ANALISA SISTEM KOMUNIKASI ANTAR KENDARAAN MENGGUNAKAN WAVE (WIRELESS ACCESS VEHICULAR ENVIRONMENT) DENGAN MODULASI QAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA SISTEM KOMUNIKASI ANTAR KENDARAAN MENGGUNAKAN WAVE (WIRELESS ACCESS VEHICULAR ENVIRONMENT) DENGAN MODULASI QAM"

Transkripsi

1 ANALISA SISTEM KOMUNIKASI ANTAR KENDARAAN MENGGUNAKAN WAVE (WIRELESS ACCESS VEHICULAR ENVIRONMENT) DENGAN MODULASI QAM Richa Hanik, Hani ah Mahmudah, M. Zen Samsono H., Jurusan Telekomunikasi, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus PENS ITS, Keputih, Sukolilo, Surabaya Telp : ; Fax icha_1618@yahoo.co.id Abstrak - Komunikasi wireless saat ini sedang berkembang pesat, salah satunya adalah komunikasi wireless untuk kendaraan. Pada masa yang akan datang akan ada kendaraan yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi bukan hanya sebagai alat transportasi.sehingga pada proyek akhir ini, akan dirancang sebuah simulasi untuk sistem komunikasi antar kendaraan dengan berbagai perubahan kombinasi parameter yang menggunakan Wireless access in Vehicular Environment (WAVE) dengan sistem Dedicated Short Range Communication (DSRC) dengan standart 82.11p yang dimodulasikan dengan QAM. Untuk mengimplementasikan simulasi ini diperlukan simulasi NS2.Hasil dari pembuatan tugas akhir ini diharapkan dapat mengetahui kombinasi terbaik dari parameter-parameter yang memiliki performansi terbaik, dan menjadikan sistem tersebut menjadi sistem WAVE yang dapat mengirimlan paket data pada kendaraan yang bergerak.. Kata kunci : WAVE, DSRC, Standar 82.11p, Modulasi QAM, NS2. 1. Pendahuluan Sistem komunikasi wireless antar kendaraan pada saat ini mengalami perkembangan yang begitu pesat. Vehicular to vehicular berfokus pada infrastuktur dan sistem komunikasi antar kendaraan. Rancangan mobil masa depan telah dikembangkan pada saat ini yaitu berupa Intelligent transportation Systems (ITSdimana mobil yang awalnya hanya berfungsi untuk alat transportasi, kini dirancang untuk bisa menjadi alat komunikasi mobile Pada proyek akhir ini berfokus pada komunikasi antar kendaraan dengan menganalisa performansi packet error rate (PER) melalui modulasi QAM, dengan kondisi jika kendaraan diberikan paket data untuk ditransmisikam ke kendaraan lain begitu pula sebaliknya, sehingga terjadi komunikasi antar kendaraan tersebut (v2v). Sistem ini menggunakan wireless access in vehicular environment dengan standar 82.11p dimodulasikan dengan QAM. Perubahan 82.11p (saat ini dalam draft) memodifikasi standar untuk menambahkan dukungan untuk jaringan area lokal nirkabel (WLAN) di lingkungan kendaraan. Aplikasi utama 82.11p adalah untuk komunikasi kendaraan-ke-kendaraan. Dengan kata lain sistem komunikasinya merupakan komunikasi Dedicated Short Range Communication (DSRC). WAVE dan DSRC didasarkan pada standar 82.11p. Kendala utama bagi standar 82.11p adalah ketersediaan spektrum frekuensi dan pelemahan (fading). WAVE menggunakan Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM), dan dimodulasikan dengan BPSK/QPSK atau QAM. Pada proyek akhir ini menganalisa sistem komunikasi antar kendaraan menggunakan wireless access in vehicular environment dengan modulasi QAM dan disimulasikan dengan menggunakan NS2 simulator. 2. Teori Penunjang 2.1 Penelitian yang pernah dilakukan Menurut Miguel Sepulcre, investigasi pada pendimensian dari sistem ini dapat dianalisa melelui dampak dari kondisi dari perubahan parameter pada performansinya [1]. Dalam paper ini dilakukan sebuah penelitian terhadap kinerja sistem komunikasi antar kendaraan berdasarkan IEEE 82.11p / WAVE dimana hanya berfokus pada parameter parameter, seperti kecepatan kendaraan, power transmisi wireless dan vehicular traffic density. American Society for Testing and Materials (ASTM) telah menggembangkan Dedicated Short Range Communications (DSRC) berdasarkan standar IEEE untuk untuk aplikasi meningkatkan keselamatan di jalan. Sistem komunikasi ini menggunakan WAVE, dimana komunikasi wireless antar kendaraan ini adalah teknologi untuk sistem transportasi yang handal untuk berbagai aplikasi yang awalnya dilakukan melalui alat komunikasi, kini dirancang dapat dilakukan oleh alat transportasi [2]. Perkembangan komunikasi wireless pada kendaraan yang begitu pesat, maka IEEE mengembangkan amandemen/perubahan IEEE

