah Longsor 3958 Konflik Sosial 3000 Keracunan/KLB 2 Kecelakaan Transportasi 830 Kebakaran 5737 Gempa Bumi Gelombang Besar 93 Erupsi Gunung Api 428 Banjir Lahar Dingin 039 Banjir dan Tanah Longsor 5268 Banjir Bandang Banjir 066 Angin Siklon Tropis Jumlah pengungsi tertinggi di Provinsi Sumatera Barat yaitu sebanyak orang. Sebanyak (99,95%) di antaranya akibat banjir di Kab. Pesisir Selatan Prov. Sumatera Barat pada tanggal 3 November 20. 2

24 Grafik 3.22 Jumlah Pengungsi Berdasarkan Provinsi Sulawesi Utara 480 Sulawesi Tengah 453 Sulawesi Selatan Papua Barat 506 Papua 02 Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat 65 Maluku Utara Maluku Lampung 28 Kepulauan Riau Kalimantan Timur 2574 Kalimantan Tengah 064 Kalimantan Selatan 392 Kalimantan Barat Jawa Timur 4395 Jawa Tengah 527 Jawa Barat 793 Jambi 360 Gorontalo 540 DKI Jakarta 629 Banten 2 Bali 850 Aceh

25 Grafik3.23 Jumlah Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana 88 Tanah Longsor 3,958 Konflik Sosial 3,000 Keracunan/KLB 2 Kecelakaan Transportasi 8,30 Kebakaran 5,737 Gempa Bumi Gelombang Besar Erupsi Gunung Api 93 Banjir Lahar Dingin 428 0,39 Banjir dan Tanah Longsor 5,268 Banjir Bandang 34,454 Banjir,066 Angin Siklon Tropis 0 5,000 0,0005,00020,00025,00030,00035, KERUSAKAN FASILITAS KESEHATAN Total fasilitas kesehatan yang rusak akibat kejadian bencana pada tahun 202 adalah 49 unit. Fasilitaskesehatan yang rusak paling banyakadalahpuskesmaspembantu (Pustu) sebanyak32 unit (65,3%). 23

26 Grafik 3.24 Proporsi Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Rusak Akibat Bencana Tahun 202 4% 4% 8% 9% 65% Puskesmas Puskesmas Pembantu Jumlah fasilitas kesehatan yang rusak terbanyak disebabkan oleh kejadian Gempa Bumi yaitu 39 unit, kejadian terjadi di Provinsi Aceh. Grafik 3.25 Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana 2 Konflik Sosial Banjir bandang Angin Putting Beliung 3 Banjir Bandang 2 Banjir Longsor 2 Angin Ribut 39 Gempa Bumi

27 Grafik 3.26 Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Regional 3 Regional Sulawesi Utara Regional Sulawesi Selatan 2 Regional Bali 4 Regional Jawa Timur 2 Regional Jawa Tengah 39 Regional Sumatera Utara Jumlah fasilitas kesehatan yang rusak terbanyak di Provinsi NTT dibandingkan dengan provinsi lainnya yaitu sebanyak 4 unit yang disebabkan banjir di Kab. Belu NTT yang terjadi pada tanggal 27 Maret 20. Grafik 3.27 Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Provinsi 25

28 2 Maluku Utara Gorontalo Sulawes Selatan 2 NTB 4 Jawa Timur 2 Jawa Tengah 39 Aceh Tabel3. Fasilitas Kesehatan yang Rusak Berdasarkan Jenis Bencana Banjir 4 7 Polindes/ Poskesdes 5 2 Tanah Longsor 3 KecelakaanTransportasi 4 BanjirBandang AnginSiklonTropis 6 Konflik 7 Kebakaran 8 LetusanGunungApi KLB keracunanmakanan/diare 0 GempaBumi LedakanBom 2 KegagalanTeknologi 3 GelombangPasang 4 KecelakaanIndustri No Jenis Bencana RS Puskesmas Pustu Rumah Dinas Jumlah 26

29 5 Banjir Lahar Dingin 2 6 Banjirdan Tanah Longsor 7 Tsunami 8 Tersambarpetir JUMLAH 27

30 BAB IV UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN Upaya penanganan krisis kesehatan harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu mulai dari pra krisis kesehatan, pada saat terjadinya krisis kesehatan dan pasca krisis kesehatan. Tahapantahapan penanganan krisis kesehatan yang dimulai dari waktu sebelum terjadinya krisis kesehatan berupa dengan kegiatan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Pada saat terjadinya krisis kesehatan berupa kegiatan tanggap darurat dan selanjutnya pada saat telah terjadinya bencana berupa kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Gambar Siklus Krisis Kesehatan 4. UPAYA PRA KRISIS KESEHATAN Manajemen penanggulangan krisis kesehatan meliputi upaya pra krisis kesehatan, saat tanggap darurat krisis kesehatan, serta pasca krisis kesehatan. Upaya pra krisis kesehatan yang meliputi mitigasi dan kesiapsiagaan merupakan tahap kegiatan yang sangat penting. Keberhasilan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana pada tahap tanggap darurat sangat ditentukan oleh upaya mitigasi dan kesiapsiagaan yang telah dilakukan. Upaya mitigasi dan kesiapsiagaan yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 202 dalam menghadapi krisis kesehatan akibat bencana antara lain: penyusunan kebijakan, pedoman peningkatan kapasitas petugas kesehatan, pengembangan sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan, penyiapan logistik kesehatan, pemetaan kesiapsiagaan serta penyiapan anggaran penanggulangan krisis kesehatan. 35

31 4.. Penyusunan Kebijakan/Pedoman Salah satu Tugas pokok dan fungsi Kementerian Kesehatan adalah menyusun pedoman/kebijakan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.tahun 202 telah dilakukan penyusunan kebijakan/pedoman/modul terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sebanyak 3 buah terdiri dari pedoman, Standar Operasional Prosedur (SOP), Peraturan, Modul, Poster dan Leaflet, dimana 8 diantaranya merupakan produk Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, sedangkan 23 lainnya masingmasing dari Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa, Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Pusdokkes POLRI. Pada tahun 202 juga dilakukan pencetakan dan penterjemahan buku oleh Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO, yaitu buku Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam Situasi Bencana, buku Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Letusan Gunung Merapi 200 dan buku Profil Penanggulangan Kesiapsiagaan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 200. Tabel Kebijakan/Pedoman/Modul Yang Disusun Pada Tahun 202 No Unit Kerja Kebijakan/Pedoman/Modul Keterangan Pedoman Penilaian Kerusakan dan Kerugian Bidang Kesehatan Dalam Proses Penetapan Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Bagi Kader Pemberdayaan Masyarakat Pusat Penanggulangan Pelembagaan Pusat Krisis Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional (PPKK) Review Pedoman Emergency Nursing SOP Bagian Tata Usaha PPKK SOP Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan SOP Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan 36

32 No Unit Kerja Kebijakan/Pedoman/Modul Keterangan SOP Bidang Pemantauan dan Informasi 2 Pusdokkes POLRI Pedoman tentang Penatalaksanaan Disaster Victim Identification (DVI) Bagi Polri (Edisi Revisi) Nomor : PL/002/VI/200/Pusdokkes Peraturan KAPOLRI Nomor 7 Tahun 2009 tentang penanggulangan bencana Pedoman Penggunaan Insektisida 3 Direktorat P2B2 Leaflet Pengendalian Vektor Permenkes no. 374/Menkes/Per/III/ Direktorat Bina Gizi Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana Dikirim ke 33 propinsi Standar antropometri Penilaian Pertumbuhan anak Dikirim ke 33 propinsi Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak Bagi Motivator/kader Dikirim ke 33 propinsi Panduan Rapid Health Assesment pada situasi kedaruratan Tahap finalisasi Petunjuk teknis kesehatan lingkungan pada situasi kedaruratan Tahap finalisasi Poster dan leaflet 5 kunci ketahanan pangan. Leaflet tips mengelola makanan pada situasi darurat Leaflet tips memilih makanan dan minuman waktu mudik Petunjuk Teknis PP dan PL Dalam Penanggulangan Bencana (200) Dalam tahap penyusunan finalisasi Pedoman Penanggulangan Keadaan darurat Bidang Kesehatan Pada Kecelakaan Dalam tahap penyusunan finalisasi 37

33 No Unit Kerja Kebijakan/Pedoman/Modul Keterangan Pesawat Udara di Bandar Udara (202) Penyempurnaan pedoman Direktorat Bina Kesehatan Ibu Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan kesehatan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan 0 Pelayanan kesehatan reproduksi Kegiatan masih berlanjut sampai tahun 203. pada situasi darurat bencana Pedoman penanggulangan masalah kesehatan jiwa dan psikososial pada masyarakat akibat bencana dan konflik Ditetapkan tahun 2006 (Kepmenkes No 048/Menkes/SK/I/2006) Pedoman kesehatan jiwa pada situasi emergency Ditetapkan tahun 2008 Pedoman teknis bagi petugas siaga bencana di daerah rawan bencana/konflik Pedoman Pemusnahan Sediaan Farmasi Dalam proses penetapan Penyusunan modul algoritme SPGDT call center Terdiri dari Algoritme Kegawatan (Pediatrik, Kebidanan, Kardiovaskuler, Strok, Pernafasan dan Trauma) Modul Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Maternal neonatal Untuk RS Ponek (pelayanan obstetri neonatal emergency komprehensif) Surat Edaran Dirjen BUK kepada Dinas Kesehatan Provinsi se Indonesia tentang penggunaan kode akses kegawat daruratan kesehatan 9 Kode akses melalui nomor telepon 9 di seluruh Indonesia untuk kegawat daruratan kesehatan Dalam Proses Finaslisasi kode akses 9 direncanakan dapat diakses baik melalui telepon rumah maupun melalui handphone semua provider di indonesia 38

34 No Unit Kerja Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO Kebijakan/Pedoman/Modul Keterangan A. Pencetakan buku dan penterjemahan ke dalam Bahasa Inggris : )Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam Situasi Bencana 202 2)Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Letusan Gunung Merapi 202 3)Profil Penanggulangan Kesiapsiagaan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 200 B. Pengembangan mapping software komputerisasi 4..2 Peningkatan Kapasitas SDM Pada tahun 202 Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan baik dalam hal manajemen maupun teknis, yaitu sebanyak 57 kegiatan, terdiri dari kegiatan peningkatan kapasitas, workshop, lokakarya, sosialisasi, geladi penanggulangan krisis kesehatan dan konferensi nasional dan internasional. Sasaran peningkatan kapasitas adalah petugas kesehatan di tingkat provinsi maupum kabupaten/kota. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh 8 unit kerja di Kementerian Kesehatan yaitu Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra dan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatn kapasisas SDM juga dilakukan oleh Pusdokkes POLRI dan Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan sebagai unit di Kementerian Kesehatan yang memiliki tugas pokok dan fungsi... setiap tahun melakukan kegiatan peningkatan 39

35 kapasitas sumber daya manusia di bidang penanggulangan krisis kesehatan. Kegiatan peningkatan kapasitas SDM di Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan selama tahun 202 dilakukan oleh 3 bidang, yaitu :. Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan Selama tahun 202 Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan melakukan beberapa kegiatan peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan, antara lain : Peningkatan kapasitas Dengan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Peningkatan Kapasitas Fasilitator Tenaga Kesehatan Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Kesehatan Kabupaten/Kota Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan 2. Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan Selama tahun 202 Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan melakukan beberapa kegiatan peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan, antara lain : Peningkatan Kapasitas Tim Reaksi Cepat (TRC) Dalam Melakukan Penilaian Cepat dan Pelayanan Kesehatan Pendampingan Petugas Kabupaten/Kota dalam Penyusunan Perencanaan Rumah Sakit dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana 3. Bidang Pemantauan dan Informasi Selama tahun 202 Bidang Pemantauan dan Informasi melakukan beberapa kegiatan peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan, antara lain : Pengelolaan Data dan Informasi Penggunaan Alat Komunikasi Bencana Pemetaan Kesiapsiagaan Kabupaten/Kota Rawan Bencana Tabel Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Selama Tahun 202 No Bidang Jenis Kegiatan Asal Peserta Jumlah Peserta Pencegahan, Peningkatan 37 orang PPKK Mitigasi dan kapasitas Dengan Dinkes Prov. Jawa Kesiapsiagaan Geladi Barat Penanggulangan Dinkes Kab. Krisis Kesehatan Sukabumi BPBD Kab. Sukabumi Dinsos Kab. Sukabumi PMI Kab. Sukabumi Badan SAR Daerah Puskesmas 40

36 Peningkatan Kapasitas Fasilitator Tenaga Kesehatan Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Kesehatan Kabupaten/Kota Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan 2 Tanggap Darurat dan Pemulihan Peningkatan Kapasitas Tim Reaksi Cepat (TRC) Dalam Melakukan Penilaian Cepat dan Pelayanan Kesehatan Pendampingan Petugas Kabupaten/Kota dalam Penyusunan Perencanaan Rumah Sakit dalam Kabandungan Puskesmas Cibadak Kodim 0622 Kab. Sukabumi Koramil 2205 Kab.Sukabumi 33 Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan 46 orang 52 orang 29 kabupaten 5 kota provinsi Dinkes Prov. DKI Jakarta 5 Sudinkes Prov. DKI Jakarta AGD 8 9 unit Lintas Program PPKK Dinkes Prov. Maluku Utara Dinkes Kota Ternate RSUD Hasan Boecheri Unit Lintas Sektor 38 Kabupaten 2 Kota 2 Rumah Sakit 5 KKP 3 Unit Lintas Sektor 2 Unit Lintas Program 50 orang 52 orang 278 orang 8 Provinsi 7 Rumah Sakit 4

37 Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana 3 Pemantauan dan Informasi Pengelolaan Data dan Informasi Penggunaan Alat Komunikasi Bencana Pemetaan Kesiapsiagaan Kabupaten/Kota Rawan Bencana 2 kota 32 kabupaten KKP 4 orang 6 kota 23 kabupaten KKP provinsi 20 provinsi 5 kota 73 kabupaten 2 KKP 34 orang 98 orang Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Salah satu upaya peningkatan kapasitas SDM yang dilakukan oleh Direktorat Bina Kesehatan Jiwa adalah Peningkatan Keterampilan Kesehatan Jiwa Petugas Siaga Bencana di Daerah Rawan Bencana, yang dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 202 di Bogor, Jawa Barat. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan petugas pelayanan kesehatan jiwa di daerah rawan bencana, dan diharapkan agar setiap regional memiliki tim reaksi cepat siaga bencana yang dapat memberikan bantuan psikologik dan kesehatan jiwa pertama serta siap dimobilisasi bila terjadi bencana dalam regional masingmasing, dalam rangka mempercepat akses pemberian bantuan psikologi dan kesehatan jiwa kepada korban bencana. Materi yang diberikan selama pelatihan, antara lain tentang: Kebijakan kesehatan jiwa dalam siaga bencana Konsep dasar penatalaksanaan kesehatan jiwa di daerah bencana Deteksi dini dan penapisan masalah kesehatan jiwa Psychological First Aid (PFA) Konseling dasar masalah kesehatan jiwa akibat bencana Penilaian masalah psikososial akibat bencana Manajemen stress Koordinasi dan need assessment layanan kesehatan pada bencana Pelatihan tersebut diikuti oleh 52 peserta, dengan rincian:. Peserta Pusat Unit Lintas Program/Lintas Sektor terkait : Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat Promosi Kesehatan Pusat Intelejensia Kesehatan Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik Yayasan Pulih Pusat Krisis UI 42

38 2. Peserta Daerah a) Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Riau, Kota Tangerang, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Magelang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Poso, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang. b) Rumah Sakit RS Ketergantungan Obat, RS Jiwa Daerah Bali, RSKD Sulawesi Selatan, RSUD Maluku Utara, RS Jiwa Daerah Kalimantan Selatan, RS Jiwa Riau Direktorat Bina Gizi Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi selama tahun 202 antara lain :. Peningkatan Kapasitas Petugas Pengelola Program Gizi Dinkes Provinsi tentang Surveilans Gizi dan Kedaruratan Gizi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan pengelola kegiatan pembinaan gizi provinsi dalam mengantisipasi kejadian bencana. Jumlah peserta kegiatan ini berjumlah 58 orang berasal dari 33 provinsi dan unit lintas program terkait di Kementerian Kesehatan 2. Pelatihan Konseling Menyusui di Daerah Rawan Bencana Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya konselor menyusui pada situasi normal maupun bencana. Jumlah peserta pelatihan ini sebanyak.07 orang berasal dari 9 provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Sulawesi Tenggara. Tim yang dilatih adalah Tim Konselor Menyusui sebanyak.07 orang, sehingga kumulatif tenaga konselor menyusui sampai tahun 202 ada sebanyak orang yang terdiri dari Dokter (Spesialis Obstetri dan Ginekologi dan Spesialis Anak), Bidan, dan Ahli Gizi dari rumah sakit dan puskesmas perawatan. 3. Pelatihan Fasilitator Pelatihan Konseling Menyusui Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya fasilitator pelatihan konseling menyusui pada situasi normal maupun bencana. Jumlah peserta pelatihan ini sebanyak 3 orang dari 5 provinsi. Jumlah kumulatif fasilitator konseling menyusui sampai akhir tahun 202 adalah 388 orang. 4. Pelatihan Konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) di Daerah Rawan Bencana 43

39 Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya konselor MPASI untuk pelaksanaan konseling MPASI pada situasi normal maupun bencana Peserta pelatihan ini berjumlah 40 orang berasal dari 8 provinsi, yaitu Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jumlah kumulatif tenaga konselor MP ASI sampai tahun 202 adalah 388 orang terdiri dari dokter, bidan, perawat dan ahli gizi dari rumah sakit dan puskesmas perawatan. 5. Pelatihan Konseling MP ASI di Daerah Rawan Bencana Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya fasilitator untuk pelatihan konseling MP ASI pada situasi normal maupun situasi bencana. Peserta pelatihan ini berjumlah 3 orang dari 3 provinsi yaitu Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jumlah kumulatif fasilitator pelatihan konseling MP ASI sampai tahun 202 sebanyak 5 orang. 6. Sosialisasi Pedoman Kegiatan Gizi dalam Penanggulangan Bencana Pada tahun 202 dilakukan sosialisasi Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana ke 3 provinsi, yaitu :. Provinsi Aceh 2. Provinsi Sumatera Utara 3. Provinsi Sumatera Barat, 4. Provinsi Jawa Tengah 5. Provinsi DI Yogyakarta 6. Provinsi Nusa Tenggara Barat 7. Provinsi Nusa Tenggara Timur 8. Provinsi Kalimantan Selatan 9. Provinsi Sulawesi Utara 0. Provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi Sulawesi Tenggara 2. Provinsi Maluku 3. Provinsi Maluku Utara Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan pengelola kegiatan pembinaan gizi provinsi dalam mengantisipasi kejadian bencana. Sasaran kegiatan pembinaan teknis lebih difokuskan kepada pengelola kegiatan pembinaan gizi di Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota 44

