BAB II KAJIAN PUSTAKA. judul penelitian sebelumya, yakni sebagai berikut : 1. Reni Anggraeni, Jurusan IPS-Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. judul penelitian sebelumya, yakni sebagai berikut : 1. Reni Anggraeni, Jurusan IPS-Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelusuran yang peneliti lakukan didapati beberapa judul penelitian sebelumya, yakni sebagai berikut : 1. Reni Anggraeni, Jurusan IPS-Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun Dengan judul Manfaat Pengelolaan Koperasi Pesantren Sebagai Media Pendidikan Ekonomi Para Santri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat pengelolaan koperasi pesantren sebagai media pendidikan ekonomi bagi para santri, yang diteliti pada 60 santri putra dan putri di Pondok Pesantren Assalam. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka dan membuat deskripsi secara faktual. Penelitian ini memiliki dua variabel manfaat pengelolaan koperasi pesantren dan media pendidikan ekonomi yang para santri dapatkan. Teknik analisa datanya menggunakan teknik korelasi dengan rumus rank spearman dengan sampel 60 santri Pondok pesantren Assalam. Hasil penelitian ini diperoleh r = 0,1874 yang menyatakan bahwa hipotesis alternatif diterima yang menyatakan adanya manfaat 9

2 10 dalam pengelolaan koperasi pesantren dan adanya media pendidikan ekonomi yang para santri dapatkan Aang Fuad, Jurusan Manajemen Dakwah (MD) IAIN Sunan Ampel. Dengan judul Perencanaan Strategis Usaha Koperasi Pondok Pesantren Langitan Kecamatan Widang Kabupaten Tuban Berdasarkan analisis penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: perencanaan strategis usaha koperasi di Pondok Pesantren Langitan Kecamatan Widang Kabupaten Tuban sudah berjalan cukup baik serta dengan program kerja, ini terbukti dengan adanya visi dan misi di koperasi tersebut. Memilih tujuan yang baik, perencanaan strategis usaha koperasi Pondok Pesantren Langitan Kecamatan Widang Kabupaten Tuban, juga sudah tersusun secara akurat. Hal ini dibuktikan dengan perencanaan strategis usaha koperasi pondok pesantren yang dilakukan dengan membuat usaha-usaha untuk mewujudkan peranan koperasi dalam mewujudkan kemajuan pondok pesantren dan membentuk masyarakat sekitar pondok pesantren dalam pemenuhan kebutuhannya, yang dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: tahap analisis lingkungan masyarakat, tahap analisis sarana atau potensi yang dimiliki, tahap identifikasi adanya ketidakseimbangan serta tahap penyusunan rencana strategis untuk menyeimbangkan. Pelaksanaan perencanaan strategis tersebut dilakukan dengan menjalankan usaha yang sudah didirikan dengan sebuah konsep 8 Sebagai_Media_Pendidikan_Ekonomi_Para_Santri.pdf online 20 Juli 2011

3 11 pelaksanaan yang bersifat antisipatif dan membangun sebagai faktor pendukung dalam keefektifan pelaksanaan strategis. Namun ada sedikit hambatan yaitu dalam hal permodalan berdasarkan masalah dan kesimpulan tersebut, penelitian ini belum menjawab lebih jauh bagaimana tanggapan masyarakat mengenai perencanaan strategis usaha koperasi Pondok Pesanteren Langitan Kecamatan Widang Kabupaten Tuban. Kiranya tema ini dapat dijadikan masalah penelitian selanjutnya Sanin, Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial. Fakultas Tarbiyah. Universitas Islam Negeri Malang. Dengan judul Eksistensi Koperasi Di Dalam Pembangunan Dan Pengembangan Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren An-Nur II Bululawang Malang). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Koperasi pondok pesantren memiliki peran yang signifikan dalam pembangunan dan pengembangan Pondok pesantren. Hal ini terlihat di Pondok Pesantren An Nur II Bululawang. Dari hasil Sisa Hasil Usaha Koperasi Pondok Pesantren An Nuur II Al-Murtadho. Pesantren An Nuur II terus melakukan pembangunan dan pembangunan pondok, baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Pengembangan pesantren secara kuantitas, terlihat dari pembangunan fisik yang dari tahun ke tahun terus memperlihatkan peningkatan dan pemenuhan kebutuhan santri yang tinggal di dalam atau di sekitar pesantren. Adapun secara kualitas, Pesantren An Nuur terus 9 aangfuadni-8207 online 20 Juli 2011

4 12 mengembangkan pengaruh dan responsibilitinya untuk tetap peduli dengan keadaan masyarakat sekitar. Hal ini ditunjukkan dengan pengadaan bidang usaha kopontren di bidang jasa yang berupa Unit Simpan Pinjam dan Tebu Rakyat. 10 Ada beberapa hal yang membedakan penelitian sebelumnya terhadap penelitian ini adalah: Peneliti melakukan penelitian tentang pengembangan ekonomi santri pada koperasi pondok pesantren, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Reni Anggraeni meneliti tentang manfaat pengelolaan koperasi pesantren sebagai media pendidikan ekonomi para santri, kemudian penelitian yang dilakukan oleh Aang Fuad meneliti tentang perencanaan strategis usaha koperasi Pondok Pesantren Langitan Kecamatan Widang Kabupaten Tuban, kemudian penelitian yang dilakukan oleh Sanin adalah eksistensi koperasi di dalam pembangunan dan pengembangan pesantren (studi kasus di Pondok Pesantren An-Nur II Bululawang Malang) Berdasarkan hasil ketiga penelitian diatas, peneliti menegaskan beberapa poin perbedaan antara peneliti dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti lebih memfokuskan pada usaha koperasi dalam mengatasi problematika ekonomi santri, manajemen koperasi dalam pengembangan ekonomi santri (studi kasus di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Kota Palangka Raya online 20 Juli 2011

5 13 B. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian a. Pengembangan Dalam Kamus Besar Indonesia Pengembangan diambil dari kata dasar kembang adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. 11 Maka sebab itulah pengembangan merupakan suatu penunjang untuk mencapai keberhasilan dengan menggunakan hal-hal yang diterapkan kepada bentuk-bentuk yang bersifat membangun. Perkembangan Pondok Pesantren tidak terlepas hubunganya dengan sejarah masuknya Islam di Indonesia bermula ketika orangorang yang masuk Islam ingin mengetahui lebih banyak isi ajaran agama yang perlu dipeluknya, baik mengenai tata cara beribadah, baca al-qur an, dan mengetahui Islam yang lebih luas dan mendalam. Mereka ini belajar dirumah, surau, langgar atau mesjid. Di tempattempat inilah orang-orang yang baru masuk Islam dan anak-anak mereka belajar membaca al-qur an dan ilmu-ilmu agama lainya, secara individual dan langsung. Perkembangannya untuk lebih memperdalam ilmu agama telah mendorong tumbuhnya pesantren yang merupakan tempat untuk melanjutkan belajar agama setelah tamat belajar di surau, langgar atau masjid. Model pendidikan pesantren ini berkembang di seluruh 11 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, h. 473.

6 14 Indonesia dengan nama dan corak yang sangat bervariasi. Di Jawa disebut pondok pesantren, di Aceh dikenal Rangkang, di Sumatra Barat dikenal Surau, nama sekarang dikenal umum adalah pondok pesantren. 12 Seiring dengan perkembangan zaman fungsi pondok pesantren pun bertambah. Pondok pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga keagamaan, tetapi berfungsi juga sebagai pusat perkembangan masyarakat diberbagai sektor kehidupan. Sistem yang dinamakan pesantren, proses internalisasi agama Islam kepada santri berjalan penuh. Dalam pesantren, dengan pimpinan dan keteladanan para kiai dan para ustadz serta pengelolaan yang khas, tercipta satu komunikasi tersendiri, yang didalamnya terdapat semua aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, ekonomi, budaya dan organisasi. 13 Dilihat dari segi pembiayaannya, terdapat dua tipe pesantren, pertama, pesantren yang mandiri dimana sektor ekonomi bersifat otonom yang tidak menerima bantuan dari luar (selektif dalarn proses penggalian dana). Pesantren seperti ini pada awalnya memang sudah mandiri dari segi ekonomi karena umumnya seorang kiai, sebelurn membangun pesantren, telah mandiri secara ekonomi dan aset-aset pribadi kiai yang sering menjadi tumpuan keuangan pesantren. Jadi sejak awal kiai telah mempersiapkan diri 12 Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam/Direktorat Pendidikan Kegamaan dan Pondok Pesantren Departemen Agama, Pondok Pesantren Mu adalah, Jakarta: 2004, h Ibid., h. 4.

7 15 secara sungguh-sungguh tidak hanya pada aspek mental tetapi juga aspek sosial dan ekonomi. Kedua, pesantren yang dalam pembiaayaannya fifty-fifty (50:50), yakni sebagian dari harta kiai atau menggali potensi yang ada dalam pesantren dan sebagian lagi merupakan bantuan dari luar pesantren. Pesantren yang memiliki tipe seperti ini dalam upayanya untuk membiayai dan mangembangkan pesantren selain menggali potensi ekonomi dari unsur-unsur yang ada dalam pesantren juga mencari peluang untuk menggali dana keluar pesantren. 14 Keberhasilan pondok pesantren dalam menggali potensi ekonomi yang ada dalam pesantren seperti ini, merupakan kebijakan kiai sebagai pengasuh dan pemimpin sekaligus figur sentral dalam kegiatan manajerial pesantren. Adapun dalam praktiknya, keterlibatan dari beberapa unsur sangat mendukung keberhasilannya, antara lain keterlibatan dalam pengelolaan oleh anggota keluarga seperti Ibu Nyai, saudara-saudara kiai, keikutsertaan santri dalam melaksanakan program dan keterlibatan masyarakat sekitar atau alumni yang ikut mendukung kesuksesan pelaksanaan program tersebut. Ini memperlihakan adanya dinamika yang terjadi antara kiai sebagai figur sentral dalam pesantren dengan pihak-pihak yang berada di sekitarnya. 14 TIM Penyusun, Agama Pendidikan Islam dan Tanggung Jawab Sosial Pesantren, Yogyakarta: UGM dan Pustaka Pelajar, 2008, h. 80.

8 16 b. Ekonomi Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani oikos yang berarti keluarga, rumah tangga dan nomos, atau peraturan, aturan, hukum, dan secara garis besar diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. 15 Pengertian ekonomi syariah dalam versi peraturan perundang-undangan diatas, tidak ada salahnya bila penulis mengemukakan pengertian ekonomi Islam. Ekonomi Islam adalah kumpulan norma hukum yang bersumber dari al-qur an dan hadits yang mengatur urusan perekonomian umat manusia. 16 c. Santri Santri adalah sekelompok orang yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan ulama. Karenanya berbicara tentang kehidupan ulama senantiasa menyangkut pula kehidupan para santri yang menjadi murid dan sekaligus menjadi pengikut dan pelanjut perjuangan ulama yang setia. Santri adalah siswa atau mahasiswa yang dididik di dalam lingkungan pondok pesantren http//id.wikipedia.org/wiki/ekonomi.online 20 Oktober Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h Abdul Qadir Djaelani, Peran Ulama dan Santri dalam Perjuangan Politik Islam di Indonesia, Surabaya, PT Bina Ilmu Offset, 1994, h. 7.

9 17 Penggunaan istilah santri ditujukan kepada orang yang sedang menuntut pengetahuan agama di pondok pesantren. Menurut ilmuwan kata santri berasal dari bahasa Tamil Santri yang berarti orang yang tinggal di sebuah rumah miskin atau orang yang tinggal di bangunan keagamaan secara umum. 18 Santri dalam khasanah kehidupan Indonesia dan khususnya umat Islam punya dua makna; Pertama merujuk kelompok peserta sebuah pendidikan pesantren atau pondok yang berarti murid yang belajar ilmu agama Islam di pondok pesantren yang datang dari jauh maupun dekat, dan yang kedua merujuk pada akar budaya sekelompok pemeluk Islam 19, yang berarti gelar bagi-bagi orang yang sholeh dalam agama Islam Santri merupakan elemen yang esensial dari suatu pesantren baik yang selama 24 jam tinggal di pesantren atau yang hanya beberapa jam saja dalam setiap harinya dan santri merupakan ciri yang melekat di pondok pesantren tanpa santri sebuah lembaga pendidikan tidak disebut pesantren. Menurut Zamakhsyari Dhofir 20, istilah santri terbagi menjadi dua pengertian yang berbeda, yaitu santri mukim dan kalong, menurut pengertian secara lughowi mukim adalah orang yang bertempat tinggal di suatu tempat. Istilah ini kemudian berkembang menjadi santri Abdul Munir Mulkhan, Runtuhnya Mitos Politik Santri, Yogyakarta: SIPRES, 1992, h Zamasyari Dhofier, Tradisi Pasantren Studi Tentang Pandangan Hidup kyai, h. 44.

10 18 mukim, yaitu santri yang menetap di pondok pesantren dalam kurun relatif lama dan berasal dari daerah jauh untuk mencari ilmu. Dahulu santri mukim dalam memenuhi kebutuhan hidupnya ditunjang dengan kerja keras karena di pesantren itu sendiri ditemukan santri-santri yang berstatus mukim tidak mendapat kiriman atau bantuan dari orang tuanya. Pada awalnya ketika pondok pesantren itu berdiri dan masih memiliki santri yang sedikit maka kiailah yang menanggung kebutuhan hidup sehari-hari santri, terutama mereka yang tidak mampu, mereka secara bersama-sama mengerjakan sawah dan perkebunan kiai. Seperti halnya yang terjadi pada Kiai Haji Toyib pemilik pondok pesantren di Semengko Wringin Anom Gresik. Beliau menghidupi lebih dari dua puluh santri yang ikut mukim bersamanya. Namun dalam perkembangannya santri mukim dalam memenuhi kebutuhannya tidak ditunjang dengan kerja keras, mereka membekali diri dengan membawa ongkos dari rumah. Hal yang semacam ini sekarang hampir sudah tidak ada lagi kalaupun ada hanya di pondok pesantren yang lokasinya di desa-desa yang jauh dari kota dan sistem pendidikannya masih sederhana dalam arti tidak ada kurikulum sekolah yang ada hanya kitab kuning saja. Kebutuhan sehari-hari santri mukim ditunjang oleh kiriman dari orang tuanya melalui biro jasa tertentu. Semula mereka memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan mandiri, namun setelah

11 19 pondok pesantren mengalami perkembangan pesat, berbagai sarana dan fasilitas tersedia, akhirnya segala kebutuhan santri tidak hanya dikerjakan sendiri melainkan memerlukan bantuan dari pihak lain. Istilah santri yang kedua adalah santri kalong yang mempunyai arti bahwa santri yang bersangkutan tidak menetap di pondok pesantren, mereka pergi ke pondok pesantren dan pulang ke rumah dalam sehari begitu pula pada hari berikutnya, mereka tidak menginap di pesantren. Disebut santri kalong karena mereka diibaratkan seperti binatang kelelawar, pada waktu siang hari tinggal di rumah dan pada waktu malam hari mereka pergi mencari makan. Para santri kalong terdiri dari anak-anak desa yang tinggal di sekitar pondok pesantren, dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dengan sistem wetonan yaitu para santri datang berduyunduyun pada waktu-waktu tertentu. 21 Santri kalong dalam mengikuti pendidikan di pesantren tidak dikenakan biaya mengaji seperti halnya santri mukim, mereka (santri kalong) tidak diwajibkan membayar uang syahriyah kepada kiai dengan alasan karena mereka tidak menetap di pondok pesantren. 21 Mujamil Qomar, Pesantren (Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratis Institusi), Jakarta: Erlangga, t,th, h. 1.

12 20 Seorang santri pergi dan menetap disuatu pesantren karena berbagai alasan: 1) Ia ingin mempelajari kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam dibawah bimbingan kiai yang memimpin pesantren tersebut. 2) Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian, maupun hubungan dengan pesantren-pesantren terkenal. 3) Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukkan oleh kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya. Disamping itu dengan tinggal disebuah pesantren yang sangat jauh letaknya di rumah sendiri menyebabkan ia tidak mudah pulang pergi, meskipun kadang-kadang menginginkannya. 22 d. Ekonomi Santri Pesantren adalah tempat para santri menjalani hidup dan belajar selama masa tertentu dibawah bimbingan kiai. Dalam menjalani hidup secara bersama-sama para santri senantiasa dihadapkan pada satu problematika salah satunya adalah problematika ekonomi. Problematika ini dapat mengganggu kelangsungan hidup santri di pesantren dan disamping itu bisa memperlambat upaya pengembangan pesantren. 22

13 21 Pondok pesantren dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, tentu saja pesantren tidak akan berkembang dengan baik jika tidak didukung oleh dana-dana tradisional. Upaya pengembangan pesantren tidak berjalan mulus jika kondisi pesantren masih lemah dalam arti masih kekurangan dana karena sumber dana inilah yang nantinya dipergunakan untuk menghidupi pesantren guna melaksanakan misinya yang baru. Sebagaimana yang telah dilakukan Makras Amin direktur yayasan yang ada di pesantren Darul Najah Ulujami Jakarta Selatan, dalam membiayai kegiatannya di pesantren salah satunya dengan melalui Syahriah santri. Iuran santri ini digunakan sebagai pengembangan pesantren. 23 Sumber dana pesantren dapat diperoleh dengan masukan iuran bulanan santri dimana santri dimana santri dalam memenuhi kebutuhannya biasanya ditunjang dengan menggunakan kiriman dari orang tuanya per bulan. Setiap santri mendapat tarikan uang setiap bulanannya, tarikan uang yang harus dibayar oleh seorang santri disebut dengan uang pembeli minyak 24 karena secara simbolis berkaitan dengan pengajaran yang diberikan oleh sang kiai yang memberi penerangan kepada santrinya tentang kebajikan kehidupan. Sebaliknya sumber keuangan tidak dapat diperoleh manakala santri 23 Shobirin Nadj, Pesantren Darun Najah : Prespektif Kepemimpinan dan Manajemen Pesantren, Dalam M. Dawam Rahardj, Jakarta: h Pradjarta Dirojosanjoto, Memelihara Umat Kiai Pesantren-Kiai Langgar, Yogyakarta: LkiS, 1999, h. 152.

14 22 mengalami kesulitan dalam membayar iuran SPP/syahriyah bulanan dibanyak pesantren cukup memprihatinkan hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi santri yang lemah. Disamping itu keterlambatan pembayaran bisa juga dikarenakan adanya keterlambatan kiriman santri yang diterima dari orang tuanya. Dalam memenuhi kebutuhannya para santri biasanya ditunjang dengan kiriman dari orang tua, salah satunya adalah kiriman uang, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya yang merupakan kewajibanya sebagian santri itupun menunggu datangnya kiriman uang sebagai bekal hidup dan mencari ilmu di pesantren. Jika kiriman tersebut datang tidak tepat waktu tentunya para santri merasakan adanya problematika yang muncul, walaupun kelihatan sepele namun jika tidak segera diselesaikan akan menjadi berat. Kesanggupan untuk membayar syariah sebagian santri dapat melakukannya dan sebagian tidak terlaksana, hal ini karena adanya faktor salah satunya adalah kondisi ekonomi keluarga mereka kurang mencukupi. Sering dengan keterangan ini Syaiful Mujab seorang pengusaha muslim Yogyakarta mengatakan bahwa santrinya sulit sekali memberikan kontribusinya secara finansial, ini karena para santrinya berasal dari kalangan bawah ekonomi menengah, hal senada dikatakan Affandi yang juga termasuk pengusaha muslim mengatakan bahwa pesantren pada umumnya dan khususnya di Yogyakarta santrinya berasal dari kalangan kebawah sedangkan yang berasal dari

15 23 kalangan atas hanya menjadi santri kalong saja. 25 Namun biasanya dari pihak pengasuh pesantren dalam hal ini memberi keringanan untuk menyarankan tinggal di rumah kiai, mereka seringkali ikut makan di tempat kiai, mereka dikenal dengan sebutan santri ndalem, santri ndalem yaitu santri yang latar belakang keluarganya dari keluarga tidak mampu. Berdasarkan keterangan yang dituangkan Pradjarta Dirjosanjoto dalam bukunya menceritakan pesantren Al-Fatah desa Keding Santri Pati di pesantren tersebut diceritakan bahwa santri yang kurang mampu diberikan keringanan ikut makan di rumah kiai tanpa membayar. Hal ini membuktikan adanya kedekatan seorang kiai dengan santrinya, ia memiliki sikap perasaan tanggung jawab terhadap santrinya. Rasa persaudaraan yang ada di pesantren seorang santri tidak mungkin mengalami tidak bisa makan, seorang santri ketika kehabisan bekal dengan mudah mendapat pertolongan baik dari sesama santri maupun pengasuh pesantren. e. Koperasi Koperasi berasal dari perkataan ko/co dan operasi/operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan. Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai Edisi III, h Mumtahanah dan Syamsul Mua wanah, Pemberdayaan Ekonomi Pesantren, Majalah,

16 24 anggota, dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. 26 Secara harfiah kata koperasi berasal dari: Cooperation (Latin), atau Cooperation (Inggris), Co-operatie (Belanda), dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai: bekerja bersama, atau bekerjasama, atau kerjasama, merupakan koperasi. 27 Sedangkan Menurut Edilius dan Sudarsono adalah : Koperasi yang kita maksudkan di sini dalam kaitannya dengan demokrasi ekonomi, adalah koperasi sebagai organisasi atau lembaga ekonomi modern yang mempunyai tujuan, mempunyai sistem pengelolaan, mempunyai tertib organisasi Landasan Hukum dan Kedudukan Koperasi a. Landasan Hukum menurut Al-Qur an Koperasi menitik beratkan pada bentuk kerjasama dan saling tolong-menolong dalam Islam sendiri memperbolehkan sebagaimana ayat dibawah ini Sebagai_Media_Pendidikan_Ekonomi_Para_Santri.pdf online 20 Juli Edilius dan Sudarsono, Koperasi dalam Teori dan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1992, h Ibid., h Q.S. An-Nisa [04] : 85.

17 25 Artinya : Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan Barangsiapa memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. 30 Koperasi dibina atas landasan yang sehat dan merupakan sistem perekonomian yang sesuai dengan ajaran Islam. Koperasi Indonesia termasuk koperasi Madrasah dan pondok pesantren dalam melaksanakan kegiatannya berpedoman pada landasan yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1996 tentang Pokok-pokok Perkoperasian Indonesia, landasan tersebut antara lain. 31 b. Landasan Hukum menurut Hadits Didalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Ahmad dari anas bin Malik RA. Berkata Bahwa Rasulullah SAW bersabda: ا و م ظ ل و م ا اق ي ل ي ار س و ل االله ه ذ ا ن ص ر ت ه م ظ ل و م ا ن ص اف ك ير ه ف ق ال اشذ اك ا ن تح ج ر ظ ا ل م ه ا,و تم ن ع ه م ن الظ ل م ف ذ ل ك ن ص ر ه Artinya: Tolonglah saudaramu yang menganiaya dan aniaya dan aniaya, sahabat bertanya: Ya Rasulullah aku dapat menolong orang yang dianiaya, tapi bagaimana menolong yang menganiaya? Rasulullah menjawab: kamu tahan dan mencegahnya dari menganiaya itulah arti menolong daripadanya.(hr. Imam Bukhari dan Ahmad) Depag RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Jakarta : Balai Pustaka, 2005, h Ek. Mochtar Effendy, Membangun Koperasi di Madrasah dan Pondok Pesantren, Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1986, h Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, h. 298.

18 26 Hadits tersebut dapat dipahami lebih jauh (luas), maka dapat dipahami bahwa umat Islam dianjurkan untuk menolong orang-orang yang ekonominya lemah (miskin) dengan cara berkoperasi dan menolong orang-orang kaya jangan sampai mengisap darah-darah orang miskin, seperti dengan cara mempermainkan harga, menimbun barang, membungakan uang dengan cara yang lain-lainya. c. Landasan Hukum menurut UUD 1945 Landasan strukturil Koperasi Indonesia adalah Udang-Undang dasar 1945 dan Landasan Geraknya pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya. pasal UUD 1945 berbunyi: Landasan ideal koperasi yaitu seluruh kegiatannya didasarkan atas falsafah Pancasila yang telah dirumuskan dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang terdiri dari lima sila yang terjalin menjadi satu kesatuan dalam Pancasila merupakan jiwa karakter koperasi Indonesia. Kelima sila tersebut adalah: 1) Ketuhanan yang maha Esa 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab 3) Persatuan Indonesia 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas-azas kekeluargaan. Dan penjelasannya berbunyi: Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-

19 27 anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi. 33 Landasan struktural koperasi didasarkan atas UUD 1945, yang dimaksud dalam undang-undang dasar tersebut adalah: 1) Pembukaan 2) Batang tubuh undang-undang dasar 1945 yang terdiri dari 16 bab dan 37 pasal, beserta 4 pasal aturan peralihan dan 2 aturan tambahan. 3) Penjelasan undang-undang dasar d. Kedudukan Hukum Koperasi Bahwa kedudukan koperasi di Indonesia berdasarkan Menurut UU Koperasi No. 12 Tahun 1967, adalah sebagai berikut : Bagian 13 Kedudukan Hukum Koperasi Pasal 41 Koperasi yang akte pendiriannya disahkan menurut ketentuan undang-undang ini adalah badan hukum 1) Wewenang untuk memberikan badan hukum koperasi ada pada Menteri. 2) Menteri dapat memberikan kepada pejabat wewenang untuk memberikan badan hukum koperasi yang dimaksud dalam ayat (1) di atas. Pasal G. Kartasapoetra, Bambang S., A. Setiady, Koperasi Indonesia yang Berlandaska Pancasila dan UUD 1945, Jakarta: PT Reneka Cipta, 1993, h Edilius dan Sudarsono, Koperasi dalam Teori dan Praktek., h. 73.

20 28 1) Badan Hukum koperasi termaksud dalam pasal 21 dinyatakan dalam akta pendirian yang memuat anggaran dasar yang isinya tidak boleh bertentangan dengan undangundang ini. 2) Menteri menentukan pedoman tentang isi dan cara-cara penyusunan anggaran dasar koperasi Koperasi Pondok Pesantren Koperasi Madrasah dan koperasi pondok pesantren ialah koperasi yang anggotanya terdiri dari siswa-siswa Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsnawiyah, Madrasah Aliyah, dan lembaga pendidikan yang setaraf, atau santri-santri pondok pesantren. 36 Menurut Departemen Agama pengertian koperasi berbeda dengan keduanya dalam keduanya dalam bukunya yang berjudul Pembinaan Dan Pengembangan Koperasi, Koperasi Pondok Pesantren memiliki pengertian sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Koperasi Nomor 25 tahun 1992, yaitu badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. 37 Ada beberapa keuntungan dengan adanya koperasi pondok pesantren. Keuntungan tersebut antara lain : a. Sebagai sarana pendidikan para siswa atau para santri; b. Sebagai sarana tempat pendidikan keterampilan; 35 Tim, Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan Pembinaan Koperasi / KUD, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, h Ek. Mochtar Effendy, Membangun Koperasi, h Departemen Agama, Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Koperasi Pondok Pesantren, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003, h. 10.

21 29 c. Sebagai sarana meringankan beban biaya hidup dan belajar para siswa dan santri. 38 a. Fungsi Koperasi Pondok Pesantren 1) Pendidikan kemandirian dan latihan santri Orientasi pendidikan pesantren sekarang ini mementingkan masa depan santrinya, untuk itu pesantren yang mendidik para santrinya agar memiliki jiwa kewiraswastaan yang dibarengi kemandirian maka pesantren sering mengadakan latihan-latihan keterampilan, bengkel kerja, usaha perkoperasian dan yang lainnya, sehingga para lulusan (santri) mampu bersikap mandiri dalam ekonomi. Bahkan menjadi pelopor masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup mereka dengan perbaikan-perbaikan dalam bidang ekonomi, perindustrian, perdagangan dan berbagai usaha wiraswasta lainnya. Pendidikan keterampilan dan kejujuran dikembangkan di pondok pesantren untuk kepentingan dan kebutuhan para santri sebagai modal untuk berwiraswasta dan sekaligus menunjukkan pembangunan masyarakat di lingkungan pesantren. Masa-masa sulit ekonomi pembaharuan pesantren banyak berkenaan dengan pemberian keterampilan, hal ini dikarenakan 38 Ek. Mochtar Effendy, Membangun Koperasi, h. 42.

22 30 pesantren memiliki tujuan agar menjadi bekal para santri disamping untuk menunjang ekonomi pesantren itu sendiri. 39 Koperasi pondok pesantren merupakan salah satu usaha pesantren dalam pendidikan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat latihan organisasi santri dan juga untuk memenuhi kebutuhan santri maupun bagi pengasuh bahkan masyarakat yang ada di sekitarnya, juga sebagai wahana pendidikan bagi santri dan seluruh warga pesantren dalam arti kata pendidikan kemandirian. Dengan pengenalan keterampilan organisatoris untuk mengelola suatu jenis usaha dalam bentuk koperasi. Koperasi pondok pesantren akan dapat mencapai tujuan sampingan berupa pembekalan para santri dengan keterampilan kerja yang akan mereka lakukan dalam kehidupan nanti, penciptaan koperasi santri sebagai wahana bagi pengenalan lembagalembaga kerja yang dibutuhkan masyarakat dan harus dan dikelola sebaik-baiknya dalam kehidupan pedesaan. Mujamil Qomar mengatakan bahwa seorang kiai perlu memberikan pelajaran keterampilan kepada santrinya, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kyai telah menyadari kemandirian pesantren dan ini harus menjadi doktrin kiai pada santrinya, sehingga kiai bisa beranggapan bahwa kemandirian tersebut memiliki tujuan di samping agar santri mampu hidup secara mandiri ditengah-tengah 39 Mujamil Qumar, Pesantren, h. 135.

23 31 masyarakat juga membuka wawasan berfikir ke dunia. 40 Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Suismanto yang mengatakan bahwa seorang kiai telah menyadari bahwa kemandirian di zaman yang penuh persaingan ditengah dunia usaha yang memerlukan keahlian dan keterampilan ini tidak cukup hanya berbekal keberanian untuk bersikap mandiri tetapi perlu perihal kemandirian itu sendiri. 41 Hal ini semua bertujuan untuk melengkapi pengetahuan praktisi para santri yang disertai prasarana pendidikan dan latihannya, agar tahap demi tahap usaha peningkatan pondok pesantren dapat direalisasikan, sehingga pesantren sebagai lembaga pendidikan yang bersejarah dan besar jumlahnya mampu mencetak kader-kader penyuluhan masyarakat yang tidak saja takwa tetapi juga cakap dan tampil untuk membangun dirinya, keluarganya, masyarakat dan bangsanya sesuai dengan perwatakan yang dimilikinya. Dengan demikian koperasi pondok pesantren disamping merupakan usaha sampingan sebagai keterampilan yang diberikan pada santri ini juga sebagai pemenuhan terhadap tuntutan perubahan. 2) Membantu meringankan kebutuhan ekonomi santri Masalah koperasi bagi pesantren bukanlah masalah atau kegiatan baru melainkan sudah menjadi budaya pesantren. Realisasi bekerja selama ini diwujudkan dengan kegotong royongan atau tolong menolong untuk membeli kitab, memenuhi kebutuhan sehari-hari, 40 Ibid., h Suismanto, Menelusuri Jejak Pesantren, Yogyakarta: Alief Press, 2005, h. 5.

24 32 serta membantu meringankan beban ekonomi yang lainnya. Hal ini sudah sejak lama ada dan berjalan mulainya adanya pondok pesantren itu sendiri. Ini semua bertujuan untuk melengkapi pengetahuan praktis para santri yang disertai prasarana pendidikan dan latihannya, agar tahap demi tahap usaha peningkatan pondok pesantren dapat direalisasikan. Sehubungan dengan adanya problem yang berhubungan dengan kebutuhan santri di pesantren seperti pemenuhan kebutuhan perlengkapan belajar santri maka keberadaan koperasi pesantren sangatlah penting, karena demi memperlancar proses pembelajaran santri di pesantren maka para santri memerlukan seperangkat buku, kitab dan alat-alat tulis. Oleh sebab itulah perlunya pesantren mengembangkan salah satu unit usaha yang menyediakan sarana belajar semisal toko buku, kitab, alat tulis, dan fotocopy. Selain itu para santri juga perlu memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum, telepon, asrama, pakaian dan lain sebagainya. Melihat semua kebutuhan yang diperlukan santri tersebut maka perlu kiranya pesantren membentuk satu wadah yang bersifat kooperatif guna menciptakan satu kesejahteraan bersama. Disamping melihat pada kebutuhan perlengkapan belajar perlu kiranya melihat pada potensi ekonomi pesantren. Sebagaimana lazimnya pendidikan formal pondok pesantren didalamnya pasti ada murid. Bagi murid sudah barang tentu dikenai kewajiban membayar

25 33 syahriyah (istilah SPP untuk pondok pesantren dan madrasah). Uang syahriyah ini diperlukan bagi pesantren untuk menambah sumber dana mengingat perlunya pesantren harus berperan aktif dalam pembangunan masyarakat sekitarnya. Dana pesantren tentunya tidak akan mencapai pada hasil yang diinginkan jika pesantren menghadapi suatu persoalan SDM (Sumber Daya Manusia) sampai sumber dana. Adanya keterlambatan kiriman santri menjadikan santri terlambat pula dalam memenuhi kewajibannya, seperti halnya kewajiban membayar syahriyah bulanan. Problematika tersebut merupakan problem yang dialami santri yang tentunya juga merupakan problem bagi pesantren karena santri itu sendiri merupakan salah satu elemen yang ada di pesantren sehingga merupakan pekerjaan rumah tangga pesantren yang tak berkesudahan, dan problem ini dapat menghambat proses pengembangan pondok pesantren, hal ini bisa terjadi jika pembiayaan pendidikan dan pengajaran sepenuhnya tergantung pada iuran bulanan santri. Sebagai mana yang dikatakan oleh K.H. Ahmad Zainal Jinan pengasuh dan pendiri pesantren Al-Qodariyah Srikaton Gunung Balok Lampung, beliau telah mengalami pengalaman menghadapi problematika tersebut. Beliau mengatakan seretnya masukan iuran bulanan santri mengakibatkan pembayaran honor bagi perkembangan pesantren menjadi tertunda. Dalam hal ini beliau mengatakan perlunya merintis

26 34 usaha-usaha yang diharapkan ada hasilnya demi kelangsungan pesantren. Pondok pesantren dengan kegiatan koperasinya diharapkan dapat membantu untuk menyelesaikan problematika ekonomi yang telah dialami santri. Sebagai mana yang telah dikatakan oleh Waluyo dalam mengartikan problematika beliau mengatakan bahwa yang mana problematika itu memerlukan jalan keluar. Mengenai keterlambatan santri membayar syahriyah merupakan problematika berarti memerlukan jalan keluar, maka peran koperasi untuk mensejahterakan anggotanya sangatlah diperlukan, karena keberadaan koperasi dapat membawa keuntungan khususnya bagi anggotanya serta masyarakat pada umumnya. b. Jenis Usaha yang Dikelola Koperasi Pondok Pesantren Koperasi merupakan perkumpulan sekelompok orang yang menjalankan usaha dalam bidang bisnis (perekonomian) yang memerlukan modal untuk menjalankan bisnis tersebut. Modal usaha akan berkembang apabila dikelola dengan baik dan sesuai kebutuhan dan kemampuan menjalankan usaha tersebut. Seperti halnya koperasi-koperasi yang bergerak dibidang produksi dan simpan pinjam, koperasi konsumsi seperti koperasi pondok pesantren juga membutuhkan modal untuk menjalankan usahanya. 42 Amrullahfu

27 35 Koperasi merupakan usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan bisnis dan kesejahteraannya. Oleh karena itu koperasi memfokuskan diri pada kebutuhan ekonomi anggota. Anggota koperasi secara individu ataupun rumah tangga mempunyai kebutuhan ekonomi yang sama, hal ini dikarenakan koperasi yang mereka miliki merupakan alat untuk memperbaiki ataupun mengurusi kepentingan ekonomi mereka. Koperasi pesantren terbagi menjadi dua wilayah, yang pertama wilayah pondok pesantren itu sendiri dengan sarana komunitas santri. Yang kedua wilayah luar pondok pesantren dengan sarana masyarakat sekitar pesantren. 43 Koperasi pondok pesantren disesuaikan dengan kebutuhan santri yang menjadi anggotanya. Kebutuhan sehari-hari para santri umumnya berupa alat pelajaran dan bahan pokok sehari-hari. Kebutuhan demikianlah yang perlu disediakan oleh koperasi pondok pesantren. Keberadaan koperasi pondok pesantren ini telah membawa angin baru dalam rutinitas sehari-hari para santri. Sejak saat itu, kegiatan pesantren menjadi lebih hidup. Para santri tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu pelajaran sekolah saja, namun juga diajarkan bagaimana bertahan hidup dengan pelatihan ketrampilan. 43 Halim dkk, Manajemen Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005, h. 307.

28 36 Pembentukan koperasi pondok pesantren beserta unit-unit usahanya ini didasari keinginan untuk mengembangkan fungsi pondok pesantren, yang semula hanya digunakan untuk menimba ilmu agama saja, dikembangkan menjadi pusat pengembangan ekonomi rakyat. Adapun kegiatan usaha yang dapat dikelola oleh koperasi pondok pesantren untuk memenuhi kebutuhan santri yang menjadi anggotanya, antara lain sebagai berikut: 1) Pengadaan buku-buku pelajaran Kebutuhan utama setiap siswa atau santri ialah alat-alat tulis dan buku-buku pelajaran, baik buku cetak maupun buku tulis. Kebanyakan madrasah ataupun pondok pesantren terletak di luar kota atau jauh dari pusat pasar oleh karena itu, para siswa atau santri akan tertolong jika koperasi menyediakan kebutuhan mereka tersebut, terutama dari segi waktu dan biaya transport. Sebaiknya koperasi memesan buku-buku pelajaran dan alat-alat tulis dalam jumlah besar, karena penerbit atau toko-toko buku biasanya memberikan potongan harga yang menyenangkan, bahkan bisa sampai potongan harga (rabat) karena membeli dalam jumlah besar merupakan keuntungan bagi koperasi, yang pada gilirannya keuntungan itu akan dapat dinikmati oleh anggota koperasi. 2) Pengadaan alat praktik sekolah Dewasa ini ada Madrasah atau pondok pesantren mengadakan latihan-latihan kerja, misalnya praktik pertanian atau kerajinan tangan,

29 37 seperti yang dilakukan oleh Darul Falah di Bogor. Pada pondok pesantren seperti itu para siswanya memerlukan alat-alat untuk praktik, seperti alat-alat suntik untuk hewan, alat pertanian yang ringan, pupuk, dan lain-lain. Pondok pesantren demikian itu sangat penting karena sesuai dengan kebutuhan dewasa ini. Bagi santri atau siswa biasanya disediakan kebun atau perternakan sendiri, sebagai tempat praktik. Dalam situasi yang demikian koperasi pondok pesantren dapat menyediakan alat-alat peternakan atau pertanian, pupuk, makanan ternak, dan lain-lain. Bahkan koperasi ini dapat memasarkan hasil produksi siswa atau santrinya. 3) Cafetaria Unit madrasah atau pondok pesantren juga dapat membuka cafetaria, sebagai tempat berbelanja makanan atau minuman kecil bagi para santri atau siswa selama jam istirahat. Dengan demikian, para siswa atau santri dapat berbelanja dengan murah, sehat, dan bersih. Membuka cafetaria dalam lingkungan madrasah atau pondok pesantren merupakan salah satu bagian dari usaha koperasi madrasah atau pondok pesantren. Usaha ini mempunyai potensi besar untuk berkembang. membuka cafetaria sangat besar manfaatnya bagi para siswa, antara lain mereka dapat belajar administrasi dan memperoleh keterampilan dalam pelayanan jasa boga (catering) khususnya restoran, serta mungkin dapat berlatih memasak, dan menyediakan

30 38 makanan. Dengan demikian, banyak dampak positifnya yang dapat diserap oleh para siswa dan santri dalam membuka cafetaria. 4) Usaha Simpan Pinjam Koperasi madrasah atau koperasi pondok pesantren juga dapat membuka usaha simpan pinjam. Sebenarnya usaha simpan pinjam ini biasanya merupakan suatu usaha koperasi yang berdiri sendiri. Usaha ini penting dan bersifat mendidik karena santri atau siswa semenjak masa remaja dibiasakan menabung (saving) dari kelebihan uang sakunya. Hal ini mendidik untuk menjauhi sifat dan sifat hidup yang konsumtif, semenjak remaja mereka didik untuk bersifat positif, dapat menahan diri (mengendalikan nafsu) dalam membelanjakan uangnya di luar kemampuan atau terhadap yang kurang perlu. 44 5) Usaha penjualan kebutuhan sehari-hari para siswa atau santri Seperti diketahui bahwa kebanyakan siswa atau santri datang dari luar daerah, karena itu mereka bertempat tinggal di asrama dan umumnya mereka memasak sendiri untuk memenuhi keperluan makannya sehari-hari. Dengan demikian koperasi dapat membantu mereka dengan membuka usaha yang menjual keperluan sehari-hari, seperti beras, asam, kecap, garam, minyak goreng, sayur mayur, sabun, pasta gigi, dan lain-lain. 44 Ek. Mochtar Effendy, Membangun Koperasi, h

31 39 Melalui koperasi barang-barang tersebut dapat dibeli dengan harga lebih murah karena koperasi membeli dalam partai besar, serta dapat berlangganan atau juga bisa secara konsinyasi. 45 6) Unit usaha warung telekomunikasi Usaha memenuhi kebutuhan bidang komunikasi, kopontren juga mendirikan komunikasi jarak jauh yaitu kios telepon. Pendirian kios telepon ini ternyata mampu mendapat income yang banyak. Kios ini didirikan untuk melancarkan komunikasi santri. 46 7) Unit Usaha Agribisnis Kegiatan atau usaha dalam memproduksi hasil-hasil pertanian dalam macam-macamnya. Banyak macam kegiatan yang dapat dilakukan berkaitan dengan bidang agribisnis seperti halnya tanaman pangan dan perkebunan, peternakan kehutanan dan perikanan. Koperasi dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pondok yang diupayakan oleh pondok pesantren dalam bidang agribisnis. Misalnya pengusaha bibit unggul padi jagung, pupuk organik dan anorganik, bibit ayam unggul, makanan ternak dan banyak lagi. 47 8) Unit Usaha Perbankan dengan Sistem Syari at Islam Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah satu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama 45 Ibid., h &Itemid=

32 40 Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan dengan produksi makanan, minuman haram, usaha media yang tidak Islami dan lainlain), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional. 48 9) Unit usaha percetakan Bidang usaha percetakan ini mempunyai aktivitas yang sangat padat terutama dalam cetak-mencetak buku pelajaran, majalah, kalender, brosur dan lain-lain. Keberadaan unit usaha percetakan ini, selain mendukung program pondok juga merupakan potensi pasar yang sangat signifikan, karena percetakan ini didukung oleh tenaga-tenaga operasional yang kreatif, inovatif dan profesional ) Unit Usaha Konveksi Lembaga pendidikan Islam, pesantren memang harus mampu mendorong santrinya untuk mendalami pengetahuan agama, namun tujuan tinggal di pesantren bukan hanya mendalami pengetahuan agama saja namun perlu adanya keterampilan. Pesantren perlu mengadakan keterampilan-keterampilan seperti halnya konveksi. Walaupun memang tujuan pesantren bukan belajar konveksi. Koperasi pesantren perlu mengadakan unit usaha konveksi seperti halnya keterampilan menjahit, karena disamping memberi

33 41 kesempatan pada santri untuk mengembangkan usaha jahit- menjahit juga bisa menghasilkan banyak keuntungan. Keuntungan ini bisa menambah modal koperasi disamping itu untuk menunjang ekonomi pesantren itu sendiri ) Unit Usaha Perbengkelan Kegiatan usaha di bidang perbengkelan di pondok pesantren adalah kegiatan usaha yang jarang dimiliki oleh pondok pesantren. Namun cukup potensial jika diupayakan oleh pondok pesantren, terutama yang menyelenggarakan bidang keterampilan perbengkelan, terlebih lagi jika pondok pesantren itu hanya memiliki lahan yang tidak begitu luas atau berada di daerah perkotaan. Kegiatan perbengkelan terletak pada usaha reperasi dan modifikasi barang-barang yang berkaitan dengan elektronik, seperti kulkas, televisi, radio, AC, dan komputer. c. Manajemen Koperasi Manajemen merupakan upaya kegiatan mengkombinasikan manusia, uang, barang, perangkat keras, dan perangkat lunak, dengan tujuan untuk mendapatkan hasil dengan efisiensi yang setinggi-tingginya. Manajemen koperasi berarti semua upaya dan kegiatan didalam mengkombinasikan para anggota dengan keinginannya, serta simpan pokok yang pada gilirannya dijadikan modal untuk dioperasikan agar mendapat hasil setinggi-tingginya untuk kepentingan para anggota 50 :Industri-Konveksi-Terus-Berkembang&Catid=67:Ekonomi&Itemid=647

34 42 koperasi. Inilah secara garis besarnya menyelenggarakan manajemen koperasi. Jika dilihat dari pembagian fungsinya, manajemen mencakup perencanaan, pengorganisasian, staf, pengarahan dan kontrol. Semua fungsi ini akan selalu terdapat didalam setiap organisasi apapun tidak terkecuali koperasi. Perencanaan koperasi dapat diputuskan dalam rapat anggota dan untuk pengorganisasian dapat dilakukan oleh pengurus, demikian juga staf dapat dilakukan oleh pengurus dengan petunjuk dari rapat anggota, sedangkan kontrol dapat dilakukan oleh Badan Pemerintah dan badan lain yang diangkat oleh rapat anggota. Inilah lingkaran manajemen suatu koperasi secara garis besarnya. Semua fungsi ini hanya dapat berjalan dengan baik, jika dilakukan manajemen secara terbuka, seperti yang dianut oleh koperasi Indonesia yang tertuang di dalam undang-undang koperasi yaitu Undang-Undang Nomor 12 tahun Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 itu, fungsi manajemen ini disebut alat perlengkapan organisasi. Alat perlengkapan organisasi ini berfungsi menjalankan manajemen koperasi. 1) Rapat anggota 2) Pengurus 3) Pengawas 4) Badan pemeriksa

35 43 5) Penasehat 6) Pelaksana 7) Susunan organisasi 51 Usaha kerja sama secara koperasi seperti halnya bentuk-bentuk organisasi bisnis lainnya tunduk pada prinsip-prinsip manajemen yang diakui secara umum. Ciri yang rumit dari suatu organisasi koperasi adalah organisasi tersebut harus secara bijaksana menghubungkan prinsip-prinsip kerjasama untuk menolong dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan ekonomi maupun sosial. Untuk itu, harus dipahami secara jelas, bahwa pada dasarnya tidak ada benturan nilai antara prinsip-prinsip manajemen. Pada kenyataanya manajemen telah didefinisikan sebagai pengetahuan manusia dengan segala fasilitasnya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan. Apabila struktur dan operasi bisnis suatu usaha koperasi dianalisis kritis, akan diketahui bahwa tidak hanya kriteria keuntungan yang menjadi tujuannya melainkan juga yang perlu diperhatikan adalah partisipasi para anggota penerima jasa dan pengelola manajemen , h Ibid., h Hamdan Nasution, Mengenal Koperasi, Jakarta: PT BALAI PUSTAKA (Persero),

36 44 d. Manfaat koperasi pondok pesantren 1) Sebagai sarana pendidikan Kehadiran koperasi dan ikut sertanya para siswa dan para santri di dalam koperasi secara aktif, dapat membentuk watak mereka, antara lain percaya pada diri sendiri, adanya semangat tolong menolong (ta awun) adanya disiplin mengendalikan nafsu yang konsumtif, adanya kesadaran menabung sehingga membentuk jiwa yang toleran yang merupakan esensi dari jiwa yang demokratis. Melalui koperasi mereka dapat didik dan dilatih mengendalikan nafsu sehingga dapat diharapkan mampu menahan diri untuk tidak berlaku konsumtif, jadi koperasi membentuk pribadi yang produktif. Dalam hal ini koperasi memberikan dampak yang positif bagi para santri menyongsong masa depannya. Koperasi juga dapat dijadikan sebagai tempat mendidik para santri agar mereka dapat tenggang menenggang dan menghargai pendapat dan pikiran orang lain, atau dapat membentuk jiwa toleransi. Karena setiap anggota koperasi harus dapat menghargai pendapat orang lain. Sikap toleransi dilihat dari esensinya merupakan bagian dari jiwa yang demokratis. Setiap muslim itu haruslah seorang demokrat. 2) Sebagai wadah pelatihan keterampilan

37 45 Koperasi yang ada dalam lingkungan madrasah dan pondok pesantren dapat dipergunakan sebagai tempat latihan keterampilan tangan, pengetahuan administrasi, dan teknis. 53 Koperasi dapat pula sebagai wadah pelatihan keterampilan teknis. Semisalnya, madrasah atau pondok pesantren menyerahkan tanah lahan kepada para santri untuk dapat ditanami berbagai tanaman, yang hasilnya dijual oleh koperasi dan menjadi penghasilan koperasi, atau tanah lahan yang dapat tambak ikan, yang hasilnya juga untuk dijual koperasi, ataupun koperasi dapat memberikan pinjaman bibit ayam untuk diternakkan oleh siswa yang berminat, hasilnya dapat dijual melalui koperasi. Dalam keadaan demikian para anggota terpaksa mengikuti pendidikan keterampilan mengenai bercocok tanam. Umpamanya, koperasi dapat menyediakan tenaga untuk memberikan pendidikan keterampilan teknis kepada para anggotanya. 3) Sebagai sarana meringankan biaya hidup dan biaya belajar Sudah diketahui oleh umum bahwa kebanyakan siswa atau santri madrasah atau pondok pesantren berasal dari keluarga petani atau buruh kecil, yang pada umumnya relatif kurang berada (miskin). Oleh karena itu menjadi kewajiban bagi para pendidik, para ustadz, para kiai, untuk memikirkan cara yang dapat ditempuh untuk meringankan beban hidup para santri sekaligus meringankan biaya pendidikan para santri. Dengan jalan membentuk koperasi, mereka 53 Ek. Mochtar Effendy, Membangun Koperasi, h

38 46 dapat membeli keperluan hidup sehari-hari dengan lebih murah, karena koperasi membeli dalam jumlah yang besar. Untuk menambah pendapat mereka, koperasi dapat membuka proyek usaha seperti ternak unggas (ayam), tambak ikan, kerajinan tangan, dan lain-lain, yang dapat dijual melalui koperasi, yang berarti dapat menambah daya beli mereka yang sangat minim itu. Dengan demikian, mereka mendapat kesempatan berproduksi yang berinduk koperasi pondok pesantren ini, yang berarti sekaligus kita telah melatih santri pondok pesantren itu berwiraswasta. Berwiraswasta adalah sikap hidup yang produktif, mandiri dan percaya diri sendiri. Bagi santri berwiraswasta tidak sukar karena mereka datang dari keluarga petani atau kerja lepas. 54 C. Kerangka Fikir Dan Pertanyaan Penelitian 1. Kerangka Fikir Dalam rangka usaha untuk membantu mengatasi problematika ekonomi santri, maka koperasi punya peranan yang sangat penting, mengingat adanya perkembangan yang pesat di lingkungan pondok pesantren maka kebutuhan yang harus dipenuhi para santri juga banyak. Kemudian mengingat keberadaan koperasi dalam kaitannya dengan usaha membantu mengatasi problematika ekonomi santri di pesantren maka fungsi koperasi pesantren adalah membantu jalannya proses 54 Ibid., h. 45.

BAB VIII PENUTUP. sebelumnya tentang PENGEMBANGAN EKONOMI SANTRI PADA KOPERASI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL INSAN KOTA

BAB VIII PENUTUP. sebelumnya tentang PENGEMBANGAN EKONOMI SANTRI PADA KOPERASI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL INSAN KOTA BAB VIII PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diterangkan pada bab-bab sebelumnya tentang PENGEMBANGAN EKONOMI SANTRI PADA KOPERASI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL INSAN KOTA PALANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan koperasi di Negara-negara Eropa Barat dan Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan koperasi di Negara-negara Eropa Barat dan Jepang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan koperasi diberbagai bagian dunia cenderung berbedabeda. Perkembangan koperasi di Negara-negara Eropa Barat dan Jepang misalnya, telah memasuki tahap perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan hal yang secara mutlak harus dilakukan karena melalui pendidikan manusia dapat menjadi manusia seutuhnya, yaitu manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan selain karena manusia tercipta sebagai makhluk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional

BAB I PENDAHULUAN. tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pondok pesantren merupakan sistem pendidikan agama Islam yang tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional Indonesia yang eksistensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. agama. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem ekonomi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal yang sangat memperhatikan segala aspek kesetaraan masalah egiologi, politik, ekonomi spiritual di dalam kehidupan. Masyarakat

Lebih terperinci

Pentingnya Koperasi bagi

Pentingnya Koperasi bagi Bab 8 Pentingnya Koperasi bagi Kesejahteraan Masyarakat Tahuka kamu apa koperasi itu? Apa tujuan didirikannya koperasi? Apa alasan dibuatnya koperasi? Koperasi merupakan organisasi dari anggota, oleh anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama yang tinggi, selalu meletakkan pendidikan dan pada derajat yang tinggi. Adapun untuk memperoleh derajat manusia didunia adalah melalui ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang mempunyai ciri khas tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang esensial dalam kehidupan. Karena dengan pendidikan, manusia dapat dibedakan dengan makhluk lain yang menempati alam ini. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UUD RI Tahun 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat 3 menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor pokok untuk mencapai sukses dalam segala bidang baik berupa studi, kerja, hobi, atau aktivitas apapun adalah minat. Minat yang besar akan mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memandang pendidikan dan pengajaran adalah sebuah perintah yang sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah pengikutnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus diberikan terhadap seorang anak. Pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu pendidikan formal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, pendidikan merupakan hal yang sangat berpengaruh bagi kehidupan. Dimana pendidikan mempunyai peranan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Di Indonesia, pendidikan dilakukan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dimana banyak muncul produk-produk kosmetik dengan jenis dan

BAB II LANDASAN TEORI. dimana banyak muncul produk-produk kosmetik dengan jenis dan BAB II LANDASAN TEORI A. Customer Switching Dalam menghadapi persaingan yang kompetitif di dunia kecantikan, dimana banyak muncul produk-produk kosmetik dengan jenis dan keunggulan yang hampir sama, konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan pusat pendidikan Islam di Indonesia, tempat

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan pusat pendidikan Islam di Indonesia, tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan pusat pendidikan Islam di Indonesia, tempat orang berkumpul untuk mempelajari agama Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana Kyai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO Setelah memberikan gambaran tentang praktik pengupahan kulit

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA A. Kedudukan Koperasi Dalam Perspektif Hukum Islam Dalam garis besarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah Usaha sadar yang dengan sengaja dirancang dan direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan adalah bagian dari proses kehidupan bernegara, yang mana visi dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan. Dalam ajaran Islam, pendidikan adalah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan. Dalam ajaran Islam, pendidikan adalah merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan kepada manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu di antara ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan tantangan utama yang dihadapi negara-negara. Asia-Afrika. Jika menggunakan indikator Bank Dunia, yang mematok

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan tantangan utama yang dihadapi negara-negara. Asia-Afrika. Jika menggunakan indikator Bank Dunia, yang mematok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan tantangan utama yang dihadapi negara-negara Asia-Afrika. Jika menggunakan indikator Bank Dunia, yang mematok penghasilan penduduk di bawah US$ 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan suatu proses yang panjang diselenggarakan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, baik secara formal maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia seutuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kualitas manusia yang dalam pelaksanaanya merupakan suatu proses yang berkesinambungan pada setiap jenis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PADA PNPM MP DI DESA IMA AN KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK STUDI ANALISIS KOMPILASI HUKUM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PADA PNPM MP DI DESA IMA AN KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK STUDI ANALISIS KOMPILASI HUKUM BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PADA PNPM MP DI DESA IMA AN KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK STUDI ANALISIS KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH Berdasarkan penjelasan yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sesuatu yang penting dan dianggap pokok dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu sangat wajar dan tepat kalau bidang pendidikan termasuk hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesionalisme guru berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern, hal ini menuntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an menganjurkan manusia untuk beriman dan berilmu pengetahuan sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al- Mujadalah ayat 11: ي أ ه ي اا ذ ل ي ن ا م ن و ا ا ذ اق

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, dimana pendidikan sendiri tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sifatnya mutlak baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan sesuatu yang urgen bagi kehidupan manusia. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum atau lembaga pendidikan agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Lingkungan keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat. Dan lingkungan keluarga itulah orang tua selaku subjek pendidikan melakukan pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat Islam setelah puasa wajib. Disebut dianjurkan karena orang yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat Islam setelah puasa wajib. Disebut dianjurkan karena orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puasa sunnah sebagaimana yang di ketahui adalah puasa yang dianjurkan bagi umat Islam setelah puasa wajib. Disebut dianjurkan karena orang yang mengerjakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan nilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. interaksi yang bernilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan judul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan judul Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, megarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dunia pendidikan merupakan salah satu sektor terpenting dalam pembangunan nasional. Melalui pendidikan inilah diharapkan akan lahir manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO 65 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO B. Analisis Terhadap Penerapan Akad Qard\\} Al-H\}asan Bi An-Naz ar di BMT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, semua manusia sejak mereka dilahirkan ke muka bumi tidak akan mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Semua orang butuh bantuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Defenisi Peranan Berdasarkan referensi yang ada, belum ada kesatuan persepsi tentang arti kata peranan, karena itu dalam rangka menyatukan persepsi, maka berikut ini akan disajikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN 69 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN A. Analisis Sistem Penetapan Harga {Pada Jual Beli Air Sumur di

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya, BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pendidikan yaitu mengajarkan segala sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya, maupun terhadap ketajaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk dan dibekali dengan berbagai potensi untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia membutuhkan pendidikan dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Persepsi Masyarakat Petani Desa Trembulrejo Tentang Zakat Pertanian Mencermati keterangan narasumber dari hasil wawancara dari 15 petani, banyak petani yang mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat, yang dimulai sejak lahirnya ke dunia sampai kembali ke liang lahat, baik ilmu agama maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam mewujudkan pembangunan yang berkualitas baik jasmaniah