2 standar (IEEE 82.11p) sebagai wireless in acces vehicular environment (WAVE) [3]. 2.2 Wireless Access in Vehicular Environment Sistem komunikasi antar-kendaraan secara wireless saat ini sedang dikembangkan sebagai teknologi menjanjikan untuk berbagai aplikasi. Sehingga diperlukan sistem yang menjamin efisiensi dan dapat diandalkan untuk broadcast pengiriman pesan. Maka diperlukan dimensioning sistem tersebut dengan menganalisis dampak dari kondisi operasional utama pada kinerjanya [4]. WAVE adalah komunikasi standar yang digunakan dalam komunikasi antarkendaraan. WAVE adalah salah satu bagian dari kelompok standar protokol untuk DSRC. Penelitian yang dilakukan oleh IEEE menjelaskan bahwa fitur-fitur yang dikenal dengan WAVE adalah standar 82,11p. WAVE menggunakan konsep multiple channel, di U.S dan Eropa teknologi WAVE menggunakan frekuensi 5.8GHz/5.9 GHz dengan guard band dari GHz. 2.3 Standar 82.11p Standar 82, ditetapkan melalui tiga modus yang berbeda pada PHY Layer. Yaitu mode 2 MHz, 1 MHz dan 5 MHz. Cara yang berbeda dapat dicapai dengan menggunakan mengurangi clock / sampling rate a biasanya menggunakan modus clock penuh dengan bandwidth 2 MHz, sedangkan 82.11p biasanya menggunakan setengah mode clock bandwidth 1 MHz. Tabel-1. Perbandingan Implementasi Physical layer 82.11a dengan 82.11p [5] publik dan 172 saluran untuk komunikasi menggunakan High Availability and Low Latency (HALL). 2.5 Modulasi QAM Salah satu analisa yang akan dilakukan pada sistem komunikasi ini adalah dengan menggunakan Modulasi QAM. Quadrature amplitude modulation (QAM) merupakan sebuah kombinasi dari amplitude modulation (AM) dan phase shift keying (PSK). QAM digunakan pada asymmetric digital subscriber line (ADSL) dan komunikasi nirkabel. QAM Mengirimkan dua sinyal pembawa secara bersamaan yang saling berbeda berbeda phasa 9, tetapi frekuensinya sama. 2.6 NS2 Simulator Simulasi yang digunakan adalah NS2. Kelebihan dari NS2 adalah sebagai perangkat lunak simulasi pembantu analisis dalam riset atau penelitian. NS2 dilengkapi dengan tool validasi. Tool validasi digunakan untuk menguji validitas pemodelan yang ada pada NS2. Pembuatan simulasi dengan menggunakan NS2 jauh lebih mudah daripada menggunakan software developer lainnya. Pada software NS2 ini user tinggal membuat topologi dan skenario simulasi yang sesuai dengan riset yang ada. Pemodelan media, protokol dan network component lengkap dengan perilaku trafiknya sudah tersedia pada library NS2. 3. Perancangan Sistem Berikut rancangan sistem dapat dilihat pada flowchart di bawah ini : 2.4 DSRC Dedicated short range communication adalah protokol pada sistem komunikasi yang ditujukan untuk komunikasi antar kendaraan untuk publik yang terdapat pada jalur kendaraan. Dirancang untuk melengkapi komunikasi selular pada kendaraan dengan tingkat transfer data sangat tinggi, minimum latency dan jaringan komunikasi yang handal. Berdasarkan Federal Communication Commision (FCC) lisensi operasi dengan prioritas untuk komunikasi kendaraan 5,9 GHz dialokasikan pada Channel plan (5,85-5,925 GHz) DSRC spektrum dibagi menjadi tujuh 1 saluran MHz seperti ditunjukkan pada dibawah. Data rate berkisar antara 6-27 Mbps per kanal. Untuk saat ini, saluran 184 adalah direncanakan untuk keselamatan Gambar 1. Flowchart Perancangan system a. Menentukan WAVE rate parameter untuk sistem komunikasi V2V, parameter-parameter tersebut dijadikan input untuk kemudian diolah b. WAVE rate parameter tersebut diolah pada sistem komunikasi dengan proses modulasi, yaitu modulasi BPSK dengan menggunakan software Matlab. c. Dari proses modulasi yang diolah dari matlab tersebut, akan diperoleh nilai PER yang

3 kemudian akan dikombinasikan dengan parameter sistem. d. Setelah mendapatkan PER dari matlab, maka parameter sistem simulasi untuk NS2 dijadikan inputan untuk NS2. e. Proses simulasi dilakukan pada NS2 Simulator dengan merubah nilai-nilai parameter sistem yang terlibat. Dari hasil simulasi tersebut akan dianalisa performansi dari masing-masing kombinasi parameter-parameternya. 3.1 Penentuan Parameter WAVE untuk Sistem Komunikasi V2V pada Matlab Tabel-2.Kondisi LOS Parameter Units Nilai Ket. Ref Daya Transmit dbm 2-33 [6] Frequensi GHz 5.9 [7] Kecepatan m/s 3x1^8 Sinyal radio Panjang m.5847 gelombang Koefisien Path 2.7 [8] Loss Tinggi Mobil m 1.6 Jarak m 1-1 Daya Terima dbm Noise Floor dbm 95 [8] I dbm Tabel-3.Kondisi Non LOS Parameter Units Nilai Ket. Reff Daya Transmit dbm 2-33 [6] Frequensi GHz 5.9 [7] Kecepatan m/s 3x1^8 Sinyal radio Panjang m.5847 gelombang Koefisien Path 2.7 [8] Loss Tinggi Mobil m 1.6 Jarak m 1-1 Daya Terima dbm Noise Floor dbm 95 [7] I dbm Gain Antena Transmit Gain natena Receive dbi 1 [6] dbi 1 [6] 3.2 Penentuan Parameter pada Simulator NS2 Tabel-4. WAVE rate parameter [1] Data Rate Data rate Modulation Coding rate (Mbps) (Mbps) WAVE ½ ¾ / ¾ Tabel-5. Parameter Simulasi [1] Parameter Value Speed [km/h] 4, 7, 1 Transmission Power 2-33 [dbm] Rx threshold (dbm) Berdasarkan jarak diperoleh dari perhitungan Matlab Inter-Vehicle Spacing 1, 7, 5, (IVS) [m] 3 1 Packet Size [bytes] 39, Path-loss Exponent 2.7 Floor Noise [dbm] Hasil dan Analisa Pembahasan paper ini dititik beratkan pada perancangan WAVE vehicle to vehicle dan perancangan simulasi menggunakan software NS2 dengan memformulasikan parameter-parameter WAVE pada NS2. Pada bagian ini akan dibahas tentang pengaruh perubahan jarak terhadap level daya terima (power receive). Berikut gambar grafik yang menunjukkan perbandingan jarak terhadap daya terima pada kondisi LOS Daya Yang Diterima (dbm) Grafik Power Receiver terhadap Jarak Pada Kondisi Los Pt= 2 dbm Daya Terima Rentang Dinamis Jarak (m) Gambar 2 Grafik Jarak terhadap Daya Terima Kondisi LOS Pt= 2 dbm