40 Tabel Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Selama Tahun 202 No Jenis Kegiatan Peningkatan Kapasitas Petugas Pengelola Program Gizi Dinkes Provinsi tentang Surveilans Gizi dan Kedaruratan Gizi Asal Peserta Jumlah Peserta 33 provinsi 58 orang Unit Lintas Program 2 Pelatihan Konseling Menyusui 9 Provinsi Di daerah Rawan Bencana.07 orang 3 Pelatihan Fasilitator Pelatihan Konseling Menyusui 5 Provinsi 3 orang 4 Pelatihan Konseling MP ASI Di 8 Provinsi Daerah Rawan Bencana 40 orang 5 Pelatihan Fasilitator Pelatihan Konseling MP ASI Kementerian Kesehatan 3 orang 6 Sosialisasi Pedoman Kegiatan Gizi dalam Penanggulangan Bencana pada setiap kegiatan Bimtek dan Monev ke Propinsi/Kabupaten/Kota 3 Provinsi Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan selama tahun 202 antara lain :. Peningkatan kapasitas petugas kesehatan di rumah sakit yang menangani PONEK Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tenaga medis dalam menangani kegawatan maternal neonatal. Peserta kegiatan ini adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis anak, dokter umum, bidan dan perawat untuk kegawatan maternal neotatal. Jumlah peserta sebanyak 80 orang yang terdiri dari dokter, perawat dan bidan di Provinsi Papua dan Aceh. 2. Workshop Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) 45

41 Untuk dapat meningkatkan kemampuan petugas kesehatan di rumah sakit dan mengenalkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan pada tahun 202 melakukan workshop SPGDT di kota Bandung dan Jakarta. Peserta pada kegiatan ini berjumlah 80 orang, berasal dari... Tabel Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Selama Tahun 202 No Jenis Kegiatan Jenis Tenaga Medis Asal Peserta Peningkatan Kapasitas Petugas Dokter Spesialis Kebidanan dan kandungan untuk kegawatan maternal neonatal Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Provinsi Papua Provinsi Aceh 2 Peningkatan Kapasitas Dokter Umum untuk kegawatan maternal neonatal Dokter Umum Provinsi Papua Provinsi Aceh 80 orang 3 Peningkatan Kapasitas Dokter Spesialis Anak untuk kegawatan maternal neonatal Dokter Spesialis Anak Provinsi Papua Provinsi Aceh 80 orang 4 Peningkatan Kapasitas Bidan untuk kegawatan maternal neonatal Bidan Provinsi Papua Provinsi Aceh 80 orang 5 Peningkatan Kapasitas Perawat untuk kegawatan maternal neonatal Perawat Provinsi Papua Provinsi Aceh 80 orang Jakarta dan Bandung 80 orang Workshop Sistem Penanggulangan Jumlah Peserta 80 orang 46

42 Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra selama tahun 202 antara lain : No Jenis Kegiatan Pelatihan Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik 2 Pelatihan Kesehatan 7 KKP Penerbangan Pelatihan KKP Penanggulangan BTKL PP Bencana Bidang PP dan Dinkes Provinsi PL 3 Asal Peserta 2 KKP 5 Dinkes Provinsi Jumlah Peserta 7 orang 20 orang 38 orang Direktorat Penyehatan Lingkungan Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Penyehatan Lingkungan selama tahun 202 antara lain : No Jenis Kegiatan Food Safety Training Asal Peserta Jumlah Peserta Direktorat Penyehatan 2 orang Lingkungan Direktorat Penyehatan 2 orang Lingkungan 2 Investigasi KLB keracunan pangan 3 Pelatihan Penggunaan 9 Provinsi peralatan food 59 Kab/kota contamination kit Tiap kab/kota 3 orang total 285 orang Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang selama tahun 202 antara lain : 47

43 No Jenis Kegiatan Asal Peserta Pelatihan Entomolog KKP Kesehatan BBTKL PP Dinkes Provinsi/Kabupaten Pelatihan Pengendalian Dinkes Provinsi Vektor Malaria Dinkes Kabupaten Pelatihan pengendalian vektor dan pemantauan Pertamina air bersih Tenaga teknis pengendalian vektor dari Pentaloka Pengendalian BB/BTKL, KKP, Dinkes Vektor Kabupaten dan Dinkes Provinsi Pelatihan pengendalian KKP Tanjung Balai vektor di pelabuhan Karimun Pelatihan pengendalian 24 Dinas Kesehatan vektor di daerah Kabupaten Jumlah Peserta 60 orang 2 Angkatan 30 orang 30 orang 30 orang 30 orang 24 orang Direktorat Bina Kesehatan Ibu Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Ibu selama tahun 202 antara lain :. Peningkatan Kapasitas Pengelola Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Situasi Darurat di 6 Provinsi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam menangani masalah kesehatan reproduksi pada kejadian krisis kesehatan. Peserta kegiatan ini berasal dari beberapa institusi, yaitu : Dinas Kesehatan Provinsi Dinas Kesehatan Kabupaten Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rumah Sakit Umum Daerah Ikatan Bidan Indonesia Kegiatan ini dilaksanakan di 6 provinsi, yaitu : a. Provinsi Bengkulu Jumlah Peserta 30 orang, berasal dari : Provinsi Bengkulu Kota Bengkulu Kabupaten Bengkulu Selatan Kabupaten Bengkulu Utara Kabupaten Seluma Kabupaten Mukomuko Kabupaten Kaur b. Provinsi Gorontalo Jumlah Peserta 36 orang, berasal dari : Provinsi Gorontalo 48

44 c. d. e. 2. Kota Gorontalo Kabupaten Gorontalo Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Utara Kabupaten Boalemo Kabupaten Pohuwato Provinsi Kalimantan Tengah Peserta berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah dan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah. Provinsi Nusa Tenggara Barat Jumlah peserta 36 orang berasal dari : Provinsi NTB Kabupaten Lombok Utara Kabupaten Dompu Kabupaten Sumbawa Kabupaten Sumbawa Barat Kabupaten Lombok Timur Kabupaten Bima Provinsi Sulawesi Tenggara Jumlah peserta 33 orang, berasal dari : Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Muna Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Bombana Kabupaten Wakatobi Kabupaten Konawe Selatan Kabupaten Konawe Utara Pelatihan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) adalah paket intervensi minimum yang diperlukan unutk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan reproduksi pada situasi bencana. Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam menangani masalah kesehatan reproduksi dalam kejadian krisis kesehatan dengan melakukan Paket Pelayanan Awal Minimum. Pada tahun 202 pelatihan PPAM ini dilaksanakan sebanyak 3 kali, yaitu :. Regional Kalimantan Selatan Dilaksanakan di Banjarmasin, pada tanggal November 202. Narasumber dan fasilitator dari Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Ousat Penanggulangan Krisis Kesehatan Peserta pelatihan ini berjumlah 37 orang, berasal dari : Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Direktorat Bina Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 49

45 Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Utara Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara Dinas Kesehatan Kota Samarinda 2. Regional Sulawesi Selatan Dilaksanakan di Makassar pada tanggal September 202 Narasumber dan fasilitator berasal dari Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Ikatan Bidan Indonesia Peserta pelatihan ini berjumlah 40 orang, berasal dari : Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Direktorat Bina Kesehatan Ibu UNFPA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Utara 3. Provinsi Gorontalo Dilaksanakan di Gorontalo dengan jumlah peserta 30 orang berasal dari 6 kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo. 3. Sosialisasi dan advokasi pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat Dilakukan di 7 provinsi, yaitu : a. Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Nias Kabupaten Nias Selatan b. Provinsi Sulawesi Barat Kabupaten Mamasa Kabupaten Mamuju Utara c. Provinsi Aceh d. Provinsi Sumatera Selatan e. Provinsi Lampung f. Provinsi Sulawesi Utara g. Provinsi Papua Barat 50

46 Tabel Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Kesehatan Ibu Selama Tahun 202 No Jenis Kegiatan Peningkatan Kapasitas Pengelola Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Situasi Darurat di 5 Provinsi. Asal Peserta 2 Pelatihan PPAM Regional Kalimantan Selatan 3 Provinsi 7 Kabupaten/Kota 37 orang 3 Pelatihan PPAM Regional Sulawesi Selatan Sosialisasi dan advokasi pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat Peningkatan kapasitas pengelola pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat di Provinsi Kalimantan Tengah (2 kali). (Dana Dekonsentrasi) 2 Provinsi 2 Kabupaten UNFPA 2 Provinsi (Sumut dan Sulbar) 4 Kabupaten (Nias, Nias Selatan, Mamasa, dan Mamuju Utara) Provinsi Kalimantan Tengah Seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah 40 orang Sosialisasi dan orientasi pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat di Provinsi Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Utara, dan Papua Barat. (dana Dekonsentrasi) 5 Provinsi (Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Utara, Papua Barat) Pelatihan PPAM kesehatan reproduksi di Provinsi Gorontalo. (Dana Dekonsentrasi) Provinsi Gorontalo Seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo (6 Kabupaten/Kota) Jumlah Peserta Total 288 orang 6 Provinsi 30 Kabupaten/Kota 60 orang 33 orang Aceh: 44 orang Sumsel: 38 orang Lampung: 25 orang Sulut: 35 orang Papua barat: 25 orang 30 orang 5

47 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan hanya melakukan kegiatan peningkatan kapasitas SDM selama tahun 202, yaitu Peningkatan Kinerja SDM Pengelola Obat di Instalasi Farmasi Pusat dengan peserta pelatihan berjumlah 26 orang yang merupakan para pengelola kefarmasian di unitunit Kementerian Kesehatan. Pusat Kedokteran Kesehatan (Pusdokkes) POLRI Pusdokkes POLRI merupakan unit lintas sektor yang selalu bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan. Peran Pusdokkes POLRI ini sangat terlihat dalam hal identifikasi korban meninggal pada kejadian seperti kecelakaan transportasi (darat, udara, laut) dan ledakan bom. Proses identifikasi korban meninggal ini dilakukan oleh unit Disaster Victim Investigation (DVI) yang berada dalam Pusdokkes POLRI. Salah satu peran Pusdokkes POLRI/DVI yang terlihat jelas pada tahun 202 adalah pada proses indentifikasi korban meninggal pada kejadian jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 00 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Selama tahun 202 Pusdokkes POLRI banyak melakukan kegiatan peningkatan SDM nya, terutama SDM unit DVI. Kegiatan yang dilakukan antara lain berupa :. Pelatihanpelatihan DVI, baik tingkat nasional dan internasional 2. Konferensi/kongres/pertemuan Internasional dalam hal DVI 3. Sosialisasi programprogram DVI ke beberapa provinsi di Indonesia Tabel Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dilakukan oleh Pusdokkes POLRI Selama Tahun 202 No Tempat Pelaksanaan International course Jenewa, Swiss on the management of the dead in armed conflict and catastrophes Waktu Pelaksanaan 5 9 November 202 Skala Kegiatan Internasional Jumlah Peserta orang 2 The Sudanese International Congress for Medical and Forensic Science Khartoum, Sudan 4 6 Januari 202 Internasional orang 3 Justice Rapid Response Training Course, JCLEC Semarang, Jawa Tengah 3 4 Maret 202 Internasional orang 4 SOM Quarterly Meeting INPAFP Jakarta April 202 Internasional orang Jenis Kegiatan 52

48 5 6 23rd Standing Committee Meeting on DVI 5th International Dental DVI Management and Forensic Dentistry Course, JCLEC. 6th International DVI Mortuary Management Course, JCLEC Lyon, Perancis 22 Mei 202 Internasional 2 orang Semarang, Jawa Tengah 0 27 Juli 202 Internasional 20 orang Semarang, Jawa Tengah 7 28 September 202 Internasional 20 orang 7 4th International DVI Course for DVI Province Commander and Interdepartmental Institution, JCLEC Semarang, Jawa Tengah 8 9 Oktober 202 Internasional 20 orang 8 st International DVI Basic Training for Mobile Brigade, JCLEC Semarang, Jawa Tengah 7 28 September 202 Internasional 20 orang 9 4th International DVI Commander Workshop, JCLEC Semarang, Jawa Tengah 7 28 September 202 Internasional 20 orang 0 Sosialisasi DVI Polda Bali Sosialisasi DVI Polda DI Yogyakarta Sosialisasi DVI Polda Kalimantan Timur Denpasar, Bali Oktober November November 202 Nasional 75 orang 75 orang Nasional 75 orang Sosialisasi DVI Polda Kalimantan Barat Pontianak, Kalimantan Barat 0 2 Desember 202 Nasional 75 orang 2 3 Yogyakarta Kalimantan Timur Nasional Emergency and Humanitarian Action (EHA) unit, WHO Pada tahun 202 EHAWHO menyediakan pendanaan untuk kegiatan Peningkatan Kapasitas Perawat dan Bidan Dalam Tanggap Darurat Bencana, yang dilaksanakan pada tanggal... di... dengan jumlah peserta sebanyak... orang berasal dari 53

49 4..3 Pertemuan Koordinasi Upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat lakukan secara optimal apabila seluruh program dan kegiatan dilaksanakan dengan cara berintegrasi serta berkoordinasi baik lintas program maupun lintas sektor. Pada tahun 202, Kementerian Kesehatan telah menyelenggarakan 9 kali pertemuan koordinasi terkait krisis kesehatan yang terdiri dari Pertemuan dan Rapat Evaluasi Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan, Rapat Koordinasi Teknis, Pertemuan Lintas Sektor, pembuatan jejaring kerja, sosialisasi dan advokasi dan Health Cluster Meeting dan dilakukan oleh 8 unit organisasi di Kementerian Kesehatan yaitu PPKK, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Selain Kementerian Kesehatan, unit lintas sector yang melakukan pertemuan koordinasi di tahun 202 yaitu Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO dan Pusdokkes POLRI. Proporsi Kegiatan Koordinasi terkait PKK Berdasarkan Pihak Penyelenggaranya (Akan dibuat Grafik untuk Tahun 202) Grafik Proporsi Pertemuan Koordinasi Terkait PKK Berdasarkan Substansinya (akan dibuat untuk tahun 202) 54

50 Tabel Pertemuan Koordinasi Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan yang Diselenggarakan Unitunit Kemenkes pada Tahun 202 No Unit Organisasi Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) Peserta Kegiatan Rapat Evaluasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 20 dan Koordinasi Kesiapsiagaan menghadapi Krisis Kesehatan Tahun unit LP 6 unit LS 3 RS Vertikal 3 Dinkes Provinsi Media cetak & elektronik 55 orang PPKK 9 PPK Regional 2 PPK Sub Regional 3 unit LP 2 KKP Pertemuan Evaluasi Upaya Tanggap Darurat dan Pemulihan Krisis BTKL Kesehatan RS Jiwa Vertikal 2 Dinkes Kabupaten 2 Dinkes Kota 9 RSUD RS Swasta unit LS (Basarnas) PPKK DVI Pusdokkes POLRI Pertemuan Evaluasi Penanggulangan Dinkes Kab. Bogor Krisis Kesehatan Akibat Jatuhnya Dinkes Prov. DKI Pesawat Sukhoi SSJ 00 Jakartta Dinkes Prov. Jawa Barat Persiapan Pelembagaan Pusat PPKK Penanggulangan Krisis Regional Biro Hukum & Organisasi Pertemuan lintas program dan lintas sektor dalam penanggulangan krisis kesehatan Rapat Koordinasi Teknis Regional dan Sub Regional PPK PPKK 9 PPK Regional 2 PPK Sub Regional 55

51 No Unit Organisasi Peserta Kegiatan Pertemuan kesiapsiagaan Lokon, Rokatenda, Banjir DKI Health Cluster Meeting Gn PPKK Dinkes Provinsi Dinkes Kab/Kota 2 DVI Pusdokkes POLRI Rapat evaluasi Operasi Sukhoi di PPK Kemenkes DVI Pusdokkes POLRI PPKK Dinkes Kab. Bogor Dinkes Prov. DKI Jakartta Dinkes Prov. Jawa Barat PPKK subdit AIDS Direktorat Anak 3 Direktorat Bina Kesehatan Ibu 4 Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang IBI Pertemuan koordinasi kesehatan reproduksi tingkat pusat. (2 kali) Membuat jejaring kerja pengendalian vektor (dalam rangka pembuatan Draft Baku Mutu vektor dan Binatang pengganggu) Rapat koordinasi dengan lintas program terkait persiapan penanggulangan bencana 5 Direktorat Penyehatan Lingkungan UNFPA Kementerian Pemberdayaan Perempuan &Perlindungan Anak (KNPP&PA), BKKBN, POGI. Sosialisasi advokasi penanggulangan bencana dan kedaruratan Rapat koordinasi LS & LP terkait pengendalian risiko makanan menjelang arus mudik Advokasi dan sosialisasi pengendalian risiko makanan pada situasi darurat 56

52 No 6 Unit Organisasi Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra 7 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan 8 Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan 9 Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO Peserta Kegiatan Rapat Koordinasi Pokja Bencana Bidang PP dan PL Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Mudik Lebaran 202, Mudik Natal 202 dan Tahun Baru 203 Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Bidang PP dan PL Sail Morotai 202 Penyusunan Pedoman Penaggulangan Keadaan darurat Bidang Kesehatan Pada Kecelakaan Pesawat Udara di Bandar Udara Rapat konsultasi teknis obat publik dan perbekalan kesehatan Rapat Koordinasi SPGDT 2 Pertemuan Kluster Kesehatan Dalam Kesiapsiagaan Bencana Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Dinas kesehatan Provinsi, RS vertikal RS daerah, ARVI, ARSADA, Telkom 20 organisasi 39 orang 4..4 Penguatan Kerjasama Dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sangat diperlukan penguatan kerjasama lintas program maupun lintas sektor. Kerjasama yang telah terjalin dengan lintas sektor selama tahun 202 adalah dengan Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO, UNFPA, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Universitas, Diskes AU, Perdospi, LAKESPRA, Angkasa Pura, Maskapai, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Otorisasi Bandara, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Balai Kesehatan Penerbangan, Korlantas POLRI, Pusdokkes POLRI, Jasa Raharja, DLLAJ. Kerjasama lintas program terjalin dengan 7 unit organisasi di Kementerian Kesehatan, antara lain: PPKK, Dit. Bina Kesehatan Jiwa, Dit. Bina Gizi, Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Bina Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak 57

53 Menular, Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, Direktorat Pengobatan Tradisional dan Komplementer, Pusat Data dan Informasi, Pusat Promosi Kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, BTKL dan Rumah Sakit Vertikal Kementerian Kesehatan. Tabel Kerjasama Lintas Program, Lintas Sektor dan Internasional No Unit Organisasi Bentuk Kerjasama Instansi Terkait Direktorat Bina Kesehatan Ibu 2 Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang 3 4 Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra UNFPA Universitas, Swasta Dit. SIMKAR dan KESMA, Dit. P2B2, Dit. P2ML, Dit. PPTM Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kota Perguruan tinggi POSSI, Promkes, Dit. Kesja dan Olahraga, Dit. Pengobatan Tradisional dan Komplementer, PERDOKLA, Kementerian Kelautan dan Perikanan Diskes AU, Perdospi, LAKESPRA, Angkasa Pura, Maskapai, Ditjen Perhub. Udara, Otban, Pelatihan PPAM Penyediaan Reproductive Health Kit, Individual kits Dukungan teknis dan manajemen Pertemuan Komisi Ahli Pengendalian Vektor Koordinasi dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan/darurat (pra, Saat, pasca) dan situasi khusus Pembinaan dan Narasumber Jejaring Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik Jejaring Kesehatan Penerbangan 58