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam mewujudkan pembangunan yang berkualitas baik jasmaniah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian serta kemampuan peserta didik di sekolah maupun di luar sekolah. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak dan kepribadian merupakan kebutuhan penting yang harus ditanamkan pada diri manusia. Akhlak mendapat derajat yang tinggi dalam Islam. Akhlak dapat merubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. piutang dapat terjadi di dunia. Demikian juga dalam hal motivasi, tidak sedikit. piutang karena keterpaksaan dan himpitan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. piutang dapat terjadi di dunia. Demikian juga dalam hal motivasi, tidak sedikit. piutang karena keterpaksaan dan himpitan hidup. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari berbagai hal, seperti transaksi finansial, perdagangan, dan ekonomi. Bahkan aktivitas utang piutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya suatu tujuan Pendidikan Nasional. bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya suatu tujuan Pendidikan Nasional. bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum berasal dari bahasa Inggris Curriculum berarti Rencana Pelajaran. 1 Secara istilah, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses tranformasi adalah anak didik yang sedang tumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. proses tranformasi adalah anak didik yang sedang tumbuh dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya suatu proses transformasi nilai-nilai pengetahuan, keterampilan dan budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekecil apapun ilmu yang didapat, kita harus selalu berusaha untuk menyampaikannya kepada yang lain. Karena setiap individu berhak untuk dididik dan mendidik, berhak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam di Indonesia sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa Indonesia terhadap

Lebih terperinci

untuk bergabung dan berusaha bersama agar kekurangan yang terjadi dalam kegiatan

untuk bergabung dan berusaha bersama agar kekurangan yang terjadi dalam kegiatan RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK Koperasi merupakan wadah untuk bergabung dan berusaha bersama agar kekurangan yang terjadi dalam kegiatan ekonomi dapat diatasi. Pada akhir tahun, keuntungan yang diperoleh koperasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK. Secara harfiah koperasi yang berasal dari bahasa Inggris Cooperation terdiri dari

BAB II LANDASAN TEORITIK. Secara harfiah koperasi yang berasal dari bahasa Inggris Cooperation terdiri dari BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Pengertian Koperasi Bagi bangsa Indonesia, koperasi sudah tidak asing lagi, karena kita sudah merasakan jasa koperasi dalam rangka keluar dari kesulitan hutang lintah darat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan, baik bersifat vertikal maupun horizontal. Hubungan yang sifatnya

BAB I PENDAHULUAN. hubungan, baik bersifat vertikal maupun horizontal. Hubungan yang sifatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam memberikan tuntunan bahwa setiap individu memiliki hubungan, baik bersifat vertikal maupun horizontal. Hubungan yang sifatnya vertikal yaitu hubungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah fundamental dalam pembangunan bangsa dan merupakan bekal yang harus dimiliki oleh setiap generasi muda agar kelak dapat menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pembangunan nasional, dalam pelaksanaannya haruslah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pembangunan nasional, dalam pelaksanaannya haruslah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mewujudkan kesejahteraan umum yang adil dan merata merupakan tujuan utama dari pembangunan nasional, dalam pelaksanaannya haruslah berkesinambungan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia didunia. Oleh karena itu, hamper

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghafal Al-Qur an merupakan suatu keutamaan yang besar dan posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang bercita-cita tulus, serta berharap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan manusia dengan lainnya yang terbatas pada aturan-aturan pokok, dan seluruhnya tidak diatur secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dewasa ini masih sangat terasa. Perhatian pemerintah masih sangatlah minim, seperti kurangnya sarana dan prasarana

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA Adanya sebuah lembaga pendidikan agama Islam, apalagi pondok pesantren dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berpendidikan. Sebagaimana firman Allah Q.S al-mujadalah: 11 yang. beriman dan berilmu. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berpendidikan. Sebagaimana firman Allah Q.S al-mujadalah: 11 yang. beriman dan berilmu. 1 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam hidupnya selalu di hadapkan kepada perubahan sebagai akibat dari perubahan struktur sosial ekonomi baru, maka manusia dipaksa terus belajar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah instansi, organisasi maupun lembaga-lembaga lainnya. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. sebuah instansi, organisasi maupun lembaga-lembaga lainnya. Adapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah kalimat populer yang menyatakan bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan dari keberhasilannya dalam mencetak kader penerusnya. Dari sinilah kader

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar untuk memajukan dan mengembangkan potensi intelektual, emosional, dan spiritual. Tinggi rendahnya perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia semenjak dari mereka berada di muka bumi ini merasa perlu akan bantuan orang lain dan tidak sanggup berdiri sendiri untuk memenuhi maksud-maksudnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN 1. Analisis Terhadap Diskripsi Pinjam Meminjam Uang Dengan Beras di Desa Sambong Gede

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial dalam berbagai aktifitas kehidupannya, guna memenuhi kehidupan sehari-hari terkadang tidak dapat dicukupkan dengan harta benda yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilaksanakan secara teratur dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui latihan agar mereka dapat berperan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ajaran agama Islam memberitahukan kepada manusia betapa tingginya kedudukan ilmu, sehingga dengan ilmu tersebut bisa menjadi kunci kebahagiaan dunia dan akhirat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin, yang mana dalam agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu, maupun sebagai masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu sangat

BAB I PENDAHULUAN. individu, maupun sebagai masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan zaman yang semakin cepat, pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik sebagai individu, maupun sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an merupakan kitab suci bagi umat Islam. Secara definitif, Al- Qur an dirumuskan sebagai kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia tidak diragukan lagi peranannya dan kiprahnya dalam membangun kemajuan bangsa Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

Jakarta, 2000, hlm Hendrojogi, Koperasi: Azas-Azas, Teori, dan Praktik, Ed. 3, Cet. 4, PT. Grafindo Persada,

Jakarta, 2000, hlm Hendrojogi, Koperasi: Azas-Azas, Teori, dan Praktik, Ed. 3, Cet. 4, PT. Grafindo Persada, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan koperasi merupakan penjabaran dari ekonomi kekeluargaan yang secara tegas dinyatakan dalam UUD 1945. Perlu diperhatikan bahwa dari aspek normatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lembaga-lembaga keuangan di Indonesia, termasuk koperasi berupa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lembaga-lembaga keuangan di Indonesia, termasuk koperasi berupa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberikan dampak terhadap lembaga-lembaga keuangan di Indonesia, termasuk koperasi berupa penurunan laba dan bahkan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. shalat dan puasa. Namun ada juga yang berdampak secara sosial, seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. shalat dan puasa. Namun ada juga yang berdampak secara sosial, seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama yang sempurna, Islam mengajarkan cara ibadahnya dengan berbagai cara, ada ibadah yang berdampak secara personal atau individual, seperti shalat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikannya sebuah kelebihan tersebut manusia tidak hanya diam. Akan tetapi. wajib melaksanakan segala perintah dan larangan Allah.

BAB I PENDAHULUAN. berikannya sebuah kelebihan tersebut manusia tidak hanya diam. Akan tetapi. wajib melaksanakan segala perintah dan larangan Allah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna, karena memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Allah memberi sebuah kelebihan dengan memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesantren telah lama menjadi lembaga yang memiliki kontribusi penting dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia, serta besarnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat komplek, dimulai dari sistem pendidikan yang berubah-ubah ketika

BAB I PENDAHULUAN. sangat komplek, dimulai dari sistem pendidikan yang berubah-ubah ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang penting dan memerlukan perhatian yang serius. Banyak kritikan dari praktisi pendidikan, akademisi dan masyarakat yang sering dilontarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia, dalam kehidupannya juga menempati tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam kehidupan masyarakat. Ahli psikologi pada umumnya sependapat bahwa dasar pembentukan akhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki perundang-undangan sebagai kitab hukumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan dengan perubahan zaman, mengalami perubahan sesuai dgn

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan dengan perubahan zaman, mengalami perubahan sesuai dgn BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal yang tersebar di Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman, pesantren dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang yang menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang yang menentukan keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor yang yang menentukan keberhasilan suatu Negara. Pendidikan Nasional dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah merupakan pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya adalah pembangunan di bidang pendidikan yang dikenal dengan sebutan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki untuk disimpan dengan tujuan untuk mengelola uang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki untuk disimpan dengan tujuan untuk mengelola uang tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menabung merupakan kegiatan menyisihkan sebagian pendapatan yang dimiliki untuk disimpan dengan tujuan untuk mengelola uang tersebut. Manfaat menabung bias diperoleh

Lebih terperinci