PENINGKATAN CAPAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN MELALUI MODEL PENJAMINAN MUTU INTERNAL SMK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN CAPAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN MELALUI MODEL PENJAMINAN MUTU INTERNAL SMK"

Transkripsi

1 PENINGKATAN CAPAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN MELALUI MODEL PENJAMINAN MUTU INTERNAL SMK Arwan Rifai Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan D.I.Yogyakarta Abstract: The purpose of this study is to provide solutions to problems of quality achievement of education quality standards at secondary vocational schools. The research method in this article uses literature study. The study results in the form of internal quality assurance models can be used to improve the educational attainment of national standards, consisting of - standard quality benchmark setting, establishment of standard operating procedures, fulfillment of the quality standards implementation, and monitoring and evaluation of quality standards achievement Keywords: School Internal Quality Assurance Model Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk memberikan solusi permasalahan capaian mutu standar mutu pendidikan pada sekolah menengah kejuruan. Metode penelitian pada artikel ini menggunakan studi literatur. Hasil studi berupa model penjaminan mutu internal dapat digunakan untuk meningkatkan capaian standar nasional pendidikan, terdiri dari penetapan standar mutu acuan, penetapan prosedur operasional baku, Pelaksanaan pemenuhan beserta.pemantauan dan evaluasi ketercapaian standar mutu.kata Kunci: Model Penjaminan Mutu Internal Sekolah Pendahuluan Standar Nasional Pendidikan (SNP) telah dijadikan regulasi sejak tahun 2005, sudah satu dasawarsa. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional. Namun demikian masih jauh dari harapan dalam hal, capain SNP pada sekolah menengah kejuruan. Hal ini terlihat pada data Profil Mutu Sekolah Berdasarkan Hasil Evaluasi Diri Sekolah (EDS) Tahun 2013 yang dirilis pada laman lpmpjogja.org tanggal 13 Maret (Skala 10, capaian standar pengelolaan 7,33; capaian standar Proses 5,89; capaian standar penilaian 6,75, capaian standar isi 7,28). Tentu saja selama 10 tahun banyak upaya untuk meningkatkan capaian standar nasional, baik diupayakan oleh sekolah sendiri maupun penyelenggara pendidikan. Namun demikian upaya tersebut belum optimal. Untuk itu perlu dikaji model yang dapat meningkatkan capaian SNP pada sekolah menengah kejuruan. Salah satu model penjaminan mutu pendidikan yang dilakukan oleh sekolah menengah kejuruan, yaitu: model penjaminan mutu internal sekolah menengah kejuruan. Model ini diteliti dan dikembangkan oleh Rifai (2014) melalui 1

2 Jurnal Pendidikan, Volume VI No: 01, April 2015 beberapa tahapan, antara lain dengan studi awal, uji ahli dan uji lapangan. Studi awal dilakukan untuk mendesain produk baru berupa model penjaminan mutu internal SMK, selanjutnya dikembangkan melalui uji ahli dan uji lapangan. Pada artikel ini, dimaksudkan untuk meninjau ulang (review) model penjaminan mutu internal Sekolah Menengah Kejuruan dan sebagai bentuk desiminasi produk model R (2014). desain berdasarkan masukan-masukan dari para ahli. Pada tahapan ini dalam pendekatan penelitian desain dan pengembangan Richey dan Klein (2007: 8-13) termasuk dalam klaster penelitian model (model research), pengembangan proses komponen model (Development of model component processes). Selanjutnya menguji desain tersebut kepada pengguna, yaitu Kepala Sekolah dan Guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Yogyakarta. Metode Penelitian Pada tulisan ini menggunakan metode studi literatur untuk mendeskripsikan model penjaminan mutu yang dapat digunakan sekolah-sekolah dalam upaya peningkatan capaian standar mutu acuan. Jenis penelitian Rifai (2014) termasuk dalam penelitian dan pengembangan (R&D). R&D pendidikan adalah model penelitian dan pengembangan, dimana temuan penelitian digunakan untuk mendesain produk, kemudian dilakukan uji lapangan, dievaluasi, dan disempurnakan sampai memenuhi kriteria efektifitas, kriteria mutu atau standar yang ditentukan (Borg&Gall, 2007: 589). Desain produk berupa model penjaminan mutu internal, selanjutnya dilakukan evaluasi pada sejumlah para ahli dari perguruan tinggi dan praktisi Badan Standar Nasional Pendidikan, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah, Pengawas dan Kepala Sekolah pada tanggal 22 Juni Rifai (2014) merevisi dan menyempurnakan Hasil Penelitian dan Pembahasan Model Konseptual Kemunculan penjaminan mutu (Quality assurance) setelah konsep pengendalian mutu (Quality control) dari dunia industri. Sallis (2011: 58-59) menyebutkan pengendalian mutu merupakan suatu proses pasca-produksi yang melacak dan menolak item-item yang tidak sesuai standar, sedangkan penjaminan mutu adalah suatu proses sebelum maupun ketika proses tersebut berlangsung. Penjaminan mutu lebih menekankan tanggung jawab pekerja dibandingkan dengan inspeksi mutu. Bila diterjemahkan pada dunia pendidikan, penjaminan mutu lebih menekankan tanggung jawab sekolah dan guru dibandingkan dengan ispeksi pengawas sekolah, dengan proses sebelum maupun ketika proses tersebut berlangsung. Rifai (2014: 2) menyebutkan bahwa penjaminan mutu pendidikan adalah serangkaian kegiatan sistemik, terencana dan terpadu, melalui proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan 2