54 No Unit Organisasi Instansi Terkait KKP, Balai Kes. Penerbangan PPKK, Dinkes Prov, KKP, BBTKLPP, Dit. PL, Dit. PTM, Dit. P2ML, Dit. P2B2 PPKK, Pusdatin, Promkes, Puskomlik, Korlantas, Pusdokkes, DLLAJ, Jasa Raharja, Dit. PL, Dit PPTM, Dinkes Prov, Kab/ Kota, KKP, B/BTKLPP PT. Telkom 5 Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan 6 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan CHAI Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO Konsultasi Regional Terhadap Pedoman Keamanan Fasilitas Kesehatan Terkait dengan Bencana Air Fasilitasi Kunjungan Ke Kobe Center Jepang Fasilitasi Kegiatan Konsultasi Regional Dalam Penanggulangan Bencana Di Sektor Kesehatan, Bangkok, Thailand Dukungan untuk pelaksanaan Workshop Penguatan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat 7 Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota Bentuk Kerjasama Jejaring Pokja Bencana PP dan PL Jejaring Kerja Kesehatan Situasi Khusus Dukungan teknis untuk call center 9 untuk SPGDT Penguatan call center di daerah Dukungan Teknis dan Manajemen. Dukungan Teknis 2. Dukungan Pendanaan 59

55 No Unit Organisasi Instansi Terkait Rumah Sakit melalui Peningkatan SPGDT dan Sistem Akreditasi Rumah Sakit Fasilitasi Kegiatan Pertemuan Regional Asia Tenggara Dalam Pendanaan Tanggap Darurat Kesehatan Fasilitasi Proses Pembentukan Pusat Kolaborasi WHO (WHO Collaborating Center) Untuk Pelatihan dan Penelitian Dalam Bidang Pengurangan Resiko Bencana Bentuk Kerjasama 4..5 Pemetaan Kesiapsiagaan Untuk mengetahui peta kekuatan sumber daya dalam penanggulanggan krisis kesehatan, perlu dilakukan pemetaan kesiapsiagaan sumber daya sehingga dapat terlihat daerah mana yang perlu mendapat penguatan sumber daya dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan dalm penanggulangan krisis kesehatan. Pada tahun 202 pemetaan kesiapsiagaan dilakukan oleh 2 unit di Kementerian Kesehatan yaitu Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang dan unit lintas sector yaitu Pusdokkes POLRI. NO Jenis Pemetaan Pemetaan daerah Unit Pelaksana rawan Pusdokkes POLRI bencana alam dan konflik Lokasi Regional I : Medan (Aceh, Sumut, Kep. Riau, Riau, Sumbar) Regional II : Palembang (Jambi, Bengkulu, Sumsel, 60

56 Babel, Lampung) Regional Jakarta DKI, III : (Banten, DIY, Tengah, Jawa seluruh Kalimantan) Regional IV : Surabaya (Jatim, Bali, NTB, NTT) Regional V : Makassar (Maluku, Papua, seluruh Sulawesi) 2 Pemetaan Vektor Penyakit Direktorat Pengendalian Pasir Penyakit Bersumber Sumatera Binatang GantingBarat, Kalimantan Timur, NTT 3 Pemetaan Kesiapsiagaan Kabupaten/Kota Rawan Bencana Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan 20 Provinsi 75 Kabupaten 5 Kota 4..6 Kegiatan Kesiapsiagan Pada Situasi Khusus Situasi khusus merupakan kegiatan besar berskala internasional yang melibatkan banyak orang yang mempunyai risiko terjadinya krisis kesehatan. Kegiatan Kesiapsiagaan Pada Siruasi Khusus yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan selama tahun 202 antara lain Sail Morotai, Pekan Olah Raga Nasional, Mudik Lebaran dan beberapa Kejadian Luar Biasa penyakit (Tomcat, Malaria, Demam Berdarah Dengue dan Chikungunya). Terdapat unit di Kementerian Kesehatan yang melaksanakan Kesiapsiagaan Pada Situasi Khusus ini yaitu Pusat Penanggulangan 6

57 Krisis Kesehatan, Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dan Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, Karantina Kesehatan dan Kesehtan Matra. Unit lintas sektor yang melaksanakan kesiapsiagaan dalam situasi khusus yaitu Pusdokkes POLRI. Tabel Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan pada tahun 202 No Situasi Khusus Tempat Pelaksanaan Kegiatan Pulau Morotai & Kota Ternate Provinsi Maluku Sail Morotai mobilisasi fasilitas kesehatan RS lapangan Penyelenggaraan Geladi Penyusunan Recana Kontinjensi Tabel Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dlakukan oleh Direktorat Jenderal P2PL pada tahun 202 No Jenis Situasi Khusus Tempat & Tanggal Pekan Olah Raga Nasional Agustus 202, Provinsi Riau 2. Sail Morotai 202 Februari Agustus 202 Maret 202 Maret 202 Kegiatan Koordinasi dengan Dinkes Prov, KKP Pekanbaru; Assessment persiapan pelaksanaan PON; Aktivasi Pos Kesehatan oleh KKP Pekanbaru; dukungan Logistik Rapat Koordinasi dengan LP dan LS terkait di Jakarta Pengambilan sampel kualitas air minum oleh KKP kelas III Ternate Survei awal bid. PP dan PL, termasuk survey vektor, penyakit, dan kesling 62

58 Juni 202 dan Agustus 202 Minggu III IV Agustus Minggu II III Juli dan Minggu III IV Agustus Mudik Lebaran 202 Jakarta, Juni 202 Jakarta, 9 Agustus 202 Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Batam, Banjarbaru (Agustus 202) Jakarta, Manado, Yogyakarta, Surabaya, Palembang, (Agustus 202) Rapat Koordinasi Bid. PP dan PL di Morotai dan di Ternate Mapping Homestay, Pengambilan dan pengujian kualitas air minum oleh BTKL PP Manado dan Dinkes Kab. Morotai Penyemprotan venues oleh Dinkes Kab. Morotai didukung oleh KKP Kelas III Ternate Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Mudik Lebaran 202 Apel Siaga Mudik Lebaran Bid. Kesehatan Pemeriksaan sampel makanan, minuman di Rumah Makan, Terminal, Bandara, dan TTU lainnya oleh B/BTKLPP Pemeriksaan FR kesehatan pengemudi (TD, alkohol, amphetamine, GD) oleh Dt. PPTM, B/BTKLPP, dan Dinkes Prov Tabel Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan oleh Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang pada tahun 202 No Jenis Situasi Khusus Tempat & Tanggal Sail Morotai 202 Pulau Morotai, Juni 202 Kegiatan Koordinasi dengan Propinsi, KKP, Kab, Pusk Mapping breeding places DBD, Malaria dan Culicoides (agas). Pengamatan lingkungan Breeding places, Survei penangkapan nyamuk dewasa Anopheles, culex dan Agas 63

59 2 3 Pengendalian wabah Pederus sp. (TOMCAT) KLB cikungunya Surabaya, Maret 202 Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireun Propinsi NAD /72 Februari202 Fogging 2 minggu sebelum pelaksanaan Sail Morotai 202. Penyemprotan IRS sebelum pelaksanaan Sail Morotai 202. Pengendalian Populasi Paederus sp. di permukiman. Standarisasi tatalaksana kasus akibat investasi Paederus sp. Survey vektor DBD (jentik) digenangan air yang potensial vektor DBD Menghitung HI, CI, ANJ 4 KLB DBD Desa Nagari Pasir Ganting, Kecamatan Pancung Kabupaten Pesisir Selatan, Propinsi Sumbar / 2328 April 202 Mengidentifikasi wilayah penyebaran kasus Survei faktor resiko(breeding places dan lingkungan vektor) terjadinya KLB Identifikasi vektor Dinkes Kabupaten Pesisir Selatan melakukan : Penyuluhan/sosialisasi, larvasidasi dan fogging. Diagnosa kasus DBD di Puskesmas berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik. 5 Terjadinya peningkatan kepadatan populasi nyamuk Kota Cirebon Survey vektor (nyamuk) malam hari Survey tempat perindukan potensial (survey jentik )dan lingkungan Larvasidasi menggunakan 64

60 vectobac Dalam rangka mendukung eliminasi Kepulauan Seribu, Propinsi DKI seribu, propinsi DKI Jakarta / Oktober 202 Jakarta. malaria di kepulauan 6 Mapping vektor dengan cara survey tempat perkembangbiakan potensial vektor malaria Survei kondisi lingkungan tempat perindukan vektor malaria (mengukur parameter lingkungan) Tabel Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan pada tahun 202 No 2 Jenis Situasi Khusus Tempat & Tanggal Kegiatan Mobilisasi Tim Kesehatan, Penyiapan Rumah Sakit Rujukan Pekan Olah raga Nasional Provinsi Riau Sail Morotai Pulau Morotai (Kab. Kepulauan Morotai Provinsi Maluku Utara), bulan Agustus 202 Mobilisasi Tim Kesehatan, Penyiapan Rumah Sakit Rujukan Tabel Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan pada tahun 202 No SituasiKhusus Sail Morotai Sail Belitung Sail Banda Kegiatan TNI Manunggal MasukDesa Tempat Maluku Utara Bangka Belitung NAD Sulawesi Selatan Kegiatan Dukungan obat dan perbekalan kesehatan 65

61 Tabel Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan Pusdokkes POLRI pada tahun 202 No Jenis Situasi Khusus Tempat Pelaksanaan Kegiatan Sail Morotai Pulau Morotai Kesehatan Lapangan Provinsi Maluku DVI Pelaksanaan Food Security 2 Kesiapsiagaan dalam Operasi Nusa Aman situasi kontinjensi 4..7 Dukungan Logistik Kementerian Kesehatan pada tahun 202 telah memobilisasi logistik untuk kegiatan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. a. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Mengirimkan bantuan dalam rangka penguatan 45 kabupaten/kota dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana berupa personal kit dan emergency kit serta alat pengolah data (laptop dan Modem). NO KEGIATAN 50 Kab/Kota memiliki sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan. Emergency kit 2. Personal Kit 3. Alat Pengolah Data PELAKSANAAN TARGET REALISASI 2 paket 5 unit unit 2 paket 5 unit unit 66

62 Sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan meliputi : Emergency Kit (airway kit, diagnostic equipment, trauma kit, dan bag pack) Personal Kit (backpack, sleeping bag, perlengkapan masak portable, sepatu boot, ponco, raincoat, sarung tangan, kupluk, pisau lipat, global positioning system, lampu kepala, senter dan matras); Alat Pengolah Data meliputi laptop dan modem yang diharapkan dapat mempercepat akses informasi dari Kab/Kota wilayah bencana Melengkapi sarana prasarana PPK Regional dan Sub Regional: Tenda, Vel bed dan Personal Kit untuk seluruh regional Emergency kit dan emergency tool di 7 regional Pembangunan gudang kantor PPK Sub Regional Sumatera Barat Penyediaan Alat Kesehatan RS Lapangan untuk Kementerian Kesehatan Memobilisasi logistik kesehatan untuk penanggulangan krisis kesehatan Tabel Logistik Yang Telah Dimobilisasi PPKK Pada Tahun 202 No. Nama Barang Jumlah Tujuan

63 b. Direktorat Bina Gizi Dukungan logistik yang diberikan oleh Direktorat Bina Gizi dalam pelaksanaan upaya penanggulangan krisis kesehatan adalah dengan memobilisasi MP ASI. Mobilisasi MP ASI dilakukan baik pada tahap pra krisis sebagai bufferstock di PPK Regional, maupun pada tahap tanggap darurat untuk memenuhi kebutuhan MP ASI di Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan untuk selanjutnya didistribusikan ke lokasilokasi pengungsian. Tabel Logistik Yang Telah Dimobilisasi Direktorat Bina Gizi Pada Tahun 202 No. 2 Nama Barang MPASI biskuit untuk baduta*) Antropometri Kit (alat ukur panjang badan, tinggi badan, timbangan Dacin, pita LILA) *) Jumlah kg Tujuan 27 propinsi, aksi sosial dan luar negeri (Filipina) *) 33 provinsi 740 Set Ket : *) Daftar distribusi terlampir 68

64 c. Direktorat Bina Kesehatan Ibu Direktorat Bina Kesehatan Ibu memobilisasi logistik berupa kitkit/peralatan kesehatan reproduksi yang digunakan oleh ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan wanita usia subur. Logistik kesehatan reproduksi Provinsi/Kabupaten/Kota tersebut dimobilisasi ke Dinas Kesehatan yang mengalami kejadian krisis kesehatan untuk selanjutnya didistribusikan ke lokasilokasi pengungsian. Tabel Logistik Yang Telah Dimobilisasi Direktorat Bina Kesehatan Ibu Pada Tahun 202 No Jenis Logistik Jumlah Tujuan Kit Ibu Hamil 283 set Jawa Barat 2 Kit Ibu Bersalin 283 set Sumatera Barat 3 Kit Bayi 60 set Nusa Tenggara Barat 4 Kit Higienis.73 set Gorontalo Bengkulu Banten (Pandeglang) Kalimantan Selatan d. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal P2PL memobilisasi logistik untuk keperluan sanitasi lingkungan dan penyediaan air bersih pada situasi darurat. Unit yang melakukan mobilisasi logistik sanitasi lingkungan dan penyediaan air bersih di Direktorat Jenderal P2PL adalah Direktorat Penyehatan Lingkungan dan Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Matra. Mobilisasi logistik dilakukan baik pada beberapa tahap, yaitu :. Tahap pra krisis kesehatan untuk keperluan bufferstock di Dinas Kesehatan Provinsi dan PPK Regional 2. Tahap tanggap darurat krisis kesehatan untuk keperluan penanggulangan krisis kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami 69

65 kejadian krisis kesehatan untuk selanjutnya didistribusikan ke lokasilokasi pengungsian 3. Tahap pasca krisis kesehatan untuk pemulihan sarana sanitasi lingkungan lokasilokasi yang terkena kejadian krisis kesehatan Jenis logistik sanitasi lingkungan yang disitribusikan antara lain berupa repellent lalat, repellent nyamuk, kaporit, insektisida lalat, polybag sampah, masker, mesin fogging, mist blower, sarung tangan, jerigen air bersih, penyemprot lalat/nyamuk, lysol dan sepatu boot. Jenis logistik penyediaan air bersih yang didistribusikan antara lain berupa air rahmat, penjernih air cepat (PAC) dan aquatab. Tabel Logistik Yang Telah Dimobilisasi Direktorat Jenderal P2PL Pada Tahun 202 NO TUJUAN Dinkes Prov. Jawa Timur JENIS LOGISTIK Hygene kit Repellent Lalat PAC Aquatab Kaporit Air Rahmat Jerigen air bersih Insektisida lalat Polybag sampah Polybag sampah 2000 buah 000 sacet 20 botol 0 liter 0 liter 0 liter 2 dus 000 buah Emergency kit 2 set Masker non kain 2 Dinkes Kab Garut JUMLAH 200 set 3 dus 500 sacet 3000 tablet 75 Kg 40 dus 20 buah 0 liter 500 buah PAC Air Rahmat Insektisida lalat Insektisida lalat Insektisida nyamuk Repellent lalat KET Desember 202, Kesiapsiagaan banjir wilayah Jawa Timur Februarai 202, Kesiapsiagaan Erupsi G. Galunggung 70

66 Masker non kain 3 Dinkes Kab. Tasikmalaya PAC Hygiene kit Kaporit Insektisida lalat Insktisda nyamuk Repellent lalat Polybag sampah Emergency kit Kelambu Malaria 4 Dinkes Prov. Riau 5 Dinkes Kab. Pulau Morotai Polybag sampah Replant Lalat Penyemprot lalat Emergency kit Larvasida Kelambu PAC Aquatab Polybag sampah Insektisida lalat Air rahmat Kaporit Replent lalat maker non kain Emergency kit 6 KKP Ternate Polybag sampah PAC Aquatab insektisida lalat Replant lalat replant nyamuk Kelambu 000 buah 500 sachet 70 set 30 kg 0 liter 20 liter 3 dus 500 buah 2 set 75 buah 500 buah 5 dus 2 buah 2 set 50 kg 500 buah 000 sacet 000 tablet 500 buah 0 liter 240 liter 20 kg 4 dus 500 buah 2 set 2000 buah 2000 sacet 3000 tablet 20 dus 20 dus 000 sacet 50 buah Februarai 202 Kesiapsiagaan Erupsi G. Galunggung Kesiapsiagaan PON XXVI, Juni 202 Juni 203, Kesiapsiagaan Sail Morotai Juni 202 Kesiapsiagaan Sail Morotai 7

67 Polybag sampah Replent lalat Kelambu Kaporit Larvasida (abate) Insektisida lalat 000 buah 0 set 500 buah 5 dus 200 buah 50 kg 50 kg 50 liter Repelent nyamuk Masker Kaporit air rahmat Aquatab PAC Polybag sampah 00 sacet 250 buah 3 kg 20 botol 750 tablet 25 sacet 500 buah Masker non kain Food hygiene kit 7 8 Ketua Gerakan Pramuka Kwartir Nasional Jakarta PPKK Setjen Kemkes Jambore Nasional Raimuna Papua, Desember 202 Juni 202, Pelatihan Manajemen Penanggulangan Bencana Bid. Kesehatan Tabel Logistik yang Disiapkan untuk Kesiapsiagaan Krisis Kesehatan Direktorat Penyehatan Lingkungan Pada Tahun 202 No. Nama Barang A B C Bahan Kimia : Kaporit Chlorine cair Chlorine tablet Insektisida lalat Lysol Penjernih Air Cepat Bahan habis pakai : Polybag Repelent lalat Repelent nyamuk Personal Hygiene Kit Alat Pelindung Diri : Masker kain Masker Non Kain Sepatu boot Sarung tangan karet Jumlah Kg Botol Tablet Botol Liter Sachet Lembar Dus Sachet Kit Pcs Pcs Set Set 72

68 D Peralatan Kesehatan Lingkungan : 5 Purifier (penjernih air bersih) 6 Mist blower 7 Penyemprot lalat/nyamuk (sprycant) 8 Jerigen Air Bersih 9 Food Hygiene Kit 20 Kelambu Refelent Sumber : Direktorat Bina Penyehatan Lingkungan e Buah Buah Buah Buah Kit Buah Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan memobilisasi obatobatan dan bahan habis pakai untuk keperluan pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan. Mobilisasi logistik obat dan bahan habis pakai ini dilakukan pada :. Tahap Pra Krisis Kesehatan Melakukan penyediaan buffer stok obat dan perbekalan kesehatan dengan rincian sebagai berikut : 20% 30% dari pemakaian rutin di daerah yang tidak rawan bencana 00% dari pemakaian rutin di daerah yang rawan bencana 2. Tahap Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Mobilisasi obat dan perbekalan kesehatan ke Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan untuk selanjutnya didistribusikan ke sarana kesehatan seperti pos kesehatan di lokasi pengungsian, puskesmas, puskesmas pembantu dan rumah sakit. Obat dan perbekalan kesehatan yang dimobilisasi berupa paketpaket obat dan perbekalan kesehatan sesuai jenis kejadian bencana/krisis kesehatan yangterjadi, seperti paket bencana banjir, paket bencana gempa bumi, paket bencana letusan gunung api. 73

69 Tabel Logistik Yang Telah Dimobilisasi Direktorat Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Pada Tahun 202 No Nama Obat dan Perbekalan Kesehatan Jumlah Tujuan. Paket Bencana Banjir 258 Koli 2. Paket Bencana Banjir 28 Koli 3. Paket Pelayanan Kesehatan Dasar 3 Koli 4. Paket Gunung Meletus 20 Koli 5. Paket Longsor 6 Koli 6. Paket Banjir 5 Koli 7. Paket Banjir 3 Koli Dinkes Provinsi Gorontalo Dinkes Kabupaten Lebak Pos Kesehatan Jatuhnya Pesawat Sukoi SSJ 00 Dinkes Provinsi Maluku Utara PPKK Kemenkes RI PPKK Kemenkes RI PPKK Kemenkes RI f. Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang memobilisasi logistik peralatan dan bahan habis pakai untuk pengendalian vektor penyakit. Logistik ini dimobilisasi baik pada tahap pra krisis kesehatan sebagai buffer stock di Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk kesiapsiagaan serta pada tahap tanggap darurat krisis kesehatan untuk digunakan dalam pengendalian vektor penyakit menular di lokasilokasi pengungsian. Logistik peralatan pengendalian vektor penyakit antara lain berupa mesin fogging, spraycan. Bahan habis pakai untuk pengendalian vektor penyakit berupa insektisida dan larvasida. Tabel Logistik yang Disiapkan untuk Kesiapsiagaan Krisis KesehatanTahun 202 No Nama Barang/Bahan 2 3 Mesin fog Insektisida vektor DBD (metil pirimifos) Insektisida vektor DBD (cypermethrin) Jumlah Satuan 4 unit 400 liter 200 liter 74

70 No Nama Barang/Bahan 4 5 Larvasida vektor DBD (Temephos) RDT Chikungunya Larvasida vektor malaria (Altosit briket) (APBN Subdit malaria) Spraycan (SulawesiKalimantan) /GF Round Mikroskop stereo Bahan dan alat uji pengendalian vektor Entomology kit Jumlah Satuan 5000 kg 20 unit 90 lok (BTKL, KKP, Dinkes propinsi 4.2 UPAYA TANGGAP DARURAT KRISIS KESEHATAN Upaya tanggap darurat adalah upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang dilakukan pada saat terjadinya krisis kesehatan. Masa tanggap darurat ditetapkan oleh Bupati/Walikota bila krisis kesehatan terjadi di tingkat Kabupaten/Kota, di tingkat provinsi oleh Gubernur dan Presiden bila terjadi krisis kesehatan akibat bencana tingkat Nasional. Setiap kejadian krisis kesehatan selalu direspon oleh jajaran kesehatan baik ditingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/ Kota, Provinsi maupun Nasional. Upaya tersebut dilakukan untuk mencegah munculnya permasalahan kesehatan yang timbul pada saat terjadinya bencana maupun setelah terjadinya bencana. Kejadian krisis kesehatan direspon sesuai dengan kapasitas pemerintahan setempat maupun besarnya akibat yang ditimbulkan. Mekanisme permintaan dan pemberian bantuan dilakukan secara berjenjang. Kementerian Kesehatan dalam hal ini Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dan unit lintas program terkait telah memobilisasi bantuan untuk penanggulangan krisis kesehatan selama tahun 202. Adapun kegiatan mobilisasi yang dilakukan pada saat tanggap darurat meliputi mobilisasi SDM kesehatan, logistik, bantuan dana operasional, klaim biaya pengobatan bagi korban bencana, serta kegiatan pemantauan dan penyajian informasi krisis kesehatan. 75

71 Upaya Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan PPKK adalah unit organisasi yang bertugas sebagai komando pada saat tanggap darurat, yang mempunyai tugas pengkoordinasikan seluruh unit lintas program maupun lintas sektor yang melaksanakan tugas upaya penanggulangan di bidang kesehatan. Pada tanggap darurat kejadian krisis kesehatan PPKK melaksanakan upayaupaya sebagai berikut :. Melakukan koordinasi upaya penanggulangan krisis kesehatan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota. 2. Menggerakkan PPK Regional/Sub Regional untuk melakukan upaya tanggap darurat pada kejadian krisis kesehatan. 3. Mengkoordinasi upaya tanggap darurat krisis kesehatan yang dilakukan oleh unitunit lintas program terkait di Kementerian Kesehatan terkait mobilisasi SDM dan Logistik. 4. Mobilisasi SDM Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan untuk memberikan dukungan manajemen penanggulangan krisis kesehatan bagi PPK Regional dan Sub Regional, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan. 5. Mobilisasi dukungan logistik untuk PPK Regional/Sub Regional, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan. 6. Pemberian dukungan dana operasional penanggulangan krisis kesehatan pasa masa tanggap darurat kepada PPK Regional/Sub Regional, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan. No Lokasi Kab. Lebak Prov. Banten Mobilisasi Jenis Kejadian SDM Kes Logistik Dukungan operasional Banjir dan 3 orang paket obat Tanah tim banjir Longsor kesehatan 500 polybag 45 kg Kaporit 90 botol Lysol 00 tablet aquatab 3 rompi tim 76

72 No Mobilisasi Jenis Lokasi Kejadian SDM Kes Dukungan Logistik operasional kesehatan 0 topi tim kesehatan 3 pasang sepatu boat 3 jas hujan 2 3 Kab/kota di pantai barat di Prov. Aceh Kec. Cijeruk Kab. Bogor Prov. Jawa Barat Kota Ambon Prov. Maluku Gempa Bumi Kecelakaan Transportasi Tim Kesehatan (7 orang) Tim Kesehatan (5 orang) Banjir dan Tim RHA Tanah (4 orang) Longsor Jumlah Biaya Operasional 4 50 kantong mayat 20 dus MP ASI Pusat Penanggulangan Krisis Regional dan Sub Regional PPK Sub reg papua 5 feb, konflik sosial PPK Reg Kalsel 4 Mei, banjir PPK Reg Sumut 4 Nov Banjir PPK Reg DKI, 2 Nov Banjir Distribusi Logistik P2PL Saat Tanggap Darurat No. Tujuan Dinkes Provinsi Banten Jenis logistik Actellick PAC Jumlah 20 liter 500 sachet Ket Januari 202, banjir Kab. Lebak, Provinsi 77

73 2. Dinkes Kab. Lebak 3. Dinkes Kab. Tasikmalaya 3. Dinkes Kab. Garut Aquatab Lysol Insektisida lalat Air rahmat Spanduk pos kesehatan Jerigen air bersih Repellent lalat Atribut lapangan Polybag sampah Hygiene Kit PAC Actellick Jerigen air bersih Aquatab Kaporit Polybag sampah Air rahmat Hygiene Kit Insektisida lalat Repellent lalat Emergency Kit Spanduk pos kesehatan Atribut lapangan Masker Polybag sampah 500 tablet 50 liter 5 liter 5dus Air rahmat Kaporit PAC 5dus 3 pail 000 sachet 3 dus 3 dus 20 liter 2000 buah 500 buah 5dus 3 pail 000 sachet 3 dus 2 dus 20 liter Hygiene Kit Repellent lalat Actellick Masker Polybag sampah Air rahmat Kaporit PAC Hygiene Kit Repellent lalat Actellick Banten 0 buah dus 500 lembar 3 dus 500 sachet 30 liter 0 buah 500 tablet 2 pail 500 lembar 5dus 3 dus 5 liter dus set 2000 buah 500 buah Januari 202, Banjir Kab. Lebak, Provinsi Banten Februari 202, Peningkatan status Gunung Galunggung Februari 202, Peningkatan status Gunung Galunggung 78

74 4. KKP Lhokseumawe Lisol PAC Insektisida lalat Polybag sampah Hygiene kit Aquatab Actelic Kaporit 50 liter 000 sachet 0 liter 500 buah 00 set 2000 tablet 25 liter 45 kg Maret 202; Banjir bandang Kec. Tangse Kab. Pidie Aceh 5. BTKLPP Manado Masker non kain Polybag sampah buah 500 lembar September 202; Erupsi Gn. Lokon Soputan 6. Dinkes Kab. Lampung Selatan Polybag sampah Paket obat Emergency kit 500 buah 2 paket paket Oktober 202; Kerusuhan Lampung Selatan 7. KKP Kelas I Soekarno Hatta wilker Halim Perdana Kusuma Emergency Kit Atribut lapangan paket 5 set Mei 202; Kecelakaan Pesawat Sukhoi Super Jet Paket Obat obatan Polybag sampah 2 paket 200 lembar 8. Dinkes Prov Riau Masker non Kain buah Juli 202; Kebakaran Hutan 9. Dinkes Prov. DKI Jakarta Kaporit Acetellick Repellent nyamuk Hygiene Kit Air Rahmat Polybag Bubuk Abate Repellent Lalat Lisol 200 kg 20 liter 3000 sachet 20 paket 480 botol 2500 lembar 50 kg 0 dus 00 liter Banjir Provinsi DKI Jakarta Kaporit Polybag?? Banjir Bandang Ambon; Agustus 202 Repellent lalat Air Rahmat?? 0. Dinkes Maluku 79

75 Upaya Pelayanan Kesehatan Mobilisasi bantuan kesehatan telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan melalaui unitunit lintas program terkait maupun UPT yang ada di daerah serta dari PPK Regional, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota. Permintaan bantuan dilakukan secara berjenjang.. Pelayanan kesehatan menjadi sangat penting pada saat terjadinya krisis kesehatan, dimana semakin cepat pelayanan kesehatan dilakukan semakin cepat dan banyak nyawa yang terselamatkan. Pelayanan kesehatan dilakukan mulai dari lokasi kejadian hingga korban mendapat perawatan di fasilitas kesehatan hingga di fasilitas kesehatan rujukan yang lebih tinggi. Pelayanan kesehatan pada saat tanggap darurat krisis kesehatan akibat bencana menggunakan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Bencana. Pelayanan kesehatan pada saat masa tanggap darurat tidak hanya memberikan pelayanan kegawat daruratan, akan tetapi juga memberikan pelayanan kesehatan ke pada pengungsi yang membutuhkan pelayanan kesehatan di lokasi pengungsian. Kementerian Kesehatan berkoordinasi Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota memberikan pelayanan kesehatan di Pos Kesehatan, Polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Sakit. a. Memberikan pelayanan kesehatan di Pos Kesehatan, Polindes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, Kantor Kesehatan Pelabuhan dan Rumah Sakit b. Mengkoordinasikan Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan. c. Mendeteksi dini risiko gangguan kesehatan jiwa pada krisis kesehatan dan memberikan pelayanan penatalaksanaan gangguan jiwa Upaya Pelayanan Gizi a. Melakukan Screening Masalah Gizi Screening masalah gizi pada bayi, balita dan ibu hamil pada saat darurat dilakukan dengan menggunakan pita lila (pengukuran lingkar lengan atas). Setelah kondisi stabil akan dilakukan screening dengan mengukur tinggi badan dan berat badan. b. Melakukan Surveilans Gizi Darurat 80

76 Surveilans gizi darurat dengan melakukan registrasi pengungsi, pengumpulan data dasar gizi dan screening masalah gizi. c. Konseling Menyusui Konseling menyusui dilakukan di pengungsian, Rumah Sakit lapangan dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang ada dilokasi krisis kesehatan; d. Pengawasan Distribusi Susu Formula Pendistribusian dan pemanfaatan susu formula/pasi harus diawasi secara ketat oleh petugas kesehatan, puskesmas dan dinas kesehatan setempat karena penyiapan dan pemberian susu formula yang tidak benar dapat menimbulkan timbulnya wabah diare di pengungsian yang dapat memperburuk status gizi anak. Memfasilitasi penyediaan tenaga relawan pengawas distribusi susu formula di posko pengungsi (mahasiswa jurusan gizi/kesehatan). Tenaga relawan mengawasi apakah pemberian susu formula sudah sesuai aturan dan distribusi susu formula sudah sesuai peruntukannya. e. Memfasilitasi penyediaan tenaga relawan pengawas dan perancang susunan menu di posko pengungsi (mahasiswa tingkat akhir jurusan gizi Poltekkes atau FKM). Tenaga relawan bertugas membantu menyusun menu di posko pengungsi dari bahanbahan yang ada dan mengawasi pengolahan makanan di dapur umum. Kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana berkoordinasi dengan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) baik di pusat maupun dan regional/sub regional melibatkan lintas program dan lintas sektor termasuk LSM nasional maupun meliputi antara lain :. Perhitungan kebutuhan Ransum 2. Penyusunan menu 2.00 kkal,50 g protein dan 40 gr lemak 3. Penyusunan menu untuk kelompok rentan 4. Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan sampai pendistribusian 8

77 5. Pengawasan logistik bantuan bahan makanan, termasuk bantuan susu formula bayi 6. Pelaksanaan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi pengungsi khususnya balita dan ibu hamil dan tindak lanjutnya 7. Konseling gizi khususnya konseling menyusui dan MPASI 8. Suplementasi gizi meliputi : pemberian MPASI biskuit, pemberian kapsul vitamin A untuk balita dan tablet besi untuk ibu hamil. Pada tahun 202, kegiatan penanganan gizi di daerah bencana dilaksanakan oleh pelaksana program gizi di kabupaten dan kota serta Pelaksana gizi puskesmas berkoordinasi dengan BPBD sesuai dengan kegiatankegiatan tersebut diatas. Kegiatan suplementasi gizi berupa pemberian MPASI biskuit, pemberian kapsul vitamin A kepada ibu nifas dan balita 659 bulan, tablet Fe untuk ibu hamil tetap dilaksanakan baik di pengungsian maupun di fasilitas kesehatan. Pada situasi bencana atau darurat, kelompok paling rawan yang perlu diprioritaskan memperoleh makanan adalah bayi dan anak, ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia. Sampai tahun 202, makanan bufferstock yang tersedia adalah untuk bayi dan anak. Sementara untuk pemberian makanan untuk orang dewasa dapat diupayakan dari bahan makanan lokal yang tersedia di daerah setempat. Tabel Distribusi Logistik Gizi Saat Tanggap Darurat No Lokasi Sulawesi Utara 2 Maluku Utara (Ternate) 3 Maluku (Ambon) Jenis Kejadian Letusan Gunung Soputan Letusan Gunung Gamala ma Banjir Logistik Jumlah MP ASI 2 Ton MP ASI 2 Ton MP ASI Ton 82

78 Tabel Distribusi MPASI Menurut Propinsi Tahun 202 No Provinsi Sumut Sumbar Riau Jambi Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jabar Jateng DI Yogyakarta Jatim Banten Bali NTB NTT Kalbar Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Maluku Malut Papua Barat Papua Aksi Sosial Luar Negeri (Filipina) Jumlah Jumlah MPASI (Kg) 3,000 7,500 2,000 2,000 2,000 2,000 9,335 26,378 43,08 9,000 37,000 32,000 2,000 24,000 9,000 7,000 7,000 2,000 6,000 5,000 4,000 7,000 5,000 5,000 4,500,000 7,000 5,000 5, ,794 83

79 4.2.4 Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa Upaya pelayanan kesehatan jiwa dan psikososial di daerah bencana dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan bantuan bagi masyarakat/pengungsi di daerah tersebut yang memerlukan penanganan khusus dibidang kesehatan jiwa dalam rangka memulihkan mereka dari dampak traumatik akibat bencana dan meningkatkan derajat kesehatan jiwanya. Dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan jiwa, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa di tingkat Pusat berkoordinasi dengan CMHN (Community Mental Health Nursing) dan PPKK, sedangkan di tingkat Provinsi/Kabupaten/kota berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Jiwa Daerah setempat. Upaya pelayanan kesehatan jiwa yang dilakukan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana selama tahun 202 adalah sebagai berikut :. Upaya pelayanan kesehatan jiwa pada kejadian konflik sosial di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah Tenaga kesehatan yang bertugas terdiri dari : Tim dari Kementerian Kesehatan : 2 orang dari Direktorat Bina Kesehatan Jiwa, orang dari Community Mental Health Nursing dan orang sarjana psikologi dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan. Tim daerah 0 orang yang terdiri dari Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten, dan Puskesmas di Kabupaten Sigi. Sebelum menuju lokasi pengungsian, dilakukan pembekalan terlebih dahulu untuk tim, materi yang diberikan: o Manajemen bencana bidang kesehatan o Deteksi dini permasalahan kesehatan jiwa o Manajemen stress Tim dibagi menjadi 3 kelompok yang menuju tiga titik pengungsian, setiap tim megumpulkan warga di lokasi pengungsian, melakukan 84

80 sosialisasi menajemen stres dan melakukan penilaian (assessment) menggunakan instrumen assessment masalah kejiwaan (self Reporting questionaire), dari hasil penilaian (assessment) tersebut dapat diketahui individu yang perlu memperoleh pelayanan kesehatan dari dokter spesialis jiwa. Dari 50 orang yang diperiksa terdapat 27 pasien yang dirujuk ke dokter spesialis jiwa dengan sebagian besar diagnosis adalah psikosomatis dan ansietas 2. Upaya pelayanan kesehatan jiwa pada kejadian konflik sosial di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur Tenaga Kesehatan yang bertugas terdiri dari : Tim dari Kementerian Kesehatan terdiri dari : 3 orang dari Direktorat Bina Kesehatan Jiwa dan orang sarjana psikologi dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan. Tim daerah 9 orang yang terdiri dari Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten, CMHN Jatim, RSJ Lawang, RSJ Menur dan Puskesmas di Kabupaten Sampang. Sebelum menuju lokasi pengungsian, dilakukan pembekalan terlebih dahulu untuk tim, materi yang diberikan : Manajemen bencana bidang kesehatan Psychological First Aid (PFA) Manajemen stress Praktek manajemen stres Jumlah pengungsi sebanyak 294 orang terkonsentrasi pada tempat pengungsian yaitu di GOR Kabupaten Sampang. Tim dibagi menjadi 2 kelompok, kegiatan yang dilakukan adalah :. Memberikan praktek manajemen stress kepada pengungsi 2. Melakukan penilaian (assessement) menggunakan Self Report Questioner (SRQ) untuk mengukur individu yang perlu mendapatkan tindak lanjut masalah kesehatan jiwa, jika terindikasi mengalami kesehatan jiwa maka langsung di rujuk ke dokter spesialis jiwa. 85

81 3. Melakukan intervensi psikolsosial pada anakanak di pengungsian Dari 54 orang yang di ukur mengunakan Self Report Questioner (SRQ) terdapat 4 orang yang mengalami masalah Kesehatan jiwa dan dirujuk ke dokter spesialis jiwa. 3. Upaya pelayanan kesehatan jiwa pada kejadian konflik sosial di Dusun Napal, Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Tenaga Kesehatan yang bertugas berasal dari RS Jiwa Daerah Lampung dan Community Mental Health Nursing (CMHN). Kegiatan yang dilaksanakan:. Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk 2. Terapi individu 3. Terapi keluarga 4. Terapi kelompok 5. Pengajuan pembentukan UKS Jiwa 6. Sosialisasi, pelatihan CMHN di puskesmas dan pengajuan pembentukan desa siaga sehat jiwa Jumlah pengungsi : 300 jiwa Jumlah Kasus yang mengalami masalah kesehatan jiwa : 4.. Reaksi stress akut : 50 orang 2. Gangguan cemas menyeluruh : 2 orang 3. Depresi : 2 orang Upaya pelayanan kesehatan jiwa akibat kejadian konflik sosial di Desa Balinuraga, Kecamatan Waipanji, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Tenaga kesehatan yang bertugas berasal dari RS Jiwa Daerah Lampung dan Community Mental Health Nursing (CMHN) Kegiatan yang dilaksanakan :. Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk 2. Terapi individu 86

82 3. Terapi keluarga 4. Terapi kelompok 5. Proses rujukan dan perawatan klien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung Jumlah pengungsi 994 jiwa Jumlah pengungsi yang mengalami masalah kesehatan jiwa sebanyak 75 orang, terdiri dari :. Reaksi stress akut : 67 orang 2. Depresi : 4 orang 3. Skizofrenia : 4 orang Jumlah pengungsi yang dirujuk dan dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa sebanyak 3 orang. Dari hasil kegiatan pelayanan kesehatan jiwa pada kejadian krisis kesehatan dapat disimpulkan bahwa :. Apabila terjadi bencana yang menyebabkan konsentrasi massa di pengungsian perlu ada intervensi psikososial dan kesehatan jiwa, untuk mengantisipasi timbulnya gangguan kejiwaan yang serius dan berkelanjutan pasca bencana 2. Masyarakat di pengungsian perlu diajarkan praktek manajemen stress agar dapat beradaptasi dengan lebih baik terhadap bencana yang terjadi. 3. Masyarakat di pengungsian perlu diajak melakukan kegiatankegiatan positif yang dapat menguatkan mentalnya seperti aktifitas keagamaan (sholat berjamah/ berdoa bersama, ceramah) sehingga meningkatkan kepasrahan pada Tuhan dan menguatkan mental. Selain itu kegiatan bersama seperti senam, atau diajari membuat keterampilan/kerajinan tertentu (untuk pengungsian yang waktunya lama), sehingga dapat mengurangi kesedihan akibat bencana, dan menggugah masyarakat untuk bangkit. No Lokasi Kab Sigi Sulawesi Tengah Jenis kejadian bencana Banjir Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan jiwa (Psychological First Aid /PFA dan manajemen stres) di lokasi pengungsian Kec kulawi Kab Sigi. Unit yang terlibat Ditkeswa, CMHN, PPKK. 3 5 September

83 2 Kab Sampang Jawa Timur 3 Dusun napal Konflik sosial Desa sidomulyo (Perang antar Kec suku) Sidomulyo Kab Lampung selatan Konflik sosial Pelayanan kesehatan jiwa (Psychological First Aid /PFA dan manajemen stres) di lokasi pengungsian di Kab Sampang. Ditkeswa, CMHN, PPKK. 3 5 Oktober 202 Pendampingan psikososial pada penyintas konflik (pengungsi 300 orang, 75 KK), kegiatan: RSJD Lampung Sejak 24 Januari 202 intensif bulan, dilanjutkan secara berkala sampai April Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk 8. Terapi individu 9. Terapi keluarga 0. Terapi kelompok. Pengajuan pembentukan UKS Jiwa 2. Sosialisasi, pelatihan CMHN di puskesmas dan pengajuan pembentukan desa siaga sehat jiwa 4 Desa Balinuraga Kec Waipanji Kab Lampung Selatan Konflik sosial (antar warga) Pendampingan RSJD Lampung psikososial sejak 28 pada penyintas konflik Oktober 202 (944 jiwa), kegiatan:. Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk 2. Terapi individu 3. Terapi keluarga 4. Terapi kelompok 5. Proses rujukan dan perawatan klien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung 88

84 4.2.2 Upaya Pelayanan Kesehatan Ibu Operasionalisasi dari rencana kesiapsiagaan dibawah koordinasi koordinator tim siaga kesehatan reproduksi, berupa : Respon awal: penentuan tingkat wewenang penanganan bencana. Tanggung jawab pertama upaya penanganan kesehatan reproduksi pada tingkatan kabupaten/kota, bila masalah tidak tertangani, maka upaya penanganan akan mendapat dukungan dari tingkat diatasnya; mengintegrasikan tim siaga kesehatan reproduksi ke dalam tim koordinasi badan penanggulangan bencana. penerapan pelayanan kesehatan reproduksi melalui Paket Pelayanan Awal Minimal (PPAM) Kesehatan reproduksi situasi darurat. Mobilisasi tim siaga kesehatan reproduksi untuk melakukan penilaian awal kesehatan reproduksi secara cepat. Mobilisasi kit kesehatan reproduksi yang terdiri dari kit ibu hamil, kit ibu bersalin, kit bayi dan kit higienis untuk para pengungsi di lokasi pengungsian. Tabel Logistik yang dimobilisasi Direktorat Bina Kesehatan Ibu selama tahun 202 No Jenis Logistik Jumlah Tujuan Kit Ibu Hamil 283 set Jawa Barat 2 Kit Ibu Bersalin 283 set Sumatera Barat 3 Kit Bayi 60 set Nusa Tenggara Barat 4 Kit Higienis.73 set Gorontalo Bengkulu Banten (Pandeglang) Kalimantan Selatan 89

85 4.2.3 Upaya Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL). Banjir di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Januari 202) Upaya PP & PL yang dilakukan sebagai berikut : Berkoordinasi dengan BPDB setempat, Dinas Kesehatan Provinsi Banten dan Dinas Kesehatan Kabupatan Lebak untuk membantu evakuasi korban Memobilisasi Tim untuk melakukan RHA dan need assessment Mendirikan pos kesehatan di beberapa titik lokasi banjir dengan posko kendali di Dinkes Kab. Lebak. Melakukan penguatan surveilans penyakit berpotensi KLB Melakukan upaya sanitasi darurat Kaporisasi sumber air bersih (sumur) dan pembagian Lysol untuk membersihkan rumah rumah penduduk. Upaya pengendalian vektor di 3 lokasi bencana di Kecamatan Rangkas Bitung berupa penyemprotan dan pembagian repellent lalat. Distribusi Logistik PP & PL 2. Konflik sosial di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung (Oktober 202) Upaya PP & PL yang dilakukan sebagai berikut : Melakukan koordinasi dengan PPKK, KKP Panjang, Dinkes Prov Lampung dan Dinkes Kab. Lampung Selatan KKP Panjang mendirikan pos kesehatan di lokasi kejadian Berkoordinasi dengan dokter kepolisian, Dinas Kesehatan Provinsi Lamp ung, Dinkes Kabupaten Lampung Selatan untuk mengaktifkan sistem sur veilans penyakit berpotensi KLB Melakukan upaya sanitasi darurat Distribusi Logistik PP & PL Berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan PDAM setempat untuk pemenuh an air bersih Melakukan koordinasi dengan dinas Pekerjaan umum untuk penyediaan sarana MCK darurat 3. Erupsi Gunung Lokon dan Gunung Soputan, Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara (September 202) 90

86 Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain : Melakukan koordinasi dengan BTKLPP Manado, PPKK, Dinkes Prov Sulut, Dinkes Kota Tomohon, Dinkes Kab. Minahasa Tenggara dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Tim Ditjen PP dan PL ( Dit. Simkar Kesma dan Dit. PL) telah menerjunkan tim ke lokasi bencana berkoordinasi dengan BTKL PP kelas I Manado dan Dinkes Kab. Minahasa Tenggara. BTKL PP kelas I Manado melakukan pengukuran kualitas udara pada kedua Gunung tersebut (parameter fisika, PM0, dan TSP). Pemeriksaan di Gunung Lokon dilakukan di 3 titik (Paniki bawah lingkungan 0, pusat Kota Manado depan gereja Sentrum, dan perempatan Jl. Agustus). Hasilnya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi TSP. Sedangkan pemeriksaan di Gunung Soputan dialkukan di 4 titik (Tugu KB kompleks Pasar Ratahan, Kantor Bupati, Depan Bank Sulut Ratahan, Desa Noongan II). Hasilnya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi TSP dan PM0 melampaui baku mutu pada semua lokasi pengukuran. Pengaktifkan sistem surveilans penyakit di pos kesehatan maupun puskesmas. Memberikan dukungan Logistik kepada BTKL PP Kelas I Manado : Polybag sampah 500 lembar, masker 3000 ribu buah, tas ransel untuk petugas lapangan 0 buah. Sebagian logistik (seperti masker) telah didistribusikan kepada Dinkes Kab. Minahasa Tenggara 4. Kecelakaan Pesawat Sukhoi Super Jet 00 di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Mei 202) Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain : Melakukan koordinasi dengan PPKK dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk memobilisasi tim pemantauan di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta Bersama dengan PPKK mendirikan pos kesehatan di terminal kedatangan Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta untuk mengantisipasi anggota keluarga yang sakit dibawah komando Korwil KKP wilayah kerja Bandara Halim Perdanakusuma. Petugas jaga terdiri dari dokter umum dan 2 perawat, dan mendapat bantuan dari KKP Priok (2 perawat) dan PMI (2 perawat). Petugas pos kesehatan bertugas selama 24 jam. 9

87 KKP SoekarnoHatta wilayah kerja Bandara Halim Perdanakusuma menyiagakan ambulans KKP Tanjung Priok menyiagakan unit ambulans di Bandara Halim Perdanakusuma Distribusi logistik PP & PL 5. Erupsi Gunung Gamalama, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara (September 202) Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain : Melakukan koordinasi penanganan bidang kesehatan dengan PPKK, Dinkes Provinsi Maluku Utara, Dinkes Kota Ternate, KKP Ternate, dan BPBD Provinsi Maluku Utara. Memobilisasi Tim PP & PL untuk melakukan Rapid Health Assessment (RHA) KKP Ternate mendistribusikan masker kepada masyarakat di pelabuhan. 6. Banjir Bandang di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Juli 202) Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain : Melakukan koordinasi dengan Dinkes Prov Sumbar, Dinkes Kota Padang, KKP Padang dan PPKK KKP Kelas II Padang memobilisasi tim untuk melakukan RHA Dinkes Provinsi Sumatera Barat dan Dinkes Kota Padang serta KKP Kelas II Padang mendirikan pos kesehatan dan melakukan pelayanan kesehatan di lokasi pengungsian masyarakat/ korban antara lain: Pos Kesehatan Kelurahan Limau Manis, Pos Kesehatan Kel. Limau Manis Selatan, Pos Kesehatan Banuaran, Pos Kesehatan Parak Laweh, Pos Kesehatan Tabing Banda Gadang I, Pos Kesehatan Tabing Banda Gadang II. Mengaktifkan sistem surveilans perkembangan kondisi kesehatan masyarakat sejak hari pertama terutama dalam rangka antisipasi KLB. Memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat korban bencana. Tim P2P Dinkes Provinsi Sumatera Barat dan Dinkes Kota Padang melakukan penguatan tata laksana diare dan ISPA, leptospirosis, campak dan penyakit kulit lainnya. Dinkes Provinsi Sumatera Barat melakukan pemeriksaan air ( bakteriologis dan kimia) terhadap sumber air yang digunakan. Ditjen P2PL Kementerian Kesehatan menurunkan Tim Surveilance dan Rapid Health Asessment. Kegiatan yang dilakukan : 92

88 Melakukan penguatan tata laksana diare dan ISPA, Leptospirosis, Campak dan Penyakit Kulit lainnya Melakukan surveilans perkembangan kondisi kesehatan masyarakat sejak hari pertama terutama dalam rangka antisipasi KLB dan selanjutnya tetap akan dilakukan pelaporan harian perkembangan penyakit untuk mencegah terjadinya KLB Memberikan tehnik penjernihan air sederhana. Mendistribusikan PAC, kaporit. Melakukan pemeriksaan air bakteriologis dan kimia terhadap sumber air yang digunakan Melakukan pemantauan ketat dan penyemprotan bila diperlukan pada beberapa daerah endemis DBD 7. Peningkatan Status Gunung Galunggung di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat (Februari 202) Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain : Melakukan koordinasi dengan PPKK, BPBD Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya dan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut. Ditjen PP dan PL dan BBTKL PP Jakarta memobilisasi tim untuk melakukan analisa awal berkoordinasi dengan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, Dinkes Provinsi Jawa Barat, Dinkes Kab. Tasikmalaya dan Dinkes Kab. Garut. BBTKL PP Jakarta bersama sama tim Ditjen PP dan PL dan Dinkes Kabupaten Tasikmalaya melakukan pemeriksaan kualitas udara ambient dan kualitas air di beberapa titik di sekitar Gunung Galunggung (hasil masih menunggu ± minggu), yaitu di : a. Outlet kawah, sekitar 500 meter dari kawah Gunung Galunggung, pemeriksaan kualitas udara ambient dan pengambilan sampel air yang keluar dari kanal Galunggung (air kawah). b. Balai Desa Linggajati untuk pemeriksaan kualitas udara ambient, dan melakukan pengambilan sampel air bersih di Dusun Gedong Nyungcung (saluran perpipaan air kawah, sumur gali, dan air sumur gali yang telah dimasak). c. Lapangan Kompleks Pondok Pesantren Cipasung yang direncanakan akan dipersiapkan sebagai salah satu lokasi pengungsian, berlokasi sekitar 3 km dari pusat kawah, dilakukan pemeriksaan kualitas udara. d. Lapangan Arjasari yang juga dipersiapkan sebagai salah satu lokasi pengungsian warga, pemeriksaan kualitas udara. 93

89 8. Banjir di Provinsi DKI Jakarta Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain: Melakukan koordinasi dengan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dalam penganan banjir dan tanah longsor bidang kesehatan Tim Ditjen PP dan PL melakukan pemantauan ke beberapa lokasi banjir seperti di Kampung Pulo dan Kampung Melayu, juga memantau pintu air manggarai dan pos pengendali operasi di Sudinkes Jakarta Timur. Mendistribusikan logistik PP & PL. 9. Banjir Bandang di Kota Ambon, Provinsi Maluku (Agustus 202) Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain : Melakukan koordinasi dengan Dinkes Provinsi Maluku, Dinkes Kota Ambon, PPKK, dan BTKL Ambon. Memobilisasi Tim untuk melakukan RHA dan penilaian kebutuhan. BTKL Ambon melakukan pemeriksaan kualitas air. Melakukan upaya sanitasi darurat. Mendistribusikan logistik PP & PL Upaya Penyediaan Dan Distribusi Obat Serta Perbekalan Kesehatan Pada saat kejadian krisis kesehatan akibat bencana kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan harus dilakukan secara cepat, tepat dan sesuai kebutuhan agar dapat mendukung pelayanan kesehatan bagi korban bencana dengan memperhitungkan jumlah pengungsi, jenis kelamin, usia dan jenis penyakit. Penyediaan pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan dalam penanggulangan bencana pada dasarnya tidak akan membentuk sarana dan prasarana khusus, tetapi menggunakan sarana dan prasarana yang telah tersedia. Kebijakan yang dilakukan dalam penyiapan obat dan perbekalan kesehatan dalam kondisi bencana adalah sebagai berikut : a. Penilaian kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan secara cepat, tepat dan sesuai kebutuhan agar dapat mendukung pelayanan kesehatan bagi korban bencana dengan mempertimbangkan jumlah pengungsi, jenis kelamin, usia dan pola penyakit. b. Penyediaan obat di sarana kesehatan seperti pos kesehatan, puskesmas, puskesmas pembantu dan rumah sakit 94

90 c. Mobilisasi SDM Farmasi (Apoteker/Asisten Apoteker) ke lokasi kejadian krisis kesehatan untuk mendukung Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam pengelolaan obat saat kejadian krisis kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Farmasi dan Alat Kesehatan telah mendukung penyediaan logistik obat dan perbekalan kesehatan, upaya penyediaan dan distribusi obat dilakukan dengan buffer stock di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi, apabila pada daerah bencana kekurangan dapat meminta melalui PPKK maupun langsung ke Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan juga telah mendukung penyediaan SDM Kefarmasian (Apoteker/Asisten Apoteker) ke lokasi kejadian krisis kesehatan untuk membantu Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan saat tanggap darurat krisis kesehatan. Tabel Mobilisasi Bantuan SDM dan Logistik Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan selama Tahun 202 Mobilisasi NO Lokasi Jenis SDM Logistik Kejadian. Provinsi Gorontalo Banjir Dukungan Operasional Apoteker, Obat Paket Asisten Banjir Apoteker 2. Kabupaten Lebak Banjir Obat Paket Banjir 3. Propinsi Utara Maluku Gunung Meletus Obat Paket Gunung Meletus 95

91 4. DKI Jakarta Kecelakaan Apoteker, Pesawat Asisten Sukhoi Paket PKD SSJ Apoteker UPAYA PASCA KRISIS KESEHATAN Upaya yang dilakukan pasca krisis kesehatan terdiri dari dua kegiatan yaitu rehabilitasi dan rekonstruksi. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca krisis kesehatan dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana. Sesuai dengan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidupyang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. Upaya pelayanan pasca krisis dilaksanakan oleh unit utama sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya antara lain : 4.3. Upaya Pasca Krisis Kesehatan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Upaya pasca krisis kesehatan yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan selama tahun 202 antara lain : A. Melakukan pertemuan evaluasi :. Pertemuan Evaluasi Upaya Tanggap Darurat dan Pemulihan Krisis Kesehatan Pertemuan ini membahas evaluasi penanggulangan krisis kesehatan : Penanganan Permasalahan Kesehatan Jiwa Pasca Kejadian Konflik Sosial di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur 96

92 Pelaksanaan SPGDT pada kejadian kecelakaan Kapal Feri Bahuga di Selat Sunda, Provinsi Banten Penanganan Permasalahan Kesehatan Lingkungan Saat dan Pasca Bencana Banjir Bandang di Kota Ambon dan Kota Padang. 2. Pertemuan Evaluasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Jatuhnya Pesawat Sukhoi SSJ 00 B. Bersamasama dengan Direktorat Bina Kesehatan Jiwa melakukan pelayanan kesehatan jiwa, pendampingan psikologis dan deteksi adanya gangguan kesehatan jiwa pada pengungsi. Kejadian Konflik Sosial di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah 2. Kejadian Konflik Sosial di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur C. Melakukan pembayaran klaim tagihan rumah sakit atas pelayanan pasien korban bencana pada masa tanggap darurat. Setelah berakhirnya masa tanggap darurat, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan membayar klaim tagihan dari rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan kepada korban bencana pada masa tanggap darurat. Pembayaran klain tagihan rumah sakit yang dilakukan oleh PPKK selama tahun 202 total berjumlah sebesar Rp... Dari seluruh pembayaran klaim tagihan rumah sakit untuk tahun 202, proporsi terbesar merupakan akibat kejadian... Grafik Proporsi Pembayaran Klaim RS pada Tahun 202 Berdasarkan Waktu Terjadinya Krisis Kesehatan Belum ada data 97

93 Tabel 4.9 Pembayaran Klaim Tagihan RS Tahun 202 Belum ada data NO NAMA BENCANA PROVINSI TAHUN KEJADIAN BENCANA Biaya Klaim (Rp) JUMLAH TOTAL Upaya Pasca Krisis Yang dilakukan Oleh Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan a. Upaya Surveilans Epidemiologi Aktivasi lanjutan surveilans epidemiologi pasca bencana yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan setempat b. Upaya Penyehatan Lingkungan Upaya lanjutan penyehatan lingkungan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan setempat : a) Pengawasan dan perbaikan kualitas sarana dan kualitas air bersih. dengan melakukan disinfeksi sarana air bersih dengan kaporisasi chlorine cair, chlorine tablet 98

94 b) Pengawasan dan penyediaan sarana pembuangan kotoran terhadap pembuangan kotoran manusia terutama ditujukan untuk mengurangi pencemaran terhadap sumber / penyediaan air bersih yang ada dari tinja, sedangkan penyediaan sarana dilakukan dengan membuat sarana pembuangan kotoran darurat dengan berkoordinasi dengan instansi pekerjaan umum dan LSM serta melibatkan pengungsi. c) Pengawasan dan pengendalian pembuangan sampah terhadap pembuangan sampah dilakukan untuk mengisolir sampah agar tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan pengungsi, serta untuk mengurangi risiko pencemaran lingkungan dan mengurangi tingkat kepadatan vektor. d) Pengawasan dan pengendalian vektor di tempat penampungan pengungsi yang perlu mendapat perhatian adalah lalat, tikus dan nyamuk. e) Pengawasan dan pengamanan makanan dan minuman pengungsi dilakukan termasuk pengolahannya yang disediakan bagi pengungsi bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit melalui makanan / minuman. f) Sanitasi tempat penampungan pengungsi perlu mendapat perhatian, sehingga tidak menjadi tempat berkembangnya penyakit yang ditularkan melalui pernafasan dan udara. g) Pemberdayaan Masyarakat masyarakat pengungsi ini ditujukan untuk meningkatkan peran mereka dalam menyediakan fasilitas yang diperlukan oleh mereka sendiri beserta keluarganya dengan cara melibatkan dalam setiap kegiatan penyehatan lingkungan darurat yang dibangun atau dilaksanakan di tempat penampungan pengungsi. h) Penyuluhan Kesehatan diarahkan untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat agar pengungsi terhindar dari penularan penyakit baik melalui air, tangan, serangga maupun tanah. i) Perbaikan lingkungan permukiman khususnya di perumahan dengan melakukan disinfeksi lantai Upaya Pasca Krisis Yang Dilakukan Oleh Direktorat Bina Gizi Kegiatan penanganan gizi pascabencana pada dasarnya melaksanakan pemantauan dan evaluasi sebagai bagian dari surveilans, untuk: a. Mengetahui kebutuhan yang diperlukan (need assessment) 99

95 Berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan petugas setempat, untuk penyelenggaraan makanan di dapur umum baru ditujukan untuk memenuhi kebutuhan makanan dan gizi orang dewasa. b. Melaksanakan kegiatan pembinaan gizi sebagai tindak lanjut atau respon dari informasi yang diperoleh secara terintegrasi dengan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat (public health response) untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi dan kesehatan pengungsi. Tahun 202 telah dilaksanakan pembinaan teknis pada kejadian : Bencana Gunung Gamalama Ternate Maluku Utara Bencana Gunung Lokon Tomohon Sulut Bencana banjir di Ambon Maluku Bencana banjir Sumatera Barat Sebagai tindak lanjut dari monitoring dan evaluasi, ke depan direcanakan akan mengembangkan penanganan gizi pada situasi bencana yaitu : Advokasi dan sosialisasi Pemberian Makan Bayi dan Anak Pada Situasi bencana. Kegiatan penyediaan Makanan Pendamping ASI (MPASI) anak 624 bulan perlu diadakan di dapur umum. Penyediaan materi KIE terkait Pemberian makanan bayi dan anak pada situasi darurat (Gizi ibu hamil, pemberian ASI dan MPASI, pengawasan pemberian susu formula) Upaya Pasca Krisis Kesehatan Yang Dilakukan Oleh Direktorat Bina Kesehatan Ibu Upaya pemulihan kondisi kesehatan reproduksi, melalui: Melakukan penilaian kesiapan pelayanan kesehatan reproduksi sesuai kondisi normal. Perencanaan pelaksanaan kesehatan reproduksi komprehensif terpadu. Pelaksanaan upaya pemulihan kesehatan reproduksi melalui operasionalisasi dari perencanaan pelaksanaan kesehatan reproduksi komprehensif terpadu. 00

96 4.3.5 Upaya Pasca Krisis Kesehatan Yang Dilakukan Oleh Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Pengendalian vektor pasca bencana dilakukan ketika terdapatnya tumpukan sampah di sekitar lokasi bencana. Timbunan sampah merupakan breeding places yang potensial bagi lalat, kecoa/lipas dan tikus. Pada situasi pascabencana perlu diwaspadai juga tentang potensi breeding places nyamuk Culex sp., Aedes sp., Anopheles sp. Jika terdapat populasi vektor yang telah melampaui ambang batas maka dikendalikan secara kimiawi seperti dusting lalat, fogging dan Indoor Residual Spray (IRS). Pengendalian vektor juga dilakukan secara biologi menggunakan predator dan lingkungan/sanitasi. Pengendalian vektor yang efektif, efisien dan tepat sasaran adalah harus memperhatikan /berdasarkan bioekologi vektor Pengendalian vektor sebaiknya dilakukan secara terpadu (Integrated vector control) dengan mengkombinasikan pengendalian secara kimia, biologi dan lingkungan. Penggunaan insektisida dilaksanakan sesuai dengan kondisi: Epidemi/KLB Intensitas penularan tinggi (HIGH TRANSMISSITION) Insektisida yang digunakan harus memenuhi syarat : Rekomendasi WHO, KOMPES, PERMENKES 374/MENKES/PER/3/200, dan sesuai pedoman manajemen resistensi. Beberapa Insektisida yang dapat digunakan untuk pengendalian kecoak : Bendiocarb 0,24 %,Propoxur %, Chlorpyriphos 0,5 %, Diazinon 0,5 %, Dichlorvos 0,5 %, Fenthion 3 %, Malathion 3%, Permethrin 0,25 %. Jenis insektisida yang dapat digunakan untuk pengendalian lalat : Fenitrotion 40 % WP, Pirimiphos methyl 50 % EC, Lambdacyhalothrin 2,5 % EC, Trichlorfon 95 % SP, Diazinon 60 % EC, Diflubenzuron, Cyromazine. Jenis insektisida yang dapat digunakan untuk pengendalian vektor demam berdarah : Larvicides : Temeephos % G 0 gr/00 lt, Metoprene,3 % G 72 mg/m2, Piriproksifen : 0,5 G gr/200 l 0

97 Vektor DBD (dewasa): Malathion 96 % (500 ml/ha) Cyflutrin 50 % EC (75 ml/ha) Cypermethrin 25 % ULV (400 ml/ha) Lamdasihalothrin 25 EC (75 ml/ha) Permethrin Bioalterin 0/,5 OS (00ml/ha) Upaya Pasca Krisis Yang dilakukan Oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Pada tahap pasca krisis kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan kegiatan sebagai berikut :. Inventarisasi obat dan perbekalan kesehatan yang ada di pelayanan kesehatan ( Pos Kesehatan, Fasilitas pelayanan kesehatan, Puskesmas dan Rumah sakit. 2. Penarikan kembali jika ditemukan obatobat psikotropik & narkotik. 3. Menempatkan sisa obat dan perbekalan kesehatan sedapat mungkin wilayah. 4. Melaporkan kepada atasan untuk dilakukan langkahlangklah pemanfaatan. 5. Perencanaan pemanfaatkan kembali obat sisa pelayanan 6. Menginformasikan sisa stok obat ke Puskesmas & Rumah Sakit. 7. Memisahkan obat yang sudah rusak dan kadaluarsa untuk dilakukan pemusnahan dengan berita acara pemeriksaan dan pemusnahannya. 02

98 BAB V PERAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN INTERNASIONAL Perserikatan BangsaBangsa, merilis data laporan bencana di seluruh dunia dalam tahun terakhir menyebutkan, Asia sebagai kawasan paling rawan bencana. "Asia masuk daftar teratas sebagai kawasan paling rawan bencana. Baik berdasarkan jumlah korban dan frekuensi terjadinya bencana," kata Direktur Badan Bencana PBB (UNISDR) Elizabeth Longworth di Markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS), seperti dilansir Philstar (plasamsn.com.april 203). Sementara itu The Nature Conservancy (TNC), German Alliance for Development Works (Alliance) dan United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNUEHS) di akhir Tahun 202,menerbitkan Laporan Resiko Dunia 202 di Brussels, Belgia. Bagian penting dari laporan ini adalah Indeks Resiko Dunia, yang dikembangkan oleh UNUEHS bekerjasama dengan Alliance, untuk menentukan resiko menjadi korban bencana sebagai akibat dari bahaya alam untuk 73 negara di seluruh dunia. Di Kepulauan Pasifik, negara Vanuatu dan Tonga memiliki resiko bencana tertinggi. Malta dan Qatar menghadapi resiko terendah di seluruh dunia. Indonesia sendiri dalam laporan tersebut berada pada peringkat risiko ke33 dengan nilai 0,74% dan termasuk negara berisiko tinggi dan sangat tinggi terkena empat jenis bencana alam yaitu gempa bumi, badai, banjir dan kenaikan air laut. Dari laporan kedua lembaga tersebut memerlukan perhatian dari masyarakat Internasional dalam penanggulangan bencana dan mengingatkan kembali kepada semua negara dari berbagai benua terutama kawasan Asia, untuk saling memperkuat kerjasama regional guna meningkatkan kedamaian, stabilitas, kemajuan regional serta untuk saling memupuk rasa persaudaraan dan solidaritas terutama di saat salah satu anggotanya tertimpa bencana. Selama tahun 202, kejadian bencana di kawasan Asia tidak terlalu menonjol. Namun di akhir tahun 202 terjadi bencana besar yaitu Topan Pablo yang terjadi di Pulau Mindanao, Filipina, Desember 202. Angin topan tersebut telah menyebabkan.900 orang tewas dan meluluh lantakkan 20 ribu rumah, bangunanbangunan dan lahan pertanian. Bencana tersebut telah menimbulkan berbagai kerusakan terhadap sendi kehidupan masyarakatnya, yaitu kegagalan di sektor pertanian, perekonomian dan terganggunya pelayanan kesehatan. Dampak dari bencana tersebut juga menyebabkan korban jiwa, meningkatnya angka kesakitan dan arus pengungsian skala besar di Pulau Mindanao, Filipina.

99 Sebagai sesama negara yang terhimpun dalam ASEAN dan memiliki ikatan kerjasama dalam penanggulangan bencana dan tanggap darurat yang tertuang dalam Deklarasi Jakarta (2005), musibah tersebut telah menumbuhkan keprihatinan. Oleh karenanya sebagai rasa simpati atas penderitaan yang dialami oleh masyarakat Filipina, Kementerian Kesehatan melalui Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat telah memberikan bantuan MP ASI sebanyak 5 Ton kepada Pemerintah Filipina. PENANGANAN PERMASALAHAN KESEHATAN TKI Pelaksanaan kesehatan TKI mengacu kepada Inpres No 06 tahun 2004 tentang Tim Koordinasi Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TKPTKIB) yang berada dalam koordinasi Menkokesra dengan melibatkan berbagai Kementerian dan Lembaga terkait. Menyesuaikan dengan perkembangan situasi saat ini, Inpres No 06 tahun 2004 tentang Tim Koordinasi Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia sedang dalam proses revisi oleh kemenkokesra, mengingat pemulangan TKIB tidak hanya dari Malaysia seperti dari Jeddah, Jordania, dan lainnya. Kementerian Kesehatan mengkoordinasikan kegiatan bidang kesehatan dalam melakukan pemeriksaan dan pelayanan kesehatan terhadap TKIB dan keluarganya. Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Ditjen PP & PL, serta LP terkait lainnya di lingkungan Kementerian Kesehatan telah menyelenggarakan upaya penanganan bidang kesehatan bagi TKIB beserta keluarganya sejak dipulangkan hingga sampai ke daerah asal yaitu melalui kegiatan pelayanan kesehatan di pelabuhan debarkasi oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan, pelayanan kesehatan di penampungan sementara oleh Puskesmas dan di RS rujukan. Saat ini di Lingkup Kemenkes telah dibentuk Komite Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia sesuai SK Menkes No 348/Menkes/SK/IX/202. Komite tersebut terdiri dari 4 Subkomite yaitu Subkomite Fasilitas Pelayanan Kesehatan Calon Tenaga Kerja Indonesia, Subkomite Penempatan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Selama di Negara Penempatan, Subkomite Penempatan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Purna Penempatan, Subkomite Penempatan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah. Sebagai koordinator pelaksana adalah Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Ditjen GiKIA. Disamping itu Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan No. HK.02.04/III/576/ tentang Pedoman Penanganan Masalah Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKI B) dari Luar Negeri saat ini sedang direvisi. Pedoman ini berisi tentang tata cara pengajuan klaim pelayanan kesehatan bagi TKI. Klaim pengajuan penanganan kesehatan bagi TKI hanya ditujukan untuk kasus kasus gawat darurat dan yang mengancam jiwa. Beberapa RS dan KKP telah ditetapkan sebagai tempat rujukan penanganan kesehatan bagi TKI

100 Tujuan Penanganan Kesehatan TKI adalah untuk mewujudkan Tenaga Kerja Indonesia yang sehat sejak pra pemberangkatan, saat perjalanan berangkat, saat menjalani masa kerja di luar negeri dan saat kembali ke daerah asal. Tujuan Khusus : Menurunnya mortalitas, morbiditas & disabilitas Tenaga Kerja Indonesia Terlaksananya pelayanan kesehatan dan rujukan bagi Tenaga Kerja Indonesia Terkoordinasinya kegiatan cegah tangkal penyakit menular dan potensial wabah yang kemungkinan terbawa oleh Tenaga Kerja Indonesia melalui kegiatan pengamatan penyakit, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. KEGIATAN PENANGANAN KESEHATAN TKI MELIPUTI : A. Pelayanan Kesehatan (Posko Kesehatan) di pelabuhan debarkasi dan di penampungan sementara, meliputi : Live saving / emergency response / kegawat daruratan Pengobatan sederhana Stabilisasi dan imobilisasi Transportasi / rujukan ke Rumah Sakit B. Pengendalian Penyakit / Pengendalian risiko lingkungan di wilayah pelabuhan dan penampungan sementara, meliputi : Penyediaan sanitasi darurat (Air Bersih, Jamban, sampah, limbah, dan penampungan sementara) Pengawasan Makanan dan Minuman Pengendalian vektor penyakit C. Pengamatan penyakit / Surveilans Epidemiologi D. Rapat koordinasi satgas pemulangan TKIB daerah di : Nunukan Dumai E. Penanganan Pemulangan WNIO Arab Saudi (dengan empty flight Hajj Garuda) F. Monitoring / Pendampingan Pusat ke Daerah ( Nunukan, Batam, Tanjung Pinang, dan Dumai) Pelabuhan debarkasi / entry point pemulangantkib dan keluarganya adalah :. Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang Kep. Riau 2. Pelabuhan Tanon Taka Nunukan Kalimantan Timur (akan dipindah ke Pelabuhan Liem Hie Djung Nunukan) 3. Pos Lintas Batas Darat Entikong Kalimantan Barat 4. Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta 5. Pelabuhan Batam 6. Pelabuhan Balai Asahan Medan 7. Pelabuhan Dumai 8. Pelabuhan Tanjung Balai Karimun 9. Pelabuhan Tanjung Mas Semarang

101 0. Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Pelabuhan Parepare, Makasar 2. Pelabuhan Mataram 3. Bandar Udara Soekarno Hatta Jakarta

102 HASIL KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MIGRAN TAHUN 202 URAIAN. Total Jumlah TKIB Tanjung Pinang Tanjung Priok Entikong Nunukan Jakarta 2. Jumlah TKIB Berobat Tanjung Pinang Tanjung Priok Entikong Nunukan Jakarta 3. Jumlah TKIB Dirujuk Tanjung Pinang Tanjung Priok Entikong Nunukan Jakarta TAHUN

103 RUJUK JUMLA H RAWAT JALAN ENTRY POINT TANJUNG PINANG ( s.d. Oktober 202) JUMLAH TKI NO BULAN Yang L P A Sakit Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember JUMLAH 3,623, , JENIS KELAMIN L P Ket.

104 LAMPIRAN DRAFT II BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 202

105 BAB VI ANALISIS 6. Analisis Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 202 Kejadian maupun dampak krisis kesehatan pada tahun 202 terlihat mengalami kenaikan dan penurunan bila dibandingkan krisis kesehatan 2 tahun sebelumnya yaitu tahun 200 dan 20. Namun bila dilihat Frekuensi, kejadian pada tahun 202 mengalami kenaikan bila dibandingkan frekuensi kejadian dua tahun sebelumnya. Korban meninggal pada tahun 202 mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 20 namun mengalami penurunan bila di bandingkan tahun 200. Korban luka berat/rawat inap pada tahun 202 mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 20 namun mengalami penurunan bila di bandingkan tahun 200. Korban luka ringan/rawat jalan dan pengungsi mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 200 dan 20. Korban Hilang mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 200 dan 20. pengungsi serta fasilitas kesehatan yang rusak lebih rendah dibandingkan tahun 200 maupun 20. Lengkapnya dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Frekuensi Kejadian dan Korban Akibat Krisis Kesehatan Tahun TAHUN URAIAN 200 Frekuensi kejadian krisis kesehatan (kali) Korban Meninggal (orang) Luka Berat / Rawat Inap (orang) Luka Ringan / Rawat Jalan (orang) Hilang (orang) Pengungsi (orang) Faskes yang Rusak Faskes rusak (unit) 78

106 Bila ditinjau dari jenis penyebab kejadian krisis kesehatan, pada tahun 202 terjadi penurunan proporsi bencana alam dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Sebaliknya, proporsi bencana non alam mengalami peningkatan. Untuk bencana sosial, tahun 202 lebih tinggi dari tahun 200 dan tahun 20. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 6.. Grafik 6. Proporsi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun % 25% 20% 5% 0% 5% 0% 28% 27% 9% 4% 6% 5% % 0% 9% 8% 4% 0% 9%8% 9% 7% 6% % 0,6% 5% 2,5% 0% 9% 7% 3% 6% 3%2%3% 3% 2% % 0,5% 0%% 0,8%0% 0,8% % %,8% 0% 202 Trend kejadian bencana tiap bulan pada tahun 202 memiliki kemiripan dengan trend pada tahun 200 maupun 202 di mana terjadi penurunan pada bulan Juni kemudian mengalami peningkatan mulai bulan Juli. Untuk trend setelah bulan Juni, tahun 202 hampir sama dengan tahun 20 dan 200 yaitu terjadi peningkatan kejadian krisis kesehatan dari bulan Juli hingga puncaknya pada bulan Desember, namun pada kejadian tahun 202 ter Hal ini berbeda dengan tahun 200 yang menunjukkan fluktuasi, dengan puncaknya pada bulan September untuk selanjutnya mengalami penurunan hingga bulan Desember. Jelasnya pada grafik

107 Grafik 6.2 Trend Kejadian Bencana Tiap Bulan Tahun Tahun Tahun 20 Tahun Proporsi korban meninggal akibat bencana non alam mengalami peningkatan yang sangat pesat pada tahun 202 yaitu sebesar 64%, dibandingkan tahun 200 dan 20 yang hanya berkisar 3%. Korban meninggal akibat bencana sosial pun mengalami peningkatan walaupun tidak sedrastis akibat bencana non alam. Sebaliknya, proporsi korban meninggal akibat bencana alam pada tahun 202 mengalami penurunan yang sangat tajam, dengan selisih lebih dari 60% dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Tidak jauh berbeda dengan korban meninggal, korban luka berat/dirawat inap akibat bencana non alam pada tahun 202 juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan 2 tahun sebelumnya dengan selisih hampir mencapai 70%. Kondisi sebaliknya terjadi pada korban luka berat/dirawat inap akibat bencana alam, di mana terjadi penurunan proporsi yang sangat drastis yaitu sebesar 6% pada tahun 202 dibandingkan tahun 200 dan 20 yang mencapai 9% dan 83%. 80

108 Untuk lebih jelasnya mengenai proporsi korban meninggal maupun luka/berat dirawat inap berdasarkan jenis penyebabnya, dapat dilihat pada grafik 6.3 dan grafik 6.4. Grafik 6.3 Proporsi Korban Meninggal Akibat Krisis Kesehatan Tahun Berdasarkan Jenis Penyebabnya 60% 5% 47% 50% 38% 40% 28% 30% 20% 0% 6% 5% 9% 8% 2% 2% % % % 3% 0% 6% 4% % 6% % % 3% 0% 6% % 0% 2% 0% 0% 2% 8% 0% 0% 2% % % 0% 0% %

109 Grafik 6.4 Proporsi Korban Luka Berat/Dirawat Inap Akibat Krisis Kesehatan Tahun Berdasarkan Jenis Penyebabnya 68% 70% 60% 50% 44% 40% 35% 26% 23% 30% 20% 0% 2% 8%0% 4%3%4% 4% 4% 4% %%% %%2% 2% 2% 0% 0% 0%%% 0%0%0% %% 4% 0% 6% 4% 3% % 0% 0% 0% %% 8% 4% 0%0% 0% 3% 0%% 0% Proporsi korban luka ringan/dirawat jalan maupun pengungsi akibat krisis kesehatan tahun 202 akibat bencana alam tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan 2 tahun sebelumnya yaitu lebih dari 90%. Terlihat peningkatan proporsi korban luka ringan/dirawat jalan serta pengungsi akibat bencana non alam. Lengkapnya dapat dilihat pada grafik 6.5 dan grafik

110 Grafik 6.5 Proporsi Korban Luka Ringan/Dirawat Jalan Akibat Krisis Kesehatan Tahun Berdasarkan Jenis Penyebabnya 80% 72% 70% 64% 60% 50% 40% 35% 30% 24% 22% 20% 0% 5% 6%5% 3% 0%% 0%0%% 6% %3% 6% 4% 3% 0% 0%0%0% % 0% 2% 0% 0% 4% 2% 0% 0%0%0% 0%0%0% 0%0% 8% 4% 0% 0% % 2%

111 Grafik 6.6 Proporsi Pengungsi Akibat Krisis Kesehatan Tahun Berdasarkan Jenis Penyebabnya 69% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 0% 0% 62% 46% 5% 4% 8% 5%7% 3% 2% % % % % % 0% 0%0%0% 0%0%0% 0%0% 0% % % 6% 7%5%5% 7% 2%0%0% 0%0%0% 0%3%0% 0% 0% 0%0% 202 Ditinjau dari frekuensi kejadian di tiap PPK Regional, tahun 202 tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan 2 tahun sebelumnya, di mana PPK Regional DKI Jakarta dan PPK Regional Sulawesi Selatan selalu menempati posisi 2 teratas. Sebanyak 6 PPK Regional mengalami penurunan dibandingkan tahun 200, bahkan 5 di antaranya frekuensinya juga lebih rendah dibandingkan tahun 200. Sebanyak 2 PPK regional mengalami peningkatan dibandingkan tahun 200 maupun 200 yaitu Bali dan Sumatera Selatan. Hal ini dapat dilihat pada grafik

112 Grafik 6.7 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun Berdasarkan PPK Regional 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 5.00% 0.00% 5.00% 0.00% 32.38% 28.63% 6.59% 6.35% 3.79% 2.86% 4.92% 4.69% 2.32% 0.79% 0.84% 8.79% 8.53% 7.94% 8.89% 0.22% 3.32% 3.07%.90% % 6.6% 5.73% 5.40% 6.3% 4.44% 3.68% 3.79% 3.49% 5.52% 4.74% 3.49% 2.04%.90% 202 Pada tahun 202, korban meninggal di 2 PPK Regional mengalami penurunan dibandingkan tahun 200 maupun 200, yaitu DKI Jakarta dan Sumatera Utara. Bahkan untuk PPK Regional Sumatera Utara, penurunannya dari tahun ke tahun terlihat sangat drastis. Penurunan yang cuku3p mencolok juga terjadi pada PPK Regional Jawa Tengah, yaitu bila dibandingkan dengan tahun 200. Di lain pihak, sebanyak 2 PPK Regional yaitu Jawa Timur dan Kalimantan Selatan, terjadi peningkatan jumlah korban yang cukup signikan dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada grafik

113 Grafik 6.8 Jumlah Korban Meninggal Akibat Krisis Kesehatan Tahun Berdasarkan PPK Regional 40.00% 37.48% 35.00% 3.70% 30.52% 30.22% 30.00% 25.00% 20.00% 3.67% 5.00% 0.00% 5.00% 2.32% 0.96% 9.9% 8.70%.59% 0.67% 0.37% 8.74% 7.9% 7.43% 6.34% 0.94% 3.%.45% 0.69% 0.22% 5.62% 2.37% 2.36%.63% 3.%.87%.65% 0.07% 3.09%.8% 0.72%.48% 0.00% Untuk korban luka berat/dirawat inap, sebanyak 4 regional mengalami penurunan dibandingkan setahun sebelumnya, yaitu PPK Regional Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Penurunan di PPK Regional Jawa Tengah terlihat sangat drastis. Sedangkan untuk PPK Regional Sumatera Utara, penurunan jumlah korban tampak konsisten dari tahun 200 hingga 202. Peningkatan jumlah korban luka berat/dirawat inap terjadi di 3 PPK Regional yaitu DKI Jakarta, Sulawesi Utara dan Kalimantan Selatan. Lengkapnya dapat dilihat pada grafik 6.9. Dalam hal jumlah pengungsian pada tahun 202, sebanyak 6 PPK Regional menunjukkan penurunan dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Bahkan PPK Regional Jawa Tengah tampak menurun dengan sangat signifikan. Hanya PPK Regional yang menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun

114 maupun 200, yaitu Sulawesi Utara. Sedangkan 2 PPK Regional yaitu Sumatera Utara dan Jawa Timur, mengalami penurunan dibandingkan salah satu tahun sebelumnya. Jelasnya dapat dilihat pada grafik 6.0. Grafik 6.9 Jumlah Korban Luka Berat/Dirawat Inap Akibat Krisis Kesehatan Tahun Berdasarkan PPK Regional 40.00% 35.39% 35.00% 30.00% 28.9% 24.48% 24.2% 25.00% 9.48% 8.88% 20.00% 6.20% 5.00% 0.00% 5.00% 5.4% 2.9% 8.40% 6.72% 8.53% 8.98% 7.5% % 6.33% 6.20% 4.58% 4.32% 3.93% 2.07% 0.83% % 5.35% 3.29%.9% 0.49% 0.9%.40% 0.90%.46% 0.37% 0.32% 0.00%

115 Grafik 6.0 Jumlah Pengungsi Akibat Krisis Kesehatan Tahun Berdasarkan PPK Regional 69.6% 70.00% 63.37% 60.00% 50.00% 40.00% 35.49% 30.00% % 7.69% 20.00%.85% 0.00% 5.69% 2.64% 20.56% 5.93% 5.04%.27% 0.00%.90%.34%.07%.78% 0.9% % 5.96% 6.07% 4.04% 0.00% 0.04%.60% 0.93% 0.00% 4.% 2.37% 0.85% 6.9% 5.67% 0.4% 0.00% 88

116 6.2 Analisis Upaya yang Telah Dilakukan Upaya penanggulangan krisis kesehatan tahun 202 dilakukan di seluruh tahap yaitu pada pra krisis kesehatan, saat tanggap darurat maupun pasca krisis kesehatan. Berikut akan dibahas analisis per tahapan kegiatan penanggulangan krisis kesehatan. a. Upaya Pra Krisis Kesehatan Upaya pra krisis kesehatan Kementerian Kesehatan pada tahun 202 telah mencakup seluruh indikator kegiatan yaitu sebanyak 6 indikator, yang terdapat di Kepmenkes No. 876 tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain. Tabel berikut adalah pembahasan ke6 indikator tersebut dibandingkan dengan upaya yang telah dilakukan sepanjang tahun 202. Tabel 6.2 Upaya Pra Krisis Kesehatan Tahun 202 No 2 3 Upaya Pra Krisis Kesehatan Sesuai Kepmenkes No. 876/2006 Menyusun pedoman, protap dan juklak/juknis penanganan krisis dan masalah kesehatan lain (PKMKL) di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota Menyusun, mengembangkan sistem informasi dan komunikasi dalam PKMKL Melakukan analisis risiko yang berdampak pada krisis dan masalah kesehatan lain. Upaya Pra Krisis Kesehatan Tahun 202 Menyusun 3 produk kebijakan (pedoman dan modul) termasuk di antaranya Pedoman Penanggulangan Krisis Kesehatan Bidang Kesehatan dan Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan (daftar pedoman ada tabel 4.). Kerja sama dengan RAPI untuk Sistem Pelayan Informasi dan Komunikasi Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Masalah Kesehatan Lain. Pemetaan Kesiapsiagaan 33 provinsi. Penyusunan 6 renkon provinsi dan 89

117 No Upaya Pra Krisis Kesehatan Sesuai Kepmenkes No. 876/2006 Menyusun rencanarencana PKMKL dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM dan masyarakat. Memfasilitasi dan melaksanakan pertemuan koordinasi dan kemitraan lintas program/lintas Melaksanakan pengembangan pendidikan dan pelatihan bagi petugas dan masyarakat (termasuk gladi) Melakukan pengembangan media penyebarluasan informasi PKMKL Upaya Pra Krisis Kesehatan Tahun kabupaten. Melakukan 3 pertemuan koordinasi (kesiapsiagaan dan evaluasi tanggap darurat) melibatkan LP dan LS Membuat kerja sama dengan lintas sektor, lintas program serta LSM nasional dan internasional, antara lain sistem informasi, pelatihan, dukungan teknis dan manajemen Melakukan 9 jenis pelatihan (manajemen dan teknis) Mengirim bantuan alat pengolah data ke 45 kabupaten/kota rawan bencana. Kerja sama dengan RAPI untuk sistem pelayan informasi dan komunikasi penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain Pengembangan website Melakukan sosialisasi upaya Melalui media website dan pada saat PKMKL acara pelatihan maupun pertemuan koordinasi. Melakukan advokasi upaya Advokasi pada seluruh direktur PKMKL Poltekkes Kemenkes agar manajemen bencana masuk dalam kurikulum mata kuliah Poltekkes. Menyusun, mengembangkan Pembinaan PPK Regional dan Sub sistem manajemen untuk Regional, Dinkes Provinsi dan Dinkes PKMKL hingga ke tingkat desa Kabupaten/Kota termasuk di antaranya pembentukan TRC Mendorong terbentuknya unit kerja yang menangani masalah Keterangan : PPK Regional dan Sub Regional kesehatan akibat bencana di telah dibentuk pada tahun 2006 setiap jenjang administrasi Desa siaga terbentuk pada tahun Mendorong terbentuknya satgas 2006 Kesehatan dalam PKMKL di setiap jenjang administrasi 90

118 No Upaya Pra Krisis Kesehatan Sesuai Kepmenkes No. 876/2006 Mendorong terbentuknya pusat pengendali operasional dalam PKMKL di tingkat provinsi dan kabupaten/kota Menyiapkan pusatpusat regional PKMKL Mengadakan dan menyiagakan sumber daya Mengembangkan sistem kewaspadaan dini. Upaya Pra Krisis Kesehatan Tahun 202 Mengirim bantuan emergency kit dan personal kit ke 45 kabupaten/kota rawan bencana. Mengirim bantuan radio komunikasi ke 3 PPK Regional Mengirim bantuan logistik lainnya seperti buffer stock MP ASI, dukungan paket individual kit dalam yankespro, dsb. Mengalokasikan pembiayaan. Menyiagakan tim kesehatan pada situasi khusus Berperan dalam penanggulangan krisis kesehatan internasional Kerja sama dengan RAPI untuk Sistem Pelayan Informasi dan Komunikasi Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Masalah Kesehatan Lain. Keterangan : Kewaspadaan dini telah diimplementasikan melalui pemantauan harian serta Pemasangan alarm gempa di PPKK Kemenkes, PPK Reg Sumut, Sulsel, Sulut sejak tahun Kerjasama dengan BMKG untuk informasi gempa dan tsunami (Tsunami Early warning Sistem) 9

119 Sebagai tahapan rencana strategis Kementerian Kesehatan tahun , maka pada tahun 202 Kepala PPKK telah menetapkan target 45 kabupaten/kota rawan bencana yang harus memiliki kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana sesuai indikator sebagai berikut :. Memiliki perlengkapan tanggap darurat yang terdiri dari emergency kit dan personal kit 2. Memiliki alat pengolah data yang terdiri dari laptop dan modem. 3. Memiliki SDM kesehatan yang terlatih dalam bidang : i. Manajemen bencana bidang kesehatan ii. Penyusunan rencana kontinjensi bidang kesehatan iii. Peningkatan kapasitas TRC dan Tim RHA di Daerah Rawan Bencana iv. Pengelolaan data dan informasi v. Penggunaan alat komunikasi bencana Proporsi pencapaian target kabupaten/kota rawan bencana tahun 202 yang telah memiliki perlengkapan tanggap darurat serta alat pengolah data telah mencapai 00%. Sedangkan untuk SDM Kesehatan yang terlatih, sebagian besar target telah tercapai. Jelasnya sebagaimana grafik berikut ini. Grafik 6. Proporsi Pencapaian Target Renstra Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun

120 Proporsi 75% untuk kepemilikan SDM Kesehatan Terlatih, merupakan proporsi ratarata dari pencapaian target 5 jenis pelatihan yang menjadi indikator. Bila dirinci, dari 5 jenis pelatihan tersebut, sebanyak 4 di antaranya telah dilatihkan pada lebih dari 70% kabupaten/kota target Renstra tahun 202. Sedangkan jenis pelatihan yaitu penyusunan rencana kontinjensi bidang kesehatan, pencapaiannya pada tahun 202 ini sebesar 27%. Untuk jelasnya dapat dilihat pada grafik 6.2. Grafik 6.2 Proporsi Pencapaian Target Renstra PKK tahun 202 untuk SDM Kesehatan Terlatih b. Upaya Tanggap darurat Upaya tanggap darurat Kementerian Kesehatan pada tahun 202 mencakup hampir seluruh indikator upaya yang terdapat di Kepmenkes No. 876 tahun 2006 yaitu sebanyak 7 dari 0 indikator. Beberapa indikator tidak langsung dilakukan oleh tingkat pusat melainkan oleh daerah yang terkena krisis kesehatan. Sedangkan tingkat pusat melakukan supervisi dan dukungan terhadap kegiatan tersebut. Tabel berikut adalah pembahasan ke0 indikator tersebut dibandingkan dengan upaya yang telah dilakukan sepanjang tahun

121 Tabel 6.3 Upaya Saat Tanggap Darurat Tahun 202 No Upaya Tanggap Darurat Sesuai Kepmenkes No. 876/2006 Menyusun rencana operasi dan melaksanakannya secara terpadu dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM, masyarakat dan mitra kerja Internasional. Melaksanakan pemulihan fasilitas dan penyediaan tenaga kesehatan dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM dan masyarakat serta mitra kerja internasional agar dapat berfungsi kembali. Memobilisasi sumber daya, termasuk yang ada di pusatpusat regional bila diperlukan Membantu pelaksanaan pencarian dan penyelamatan korban. Upaya Saat Tanggap Darurat Tahun 202 Rencana operasi disusun oleh wilayah yang menghadapi krisis kesehatan. Tim Pusat melakukan supervisi Mobilisasi SDM Kesehatan dan atau logistik dan atau dukungan dana operasional dan atau klaim RS untuk 3 daerah yang mengalami krisis kesehatan. Penyelamatan korban dilakukan oleh tenaga kesehatan di wilayah yang mengalami krisis kesehatan. Tim Pusat melakukan dukungan. 5 Mengaktifkan pusat pengendali Pusat Pengendali Operasi sektor operasional PKMKL kesehatan berada Dinas Kesehatan wilayah terkena krisis kesehatan. 6 Melakukan penilaian cepat kesehatan Mengirim Tim dari PPKK, Lintas Program dan PPK Regional/Sub Regional untuk melakukan dukungan 7 Melakukan pelayanan kesehatan Melakukan upaya pelayanan darurat kesehatan Melakukan pelayanan gizi 8 Melakukan pelayanan kesehatan Upaya penyediaan dan distribusi rujukan obat dan bekkes 9 Melakukan surveilans epidemiologi Melakukan upaya pengendalian penyakit potensial wabah dan faktor penyakit dan penyehatan risiko lingkungan 0 Monitoring evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan melalui pemantauan perkembangan kejadian berdasarkan data yang dikirim dari Dinas Kesehatan setempat. 94

122 Upaya tanggap darurat dilakukan oleh seluruh jajaran kesehatan dari tingkat kelurahan/desa, kecamatan, kab/kota, provinsi maupun pusat. Berbagai upaya dilakukan secara terintegrasi baik lintas program di jajaran kesehatan maupun lintas sektor. Kegiatan dilakukan oleh jajaran kesehatan di tingkat kab/kota, apabila diperlukan akan dibantu oleh sumberdaya yang ada ditingkat provinsi maupun tingkat pusat. Hal itu dilakukan berdasarkan besarnya dampak bencana maupun kemampuan wilayah setempat, sehingga memerlukan bantuan dari tingkat administrasi yang lebih tinggi. Pengiriman bantuan yang dilakukan oleh Kemeneterian Kesehatan secara umum yaitu pengiriman bantuan tenaga kesehatan, logistik kesehatan maupun dana. Berikut akan dianalisis lebih jauh mengenai pengiriman bantuan tersebut.. Pengiriman Bantuan Tenaga Kesehatan Berdasarkan data Bidang Pemantauan dan Informasi PPKK, dari 2 kejadian bencana yang terpantau, PPKK mengirimkan bantuan tenaga kesehatan pada 2 kejadian. Pengiriman bantuan tenaga kesehatan dilakukan untuk mendukung manajemen penanggulangan bencana maupun untuk membantu pelayanan kesehatan di lokasi bencana. Grafik 6.3. Proporsi Bantuan Tim PPKK Saat Tanggap Darurat Terhadap Jumlah Krisis Kesehatan Tahun 202 0% 90% Pengiriman Bantuan Tim 95

123 Grafik 6.4 Frekuensi Mobilisasi Tim Kesehatan Saat Tanggap Darurat Berdasarkan Nama Unit di Kementerian Kesehatan yang Mengirimkan Pada grafik dapat dilihat bahwa dari 2 kejadian yang terpantau oleh PPKK, sebanyak 0% yang memerlukan dukungan bantuan tenaga kesehatan yaitu berupa dukungan manajemen penanggulangan krisis kesehatan karena kejadian bencana reltif kecil dan dapat ditangani oleh Pemerintah setempat. Pengiriman bantuan tenaga kesehatan dapat dilakukan oleh PPKK maupun PPKK bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan dan Lintas Sektor. Lintas Program yang tercatat bersamasama dengan PPKK mengirimkan bantuan tenaga kesehatan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar dan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan. 96

124 Grafik 6.5 Frekuensi Mobilisasi Bantuan Tenaga Kesehatan Saat Tanggap Darurat oleh PPKK dan Lintas Program di Kementerian kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana Pada grafik 6.5 dapat dilihat bahwa pengiriman bantuan tenaga kesehatan paling sering dilakukan pada kejadian bencana peningkatan aktivitas gunung sampai terjadinya erupsi. Selama tahun 202 terdapat 6 gunung yang terpantau PPKK dan dilakukan pengiriman bantuan tenaga kesehatan kelokasi yaitu Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, Gunung Lokon di Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara, Gunung Dieng di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah, Gunung Gamalama di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara, Gunung Karangetang di Kabupaten Sitaro Provinsi Sulawesi Utara dan Gunung Ijen di Kabupaten Situbondo Kabupaten Bondowoso Kabupaten Banyuwangi. 2. Pengiriman Bantuan Logistik Kesehatan Salah satu bentuk bantuan yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah bantuan logistik kesehatan diantaranya seperti obatobatan, MP ASI, alat kesehatan, perelengkapan bahanbahan kesehatan lingkungan dan sebagainya. Logistik 97

125 kesehatan yang diberikan disesuaiakan dengan kebutuhan upaya kesehatan dilokasi bencana. Permintaan kebutuhan logistik kesehatan ditujukan kepada lintas program melalui PPKK dalam meneruskan permintaan kebutuhan logistik kesehatan yang disebutkan,. Grafik 6.6 Frekuensi Pengiriman Bantuan Logistik Kesehatan Saat Tanggap Darurat Tahun 202 Berdasarkan Unit di Kemenkes yang Mengirimkan Pada grafik 6.6 dapat dilihat bahwa pengiriman bantuan logistik kesehatan telah dilakukan oleh lintas program dilingkungan Kementerian Kesehatan. Pengiriman bantuan logistik kesehatan tersebut dapat dilakukan oleh masingmasing unit kerja,atau terkoordinir oleh PPKK. 3. Pengiriman Bantuan Dana Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Untuk mendukung upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, pada saat tanggap darurat PPKK Kementerian Kesehatan dapat memberikan bantuan dana berupa dana operasional. Bantuan dana operasional dapat diberikan apabila ada permintaan dari daerah yang mengalami krisis kesehatan akibat bencana. 98

126 Grafik 6.7 Proporsi Kejadian yang Diberi Bantuan Dana Operasional Dibandingkan Jumlah Kejadian Krisis Kesehatan Pada grafik 6.7 dapat dilihat bahwa dari 2 kejadian krisis kesehatan yang terpantau oleh PPKK, terdapat 6 (7%) kejadian yang memerlukan bantuan dana operasional dengan kumulatif nominal Rp Hal itu disebabkan antara lain karena dampak kejadian krisis kesehatan yang terjadi selama tahun 202 tidak terlalu besar, serta daerah setempat mampu menangani permasalahan kesehatan yang timbul. c. Upaya Pasca Krisis Kesehatan Kegiatan pasca krisis kesehatan dilakukan oleh lintas program, lintas sektor maupun LSM. Namun data komprehensif hasil kegiatan pasca krisis kesehatan belum dapat dikumpulkan secara lengkap. Tabel berikut adalah pembahasan ke4 indikator upaya penanggulangan krisis kesehatan sesuai Kepmenkes No. 876/2006 dibandingkan dengan upaya yang telah dilakukan sepanjang tahun

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA OKTOBER 2014

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA OKTOBER 2014 PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA OKTOBER ACEH Angin Puting Beliung Banjir Banjir Bandang KALBAR Tanah Longsor KALSEL Kebakaran Hutan KALTENG Kebakaran Hutan SULUT Konflik Sosial

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, buku Buku Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ini dapat diselesaikan sebagaimana yang telah direncanakan. Buku ini menggambarkan

Lebih terperinci

BUKU TINJAUAN PUSAT KRISIS KESEHATAN TAHUN 2015

BUKU TINJAUAN PUSAT KRISIS KESEHATAN TAHUN 2015 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Krisis Kesehatan Jl. Rasuna Said Blok X-5 Kav. No. 4-9 Gedung A Lantai VI, Jakarta Selatan Telp. : 021 526 5043, 521 0411 Fax. : 021 527 1111 Call Center

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (APRIL 2009) RIAU Banjir, Angin Siklon Tropis JABAR Banjir, Tanah Longsor, Banjir disertai Tanah Longsor KALTENG Banjir, Banjir Bandang SULTENG

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014 PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014 ACEH Tanah Longsor SUMUT Angin Puting Beliung SUMBAR Kebakaran Angin Puting Beliung KEPRI Angin Puting Beliung JAMBI Tanah Longsor KALTIM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA AGUSTUS 2014

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA AGUSTUS 2014 PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA AGUSTUS 2014 ACEH Kebakaran KALSEL Banjir GORONTALO Banjir SUMBAR Kecelakaan Transportasi Laut SULSEL Kebakaran Konflik Sosial PAPUA Kecelakaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG 1 dari 8 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG REGIONALISASI PUSAT BANTUAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Ditambahkan permasalahan yang menonjol dalam upaya PKK.

Ditambahkan permasalahan yang menonjol dalam upaya PKK. BAB I PENDAHULUAN Berbagai kejadian krisis kesehatan akibat bencana terjadi di Indonesia sepanjang tahun 204. Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan tercatat sebanyak 456 kali kejadian

Lebih terperinci

TINJAUAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 2008

TINJAUAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 2008 TINJAUAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 28 PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Tinjauan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2015-2019 I. PERENCANAAN 2015-2019 A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis, hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, bahkan termasuk

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (MARET 2009) SUMUT RIAU Sambaran Petir JABAR, Tanah Longsor, Angin Siklon Tropis SULTENG Angin Siklon Tropis PAPUA Tanah Longsor NAD SUMBAR,

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

RENCANA AKSI KEGIATAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN RENCANA AKSI KEGIATAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN Tahun 2015-2019 Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan KATA PENGANTAR Tugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan adalah melaksanakan penyusunan kebijakan

Lebih terperinci

DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 1 DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 2 1. PENDAHULUAN 2. PERAN FASYANKES PRIMER /DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 3. DUKUNGAN

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (April 2010) ACEH Gempa Bumi DKI JAKARTA Konflik Kebakaran KALSEL MALUKU UTARA KEPRI Konflik KALTIM SUMUT Bandang PAPUA Konflik SUMBAR, Tanah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN PUSAT KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA achmad yurianto a_yurianto362@yahoo.co.id 081310253107 LATAR BELAKANG TREND KEBENCANAAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROFIL PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016

PENYUSUNAN PROFIL PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016 PENYUSUNAN PROFIL PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016 Depok, 29-31 Agustus 2016 PUSAT KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PENDAHULUAN Pusat Krisis Kesehatan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1117, 2014 KEMENHAN. Dukungan Kesehatan. Penanggulangan Bencana. Standardisasi. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN REVISI 2015

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN REVISI 2015 PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2015-2019 REVISI 2015 I. PERENCANAAN 2015-2019 A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1389, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penanggulangan. Krisis Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan sangat bervariasi dari jenis bencana. Kondisi alam serta keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut indeks rawan bencana Indonesia (BNPB, 2011), Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Menurut indeks rawan bencana Indonesia (BNPB, 2011), Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut indeks rawan Indonesia (BNPB, 2011), Kabupaten Sleman merupakan daerah yang rawan tingkat kerawanan tinggi dan menempati urutan 34 dari 494 kabupaten di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bencana banjir berdasarkan data perbandingan jumlah kejadian bencana di Indonesia sejak tahun 1815 2013 yang dipublikasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan

Lebih terperinci

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. ANALISIS BENCANA DI INDONESIA BERDASARKAN DATA BNPB MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA MINING MAHESA KURNIAWAN 54412387 Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. Bencana merupakan peristiwa yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi geografis Indonesia yang berada di atas sabuk vulkanis yang memanjang dari Sumatra hingga Maluku disertai pengaruh global warming menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran No.1750, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES Sistem Informasi. Krisis Kesehatan. Penanggulangan Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik faktor alam dan/ atau faktor non alam

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi atau ring of fire yang dimulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi Utara hingga

Lebih terperinci

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan Prioritas Nasional 2. Isu-isu Penting dalam Prioritas Nasional (PN)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN PUSAT KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA achmad yurianto a_yurianto362@yahoo.co.id 081310253107 LATAR BELAKANG TREND KEBENCANAAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN UNIT PELAKSANA TEKNIS

KAJIAN PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG KAJIAN PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) - i - DAFTAR

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN PUSAT KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA achmad yurianto a_yurianto362@yahoo.co.id 081310253107 LATAR BELAKANG TREND KEBENCANAAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN T.A 2013

PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN T.A 2013 Halaman : 1 024.01.01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan 68.024.902.000 2044 Penanggulangan Krisis Kesehatan 68.024.902.000 2044.001 Petugas Terlatih

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Ida Ngurah Plan International Indonesia Ida.Ngurah@plan-international.org Konteks Bencana dan Dampak Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 9 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Lebih terperinci

Review upaya PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KEKERINGAN DIPROVINSI NTB 2014

Review upaya PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KEKERINGAN DIPROVINSI NTB 2014 Review upaya PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KEKERINGAN DIPROVINSI NTB 2014 DINAS KESEHATAN PROVINSI NTB PENINGKATAN UPAYA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN, KUTA-BALI 25-28 NOVEMBER 2014

Lebih terperinci

KONDISI TEKTONIK INDONESIA

KONDISI TEKTONIK INDONESIA KONDISI TEKTONIK INDONESIA 2 Bencana Tsunami Aceh dan Sumatra Utara Desember 2004 Bencana Gempabumi Yogyakarta dan Jawa Tengah Mei 2006 Bencana Tsunami Pangandaran Juli 2006 UU No. 24 Tahun 2007 : Penanggulangan

Lebih terperinci

PENGALAMAN MENGIKUTI ASSESSMENT OLEH PUSAT KRISIS KESEHATAN

PENGALAMAN MENGIKUTI ASSESSMENT OLEH PUSAT KRISIS KESEHATAN PENGALAMAN MENGIKUTI ASSESSMENT OLEH PUSAT KRISIS KESEHATAN DISAMPAIKAN OLEH : EDI ROSDY, M.Kes KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU 1 SEKILAS TENTANG KABUPATEN MUKOMUKO 2 SEKILAS

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan

PELAKSANAAN PROGRAM Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan PELAKSANAAN PROGRAM Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BNPB Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Bidakara Hotel Jakarta, 9 Maret 2014 PROGRAM DALAM RENAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN MASALAH PENANGGULANGAN BENCANA BIDANG KESEHATAN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN MASALAH PENANGGULANGAN BENCANA BIDANG KESEHATAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN MASALAH PENANGGULANGAN BIDANG KESEHATAN Achmad Yurianto PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Valerie Amos Under-Secretary-General for Humanitarian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana dan keadaan gawat darurat telah mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat secara signifikan, terutama yang berhubungan dengan kesehatan. Berdasarkan data dunia

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (Februari 2010) SUMUT Bandang, DKI JAKARTA KALIMANTAN TIMUR SUMSEL SUMBAR LAMPUNG Bandang BANTEN Angin Siklon Tropis JABAR, Bandang,, Angin Siklon

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/76/2015 TENTANG TIM KOORDINASI PASCA KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/76/2015 TENTANG TIM KOORDINASI PASCA KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/76/2015 TENTANG TIM KOORDINASI PASCA KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA

KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA PENGERTIAN BENCANA Peristiwa atau rangkaian peristiwa yg mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU dr. Budihardja, DTM&H, MPH Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Pertemuan Teknis Program Kesehatan Ibu Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki karakteristik bencana yang kompleks, karena terletak pada tiga lempengan aktif yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara, Indo-Australia di bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terletak digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan kondisi alam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I A. LATAR BELAKANG Bagian V.1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia secara geografis dan demografis merupakan negara yang rawan akan bencana, baik bencana alam (natural disaster) maupun bencana karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi latar belakang dilakukannya penelitian tugas akhir, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika dalam penulisan proposal tugas akhir ini.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara keseluruhan berada

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara keseluruhan berada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara keseluruhan berada pada posisi rawan bencana, baik bencana alam geologis maupun bencana alam yang diakibatkan ulah

Lebih terperinci

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN B. Wisnu Widjaja Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan TUJUAN PB 1. memberikan perlindungan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah lama diakui bahwa Negara Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia serta diantara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian dan korban manusia baik cedera maupun meninggal dunia serta

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian dan korban manusia baik cedera maupun meninggal dunia serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian bencana umumnya mempunyai dampak yang merugikan seperti kerusakan sarana dan prasarana fisik maupun pemukiman, terhambatnya aktifitas perekonomian dan korban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, kejadian bencana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu 1 abad (1900-2012), tercatat lebih dari 212,000 orang meninggal, lebih

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA 1 BEncANA O Dasar Hukum : Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2 MOR SP DIPA-24.12-/2 DS3612-4187-984-7 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas. Menurut Center of Research on the Epidemiology of Disasters (CRED), bencana didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana Rahmawati Husein Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana PP Muhammadiyah Workshop Fiqih Kebencanaan Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah, UMY,

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN. Front Line Responder Training PENDIDIKAN DALAM SITUASI DARURAT

KERANGKA ACUAN. Front Line Responder Training PENDIDIKAN DALAM SITUASI DARURAT KERANGKA ACUAN Front Line Responder Training PENDIDIKAN DALAM SITUASI DARURAT 1. Format Pelatihan Hotel Splash Bengkulu (tgl. 15 dan 17 Oktober 2014) dan di Aula Kampus 3 Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Lebih terperinci

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH LAMPIRAN III TENTANG PERUBAHAN ATAS NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA NO. TUJUAN UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS

Lebih terperinci

KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Sekilas Berdirinya BNPB Indonesia laboratorium bencana Terjadinya bencana besar : Tsunami NAD dan Sumut, 26 Desember 2004,

Lebih terperinci

STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI Wiko Saputra Peneliti Kebijakan Publik Perkumpulan Prakarsa PENDAHULUAN 1. Peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) 359 per

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM

ALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM ALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM (dalam ribuan rupiah) RUPIAH MURNI NO. SATUAN KERJA NON PENDAMPING PNBP PINJAMAN

Lebih terperinci

TENTANG MEKANISME KOORDINASI BANTUAN KESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

TENTANG MEKANISME KOORDINASI BANTUAN KESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL DALAM PENANGGULANGAN BENCANA KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME KOORDINASI BANTUAN KESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PENYIAPAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PENYIAPAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PENYIAPAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN dr. Tri Hesty Widyastoeti, SpM, MPH Direktur Pelayanan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 ISI. Daerah rawan bencana adalah daerah yang memiliki risiko ancaman terjadinya. bencana.

BAB 2 ISI. Daerah rawan bencana adalah daerah yang memiliki risiko ancaman terjadinya. bencana. BAB 2 ISI Bencana suatu malapetaka yang luar biasa, baik yang disebabkan gejala alam maupun hasil perbuatan manusia, dapat merusak tempat tinggal, mengacaukan kehidupan bermasyarakat serta menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tergolong rawan terhadap kejadian bencana alam, hal tersebut berhubungan dengan letak geografis Indonesia yang terletak di antara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIGI PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2012 1 BUPATI SIGI PERATURAN

Lebih terperinci

BNPB. Unit Pelaksana Teknis. Penyelenggaraan. Pembentukan. Kajian. Pedoman.

BNPB. Unit Pelaksana Teknis. Penyelenggaraan. Pembentukan. Kajian. Pedoman. No.1410, 2014 BNPB. Unit Pelaksana Teknis. Penyelenggaraan. Pembentukan. Kajian. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN KAJIAN PEMBENTUKAN DAN

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

Upaya-upaya dalam rangka menekan dampak akibat bencana sangat diperlukan pengaturan organisasi, tata laksana hubungan kerja, koordinasi dan komunikasi

Upaya-upaya dalam rangka menekan dampak akibat bencana sangat diperlukan pengaturan organisasi, tata laksana hubungan kerja, koordinasi dan komunikasi KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA DI DIY Oleh: dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DIY I. Pendahuluan. Indonesia merupakan negara super market disaster, yang dapat berupa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1224, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Penanggulangan. Bencana. Bantuan. Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL DALAM PENANGGULANGAN BENCANA PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL DALAM PENANGGULANGAN BENCANA PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL DALAM PENANGGULANGAN BENCANA LANDASAN HUKUM 1. LANDASAN IDIIL: UUD 45 UU 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA UU 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN 2 2. LANDASAN OPERASIONAL

Lebih terperinci

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Outline Paparan 1. Kinerja Pelaksanaan Rencana Kerja Kemenkes 2014-2015 - Capaian Indikator

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negeri yang rawan bencana. Sejarah mencatat bahwa Indonesia pernah menjadi tempat terjadinya dua letusan gunung api terbesar di dunia. Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, di antara Benua Asia dan Australia, serta diantara Samudera Pasifik dan Hindia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KESATUAN BANGSA PROPINSI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam secara langsung memberikan dampak buruk pada kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam secara langsung memberikan dampak buruk pada kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam secara langsung memberikan dampak buruk pada kehidupan manusia, lingkungan fisik, biologis dan sosial. Dampak buruk ini akan menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

ASPEK GOVERNANCE. B. Pendanaan C. Pengelolaan Bantuan D. Pengelolaan Data dan Informasi E. Kepemimpinan ASPEK GOVERNANCE 6/8/2010

ASPEK GOVERNANCE. B. Pendanaan C. Pengelolaan Bantuan D. Pengelolaan Data dan Informasi E. Kepemimpinan ASPEK GOVERNANCE 6/8/2010 Manajemen Bencana ASPEK GOVERNANCE dr. Siti Noor Zaenab, M.Kes 1 ASPEK GOVERNANCE A. Pengorganisasian B. Pendanaan C. Pengelolaan Bantuan D. Pengelolaan Data dan Informasi E. Kepemimpinan 2 1 DASAR HUKUM

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

Disampaikan oleh : Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Makassar, 24 April 2014

Disampaikan oleh : Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Makassar, 24 April 2014 PROGRAM DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN 2014 Disampaikan oleh : Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Makassar, 24 April 2014 O U T L I N E Dasar Hukum Struktur Organisasi

Lebih terperinci

Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sepanjang tahun 2016.

Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sepanjang tahun 2016. 1 KATA PENGANTAR Pemantauan dan Evaluasi Kinerja diatur melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL DAN NONSTRUKTURAL PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bid. Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 2. Staf Ahli Bid. Pembiayaan & Pemberdayaan Masyarakat; 3. Staf Ahli Bid. Perlindungan Faktor Resiko Kesehatan; 4. Staf Ahli Bid Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci