BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan pariwisata dalam menunjang perekonomian baik pada level daerah dan maupun nasional saat ini terus meningkat. Identifikasi awal menunjukkan adanya perkembangan yang cukup signifikan pada volume wisatawan nusantara dan mancanegara di Indonesia. Besarnya peningkatan tersebut berimplikasi pada besarnya volume uang yang beredar yang akhirnya berdampak pada pendapatan masyarakat. Data dari Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menunjukkan peran pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2012 mencapai 4,5% yang diharapkan terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun demikian, diindikasikan masih terdapat permasalahan dalam penyebaran destinasi wisata, yang sebagian besar masih terfokus di Kawasan Barat Indonesia, khususnya Jawa, yang mencapai 57% dari total wisatawan nusantara (Kemenparekraf, 2010). Padahal dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun telah ditetapkan 222 (dua ratus dua puluh dua) Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) di 50 (lima puluh) Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) dan 88 (delapan puluh delapan) Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu hal yang menyebabkan belum optimalnya pengembangan destinasi wisata sebagaimana diuraikan dalam Rencana Strategis Kemenparekraf adalah ketidaksiapan sarana, prasarana termasuk sarana dan prasarana perhubungan laut, khususnya di Kawasan Timur Indonesia. Transportasi laut menjadi hal yang sangat penting dalam pariwisata, terlebih dalam kaitannya dengan wisata maritim (maritime tourism) di wilayah timur Indonesia. Indonesia bagian timur dikenal sebagai tujuan wisata oleh wisatawan dalam negeri dan wisatawan mancanegara. Namun, harus diakui bahwa sarana dan prasarana pariwisata, utamanya aksesibilitas di wilayah Indonesia bagian timur masih belum memadai dan perbaikannya perlu menjadi prioritas pemerintah. Ketersediaan fasilitas dan insfrastruktur dalam rangka kelancaran transportasi, terutama transportasi laut menjadi salah satu peran strategis dalam memajukan sektor pariwisata. Saat ini, Pemerintah sedang dalam upaya pengembangan kawasan 1

2 strategis pariwisata dan ekonomi kreatif yang mengarah ke Indonesia bagian timur sebagai upaya memeratakan destinasi wisata agar tidak menumpuk di wilayah barat. Namun perlu diakui bahwa aksesibilitas kurang maksimal dikarenakan masih minimnya sarana dan infrastruktur transportasi laut yang mendukung hal tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu upaya pemerintah dalam bentuk strategi dan kebijakan nasional. Dengan memperhatikan uraian permasalahan tersebut, maka kajian ini dilakukan sebagai upaya memberikan solusi aspek transportasi khususnya transportasi laut bagi optimalisasi pengembangan kawasan wisata maritim di Kawasan Timur Indonesia. B. Maksud dan Tujuan Kajian Rumusan masalah yang akan dijawab dalam pelaksanaan penelitian meliputi: 1. Bagaimana kondisi penyelenggaraan transportasi laut khususnya untuk mendukung pariwisata maritim di Indonesia: sarana, prasarana, rute, jadwal? 2. Bagaimana kondisi pariwisata maritim di Indonesia: lokasi wisata, asal dan tujuan wisata, karakteristik wisatawan? 3. Bagaimana kebutuhan pengembangan transportasi laut untuk mendukung pariwisata maritim di Indonesia? 4. Bagaimana strategi dan kebijakan untuk menutup kebutuhan tersebut? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maksud dari studi adalah menganalisis dan mengevaluasi tantangan dan peluang pengembangan pelayanan transportasi laut di kawasan strategis pariwisata di Indonesia bagian Timur. Tujuan dari studi ini adalah adalah tersusunnya strategi dan kebijakan nasional pola pengembangan pelayanan transportasi laut dalam upaya mendukung pengembangan kawasan strategis pariwisata di kawasan Indonesia bagian Timur. C. Ruang Lingkup Penelitian Kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan kajian meliputi: 1. Inventarisasi peraturan perundang-undangan dan literatur yang mengatur kepariwisataan di Indonesia; 2. Inventarisasi potensi kawasan strategis pengembangan pariwisata di Indonesia bagian timur yang dilayani oleh transportasi laut; 3. Inventarisasi potensi ekonomi yang berasal dari sektor pariwisata di Indonesia bagian timur; 2

3 4. Identifikasi jaringan trayek kapal penumpang di Indonesia bagian timur; 5. Identifikasi infrastruktur transportasi laut yang dapat mendukung dan digunakan untuk sektor pariwisata di Indonesia bagian timur; 6. Identifikasi rencana pengembangan pelabuhan wisata (cruise); 7. Identifikasi potensi-potensi wisata maritim (maritime tourism) di kawasan Indonesia bagian timur; 8. Analisis kinerja pelayanan transportasi laut pendukung kawasan strategis pariwisata di Indonesia bagian timur; 9. Analisis kebutuhan pengembangan pelayanan transportasi laut di kawasan Indonesia bagian timur; 10. Analisis strategi pengembangan pelayanan transportasi laut dalam mendukung kawasan strategis pariwisata di Indonesia bagian timur; 11. Penyusunan rekomendasi. Kegiatan dilaksanakan dengan batasan menyusun konsep pengembangan pelayanan transportasi laut untuk mendukung pengembangan kawasan strategis pariwisata laut di Indonesia Timur. Satu hal yang perlu menjadi catatan dalam kajian ini adalah penggunaan istilah pariwisata maritim yang tidak dikenal dalam peristilahan di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang menggunakan istilah pariwisata bahari (marine tourism). Untuk mensinkronkan peristilahan dan menghindari kerancuan pemahaman, maka dalam kajian ini seluruh penggunaan istilah pariwisata maritim memiliki makna yang sama dengan pariwisata bahari, yaitu wisata yang memiliki obyek daya tarik alam di pantai maupun laut (interpretasi dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun ). D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian adalah: 1. Bagi pemegang kebijakan di sektor pariwisata: sebagai referensi dalam pengembangan pariwisata maritim di masa mendatang, dengan mempertimbangkan kondisi dan rencana pengembangan transportasi laut; 2. Bagi pemegang kebijakan di sektor perhubungan: sebagai referensi dalam menetapkan kebijakan dan strategi pengembangan transportasi laut untuk mendukung pariwisata maritim. 3

4 E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut: Bab I Bab II Pendahuluan, berisi tentang konteks pelaksanaan kajian; Tinjauan Pustaka, berisi tentang konsep dan teori tentang perencanaan transportasi laut dan pengembangan pariwisata maritim; Bab III Metode Penelitian, berisi tentang cara penyelesaian pekerjaan; Bab IV Gambaran Wilayah Studi, berisi tentang kondisi pariwisata dan transportasi laut di Indonesia berdasarkan hasil kajian lapangan, Bab V Analisis dan Pembahasan, berisi tentang analisis kinerja pelayanan transportasi aut pendukung kawasan strategis pariwisata, analisis permintaan pariwisata maritim, analisis kebutuhan pengembangan pelayanan transportasi dan analisis strategi pengembangan pelayanan transportasi laut dalam mendukung kawasan strategis pariwisata. Dalam analisis dilengkapi juga dengan analisis SWOT yang mendasari penyusunan Kebijakan, Strategi dan Program pelayanan transportasi laut dalam mendukung kawasan strategis pariwisata beserta program implementasinya. Bab VI Kesimpulan dan Saran, berisi tentang kesimpulan dan saran berdasarkan hasil kajian. 4

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam bagian ini dilakukan untuk memahami konsepkonsep pengembangan transportasi laut, konsep pengembangan pariwisata dan kaitan diantara keduanya. Diharapkan adanya tinjauan pustaka akan memperkaya wawasan dalam pelaksanaan kajian. A. Konsep Pengembangan Transportasi Laut 1. Pengembangan Transportasi Laut sebagai Bagian Sistem Transportasi Sistem transportasi meliputi seluruh sub sistem transportasi darat, laut dan udara, mencakup kegiatan operasional transportasi, didukung oleh prasarana dan sarana, kebijakan, kelembagaan, sumber daya manusia, sumber daya modal, teknologi dan faktor lainnya. Dari sektornya, sistem transportasi mencakup bidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan hankam. Sistem transportasi bersifat interkoneksi lintas sektoral dan regional, lintas dimensi dan disiplin sebagaimana disajikan dalam Gambar 2.1. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan pelabuhan diantaranya adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya perairan dan kelautan, pengembangan kawasan/wilayah pelabuhan utama dan pengumpul, keberadaan pusat pelayanan yang memiliki fasilitas pelabuhan dan perdagangan antar pulau dan ekspor impor. Pengembangan pelabuhan dipengaruhi oleh faktor-faktor: strategi pengembangan pusat pertumbuhan/pelabuhan dan pelayaran, interaksi kegiatan pembangunan antar pusat atau pelabuhan sebagai simpul jasa distribusidaerah belakang, kerjasama perencanaan dan penyusunan strategi kebijaksanaan pembangunan daerah, dan implementasi strategi pengembangan wilayah belakang. 5

6 Kegiatan sektor industri: - Pengolahan - Kawasan prosessing - Pertambangan - Pertanian - Kawasan bisnis utama Perilaku nasionak pada: - Konsumsi - Manufaktur - Traffik alih moda internasional Potensi muatan kemasan Potensi muatan general cargo dan kontainer Aspek teknologi Aspek teknis dan kebijakan: - Survey geologi pantai nasional - Survey hidrologi nasional - Kebijakan pengembangan regional Prospek demand transportasi laut Karakteristik pelabuhan Kebutuhan traffik lokal: - Barang umum - Barang khusus Ketersediaan fasilitas: - Barang umum - Barang khusus - Alih moda pantai Kondisi eksisting pelabuhan PENENTUAN HIRARKI PELABUHAN: UTAMA/ PENGUMPUL/ LOKAL Prasarana transportasi multimoda: - Antar pelabuhan dan pusat kebutuhan - Jaringan pantai penghubung pelabuhan Sarana transportasi multimoda: - Armada pantai - Kendaraan darat - KA - Perairan pedalaman Pelayanan jaringan prasarana Prasarana dan sarana wilayah hinterland (pusat kebutuhan dan distribusi) Pelayanan sarana Gambar 2. 1 Laut Faktor Perencanaan dan Pengembangan Transportasi Sumber: diadaptasi dari Yinca, M. Yamin, 2011, Transportasi Laut Indonesia, Analisis Sistem dan Studi Kasus Pengembangan pelabuhan dibutuhkan karena adanya perubahan dalam kawasan, penanganan muatan, perubahan teknologi kapal dan perubahan kuantitas demand. Perubahan tersebut menyebabkan perubahan biaya yang dikeluarkan, baik yang oleh pengguna jasa maupun pengelola pelabuhan. Demand sebagai salah satu dasar perubahan tersebut salah satunya dapat dipicu oleh volume wisatawan yang datang dan pergi dari suatu daerah. 6

7 2. Pengembangan Prasarana Suatu pelabuhan dikehendaki sebagai suatu tempat yang aman, sehingga terselenggara kegiatan biongkar muat di pelabuhan sebagai tempat berlabuhnya kapal. Dari segi subsistem transportasi, pelabuhan merupakan simpul mata rantai kelancaran transportasi laut dan darat. Dengan demikian, pelabuhan adalah suatu daearah perairan yang terlindung terhadap badai, ombak dan arus sehingga kapal dapat mengadakan olah gerak, bersandar, membuang jangkar sedemikian rupa sehingga bongkar muat atas barang dan perpindahan penumpang dapat terlaksana dengan aman. Kondisi operasional pelabuhan dan kapal yang optimal diharapkan tercapai, sehingga daya muat, kualitas transportasi dan efisiensi penggunaan alat baik di kapal maupun pelabuhan mencapai kinerja yang baik. Hal ini dpaat dicapai, dengan cara memperbesar kapasitas dan mempercepat proses penanganan penumpang dan barang di dermaga. Konsekuensinya adalah fasilitas prasarana harus mampu mengimbangi, semakin besar kapal yang akan memasuki pelabuhan akan memerlukan kondisi alur perairan yang dalam, pendukung keamanan dan peralatan bongkar muat dan perpindahan penumpang yang dapat mempercepat proses perpindahan di dermaga. Dengan demikian, prasarana dan sarana transportasi laut merupakan dua aspek yang saling berkaitan erat. Fungsi utama dari pelabuhan laut adalah fungsi perpindahan muatan dan fungsi industri. Pihak-pihak yang terlibat antara lain: pengusaha pelabuhan selaku operator di pelabuhan, pemilik kapal, pengirim barang selaku jasa pelabuhan dan pemerintah. secara teknis, pengusaha pelabuhan hendaknya melengkapi fasilitasfasilitas terhadap keperluan kegiatan kapal di pelabuhan, antara lain: alur pelayaran untuk keluar masuk kapal dari dan ke pelabuhan, peralatan tambat, kegiatan bongkar muat di dermaga, terminal penumpang, pengecekan barang, pergudangan, dan penyediaan jaringan transportasi lokal di kawasan pelabuhan. Kapasitas dermaga dalam sistem pelabuhan dipengaruhi oleh berbagai elemen sistem pelabuhan yang menentukan kinerja pelabuhan seperti produktifitas dan waktu tunggu. Secara skematis, prosedur peningkatan kapasitas dermaga pelabuhan disajikan dalam Gambar

8 Demand volume arus barang dan penumpang Demand kunjungan kapal Supply jasa dan fasilitas pelabuhan Performance pelabuhan Pertahankan Tercapai Tujuan pelabuhan Produktifitas pelabuhan Tidak tercapai Perbaikan atau peningkatan kapasitas dermaga Tidak Tercapai Perbaiki atau tingkatkan produktivitas pelabuhan Penambahan fasilitas dermaga Gambar 2. 2 Alur Penetapan Kebutuhan Pengembangan Dermaga Sumber: Yinca, M. Yamin, 2011, Transportasi Laut Indonesia, Analisis Sistem dan Studi Kasus 3. Pengembangan Sarana Suatu trayek pelayaran yang seimbang dimana terdapat penyediaan ruang kapal dan volume yang cukup untuk meningkatkan pelayanan pelayaran pada trayek tersebut belum tentu memberikan efek biaya angkutan laut yang minimal bagi pemakai jasa angkutan. Faktor ukuran kapal menjadi aspek penting yang menentukan biaya total kapal. Kapal yang optimal adalah kapal yang dapat mengangkut muatan dengan komposisi total biaya total kapan di laut dan di pelabuhan per ton muatan rendah. Pembahasan tentang kapal optimal telah dikemukakan oleh Benford (1968), Goss (1971), Jansson (1982) dan Jinca (1984). Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap ukuran kapal optimal akibat perubahan biaya kapal di laut antara lain: a. variasi ukuran kecepatan kapal; b. desain kapal; c. sistem propulsi kapal 8

9 d. jenis penggerak kapal, dan sebagainya. Faktor lain yang berpengaruh terhadap terhadap ukuran kapal optimal akibat perubahan biaya kapal di pelabuhan adalah penggunaan teknologi penanganan muatan di kapal atau di pelabuhan sebagai cerminan produktivitas bongkar muat kapal. Parameter-parameter dalam simulasi ukuran kapal optimal adalah kondisi operasional kapal dikaitkan dengan waktu kapal dan biaya kapal selama kapal beroperasi di laut dan di pelabuhan, diakumulasikan menjadi total biaya kapal per muatan, sebagaimana diuraikan dalam gambar berikut: Jenis muatan Jenis kapal Variabel bobot mati kapal (DWT) Penentuan data teknis kapal berdasarkan kriteria pra rancangan Performance kapal Kapal di laut Kapal di pelabuhan Kapasitas angkut Biaya Kapasitas transfer Biaya Rute pelayaran Waktu kapal di laut Waktu kapal labuh di pelabuhan Biaya kapal per satuan di laut Biaya kapal per satuan di laut Total biaya kapal Gambar 2. 3 Bobot mati (DWT) kapal optimal Skema Analisis Perhitungan Ukuran Kapal Optimal Sumber: Yinca, M. Yamin, 2011, Transportasi Laut Indonesia, Analisis Sistem dan Studi Kasus Ukuran kapan optimal diperoleh dengan meminimalkan total biaya-biaya kapal. Terdapat kecenderungan biaya kapal menurun sesuai dengan besaran ukuran kapal, dan sebaliknya biaya kapal muatan di pelabuhan bertambah menurut ukuran kapal. Ukuran kapal optimal adalah penting bagi pengambil keputusan dalam mempertimbangkan pengadaan armada, penetapan armada pada suatu trayek pelayaran, serta menjaga keseimbangan 9

10 penyediaan ruang kapal dengan kebutuhan. Ukuran kapal optimal perlu dipertimbangkan karena semua pihak yang terlibat bertujuan tercapainya biaya yang terrendah. Dalam perencanaan transportasi laut, penentuan kapasitas kapal pada suatu trayek pelayaran ditentukan oleh jarak pelayaran, frekuensi pelayaran, fasilitas pelabuhan, serta potensi jumlah muatan yang diangkut. Parameter tersebut merupakan kendala bagi perencana untuk menentukan kapasitas kapal, juga perancang kapal dalam menentukan ukuran kapal yang paling efisien. Kapasitas kapal yang optimal adalah suatu hasil optimasi perencanaan kapal berdasarkan ekonomi perencanaan kapal, sehingga dimungkinkan dimungkinkan memperoleh total biaya produksi jasa transportasi yang optimal terhadap penguasaha perkapalan maupun terhadap pemakai jasa transportasi. Model optimasi ukuran kapal dibentuk berdasarkan karakteristik komponen-komponen biaya operasi kapal yaitu komponen biaya di laut dan di pelabuhan. Komponen biaya ini dikaitkan dengan waktu kegiatan kapal, penjumlahan biaya-biaya di pelabuhan dan di laut yang merupakan total biaya kapal (TBK). Formulasi total biaya kapal untuk suatu trayek pelayaaran ditentukan sebagai berikut: TBK = (nk * nt) * (Wl * Bl * Wp * Bp) (1) dengan: TBK nk nt Wl Wp Bl Bp = total biaya kapal per tahun = jumlah kapal yang dioperasikan dalam satu trayek = jumlah trip per kapal per tahun = waktu operasi kapal selama di laut = waktu operasi kapal selama di pelabuhan = biaya kapal per satuan waktu di laut = biaya kapal per satuan waktu di pelabuhan Alokasi jumlah kapal yang dioperasikan pada suatu trayek pelayaran adalah sebagai berikut: nk= dengan: Pam nt.. = potensi arus muatan/penumpang pada suatu trayek pelayaran = jumlah trip per kapal per tahun (2) 10

11 DWT = kapasitas bobot mati kapal Lf = load factor muatan Dari substitusi persamaan (2) ke (1) didapatkan model dasar total biaya kapal (TBK) sebagai berikut: TBK=. (Wl.Bl+Wp.Bp) (3) Menurut hipotesis perencanaan kapal, dengan titik tolak perencanaan berawal dari DWT kapal, maka dimensi-dimensi rancangan kapal yang mempunyai hubungan dengan waktu kapal dan biaya kapal ditentukan oleh besaran DWT kapal sebagai fungsi eksponensial matematis. Dalam kaitan dengan pengembangan pariwisata, maka besaran Pam khususnya yang bersumber dari wisata merupakan indikator yang paling relevan untuk dibahas dan dikaji dalam kaitan dengan pengembangan transportasi laut. 4. Pengembangan Jaringan Transportasi, sebagai kegiatan ekonomi, ulangan proses minimalisasi, terutama dengan mencoba untuk meminimalisir gesekan jarak antar lokasi. Waktu pendek dan biaya lebih rendah dipandang oleh individu maupun oleh perusahaan multinasional. Untuk individu, sering hanya masalah kenyamanan, tetapi untuk sebuah perusahaan itu adalah penting strategis sebagai biaya moneter langsung terlibat. Dalam keadaan seperti itu, tidak mengherankan bahwa banyak metode telah dikembangkan untuk mengatasi masalah yang sering kompleks pilihan rute. Pemilihan menghubungkan lokasi ke yang lain, dan yang lebih penting, jalan yang dipilih adalah bagian dari proses seleksi rute yang menghormati satu set kendala. Meskipun pilihan rute bervariasi tergantung modus, prinsip-prinsip dasar tetap sama, dalam bentuknya yang paling sederhana, proses pilihan rute (R) mencoba untuk menghormati kendala umum: R = f (min C: max E) Rute seleksi sehingga mencoba untuk menemukan atau menggunakan jalur meminimalkan biaya dan memaksimalkan efisiensi. Jelas ada dua dimensi utama dalam fungsi ini: a. Minimalisasi biaya, sebuah pilihan rute yang baik harus meminimalkan biaya keseluruhan dari sistem transportasi. Ini berarti konstruksi serta biaya operasional. Rute yang paling langsung belum tentu yang paling mahal, terutama jika kasar daerah yang bersangkutan, tetapi sebagian besar waktu rute langsung mendapatkan dipilih. Hal ini juga menyiratkan bahwa pemilihan rute harus paling ramah lingkungan, jika konsekuensi lingkungan dipertimbangkan. 11

12 b. Maksimalisasi efisiensi, rute harus mendukung kegiatan ekonomi dengan menyediakan tingkat aksesibilitas, sehingga memenuhi kebutuhan pembangunan daerah. Bahkan jika rute lebih panjang sehingga lebih mahal untuk membangun dan mengoperasikan, mungkin memberikan layanan yang lebih baik untuk suatu daerah. efisiensi adalah dengan demikian meningkat dengan mengorbankan biaya yang lebih tinggi. Dalam banyak contoh, jalan yang dibangun lebih karena alasan politik kemudian untuk memenuhi pertimbangan ekonomi. Rute seleksi secara konsekuen adalah sebuah kompromi antara biaya layanan transportasi dan efisiensi. Kadang-kadang, tidak ada kompromi sebagai rute yang paling langsung adalah yang paling efisien. Di lain waktu, kompromi sangat sulit untuk menetapkan sebagai biaya dan efisiensi berbanding terbalik. B. Konsep Pengembangan Pariwisata 1. Definisi Pariwisata Kata pariwisata baru populer pada tahun Sebelum itu digunakan kata wisatawan sebagai serapan dari Bahasa Belanda tourisme. Sejak 1958 resmilah kata pariwisata sebagai padanan tourisme (Bld) atau tourism (Ing). Perkembangan dan pengayaan makna selanjutnya adalah hadirnya istilah darmawisata, karyawisata, widyawisata, yang semuanya mengandung unsur wisata. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (KBLK) (1992), Wisata (vi Skr) berarti; bepergian bersamasama untuk bersenang dan sebagainya; bertamasya; piknik; wisatawan (n) adalah orang yang berdarmawisata; pelancong; wisatawan. Yoeti mengartikan wisata adalah perjalanan sebagai padanan kata travel sehingga wisatawan adalah traveler, orang yang melakukan perjalanan. (Suwardjoko P. Warpani, Indira P. Warpani, 2007:5). Berbagai definisi pariwisata dari berbagai literatur adalah sebagai berikut: a. Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. b. Menurut Nyoman S. Pendit (2003:32), Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks, ia juga merealisi industri-industri klasik 12

13 seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri. c. Menurut Hans Buchli, Pariwisata adalah setiap peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang dengan maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu oleh lembagalembaga yang digunakan untuk maksud tersebut. d. Menurut Kurt Morgenroth, Pariwisata, dalam arti sempit, adalah lalu lintas orang-orang yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara waktu, untuk berpesiar di tempat lain, semata-mata sebagai konsumen dari buah hasil perekonomian dan kebudayaan, guna memenuhi kebutuhan hidup dan budayanya atau keinginan yang beraneka ragam dari pribadinya. e. Menurut Murphy (1985) yang diacu dalam Pitana (2005), pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen yang terkait (wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lain lain) yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen. Bertolak dari berbagai definisi tentang pariwisata tersebut Yoeti kemudian mengemukakan empat faktor yang menjadi dasar pengertian pariwisata yang murni (Suwardjoko P. Warpani, Indira P. Warpani, 2007:8-9), yakni: a. Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu, sekurangkurangnya 24 jam dan kurang dari satu tahun. b. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain. c. Perjalanan itu, apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi. d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat itu. Menurut Cooper, Fletcher, Gilbert Shepherd and Wanhill (1998), komponen produk wisata diantaranya mencakup: a. Atraksi, meliputi alam, budaya, artificial, event dan sebagainya; b. Amenita, meliputi fasilitas penunjang wisata, akomodasi, rumah makan, retail, toko cindera mata, fasilitas penukaran uang, biro perjalanan, pusat informasi wisata dan sebagainya; 13

14 c. Aksesibilitas, yaitu dukungan sistem transportasi meliputi rute atau jalur transfortasi, fasitlitas terminal bandara, pelabuhan dan moda transfortasi lainnya. Sementara menurut Pendit (2006), unsur-unsur dalam pariwisata diantaranya mencakup: a. Pengangkutan, meliputi keadaan jalan, alat angkut dan kelancaran transportasi di tempat wisata, dan b. Jarak dan waktu, adalah berkaitan dengan lamanya waktu yang harus dikorbankan wisatawan untuk mencapai tempat wisata. Semakin cepat mencapainya semakin baik. Kedua kajian tersebut memberikan indikasi mengenai peran transportasi sebagai bagian dari kegiatan kepariwisataan. Memperhatikan bagian-bagian kegiatan kepariwisataan, secara skematis peran transportasi dalam mendukung penyelenggaraan pariwisata disajikan dalam gambar berikut: Obyek Atraksi Service PARIWISATA Transportasi Promosi Informasi Gambar Ragam Pariwisata Tabel 2. 1 Ragam Wisata Agro Wisata Transportasi sebagai Pendukung Kegiatan Pariwisata Batasan pariwisata menurut Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani (2007:13-14) sangat luas dan sesuai dengan maksud berwisata atau kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan, maka pariwisata dikategorikan menjadi: Ragam Pariwisata Definisi Ragam pariwisata baru yang dikaitkan dengan kegiatan industri pertanian, misalnya wisata durian pada musim buah durian, atau wisata tani, yakni para wisatawan turut terjun aktif menanam padi dan memandikan kerbau di sungai Pariwisata yang muncul karena kekhasan barang yang 14

15 Ragam Belanja Wisata Budaya Wisata Iklim Wisata Karya atau Kunjungan Kerja Wisata Kesehatan Wisata Konvensi/Se minar Wisata Niaga Definisi ditawarkan atau bagian dari jenis pariwisata lain, misalnya Bandung dengan Pusat Jin di Jl. Cihampelas, Sidoarjo dengan pusat Tas di Tanggulangin Wisata yang berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi, misalny mudik lebaran setahun sekali. Atau ada peristiwa budaya yang digelar pada saat-saat tertentu, misalnya: Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta, Ngaben di Bali, Labuhan di Cilacap, pemakaman jenazah di Tanah Toraja. Tidak jarang wisatawan mempelajari budaya setempat, mengunjungi situs bersejarah, dan sebagainya Bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benar-benar dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain hanya untuk berburu panas sinar matahari. Bagi masyarakat tropis seperti Indonesia, kunjungan ke suatu tempat berkaitan dengan maksud mencari perubahan iklim setempat. Misalnya: penduduk kota pantai berwisata ke pegunungan, sebaliknya penduduk pedalaman berwisata ke pantai Jenis pariwisata dengan tujuan dinas atau tugas-tugas lain, misalnya: peninjauan/inspeksi daerah, sigi lapangan. Maksud kedatangan seseorang atau sejumlah orang di suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) memang untuk melaksanakan tugas profesi/pekerjaannya, namun dalam waktu senggang, atau sengaja diacarakan mereka melakukan rekreasi atau kunjungan wisata ke beberapa objek Wisata yang berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu penyakit. Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena keberadaan penyembuh, misalnya kunjungan ke Krakal di Kebumen dengan maksud berendam di air belerang untuk menyembuhkan penyakit kulit; mengunjungi dan tinggal untuk sementara di sanotarium yang beriklim sejuk; berkunjung ke Singapura atau Cina untuk berobat Wisata yang dengan sengaja memilih salah satu daerah tujuan wisata sebagai tempat penyelenggaraan seminar dikaitkan dengan upaya pengembangan daerah yang bersangkutan. Penentuan lokasi tempat penyelenggaraan suatu konvensi, baik nasional maupun internasional, sering dikaitkan dengan kebijakan pemerintah mempromosikan suatu daerah tujuan wisata. Kebijakan pemilihan lokasi penyelengaraan konvensi sangat jelas diwarnai oleh kepentingan pariwisata Wisata yang berkaitan dengan kepentingan perniagaan (usaha perdagangan). Wisatawan datang karena ada urusan perniagaan di tempat tersebut, misalnya mata niaga atau tempat perundingan niaga ada di sana. Seperti halnya wisata dinas, para pengusaha/niagawan datang dengan maksud utama melakukan kegiatan perniagaan namun pada waktu luang pada umumnya berwisata. Bahkan menjadi kebiasaan usaha bahwa berwisata digunakan sebagai media berniaga 15

16 Ragam Wisata Olahraga Wisata Pelancongan/ pesiar/pelesir/ rekreasi Wisata Petualangan Wisata Ziarah Darmawisata Widiawisata (pendidikan); Definisi mengadakan pertemuan, perundingan, dan transaksi niaga Wisata dengan mengunjungi peristiwa penting di dunia olahraga, misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan Olahraga Nasional, Asean Games, Olimpiade, atau sekadar pertandingan persahabatan. Para wisatawan adalah para olahragawan, penonton, dan semua yang terlibat dalam peristiwa olahraga Wisata yang dilakukan untuk berlibur, mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, melepaskan ketegangan (lepas dari kesibukan rutin). Maksudnya adalah memulihkan kesegaran dan kebugaran jasmani dan rohani setelah berwisata. Biasanya mencari atau mengunjungi tempat yang beriklim berbeda dengan iklim tempat tinggalnya, atau setidak-tidaknya memiliki suasana khas yang diinginkannya. Ragam wisata rekreasi lebih kurang sama dengan wisata santai, yakni bepergian mengunjungi suatu tempat untuk memuaskan hasrat ingin tahu, baik objek itu berupa keindahan alam, peningalan bersejarah, atau budaya masyarakat Wisata yang dilakukan lebih ke arah olahraga yang sifatnya menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Termasuk dalam jenis wisata petualangan adalah kegiatan pelatihan (kepemimpinan) di alam terbuka dengan berbagai atraksi yang menantang dan kadang-kadang mengundang risiko. Terbang layang, arung jeram, panjat tebing, terjun gantung (buggy jump), menyelam, susur gua (menyusuri lorong-lorong gua menikmati pemandangan stalagtit-stalagmit) adalah beberapa contoh wisata petualangan Wisata yang terkait dengan agama atau budaya. Mengunjungi tempat ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu, misalnya: Waisak di kompleks Candi Borobudur Magelang, menyepi di Pantai Parangkusumo Yogyakarta, mengunjungi tempat yang dianggap keramat, ziarah ke makam tokoh-tokoh masyarakat atau pahlawan bangsa Wisata dengan perjalanan beramai-ramai untuk bersenangsenang, atau berkaitan dengan pelaksanaan darma di luar ruangan, atau ekskursi; atau melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di luar waktu kerja sehari- hari Perjalanan ke luar (daerah, kampung, dsb) dalam rangka kunjungan studi; dilakukan untuk mempelajari seni-budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti cagar alam dan atau budaya, atau untuk kepentingan menuntut ilmu selama waktu tertentu, misalnya: tugas belajar Sumber: Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani (2007:13-14) 16

17 3. Kawasan Wisata Kawasan wisata (KW) pada umumnya menempati ruang wilayah yang cukup luas. Usaha kawasan pariwisata adalah usaha yang kegiatannya membangun dan/atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. (UU No.10 Tahun 2009). Dalam istilah lain, destinasi wisata adalah kawasan dengan batasan fisik geografis tertentu yang di dalamnya terdapat komponen produk wisata, layanan dan unsur pendukung lainnya sehingga membentuk sistem dan jaringan funsional yang terintegrasi dan sinergis dalam menciptakan kunjungan maupun membentuk totalitas pengalaman bagi wisatawan. Lundberg mengemukakan beberapa alasan pembangunan suatu kawasan pariwisata yang beberapa diantaranya dapat ditengarai terjadi pula di Indonesia (Suwardjoko P. Warpani, Indira P. Warpani, 2007: ), yakni:. a. Kepentingan pengembang. Pengembang menyusun suatu paket dan menjualnya sebagian kepada pengusaha lain dengan mendapat keuntungan selama proses berlangsung. Pembangunan mall di kota-kota besar di Indonesia akhirakhir ini adalah salah satu contohnya. b. Untuk tujuan pemanfaatan lahan dalam jangka panjang. Selama kurun waktu tertentu hampir selalu terjadi peningkatan nilai lahan. Keuntungan dari penjualan lahan dikenai pajak sebagai peningkatan modal kira-kira setengahnya dari pendapatan pada umumnya. Pembangunan perumahan skala besar (real estate) atau villa di daerah pinggiran yang eksklusif, setidak-tidaknya sebagian merupakan arena investasi dan spekulasi jangka menengah atau panjang. Para pemilik uang membelinya untuk digunakan sebagai rumah kedua atau dikomersilkan. c. Hotel pada lahan pengembangan barang kali dibangun sebagai alat untuk meningkatkan nilai properti di sekelilingnya. Ibarat pelapis kue, menaikan nilai lahan di sekitarnya. Nilai dari operasi hotelnya sendiri mungkin saja kecil. d. Suatu area/kawasan barangkali dikembangkan oleh pemerintah pada dasarnya sebagai cara membuka kesempatan kerja dalam situasi kemandegan perekonomian. e. Suatu kawasan mungkin dibangun karena alasan politik, sebagai cara membantu daerah, membayar utang politik, pemerataan penghasilan di seluruh negara. 17

18 f. Suatu resort mungkin dipandang sebagai suatu monumen untuk menghormati seseorang, suatu peluang untuk membangun sesuatu yang indah dan abadi. Contohnya adalah: 1) Makam raja-raja Jawa di Kota Gede dan Imogiri di Daerah Istimewa Yogyakarta yang menjadi suatu resort dan daya tarik wisata di DI Yogyakarta; 2) Musoleum Dr. Sun Yat Shen di Cina, resort wisata yang menempati satu bukit yang amat luas. g. Hotel khusus dibangun di suatu negara berkembang sebagai cara/alat ungkapan kebanggaan nasional. Di beberapa negara kecil, hotel baru adalah tempat pamer, barangkali juga bangunan yang terpenting di negara tersebut, tempat pemerintah menjamu para tamu dan tamu istimewa para pejabat pemerintah menginap. Misalnya (pen.): Hotel Indonesia dan Monumen Nasional di DKI Jakarta yang pembangunannya dilatarbelakangi oleh ungkapan kebanggaan nasional. h. Beberapa kawasan dikembangkan, paling tidak sebagian, kerana seorang atau segolongan orang berpikir bahwa resort tersebut sebagai tantangan atau kegiatan usaha yang menyenangkan. Banyak resort di Karibia dibangun oleh perorangan atau keluarga karena senang melakukan hal itu. 4. Daya tarik wisata Suatu daerah mungkin sekali memiliki daya tarik yang menjadi magnet yang menyebabkan orang tertarik mengunjungi daerah tersebut, misalnya untuk melancong, berbelanja, berekreasi, menonton pergelaran seni-budaya, mengikuti seminar, dan lainlain. Daya tarik wisata yang dimiliki suatu destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata (DTW), yakni sesuatu yang dapat dilihat, misalnya pemandangan alam, peninggalan purbakala, pertunjukan; atau sesuatu yang dapat dilakukan, misalnya rekreasi, olahraga, meneliti, atau sesuatu yang dapat dibeli, yakni barangbarang unik atau cinderamata. Selain itu dapat pula sesuatu yang dapat dinikmati, misalnya udara sejuk bebas pencemaran, pelayanan istimewa; atau sesuatu yang dapat dimakan, misalnya makanan atau minuman khas daerah/negara. Artinya, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memicu seseorang dan/atau sekelompok orang mengunjungi suatu tempat karena sesuatu itu memiliki makna tertentu, misalnya: lingkungan alam, peninggalan atau tempat sejarah, peristiwa tertentu. (Suwardjoko P. Warpani, Indira P. Warpani, 2007:45). Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009, "Usaha Daya tarik wisata" adalah usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata 18

19 buatan/binaan manusia. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. a. Potensi Destinasi Pariwisata Segala komponen kepariwisataan semuanya penting, tetapi daya tarik wisata dianggap sebagai magnet/energi pariwisata, menjadi pemicu dan pemacu utama minat kunjungan wisatawan. Daya tarik wisata adalah sesuatu yang ada di lokasi destinasi/tujuan pariwisata yang tidak hanya menawarkan/menyediakan sesuatu bagi wisatawan untuk dilihat dan dilakukan, tetapi juga menjadi magnet penarik seseorang untuk melakukan perjalanan (Gunn, 1988:107). Ciri utama daya tarik wisata adalah tidak dapat dipindahkan, dan untuk menikmatinya wisatawan harus mengunjungi tempat tersebut. (Suwardjoko P. Warpani, Indira P. Warpani, 2007:46). Daya tarik wisata adalah potensi alamiah atau binaan atau hasil rekayasa akal budi yang menjadi fokus pariwisata, misalnya: jeram atau riam, gua, gelombang laut, museum, planetarium. Daya tarik wisata dapat pula diciptakan dengan merekayasa suatu objek dan/atau menawarkan peristiwa yang sesuai dengan potensi sumber daya daerah, keunikan peristiwa serta sasaran dan kebutuhan pasar, misalnya: kegiatan arung jeram, pertandingan/lomba olahraga baik internasional, nasional, maupun regional. Rancangan peristiwa perlu memperhatikan jaringan keruangan daerah tujuan wisata maupun daya tarik wisata lokal, regional, nasional, serta internasional. Hal ini erat kaitannya dengan rencana jaringan perangkutan, akomodasi, jasa boga (makanan), industri cenderamata, dan lain-lain. Dengan kata lain, harus diperhatikan perpaduan antara peristiwa dengan berbagai macam layanan jasa kepariwisataan yang pada gilirannya akan berpengaruh pada pengembangan wilayah, mengingat kaitan kepariwisataan ke industri hulu dan hilir yang cukup panjang dan beragam. (Suwardjoko P. Warpani, Indira P. Warpani, 2007:47). 1) Karakter Daya tarik wisata Menurut Suwardjoko P. Warpani, Indira P. Warpani, 2007:48-49, karakter daya tarik wisata menentukan ragam pariwisata yang ditawarkan atau dapat dilakukan oleh para wisatawan yang pada umumnya tidak hanya menikmati objek tunggal, tetapi beberapa objek dinikmati atau beberapa kegiatan dilakukan secara 19

20 bersama-sama atau berurutan. Melancong untuk berlibur mencari suasana baru dapat dilakukan bersama-sama dengan widiawisata mengunjungi cagar alam dan/atau cagar budaya, bahkan itu semua dapat dilakukan di selasela kegiatan seminar atau konvensi sekaligus sambil berbelanja cenderamata. 2) Jenis daya tarik wisata Menurut Suwardjoko P. Warpani, Indira P. Warpani, 2007:50, sifat khas daya tarik wisata adalah objek tersebut hanya dapat dinikmati dan dikembangkan di tempat keberadaannya, misalnya: pemandangan alam yang indah, pantai tempat bersenang-senang, sungai, dan hutan. Ada daya tarik wisata yang mungkin dikunjungi berulang-ulang dan/atau dapat menahan wisatawan untuk tinggal lebih beberapa hari lebih lama, atau berkali-kali dinikmati, misalnya Pantai Kuta di Bali, Genting Highland di Malaysia. Daya tarik semacam ini adalah daya tarik penahan. Selain itu ada daya tarik yang hanya dikunjungi sekali saja karena maksudnya hanya ingin tahu, ingin melihat, misalnya Candi Borobudur di Jawa Tengah, adalah daya tarik penangkap (Soekadijo, 1966). Kuta menjadi daya tarik penahan, karena wisatawan melakukan kegiatan, misalnya berenang, berjemur, sehingga wisatawan berminat mengulangi kesukaannya. Berbeda halnya dengan mengunjungi situs sejarah yang hanya ingin melihat, sekadar memuaskan hasrat ingin tahu. Daya tarik tersebut berupa potensi alam, budaya, dan lain-lain. b. Peristiwa Pariwisata Menurut Suwardjoko P. Warpani, Indira P. Warpani, 2007:55, motivasi atau minat seseorang mengunjungi suatu daerah tujuan wisata karena ada yang diminati, yaitu produk pariwisata di antaranya adalah peristiwa tertentu dan khas yang menjadi daya tarik wisata suatu destinasi, misalnya: pertandingan olahraga, upacara tradisional yang terjadi pada waktu tertentu. Upacara atau peristiwa adat adalah peristiwa sosial-budaya yang secara turuntemurun dilakukan masyarakat setempat pada waktu tertentu secara berakala, sedangkan peristiwa lain (misalnya olahraga) dapat berupa hasil rekayasa atau diciptakan sebgai daya tarik wisata di suatu destinasi. Secara ringkas, daya tarik pariwisata disajikan dalam tabel berikut: 20

21 Tabel 2. 2 Daya Tarik Pariwisata Faktor Kriteria Pertimbangan Alam Keindahan Topografi umum seperti seperti flora dan fauna di sekitar danau, sungai, pantai, laut, pulau-pulau, mata air panas, sumber mineral, teluk, gua, air terjun, cagar alam, hutan dsb Iklim Sinar matahari, suhu udara, cuaca, angin, hujan dan sebagainya. Sosial budaya Adat-istiadat Pakaian, makanan dan tata cara hidup daerah, pesta rakyat, kerajinan tangan dan produk-produk lokal lainnya. Sejarah Agama Fasilitas rekreasi Fasilitas kesehatan Fasilitas berbelanja Seni bangunan Pentas dan pagelaran, festival Pameran, pekan raya Peninggalan purbakala Kegiatan masyarakat Olahraga Edukasi Untuk istirahat, berobat dan ketenangan Arsitektur setempat seperti candi, pura, mesjid, gereja, monumen, bangunan adat dsb Gamelan, musik, seni tari, pekan olahraga, kompetisi, pertandingan dan sebagainya. Pekan raya-pekan raya bersifat industri komersial. Bekas-bekas istana, tempat peribadatan, kota tua dan bangunan-bangunan purbakala peninggalan sejarah, dongeng atau legenda. Kehidupan beragama tercermin dari kegiatan penduduk setempat sehari-harinya dalam soal beribadah, upacara, pesta dan sebagainya. Berburu, memancing, berenang, main ski, berlayar, golf, naik kuda, mendaki dsb. Museum arkeologi dan ethnologi, kebun binatang, kebun raya, akuarium, planetarium, laboratorium dan sebagainya. Spa mengandung mineral, spa air panas, sanatorium, tempat mendaki, piknik, tempat semedi, istirahat dan sebagainya. Beli ini-itu Toko-toko souvenir, toko-toko barang kesenian dan hadiah, toko-toko keperluan sehari-hari, klontong dan sebagainya. Fasilitas hiburan Waktu malam Kasino, night club, disko, bioskop, teater, sandiwara dan sebagainya. Infrastruktur Kualitas wisata Jalan-jalan raya, taman (park), listrik, air, pelayanan keamanan, pelayanan kesehatan, komunikasi kendaraan umum dan sebagainya. Fasilitas pangan dan akomodasi Makanan dan penginapan Hotel, motel, bungalow, inn: cottage, restoran, coffeeshop, rumah makan dan sebagainya. Contoh ini diambil dari pola Establishing a Measure of Touristic Attractiveness oleh Charles E. Gearing, William W. Swart and Turgut Var dalam bukti Planning for Tourism Development, Quantitative Approaches Chapter 4 on Deriving Benefit Measures for Tourism policies, Praeger Publishers, Inc. New York, Sumber: Nyoman S. Pendit, 2003:73 21

22 5. Pariwisata Maritim Dari Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa salah satu faktor daya tarik wisata adalah wisata alam, yang di dalamnya terdapat kegiatan yang memanfaatkan pesona alam laut. Kelompok destinasi wisata tersebut dikenal sebagai pariwisata maritim. Sektor pariwista maritim merupakan sektor yang paling efisien dalam bidang kelautan, sehingga pengembangan kepariwisataan maritim perlu mendapatkan prioritas. Pembangunan wisata maritim dapat dilaksanakan melalui pemanfaatan obyek dan daya tarik wisata secara optimal. Berbagai obyek dan daya tarik wisata yang dapat dimanfaatkan adalah wisata alam (pantai), keragaman flora dan fauna (biodiversity), seperti taman laut wisata alam (ecotourism), wisata bisnis wisata budaya, maupun wisata olah raga. Pariwisata bahari merupakan salah satu jenis pariwisata minat khusus. Ciri ini membedakan semua produk-produk yang disediakan dari jenis pariwisata lain. Terutama berkaitan dengan maritim, maka produknya mutlak berkaitan dengan atau berbasis pada sumberdaya laut. Untuk mengidentifikasi kebutuhan pengembangan transportasi yang sesuai, maka kegiatan pariwisata maritim perlu diidentifikasi lebih dahulu, diantaranya: a. Kegiatan pariwisata ini dilakukan di kawasan pulau-pulau kecil dan dihuni oleh penduduk dengan jumlah yang relatif kecil; b. Kawasan tersebut memiliki daya dukung lingkungan yang terbatas, terutama jika berkaitan dengan aplikasi teknologi tinggi (motorisasi); c. Kegiatan pariwisata maritim mensyaratkan pembatasan jumlah wisatawan dalam suatu kawasan dalam jangka waktu tertentu dengan maksud untuk menjaga daya dukung lingkungannya di satu sisi, dan untuk memberikan kenyamanan/pengalaman wisata yang optimal bagi pengunjung di sisi lain; d. Karena jenisnya beragam (snorkeling, diving, fishing, sailing, dan lain-lain), maka aktivitas wisata ini umumnya berdurasi panjang; e. Aktivitas pariwisata maritim cenderung mobile dalam arti berpindah dari satu lokasi/kawasan ke kawasan lain. C. Kaitan Transportasi dan Pariwisata 1. Peran Transportasi terhadap Pariwisata Kaitan antara transportasi dan wisatawan memerupakan salah satu hubungan paling penting dalam sistem pariwisata. Fakta mendasar adalah bahwa orang melakukan perjalanan dengan jarak yang 22

23 bervariasi dengan berbagai alasan, dan penyediaan transportasi merupakan faktor kunci dari terlaksananya kegiatan tersebut. Transport penting bagi wisatawanme karena 1) memfasilitasi pergerakan wisatawanme antara asal hingga tujuan, dan 2) transport berperan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan pilihan lokasi yang akan dituju (Page, 2009 dalam Lohman and David, 2011). Transport untuk mendukung kegiatan wisatawanme dapat dibedakan antara berbagai titik (nodes) dan rute. Moda transport dapat mencakup moda udara, air dan darat, dengan dimungkinkan kombinasi diantara moda tersebut. Jaringan transportasi tersebut berfungsi sebagai peluang pengembangan dengan berbagai wilayah tujuan (Duval, 2007). Duval (2007) dalam Lohman and David (2011) menyampaikan adanya kekaburan yang muncul ketika mengkaji keterkaitan antara transportasi dan pariwisata. Hal ini karena beberapa hal: a. Pertama, transportasi dapat menjadi moda perjalanan dan sebagai tujuan. Kapal pesiar besar mungkin contoh yang paling baik mengenai hal ini, b. Kedua, segmentasi transport yang digunakan untuk pariwisata dan non pariwisata adalah non pariwisata adalah sulit dikenali oleh para perencana transportasi. Angkutan udara, contohnya, hanya akan melihat besaran permintaan antara dua titik yang berpotensi tumbuh dengan stabil, c. Ketiga, mirip pertanyaan siapa yang lebih dahulu berkembang, antara penyediaan layanan dari dan ke tujuan, atau kualitas, skala dan jangkauan aktivitas wisata yang menarik penyediaan moda transportasi. Jawaban atas pertanyaan ini sulit karena terdapat keterkaitan erat diantara kedua sektor tersebut. Transportasi tergantung dari daya tarik lokasi dan lokasi tergantung dari keberadaan transportasi untuk dikunjungi. Dengan demikian, kedua aspek ini samasama penting untuk dikembangkan dalam mendorong aliran wisatawan. Jaringan lokal sangat penting terintegrasi dengan jaringan regional dan internasional untuk memaksimalisasi pendatang ke tujuan. Transportasi dengan demikian menjadi faktor terpenting dalam menentukan tujuan dari sektor pariwisata. Hal ini terutama ketika tujuan wisata pada wilayah terpencil, sehingga perlu layanan transportasi udara. Dalam kasus ini pemerintah daerah setempat harus menjaga layanan agar tetap berkelanjutan. Perspektif strategis dari keterkaitan transportasi dan pariwisata dimanifestasikan dalam jaminan bahwa aliran wisatawan dapat 23

24 terus terjaga melalui penyediaan sistem transportasi. Dua hal penting yang mempengaruhi peran tersebut adalah aksesibilitas dan konektifitas (Duval 2007, Page 2009). Memahami tingkat aksesibilitas dan konektifitas dari tujuan wisata adalah penting karena membantu menentukan peran pemerintah dan swasta dalam pergerakan wisatawan. Aksesibilitas merupakan ukuran pembandingan geografis antara berbagai titik dalam satu jaringan dan hubungan yang mungkin diberikan oleh jaringan transportasi eksisting. Konektifitas adalah ukuran yang serupa, namun memperhatikan keterbatasan praktis dan teknologi serta kesempatan untuk meningkatkan aksesibilitas (misalnya waktu tempuh yang lebih pendek atau biaya yang lebih murah). 2. Pendekatan yang Digunakan Perspektif pariwisata Kaitan intrinsik antara transportasi dan pariwisata dapat dilihat dari dua pendekatan utama, yaitu dari perspektif pariwisata dan persepktif transport. Organisasi dunia yang mengelola pariwisata (World Tourism Organisation/WTO), mendefinisikan wisatawan sebagai orang yang melakukan perjalanan dan tinggal di suatu tempat di luar lingkungan yang biasa ditinggali, tidak lebih dari satu tahun untuk bersenang-senang, bisnis dan maksud lain yang tidak terkait dengan kegiatan yang dibayar oleh tempat yang dikunjungi. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa pariwisata hanya akan muncul apabila orang meninggalkan tempat tinggalnya atau asal, beralih ke tempat lain, yang bukan merupakan bagian dari lingkungan biasanya (tempat kerja, sekolah, dan sebagainya), sebagai tujuan. Selain menghubungkan asal ke tujuan, sarana transportasi juga diperlukan untuk memberikan aksesibilitas dalam tujuan tertentu (dari bandara ke hotel, dari hotel ke obyek wisata dll), dan dalam kasus tujuan ganda perjalanan, untuk menghubungkan berbagai tujuan dalam perjalanan. Skema pada Gambar 2.5 menggambarkan partisipasi transportasi, dalam bentuk: (1) antara asal dan tujuan, (2) dalam berbagai tujuan yang dikunjungi, dan (3) antara tujuan yang berbeda dikunjungi selama perjalanan liburan. 24

25 Gambar 2. 5 Jaringan Transport antara Asal dan Tujuan Sumber: Lohmann and Duval, 2011, Critical Aspects of the Tourism-Transport Relationship Cara lain untuk memahami pentingnya transportasi terhadap pariwisata dalah dengan menganalisis bagaimana pengenalan teknologi transportasi baru akan berdampak pada pengembangan pariwisata. Terdapat beberapa contoh seperti pengembangan jalan rel di abad ke 19 yang memicu perkembangan penginapan pinggir pantai, peningkatan wisatawanme massal di wilayah Amerika dan Eropa setelah mobil lebih mudah didapatkan setelah tahun 1030an dan booming wisatawan internasional pada tahun 1960an dengan dimunculkannya pesawat jet (Boeing 707) dan pada tahun 1970an dengan hadirnya jet berbadan besar (Boeing 747), yang mampu mengirim wisatawan ke seluruh penjuru dunia ((Palhares, 2003 dalam Duval, 2011). Perspektif transportasi Dari perspektif aktifitas transportasi, pariwisata merupakan bagian penting dari banyak penyedia layanan transportasi. Studi yang dilakukan di Kanada memperlihatkan bahwa wisatawan hanya mencakup 3% dari penumpang angkutan kota, sekitar 30% penumpang taksi dan sekitar 80% penumpang angkutan udara, air, rel dan kendaraan sewa, sebagaimana disajikan dalam Gambar

26 Gambar 2. 6 Partisipasi Wisatawan per Moda Transportasi Sumber: diadaptasi dari Lapierre and Hayes (1994) dalam Lohmann and Duval, 2011, Critical Aspects of the Tourism-Transport Relationship Tabel 2. 3 Atribut Kenyamanan Confiability Domestik atau internasional Unsur Tarif Operasi transportasi juga menyediakan beberapa karakteristik dan atribut yang relevan dengan wisatawan dan kajian pariwisata. Beberapa karakteristik tersebut secara lengkap disajikan dalam Tabel 2.3 berikut: Atribut Operasi Sistem Transportasi Deskripsi Diukur dengan banyak cara, termasuk kenyamanan kursi, kebisingan, kualitas ruang tunggu, dan sebagainya Kemampuna untuk menyelesaikan kewajiban, misalnya ketepatan waktu Pada banyak kasus, perjalanan internasional memerlukan persiapan yang lebih kompleks untuk memenuhi prosedur pada negara yang berbeda, seperti urusan imigrasi dan peraturan terkair dengan penyediaan layanan transportasi (melalui perjanjian bilateral) Tenaga: menentukan moda transport dan kecepatan perjalanan Terminal: tempat berpindah dari satu moda ke moda lain Kendaraan: alat pengangkut manusia dan barang Jalan: dibagi atas alami (misalnya laut, udara), atau buatan (misalnya jalan rel dan jalan raya) dalam banyak kasus, kendaraan dikendalikan oleh manajemen lalulintas Tarif transportasi yang dapat berupa tarif tetap (flat) untuk semua tempat duduk yang tersedia, atau berbeda melalui strategi penerapan tarif yang kompleks, misalnya pengaturan pendapatan pada moda angkutan udara pada kelas yang sama namun berbeda waktu pemesanan, kemudahan dalam 26

27 Atribut Keterkaitan moda Moda Umum atau pribadi Terjadwal atau sewa Keamanan Kecepatan Deskripsi membatalkan tiket, dan waktu perjalanan yang akan dilakukan. Kemampuan untuk mengkaitkan dia atau lebih moda transportasi yang berbeda, melalui berbagai cara: - Fisik: ketika terminal mengintegrasikan dua atau lebih moda transportasi untuk melayani penumpang dengan teknologi terbaik untuk mengakses terminal dan mencapai tujuan akhir - Tarif: ketika satu tarif mencakup dua atau lebih moda transportasi - Operasional: ketika misalnya, jadwal dari dua moda transportasi yang berbeda dikoordinasikan untuk meminimalkan waktu keterhubungan - Kelembagaan: ketika organisasi yang sama mengoperasikan dua atau lebih moda transportasi yang terhubung - Udara: adalah moda transportasi yang tercepat, menghubungkan wilayah terjauh dunia - Rel: jalan khusus membuat moda ini layak dan aman, biasanya dengan tingkat kenyamanan yang tinggi. Kecepatan tinggi membuat kompetitif dengan angkutan udara, terutama untuk jarak dekat dan menengah (kurang dari 1000 km) - Jalan: menyediakan kenyamanan transportasi pintu ke pintu - Air: merupakan moda yang paling lambat, namun dapat disediakan dengan tingkat kenyamanan yang tinggi dan fasilitas yang lengkap pada sarana ketika mengangkut penumpang dalam jumlah besar (misalnya kapal pesiar/cruise ships) Transportasi umum adalah sistem transportasi yang dapat dioperasikan baik oleh operator swasta maupun pemerintah. Moda ini dapat dijangkau oleh anggota masyarakat, biasanya dengan membayar tarif. Sebagian besar transportasi umum dijalankan dengan jadwal yang tetap. Transportasi pribadi adalah sarana yang dapat dikontrol jadwal dan rutenya oleh sopir atau penyewanya. Transportasi terjadwal mengikuti jadwal untuk melayani penumpang. Angkutan sewa mengikuti keinginan penyewa, tanpa jadwal yang jelas. Keamanan terkait dengan beberapa variabel, termasuk isu keselamatan (misalnya jumlah kecelakaan), tingkat pencurian dan sebagainya Seberapa cepat moda transportasi tergantung pada teknologi yang digunakan. Sumber: Lohmann and Duval, 2011, Critical Aspects of the Tourism-Transport Relationship 27

28 3. Pengembangan Kapal Wisata dan Ferry Meskipun transportasi air kehilangan daya tariknya bagi pelaku perjalanan, terutama selama tahun 70an angkutan laut digantikan oleh pesawat jet berbadan besar sebagai pilihan moda utama pada jarak jauh, saat ini kapal pesiar dan dalam tingkat tertentu kapal ferry berteknologi cepat merupakan moda yang paling populer bagi para wisatawan. Faktanya, wisata kapal pesiar merupakan sektor dengan pertumbuhan tercepat pada industri perjalanan, dengan rata-rata pertumbuhan 10% per tahun selama 30 tahun terakhir (Tourism New South Wales). Hasil kajian berbagai ahli menunjukkan, industri kapal persiar merupakan bagian penting dari pariwisata internasional dan menjadi industri yang komplek dan unik. Moda ini mampu menjangkau berbagai belahan dunia sebagai bagian dari aktifitas pesiarnya. Sisi penyediaan dari pariwisata dengan kapal pesiar mencakup konsep manajemen perusahaan kapal pesiar, seperti perencanaan rute, kapasitas, manajemen dan perencanaan operasi. Sementara sisi permintaan kapal persiar terfokus pada pengertian atas perilaku penumpang dan motivasi perjalanan dengan kapal pesiar. Salah satu tujuan dari berbagai lokasi wisata adalah kemampuan untuk mengakomodasi dan menarik kapal pesiar. Tujuan wisata yang mapan, seperti Karibia, Eropa/Laut Tengah dan Alaska merupakan dua pertiga dari keseluruhan kapasitas industri ini, karena kedekatannya dengan Amerika dan Eropa, dua pasar utama pariwisata. Lebih banyak tujuan wisata memposisikan diri untuk menerika kapal pesiar, terutama Asia Pasifik, ketika peningkatan dermaga berpotensi menarik penumpang di masa mendatang (Report - Linker, 2010 dalam Lohmann and Duval, 2011). Seperti pesawat udara, dan dari persepktif akuntansi, kapal pesiar merupakan asset mengambang yang dapat direlokasi dari satu tempat ke tempat lain, meskipun jadwal rencana telah ditetapkan paling tidak setahun sebelumnya. Hal ini memberikan kesempatan kapal pesiar untuk mencoba tujuan baru tanpa berkomitmen dalam jangka panjang. Brazil, contohnya, adalah tujuan yang memiliki pertumbuhan signifikan baik dalam aspek penyediaan maupun permintaan penumpang kapal pesiar. Hingga 1995, aturan negara tersebut melarang asas cabotage (transportasi penumpang domestik oleh perusahaan asing), kecuali kapal disewakan oleh perusahaan nasional yang harus mempekerjakan tenaga kerja lokal. Dengan perubahan peraturan, lebih banyak kapal pesiar yang berminat menjadikan Brazil sebagai tujuan kapal pesiar, terutama selama musim panas di belahan Utara, ketika kapal lebih mudah dijangkau karena konsekuensi dari musim sepi wisatawan. 28

29 Pada tahun 2009, lebih dari 500 ribu wisatawan (90% domestik) bertolak ke Brazil, terutama ketika transportasi udara bermasalah, memilih melalui kapal pesiar (Costa et al., 2010 dalam Lohmann and Duval, 2011). Biasanya, pelabuhan menyediakan beberapa fungsi untuk operasi kapal pesiar, sebagaimana dideskripsikan berikut (Thompson Clarke Shipping, 2006 dalam Lohmann and Duval, 2011): a. Ports of call or destination ports: adalah pelabuhan dimana penumpang akan menghabiskan sedikit waktu atau biasanya satu malam untuk mengunjungi atraksi lokal. Tidak ada penumpang baru dibawa ke kapal. Pelabuhan ini menyediakan fasilitas dasar untuk kapal pesiar, seperti jetty dan dermaga atau jangkar, dan bagi penumpang, penerimaan, transportasi dan aktifitas (wisata pantai); b. Ports of embarkation/disembarkation or turnaround ports: menyediakan atribut dari tipe pelabuhan sebelumnya dengan tambahan pengangkutan dan penurunan penumpang dan barang. Terminal pelabuhan memerlukan ruang yang besar untuk memfasilitasi kedatangan dan keberangkatan penumpang dan barang, termasuk bea cukai dan imigrasi. Biasanya suplai makan dan barang akan dimasukkan, sementara sampah-sampah diturunkan. Dalam banyak kasus, bahan bakar ditambah untuk perjalanan berikutnya; c. Hub ports or base ports: semua atribut dari kedua jenis pelabuhan sebelumnya dimiliki, ditambah dengan cabang dari kapal pesiar dan menjadi pangkalan bagi beberapa kapal pesiar yang dimiliki. Fasilitas perbaikan dan perawatan juga tersedia. Ketika sebagian besar tujuan dan pelabuhan bertujuan menjadi turnaround atau base ports, terutama karena peluang yang dapat dikembangkan dengan adanya kapal pesiar, dalam kenyataannya hanya sediktt pelabuhan yang dapat memiliki fungsi tersebut. minat untuk menarik kapal pesiar tersebut didorong setidaknya oleh dua hal: a. Untuk tujuan wisata yang kecil, kedatangan kapal pesiar dengan ribuan wisatawan dalam satu hari akan membangkitkan penjualan yang seringkali setara dengan keuntungan seminggu atau sebulan. Penumpang kapal pesiar membelanjakan uang jauh lebih banyak dibanding kapan non pesiar (Douglas and Douglas, 2004b dalam Lohmann and Duval, 2011); 29

30 b. Pengalaman dalam satu hari pada tujuan wisata akan mendorong wisatawan untuk kembali lain waktu dalam waktu kunjungan yang lebih lama. Tantangan dari organisasi wisata dalah memasarkan tujuan wisata yang dikelolanya untuk menjadi bagian jadwal kunjungan kapal pesiar. Menurut Douglas and Douglas (2004a: p.89 dalam Lohmann and Duval, 2011), isu pertama untuk menjadi tujuan kunjungan adalah adanya detail kondisi kelautan, termasuk: 1) jarak antar pelabuhan, 2) kecepatan perjalanan yang diperlukan oleh kapan untuk mengelola jadwal dan 3) variasi kondisi cuaca dan iklim. Terdapat pertimbangan lain yang penting, selain kondisi kelautan, misalnya potensi pasar, atraksi pantai, dan sebagainya. Gibson (2006) dalam Lohmann and Duval (2011) meringkas beberapa faktor penarik bagi kedatangan kapal pesiar, sebagaimana Tabel 2.4. Tabel 2. 4 Analisis Faktor yang Menjadi Daya Tarik untuk Tujuan Kapal Pesiar Aspek yang menarik Pengalaman unik Rerata 35ft. (10.75 metres) kedalaman air pada waktu pasang surut Dermaga dengan draft yang dalam Pelabuhan utama dengan akses mudah ke tujuan Pelabuhan sebagai daya tarik itu sendiri Bebas pajak Layak untuk home port, port of call atau reposi tioning cruise port Layanan profesional Pelabuhan pulau dengan daya tarik berbeda Terminal kapal wisata dengan fasilitas yang bagus Tur keliling/wisata pantai Kehidupan malam yang menarik Pusat dari lokasi kota Berbelanja Kapasitas untuk kapal pesiar besar Kemudahan dan kenyamanan bongkar muat penumpang dan barang Nyaman, efisien dan aman Dual-ship terminal Ruang pergudangan (daya tampung, penanganan yang baik) Pemandangan indah Dekat dengan pelabuhan udara internasional Cuaca yang baik pada tempat tujuan, pada wilayah dengan cuaca hangat Ada warisan bidaya dan sejarah Olahraga air dan darat Sumber: Lohmann and Duval, 2011, Critical Aspects of the Tourism-Transport Relationship 30

31 Meskipun ferry tidak sepopuler kapal wisata, namun menjadi moda yang umum digunakan di berbagai wilayah dunia. Kapal ferry roll-on/roll-off memiliki keuntungan dengan kemampuannya mengangkut barang bawaan yang besar baik penumpang maupun barang. Transportasi air merupakan moda transportasi yang paling lambat. Wang and McOwan (2000) menguraikan pengembangan teknologi kapal cepat sebagai jalan alternatif untuk membuat perjalanan laut lebih kompetitif. Kapal ferry cepat dengan teknologi lambung kembar (twin hull technology) merupakan pilihan yang paling berkelanjutan dan layak untuk transportasi air, terutama dampaknya pada flora dan fauna di perairan. 31

32 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bagian ini diuraikan mengenai pendekatan yang digunakan dalam kajian, serta tahapan pelaksanaan yang akan dilakukan untuk menjalankan ruang lingkup kajian. A. Pendekatan Pendekatan pengembangan jaringan transportasi untuk pariwisata yang berkelanjutan perlu meninjau berbagai aspek yang mencakup identifikasi kondisi dan kebijakan, sintesis antara faktor penunjang pariwisata dan transportasi, perencanaan jaringan dan rencana implementasi (Lumsdon, 2000). Secara skematis, pendekatan tersebut disajikan dalam Gambar 3.1. Identifikasi kebijakan transportasi dan pariwisata eksisting Sintesis data eksisting pada aliran transportasi dan pariwisata Identifikasi infrastruktur transportasi eksisting Sintesis faktor-faktor penunjang pariwisata dan transportasi: - Aksesibilitas dari akomodasi dan daya tarik lokasi - Indikator keberlanjutan - Struktur instansional dan penyedia - Lingkungan pasar - Dampak eksisting dan potensinya Perencanaan jaringan: - Maksud dan tujuan - Revisi hirarki perencanaan - Memberikan input dasar yang strategis - Rencana implementasi - Tanggung jawab stakeholder yang terpercaya - Aspek estetika dan standar desain Rencana implementasi: - Rencana infrastruktur - Pemasaran dan komunikasi - Pengawasan dan review - Pengaturan, perawatan dan penambahan/pengurangan Gambar 3. 1 Pendekatan Pengembangan Transportasi Laut untuk Mendukung Pariwisata yang Berkelanjutan Sumber: L. Lumsdon, 2000, Cycle Tourism A Model for Sustainable Development? 32

33 Sesuai pendekatan tersebut, maka perlu dilakukan identifikasi pada aspek pariwisata dan transportasi secara bersama-sama. Pendekatan dari sisi pariwisata akan mencakup 2 aspek, yaitu (McIntosh, dkk, 1995): 1. Pendekatan sistem kepariwisataan Pendekatan ini menegaskan keterkaitan antara komponen produk, pasar, kelembagaan sebagai suatu kesatuan yang integral. Ketersediaan produk menjadi impuls bagi pasar wisatawan untuk melakukan perjalanan. Salah satu komponen produk adalah moda transportasi. Wisatawan membutuhkan moda transportasi yang handal dalam arti nyaman dan aman, mudah dijangkau, tepatwaktu, biaya murah dan berkualitas. Penyediaan sarana transportasi seperti itu akan memacu wisatawan untuk mengunjungi kawasan-kawasan strategis pariwisata di bagian timur Indonesia. Kelembagaan berfungsi untuk menghubungkan pasar dan produk dalam arti bagaimana pengelolaan produk (manajemen transportasi) yang tepat harus dilakukan. 2. Pendekatan pariwisata berkelanjutan Pendekatan ini menegaskan urgensi pemanfaatan dan pemeliharaan sumberdaya pariwisata secara cermat (well planned) sebagai jaminan untuk memperoleh hasil optimal dalam jangka panjang. Implikasi pendekatan ini pada pengembangan transportasi di kawasan strategis pariwisata adalah pemanfaatan sumberdaya lokal sebagai prioritas, baik dalam bentuk materi/bahan baku maupun kearifan. Di sini perlu dipertimbangkan penggunaan perahu kapal yang dibuat oleh penduduk dengan meningkatkan standar dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan. Dengan demikian, pemanfaatan tenaga kerja lokal baik sebagai pembuat perahu kapal maupun sebagai pemilik usaha transportasi dapat ditingkatkan. Kedua pendekatan tersebut diharapkan akan memiliki peran yang seimbang dalam penyusunan rumusan strategi dan rekomendasi yang akan dihasilkan. Berdasarkan kedua pendekatan tersebut, akan dapat diidentifikasi kebutuhan pengembangan transportasi sesuai dengan demand dan karakteristik pariwisata yang terbentuk. Kebutuhan pengembangan transportasi yang diperlukan akan dapat mencakup kebutuhan pengembangan kapal wisata (cruise ship), pengembangan kapal penumpang komersial (ferry, kapal cepat, pelayaran laut), dan pengembangan pelayaran rakyat. Pengembangan moda transportasi yang berbeda tersebut dilakukan dengan memperhatikan volume dan karakteristik wisatawan yang ada di suatu wilayah. Dari sisi transportasinya, maka pengembangan transportasi laut untuk mendukung pariwisata akan memperhatikan volume penumpang, 33

34 kondisi geografis/ perairan, iklim, ketersediaan sarana dan prasarana yang saat ini tersedia, serta yang diperlukan di masa mendatang. Proyeksi potensi penumpang di masa mendatang yang salah satunya ditimbulkan oleh aktifitas pariwisata merupakan masukan penting dalam perencanaan sarana dan prasarana transportasi laut di masa mendatang. B. Metodologi Metodologi kegiatan pada setiap tahapan disajikan secara skematis dalam Gambar 3.2. Keluaran Tahapan kegiatan Metodologi Lap. Pendahuluan Lap. Antara Metodologi dan Rencana Kerja Tahap Identifikasi Kondisi Eksisting: a. Inventarisasi peraturan perundang-undangan dan literatur yang mengatur kepariwisataan di Indonesia; b. Inventarisasi potensi kawasan strategis pengembangan pariwisata di Indonesia bagian timur yang dilayani oleh transportasi laut; c. Inventarisasi potensi ekonomi yang berasal dari sektor pariwisata di Indonesia bagian timur; d. Identifikasi jaringan trayek kapal penumpang di Indonesia bagian timur; e. Identifikasi infrastruktur transportasi laut yang dapat mendukung dan digunakan untuk sektor pariwisata di Indonesia bagian timur; f. Identifikasi rencana pengembangan pelabuhan wisata (cruise); g. Identifikasi potensi-potensi wisata maritim (maritime tourism) di kawasan Indonesia bagian timur. Kajian meja: studi literatur, diskusi tenaga ahli Kajian meja: studi literatur, diskusi tenaga ahli Kajian lapangan: identifikasi kondisi, diskusi stakeholders Konsep Lap. Akhir Tahap Analisis: a. Analisis konektifitas transportasi laut pendukung kawasan strategis pariwisata di Indonesia bagian timur; b. Analisis kebutuhan pengembangan pelayanan transportasi laut di kawasan Indonesia bagian timur; c. Analisis SWOT penyelenggaraan transportasi laut dalam mendukung kawasan strategis pariwisata di Indonesia bagian timur. Kajian meja: pengolahan hasil survei, diskusi tenaga ahli Lap. Akhir Tahap Rekomendasi: strategi dan kebijakan nasional pola pengembangan pelayanan transportasi laut dalam upaya mendukung pengembangan kawasan strategis pariwisata di kawasan Indonesia bagian timur. Kajian meja: simpulan hasil analisis, diskusi tenaga ahli Gambar 3. 2 Tahapan Pelaksanaan 34

35 1. Tahap Identifikasi Kondisi Eksisting Identifikasi kondisi eksisting akan mencakup: a. Inventarisasi peraturan perundang-undangan dan literatur yang mengatur kepariwisataan di Indonesia; b. Inventarisasi potensi kawasan strategis pengembangan pariwisata di Indonesia bagian timur yang dilayani oleh transportasi laut; c. Inventarisasi potensi ekonomi yang berasal dari sektor pariwisata di Indonesia bagian timur; d. Identifikasi jaringan trayek kapal penumpang di Indonesia bagian timur; e. Identifikasi infrastruktur transportasi laut yang dapat mendukung dan digunakan untuk sektor pariwisata di Indonesia bagian timur; f. Identifikasi rencana pengembangan pelabuhan wisata (cruise); g. Identifikasi potensi-potensi wisata maritim (maritime tourism) di kawasan Indonesia bagian timur. Sebagai tambahan, perlu dilakukan identiifikasi karakteristik penyelenggaraan pariwisata yang berkunjung di suatu daerah, seperti: a. Identifikasi up-and-down jumlah wisatawan menurut waktu (peak-low season) yang berkaitan dengan kebutuhan jumlah, jenis dan frekuensi moda transportasi laut; b. Identifikasi tipologi wisatawan (mass-special interest) yg berimplikasi pada tipe moda transportasi; c. Identifikasi kelembagaan pengelolaan usaha kapal/pelayaran laut di kawasan strategis pariwisata Indonesia bagian timur. Identifikasi dilakukan dengan pengumpulan data sekunder melalui survei kepustakaan, meliputi teori-teori, referensi-referensi, serta peraturan perundang-undangan, yang terkait dan relevan dengan tujuan studi. Selain itu, akan dikumpulkan dokumen perencanaan pengembangan pariwisata maupun transportasi laut di wilayah studi pada instansi/dinas yang ada di wilayah tersebut. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan pada pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, didukung wawancara mendalam terhadap stakeholders pada instansi pemerintah terkait, dalam hal ini Dinas Perhubungan dan Dinas Pariwisata. Kegiatan survei akan dilakukan di 7 lokasi, yaitu Jakarta, Semarang, Denpasar, Kupang, Mataram, Manado dan Sorong. Mencermati lokasi survei yang tidak semuanya berada di wilayah 35

36 Tabel 3.1 Indonesia bagian Timur, indikasi kegiatan survei yang akan dilakukan diuraikan dalam tabel berikut: Indikasi Kegiatan di Lokasi Survei No Lokasi Indikasi kegiatan survei 1 Jakarta, DKI Jakarta 2 Semarang, Jawa Tengah Pengumpulan data sekunder dan kebijakan pengembangan pariwisata dan transportasi laut di Indonesia Best practices pengembangan transportasi laut untuk mendukung pariwisata darat Rencana pengembangan pariwisata (Masterplan Pariwisata/RIPP) 3 Denpasar, Bali Best practices pengembangan transportasi laut untuk menunjang pariwisata maritim Rencana pengembangan pariwisata (Masterplan Pariwisata/RIPP) 4 Kupang, Nusa Tenggara Timur 5 Mataram, Nusa Tenggara Barat 6 Manado, Sulawesi Utara 7 Sorong, Papua Barat Identifikasi kondisi pariwisata eksisting dan rencana pengembangan (Masterplan Pariwisata/RIPP) Identifikasi kondisi transportasi laut eksisting dan kebutuhan pengembangannya Identifikasi kondisi pariwisata eksisting dan rencana pengembangan (Masterplan Pariwisata/RIPP) Identifikasi kondisi transportasi laut eksisting dan kebutuhan pengembangannya Identifikasi kondisi pariwisata eksisting dan rencana pengembangan (Masterplan Pariwisata/RIPP) Identifikasi kondisi transportasi laut eksisting dan kebutuhan pengembangannya Identifikasi kondisi pariwisata eksisting dan rencana pengembangan (Masterplan Pariwisata/RIPP) Identifikasi kondisi transportasi laut eksisting dan kebutuhan pengembangannya 2. Tahap Analisis Beberapa kegiatan yang akan dilakukan antara lain: a. Analisis kinerja pelayanan transportasi laut pendukung kawasan strategis pariwisata di Indonesia bagian timur; Kinerja pelayanan transportasi laut diukur dengan tingkat 36

37 konektifitas ke lokasi wisata, yang dibagi atas: 1) Konektifitas dalam lingkup global yang menghubungkan jaringan pelayaran kapal pesiar ke pelabuhan utama di Indonesia, 2) Konektifitas dalam lingkup nasional yang menghubungkan antar wilayah di Indonesia, yang dilakukan oleh pelayaran laut dan lintas penyeberangan, 3) Konektifitas dalam lingkup lokal, yang menghubungkan ke lokasi wisata, yang dilakukan oleh pelayaran rakyat. b. Analisis SWOT pengembangan pelayanan transportasi laut dalam mendukung kawasan strategis pariwisata di Indonesia bagian timur. Analisis SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi aspek internal dan eksternal dari wilayah studi, terkait dengan aspek transportasi dan pariwisata. Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan (strong), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity) dan tantangan (threath), serta strategi yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan. Secara skematis, analisis SWOT disajikan dalam gambar berikut: Gambar 3. 3 Analisis SWOT Analisis dan evaluasi dilakukan secara komprehensif, dengan pendekatan deskriptif dan kuantitatif yang ditunjang oleh data primer hasil pengukuran, pengamatan dan wawancara serta data sekunder. Tahapan dan skema analisis perencanaan dan 37

38 pengembangan transportasi laut disajikan dalam Gambar 3.4. Aspek permintaan: - Volume o Jumlah orang o Jumlah perjalanan - Lokasi o Asal perjalanan o Tujuan perjalanan - Karakteristik o Kualitas layanan yang diharapkan o Jenis perjalanan wisata yg diharapkan - Proyeksi permintaan o Potensi wisata o Rencana pengembangan o Pertumbuhan pendapatan o Pertumbuhan penduduk Aspek penyediaan: - Prasarana o Panjang dermaga o Kualitas dermaga o Kapasitas terminal o Kapasitas fasilitas pendukung - Sarana o Kapasitas sarana o Kualitas sarana - Operasi o Frekuensi sarana o Pengembangan rute o Standar operasi dan keselamatan - Rencana pengembangan o Kebijakan terkait Analisis: - Konektifitas - SWOT Kebutuhan pengembangan: - Sarana - Prasarana Rencana implementasi: - Biaya - Waktu - Instansi/lembaga pelaksana Gambar 3. 4 Skema Analisis Perencanaan dan Pengembangan Transportasi Laut 3. Tahap Penyusunan Rekomendasi Cakupan rekomendasi yang akan disusun diharapkan mampu menjawab maksud dan tujuan penelitian, yaitu tersusunnya strategi dan kebijakan nasional pola pengembangan pelayanan transportasi laut dalam upaya mendukung pengembangan kawasan strategis pariwisata di kawasan Indonesia bagian timur. Rekomendasi yang diberikan merupakan simpulan akhir dari hasil identifikasi dan analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya. 38

39 Berdasarkan rangkuman kajian literatur yang dilakukan, maka rekomendasi pengembangan transportasi laut untuk mendukung pariwisata maritim diarahkan pada transportasi laut yang memiliki karakteristik: a. mampu menjangkau dan melayani rute pelayaran dari dan ke pulau-pulau kecil secara berkala; b. menggunakan inovasi teknologi modern secara proporsional dan minimal bahan pencemar; c. menggunakan moda transportasi bertonase kecil-menengah namun tetap laik dari sisi keamanan dan kenyamanan; d. mengangkut wisatawan secara cepat dan tepat-waktu dari dan ke kawasan-kawasan pariwisata maritim. Prinsip-prinsip pengembangan tersebut akan mendasari strategi dan rekomendasi yang akan diperinci lebih lanjut dalam keluaran kajian. 39

40 BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA Gambaran wilayah studi akan memberikan uraian mengenai kondisi transportasi laut dan pariwisata baik secara nasional maupun pada 7 lokasi studi, yaitu Jakarta (Provinsi DKI Jakarta), Semarang (Provinsi Jawa Tengah), Denpasar (Provinsi Bali), Mataram (Provinsi Nusa Tenggara Barat), Kupang (Provinsi Nusa Tenggara Timur), Manado (Provinsi Sulawesi Utara), dan Sorong (Provinsi Papua Barat). Gambaran wilayah studi akan menjadi masukan dalam proses analisis dan penyusunan rekomendasi. A. Deskripsi Perolehan Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer berdasarkan wawancara kepada pemegang kebijakan dan data sekunder berupa statistik pariwisata dan transportasi laut. Perolehan data per lokasi disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4. 1 Daftar Perolehan Data Hasil Survey No Lokasi survey Perolehan data 1 Kementrian perhubungan RI Data Sekunder: 1. Fasilitas dan Kinerja Operasional Pelabuhan Tahun UU 17 Tahun PP No. 61 Tahun PP No. 5 Tahun PP No. 20 Tahun PP No. 21 Tahun Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Statistik Jasa Perjalanan Wisata Tahun Statistik Jasa Perjalanan Wisata Tahun Laporan Akhir Kajian Penyusunan Indeks Efektifitas Transportasi Perintis untuk Mendukung Pengembangan Daerah Tahun Data Daya Serap Perintis tahun 2008 s/d Jaringan Trayek Pelayaran Perintis Tahun Anggaran

41 No Lokasi survey Perolehan data 16. Rekap Kontrak Subsidi Pengoperasian Kapal Perintis Tahun Anggaran Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 414 Tahun 2013 Tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional 2 Jakarta, DKI Jakarta Data Primer: 1. Isian kuesioner staf Bappeda Provinsi DKI Jakarta 2. Isian kuesioner staf Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta 3. Isian kuesioner staf Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Data Sekunder: 1. PERDA No 2 Thn 2013 ttg RPJMD DKI Jakarta PERDA PROV DKI NO 1 TAHUN 2030 ttg RTRW Pergub 103 tahun 2007 Pola Transportasi Makro (PTM) 4. RPJPD DKI_RKPD Jadwal Kapal Pelni Kawasan Unggulan Kelurahan Pulau Tidung 8. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Kepariwisataan 9. Penerimaan PAD Sektor Pariwisata Pemerintah Prov DKI Jakarta Tahun (Dalam Data Pariwisata dan Budaya Jakarta 2012) 10. Data Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Tahun Semarang, Jawa Tengah Data Primer: 1. Isian kuesioner staf Bappeda Provinsi Jawa Tengah 2. Isian kuesioner staf Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah 3. Isian kuesioner staf Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah 4. Dokumentasi sepanjang pantai Semarang Data Sekunder: 1. Jawa Tengah Dalam Angka Cilacap Dalam Angka Jepara dalam Angka Daya tarik wisata Daya tarik wisata Jadwal Kapal Menuju Ke Karimunjawa 7. Peta Wisata Jawa Tengah 41

42 No Lokasi survey Perolehan data 8. Hubkominfo Dalam Angka RENSTRA Matrik SKPD ( ) 1 tahunan 11. Matrik SKPD ( ) 5 tahunan 12. Tatrawil tahun RPJMD RPJPD RKPD Rencana Induk Perekeretaapian Provinsi Jawa Tengah Perda 6 Tahun 2010 tentang RTRW Data Penumpang dan Barang di Daop 4, 5 dan Daftar Indikasi Investasi Infrastruktur MP3EI Dan Proyek Strategis Di Propinsi Jawa Tengah Mei Bahan MP3EI Koridor Jawa 21. Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan Tanjung Emas Tahun Rip Tg Emas Tahap 3 tahun Laporan Akhir Dokumen Rencana Pembangunan dan Pengembangan (dalam Penyusunan Masterplan Tj. Emas Semarang Tahun 2011) 24. Laporan Akhir Dokumen Analisa dan Prediksi (dalam Penyusunan Masterplan Tj. Emas Semarang Tahun 2011) 25. Laporan Akhir Dokumen Kompilasi Data (dalam Penyusunan Masterplan Tj. Emas Semarang Tahun 2011) 26. Jawa Tengah Tour Package 27. Kecamatan Karimun Jawa Dalam Angka Tahun Kecamatan Karimun Jawa Dalam Angka Tahun Denpasar, Bali Data Primer: 1. Isian kuesioner staf Bappeda Provinsi Bali 2. Isian kuesioner staf Dinas Perhubungan Provinsi Bali 3. Isian kuesioner staf Dinas Pariwisata Provinsi Bali Data Sekunder: 1. RTWP Rancangan Tatrawil Bali Studi Tinjau Ulang Tatrawil Provinsi Bali 2008 Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi di Koridor V Bali- Nusa Tenggara (2012) 42

43 No Lokasi survey Perolehan data 4. Konsep Pergub TATRAWIL PROVINSI BALI tahun Rencana Strategik (Renstra) Tahun Dinas Perhubungan Provinsi Bali 6. RPJMD RPJPD Provinsi Bali Dalam Angka Kabupaten Jembrana Dalam Angka Kabupaten Tabanan Dalam Angka Kabupaten Badung Dalam Angka Kabupaten Gianyar Dalam Angka Kabupaten Klungkung Dalam Angka Kabupaten Bangli Dalam Angka Kabupaten Buleleng Dalam Angka Kabupaten Karangasem Dalam Angka Kota Denpasar Dalam Angka Statistik Pariwisata Sepuluh Besar Kunjungan Obyek Wisata dibali Data Kunj_langsung Wisman kebali berdasarkan Kebangsaan th_ Data Kunjungan langsung Wisman kebali berdasarkan Kebangsaan Data Kunjungan langsung Wisman kebali berdasarkan Kebangsaan Data Kunjungan langsung Wisman kebali berdasarkan Kebangsaan Data Kunjungan langsung Wisman kebali berdasarkan Kebangsaan Data Kunjungan langsung Wisman kebali berdasarkan Kebangsaan Data Kunjungan langsung Wisman kebali berdasarkan Kebangsaan Data Kunjungan langsung Wisman kebali berdasarkan Kebangsaan Data Kunjungan langsung Wisman kebali berdasarkan Kebangsaan Data Kunjungan langsung Wisman kebali berdasarkan Kebangsaan Data Kunjungan langsung Wisman kebali berdasarkan Kebangsaan 2013 (sd Mei) 31. Data Wisnus Grafik THK (Des) 33. Grafik THK (sd Maret) 34. Jumlah Kunjungan Wisatawan Pada Obyek Obyek Wisata Di Bali Tahun Peringkat Negara Pengunjung Bali Peringkat Negara Pengunjung Bali

44 No Lokasi survey Perolehan data 37. Peringkat Negara Pengunjung Bali Profil Perhubungan Provinsi Bali Tahun Mataram, Nusa Tenggara Barat Data Primer: 1. Isian kuesioner staf Bappeda Provinsi NTB 2. Isian kuesioner staf Dinas Perhubungan Provinsi NTB 3. Isian kuesioner staf Dinas Pariwisata Provinsi NTB 4. Dokumentasi sepanjang pantai di Mataram Data Sekunder: 1. NTB Dalam Angka NTB Dalam Angka NTB Dalam Angka NTB Dalam Angka NTB Dalam Angka Lombok Barat Dalam Angka Lombok Barat Dalam Angka Lombok Barat Dalam Angka Lombok Barat Dalam Angka Lombok Barat Dalam Angka Lombok Barat Dalam Angka Lombok Barat Dalam Angka Lombok Tengah Dalam Angka Lombok Tengah Dalam Angka Lombok Tengah Dalam Angka Lombok Tengah Dalam Angka Lombok Tengah Dalam Angka Lombok Tengah Dalam Angka Lombok Tengah Dalam Angka Lombok Tengah Dalam Angka Lombok Timur Dalam Angka Lombok Timur Dalam Angka Lombok Timur Dalam Angka Lombok Timur Dalam Angka Lombok Timur Dalam Angka Lombok Timur Dalam Angka Lombok Timur Dalam Angka Sumbawa Dalam Angka Sumbawa Dalam Angka Sumbawa Dalam Angka Sumbawa Dalam Angka Sumbawa Dalam Angka Sumbawa Dalam Angka Dompu Dalam Angka Dompu Dalam Angka

45 No Lokasi survey Perolehan data 36. Dompu Dalam Angka Dompu Dalam Angka Dompu Dalam Angka Dompu Dalam Angka Dompu Dalam Angka Dompu Dalam Angka Dompu Dalam Angka Kab. Bima Dalam Angka Kab. Bima Dalam Angka Kab. Bima Dalam Angka Kab. Bima Dalam Angka Kab. Bima Dalam Angka Kab. Bima Dalam Angka Kab. Bima Dalam Angka Kab. Bima Dalam Angka Kab. Bima Dalam Angka Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka Kab. Sumbawa Barat Dalam Angka Kota Mataram Dalam Angka Kota Mataram Dalam Angka Kota Mataram Dalam Angka Kota Mataram Dalam Angka Kota Mataram Dalam Angka Kota Mataram Dalam Angka Kota Bima Dalam Angka Kota Bima Dalam Angka Kota Bima Dalam Angka Kota Bima Dalam Angka Kota Bima Dalam Angka Kota Bima Dalam Angka Kota Bima Dalam Angka Kab. Lombok Utara Dalam Angka Kab. Lombok Utara Dalam Angka Kab. Lombok Utara Dalam Angka Kab. Lombok Utara Dalam Angka Laporan Operasional Pelabuhan di NTB melalui pelabuhan yang diusahakan (Lembar-Badas-Bima) tahun Laporan Operasional Pelabuhan di NTB 45

46 No Lokasi survey Perolehan data melalui pelabuhan yang diusahakan (Lembar-Badas-Bima) tahun Laporan Operasional Pelabuhan di NTB melalui pelabuhan yang diusahakan (Lembar-Badas-Bima) tahun PDRB Prov NTB Perda no 3 Tahun 2010 tentang RTRW NTB RPJMN RPJPN RPJMD NTB RPJPD NTB Rancangan RPJPD NTB Statistik Perhotelan Provinsi Nusa Tenggara Barat Statistik Perhotelan Provinsi Nusa Tenggara Barat Statistik Perhotelan Provinsi Nusa Tenggara Barat Statistik Perhotelan Provinsi Nusa Tenggara Barat Statistik Hotel Bintang Dan Non Bintang (Angka Sementara) Di Nusa Tenggara Barat Januari-Desember Statistik Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat Statistik Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat Statistik Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat Statistik Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat Berita Resmi Statistik-Transportasi- Januari- Desember Informasi Peta 15 Kawasan Pariwisata Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat 98. Statistik Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Angka Kunjungan Wisatawan Tahun Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun Data Usaha Pariwisata (Direktori) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Kupang, Nusa Tenggara Timur Data Primer: 1. Isian kuesioner staf Bappeda Provinsi NTT 2. Isian kuesioner staf Dinas Perhubungan Provinsi NTT 46

47 No Lokasi survey Perolehan data 3. Isian kuesioner staf Dinas Pariwisata Provinsi NTT 4. Dokumentasi sepanjang pantai di Kupang Data Sekunder: 1. Provinsi NTT dalam Angka Kecamatan dalam Angka Provinsi NTT Sumba Timur dalam Angka Kabupaten Kupang dalam Angka Data Base Pariwisata Provinsi dan Kabupaten Kota di NTT 6. Indikator Ekonomi Provinsi NTT Indikator Ekonomi Provinsi NTT Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi NTT Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi NTT RPJMD Provinsi NTT Profil Daerah Provinsi NTT RPJPD Provinsi NTT 13. Angkutan jalan, penyebrangan dan laut Provinsi NTT 14. Data kunjungan wisman dan wisnus tahun 2010 (Januari-Maret) 15. Data perkembangan pariwisata provinsi sulawesi utara tahun 2006 s/d Data potensi desa ntt Berita resmi statistik-profil kemiskinan di nusa tenggara timur september Kinrja perekonomian ntt Kinrja perekonomian ntt Lkpj gubernur nusa tenggara timur tahun Perda rtrw provinsi ntt Proyeksi penduduk Spotlite naker dan pengangguran Manado, Sulawesi Utara 1. RPJMD Prov. SULUT RPJPD Prov. SULUT Buku Data & Analisa RTRWP SULUT Buku RanPERDA RTRWP SULUT Lampiran: Buku I RanPERDA RTRWP SULUT Lampiran: Buku II Album Peta RanPERDA RTRWP Data Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara Tahun

48 No Lokasi survey Perolehan data 8 Sorong, Papua Barat 1. Laporan akhir-penyempurnaan rencana induk pengembangan pariwisata daerah provinsi papua barat tahun Statistik Pariwisata papua barat 3. Peta Transportasi Papua Barat Data Objek Wisata Kab/Kota di Prov Papua Barat 5. Usaha Cottage Di Kabupaten Raja Ampat Tahun Data Hotel Prov Papua Barat 7. Usaha Resort, Hotel, Penginapan, Cottage Di Kabupaten Raja Ampat Tahun Data Liveaboard/Kapal Wisata Tahun Usaha Resort Di Kabupaten Raja Ampat Tahun Usaha Rumah Makan, Restoran Dan Café Yang Telah Terdaftar Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Di Kabupaten Raja Ampat Tahun Usaha Rumah Makan, Restoran Dan Café Di Kabupaten Raja Ampat Tahun Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Dishubkominfo Papua Barat 13. Jumlah Arus Penumpang dan Barang Jumlah Pelabuhan Laut di Prov Papua Barat Data Pelabuhan Se Papua Barat Tahun Papua Barat Dalam Angka Papua Barat Dalam Angka Papua Barat Dalam Angka Data Penerbangan Domestik 20. Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Papua Barat 21. Pres R4 Mei (Kesra) 2013 tentang Kebijakan dan Kesiapan Raja Ampat sebagai Antisipasi Tuan Rumah Sail Program Peningkatan/Pembangunan Pelabuhan di Papua Barat 23. Prolog_Sail_Raja4_30Mei2013 -Antisipasi sail & kesiapan daerah 24. RPJMD Papua Barat RPJPD Papua Barat Executive summary-deatail Rencana Induk Pembangunan Infrastruktur Prov Papua (Hard Copy) Sumber: Survey Lapangan,

49 B. Gambaran Umum 1. Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan Peraturan perundangan terkait dengan pariwisata yang berlaku saat ini serta relevan dengan pelaksanaan kajian setidaknya meliputi beberapa peraturan berikut: a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Dalam peraturan tersebut pembangunan kepariwisataan diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata (Pasal 6). Pembangunan kepariwisataan meliputi industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan kepariwisataan. Dalam peraturan tersebut juga diatur mengenai kawasan strategis pariwisata. Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan aspek 1) sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata; 2) potensi pasar; 3) lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah; 4) perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; 5) lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya; 6) kesiapan dan dukungan masyarakat; dan 7) kekhususan dari wilayah. Aspek transportasi disinggung sebagai salah satu bagian dari usaha pariwisata, yaitu jasa transportasi wisata, sementara wisata maritim disebut sebagai wisata tirta. b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun Dalam rencana induk ini diuraikan bahwa pembangunan kepariwisataan nasional meliputi: 1) Destinasi Pariwisata; 2) Pemasaran Pariwisata; 3) Industri Pariwisata; dan 4) Kelembagaan Kepariwisataan. Terkait dengan penyediaan transportasi, pembangunan aksesibilitas pariwisata dalam RIPPARNAS meliputi: 49

50 1) penyediaan dan pengembangan sarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api; 2) penyediaan dan pengembangan prasarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api; dan 3) penyediaan dan pengembangan sistem transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api. Ketiga aspek ini akan menjadi pertimbangan penting dalam penyusunan rekomendasi kajian. c. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat; d. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2011 Tentang Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia; e. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif; f. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata; g. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 Tentang Badan Promosi Pariwisata Indonesia; h. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor Pm.55/Hk.001/M.Pek/2012 Tentang Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; i. Dokumen terkait lainnya, Kode Etik Kepariwisataan Dunia yang dikeluarkan oleh negara-negara anggota Organisasi Kepariwisataan Dunia (World Tourism Organization); j. Dokumen terkait lainnya: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun Inventarisasi Potensi Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata a. Destinasi Pariwisata Nasional Dalam RIPPARNAS, telah diuraikan 50 destinasi pariwisata nasional (DPN), yang mencakup: 50

51 Tabel 4. 2 Daftar Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) DESTINASI PARIWISATA NASIONAL (DPN) 1. DPN BANDA ACEH WEH dan sekitarnya 2. DPN NIAS SIMEULUE dan sekitarnya 3. DPN MEDAN TOBA dan sekitarnya 4. DPN MENTAWAI SIBERUT dan sekitarnya 5. DPN PADANG BUKITTINGGI dan sekitarnya 6. DPN PEKANBARU RUPAT dan sekitarnya 7. DPN JAMBI KERINCI SEBLAT dan sekitarnya 8. DPN BATAM BINTAN dan sekitarnya 9. DPN NATUNA ANAMBAS dan sekitarnya 10. DPN PALEMBANG BABEL dan sekitarnya 11. DPN BENGKULU ENGGANO dan sekitarnya 12. DPN KRAKATAU UJUNGKULON dan sekitarnya 13. DPN JAKARTA KEP SERIBU dan sekitarnya 14. DPN BOGOR HALIMUN dan sekitarnya 15. DPN BANDUNG CIWIDEY dan sekitarnya 16. DPN PANGANDARAN NUSAKAMBANGAN dan sekitarnya 17. DPN SEMARANG KARIMUNJAWA dan sekitarnya 18. DPN SOLO SANGIRAN dan sekitarnya 19. DPN BOROBUDUR YOGYAKARTA dan sekitarnya 20. DPN BROMO MALANG dan sekitarnya 21. DPN SURABAYA MADURA dan sekitarnya 22. DPN IJEN ALASPURWO dan sekitarnya 23. DPN BALI NUSA LEMBONGAN dan sekitarnya 24. DPN LOMBOK GILI TRAMENA dan sekitarnya 25. DPN MOYO TAMBORA dan sekitarnya 26. DPN KOMODO RUTENG dan sekitarnya 27. DPN KELIMUTU MEUMERE dan sekitarnya 28. DPN SUMBA WAIKABUBAK dan sekitarnya 29. DPN ALOR LEMBATA dan sekitarnya 30. DPN KUPANG ROTENDAO dan sekitarnya 31. DPN PONTIANAK SINGKAWANG dan sekitarnya 32. DPN SENTARUM BETUNG KERIHUN dan sekitarnya 33. DPN PALANGKARAYA TANJUNG PUTING dan sekitarnya 34. DPN LONG BAGUN MELAK dan sekitarnya 35. DPN TENGGARONG BALIKPAPAN dan sekitarnya 36. DPN DERAWAN KAYAN MENTARANG dan sekitarnya 37. DPN BANJARMASIN MARTAPURA dan sekitarnya 38. DPN MAKASSAR TAKABONERATE dan sekitarnya 39. DPN TORAJA LORELINDU dan sekitarnya 40. DPN TOGEAN GORONTALO dan sekitarnya 51

52 DESTINASI PARIWISATA NASIONAL (DPN) 41. DPN MANADO BUNAKEN dan sekitarnya 42. DPN KENDARI WAKATOBI dan sekitarnya 43. DPN HALMAHERA MOROTAI dan sekitarnya 44. DPN AMBON BANDANEIRA dan sekitarnya 45. DPN SORONG RAJA AMPAT dan sekitarnya 46. DPN MANOKWARI FAK FAK dan sekitarnya 47. DPN BIAK NUMFOR dan sekitarnya 48. DPN SENTANI WAMENA dan sekitarnya 49. DPN TIMIKA LORENZT dan sekitarnya 50. DPN MERAUKE WAZUR dan sekitarnya Sumber: Rencana Induk Pariwisata Nasional Tahun , 2011 Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa lokasi studi di 7 provinsi memiliki DPN yang sebagian merupakan jenis wisata bahari. Dalam bentuk peta, lokasi DPN tersebut disajikan dalam Gambar 4.1. Ke limapuluh DPN tersebut diperinci lagi dalam 222 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) dan 80 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). 52

53 Gambar 4. 1 Peta Sebaran Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Sumber: Rencana Induk Pariwisata Nasional Tahun ,

54 b. Perkembangan Jumlah Wisatawan Secara total, jumlah tamu hotel dari dalam negeri dan asing pada hotel bintang dan non bintang adalah sebagai berikut: Tabel 4. 3 Jumlah Tamu Hotel Menurut Provinsi Tahun (ribuan) Provinsi NAD 221,1 255,1 374,9 354,3 406,1 Sumatera Utara 1.343, , , , ,2 Sumatera Barat 748,9 634,2 576,8 579,9 635,9 R i a u 4.160, , , , ,7 J a m b i 166,9 164,6 164,6 299,8 305,3 Sumatera Selatan 485,4 493,5 764,5 437,8 497,0 Bengkulu 42,8 47,6 67,0 94,9 72,2 Lampung 637,0 930,7 608,3 696, ,7 Babel 76,9 101,0 105,4 92,6 61,9 Kepulauan Riau 0,0 0,0 0, , ,4 DKI Jakarta 4.272, , , ,4 Jawa Barat 7.183, , , , ,4 Jawa Tengah 3.559, , , , ,6 DI Yogyakarta 2.297, , , , ,0 Jawa Timur 6.408, , , , ,6 Banten 933, , , , ,5 B a l i 2.616, , , , ,2 NTB 242,4 941,5 367,3 354,4 399,5 NTT 253,6 204,2 180,4 191,6 208,0 Kalimantan Barat 360,5 383,7 381,1 493,3 511,5 Kalimantan Tengah 363,8 343,9 331,7 228,9 491,7 Kalimantan Selatan 382,4 356,6 406,5 520,7 786,7 Kalimantan Timur 1.149, , , , ,6 Sulawesi Utara 212,4 241,3 287,4 196,6 719,2 Sulawesi Tengah 342,3 285,5 70,6 304,5 480,6 Sulawesi Selatan 1.312, , , , ,3 Sulawesi Tenggara 108,7 132,4 172,0 191,3 209,8 Gorontalo 30,1 22,2 16,3 21,6 31,8 Sulawesi Barat 0,0 0,0 0,0 27,0 35,9 M a l u k u 93,9 112,9 111,5 98,9 102,8 Maluku Utara 24,8 37,8 35,0 49,7 43,8 Papua Barat 0,0 0,0 0,0 85,2 59,9 P a p u a 131,5 230,2 264,4 172,0 224,6 Indonesia , , , , ,7 54

55 Tabel 4. 3 (lanjutan) Provinsi Pertum buhan /thn Pangsa pasar NAD 462,0 555,9 564,5 766,9 33,7% 1,1% Sumatera Utara 1.754, , , ,7 61,1% 3,5% Sumatera Barat 952, , , ,7 60,0% 2,0% R i a u 1.794, , , ,8 151,3% 3,8% J a m b i 358,4 318,6 356,3 748,9 26,9% 1,1% Sumatera Selatan 770,8 667,3 826, ,6 23,9% 3,7% Bengkulu 81,1 86,5 118,6 190,0 27,2% 0,3% Lampung 769,0 750,3 746, ,3 58,0% 1,7% Babel 80,6 134,3 136,7 247,4 36,0% 0,4% Kepulauan Riau 1.419, , , ,3 63,9% 3,4% DKI Jakarta 5.225, , , ,7 52,3% 13,2% Jawa Barat 6.705, , , ,4 77,4% 14,2% Jawa Tengah 3.627, , , ,9 71,6% 7,7% DI Yogyakarta 3.200, , , ,0 69,4% 5,1% Jawa Timur 4.721, , , ,5 95,8% 9,9% Banten 1.117, , , ,3 65,7% 2,2% B a l i 4.444, , , ,5 47,7% 9,0% NTB 439,6 616, ,6 767,2 36,5% 1,1% NTT 207,8 294,6 319,3 332,6 78,9% 0,5% Kalimantan Barat 836,0 914,4 840, ,1 32,0% 2,0% Kalimantan 398,4 313,3 581,6 760,9 52,4% 1,1% Tengah Kalimantan 676,2 662,1 861, ,2 41,5% 1,5% Selatan Kalimantan Timur 1.315, , , ,5 48,8% 3,8% Sulawesi Utara 351,9 200,9 194,2 961,9 26,7% 1,4% Sulawesi Tengah 197,4 140,1 185,2 532,5 67,9% 0,8% Sulawesi Selatan 1.232, , , ,1 59,1% 3,5% Sulawesi 281,8 303,2 191,3 387,7 32,9% 0,6% Tenggara Gorontalo 38,4 48,7 50,5 145,9 25,1% 0,2% Sulawesi Barat 37,7 53,3 53,1 48,8 62,2% 0,1% M a l u k u 132,3 130,4 90,6 171,9 58,9% 0,3% Maluku Utara 107,7 84,2 84,6 160,8 19,5% 0,2% Papua Barat 92,1 54,0 68,2 138,6 67,8% 0,2% P a p u a 177,0 262,2 280,8 359,3 41,5% 0,5% Indonesia , , , ,7 63,1% 100,0% Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah) Data di atas menunjukkan bahwa jumlah tamu hotel di Indonesia meningkat dari 40,1 juta orang pada tahun 2003 menjadi 68 juta pada tahun 20111, atau meningkat rata-rata 63,1% per tahun. peningkatan ini menunjukkan besarnya aktifitas sosial ekonomi masyarakat yang terjadi baik yang 55

56 dilakukan oleh penduduk Indonesia maupun mancanegara. Apabila ditinjau dari pintu masuknya, maka jumlah kedatangan wisatawan mancanegara di Indonesia disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4. 4 Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Menurut Pintu Masuk Tahun Soekarno Hatta Ngurah Rai Bandara Polonia Batam Bandara Lainnya Jumlah Sharing (%) 25,3% 36,5% 2,5% 15,2% 20,6% 100,0% Pertumbuhan rerata/tahun (%) 2,0% 5,6% 0,7% 0,3% 2,3% 2,8% Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah) Tabel tersebut menunjukkan bahwa prosentase kedatangan wisatawan mancanegara terbesar melalui moda udara, sedangkan moda laut hanya digunakan oleh minoritas wisatawan. Secara rata-rata, pertumbuhan wisatawan mancanegara per tahun sebesar 2,8% per tahun. c. Distribusi Wisatawan Berdasarkan Destinasi Pariwisata Berdasarkan tujuan wisatanya, maka dapat dilihat bahwa secara total, Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta merupakan yang terbesar dibandingkan wilayah lain di Indonesia, dengan prosentase masing-masing 14,2% dan 13,2%, disusul Jawa Timur (9,9%), Bali (9%), Jawa Tengah (7,7%) dan DI Yogyakarta (5,1%). Apabila dilihat dari kunjungan tamu asing, maka Bali adalah yang terbesar dengan prosentase mencapai 47,8%, disusul DKI Jakarta (13,9%) dan 56

57 Kepulauan Riau (13,1%). Sementara kunjungan tamu domestik menunjukkan bahwa prosentase terbesar ada di Provinsi Jawa Barat (15,6%), disusul DKI Jakarta (13,1%) dan Jawa Timur (10,3%), sementara provinsi lainnya di bawah 10%. Selengkapnya, destinasi wisatawan menurut provinsi disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4. 5 Destinasi Wisatawan Menurut Provinsi, 2011 Provinsi Hotel bintang Tamu Asing Hotel non Jumlah % bintang Hotel bintang Tamu Domestik Hotel non Jumlah % bintang Nanggroe Aceh Darussalam 6,3 1,9 8,2 0,1% 197,7 561,0 758,7 1,3% Sumatera Utara 125,6 26,0 151,6 2,0% 926, , ,1 3,7% Sumatera Barat 20,6 41,3 61,9 0,8% 425,8 855, ,8 2,1% R i a u 19,3 1,3 20,6 0,3% 745, , ,2 4,3% J a m b i 2,4 0,2 2,6 0,0% 241,2 505,1 746,3 1,2% Sumatera Selatan 25,3 0,4 25,7 0,3% 1.178, , ,9 4,1% Bengkulu 0,2 0,4 0,6 0,0% 26,0 163,3 189,3 0,3% Lampung 5,0 4,0 9,0 0,1% 170, , ,3 2,0% Kep Bangka Belitung 1,4 0,2 1,6 0,0% 170,5 75,4 245,9 0,4% Kepulauan Riau 961,3 41, ,6 13,1% 739,1 571, ,7 2,2% DKI Jakarta 1.013,2 54, ,9 13,9% 5.470, , ,8 13,1% Jawa Barat 178,1 41,1 219,2 2,9% 3.457, , ,2 15,6% Jawa Tengah 59,5 54,7 114,2 1,5% 1.793, , ,7 8,4% DI Yogyakarta 107,0 12,3 119,3 1,6% 710, , ,7 5,6% Jawa Timur 200,4 344,8 545,2 7,1% 1.826, , ,3 10,3% Banten 77,6 0,5 78,1 1,0% 591,1 840, ,2 2,4% B a l i 2.296, , ,8 47,8% 895, , ,7 4,0% Nusa Tenggara Barat 59,0 209,4 268,4 3,5% 208,1 290,6 498,7 0,8% Nusa Tenggara Timur 15,3 34,8 50,1 0,7% 57,3 225,2 282,5 0,5% Kalimantan Barat 15,6 4,5 20,1 0,3% 277, , ,0 2,2% Kalimantan Tengah 1,6 0,3 1,9 0,0% 70,1 688,9 759,0 1,3% Kalimantan Selatan 9,3 2,5 11,8 0,2% 316,0 717, ,4 1,7% Kalimantan Timur 39,4 40,1 79,5 1,0% 739, , ,9 4,2% Sulawesi Utara 13,1 1,3 14,4 0,2% 333,1 614,3 947,4 1,6% Sulawesi Tengah 0,8 3,1 3,9 0,1% 48,2 480,3 528,5 0,9% Sulawesi Selatan 49,0 54,6 103,6 1,4% 756, , ,5 3,8% Sulawesi Tenggara 1,1 0,5 1,6 0,0% 45,0 341,2 386,2 0,6% Gorontalo 0,5 0,3 0,8 0,0% 11,3 133,8 145,1 0,2% Sulawesi Barat 0,1 0,1 0,0% 48,7 48,7 0,1% M a l u k u 2,5 0,3 2,8 0,0% 56,9 112,2 169,1 0,3% Maluku Utara 0,7 0,0 0,7 0,0% 33,3 126,8 160,1 0,3% Papua Barat 3,2 1,5 4,7 0,1% 60,9 73,1 134,0 0,2% P a p u a 3,1 8,2 11,3 0,1% 93,6 254,4 348,0 0,6% Indonesia 5.313, , ,8 100,0% , , ,9 100,0% 57

58 Tabel 4. 5 (lanjutan) Provinsi Hotel bintang Total Hotel non bintang Jumlah % Nanggroe Aceh Darussalam 204,0 562,9 766,9 1,1% Sumatera Utara 1.052, , ,7 3,5% Sumatera Barat 446,4 896, ,7 2,0% R i a u 764, , ,8 3,8% J a m b i 243,6 505,3 748,9 1,1% Sumatera Selatan 1.204, , ,6 3,7% Bengkulu 26,2 163,8 190,0 0,3% Lampung 175, , ,3 1,7% Kep Bangka Belitung 171,9 75,5 247,4 0,4% Kepulauan Riau 1.700,4 612, ,3 3,4% DKI Jakarta 6.483, , ,7 13,2% Jawa Barat 3.635, , ,4 14,2% Jawa Tengah 1.852, , ,9 7,7% DI Yogyakarta 817, , ,0 5,1% Jawa Timur 2.026, , ,5 9,9% Banten 668,7 840, ,3 2,2% B a l i 3.191, , ,5 9,0% Nusa Tenggara Barat 267,1 500,1 767,2 1,1% Nusa Tenggara Timur 72,6 260,0 332,6 0,5% Kalimantan Barat 293, , ,1 2,0% Kalimantan Tengah 71,7 689,2 760,9 1,1% Kalimantan Selatan 325,3 719, ,2 1,5% Kalimantan Timur 779, , ,5 3,8% Sulawesi Utara 346,2 615,7 961,9 1,4% Sulawesi Tengah 49,0 483,5 532,5 0,8% Sulawesi Selatan 805, , ,1 3,5% Sulawesi Tenggara 46,1 341,6 387,7 0,6% Gorontalo 11,8 134,1 145,9 0,2% Sulawesi Barat - 48,8 48,8 0,1% M a l u k u 59,4 112,5 171,9 0,3% Maluku Utara 34,0 126,8 160,8 0,2% Papua Barat 64,1 74,5 138,6 0,2% P a p u a 96,7 262,6 359,3 0,5% Indonesia , , ,9 100,0% Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah) 58

59 Tahun 3. Inventarisasi Potensi Ekonomi Sektor Pariwisata Komponen input terbesar kepariwisataan berasal dari pengeluaran wisnus, diikuti investasi dan pengeluaran wisman, berturut-turut dengan kontribusi 59,3%, 34,6%, dan 27% di tahun Pengeluaran pemerintah untuk aktivitas kepariwisataan merupakan yang terkecil diantara komponen input, sebesar 0,7% tahun Tabel 4. 6 Nilai Komponen Input Nesparnas dan Persentasenya terhadap Komponen Nasional Tahun Pengeluaran Wisnus Investasi Komponen Input Anggaran pemerintah Pengeluaran Wisman ke Indonesia Pengeluaran Wisnas % % % % % % % % % % 134 Total % % 1 0.6% % % % % % % % % % % % % % % % % % Sumber: Neparnas, 2011 dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, 2011 Dampak perekonomian terbesar sektor kepariwisataan terjadi pada penyerapan tenaga kerja. Sebanyak 6,9% tenaga kerja nasional di 2010, atau sekitar 7,4 juta orang, berada pada sektor-sektor yang terkait kepariwisataan. Sementara dampak sektor kepariwisataan terhadap produksi, PDB, upah, dan pajak tidak langsung berada pada kisaran 4%. Kecuali dampak terhadap tenaga kerja, tren penurunan proporsi dampak sektor kepariwisataan terhadap nasional pada periode Tabel 4. 7 Kontribusi Ekonomi Kepariwisataan Menurut Nesparnas Dampak Terhadap Produksi Dampak terhadap PDB Komponen Output Dampak terhadap tenaga kerja Dampak terhadap upah Dampak terhadap pajak tidak langsung Par Nas % Par Nas % Par Nas % Par Nas % Par Nas % ,5 6640,8 4,6% 143,6 3339,5 4,3% 4,4 95,5 4,7% 45,6 1028,2 4,40% 5,5 131,1 4,2% ,1 7480,6 4,8% 169,7 3957,4 4,3% 5,2 99,9 5,2% 53,9 1216,8 4,40% 6,3 154,3 4,1% ,7 9882,4 5,1% 232,9 4954,0 4,7% 7,0 102,6 6,8% 75,5 1519,1 5,00% 8,4 194,7 4,3% ,0 10,5 4,8% 233,9 5613,4 4,2% 7,0 104,5 6,7% 75,5 1606,3 4,70% 8,4 199,6 4,2% , ,6 4,7% 261,1 6422,9 4,1% 7,4 108,2 6,9% 84,8 1831,1 4,60% 9,4 225,1 4,2% Sumber: Neparnas, 2011 dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional,

60 Lapangan usaha utama sektor kepariwisataan terdiri dari hotel, restoran, serta rekreasi dan hiburan. PDB yang dihasilkan ketiga lapangan usaha selalu tumbuh positif pada periode Tahun 2004, PDB yang dihasilkan sebesar Rp88,61 triliun, meningkat menjadi Rp196,18 triliun di tahun Tahun , ketiga lapangan usaha tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan PDB nasional. Restoran merupakan pemberi kontribusi PDB terbesar, di antara ketiga lapangan usaha. Tahun 2010, restoran berkontribusi sebesar 2,41% terhadap PDB nasional, dimana hotel dan rekreasi hanya berkontribusi 0,37% dan 0,27%. Tabel 4. 8 Kontribusi PDB Pariwisata Menurut Indikator Ekonomi, NO URAIAN * 2010** 1 ADHB (trilliun Rp) PDB Nasional 2.295, , , , , , ,92 PDB Pariwisata 88,61 101,69 118,67 134,86 153,17 173,21 196,18 Hotel 12,69 14,15 16,07 17,32 18,90 20,78 23,94 Restoran 68,32 78,81 92,42 106,25 121,24 137,62 154,89 Rekreasi & Hiburan 2 ADHK 2000 (trilliun Rp) 7,61 8,74 10,17 11,29 13,03 14,81 17,35 PDB Nasional 1.655, , , , , , ,69 PDB Pariwisata 55,15 58,48 61,92 66,07 70,22 75,43 78,83 Hotel 11,59 12,31 12,95 13,65 14,26 15,20 16,28 Restoran 37,26 39,45 41,72 44,68 47,62 51,23 52,88 Rekreasi & Hiburan 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,30 6,71 7,25 7,75 8,35 9,00 9,67 PDB Nasional 5,03 5,69 5,50 6,35 6,01 4,58 6,10 PDB Pariwisata 6,72 6,03 5,88 8,94 5,15 5,57 6,56 4 Kontribusi PDB Pariwisata terhadap PDB Nasional (%) PDB Pariwisata 3,86 3,67 3,55 3,41 3,10 3,09 3,05 Hotel 0,55 0,51 0,48 0,44 0,38 0,37 0,37 Restoran 2,98 2,84 2,77 2,69 2,45 2,46 2,41 Rekreasi & Hiburan 0,33 0,32 0,30 0,29 0,26 0,26 0,27 Sumber: Neparnas, 2011 dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional,

61 4. Identifikasi Potensi-Potensi Wisata Maritim (Maritime Tourism) Dari aspek tujuan, wisata dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: perjalanan rekreasional, perjalanan bisnis, kesehatan, agama, dan tujuan lainnya. Di lingkup dunia, tujuan melakukan perjalanan rekreasional masih merupakan yang terbesar yaitu 51% dari total perjalanan, sebagaimana dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 4. 2 Pola Konsumsi Wisatawan Dunia Sumber: World Tourism Organization (UNWTO) Pembangunan Kepariwisataan Nasional, 2011 dalam Rencana Induk Salah satu bentuk dari wisata rekreasional adalah wisata maritim. Dalam berbagai dokumen kebijakan perencanaan pembangunan kepariwisataan yang dikeluarkan oleh pemerintah, istilah pariwisata maritim tidak disebut secara eksplisit, namun digunakan wisata pantai/bahari. Sektor pariwisata secara luas, dan pariwisata bahari/pantai memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pengembangan wilayah. Beberapa daerah yang diidentifikasi memiliki potensi terkait dengan wisata pantai dan bahari meliputi: a. Jawa-Bali Arah kebijakan dan strategi pembangunan yang terkait sektor pariwisata di Jawa-Bali terkait dengan percepatan pembangunan wilayah selatan Jawa. Strategi yang diambil adalah pengembangan potensi wisata pantai (ekowisata) di wilayah selatan Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain itu, pengembangan jasa pariwisata dan perdagangan juga dilakukan dengan strategi mengembangkan teknologi dan kualitas SDM di sektor jasa pariwisata dan perdagangan di Provinsi DKI Jakarta, Jawa 61

62 Barat, Banten, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Target pengembangan pariwisata ini adalah meningkatnya jumlah wisman dan wisnus sebesar 20 persen secara bertahap selama 5 (lima) tahun (nasional). b. Nusa Tenggara Di wilayah Nusa Tenggara, arah kebijakan terkait pengembangan sektor pariwisata adalah pengembangan pariwisata bahari dengan strategi meningkatkan aksesibilitas dari sentra-sentra produksi di Bayan, Keruak, Batukliang dan sekitarnya melalui keterpaduan sistem transportasi darat dan laut, mengembangkan objek pariwisata, meningkatkan kinerja pembangunan kepariwisataan di sekitar Gili Trawangan, Air dan Meno yang memiliki potensi sangat besar melalui pengembangan fasilitas pendukung berstandar internasional, mengembangkan kawasan industri pengolahan bahan tambang dan perikanan tangkap yang komplementer dengan keberadaan pelabuhan internasional Teluk Kupang, meningkatkan aksesibilitas kota Kupang ke sentra-sentra produksi di sekitarnya, mengembangkan sentra produksi pertanian tanaman pangan dan hortikultura, tanaman tahunan, hasil hutan, perikanan tangkap, wisata lingkungan, serta wisata bahari. Target pengembangan pariwisata ini adalah meningkatnya jumlah wisman dan wisnus sebesar 20 persen secara bertahap selama 5 (lima) tahun (nasional). c. Papua Pengembangan wilayah Papua terkait sektor pariwisata memiliki arah kebijakan yaitu pengembangan sektor dan komoditas unggulan dilakukan dengan strategi mengembangkan potensi wisata bahari Raja Ampat dan wisata budaya serta pelestarian dan pemanfaatan keragaman hayati di wilayah Papua dilakukan dengan strategi pengembangan mengarusutamakan prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan publik. Target pengembangan pariwisata ini adalah meningkatnya jumlah wisman dan wisnus sebesar 20 persen secara bertahap selama 5 (lima) tahun (nasional). Apabila mengacu pada dokumen Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), maka pengembangan pariwisata termasuk pariwisata maritim/ bahari/pantai difokuskan pada koridor Bali Nusa Tenggara dan Jawa. 62

63 5. Penyelenggaraan Transportasi Laut Apabila dilihat dari jenis pelayarannya, maka kondisi pelayaran di Indonesia adalah sebagai berikut: Tabel 4. 9 Volume Angkutan Laut menurut Jenis Pelayaran No U r a i a n Satu an Porsi 2012 (%) Pertumbuhan (%) 1 Angkutan Laut (Pelayaran) Unit ,1 17,5 2 Pelayaran Rakyat (Total Unit) Unit ,3 0,8 3 Perintis (Total Unit) Unit ,6 4,6 4 Angkutan Laut Khusus (Non Pelayaran) Unit ,1-7,3 Jumlah Total Unit ,0 9,6 Sumber: Buku Statistik Perhubungan, 2012 (diolah) Tabel di atas menunjukkan bahwa angkutan laut (pelayaran) memiliki porsi dan pertumbuhan yang terbesar dibandingkan jenis angkutan laut lainnya. Pelayaran rakyat juga memiliki porsi yang cukup besar, walaupun pertumbuhannya relatif kecil, sementara pelayaran perintis memiliki armada paling kecil, namun memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi dari tahun ke tahun. Gambaran penyediaan sarana secara makro ini menunjukkan bahwa peran angkutan pelayaran dan pelayaran rakyat cukup besar, yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk penyediaan angkutan laut bagi para wisatawan. Dari sisi jaringan transportasi laut, berupa pelayaran komersial, perintis dan penyeberangan antar pulau disajikan dalam Gambar 4.3, 4.4 dan

64 Gambar 4. 3 Jaringan Pelayaran Laut Komersial di Indonesia Sumber: Kementerian Perhubungan,

65 Gambar 4. 4 Jaringan Pelayaran Perintis di Indonesia Sumber: Kementerian Perhubungan,

66 Gambar 4. 5 Jaringan Penyeberangan Antar Pulau di Indonesia Sumber: Kementerian Perhubungan,

67 Tabel Jaringan rute angkutan pelayaran komersial yang dilayani oleh PT. Pelni saat ini menyinggahi 91 pelabuhan. Daftar rute pelayaran komersial di Indonesia adalah sebagai berikut: No Nama Kapal 1. Km. Nggapulu 2. Km. Gn. Dempo 3. Km. Dorolonda 4. Km. Sinabung 5. Bkt Siguntang 6. Km. Tilongkabila 7. Km. Bukit Raya Rute Pelayaran Komersial di Indonesia Pelabuhan asal Makassar Tg. Priok Surabaya Tg. Priok Kupang Denpasar Tg. Priok Tujuan Ambon Fakfak Sorong Manokwari Wasior Nabi re Serui Biak Jayapura, Biak Serui Nabire Manokwari Sorong Fakfak Ambon Baubau Makassar Surabaya Makassar Ambon Sorong Biak Jayapu ra Biak Sorong Ambon Makassar Surabaya tg. Priok. Balikpapan Pantoloan Bitung Ternate Sorong Manokwari Nabire Serui Jayapura Serui Manok wari Sorong Ternate Bitung Pantoloan Balikpap an Surabaya Semarang Makassar Baubau Banggai Bitung Te rnate Sorong Manokwari Biak Jayapura Serui B iak Manokwari Sorong Ternate Bitung Banggai Baubau Makassar Tg. Priok Loweleba Maumere Makassar Parepare Balikpa pan Tarakan Nunukan Parepare Makassar Parep are Balikpapan Tarakan Nunukan Balikpapan P arepare Makassar Maumere Loweleba Kupang. Lembar Bima Labuanbajo Makassar Baubau Ra ha Kendari Kolonedale Luwuk Gorontalo Bitung Gorontalo Luwuk Kolonedale Kendari Raha Ba ubau Makassar Labuanbajo Bima Lembar Denp asar. Blinyu Kijang Letung Tarempa Natuna Midai S erasan Pontianak Surabaya Pontianak Serasan Midai Natuna Tarempa Letung Kijang Blinyu Tg. Priok 8. Km. Leuser Tg. Priok Tg. Pandan Pontianak Semarang kumai Surabaya Sampit Surabaya Kumai Surabaya 9. Km. Ciremai Kijang Tg. Priok Surabaya Makassar Baubau Ambon Banda Tual Kaimana Fakfak Tual Banda Ambon Baubau Makassar Surabaya Tg.Priok Kijang Batam Bel awan Belawan Kijang Tg.Priok Surabaya Makassar Baubau A mbon Banda Tual Kaimana Fakfak Tual Banda Ambon Baubau Makassar Surabaya Tg.Priok Kijang. 10. Km. Awu Surabaya Sampit Surabaya Denpasar Lembar Bima Wain gapu Ende Kupang Kalabahi Larantuka Kupang Ende Wangiapu Bima Denpasar Surabaya Kumai Sur abaya. 67

68 No Nama Pelabuhan Kapal asal Tujuan 11. Km. Sirimau Kijang Blinyu Tg. Priok Semarang Batulicin Makassar Larantuka Kalabahi Kupang Larantuka Makassa r Batulicin Semarang Tg.Priok Blinyu kijang. 12. Km. Nggapulu Makassar Ambon Fakfak Sorong Manokwari Wasior Nabi re Serui Biak Jayapura Biak Serui Naberi Manokwari Sorong Fakfak Ambon Baubau Makassar 13. Km. Binaiya Semarang Kumai Semarang Sampit Surabaya Batulicin Parepare Samarinda Parepare Batulicin Surabay a Sampit Semarang. 14. Km. Kelud Tg. Priok Batam Tg.Balai Belawan Tg.Balai Batam Tg,Pri ok 15. Km. Lawit Tg. Priok Sibolga Nias Padang 16. Km. Labobar Tg. Priok Tg. Priok Belawan Sumber: Tg.Priok Surabaya Makassar Sorong Manokwari Nabire Jayapura Nabire Wasior Manokwari So rong Makassar Surabaya Tg.Priok. Batam Belawan Batam Tg.Priok Surabaya Makassar Sorong Manokwari Nabire Jayapura Nabire Wasior Manokwari Sorong Makassar Surabaya Tg.Priok Jaringan rute angkutan penyeberangan antar pulau terdiri atas 137 lintasan perintis dan 42 lintasan komersial. Angkutan tersebut menyinggahi 149 pelabuhan, dengan 205 kapal komersial dan 62 kapal perintis. Jaringan rute angkutan penyeberangan antar pulau secara lengkap disajikan dalam tabel berikut: Tabel Rute Penyeberangan Antar Pulau di Indonesia Cabang Pelabuhan Jumlah Lintasan Nama Lintasan Sumatera 1. Sabang 2 1. Balohan - Ule Lheue 2. Lamteeng - Ule Lheue 2. Sinabang 4 1. Sinabang - Labuhan Haji 2. Sinabang - Singkil 3. Singkil - Pulau Banyak 4. Singkil - Gunung Sitoli 3. Sibolga 3 1. Sibolga - Nias 2. Sibolga - Teluk Dalam 3. Teluk Dalam - Pulo Tello 4. Padang 3 1. Padang - Sikakap 2. Padang - Tuapejat 3. Padang - Siberut 5. Batam 1. Telaga Pungkur 2. Tanjung Uban 2 1. Telaga Pungkur - Tanjung Uban 2. Tanjung Balai Karimun - Mengkapan 6. Bangka 1. Tanjung Kelian 2 1. Palembang - Muntok 3. Sadai - Tanjung Rhu 7. Bengkulu 1 1. Bengkulu - Pulau Enggano 8. Bakauheni 1. Bakauheni 1 1. Bakauheni - Merak Jawa 9. Merak 1. Merak 1 1. Merak - Bakauheni 10. Jepara 1 1. Jepara - Karimunjawa 11. Surabaya 1. Ujung 2. Kamal 1 1. Ujung - Kamal 68

69 Cabang Pelabuhan Jumlah Lintasan Nama Lintasan 12. Ketapang 1. Ketapang 1 1. Ketapang - Gilimanuk 2. Gilimanuk Kalimantan 13. Pontianak 5 1. Rasaujaya - Telok Batang 2. Tebas Kuala - Tebas Seberang 3. Tanjung Harapan - Telok Kalong 4. Parit Sarem - Sungai Nipah 5. Tayan - Teraju 14. Batulicin 1. Batulicin 1 1. Batulicin - Tanjung Serdang 2. Tanjung Serdang 15. Balikpapan 1. Penajam 2. Mamuju 16. Lembar 1. Lembar 2. Padangbai 17. Kayangan 1. Kayangan 2. Pototano 18. Sape 1. Sape 2. Labuhan Bajo 19. Kupang 1. Bolok 2. Rote 3. Larantuka 2. Batulicin - Garongkong 4 1. Kariangau - Penajam 2. Balikpapan - Mamuju 3. Balikpapan - Taipa 4. Tarakan - Toli Toli NTT / NTB 1 1. Padangbai - Lembar 1 1. Lembah Lombok - Pototano 2 1. Sape - Labuhan Bajo 2. Sape - Waikelo Kupang - Larantuka 2. Kupang - Rote 3. Kupang - Waingapu 4. Kupang - Sabu 5. Kupang - Aimere 6. Kupang - Kalabahi 7. Kupang - Ende 8. Kupang - Lewoleba 9. Ende - Waingapu 10. Aimere - Waingapu 11. Sabu - Waingapu 12. Larantuka - Waiwerang 13. Waiwerang - Lewoleba 14. Baranusa - Kalabahi 15. Lewoleba - Baranusa 16. Larantuka - Lewoleba 17. Kalabahi - Lewoleba 18. Kalabahi - Larantuka 19. Kalabahi - Teluk Gurita Sulawesi 20. Selayar 6 1. Bira - Pamatata 2. Bira - Tondasi 3. Bira - Sikeli 4. Bira - Patumbukan 5. Patumbukan - Jampea 6. Jampea - Labuhan Bajo 21. Bajoe 1. Bajoe 1 1. Bajoe - Kolaka 2. Kolaka 22. Bau-Bau 5 1. Bau-Bau - Wara 2. Torobulu - Tampo 3. Bau-Bau - Dongkala 4. Kendari - Wowoni 5. Dongkala - Mawasangka 23. Siwa 1 1. Siwa - Lasusua 24. Luwuk 1. Pagimana 6 1. Pagimana - Gorontalo 2. Luwuk - Salakan 3. Salakan - Banggai 4. Gorontalo - Wakai 5. Wakai - Ampana 6. Banggai - Taliabu 69

70 Cabang Pelabuhan Jumlah Lintasan Nama Lintasan 25. Bitung 1. Bitung 6 1. Bitung - Ternate 2. Bitung - Pananaru 3. Bitung - Siau 4. Bitung - Melanguane 5. Melanguane - Miangas 6. Pananaru - Marore Maluku 26. Ternate 1. Bastiong 2. Rum 3. Sidangole 27. Ambon 1. Poka 2. Galala 3. Hunimua 4. Waipirit 5. Namlea 8 1. Bastion - Sidangole 2. Bastiong - Rum 3. Bastiong - Sofifi 4. Bastiong - Babang 5. Bastiong - Batang Dua 6. Tobelo - Daroba 7. Tobelo - Subaim 8. Dowora - Sofifi Hunimua - Waipirit 2. Poka - Galala 3. Galala - Namlea 4. Tulehu - Kailolo/Pelauw 5. Kailolo/Pelauw - Umeputih 6. Umeputih - Wailey 7. Tulehu - Nalahia 8. Nalahia - Amahai 9. Galala - Ambalau 10. Ambalau - Wamsisi 11. Wamsisi - Namrole 12. Namlea - Ambalau 13. Namrole - Leksula 14. Namlea - Sanana 15. Sanana - Mangole 16. Mangole - Bobong 28. Tual 8 1. Tual - Larat 2. Larat - Saumlaki 3. Tual - Tayandu 4. Tayandu - Kur 5. Tual - Dobo 6. Dobo - Benjina 7. Benjina - Tabarfane 8. Dobo - Jerol Papua 29. Sorong Sorong - Saonek 2. Saonek - Waisai 3. Waisai - Kabarai 4. Sorong - Linmalas 5. Linmalas - Waigama 6. Sorong - Foley 7. Foley - Harapan Jaya 8. Sorong - Seget 9. Seget - Seremuk 10. Seremuk - Konda 11. Konda - Teminabuan 12. Teminabuan - Mugim 13. Mugim - Kais 14. Kais - Inwatan 15. Inwatan - Kokoda 30. Biak 6 1. Biak - Numfor 2. Numfor - Manokwari 3. Biak - Serui 4. Serui - Waren 5. Waren - Nabire 6. Manokwari - Mokmer 70

71 Cabang Pelabuhan Jumlah Lintasan Nama Lintasan 31. Merauke Bade - Moor 2. Moor - Kepi 3. Merauke - Kimaam 4. Kimaam - Bade 5. Bade - Getentiri 6. Getentiri - Tanah Merah 7. Merauke - Atsy 8. Atsy - Asgon 9. Atsy - Senggo 10. Atsy - Agats Sumber: Tabel Jaringan perintis pada tahun 2013 direncanakan berasal dari 32 pelabuhan pangkal, 487 pelabuhan singgah, dengan Voyage. Infrastruktur transportasi laut sebagai pendukung pergerakan transportasi laut merupakan aspek penting yang harus dipenuhi agar penyelenggaraan angkutan laut dapat berjalan dengan baik. Jumlah pelabuhan yang dikelola oleh PT. Pelindo I IV disajikan dalam tabel berikut: Jumlah Pelabuhan per Pengelola No Pengelola PT. Pelabuhan Indonesia I PT. Pelabuhan Indonesia II PT. Pelabuhan Indonesia III PT. Pelabuhan Indonesia IV Jumlah Sumber: Buku Statistik Perhubungan, 2012 Dari sisi jumlahnya, pelabuhan yang dikelola secara komersial menurun dari 104 pada tahun 2008 menjadi 102 pada tahun Pengembangan pelabuhan wisata untuk mengakomodasi kedatangan kapal wisata (cruise) perlu dikaji dengan seksama. Dari kajian literatur yang dilakukan, potensi manfaat pengembangan pelabuhan untuk kapal wisata sangat besar, terutama untuk meningkatkan perekonomian lokal. Walaupun demikian, pengembangan infrastruktur untuk mengakomodasi kedatangan kapal wisata memerlukan biaya yang cukup besar. Mencermati kondisi yang ada saat ini, beberapa pelabuhan telah menjadi bagian jadwal dari perjalanan kapal pesiar, seperti: a. Pelabuhan Tanjung Emas Semarang: MS Balmoral, Seabourn Odissey, Azamara Journey, Minerva, b. Celukan Bawang: Seabourne Odyssey, Sevenseas Voyager, c. Pelabuhan Sabang: Seabourn Pride, Clipper Odyssey. Selain itu, disiapkan juga 10 pelabuhan untuk kapal pesiar, diantaranya Pelabuhan Benoa (Bali), Pelabuhan Celukan Bawang 71

72 (Bali), Pelabuhan Lembar (Nusa Tenggara Barat), Pelabuhan Soekarno Hatta (Makassar Sulawesi Selatan), Pelabuhan Tanjung Tembaga (Probolinggo Jawa Timur), Pelabuhan Sabang (Aceh), Pelabuhan Tanah Ampo (Bali), Pelabuhan Tanjung Emas (Semarang Jawa Tengah), Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya Jawa Timur), dan Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta). Secara nasional tercatat ada 305 rencana kunjungan kapal pesiar yang akan masuk ke seluruh wilayah Indonesia. 6. Isu-isu Penting Berdasarkan hasil diskusi dalam stakeholders di tingkat pusat dalam rapat pembahasan laporan, isu penting terkait pengembangan pariwisata dan transportasi laut meliputi: a. Penguasaan bahasa Inggris yang masih kurang pada pelaku usaha pariwisata menjadikan kualitas layanan pada wisatawan asing belum optimal. Untuk itu perlu adanya peningkatan kemampuan SDM baik yang melayani sektor wisata, transportasi, maupun birokrasi. b. Prosedur bea cukai yang belum jelas dan memudahkan wisatawan, sehingga mengurangi kenyamanan wisatawan karena waktu pengurusan yang lama. Diperlukan pemangkasan prosedur, sehingga wisatawan dapat lebih nyaman menikmati kunjungan wisata. c. Infrastruktur pendukung menuju lokasi wisata di tempat tujuan yang nyaman belum tersedia. Untuk itu perlu dikembangkan sistem transportasi yang memadai, baik dari aspek prasarana, sarana maupun jaringan rute dari dan menuju lokasi wisata. Isu-isu tersebut akan didetailkan pada masing-masing lokasi studi sebagai masukan dalam melakukan analisis selanjutnya. C. Provinsi DKI Jakarta 1. Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan a. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Tahun Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030 Dalam peraturan perundangan ini, selain pengembangan pariwisata di wilayah perkotaan yang menyasar pada wisata sejarah dan MICE (meetings, incentives, conferencing, exhibitions), juga dikembangkan wisata bahari/maritim sebagaimana diuraikan dalam Pasal 178: pemanfaatan ruang perairan atau pesisir sebagai kawasan pariwisata laut, keseluruhan areal pesisir/perairan laut di seluruh wilayah 72

73 Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, kecuali di Zona Inti dan Zona Perlindungan Taman Nasional Kepulauan Seribu, Cagar Alam Pulau Bokor dan Suaka Margasatwa Pulau Rambut. Pemanfaatan ruang perairan atau pesisir pada Zona Inti dan Zona Perlindungan Taman Nasional Kepulauan Seribu, Cagar Alam Pulau Bokor dan Suaka Margasatwa Pulau Rambut dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kawasan pariwisata laut tersebut berfungsi sebagai tempat rekreasi, wisata dan olahraga bahari serta budi daya laut sebagai penunjang wisata bahari. Peta rencana struktur ruang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu disajikan dalam gambar berikut: Gambar 4. 6 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030 b. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2004 tentang Kepariwisataan. Peraturan ini merupakan landasan legal formal terkait dengan penyelenggaraan pariwisata dalam lingkup normatif, sehingga tidak memuat aturan yang merujuk pada program dan strategi tertentu. 73

74 2. Inventarisasi Potensi Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Wisatawan Mancanegara Hingga Desember 2012, jumlah wisman yang berkunjung ke Jakarta sebanyak orang atau 26,42% dari total kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yaitu sebanyak Kunjungan wisman terbanyak ke Indonesia melalui Bandara Internasional Ngurah Rai sebanyak orang atau 36%, sedangkan yang melalui Bandara Sukarno Hatta menempati urutan kedua sebanyak atau 25,55%. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Jakarta dan Indonesia disajikan dalam gambar berikut: Gambar 4. 7 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia dan Jakarta tahun 2012 Sumber: Data Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 Wisatawan mancanegara dapat berkunjung ke Jakarta melalui 3 pintu masuk, yaitu Bandara Soekarno Hatta, Bandara Halim PK dan Pelabuhan Tanjung Priok. Kunjungan wisatawan ke Jakarta tahun 2012 melalui Bandara Soekarno Hatta meningkat 6,25%, melalui Tanjung Priok juga meningkat 1,53% dan melalui Halim PK turun 4,45%. Secara umum terdapat peningkatan wisatawan sebesar 6,08% dibanding

75 NO Tabel Kunjungan Wisman Melalui 3 Pintu Masuk ke Jakarta, BULAN Tahun 2011 SOEKARNO-HATTA TANJUNG PRIOK HALIM P.K. Tahun 2012 Growth (%) Tahun 2011 Tahun 2012 Growth (%) Tahun 2011 Tahun 2012 Growth (%) 1 Januari , , Februari , , Maret , , April , , Mei , , Juni , , Juli , , Agustus , , September , , Oktober , , November , , Desember , , J U M L A H Sumber: Data Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 Dalam tinjauan time series, kunjungan wisman ke Jakarta pada periode antara 1,2 juta hingga 2,1 juta orang, dengan rerata pertumbuhan sebesar 7% per tahun. Hal ini menunjukkan tingginya potensi sektor ini sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Tabel Pertumbuhan Kunjungan Wisman ke Jakarta, JUMLAH JUMLAH WISMAN PERTUMBUHAN (%) ,267, ,125, ,065, ,168, ,216, ,216, ,534, ,451, ,892, ,003, ,125, Sumber: Data Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 Berdasarkan data Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta tahun 2012, sebesar 56,36% kunjungan wisman adalah untuk berlibur/mengunjungi keluarga. Usia wisman yang berkunjung ke Indonesia via Soekarno Hatta mayoritas berusia tahun yang merupakan kelompok usia produktif. Secara umum, rata-rata 75

76 pengeluaran wisatawan mancanegara sebesar US$ 1.010,77 per kunjungan atau pengeluaran per hari sebesar US$ 135,11 dengan lama tinggal 7,48 hari. Tabel Profil Wisatawan Mancanegara di Tingkat Nasional dan Jakarta CHARACTERISTIC SOEKARNO HATTA NASIONAL SHARE VISITOR SHARE (%) VISITOR (%) SEX - Male , Female , TYPE OF ACCOMODATION - Hobi , ,1 - Residence of friends/family , ,06 - other accomodation , ,26 AGE GROUP - Under , , , , , , , , , , , ,92 other , ,63 PURPOSE OF VISIT - Bussines , ,67 - Official mission , ,69 - connection , ,54 - Holiday/visiting Friends , ,97 - Education , ,7 - Other , ,43 OCCUPATION - Professional , ,74 - Management/Administration , ,78 - Sales/Clerical/Technical , ,31 - Student , ,09 - Housewife , ,28 - Military - Gov. Ovicial - Others , ,8 Expenditure per Visit (USD) 1010, ,75 Expenditure per Day (USD) 135,11 135,01 Length of Stay (Days) 7,48 8,04 TOTAL Sumber: Data Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta tahun

77 Wisatawan Nusantara Sampai saat ini, kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) ke Jakarta masih sulit dihitung secara pasti karena keterbatasan metode perhitungan dan tidak adanya pintu khusus yang dapat mendeteksi keluar masuknya wisatawan sebagaimana Pulau Batam dan Bali. Namun mulai tahun 2011 dilakukan pendataan melalui Survei Ekonomi Nasional (Susenas), walaupun dengan waktu mundur/lack 3 bulan. Selama lebih dari satu dekade, jumlah kunjungan wisatawan nusantara yang berkunjung ke Jakarta terus mengalami kenaikan, kecuali tahun 2003 dan Jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Jakarta berkembang dari 9,09 juta pada tahun 2001 hingga 28,88 juta pada tahun 2012 atau tumbuh rerata 11% per tahun, pertumbuhan yang sangat mengesankan. Gambar 4. 8 Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Jakarta, Sumber: Data Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta tahun Inventarisasi Potensi Ekonomi Dalam sepuluh tahun terakhir, penerimaan pajak sektor pariwisata terus menunjukkan peningkatan, baik penerimaan melalui pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan maupun retribusi, dengan besaran total Rp500,05 Milyar pada tahun 2002 menjadi Rp2,65 trilyun pada tahun 2012, atau meningkat rerata 18% per tahun. Hanya pada tahun 2009 penerimaan pajak hotel mengalami penurunan dibandingkan 2008 karena krisis keuangan global. Hal 77

78 ini mengindikasikan sektor ini dapat dijadikan andalan penerimaan pajak pariwisata. Tabel Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Tahun Pajak (Juta Rp) Hotel Restoran Hiburan Retribusi Jumlah ,356,0 223,116,0 2,157,5 422,5 502,052,0 Growth (%) ,281,5 276,280,1 99,323,5 580,5 748,465, ,675,3 277,848,2 106,877,4 645,3 743,046, ,992,6 335,038,4 126,769,8 690,5 879,491, ,908,0 433,262,4 168,150,7 2,306,3 1,077,627, ,602,0 491,709,4 188,229,5 3,375,2 1,209,916, ,987,8 649,642,4 249,661,5 4,590,9 1,524,882, ,667,9 753,198,5 267,319,7 11,770,4 1,637,956, ,609,6 835,584,1 283,300,8 10,454,7 1,867,949, ,438,4 1,015,104,8 295,948,6 10,866,6 2,178,358, ,013,110,9 1,259,814,9 368,728,3 12,241,5 2,653,895, Sumber: Data Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 Data devisa Jakarta dari adanya kunjungan wisatawan mancanegara selama berwisata di Jakarta, berdasarkan data Passenger Exit Survey tahun 2011 dari Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta dan data kunjungan wisatawan mancanegara ke Jakarta adalah US$ 698 juta pada tahun 2000, menjadi US$ 1,48 milyar pada tahun 2012, atau tumbuh rerata 7,8% per tahun. Data tersebut memperlihatkan potensi pendapatan dari wisata yang terus meningkat dari tahun ke tahun. 78

79 Tabel Devisa Wisman ke Jakarta tahun Tahun Jumlah Lama Tinggal (hari) Pengeluaran (USD/hari) Devisa (USD) Pertumbuhan (%) , (36,48) (11,98) , , , , , (16,13) , , * ,87 Keterangan : Data lama tinggal danpengeluaran Tahun 2012 masih berupa asumsi Sumber: Data Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta tahun Identifikasi Potensi-Potensi Wisata Maritim (Maritime Tourism) Potensi wisata maritim di Provinsi DKI Jakarta diindikasikan terdapat di Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau yang terbentang di perairan Teluk Jakarta yang terdiri dari pulau besar dan pulau kecil berjumlah sekitar 110 pulau. Pulau-pulau tersebut terbagi atas pulau wisata, pulau konservasi, sejarah dan permukiman sesuai dengan karakteristiknya. Kepulauan Seribu merupakan wilayah kabupaten administratif dengan luas wilayah 11,81 km 2 terbentang dari pantai utara Jakarta hingga 100 mil laut ke arah utara. Dibutuhkan waktu tempuh berkisar 20 menit ke pulau terdekat hingga 3 jam untuk mencapai pulau terjauh. Data yang ada menunjukkan kunjungan wisman ke Kepulauan Seribu pada tahun 2012 mengalami kenaikan dibandingkan 2011 (lihat Gambar 4.9). Pulau yang mengalami kenaikan adalah Pulau Macan, Pulau Tidung, Pulau Pramuka, Pulau Putri, dan Pulau Pari. Sedangkan penurunan terjadi di Pulau Untung Jawa, Pulau Kotok Tengah dan Pulau Ayer. Jumlah kunjungan terbanyak selama 5 tahun adalah ke Pulau Sepa. 79

80 Gambar 4. 9 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Kepulauan Seribu tahun Sumber: Data Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 Perkembangan kunjungan wisnus ke Kepulauan Seribu disajikan dalam gambar berikut: Gambar Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Kepulauan Seribu tahun Sumber: Data Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta tahun

81 Data yang ada menunjukkan bahwa wisatawan nusantara paling banyak mengunjungi Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung dan Pulau Pramuka. Secara keseluruhan data kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang cukup bagus. Hal ini diperkirakan karena pengaruh jejaring sosial yang memuat keindahan Pulau Tidung, Pulau Pramuka dan pulau-pulau lain di Kepulauan Seribu. 5. Penyelenggaraan Transportasi Laut Jaringan trayek yang teridentifikasi melayani rute ke dan dari Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta yang dilayani oleh diantaranya adalah: a. KM.GN.DEMPO : Tj Priok Jayapura, b. KM.DOBONSOLO : Tj Priok Jayapura, c. KM.CIREMAI : Tj Priok Jayapura, d. KM.LABOBAR : Tj Priok Jayapura, e. KM.KELUD : Tj Priok Belawan, f. KM.TIDAR : Tj. Priok Fak-fak, g. KM.BINAIYA : Tj. Priok Surabaya, h. KM.LEUSER : Tj. Priok Sampit. Infrastruktur transportasi laut pendukung sektor pariwisata di DKI Jakarta terutama didukung oleh Pelabuhan Tanjung Priok untuk melayani penumpang dengan kapasitas besar. Sementara Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi salah satu lokasi yang menjadi kunjungan wisatawan untuk mengenal pelabuhan lama yang telah berkembang beratus tahun lalu dan menjadi awal berdirinya kota Jakarta. Infrastruktur lain yang berperan dalam menunjang pariwisata adalah dermaga untuk mengunjungi wisata bahari di Kepaulauan Seribu, sebagaimana disajikan dalam gambar berikut: 81

82 Gambar Dermaga Menuju Kepulauan Seribu Beberapa dermaga yang dapat digunakan untuk Kepulauan Seribu adalah: menuju a. Dermaga Marina Ancol Jakarta; dermaga ini terdapat di dalam Taman Impian Jaya Ancol Jakarta, terdapat kapal cepat (speed boat) yang dapat disewa, kapal milik resort yang melayani rute ke masing- masing resort di pulau Seribu. b. Dermaga pantai Mutiara; dermaga ini berada di kawasan perumahan mewah Pantai Mutiara Jakarta Selatan, perumahan Pantai Mutiara terdapat kanal yang yang berada di perumahan dan dapat digunakan untuk kapal kecil merapat, kapal kapal mewah ini umumnya milik pribadi (private). Sedangkan untuk dermaga umum diperuntukkan bagi kapal pribadi yang tidak mempunyai rumah di pantai Mutiara, kapal yang bersandar disini umumnya kapal cepat, kapal layar yang mewah dan tidak disewakan untuk umum. Pulau Pelangi adalah salah satu resort yang memberangkatkan tamunya dari dermaga Pantai Mutiara c. Pelabuhan Sunda Kelapa; merupakan pelabuhan tua yang berada di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Pelabuhan Sunda Kelapa mempunyai luas 760 hektar terdiri dua pelabuhan utama dan pelabuhan Kalibaru, dan dikelola oleh PT Pelindo II. 82

83 d. Pelabuhan Cakung Drain. Pelabuhan yang dibangun pemda DKI kini berubah fungsi, dari semula diperuntukan untuk saluran air (sungai), menjadi tambatan kapal dan pemukiman nelayan. Dari koordinasi operasional kapal ojek di Muara Angke (Kaliadem), kapal tradisional / kapal ojek salah satunya berpindah ke Cakung Drain. e. Pelabuhan Tanjung Priok; belum ada info mengenai rute kapal menuju ke pulau Seribu, umumnya kapal yang menuju kepulau Seribu dari pelabuhan Tanjung priok merupakan kapal besar dan hanya event- event tertentu saja seperti kapal dari angkatan laut. f. Pelabuhan Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara; pelabuhan ini disediakan kapal milik Pemprov DKI Jakarta seperti kapal milik Dishub, Satpol pp DKI Jakarta serta kapal penumpang seperti KM Lumba lumba, KM Kerapu. Kapal KM Kerapu ini melayani rute dari pelabuhan Muara Angke (Kaliadem) Pulau Untung Jawa Pulau Lancang Pulau Pari dan berakhir di Pulau Pramuka. Dalam kaitan dengan kemampuan disinggahi kapal wisata (cruise), Pelabuhan Tanjung Priok telah memiliki kapasitas untuk disinggahi. Kapal wisata yang pernah singgah diantaranya adalah MS Rotterdam. 6. Isu-isu Penting Berdasarkan wawancara mendalam dengan stakeholder terkait penyelenggaraan pariwisata dan transportasi laut (Bappeda, Dinas Perhubungan, Dinas Pariwisata), isu-isu penting terkait pengembangan pariwisata dan transportasi laut di DKI Jakarta meliputi: a. Kondisi prasarana transportasi laut dalam kondisi baik dan mampu mendukung aktifitas yang ada. Pengembangan transportasi laut dilakukan untuk mengakomodasi perkembangan ekonomi, dengan fokus pada pelabuhan barang. Namun demikian, perlu peningkatan aksesbilitas pendukung dari sektor lain seperti pembangunan sarana jalan raya menuju ke Pelabuhan Muara Angke. b. Kondisi sarana dalam keadaan buruk dan tidak mampu memenuhi standar operasi, walaupun frekuensi yang dimiliki sudah reguler tiap hari seminggu. Kapal penumpang reguler merupakan sarana yang paling diperlukan untuk mendukung pariwisata maritim, dibandingkan kapal pesiar dan kapal tradisional. Meskipun demikian, peningkatan kapasitas dermaga tetap diperlukan hingga mampu disinggahi oleh kapal pesiar besar, 83

84 c. Jumlah SDM transportasi laut di Dinas Perhubungan masih rendah, perlu rekurtmen untuk SDM bersertifikat/ijazah pelaut, ahli manajemen transportasi laut, dan teknik sipil bangunan pantai/laut serta bentuk pelatihan dan pengembangan kapasitas SDM transportasi laut yang sudah ada saat ini. d. Minat investor transportasi laut masih rendah sehingga perlu dilakukan sosialisasi kepada para pengusaha maritim di dalam maupun luar negeri serta menjalin kerjasama dengan asosiasi pengusaha tersebut sebagai mediatornya. e. Potensi pariwisata maritim di DKI Jakarta ada di Kepulauan Seribu. Masalah yang timbul adalah belum adanya sarana yang layak menuju lokasi. Saat ini sudah ada rencana pembangunan pelabuhan/dermaga di 10 pulau di Kepulauan Seribu, untuk meningkatkan kualitas layanan transportasi laut. D. Provinsi Jawa Tengah 1. Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan Peraturan perundangan dan literatur terkait dengan pariwisata di Provinsi Jawa Tengah meliputi: a. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun Terdapat 4 kawasan pola ruang untuk pariwisata dalam RTRW tersebut (Pasal 87), yaitu kawasan pengembangan pariwisata A, B, C dan D. Kawasan Pengembangan Pariwisata A meliputi : 1) Koridor Borobudur Prambanan - Surakarta; 2) Koridor Borobudur Dieng. Kawasan Pengembangan Pariwisata B meliputi : 1) Koridor Semarang Demak Kudus Jepara Pati Rembang - Blora; 2) Koridor Semarang Ambarawa - Salatiga. Kawasan Pengembangan Pariwisata C adalah koridor Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes dengan pusat pengembangan di Kota Tegal. Kawasan pengembangan pariwisata D, meliputi : 1) Koridor Cilacap Banyumas Purbalingga - Banjarnegara; 2) Koridor Cilacap - Kebumen - Purworejo. 84

85 b. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Jawa Tengah tahun Arah pembangunan kepariwisataan Provinsi Jawa Tengah periode meliputi (Pasal 6) pembangunan: Destinasi Pariwisata Provinsi (DPP), pemasaran pariwisata provinsi, industri pariwisata provinsi dan kelembagaan kepariwisataan provinsi. Perwilayahan pembangunan DPP meliputi Destinasi Pariwisata Provinsi (DPP), Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) dan Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi (KPPP). Perwilayahan pembangunan DPP terdiri dari 6 DPP tersebar di 35 kabupaten/kota, 15 KSPP tersebar di 6 DPP dan 18 KPPP tersebar di 6 DPP. Selengkapnya perwilayahan tersebut disajikan dalam tabel berikut: Tabel Perwilayahan Pembangunan DPP di Provinsi Jawa Tengah DPP Nusakambangan Baturraden dan sekitarnya Semarang Karimunjawa dan sekitarnya Solo Sangiran dan sekitarnya Borobudur Dieng dan sekitarnya Tegal Pekalongan dan sekitarnya KSPP/KPPP KSPP Baturraden dan sekitarnya KSPP Cilacap Nusakambangan dan sekitarnya KPPP Karst Kebumen dan sekitarnya KPPP Serayu dan sekitarnya KPPP Purbalingga dan sekitarnya KSPP Karimunjawa dan sekitarnya KSPP Semarang Kota dan sekitarnya KSPP Gedongsongo Rawa Pening dan sekitarnya KSPP Demak Kudus dan sekitarnya KPPP Kendal dan sekitarnya KPPP Jepara dan sekitarnya KPPP Pati dan sekitarnya KPPP Purwodadi dan sekitarnya KSPP Sangiran dan sekitarnya KSPP Solo Kota dan sekitarnya KPPP Cetho Sukuh dan sekitarnya KPPP Wonogiri dan sekitarnya KPPP Tawangmangu dan sekitarnya KSPP Borobudur Mendut - Pawon - Magelang Kota dan sekitarnya KSPP Prambanan Klaten Kota dan sekitarnya KSPP Merapi Merbabu dan sekitarnya KSPP Dieng dan sekitarnya KPPP Purworejo dan sekitarnya KPPP Kledung Pass dan sekitarnya KSPP Tegal dan sekitarnya KSPP Pekalongan Kota dan sekitarnya 85

86 DPP Rembang Blora dan sekitarnya KSPP/KPPP KPPP Linggoasri Petungkriyono dan sekitarnya KPPP Batang dan sekitarnya KPPP Pemalang dan sekitarnya KPPP Kaligua Mahalayu dan sekitarnya KSPP Rembang dan sekitarnya KPPP Blora dan sekitarnya KPPP Cepu dan sekuarnya Sumber: Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Jawa Tengah tahun Dibandingkan dengan RTRW yang diberlakukan, maka rencana induk ini memiliki tambahan 2 Destinasi Pariwisata Provinsi, yaitu Tegal Pekalongan dan sekitarnya, serta Rembang Blora dan sekitarnya. Hal ini tentu didasarkan pada potensi dan kondisi perkembangan wisata di wilayah tersebut. 2. Inventarisasi Potensi Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Terdapat 385 Daerah Tujuan Wisata di Provinsi Jawa Tengah, dengan kunjungan wisatawan mancangara sebanyak orang, dan wisatawan nusantara sebanyak Kabupaten Magelang adalah kabupaten dengan jumlah wisatawan terbesar, yaitu 14% dari total, disusul Kota Surakarta (8,3%), Kota Semarang (6,8%), Kabupaten Demak (5,8%), Kabupaten Purbalingga (6,7%) dan Kabupaten Jepara (5,1%). Keberadaan Candi Borobudur dan kedekatan dengan Yogyakarta diindikasikan menjadi penyebab besarnya kunjungan ke Kabupaten Magelang. Pola tersebut relatif sama dengan sharing wisatawan tahun 2013, dengan pengecualian Kabupaten Banjarnegara yang mengalami peningkatan cukup signifikan dari 2,9% menjadi 7,5% pada 4 bulan pertama tahun Jumlah wisatawan di Jawa Tengah disajikan dalam tabel berikut: Tabel Jumlah Wisatawan per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2012 Kwartal I NO KAB/KOTA DTW Man Nus Total % 1 Kota Semarang ,8% 2 Kab Semarang ,8% 3 Kota Salatiga ,5% 4 Kab Kendal ,7% 5 Kab Grobogan ,1% 6 Kab Demak ,8% 7 Kab Pati ,3% 8 Kab Rembang ,5% 9 Kab Kudus ,9% 86

87 2012 NO KAB/KOTA DTW Man Nus Total % 10 Kab Jepara ,1% 11 Kab Blora ,4% 12 Kota Surakarta ,3% 13 Kab Sragen ,1% 14 Kab Boyolali ,1% 15 Kab Wonogiri ,3% 16 Kab Sukoharjo ,3% 17 Kab Karanganyar ,0% 18 Kab Klaten ,1% 19 Kota Magelang ,4% 20 Kab Magelang ,0% 21 Kab Kebumen ,2% 22 Kab Wonosobo ,6% 23 Kab Purworejo ,8% 24 Kab Temanggung ,4% 25 Kota Pekalongan ,9% 26 Kab Pekalongan ,8% 27 Kota Tegal ,5% 28 Kab Tegal ,2% 29 Kab Brebes ,6% 30 Kab Pemalang ,6% 31 Kab Batang ,6% 32 Kab Banyumas ,7% 33 Kab Cilacap ,9% 34 Kab Banjarnegara ,9% 35 Kab Purbalingga ,7% JAWA TENGAH ,0% Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, 2013 Tabel (Lanjutan) Januari April 2013 NO KAB/KOTA Man Nus Total % 1 Kota Semarang ,7% 2 Kab Semarang ,1% 3 Kota Salatiga ,6% 4 Kab Kendal ,1% 5 Kab Grobogan ,1% 6 Kab Demak ,9% 7 Kab Pati ,5% 8 Kab Rembang ,3% 9 Kab Kudus ,3% 10 Kab Jepara ,8% 11 Kab Blora ,1% 12 Kota Surakarta ,2% 13 Kab Sragen ,8% 14 Kab Boyolali ,7% 15 Kab Wonogiri ,3% 87

88 Januari April 2013 NO KAB/KOTA Man Nus Total % 16 Kab Sukoharjo ,4% 17 Kab Karanganyar ,0% 18 Kab Klaten ,7% 19 Kota Magelang ,0% 20 Kab Magelang ,0% 21 Kab Kebumen ,7% 22 Kab Wonosobo ,9% 23 Kab Purworejo ,0% 24 Kab Temanggung ,5% 25 Kota Pekalongan ,2% 26 Kab Pekalongan ,7% 27 Kota Tegal ,0% 28 Kab Tegal ,5% 29 Kab Brebes ,2% 30 Kab Pemalang ,4% 31 Kab Batang ,5% 32 Kab Banyumas ,2% 33 Kab Cilacap ,3% 34 Kab Banjarnegara ,5% 35 Kab Purbalingga ,2% JAWA TENGAH ,0% Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Inventarisasi Potensi Ekonomi Potensi ekonomi yang timbul dapat diindikasikan dari jumlah tenaga kerja yang terserap, serta Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh sektor pariwisata. Jumlah total tenaga kerja yang terserap dalam kegiatan pariwisata pada tahun 2012 adalah orang, terdiri laki-laki dan 950 perempuan. Penyerapan tenaga kerja terbesar ada di Kabupaten Magelang (14,3%), Sragen (13,4%) dan Kota Semarang (10,9%). Sementara total pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pariwisata pada tahun 2012 adalah sebesar Rp183,9 milyar, dengan pendapatan terbesar diperoleh Kabupaten Magelang (41,3%), disusul Kabupaten Purbalingga (11,2%). Pola serupa terjadi pada kwartal pertama tahun Hal ini menunjukkan dominannya sektor pariwisata di Kabupaten Magelang dibandingkan wilayah lain di Jawa Tengah. Jumlah tenaga kerja dan pendapatan aktifitas pariwisata di Provinsi Jawa Tengah disajikan dalam tabel berikut: 88

89 Tabel Jumlah Tenaga Kerja dan Pendapatan Aktifitas Pariwisata di Provinsi Jawa Tengah, 2012 Kwartal I 2013 Kabupaten/Kota Jumlah Tenaga Kerja 2012 Kw I 2013 L P Jml % L P Jml % Kota Semarang , ,6 Kab Semarang , ,1 Kota Salatiga , ,9 Kab Kendal ,0 - - Kab Grobogan , ,2 Kab Demak , ,1 Kab Pati , ,7 Kab Rembang , ,1 Kab Kudus , ,4 Kab Jepara , ,3 Kab Blora , ,0 Kota Surakarta , ,3 Kab Sragen , ,3 Kab Boyolali , ,1 Kab Wonogiri , Kab Sukoharjo , ,2 Kab Karanganyar , ,3 Kab Klaten , ,3 Kota Magelang ,4 - - Kab Magelang , ,7 Kab Kebumen , ,9 Kab Wonosobo Kab Purworejo , ,8 Kab Temanggung , ,6 Kota Pekalongan , ,4 Kab Pekalongan , ,7 Kota Tegal ,1 - - Kab Tegal , ,1 Kab Brebes Kab Pemalang , ,2 Kab Batang ,3 - - Kab Banyumas , ,0 Kab Cilacap , ,2 Kab , ,8 Banjarnegara Kab Purbalingga , ,5 Jawa Tengah , ,0 Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah,

90 Tabel (Lanjutan) Kabupaten/Kota Pendapatan (Juta Rp) 2012 Kw I 2013 Rp % Rp % Kota Semarang ,4% ,1% Kab Semarang ,9% ,8% Kota Salatiga 83 0,0% 14 0,0% Kab Kendal 791 0,4% 226 0,6% Kab Grobogan ,6% 248 0,7% Kab Demak ,9% 172 0,5% Kab Pati 27 0,0% 7 0,0% Kab Rembang ,8% 142 0,4% Kab Kudus ,6% 356 1,0% Kab Jepara ,3% 329 0,9% Kab Blora 660 0,4% 46 0,1% Kota Surakarta ,9% ,8% Kab Sragen ,8% 571 1,5% Kab Boyolali 928 0,5% 355 1,0% Kab Wonogiri ,7% 643 1,7% Kab Sukoharjo 135 0,1% 38 0,1% Kab Karanganyar ,0% 0 Kab Klaten 984 0,5% 121 0,3% Kota Magelang ,9% ,4% Kab Magelang ,3% ,8% Kab Kebumen ,3% 717 1,9% Kab Wonosobo ,8% 549 1,5% Kab Purworejo 753 0,4% 186 0,5% Kab ,8% 711 1,9% Temanggung Kota Pekalongan 872 0,5% 220 0,6% Kab Pekalongan 559 0,3% 335 0,9% Kota Tegal 531 0,3% Kab Tegal ,4% 313 0,8% Kab Brebes 618 0,3% 197 0,5% Kab Pemalang ,4% 499 1,3% Kab Batang 824 0,4% 178 0,5% Kab Banyumas ,9% ,6% Kab Cilacap ,1% 290 0,8% Kab ,9% ,8% Banjarnegara Kab Purbalingga ,2% ,7% Jawa Tengah ,0% ,0% Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, 2013 Apabila dibandingkan dengan besaran PDRB Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar Rp ,6 milyar, maka besaran pendapatan sektor pariwisata tersebut masih di bawah 1% dari total PDRB. hal ini dapat diartikan belum optimalnya potensi pengembangan sektor pariwisata di Provinsi Jawa Tengah. 90

91 4. Identifikasi Potensi-Potensi Wisata Maritim (Maritime Tourism) Wisata maritim di Provinsi Jawa Tengah terdapat di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, dan Nusakambangan, Kabupaten Cilacap. Kepulauan Karimunjawa memiliki banyak keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, antara lain 69 marga karang keras,353 spesies ikan karang dan 300 hektar hutan magrove (Nababan, Mangaraja Gunung). Wisata maritim di Karimunjawa sudah dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kabupaten Jepara dan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap peningkatan perekonomian masyarakat. Jumlah wisatawan yang datang ke Karimunjawa meningkat cukup pesat dari orang pada tahun 2009, menjadi pada tahun 2010 dan orang pada tahun 2011 (Kabupaten Jepara dalam Angka, 2012), atau terjadi peningkatan rata-rata sebesar 69,3% per tahun. Meskipun demikian, jumlah wisatawan yang berkunjung di Karimunjawa terhitung masih cukup kecil dibandingkan total wisatawan di Jepara yang berjumlah pada tahun Dari sisi pendapatannya, hasil penjualan karcis masuk obyek wisata di Karimunjawa pada tahun 2011 sebesar Rp , meningkat dari Rp pada tahun 2010 dan Rp pada tahun Dengan demikian terdapat peningkatan rerata 34,5% per tahun dari pendapatan retribusi masuk obyek wisata. Manfaat yang lebih luas dapat dirasakan masyarakat dengan tumbuhnya kegiatan ekonomi akibat adanya wisatawan yang berkunjung. Gambaran pemandangan alam terutama yang berkarakter wisata bahari di Karimun Jawa disajikan dalam Gambar

92 Gambar Pemandangan Wisata Maritim/Bahari di Karimunjawa Sumber: Jawa Tengah Tour Package,

93 Daya tarik wisata di Pulau Nusakambangan adalah dengan menggunakan perahu tradisional dapat menikmati indahnya pantai Permisan dan Pasir Putih. Pada siang hari dapat berkunjung ke Benteng Pendem Cilacap yang berlokasi pada 500 meter sebelah barat pantai Teluk Penyu. Benteng ini pernah digunakan sebagai pusat pertahanan militer Belanda pada tahun Selanjutnya dapat berselancar di pantai Widara Payung yang berlokasi 35 km sebelah timur Cilacap. Pemandangan wisata bahari di Nusakambangan disajikan dalam gambar berikut: Gambar Pemandangan Wisata Bahari/Maritim di Nusakambangan Sumber: Jawa Tengah Tour Package, Penyelenggaraan Transportasi Laut Beberapa trayek kapal yang melewati Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang adalah: a. KM Sirimau, dengan rute Batulicin Tj. Priok b. KM Bukit Raya, dengan rute Sampit Kumai c. KM Kirana I dan III, dengan rute Semarang Sampit d. KM Dharma Kencana II, dengan rute Semarang Kumai/Pontianak e. KM Dharma Ferry II, dengan rute Semarang Kumai.Pontianak 93

94 Tabel f. KM Satya Kencana, dengan rute Semarang Ketapang. Jumlah kunjungan kapal melalui pelabuhan yang diusahakan (Tanjung Mas Semarang, Tanjung Intan Cilacap dan Tegal) mengalami penurunan 1,11 persen, dari 5,13 ribu kapal pada tahun 2010 menjadi 5,07 ribu kapal pada tahun Kunjungan kapal tersebut sekitar 48,76 persen melalui Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, sisanya melalui Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap dan Pelabuhan Tegal. Kunjungan kapal yang melalui Pelabuhan Tanjung Mas tahun 2011 tercatat sebesar kapal, meningkat sekitar 2,10 persen dibanding tahun Infrastruktur transportasi utama adalah Pelabuhan Tanjung Emas, yang juga memiliki rute ke Kepulauan Karimunjawa, yaitu dengan kapal motor cepat maupun kapal penumpang biasa. Kapal yang melayani diantaranya KMC Kartini, KMP Muria dan Express Bahari (Cantika). Lama perjalanan dengan KMC Kartini sekitar 3,5 jam, dengan biaya Rp (eksekutif) dan Rp (bisnis). Sementara KMP Muria menempuh perjalanan selama 7 jam dan Express Bahari selama 2 jam. Jadwal kapal menuju Karimunjawa disajikan dalam tabel berikut: Jadwal Kapal Menuju Karimunjawa Nama kapal: KARTINI CEPAT Tarif : Ekseskutif PP Rp / Bisnis PP RP ,- No Hari Berangkat Jam Tiba Jam 1 Kamis Semarang Jepara Jepara Karimunjawa Jum at Karimunjawa Jepara Jepara Semarang Sabtu Semarang Karimunjawa Minggu Karimunjawa Semarang Nama Kapal: BAHARI EXPRES : Tarif : Ekseskutif PP Rp / VIP PP RP ,- NO HARI BERANGKAT JAM TIBA JAM 1 Senin Jepara Karimunjawa Senin Karimunjawa Jepara Selasa Jepara Karimunjawa Rabu Karimunjawa Jepara Jum at Jepara Karimunjawa Sabtu Karimunjawa Jepara Sabtu Jepara Karimunjawa Minggu Karimunjawa Jepara Sumber: Dinas Parisiwata Provinsi Jawa Tengah,

95 Pelabuhan Tanjung Emas telah memiliki kemampuan untuk menerima kapal pesiar (cruise). Jadwal jumlah kunjungan kapal pesiar sebanyak 17 kapal pada 2013, sama dengan intensitas kunjungan pada 2012 lalu juga sebanyak 17 kapal yang mengangkut penumpang. Berkurangnya jumlah kunjungan tersebut lebih disebabkan oleh gangguan cuaca sehingga terdapat beberapa kapal yang membatalkan perjalanannya ke Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Beberapa yang batal sandar diakibatkan kondisi cuaca saat itu tidak mendukung. Jumlah kapal yang sandar tahun 2012 mengalami peningkatan dari pada 2010 yang hanya sebanyak 14 kapal pesiar dengan jumlah penumpang orang. 6. Isu-isu Penting Isu-isu penting terkait pengembangan pariwisata dan transportasi laut di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan pejabat di Bappeda, Dinas Perhubungan dan Dinas Pariwisata diantaranya adalah: a. Kendala alam untuk menuju obyek wisata karena ombak yang tinggi, sehingga kapal tidak dapat berlayar dengan aman. b. Adanya sampah dan kotoran di laut seringkali mengganggu perjalanan kapal dan menyebabkan kerusakan mesin. c. Adanya rob yang secara reguler menggenangi dermaga, menurunkan kualitas pelayanan karena mengganggu proses naik turun penumpang di pelabuhan. d. Fasilitas penunjang pariwisata di Karimunjawa masih perlu ditingkatkan, terutama ketersediaan listrik yang saat ini bersumber dari generator (listrik non PLN). e. Pertumbuhan minat wisatawan ke Karimunjawa perlu diimbangi dengan kapasitas sarana dan prasarana yang memadai. Saat ini kapasitas sarana yang ada seringkali kurang mampu memenuhi minat wisatawan khususnya pada masa puncak. f. Sektor pariwisata di Karimunjawa telah menjadi prime mover perekonomian masyarakat, dengan adanya kegiatan penyediaan homestay, makan dan minum, dan penjualan souvenir. g. Perlu paket wisata yang menarik bagi wisatawan kapal pesiar, sehingga dalam waktu yang singkat dapat menikmati obyek wisata di Jawa Tengah (city tour). 95

96 E. Provinsi Bali 1. Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan Kerangka pengembangan pariwisata bahari di Provinsi Bali dalam Perda No 16 Tahun 2009 adalah melalui pengembangan kawasan budidaya prioritas, kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil dan pengembangan wisata bahari Kawasan Zonasi yang meliputi 1) pengembangan wisata bahari pada zonasi kawasan terumbu karang dan 2) pengembangan wisata bahari pada zonasi kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi. 2. Inventarisasi Potensi Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah kunjungan wisnus pada tahun 2012 mencapai meningkat 6,84 persen dari jumlah wisnus tahun 2011, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut:. Tabel Banyaknya Wisatawan Nusantarara yang Datang Langsung ke Bali per Bulan Tahun BULAN Tahun Januari Februari Maret April Mei June Juli Agustus September Oktober November Desember TOTAL Pertumbuhan 16,67% 21,47% 31,96% 22,14% 6,84% Sumber : Statistik Pariwisata Bali 2012 Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) berkunjung ke Bali juga terus mengalami peningkatan. Kunjungan wisman ke Bali menurut data statistik pariwisata tahun 2012 mencapai orang atau meningkat sebesar 4,91 persen dari periode yang sama ditahun sebelumnya. Pada saat low season jumlah kunjungan wisman ke Bali berkisar antara 215 ribu 240 ribu orang, sementara memasuki high season tingkat kunjungan mencapai 250 ribu orang lebih, dengan tingkat kunjungan tertinggi terjadi pada bulan Desember (peak season) yaitu sebanyak 96

97 orang, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4. 23Banyaknya Wisatawan Mancanegara yang Datang Langsung ke Bali per Bulan Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Pertumbuhan 32,10% 13,26% 11,80% 10,57% 4,91% Sumber : Statistik Pariwisata Bali 2012 Menurut jenis alat angkut, transportasi udara masih menjadi pilihan bagi wisatawan mancanegara untuk datang ke Bali. Namun perkembangan wisatawan yang menggunakan transportasi laut semakin meningkat sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel Distribusi Kedatangan Wisman yang Langsung ke Bali Menurut Alat Angkut tahun Tahun Udara Laut Total Sumber : Statistik Pariwisata Bali 2012 Distribusi wisatawan berdasarkan destinasi pariwisata di Bali Tahun 2012, terlihat bahwa 10 destinasi yang paling sering dikunjungi adalah Tanah Lot, Uluwatu, Ulun Danun Beratan, Tirta Empul Tampak Siring, Penelokan Batur, Kebun Raya Eka Karya, Bali Safari dan Marine Park, Goa Gajah, Bedugul, Taman Ayun, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut: 97

98 Tabel Tahun 2012 Daftar 10 Besar Kunjungan Obyek Wisata di Bali No Nama Obyek Jumlah Kunjungan 1 Tanah Lot Uluwatu Ulun Danu Beratan Tirta Empul Tampak Siring Penelokan Batur Kebun Raya Eka Karya Bali Safari & Marine Park Goa Gajah Bedugul Taman Ayun Sumber : Statistik Pariwisata Bali Inventarisasi Potensi Ekonomi Perkembangan sektor pariwisata Bali dapat berkontribusi terhadap penciptaan peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi, restoran, biro perjalanan wisata. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara juga meningkatkan Tingkat Penghunian Kamar (TPK). Pada hotel bintang angka TPK turun dari tahun sebelumnya yaitu 74,00% menjadi 72,54% di tahun 2011, berbeda halnya dengan hotel non bintang, terjadi peningkatan dari 36,79% di tahun 2010 menjadi 37,43% di tahun Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan memicu peningkatan jumlah biro perjalanan di Bali. Biro perjalanan wisata di Bali meningkat dari 281 di tahun 2010 menjadi 301 di tahun 2011, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut: Tabel Persentase Tingkat Penghunian Tempat Tidur Hotel Berbintang Menurut Bulan dan Kelas Hotel di Bali Tahun 2011 Kelas Hotel Seluruh Bulan Bintang 5 Bintang 4 Bintang 3 Bintang 2 Bintang 1 Kelas Hotel 1. Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober

99 Kelas Hotel Seluruh Bulan Bintang 5 Bintang 4 Bintang 3 Bintang 2 Bintang 1 Kelas Hotel 11. Nopember Desember Rata-rata Sumber : Bali Dalam Angka 2012 Tabel Persentase Tingkat Penghunian Kamar Hotel Non Bintang dan Akomodasi Lainnya Menurut Bulan dan Kelas Hotel di Bali Tahun 2011 Kelompok Kamar Seluruh Bulan Kelompok < > 100 Kamar 1. Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Sumber : Bali Dalam Angka

100 Tabel Banyaknya Biro Perjalanan Wisata dan Cabang Biro Perjalanan Wisata Menurut Lokasi Tahun 2011 Lokasi Biro Perjalanan Wisata Klasifikasi Cabang Biro Perjalanan Wisata Jumlah 1. Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar Jumlah Sumber : Bali dalam Angka Identifikasi Potensi-Potensi Wisata Maritim (Maritime Tourism) Wisata bahari di Provinsi Bali sangat banyak dimana Provinsi ini terkenal dengan berbagai kegiatan wisata bahari seperti wisata pantai, menyelam (diving), snorkeling, memancing (fishing), berselancar (surfing) dan berlayar (sailing). Obyek dan daya tarik wisata maritim di Provinsi Bali diantaranya Kawasan Nusa Penida, Nusa Lembongan, Dream Land, Pantai Lovina, Pantai Ahmed dan Tulamben, Candi Dasa Beach, Pantai Legian dan Seminyak, Pantai Padang Bai, dan Pantai Sanur. 5. Penyelenggaraan Transportasi Laut Jasa transportasi keluar-masuk Bali (inter regional) untuk angkutan penumpang melalui transportasi laut pada saat ini dilayani oleh moda transportasi sebagai berikut: a. Lintas Penyeberangan Gilimanuk Ketapang b. Lintas Penyeberangan Padangbai Lembar c. Pelabuhan Benoa Ditinjau dari proporsinya volume penumpang yang diangkut oleh masing-masing moda transportasi pada tahun 2010 dari total volume angkutan penumpang sebanyak orang mulai 100

101 dari yang paling besar secara berturut-turut adalah sebagai berikut: a. Bandar Udara Ngurah Rai yang mengangkut sebanyak orang (50,43%), b. Pelabuhan penyeberangan Ketapang-Gilimanuk sebanyak 9.286,859 orang (42,08%), c. Pelabuhan penyeberangan Padangbai - Lembar sebanyak orang (6,16%), d. Pelabuhan Benoa sebanyak 290,866 orang (1,32%). Sementara ditinjau dari komposisi produksi angkutan penumpang rata-rata selama kurun 13 tahun ( ) pada masing-masing moda transportasi tersebut di atas menunjukan, bahwa : a. Bandar Udara Ngurah Rai mengangkut sekitar 48,55%, b. Lintas penyeberangan Ketapang - Gilimanuk sebesar 40,44%, c. Lintas penyeberangan Padangbai-Lembar sebesar 7,66%, d. Pelabuhan Benoa hanya sebesar 3,35%. Sektor pariwisata merupakan sektor utama yang mendukung kegiatan ekonomi di Provinsi Bali. Oleh karena itu, dukungan sektor transportasi laut sangat penting untuk menunjang peran dan fungsi yang dijalankan, sebagaimana diuraikan dalam tabel berikut: Tabel Arah Pengembangan Jaringan Transportasi Antar Pulau di Provinsi Bali Menurut Tatranas No Wilayah Provinsi Lintas Penyeberangan Antar Propinsi dan Antar Negara Pelabuhan 1. Arah Pengembangan Jaringan Transportasi Antar Pulau 2010 Bali Gilimanuk Gilimanuk - Ketapang) Padangbai (Padangbai - Lembar) Utama: Benoa Pengumpul: Celukan Bawang Gilimanuk Nusa Penida Padangbai Labuhan Amuk/ Tanah Ampo 2. Arah Pengembangan Jaringan Transportasi Antar Pulau 2014 Bali Gilimanuk Gilimanuk - Ketapang) Padangbai (Padangbai - Lembar) Utama: Benoa Pengumpul: Celukan Bawang Gilimanuk Nusa Penida Padangbai Bandar Udara Pengumpul Primer: Ngurah Rai Primer: Ngurah Rai 101

102 No Wilayah Provinsi Lintas Penyeberangan Antar Propinsi dan Antar Negara Pelabuhan Labuhan Amuk/ Tanah Ampo 3. Arah Pengembangan Jaringan Transportasi Antar Pulau 2030 Bali Gilimanuk Gilimanuk - Ketapang) Padangbai (Padangbai - Lembar) Singaraja (Singaraja - P. Kangean) Nusa Penida - Sekotong Utama: Benoa Pengumpul: Celukan Bawang Gilimanuk Nusa Penida Padangbai Labuhan Amuk/ Tanah Ampo Bandar Udara Pengumpul Primer: Ngurah Rai Sumber : Sistem Transportasi Nasional Pada Tataran Tansportasi Nasional (Tatranas), Balitbang Kementeraian Perhubungan 2012 Tataran Transportasi Wilayah di Propinsi Bali tahun 2007 direncanakan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan perjalanan penumpang dan barang. Namun perlu dikaji kembali apakah Tatrawil tersebut telah memadai untuk kondisi pertumbuhan pergerakan (orang dan barang) di masa mendatang. Rencana pengembangan transportasi yang telah disusun di dalam Tatrawil Provinsi Bali Tahun 2007 secara lebih jelas disajikan pada tabel berikut: Tabel Arahan Pengembangan Transportasi di Provinsi Bali Menurut Tatrawil Provinsi Bali, 2007 No. Jenis Transportasi Arahan Pengembangan A. Arahan Pengembangan Jaringan Transportasi Darat 1 2 Jaringan Arteri Primer Jaringan Kolektor Primer Jalur Gilimanuk Padangbai; Jalur Gilimanuk Soka Beringkit Denpasar; Jalur Beringkit Batuan Purnama; Jalur Denpasar (Tohpati) Gianyar Padangbai; Denpasar (Tohpati) Kusamba (Sunrise Road) Padangbai; Jalur Gilimanuk Singaraja Kubutambahan Amed; Jalur Denpasar Gianyar Semarapura Padang Bai Jalur Antosari Pupuan Busungbiu Seririt; Jalur Soka Kuta enpasar (sunset road); Jalur Kubutambahan Kintamani Bangli Gianyar. B. Arahan PengembanganAngkutan Penyeberangan Pulau Bali - Pulau Jawa Pelabuhan Gilimanuk Pelabuhan Padangbai 102

103 No. Jenis Transportasi Pulau Bali - Pulau NTB Pulau Bali - Pulau NTB Pulau Bali Arahan Pengembangan Pelabuhan Amed rencana) Pelabuhan Gunaksa (rencana) C. Arahan Pengembangan Jaringan Transportasi Laut Pelabuhan Penumpang Pelabuhan Benoa Pelabuhan Celukan Bawang Pelabuhan Barang Pelabuhan Pengambengan Pelabuhan Sangsit Pelabuhan Perikanan Pelabuhan Penumpang D. Arahan Pengembangan Jaringan Transportasi Udara Bandar Udara Bandar Udara Ngurah Rai International Lapter. Kol. Wisnu Pengembangan Kawasan Helipad di Nusa Penida (rencana) Hankam Pengembangan Wilayah Sumber : Tatrawil Provinsi Bali Tahun 2007 Kapal pesiar sudah mampu dilayani oleh pelabuhan-pelabuhan di Bali, seperti Benoa dan Celukan Bawang. Kapal pesiar yang akan singgah di Benoa, Bali diantaranya adalah Sevenseas Voyager, Pacific Venus, Silver Shadow, Silver Whisper, Celebrity Solstice, Rotterdam Cruise, Artania, Clipper Odyssey, dan Zegrahm Expedition. PT Pelindo III menyatakan, sembilan kapal pesiar ini merupakan bagian dari 29 rencana kunjungan kapal pesiar ke Pelabuhan Benoa. Tahun 2012 lalu, Pelabuhan Benoa menerima kunjungan 35 kapal pesiar. Bali masih menjadi tujuan utama bagi kapal pesiar, walaupun jika dilihat dari rencana kunjungan tahun 2013 lebih sedikit dari realisasi kunjungan kapal pesiar tahun 2012 lalu. 6. Isu-isu Penting Berdasar wawancara dengan stakeholder dari Bappeda, Dinas Perhubungan dan Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diperoleh beberapa isu-isu penting terkait pengembangan pariwisata dan transportasi laut diantaranya adalah: a. Sektor pariwisata merupakan sektor unggulan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di masa mendatang, terutama pariwisata berbasis alam. Kebutuhan yang paling penting untuk mengembangkan kawasan maritime adalah aksesibilitas, infrastruktur, daya tarik wisata dan kesiapan masyarakat. Jenis transportasi laut yang paling diperlukan untuk mendukung pariwisata maritime adalah kapal penumpang regular dan kapal pesiar. b. Secara umum kondisi prasarana transportasi laut dalam kondisi baik dan mampu mendukung aktifitas yang ada. 103

104 Namun dibeberapa wilayah infrastruktur masih kurang memadai dan perlu dikembangkan dalam rangka mendukung pengembangan sektor pariwisata. Misalnya terkait adanya rencana pengembangan Bali bagian utara, Pelabuhan Celukan Bawang yang akan dikembangkan sebagai pusat distribusi dan kegiatan di daerah utara. Celukan Bawang akan dikembangkan sebagai pelabuhan barang. Untuk memfasilitasi potensi pariwisata dari sektor maritim, telah dibangun Pelabuhan Tanah Ampo yang berfungsi sebagai pelabuhan pariwisata untuk pelayanan kapal cruise dan yatch (masuk dalam MP3EI). Namun masih ada permasalahan yang dihadapi ketika kapal cruise dengan kapasitas besar datang dan akan berlabuh. Karena keterbatasan panjang dermaga yang kurang panjang menyebabkan penumpang kapal cruise harus menggunakan kapal sekoci untuk menuju daratan. Yang menjadi kendala bagi wisatawan yang sudah lanjut usia adalah hal yang riskan untuk turun ke sekoci. Untuk mengatasi permasalahan ini sudah dikaji terkait perpanjangan dermaga agar mampu digunakan untuk berlabuh kapal-kapal pesiar (cruise). Selain itu juga akan dikembangkan pelabuhan Amed yang berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan untuk mengantisipasi arus kendaraan yang datang dari Jawa menuju NTB. Selain itu juga terdapat recana penataan kembali/revitalisasi Teluk Benoa untuk pariwisata. c. Karakteristik wisatawan mancanegara yang datang pada tahun 2012 sebagian besar dari Australia (28%), disusul China (10%) dan Jepang (6%). Sebagian besar menggunakan moda udara. Moda laut juga banyak digunakan sebagai mobilitas pada lingkup regional/lokal. Moda darat banyak digunakan oleh wisatawan lokal melalui Gilimanuk. Sebanyak sekitar 37% merupakan repeater guest (wisatawan yang berulangkali datang dalam setahun). Wisatawan asing memiliki masa tinggal rerata 9 hari, sementara wisatawan lokal selama 3,6 hari. d. Konektifitas yang dapat menghubungkan Bali NTB dan NTT sangat penting karena merupakan jalur wisata maritim. Oleh karena itu, peningkatan jalur konektifitas pada wilayah ini diharapkan akan mampu meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung. e. Konektifitas penyeberangan ke Nusa Penida masih terbatas sebagai salah satu lokasi wisata maritim. Perlu ditingkatkan frekuensi penyeberangan ke pulau tersebut untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung. 104

105 F. Provinsi Nusa Tenggara Barat 1. Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan Peraturan perundangan terkait dengan pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi: a. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Kawasan budidaya provinsi meliputi salah satunya mencakup kawasan peruntukan pariwisata. Kawasan Peruntukan Pariwisata terdapat sebanyak 16 (enam belas) kawasan berada di: 1) Pulau Lombok, meliputi: Senggigi dan sekitarnya, Suranadi dan sekitarnya, Gili Gede dan sekitarnya, Benang Stokel dan sekitarnya, Dusun Sade dan sekitarnya; Selong Belanak dan sekitarnya, Kuta dan sekitarnya, Gili Sulat dan sekitarnya; Gili Indah dan sekitarnya, Gunung Rinjani dan sekitarnya; dan 2) Pulau Sumbawa, meliputi: Maluk dan sekitarnya; Pulau Moyo dan sekitarnya; Hu u dan sekitarnya, Teluk Bima dan sekitarnya, Sape dan sekitarnya; Gunung Tambora dan sekitarnya. b. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat nomor 9 tahun 1989 tentang Pembangunan Kepariwisataan di Daerah Nusa Tenggara Barat. Peraturan tersebut masih berlaku dengan belum disusunnya Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi NTB. Dalam Perda tersebut telah ditetapkan kawasan pariwisata dalam 15 kawasan, yaitu 9 kawasan di Pulau Lombok dan 6 kawasan di Pulau Sumbawa. Kawasan pariwisata di Pulau Lombok meliputi: 1) Sire, Gili Air Senggigi dan sekitarnya, 2) Suranadi dan sekitarnya, 3) Gili Gede dan sekitarnya, 4) Selong Belanak dan sekitarnya, 5) Dusun Sade dan sekitarnya, 6) Kuta, Tanjung A an dan sekitarnya, 7) Gunung Rinjani dan sekitarnya, 8) Gili Sulat dan sekitarnya, 9) Gili Indah dan sekitarnya. Kawasan pariwisata di Pulau Sumbawa meliputi: 1) Pantai Maluk dan sekitarnya, 2) Pulau Moyo dan sekitarnya, 3) Gunung Tambora dan sekitarnya, 4) Pantai Hu u dan sekitarnya, 5) Teluk Bima dan sekitarnya, 6) Teluk Sape dan sekitarnya. Penetapan kawasan tersebut relatif konsisten dengan kawasan peruntukan pariwisata yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Nusa Tenggara Barat. Terdapat satu tambahan 105

106 kawasan dalam RTRW yaitu Kawasan Benang Stokel dan sekitarnya. 2. Inventarisasi Potensi Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata a. Perkembangan Jumlah Wisatawan Jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara yang datang ke Provinsi Nusa Tenggara Barat selama periode adalah sebagai berikut: Tabel Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Nusantara ke Provinsi NTB, Tahun Wisatawan Wisatawan mancanegara nusantara Jumlah Pertumbuhan rerata per tahun 10,8% 31,6% 20,5% Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2013 Tabel di atas menunjukkan adanya pertumbuhan jumlah wisatawan yang cukup signifikan pada periode tersebut, yaitu rerata 20,5% per tahun. b. Distribusi Wisatawan Berdasarkan Destinasi Pariwisata Jumlah wisatawan yang menginap di hotel berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun adalah sebagai berikut: 106

107 Tabel Jumlah Wisatawan Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB, NO KABUPATEN / KOTA Wisman Wisnus Jumlah Wisman Wisnus Jumlah 1 Mataram Lombok Barat Lombok Utara Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Sumbawa Barat Dompu Bima Kota Bima Jumlah Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2013 Tabel NO (lanjutan) KABUPATEN / KOTA 2011 Wisman Wisnus Jumlah 1 Mataram Lombok Barat Lombok Utara Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Sumbawa Barat Dompu Bima Kota Bima Jumlah

108 Jumlah kunjungan wisatawan yang berasal dari Pelabuhan Lembar disajikan dalam tabel berikut: Tabel Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Melalui Pelabuhan Lembar Tahun PELABUHAN LEMBAR KAPAL NO BULAN PESIAR Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember J U M L A H Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2013 Sedangkan jumlah wisatawan berdasarkan pintu masuk di Provinsi NTB disajikan dalam gambar berikut: Tabel Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Nusantara Melalui Pintu Masuk Tahun 2011 NO PELABUHAN LEMBAR BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK UTARA BULAN WISMAN WISNUS WISMAN WISNUS WISMAN WISNUS 1 JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER Jumlah

109 Tabel 4.34 (Lanjutan) NO BULAN LAIN-LAIN KAPAL PESIAR JUMLAH Wisman Wisnus Wisman Wisnus Wisman Wisnus 1 JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER Jumlah Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2013 Tahun 3. Inventarisasi Potensi Ekonomi Dampak ekonomi yang muncul dari aktifitas pariwisata dapat dilihat dari besaran pendapatan yang diperoleh dari pembelanjaan wisatawan dan tenaga kerja yang terserap. Realisasi pengeluaran wisatawan di Provinsi NTB tahun disajikan dalam tabel berikut: Tabel Realisasi Pengeluaran Wisatawan di Provinsi NTB tahun Jumlah (org) Rata-rata lama tinggal (hari) Wisatawan mancanegara Rata-rata pengeluaran (US $/hari) Penerimaan devisa (US$ 000) Total penerimaan devisa (Rp jt) , , , , , , , ,91 109

110 Tahun Tabel (lanjutan) Jumlah wisnu (org) Rata-rata lama tinggal (hari) Wisatawan nusantara Rata-rata pengeluaran (Rp/hari) Penerimaan devisa (Rp jt) Total penerimaan devisa (Rp jt) ,93 832, ,63 919, , , , , , , ,99 Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2013 Jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pariwisata di Provinsi NTB pada periode meningkat rata-rata 13,5% per tahun, dari orang pada tahun 2007 menjadi orang pada tahun Hal ini menunjukkan tingginya potensi sektor dalam mendukung kesejahteraan masyarakat. 4. Identifikasi Potensi-Potensi Wisata Maritim (Maritime Tourism) Potensi wisata maritim di Provinsi NTB dapat dikenali pada beberapa lokasi berikut: a) Kawasan Sire, Gili Air, Senggigi dan sekitarnya. Terdapat Pantai Sire dengan pasir putih, laut yang bergelombang dan tepi pantai yang ditunbuhi pohon-pohon kelapa. Dapat dilakukan berenang, menyelam, selancar, memancing, main kano, berperahu/berlayar, jetski, parasiling, berjemur, melihat matahari terbenam, volley pantai. b) Kawasan Suranadi dan sekitarnya. Terdapat sungai pegunungan Sesaot yang jernih dan sejuk airnya, sumber air awet muda Narmada. Dapat dilakukan berenang di kolam dengan air yang bening dan dingin, arum jeram, memancing di kolam air tawar. c) Gili Gede dan sekitarnya. Terdapat gugusan pulau-pulau kecil yang disebut gili, dengan hamparan pasir putih. Terdapat pantai dengan laut berombak tenang maupun besar. Dapat dilakukan selancar, berenang/selam/jetski, berperahu/berlayar, berjemur, memancing, motor air. d) Selong Blanak dan sekitarnya. Terdapat pasir putih kehitaman, dan berbagai pantai dan bukit yang indah. Dapat dilakukan berselancar, memancing, berenang/menyelam, berjemur. e) Kuta, Tanjung A an dan sekitarnya. Terdapat pasir putih dengan ombak yang tenang, namun semakin ke tengah 110

111 semakin besar. Dapat dilakukan berselancar, kano, renang/selam, berjemur, berlayar, parasailing. f) Gili Indah dan sekitarnya. Terdapat gugusan pulau kecil dengan pasir putih dan ombak yang tenang. Dapat dilakukan berlayar/berperahu, dayung, sampan, renang. g) Gili Gulat dan sekitarnya. Terdapat gugusan pulau kecil yang indah dengan laut yang tenang dan air bersih dan bening sehingga dapat melihat permainan ikan yang berwarna-warni. Dapat dilakukan berperahu/berlayar, dayung sampan, renang/selam, selancar, memancing, penangkapan ikan tradisional, menikmati sunrise. h) Pantai Maluk dan sekitarnya. Terdapat pantai berpasir putih, dengan laut yang bergelombang, Danau Lebo Taliwang dengan sumber mata air alami, Air Terjun Sekongkang. Dapat dilakukan selancar, jetski, parasailing, renang/selam, memancing, arung jeram. i) Pulau Moyo dan sekitarnya. Terdapat pantai berpasir putih, laut dengan ombak yang cukup tenang, beraneka ragam jenis ikan laut. Dapat dilakukan memancing, berenang/menyelam, snorkling, jetski, berjemur. j) Pantai Hu u dan sekitarnya. Terdapat Pantai Lakey dengan hamparan pasir putih yang luas dan laut berombak tinggi. Dapat dilakukan selancar, parasailing, motor air dan kano, renang/selam, memancing, berperahu. k) Teluk Bima dan sekitarnya. Terdapat laut teluk Bima dan beberapa pantai yang indah. Dapat dilakukan berlayar, selancar, renang/selam, memancing. l) Sape dan sekitarnya. Terdapat pantai yang indah dan laut dengan ikan dan binatang yang unik. Dapat dilakukan berlayar/berperahu, selancar, renang/menyelam, memancing, menangkap ular laut. 5. Penyelenggaraan Transportasi Laut Beberapa rute kapal yang melayani pelabuhan di Nusa Tenggara Barat diantaranya adalah: a. KM. KELIMUTU, dengan rute menyinggahi Bima b. KM.TILONGKABILA, menyinggahi Labuanbajo, Raha, Bima dan Lembar c. KM. WILIS, menyinggahi Labuanbajo dan Bima Daerah Nusa Tenggara Barat mempunyai 3 Pelabuhan Laut yang diusahakan. Pada tahun 2011 jumlah penumpang yang naik dari Provisni Nusa Tenggara Barat sebanyak orang, menurun 16,26 persen dari tahun 2010, dengan rincian di pelabuhan lembar 111

112 tercatat orang (32,31 persen) dan di pelabuhan Bima sebanyak orang (67,69 persen). Sedangkan jumlah penumpang yang turun tercatat orang atau turun 17,58 persen. Dengan rincian di pelabuhan Lembar orang atau 34,14 persen dan di pelabuhan Bima sebanyak orang atau 65,86 persen. Di pelabuhan Badas tidak ada penumpang baik yang naik ataupun yang turun. Tabel Data Arus Penerbangan dan Penumpang di Bandara Selaparang/BIL, M. Salahudin dan Brang Biji Tahun 2010 dan 2011 Penumpang (Orang) Barang (Ton) Pelabuhan Naik Turun Bongkar Muat Lembar 25,657 14,509 28,946 16,641 3,056, ,712 39,420 15,744 Badas 183, ,291 28,019 25,372 Bima 27,957 30,390 30,204 32, , ,119 65,148 56,639 Jumlah 53,614 44,899 59,150 48,749 3,418,282 1,176, ,587 97,755 Sumber: Statistik Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat 2011 Tabel Arus Penumpang Kapal Laut Pada Pelabuhan yang Diusahakan Dirinci Per Bulan di Nusa Tenggara Barat Tahun 2011 (Org) Bulan Lembar Badas Bima Jumlah Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Januari ,816 2,143 3,803 2,860 Februari 1,781 1,682 1, ,107 2,585 Maret 1,366 1,339 1,849 1,499 3,215 2,838 April ,718 1,724 2,309 2,109 Mei ,087 2,940 2,594 3,223 Juni ,275 2,708 3,571 3,068 Juli 1, ,045 3,402 5,107 3,881 Agustus 2,600 2,086 5,876 1,920 8,476 4,006 September 3,560 3, ,560 3,622 Oktober 2,381 2,326 5,040 9,253 7,421 11,579 November ,179 1,699 1,420 2,021 Desember 1, ,897 2,124 4,166 3,107 Jumlah 16,641 14,509 32,108 30,390 48,749 44, * 28,946 25,657 30,204 27,957 59,150 53, ,353 8,408 21,079 21,019 31,432 29,427 Sumber: Statistik Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat

113 Potensi wisata maritim di Nusa Tenggara Barat sangat tinggi, karena karakteristik wilayah yang merupakan wilayah kepulauan. Oleh karena itu, sarana dan prasarana transportasi laut memegang peranan penting dalam mendukung pengembangan pariwisata di Provinsi NTB. Hal ini dapat dilihat dari tingginya pergerakan kapal dan penumpang di Pelabuhan Lembar. Dari data Dinas Perhubungan Provinsi NTB, pelabuhan Lembar pada tahun 2011 menerima kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak orang. Selain itu terdapat kunjungan wisatawan dari kapal pesiar sebanyak jiwa. Pergerakan di Pelabuhan Lembar merupakan pergerakan wisatawan nomor 2 setelah Bandara Internasional Lombok. Pelabuhan Lembar di Lombok merupakan salah satu pelabuhan yang mampu disinggahi oleh kapal pesiar. Lombok sudah jadi destinasi unggulan kapal pesiar yang diharapkan akan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah ini. Lombok Paradise merupakan "tour operator" penumpang kapal pesiar MS Rotterdam itu untuk destinasi Lombok. Menurut rencana sepanjang 2013, sebanyak 305 unit kapal pesiar akan memasuki wilayah Indonesia. Hampir semua kapal pesiar itu jadwalkan destinasi Lombok, karena Lombok sudah menjadi destinasi utama rute kapal pesiar dari berbagai belahan dunia. Lombok Paradise telah menjalin kerja sama dengan manajemen 30 kapal pesiar dari total 305 kapal pesiar yang akan memasuki wilayah Indonesia. Dari 30 kapal pesiar itu, hanya satu kapal yang kapasitas angkutan penumpang relatif kecil yakni sekitar 400-an orang, selebihnya atau 29 kapal pesiar lainnya merupakan kapal pesiar jenis besar dengan kapasitas angkut penumpang lebih dari orang. Selanjutnya, dari Lembar kapal pesiar itu melanjutkan perjalanan ke Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT), kemudian menuju Pare-Pare, Sulawesi Selatan, lalu kembali ke Singapura. 6. Isu-isu Penting Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan stakeholders di Bappeda, Dinas Perhubungan dan Dinas Pariwisata, isu-isu strategis terkait dengan pengembangan pariwisata dan transportasi laut di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut: a. Sektor pariwisata merupakan sektor unggulan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di masa mendatang, terutama pariwisata berbasis alam. Dokumen pengembangan wisata telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi maupun Rencana Induk Pariwisata Daerah. b. Adanya roadmap tentang konektifitas yang dapat menghubungkan Bali NTB dan NTT sangat penting, 113

114 sehingga terbentuk konektifitas yang saling menguntungkan. Untuk itu perlu adanya regulasi yang jelas untuk mengatur alur/simpul transportasi laut antar Provinsi Bali NTT dan NTB yang tidak merugikan salah satu daerah tertentu. c. Pelabuhan pariwisata perlu dikembangkan untuk mengakomodasi perkembangan wisata. Diperlukan pembukaan jalur kapal pesiar besar (cruise line) agar pariwisata di NTB dapat lebih berkembang. Rute Bali NTB NTT harus lebih ditingkatkan frekuensinya karena masingmasing memiliki potensi wisata yang besar. d. Wisatawan yang berkunjung ke NTB mayoritas berasal dari luar provinsi, dengan karakteristik perjalanan yang fleksibel dalam moda dan jadwal, e. Sudah ada rencana pengembangan pariwisata maritim di NTB, yaitu di Sekotong, Gili Indah. Diperlukan pengembangan moda transportasi untuk menuju lokasi wisata serta investasi yang memadai. Namun keterbatasan pendanaan menjadi kendala dalam pengembangan kawasan pariwisata maritim. f. Kualitas sarana dan prasarana transportasi perlu ditingkatkan hingga berstandar internasional untuk mendukung pariwisata maritim. Rencana peningkatan kapasitas pelabuhan sudah ada di 8 lokasi. Pelabuhan baru direncanakan dibangun di Air Bari (untuk menuju Pulau Moyo), dan di Pemenang untuk menuju ke Tiga Gili. Perlu ada pelabuhan yang mampu mengakomodasi kapal pesiar sehingga akan meningkatkan volume wisatawan yang masuk. Rencana pelabuhan penumpang dan barang dalam skala internasional / global telah ditetapkan di Labuhan Carik. Frekuensi kapal telah mencukupi dengan adanya pergerakan kapal harian ke pelabuhan utama di NTB. g. Perencanaan progran disusun dalam Musrenbang sehingga diharapkan mampu mengakomodasi aspirasi semua pihak. Aspek pendanaan menjadi masalah dalam implementasi program. 114

115 G. Provinsi Nusa Tenggara Timur 1. Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provisni NTT berisi tentang kebijakan penataan ruang, strategi penataan ruang, rencana struktur ruang wilayah, sistem jaringan prasarana utama, termasuk kawasan peruntukan pariwisata. Terkait dengan wisata bahari, dalam Perda RTRW tersebut telah ditentukan sejumlah kawasan bagi pengembangan wisata bahari antara lain Kawasan Taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai Barat; KawasanTaman Laut Tujuh Belas Pulau Riung di Kabupaten Ngada; Kawasan Taman Laut Teluk Maumere di Kabupaten Sikka; Kawasan Taman Laut di Pulau Kepa di Kabupaten Alor; Kawasan Taman Laut Teluk Kupang di Kabupaten dan Kota Kupang; Kawasan Pantai Nembrala di Kabupaten Rote Ndao; Kawasan Pantai Kolbano di Kabupaten Timor Tengah Selatan; dan kawasan peruntukan pariwisata buatan yaitu berupa wisata pemancingan di Perairan Tablolong Kabupaten Kupang. Kawasan peruntukan pariwisata tersebut dikembangkan dengan pola pembagian klaster kawasan pariwisata, terdiri atas: a. Klaster I meliputi wilayah Pulau Alor, Pulau Timor, Pulau Rote dan Pulau Sabu dengan konsep pengembangan wisata kepulauan yang bertumpu pada keindahan pantai dan wisata minat khusus; b. Klaster II meliputi wilayah Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Ngada dan Kabupaten Nagekeo dengan konsep pengembangan pulau penuh pesona yang bertumpu pada binatang komodo sebagai cirri khas serta kehidupan dan peninggalan budaya masyarakat; c. Klaster III meliputi wilayah Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, Kabupaten Flores Timur, dan Kabupaten Lembata dengan konsep pengembangan ekowisata yang bertumpu pada Danau Kelimutu dan berbagai atraksi budaya lokal ; d. Klaster IV meliputi wilayah Pulau Sumba yaitu Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Tengah dan Kabupaten Sumba Barat Daya dengan konsep pengembangan budaya lokal yang bertumpu pada kehidupan megalitik dan ritual. 115

116 2. Inventarisasi Potensi Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu tujuan wisata nasional dan internasional dimana terdapat lima Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yaitu Komodo-Ruteng dan Sekitarnya, Kelimutu-Maumere dan sekitarnya, Sumba-Waikabubak dan sekitarnya, Alor-Lembata dan sekitarnya serta Kupang- Rote Ndao dan sekitarnya. Jumlah kunjungan wisatawan ke berbagai destinasi pariwisata baik wisatawan nusantara maupun mancanegara terus meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2006 tercatat orang dan menjadi lebih dari dua kali lipat pada tahun 2009 yaitu orang. Hal yang sama juga terjadi bagi jumlah kunjungan wisatawan nusantara dimana tercatat orang pada tahun 2006 meningkat menjadi orang pada tahun 2009, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel Perkembangan Jumlah Wisatawan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur No Kabupaten/Kota Tahun Man Nus Man Nus Man Nus Man Nus 1 Kota Kupang ,084 2 Kupang ,000 3 TTS ,993 4 TTU ,575 5 Belu ,083 6 Alor ,629 7 Rotendau Lembata ,981 9 Flotim , Sikka , Ende , Ngada , Manggarai , Sumba Barat , Sumba Timur , Manggarai Barat , Manggarai Timur Sumba Barat Daya Sumba Tengah 20 Nagekeo Sabu Raijua Jumlah 29, Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTT,

117 Pada tahun 2011 jumlah wisatawan yang berkunjung ke berbagai destinasi pariwisata di NTT adalah yang terdiri dari orang wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Kunjungan terbanyak wisatawan nusantara adalah ke Kabupaten Manggarai Barat sebanyak orang disusul Kota Kupang 8.190, Kabupaten Ende dan Kabupaten Manggarai sebanyak Kunjungan wisatawan nusantara terbanyak pada Kota Kupang sebanyak disusul Kabupaten Sikka sebanyak ; Kabupaten Ende , Kabupaten Manggarai Barat dan Kabupaten Belu sebanyak orang. 3. Inventarisasi Potensi Ekonomi Sektor pariwisata merupakan bagian yang sangat penting sebagai salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan dunia usaha, dan pertumbuhan lapangan kerja di provinsi NTT. Sektor ini juga secara langsung dan tidak langsung berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyararakat. Indikasi tersebut setidaknya dapat diamati dari pertumbuhan jumlah operator penerbangan menuju wilayah NTT, pertumbuhan angkutan laut baik swasta maupun pemerintah serta bertambahnya kapal pesiar berkapasitas besar dan perahu layar modern yang melintasi dan mendarat di NTT, pertumbuhan akomodasi baik hotel bintang maupun non-bintang, pertumbuhan usaha rumah makan dan restoran serta tempat hiburan umum, dan peningkatan jumlah event budaya. Kegiatan usaha di provinsi NTT yang terkait dengan kegiatan pariwisata seperti perhotelan mengalami peningkatan untuk melayani permintaan dengan makin bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Provinsi NTT. Jumlah akomodasi yang tersedia menurut kabupaten/kota di provinsi NTT pada tahun meningkat dari 259 menjadi 269, jumlah kamar meningkat dari 4429 menjadi 4770, sementara tempat tidur meningkat dari menjadi unit, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut: 117

118 Tabel Banyaknya Akomodasi, Kamar dan Tempat Tidur menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tempat Akomodasi Kamar No Kabupaten/Kota Tidur Sumba Barat Sumba Timur Kupang *) 4 Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Sumba Tengah**) 17 Sumba Barat Daya **) 18 Nagekeo Manggarai Timur Sabu Raijua Kota Kupang ,353 Jumlah Catatan : *) Tergabung dengan Kota Kupang **)Tergabung dengan Kabupaten Induk Sumber : BPS Prov. NTT, 2011 Selain perhotelan usaha rumah makan dan restoran di Provinsi NTT juga turut berkembang sejalan dengan peningkatan kegiatan pariwisata dan kunjungan wisatawan. Jumlah rumah makan pada tahun 2010 tercatat sebanyak 963 buah, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak jiwa, sebagaimana disajikan dalam tabel berikut: 118

119 Tabel Data Restaurant/Rumah Makan/Depot Makan/Warung Makan/Kereta Per Kabupaten/Kota Se-Nusa Tengara Timur Tahun 2010 No Jumlah tenaga kerja Rest/ Jumlah fasilitas Kabupaten/ R.mkn kota Warung/ Meja Kursi Jmh L P Jmh Krt Kota kupang Kupang TTS TTU Belu Alor Rote ndao Lembata Flotim Sikka Ende Ngada Manggarai Sumba barat Sumba timur Manggarai barat JUMLAH Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTT Peningkatan kegiatan pariwisata dan kunjungan wisatawan juga menggairahkan usaha jasa pariwisata lain seperti biro dan agen perjalanan wisata. Pada sejumlah kabupaten di Provinsi NTT berkembang usaha jasa agen dan biro perjalanan untuk melayani kebutuhan wisatawan. Usaha tersebut terbanyak terdapat di kota Kupang sebanyak 24 usaha terdiri dari delapan biro perjalanan dan 16 agen perjalanan. Usaha-usah tersebut setidaknya menyerap 50 tenaga kerja di Kota Kupang. Usaha sejenis juga berkembang di Kabupaten Manggarai Barat dimana memiliki destinasi unggulan Pulau Komodo. Di kabupaten Manggarai Barat terdapat 16 agen dan biro perjalanan yang mempekerjakan 53 orang, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut: 119

120 Tabel Data Perusahaan Terkait Wisata Per Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur 2010 No Kabupaten/kota KOTA KUPANG KUPANG TTS TTU BELU ALOR ROTE NDAO LEMBATA FLOTIM SIKKA ENDE NGADA MANGGARAI SUMBA BARAT SUMBA TIMUR MANGGARAI BARAT Jumlah BPW APW CBPW JML Tenaga Kerja JUMLAH Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. NTT Ket : BPW : Biro Perjalanan Wisata; APW : Agen Perjalanan Wisata; CBPW : Cabang Biro Perjalanan Wisata Selain akomodasi penginapan, rumah makan, dan biro atau agen perjalanan, usaha lain yang turut menikmati keuntungan dengan peningkatan kegiatan pariwisata adalah usaha toko cinderamata. Sayangnya usaha ini tidak terdapat di semua kabupaten/kota di NTT Sebagaimana diketahui kunjungan wisatawan memberikan keuntungan besar bagi usaha kepariwisataan. Berikut asumsi nilai pendapatan dari wisatawan nusantara dan wisatawan nusantara yang berkunjung ke NTT pada tahun 2006 hingga 2009 yang dihitung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 120

121 Tabel Asumsi Nilai Pendapatan Dari Wisatawan Yang Berkunjung ke Provinsi Nusa Tenggara Timur, DATA NO KUNJUNGAN: 1 WISMAN Jumlah wisatawan (orang) Nilai pendapatan dari Kunj. WINUS ( r 2 = jl x 3hr x Rp ) 2 WISNUS Jumlah wisatawan (orang) Nilai pendapatan dari kunj. WINUS ( r 2 = jl x 3hr xus $75,0 x Rp Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. NTT TAHUN Rp.6.,3 M Rp. 15,2 M Rp.14.3 M 17,7 M Rp27.6 M Rp72.97 M Rp93.5 M Rp81.9 M 4. Identifikasi Potensi-Potensi Wisata Bahari (Maritime Tourism) Provinsi NTT sebagai provinsi kepulauan yang terdiri dari pulau besar dan kecil memiliki potensi pariwisata yang sangat besar yang terdiri dari wisata alam, wisata khusus, wisata budaya, wisata religi, atraksi dan tentu saja wisata bahari. Wisata bahari di provinsi NTT sangat banyak dimana Provinsi ini juga memilki garis pantai yang panjang dengan situasi yang cocok untuk berbagai kegiatan wisata bahari seperti wisata pantai, menyelam (diving), snorkeling, memancing (fishing), berselancar (surfing) dan berlayar (sailing). Berikut daftar obyek dan daya tarik wisata pada setiap kabupaten di Provinsi NTT: a. Kota Kupang: Pantai Lasiana b. Kab. Timor Tengah Selatan: Pantai Kolbano c. Kab. Timor Tengah Utara: Tanjung Bastian, Pantai Wini d. Kab. Belu: Teluk Gurita e. Kab. Rote Ndao: Pantai Nembrala (surfing), Laut Mati, Pulau Ndana f. Kab. Alor: Pantai Mali. Pantai Maimol, Taman Laut Pantar 121

122 g. Kab. Sumba Timur: Pantai Tarimbang, Pantai Kalala, Pantai Walakeri, Pantai Patawang h. Kab. Sumba Tengah: Pantai Mamboro i. Kab. Sumba Barat:Pantai Marosi, Pantai Lailang j. Kab. Sumba Barat Daya: Pantai Mananga Aba, Pantai Tosi, Pantai Newa, Pantai Ratenggaro, Pantai Pero, Pantai Watumaledong k. Manggarai Timur: Pantai Cepi Watu l. Manggarai Barat: TN. Komodo, Pantai Pede, m. Kab. Ngada: Taman Laut 17 Pulau Riung n. Kab. Nagekeo: Pantai Enagera o. Kab. Ende: Pantai Jaga Po p. Kab. Sikka: Teluk Maumere, Pantai Kajawulu q. Kab. Flores Timur: Pulau Waibalun, Pantai Watohari r. Kab. Lembata: Pantai Waijarang, Perburuan Ikan Paus Sementara pada tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kupang, Manggarai dan Sabu Raijua belum mengembangkan potensi wisata bahari walaupun memiliki potensi. 5. Penyelenggaraan Transportasi Laut Transportasi antar pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi kepulauan dihubungkan oleh berbagai mode transportasi baik udara maupun laut. Jaringan transportasi darat di masingmasing pulau juga sudah terbangun. Sebegai provinsi kepulauan prasarana perhubungan laut dan udara menjadi sangat penting bagi keterhubungan antar wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Prasarana perhubungan udara berupa bandara dan prasarana perhubungan laut dan penyeberangan berupa pelabuhan tersebar di seluruh kabupaten/kota untuk melayani kebutuhan transportasi antar pulau dalam provinsi, antar provinsi juga antar negara. Peta berikut menggambarkan sebaran prasarana perhubungan laut dan udara di Provinsi Nusata Tenggara Timur. 122

123 Gambar Prasarana Perhubungan Laut dan Udara di Provinsi NTT Sumber: Dinas Perhubungan NTT Tabel Dilayani Jaringan trayek kapal penumpang di Nusat Tenggara Timur telah menghubungkan pelabuhan-pelabuhan penting yang ada di wilayah ini walaupun dalam intensitas/frekuensi yang terbatas. Nama Kapal, Operator, Jumlah Armada dan Rute yang NO NAMA KMK OPERATOR ROKATENDA ILE APE ILE MANDIRI BALIBO UMAKALADA PULAU SABU INE LIKA CENGKE AFO INERIA NAMPARNOS KIRANA TITIAN NUSANTARA ASDP ASDP ASDP ASDP ASDP ASDP ASDP ASDP ASDP ASDP - - JUMLAH ARMADA MELAYANI RUTE Labuan Bajo - Sape Kupang Pantai Baru Kupang - Ende Kupang - Larantuka Ende Waingapu Kupang- Aimere Aimere Waingapu Waingapu Sabu Larantuka Lembata Baranusa- Kalabahi Kupang - Kalabahi Kupang - Ende-Surabaya PP Kupang Surabaya PP 123

124 NO NAMA KMK OPERATOR DOBONSOLO TATAMAILAU WILIS AWU TILONG KABILA NEMBERELLA NANGALALA BUKIT SIGUNTANG KM. SABUK NUSANTARA (LINTASAN PERINTIS) PT.PELNI PT.PELNI PT.PELNI PT.PELNI PT.PELNI PD.FLOBAMOR PD.FLOBAMOR PT.PELNI PT.PELNI Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi NTT, 2012 JUMLAH ARMADA MELAYANI RUTE Kupang - Benoa.(Arah Barat) Kupang Ambon(Arah Timur) Kupang Larantuka (Arah Barat) Kupang Larantuka Saumlaki (Arah Timur) Kupang Rote Sabu- Ende-Waingapu-Labuan Bajo (Arah Barat) Kupang Ende Waingapu Lembor Benoa.(Arah Barat) Kupang Kalabahi Maumere (Arah Timur). Labuan Bajo, dsb( Arah barat) Jakarta Surabaya Benoa Kupang Ambon Sorong Manokwari Biak Jayapura Kupang Lewoleba Maumere Makassar pare-pare- Tarakan (PP) Kupang-Upisera-Ilwaki- Kiser-Leti-Moa-Lakor- Lelang-Tepa-Wulur- Bebar-Ambon (PP) Perjalanan, arus penumpang, kendaraan dan barang melalui penyeberangan ferry di provinsi Nusa Tenggara Timur juga tergolong tinggi baik pada penyeberangan perintis maupun komersial. Pada tahun 2011, jumlah perjalanan pada penyeberangan perintis sebanyak 972 kali pada 24 lintas, mengangkut penumpang, kendaraan roda 2, 346 kendaraan roda 4, 378 kendaraan roda 6, 48 kargo alat berat dan ton barang. Pada lintas komersial, terdapat perjalanan dalam 14 jalur lintasan, mengangkut penumpang, kendaraan roda 2, kendaraan roda 4, kendaraan roda 6, 239 kargo alat berat dan ton barang (lihat Tabel 4.46 dan 4.47). Data tersebut menunjukkan cukup besarnya peran transportasi penyeberangan di Provinsi NTT. 124

125 Tabel Jumlah Perjalanan, Arus Penumpang, Kendaraan dan Barang pada Lintasan Penyeberangan Perintis di Provinsi NTT No Lintasan Penyeberangan Perja lanan Penum pang Roda 2 Angkutan Kendaraan Roda 4 Roda 6 Alat Berat Barang 1 Larantuka - Lewoleba Lewoleba - Larantuka Kalabahi - Larantuka Larantuka - Kalabahi Kupang - Lewoleba Lewoleba - Kupang Waingapu - Ende Ende - Waingapu Waingapu - Sabu Sabu - Waingapu Waingapu - Aimere Aimere - Waingapu Kalabahi - Teluk Gurita Teluk Gurita - Kalabahi Larantuka - Waiwerang Waiwerang - Larantuka Waiwerang - Lewoleba Lewoleba - Waiwerang Kalabahi - Baranusa Baranusa - Kalabahi Kalabahi - Lewoleba Lewoleba - Kalabahi Baranusa - Lewoleba Lewoleba - Baranusa Kupang - Waikelo 26 Waikelo - Kupang 27 Waikelo - Aimere 28 Aimere - Waikelo 29 Pendapatan Charter Jumlah Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi NTT,

126 Tabel Jumlah Perjalanan, Arus Penumpang, Kendaraan dan Barang pada Lintasan Penyeberangan Komersil di Provinsi NTT No Lintasan Penyeberangan Perja lanan Penum pang Roda 2 Angkutan Kendaraan Roda 4 Roda 6 Alat Berat Barang 1 Kupang - Rote Rote - Kupang Kupang - Larantuka Larantuka - Kupang Kupang - Kalabahi ,556 6 Kalabahi - Kupang Kupang -Sabu ,987 8 Sabu - Kupang Kupang - Ende Ende -Kupang Kupang - Aimere Aimere - Kupang Kupang - Waingapu Waingapu - Kupang Jumlah 1, Sumber : Provinsi NTT dalam Angka 2012 Infrastruktur transportasi laut pendukung sektor pariwisata dapat diidentifikasi dari jumlah pelabuhan dan pelabuhan penyeberangan yang ada. a. Pelabuhan Berdasarkan fungsi dan peran pelabuhan laut dibagi dalam 5 (lima kelompok) yaitu : 1) pelabuhan internasional (utama primer dan sekunder); 2) pelabuhan nasional (utama tersier); 3) pelabuhan regional; 4) pelabuhan lokal. Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional memiliki 1 buah Pelabuhan Internasional yaitu Pelabuhan Laut Tenau. Pelabuhan Internasional ini yang berperan melayani kegiatan dan alih muat penumpang dan barang nasional dalam volume yang relatif besar karena kedekatan jalur pelayaran nasional dan internasional antar Indonesia dengan Negara Demokratik Timor Leste. Pelabuhan dengan fungsi dan peran skala Nasional di Nusa Tenggara Timur ada 2 buah yaitu Pelabuhan Laut Maumere dan Waingapu. Pelabuhan dengan fungsi dan peran skala Regional ada 9 buah yaitu Pelabuahan 126

127 Atapupu, Baranusa, Ba a, Komodo, Marapokot, Reo, Seba, Waekelo dan Wuring. Pelabuhan dengan fungsi dan peran skala Lokal ada 22 buah. Dari sisi jumlah prasarana sebenarnya sudah cukup memadai. b. Pelabuhan Penyeberangan Pelabuhan Penyeberangan, berdasarkan peran dan fungsinya dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu 1) pelabuhan penyebrangan lintas provinsi dan antar Negara, yaitu pelabuhan penyebrangan yang melayani lintas provinsi dan antar Negara; 2) pelabuhan penyebrangan lintas kabupaten/kota, yaitu pelabuhan penyeberangan yang melayani lintas kabupaten/kota; 3) pelabuhan penyebrangan lintas dalam kabupaten, yaitu pelabuhan penyeberangan yang melayani lintas dalam kabupaten/kota. Dalam fungsinya untuk menunjang dan mendorong perkembangan pembangunan suatu daerah, wilayah dan kawasan lintasan penyebrangan yang ada di Nusa Tenggara Timur dibedakan menjadi lintas penyebrangan perintis dan bukan perintis. Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki 11 pelabuhan penyebrangan dan 12 dermaga dengan tipe dolphin 7 buah dan tipe beton 4 buah, yang melayani 24 lintasan penyebrangan yang terdiri dari lintasan lintas provinsi 16 lintasan dan lintas kabupaten 8 lintasan. Tabel Prasarana Pelabuhan Penyeberangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur NO PELABUHAN TANAH TIPE DERMAGA KAPASITAS (GT) TAHUN BANGUN PENGELOLA KAB/KOTA 1 Labuan Bajo Beton PT.ASDP Manggarai Barat 2 Larantuka Beton PT.ASDP Flotim 3 Bolok I Dolphin PT.ASDP Kupang 4 Bolok II Dolphin PT.ASDP Kupang 5 Pantai Baru Beton PT.ASDP Rote Ndao 6 Kalabahi Beton UPT HUBDAT Alor 7 Teluk Gurita Dolphin DISHUB NTT Belu 8 Waingapu Dolphin DISHUB KAB Sumba Timur 9 Biyu - Dolphin DISHUB KAB Sabu Raijua 10 Aimere Dolphin DISHUB NTT Ngada 11 Waikelo - Dolphin DISHUB KAB Sumba Barat Daya 12 Nagekeo - Dolphin DISHUB NTT Ende 13 Maropokot - Dolphin DISHUB KAB Nagekeo 14 Waijaran Dolphin DISHUB KAB Lembata Sumber Data : Profil & Informasi Perhubungan Tahun

128 Berikut daftar pelabuhan penyeberangan di Provinsi NTT. a. Pelabuhan penyeberangan lintas Provinsi terdiri atas : 1) Pelabuhan Labuan Bajo di Kabupapaten Manggarai Barat 2) Pelabuhan Waikelo di Kabupaten Sumba Barat 3) Pelabuhan Waingapu di Kabupaten Sumba Timur 4) Pelabuhan Tenau di Kota Kupang b. Pelabuhan penyeberangan lintas Kabupaten/Kota: 1) Pelabuhan Bolok di Kabupaten Kupang; 2) Pelabuhan Waingapu di Kabupaten Sumba Timur 3) Pelbuhan Balauring dan Pelabuhan Loweleba di Kabupaten Lembata 4) Pelabuhan Larantuka di Kabupaten Flores Timur; 5) Pelabuhan Ende di Kabupatan Ende: 6) Pelabuhan Aimere di Kabupaten Ngada 7) Pelabuhan Seba di Kabupaten Sabu Raijua; 8) Pelabuhan Pantai Baru da Kabupaten Rote Ndao 9) Pelabuhan Maritaing dan Kalabahi di Kabupaten Alor 10) Pelabuhan Labuan Bajo dan Komodo di Kabupaten Manggarai Barat 11) Pelabuhan Maumere di Kabupaten Sikka; dan 12) Pelabuhan Teluk Gurita di Kabupaten Belu. Dalam beberapa tahun ke depan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur merencakanan pengembangan beberapa pelabuhan antara lain Pelabuhan Loweleba, Marapokot, Sabu, Demaga Labuan Bajo II, Dermaga Bolok III, Dermaga Larantuka II, Kalabahi II, Waiwerang (P. Adonara), Hansisi (P. Semau), Pulau Solor, dan Pulau Raijua. Rencana pembangunan pelabuhan wisata belum secara eksplisit dilakukan, namun terintegrasi dengan pelabuhan penumpang lainnya. 6. Isu-isu Penting Berdasarkan wawancara mendalam dengan stakeholders di Bappeda, Dinas Perhubungan dan Dinas Pariwisata, isu-isu penting terkait pariwisata dan pengembangan transportasi laut di wilayah studi adalah sebagai berikut: a. Transportasi laut menjadi moda penting dalam mendukung pergerakan penumpang dan barang di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Konektifitas antar daerah telah cukup baik dengan banyaknya pelabuhan dan rute yang yang ada. 128

129 Meskipun demikian, masih terdapat keterbatasan dari sisi kualitas penyelenggaraan (sarana, prasarana dan operasi). b. Pariwisata maritim merupakan jenis wisata unggulan karena NTT merupakan wilayah kepulauan dengan garis pantai yang panjang dengan beraneka ragam obyek wisata yang menarik. Terdapat peningkatan jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara pada beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan adanya program yang secara khusus diselenggarakan untuk mendorong peningkatan kunjungan wisatawan, misalnya Sail Komodo. Momentum tersebut harus terus dijaga agar terdapat peningkatan yang berkelanjutan. c. Terdapat kecenderungan peningkatan biaya hidup pada lokasi wisata di NTT, khususnya pada beberapa waktu terakhir sebagai imbas banyaknya wisatawan asing yang datang. Penduduk cenderung menaikkan biaya makanan dan penginapan untuk mendapatkan keuntungan lebih. Peningkatan biaya hidup ini tidak diimbangi dengan kualitas penyediaan akomodasi yang memadai (hotel, rumah makan), sehingga dikhawatirkan akan mengurangi minat wisatawan di masa mendatang. d. Perlu diteliti penerima manfaat terbesar dari kegiatan wisata, apakah penduduk lokal atau pemilik modal besar. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya kecemburuan sosial yang dapat berdampak serius pada kondisi keamanan masyarakat. H. Provinsi Sulawesi Utara 1. Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan Salah satu misi pembangunan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Utara adalah meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Sulawesi Utara dan Indonesia Timur Bagian Utara. Tujuan yang hendak dicapai dari misi ini adalah meningkatkan sarana dan prasarana pariwisata, meningkatkan kerjasama melalui paket wisata dengan provinsi tetangga dan pelaku bisnis, peningkatan pelayanan industri pariwisata, dan menciptakan branding tentang Sulawesi Utara. Dokumen Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Utara secara jelas telah menggambarkan arahan lokasi untuk kawasan Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara yaitu: a. Pengembangan kawasan wisata pantai (Manado-Tanjung Pisok-Bunaken-Tasik Ria-Likupang-Bitung). 129

130 b. Pengembangan kawasan wisata bahari di dalam kawasan Taman Nasional Laut Bunaken pada zona pemanfaatan c. Pengembangan kawasan wisata di Taman Nasional Dumoga- Bone. d. Pengembangan Kawasan Wisata Danau Tondano dan sekitarnya dengan prioritas wisata tirta, wisata alam terutama agrowisata dengan memperhatikan kelestarian DAS, lebih khusus lagi Danau Tondano. e. Pengembangan Kawasan Wisata Kota Wisata Bunga Tomohon. f. Pengembangan Kawasan Wisata Kota Wisata Manado. g. Pengembangan Kawasan Wisata di P. Ruang, P. Mahoro, P. Tagulandang dan gunung api bawah laut Mahangetang untuk diving. h. Pengembangan kawasan wisata di perbatasan, yaitu Pulau Miangas dan Gususan P. Nanusa, P. Intata P. Kakorotan. Dalam dokumen RTRW Provinsi Sulawesi Utara juga dirinci pola pengembangan kawasan wisata pantai Manado-Minahasa- Bitung Pantai Utara (MAHABINTURA) yang meliputi : a. Wawontulap-Tanawangko-Tasik Ria-Boulevard Manado- Tanjung Pisok-Likupang-Tanjung Pulisan-Karondoran-Selat Lembeh-Bitung-Tanjung Merah-Tasikoki-Batu Nona-Kema. b. Pengembangan kawasan wisata bahari di dalam kawasan Taman Nasional Laut Bunaken pada zona pemanfaatan. c. Pengembangan kawasan wisata di Taman Nasional Dumoga Nani Warta Bone. d. Pengembangan Kawasan Wisata Danau Tondano dan sekitarnya dengan prioritas wisata tirta, wisata alam terutama agrowisata dengan memperhatikan kelestarian DAS, lebih khusus lagi Danau Tondano. e. Pengembangan Kawasan Wisata Kota Pantai Dunia Manado. f. Pengembangan Kawasan Wisata Kota Bahari dan wisata laut P. Ruang, P. Para, P. Mahoro, P. Tagulandang dan Gunung Api Bawah Laut Mahangetang untuk diving. g. Pengembangan Kawasan Wisata Pulau Khusus Ketangkasan, yaitu : P. Siladen (Manado) dan P. Gangga (Minahasa Utara). h. Pengembangan Agrowisata di semua kabupaten/kota i. Pengembangan Kawasan Wisata Kota Bunga Tomohon. Peta rencana pengembangan kawasan pariwisata di Provinsi Sulawesi Utara disajikan dalam Gambar

131 Gambar Peta Rencana Pengembangan Kawasan Pariwisata Sulawesi Utara 131

132 2. Inventarisasi Potensi Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Berbagai upaya promosi pariwisata yang telah dilakukan telah menunjukan hasil dengan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Provinsi Sulawesi Utara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu dari orang pada tahun 2008 menjadi orang pada tahun Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara terbanyak adalah berasal dari negara Negara Singapore, Jerman, Amerika Serikat, Belanda dan Jepang, sebagaimana disajikan tabel berikut: Tabel Banyaknya Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Sulawesi Utara Sumber: BPS (diolah) Negara Philiphina Singapura Malaysia Jepang Taiwan Korsel Italia Belanda Jerman Inggris USA Australia Lainnya Jumlah Inventarisasi Potensi Ekonomi Sulawesi Utara memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata. Saat ini Sulawesi Utara merupakan salah satu destinasi pariwisata yang termasuk di dalamnya adalah kegiatan Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition (MICE) di Indonesia. Beberapa kegiatan MICE yang berskala internasional telah dilakukan di Sulawesi Utara, antara lain World Ocean Conference (WOC), Coral Triangle Initiative (CTI), Sail Bunaken, beberapa simposium internasional, dan beberapa kegiatan yang berskala lebih kecil. Jumlah usaha kepariwisataan meliputi restoran, rumah makan di Sulawesi Utara adalah 17 buah, dengan rerata jumlah pekerja 30 orang dan rerata pendapatan Rp4,5 milyar per tahun. Adapun jumlah biro perjalanan wisata 7 buah dengan rerata jumlah tenaga kerja 9 orang dan rerata pendapatan Rp407 juta per tahun, 132

133 sebagaimana disajikan tabel berikut: Tabel Jumlah Usaha Kepariwisataan, Jmlah Tenaga Kerja dan Pendapatan Sulawesi Utara Perusahaan/Usaha Restoran/Rumah Makan Biro Wisata Perjalanan Jumlah usaha Rata-Rata Jumlah Pekerja (orang) Rata-Rata Pendapatan Perusahaan (Rp.) Sumber: Provinsi Sulawesi Utara dalam Angka, 2012 Keberadaan fasilitas perhotelan juga menunjang kegiatan pariwisata dan juga menyerap devisa yang tidak sedikit. Secara tidak langsung keberadaan dan pertumbuhan usaha perhotelan di Sulawesi Utara juga membawa dampak yang baik pagi perekonomian wilayah. Jumlah hotel baik bintang dan non bintang di Sulawesi Utara mengalami peningkatan seiring dan meningkatnya kegiatan pariwisata. Tabel-tabel berikut menggambarkan keadaan dan perkembangan jumlah fasilitas perhotelan baik bintang maupun non bintang beserta jumlah tenaga kerjanya yang ada di Provinsi Sulawesi Utara. Tabel Banyaknya hotel berbintang, kamar tidur, tempat tidur dan tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Utara Tahun Hotel Kamar Tidur Tempat Tidur Tenaga Kerja ,214 3,172 1, ,379 1,621 1, ,379 1,621 1, ,379 1,621 1, ,599 2, ,665 2, ,089 2,916 1, ,317 2,044 1, ,418 2,221 2, ,190 2, ,190 1,843 2, ,984 3,144 2, ,252 3,726 2, ,717 2,684 2,218 Sumber: Provinsi Sulawesi Utara dalam Angka,

134 Tabel Utara Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang Sulawesi Tahun/Bulan Kelas Hotel Seluruh Bintang Bintang Bintang Bintang Bintang Kelas Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber: Provinsi Sulawesi Utara dalam Angka, 2012 Tabel Banyaknya hotel non berbintang, kamar tidur, tempat tidur dan tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Uatara Tahun Hotel Kamar Tempat Tenaga Tidur Tidur Kerja Sumber: Provinsi Sulawesi Utara dalam Angka,

135 4. Identifikasi Potensi-Potensi Wisata Bahari (Maritime Tourism) Taman Laut Nasional Bunaken merupakan unggulan pariwisata Provinsi Sulawesi Utara yang mampu mendatangkan ribuan wisatawan setiap bulan. Taman laut ini termasuk dalam wilayah Kota Manado dan mempunyai area dengan luas ha. Terdapat lima pulau yang termasuk dalam Taman nasional ini yaitu Pulau Naen, Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, Pulau Siladen, dan Pulau Mantehage beserta anak pulau yang ada di sekelilingnya. Selain taman laut Bunaken di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara juga memiliki sejumlah potensi wisata bahari antara lain. a. Kota Bitung: Pantai Tanjung Merah b. Kab. Bolaang Mangondow: Pantai Nuangan, Tanjung Dulang c. Kab. Sangihe: Pulau Kahitang, Pantai Nusa Tabukan, Gunung Api Bawah Laut Mahangetang d. Kab. Minahasa Selatan:Pantai Moinit e. Kab. Talaud: Pulau Sara, Pulau Mangaran f. Kab. Minahasa Tenggara: Pantai Bentenan dan Pantal Lakban Kabupaten Minahasa Utara belum mengembangkan potensi wisata bahari sementara dua kabupaten lain yaitu Kabupaten Minahasa dan Kota Tomohon tidak memiliki potensi wisata bahari (land lock). Selain pengembangan di atas kini tengah mulai digali potensi pengembangan wisata bahari di kawasan pulau di perbatasan antar negara yaitu: Pulau Miangas, Marore dan Gugusan Pulau Nanusa, Intata - Kakorotan dan Pulau Bongkil, Pulau Makalehi, Pulau Mantehage. 5. Penyelenggaraan Transportasi Laut Pelayaran kapal penumpang menuju pelabuhan utama di rovinsi Sulawesi Utara yaitu pelabuhan Bitung diantaranya dilayani oleh Kapal PELNI dengan jaringan trayek sebagai berikut: a. KM. Dorolonda, melayani rute: 1) Pantoloan- Balikpapan- Surabaya Balikpapan- Pantoloan -Bitung -Ternate -Sorong Nabire- Jayapura - Serui Manokwari- Ternate 2) Sorong- Manokwari Serui- Nabire -Sorong -Bitung b. KM Sinabung, melayani rute: 1) Ternate Manokwari- Serui -Jayapura -Serui - Manokwari Ternate- Banggai- Bau-Bau -Surabaya - 135

136 Makassar -Bau-Bau -Bitung 2) Biak- Sorong -Bitung -Bau-Bau Makassar- Banggai c. KM. Lambelu, melayani rute: Bau-Bau Namlea- Ambon- Bitung- Ambon -Namlea -Makassar -Surabaya d. KM. Tatamailau, melayani rute: Agats- Merauke- -Agats - Kaimana -Sorong Morotai- Bitung -Morotai Sorong- Fak- Fak -Timika e. KM. Tilongkabila, melayani rute: Gorontalo- Kolonedale- Raha Makassar- Labuanbajo -Lembar - Benoa -Bima - Makassar -Bau-Bau Kendari- Luwuk -Bitung f. KM. Sangiang, melayani rute: 1) Sanana -Ternate -Bitung Ulusiau- Karatung Lirung- Ulusiau -Gorontalo Poso- Gorontalo- Bitung Ternate- Sanana -Ambon 2) Tung Tahuna -Miangas -Tahuna -Bitung -P.Togian- - Namlea -Sanana -Ternate -Bitung 3) Tahuna -Karatung -Lirung -Ulusiau Tobelo- Buli Ternate- Bitung Ternate- Sanana -Ambon 4) Bitung- Ulusiau -Marore Miangas- Marore -Bitung - Gebe -Namlea Angkutan penyeberangan yang dilayani oleh PT. ASDP cabang Bitung dari pelabuhan Bitung terdiri dari enam lintasan yaitu Bitung-Ternate, Bitung-Pananaru, Bitung-Siau, Bitung- Melanguane, Melanguane Miangas dan Panararu-Marore. Sejak tahun 2008, pelayaran kapal perintis di Provinsi Sulawesi Utara mengoperasikan 3 unit kapal yaitu 2 unit berpangkalan di Pelabuhan Bitung dan 1 unit lainnya berpangkalan di Pelabuhan Tahuna. Kapal-kapal perintis tersebut melayani angkutan di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud. Namun saat ini rute ini juga sudah dilayani oleh kapal komersial, sehingga kapal perintis bukan satu-satunya alat transportasi yang melayani Wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud. a. Jaringan Trayek R-16 : 1) Rute: Bitung -60- Tagulandang -22- Makalehi -35- Kahakitang -32- Tahuna -24- Lipang -25- Kawaluso -21- Matutuang -20- Kawio -6- Marore -6- Kawio -20- Matutuang -21- Kawaluso -25- Lipang -24- Tahuna -97- Mangaran -16- Lirung -4- Melonguane -17- Beo -19- Essang -40- Karatung -63- Miangas -63- Karatung -38- Essang -19- Beo -17- Melonguane -4- Lirung -14- Mangaran -97- Tahuna -32- Kahakitang -38- Makalehi - 136

137 32- Tagulandang -60- Bitung. 2) Jarak : Mil 3) Home Base : Bitung 4) Waktu tempuh : 16 hari b. Jaringan Trayek R-17 : 1) Rute: Bitung -30- Munte (Likupang) -30- Biaro -38- Siau -8- Makalehi -27- Para -33- Tahuna -97- Mangaran -14- Lirung -4- Melonguane -22- Rainis -18- Geme -21- Kakorotan -20- Karatung -63- Miangas -63- Karatung Kakorotan -21- Geme -18- Rainis -26- Lirung -14- Mangaran -97- Tahuna -24- Lipang -25- Kawaluso -21- Matutuang -20- Kawio -6- Marore -6- Kawio -20- Matutuang -21- Kawaluso -25- Lipang -24- Tahuna -33- Para 27 - Makalehi -8- Siau -38- Biaro -45- Bitung. 2) Jarak : Mil 3) Home Base : Bitung 4) Waktu tempuh : 16 hari c. Jaringan Trayek R 18 1) Rute: Tahuna -97- Mangaran -14- Lirung -4- Melonguane -60- Karatung -63- Miangas -88- Marore Matutuang -63- Tahuna -32- Kahakitang -26- Siau Tagulandang -20- Biaro -45- Bitung -45- Biaro -20- Tagulandang -24- Siau -8- Makalehi -38- Kahakitang Tahuna -45- Kawaluso -36- Marore -88- Miangas Karatung -21- Geme -43- Melonguane -4- Lirung Mangaran -97- Tahuna. 2) Jarak : ) Home Base : Tahuna 4) Waktu tempuh : 16 hari Dalam tatanan kepelabuhan nasioanal di Provinsi Sulawesi Utara terdapat 1 pelabuhan internasional, 8 pelabuhan nasional dan 18 pelabuhan lokal, yaitu: a. Pelabuhan internasional : Pelabuhan Bitung (Kota Bitung) b. Pelabuhan nasional: 1) Pelabuhan Manado (Kota Manado) 2) Pelabuhan Tahuna (Kab. Kepulauan Sangihe) 3) Pelabuhan Petta (Kab. Kepulauan Sangihe) 4) Pelabuhan Tamako (Kab. Kepulauan Sangihe) 5) Pelabuhan Tagulandang (Kab. Kepulauan Sangihe) 137

138 6) Pelabuhan Karatung (Kab. Kepulauan Talaud) 7) Pelabuhan Miangas (Kab. Kepulauan Talaud) 8) Pelabuhan Labuan Uki (Kab. Bolaang Mongodow) c. Pelabuhan lokal 1) Pelabuhan Ulu Siau (Kab. Kepulauan Sangihe) 2) Pelabuhan Pehe (Kab. Kepulauan Sangihe) 3) Pelabuhan Belang (Kab. Minahasa) 4) Pelabuhan Amurang (Kab. Minahasa Selatan) 5) Pelabuhan Tumbak (Kab. Minahasa) 6) Pelabuhan Likupang (Kab. Minahasa Utara) 7) Pelabuhan Kema (Kab. Minahasa) 8) Pelabuhan Kotabunan (Kab. Bolaang Mongodow) 9) Pelabuhan Inobonto (Kab. Bolaang Mongodow) 10) Pelabuhan Marore (Kab. Kepulauan Sangihe) 11) Pelabuhan Kawaluso (Kab. Kepulauan Sangihe) 12) Pelabuhan Lapango (Kab. Kepulauan Sangihe) 13) Pelabuhan Rainis (Kab. Kepulauan Talaud) 14) Pelabuhan Essang (Kab. Kepulauan Talaud) 15) Pelabuhan Mangarang (Kab. Kepulauan Talaud) 16) Pelabuhan Marampit (Kab. Kepulauan Talaud) 17) Pelabuhan Melonguane (Kab. Kepulauan Talaud) 18) Pelabuhan Beo (Kab. Kepulauan Talaud) Rencana Pengembangan Tatanan Kepelabuhanan Provinsi Sulawesi Utara meliputi Rencana Pengembangan Pelabuhan Regional / Pengumpan Primer : a. Tahuna - P. Tahuna (Kepulauan Sangihe), kapasitas DWG dan panjang dermaga + 50 m; b. Ulu (Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) kapasitas DWG dan panjang dermaga + 60 m; c. Karatung (Kepulauan Talaud) kapasitas DWG dan panjang dermaga + 72 m; d. Tamako (Kepulauan Sangihe) kapasitas DWG dan panjang dermaga 25 + m; e. Tagulandang (Kepl. Siau Tagulandang Biaro) kapasitas DWG dan panjang dermaga + 70 m; f. Kema (Minahasa Selatan) kapasitas DWG dan panjang dermaga + 50 m; 138

139 g. Munte di Likupang (Minahasa Utara) kapasitas DWG dan panjang dermaga + 50 m; h. Amurang (Minahasa Selatan) kapasitas DWG dan panjang dermaga + 50 m; i. Labuan Uki di Bolaang Mongondow dengan kapasitas DWG dan panjang dermaga + 50 m; dan j. Torosik di Bolaang Mongondow Selatan dengan kapasitas DWG dan panjang dermaga + 50 m. Sebagai moda transportasi alternatif, keberadaan pelabuhan penyeberangan perlu dikembangkan di seluruh wilayah Sulawesi Utara. Beberapa lokasi yang potensial dan membutuhkan pelabuhan penyeberangan adalah : a. Pelabuhan Amurang Kab. Minahasa Selatan, b. Pelabuhan Torosik Kab. Bolaang Mongondow, c. Pelabuhan Sawang Siau (P. Siau Kab. Kepulauan Sitaro), d. Pelabuhan Lembeh Kota Bitung, e. Pelabuhan Gabata, f. Pelabuhan Bunaken Kota Manado, g. Pelabuhan Naen Kab. Minahasa Utara, h. Pelabuhan Mantehage Kab. Minahasa Utara, i. Pelabuhan di P. Bangka Kab. Minahasa Utara, j. Pelabuhan di P. Gangga Kab. Minahasa Utara, k. Pelabuhan di P. Talise Kab. Minahasa Utara, l. Pelabuhan Biaro Kab. Kepulauan Sitaro, m. Pelabuhan Tagulandang Kab. Kepulauan Sitaro, n. Pelabuhan Kahakitang Kab. Kepulauan Sitaro, o. Pelabuhan Musi (P. Salibabu Kab. Kepulauan Talaud), p. Pelabuhan Gemeh (P. Karakelang Kab. Kepulauan Talaud), q. Pelabuhan Karatung (P. Karatung Kab. Kepulauan Talaud), r. Pelabuhan Marampit (P. Marampit Kab. Kepulauan Talaud), s. Pelabuhan Miangas (P. Miangas Kab. Kepulauan Talaud), t. Pelabuhan Marore (P. Marore Kab. Kepulauan Sangihe). Selain pengembangan prasarana transportasi laut, pemerintah daerah juga merencanakan pengembangan alur pelayaran provinsi sebagai berikut: a. Munte - Manado - P. Ganga - P. Mantehage (Minahasa Utara) Bitung, 139

140 b. Munte - Amurang (Minahasa Selatan) - Labuan Uki (Bolaang Mungondow), c. Munte - Sawang - Tagulandang - Ulu Siau - Makalehi (Siau Tagulandang Biaro), d. Munte - Tahuna - Petta - Pehe (Sangihe), e. Munte - Melongguane - P.Miangas (Talaud) - P.Karatung (Talaud) - P.Kakorotan (Talaud) - P.Marampit (Talaud) - P.Intata (Talaud), f. Munte - Tahuna - P.Marore (Sangihe) P.Kawaluso (Sangihe) - P.Kawio (Sangihe). Terkait pengembangan pelabuhan wisata, Pelabuhan Bitung telah mampu mengakomodasi kapal pesiar bintang 3 yakni MV. Discovery dan MV, Spirit of Adventure, serta MS Amadea berbendera Bahamas yang mengangkut 600 turis asal Jerman. Rencana pembangunan pelabuhan wisata belum secara eksplisit dituangkan. 6. Isu-isu Penting Berdasarkan wawancara mendalam dengan stakeholders di Bappeda, Dinas Perhubungan dan Dinas Pariwisata, isu-isu penting terkait pariwisata dan pengembangan transportasi laut di wilayah studi adalah sebagai berikut: a. Sektor pariwisata, khususnya pariwisata alam merupakan sektor penting bagi pengembangan ekonomi daerah. Jenis pariwisata alam yang diunggulkan meliputi alam pegunungan, alam pantai/laut dan perairan darat. b. Belum ada rencana pengembangan wisata maritim secara khusus. Diperlukan dukungan transportasi ke lokasi wisata untuk mengembangkan wisata maritim, misalnya dalam bentuk pengembangan kapal pesiar. c. Sarana dan prasarana transportasi untuk mendukung pariwisata dalam kondisi sedang, dalam arti tidak semua standar operasi dapat dipenuhi. Terdapat rencana pengembangan pelabuhan, misalnya di Manado dan pembangunan pelabuhan baru di Likupang sebagai pelabuhan penumpang dan barang. Rencana pengembangan tersebut merupakan salah satu usaha peningkatan kualitas layanan transportasi laut dalam rangka membuka kawasan ekonomi baru dan mengakomodasi kebutuhan aksesibilitas wilayah. d. Sektor jasa termasuk pariwisata merupakan salah satu sektor utama yang dipertimbangkan dalam pengembangan transportasi laut di wilayah studi. Arah pengembangan infrastruktur transportasi lebih dititikberatkan pada 140

141 pengembangan aksesibilitas dan pengembangan baru, sehingga diharapkan dapat memunculkan pusat-pusat pertumbuhan. e. Permasalahan pengembangan transportasi laut di Sulawesi Utara terutama disebabkan oleh keterbatasan pendanaan, rendahnya minat investasi di sektor tersebut, serta mutu SDM yang masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, skemaskema kerjasama pemerintah dan swasta terus dilakukan sehingga dapat menjadi insentif bagi investor lainnya untuk masuk di Sulawesi Utara. f. Masukan untuk pengembangan transportasi laut untuk mendukung pariwisata maritim adalah perlunya integrasi paket wisata dengan jadwal transportasi, serta perlunya membuat paket wisata dengan cruise line. I. Provinsi Papua Barat 1. Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan Tabel Pengembangan kawasan pariwisata di Provinsi Papua Barat diarahkan kepada tiga cluster kawasan wisata yaitu: 1) Cluster I: Kabupaten Manokwari- Kabupaten Teluk Bintuni- Kabupaten Teluk Wondama, 2) Cluster II: Kabupaten Raja Ampat-Kabupaten Sorong-Kota Sorong-Kabupaten Sorong Selatan, dan 3) Cluster III: Kabupaten Kaimana-Kabupaten Fakfak. Secara lebih rinci kawasan pariwisata di setiap sub cluster dijabarkan sebagai berikut: Kawasan Wisata di Provinsi Papua Barat Kawasan Wisata Kawasan Klaster I Sub Klaster Sub Kawasan Manokwari Sub Kawasan Teluk Bintuni Produk Unggulan Wisata Hutan Taman Wisata Gunung Meja Pegunungan Arfak Danau Anggi (Giji & Gita) Gunung Botak, Pantai Bakaro Pantai Pasir Putih Pantai Bremi Pulau Mansinam Pantai Amban Pantai Maruni dan Danau Kabori Kawasan Dataran Prafi Pantai Teluk Bintuni & Pantai Sebelah Selatan Danau Tanimot Sungai Naramasa Sungai Wasian Sungai Muturi 141

142 Kawasan Wisata Kawasan Klaster II Kawasan Klaster III Sub Klaster Sub Kawasan Teluk Wondama Sub Kawasan Raja Ampat Sub Kawasan Kab. Sorong Sub Kota Sorong Sub Kawasan Kab. Sorong Selatan Sub Kawasan Kab. Kaimana Sub Kawasan Kab. Fakfak Pantai Bombarai Air Terjun Korano, Pulau Rumberpon Pulau Nusrowi Pulau Nukusa Pulau Mioswar Kepulauan Wayag Selat Dampier Pantai Saonek Teluk Manyalibit Teluk Kabui Produk Unggulan Wisata Pantai Jamursba Pulau Um Sungai Air Panas kyaili. Kawasan Wisata Tanjung Kasuari Taman Rekreasi Pantai Tanjung Kasuari Wisata Alam Hutan Arboretum Klasaman Pulau Raam, Pulau Sop Pulau Doom Pulau Dofior Tembok Dofior (Tembok Berlin). Sungai Sembra Siribauw Sungai Kohoin, Danau Ayamaru Danau Uter Sungai Wensi/Soroan Kolam Renang Framu Kali Sentuf (Johafah) Pantai Isogo Sungai Kamundan Objek-objek Wisata Geologi Kawasan Wisata Teluk Triton Kawasan Wista Pantai Kawasan Rekreasi Km 14 Jl. Bash, Pulau Tubir Seram Pantai Wambar, Air Sumber: Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Papua Barat, Dalam arah kebijakan, strategi dan indikasi program kepariwisataan per provinsi yang ditetapkan dalam RIPPARNAS , Provinsi Papua Barat diarahkan sebagai berikut: 142

143 Tabel Karakteristik Produk Pariwisata di Papua Barat KARAKTERISTIK PRODUK PAPUA BARAT: 1. Core products/produk Inti: Upacara adat dan tradisi lainnya, Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Kota Manokwari 2. Core Events/Event Inti: Festival Panen Sagu disertai dengan tarian tradisional 3. Supporting Products/Produk Pendukung: - Alam: Pulau Raja Ampat, Pantai Pasir Putih Manokwari, keanekaragaman species serangga dan kupu-kupu di Manokwari, kawasan populasi kura-kura di Pulau Wairondi - Budaya: Tugu Memorial Jend. Mac Arthur, Ligin (alat perlengkapan berburu tradisional), budaya masyarakat tradisional Hatam - -Minat Khusus: diving di Teluk Cendrawasih, Snorkelinmg di Pulau Rumberpon, trekking ke Pulau Giji. PROFIL WISATAWAN 1. Wisatawan Mancanegara Pasar primer: Papua Nugini, Malaysia, Amerika Latin, AS, Australia. Pasar sekunder: Italia, Austria, Jerman, Filipina, Korea Selatan. 2. Wisatawan domestik Pasar primer: Papua, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, dan Maluku. Pasar sekunder: Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan Sulawesi Tenggara. PROGRAM PEMASARAN DAN PROMOSI Adapun program yang akan dilakukan adalah: Kampanye media seperti website pariwisata, advertorial, TV promo, serta film dokumenter Kepulauan Raja Ampat. Marketing kit (special interest) untuk pelaku industri partisipas event lokal/nasional: TIME, MATTA(Malaysia), ITB Berlin (Jerman), KOTFA (Korsel) Roadshow/joint promotion Fam trip media dan travel industry Promosi konsumen (consumer promo) seperti brosur/leaflet, penyelenggaraan event Re-positioning (re-branding) Analisis pasar Sumber: RIPPARNAS Adapun dalam arah kebijakan, strategi dan indikasi program per destinasi yang ditetapkan dalam RIPPARNAS , Kawasan Raja Ampat ditetapkan dengan mengusung destination brand: World Diving and Marine Ecotourism. Cakupan komponen destinasi adalah Kawasan Sorong, Kawasan Raja Ampat, serta Kawasan Waigeo. 2. Inventarisasi Potensi Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Wisatawan mancanegara di Papua Barat mengalami pertumbuhan yang fluktuatif, yaitu dari (2009), (2010) dan orang pada Sebagian besar wisatawan mancanegara (sekitar 97%) menggunakan fasilitas hotel berbintang. Sementara perkembangan volume wisatawan nusantara juga berfluktuasi yaitu orang (2009), orang (2010) dan orang 143

144 (2011). Sekitar 70% dari wisatawan nusantara menggunakan hotel berbintang, sebagaimana disajikan tabel berikut: Tabel Perkembangan Volume Wisatawan Mancanegara di Provinsi Papua Barat Golongan Hotel Hotel Bintang a. Bintang I b. Bintang II c. Bintang III Hotel Melati a. Melati I 1-47 b. Melati II c. Melati III Sumber: Provinsi Papua Barat dalam Angka 2012 Sementara perkembangan volume wisatawan nusantara disajikan dalam tabel berikut: Tabel Perkembangan Volume Wisatawan Nusantara di Provinsi Papua Barat Golongan Hotel Hotel Bintang a. Bintang I b. Bintang II c. Bintang III Hotel Melati a. Melati I b. Melati II c. Melati III Sumber: Provinsi Papua Barat dalam Angka Inventarisasi Potensi Ekonomi Kegiatan wisata akan berdampak pada muncul aktifitas ekonomi yang terkait, seperti hotel dan tenaga kerja. Jumlah hotel di Papua Barat meningkat dari 71 unit pada tahun 2008 menjadu 96 unit pada tahun Jumlah tenaga kerja yang terkait juga meningkat dari 363 orang pada tahun 2008 menjadi 755 orang pada tahun 2011 pada hotel berbintang. Pada hotel melati, jumlah tenaga kerja yang terlibat meningkat dari 695 orang (2008) menjadi 725 orang (2011). 144

145 Tabel Jumlah Hotel di Papua Barat, No Kabupaten/Kota Bintang Melati Jumlah 1 Fak-Fak Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong selatan Sorong 8 Raja Ampat Tambrauw 10 Maybrat 11 Kota Sorong Sumber: Provinsi Papua Barat dalam Angka 2012 Adapun tenaga kerja yang terkait disajikan dalam tabel berikut: Tabel Tenaga Kerja Perhotelan di Papua Barat, No Kabupaten/Kota Dibayar Tidak Dibayar Jumlah Bintang Melati Bintang Melati Bintang Melati 1 Fak-Fak Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong selatan Sorong 8 Raja Ampat Tambrauw 10 Maybrat 11 Kota Sorong Sumber: Provinsi Papua Barat dalam Angka Identifikasi Potensi-Potensi Wisata Maritim (Maritime Tourism) Obyek wisata alam dan budaya di Papua Barat masih dominan, sementara wisata bahari hanya pada beberapa kabupaten/kota seperti Fakfak, Kaimana, Teluk Wondama, Manokwari, Raja 145

146 Tabel Cakupan No Komponen Destinasi 1 Kawasan Sorong 2 Kawasan Raja Ampat 3 Kawasan Waigeo Ampat dan Kota Sorong. Kabupaten Raja Ampat merupakan tujuan utama bagi wisatawan mancanegara (sebagai special interest) karena memiliki mutu serta daya tarik wisata bahari yang mengagumkan, namun dukungan sarana serta fasilitas wisata lain, khususnya amenitas dan aksesibilitas masih kurang memadai. Lokasi diving lainnya yang menarik dan berkualitas serta diminati wisatawan yang terus meningkat, tersebar di perairan laut di Kabupaten Teluk Wondama (Taman Nasional Teluk Cenderawasih), dan Kabupaten Kaimana (Teluk Triton). Berikut adalah penjabaran mengenai komponen destinasi di Destinasi Raja Ampat. Penjabaran Komponen Destinasi Raja Ampat Sumber: RIPPARNAS Jabaran Komponen Destinasi Daya tarik: Kota Sorong, Pantai Kasuari, Pulau Jefman, Semenanjung Kasuari, Pulau Buaya, Pulau Kafiau, Pulau Matan, Mata Air Panas Klaijili Akses: Bandara Yefman, Sorong, Bandara Rendani, Manokwari, Bandara Fak-fak, Fak-fak, Pelabuhan Sorong Fasilitas Pariwisata (tour base): Sorong, Manokwari, Fak-fak Daya tarik: TN Raja Ampat, Kepulauan Raja Ampat (Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, Pulau Misool, dll) Akses: Bandara Yefman, Sorong, Bandara Rendani, Manokwari, Bandara Fak-fak, Fak-fak, Pelabuhan Sorong Fasilitas Pariwisata (tour base): Sorong, Manokwari, Fak-fak Daya tarik Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, Pulau Misool, dll) Akses: Bandara Yefman, Sorong, Bandara Rendani, Manokwari, Bandara Fak-fak, Fak-fak, Pelabuhan Sorong Fasilitas Pariwisata (tour base): Sorong, Manokwari, Fak-fak Utama Destinasi wisata kota Destinasi wisata bahari Destinasi wisata pulau kecil Tema Produk Pendukung Destinasi wisata pulau kecil Destinasi wisata pulau kecil Adapun profil pasar wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Destinasi Raja Ampat adalah sebagai berikut: 146

147 Tabel Pasar Eksisting Pasar Primer: - Australia - Jepang - AS - Eropa Timur Pasar Sekunder: - Korea Selatan - Eropa Barat Profil Pasar Wisatawan Mancanegara Target Utama Australia Jepang AS Korea Selatan Eropa Sumber: RIPPARNAS Estimasi Kunjungan Proyeksi Kunjungan Estimasi Pertumbuhan (%) % Tabel di atas memperlihatkan tingginya pertumbuhan wisatawan mancanegara, yang memperlihatkan besarnya potensi kawasan ini untuk dikembangkan. 5. Penyelenggaraan Transportasi Laut Kapal angkutan penumpang yang melintasi pelabuhan utama di Provinsi Papua Barat yaitu Sorong antara lain melalui kapal yang dikelola PT. Pelni. Berikut beberapa kapal penumpang PT. Pelni yang memilki jaringan trayek ke Pelabuhan Sorong: a. KM. Dobonsolo: Tg.Priok Surabaya- Makassar-Sorong Jayapura- Manokwari- Sorong -Bau-Bau- Makassar- Surabaya b. KM. Ciremai: Manokwari- Sorong- Bau-Bau- Makassar- Surabaya- Tg.Priok- Surabaya Makassar \ Sorong \ Jayapura c. KM. Labobar: Surabaya -Makassar \ Sorong- Manokwari- Jayapura- Nabire- Manokwari \ Makassar- Surabaya - Tg.Priok d. KM. Nggapulu: Serui- Sorong -Fak-Fak Namlea- Bau-Bau- Makassar - Bau-Bau- Namlea -Fak-Fak- Sorong- Wasior- Jayapura- Biak// Ambon- Sorong- Manokwari- Nabire- Serui e. KM. Dorolonda: Pantoloan- Balikpapan - Surabaya - Balikpapan -Pantoloan Bitung- Ternate Sorong- Nabire Jayapura- Serui -Manokwari Ternate// Sorong -Manokwari - Serui Nabire-Sorong- Bitung f. KM. Sinabung: Sorong -Biak Sorong- Bitung -Bau-Bau - Makassar -Banggai g. KM. Tatamaliau: Agats - Merauke Agats- Kaimana Sorong- Morotai - Bitung -Morotai Sorong- Fak-Fak - Timika Angkutan penyeberangan di provinsi Papua Barat yang dilayani 147

148 Tabel Barat Pangkalan Manokwari oleh ASDP cabang Sorong terdiri dari 15 Lintasan, yaitu: Sorong- Saonek, Saonek-Waisai, Waisai-Kabari, Sorong-Linamalas, Linmalas-Waigama, Sorong-Foley, Foley-Harapan Jaya, Sorong- Seget, Seget-Seremuk, Seremuk-Konda, Konda-Teminabuan, Teminabuan-Mugim, Mugim-Kais, Kais-Inwatan, dan Inwatan- Kokoda. Angkutan penumpang dari dan menuju pulau-pulau kecil dan yang tidak dilalui oleh trayek komersial di Provinsi Papua Barat dilayani oleh jaringan trayek angkutan laut perintis yang diselenggarakan Dinas Perhubungan, Komuniasi dan Informatika Provinsi Papua Barat dari pangkalan Manokwari dan Sorong, sebagaimana tabel berikut: Kode Trayek R-71 R-72 R-73 Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis di Papua Jaringan Trayek dan Jarak Mil Dalam Laut Manokwari-71-Saukorem- 150-Sorong-171-Arandai- 80-Bintuni-40-Babo-79- Kokas-80-Fak Fak-80- Karas-130-Kaimana-130- Karas-80-Fak Fak-80- Kokas-79-Babo-40-Bintuni- 80Arandai-171-Sorong- 150Saukorem-71- Manokwari Manokwari-140-Biak-140- Manokwari-53-Ranaiki-11- Yembekiri-9-Yamakan-17- Sabubar-31-Yende-12- Asemdane-19-Windesi-26- Wasior-6-Ambumi-10- Dusner-10-Ambumi-6- Wasior-26-Windesi-19- Asemdane-12-Yende-31- Sabubar-17-Yamakan-9- Yembekiri-11-Ranaiki-53- Manokwari Manokwari-71-Saukorem- 24-warden-17-Waibem-7- Wau-17-Warmandi-18- Saubeba-14-Kwoor-10- Hopmare-16-Werur-12- Sausapor-71-Sorong-71- Sausapor-12-Werur-16- Hopmare-10-Kwoor-14- Saubeba-18-Warmandi-17- Wau-7-Waibem-17- Wanden-24-Saukorem-71- Jumlah Jarak (Mil) Ukuran dan Tipe kapal 500 DWT/ GT.745 Coaster 350 DWT/ GT. Coaster 350 DWT/ GT. Coaster Lama Pelayaran 1 Round Voyage 16 hari 12 Hari 13 hari Target Frek 1 Tahun 23 Voyage 31 Voyage 28 Voyage 148

149 Pangkalan Sorong Kode Trayek R-74 R-75 R-76 R-77 R-78 Jaringan Trayek dan Jarak Mil Dalam Laut manokwari-120-wasior- 120-Manokwari Manokwari-71-Saukorem- 115-Sausapor-74-Sorong- 48-Waisai-70-Kapadiri-24- P. Ayu-52-P. Fani-52- P.Ayu-24-Kapadiri-70- Waisasi-48-Sorong-74- Sausapor-115-Saukorem-71- Manokwari-120-Wasior- 120-Manokwari Sorong-93-Yellu-77-Bula- 64-Geser-60-Gorom-35- Kesul-128-Kaimana-68- Teluk Etna-200-Pomako PP Sorong-38-Waisai-30- Urbinasopen-25- Yembekaki-12-Menir-16- Kabare-23-Lamiam (Kapadiri)-38-P.Ayu-61- p.fani-61-p.ayu-25- Kabare-16-Menir-12- Yembekaki-25- Urbinasopen-30-Waisai-38- Sorong-37-Saonek-42- Waislip-36-Seifele-10- Manyaifun-12-Mutus-10- Meosmengkara-24-Waislip- 42-Saonek-37-Sorong-38- Waisai-15-Wersamben-15- Waifoi-8-Beo-8-Kablol-41- Waisai-38-Sorong Sorong-87-P.Gag-51- P.Kofiau-40-Waigama-50- Fanfaniat-25-Lenmalas-15- Meoskapal-90-Sorong-35- Arefi-28-P.Pam-40-P.Gag- 30-Meosmengkara-14- Waislip-42-Arefi-35- Sorong-56-Sailolof-48- Seremuk-42-Saifi-8-Konda- 12-Teminabuan-68-Kais-10- Mugim-10-Kais-68- Teminabuan-12-Konda-8- saifi-42-seremuk-48- Sailolof-56-Sorong Sorong-47-Mega-20- Sausapor-15-werur-14- Hopmare-10-Kwoor-14- Saubeba-20-Warmandi-20- Wau-10-Waibem-10- Imbuan-20-Saukorem-20- Jumlah Jarak (Mil) 1148 Ukuran dan Tipe kapal 500 DWT/ GT.742 Coaster Lama Pelayaran 1 Round Voyage 13 hari hari DWT/ GT. 220 Coaster 350 DWT/ GT. 220 Coaster 16 hari 16 hari hari Target Frek 1 Tahun 29 Voyage 26 Voyage 23 Voyage 23 Voyage 20 Voyage 149

150 Pangkalan Kode Trayek R-79 R-80 Jaringan Trayek dan Jarak Mil Dalam Laut Imbuan-10-Waibem-10- Wau-20-Warmandi-20- Saubeba-14-Kwoor-10- Hopmare-14-Werur-15- Sausapor-20-Mega-47- Sorong-85-Kabare-35- P.Ayu (Dorekar)-48-P.Fani- 80-P.Ayu (Dorekar)-35- Kabare-85-Sorong-38- Waisai-35-Salfele-15- P.Kawe-21-P.Wayang-15- P.Sayang-15-P.Wayang-21- P.Kawe-15-Salfele-35- Waisai-38-Sorong Sorong-74-Sausapor-115- Soukorem-71-Manokwari- 117-Windesi-117- Manokwari-71-Saukorem- 115-Sausepor-74-Sorong- 93-Yellu-220-Bintuni-40- Babo-79-Kokas-79-Babo- 40-Bintuni-220-Yellu-93- Sorong Sorong-85-Kabare-35- P.Ayu-80-P.fani-80-P.Ayu- 35-Kabare-85-Sorong-43- Seget-40-Segun-93- Teminabuan-110- Inanwatan-43-Kokoda-36- Kokas-36-Kokoda-43- Inanwatan-115- Teminabuan-93-Segun-40- Seget-43-Sorong Jumlah Jarak (Mil) Ukuran dan Tipe kapal 750 DWT/ GT. 480 Coaster 750 DWT/ GT. 480 Coaster Lama Pelayaran 1 Round Voyage 16 hari 15 hari Target Frek 1 Tahun 23 Voyage 24 Voyage Sistem Transportasi Laut di Provinsi Papua Barat dapat digambarkan sebagai berikut: a. Pelabuhan utama sekunder di Sorong (Arar) b. Pelabuhan utama tersier di Manokwari dan Kaimana c. Pelabuhan pengumpan primer, meliputi: 1) Pelabuhan Manokwari 2) Pelabuhan Sorong 3) Pelabuhan Kaimana 4) Pelabuhan Teminabuan 5) Pelabuhan Bomberay (Fakfak) d. Pelabuhan pengumpan sekunder: 150

151 1) Pelabuhan Oransbari di Kabupaten Manokwari, 2) Pelabuhan Wasior dan Windesi di Kabupaten Teluk Wondama, 3) Pelabuhan Fatanlap, Kalomono, Mankbon, Mega, Seget, Sele, Susunu, Salawati, Sailolof, Muarana di Sorong, 4) Pelabuhan Fakfak, Kokas, P.Adi, Karas, Adijaya di Kabupaten Fakfak, 5) Pelabuhan Kalobo, Kangka, Kasim, Etna di Kabupaten Kaimana, 6) Pelabuhan Kabarek, Saonek, Saokorem di Kabupaten Raja Ampat, 7) Pelabuhan Waigama, Inawatan di Kabupaten Sorong Selatan, 8) Pelabuhan Babo, Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni. Dalam tahun-tahun mendatang Provinsi Papua Barat merencanakan pembangunan dan pelabuhan, antara lain: a. Pembangunan Dermaga Pelabuhan Pulau Fani; b. Pembangunan Dermaga Pelabuhan Kapadiri; c. Peningkatan Pelabuhan/Dermaga Kaimana; d. Peningkatan Pelabuhan/Dermaga Bintuni; e. Peningkatan Pelabuhan/Dermaga Pulau Yende; f. Peningkatan Pelabuhan/Dermaga Waisai; g. Pembangunan Dermaga Pulau Adi. 6. Isu-isu Penting Berdasarkan wawancara mendalam dengan stakeholders di Bappeda, Dinas Perhubungan dan Dinas Pariwisata, beberapa isu penting terkait dengan penyelenggaraan transportasi laut dan pariwisata di wilayah studi adalah sebagai berikut: a. Enampuluh persen wilayah Papua Barat merupakan wilayah konservasi alam, sehingga bisa dimanfaatkan untuk pengembangan jasa lingkungan dengan pola ekowisata (menikmati panorama, keunikan flora dan fauna serta aktivitas konservasi). Sebagian besar Kabupaten di Papua Barat punya keunikan bentang alam,laut, pegunungan, pesisir,sungai, danau,goa sebagai kekayaan objek dan daya tarik wisata. b. Trend wisata internasional menyukai objek dan daya tarik wisata alam yang original. Di Raja Ampat terdapat situs alam warisan dunia (The World Heritage) berupa gugusan pulau karang di Wayag dengan panorama yang spektakuler. 151

152 c. Wisatawan dari luar negeri untuk minat khusus lebih banyak dibandingkan wisatawan dari dalam negeri. Mereka diantaranya berasal dari Amerika (terbanyak, karena minat khusus untuk diving), Eropa (Belgia, Perancis, Jerman, Belanda), Australia, Asia (Jepang, Korea, China), Timur tengah. d. Wisatawan yang datang memiliki karakteristik yang berbedabeda. Wisatawan individual/perorangan atau kelompok kecil antara 2-3 orang dengan budget rendah biasanya tinggal di home stay milik masyarakat lokal. Grup/kelompok besar, jumlah 8-12 orang, tinggal di resort. Perjalanan wisata diatur oleh biro wisata melalui paket wisata resort dan non resort. e. Semua sarana transportasi digunakan oleh wisatawan untuk datang. Misalnya wisata bahari ke Raja Ampat, Jakarta Sorong menggunakan pesawat atau kapal. Bandara Sorong - Pelabuhan Sorong menggunakan mobil (angkutan umum). Sorong-Waisai (Kab. Raja Ampat), menggunakan kapal cepat. Waisai - tujuan wisata, menggunakan speed boat, long boat. f. Kualitas prasarana transportasi untuk mendukung kedatangan wisatawan masih kurang. Contoh Pelabuhan Raja Ampat (Waisai), telah tersedia namun kualitasnya belum memadai untuk pelayananan wisatawan. Dari sisi kualitas: kurang dari sisi struktur bangunan dermaga dan terminal penumpang belum sesuai untuk pelayanan wisatawan baik dari sisi kualitas material maupun disain (contoh: beton lantai tidak rata dan berdebu, sehingga dapat merusak koper wisatawan, koridor untuk jalan penumpang dari kapal ke terminal masih terbuka sehingga masih beresiko terhadap cuaca panas/hujan, pengaman dermaga/pagar belum ada, fasilitas pelayanan informasi di terminal penumpang belum optimal, penataan parkiran belum tertib dan jalan koridor untuk kedatangan dan keberangkatan penumpang belum di pisahkan sehingga arus penumpang tidak tertib. Di perairan Raja Ampat dan Sorong telah beroperasi sekitar 65 live boat, namun belum tersedia pelabuhan khusus untuk tambatannya sehingga mengganggu pelayaran di perairan Sorong dan Raja Ampat karena berlabuh tidak tertib. Untuk kepentingan penyelenggaraan Sail Raja Ampat 2014 diperlukan tambatan perahu layar (yacht) yang akan mengikuti lomba pada even tersebut, yang diperkirakan berjumlah lebih dari 100 yacht dari seluruh dunia. g. Kualitas sarana transportasi untuk mendukung kedatangan wisatawan masih kurang, dalam jumlah dan kualitas. Jumlah armada dan trayek masih kurang. Armada kapal kecil dari 152

153 Waisai ke lokasi wisata saat ini hanya dilayani oleh swasta dan masyarakat yang kurang aman dan mahal. Untuk itu perlu didukung dengan angkutan regular untuk menjamin keamanan, kenyamanan dan kestabilan harga. Kualitas sarana transportasi masih rendah baik dalam hal jenis alat transportasi maupun pelayanannya. Kapal penumpang cepat yang ada masih berfungsi ganda untuk mengangkut barang, selain itu mengangkut penumpang melebihi kapasitas. Frekuensi sarana transportasi untuk mendukung kedatangan wisatawan masih kurang. Trayek Sorong -Waisai hanya 1 kali/hari, idealnya 3-4 kali/hari. Jenis transportasi laut yang paling diperlukan untuk mendukung pariwisata bahari di daerah ini adalah kapal penumpang cepat reguler, dengan frekuensi trayek berselang tiap 3 jam, dengan ukuran kapal disesuaikan dengan jumlah penumpang. h. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) dalam proses penetapan menjadi Perda. Dalam dokumen tersebut, terdapat prioritas pengembangan wisata alam minat khusus bahari, dengan lokasi unggulan Raja Ampat, Fak-Fak, Kaimana, Teluk Wondama (Taman Nasional) dan Manokwari. i. Kegiatan yang sudah dilakukan di dalam program pengembangan pariwisata maritim tersebut diantaranya adalah 1) Pembangunan/revitalisasi pelabuhan kayu/jety untuk tambatan perahu, 2) Pengembangan akomodasi, 3) Pembinaan masyarakat pesisir di kampung wisata. j. Kebutuhan paling penting untuk mengembangan kawasan pariwisata maritim tersebut diantaranya 1) Moda transportasi untuk menuju lokasi (transportasi udara dan laut, seperti peningkatan kualitas bandara, pelabuhan, terminal penumpang dan sarana transportasi), 2) Atraksi wisata di lokasi, 3) Pelabuhan, 4) Rambu-rambu pelayaran, 5) Petugas pengawasan laut (armada pengawasan). k. Masalah pokok dalam pengembangan kawasan pariwisata maritim di wilayah ini diantaranya 1) Sarana dan prasarana transportasi yang terbatas, 2) Anggaran pengembangan program yang terbatas, 3) Mutu SDM yang rendah, 4) Kurangnya promosi investasi. l. Masukan/saran mengenai kebutuhan pengembangan transportasi laut khususnya untuk mendukung pengembangan pariwisata maritim diantaranya: 1) Pisahkan pelabuhan wisatawan dan barang, 2) Adanya koridor yang berbeda untuk pelayanan wisatawan (cek poin dan member informasi), 3) Perlu adanya area atau dermaga khusus sesuai standar wisatawan internasional, 4) Adanya dermaga khusus 153

154 untuk kapal pesisir wisata, 5) Adanya kapal cepat regular (besar-kecil) untuk wisatawan yang terpisah dengan kapal barang, 6) Mempertahankan etnic dan gaya lingkungan yang dimiliki oleh masyarakat lokal (primitive home stay) masyarakat, termasuk dalam penggunaan bahan-bahan lokal. Hal ini akan mendukung pemberdayaan masyarakat lokal. 154

155 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis dilakukan terhadap aspek konektifitas wilayah serta analisis SWOT sebagaimana diuraikan dalam bagian berikut: A. Analisis Konektifitas Penyediaan Transportasi Laut dalam Mendukung Pengembangan Pariwisata Maritim Konektifitas transportasi laut dalam mendukung pengembangan pariwisata maritim dapat diidentifikasi dengan ketersediaan pelabuhan, sarana serta rute untuk menuju lokasi wisata. Berdasarkan sifat pergerakannya, konektifitas transportasi laut ke destinasi wisata dapat dibagi dalam konektifitas global, nasional dan lokal. Konektifitas global merupakan keterhubungan kota-kota di Indonesia dengan jalur pelayaran wisata dunia, yang dilayani oleh kapal pesiar besar (cruise ship). Konektifitas global memerlukan daya tarik wisata yang tinggi, sehingga mampu menarik minat wisatawan dengan kapal kelas dunia untuk menyinggahi destinasi wisata. Konektifitas global juga memerlukan dukungan prasarana dan sarana yang memadai agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar internasional. Konektifitas nasional, merupakan pergerakan antar kota di Indonesia, yang diindikasikan dilayani oleh pelayaran laut dan penyeberangan secara reguler. Konektifitas lokal, merupakan pergerakan dari suatu kota ke lokasi wisata maritim terdekat, yang diindikasikan dilayani oleh pelayaran rakyat yang dijalankan secara mandiri dan non reguler. Pola-pola tersebut secara skematis disajikan dalam gambar berikut: Pelayaran cruise Pelayaran laut, penyeberangan Pelayaran rakyat Lokasi wisata Lokasi wisata Pelabuhan Utama Pelabuhan Pengumpul, Pelabuhan Pengumpan Lokasi wisata Gambar 5. 1 Pola Konektifitas Pergerakan Wisatawan Uraian konektifitas dalam ketiga kategori tersebut disajikan dalam 155

156 bagian berikut: 1. Konektifitas Global Tabel 5. 1 Konektifitas dengan pergerakan global kapal pesiar ditunjukkan dengan kemampuan pelabuhan menerima kapal pesiar dengan kapasitas besar. Beberapa pelabuhan tersebut beserta indikasi cakupan wilayah layanan destinasi wisata maritim adalah sebagai berikut: Kondisi Konektifitas Global No Pelabuhan Destinasi wisata maritim 1 Sabang, Nangroe Aceh Darussalam Pulau Weh 2 Tanjung Priok, DKI Jakarta Kepulauan Seribu 3 Tanjung Emas, Jawa Tengah Karimunjawa 4 Probolinggo, Jawa Timur 5 Tanjung Perak, Jawa Timur 6 Tanjung Ampo, Bali Bali dan Nusa Lembongan 7 Celukan Bawang, Bali Bali dan Nusa Lembongan 8 Benoa, Bali Bali dan Nusa Lembongan 9 Lembar, Nusa Tenggara Barat Gili Tramena 10 Makassar, Sulawesi Selatan 11 Bitung, Sulawesi Utara Bunaken 12 Sorong, Papua Barat Raja Ampat Sumber: Analisis konsultan, 2013 Berdasarkan identifikasi tersebut, dapat dilihat bahwa pelabuhan dengan kemampuan menerima kapal wisata besar terpusat pada pelabuhan di Jawa dan Bali. Keberadaan pelabuhan belum mampu melayani kapal pesiar pada beberapa lokasi wisata maritim seperti di Derawan, Wakatobi, Nias, Mentawai dan Siberut, Pangandaran dan Nusakambangan, serta Bandanaira. Meskipin demikian, beberapa lokasi wisata maritim terkemuka telah menjadi bagian dari rute kapal wisata besar, seperti Bunaken (melalui pelabuhan Bitung), dan Raja Ampat (melalui pelabuhan Sorong). Aspek konektifitas tersebut masih perlu didukung oleh kualitas pelayanan yang memadai, misalnya dalam aspek keimigrasian, layanan transportasi feeder ke lokasi wisata, kapasitas dermaga, keamanan dan kenyamanan wisatawan di lokasi wisata (hasil wawancara stakeholders, 2013). Secara grafis, konektifitas destinasi pariwisata maritim dengan jalur pelayaran disajikan dalam gambar berikut: 156

157 P. Weh Derawan Bunaken Halmahera, Morotai Nias Rajampat Mentawai, Siberut Kep. Seribu Karimunjawa Pangandaran, Nusakambangan Bali, Nusa Lembongan Gili Tramena Wakatobi Bandaneira Gambar 5. 2 Konektifitas Destinasi Pariwisata Maritim dengan Pergerakan Global Kapal Wisata / Cruise Ship 157

158 2. Konektifitas Nasional dan Lokal Tabel 5. 2 Konektifitas nasional transportasi laut diidentifikasi dengan keterhubungan antar kota yang dilayani oleh angkutan laut reguler, angkutan laut perintis dan angkutan penyeberangan. Dari hasil identifikasi, dapat dilihat bahwa masing-masing kota telah memiliki keterhubungan dengan kota-kota lainnya di Indonesia, dengan ringkasan kondisi sebagai berikut: Kondisi Konektifitas Nasional No Provinsi Jenis layanan Nama kapal/kota dihubungkan 1 DKI Jakarta Pelayaran KM.GN.DEMPO: Tj Priok Jayapura komersial KM.DOBONSOLO: Tj Priok Jayapura KM.CIREMAI: Tj Priok Jayapura KM.LABOBAR: Tj Priok Jayapura KM.KELUD: Tj Priok Belawan KM.TIDAR: Tj. Priok Fak-fak KM.BINAIYA: Tj. Priok Surabaya KM.LEUSER: Tj. Priok Sampit Pelayaran Tidak ada perintis Penyeberangan KM Kerapu, Muara Angke Pulau Untung Jawa Pulau Lancang Pulau Pari - Pulau Pramuka 2 Jawa Tengah Pelayaran komersial 3 Bali Pelayaran komersial KM.LEUSER: Tj. Priok Sampit KM.LAWIT: Semarang Padang; Semarang - Pontianak KM. EGON: Kumai KM Sirimau: Batulicin Tj. Priok KM Bukit Raya: Sampit Kumai KM Kirana I dan III: Semarang Sampit KM Dharma Kencana II: Semarang Kumai/Pontianak KM Dharma Ferry II: Semarang Kumai.Pontianak KM Satya Kencana: Semarang Ketapang Tidak ada Pelayaran perintis Penyeberangan KMC Kartini I: Semarang - Jepara Karimunjawa BAHARI EXPRES: Jepara Karimunjawa KM. Tilongkabila: Denpasar - Lembar Bima Labuanbajo Makassar Baubau Raha Kendari - Kolonedale Luwuk Gorontalo Bitung KM. Awu: Sampit Surabaya Denpasar Lembar Bima Waingapu - Ende - Kupang - Kalabahi Larantuka Kupang - Ende 158

159 No Provinsi Jenis layanan Nama kapal/kota dihubungkan Wangiapu Bima Denpasar Surabaya Kumai Surabaya Pelayaran Tidak ada perintis Penyeberangan Ketapang Gilimanuk 4 Nusa Tenggara Barat 5 Nusa Tenggara Timur Pelayaran komersial Pelayaran perintis Padangbai Lembar KM. Tilongkabila: Denpasar - Lembar Bima Labuanbajo Makassar Baubau Raha Kendari - Kolonedale Luwuk Gorontalo Bitung KM. Awu: Sampit Surabaya Denpasar Lembar Bima Waingapu - Ende - Kupang - Kalabahi Larantuka Kupang - Ende Wangiapu Bima Denpasar Surabaya Kumai Surabaya KM. Entebe Express Rute 13: Bima - P.Sailus - Calabahi - Badas - Labuan Lombok - Reo - Selayar - Makassar KM. Entebe Express Rute 14: Bima - Balo Baloang - Makassar - Jampea - Waikelo - Ende - P. Raijua - Sabu/Seba - Rote Penyeberangan Padangbai Lembar Kayangan Pototano Sape - Labuhan Bajo Sape Waikelo Pelayaran komersial Pelayaran perintis Bkt Siguntang: Loweleba- Maumere- Makassar Parepare Balikpapan Tarakan Nunukan Parepare Makassar KM. Sirimau: Blinyu - Tg. Priok Semarang Batulicin Makassar Larantuka Kalabahi Kupang KM. Sabuk Nusantara: Kupang-Upisera- Ilwaki-Kiser-Leti-Moa-Lakor-Lelang-Tepa- Wulur-Bebar-Ambon (PP) Penyeberangan Sape - Labuhan Bajo Sape Waikelo Kupang - Larantuka Kupang - Rote Kupang - Waingapu Kupang - Sabu Kupang - Aimere Kupang - Kalabahi Kupang - Ende Kupang - Lewoleba Ende - Waingapu Aimere - Waingapu Sabu - Waingapu 159

160 No Provinsi Jenis layanan Nama kapal/kota dihubungkan Larantuka - Waiwerang Waiwerang - Lewoleba Baranusa - Kalabahi Lewoleba - Baranusa Larantuka - Lewoleba Kalabahi - Lewoleba Kalabahi - Larantuka Kalabahi - Teluk Gurita 6 Sulawesi Utara Pelayaran komersial Pelayaran perintis KM. Dorolonda: o Pantoloan- Balikpapan- Surabaya Balikpapan- Pantoloan -Bitung -Ternate - Sorong Nabire- Jayapura -Serui Manokwari- Ternate o Sorong- Manokwari Serui- Nabire - Sorong -Bitung KM Sinabung: o Ternate Manokwari- Serui -Jayapura - Serui -Manokwari Ternate- Banggai- Bau-Bau -Surabaya -Makassar -Bau-Bau - Bitung o Biak- Sorong -Bitung -Bau-Bau Makassar- Banggai KM. Lambelu, melayani rute: Bau-Bau Namlea- Ambon- Bitung- Ambon -Namlea - Makassar -Surabaya KM. Tatamailau, melayani rute: Agats- Merauke- -Agats - Kaimana -Sorong Morotai- Bitung -Morotai Sorong- Fak-Fak - Timika KM. Tilongkabila, melayani rute: Gorontalo- Kolonedale- Raha Makassar- Labuanbajo - Lembar - Benoa -Bima -Makassar -Bau-Bau Kendari- Luwuk -Bitung KM. Sangiang, melayani rute: o Sanana -Ternate -Bitung Ulusiau- Karatung Lirung- Ulusiau -Gorontalo Poso- Gorontalo- Bitung Ternate- Sanana -Ambon o Tung Tahuna -Miangas -Tahuna -Bitung - P.Togian- - Namlea -Sanana -Ternate - Bitung o Tahuna - Karatung - Lirung - Ulusiau Tobelo - Buli Ternate - Bitung Ternate - Sanana - Ambon o Bitung- Ulusiau - Marore Miangas - Marore - Bitung -Gebe -Namlea Tidak ada 160

161 No Provinsi Jenis layanan Nama kapal/kota dihubungkan Penyeberangan KMP. Porodisa, melayani rute: perintis o Bitung - Melonguane - Lirung o Bitung - Tahuna KMP. P. Sagori: Bitung - Pananaru - Marore KMP. Lokongbanua: Bitung - Tagulandang - Siau KMP. Tude: Bitung - Lembeh KMP. Berkat Porodisa: Melonguane - 7 Papua Barat Pelayaran komersial Pelayaran perintis Mangaran KM. Dobonsolo: Tg.Priok Surabaya- Makassar-Sorong Jayapura- Manokwari- Sorong -Bau-Bau- Makassar- Surabaya KM. Ciremai: Manokwari- Sorong- Bau-Bau- Makassar- Surabaya- Tg.Priok- Surabaya Makassar \ Sorong \ Jayapura KM. Labobar: Surabaya -Makassar \ Sorong- Manokwari- Jayapura- Nabire- Manokwari \ Makassar- Surabaya -Tg.Priok KM. Nggapulu: Serui- Sorong -Fak-Fak Namlea- Bau-Bau- Makassar - Bau-Bau- Namlea -Fak-Fak- Sorong- Wasior- Jayapura- Biak// Ambon- Sorong- Manokwari- Nabire- Serui KM. Dorolonda: Pantoloan- Balikpapan - Surabaya -Balikpapan -Pantoloan Bitung- Ternate Sorong- Nabire Jayapura- Serui - Manokwari Ternate// Sorong -Manokwari - Serui Nabire-Sorong- Bitung KM. Sinabung: Sorong -Biak Sorong- Bitung -Bau-Bau -Makassar -Banggai KM. Tatamaliau: Agats - Merauke Agats- Kaimana Sorong- Morotai - Bitung -Morotai Sorong- Fak-Fak -Timika KMP. Kurisi, melayani rute: o Sorong - Saonek - Waisai - Kabarai o Sorong - Linmalas - Waigama o Sorong - Folley - Harapan Jaya KMP. Komodo: Sorong - Teminabuan - Mugim - Kais - Inanwatan - Kokoda KMP. Arar: Patani - Sorong KMP. Teluk Cendrawasih II: Biak - Serui - Waren - Nabire KMP. Kasuari Pasifik IV: Biak - Manokwari - Numfor Penyeberangan Sorong-Saonek Saonek-Waisai Waisai-Kabari 161

162 No Provinsi Jenis layanan Nama kapal/kota dihubungkan Sorong-Linamalas Linmalas-Waigama Sorong-Foley Foley-Harapan Jaya Sorong-Seget Seget-Seremuk Seremuk-Konda Konda-Teminabuan Teminabuan-Mugim Mugim-Kais Kais-Inwatan Inwatan-Kokoda Sumber: Analisis konsultan, 2013 Tabel di atas memperlihatkan bahwa konektifitas kota-kota di wilayah studi telah cukup baik, dilihat dari telah tersedianya rute pelayaran, baik dari pelayaran komersial, perintis maupun penyeberangan. Data yang ada juga menunjukkan bahwa peran pelayaran dan penyeberangan perintis cukup dominan di Indonesia bagian Timur, karena karakteristiknya sebagai wilayah kepulauan dengan perkembangan ekonomi wilayah yang masih terbatas. Dalam bentuk peta, jalur-jalur pelayaran dan lintas penyeberangan di wilayah studi disajikan dalam gambar berikut: 162

163 Gambar 5. 3 Konektifitas Nasional dan Lokal di Provinsi DKI Jakarta 163

164 Gambar 5. 4 Konektifitas Nasional dan Lokal di Provinsi Jawa Tengah 164

165 Gambar 5. 5 Konektifitas Nasional dan Lokal di Provinsi Bali 165

166 Gambar 5. 6 Konektifitas Nasional dan Lokal di Provinsi Nusa Tenggara Barat 166

167 Gambar 5. 7 Konektifitas Nasional dan Lokal di Provinsi Nusa Tenggara Timur 167

168 Gambar 5. 8 Konektifitas Nasional dan Lokal di Provinsi Sulawesi Utara 168

169 Gambar 5. 9 Konektifitas Nasional dan Lokal di Provinsi Papua Barat 169

170 3. Konektifitas Lokal Konektifitas lokal diidentifikasi dari kemampuan transportasi laut menghubungkan kota terdekat dengan lokasi wisata maritim. Berdasarkan identifikasi, konektifitas lokal ke destinasi wisata di lokasi studi adalah sebagai berikut: Tabel 5. 3 Kondisi Konektifitas Lokal No Provinsi Nama Lokasi Wisata Pelabuhan 1 DKI Jakarta Cagar Alam Pulau Bokor Suaka Margasatwa Pulau Rambut Pulau Macan Pulau Tidung Pulau Pramuka Pulau Putri Pulau Pari Pulau Untung Jawa Pulau Kotok Tengah Pelabuhan Marina Ancol Pelabuhan Marina Ancol, Pelabuhan Pulau Pari Pelabuhan Marina Ancol, Pelabuhan Muara Angke Pelabuhan Muara Angke Pelabuhan Marina Ancol, Pelabuhan Muara Angke Pelabuhan Muara Angke Pelabuhan Marina Ancol, Dermaga Pulau Pramuka Pelabuhan Muara Angke Pelabuhan Marina Ancol, Muara Angke Konektifitas dari ibukota provinsi/kabupaten - Penyeberangan reguler - Pelayaran rakyat Pulau Ayer Pelabuhan Ratu Pelayaran rakyat 2 Jawa Tengah Kab. Jepara Pulau Karimun Jawa Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang Penyeberangan reguler Kab. Cilacap Pulau Nusakambangan Pelabuhan Cilacap Pelayaran rakyat Teluk Penyu Pelabuhan Tanjung Pelayaran rakyat Intan, Cilacap Pantai Permisahan Pelabuhan Tanjung Pelayaran rakyat Intan, Cilacap Pantai Widara Payung Pelabuhan Tanjung Pelayaran rakyat Intan, Cilacap 3 Bali Pantai Dream Land Pelabuhan Tanjung Akses darat Benoa Pantai Lovina Pelabuhan Tanjung Akses darat Benoa Pantai Ahmed Pelabuhan Tanjung Akses darat 170

171 No Provinsi Nama Lokasi Wisata Pelabuhan Konektifitas dari ibukota provinsi/kabupaten Benoa Pantai Tulamben Pelabuhan Tanjung Akses darat Benoa Candi Dasa Beach Pelabuhan Tanjung Akses darat Benoa Pantai Legian Pelabuhan Tanjung Akses darat Benoa Pantai Seminyak Pelabuhan Tanjung Akses darat Benoa Pantai Padang Bai Pelabuhan Padang Akses darat Bai Pantai Sanur Pelabuhan Tanjung Akses darat Benoa 4 Nusa Tenggara Barat Pantai Sire Pelabuhan Sape Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Gili Gede Pelabuhan Pulau Gili Pelayaran rakyat Gede Selong Blanak Pelabuhan Kayangan Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Kuta, Tanjung A'an Pelabuhan Lembar Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Gili Gulat Pelabuhan Gili Gede Pelayaran rakyat Pantai Maluk Pelabuhan Kayangan Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Pulau Moyo Pelabuhan Poto Tano Pelayaran rakyat Pantai Hu'u Pelabuhan Padang Bai Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Teluk Bima Pelabuhan Bima Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Sape Pelabuhan Sape Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat 5 Nusa Tenggara Timur Kota Kupang Pantai Lasiana Pelabuhan Niaga Akses darat Pantai Kalbano Pelabuhan Kolbano Akses darat Kab. Timor Tengah Utara Tanjung Bastian Pelabuhan Wini Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Pantai Wini Pelabuhan Wini Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat 171

172 No Provinsi Nama Lokasi Wisata Pelabuhan Konektifitas dari ibukota provinsi/kabupaten Kab. Belu Teluk Gurita Pelabuhan Atapupu Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Kab. Rote Ndao Pantai Nembrala Pelabuhan Laut Ba'a Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Laut Mati Pelabuhan Laut Ba'a Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Pulau Ndana Pelabuhan Laut Ba'a Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Kab. Alor Pantai Mali Pelabuhan Kalabahi Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Pantai Maimol Pelabuhan Kalabahi Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Taman Laut Pantar Pelabuhan Kalabahi Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Kab. Sumba Timur Kab. Sumba Barat Kab. Sumba Barat Pantai Tarimbang Pantai Kalala Pantai Walakeri Pantai Patawang Pantai Mamboro Pantai Marosi Pantai Lailang Pelabuhan Rakyat Waingapu Pelabuhan Rakyat Waingapu Pelabuhan Rakyat Waingapu Pelabuhan Rakyat Waingapu Pelabuhan Rakyat Waingapu Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Pantai Mananga Aba Pelabuhan Waingapu Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Pantai Tosi Pelabuhan Waingapu Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Pantai Newa Pelabuhan Waingapu Akses darat, 172

173 No Provinsi Nama Lokasi Wisata Pelabuhan Konektifitas dari ibukota provinsi/kabupaten penyeberangan, pelayaran rakyat Pantai Ratenggoro Pelabuhan Pero Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Pantai Pero Pelabuhan Pero Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Pantai Watumaledong Pantai Waikelo Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Pantai Cepi Watu Pelabuhan Waikelo Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Kab. Manggarai Barat Kab. Ngada TN. Komodo Pelabuhan Sape Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Pantai Pede Taman Laut 17 Pulau Riung Pelabuhan Pede Labuan Pelabuhan Aimere Kab. Nagekeo Pantai Enagara Pelabuhan Marapokot Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Kab. Ende Pantai Jaga Po Pelabuhan Maurole Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Kab. Sikka Teluk Maumere Pelabuhan L. Sai Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Kab. Flores Timur Pantai Kajawulu Pelabuhan Sadang Bui Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Pulau Waibalun Pelabuhan Larantuka Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Pantai Watohari Pelabuhan Larantuka Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Kab. Lembata Pantai Waijarang Pelabuhan Ende Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat 6 Sulawesi Utara Kota Manado Taman Laut Bunaken Pelabuhan Menado Akses darat Kab. Bitung Pantai Tanjung Merah Pelabuhan Bitung Akses darat Kab. Bolmong Pantai Naungan Pelabuhan Labuan Akses darat 173

174 No Provinsi Nama Lokasi Wisata Pelabuhan Konektifitas dari ibukota provinsi/kabupaten Uki Tanjung Dulang Pelabuhan Labuan Akses darat Uki Kab Sangihe Pantai Nusa Tabukan Pelabuhan Tahuna Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Gunung Api Bawah Laut Mahangetang Pelabuhan Tahuna Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Kab. Minahasa Selatan Pantai Moinit Pelabuhan Amurang Akses darat Kab. Talaud Pulau Sara Pelabuhan Melonguane Kab. Minahasa Tenggara 7 Papua Barat Kabupaten Raja Ampat Kab. Teluk Wondama Pulau Mangaran pelabuhan Melonguane, Pelabuhan Lirung Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Akses darat, penyeberangan, pelayaran rakyat Pantai Bentanan Pelabuhan Amurang Akses darat Pantai Lakban Pelabuhan Amurang Akses darat Kawasan Raja Ampat Pelabuhan Waisai Penyeberangan, pelayaran rakyat Taman Nasional Teluk Pelabuhan Wasior Akses darat Cendrawasih Kab. Kaimana Teluk Triton Pelabuhan Kota Kaimana Sumber: Analisis konsultan, 2013 Akses darat Hasil identifikasi tersebut menunjukkan bahwa peran pelayaran rakyat cukup dominan untuk menjangkau lokasi wisata yang berada di luar pulau. Sementara dukungan aksesibilitas melalui darat sangat penting untuk menjangkau lokasi wisata maritim yang terletak pada pulau yang sama. Wisatawan dari pulau lain akan menggunakan angkutan penyeberangan maupun pelayaran rakyat. Memperhatikan pola-pola konektifitas tersebut, adanya integrasi antar moda khususnya moda angkutan penyeberangan moda darat dan pelayaran rakyat menjadi sangat penting untuk mendukung pencapaian ke lokasi wisata maritim. 174

175 4. Pembahasan Indonesia memilki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya di sektor pariwisata. Untuk lebih memantapkan pertumbuhan sektor pariwisata dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan, sehingga perlu diupayakan pengembangan produkproduk yang mempunyai keterkaitan dengan sektor pariwisata. Pengembangan kepariwisataan berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan pengembangan budaya bangsa, dengan memanfaatkan seluruh potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti merubah secara total, tetapi lebih berarti mengelola, memanfaatkan dan melestarikan setiap potensi yang ada, dimana potensi tersebut dirangkaikan menjadi satu daya tarik wisata. Pemanfaatan secara optimal terhadap potensi kelautan, tidak berarti melupakan faktor yang sangat penting bagi nilai pengembangan kawasan wisata maritim yang berkelanjutan, yaitu upaya perbaikan terhadap kawasan yang rusak dan keanekaragaman potensinya telah berkurang. Pengembangan kawasan wisata maritim adalah satu bentuk pengelolaan kawasan wisata yang berupaya untuk memberikan manfaat terutama bagi upaya perlindungan dan pelestarian serta pemanfaatan potensi dan jasa lingkungan. a. Pengembangan Transportasi Laut untuk Mendukung Pariwisata Maritim di DKI Jakarta Saat ini trayek yang sudah berjalan di wilayah DKI Jakarta merupakan jaringan trayek kapal penumpang dengan rute yang berpusat di Pelabuhan Tanjung Priok. Kondisi rute tersebut merupakan rute regular yang mengangkut penumpang umum. Sedangkan pariwisata maritim yang saat ini dikembangkan di Provinsi DKI Jakarta adalah Kepulauan Seribu yang terdapat di sebelah utara. Infrastruktur transportasi laut pendukung sektor pariwisata di DKI Jakarta terutama didukung oleh Pelabuhan Tanjung Priok untuk melayani penumpang dengan kapasitas besar. Infrastruktur yang berperan dalam menunjang pariwisata adalah dermaga untuk mengunjungi wisata maritim di Kepaulauan Seribu. 175

176 Gambar Peta Rencana Pengembangan Jalur Wisata di Kepulauan Seribu b. Pengembangan Transportasi Laut untuk Mendukung Pariwisata Maritim di Pulau Jawa Alternatif pengembangan wisata maritim di Pulau Jawa dapat dilakukan melalui optimalisasi potensi wisata pulau-pulau kecil yang berada di Laut Jawa yang dapat dilakukan dengan perahu yacht dan kapal cepat. Alternatif wisata ini dapat dilakukan untuk meningkatkan kunjungan wisata yang sebelumnya masih berlangsung secara terpisah yakni masingmasing destinasi dikunjungi secara parsial untuk langsung kembali ke pulau utama yakni Jawa. Demi meningkatkan kunjungan wisata mancanegara yang sangat menyukai wisata dengan menggunakan kapal layar ataupun yacht di kepulauan tropis Indonesia perlu dilakukan dengan membuat rute alternatif wisata pulau-pulau kecil di utara Pulau Jawa yang masih alami dan potensial untuk dikembangkan sebagai paket wisata maritim terpadu yang menghubungkan bagian barat Pulau Jawa dengan bagian timur yang bisa di akses melalui pelabuhan terdekat yakni di Bali ataupun Jakarta. Karakteristik Pulau Jawa yang merupakan gugusan kepulauan memanjang dari timur ke barat akan memberikan sensasi yang berbeda kepada wisatawan untuk menjelajahi Pulau Jawa melalui jalur laut dan menunjukkan potensi keindahan bawah laut yang menarik. Kegiatan yang bisa dilakukan dengan konsep Java small island sailing experience diantaranya yakni berlayar, menyelam, snorkeling, kuliner dan wisata budaya di masing-masing pulau pemberhentian. 176

177 Beberapa pelabuhan yang bisa disinggahi diantaranya yakni Tanjung Priok - Jakarta, Tanjung Emas Semarang, Pelabuhan Jepara, dan Pelabuhan Buleleng Bali. Gambar berikut ini merupakan konsep rute transportasi laut untuk wisata yang bisa dikembangkan di Pulau Jawa. Gambar Peta Rute Wisata Laut Untuk Pulau-Pulau Kecil di Jawa Terkait dengan rencana pengembangan wisata maritim tersebut. Pelabuhan Tanjung Emas merupakan titik tengah entrance yang dapat menjadi pemberhentian selama melakukan pelayaran. c. Pengembangan Transportasi Laut untuk Mendukung Pariwisata Maritim di Bali dan Nusa Tenggara Kawasan Nusa Tenggara memiliki keunggulan komparatif dibandingkan wilayah lain dalam pengembangan pariwisata maritim. Hal ini dikarenakan karakteristiknya sebagai wilayah berpulau-pulau garis pantai yang panjang dan potensi wisata maritim yang melimpah. Kawasan ini juga memiliki Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata utama di Indonesia dan telah menjadi bagian dari destinasi wisata dunia. Dengan demikian, Bali dapat menjadi penarik bagi pengembangan wisata di Nusa Tenggara. Hal ini dapat diidentifikasi dengan adanya limpahan wisatawan dari Bali ke Lombok yang ada saat ini. Ke depan, pengenalan destinasi wisata di Nusa Tenggara lainnya diperlukan, sehingga semakin menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Beberapa program pariwisata yang dijalankan oleh 177

178 pemerintah, seperti Sail Komodo, secara langsung dan tidak akan meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke lokasi. Ketersediaan rute penyeberangan yang saat ini cukup melimpah perlu dimanfaatkan secara optimal bagi pengembangan wisatawan. Wisata maritim di kawasan ini seperti Nusa Dua Menjangan - Nusa Penida - Tulamben (Bali), Gili Tramena - Pulau Moyo - Pantai Selatan Lombok (NTB), Komodo Alor - Rote (NTT), telah dapat dicapai melalui penyeberangan yang didukung oleh pelayaran rakyat dan akses darat dalam lingkup internal. d.. Pengembangan Transportasi Laut untuk Mendukung Pariwisata Maritim di Sulawesi Utara Pengembangan rute wisata di Sulawesi utara dapat dioptimalkan melalui zone pengembangan wisata maritim di Sulawesi Utara. Pembuatan jalur paket wisata maritim yang beroperasi di zone kawasan wisata tersebut bisa menjadi alternatif yang dapat dikembangkan dengan tiga titik pemberhentian ataupun akses di Menado, Gorontalo Utara, dan Gorontalo. Sulawesi Utara memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata. Saat ini Sulawesi Utara merupakan salah satu destinasi pariwisata yang termasuk di dalamnya adalah kegiatan Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition (MICE) di Indonesia. Beberapa kegiatan MICE yang berskala internasional telah dilakukan di Sulawesi Utara, antara lain World Ocean Conference (WOC), Coral Triangle Initiative (CTI), Sail Bunaken, beberapa simposium internasional, dan beberapa kegiatan yang berskala lebih kecil. Kegiatan berupa Sail Bunaken merupakan salah satu kegiatan yang dimanfaatkan untuk mengundang turis manca berlayar ke Sulawesi Utara sebagaimana telah dilaksanakan sebelumnya. Berikut ini adalah kapal yang pernah melakukan pelayaran di wilayah Bunaken. 178

179 Gambar Kapal Layar Saat Kegiatan Sail Bunaken Pengembangan transportasi laut untuk mendukung pariwisata maritim di Sulawesi Utara didukung oleh program pemerintah melalui pengembangan pelabuhan regional dan pengumpan primer, pelabuhan penyeberangan dan rute pelayaran baru Beberapa lokasi wisata yang bisa terdapat di Sulawesi bisa dicapai melalui angkutan transportasi laut yang dapat dicapai melalui pelabuhan besar seperti di Menado, Gorontalo Utara, dan Gorontalo. Berikut ini distribusi lokasi wisata yang ada di Sulawesi bagian utara. 179

180 Gambar Gambar Peta Rencana Pengembangan Transportasi Laut Khusus Wisata di Sulawesi bagian Utara e. Pengembangan Transportasi Laut untuk Mendukung Pariwisata Maritim di Papua Barat Pengembangan wisata maritim di Papua Barat dapat dilakukan dengan menelaah potensi maritim yang ada di wilayah Papua Barat dan mengelompokkannya dalam zonasi wilayah yang bisa diakses melalui transportasi laut. Gambar berikut ini menunjukkan rencana pengembangan transportasi laut yang bisa dikembangkan di wilayah Papua dengan memanfaatkan jalur perintis regular yang sudah ada sebelumnya. 180

181 Gambar Rencana Zona Pengembangan Angkutan Wisata Maritim di Papua Area pengembangan wisata di Papua Barat bertumpu pada aspek eco-tourism yang mengutamakan keindahan alami bawah laut yang tetap terjaga. Beberapa unsur yang dapat dijadikan pengembangan wisata tentunya wisata maritim yang menjadi andalan baik wilayah Raja Ampat, Teluk Cendrawasih ataupun Teluk Triton yang telah cukup banyak dikenal. Pengembangan sarana transportasi tentunya dapat dioptimalkan melalui pembagian tiga zone pengembangan yang menjadi pintu akses masuknya wisatawan. Pengembangan kapal dengan rute regular dengan masingmasing zone tersebut dapat menjadi salahsatu alternatif untuk mengoptimalkan kedatangan wisatawan di wilayah Papua Barat. 181

182 Gambar Kapal Perintis Sebagai Transportasi Penunjang Wisata Maritim di Papua Barat Pembuatan paket wisata singkat di masing-masing zone pengembangan wisata maritim tersebut bisa menjadi alternatif pengembangan wisata memanfaatkan kapal kecil/yacht yang bisa disewa ataupun secara rutin mengadakan tour di wilayah-wilayah wisata tersebut. Peningkatan kualitas kapal dan kemampuan manjemen sumberdaya manusia yang siap untuk menerima turis internasional dan skill berbahasa asing yang cakap menjadi mutlak diperlukan guna menjadikan wilayah ini mendapatkan banyak wisatawan. B. Analisis SWOT Penyediaan Transportasi Laut untuk Mendukung Pariwisata Maritim Untuk mencapai visi, misi, dan sasaran penyelenggaraan, dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor kekuatan, kendala/kelemahan, peluang/kesempatan dan tantangan/hambatan. Hasil-hasil dari identifikasi kemudian digunakan untuk menyusun strategi kebijakan dan program. 1. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Kekuatan (Strenght), meliputi: a) Beberapa destinasi pariwisata nasional memiliki karakteristik wisata maritim, misalnya Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Karimun Jawa (Jawa Tengah), Nusa Dua-Menjangan-Nusa Penida-Tulamben (Bali), Gili Tramena-Pulau Moyo-Pantai Selatan Lombok (NTB), Komodo-Alor-Rote (NTT), Bunaken-Lembeh (Sulut), Raja Ampat-Manokwari-Fakfak (Papua Barat), b) Beberapa destinasi wisata bahari/maritim telah disinggahi oleh kapal wisata (cruise) dari luar negeri, misalnya Sabang, 182

183 Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Ampo, Celukan Bawang, Benoa, Lembar, Bitung dan Sorong. c) Pilihan wisata budaya dan darat sangat terbuka untuk melengkapi wisata maritim di Indonesia, misalnya dengan adanya paket-paket wisata yang melibatkan masyarakat lokal di sekitar objek seperti pertunjukkan budaya dan kerajinan masyarakat lokal yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut, d) Konektifitas antar kota melalui angkutan laut cukup memadai, baik melalui pelayaran komersial, pelayaran perintis, maupun angkutan penyeberangan, e) Kesadaran masyarakat yang mulai tumbuh terhadap pentingnya melestarikan laut dan pesisir, baik dari masyarakat yang tinggal di lokasi wisata maupun pihak luar, seperti berbagai LSM nasional dan internasional yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan. Kelemahan (Weakness), meliputi: a) Terbatasnya kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia di sekitar objek wisata bahari/maritim dalam memanfaatkan potensi wisata yang ada, misalnya penguasaan bahasa Inggris, b) Keterbatasan fasilitas pendukung dan kinerja yang belum memadai untuk melayani wisatawan asing, misalnya imigrasi, c) Keterbatasan penyediaan fasilitas pendukung di destinasi wisata bahari/maritim seperti listrik, telepon, air bersih (air tawar), karena sebagian objek wisata maritim merupakan daerah pantai dan kepulauan, d) Lemahnya regulasi dan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan wisata bahari/miritim, misalnya terkait perizinan kapal pesiar, pengelolaan kawasan wisata, e) Kualitas layanan transportasi laut yang belum memadai untuk melayani wisatawan, dari aspek kondisi sarana prasarana, jadwal dan keteraturan, f) Jarak wisata maritim seringkali cukup jauh, sehingga memerlukan waktu yang lama bila ditempuh melalui jalur laut, sehingga memerlukan dukungan moda transportasi lain, seperti transportasi udara. Peluang (Opportunities), meliputi: 1) Indonesia sebagai wilayah kepulauan memiliki potensi wisata maritim yang sangat besar (diving, snorkel, surfing, berperahu-berlayar, olahraga air, berjemur, fishing, dan lainlain), 183

184 2) Perkembangan pasar wisata dunia terutama wisatawan cruise dan yatch di kawasan Asia Pasific, seperti Jepang, Taiwan, Korea, China dan Australia, yang mampu mendorong Indonesia sebagai bagian dari pengembangan tersebut, 3) Minat yang besar dari turis lokal dan mancanegara terhadap wisata maritim di Indonesia, yang memacu investasi untuk penyediaan sarana prasarana transportasi dan akomodasi, 4) Perhatian dan dukungan yang besar dari Pemerintah Pusat dan daerah terhadap pengembangan pariwisata, yang dilakukan dengan penetapan kebijakan, promosi dan pengembangan destinasi wisata, 5) Adanya dukungan moda transportasi lain, terutama udara untuk menjangkau lokasi yang jauh dan membutuhkan waktu lama apabila dilakukan dengan transportasi laut. Ancaman (Threats), meliputi: 1) Kondisi alam seperti gelombang tinggi yang menyebabkan terhambatnya mobilitas melalui laut, karena berresiko terhadap kecelakaan laut, 2) Ancaman kerusakan lingkungan bila pengelolaan wisata maritim tidak berpihak pada ekologi dan lingkungan misalnya aktivitas kegiatan kapal pesiar yang membuang jangkar di atas terumbu karang, 3) Benturan kepentingan antara industri wisata maritim, perikanan, pertambangan, kehutanan yang tumpang tindih di suatu destinasi wisata bahari/maritim, 4) Isu keamanan mempengaruhi minat kunjungan pada wisata maritim, baik kemananan terkait transportasi maupun terorisme, 5) Kesenjangan ekonomi dan perbedaan budaya antara pengunjung dan pribumi dapat menimbulkan konflik. 2. Analisis Matriks Strategi Eksternal dan Internal Analisis bobot dan skor kondisi internal adalah sebagai berikut: 184

185 Tabel 5. 4 Analisis Kondisi Internal Aspek/kondisi Bobot Skor Bobot*Skor Kekuatan: - Karakteristik destinasi wisata 0, Kemampuan kapal 0,15 2 0,3 cruise berlabuh - Dukungan wisata 0,2 4 0,8 budaya - Konektifitas transportasi laut 0,2 3 0,6 memadai - Kesadaran masyarakat 0,2 3 0,6 Kelemahan: - Keterbatasan SDM 0, ,3 - Keterbatasan fasilitas 0, ,45 pendukung untuk wisatawan asing - Keterbatasan fasilitas 0,2-4 -0,8 pendukung di destinasi wisata - Lemahnya regulasi dan kebijakan pengelolaan pariwisata 0,2-3 -0,6 - Kualitas transportasi 0,2-3 -0,6 laut yang belum memadai - Jarak yang jauh dan 0,1-3 -0,3 waktu tempuh lama dengan transportasi laut Letak koordinat internal 0,25 Keterangan: Nilai skor 1 sangat tidak sesuai, 4 sangat sesuai, dalam nilai mutlak Sumber: Analisis konsultan,

186 Tabel 5. 5 Analisis bobot dan skor kondisi eksternal adalah sebagai berikut: Analisis Kondisi Eksternal Aspek/kondisi Bobot Skor Bobot*Skor Peluang: - Indonesia sebagai 0, wilayah kepulauan - Perkembangan pasar 0,2 3 0,6 wisata dunia - Dorongan investasi 0,15 3 0,45 sektor pariwisata - Dukungan pemerintah 0,25 3 0,75 - Dukungan moda 0,15 3 0,45 transportasi lain Ancaman: 0 - Kondisi alam 0,2-4 -0,8 - Kerusakan lingkungan 0,2-4 -0,8 - Benturan kepentingan 0,2-4 -0,8 - Keamanan 0,2-4 -0,8 - Kesenjangan ekonomi 0,2-4 -0,8 dan budaya memicu konflik Letak koordinat -0,75 eksternal Keterangan: Nilai skor 1 sangat tidak sesuai, 4 sangat sesuai, dalam nilai mutlak Sumber: Analisis konsultan, 2013 Berdasarkan hasil perhitungan skor tersebut, maka strategi besar (grand strategy) pengembangan transportasi laut untuk mendukung pariwisata maritim di Indonesia adalah kompetitif (lihat Gambar 5.16). Strategy kompetitif tersebut menunjukkan adanya potensi sektor pariwisata di Indonesia yang mampu dikembangkan di masa mendatang. 186

187 Eksternal 4 Kelemahan Kwadran III: Strategi Konservatif Kwadran IV: Strategi Defensif Peluang Ancaman Kwadran I: Strategi Agresif Kwadran II: Strategi Kompetitif Kekuatan Internal Gambar Grand Strategy berdasarkan Analisis Matriks Internal - Eksternal Sumber: Analisis konsultan, Kebijakan Strategis Berdasarkan hasil analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dikelompokkan menjadi 4 (empat) yaitu : (1) strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (S-O); (2) strategi menanggulangi kendala/kelemahan dengan memanfaatkan peluang (W-O); (3) strategi menggunakan kekuatan untuk menghadapi tantangan (S-T); serta (4) strategi memperkecil kelemahan/kendala dan menghadapi tantangan/hambatan (W-T), diuraikan pada tabel berikut: 187

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

DEFINISI- DEFINISI A-1

DEFINISI- DEFINISI A-1 DEFINISI- DEFINISI Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata dewasa ini adalah sebuah Negara bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk memuaskan atau membahagiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pariwisata Dan Wisatawan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata adalah kegiatan melaksanakan perjalanan untuk memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, mencari kepuasan, mendapatkan kenikmatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA 2.1 Pengertian Objek Wisata Objek wisata adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian mengenai Pariwisata dan dukungan teknologi di dalamnya yang bertujuan untuk memajukan daerah pariwisata itu sendiri telah banyak dipublikasikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun membuka kesempatan kerja dan kesempatan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN 1 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN I. UMUM Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan berupa sumber daya yang

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Referensi Utama: Utama, I Gusti Bagus Rai. (2015). Pengantar Industri Pariwisata. Penerbit Deepublish Yogyakarta CV. BUDI UTAMA. Url http://www.deepublish.co.id/penerbit/buku/547/pengantar-industri-pariwisata

Lebih terperinci

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUBJENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUBJENIS USAHA 1. Daya Tarik Wisata No. PM. 90/ HK. 2. Kawasan Pariwisata No. PM. 88/HK. 501/MKP/ 2010) 3. Jasa Transportasi Wisata

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan sektor pariwisata terjadi secara global dalam beberapa tahun belakangan ini. Sektor pariwisata menjadi tulang punggung suatu negara, dalam arti salah satu

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata diposisikan sebagai sektor yang strategis dalam pembangunan nasional sekaligus menjadi salah satu sumber devisa. Sektor ini perlu dikembangkan karena

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Bersyukurlah, tanah kelahiran kita Cilacap Bercahaya dianugerahi wilayah dengan alam yang terbentang luas yang kaya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG I.1 LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Dalam kurun lima tahun terakhir pertumbuhan perekonomian kota Bandung terus terdongkrak naik. Penyebab kondisi yang tengah dialami kota Bandung tidak hanya karena saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan hidup manusia semakin berkembang sejalan dengan modernisasi yang tidak pernah terhenti terjadi di bumi. Aktifitas yang dilakukan oleh manusia semakin kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari BAB 5 KESIMPULAN 5.1. Kriteria desain arsitektur yang sesuai untuk masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan Setelah mengkaji desa labang secara keseluruhan dan melihat teori -teori pengembangan tentang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D 605 199 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Hipotesis 1 yang menyatakan Kualitas Obyek Wisata berupa Atraksi (Attraction), Fasilitas dan

Lebih terperinci

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Perkembangan Pariwisata di Indonesia Wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan terbesar di sekitar garis khatulistiwa. Indonesia terdiri lebih dari 17.508

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi wisata dengan keunikan yang khas dan siap untuk memanjakan para

BAB I PENDAHULUAN. potensi wisata dengan keunikan yang khas dan siap untuk memanjakan para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Kediri merupakan salah satu kabupaten yang memiliki beragam potensi wisata dengan keunikan yang khas dan siap untuk memanjakan para pengunjungnya. Beragam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Berkembangnya pariwisata pada suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. mempelajari antara geografi dan pariwisata. Segi-segi geografi umum yang perlu

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. mempelajari antara geografi dan pariwisata. Segi-segi geografi umum yang perlu 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Pariwisata Menurut pendapat Ramaini (1992:3) geografi pariwisata adalah ilmu yang mempelajari antara geografi dan pariwisata. Segi-segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Diskripsi Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka setiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu fenomena yang kompleks karena banyak faktor yang berinteraksi, didukung berbagai fasilitas serta layanan yang melibatkan seluruh lapisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1: Mengkonstruksi Industri Pariwisata

Kegiatan Belajar 1: Mengkonstruksi Industri Pariwisata Kegiatan Belajar 1: Mengkonstruksi Industri Pariwisata Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 1. Menggambarkan karakteristik industry dan produk pariwisata 2. Mengenali dan membedakan potensi kepariwisataan

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara yang cukup efektif untuk dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata ini terbilang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan beragam suku dengan adat dan istiadat yang berbeda, serta memiliki banyak sumber daya alam yang berupa pemandangan

Lebih terperinci

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel. Wisata Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kepariwisataan (Irawan, 2010:11) menjabarkan kata kata yang berhubungan dengan kepariwisataan sebagai berikut: Wisata : Perjalanan, dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mempunyai pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai sepanjang 95.181 km dan 17.480 pulau (Idris, 2007). Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D 098 448 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pembangunan nasional dalam rangka mencapai cita cita bangsa indonesia sebagai bangsa yang mandiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota budaya dan juga pariwisata. Salah satu sektor yang berperan penting dalam pendapatan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perkembangan suatu kota dapat diukur oleh semakin banyaknya sarana dan prasarana penunjang perkembangan kota, (Tamin, 2000). Salah satu laju perkembangan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan atau archipelago terbesar di dunia dengan lebih dari 2/3 luasnya terdiri dari wilayah perairan. Indonesia dikenal sebagai negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Obyek Wisata Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan ( something to see).

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah) 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan astronomis Indonesia sangat strategis. Secara georafis, Indonesia terletak diantara dua Benua dan dua samudera. Benua yang mengapit Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia Pariwisata yang ada di Indonesia berbagai macam cara mengembangkan dunia pariwisata adalah yang berhubungan dengan aspek budaya karena di Indonesia memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti

BAB I PENDAHULUAN. potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya terdapat sektor pariwisata. Untuk lebih memantapkan

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul Hotel Resort Pantai Wedi Ombo Gunung Kidul dengan pendekatan arsitektur tropis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul Hotel Resort Pantai Wedi Ombo Gunung Kidul dengan pendekatan arsitektur tropis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Hotel Resort Pantai Wedi Ombo Gunung Kidul dengan pendekatan arsitektur tropis. 1.2 Pengertian Judul Hotel adalah suatu bangunan atau sebagian daripadanya yang khusus disediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I I.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Bandara Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara udara baru untuk kota Medan, Indonesia. Lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Perkembangan kepariwisataan Indonesia terus meningkat dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya dan dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya,

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pariwisata adalah salah satu jenis industri yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Perkembangan pariwisata menurut teori Miossec terjadi di Kabupaten Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada yang berbeda

Lebih terperinci

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar dari seluruh luas Indonesia adalah berupa perairan. Karena itu indonesia memiliki potensi laut yang besar

Lebih terperinci

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI 2.1.1 Pengertian Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel dengan variabel lainnya dalam tatanan yang terstruktur, dengan kata lain sistem

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat menghasilkan pendapatan daerah terbesar di beberapa negara dan beberapa kota. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rian Heryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rian Heryana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu industri yang bergerak di bidang jasa yang sampai saat ini sudah menjadi industri terbesar di dunia, khususnya di Negara Indonesia,

Lebih terperinci