4 -1-2 Grafik Power Receiver terhadap Jarak Pada Kondisi Los Pt= 33 dbm Daya Terima Rentang Dinamis 1-1 Kurva BER Pada Kondisi LOS Pt= 2 dbm Daya Yang Diterima (dbm) BER Jarak (m) Gambar 3 Grafik Jarak terhadap Daya Terima Kondisi LOS Pt= 33 dbm Dari grafik diperoleh nilai dari daya terima terendah terletak pada daya pancar 2 dbm pada jarak 1 m yaitu yang bernilai dbm, sedangkan untuk daya pancar terbesar yaitu 33 dbm daya terima terkecil pada jarak 1m bernilai dbm. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika daya pancar semakin kecil maka daya terima di sisi Rx akan semakin rendah, Daya terima pada daya terendah maupun teringgi merupakan daya yang mampu diterima, karena range dari daya terima tersebut masih berada pada range dari daya rentang dinamis kondisi LOS untul masing-masing daya pancar yang digunakan. Untuk daya terima pada kondisi jarak 1m masih berada diatas level noise floor dari system yang bernilai -95 dbm, sehingga daya terendah pada jarak 1m tidak selevel dengan noise floor. Daya Yang Diterima (dbm) Grafik Power Receiver terhadap Jarak Pada Kondisi NLos Pt= 33 dbm Daya Terima Rentang Dinamis Jarak (m) Gambar 4. Grafik Jarak terhadap Daya Terima Kondisi Non LOS Pt= 33 dbm dengan Pathloss Eksponent 2.7 Pada simulasi dilakukan perubahan terhadap daya pancar yaitu 2 dbm, 23 dbm, 26 dbm, 28.8 dbm, 3 dbm, dan 33 dbm. Perubahan dari daya pancar berpengaruh terhadap level daya terima pada sisi Rx. Untuk daya pancar terendah yautu 2 dbm diketahui bahwa daya terima terendah terletak pada jarak 1m yang bernilai dbm dan untuk daya pancar sebesar 33 dbm daya terima untuk jarak 1m daya terimanya bernilai dbm. Daya terima untuk jarak 1m pada masingmasing penggunaan daya pancar merupakan daya terima yang masih memiliki level diatas level noise floor yang sebesar -95 dbm, Eav/N[dB] Gambar 5.Grafik target BER untuk Pt= 2 dbm kondisi LOS Untuk daya pancar 2 dbm, maka modulasi memiliki nilai Cumulative Interference sebesar 5.4 % terhadap level daya terima, sedangkan untuk modulasi 64 QAM nilai dari cumulative interferencenya bernilai 4.3% terhadap level daya terima. BER Kurva BER Pada Kondisi NLos Pt= 2 dbm Eav/N[dBm] Gambar 6.Grafik target BER untuk Pt= 2 dbm Non LOS pathloss eksponent 2.7 Untuk daya pancar 2 dbm, maka modulasi memiliki nilai Cumulative Interference sebesar 6.1 % terhadap level daya terima, sedangkan untuk modulasi 64 QAM nilai dari cumulative interferencenya bernilai 4.9% terhadap level daya terima. BER Kurva BER Pada Kondisi LOS Pt= 2 dbm Eav/N[dB] Gambar 7.Grafik Nilap BER saat kondisi target PER 1-5 untuk Pt= 2 dbm LOS pathloss eksponent 2

5 PER Grafik Eav/N vs PER untuk packet size 39,275,234 (byte) Kondisi LOS Pt= 2 dbm Eav/N[dB] Gambar 8.Grafik target PER 1-5 untuk Pt= 2 dbm LOS pathloss eksponent 2 Untuk daya pancar 2 dbm LOS, maka modulasi memiliki nilai Cumulative Interference sebesar 4.9 % terhadap level daya terima, sedangkan untuk modulasi 64 QAM nilai dari cumulative interferencenya bernilai 3.9% terhadap level daya terima. Mak target PER untuk masing-masing packet size 39 bytes, 275 bytes, dan 234 bytes akan mencapai target PER 1-5, sedangakan target BER memnuhi 1-1. % Gambar 9.Grafik Perbandingan PDF kondisi Packet size 275 bytes kecepatan 4 km/h pada jarak 1m Nilai PDF untuk perubahan paket size 275 bytes tidak memilki perbedaan yang terlalu besar, yang berbeda adalah banyak paket yang dikirim. Pada packet size 275 bytes jumlah paket yang dikirim ebih sedikit daripada pada pengiriman dengan packet size 39 bytes. Nilai PDF optimum saat jarak kurang dari sama denagn 5 m karena PDF bernilai hampir 1%. % Perbandingan PDF 2 4 Perbandingan PDF QAM 2/3 Gambar 1.Grafik Perbandingan PDF kondisi Packet size 234 bytes kecepatan 4 km/h pada jarak 1m Nilai PDF untuk perubahan paket size 234 bytes tidak memilki perbedaan yang terlalu besar, yang berbeda adalah banyak paket yang dikirim. Pada packet size 234 bytes jumlah paket yang dikirim ebih sedikit daripada pada pengiriman dengan packet size 39 dan 275 bytes. Nilai PDF optimum saat jarak kurang dari sama denagn 5 m karena PDF bernilai hamper 99.29% namun lebih rendah dari PDF data packet size 275 yaitu 99.6%. Throughput (Paket/s) Gambar 11.Grafik Perbandingan Throughput kondisi Packet size 275 bytes kecepatan 4 km/h pada jarak 1m Nilai throughput pada jarak maksimal terjadinya komunikasi yaitu dibawah 5m, nilai throughput akan semakin besar apabila orde modulasi ditingkatkan yaitu bertambahnya nilai data rate. Penambahan nilai dari daya pancar juga akan meningkatkan throughput. NIlai throughput terbesar terjadi saat jarak 1 m pada data rate 12 Mbps sebesar 124 paket/s, 18 Mbps sebesar 163 paket/s. pada 24 Mbps sebesar 188 paket/s dan 27 Mbps sebesar 26 paket/s. Nilai throughput pada kecepatan dan daya pancar yang sama namun pada packet size 275 bytes nilainya akan lebih rendah daripada pada packet size 39 bytes, hal ini disebabkan pada pengiriman packet size 275, jumlah paket yang dikirim lebih sedikit daripada saat mengirim packet size 39 bytes. msec Perbandingan Throughput 2 64 QAM 2/3 Perbandingan Delay QAM 2/3 Gambar 12.Grafik Perbandingan Delay kondisi Packet size 275 bytes kecepatan 7 km/h pada jarak 1m Delay akan bernilai semakin rendah apabila data rate bertambah dan jarak komunikasi diperpendek. Saat kecepatan 7 km/h dan range transmite 1 m memiliki delay yaitu untuk 12 Mbps sebesar.44 ms, 18 Mbps sebesar.37ms, 24 Mbps.34 ms, dan 27 Mbps sebesar.33 ms. Sedangkan pada kecepatan 4 km/h yaitu12 Mbps sebesar 8.6 ms, 18 Mbps sebesar 6.12 ms, 24 Mbps 5.3 ms, dan 27 Mbps sebesar hal ini

6 menunjukkan bahwa jika kecepatan node diubah menjadi 7 km/h maka delay akan relative lebih kecil. 5. Kesimpulan : 1. Pada kondisi LOS diperoleh nilai dari daya terima terendah terletak pada daya pancar 2 dbm pada jarak 1 m yaitu yang bernilai dbm, sedangkan untuk daya pancar terbesar yaitu 33 dbm daya terima terkecil pada jarak 1m bernilai dbm. 2. Jika daya pancar semakin kecil maka daya terima di sisi Rx akan semakin rendah, 3. Untuk daya terima pada kondisi jarak 1m masih berada diatas level noise floor dari system yang bernilai -95 dbm, sehingga daya terendah pada jarak 1m tidak selevel dengan noise floor. 4. Untuk NLOS Untuk daya pancar terendah yautu 2 dbm diketahui bahwa daya terima terendah terletak pada jarak 1m yang bernilai dbm dan untuk daya pancar sebesar 33 dbm daya terima untuk jarak 1m daya terimanya bernilai dbm 5. Untuk daya pancar kondisi Non LOS 33 dbm, maka modulasi memiliki nilai Cumulative Interference sebesar 6.6 % terhadap level daya terima, sedangkan untuk modulasi 64 QAM nilai dari cumulative interferencenya bernilai 5.4% terhadap level daya terima. 6. Pada kondisi LOS untuk daya pancar 33 dbm, maka modulasi memiliki nilai Cumulative Interference sebesar 5.7 % terhadap level daya terima, sedangkan untuk modulasi 64 QAM nilai dari cumulative interferencenya bernilai 4.69% terhadap level daya terima. 7. Daya pancar 33 dbm memiliki range jangkau yang lebih besar daripada daya yang lebih rendah Semakin besar nilai daya transmit yang digunakan maka nilai PDF akan semakin optimal atau semakin besar dan akan konstan pada daya transmit tertentu. 8. Nilai throughput akan semakin besar apabila orde modulasi ditingkatkan yaitu bertambahnya nilai data rate. Penambahan nilai dari daya pancar juga akan meningkatkan throughput. NIlai throughput terbesar terjadi saat jarak 3 m pada kec 1 km/h dan packet size 39 bytes,data rate 12 Mbps sebesar 116 paket/s, 18 Mbps sebesar 123 paket/s. pada 24 Mbps sebesar 13 paket/s dan 27 Mbps sebesar 132 paket/s. Daftar Pustaka : [1]. Sepulcre, Miguel, Dimensioning Wave Based Inter Vehicle Communication Systems for Vehicular Safety Applications, Elche Spain, 26. [2]. ASTM, Standard Specification for Telecommunications and Information Exchange Betwen Roadside and Vehicle system 5 GHz Band DSRC Mediumaccrss Control (MAC) and physical layer Specifications, 22 [3]. IEEE P82.11p/D.21, Draft Part 11 : WLAN MAC and PHY Specifivations Wireless Access in Vehicular Environment (WAVE), IEEE Standards Association, June 25 [4]. M. Torrent-Moreno, M. Killat and H. Hartenstein, The challenges of robust inter vehicle communication, Procedings of the IEEE Vehicular Technology Conference, pp , September 25 [5]. Rohde&schwarz, WLAN 82.11p Measurements for Vehicle to Vehicle DSRC, [6]. T. M. Kurihara, Dedicataed Short Range Communication (DSRC) Standards- IEEE 169 Wireless Access in Vehicular Environment (WAVE) Standard- IEEE 82.11p, September 3, 27 [7]. Mangold, Stefan, An Error for Radio Transmissions of Wireless Lan at 5 GHz [8]. Belanovic, Pavle, On Wireless Links for Vehicle-to-infrastucture Communications

Analisa Sistem Komunikasi Antar Kendaraan Menggunakan WAVE (Wireless Access Vehicular Environment) dengan Modulasi BPSK

Analisa Sistem Komunikasi Antar Kendaraan Menggunakan WAVE (Wireless Access Vehicular Environment) dengan Modulasi BPSK Analisa Sistem Komunikasi Antar Kendaraan Menggunakan WAVE (Wireless Access Vehicular Environment) dengan Modulasi BPSK Galuh Rega Pramadya #1 # Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Institute Teknologi

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja VANET pada Berbagai Model Propagasi Menggunakan Simulator Jaringan NS-3

Evaluasi Kinerja VANET pada Berbagai Model Propagasi Menggunakan Simulator Jaringan NS-3 Evaluasi Kinerja VANET pada Berbagai Model Propagasi Menggunakan Simulator Jaringan NS-3 Agus Nursalam Kitono 1), Teuku Yuliar Arif 2), Melinda 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Dukungan yang diberikan

Dukungan yang diberikan PERKEMBANGAN KOMUNIKASI DATA NIRKABEL Pertengahan abad 20, teknologi nirkabel berkembang pesat, diimplementasikan dalam bentuk teknologi radio, televisi, telepon mobil, dll. Komunikasi lewat sistem satelit

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak ABSTRAK Nur Hidayati Hadiningrum 1, Yoedy Moegiharto 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan

Lebih terperinci

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT. (roedig@yahoo.com) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2010 1 Pengertian Modulasi Merupakan suatu proses penumpangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan teknik penjamakan dapat mengefisienkan transmisi data. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan teknik penjamakan dapat mengefisienkan transmisi data. Pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknik penjamakan dapat mengefisienkan transmisi data. Pada salah satu teknik penjamakan, yaitu penjamakan pembagian frekuensi (Frequency Division Multiplexing,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan informasi suara, data (multimedia), dan video. Pada layanan

I. PENDAHULUAN. kebutuhan informasi suara, data (multimedia), dan video. Pada layanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan layanan informasi komunikasi melaju begitu pesat. Pada awalnya layanan informasi komunikasi hanya berupa suara melalui teknologi switching PSTN, sekarang telah

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing (MISO OFDM) Menggunakan WARP

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing (MISO OFDM) Menggunakan WARP A342 Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing ( OFDM) Menggunakan WARP Galih Permana Putra, Titiek Suryani, dan Suwadi Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Layanan 3G komersial telah diluncurkan sejak tahun 2001 dengan menggunakan teknologi WCDMA. Kecepatan data maksimum yang dapat dicapai sebesar 2 Mbps. Walaupun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan akan komunikasi nirkabel sangat pesat. Gedung-gedung perkantoran, perumahan-perumahan, daerah-daerah pusat perbelanjaan menuntut akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara langsung melalui jaringan kabel[1,2]. Implementasi jaringan dengan

I. PENDAHULUAN. secara langsung melalui jaringan kabel[1,2]. Implementasi jaringan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang JSN merupakan jaringan sistem pemantauan objek yang tersebar dalam cakupan area tertentu, dimana kondisi lingkungan tidak mendukung adanya transmisi data secara langsung

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini berbagai skema modulasi telah dikembangkan untuk mendukung kebutuhan komunikasi yang lebih cepat, handal, dan efisien. Skema modulasi yang paling

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP JURNAL TEKNIK ITS Vol., No. 1, (215) ISSN: 2337539 (231-9271 Print) A Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP Desrina Elvia,

Lebih terperinci

HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

HASIL SIMULASI DAN ANALISIS 55 HASIL SIMULASI DAN ANALISIS 4.1 Hasil Simulasi Jaringan IEEE 802.16d Jaringan IEEE 802.16d dalam simulasi ini dibuat berdasarkan pemodelan sistem sehingga akan menghasilkan dua buah model jaringan yaitu

Lebih terperinci

PERENCANAAN AWAL JARINGAN MULTI PEMANCAR TV DIGITAL BERBASIS PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DARI PEMANCAR TUNGGAL

PERENCANAAN AWAL JARINGAN MULTI PEMANCAR TV DIGITAL BERBASIS PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DARI PEMANCAR TUNGGAL PERENCANAAN AWAL JARINGAN MULTI PEMANCAR TV DIGITAL BERBASIS PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DARI PEMANCAR TUNGGAL Yanik Mardiana 2207 100 609 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

Analisa karakteristik lingkungan propagasi pada daerah pepohonan di area PENS ITS

Analisa karakteristik lingkungan propagasi pada daerah pepohonan di area PENS ITS Analisa karakteristik lingkungan propagasi pada daerah pepohonan di area PENS ITS Fajar Budiman #1, Ari Wijayanti #2, hani ah mahmudah #3 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan internet, muncul tuntutan dari para pengguna jasa telekomunikasi agar mereka dapat memperoleh akses data dengan cepat dimana pun mereka berada.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Perancangan dan Analisa 1. Perancangan Ideal Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget FSL (db) 101,687 Absorption Loss (db) 0,006 Total Loss 101,693 Tx Power (dbm) 28 Received

Lebih terperinci

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis Nezya Nabillah Permata dan Endroyono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF DI DALAM GEDUNG

OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF DI DALAM GEDUNG 1/6 OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF DI DALAM GEDUNG Bayu Sampurna 2206 100 180 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Kampus

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX) 1 ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX) Siska Dyah Susanti 1, Ir. Erfan Achmad Dahlan, MT. 2, M. Fauzan Edy Purnomo. ST.,

Lebih terperinci

Jurnal JARTEL (ISSN (print): ISSN (online): ) Vol: 3, Nomor: 2, November 2016

Jurnal JARTEL (ISSN (print): ISSN (online): ) Vol: 3, Nomor: 2, November 2016 ANALISIS MULTIUSERORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) BASIS PERANGKAT LUNAK Widya Catur Kristanti Putri 1, Rachmad Saptono 2, Aad Hariyadi 3 123 Program Studi Jaringan Telekomunikasi Digital,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada sistem CDMA pengendalian daya baik pada Mobile Station (MS) maupun Base Station (BS) harus dilakukan dengan baik mengingat semua user pada CDMA mengggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang VANET (Vehicular Ad Hoc Network) adalah bagian dari MANET (Mobile Ad Hoc Network) dimana setiap node yang berada pada cakupan suatu jaringan bisa bergerak dengan bebas

Lebih terperinci

Simulasi Kinerja Jaringan Nirkabel IEEE a dan IEEE g Menggunakan NS-2

Simulasi Kinerja Jaringan Nirkabel IEEE a dan IEEE g Menggunakan NS-2 Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 10, No. 4, Oktober 2013 161 Simulasi Kinerja Jaringan Nirkabel IEEE-802.11a dan IEEE-802.11g Menggunakan NS-2 Helmy Fitriawan dan Amri Wahyudin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2] 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komunikasi suara, data, dan multimedia melalui Internet dan perangkat-perangkat bergerak semakin bertambah pesat [1-2]. Penelitian dan pengembangan teknologi

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Widya Teknika Vol.19 No. 1 Maret 2011 ISSN 1411 0660 : 34 39 PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING Dedi Usman Effendy 1) Abstrak Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat, waktu, dan kondisi (statis dan bergerak) menyebabkan telekomunikasi nirkabel (wireless) berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi hingga ke distribusi televisi telah dilakukan secara digital, namun mata rantai terakhir

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA

ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA Oleh: Fanny Nurindra P 2203 109 017 Dosen pembimbing : Dr.Ir.Achmad Affandi, DEA Ir.Djoko Suprajitno Rahardjo, MT Latar Belakang 3GPP Release

Lebih terperinci

ANALISA INTERFERENSI ELEKTROMAGNETIK PADA PROPAGASI Wi-Fi INDOOR

ANALISA INTERFERENSI ELEKTROMAGNETIK PADA PROPAGASI Wi-Fi INDOOR > Seminar Proyek Akhir Jurusan Teknik Telekomunikasi PENS-ITS 0< ANALISA INTERFERENSI ELEKTROMAGNETIK PADA PROPAGASI Wi-Fi INDOOR Yunia Ikawati¹, Nur Adi Siswandari², Okkie Puspitorini² ¹Politeknik Elektronika

Lebih terperinci

Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak Perancangan MMSE Equalizer dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak Winda Aulia Dewi 1, Yoedy moegiharto 2, 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Telekomunikasi, 2 Dosen Jurusan Teknik Telekomunikasi Politeknik

Lebih terperinci

Analisis Throughput Pada Sistem MIMO dan SISO ABSTRAK

Analisis Throughput Pada Sistem MIMO dan SISO ABSTRAK Analisis Throughput Pada Sistem MIMO dan SISO Febriani Veronika Purba (0722120) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri 65 Bandung 40164, Indonesia Email : febri_vayung@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radio Over Fiber (RoF) merupakan teknologi dimana sinyal microwave (listrik) didistribusikan menggunakan media dan komponen optik. Sinyal listrik digunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas mengenai IEEE secara umum, standar

BAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas mengenai IEEE secara umum, standar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Bab ini menjelaskan sekilas mengenai IEEE 802.11 secara umum, standar fisik IEEE 802.11, teknologi multiple access IEEE 802.11, pembangkitan trafik, parameter kinerja jaringan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan Wi-Fi memudahkan dalam mengakses jaringan dari pada menggunakan kabel. Ketika menggunakan WiFi, pengguna dapat berpindahpindah tempat. Meskipun

Lebih terperinci

IEEE b 1.1 INTRODUCTION

IEEE b 1.1 INTRODUCTION IEEE 802.11b Erick Kristanto Gunawan, 32131-TE Muhammad Fitrah Sugita, 30376-TE Muhmmad Wicaksono Abdurohim, 31163-TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta 1.1 INTRODUCTION 1.1.1 802.11 802.11 adalah

Lebih terperinci

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung SINYAL & MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 1 Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitudo dari tegangan,

Lebih terperinci

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO Siherly Ardianta 1, Tri Budi Santoso 2, Okkie Puspitorini 2 1 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

REDUKSI EFEK INTERFERENSI COCHANNEL PADA DOWNLINK MIMO-OFDM UNTUK SISTEM MOBILE WIMAX

REDUKSI EFEK INTERFERENSI COCHANNEL PADA DOWNLINK MIMO-OFDM UNTUK SISTEM MOBILE WIMAX REDUKSI EFEK INTERFERENSI COCHANNEL PADA DOWNLINK MIMO-OFDM UNTUK SISTEM MOBILE WIMAX Arya Panji Pamuncak, Dr. Ir. Muhamad Asvial M.Eng Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp & Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat, waktu, dan kondisi diam atau bergerak menyebabakan perkembangan telekomunikasi nirkabel (wireless)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan transmisi data berkecepatan tinggi dan mobilitas user yang sangat tinggi semakin meningkat. Transmisi data berkecepatan tinggi menyebabkan banyak efek multipath

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semakin tinggi penggunaan internet dalam masyarakat saat ini, harus didukung dengan infrastruktur jaringan yang baik, sehingga penggunaan aplikasi yang membutuhkan

Lebih terperinci

Protokol pada Wireshark

Protokol pada Wireshark Protokol 802.11 pada Wireshark Arsyad Dwiyankuntoko 11ipa3.arsyad@gmail.com http://arsyaddwiyankuntoko.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penggunaan Spektrum Frekuensi [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penggunaan Spektrum Frekuensi [1] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, sistem komunikasi nirkabel (wireless) sedang berkembang sangat pesat dalam dunia telekomunikasi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah user (pengguna

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Data 2.2 Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Data 2.2 Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi BAB II DASAR TEORI Sebelum melakukan perancangan sistem pada penelitian, bab II menjelaskan teori-teori yang digunakan sehubungan dengan perancangan alat dalam penelitian skripsi. 2.1 Sistem Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suara, melainkan juga sudah merambah kepada komunikasi multimedia seperti

BAB I PENDAHULUAN. suara, melainkan juga sudah merambah kepada komunikasi multimedia seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan telekomunikasi tidak hanya terbatas pada komunikasi suara, melainkan juga sudah merambah kepada komunikasi multimedia seperti data, gambar dan video.

Lebih terperinci

STANDARISASI FREKUENSI

STANDARISASI FREKUENSI STANDARISASI FREKUENSI WLAN-WIFI Muhammad Riza Hilmi, ST. saya@rizahilmi.com http://learn.rizahilmi.com Alasan Mengapa Perlu Standarisasi Teknologi yang dibuat secara masal. Pembuat hardware yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang [8] Pertumbuhan pengguna komunikasi mobile di dunia meningkat sangat tajam dari hanya 11 juta pada tahun 1990 menjadi 2 milyar pengguna pada tahun

Lebih terperinci

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS Dwi Ayu Rahmadita 1,M.Zen Samsono Hadi 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi 2 Dosen Politeknik Elektronika Negeri

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING T.B. Purwanto 1, N.M.A.E.D. Wirastuti 2, I.G.A.K.D.D. Hartawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Perencanaan jaringan WiMAX akan meliputi tahapan perencanaan seperti berikut: 1. Menentukan daerah layanan berdasarkan data persebaran dan kebutuhan bit rate calon pelanggan

Lebih terperinci

PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT PERANGKAT

PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT PERANGKAT 2014, No.69 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TROPOSCATTER PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT PERANGKAT TROPOSCATTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi saat ini sangat pesat, khususnya teknologi wireless (nirkabel). Seiring dengan meningkatnya kebutuhan informasi

Lebih terperinci

PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS ABSTRAK

PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS ABSTRAK Abstrak PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS Jongguran David/ 0322136 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof. Drg.

Lebih terperinci

KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM :

KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM : KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM : 132 03 017 Program Studi : Teknik Elektro SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biaya pembangunan yang relatif murah, instalasi mudah serta kemampuannya

BAB I PENDAHULUAN. biaya pembangunan yang relatif murah, instalasi mudah serta kemampuannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi nirkabel menjadi area yang paling berkembang di bidang jaringan dan telekomunikasi. Jaringan dengan teknologi tersebut dapat mempertukarkan suara, data, dan

Lebih terperinci

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem C-MIMO

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem C-MIMO Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem C-MIMO Nurista Wahyu Kirana 1, Tri Budi Santoso 2, Okkie Puspitorini 2 1 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

A I S Y A T U L K A R I M A

A I S Y A T U L K A R I M A A I S Y A T U L K A R I M A STANDAR KOMPETENSI Pada akhir semester, mahasiswa mampu merancang, mengimplementasikan dan menganalisa sistem jaringan komputer Menguasai konsep networking (LAN &WAN) Megnuasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Layanan komunikasi dimasa mendatang akan semakin pesat dan membutuhkan data rate yang semakin tinggi. Setiap kenaikan laju data informasi, bandwith yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Analisis Penerapan Teknik AMC dan AMS untuk Peningkatan Kapasitas Kanal Sistem MIMO-SOFDMA

Analisis Penerapan Teknik AMC dan AMS untuk Peningkatan Kapasitas Kanal Sistem MIMO-SOFDMA JURNAL INFOTEL Informatika - Telekomunikasi - Elektronika Website Jurnal : http://ejournal.st3telkom.ac.id/index.php/infotel ISSN : 2085-3688; e-issn : 2460-0997 Analisis Penerapan Teknik AMC dan AMS untuk

Lebih terperinci

PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK PERSYARATAN TEKNIS ALAT

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp & Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan wireless menjadi salah satu sarana yang paling banyak dimanfaatkan dalam sistem komunikasi. Untuk menciptakan jaringan wireless yang mampu

Lebih terperinci

Perancangan Zero Forcing Equalizer dengan modulasi QAM berbasis perangkat lunak

Perancangan Zero Forcing Equalizer dengan modulasi QAM berbasis perangkat lunak Perancangan Zero Forcing Equalizer dengan modulasi QAM berbasis perangkat lunak Akhmad Zainul Khasin, Yoedy Moegiharto, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi Laboratorium

Lebih terperinci

Wireless N. Certified Mikrotik Training Advance Wireless Class Organized by: Citraweb Nusa Infomedia (Mikrotik Certified Training Partner)

Wireless N. Certified Mikrotik Training Advance Wireless Class Organized by: Citraweb Nusa Infomedia (Mikrotik Certified Training Partner) Wireless N Certified Mikrotik Training Advance Wireless Class Organized by: Citraweb Nusa Infomedia (Mikrotik Certified Training Partner) Training Outline o MIMO o 802.11n Data Rates o Channel bonding

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Antena mikrostrip..., Slamet Purwo Santosa, FT UI., 2008.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Antena mikrostrip..., Slamet Purwo Santosa, FT UI., 2008. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Antena mikrostrip saat ini banyak digunakan dalam berbagai aplikasi telekomuniasi. Hal ini dikarenakan antena ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya: bentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi WiMAX (Worldwide Interoperabilitas for Microwave Access) yang berbasis pengiriman data berupa paket dan bersifat connectionless oriented merupakan teknologi

Lebih terperinci

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I 1.1 Latar Belakang 1 BAB I 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang komunikasi yang berkembang dengan pesat dari tahun ke tahun memungkinkan pengiriman data atau informasi tidak lagi hanya dalam bentuk teks, tetapi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-192

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-192 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-192 Implementasi Dan Evaluasi Kinerja Encoder-Decoder Reed Solomon Pada M-Ary Quadrature Amplitude Modulation (M-Qam) Mengunakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING

ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING Publikasi Jurnal Skripsi Disusun Oleh: TRI EVANTI ANDRIANI NIM. 0910630100-63 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. WLAN dengan teknologi Infra red (IR) dan Hewlett-packard (HP) menguji WLAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. WLAN dengan teknologi Infra red (IR) dan Hewlett-packard (HP) menguji WLAN BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wireless Local Area Network (WLAN) Sejarah WLAN diawali pada tahun 1970, IBM mengeluarkan hasil rancangan WLAN dengan teknologi Infra red (IR) dan Hewlett-packard (HP) menguji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi wireless yang semakin pesat beberapa tahun belakangan ini menyebabkan mendorong berkembangnya perangkat-perangkat telekomunikasi yang berbasis

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC 3.1 Pemodelan Sistem Gambar 13.1 Sistem transmisi MIMO-OFDM dengan AMC Dalam skripsi ini, pembuatan simulasi dilakukan pada sistem end-to-end sederhana yang dikhususkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih menuntut adanya komunikasi yang tidak hanya berupa voice, tetapi juga berupa data bahkan multimedia. Dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis teknologi telekomunikasi yang mutakhir saat ini yaitu

Lebih terperinci

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center)

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center) Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE 802.11n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center) Silmina Farhani Komalin 1,*, Uke Kurniawan Usman 1, Akhmad Hambali 1 1 Prodi S1 Teknik Telekomunikasi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dijelaskan landasan teori dari beberapa konsep yang digunakan pada penelitian ini seperti Teknologi Jaringan, Network Simulator 2, Bluetooth dan Zigbee. 2.1 Teknologi

Lebih terperinci

Sistem Telekomunikasi

Sistem Telekomunikasi Sistem Telekomunikasi Pertemuan ke,4 Modulasi Digital Taufal hidayat MT. email :taufal.hidayat@itp.ac.id ; blog : catatansangpendidik.wordpress.com 1 I II III IV V VI outline Konsep modulasi digital Kelebihan

Lebih terperinci

Simulasi Channel Coding Pada Sistem DVB-C (Digital Video Broadcasting-Cable) dengan Kode Reed Solomon

Simulasi Channel Coding Pada Sistem DVB-C (Digital Video Broadcasting-Cable) dengan Kode Reed Solomon Simulasi Channel Coding Pada Sistem DVB-C (Digital Video Broadcasting-Cable) dengan Kode Reed Solomon Ruliyanto, Idris Kusuma Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional

Lebih terperinci

PERFORMA TRANSMISI DAN PROPAGASI RADIO PADA JARINGAN WLAN

PERFORMA TRANSMISI DAN PROPAGASI RADIO PADA JARINGAN WLAN Faktor Exacta Vol. 5 No. 4: 317-33 PERFORMA TRANSMISI DAN PROPAGASI RADIO PADA JARINGAN WLAN NOVY HAPSARI Program Studi Teknik Elektro, Institut Teknologi Indonesia Jl. Raya Puspiptek Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data DAFTAR ISTILAH ACK (acknowledgement ) : Indikasi bahwa sebuah data yang terkirim telah diterima dengan baik Adaptive Modulation and Coding (AMC) Access Grant Channel (AGCH) arrival rate for SMS message

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau 7 BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau komponen yang digunakan, antara lain teori tentang: 1. Sistem Monitoring Ruangan 2. Modulasi Digital

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kecelakaan pada kendaaraan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya [1]. Bahkan banyak orang terluka dan korban mati terjadi di jalan raya diakibatkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transmisi merupakan suatu pergerakan informasi melalui sebuah media jaringan telekomunikasi. Transmisi memperhatikan pembuatan saluran yang dipakai untuk mengirim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wireless Local Area Network (WLAN) mesh network yang merupakan bagian dari Wireless Mesh Network (WMN) adalah suatu perkembang teknologi jaringan yang terdiri

Lebih terperinci

Pembuatan Modul Praktikum Teknik Modulasi Digital 8-QAM, 16-QAM, dan 64-QAM dengan Menggunakan Software

Pembuatan Modul Praktikum Teknik Modulasi Digital 8-QAM, 16-QAM, dan 64-QAM dengan Menggunakan Software Pembuatan Modul Praktikum Teknik Modulasi Digital 8-, 16-, dan 64- dengan Menggunakan Software Luluk Faridah 1, Aries Pratiarso 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT 2.1 Konfigurasi Jaringan VSAT Antar stasiun VSAT terhubung dengan satelit melalui Radio Frequency (RF). Hubungan (link) dari stasiun VSAT ke satelit disebut uplink, sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS INTERFERENSI WIRELESS INDUSTRIAL APPLICATION DENGAN INTELLIGENT TRANSPORTATION SYSTEM PADA FREKUENSI 5855 MHZ

ANALISIS INTERFERENSI WIRELESS INDUSTRIAL APPLICATION DENGAN INTELLIGENT TRANSPORTATION SYSTEM PADA FREKUENSI 5855 MHZ JETri, Vol. 15, No. 2, Februari 2018, Hlm. 141-154, P-ISSN 1412-0372, E-ISSN 2541-089X ANALISIS INTERFERENSI WIRELESS INDUSTRIAL APPLICATION DENGAN INTELLIGENT TRANSPORTATION SYSTEM PADA FREKUENSI 5855

Lebih terperinci

Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang)

Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang) Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang) Subuh Pramono Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang E-mail : subuhpramono@gmail.com

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN JARINGAN NIRKABEL

ULANGAN HARIAN JARINGAN NIRKABEL ULANGAN HARIAN JARINGAN NIRKABEL a. Pilihan Ganda 1. Protokol TCP/IP berhubungan dengan pengguna aplikasi yang berguna untuk terminal maya jarak jauh a. HTTP b. FTP c. SMTP d. TELNET e. UDP 2. Proses pencampuran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network

BAB II LANDASAN TEORI. II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network 5 BAB II LANDASAN TEORI II. 1. Jenis dan Standar dari Wireless Local Area Network Wireless Local Area Network (WLAN) merupakan salah satu teknologi alternatif yang relatif murah dibandingkan dengan menggunakan

Lebih terperinci

Pembuatan Modul Praktikum Teknik Modulasi Digital FSK, BPSK Dan QPSK Dengan Menggunakan Software

Pembuatan Modul Praktikum Teknik Modulasi Digital FSK, BPSK Dan QPSK Dengan Menggunakan Software Pembuatan Modul Praktikum Teknik Modulasi Digital FSK, BPSK Dan QPSK Dengan Menggunakan Software Noviana Purwita Sa iyanti 1, Aries Pratiarso 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. secara luas adalah standart yang dikeluarkan oleh Institute of Electrical and

BAB III LANDASAN TEORI. secara luas adalah standart yang dikeluarkan oleh Institute of Electrical and BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Teknologi Jaringan WiMAX 3.11..1 Deskripsi WiMAX Broadband Wireless Access (BWA) standart yang saat ini digunakan secara luas adalah standart yang dikeluarkan oleh Institute

Lebih terperinci

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri /

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri / Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN Warta Qudri / 0122140 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH 65, Bandung, Indonesia, Email : jo_sakato@yahoo.com ABSTRAK Kombinasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 3.1 Jaringan 3G UMTS dan HSDPA Jaringan HSDPA diimplementasikan pada beberapa wilayah. Untuk

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak

Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak Kusuma Abdillah, dan Ir Yoedy Moegiharto, MT Politeknik Elektro Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh November

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION.

PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION. PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION Disusun Oleh: Nama : Christ F.D. Saragih Nrp : 0422057 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci