Tinjauan Pustaka. II.1 Praktikum Skala-Kecil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tinjauan Pustaka. II.1 Praktikum Skala-Kecil"

Transkripsi

1 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Praktikum Skala-Kecil Ilmu kimia adalah ilmu yang berlandaskan eksperimen sehingga sebagian besar pokok bahasan dalam pelajaran kimia dilakukan dengan metode praktikum. Praktikum merupakan kegiatan siswa yang melibatkan kegiatan fisik dan mental. Praktikum dapat memberikan pengalaman nyata dalam rangka membentuk pengetahuan siswa. Praktikum juga dapat mengembangkan kreativitas dan membekali siswa sebagaimana cara belajar yang efektif, efisien serta mandiri (Arifin, 2003). Dalam kamus besar bahasa Indonesia, praktikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan teori dalam keadaan nyata apa yang diperoleh dalam kelas. Kegiatan praktikum juga merupakan strategi belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah untuk menyelidiki dan mempelajari fenomenafenomena dengan mengerahkan segenap potensi diri siswa, baik fisik, mental, maupun psikis. Hondson (1996) mengemukakan fungsi praktikum antara lain: (a) Memperjelas proses yang disajikan dalam kelas melalui kontak langsung dengan alat, bahan atau peristiwa alam. (b) Meningkatkan keterampilan intelektual siswa melalui pengamatan atau informasi (teori) secara lengkap dan selektif yang mengandung pemecahan masalah praktikum. (c) Melatih siswa dalam memecahkan masalah. (d) Menerapkan pengetahuan dan keterampilan terhadap situasi yang dihadapi. (e) Melatih dalam merancang eksperimen. (f) Menafsirkan (interpretasi) data. (g) Membina sikap ilmiah. 4

2 Hondson (1996) juga mengemukakan tujuan praktikum pada pendidikan sains adalah: (a) Memotivasi siswa dengan merangsang minat dan kesenangan siswa. (b) Mengajarkan keterampilan laboratorium. (c) Membantu memperoleh dan mengembangkan konsep. (d) Mengembangkan suatu pemahaman mengenai penyelidikan ilmiah dan mengembangkan keahlian dalam melakukan penyelidikan tersebut. (e) Mendorong siswa mengembangkan keterampilan sosial. (f) Membantu siswa untuk mempelajari ilmu pengetahuan serta mengembangkan konsep ilmu pengetahuan tersebut. (g) Membantu siswa berpikir secara luas dan kongkrit berdasarkan fakta dan proses yang dilakukan di laboratorium serta mendorong kesadaran pada siswa akan hubungan timbal balik ilmu pengetahuan, teknologi, masyarakat dan lingkungan. (h) Memungkinkan siswa untuk melakukan metode ilmiah dalam menyelesaikan permasalahan. Salah satu bentuk praktikum yang dapat dikembangkan di sekolah adalah praktikum skala-kecil. Praktikum skala-kecil merupakan praktikum yang menggunakan bahan kimia dalam jumlah sedikit. Praktikum ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain: menghemat biaya pemakaian alat dan bahan kimia, mengurangi limbah, meningkatkan keamanan di laboratorium, dapat berlangsung lebih cepat dan mengurangi kebutuhan penyimpanan alat dan bahan/pereaksi. Selain itu, laboratorium skala-kecil juga bisa menjadi lingkungan yang terasa lebih nyaman dan siswa dapat benar-benar menikmati bekerja dengan peralatan skala-kecil (Canham, 1994 ; Ettinger, 1999). Para ahli di beberapa negara maju mengembangkan juga praktikum skala-kecil karena praktikum ini meliputi beberapa aspek penting sebagai berikut: (a) Aman karena menggunakan alat-alat yang berbahan baku selain gelas/kaca dan resiko kontak bahan kimia dengan lingkungan maupun siswa jauh lebih kecil. 5

3 (b) Hemat karena jumlah bahan kimia yang digunakan sedikit sekali sehingga relatif lebih murah. (c) Bersih karena penggunaan bahan kimia yang sedikit memberikan limbah yang sedikit pula, sehingga ikut mendukung lingkungan bersih (clean environment). (d) Mudah sehingga setiap siswa dapat mengikuti dan melakukannya dengan baik, dengan harapan dapat lebih memahami konsep/teori kimia yang telah dipelajari di dalam kelas. Praktikum skala-kecil tidak begitu mementingkan adanya sebuah laboratorium khusus, hal ini menunjang pencapaian pendidikan sains untuk semua (Education For All) dan perluasan wawasan saintifik secara meluas untuk semua masyarakat (Bradley, 2001). Lebih jauh lagi, salah satu konsep terkini dalam pendidikan kimia adalah kimia yang hijau (Green Chemistry) yang terutama didorong oleh kepentingan industri kimia dalam menjawab keselamatan lingkungan dan komunitas. Kimia yang hijau lebih merupakan pola pikir daripada suatu cabang baru dalam ilmu kimia, tujuannya untuk mengembangkan bagaimana cara memproduksi dan memanfaatkan bahan kimia dalam berbagai proses kimia sehingga bisa mengurangi dampak negatif pada manusia dan lingkungan. Secara pendidikan, konsep kimia yang hijau memiliki implikasi pembelajaran untuk relatif lebih memperhatikan proses daripada produk, sehingga dalam praktikum pencapaian produk dengan jumlah rendemen tertentu bukan lagi menjadi titik berat penilaian, melainkan pemahaman konsep melalui proses praktikum di laboratorium. Dalam prakteknya, kimia yang hijau meliputi konsep-konsep (Bradley, 2001): (a) Efesiensi atom: mendesain proses untuk memaksimalkan jumlah material kasar yang akan diubah menjadi produk. (b) Konservasi energi: mendesain proses energi yang lebih efisien. (c) Meminimalkan limbah/buangan: mengenali dan menyadari bahwa bentuk limbah/buangan terbaik adalah dengan tidak menciptakan limbah sama sekali. 6

4 (d) Substitusi: menggunakan material kasar, pelarut dan material bebas pelarut yang lebih aman dan ramah lingkungan. Di samping mengenalkan praktikum skala-kecil dan kimia yang hijau, perlu diperhatikan juga tujuan dari praktikum yang sebenarnya. Tujuan praktikum ini diantaranya meliputi beberapa pencapaian hal-hal sebagai berikut (Domin, 1999): (a) Pemahaman konsep (Concept Understanding): Siswa akan lebih memahami konsep yang dipelajari di kelas melalui praktikum skala-kecil dengan jenis percobaan yang sederhana, mudah dilakukan dan cenderung aplikatif, juga didukung oleh penggunaan bahan kimia yang mudah diperoleh dan alat-alat sederhana. (b) Isi ilmu pengetahuan (Content Knowledge): Isi modul praktikum skala-kecil merupakan perwujudan dari pengetahuan yang telah digali berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan para ahli kimia. Di samping itu, selama praktikum sering ditemukan beberapa hal baru yang tidak terduga yang dapat menjadi bahan diskusi dan menghasilkan pengetahuan baru atau pemahaman konsep yang lebih baik dari sebelumnya. (c) Keterampilan berpikir ilmiah (Scientific reasoning skills): Modul praktikum skala-kecil dirancang sedemikian rupa sehingga hanya memuat secara singkat teori dasar praktikum tersebut. Tujuannya adalah agar siswa lebih terangsang untuk mencari tahu lebih lanjut teori dasar praktikum tersebut. Selain itu, siswa dituntun juga oleh beberapa pertanyaan singkat seputar praktikum tersebut dengan tujuan agar siswa bisa menemukan sendiri jawabannya setelah selesai praktikum. Dengan demikian praktikum skala-kecil dapat mengasah kemampuan siswa untuk mencari tahu sebab akibat dari suatu fenomenafenomena baru yang mereka temukan di masa mendatang dalam kehidupannya. (d) Daya nalar dengan keteraturan tinggi (Higher-order cognition): Beberapa jenis praktikum dalam praktikum skala-kecil dirancang sedemikian rupa sehingga siswa mampu secara tahap demi tahap memahami fenomena kimia yang terjadi. Selanjutnya, siswa harus memberikan pembahasan mengenai fenomena tersebut secara sistematis dari mulai fenomena mendasar hingga 7

5 yang lebih kompleks. Dengan demikian diharapkan siswa terbiasa untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang mereka amati dan memikirkan penyelesaiannya. (e) Sikap ilmiah (Attitude toward science): Hal ini merupakan faktor yang perlu menjadi perhatian utama karena keterlanjuran adanya pandangan negatif bahwa kimia merupakan penyebab masalah, selalu berbahaya dan perlu dihindari. Dengan kemudahan, kepraktisan dan menariknya jenis-jenis percobaan dalam praktikum skala-kecil dapat menjadi salah satu tonggak dalam menyelesaikan masalah. (f) Pemahaman alam pada ilmu (Understanding of the nature of science): Praktikum skala-kecil memberikan jalan dan sarana bagi pemahaman sains secara umum dan pemahaman kimia pada khususnya. Semua metode saintifik yang dilakukan dalam suatu percobaan diterapkan secara terintegrasi dalam praktikum ini. Dengan demikian diharapkan siswa terbiasa menggunakan metode saintifik ini dalam memecahkan berbagai permasalahan umum di sekitarnya, bukan hanya tentang kimia saja melainkan ilmu pengetahuan secara lebih luas. Berdasarkan semua hal positif dan keuntungan dari praktikum skala-kecil ini, maka diharapkan dapat ikut membantu menciptakan proses pembelajaran aktif untuk mata pelajaran kimia. II.2 Elektrokimia Salah satu pokok bahasan yang dipelajari di SMA adalah elektrokimia. Elektrokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara energi listrik/arus listrik dengan reaksi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Pada reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik atau energi listrik. Sel elektrokimia yang menghasilkan listrik karena terjadi reaksi spontan di dalamnya disebut sel Galvani, sedangkan sel elektrokimia yang reaksi tak-spontan di dalamnya digerakkan oleh sumber arus luar disebut sel elektrolisis (Atkins, 1999). 8

6 II.2.1 Sel Galvani Sel Galvani merupakan peralatan percobaan untuk menghasilkan listrik dengan memanfaatkan reaksi redoks spontan. Gambar II.1 (White, 1999) memperlihatkan komponen penting dari sel Galvani: Gambar II.1 Sel Galvani Pada Gambar II.1, logam tembaga dicelupkan ke dalam larutan Cu(NO 3 ) 2 1 M dan logam seng dicelupkan ke dalam larutan Zn(NO 3 ) 2 1 M. Gelas kimia yang berisi larutan Cu(NO 3 ) 2 1 M dengan gelas kimia yang berisi larutan Zn(NO 3 ) 2 1 M dihubungkan dengan jembatan garam. Jembatan garam merupakan tabung bentuk U yang diisi garam NaNO 3 atau KNO 3 yang terlarut dalam agar-agar. Kedua elektroda (logam Zn dan logam Cu) dihubungkan dengan voltmeter, suatu alat untuk mengukur beda potensial antara kedua elektoda tersebut. Reaksi yang berlangsung pada Gambar II.1 adalah: Zn Zn e Cu e Cu 9

7 Reaksi keseluruhan adalah: Zn + Cu 2+ Zn 2+ + Cu dan notasi (diagram sel) yang dapat di tulis dalam reaksi elektrokimia adalah: Zn (s) Zn 2+ (1 M) Cu 2+ (1 M) Cu (s). Garis tegak tunggal menyatakan batas fase yaitu elektroda seng adalah padatan dan ion Zn 2+ dari larutan Zn(NO 3 ) 2. Sedangkan garis tegak ganda menyatakan jembatan garam. Sel Galvani bekerja berdasarkan asas bahwa oksidasi Zn menjadi Zn 2+ dan reduksi Cu 2+ menjadi Cu dapat dibuat berlangsung serentak dalam lokasi-lokasi yang terpisah dan transfer elektron antara lokasi-lokasi tersebut terjadi melalui sebuah kawat eksternal. Batang seng dan tembaga dinamakan elektroda. Dalam sel Galvani, anoda merupakan tempat terjadinya oksidasi dan katoda merupakan tempat terjadinya reduksi. Pada sel Galvani, katoda mempunyai potensial lebih tinggi daripada anoda. Hal ini disebabkan spesi yang mengalami reduksi menarik elektron dari elektrodanya sehingga meninggalkan muatan relatif positif pada elektroda itu (sesuai dengan potensial tinggi). Pada anoda, oksidasi menghasilkan transfer elektron pada elektroda sehingga memberikan muatan relatif negatif pada elektroda tersebut (sesuai dengan potensial rendah). Jika elektron bergerak dari elektroda kiri ke elektroda kanan saat sel bereaksi secara spontan maka potensial sel sebelah kanan akan lebih tinggi dari potensial sel sebelah kiri, dengan demikian harga potensial keseluruhan akan bernilai positif (Atkins, 1999). II.2.2 Elektrolisis Elektrolisis merupakan salah satu jenis sel elektrokimia yang pada kedua elektrodanya akan terjadi reaksi kimia apabila pada rangkaian tersebut diberi 10

8 sumber tegangan luar. Berbeda dengan sel Galvani, pada elektrolisis anoda bertindak sebagai kutub positif dan katoda sebagai kutub negatif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat elektrolisis, yaitu: (a) Potensial yang diberikan oleh sumber tegangan ke dalam rangkaian elektrolisis: Besarnya potensial yang diberikan akan mempengaruhi hasil elektrolisis. Pemberian potensial luar ini harus dilakukan pada rentang potensial saat tidak ada komponen lain dari sel elektrokimia itu yang dapat teroksidasi atau tereduksi sebagai analit. (b) Kuat arus yang mengalir dalam rangkaian sel elektrolisis tersebut: Kuat arus yang mengalir akan menentukan jenis endapan yang terbentuk. Apabila arus yang diberikan terlalu besar, maka akan timbul endapan yang kasar dan tidak atau kurang menempel pada elektroda, sebaliknya apabila arus yang diberikan terlalu kecil, dibutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan endapan dalam jumlah tertentu. (c) Waktu elektrolisis: Waktu elektrolisis akan menentukan jumlah zat yang dihasilkan pada elektroda, semakin lama elektrolisis, semakin banyak zat yang dihasilkan pada katoda. II.2.3 Potensial Sel Potensial sel merupakan ukuran daya dorong elektron dalam suatu sel dengan satuan volt. Potensial sel merupakan jumlah potensial dari setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi. Nilai potensial suatu sel elektrokima ditentukan dengan menggunakan persamaan: E Sel = E katoda E anoda + E junct (1) E junct adalah potensial penghubung (junction). Pada beberapa pengukuran elektrokimia, nilai E junct diharapkan sekecil mungkin sehingga potensial sel yang terbaca oleh alat hanya merupakan fungsi dari kedua potensial elektroda tersebut. 11

9 Potensial penghubung muncul akibat ketidakseragaman distribusi kation dan anion pada batas dua buah larutan elektrolit. Hal ini diakibatkan oleh perbandingan laju migrasi kation dan anion tersebut. Menurut Lingane, potensial penghubung disebabkan oleh tipe cairan, yaitu: (a) Dua buah larutan elektrolit yang sama dengan konsentrasi yang berbeda. (b) Dua buah larutan elektrolit yang berbeda tetapi mempunyai salah satu ion yang sama dengan konsentrasi yang sama. (c) Dua buah larutan yang tidak memenuhi syarat keduanya. Pada pengukuran elektrokimia, potensial penghubung ini dapat dibuat seminimal mungkin dan dijaga supaya mempunyai nilai tetap. Cara yang digunakan untuk meminimalkan potensial penghubung ini adalah dengan menggunakan larutan jenuh sebagai jembatan garam, semakin jenuh jembatan garam yang digunakan akan menghasilkan potensial penghubung yang semakin kecil. Besarnya pengaruh konsentrasi jembatan garam terhadap potensial penghubung dapat dilihat pada Tabel II.1 (Bard, 1980): Tabel II.1 Pengaruh Konsentrasi Jembatan Garam Terhadap Potensial Penghubung [HCl] (M) 0,1 0,2 0,5 1,0 2,5 7,5 4,2 (jenuh) Ej (mv) ,4 3,4 1,1 <1 Untuk meminimalkan besarnya potensial penghubung ini, selain menggunakan larutan jenuh sebagai jembatan garam, dapat juga menggunakan larutan yang memiliki mobilitas ion yang sama atau hampir sama. 12

10 II.2.4 Potensiometri Potensiometri merupakan salah satu metode pengukuran elektroanalisis yang didasarkan pada pengukuran perbedaan potensial elektroda dalam suatu larutan elektrolit. Pada metode ini, potensial diukur sebagai fungsi konsentrasi atau keaktifan larutan analit dengan menggunakan 2 buah elektroda, yaitu elektroda indikator atau kerja dan elektroda referensi atau pembanding. Pada prinsipnya, sel pengukuran potensiometri merupakan suatu sel Galvani, elektroda pembanding bertindak sebagai anoda dan elektroda indikator sebagai katoda. Potensial sel yang terbaca pada alat penunjuk merupakan jumlah dari potensial pembanding, potensial elektroda indikator dan potensial junction. E Sel = E ind - E ref + E junct (2) Elektroda pembanding idealnya bersifat tidak sensitif terhadap komposisi elektrolit dan memiliki potensial yang tetap sehingga potensial sel yang dihasilkan hanya bergantung pada komposisi larutan elektrolit yang diuji. Kedua jenis elektroda yang digunakan dalam potensiometri adalah: (a) Elektroda Indikator Elektroda indikator merupakan elektroda yang potensial elektrodanya bervariasi terhadap keaktifan analit yang diukur. Elektroda ini harus memiliki tingkat kepekaan yang tinggi terhadap keaktifan analit, sehingga adanya perbedaan yang kecil dari keaktifitan analit akan memberikan perbedaan hasil pembacaan elektroda indikator yang cukup besar. (b) Elektroda Pembanding Elektroda pembanding merupakan komponen penting dalam pengukuran elektroanalisis, idealnya elektroda pembanding harus bersifat reversibel, mengikuti persamaan Nernst, mempunyai potensial yang konstan terhadap waktu dan menghasilkan kurva histeresis yang kecil terhadap perubahan suhu. Meskipun tidak ada elektroda yang memenuhi syarat ideal ini, namun ada beberapa elektroda yang mendekati sifat ideal ini seperti elektroda hidrogen baku, elektroda kalomel dan elektroda Ag/AgCl. 13

11 Elektroda hidrogen baku terdiri dari sebuah lempengan platina murni yang dialiri gas hidrogen pada tekanan 1 atm sehingga permukaan elektroda akan selalu jenuh dengan gas hidrogen. Gambar II.2 (White, 1999) merupakan rangakaian elektoda yanga terdiri dari elektroda Zn dan elektroda hidrogen baku. Gambar II.2 Elektroda hidrogen baku Fungsi platina adalah sebagai penghubung logam inert dengan sistem H 2 /H + dan tempat gas H 2 teradsorpsi di permukaannya, notasi dan reaksi setengah sel dari elektroda ini adalah: Notasi: Pt, H 2 (1 atm) / H + (a = 1) Reaksi : 2H + (aq) + 2e H 2 (g) Aliran gas H 2 berfungsi untuk mempertahankan agar larutan di sekitar elektroda tetap jenuh dengan gas H 2. Elektroda hidrogen dapat bertindak sebagai anoda atau katoda tergantung pada setengah sel yang dibuat. 14

12 Elektroda hidrogen baku ini memiliki nilai potensial elektroda sama dengan nol dan merupakan elektroda pembanding primer, selanjutnya elektroda ini berfungsi untuk menentukan nilai potensial elektroda-elektroda lainnya. II.2.5 Potensial Reduksi Baku Potensial elektroda dapat ditentukan dengan mengukur potensial yang dihasilkan elektroda tersebut terhadap elektroda hidrogen baku yang memiliki potensial sama dengan nol, apabila pengukuran itu dilakukan pada keadaan baku, maka potensial itu disebut potensial baku (E 0 ). Misalnya untuk sel: (a) Pt, H 2 H + (1 M) Cu 2+ (1 M) Cu E 0 sel = E 0 Cu E 0 H2 0,34 = E 0 Cu 0 E 0 Cu = 0,34 V (b) Pt, H 2 H + (1 M) Zn 2+ (1 M) Zn E 0 sel = E 0 Zn E 0 H2-0,76 = E 0 Zn 0 E 0 Zn = -0,76 V Bila sebuah sel Galvani disusun, selisih potensial antara kedua elektroda itu dapat diukur. Jika aliran arus dapat diabaikan, selisih potensial ini sama dengan daya gerak listrik (DGL) sel. DGL ini dapat dianggap sebagai harga mutlak dari selisih dua elektroda individu, E 1 dan E 2. DGL = E 1 - E 2 (3) Potensial elektroda itu sendiri adalah selisih potensial yang terbentuk antara elektroda (fase padat) dan elektrolit (fase cair). Terjadinya potensial ini paling mudah ditafsirkan oleh terbentuknya lapisan rangkap pada batas fase. Jika sepotong logam dicelupkan dalam suatu larutan yang mengandung ion-ionnya sendiri (misalnya Zn dalam ZnSO 4 ), dua proses akan terjadi: (a) Atom-atom dari lapisan luar logam akan melarut meninggalkan elektronelektron pada logamnya sendiri. 15

13 (b) Ion logam dari larutan akan mengambil elektron dari logam dan bertumpuk dalam bentuk atom logam. Kedua proses di atas mempunyai proses awal yang berlainan. Jika laju pelarutan lebih tinggi dari laju pengendapan, hasil bersih proses ini adalah bahwa ion bermuatan positif berlebih akan menuju larutan meninggalkan elektron berlebih pada logamnya. Karena gaya elektrostatik antara partikel yang bermuatan berlawanan, elektron dalam fase logam dan ion dalam larutan akan bertumpuk pada batas fase membentuk lapisan rangkap listrik. Sekali lapisan ini terbentuk, laju pelarutan menjadi lebih lambat karena tolakan dari lapisan ion pada batas fase, sedangkan laju pengendapan bertambah karena gaya tarik elektrostatik antara logam yang bermuatan negatif dan ion yang bermuatan positif. Berdasarkan hal di atas, maka dengan segera laju kedua proses itu menjadi sama dan suatu kesetimbangan akan tercapai. Bila pada suatu waktu tertentu banyaknya ion yang dinetralkan sama dengan banyaknya ion yang terbentuk, maka akan terjadi suatu selisih potensial tertentu antara larutan dan logam, dengan demikian logam akan memperoleh suatu potensial relatif negatif terhadap larutan. Sebaliknya, jika laju awal pengendapan lebih tinggi dari laju awal pelarutan seperti pada Cu dalam CuSO 4, lapisan rangkap listrik akan terbentuk dalam arti terbalik, dan hasilnya logam menjadi relatif positif terhadap larutan (Svehla, 1979). Sel yang belum mencapai kesetimbangan kimia dapat melakukan kerja listrik ketika reaksi di dalamnya menggerakkan elektron-elektron melalui sirkuit luar. Kerja yang dapat dipenuhi oleh transfer elektron tertentu bergantung pada beda potensial antara kedua elektroda. Perbedaan potensial ini disebut potensial sel yang diukur dalam volt. Jika potensial sel besar, sejumlah elektron tertentu yang berjalan antara kedua elektroda dapat melakukan kerja listrik yang besar. Sedangkan jika potensial kecil, elektron dalam jumlah yang sama hanya dapat melakukan sedikit kerja. Sel yang reaksinya berada dalam kesetimbangan tidak 16

14 melakukan kerja, dengan demikian potensial selnya sama dengan nol (Atkins, 1999). Jika konsentrasi Cu 2+ dan Zn 2+ untuk sel Galvani pada Gambar II.1 adalah 1 M, ternyata beda potensialnya sebesar 1,10 pada suhu 25 C. Seperti halnya reaksi sel keseluruhan dapat dianggap sebagai jumlah dari dua reaksi setengah sel, beda potensial terukur dari sel pun dapat dianggap sebagai jumlah dari potensial listrik pada elektroda Zn dan Cu. Persamaan reaksi setengah sel diperlukan untuk mendapatkan banyaknya jumlah mol elektron yang terlibat untuk setiap mol reaksi. Keuntungan dari penggunaan reaksi setengah sel adalah: (a) Tiap setengah sel menggambarkan reaksi yang berbeda (oksidasi dan reduksi) dan akan lebih mudah untuk dipelajari. (b) Lebih mudah bekerja dengan sistem sederhana daripada mengamati sistem keseluruhan yang lebih kompleks. Potensial sel Galvani berubah-ubah sesuai dengan jumlah arus yang mengalir melalui sirkuit. Potensial maksimum yang diberikan sel disebut potensial sel (E sel ). Harga potensial sel bergantung pada komposisi elektroda, konsentrasi ion setengah sel dan suhu. Untuk membandingkan berbagai potensial sel yang berbeda, digunakan potensial sel baku (E 0 ) yaitu beda potensial yang berkaitan dengan reaksi reduksi pada satu elektroda ketika semua zat terlarut 1 M dan gas pada 1 atm (Brady, 2000). II.2.6 Potensial Reduksi Tak Baku Kondisi baku kadang-kadang sulit dipertahankan. Oleh karena itu dilakukan juga dengan mengganti kondisi percobaan misalnya dengan mengganti konsentrasi tidak pada keadaan baku sehingga lebih mudah untuk menghubungkan dengan konsep berikutnya mengenai persamaan Nernst. Persamaan ini menyatakan ada hubungan matematis antara DGL sel dan konsentrasi dari reaktan dan produk dalam reaksi redoks pada kondisi tak baku (Chang, 2002). 17

15 Penentuan nilai potensial yang dilakukan tidak pada keadaan baku (keaktifan 1) dilakukan dengan menggunakan persamaan Nernst (dari nama kimiawan Jerman Waltern Nernst). Jika kita mempunyai persamaan redoks seperti di bawah ini: aa + bb cc + dd (4) maka persamaan Nernstnya adalah sebagai berikut: c d RT ac ad E = E 0 ln (5) a b nf aa ab E = potensial sel pada kondisi a 1 E 0 = potensial sel baku R = tetapan gas ( 8,314 J mol -1 K -1 ) T = suhu (K) n = jumlah mol elektron yang terlibat dalam reaksi F = bilangan Faraday ( J V -1 mol) a = keaktifan ion (konsentrasi, mol L -1 ) Bila pengukuran dilakukan pada larutan encer, besaran keaktifan ion dapat diganti dengan besaran konsentrasi, sehingga persamaan tersebut menjadi: c d [ C] [ D] [ A] a [ B] b RT E = E 0 ln (6) nf Pada kesetimbangan tidak terdapat transfer elektron sehingga E = 0 dan c [ C] [ D] a [ A] [ B] d b = K, K adalah konstanta kesetimbangan, maka diperoleh persamaan: 0 nfe = RT ln K (7) RT E 0 = ln K (8) nf Jika T = 298 K dan persamaan (3) disederhanakan dengan mensubstitusikan nilai R dan F, maka diperoleh: 18

16 0,0257 E 0 = ln K n (9) 0,0592 atau E 0 = log K (10) n sehingga jelas bahwa konstanta kesetimbangan dapat ditentukan dengan pengukuran potensial dengan bantuan persamaan Nernst. Lebih lanjut, bila konsentrasi larutan elektrolit berbeda, potensial tetap akan dihasilkan walaupun dua elektroda yang sama digunakan. Dengan menggunakan hubungan pada persamaan Nernst, kita dapat menghitung potensial sel pada keadaan tak baku baik konsentrasi maupun suhu dalam sistem. Persamaan Nernst juga memungkinkan kita menghitung E sebagai fungsi dari konsentrasi reaktan dan produk dalam reaksi redoks. Kita dapat menuliskan persaman (9) untuk reaksi antara Zn dan Cu pada suhu 25 0 C sebagai berikut: 2+ 0,0257 [ Zn ] E = 1,10V ln (11) 2+ 2 [ Cu ] Jika perbandingan [Zn 2+ ]/[Cu 2+ ] < 1, ln [Zn 2+ ]/[Cu 2+ ] merupakan bilangan negatif, sehingga suku kedua di sisi kanan persamaan ini positif. Pada kondisi ini E > dibandingkan DGL baku (E 0 ), jika perbandingannya > 1, maka E < E 0. II.2.7 Karakteristik Elektroda Suatu elektroda mempunyai sifat karakteristik yang berbeda dengan elektroda lain. Perbedaan sifat ini muncul sebagai salah satu akibat dari proses pembuatan elektroda yang berbeda. Beberapa karakteristik elektroda yang menunjukkan kinerja elektroda adalah (Evans, 1987): (a) Faktor Nernst Faktor Nernst menyatakan tingkat kesensitifan suatu elektroda. Semakin mendekati faktor Nernst, suatu elektroda akan semakin sensitif terhadap analit. 19

17 Pada suhu 25 0 C faktor Nernst dinyatakan sebesar (0,059/n) V dengan n adalah jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi pada elektroda tersebut. Faktor Nernst suatu elektroda ditentukan dari kemiringan kurva antara potensial sel terhadap konsentrasi larutan pada daerah linier. (b) Rentang Pengukuran Rentang pengukuran adalah daerah konsentrasi dimana pada daerah tersebut elektroda memberikan hasil pengukuran potensial yang linier terhadap keaktifan larutan uji. Idealnya diinginkan suatu elektroda yang memiliki rentang pengukuran yang besar. (c) Limit Deteksi Limit deteksi adalah batas keaktifan minimum dan maksimum dari larutan uji yang masih memberikan hasil pengukuran elektroda yang linier. Limit deteksi ditentukan dengan menentukan titik potong antara daerah linier dengan daerah tidak linier pada kurva potensial terhadap konsentrasi larutan uji. Idealnya diinginkan suatu elektroda yang memiliki limit deteksi minimum kecil dan limit deteksi maksimum besar. (d) Waktu Tanggap Waktu tanggap adalah waktu yang diperlukan oleh elektroda untuk menghasilkan pembacaan yang stabil. Idealnya diinginkan suatu elektroda yang memiliki waktu tanggap kecil. II.3 Moodle Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment (MOODLE) merupakan salah satu e-learning platform atau Course Management System (CMS) yang dapat digunakan secara gratis dan dapat diubah sesuai kebutuhan karena source code-nya tersedia (open source). Selain gratis dan dapat diubah, Moodle mudah dipelajari dan mudah digunakan. Jika kita telah terbiasa menggunakan internet seperti browsing dan , maka kita dapat menguasai Moodle dengan cepat dan mudah. Moodle telah teruji di berbagai institusi di banyak negara. CMS merupakan suatu paket software yang didesain untuk 20

18 membantu pendidik atau guru dalam membuat suatu kursus online yang berkualitas dengan mudah tanpa membangun dari awal, CMS yang dimaksud adalah paket software dengan nama Moodle, yang dikembangkan oleh Martin Dougiamas (Wibisono, 2006). Moodle merupakan sebuah nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat mengubah sebuah media pembelajaran ke dalam bentuk web. Web merupakan salah satu teknologi internet yang telah berkembang sejak lama dan yang paling umum dipakai dalam pelaksanaan pendidikan dan latihan jarak jauh (e-learning). Aplikasi ini memungkinkan siswa maupun guru untuk masuk ke dalam ruang kelas digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran. Dengan Moodle, kita dapat membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik, termasuk juga membuat modul praktikum. Terdapat beberapa keunggulan yang kita dapatkan membangun e-learning menggunakan Moodle, antara lain: (Deden, 2007) (a) Sederhana, efisien, ringan dan sesuai dengan banyak browser. (b) Mudah cara instalasinya serta mendukung banyak bahasa termasuk Indonesia (c) Tersedianya manajemen situs untuk pengaturan situs keseluruhan, mengubah tema, menambah modul dan sebagainya. (d) Tersedianya manajemen pengguna. (e) Manajemen kursus, penambahan jenis kursus, pengurangan atau pengubahan kursus. (f) Dapat membuat modul Chat, modul pemilihan (polling), modul forum, modul untuk jurnal, modul untuk kuis, modul untuk survey dan workshop serta masih banyak yang lainnya. (g) Bebas biaya dan sumber software terbuka. 21

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN Sel Volta (Bagian I) Pada sesi 3 sebelumnya, kita telah mempelajari reaksi redoks. Kita telah memahami bahwa reaksi redoks adalah gabungan dari reaksi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Praktikum Skala-Kecil Seperti kita ketahui bahwa tidak mungkin mengukur potensial elektroda mutlak tanpa membandingkannya terhadap elektroda pembanding. Idealnya elektroda

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia Departemen Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

MODUL SEL ELEKTROKIMIA

MODUL SEL ELEKTROKIMIA MODUL SEL ELEKTROKIMIA ( Sel Volta dan Sel Galvani ) Standar Kompetensi: 2.Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar : 2.1.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA SEL ELEKTROKIMIA (Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Prak.Kimia Fisika) NAMA PEMBIMBING : Ir Yunus Tonapa NAMA MAHASISWA : Astri Fera Kusumah (131411004)

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN PERSAMAAN NERNST

PEMBUKTIAN PERSAMAAN NERNST PEMBUKTIAN PERSAMAAN NERNST 1. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 2. Tujuan : Membuktikan persamaan nernst pada sistem Cu-Zn dan menentukan tetapan persamaan nernst. 1. LANDASAN TEORI Reaksi oksidasi reduksi banyak

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA Disusun oleh : Faiz Afnan N 07 / XII IPA 4 SMA NEGERI 1 KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 I. Praktikum ke : II ( Kedua ) II. Judul Praktikum : Beda

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SEL VOLTA SEDERHANA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SEL VOLTA SEDERHANA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SEL VOLTA SEDERHANA 17 September 2016 1. TUJUAN Membuat baterai sederhana yang menghasilkan arus listrik 2. LANDASAN TEORI Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik

Lebih terperinci

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

REDOKS dan ELEKTROKIMIA REDOKS dan ELEKTROKIMIA Overview Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa kalor dan kerja Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

Contoh Soal & Pembahasan Sel Volta Bag. I

Contoh Soal & Pembahasan Sel Volta Bag. I Contoh Soal & Pembahasan Sel Volta Bag. I Soal No.1 Diketahui potensial elektrode perak dan tembaga sebagai berikut Ag + + e Ag E o = +0.80 V a. Tulislah diagram sel volta yang dapat disusun dari kedua

Lebih terperinci

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

Elektroda Cu (katoda): o 2. o 2

Elektroda Cu (katoda): o 2. o 2 Bab IV Pembahasan Atom seng (Zn) memiliki kemampuan memberi elektron lebih besar dibandingkan atom tembaga (Cu). Jika menempatkan lempeng tembaga dan lempeng seng pada larutan elektrolit kemudian dihubungkan

Lebih terperinci

1. Bilangan Oksidasi (b.o)

1. Bilangan Oksidasi (b.o) Reaksi Redoks dan Elektrokimia 1. Bilangan Oksidasi (b.o) 1.1 Pengertian Secara sederhana, bilangan oksidasi sering disebut sebagai tingkat muatan suatu atom dalam molekul atau ion. Bilangan oksidasi bukanlah

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Elektrolisis Disusun Oleh:

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Elektrolisis Disusun Oleh: JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Elektrolisis Disusun Oleh: 1. Rahma Tia (1113016200044) 2. Diana Rafita. S (1113016200051) 3. Agus Sulistiono (1113016200052) 4. Siti Fazriah (1113016200062) Kelompok 4

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 32 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Data Eksperimen dan Perhitungan Eksperimen dilakukan di laboratorium penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, ITB. Eksperimen dilakukan dalam rentang waktu antara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ELEKTROKIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ELEKTROKIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ELEKTROKIMIA Disusun Oleh : Kelompok 3 Kelas C Affananda Taufik (1307122779) Yunus Olivia Novanto (1307113226) Adela Shofia Addabsi (1307114569) PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) I. Tujuan. Membuat kurva hubungan ph - volume pentiter 2. Menentukan titik akhir titrasi 3. Menghitung kadar zat II. Prinsip Prinsip potensiometri didasarkan pada

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8

BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8 BAB 8 BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8.5 SEL ACCU DAN BAHAN BAKAR 8.6 KOROSI DAN PENCEGAHANNYA

Lebih terperinci

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan BAB 1. PENDAHULUAN Kegiatan pelapisan logam akan menghasilkan limbah yang berbahaya dan dapat menjadi permasalahan yang kompleks bagi lingkungan sekitarnya. Limbah industri pelapisan logam yang tidak dikelola

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis 1 Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada sel elektrolisis Subcapaian pembelajaran: 1. Mengamati reaksi yang

Lebih terperinci

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati.

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati. Pembuatan Larutan CuSO 4 Widya Kusumaningrum (1112016200005), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati. Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 A. DESKRIPSI Anda tentu pernah mengalami kekecewaan, karena barang yang anda miliki rusak karena berkarat. Sepeda,

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Sel elektrokimia adalah tempat terjadinya reaksi reduksi-oksidasi. Sel elektrokimia terdiri dari (Achmad, 2001):

Tinjauan Pustaka. Sel elektrokimia adalah tempat terjadinya reaksi reduksi-oksidasi. Sel elektrokimia terdiri dari (Achmad, 2001): Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Elektrokimia Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara energi listrik dengan reaksi kimia. Proses elektrokimia adalah proses yang mengubah reaksi

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Termodinamika Elektrokimia

ELEKTROKIMIA Termodinamika Elektrokimia Departemen Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Termodinamika Elektrokimia Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Potensiometri. Bab 1. Prinsip-Prinsip Dasar Elektrokimia

Potensiometri. Bab 1. Prinsip-Prinsip Dasar Elektrokimia 1 2 1. PRINSIP-PRINSIP DASAR ELEKTROKIMIA Pada bagian pertama dari topik tentang potensiometri ini akan dijelaskan tentang prinsip-prinsip dasar tentang elektrokimia yang akan memberikan pengetahuan dasar

Lebih terperinci

MODUL SEL ELEKTROLISIS

MODUL SEL ELEKTROLISIS MODUL SEL ELEKTROLISIS Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar : 2.2. Menjelaskan reaksi oksidasi-reduksi

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA I. Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si

KIMIA FISIKA I. Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si Isana_supiah@uny.ac.id LABORATORIUM KIMIA FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2002 TERMODINAMIKA

Lebih terperinci

Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin)

Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin) Bidang Studi Kode Berkas : Kimia : KI-L01 (soal) Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin) Tetapan Avogadro N A = 6,022 10 23 partikel.mol 1 Tetapan Gas Universal R = 8,3145 J.mol -1.K -1 = 0,08206

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI Tanggal : 06 April 2014 Oleh : Kelompok 3 Kloter 1 1. Mirrah Aghnia N. (1113016200055) 2. Fitria Kusuma Wardani (1113016200060) 3. Intan Muthiah Afifah (1113016200061)

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi

Lebih terperinci

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr Sel Volta A. PENDAHULUAN Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun untuk mengubah energi kimia menjadi energi

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS ELEKTROKIMIA VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS ELEKTROKIMIA Elektrokimia merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara perubahan (reaksi) kimia dengan kerja listrik, biasanya melibatkan

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II SEL ELEKTROLISIS (PENGARUH SUHU TERHADAP SELASA, 6 MEI 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II SEL ELEKTROLISIS (PENGARUH SUHU TERHADAP SELASA, 6 MEI 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II SEL ELEKTROLISIS (PENGARUH SUHU TERHADAP SELASA, 6 MEI 2014 G, H, S ) DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha 1112016200028 KELOMPOK 4 1. Fika Rakhmalinda 1112016200005 2. Naryanto

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 205/206 MATA PELAJARAN KELAS : KIMIA : XII IPA No Stansar Materi Jumlah Bentuk No Kompetensi Dasar Inikator Silabus Indikator

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KECIL

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KECIL Lampiran 1 SILABUS Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KECIL Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X-TSM/2 Pertemuan ke- : I Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. Standar Kompetensi Memahami

Lebih terperinci

TITRASI POTENSIOMETRI

TITRASI POTENSIOMETRI TITRASI PTENSIMETRI TITRASI PTENSIMETRI I. TUJUAN PERCBAAN Menentukan titik ekivalen secara potensiometri. II. DASAR TERI Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama (potensiometri

Lebih terperinci

9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia?

9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia? Elektrokimia? Elektrokimia? Hukum Faraday : The amount of a substance produced or consumed in an electrolysis reaction is directly proportional to the quantity of electricity that flows through the circuit.

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, buku teks pelajaran yang dianalisis adalah buku teks pelajaran Kimia untuk SMA/MA kelas XII penulis A, penerbit B. Buku ini merupakan buku teks yang digunakan

Lebih terperinci

REDOKS DAN SEL ELEKTROKIMIA. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

REDOKS DAN SEL ELEKTROKIMIA. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd REDOKS DAN SEL ELEKTROKIMIA Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id PENYETARAN REAKSI REDOKS Dalam menyetarakan reaksi redoks JUMLAH ATOM dan MUATAN harus sama Metode ½ Reaksi Langkah-langkah:

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Potensial Listrik dan Reaksi Redoks

ELEKTROKIMIA Potensial Listrik dan Reaksi Redoks Departemen Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Potensial Listrik dan Reaksi Redoks Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi Satriananda *) ABSTRAK Air yang mengandung Besi (Fe) dapat mengganggu kesehatan, sehingga ion-ion Fe berlebihan dalam air harus disisihkan.

Lebih terperinci

Potensiometri 2

Potensiometri 2 Potensiometri 1 Potensiometri 2 Potensiometri 3 Potensiometri 4 Potensiometri 5 Potensiometri 6 Potensiometri 7 BAB I PRINSIP-PRINSIP DASAR ELEKTROKIMIA Pada bagian pertama dari topik tentang potensiometri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn 1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A D. Cu E. Zn 2. Nomor atom belerang adalah 16. Dalam anion sulfida, S 2-, konfigurasi elektronnya adalah...

Lebih terperinci

LAPORAN PILOTING JURUSAN KIMIA UPI 2003 BAHAN KAJIAN : ELEKTROKIMIA

LAPORAN PILOTING JURUSAN KIMIA UPI 2003 BAHAN KAJIAN : ELEKTROKIMIA LAPORAN PILOTING JURUSAN KIMIA UPI 2003 BAHAN KAJIAN : ELEKTROKIMIA 1. Tujuan a. Tujuan Umum: 1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran Matematika dan IPA di sekolah lanjutan/menengah 2. Memperbaiki

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Prosedur Penelitian Pada penelitian ini langkah pertama yang dilakukan adalah kajian teoritis yang meliputi analisis standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda Teknik elektrometri telah dikenal luas sebagai salah satu jenis teknik analisis. Jenis teknik elektrometri yang sering digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Voltametri Teknik voltametri digunakan untuk menganalisis analit berdasarkan pengukuran arus sebagai fungsi potensial. Hubungan antara arus terhadap potensial divisualisasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidrogen (bahasa Latin: hidrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidrogen (bahasa Latin: hidrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hidrogen Hidrogen (bahasa Latin: hidrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes: membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : Metode Pemisahan dan Analisis Kimia (2 sks) Kode Mata Kuliah : SKM 205 Waktu Pertemuan : 2 50 menit Pertemuan ke : 1 A. Kompetensi Dasar : Memahami berbagai metode

Lebih terperinci

Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto.

Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto. Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto III Non Reguler JURUSAN ANALISA FARMASI DAN MAKANAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. II.1 Kimia dan Listrik

Tinjauan Pustaka. II.1 Kimia dan Listrik Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Kimia dan Listrik Adanya hubungan antara kimia dan listrik sudah lama dikenal. Alessandro Volta pada tahun 1793 menemukan, bahwa listrik dapat dihasilkan dari penempatan dua

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri Teknik voltametri adalah salah satu teknik analisis yang sering digunakan di bidang kimia analitik. Pada teknik ini, arus dari elektroda kerja diukur sebagai fungsi

Lebih terperinci

Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim.

Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim. SE L EL EK TR O LI SI S Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim. Email enni_p3gipa@yahoo.co.id A. Pendahuluan 1. Pengantar Beberapa reaksi kimia dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi reduksi-oksidasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. yang disebabkan oleh terjadinya reaksi redoks yang spontan. sebesar 46,14 volt.

ABSTRAK. yang disebabkan oleh terjadinya reaksi redoks yang spontan. sebesar 46,14 volt. Pengukuran GGL Sel Melalui Cara Sell Pogendorff Tujuan : untuk menetukan GGL sel dengan cara poggendorf Kelompok 3: Hana Aulia, Amelia Desiria, Sarip Hidayat Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN.

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN. Hand Out HUKUM FARADAY Disusun untuk memenuhi tugas work shop PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna Oleh: LAURENSIUS E. SERAN 607332411998 Emel.seran@yahoo.com UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi

ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dipaparkan hasil penelitian atau kajian pustaka yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, diantara adalah ilmu kimia dan kegiatan praktikum, pengertian alat

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Atkins, P. W. (1999), Kimia Fisik Jilid I. Erlangga. Jakarta. 275

DAFTAR PUSTAKA. Atkins, P. W. (1999), Kimia Fisik Jilid I. Erlangga. Jakarta. 275 DAFTAR PUSTAKA Arifin, M. (2003), Inovasi Pembelajaran Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran Kimia Melalui Pendekatan Pembelajaran Praktikum Skala Mikro Berbasis Kompetensi di jurusan kimia UPI, Penelitian

Lebih terperinci

PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN BORNIT (Cu5FeS4) VARIASI RAPAT ARUS DAN PENGOMPLEKS EDTA SECARA ELEKTROKIMIA

PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN BORNIT (Cu5FeS4) VARIASI RAPAT ARUS DAN PENGOMPLEKS EDTA SECARA ELEKTROKIMIA PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN BORNIT (Cu5FeS4) VARIASI RAPAT ARUS DAN PENGOMPLEKS EDTA SECARA ELEKTROKIMIA Abdul Haris, Didik Setiyo Widodo dan Lina Yuanita Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia

Lebih terperinci

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan:

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan: KIMIA KELAS XII IPA KURIKULUM GABUNGAN 06 Sesi NGAN Review I Kita telah mempelajari sifat koligatif, reaksi redoks, dan sel volta pada sesi 5. Pada sesi keenam ini, kita akan mereview kelima sesi yang

Lebih terperinci

Persamaan Redoks. Cu(s) + 2Ag + (aq) -> Cu 2+ (aq) + 2Ag(s)

Persamaan Redoks. Cu(s) + 2Ag + (aq) -> Cu 2+ (aq) + 2Ag(s) Persamaan Redoks Dalam reaksi redoks, satu zat akan teroksidasi dan yang lainnya tereduksi. Proses ini terkadang mudah untuk dilihat; untuk contoh ketika balok logam tembaga ditempatkan dalam larutan perak

Lebih terperinci

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Indikator Alami I. Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasikan perubahan warna yang ditunjukkan indikator alam. 2. Mengetahui bagian tumbuhan yang dapat dijadikan indikator alam.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan

Lebih terperinci

SILABUS DAN PENILAIAN

SILABUS DAN PENILAIAN SILABUS DAN PENILAIAN Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Kimia 2 ( 4 SKS) Standar Kompetensi : 1. Memahami perubahan energi dalam kimia dan cara pengukurannya Kompetensi Dasar Indikator Materi

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Nilai Indikator. Sifat Koligatif Larutan

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Nilai Indikator. Sifat Koligatif Larutan Model Pengintegrasian Nilai Pendidikan Karakter Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Nilai Indikator 1. Menjelaskan sifat-sifat koligatif larutan nonelektrolit dan elektrolit. 1.1 Menjelaskan penurunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

REDOKS DAN ELEKTROKIMIA REDOKS DAN ELEKTROKIMIA 1. Bilangan oksidasi dari unsur Mn pada senyawa KMnO4 adalah... A. +7 B. +6 C. +3 D. +2 E. +1 Jumlah bilangan oksidasi senyawa adalah nol, Kalium (K) mempunyai biloks +1 karena

Lebih terperinci

4. Sebanyak 3 gram glukosa dimasukkan ke dalam 36 gram air akan diperoleh fraksi mol urea sebesar.

4. Sebanyak 3 gram glukosa dimasukkan ke dalam 36 gram air akan diperoleh fraksi mol urea sebesar. LATIHAN ULUM 1. Sebutkan kegunaan dari sifat koligarif larutan. 2. Sebanyak 27 gram urea ditimbang dan dimasukkan ke dalam 500 gram. Berapakah molalitas larutan yang terjadi?. 3. Apa definisi dari 4. Sebanyak

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

Reaksi kimia. Lambang-lambang yang digunakan dalam persamaan reaksi, antara lain:

Reaksi kimia. Lambang-lambang yang digunakan dalam persamaan reaksi, antara lain: Reaksi kimia Reaksi kimia A Persamaan Reaksi Persamaan reaksi menggambarkan reaksi kimia yang terdiri atas rumus kimia pereaksi dan hasil reaksi disertai koefisien masing-masing. Pada reaksi kimia, satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. Namun dalam pemanfaatannya, manusia cenderung melakukan

Lebih terperinci

logam-logam berat diantaranya adalah logam berat tembaga yang terdapat pada limbah

logam-logam berat diantaranya adalah logam berat tembaga yang terdapat pada limbah PENGENDAPAN LOGAM TEMBAGA DENGAN METODA ELEKTROLISIS INTERNAL Abdul Haris, Ani Dwi Riyanti, Gunawan Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia F MIPA Universitas Diponegoro, Semarang 5275 ABSTRAK Telah

Lebih terperinci

REAKSI ELEKTROKIMIA (SEL GALVANI ATAU SEL VOLTA)

REAKSI ELEKTROKIMIA (SEL GALVANI ATAU SEL VOLTA) REAKSI ELEKROKIMIA (SEL GALVANI AAU SEL VOLA) Oleh : Drs. Agus Salim, M.Si dan Drs. Sunarto, M.Si A. PENDAHULUAN Sel Galvani atau sel Volta adalah suatu sel elektrokimia yang terdiri atas dua buah elektroda

Lebih terperinci

9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia?

9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia? Elektrokimia? Elektrokimia? Elektrokimia? Cabang ilmu kimia yang inti bahasannya adalah mempelajari proses perpindahan elektron pada reaksi kimia. Reaksi bisa terjadi dengan menghasilkan energi /voltase

Lebih terperinci

UJIAN PRAKTIK KIMIA SMA NEGERI 4 MATARAM TAHUN 2013

UJIAN PRAKTIK KIMIA SMA NEGERI 4 MATARAM TAHUN 2013 UJIAN PRAKTIK KIMIA SMA NEGERI 4 MATARAM TAHUN 2013 Standar Kompetensi Lulusan : Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya. Indikator : Siswa dapat meramalkan harga ph suatu

Lebih terperinci

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112) TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI112) NAMA : Tanda Tangan N I M : JURUSAN :... BERBAGAI DATA. Tetapan gas R = 0,082 L atm mol 1 K 1 = 1,987 kal mol 1 K 1 = 8,314 J mol 1 K 1 Tetapan Avogadro = 6,023 x 10

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. mol NaCl

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. mol NaCl LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN No. gr NaCl Tabel 10. Ketinggian H 2 pada Tabung Penampung H 2 h H 2 (cm) mmhg P atm mol NaCl volume Air (L) Konsentrasi NaCl (Mol/L) 0,0285 1 10 28 424 1,5578 0,1709 2 20 30

Lebih terperinci

BAB II KAJ1AN PUSTAKA. A. Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran

BAB II KAJ1AN PUSTAKA. A. Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran BAB II KAJ1AN PUSTAKA Pada BAB II ini dideskripsikan bagian-bagian konflik yang mendasari penelitian. A. Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran 1. Multimedia Interaktif Multimedia interaktif

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS/SEMESTER : XII/IPA/I PERTEMUAN : 1 dan 2 ALOKASI WAKTU : 4 x 45 Menit STANDAR KOMPETENSI : 1. Menjelaskan sifat koligatif larutan non

Lebih terperinci

PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) ABSTRAK

PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) ABSTRAK PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) Budi Utomo 1, Musyawaroh 2, Hunik Sri Runing Sawitri 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN

ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN Dari Asam Buah Menjadi Listrik Hasil teknologi ini merupakan pengembangan hasil penelitian dari Alexander Volta. Dari penelitian volta disebutkan bahwa jika suatu deretan

Lebih terperinci

II Reaksi Redoks dan Elektrokimia

II Reaksi Redoks dan Elektrokimia Bab II Reaksi Redoks dan Elektrokimia Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini Anda dapat menyetarakan reaksi redoks, menyusun dan menerapkan sel volta dan sel elektrolisis, serta memahami dan mencegah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengembangkan prosedur praktikum sel volta yang efektif dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengembangkan prosedur praktikum sel volta yang efektif dilakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Untuk mengembangkan prosedur praktikum sel volta yang efektif dilakukan eksperimen di laboratorium dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Menentukan alat-alat

Lebih terperinci

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra 6.2 SEL BAHAN BAKAR Pada dasarnya sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah baterai ukuran besar. Prinsip kerja sel ini berlandaskan reaksi kimia, bahwa

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1. Elektrolisis Elektrolisis adalah proses yang menggunakan energi listrik, agar reaksi kimia yang tidak berlansung secara remodinamika, dapat dibuat berlangsung. Sedangkan sel

Lebih terperinci