3 Arwan Rifai - Peningkatan Capaian Standar Nasional Pendididkan Gambar 1. Model Sistem Penjaminan Mutu Internal SMK secara konsisten dan berkelanjutan sehingga memberikan bukti bahwa sistem, proses, prosedur berjalan sesuai dengan standar dan dapat memberikan kepuasan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Serangkaian kegiatan sistemik, terencana dan terpadu dengan empat langkah digambarkan pada Gambar 1. Model Sistem Penjaminan Mutu Internal SMK, yaitu: penetapan standar mutu acuan, penetapan prosedur operasional baku, Pelaksanaan pemenuhan beserta pemantauan dan evaluasi ketercapaian standar mutu. Empat tahapan kegiatan ini telah memenuhi definisi proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan sehingga memberikan bukti bahwa sistem, proses, prosedur berjalan sesuai dengan standar yang diacunya. Tidak kalah pentingnya Sistem Penjaminan Mutu Internal SMK, dapat memberikan kepuasan kepada berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu Peserta didik atau siswa, Orang tua siswa, pengguna tenaga kerja (pengguna tamatan), masyarakat pada umumnya, dan Pemerintah. Penetapan Standar Mutu Komponen kegiatan penetapan standar mutu acuan (1) sebagai langkah awal kegiatan sistem penjaminan mutu internal. Standar mutu acuan yang dapat digunakan, yaitu SPM, SNP, SNP Plus. Sebagai misal tahap 1, proses penetapan standar nasional pendidikan (standar pengelolaan) sebagai mutu acuan melalui langkah-langkah: (a) Pimpinan SMK bersama-sama dengan unit kerja di SMK dapat memilih SNP sebagai standar mutu acuan; (b) Pimpinan SMK dapat menetapkan SNP sebagai standar mutu acuan; (c) Pimpinan SMK dapat memilih SNP sebagai standar mutu acuan pada pengelolaan; (d) Pimpinan SMK dapat menetapkan SNP sebagai standar mutu acuan pada pengelolaan. Penetapan Prosedur Operasional Baku Standar yang penting dalam SNP yaitu standar pengelolaan. Bila standar pengelolaan-snp telah ditetapkan sebagai standar mutu acuan, maka kegiatan selanjutnya yaitu penetapan prosedur 3

4 Jurnal Pendidikan, Volume VI No: 01, April 2015 operasional baku (2) implementasi standar pengelolaan. Prosedur operasional baku ini sebagai cara memenuhi standar pengelolaan SNP sehingga pengelola SMK perlu menyusun, memiliki dan menetapkan prosedur operasional baku implementasi standar pengelolaan SNP. Pelaksanaan pemenuhan dan pemantauan Kegiatan pelaksanaan pemenuhan standar mutu dan pemantauan (3). Prosedur operasional baku implementasi standar pengelolaan-snp yang telah ditetapkan sekolah digunakan sebagai standar pelaksanaan mutu kinerja sehingga pelaksanaan penjaminan mutu didasarkan atas dokumen standar pengelolaan-snp dan dokumen prosedur operasional baku implementasi standar pengelolaan-snp. Bersamaan dengan tahapan pelaksanaan, dilakukan langkah pemantauan internal untuk memastikan pelaksanaan kegiatan sekolah sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Proses pemantauan secara bertingkat sebagai berikut: Kepala SMK dan Ketua kompetensi Keahlian perlu memantau pelaksanaan prosedur operasional baku standar pengelolaan pada Guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan prosedur operasional baku standar pengelolaan. Evaluasi ketercapaian standar mutu Komponen keempat, kegiatan evaluasi ketercapaian standar mutu acuan (4) yang harus dilaksanakan SMK dapat berbentuk evaluasi diri sekolah (EDS) dan audit mutu internal (AMI). Kegiatan audit mutu internal (AMI) lebih dikenal pada SMK yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO Frekuensi pelaksanaan pada kedua kegiatan tersebut satu tahun satu kali. Evaluasi ketercapaian standar mutu ini dapat digunakan sebagai persiapan proses akreditasi sekolah. Hasil kegiatan keempat di atas sebagai dasar kegiatan kelima, yaitu peningkatan mutu (5). Secara umum hasil evaluasi diri sekolah (EDS) dan Hasil audit mutu internal (AMI) digunakan sebagai pertimbangan peningkatan mutu sekolah. Secara khusus untuk kegiatan belajar mengajar, hasil EDS dan Hasil AMI pada pengelolaan digunakan sebagai pertimbangan peningkatan mutu pengelolaan. Apabila hasil EDS menunjukkan bahwa standar mutu acuan yang telah ditetapkan belum tercapai, maka harus ada tindakan peningkatan untuk mencapai standar tersebut. Apabila hasil AMI menunjukkan bahwa standar mutu acuan yang telah ditetapkan belum tercapai, maka harus ada tindakan peningkatan untuk mencapai standar tersebut. Apabila hasil EDS dan AMI menunjukkan bahwa standar mutu acuan yang telah ditetapkan telah tercapai, maka peningkatan mutu dengan menambah standar mutu acuan yang dipandang lebih tinggi. Keempat tahapan sistem tersebut di atas bila diimplementasikan secara konsisten dan berkesinambungan dapat meningkatkan mutu masukan-proses-keluaran seperti pada Tabel 1. 4

5 Arwan Rifai - Peningkatan Capaian Standar Nasional Pendididkan Tabel 1. Mutu Masukan-Proses-Keluaran Komponen Sub-Komponen Standar Nasional Pendidikan Masukan 1. Peserta didik (Input yang diolah) 2. Visi, misi, tujuan dan sasaran 3. Kurikulum 4. Ketenagaan 5. Sarana dan Prasarana 6. Pembiayaan 7. Organisasi 8. Administrasi 9. Peran serta masyarakat 10. Budaya sekolah 1. Standar Pengelolaan 2. Standar Pengelolaan 3. Standar Isi 4. Standar PTK 5. Standar SarPras 6. Standar Pembiayaan 7. Standar Pengelolaan 8. Standar Pengelolaan 9. Standar Pengelolaan 10. Standar Pengelolaan Proses Keluaran 1. Proses Belajar Mengajar 2. Manajemen 3. Kepemimpinan 4. Penggunaan dana 5. Penggunaan Media 1. Prestasi akademik 2. Prestasi non akademik 3. Angka mengulang 4. Angka putus sekolah 1. Standar Proses Pembelajaran 2. Standar Pengelolaan 3. Standar Kepala Sekolah 4. Standar Pengelolaan 5. Standar Pengelolaan 1. Std Penilaian-Kompetensi Lulusan 2. Standar Kompetensi Lulusan 3. Menurun cenderung nol 4. Menurun cenderung nol Pada tahap 1, dimungkinkan hasil evaluasi ketercapaian standar mutu baik melalui EDS maupun AMI belum memenuhi standar pengelolaan. Pada kasus ini, pada kegiatan kelima telah disebutkan ada upaya peningkatan mutu untuk memenuhi standar tersebut. Dimungkinkan juga hasil evaluasi ketercapaian standar mutu sudah memenuhi standar pengelolaan, namun masih ada standar yang lain untuk diimplementasikan juga. Untuk itu, siklus penjaminan mutu memasuki tahap 2, dan seterusnya. Kegiatan evaluasi ketercapaian standar mutu dilakukan satu tahun sekali, namun bila EDS menggunakan instrumen akreditasi SMK dilakukan empat tahun sekali atau sesuai masa berlaku akreditasinya. Sehingga capaian mutu seiring dengan berjalannya waktu dan peningkatan mutu dilakukan secara terus menerus. Sesuai dengan pandangan Finch dan Crunchilton (1999:29) bahwa penyampaian model dapat dilakukan melalui konseptual dan Banathy (1991: ) secara konseptual, model induktif merepresentasikan sistem yang belum ada tetapi sedang didesain. Dengan demikian model sistem penjaminan mutu internal SMK merupakan model konseptual induktif. Model ini sebagai representasi sistem yang belum ada di SMK namun sedang didesain. Rifai (2014: 9) mengajukan prasyarat penting dalam melembagakan sistem pen- 5

6 Jurnal Pendidikan, Volume VI No: 01, April 2015 Tabel 2. Data Subyek Uji Coba Penelitian Tahapan Uji Coba Aspek Jumlah Responden Ket. Uji ahli Validasi model 7 Pakar Perguruan Tinggi Uji Coba terbatas Penggunaan 2 Pengawas Kepala Sekolah Uji Lapangan Kelayakan Model 356 Pengawas, Kepala Sekolah, Guru jaminan mutu internal, antara lain: Kesediaan untuk melaksanakan penjaminan mutu internal, Komitmen kepala sekolah atas sumber daya yang diperlukan, Komitmen kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala tata usaha, koordinator mata diklat normatifadaptif-produktif dan guru atas waktu yang diperlukan. Uji Model Model ini telah diuji melalui tiga tahapan, tahap pertama uji ahli untuk validasi model secara teoritis konseptual melibatkan para ahli Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Metodologi Penelitian Pendidikan, Psikometri, Manajemen Pendidikan, Praktisi BSNP, Praktisi Badan Akreditasi Sekolah, Praktisi Penjaminan Mutu Pendidikan. Tahap kedua, Uji terbatas pengguna diwakili seorang Pengawas Sekolah SMK dan Kepala Sekolah SMK. Dan yang terakhir uji diperluas dengan melibatkan Kepala Sekolah, Pengawas dan Guru Sekolah Menengah Kejuruan sebagai pengguna model. Subyek uji coba lapangan dengan sampel responden 320 Guru, 32 Kepala Sekolah SMK di Kota Yogyakarta dan 4 Pengawas SMK Kota Yogyakarta. (Populasi guru SMK dengan menggunakan Tabel Issac (1981, h.193) untuk N=1900 diperoleh N=320). Tahap pertama, para ahli telah memberikan penilaian bahwa model telah layak untuk digunakan pada sekolah menengah kejuruan. Pada tahap kedua, secara terbatas pengguna menilai layak untuk digunakan pada sekolah menengah kejuruan. Pada tahap uji diperluas guru menilai layak untuk digunakan sedangkan Kepala Sekolah- Pengawas sekolah menyatakan sangat layak untuk digunakan. Dengan demikian model sistem penjaminan mutu internal sekolah menengah kejuruan dapat digunakan untuk memberikan solusi permasalahan capaian standar mutu pendidikan pada sekolah menengah kejuruan. Keunggulan Model Model sistem penjaminan mutu internal SMK merupakan serangkaian kegiatan lebih sistemik (SPMI), lebih terencana (Penetapan Standar dan Operasinal) dan terpadu (melibatkan evaluasi ketercapaian dan peningkatan mutu) dalam upaya untuk meningkatkan capaian standar mutu pendidikan pada 6

7 Arwan Rifai - Peningkatan Capaian Standar Nasional Pendididkan sekolah menengah kejuruan dibandingkan dengan cara konvensional. Model ini telah memenuhi kriteria sistem penjaminan mutu pendidikan oleh sekolah yang baik, yaitu: (1) memperjelas tujuan peraturan pendidikan untuk mengarahkan dan mendukung dialog yang melibatkan sekolah dan pemangku kepentingan, dengan inti dialog menjawab pertanyaan apa yang dimaksud dengan mutu dan bagaimana mutu tersebut dapat diukur ; (2) menunjukkan pertanggungjawaban dalam memastikan mutu dalam sistem sekolah pada pelaku utama, yaitu-sekolah dan guru-gurunya sendiri; (3) membantu menciptakan akuntabilitas atas tugas sehari-hari di sekolah dan kelas serta komitmen bersama terhadap standar yang tinggi (Birzea, 2005: 37). Di samping itu, model ini dapat diaplikasi pada sekolah-sekolah menengah kejuruan untuk semua program keahlian karena model ini sederhana dengan empat langkah. Keterbatasan Model Penelitian Rifai (2014) masih memiliki keterbatasan dalam hal uji coba pelaksanaan model belum menguji dampak penggunaan model. belum dilengkapi prosedur operasional baku implementasi standar mutu. LPMP D.I. Yogyakarta (2014: 35-37) telah mengembangkan prosedur operasional baku implementasi standar mutu dalam bentuk Prosedur Mutu. Disamping itu, model ini belum diujicoba pada sekolahsekolah menengah non kejuruan (SD-SMP- SMA), untuk kesesuaiannya. Simpulan Untuk memberikan solusi permasalahan capaian standar mutu pendidikan pada sekolah menengah kejuruan dapat menggunakan model penjaminan mutu internal guna meningkatkan capaian standar nasional pendidikan. Model penjaminan mutu internal memiliki tahapan kegiatan: penetapan standar mutu acuan, penetapan prosedur operasional baku, Pelaksanaan pemenuhan beserta pemantauan dan evaluasi ketercapaian standar mutu serta langkah peningkatan mutu. Rekomendasi Lebih lanjut Penelitian Rifai (2014) masih memiliki keterbatasan dalam hal uji coba pelaksanaan model belum menguji dampak penggunaan model, untuk itu diharapkan ada penelitian lanjutan untuk melakukan studi penggunaan model. Rekomendasi selanjutnya, perlu diteliti prosedur operasional baku implementasi standar mutu yang efektif dan efisien. Perlu diteliti keseuaian model dengan sasaran sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Rekomendasi untuk praktisi, model ini dapat digunakan untuk mendukung kebijakan penjaminan mutu pendidikan dengan menerapkan sistem penjaminan mutu internal di Sekolah Menengah Kejuruan. 7

8 Jurnal Pendidikan, Volume VI No: 01, April 2015 Daftar Rujukan Arwan Rifai Panduan Model Sistem Penjaminan Mutu Internal Sekolah Menengah Kejuruan. Produk Disertasi, Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak diterbitkan. Arwan Rifai Pengembangan Model Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Disertasi S3, Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak diterbitkan. Banathy, B. H Systems Design of Education: a Journey to Create the Future. New Jersey: Educational Technology Publications. Borg, W. R., Gall, M., & Gall, J Educational Research an Intoduction (Eighth ed). Boston: Pearson Education Inc. Birzea, C Tool for Quality Assurance of Education for Democratic Citizenship in Schools. Paris: The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organizations. lpmpjogja.org Profil Mutu Sekolah Berdasarkan Hasil Evaluasi Diri Sekolah (EDS) Tahun lpmpjogja.org/profil-mutu-sekolahberdasarkan-hasil-evaluasi-dirisekolah-eds-tahun-2013/, diakses tanggal 15 Maret LPMP D.I. Yogyakarta, Kemdikbud Naskah Akademik Model Penjaminan Mutu Pendidikan LPMP D.I. Yogyakarta (Revisi 1). Richey, R.C., & Klein, J.D Design and Development Research: Methods, Strategies, and Issues. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Sallis, E Total Quality Management in Education (Terjemahan Ahmad Ali dan Fahrurrozi). London: Kogan Page (Buku Asli diterbitkan tahun 1993).. Depdiknas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Depdiknas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan. Finch, C.R. & Crunkilton, J. R Curriculum Development in Vocational and Technical Education: Planning, Content, and Implementation. Boston: Allyn and Bacon. Issac, S & Michael, B Handbook in Research And Evaluation. California: EdiTS. 8

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN PETA KONSEP KETERAMPILAN UNTUK PENULISAN BUKU SD, SMP, DAN SMA. Disusun Oleh : Prof. Dr. Arifah A. Riyanto, M.Pd.

PEMBAHASAN PETA KONSEP KETERAMPILAN UNTUK PENULISAN BUKU SD, SMP, DAN SMA. Disusun Oleh : Prof. Dr. Arifah A. Riyanto, M.Pd. PEMBAHASAN PETA KONSEP KETERAMPILAN UNTUK PENULISAN BUKU SD, SMP, DAN SMA Disusun Oleh : Prof. Dr. Arifah A. Riyanto, M.Pd. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PUSAT PERBUKUAN 2009 PEMBAHASAN PETA KONSEP KETERAMPILAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi I. KESIMPULAN BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi SMM ISO 9001:2000 terhadap penjaminan mutu kinerja sekolah yang dilaksanakan di

Lebih terperinci

RANCANGAN IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU UNTUK PENINGKATAN MUTU LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

RANCANGAN IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU UNTUK PENINGKATAN MUTU LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 23, NO. 1, APRIL 2015 35 RANCANGAN IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU UNTUK PENINGKATAN MUTU LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Oleh: Purnomo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional menyatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional menyatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi suatu bangsa. Bangsa yang maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan, Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagaimana disebutkan dalam Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Berstandar Nasional Dan Internasional Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia STUDI IMPLEMENTASI EVALUASI BERBASIS KOMPETENSI (Studi Kasus pada SMKN 6 Bidang Keahlian Teknik Bangunan) Oleh: Suryana Deha, Ris R. Mulyana Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Sipil, FPTK UPI Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

PERAN STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH JENJANG SMA DI KOTA YOGYAKARTA

PERAN STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH JENJANG SMA DI KOTA YOGYAKARTA PERAN STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH JENJANG SMA DI KOTA YOGYAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep mutu telah menjadi suatu kenyataan dan fenomena dalam seluruh aspek dan dinamika masyarakat global memasuki persaingan pasar bebas dewasa ini. Jika sebelumnya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

Jurnal Bimbingan Konseling

Jurnal Bimbingan Konseling Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016) Jurnal Bimbingan Konseling http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk MODEL EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pendidikan bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Salah satu

PENDAHULUAN. pendidikan bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pendidikan merupakan cerminan dari mutu sebuah bangsa, jika mutu pendidikan bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Salah satu yang menjadi indikator

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) SEBAGAI UPAYA MEMASUKI DUNIA KERJA Oleh : Hernie Kumaat Dosen Jurusan PKK FT Unima Abstrak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS PETA MUTU PENDIDIKAN PADA JENJANG SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI PROVINSI ACEH.

ANALISIS PETA MUTU PENDIDIKAN PADA JENJANG SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI PROVINSI ACEH. Jurnal Serambi Ilmu, Edisi Maret 2018 Volume 31 mor 1 61 ANALISIS PETA MUTU PENDIDIKAN PADA JENJANG SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI PROVINSI ACEH. *Herliana * Herliana is Widyaiswara at the Acehnese

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN MUTU TERPADU PENDIDIKAN IPA SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN IPA. Disusun oleh: Na in Anggraeni

MAKALAH MANAJEMEN MUTU TERPADU PENDIDIKAN IPA SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN IPA. Disusun oleh: Na in Anggraeni MAKALAH MANAJEMEN MUTU TERPADU PENDIDIKAN IPA SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN IPA Disusun oleh: Na in Anggraeni 11312241010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SPMI POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

KEBIJAKAN SPMI POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN Halaman : 1 dari 19 POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN Proses 1. Perumusan 2. Pemeriksaan & Persetujuan Penanggung Jawab Nama Jabatan Tanda Tangan Kebijakan: Manajemen Puncak (Dir + Wadir) Senat Tanggal 4. Pengesahan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan penutup yang berisi simpulan untuk menjawab pertanyaan dengan justifikasi hasil penelitian penerapan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO 9001 di PT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

Penguatan Peran SJMF dan TPMA dalam Siklus SPMI Unsyiah

Penguatan Peran SJMF dan TPMA dalam Siklus SPMI Unsyiah www.unsyiah.ac.id Penguatan Peran SJMF dan TPMA dalam Siklus SPMI Unsyiah Dr. Ir. Marwan Ketua LP3M Unsyiah Sasaran Tersusunnya Manual atau Pedoman Operasional SJMF dan TPMA Kelembagaan SPMI UNSYIAH

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL No. Dok: LPM.17 No. Rev : 0 Berlaku: Januari 2018 Hal : 1/ 12 INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL No. Dok: LPM.17 No. Rev : 0 Berlaku: Januari 2018 Hal : 2/ 12 BAB

Lebih terperinci

BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS NGUDI WALUYO MANUAL SPMI UNIVERSITAS NGUDI WALUYO BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS NGUDI WALUYO MANUAL SPMI 1 dari 7 A. TUJUAN DAN MAKSUD MANUAL SPMI Penjaminan mutu Perguruan Tinggi adalah proses penetapan dan pemenuhan

Lebih terperinci

MANUAL MUTU EVALUASI

MANUAL MUTU EVALUASI MANUAL MUTU EVALUASI 1. Visi dan Misi Universitas Graha Nusantara Visi Menjadi Perguruan Tinggi bermutu, terkemuka dan mandiri di Wilayah Pantai Barat Sumatera dan Mampu Bersaing Secara Nasional. Misi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode. penelitian dan pengembangan.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode. penelitian dan pengembangan. 84 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Tahapan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode penelitian dan pengembangan. Dalam aplikasinya melakukan penyesuaian dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

PENERAPAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi PENERAPAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Dalam mengembangkan blueprint Sistem Informasi penerapan SNP di Sekolah Menengah Atas, keseluruhan proses yang dilalui harus melalui beberapa tahapan.

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilkan model pengembangan soft skills yang dapat meningkatkan kesiapan kerja peserta didik SMK dalam pembelajaran

Lebih terperinci

EVALUASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 1 MAGELANG

EVALUASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 1 MAGELANG Evaluasi Penjaminan Mutu Pendidikan... (Rohmad Sodiq) 111 EVALUASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 1 MAGELANG EVALUATION OF EDUCATION QUALITY ASSURANCE IN SMK NEGERI 1 MAGELANG Oleh: Rohmad Sodiqdan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah proses atau metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu usaha sadar yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal

Lebih terperinci

Bab II Model Dasar Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT)

Bab II Model Dasar Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT) Bab II Model Dasar Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT) 2.1. Keterkaitan SPM-PT dengan Sistem-sistem Lain yang Terkait Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi merupakan konsep multi stakeholders sebagaimana

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE NUMERIK BERBASIS PEMECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE NUMERIK BERBASIS PEMECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 2502-3802 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE NUMERIK BERBASIS PEMECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS Ahmad Fadillah 1 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Universitas Kristen Indoneisa

Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Universitas Kristen Indoneisa PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Universitas Kristen Indoneisa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Dan Langkah-Langkah Penelitian Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan suatu sistem informasi manajemen sekolah. Metode penelitian

Lebih terperinci

2016 MANAJEMEN SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM LAYANAN AKADEMIK SEKOLAH MENENGAH ATAS

2016 MANAJEMEN SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM LAYANAN AKADEMIK SEKOLAH MENENGAH ATAS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang setiap saat berubah seiring perkembangan zaman, maka tuntutan terhadap layanan pendidikan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BATOH BANDA ACEH

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BATOH BANDA ACEH KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BATOH BANDA ACEH 2015 KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH NOMOR : 806/R/USM/XII/2015 TENTANG DOKUMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2011

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2011 LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) SULAWESI SELATAN Laporan Hasil Analisis

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 011/ITDel/Rek/SK/I/18. Tentang SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL INSTITUT TEKNOLOGI DEL

SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 011/ITDel/Rek/SK/I/18. Tentang SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL INSTITUT TEKNOLOGI DEL SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 011/ITDel/Rek/SK/I/18 Tentang SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL INSTITUT TEKNOLOGI DEL REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL Menimbang : a. bahwa Institut Teknologi

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... i ii iv vi BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN STMIK PRABUMULIH... 4 2.1 Visi STMIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas secara berkesinambungan. Di pihak lain, kecenderungan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas secara berkesinambungan. Di pihak lain, kecenderungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Paradigma baru manajemen pendidikan sekolah menengah kejuruan menekankan pentingnya otonomi institusi yang berlandaskan pada akuntabilitas, evaluasi, dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. manajemen mutu di SMK Negeri 13 Bandung sudah berjalan efektif, yaitu

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. manajemen mutu di SMK Negeri 13 Bandung sudah berjalan efektif, yaitu BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil deskripsi dan analisa data pada Bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa : Pertama, implementasi SMM ISO 9001 : 2008 melalui 8 prinsip

Lebih terperinci

Keberadaan ED dalam AIPT

Keberadaan ED dalam AIPT BAN-PT Evaluasi Diri: Berupa dokumen khusus yang disusun sebagai analisis kondisi dan kesimpulan capaian PT sampai saat ini Borang: Berupa dokumen yang mengandung isian, data, dan informasi lengkap tentang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... i ii iv vi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Penyusunan Manual SPMI STMIK Prabumulih... 1 1.2

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

S.O.P PENJAMINAN MUTU KOMPETENSI LULUSAN DOKUMEN LEVEL Standar Operating Procedure KODE S.O.P. SPMI 006 JUDUL PENJAMINAN MUTU KOMPETENSI LULUSAN

S.O.P PENJAMINAN MUTU KOMPETENSI LULUSAN DOKUMEN LEVEL Standar Operating Procedure KODE S.O.P. SPMI 006 JUDUL PENJAMINAN MUTU KOMPETENSI LULUSAN S.O.P PENJAMINAN MUTU KOMPETENSI LULUSAN DOKUMEN LEVEL Standar Operating Procedure KODE S.O.P. SPMI 006 JUDUL PENJAMINAN MUTU KOMPETENSI LULUSAN AREA SPMI TANGGAL DIKELUARKAN Desember 2014 NO. REVISI:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan 73 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian Pendidikan dan pengembangan

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF TENTANG MODEL EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI DI KABUPATEN BANTUL

STUDI DESKRIPTIF TENTANG MODEL EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI DI KABUPATEN BANTUL STUDI DESKRIPTIF TENTANG MODEL EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI DI KABUPATEN BANTUL Irvan Budhi Handaka Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan

Lebih terperinci

EVALUASI RANCANGAN KURIKULUM DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

EVALUASI RANCANGAN KURIKULUM DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT EVALUASI RANCANGAN KURIKULUM DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT Meity Martaleo 1, *) dan Togar M. Simatupang 2) 1) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGELOLA PERPUSTAKAAN

IMPLEMENTASI SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGELOLA PERPUSTAKAAN IMPLEMENTASI SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGELOLA PERPUSTAKAAN Resi Yulia Wulandari SMK Negeri 3 Seluma Kabupaten Seluma e-mail: resiwulandari@gmail.com Abstract:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, termasuk satuan pendidikan menengah kejuruan yang bertujuan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BADAN PENJAMINAN MUTU

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BADAN PENJAMINAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU PERGURUAN TINGGI POKOK BAHASAN 1. Perlunya PT Melaksanakan Manajemen Kualitas 2. Pemahaman dan Landasan PMPT 3. Bentuk Dasar PMPT 4. Perkembangan Penerapan Konsep PMPT 5. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka peneltian ini menggunakan pendekatan metode penelitian dan pengembangan (Research and Develompment), yaitu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO TUTORIAL PADA MATA PELAJARAN SISTEM OPERASI KELAS X MULTIMEDIA SMK NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN AJARAN

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO TUTORIAL PADA MATA PELAJARAN SISTEM OPERASI KELAS X MULTIMEDIA SMK NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2 SKRIPSI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO TUTORIAL PADA MATA PELAJARAN SISTEM OPERASI KELAS X MULTIMEDIA SMK NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh: ACHMAD SIDDIK FATHONI K3512001 FAKULTAS

Lebih terperinci

Research and Development

Research and Development Research and Development Metode Penelitian dan pengembangan Edit your company slogan Contents Definisi Research and Development R & D dalam Penelitian R & D Sebagai Penghubung Metode dalam R & D Langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja pengawas sekolah, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja professional

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Nur Widia Wardani Nurul Ulfatin E-mail: nurwidia_wardani@yahoo.co.id, Universitas Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan berkualitas merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan. Namun dalam kenyataanya, untuk menghasilkan pendidikan

Lebih terperinci

Universitas Riau. Universitas Riau. KEBIJAKAN Sistem Penjaminan Mutu Internal. KEBIJAKAN Sistem Penjaminan Mutu Internal

Universitas Riau. Universitas Riau. KEBIJAKAN Sistem Penjaminan Mutu Internal. KEBIJAKAN Sistem Penjaminan Mutu Internal REFERENSI Universitas Riau Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Panam Kampus Bina Widya Pekanbaru 28293 Telp. 0761 63266; Fax.0761 63279;http://unri.ac.id Kebijakan SPMI Kode/Nomor : KBJK/SPMI/001 Tanggal : 20 Agustus

Lebih terperinci

AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI (AIPT)

AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI (AIPT) AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI (AIPT) KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI o o o o o Anggota tim yang kurang cakap Data menyebar, sehingga sulit untuk dikumpulkan Data base yang jelek Sulit mengumpulkan

Lebih terperinci

II. SILABUS MATA KULIAH (SMK)

II. SILABUS MATA KULIAH (SMK) II. SILABUS MATA KULIAH (SMK) Mata Kuliah / Kode : Pengembangan Model Pembelajaran IPA / KPA 2308 Semester/ SKS : II/ 2 Program Studi : Magister Pendidikan IPA Fakultas : FKIP 1. Capaian Pembelajaran MK

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ABULYATAMA

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ABULYATAMA KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ABULYATAMA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH BESAR 2013 Universitas Abulyatama KEBIJAKAN SPMI UNIVERSITAS ABULYATAMA Nomor:../. /..

Lebih terperinci

Version Panduan Teknis EDS/M

Version Panduan Teknis EDS/M Version 01.01.2011 1 Panduan Teknis EDS/M DAFTAR ISI Kata Pengantar... 1 Daftar Isi... 2 Daftar Singkatan... 3 Daftar Istilah... 4 BAB I Pendahuluan... 6 A. Latar Belakang... 6 B. Dasar Hukum... 6 C. Tujuan...

Lebih terperinci

Manual Mutu. Jurusan Teknik Pengairan

Manual Mutu. Jurusan Teknik Pengairan Manual Mutu Jurusan Teknik Pengairan UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 Manual Mutu Jurusan Teknik Pengairan Kode Dokumen : 00603 05000 Revisi : 5 Tanggal : 20 Agustus 2014 Diajukan oleh : Ketua UJM Ir.

Lebih terperinci

AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI

AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI BAN-PT AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI PELATIHAN SISTEM PENJAMINAN MUTU DAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI 2016 BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI KESETARAAN KUALIFIKASI JENIS DAN

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN KERJA

PANDUAN PELAKSANAAN KERJA PANDUAN PELAKSANAAN KERJA ii LEMBAR PENGESAHAN PANDUAN PELAKSANAAN KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH Kode Dokumen : PPK/UMNAw/LPM/05/01-01 Revisi : 01 Tanggal : 10

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR 53 LAMPIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang: 1) latar belakang penelitian, 2) fokus

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang: 1) latar belakang penelitian, 2) fokus BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang: 1) latar belakang penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, dan 5) definisi istilah penelitian. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan research and 37 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan research and development atau penelitian pengembangan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Model Pengembangan Penelitian ini berjenis penelitian dan pengembangan atau R & D dengan pendekatan diskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini, model pengembangan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan, penjaminan kualitas memiliki peranan yang penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan, penjaminan kualitas memiliki peranan yang penting dan strategis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas jasa yang dihasilkan oleh institusi pendidikan tentunya tidak lepas dari quality assurance atau penjaminan kualitas terhadap terhadap lulusan yang dihasilkan,

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI. PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengembangkan CD

BAB III. METODOLOGI. PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengembangkan CD BAB III. METODOLOGI. PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengembangkan CD multimedia interaktif sebagai media alternatif dalam pembelajaran bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Ada beberapa hal yang dibahas dalam metode penelitian, diantaranya adalah lokasi dan subyek penelitian, metode penelitian, diagram alir penelitian, instrumen penelitian, teknik

Lebih terperinci

MANUAL MUTU SPMI UNIGAL

MANUAL MUTU SPMI UNIGAL UNIVERSITAS GALUH Jalan RE Martadinata No. 150 Ciamis 46251 Telepon/Faksimil: (0265) 776787 KODE MM/UNIGAL/SPMI-02 DOKUMEN STANDAR BAGIAN MANUAL MUTU SPMI UNIGAL UNIVERSITAS GALUH TANGGAL DIKELUARKAN 20

Lebih terperinci

Dokumen Mutu SPMI Universitas Diponegoro

Dokumen Mutu SPMI Universitas Diponegoro (f) Dokumen Mutu SPMI Universitas Diponegoro Mutu Pendidikan (LP2MP) E-1 Dokumen Penjaminan Mutu 1. Kebijakan SPMI Undip 2. Manual Penetapan Standar SPMI Undip 3. Manual Pelaksanaan Standar SPMI Undip

Lebih terperinci

MONITORING SEKOLAH OLEH PEMERINTAH DAERAH (MSPD)

MONITORING SEKOLAH OLEH PEMERINTAH DAERAH (MSPD) SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PANDUAN TEKNIS MONITORING SEKOLAH OLEH PEMERINTAH DAERAH (MSPD) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL KEMENTERIAN AGAMA 2010 MUTU ADALAH TANGGUNG JAWAB BERSAMA (QUALITY IS EVERYBODY

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BERBANTUAN KOMPUTER

SEMINAR NASIONAL PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BERBANTUAN KOMPUTER PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BERBANTUAN KOMPUTER Mustari S. Lamada & Sugeng A. Karim Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar mustarilamada@gmail.com & sugengakarim@yahoo.com

Lebih terperinci

Disajikan pada pelatihan sistem penjaminan mutu akademik Agustus 2008 KOPERTIS WILAYAH III 1

Disajikan pada pelatihan sistem penjaminan mutu akademik Agustus 2008 KOPERTIS WILAYAH III 1 Disajikan pada pelatihan sistem penjaminan mutu akademik 19 21 Agustus 2008 KOPERTIS WILAYAH III 1 TUJUAN MEMBERIKAN PEMAHAMAN MENGENAI SISTEM PENJAMINAN MUTU AKADEMIK PERGURUAN TINGGI MEMBERI LATIHAN

Lebih terperinci

BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA

BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA A. Pendahuluan 1. Mutu dan jaminan mutu 2. Tujuan jaminan mutu B. Organisasi Jaminan Mutu C. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau R & D menurut Borg & Gall, 1983 yang diadaptasi oleh Sugiyono, 2012. Langkah langkah pengembangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SRIWIJAYA Jl. Palembang-Prabumulih, km 32 Ogan Ilir Indralaya

UNIVERSITAS SRIWIJAYA Jl. Palembang-Prabumulih, km 32 Ogan Ilir Indralaya Halaman : 1 dari 13 KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013 Halaman : 2 dari 13 Halaman : 3 dari 13 Halaman : 4 dari 13 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Penjaminan

Lebih terperinci

RESIKO PERGURUAN TINGGI (AKREDITASI)

RESIKO PERGURUAN TINGGI (AKREDITASI) RESIKO PERGURUAN TINGGI (AKREDITASI) Bisnis Proses Perguruan Tinggi Interaksi di kelas Mahasiswa Baru Program pendukung pembelajaran Perpustakaan dan Informasi Praktikum dan Tugas Akhir Pembelajaran Berbasis

Lebih terperinci

PROSEDUR PELAKSANAAN PENJAMINAN MUTU INTERNAL SPMI - UBD

PROSEDUR PELAKSANAAN PENJAMINAN MUTU INTERNAL SPMI - UBD PROSEDUR PELAKSANAAN PENJAMINAN MUTU INTERNAL SPMI - UBD SPMI UBD Universitas Buddhi Dharma Jl. Imam Bonjol No. 41 Karawaci, Tangerang Telp. (021) 5517853, Fax. (021) 5586820 Home page : http://buddhidharma.ac.id

Lebih terperinci

AGENDA. Pendahuluan MBNQA Pelaksanaan Hasil Penelitian Kesimpulan

AGENDA. Pendahuluan MBNQA Pelaksanaan Hasil Penelitian Kesimpulan 1 Malcolm Baldrige AGENDA Pendahuluan MBNQA Pelaksanaan Hasil Penelitian Kesimpulan 2 Pendahuluan Pasar /Dunia kerja Mahasiswa Proses Belajar- Mengajar; Riset& PPM Sarjana Apresiasi Masyarakat Luas Pemerintah,

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN KETERAMPILAN BOLAVOLI DI SMPN 16 MALANG DENGAN PENDEKATAN DESCREPANCY EVALUATION MODEL

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN KETERAMPILAN BOLAVOLI DI SMPN 16 MALANG DENGAN PENDEKATAN DESCREPANCY EVALUATION MODEL EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN KETERAMPILAN BOLAVOLI DI SMPN 16 MALANG DENGAN PENDEKATAN DESCREPANCY EVALUATION MODEL Denny Pradana (Pendidikan Olahraga Pascasarjana Universitas Negeri Malang)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Surakarta, SMA Negeri 1 Karanganyar, dan SMA Negeri 2 Karanganyar. Waktu penelitian dilaksanakan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, 5)

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, 5) BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dibahas beberapa hal pokok yang mencakup 1) latar belakang penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, 5) ruang lingkup penelitian,

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGEMBANGAN & EVALUASI FORMATIF

PENELITIAN PENGEMBANGAN & EVALUASI FORMATIF Memahami Prinsip Dasar PENELITIAN PENGEMBANGAN & EVALUASI FORMATIF dalam bidang teknologi pendidikan Uwes A. Chaeruman AKTIFITAS ILMIAH dalam bidang Teknologi Pendidikan CORE BUSSINESS PUSTEKKOM dan contoh

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini secara umum bertujuan menghasilkan desain kurikulum

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini secara umum bertujuan menghasilkan desain kurikulum 111 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan menghasilkan desain kurikulum program produktif yang cocok diterapkan di SMK pada Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan instrumen penilaian otentik yang valid dan reliabel dalam pengetahuan dan keterampilan praktikum siswa SMK. Setelah itu, instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nasional di setiap satuan pendidikan, diarahkan pada upaya

BAB I PENDAHULUAN. secara Nasional di setiap satuan pendidikan, diarahkan pada upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Program pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan secara Nasional di setiap satuan pendidikan, diarahkan pada upaya terselenggaranya layanan pendidikan

Lebih terperinci