SKRIPSI DAMPAK PENGEMBANGAN WISATA BAHARI PANTAI TORONIPA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TORONIPA KECAMATAN SOROPIA KABUPATEN KONAWE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI DAMPAK PENGEMBANGAN WISATA BAHARI PANTAI TORONIPA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TORONIPA KECAMATAN SOROPIA KABUPATEN KONAWE"

Transkripsi

1 SKRIPSI DAMPAK PENGEMBANGAN WISATA BAHARI PANTAI TORONIPA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TORONIPA KECAMATAN SOROPIA KABUPATEN KONAWE Oleh RUSDIN Stb. B1A JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016 i

2 SKRIPSI DAMPAK PENGEMBANGAN WISATA BAHARI PANTAI TORONIPA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TORONIPA KECAMATAN SOROPIA KABUPATEN KONAWE Oleh RUSDIN Stb. B1A JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016 ii

3 DAMPAK PENGEMBANGAN WISATA BAHARI PANTAI TORONIPA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TORONIPA KECAMATAN SOROPIA KABUPATEN KONAWE SKRIPSI Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Ekonomi Oleh : RUSDIN Stb. B1A JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016 Tanggal 23 Juni 2016 iii

4 iv

5 v

6 vi

7 ABSTRAK Rusdin (B1A ) Da mpak Pengembangan Wisata Bahari Pantai Toronipa Terhadap Perekonomian Masyarakat di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe, dibimbimbing oleh Madjiani Thahir selaku pembimbing I dan Ahmad selaku pembimbing II Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pengembangan wisata bahari pantai Toronipa terhadap perekonomian masyarakat di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Metode pengumpulan data dimulai dari observasi penelitian dan wawancara langsung pada sasaran penelitian dan dokumentasi. Selanjutnya hasil penelitian dianalisis melalui metode deskriptif kualitatif dengan 4 komponen analisis yakni editing data, sortir, tabulasi dan interpretasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa sebelum pengembangan obyek wisata aktivitas ekonomi masyarakat pada umumnya sebagai petani dan nelayan, namun sesudah pengembangan obyek wisata melalui penyediaan sarana dan prasarana kemudian hubungan antara masyarakat dengan wisatawan yang akrab sehingga meningkatkan jumlah pengunjung, aktivitas ekonomi masyarakat bertambah yakni sebagai pedagang (kios/kantin) dan penyedia fasilitas seperti banana boat, ban pelampung, gazebo, ruang bilas dan penginapan, meningkatkan pendapatan masyarakat secara signifikan. Dengan demikian pengembangan obyek wisata memberikan dampak yang positif bagi peningkatan perekonomian masyarakat di Kelurahan Toronipa. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa obyek wisata pantai Toronipa memberikan dampak yang lebih baik antara lain dapat menambah aktivitas ekonomi dan pendapatan masyarakat di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Kata Kunci : Dampak Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Aktivitas dan Pendapatan Masyarakat vii

8 ABSTRACT Rusdin (B1A ) The Impact of Developing Marine Tourism of Toronipa Beach on the Society s Economy in Toronipa Village in the Subdistrict of Soropia in KonaweRegency.Supervised by MadjinaiThahir as supervisor I, and Ahmad as supervisor II. This study aimed to find out the impact of developing the marine tourism of Toronipa beach on the society s economy in Toronipa village in the subdistrict of Soropia in Konawe regency. Method of data collection included observation, direct interview with the research target, and documentation. Results of the study were then analyzed by using a descriptive qualitative method, which included 4 components of analysis namely data editing, sorting, tabulation, and interpretation. Results show that, before the development of the tourism object, people generally work as farmers and fishermen. After the development of the tourism object, which entailed the constructions of facilities and infrastructures, the relationship between the local people and visitors was becoming closer, and there was an increase in the economic activities of the people who worked as sellers (kiosk/canteen) and providers of facilities such as banana boats, floating tires, gazebos, wash rooms, and inns, and all these had significantly increased the society s economy in Toronipa village. It could be concluded that, as a tourism object, Toronipa beach has had better impacts, including increased economic activities and increased incomes of the people in Toronipa beach in the sub district of Soropia, in Konawe regency. Keywords: Impact of developing beach tourism object, society s activities and incomes viii

9 KATA PENGANTAR Alhamndulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta dan merupakan pemilik serta pemberi dari segala hal dan pelurus segala urusan makhluk ciptaan-nya. Sehingga penulis dapat mengamati, memahami, merangkai dan menulis berbagai persoalan yang ada di dalam kehidupan. Baik dalam urusan bidang keilmuan maupun pada bidang lainnya. Sehingga penulis menuangkan hal tersebut kedalam skripsi yang berjudul Dampak Pengembangan Wisata Bahari Pantai Toronipa Terhadap Perekonomian Masyarakat Di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Penulis menyadari dan mengucapkan banyak terimakasih serta penghargaan yang setulus-tulusnya kepada yang tercinta dan tersayang kedua orang tua saya yakni Ayahanda Nawirdan Ibunda Jadariayang telah mendidik dan membesarkan dengan kasih sayang serta memberikan dorongan moral dalam proses penyusunan skripsi ini. Teriring rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Madjiani Thahir, SE., M.Siselaku pembimbing I dan Bapak Ahmad, SE., M.Siselaku pembimbing II, yang telah sabar memberikan arahan, meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dukungan, bantuan maupun bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan. ix

10 Pada kesempatan ini pula penilis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. H. Usman Rianse, M.S selaku Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Ibu Dr. Hj. Rostin, SE., MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo. 3. Ibu Rosnawintang, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo. 4. Ibu Dr. Irmawatty P. Tamburaka, SE., MP selaku Sekretaris Jurusan. 5. Dosen penguji Bapak Dr. Supriadi Rusly, SE., M.Si, Bapak Apoda, MP dan Bapak La Ode Syamsul Barani, SE., M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk menguji, memberikan pengarahan dan perbaikan sehingga skripsi ini dapat lebih baik lagi. 6. Para dosen serta sivitas akademika lainnya telah memberikan pengetahuan dan pelayanan administrasi. 7. Bapak Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Konawe yang telah memberikan izin meneliti pada kantor dinas yang dipimpinnya. 8. Bapak Kepala Lurah Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe yang telah memberikan izin meneliti pada kantor kelurahan yang dipimpinnya. 9. Kakakku Susilawati, Adikku Erdin dan Niken, Spupuku Tati, Sudin, Misrawati dan Echa yang telah memberikan dorongan, dukungan serta bantuannya sampai selesainnya skripsi ini. x

11 10. Teman-temanku Angkatan 2010 Jurusan Ilmu Ekonomi, terima kasih semuanya atas kebersamaan selama kita kuliah. 11. Teman-teman dan guru-guru SDN 2 LAROUE, SMPN 2 KOLONO, dan SMA AL-KHAIRAT KOLONO. Atas bimbingan dan motivasinya selama ini. 12. Semua pihak yang telah membentu dalam menyelaesaikan skripsi ini yang tidak sempat disebutkan terima kasih atas semuanya. Semoga diberikan rezky yang berlimpah dan pahala yang baik atas bantuannya. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi pribadi penulis. Smoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah, rahmat dan karunia- Nya kepada kita sekalian. Amin... Kendari, Juni 2016 Penulis xi

12 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL DEPAN... i HALAMAN SAMPUL DALAM... ii HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA... iii HALAMAN PERSETUJUAN... iv HALAMAN PENGESAHAN... v HALAMAN KEASLIAN TULISAN... vi ABSTRAK... vii ABSTRACK... x KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritik Konsep Pariwisata Jenis-Jenis Pariwisata Pembangunan Kepariwisataan Pengaruh Pengembangan Wisata Bahari Terhadap Aktivitas Masyarakat Pesisir Ekonomi Pariwisata Manfaat Pengembangan Pariwisata Bagi Daerah Tujuan Pendapatan Sebagai Ukuran Tingkat Kesejahteraan Kajian Empirik Kerangka Pemikiran BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian xii

13 3.2 Populasi dan Sampel Populasi Sampel Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Analisis Data Definisi Operasional BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Batas Wilayah Kondisi Penduduk Pengembangan Obyek Wisata Pantai Karakteristik Responden Kondisi/Gambaran Umum Obyek Wisata Pantai Potensi Obyek Wisata Pantai Kondisi Perekonomian Responden di Kelurahan Toronipa Sebelum Adanya Pengembangan Obyek Wisata Pantai Aktivitas Ekonomi Responden Pendapatan Responden Kondisi Perekonomian Responden di Kelurahan Toronipa Sesudah Adanya Pengembangan Obyek Wisata Pantai Aktivitas Ekonomi Responden Pendapatan Responden Dampak Pengembangan Wisata Pantai Terhadap Perekonomian Masyarakat Aktivitas Ekonomi dan Pendapatan Masyarakat Pembahasan BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Luas Wilayah Kelurahan Toronipa Berdasarkan Pemanfaatanya Tahun Tabel 4.2 Penduduk Kelurahan Toronipa Menurut Kelompok Prodiktivitas Kerja Tahun Tabel 4.3 Kelompok Penduduk Kelurahan Toronipa Menurut Mata Pencaharian Tahun Tabel 4.4 Keadaan Umur Responden di Kelurahan Toronipa Tahun Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Responden di Kelurahan Tahun Tabel 4.6 Jenis Aktivitas Ekonomi Responden di Kelurahan Toronipa Sebelum Pengembangan Obyek Wisata Pantai Tahun Tabel 4.7 Rata-Rata Pendapatan Responden Sebelum Pengembangan Obyeek Wisata Pantai Tahun Tabel 4.8 Jenis Aktivitas Ekonomi Responden Sesudah Adanya Pengembangan Obyek Wisata Pantai Tahun Tabel 4.9 Jenis Usaha dan Tarif di Obyek Wisata Pantai, Tahun Tabel 4.10 Rata-Rata Pendapatan Responden Sesudah Adanya Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun Tabel 4.11 Perbandingan Aktivitas Ekonomi dan Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun xiv

15 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir Penelitian xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Perbandingan Aktivitas Ekonomi dan Pendapatan Responden Sebelum dan sesudah Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun Lampiran 2. Perbandingan Gambaran Obyek Wisata Pantai Sebelum dan Sesudah di Kembangkan, Tahun xvi

17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dalam suatu daerah akan memberikan kekuatan bagi perekonomian nasional, oleh sebab itu laju pertumbuhan ekonomi dan peran serta pelaku ekonomi diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam membangun perekonomian masyarakat yang merupakan bagian dari pertumbuhan ekonomi nasional. Kegiatan ekonomi mencakup berbagai aspek kehidupan yang menghasilkan barang dan jasa. Pemanfaatan sumber daya alam menjadi obyek ekonomi telah dilakukan oleh masyarakat untuk memberikan nilai tambah dalam memenuhi kehidupan masyarakat seperti obyek wisata. Bidang pariwisata yang dibentuk oleh pemerintah ditujukan untuk menyediakan sarana dan prasarana wisata yang dilengkapi dengan penginapan, transportasi dan sarana umum lainnya yang dapat memberikan kontribusi bagi kedua pihak baik bagi wisatawan, maupun bagi pengelola obyek wisata. Perkembangan obyek wisata di tanah air bukan lagi hal yang baru, bahkan sampai sekarang ini pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan bagi negara dari para wisatawan domestik maupun manca negara. Disisi lain obyek wisata juga menjadi ajang untuk berbisnis atau tempat bertemunya para pelaku ekonomi dengan alasan berwisata seperti yang terjadi di Pulau Bali dan Lombok serta obyek-obyek wisata lainnya. 1

18 2 Pariwisata dikembangkan oleh pemerintah diseluruh wilayah tanah air dengan memanfaatkan panorama sumber daya alam yang terbentang luas dari Barat hingga ke Timur dan dari Utara hingga ke Selatan Kepulauan Indonesia, baik di darat maupun di laut, termaksud di Sulawesi Tenggara. Obyek wisata yang ada di Sulawesi Tenggara cukup banyak, baik yang telah dikenal masyarakat maupun yang masih dalam tahap pengelolaan seperti yang ada Kabupaten Konawe dan daerah lainnya. Daya tarik wisatawan ke kawasan wisata di Kabupaten Konawe cukup besar, namun sampai saat ini penataan atau pengelolaannya tidak dilakukan secara profesional, hanya bersandar pada adat istiadat yang ada pada setiap daerah. Pantai Toronipa terletak diujung timur Kabupaten Konawe dan memiliki hamparan pasir putih sekitar 4 km yang tak terputus memutari teluk. Garis pantai yang panjang, sosial budaya yang baik dan dapat menampung begitu banyak wisata domestik dan mancanegara dapat menjadi faktor pendorong sebagai daerah tujuan wisata bagi wisatawan domestik dan mancanegara, karena obyek wisata ini mempunyai banyak daya tarik tersendiri separti keindahan pasir putih yang panjang, tinggi air lautnya ke arah laut lepas hanya sekitar 1 meter, pepohonan kelapa sepanjang pantai, panorama alam, deburan ombak dan dapat menikmati terbit dan terkadang saat terbenamnya matahari. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila banyak pengunjung memilih untuk menginap dipantai tersebut untuk menikmati suasana terbaik Sang Surya.

19 3 Saat air pasang, wisatawan dapat menikmati air dangkal dan merasa aman saat bermain bersama anak-anak, sedangkan pada saat air surut dapat melihat masyarakat lokal mengumpulkan hewan laut untuk santapan. Pemandangan tersebut dapat memberikan suasana yang tepat bagi wisatawan yang mencari ketenangan. Berbagai fasilitas untuk mengakomodasi kebutuhan wisatawan, disepanjang pantai tersedia pondok/gasebo, sarana renang seperti ban, ruang bilas, kios dan warung yang menjajakan makanan seperti ikan bakar, sate pokea (kerang) sedangkan minuman seperti es kelapa muda. Selain itu wisatawan menginginkan kegiatan yang lebih menantang maka dapat mencoba permainan banana boat. Wisatawan memanfaatkan pantai sebagai salah satu kawasan untuk berlibur dan bertamasya. Kawasan ini memiliki potensi alam pesisir yang untuk tujuan wisata pantai, olehnya itu masyarakat menjadikan pantai Toronipa sebagai salah satu kawasan tujuan wisata pantai. Pada mulanya kawasan obyek wisata pantai dikelolah oleh masyarakat disekitar kawasan untuk mendapatkan pendapatan pada pintu masuk maupun melalui penyewaan tempat dan fasilitas wisata. Kondisi pantai yang menunjang kegiatan wisata memiliki daya tarik kepada masyarakat sehingga pada waktu liburan mereka berwisata di kawasan pantai tersebut. Hasil wawancara dengan Bapak Sulman sebagai pengelola wisata pantai, diperoleh informasi bahwa pantai ini selalu dikunjungi oleh masyarakat setiap hari libur. Peningkatan kunjungan dalam 3 tahun terakhir

20 4 ( ) sebelum dikembangkan oleh pemerintah daerah rata-rata mencapai 200 orang per minggu, selain itu terdapat pula kunjungan pada hari libur selain hari minggu. Hal ini menjadi alasan penting bagi pemerintah Kabupaten Konawe untuk mengembangkan wisata pantai Toronipa menjadi daerah tujuan wisata. Pada tahun 2008 pemerintah melakukan pengembangan wisata pantai melalui penataan jalan, pembangunan pintu masuk yang dilengkapi dengan pos jaga dan penyediaan fasilitas wisata yang akan dimanfaatkan oleh masyarakat. Adanya pengembangan oleh pemerintah melalui sarana dan prasarana diatas maka jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun ( ) terus meningkat setiap minggu dan hari-hari lain yaitu rata-rata 450 orang per minggu. Banyaknya pengunjung yang melakukan wisata ke pantai menjadi salah satu dari dampak adanya pengembangan pantai Toronipa sebagai obyek wisata di Kabupaten Konawe. Selain itu pemerintah juga memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan usaha di dalam kawasan obyek wisata, sehingga secara langsung memberikan kontribusi kepada pendapatan keluarga mereka dan telah menjadi mata pencaharian masyarakat di kawasan wisata Peningkatan jumlah pengunjung membuat masyarakat disekitar kawasan pantai memperoleh kesempatan untuk meningkatkan pendapatan melalui kegiatan usaha yang dilakukan di kawasan seperti kios dan kantin yang menyediakan makanan dan minuman, dan usaha penginapan.

21 5 Kemudian juga menyewakan fasilitas wisata seperti pondok/gasebo, sarana renang seperti ban, ruang bilas, banana boat dengan harga yang relatif terjangkau. Kondisi ini menjadi bagian dari upaya masyarakat untuk meningkatkan perekonomian dalam bentuk usaha kecil dengan memanfaatkan pengembangan wisata pantai yang dilakukan pemerintah. Pengembangan wisata pantai tidak terlepas dari kehidupan masyarakat sekitarnya, dalam hal ini adalah aktivitas masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir di Kelurahan Toronipa memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda, ada yang bekerja sebagai pegawai/karyawan, pedagang, pertukangan/jasa, petani, nelayan, dan sebagainya. Sehubungan dengan pengembangan obyek wisata pantai, maka masyarakat mempunyai mata pencaharian tambahan untuk memperbaiki kehidupan keluarga yang bermukim disekitar pantai. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Dampak Pengembangan Wisata Bahari Pantai Toronipa Terhadap Perekonomian Masyarakat Di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah pengembangan wisata bahari Pantai Toronipa berdampak terhadap perekonomian masyarakat di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe

22 6 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dampak pengembangan wisata bahari pantai Toronipa terhadap perekonomian masyarakat di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi : 1. Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Konawe dalam merumuskan dan menetapkan kebijaksanaan untuk mengembangkan wisata bahari Pantai Toronipa. 2. Bagi masyarakat, dapat menjadi informasi mengenai dampak pengembangan wisata dalam mendorong kegiatan dan pertumbuhan perekonomian sekitarnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini di fokuskan pada dampak pengembangan wisata bahari Pantai Toronipa terhadap perekonomian masyarakat di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe ditinjau dari : aktivitas ekonomi masyarakat dan pendapatan masyarakat.

23 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritik Konsep Pariwisata Pariwisata bukanlah suatu hal yang baru, akan tetapi kegiatan tersebut telah dilakukan oleh masyarakat sejak dahulu kala. Seiring dengan perkembangan sosial ekonomi, sosial budaya dan teknologi, maka bentuk kegiatan pariwisata berkembang lebih luas lagi. Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta adanya keterkaitan dengan sektor-sektor produktivitas lainnya. Selanjutnya pariwisata sebagai sektor yang kompleks meliputi industri kecil seperti kerajinan tangan, penginapan, cendramata dan transportasi maka secara ekonomi dipandang sebagai industri. Disamping itu pariwisata memberikan pendapatan bagi pemerintah dalam hal penarikan pajak Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada pengelolaan pariwisata itu sendiri, sebagai dampak dari pengembangannya dimana pajak diperoleh akan mampu memberikan manfaat pada pembangunan kedepan, guna menjadi sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat dan pemerintah. Kegiatan pariwisata merupakan salah satu bentuk aktivitas manusia, seperti dijelaskan oleh Todaro, et, al, (1985 dalam Seri, 2004) yang 7

24 8 mengklasifikasikan aktivitas manusia menjadi lima hal yaitu rekreasi, kebutuhan fisik, spiritual, pekerjaan dan pendidikan, serta tugas-tugas keluarga dan kemasyarakatan. Aktivitas manusia tersebut sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi sematamata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 1985 : 109). Kemudian di dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Pariwisata bahari merupakan kegiatan rekreasi menikmati keindahan lingkungan alam dan atraksi wisata yang ada di wilayah pesisir dan lautan. Kegiatan pariwisata bahari tersebut dilakukan secara langsung dan tidak langsung memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan (Nurisyah, 2001). Kegiatan pariwisata bahari yang langsung memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan yaitu : berperahu, berenang, snorkling (selam permukaan), menyelam dan memancing. Sedangkan pariwisata bahari yang tidak secara langsung memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan seperti olahraga pantai dan menikmati atmosfir laut. Kegiatan pariwisata bahari tersebut berada dalam kawasan wisata bahari.

25 9 Kawasan wisata adalah kesatuan ekologi dengan luas tertentu terdiri dari daratan dan lautan yang dikelola untuk kebutuhan pariwisata. Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1990 menyatakan bahwa kawasan wisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibanguna atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Kawasan wisata sebagai daerah tujuan wisata (destinasi) harus menyediakan berbagai kebutuhan yang diperlukan oleh wisatawan agar tujuan kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi (Pitana dan Gayatri 2005 : 101). Berdasarkan peninjauan secara etimologi diatas, maka pariwisata diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari satu tempat ketempat lain yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah tour Jenis-Jenis Pariwisata Menurut Yoeti (1996 : 111) jenis -jenis pariwisata adalah sebagai berikut : 1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggal untuk berlibur, untuk memenuhi kehendak keinginannya mengenai sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, ingin mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota atau sebaliknya ingin menikmati libur di kota-kota besar ataupun ikut serta dalam keramaian pusat-pusat wisatawan.

26 10 2. Pariwisata untuk rekreasi Pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari liburnya untuk istrahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani, dan lain-lain. Biasanya mereka tinggal selama mungkin di tempat-tempat yang dianggap benar-benar menjamin tujuan rekreasi. 3. Pariwisata untuk kebudayaan Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar dipusat-pusat pengajaran riset, untuk mempelajari adat istiadat kelembagaan cara hidup rakyat negara lain, moment bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu atau sebaliknya penemuan-penemuan besar masa kini, pusat kesenian, keagamaan dan lain-lain. 4. Pariwisata untuk olahraga Pariwisata olahraga yaitu pariwisata bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekan sendiri seperti mendaki gunung, memancing dan lainlain. 5. Pariwisata untuk usaha bisnis Jenis ini dalam bentuk perjalanan profesional karena ada kaitannya dengan perjalanan atau jabatan yang tidak memberikan pelakunya baik pilihan daerah tujuan maupun pilihan waktu perjalanan tetapi juga mencakup semua kunjungan ke pameran, kunjungan ke instansi teknis dan lain-lain.

27 11 6. Pariwisata untuk berkonferensi Jenis ini misalnya dalam mengikuti konferensi internasional pada berbagai badan-badan atau organisasi internasional yang dihadiri oleh ribuan orang dan biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara. Menurut Wahab (1989) mengemukakan bahwa bentuk pariwisata dapat di bagi sebagai berikut : 1. Menurut jumlah orang yang berpergian, dibedakan menjadi : a. Pariwisata individu b. Pariwisata rombongan 2. Menurut maksud berpergian, dibedakan menjadi : a. Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai b. Pariwisata budaya c. Pariwisata pulih sehat d. Pariwisata sport e. Pariwisata temu wicara 3. Menurut alat transportasi, dibedakan menjadi : a. Pariwisata darat (angkot, mobil pribadi, kereta api) b. Pariwisata tirta (laut, danau, sungai) c. Pariwisata dirgantara (pesawat, heli kopter) 4. Menurut letak geografis, dibedakan menjadi : a. Pariwisata domestik nasional

28 12 b. Pariwisata regional c. Pariwisata internasional 5. Menurut umur (umur membedakan kebutuhan dan kebiasaan), dibedakan menjadi : a. Pariwisata remaja b. Pariwisata dewasa c. Anak-anak 6. Menurut jenis kelamin, dibedakan menjadi : a. Pariwisata pria b. Pariwisata wanita 7. Menurut tingkat harga dan tingkat sosial, dibedakan menjadi : a. Pariwisata taraf lux b. Pariwisata taraf menengah c. Pariwisata taraf jelata Pembangunan Kepariwisataan Bidang pembangunan pariwisata potensi dan peranannya sebagai salah satu sektor penghasil devisa utama senantiasa terus ditingkatkan. Jumlah perolehan devisa ditentukan oleh jumlah kunjungan, pengeluaran, dan lama kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia, maka salah satu sasaran keberhasilan pengembangan pariwisata, sebagai sumber penghasil devisa dinilai dari unsur yaitu : a. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (foreign tourist)

29 13 b. Pengeluaran wisatawan mancanegara (foreign tourist expenditures) per wisatawan, per hari dan per kunjungan c. Lama tinggal wisatawan mancanegara (foreign tourist laugt of stay). Kebudayaan dan kepariwisataan yaitu : a. Terwujudnya pariwisata nusantara yang dapat mendorong cinta tanah air b. Meningkatnya pemerataan dan keseimbangan pengembangan destinasi pariwisata yang sesuai dengan potensi masing-masing daerah c. Meningkatnya kontribusi pariwisata dalam perekonomian nasional d. Meningkatnya produk pariwisata yang memiliki keunggulan kompetitif e. Meningkatnya pelestarian lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat Priasukmana (2001) mengemukakan bahwa pengembang an pariwisata di daerah mempunyai peranan untuk meningkatkan obyek wisata dan daya tarik wisata, menambah jumlah daerah tujuan wisata, menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang perjalanan dan persaingan wisatawan. Khusus untuk peranan pengembangan obyek wisata alam dapat memberikan keuntungan berupa materi hasil kegiatan wisata, juga memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Penyediaan lapangan kerja 2. Peningkatan pendapatan masyarakat 3. Peningkatan sumber ekonomi 4. Perbaikan lingkungan hidup

30 14 5. Peningkatan ilmu pengetahuan teknologi 6. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap konservasi sumber daya alam Sehubungan dengan pembangunan pariwisata serta dampak yang ditimbulkan, Dara Windiyarti (1994 : 6) mengemukakan melalui pariwisata pemerintah berusaha untuk menambah penghasilan atau devisa negara, dengan membanjirnya wisatawan mancanegara ke obyek-obyek wisata daerah akan mengalir pula devisa yang dibelanjakan oleh wisatawan tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa dari sisi ekonomi pengembangan pariwisata akan menambah penerimaan negara yang berasal dari wisatawan mancanegara dan hal ini merupakan dampak yang menguntungkan. Hal ini di dukung pendapat Reza. M (1986 : 2) sektor pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan bidang ekonomi. Kegiatan pariwisata merupakan sektor non migas yang diharapkan dapat memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian. Oleh karena itu, sektor ini perlu diupayakan secara optimal. Pembangunan kepariwisataan alam berorientasi pada ekosistem daerah, ekosistem pesisir, ekosistem laut. Ekosistem tersebut memberikan peluang bagi pemerintah, pengusaha, BUMN, swasta (PNA/PMDN), masyarakat dan LSM untuk merencanakan obyek dan daya tarik wisata yang berdampak positif yaitu memberikan keuntungan dan memuaskan wisatawan yang berkunjung kelokasi obyek wisata tersebut.

31 Pengaruh Pengembangan Wisata Bahari Terhadap Aktivitas Masyarakat Pesisir Sehubungan dengan adanya pengembangan pariwisata pada daerah pesisir yang bisa disebut sebagai wisata bahari, maka aspek yang penting diperhatikan dalam pengelolaannya adalah kehidupan masyarakat yang bermukim di lokasi wisata tersebut (masyarakat pesisir) sebagian besar merupakan mansyarakat petani dan nelayan yang pada umumnya memiliki keadaan ekonomi yang sangat rendah. Menurut Spillane (1985 : 45) aspek lain yang dianggap penting dalam pengembangan wisata bahari adalah kebijakan ekonomi yakni pembangunan secara regional melalui kegiatan kepariwisataan terutama dalam menghadapi timbulnya urbanisasi sebagai akibat semakin padatnya suatu kota yang menimbulkan banyak masalah sosial dan ekonomi. Semakin berkembangnya kepariwisatwan disuatu daerah, maka secara otomatis akan mempengaruhi aktivitas penduduk yang dekat dengan obyek wisata tersebut. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu kebijakan kepariwisataan seperti yang dikemukakan oleh Pendit (1986 : 136) bahwa kebijaksanaan kepariwisataan dapat dirumuskan sebagai suatu tindakan instansi pemerintah dan badan organisasi masyarakat yang mempengaruhi kehidupan kepariwisataan itu sendiri. Selanjutnya menurut Pendit (1986 : 29) kepariwisataan juga memberikan sumbangan secara langsung kepada kemajuan-kemajuan secaran kontinyu, usaha-usaha pembuatan atau perbaikan pelabuhan (laut dan udara), jalan raya, pengangkutan setempat, program-program

32 16 kebersihan dan kesehatan, pilot project sasaran kebudayaan dan kelestarian lingkungan, yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun wisatawan pengunjung dari luar. Untuk mewujudkan pembangunan pariwisata seperti yang disebutkan di atas, maka dibutuhkan suatu perencanaan pembangunan pariwisata yang terbaik seperti yang di kemukakan oleh Hardinoto (1996 : 29) pengembangan pariwisata terbaik adalah : a. Pariwisata harus patuh pada perencanaan dan pengelolaan lingkungan, dengan mempertimbangkan keadaan, baik dari penduduk setempat yang sering diharuskan menerima arus besar wisata tanpa mempunyai suara terhadap pengembangan itu. b. Pariwisata tidak hanya dibiarkan berkembang pada kekuatan pasar wisata, tetapi harus direncanakan berhati-hati pada tingkat nasional, regional dan lokal. Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan tidak harus merusak : a. Kepentingan sosial dan ekonomi penduduk daerah setempat. b. Lingkungan dan terutama sumber daya alam yang merupakan atraksi dasar dari pariwisata. Perumusan kebijaksanaan tersebut, dapat mengoreksi bahwa kehidupan kepariwisataan sesungguhnya tidak saja dipengaruhi oleh adanya tindakan-tindakan kebijaksanaan dalam pariwisata itu sendiri seperti barangbarang persediaan pariwisata, yaitu dimana segala persoalan ditimbulkan

33 17 oleh adanya sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari. Seseorang yang merasa asing oleh keadaannya sendiri. Keadaan sehariharinya dipindahkan dari yang biasa melakukan aktivitas usaha tani atau penangkapan ikan kemudian beralih ke aktivitas penyediaan barang-barang kebutuhan para wisatawan yang merupakan suatu peluang kerja bagi masyarakat pesisir untuk memnuhi kebutuhan pariwisatawan. Berdasarkan uraian di atas, maka pengaruh lain yang mungkin timbul dari pengembangan wisata bahari pantai adalah menurunnya hasil produksi pertanian dan hasil laut karena aktivitas masyarakat lebih banyak dilakukan untuk melayani kebutuhan wisatawan, kemudian hal lain yang bisa timbul adalah perubahan sepenuhnya dari aktivitas masyarakat pesisir, jika sebelumnya bekerja sebagai petani dan nelayan beralih menjadi pramuwisata di daerah tersebut Ekonomi Pariwisata Ahli-ahli ekonomi dalam mempelajari pariwisata internasional menggunakan istilah invisible export atau ekspor tak kentara atas barangbarang dan jasa pelayanan, pariwisata merupakan suatu bentuk ekspor yang dianggap menguntungkan, terutama bagi ekonomi nasional suatu negara. Untuk mengalakan pembangunan perekonomian dengan suatu pertumbuhan yang berimbang kepariwisataan dapat diharapkan memegang peranan yang dapat menentukan dan dapat dijadikan katalisator untuk mengembangkan pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap. Pertumbuhan yang

34 18 berimbang bagi perekonomian itu dapat terjadi sebagi akibat majunya pertumbuhan industri pariwisata yang dikembangkan dengan baik. Menurut Spillane (1987 : 92) kemajuan pengembangan pariwisata sebagai industri, ditunjang oleh macam-macam usaha yang perlu dikelola secara terpadu dan baik, diantaranya ialah : 1. Promosi untuk memperkenalkan obyek wisata 2. Transportasi yang lancar 3. Kemudahan keimigrasian dan birokrasi 4. Akomodasi yang menjamin penginapan yang nyaman 5. Pemandu wisata yang cakap 6. Penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dan tarif harga yang wajar 7. Pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik 8. Kondisi keberhasilan dan kesehatan lingkungan hidup Berbagai pernyataan yang dilontarkan oleh pihak pemerintah secara sporadis, keinginan untuk meningkatkan pengembangan pariwisata di Indonesia pada dasarnya disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : a. Makin berkurangnya peranan minyak sebagai penghasil devisa dengan waktu lalu b. Merosotnya nilai ekspor kita di sektor-sektor non minyak c. Prospek pariwisata yang tetap memperlihatkan kecenderungan meningkat secara konsisten

35 19 d. Besarnya potensi yang kita miliki bagi pengembangan wisata di Indonesia Manfaat Pengembangan Pariwisata Bagi Daerah Tujuan Saat ini banyak negara berkembang menaruh perhatian yang khusus terhadap industri pariwisata. Hal ini jelas kelihatan dengan banyaknya program pengembangan kepariwisataan di negara tersebut. Negara yang satu seolah-olah ingin melebihi negara yang lainnya untuk menarik kedatangan wisatawan, lebih lama tinggal dan lebih banyak mengeluarkan uangnya. Spillane (1985 :46), untuk menggalakan pembangunan perekonomian dengan suatu pertumbuhan yang berimbang maka kepariwisataan dapat diharapkan memegang peranan menentukan dan dapat dijadikan sebagai katalisator untuk mengembangkan sektor-sektor lain secara bertahap. Tidak hanya perusahaan-perusahaan yang dapat menyediakan kamar menginap (hotel), makanan dan minuman (tour operator), agen perjalanan ( travel agent), industri kerajinan (hamdi kraft), pramuwisata (guiding and English course), tenaga terampil (tourist academy), yang diperlukan tapi juga prasarana ekonomi seperti jalan raya, jembatan, terminal, pelabuhan, lapangan udara. Disamping itu dibutuhkan pula prasarana pembangkit tenaga listrik, proyek penjernihan air bersih, fasilitas olahraga dan air bersih. Akibat dikembangkannya obyek wisata, maka pada daerah tujuan wisata akan tersedia berbagai sarana dan prasarana pendukung pariwisata

36 20 maupun sarana umum seperti disebutkan diatas, sehingga dapat dikatakan bahwa daerah tujuan wisata dapat menerima manfaat langsung dengan semakin berkembangnya industri pariwisata. Meningkatnya arus wisatawan baik mancanegara maupun nusantara kesatuan daerah atau wilayah menurut banyak macam pelayanan dan fasilitas yang semakin meningkat jumlah dan ragamnya. Hal ini memberikan manfaat antara lain: a. Sudut pandang ekonomi, kehadiran para wisatawan dapat diharapkan ikut merangsang pertumguhan berganda dari sektor-sektor lainnya, misalnya transpotasi, kerajinan rakyat, akomodasi perhotelan dan lainlain b. Pihak pemerintah dapat mengharapkan bertambahnya penerimaan melalui berbagai pungutan dan pajak dari sektor yang terkait dengan kepariwisataan c. Kebudayaan khususnya dari segi seni dan budaya, pemeliharaan dan penciptaan kreasi seni budaya. Sekaligus dapat menambah motivasi bagi pelestarian nilai-nilai budaya bangsa yang semakin diperlukan bagi identitas suatu bangsa d. Lingkungan dan keindahan alam, kehadiran pariwisata dapat ikut serta merangsang pemeliharaan, pelestarian lingkungan hidup dan keindahan alam yang selama ini belum dimanfaatkan e. Lapangan kerja, pariwisata merupakan salah satu industri yang membutuhkan banyak tenaga kerja karena bersifat jasa pelayanan. Oleh

37 21 karena itu dengan pengembangan pariwisata diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja. Manfaat lain dapat diperoleh dengan dikembangkannya obyek pariwisata disuatu daerah atau wilayah dikemukakan oleh Pendit (1986 : 35) yakni kepariwisataan memberikan para petani perluasan pemasaran bagi sayur-mayur, hasil kebun lainnya seperti buah-buahan, hasil ternak mereka seperti susu, daging dan sebagainya. Ia membuka seluas-luasnya bagi pemasaran industri-industri kecil seperti perusahaan kerajinan tangan, kulit, anyaman, dan bahan tekstil, pakaian jadi dan sebagainya. 1. Dampak Sosial Pariwisata Fandeli (1995) menyebutkan bahwa industri pariwis ata sebenarnya merupakan bagian dari cultural industry yang melibatkan seluruh masyarakat, sekalipun dikelola hanya oleh sebagian kecil masyarakat. Meskipun hanya sebagian masyarakat yang terlibat, namun dampak sosial pariwisata lebih luas seperti dinyatakan Cohen (1984 dalam Pitana dan Gayatri, 2005 :117), secara teoritis dapat dikelompokan kedalam sepuluh kelompok besar dampak sosial budaya pariwisata. Salah satu diantara dampak sosial pariwisata yaitu dampak terhadap tingkat otonomi atau ketergantungan pada pariwisata. Kemudian Martin (1998 : 171 dalam Pitana dan Gayatri, 2005 :115) menyatakan dampak sosial selama ini lebih cenderung mengasumsiakn bahwa akan terjadi perubahan sosial akibat kedatangan wisatawan. Pariwisata berdamapak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial (Cohen,

38 dalam Pitana dan Gayati, 2005 : 117) dengan terjadinya ketimpangan/kesenjangan sosial dalam masyarakat. Sebagaimana disebutkan oleh Wiranatha (2008) bahwa dampak pariwisata terhadap masyarakat termaksud terjadinya kesenjangan pendapatan/kesejahteraan masyarakat antara pelaku pariwisata dengan masyarakat lain yang tidak bersentuhan dengan pariwisata secara langsung. Begitu juga kawasan wisata sebagai daerah tujuan wisata memunculkan aktivitas ekonomi yang menjadi faktor daya tarik penduduk yang menurut Cohen (1984 dalam Pitana dan Gayatri, 2005 : 117) berdampak terhadap migrasi dari dan kedaerah pariwisata. 2. Dampak Pariwisata Terhadap Lingkungan Fisik Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang bersifat tidak bernyawa, misalnya air, tanah, kelembaban udara, suhu, angin, rumah dan benda mati lainnya. Dahuri et al, (2001 : 226) menyatakan bahwa bila suatu wilayah pesisir dibangun untuk tempat rekresasi, biasanya fasilitas-fasilitas pendukung lainnya juga berkembang pesat. Wiranatha (2008) menyatakan bahwa secara umum, pariwisata berdampak positif salah satunya peningkatan infrastruktur di daerah tujuan wisata. Dampak terhadap lingkungan fisik di kawasan wisata adalah penyediaan prasarana dan sarana untuk menunjang kegiatan wisata. Adapun dampak lingkungan fisik terhadap pemukiman di kawasan wisata sebagaiman Soemarwoto (2001) tegaskan bahwa dampak fisik diperlihatkan

39 23 oleh peningkatan kondisi kualitas lingkungan fisik yang bersih, nyaman dan bebas banjir melalui penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar bagi pemukiman yang memadai. Dampak pariwisata terhadap lingkungan fisik pemukiman di kawasan wisata adalah penyediaan prasarana dan sarana untuk menunjang kegiatan pemukiman di kawasan wisata. Prasarana pemukiman yang harus dilengkapi di dalam kawasan wisata adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagai mana mestinya, yaitu : jaringan jalan untuk mobilitas manusia dan menciptakan bangunan yang teratur, dan jaringan air bersih untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan masyarakat. Sedangkan sarana lingkungan permukiman sebagai fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelengaraan dan pembangunan pengembangan ekonomi, sosial dan budaya yaitu : jaringan saluran pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah untuk kesehatan lingkungan dan jaringan saluran air hujan untuk pematusan (drainase) dan pencegahan banjir setempat. Berdasarkan penjelasan diatas, maka disimpulkan yang dapat diperoleh penduduk yang tinggal pada suatu obyek wisata, manfaat ini dapat berupa penyediaan fasilitas-fasilitas umum dan tempat pemasaran bagi produk-produk yang diusahakan oleh masyarakat setempat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dirjen Pariwisata (199 6 : 45) bahwa bagi Indonesia tujuan utama pengembangan pariwisata adalah untuk meningkatkan pembinasaan potensi dalam lingkup nasional yang sekaligus

40 24 dapat memberikan berbagi manfaat bagi perkembangan daerah. Oleh karena itu diperlukan adanya berbagai upaya kebijaksanaan dan pembinaan kepariwisataan secara terpadu yang ditunjang oleh sektor lainnya sehingga tercipta iklim untuk meningkatkan jumlah arus wisata Pendapatan Sebagai Ukuran Tingkat Kesejahteraan Pertumbuhan kebutuhan dasar (basic needs) manusia seperti pangan, sandang dan perumahan sangat ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan yang diperoleh dari seorang individu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Pendapatan adalah merupakan usaha manusia dalam kegiatan produksi, hal ini sesuai dengan pendapat Sukirno (1994 : 89) yang mengemukakan bahwa pendapatan adalah perolehan yang berasal dari biaya faktor produksi atau jasa-jasa produktif. Pendapatan yang diperoleh seorang individu ditentukan oleh besar kecilnya skala usaha yang dikerjakannya dan semakin tinggi skala usaha tersebut, maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh, dan pada akhirnya tingkat kesejahteraan akan semakin meningkat dalam artian bahwa biaya konsumsi yang dibelanjakan akan semakin besar. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sukirno (1994 : 205) bahwa semakin tinggi pendapatan disposibel yang diterima rumah tangga, semakin besar konsumsi yang dibelanjakan. Pendapat diatas memberikan gambaran bahwa jika pendapatan diterima meningkat maka kebutuhan untuk konsumsi akan semakin banyak

41 25 terpenuhi. Bagi masyarakat pesisir peningkatan hasil usahanya adalah sangat penting untuk meningkatkan pendapatannya. Menurut Badan Pusat Statistik untuk mengukur tingkat kesejahteraan digunakan ukuran sebagai berikut : a. Pendapatan rumah tangga b. Konsumsi rumah tangga c. Keadaan tempat tinggal d. Kesejahteraan anggota rumah tangga e. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan. f. Pakaian anggota rumah tangga g. Kemudahan Berdasarkan ukuran tersebut dapat dilihat bahwa yang paling penting adalah pendapatan rumah tangga, jika pendapatan rumah tangga meningkat maka secara otomatis akan meningkat konsumsi rumah tangga dan seterusnya samapai kemudian memasukan anak ke sekolah yang lebih tinggi. Ukuran harga beras per kilogaram menunjukkan pendapatan masyarakat pesisir dapat dihitung apakah mereka tergolong miskin sekali, miskin atau hampir miskin. Jadi ukuran tingkat kesejahteraan dapat dilihat berdasarkan perubahan kebutuhan, namun dari cara hidup masyarakat pedesaan kesejahteraan bukan saja karena pemenuhan kebutuhan konsumsi. Hal ini selaras dengan pendapat Sukirno (1994 : 104) bahwa kesejahteraan seorang bersifat subyektif artinya setiap orang mempunyai cara pandangan

42 26 hidup, tujuan dan cara hidup berbeda-beda pula terhadap faktor yang menetukan tingkat kesejahteraan mereka. Secara umum pendapatan dapat diartikan sebagai hasil pencaharian (usaha dan sebaginya) yakni semua hasil usaha yang diperoleh seseorang anggota masyarakat atau individu. Sedangkan dari sudut pandang ekonomi, pendapatan diartikan sebagai pembayaran pendapatan/balas jasa pada seluruh faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Tingkat pendapatan salah satu indikator kesejahteraan sosial karena semakin tinggi tingkat penerimaan pendapatan, maka tingkat kesejahteraan akan lebih baik. Kasus ekonomi menurut Winardi (1982 : 12), mengatakan bahwa pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dicapai dari pada penggunaaan kekayaan atau jasa-jasa manusia. Ackley (1991) menyatakan bahwa pendapatan sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh jasa-jasa produksi yang diserahkannya pada waktu tertentu atau diperolehnya dari harta kekayaan. Menurut pandangan Djojohadikusumo (1985 : 1) bahwa pada hakekatnya tingkat hidup tercermin dalam tingkat dan pola konsumsi yang meliputi unsur pangan, sandang, pemukiman, kesehatan dan pendidikan. Lima jenis pokok ini bagi kebanyakan penduduk dunia masih kurang tercukupi baik secara kuantitatif untuk dapat mempertahankan derajat kehidupan manusia secara wajar. Sehingga berdasarkan hal tersebut diatas maka taraf hidup kehidupan masyarakat atau individu sangat di tentukan oleh tingkat pendapatan yang diperoleh dari suatu kegiatan tertentu.

43 27 Usaha peningkatan pendapatan masyarakat telah banyak dilakukan akan tetapi hasil yang dicapai belum maksiamal dimana dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pendidikan, umur dan lain sebagainya. Kebutuhan pokok yang paling mendasar adalah pangan, sandang dan papan. Penciptaan lapangan kerja masyarakat dengan memberdayakan berbagai sumber daya yang dimiliki seperti lahan dan skill, merupakan upaya konkrit yang perlu dilakukan sehingga mereka dapat memperoleh pendapatan yang cukup untuk membiayai kebutuhan hidupnya tersebut. Disamping mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat juga diupayakan peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan. Kamaluddin (1992 : 12) mengatakan bahwa pendidikan memainkan peranan penting dalam menurunkan kemiskinan dalam jangka panjang dengan memberikan kepada kelompok miskin keahlian dan keterampilan yang diperlukan untuk menaikkan produktivitas dan pendapatan mereka. Pendidikan dasar dan yang setingkat merupakan hal yang kritis untuk ini sebagaimana diperlihatkan oleh tingkat pengembalian sosialnya (social lates of return) yang tinggi bagi peningkatan kualitas sumber daya Indonesia. 2.2 Kajian Empirik Penelitian ini yang dilakukan Kartika Dewi (2013) yang berjudul dampak pengembangan wisata bahari terhadap ekonomi masyarakat pesisir Kabupaten Batu Bara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui secara mendalam mengenai dampak perkembangan wisata bahari bagi ekonomi masyarakat; dan mengatahui bagaimana ekonomi sebelum dan sesudah

44 28 wisata pantai berkembang. Penulis mengadakan penelitian mengunakan teknik heuristi dengan melakukan mengumpulkan data melalui pembahasan buku, hasil observari dan wawancara. Kemudian mengklasifikasikan atau mengelompokan data untuk kemudian di analisa guna menarik kesimpulan. Hasil penelitian yang diperoleh adalah, dengan berkembangnya tempat-tempat wisata bahari di Kabupaten Batu Bara berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat berdasarkan observasi khususnya pada masyarakat yang bertempat tinggal sekitar obyek wisata. Namun keadaan pantai di Kabupaten Batu Bara masih belum dikelolah dengan maksimal, seperti Pantai Sejarah, Pantai Perjuangan walau ada juga pantai yang dikelolah dengan baik seperti Pantai Bunga, Pantai Alam Datuk. Selanjutnya kita bisa melihat bagaimana peran masyarakat dan pemerintah dalam mengembangkan potensi yang dimiliki disetiap daerah di Kabupaten Batu Bara. Perkembangan wisata bahari di Kabupaten Batu Bara dapat membuka lapangan kerja baru serta menambah pendapatan nelayan. Hal ini dlihat dari hasil pendapatan, pendidikan, dan kesehatan masyarakat di sekitar wisata tersebut. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti dampak pengembangan wisata bahari pantai terhadap perekonomian masyarakat sedangkan perbedaannya terletak pada obyek penelitian. Penelitian yang dilakukan Balgis Risdawati et al (2013), dengan judul dampak pembangunan wisata bahari Lamongan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten Lamongan. Penelitian ini bertujuan untuk

45 29 mengetahui dampak pembangunan Wisata Bahari Lamongan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah kabupaten Lamongan. Jenis penelitian dan tipe pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan tipe pendekatan penelitian perbandingan antara sebelum dan sesudah. Metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam, metode dokumentasi, dan studi pustaka. Penelitian ini menggunakan dua metode analisis data kualitatif. Data primer yang berasal dari wawancara mendalam dengan sejumlah tokoh dianalisis dengan model analisis interaktif, sedangkan data sekunder yang berasal dari draf PAD Kabupaten Lamongan dari tahun 2004 sampai 2010 dianalisis dengan metode before vs after comparation. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan WBL berdampak signifikan pada peningkatan PAD, dan mengalami kenaikan yang cukup signifikan dan berada pada level tertinggi pada tahun 2005 sebesar Rp ,67. Pada tahun 2006, PAD Kabupaten Lamongan mengalami penurunan menjadi Rp ,38 namun tahun selanjutnya mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 PAD Kabupaten Lamongan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Apabila hal ini kita analisis memakai metode before after comparison, yang menyatakan bahwa perbandingan sebelum dan sesudah adanya intervensi, maka akan terlihat jelas bahwa sebelum dan sesudah pembangunan WBL (yang dijadikan sebuah intervensi) memberikan perbedaan atau dampak yang cukup signifikan pada

46 30 peningkatan PAD Kabupaten Lamongan mulai tahun 2004 sampai dengan tahun Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan analisis deskriptif kulitatif. Perbedaannya adalah penelitian Bagis Risdawati et al (2013), meneliti dampak pembangunan wisata bahari terhadap pendapatan asli daerah (PAD), sedangkan dalam penelitian ini m embahas dampak pengembangan wisata bahari terhadap aktivitas dan pendapatan masyarakat. Selain itu perbedaan juga terletak pada obyek penelitian. Penelitian yang dilakukan Irianto (2011), dengan judul penelitian dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di Gili Trawangan Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pariwisata di Gili Trawangan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan melakukan observasi secara langsung dengan mewawancarai beberapa masyarakat di Gili Trawangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pariwisata di Gili Trawangan memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitar baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Pengaruh positif dilihat dari segi ekonomi dapat meningkatkan pendapatan setempat. Dibandingkan dengan tempat lain diluar Gili Trawangan dengan pendapatan bersih pedagang juice rata-rata sebesar Rp ,00 per hari dan pendapatan Kusir Cidomo sebesar Rp ,00 sampai Rp ,00 per hari, bisa dikatakan

47 31 pendapatan masyarakat dengan pendidikan tidak tamat Sekolah Dasar namun memiliki kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris tersebut cukup tinggi karena mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya bahkan penghasilanya bisa ditabung. Kegiatan pariwisata ini juga membuat pendapatan pemerintah daerah setempat daerah meningkat sehingga daerah wisata ini perlu dijaga kelestarian dan keindahannya untuk lebih menarik para wisatawan khususnya para wisatawan asing. Kegiatan pariwisata ini juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar khususnya masalah lunturnya nilai-nilai budaya masyarakat setempat karena masyarakat cenderung meniru perilaku wisatawan asing yang sebenarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya kita. Untuk lebih terjaganya kegiatan pariwisata di Gili Trawangan ini mengingat dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial dan ekonomi cukup besar maka dalam hal ini pemerintah tidak hanya memperhatikan dampak positifnya saja tapi pemerintah juga perlu mengambil langkahlangkah bagaimana meminimalkan dampak dampak negatif yang ditimbulkan. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan deskriptif kualitatif. Perbedaannya adalah penelitian Irianto (2011), melakukan penelitian dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, sedangkan penelitian ini dampak pariwisatanya terhadap aktivitas dan pendapatan masyarakat.

48 32 Penelitian yang dilakukan I Gusti Agung Gede Oka Gautama (2011), berjudul evaluasi perkembangan wisata bahari di pantai Sanur. Perkembangan wisata bahari pantai Sanur dari awal sampai saat ini secara otomatis akan merubah karakteristik fisik dan sosial dari kawasan tersebut karena dalam perkembangan tidak akan luput dari siklus perubahan yang terus berevolusi. Berdasarkan pengalaman empiris serta isu-isu yang beredar tentang pesisir Sanur saat ini seperti: perubahan motivasi wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari, pencemaran lingkungan, permasalahan sosial yang terjadi, dipandang perlu adanya suatu evaluasi untuk menilai perkembangan yang telah terjadi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah memecahkan permasalahan yang terjadi dengan cara megevaluasi keadaan pantai saat ini yaitu dengan meneliti (1) faktor -faktor yang menarik wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari di Pantai Sanur, (2) bagaimanakah karakteristik pantai Sanur dalam menunjang kegiatan wisata bahari, (3) Langkah -langkah yang dilakukan untuk menciptakan wisata bahari berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif, data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah. Instrumen kunci dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data dengan metode observasi, menyebarkan lembar pertanyaan terstruktur dan deep interview. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Kepustakaan dan hasil dari penelitian dikaitkan serta dianalisis

49 33 secara deskriptif kualitatif, dengan mentransformasi data mentah ke dalam bentuk data yang mudah dimengerti dan ditafsirkan, termasuk menyusun, memanipulasi, dan menyajikan supaya menjadi suatu informasi. Kemudian mengintepretasi data sebagai kajian pokok. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah: faktor yang menarik wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari yaitu faktor dari keramah tamahan dengan hasil 91%. Karakteristik Pantai Sanur cocok untuk kegiatan segala jenis olahraga air, fun dive, dan kegiatan rekreasi air saat air pasang. Langkah-langkah untuk menciptakan wisata bahari yang berkelanjutan yaitu dengan pendekatan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu, yaitu keterpaduan antara: sektoral, bidang ilmu dan ekologis. Sesudah itu dapat dipadukan dengan konsep zoning atau zonasi. Hasil penelitian ini didapatkan saran-saran untuk meciptakan wisata bahari yang berkelanjutan (1) keterpaduan sektoral dan akademisi yang terpadu, perlu memperbaharui peraturan-peraturan dan perda dari wisata bahari Pantai Sanur, (2) memiliki rencana detil pemanfaatan tata ruang atau zonasi kawasan pesisir, (3) memperhatikan daya dukung, (4) membangun fasilitasfasilitas yang dapat menyelamatkan lingkungan pantai. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perbedaan dalam penelitian ini adalah I Gusti Agung Gede Oka Gautama (2011), melakukan evaluasi terhadap perkembangan wisata bahari, sedangkan penelitian ini membandingkan keadaan sebelum dan sesudah perkembangan wisata bahari pantai.

50 34 Penelitian yang dilakukan Sutrisno Hadipranoto. L (2011), dengan judul dampak pengembangan wisata bahari pantai Nambo terhadap kondisi ekonomi masyarakat wilayah pesisir di Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak pengembangan wisata bahari pantai Nambo terhadap kondisi ekonomi masyarakat pesisir. Mata pencaharian masyarakat Nambo sebelum ada pengembangan wisata pantai nambo sebagai ibu rumah tangga, buruh bangunan, petani, pedagang. Sesudah adanya pengembangan obyek wisata pantai Nambo pekerjaan masyarakat bertambah yaitu dengan menjual es kelapa, pemilik kantin, menyewakan speed boad, sewa ban, sewa gazebo, dan menyewakan sampan serta menjadi tukang ojek. Sebagian besar responden tidak mempunyai pendapatan yang memadai sebelum pengembangan. Dampak sesudah adanya objek wisata pantai Nambo maka masyarakat mempunyai pendapatan Rp ,. sampai dengan Rp ,. Hal ini memberikan dampak yang positif bagi peningkatan perekonomian masyarakat. Sesuai dengan hipotesis dampak pengembangan wisata bahari pantai Nambo dapat meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat disekitarnya. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa obyek wisata pantai Nambo memberikan dampak yang lebih baik antara lain dapat memberikan pendapatan masyarakat dan menambah aktivitas masyarakat di Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari.

51 35 Persamaan penelitian Sutrisno Hadipranoto L (2011), dan penelitian ini antara lain keduanya meninjau dampak pengembangan wisata bahari terhadap perekonomian masyarakat dan sama-sama menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Perbedaannya terletak pada obyek penelitian. 2.3 Kerangka Pemikiran Berdasarkan kajian teoritis dan empirik, maka kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah bahwa obyek wisata Pantai Toronipa saat ini telah dikembangkan. Oleh karena itu penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan perekonomian masyarakat baik sebelum maupun sesudah adanya pengembangan obyek wisata tersebut. Hasil analisis diharapakan dapat mengungkapkan perbedaan keadaan perekonomian masyarakat Kelurahan Toronipa dilihat dari aktivitas ekonomi dan pendapatan terutama sesudah adanya pengembangan obyek wisata tersebut. Untuk lebih jelasnya menganai kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada skema 2.1 sebagai berikut :

52 Gambar 2.1 Kerangka Pikiran Penelitian 36

53 37 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe dengan mengambil obyek pada salah satu obyek wisata Pantai Toronipa sebagai obyek pengembangan wisata yang mempunyai keindahan laut dan pemandangan disekitar pesisir Pantai Toronipa dan dilaksanakan dalam waktu ± 1 bulan Populasi Dan Sampel Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit sampel yang ciricirinya sudah diduga responden yang diambil dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang terlibat dalam kegiatan di kawasan obyek wisata pantai Toronipa. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal dan melakukan kegiatan ekonomi disekitar Pantai Toronipa sebanyak 23 kepala keluarga Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang mendapatkan perlakuan sama dengan penelitian dan secara keseluruhan mempunyai sifat yang sama dengan populasi. Metode penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sensus, yaitu dengan mengambil secara keseluruhan populasi menjadi sampel yaitu sebanyak 23 kepala keluarga yang terdiri dari pemilik 37

54 38 kantin/kios, pemilik gazebo, pemilik banana boat, pemilik ruang bilas dan pemilik fasilitas renang Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. 1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pihak pengelola obyek wisata Pantai Toronipa dan masyarakat melalui wawancara meliputi umur, pendidikan, aktivitas ekonomi, pendapatan dan sarana pendukung Pantai Toronipa. 2. Data sekunder adalah data yang bersumber dari Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Konawe dan Kantor Kelurahan Toronipa meliputi luas area Pantai Toronipa, potensi wilayah, dan data ekonomi lainnya yang terkait dalam penelitian ini Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui : 1. Observasi yakni melakukan peninjauan secara langsung dilokasi penelitian. 2. Interview yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berkompoten memberikan data informasi, dalam hal ini penelitian mewawancarai Lurah, pengelolah wisata, dan masyarakat.

55 39 3. Dokumentasi yaitu mengadakan penelitian terhadap data-data yang telah didokumentasikan pada Kantor Lurah Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Metode Pengolahan Data Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Editing yaitu memperbaiki dan mengoreksi data yang telah disusun untuk kebutuhan penelitian. 2. Sortir yaitu menyusun dan mengelompokan data yang telah dikumpulkan dari hasil pengumpulan data. 3. Tabulasi, yakni data yang diperoleh dari obyek selanjutnya secara sistematis dan kemudian di sajikan dalam bentuk tabel. 4. Interpretasi, yakni data yang diperoleh dalam bentuk kuantitatif kemudian hasilnya dijelaskan dalam bentuk kalimat, dan selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan Analisis Data Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah di analisis dengan menggunakan alat analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini untuk mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data (Ramli, 2009). Analisisnya adalah membandingkan secara deskriptif keadaan responden sebelum dan sesudah pengembangan obyek wisata. Faktor yang dibandingkan adalah aktivitas ekonomi dan pendapatan. Sehingga dapat memberikan penjelasan tentang bagaimana Dampak

56 40 Pengembangan Wisata Bahari Pantai Toronipa Terhadap Perekonomian Masyarakat Pesisir di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Definisi Operasionl Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dampak pengembangan yaitu adanya perubahan (peningkatan) aktivitas dan pendapatan masyarakat akibat dari pengembangan obyek wisata Pantai Toronipa. 2. Perekonomian yaitu keadaan atau aktivitas masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan dengan adanya pengembangan obyek wisata. 3. Aktivitas ekonomi adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat sebelum dan sesudah pengembangan obyek wisata. 4. Pendapatan adalah besarnya penghasilan rata-rata per bulan yang diperoleh kepala keluarga sebelum dan sesudah pengembangan obyek wisata Pantai Toronipa dengan satuan rupiah.

57 41 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Batas Wilayah Kelurahan Toronipa merupakan wilayah pesisir Ibu Kota Kecamatan Soropia. Pada tahun 1980 Kelurahan Toronipa menjadi Ibu Kota Kecamatan Soropia dimana awal terbentuknya Kecamatan Soropia yang disebut wilayah Mansor (Mandonga -Soropia). Ibu Kota Kecamatan pada saat itu adalah Desa Soropia hingga pada akhirnya dipindahkan ke Kelurahan Toronipa dengan alasan bahwa tempat pembangunan kantor tidak ada. Nama Toronipa terdiri dari dua suku kata yaitu Toro dan Nipa. Pengertian Toronipa menurut bahasa dan istilah adalah : 1. Pengertian menurut bahasa Bugis Toro artinya banyak dan Nipa artinya sejenis tumbuhan yang dapat dijadikan tikar, atap, dan anyamananyaman lainnya. Jadi Toronipa artinya banyak tumbuhan nipa yang dapat dijadikan tikar, atap, dan anyaman lainnya. 2. Pengertian menurut istilah Toronipa artinya tempat tumbuhnya pohon nipa yang mempunyai manfaat besar bagi kehidupan masyarakat pada saat itu. Sejak pembentukan Kelurahan Toronipa, aktivitas Kelurahan Toronipa dilaksanakan oleh aparat pemerintahan Kelurahan yang disahkan oleh pemerintahan Kecamatan Soropia, dengan batas wilayah sebagai berikut : 41

58 42 - Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Banda - Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bokori - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Telaga Biru Topografi atau bentang lahan dari Kelurahan Toronipa adalah banyaknya curah hujan mm/tahun dan suhu udara rata-rata C dengan ketinggian tempat dari permukaan laut dari permukaan laut. Kelurahan Toronipa mempunyai luas wilayah secara keseluruhan seluas 100 ha. Dari luas wilayah tersebut secara tata guna tanah terbagi atas pesisir pantai daratan, sebagian besar penggunaannya untuk pemukiman masyarakat, fasilitas umum, pekarangan, perkebunan dan hutan. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan pada Tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Luas Wilayah Kelurahan Toronipa Berdasarkan Pemanfaatanya, Tahun 2016 Luas Persentase Luas Wilayah No. (ha) (%) 1. Pemukiman Masyarakat 35 35,00 2. Pesisir Pantai dan Daratan 3 3,00 3. Fasilitas Umum 25 25,00 4. Pekarangan 8 8,00 5. Perkebunan 5 5,00 6 Hutan 24 24,00 Jumlah Sumber Data : Kantor Lurah Toronipa, April 2016 Data pada Tabel 4.1 menunjukkan luas wilayah Kelurahan Toronipa telah dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan masyarakat. Sehubungan dengan penelitian, maka luas wilayah yang mencapai 100 ha telah

59 43 dimanfaatkan untuk pemukiman masyarakat seluas 35 ha atau 35,00 persen, pesisir pantai dan daratan menggunakan lahan seluas 3 ha atau 3,00 persen, fasilitas umum menggunakan lahan seluas 25 ha atau 25,00 persen, pekarangan menggunakan lahan seluas 8 ha atau 8,00 persen, perkebunan seluas 5 ha atau 5,00 persen, hutan seluas 24 atau 24,00 ha. Hal ini berindikasikan bahwa Kelurahan Toronipa telah menggunakan lahan tersebut Kondisi Penduduk Berdasakan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Kantor Kelurahan Toronipa diperoleh bahwa kepadatan penduduk pada Kelurahan Toronipa tahun 2016 mencapai 814 jiwa yang terdiri dari 207 KK (kepala keluarga). Dari jumlah penduduk tersebut terdiri dari 417 jiwa penduduk laki-laki dan 397 jiwa penduduk perempuan. Untuk lebih jelasnya tentang hal tersebut, penulis sajikan pada Tabel 4 2 sebagai berikut : Tabel 4.2 Penduduk Kelurahan Toronipa Menurut Kelompok Produktivitas Kerja, Tahun 2016 No. Jumlah (Jiwa) Kelompok Kepadatan Produktivitas Kerja Laki- Umur Perempuan (Jiwa) (%) Laki Belum Produtif , Produktif , ke atas Tidak Produktif ,27 Jumlah Sumber Data : Kantor Lurah Toronipa, April 2016 Tabel 4.2 menunjukkan distribusi penduduk menurut kelompok umur dan produktivitas kerja. Masyarakat yang tergolong belum produktif adalah mereka berada pada kelompok umur 0-14 tahun yang berjumlah

60 jiwa atau 32,18 persen, sedangkan mereka yang tidak produktif merupakan kumpulan masyarakat yang secara fisik tidak mampu melakukan pekerjaan yang berat atau yang berumur 60 keatas yang berjumlah 51 jiwa atau 6,27 persen, sementara itu penduduk yang tergolong produktif adalah mereka yang siap bekerja dan berumur antara tahun sebanyak 501 jiwa atau persen dari 814 jiwa penduduk Kelurahan Toronipa. Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Toronipa berbeda-beda, ada yang bekerja sebagai petani, nelayan, jasa, honorer, PNS, pensiunan, polri, pedagang, tukang kayu, dan tukang batu. Berdasarkan hasil penelitian, penduduk yang bekerja dan tidak bekerja dapat di sajikan pada Tabel 3 berikut : Tabel 4.3 Kelompok Penduduk Kelurahan Toronipa Menurut Mata Pencaharian, Tahun 2016 Jumlah Persentase No. Jenis Mata Pencaharian (Jiwa) (%) 1. Petani 17 6,39 2. Nelayan 39 14,66 3. Pertukangan/Jasa 72 27,07 4. Honorer 31 11,66 5. PNS 56 21,05 6. Pensiunan 17 6,39 7. Polri 5 1,88 8. Pedagang 29 10,90 Jumlah Sumber Data : Kantor Lurah Toronipa, April 2016 Tabel 4.3 menunjukkan penduduk kelompok berdasarkan angkatan kerja yang bekerja pada berbagai bidang pekerjaan berjumlah 266 orang. Penduduk yang bekerja sebagai petani berjumlah 17 orang atau 6,39 persen,

61 45 penduduk yang bekerja sebagai nelayan berjumlah 39 orang atau 14, 66 persen, penduduk yang bekerja sebagai pertukangan/jasa berjumlah 72 orang atau 22,93 persen, penduduk yang bekerja sebagai honorer berjumlah 31 orang atau 11,66 persen, penduduk yang bekerja sebagai PNS berjumlah 56 orang atau 21,05 persen, pensiunan berjumlah 17 orang atau 6,39 persen, penduduk yang bekerja sebagai polri berjumlah 5 orang atau 1,88 persen, penduduk yang bekerja sebagai pedagang berjumlah 29 orang atau 10,90 persen. Hal ini menggambarkan kondisi penduduk di Kelurahan Toronipa dengan perekonomiannya bervariasi dan paling banyak di sektor jasa yaitu berjumlah 72 orang atau 22,93 persen Pengembangan Obyek Wisata Pantai Pemerintah melakukan berbagai pengembangan kawasan wisata. Pembangunan yang dilakukan pada obyek wisata pantai Toronipa merupakan rencana pemerintah Kabupaten Konawe dalam hal ini Dinas Pariwisata menyediakan kawasan wisata di Kecamatan Soropia Kelurahan Toronipa yang mudah dijangkau oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Pembangunan yang dilaksanakan di kawasan wisata yaitu pembangunan jalan menuju pantai Toronipa, selain itu dilakukan pembangunan pintu masuk yang dilengkapi dengan pos jaga. Pos ini akan digunakan untuk memungut retribusi dari wisatawan. Pantai Toronipa adalah sebuah pantai indah yang jaraknya sekitar 20 km dari Kota Kendari atau sekitar ± 40 menit untuk menempuh sampai ke pantai Toronipa dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.

62 46 Pantai ini diminati banyak pengunjung karena letaknya yang mudah di jangkau dan pantai ini memilliki daya tarik tersendiri separti keindahan pasir putih yang panjang, tinggi air lautnya ke arah laut lepas hanya sekitar 1 meter, pepohonan kelapa sepanjang pantai, panorama alam, deburan ombak dan dapat menikmati terbit dan terkadang saat terbenamnya matahari sehingga tempat ini selalu merupakan pilihan masyarakat Kota Kendari untuk melepas kejenuhan dari rutinitas sehari-hari pada akhir pekan. Ditempat ini pula disediakan tempat parkir, gazebo, tempat bilas, dan pedagang tradisional yang menawarkan berbagai jenis dagangannya. Perkembangan wisata pantai dari tahun 2008 sampai saat ini menunjukkan adanya upaya pemerintah daerah untuk menjadikan pantai sebagai daerah tujuan wisata melalui penyediaan infrastruktur meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan sebagainya Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan latar belakang kehidupan yang dapat mempengaruhi cara berpikir, sikap serta keterampilan masyarakat dalam mengelola setiap usahanya. Masyarakat dalam menjalankan berbagai usaha tersebut dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga. 1. Umur Umur seseorang sangat berpengaruh terhadap aktivitasnya yang dijalankan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada umumnya

63 47 responden yang berumur lebih mudah memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingkan responden yang berumur sudah tua. Adapun kisaran umur responden dalam penelitian ini adalah tahun keatas, untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4 Keadaan Umur Responden di Kelurahan Toronipa, Tahun 2016 Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Responden (KK) Persentase (%) , , , ,69 60 tahun ke atas 2 8,69 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah), April 2016 Pada Tabel 4.4 nampak, bahwa dari 23 kepala keluarga responden menunjukkan sebanyak 9 responden atau 39,13 persen berusia tahun, kemudian 6 responden atau 26,09 persen berusia tahun, 4 responden atau 17,40 persen berusia tahun, selanjunya yang berusia tahun dan 60 tahun ke atas masing-masing 2 responden atau 8,69 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa reponden masih dalam usia produktif. 2. Tingkat Pendidikan Responden Pada umumnya pendidikan dapat dipengaruhi cara berpikir sekaligus menambah keterampilan khususnya dalam mengelola setiap usahanya. Pendidikan dapat diperoleh dari keluarga, luar keluarga dan melalui bangku sekolah atau pendidikan formal. Sesuai dengan hasil penelitian disimpulkan bahwa mayoritas responden yang diteliti memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Untuk

64 48 lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan responden disajikan pada Tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Responden di Kelurahan Toronipa, Tahun 2016 Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (KK) Presentase (%) Sarjana 3 13,04 Diploma 2 8,69 SMA 8 34,78 SMP 6 26,09 SD 4 17,39 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah), April 2016 Data pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 23 kepala keluarga yang dijadikan responden sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan tamat SD dan SMP yaitu 10 responden atau 43,48 persen, selanjutnya 8 responden atau 34,78 persen tamatan SMA, tingkat Diploma 2 responden atau 8,69 persen dan Sarjana sebanyak 3 responden atau 13,04 persen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kondisi sosial kepala keluarga di Kelurahan Toronipa tergolong rendah bila diukur dari tingkat pendidikan. 4.2 Kondisi/Gambaran Umum Obyek Wisata Pantai Seacara administratif pantai ini berada di wilayah Kabupaten Konawe yang merupakan kawasan wisata pantai yang banyak diminati oleh wisatawan lokal. Berjarak kurang lebih 20 km dari Kota Kendari dan dapat diakses melalui jalur transportasi darat maupun laut. Toronipa merupakan daerah yang berada didaerah tropis yang kaya akan sumber daya alam sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup sebagai petani dan nelayan namun ada juga yang mencari tambahan penghasilan

65 49 sebagai pedagang atau penyedia jasa wisata. Toronipa terletak di daerah khatulistiwa atau daerah tropis. Kondisi ini Toronipa memiliki potensi seperti vegetasi dan pantai yang memberikan banyak manfaat bagi aspek kehidupan penduduk setempat. Kawasan pantai merupakan daerah yang sangat aktif dengan kondisi ombak yang terus bergejolak dilihat secara sepintas. Kondisi air laut di pantai yang berwarna kuning kecoklat-coklatan ini menandakan kondisi air laut banyak mengandung material-material lain seperti lumpur atau pasir yang ditimbulkan akibat abrasi air laut. Kondisi pantai ditempat tersebut sebagian besar didominasi oleh pasir sedimen dengan warna kehitam-hitaman. Hal itu dapat dibuktikan dengan menggali pasir di daerah tersebut sedalam 50 cm kondisi pasir halus masih tetap ditemukan. Ini menandakan proses sedimentasi telah berlangsung lama dan terjadi secara terus menrus. Keadaan ini jelas terlihat pada gerakan arus air laut di pantai menunjukkan adanya partikel-partikel pantai yang ikut terbawa arus laut. Berdasarkan pengamatan melalui GPS pantai ini terletak melintang dari utara ke selatan dengan arah pantai menghadap ke timur. Daerah ini juga mengalami pasang surut sebagaimana kondisi pantai lainnya, kemudian lebar pantai terukur sepanjang 35 m. Sesudah dilakukan pengamatan nampaknya terjadi pergeseran garis pantai yang berarti juga terjadi perubahan lebar pantai, yaitu 40 meter akibat dari garis pantai yang surut sepanjang 5 meter dari garis pantai semula.

66 50 Kondisi pantai ini sangat dipengaruhi oleh adanya aktivitas gelombang dan arus laut. Gerakan gelombak laut dipantai tersebut turut pula membawa material-material lain seperti pasir sedimen yang telah disinggung sebelumnya, bahkan kadang-kadang turut pula terbawa material lain seperti bagian-bagian tumbuhan yang terbawa arus dan gelomgang laut. Secara umum kondisi sedimen ditempat ini terdiri atas dua yaitu sedimen klasik dan sedimen biogenetik. Sedimen klasik kemungkinan disebabkan oleh rombakan batuan sedangkan sedimen biogenetik disebabkan oleh sisasisa binatang karang dan sisa-sisa rombakan tumbuhan yang terbawa ke laut oleh air sungai. 4.3 Potensi Obyek Wisata Pantai Pantai ini merupakan sebuah pantai indah yang menghadap Laut Banda dan terletak disebuah teluk yang mengapit Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pantai ini selalu menjadi rujukan bagi masyarakat Kendari atau wisatawan yang ingin melepas kepenatan dan menikmati kesegaran nuansa pantai. Keramah tamahan masyarakat di Kelurahan Toronipa yang merupakan komunitas campuran dari suku bugis, tolaki, muna dan jawa selalu membuat pengunjung di pantai yang indah ini merasa nyaman untuk menikmati panorama laut. Pantai ini memiliki hamparan pasir putih sepanjang 4 km memutari teluk dan cukup luas sehingga bisa menampung banyak pengunjung. Pantai ini juga menawarkan beberapa aktivitas bagi pengunjung seperti pemancingan ikan, banana boat, menyaksikan matahari terbit dan terbenam

67 51 serta pengunjung dapat mengunjungi sebuah gua yang berada di ujung pantai. Ketinggian air yang hanya sedalam 1 meter di sepanjang pantainya senantiasa mengundang pengunjung untuk merasakan kesegaran air laut yang bersih dan kesejukan nuansa alami pantai. Dasar pantai yang landai ini pula memungkinkan pengunjung merasa aman untuk bermain bersama anak-anak. Beberapa gazebo yang telah berdiri berderet di pantai ini menyediakan kenyamanan bagi para pengunjung yang enggan membasahi diri dengan air laut. Selain itu, bagi pemburu hidangan kuliner daerah bisa mencicipi sate pokea (kerang) yang biasa dinikmati bersama gogos atau nasi ketan yang banyak dijajakan masyarakat setempat bagi pengunjung yang menikmati keindahan pantai Toronipa. Hidangan alternatif lain yang bisa dinikmati adalah beragam ikan bakar. 4.4 Kondisi Perekonomian Responden Di Kelurahan Toronipa Sebelum Adanya Pengembangan Obyek Wisata Pantai Aktivitas Ekonomi Responden Sumber penghidupan masyarakat di Kelurahan Toronipa sebelum pengembangan obyak wisata pantai pada umumnya adalah nelayan. Sektor perikanan dan kelautan jenis komoditi yang diusahakan berupa ikan dan kepiting, sementara dari sektor pertanian jenis komoditi yang dihasilkan adalah singkong dan

68 52 Untuk mengetahui jenis aktivitas ekonomi responden Kelurahan Toronipa sebelum pengembangan kawasan wisata obyek wisata pantai, penulis sajikan pada Tabel 4.6 berikut : Tabel 4.6 Jenis Aktivitas Ekonomi Responden di Kelurahan Toronipa Sebelum Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016 No. Aktivitas Ekonomi Responden Presentase (KK) (%) 1. PNS 2 8,70 2. Petani 5 21,73 3. Pedagang 4 17,39 4. Nelayan 8 34,79 5. Tukang Kayu/Batu 4 17,39 Jumlah Sumber : Data Primer, April 2016 Pada Tabel 4.6 nampak bahwa sebagian besar responden bergerak di perikanan dan kelautan (nelayan) yakni sebanyak 8 kepala keluarga atau 34,79 persen, menyusul responden yang memiliki aktivitas ekonomi sebagai petani sebanyak 5 kepala keluarga atau 21,73 persen, selanjutnya yang memiliki aktivitas ekonomi sebagai pedagang dan tukang Kayu/batu yaitu masing-masing 4 kepala keluarga atau 17,39 persen, sedangkan responden yang memiliki aktivitas ekonomi sebagai PNS yaitu 2 kepala keluarga atau 8,70 persen. Jadi dapat disimpulkan bahwa kehidupan perekonomian responden dilihat dari aktivitas ekonominya masih relatif kurang baik. Sebab untuk menjadi nelayan hasil yang diperoleh masih bekum begitu optimal. Karena para nelayan masih kekurangan sarana penangkapan ikan dan kepiting masih banyak nelayan yang menggunakan alat tangkap tradisional yang

69 53 tentu saja pendapatan mereka hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan sendiri, disamping itu untuk melakukan penangkapan ikan dan kepiting tergantung musim Pendapatan Responden Pendapatan merupakan nilai bersih penerimaan yang diperoleh responden dari hasil usaha yang dilakukan baik sebagai petani, nelayan, pedagang maupun lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum adanya pengembangan obyek wisata pantai, pendapatan yang diperoleh responden masih tergolong rendah, untuk lebih jelasnya ditampilkan pada Tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Rata-Rata Pendapatan Responden Sebelum Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016 No. Pendapatan (Rp/Bulan) Responden Persentase (KK) (%) , , , , , ,74 4. > ,39 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah), April 2016 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih tergolong pendapatan rendah yaitu sejumlah 8 kepala keluarga atau 34,79 persen, berpendapata sebesar Rp , ,-/bulan. Sedangkan responden yang mempunyai pendapatan Rp. > ,-/bulan sebanyak 4 kepala keluarga atau 17,39 persen. Bila melihat data-data di atas kondisi perekonomian reponden pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional dan petani

70 54 tradisional dan tingkat ketergantungan kepada alam yang sangat tinggi menyebabkan aktivitas, dimana waktu lebih banyak terbuang percuma sehingga perubahan ekonomi terkesan begitu lambat. Umumnya masyarakat di Kelurahan Toronipa masih berpendapatan rendah ini disebabkan mata pencaharian mereka hanya tergantung pada keadaan alam seperti kegiatan lain untuk menambah pendapatan tidak ada. Jadi kesimpulannya mereka belum memiliki pekerjaan sampingan yang dapat mendukung pekerjaan pokoknya. Uraian di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa obyek wisata pantai sebelum dikembangkan menjadi obyek wisata, pendapatan masyarakat masih rendah dan belum dapat memberikan keuntungan yang lebih baik. 4.5 Kondisi Perekonomian Responden Di Kelurahan Toronipa Sesudah Adanya Pengembangan Obyek Wisata Pantai Aktivitas Ekonomi Responden Adanya kegiatan kepariwisataan sudah dapat dipastikan akan membuka lapangan kerja dan lapangan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya di bidang prasarana dan sarana seperti pada pembangunan Da Vinci Villa dan Resort yang dapat memakan tahunan ini berarti memberi peluang kepada pekerjaan untuk dapat menghasilkan uang dari pekerjaan tersebut. Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kelurahan Toronipa ini, khusunya di pantai Toronipa dapat memperbaiki keadaan perekonomian masyarakat, dimana pada saat sebelum pengembangan kawasan wisata pantai masyarakat banyak yang bekerja sebagai nelayan, petani dan ada pula

71 55 yang merantau keluar daerah untuk mencari pekerjaan, namun sesudah adanya pengembangan obyek wisata pantai masyarakat yang tadinya merantau banyak yang kembali untuk beraktivitas di sektor pariwisata. Berdasarkan hasil wawancara dengan warga setempat mereka bekerja sebagai pedagang dan penyedia jasa dan lain-lain yang semuanya itu untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan. Adanya sumber mata pencaharian itu tentu akan membuat mereka betah tinggal di kampung halaman serta dengan meningkatnya kunjungan wisatawan dapat merubah keadaan perekonomian responden ke arah yang lebih baik dibanding sebelum adanya pengembangan obyek wisata. Berdasarkan hasil penelitian jenis aktivitas ekonomi tambahan responden sesudah adanya pengembangan obyek wisata pantai yang bergerak di sektor pelayanan jasa kepariwisataan dimana responden telah mendapatkan pekerjaan tambahan yang akan menambah aktivitas responden kearah yang lebih baik dan akan menambah pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan sebelum adanya pengembangan wisata pantai. Untuk lebih jelasnya aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut :

72 56 Tabel 4.8 Jenis Aktivitas Ekonomi Responden Sesudah Adanya Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016 No. Aktivitas Ekonomi Jumlah Responden Persentase (KK) (%) 1. Sewa Penginapan dan Banana Boat 2 8,70 2. Pedagang dan Jasa (Sewa gazebo, Ban, dan Ruang 7 30,43 Bilas) 3. Pedagang dan Jasa (Sewa Gazebo, dan Ruang 5 21,73 Bilas) 4. Pedagang dan Jasa (Sewa Ban dan Ruang Bilas) 3 13,05 5. Pedagang 3 13,05 6. Pedagang dan Jasa (Sewa Ruang Bilas) 2 8,70 7. Pedagang dan Jasa (Sewa Gazebo) 1 4,34 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah), April 2016 Pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa jenis aktivitas ekonomi sesudah adanya pengembangan obyek wisata pantai menunjukkan jenis aktivitas tambahan responden yaitu pedagang dan jasa seperti sewa gazebo, ban, dan ruang bilas sebanyak 7 kepala keluarga atau 30,43 persen, selanjutnya pedagang dan jasa seperti sewa gazebo dan ruang bilas sebanyak 5 kepala keluarga atau 21,73 persen, kemudian pedagang dan jasa seperti sewa ban dan ruang bilas dan aktivitas pedagang saja masing-masing sebanyak 3 kepala keluarga atau 13,05 persen, selanjutnya pedagang dan jasa seperti sewa ruang bilas dan yang menyewakan penginapan, banana boat masingmasing sebanyak 2 kepala keluarga atau 8,70 persen, sedangkan pedagang dan jasa seperti sewa gazebo saja sebanyak 1 kepala keluarga atau 4,34 persen. Hal ini menunjukkan suatu perubahan ke arah yang lebih baik lagi

73 57 dimana yang tadinya aktivitas responden hanya sebagai nelayan, petani, Tukang kayu/batu, pedagang dan PNS akan tetapi dengan adanya pengembangan obyek wisata pantai ternyata seluruh responden mendapat pekerjaan sampingan dalam bidang pariwisata. Salah satu alasan yang memungkinkan seorang individu untuk tetap bertahan dalam suatu pekerjaannya adalah karena rata-rata responden yang terlibat dalam aktivitas ekonomi di Kelurahan Toronipa memiliki tingkat pendidikan rendah sehingga peluang untuk memperoleh pekerjaan yang layak sulit diperoleh. Beberapa tarif fasilitas di obyek wisata pantai yang disiapkan oleh masyarakat untuk wisatawan dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut : Tabel 4.9 Jenis Usaha dan Tarif di Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016 No. Jenis Usaha Tarif (Rp) 1 Gazebo Rp Ban Pelampung Rp dan Ruang Bilas Rp Banana Boat Rp Penginapan Rp Sumber : Data Primer, April 2016 Tabel 4.9 menunjukkan berbagai jenis usaha dan tarifnya yang ada di obyek wisata pantai. Jenis usaha tersebut merupakan bisnis yang sangat berkembang dan memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Jenis usaha tersebut antara lain gazebo, ban pelampung, ruang bilas, banana boat dan penginapan. Gazebo berfungsi sebagai tempat istrahat bagi pengunjung yang ingin bersantai menikmati pemandangan

74 58 pantai. Tarif gazebo untuk sekali pakai adalah Rp dengan tidak membatasi jumlah penyewa. Fasilitas renang yang disewakan di pantai adalah ban pelampung dan banana boat. Ban pelampung terdiri dari berbagai ukuran dengan tarif sekali pakai untuk ukuran kecil dan sedang adalah Rp serta ukuran paling besar Rp Sementara, untuk banana boat sekali pakai selama 30 menit dengan kapasitas berjumlah 6 orang dikenakan tarif Rp per orang, sehingga jumlah tarif yang diperoleh adalah Rp Jenis usaha lain yang disewakan adalah ruang bilas dan penginapan. Ruang bilas digunakan pengunjung untuk membersihkan diri dan ganti pakaian dengan tarif untuk sekali pakai adalah Rp Sedangkan untuk sewa penginapan per kamar dikenakan tarif Rp selama 24 jam. Pantai ini pula memiliki makanan khas yaitu sate pokea dengan harga Rp /tusuk, es kelapa Rp /gelas, dan ikan bakar Rp dalam 1 porsi, akan tetapi ikan bakar ini hanya tersedia pada hari libur seperti tahun baru dan libur hari besar Pendapatan Responden Pada bagian awal telah di kemukakan mengenai jumlah pendapatan yang diperoleh masyarakat sebelum pengembangan obyek wisata pantai Toronipa. Sebagaimana halnya dengan ciri pariwisata pada umumnya yaitu memberikan efek yang positif bagi masyarakat di sekitar obyek wisata tersebut. Adanya obyek wisata maka masyarakat dapat memperoleh pekerjaan tambahan (sampingan). Kondisi ini mengakibatkan masyarakat

75 59 akan memperoleh tambahan pendapatan, demikian pula yang terjadi di Kelurahan Toronipa dengan dikembangkannya obyek wisata pantai baik pendapatan masyarakat setempat maupun sarana dan prasarana di Kelurahan akan meningkat dan lebih baik. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pendapatan responden umumnya di atas rata-rata dan mengalami peningkatan sesudah adanya pengembangan pariwisata pantai, hal ini disebabkan selain pendapatan pokok responden meningkat mereka juga mempunyai pendapatan lain dari pekerjaan sampingan yang lebih menguntungkan. Pekerjaan sampingan yang dimaksud seperti pedagang, penyedia banana boat, penyedia pelampung ban serta masih banyak jasa-jasa lainnya yang dibutuhkan oleh para wisatawan. Untuk lebih jelasnya rata-rata jumlah pendapatan responden sesudah adanya pengembangan obyek wisata pantai, penulis sajikan pada Tabel 4.10 berikut : Tabel 4.10 Rata-Rata Pendapatan Responden Sesudah Adanya Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016 No. Pendapatan (Rp/Bulan) Responden Presentase (KK) (%) , , , ,39 4. > ,61 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah), April 2016 Tabel 4.10 menunjukan bahwa rata-rata pendapatan responden sesudah adanya pengembangan obyek wisata pantai meningkat yakni, sebanyak 19 kepala keluarga atau 82,61 persen memiliki pendapatan diatas

76 60 Rp. > ,-/bulan, sedangkan responden yang berpendapatan Rp , ,- dan Rp , ,-/bulan tidak ada sama sekali. Pendapatan responden yang semakin meningkat tersebut maka pemenuhan kebutuhan responden (masyarakat) atau ke luarganya semakin terpenuhi baik kebutuhan primer maupun sekunder, sehingga kesejahteraan masyarakat atau keluarga diasumsikan akan semakin baik dari sebelum adanya pengembangan obyek wisata pantai. 4.6 Dampak Pengembangan Wisata Pantai Terhadap Perekonomian Masyarakat Aktivitas Ekonomi dan Pendapatan Masyarakat Adanya pengembangan wisata pantai maka dampak perekonomian terlihat dari aktivitas masyarakat menunjukkan suatu perubahan kearah yang lebih baik, dimana sebelum pengembangan obyek wisata pantai aktivitas responden sebagian besar adalah petani dan nelayan serta yang lainnya sebagai pedagang, tukang kayu/batu dan PNS. Namun dengan adanya pengembangan obyek wisata pantai responden mendapatkan pekerjaan sampingan (tambahan) untuk menambah pendapatan. Rekapitulasi keadaan aktivitas dan pendapatan responden sebelum dan sesudah pengembangan obyek wisata pantai penulis sajikan pada Tabel 4.11 berikut:

77 61 Tabel 4.11 Perbandingan Aktivitas Ekonomi Responden Sebelum dan Sesudah Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016 Aktivitas Ekonomi Aktivitas Ekonomi Resp. Pendapatan Sebelum Tambahan Sesudah Pendapatan (KK) (Rp) (Rp) Pengembangan Pengembangan PNS Sewa Penginapan dan Banana Boat Petani Pedagang dan Jasa (Sewa gazebo, ban, ruang bilas) Pedagang Pedagang dan Jasa (Sewa gazebo, ban, ruang bilas) Nelayan Pedagang dan Jasa (Sewa gazebo, ban, ruang bilas) Tukang Kayu/Batu Jumlah 23 Sumber : Data Primer, April Pedagang dan Jasa (Sewa gazebo, ban, ruang bilas) Tabel 4.11 menunjukan perbandingan aktivitas dan pendapatan responden sebelum dan sesudah pengembangan obyek wisata pantai. Sebelum pengembangan obyek wisata masyarakat hanya memenuhi kebutuhan hidupnya sebagian besar dengan cara bertani, mencari ikan,

78 62 berdagang dan tukang kayu/batu. Hanya sebagian kecil yakni 2 responden yang memiliki pekerjaan sebagai PNS. Namun sesudah adanya pengembangan wisata pantai aktivitas masyarakat meningkat dengan kata lain masyarakat sudah memperoleh pekerjaan tambahan diantaranya responden sebagai PNS pekerjaannya bertambah yaitu menyewakan penginapan dan banana boat, responden sebagai petani, nelayan, pedagang dan tukang kayu/batu pekerjaanya bertambah yaitu berdagang dan menyewakan jasa seperti ban pelampung, gazebo, dan ruang bilas. Peningkatan juga terjadi pada pendapatan dimana sebelum pengembangan obyek wisata sebagian besar responden yang bekerja sebagai petani, nalayan dan tukang batu/kayu berpendapatan di bawah Rp /bulan. Sedangkan PNS dan Pedagang rata-rata berpendapatan diatas Rp sampai dengan Rp /bulan. Namun setelah pengembangan wisata pantai pendapatan responden petani, nalayan dan tukang batu/kayu meningkat menjadi Rp sampai dengan Rp /bulan. Begitu juga pendapatan PNS dan pedagang meningkat menjadi Rp sampai dengan Rp /bulan. Rata-rata pendapatan sebelum pengembangan obyek wisata adalah Rp dan sesudah pengembangan adalah Rp , maka persentase peningkatan rata-rata pendapatan adalah 178%. ( Lihat Lampiran 1) 4.7 Pembahasan Pengembangan kawasan wisata pantai adalah salah satu bentuk pengelolaan kawasan wisata yang berupaya dan bertujuan untuk memberikan

79 63 manfaat terutama bagi perlindungan, pelestarian serta pemanfaatan potensi wisata dan jasa lingkungan sumber daya alam khususnya di wilayah pesisir pantai. Di lain pihak, masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung di sektor kepariwisataan melalui terbukanya lapangan usaha yang menciptakan kesempatan kerja baru serta mampu meningkatkan pendapatan baik bagi masyarakat. Pengembangan kawasan wisata bahari membutuhkan penentuan lokasi yang tepat dari setiap wilayah supaya tidak terjadi permasalahan kepentingan antara pertumbuhan pemukiman dengan kawasan wisata bahari yang dikelola dan dimanfaatkan bagi kegiatan rekreasi. Penyelenggaraan kepariwisataan juga ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas, memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendaya gunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa. Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Selama berwisata, wisatawan akan melakukan belanja, sehingga secara langsung menimbulkan permintaan (Tourism Final Demand) pasar barang dan jasa. Selanjunya final demand wisatawan secara tidak langsung menimbulkan permintaan akan barang modal dan bahan baku (Investmen Derived Demand) untuk

80 64 berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa tersebut. Dalam usaha memenuhi permintaan wisatawan diperlukan investasi di bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain, industri kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa, rumah makan restoran dan lain-lain. Sehubungan dengan pesatnya perkembangan pariwisata, pola pembangunan berkelanjutan tersebut sangat cocok diterapkan dalam pengembangan pariwisata ini bertujuan untuk melestarikan keberadaan pariwisata yang ada sekarang ini kepada generasi yang akan datang. Pembangunan pariwisata difokuskan pada tiga aspek utama yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan. Untuk mengetahui besarnya dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan, komponen-komponen dan fungsi sistem ekonomi beserta pranata lainnya perlu diperhatikan antara lain : 1. Bahwa sistem ekonomi tersusun atas hubungan timbal balik dari pelakupelaku ekonomi dan organisasi. 2. Bahwa sistem ekonomi mengatur perubahan dari persediaan bahan mentah menjadi barang jadi. 3. Bahwa sistem ekonomi menentukan distribusi dari barang dan jasa yang diperlukan. 4. Bahwa sistem ekonomi mempengaruhi persepsi ruang mengenai barang dan jasa yang dibutuhkan.

81 65 Perkembangan pariwisata mempunyai pengaruh dan hubungan interpenden dengan pengembangan sektor lainnya, terutama terhadap sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga, stabilitas lingkungan hidup. Dampak yang ditimbulkan sebagai akibat adanya aktivitas ekonomi sangat tergantung pada sistem ekonomi yang ada di daerah tersebut. Aktivitas pariwisata akan mempengaruhi model ekonomi yang ada di daerah wisata. Perubahan yang terjadi karena aktivitas pariwisata sangat berpengaruh pula pada struktur dan ekonomi daerah. Kesempatan kerja, pendapatan perkapita maupun distribusinya akan memberikan peluang kepada peningkatan produksi maupun kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Adanya perubahan kondisi ekonomi masyarakat mendorong komponen-komponen ekonomi untuk merubah lingkungannya sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungan, baik dalam bentuk kelembagaan maupun infrastrukturnya. Tumbuhnya aktivitas-aktivitas ekonomi baru mendorong pranata-pranata sosial yang ada dalam suatu masyarakat untuk menyesuaikan diri terhadap perkembangan ekonomi yang ada. Pariwisata merupakan industri yang padat karya karena tenaga kerja sulit diganti dengan modal atau peralatan. Semua sektor akomodasi dikatakan relatif lebih padat karya dibandungkan pada sektor lainnya, sehingga pariwisata sebagai sumber penciptaan lapangan pekerjaan. Pariwisata merupakan sumber pokok dari pekerjaan pada tingkat regional, akan tetapi jumlah dan jenis pekerjaannya bermacam-macam dan berbeda

82 66 antar daerah dan tergantung pada struktur industri pariwisata, khususnya untuk pekerjaan musiman. Hubungan antara pekerjaan dalam industri pariwisata dan pekerjaan runah tangga harus dipertimbangkan. Apakah pekerjaan pariwisata merupakan pekerjaan pokok atau sementara saja. kemudian begitu pula yang dibahas dalam penelitian ini, dengan adanya pengembangan wisata pantai maka dampak perekonomian terlihat dari aktivitas masyarakat menunjukkan suatu perubahan kearah yang lebih baik, dimana sebelum pengembangan obyek wisata pantai aktivitas masyarakat sebagian besar adalah petani dan nelayan serta yang lainnya sebagai pedagang, tukang kayu/batu dan PNS. Namun dengan adanya pengembangan obyek wisata pantai masyarakat mendapatkan pekerjaan sampingan (tambahan) untuk menambah pendapatan. Berdasarkan penelitian dikatakan meningkat dilihat dari persentase peningkatan rata-rata pendapatan yaitu 178%. Pengembangan kawasan wisata bahari harus lebih diarahkan dan dipergunakan dalam upaya pengembangan kawasan wisata ramah lingkungan. Pengembangan kawasan wisata bahari juga perlu mengetengahkan faktor kewaspadaan terhadap dampak lingkungan menjadi sangat penting, terutama dari kunjungan wisatawan yang tidak terkendali guna memelihara keberlanjutan kualitas lingkungan hidup khususnya dalam menjamin pembangunan dalam bidang ekonomi yang berkelanjutan. Bidang Lingkungan Hidup, pada dasarnya pengembangan pesisir adalah memanfaatkan kondisi lingkungan yang menarik. Jadi pengembangan wisata

83 67 alam senantiasa keadaan baik dan tentu menghindari kerusakan. Perencanaan pariwisata yang baik, teratur dan terarah, secara tidak langsung lingkungan akan terjaga dengan baik. Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Obyek wisata yang dikembangkan berupa obyek wisata budaya dan obyek wisata alam. Sebagian besar obyek wisata yang berada di Kabupaten Konawe adalah obyek wisata alam, baik obyek wisata darat (agrowisata) maupun wisata pantai. Sedang obyek wisata budaya relatif belum banyak dikembangkan dan belum ditangani secara optimal, misal seni-seni tradisional. Obyek wisata pantai sebagian belum dikembangkan secara maksimal oleh pemerintah Kabupaten Konawe dianggap sebagai sektor yang mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Keseriusan penanganan sektor pariwisata maupun pembangunan secara tahunan pemerintah Kabupaten Konawe khususnya Kelurahan Toronipa. Obyek wisata ini ramai dikunjungi wistawan baik wisatawan mancnaegara mupun wisatawan nusantara.

84 68 Oleh karena itu pariwisata perlu mendapat perhatian yang serius dari pembuat kebijakan dalam negeri dan perancang kesepakatan perdagangan internasional, mengingat pariwisata di masa mendatang merupakan penyumbang besar kesejahteraan ekonomi dunia.

85 69 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai dampak pengembangan wisata bahari pantai Toronipa terhadap perekonomian masyarakat di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengembangan obyek wisata pantai Toronipa memberikan dampak positif terhadap aktivitas perekonomian masyarakat. Sebelum pengembangan wisata pantai Toronipa, sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani dan nelayan, namun sesudah pengembangan obyek wisata pantai aktivitas ekonomi meningkat. Masyarakat mendapat pekerjaan tambahan sebagai pedagang makanan dan minuman serta penyedia jasa berupa fasilitas yang di sewakan untuk wisatawan seperti gazebo, ruang bilas, ban pelampung, banana boat dan penginapan. 2. Pengembangan obyek wisata pantai juga berdampak pada pendapatan masyarakat, dimana sebelum pengembangan obyek wisata pantai tingkat pendapatan responden masih tergolong rendah yaitu sebanyak 4 kepala keluarga atau 17,39 persen berpendapatan Rp. > ,-/bulan. Sesudah adanya pengembangan obyek wisata pantai pendapatan responden mengalami peningkatan yakni sebanyak 19 kepala keluarga atau 82,61 persen memiliki pendapatan Rp. > ,-/bulan. Jadi secara keseluruhan persentase rata-rata pendapatan adalah 178%. 69

86 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan agar pemerintah daerah setempat, khususnya Dinas Pariwisata untuk mengoptimalkan pendidikan dalam pengembangan pariwisata maka pemerintah harus membangun pendidikan kepariwisataan, pelatihan kepariwisataan, dan meningkatkan sarana dan prasarana serta fasilitas rekreasi dengan lebih baik lagi di obyek wisata pantai Toronipa, maka masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kegiatan usahanya dengan menyediakan berbagai fasilitas rekreasi dan dagangannya yang pada dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga masyarakat dapat merasakan dampak pengembangan obyek wisata pantai Toronipa.

87 71 DAFTAR PUSTAKA Ackley, Gardner., Teori Ekonomi Makro. Terjemahan Paul Sitohang. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Dewi, K., 2013, Dampak Perkembangan Wisata Bahari Terhadap Ekonomi Masyarakat Pesisir Kabupaten Batu Bara. Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Medan. Djojohandikusumo, Soemitro Ekonomi Kerakyatan dan Pengusaha Kecil Indonesia Tantangan Masa Depan. FE UI. Jakarta. Dirjen Pariwisata Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. UI- Press, Jakarta. Dahuri, et al Pengolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Bogor. Dara Windiarti, 1994, Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap kehidupan Sosial Di NTT. Pendidikan Budaya Nusa Tenggara Timur. Kupang Fandeli, C.H., Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam, Liberty Yogyakarta. Hadinoto, K., 1996, Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata, UI Press. Jakarta. Hadipranoto. S. L., Dampak Pengembangan Wisata Bahari Pantai Nambo Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Wilayah Pesisir di Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari. Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Haluoleo. Gautama, I., G., A., G., O., Evaluasi Perkembangan Wisata Bahari di Pantai Sanur. Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Irianto, Dampak Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Gili Trawangan Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan. Vol. 7 No.3. James, J Spillane, Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya, Kanisus. Yogyakarta. James, J Spillane, Pariwisata Indonesia Sejarah dan Prosprknya. Yogyakarta : Kanisius.

88 72 Kamaluddin Rustin, Beberapa Aspek dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Pembangunan di Daerah. LPEF-UI. Jakarta. Moh. Reza Tritawinata, Daya Tarik dan Pengelolaan Agro Wisata, Penebar Sawadaya. Jakarta. Nurisyah, S., Rencana Pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari di Wilayah Pesisir Indonesia. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. Pendit, N.S., Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, PT. Pradya Paramita. Jakarta. Pitana, I Gede dan Gayatri, Putu G., 2005, Sosiologi Pariwisata, Yogyakarta : CV. Andi Offset. Priasukmana, S. Dan R. Mohamad Mulyadin Pembangunan Desa Wisata : Pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah. Info Sosial Ekonomi. Ramli, 2009 Materi Kuliah Statistik Program Studi Pendidikan Ekonomi dan PPKN, Universitas Haluoleo. Kendari. Risdawati, B., Boedijono, dan Dina Suryawati, 2013, Dampak Pembangunan Wisata Bahari Lamongan Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan. Fakultas Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember. Rizal Isahaq, 2000, Dampak Sosial Ekonomi dan Budaya Kepariwisataan Pantai Ujong Blang Lhokseumawe Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Tesis S2, Yogyakarta. Sadono, Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Raja Grafindo, Jakarta. Soemarwoto, Otto., Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan, Jakarta. Todaro, M.P., Ilmu Ekonomi Bagi Negara-Negara Sedang Berkembang, Buku I, Akademika Presindo, Jakarta. Wahab, Saleh, Manajemen Pariwisata PT. Paradaya Paramitha. Jakarta. Winardi, Kamus Ekonomi, Alumni Bandung. Wiranatha, Agung Suryawan., 21 Januari Pengelolaan Objek Wisata Berbasis Masyarakat (Debat Publik), Bali Post.

89 73 Yoeti, Oka A, Pariwisata Budaya Masalah dan Solusinya. Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Yoeti, Oka A, Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa Bandung.

90 74 Lampiran 1 A. Perbandingan Aktivitas Ekonomi Responden Sebelum dan Sesudah Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016 No. Nama Aktivitas Ekonomi Responden Sebelum Sesudah 1 Muhaimin Lubis Pedagang Jasa (Sewa Gazebo dan Ruang Bilas) 2 Junaeda H PNS Sewa Banana Boat dan Penginapan 3 Jumrin J Petani Pedagang + Jasa (Sewa Gazebo,Ban 4 Ahmad Fausin Nelayan dan Ruang Bilas) Pedagang + Jasa (Sewa Gazebo, Sewa Ban, dan Ruang Bilas) 5 Nur Aeni PNS Sewa Banana Boat dan Penginapan 6 Sahabudin Petani Pedagang 7 Amina Petani Pedagang 8 Haerani Petani Pedagang 9 Bahtiar Hasirun Pedagang Jasa (Sewa Gazebo, Sewa Ban, dan Ruang Bilas) 10 Sapto Tukang Kayu/Batu Pedagang + Jasa (Sewa Gazebo, Sewa Ban, dan Ruang Bilas) 11 Agussalim Pedagang Jasa (Sewa Gazebo dan Ruang Bilas) 12 Nur Lina Tukang Kayu/Batu Pedagang + Jasa (Sewa Gazebo dan Ruang Bilas) 13 Junaeda Tukang Kayu/Batu Pedagang + Jasa (Sewa Ban dan Ruang Bilas) 14 Hasnia S Pedagang Pedagang + Jasa (Sewa Gazebo, Ruang Bilas dan Ban) 15 Musdalifah Tukang Kayu/Batu Pedagang + Jasa (Sewa Gazebo, Ban dan Ruang Bilas) 16 Agusnawati Nelayan Pedagang + Jasa (Sewa Ban dan Ruang Bilas) 17 Muksin Nelayan Pedagang + Jasa (Sewa Ban dan Ruang Bilas) 18 Ma ruf Nelayan Pedagang + Jasa (Sewa Ruang Bilas) 19 Sunandar Nelayan Pedagang + Jasa (Sewa Gazebo) 20 Iqbal Nelayan Pedagang + Jasa (Sewa Gazebo dan Ruang Bilas) 21 Isnah A.md Nelayan Pedagang + Jasa (Sewa Ruang Bilas dan Ban) 22 La Gunu Nelayan Pedagang + Jasa (Sewa Ruang Bilas) 23 Sukri. P Petani Sumber : Data Primer, April 2016 Pedagang + Jasa (Sewa Gazebo, Ban dan Ruang Bilas)

91 75 Lampiran 1 B. Perbandingan Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016 No. Nama Pendapatan Responden Sebelum Sesudah 1 Muhaimin Lubis Rp Rp Junaeda H Rp Rp Jumrin J Rp Rp Ahmad Fausin Rp Rp Nur Aeni Rp Rp Sahabudin Rp Rp Amina Rp Rp Haerani Rp Rp Bahtiar Hasirun Rp Rp Sapto Rp Rp Agussalim Rp Rp Nur Lina Rp Rp Junaeda Rp Rp Hasnia S Rp Rp Musdalifah Rp Rp Agusnawati Rp Rp Muksin Rp Rp Ma ruf Rp Rp Sunandar Rp Rp Iqbal Rp Rp Isnah A.md Rp Rp La Gunu Rp Rp Sukri. P Rp Rp Jumlah Rp Rp Rata-Rata Rp Rp Sumber : Data Primer, April 2016

92 Lampiran 2. Gambar Obyek Wisata Pantai Sebelum di Kembangkan 76

93 Lampiran 2 Gambar Obyek Wisata Pantai Sesudah di Kembangkan 77

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR Oleh: TUHONI ZEGA L2D 301 337 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai sumber mengatakan bahwa pariwisata adalah salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai sumber mengatakan bahwa pariwisata adalah salah satu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasalahan Berbagai sumber mengatakan bahwa pariwisata adalah salah satu sektor ekonomi yang menyumbangkan devisa bagi banyak negara. Beberapa tahun terakhir banyak

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata diposisikan sebagai sektor yang strategis dalam pembangunan nasional sekaligus menjadi salah satu sumber devisa. Sektor ini perlu dikembangkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling populer akan kepariwisataannya. Selain itu, pariwisata di Bali berkembang sangat pesat bahkan promosi pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan perencana

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata dewasa ini adalah sebuah mega bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk memuaskan atau membahagiakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian masyarakatnya. Tidak heran jika dewasa ini banyak masyarakat bersikap positif untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG Reka Loka PWK - Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2013 ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG ACHADIAT DRITASTO, IR., MT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembangunan Indonesia yang sedang berkembang saat ini, pembangunan dan pengembangan dalam bidang olahraga diarahkan untuk mencapai cita-cita bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terletak diantara dua benua, yaitu Australia dan Asia, serta diantara dua samudera (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia). Sebagai Negara kepulauan,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara yang cukup efektif untuk dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata ini terbilang cukup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pembangunan nasional dalam rangka mencapai cita cita bangsa indonesia sebagai bangsa yang mandiri,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata dewasa ini adalah sebuah Negara bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk memuaskan atau membahagiakan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupkan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional. Peranan pariwisata di Indonesia sangat dirasakan manfaatnya, karena pembangunan dalam sektor

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Tari Seni tari merupakan seni menggerakkan tubuh secara berirama, biasanya sejalan dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu gagasan

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Referensi Utama: Utama, I Gusti Bagus Rai. (2015). Pengantar Industri Pariwisata. Penerbit Deepublish Yogyakarta CV. BUDI UTAMA. Url http://www.deepublish.co.id/penerbit/buku/547/pengantar-industri-pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pulau pulau kecil merupakan arah kebijakan baru nasional dibidang kelautan. Berawal dari munculnya Peraturan Presiden No. 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

TINJAUAN KAW ASAN GILl TRAW ANGAN

TINJAUAN KAW ASAN GILl TRAW ANGAN --~~--_.~--_._---- -1 --------~--~ BAB II TINJAUAN KAW ASAN GILl TRAW ANGAN Bab ini berisi tentang uraian mengenai Kawasan Gili Trawangan sebagai lokasi hotel resort untuk wisatawan elite. Yang berupa

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Pariwisata berasal dari bahasa Sangsakerta, terdiri dari dua suku kata, yatu pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber daya alam. Berada pada daerah beriklim tropis menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat menghasilkan pendapatan daerah terbesar di beberapa negara dan beberapa kota. Selain sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN 29 BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN A. Pengertian Usaha Pariwisata Kata pariwisata berasal dari bahasa Sansakerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah sangat luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta susunan masyarakatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. World Tourism

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekreasi merupakan bagian dari kebutuhan pokok dari banyak orang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekreasi merupakan bagian dari kebutuhan pokok dari banyak orang pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rekreasi merupakan bagian dari kebutuhan pokok dari banyak orang pada saat ini. Banyaknya aktifitas, kurangnya istirahat, penatnya suasana kota yang terjadi berulang-ulang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. budaya. Upaya-upaya penemuan dan pengembangan potensi-potensi tersebut,

I. PENDAHULUAN. budaya. Upaya-upaya penemuan dan pengembangan potensi-potensi tersebut, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menunjang otonomi daerah, pemerintah berupaya untuk menggali dan menemukan berbagai potensi alam yang tersebar diberbagai daerah untuk dikembangkan potensinya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. industri di bidang jasa yang berusaha untuk menarik dan memberikan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. industri di bidang jasa yang berusaha untuk menarik dan memberikan pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata di Indonesia pada saat ini mulai berkembang menjadi satu industri di bidang jasa yang berusaha untuk menarik dan memberikan pelayanan untuk memuaskan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Gili Trawangan Gili Trawangan merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di pinggir pulau Lombok. Dahulunya pulau ini merupakan pulau yang pernah dijadikan

Lebih terperinci

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel. Wisata Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kepariwisataan (Irawan, 2010:11) menjabarkan kata kata yang berhubungan dengan kepariwisataan sebagai berikut: Wisata : Perjalanan, dalam bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang terdiri dari beberapa pulau dengan potensi alam dan budaya yang berbeda-beda antara satu pulau dengan pulau lainnya. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam pembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 170 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Sorake,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR Oleh : ISNURANI ANASTAZIAH L2D 001 437 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan. pekerjaan baru juga untuk mengurangi pengangguran.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan. pekerjaan baru juga untuk mengurangi pengangguran. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.2. Kelayakan Proyek Perkembangan kepariwisataan di Indonesia saat ini semakin penting, tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perkembangan suatu kota dapat diukur oleh semakin banyaknya sarana dan prasarana penunjang perkembangan kota, (Tamin, 2000). Salah satu laju perkembangan ini

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar, yang dihuni oleh bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia adalah sektor pariwisata. Selain sebagai salah satu sumber penerima devisa, sektor ini juga dapat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai potensi wisata.dengan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai potensi wisata.dengan adanya perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan suatu aset yangstrategis untuk mendorong pembangunan pada wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai potensi wisata.dengan adanya perkembangan industri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar, 34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 PENGERTIAN PARIWISATA Pariwista merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang bersifat sementara bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya di sektor pariwisata. Untuk lebih memantapkan pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian secara kritis yang sudah dianalisis di kawasan Borobudur, menggambarkan perkembangan representasi serta refleksi transformasi sebagai berikut : Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci