PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Perbandingan Hasil Penggerombolan Metode k-means, Fuzzy k-means, dan Two Step Cluster adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Januari 2010 Lathifaturrahmah NIM G

3 ABSTRACT LATHIFATURRAHMAH. Comparison of k-means, fuzzy k-means, and two step clustering methods. Under supervision of BUDI SUHARJO and I GUSTI PUTU PURNABA. The main principle of cluster analysis is to classify objects into clusters based on similarity measures. K-means and fuzzy k-means can be classified as popular clustering methods, which are suitable for large data with continuous variables. However, a new method has been developed to be used for large data, that is the two step cluster method. This method allows processing data with different types of variables, which in this case are continuous and categorical. The aim of this research is to compare the clustering results of k-means, fuzzy k- means, and two step cluster method, in order to determine the ideal number of clusters for each method. This research uses hypotetical data taken from SPSS software, which fit the purpose to compare several methods. The results of this study show that in the case of two clusters, k-means and fuzzy k-means methods have more similarities with respect to the number objects in clusters, whereas the two step method gives unequal number of objects in clusters. All methods show that 2 clusters is an ideal number. It is influenced by the ratio between mean squares within clusters, which is smaller than the ratio in the case of 3 and 4 clusters. Keyword : clustering method, k-means, fuzzy k-means, two step cluster.

4 RINGKASAN LATHIFATURRAHMAH. Perbandingan Hasil Penggerombolan Metode k- means, Fuzzy k-means, dan Two step cluster. Dibimbing oleh BUDI SUHARJO dan I GUSTI PUTU PURNABA. Masalah penggerombolan seringkali ditemui di kehidupan sehari-hari, baik itu terkait dengan bidang sosial, bidang kesehatan, bidang marketing maupun bidang akademik. Analisis gerombol adalah salah satu analisis peubah ganda yang digunakan untuk mengelompokkan objek-objek menjadi beberapa gerombol berdasarkan kemiripan peubah-peubah yang diamati, sehingga diperoleh kemiripan objek dalam gerombol yang sama dibandingkan antar objek dari gerombol yang berbeda. Salah satu metode analisis gerombol adalah metode tak berhierarki (non hierarchical clustering methods). Contoh dari metode tak berhierarki yang sering digunakan adalah k-means dan fuzzy k-means, kedua metode ini cocok digunakan untuk data berukuran besar dan memiliki tipe peubah kontinu. Namun dewasa ini telah dikembangkan suatu metode untuk jenis data yang berukuran besar, yaitu metode two step cluster. Metode ini dikembangkan oleh Chiu et al. (2001) yang memungkinkan untuk mengolah data yang memiliki tipe peubah berbeda, yaitu kontinu dan kategorik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil penggerombolan metode k-means, fuzzy k-means, dan two step cluster, sehingga dapat menentukan jumlah cluster yang ideal untuk masing-masing metode pada data Afifi. Penelitian ini menggunakan data Afifi. Dari data yang sama ingin dibandingkan hasil penggerombolan dengan metode k-means, metode fuzzy k- means, dan metode two step cluster yang akan memberikan penggerombolan yang terbaik, yaitu yang mempunyai variansi di dalam yang lebih homogen dan variansi antar gerombol yang lebih heterogen. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melakukan standarisasi data, menggerombolkan data dengan mencobakan berbagai nilai k untuk metode k-means, fuzzy k-means, dan two step cluster, membandingkan hasil penggerombolan yang terbentuk. Hal yang dibandingkan meliputi distribusi jumlah gerombol, jumlah anggota identik, misclustering, variansi gerombol (variansi within cluster dan variansi between cluster), dan menyimpulkan cluster ideal pada masing-masing metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk masing-masing metode jika semakin bertambahnya jumlah gerombol maka keragaman dalam gerombolnya (variance within cluster) semakin menurun, sebaliknya keragaman antar kelompoknya (variance between cluster) semakin meningkat. Pada masingmasing penggerombolan dengan jumlah 2, 3 dan 4 gerombol, dengan metode k- means, fuzzy k-means, dan two step cluster hasil perbandingan keragaman dalam gerombol dengan keragaman antar gerombol menunjukkan bahwa, pada penggerombolan dengan 2 gerombol memiliki nilai yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan 3 atau 4 gerombol. Ini berarti bahwa gerombol yang ideal adalah penggerombolan dengan 2 gerombol.

5 Hasil dari masing-masing gerombol metode k-means dan fuzzy k-means lebih mirip pada penggerombolan 2 gerombol. Sedangkan metode two step cluster dari awal penggerombolan jumlah anggota gerombol yang agak jauh berbeda dengan kedua metode lainnya. Kata kunci : metode gerombol, k-means, fuzzy k-means, two step cluster.

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

7 PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Matematika SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Hadi Sumarno, MS.

9 Judul Tesis Nama NIM : Perbandingan Hasil Penggerombolan Metode K-Means, Fuzzy K-Means, dan Two Step Cluster : Lathifaturrahmah : G Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Budi Suharjo, MS Ketua Dr. Ir. I Gusti Putu Purnaba, DEA Anggota Diketahui Ketua Progam Studi Matematika Terapan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 13 Januari 2010 Tanggal Lulus :

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya tugas akhir yang berjudul Perbandingan Hasil Penggerombolan Metode k-means, Fuzzy k-means, dan Two Step Cluster ini bisa terselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Matematika, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Terimakasih yang mendalam penulis sampaikan kepada Bapa dan Mama atas segala doa dan kasih sayangnya. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Budi Suharjo, MS dan Dr. Ir. I Gusti Putu Purnaba, DEA selaku pembimbing yang telah membantu dan mengarahkan penulis selama penyusunan tugas akhir ini, serta Dr. Ir. Hadi Sumarno, selaku dosen penguji. Ucapan terima kasih juga juga penulis sampaikan kepada adik, kakak, sahabat dan teman-teman yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu atas segala do a, dukungan, serta kasih sayangnya. Juga kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penulisan tesis ini, penulis berdo a semoga Allah SWT membalas mereka dengan kebaikan. Akhirnya penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih begitu banyak kekurangan. Dengan segala keterbatasan yang ada, semoga tugas akhir ini bermanfaat. Bogor, Januari 2010 Lathifaturrahmah

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Karang Intan, Martapura pada tanggal 13 Maret 1984 dari ayah H. Husni Thamrin dan Hj. Jauhar Maknun. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2002 penulis lulus dari MAN 2 Martapura Kalimantan Selatan. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program studi Matematika melalui jalur PMDK. Pada tahun 2007 penulis diterima masuk di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor melalui jalur reguler.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skala Pengukuran Data Sebaran Objek Analasis Gerombol Ukuran Jarak K-means Clustering Fuzzy k-means Clustering Two Step Clustering Variansi Gerombol... 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian Alur Penelitian Langkah-Langkah Penelitian... 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penggerombolan dengan 2 Gerombol Penggerombolan dengan 3 Gerombol Penggerombolan dengan 4 Gerombol.. 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... ix xi xii

13 DAFTAR TABEL Halaman 1 Daftar peubah data Afifi Deskripsi data Afifi Anggota Analisis Komponen Utama 1 dan Akar ciri, proporsi keragaman, dan keragaman kumulatif 27 5 Distribusi anggota 2 gerombol Persentasi misclustering 2 gerombol hasil antara k-means dengan fuzzy k-means Persentasi misclustering 2 gerombol hasil antara k-means dengan two step cluster Persentasi misclustering 2 gerombol hasil antara fuzzy k-means dengan two step cluster 33 9 Distribusi anggota 3 gerombol Persentasi misclustering 3 gerombol hasil antara k-means dengan fuzzy k-means Persentasi misclustering 3 gerombol hasil antara k-means dengan two step cluster Persentasi misclustering 2 gerombol hasil antara fuzzy k-means dengan two step cluster Distribusi anggota 4 gerombol Persentasi misclustering 4 gerombol hasil antara k-means dengan fuzzy k-means Persentasi misclustering 4 gerombol hasil antara k-means dengan two step cluster Persentasi misclustering 4 gerombol hasil antara fuzzy k-means dengan two step cluster Variansi 2 gerombol. 42

14 18 Variansi 3 gerombol Variansi 4 gerombol Rata-rata jumlah kuadrat 2 gerombol Rata-rata jumlah kuadrat 3 gerombol Rata-rata jumlah kuadrat 4 gerombol Rasio rata-rata jumlah kuadrat gerombol. 44

15 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Contoh CF Tree Gambar alur rencana penelitian Boxplot data Afifi Boxplot data Afifi standarisasi Plot dua komponen utama pada data Afifi 28 6 Plot dua komponen utama 2 gerombol pada metode k-means Plot dua komponen utama 2 gerombol pada metode fuzzy k-means Plot dua komponen utama 2 gerombol pada metode two step cluster Plot dua komponen utama 3 gerombol pada metode k-means Plot dua komponen utama 3 gerombol pada metode fuzzy k-means Plot dua komponen utama 3 gerombol pada metode two step cluster Plot dua komponen utama 4 gerombol pada metode k-means Plot dua komponen utama 4 gerombol pada metode fuzzy k-means Plot dua komponen utama 4 gerombol pada metode two step cluster Keragaman gerombol (Variance cluster).. 43

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Anggota yang identik penggerombolan dengan 2 gerombol Anggota yang identik penggerombolan dengan 3 gerombol Anggota yang identik penggerombolan dengan 4 gerombol... 48

17 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penggerombolan seringkali ditemui di kehidupan sehari-hari, baik itu terkait dengan bidang sosial, bidang kesehatan, bidang marketing maupun bidang akademik. Mendeskripsikan dan memaparkan keunikan proses atau hasil pengelompokan merupakan hal yang menarik dan dapat memberikan ide-ide tertentu. Misalnya saja dalam membuat segmentasi pemasaran, dengan analisis gerombol dapat dikelompokkan pelanggan atau pembeli berdasarkan manfaat atau keuntungan yang diperoleh dari pembelian barang. Hasil dari penggerombolan ini selanjutnya dapat digunakan dalam pengambilan keputusan untuk strategi pemasaran selanjutnya. Namun jika pengelompokan ini tidak sesuai atau tidak representatif dengan apa yang diharapkan, apalagi menyangkut pengambilan keputusan yang cukup penting akibatnya akan cukup fatal. Oleh karena itu, perlu dilakukan review pada proses penggerombolan. Analisis gerombol adalah salah satu analisis peubah ganda yang digunakan untuk mengelompokkan objek-objek menjadi beberapa gerombol berdasarkan pengukuran kemiripan peubah-peubah yang diamati, sehingga diperoleh kemiripan objek dalam gerombol yang sama dibandingkan antar objek dari gerombol yang berbeda. Manfaat penggerombolan antara lain adalah untuk eksplorasi data, reduksi data, dan pelapisan data. Dengan eksplorasi data dapat diperoleh informasi yang ada dalam himpunan data, dengan reduksi data dimungkinkan mengambil suatu ringkasan gerombol yang dapat mewakili seluruh anggota tersebut. Penggerombolan dapat digunakan sebagai pelapisan data dalam penarikan contoh atau penggolongan tipe objek. Dalam penggerombolan objek, untuk menggabungkan dua atau lebih objek menjadi suatu gerombol, biasanya digunakan suatu ukuran kemiripan atau ketidakmiripan. Semakin mirip dua objek semakin tinggi peluang untuk dikelompokkan dalam suatu gerombol. Sebaliknya semakin tidak mirip semakin rendah pula peluang untuk dikelompokkan dalam satu gerombol.

18 2 Pada umumnya metode pada analisis gerombol dibedakan menjadi metode berhierarki (hierarchical clustering methods) dan metode tak berhierarki (non hierarchical clustering methods). Metode berhierarki digunakan bila jumlah gerombol yang diinginkan tidak diketahui, sedangkan metode tak berhierarki digunakan bila jumlah kelompok yang diinginkan telah ditentukan sebelumnya. Contoh dari metode tak berhierarki yang sering digunakan adalah k-means dan fuzzy k-means dan kedua metode ini cocok digunakan untuk data berukuran besar yang memiliki tipe peubah kontinu. Namun dewasa ini telah dikembangkan suatu metode untuk jenis data yang berukuran besar, yaitu metode two step cluster. Metode ini dikembangkan oleh Chiu et al. (2001) yang memungkinkan untuk mengolah data yang memiliki tipe peubah berbeda, yaitu kontinu dan kategorik. Ketiga metode ini memiliki kelebihan maupun kelemahan. Menurut Serban dan Grigoreta (2006) dalam penelitiannya metode fuzzy k-means lebih baik dari pada k-means pada aspek mining. Kelebihan dari metode k-means adalah mampu mengelompokkan data besar dengan sangat cepat, sedangkan kekurangan dari metode k-means adalah banyaknya gerombol harus ditentukan sebelumnya (Teknomo 2007). Adapun kelebihan dari fuzzy k-means adalah mampu menempatkan suatu data yang terletak diantara dua atau lebih gerombol yang lain pada suatu gerombol, dan menurut Kusumadewi et al. (2006) kelemahannya adalah pada partisi fuzzy masih belum dapat membedakan apakah suatu data merupakan anggota beberapa gerombol atau merupakan data pencilan. Menurut Kusdiati (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa persentasi salah klasifikasi dari metode two step cluster tidak berbeda nyata dengan yang dihasilkan dari metode k-means, jika peubahnya kontinu. Pada penelitian ini digunakan data Afifi yang diambil dari software SPSS. Dari data yang sama ingin dibandingkan hasil penggerombolan dengan metode k- means, metode fuzzy k-means, dan metode two step cluster yang akan memberikan penggerombolan yang terbaik, yaitu yang mempunyai variansi di dalam yang lebih homogen dan variansi antar gerombol yang lebih heterogen.

19 3 1.2 Tujuan Penelitian 1 Membandingkan hasil penggerombolan metode k-means, fuzzy k-means, dan two step cluster pada data Afifi. 2 Menentukan jumlah cluster yang ideal untuk masing-masing metode tersebut pada data Afifi. 1.3 Manfaat Penelitian 1 Diharapkan dapat membantu peneliti dalam menentukan metode terbaik dari ketiga metode tersebut pada penggerombolan suatu data. 2 Dapat memberikan tambahan informasi bagi peneliti berikutnya yang mengambil topik yang sama.

20 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skala Pengukuran Objek Skala pengukuran objek sangat penting dalam analisis statistika. Pengukuran yang diberikan sebagai pemberian angka-angka terhadap bendabenda atau peristiwa-peristiwa diatur menurut kaidah-kaidah tertentu, dan menunjukkan bahwa kaidah-kaidah yang berbeda menghendaki skala-skala serta pengukuran-pengukuran yang berbeda pula. Skala pengukuran ini dibagi menjadi empat macam, yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio. 1 Skala Nominal Skala nominal merupakan skala yang paling lemah/rendah di antara keempat skala pengukuran. Skala nominal ini disebut juga sebagai skala kategorik. Skala nominal merupakan skala pengukuran yang bersifat membedakan benda atau peristiwa yang satu dengan yang lainnya berdasarkan nama (predikat). Contoh skala pengukuran nominal adalah klasifikasi barang yang dihasilkan pada suatu proses produksi dengan predikat cacat atau tidak cacat, maka nomor 1 untuk menyebut kelompok barang yang cacat dari suatu proses produksi dan nomor 0 untuk menyebut kelompok barang yang tidak cacat dari suatu proses produksi. Contoh lain, bayi yang baru lahir bisa laki-laki atau perempuan maka dengan objek ini, peneliti harus menentukan angka untuk tiap kategori, sebagai contoh : 1 untuk wanita dan 2 untuk laki-laki (angka ini hanya representasi dari kategori atau kelas). Angka atau simbol yang diberikan tidak memiliki maksud kuantitatif hanya menunjukkan ada atau tidak adanya atribut atau karakteristik yang diteliti. 2 Skala Ordinal Skala ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal. Skala pengukuran yang sifatnya membedakan dan mengurutkan. Pada skala ini sudah dapat membedakan benda atau peristiwa yang satu dengan yang lain, diukur dengan skala ordinal berdasarkan jumlah relatif beberapa karakteristik tertentu pada masing-masing benda atau peristiwa. Pengukuran ordinal memungkinkan segala sesuatu disusun menurut peringkatnya masing-masing. Contoh jika seseorang

21 5 diminta untuk mengurutkan tiga buah produk berdasarkan tingkat kepuasan terhadap produk, maka boleh ditetapkan nomor 1 untuk produk yang ciri tertentunya tidak puas, nomor 2 untuk produk yang ciri tertentunya puas, dan nomor 3 produk yang ciri tertentunya sangat puas. 3 Skala Interval Skala interval ini lebih tinggi daripada skala ordinal. Apabila benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang diselidiki dapat dibedakan antara yang satu dan lainnya kemudian diurutkan, dan jika perbedaan antara peringkat yang satu dan lainnya mempunyai arti (yakni, bila satuan pengukurannya tetap), maka skala interval dapat diterapkan. Skala interval tidak memiliki nol mutlak. Artinya memiliki sebuah titik nol, tetapi titik nol ini bisa dipilih secara sembarang, artinya bahwa titik nol tidak selalu bernilai nol. Contoh, pengukuran interval pada pengukuran temperatur dalam derajat Fahrenheit titik nolnya pada 32, sedangkan dalam derajat Celcius titik nolnya pada 0. Dengan demikian, jarak yang sama antara anggota masing-masing pasangan nilai itu menunjukkan beda yang sama dalam hal kadar ciri atau sifat yang diukur. Namun, skala interval tidak menjadikan perbandingan/rasio antara dua buah nilai. Contoh, suhu 80 0 F tidak dapat dikatakan dua kali lebih panas dari suhu 40 0 F, karena diketahui bahwa suhu 80 0 F sama artinya dengan suhu C, sedangkan suhu 40 0 F sama dengan suhu C. 4 Skala Rasio Skala rasio ini lebih tinggi daripada skala interval. Skala pengukuran yang sifatnya membedakan, mengurutkan dan mempunyai nilai nol mutlak. Karenanya nilai-nilai dalam skala ini dapat dibandingkan dan dapat dilakukan operasi matematis seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian. Pada skala rasio, antara masing-masing pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan/rasio. Pengukuran dengan skala rasio yang sudah sering digunakan, adalah pengukuran tinggi dan pengukuran berat. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang beratnya 90 kg memiliki kelebihan berat 45 kg dibanding yang beratnya 45 kg, sebagaimana yang digunakan pada skala interval. Dengan skala

22 6 rasio, dapat dikatakan bahwa orang yang beratnya 90 kg mempunyai berat dua kali lipat daripada orang yang beratnya 45 kg. 2.2 Sebaran Objek Ada dua macam sebaran objek, yaitu: 1 Sebaran Diskrit Apabila peubah yang diukur hanya mengambil nilai-nilai tertentu, seperti bilangan bulat 0, 1, 2, 3, 4, distribusi sebarannya disebut sebaran diskrit. Beberapa contoh sebaran diskrit antara lain: a. Sebaran Binomial Dalam percobaan binomial percobaan dilakukan secara berulang sebanyak n kali, dan masing-masing mempunyai dua kemungkinan, contohnya berhasil atau gagal. Asumsi yang digunakan dalam sebaran ini adalah: i) Percobaan dilakukan n kali. ii) Masing-masing percobaan hanya memiliki dua hasil yang mungkin. iii) Masing-masing percobaan independent dari percobaan-percobaan sebelumnya. iv) p adalah probabilitas memperoleh keberhasilan pada satu percobaan manapun dan q = 1- p adalah probabilitas mendapat kegagalan pada satu percobaan. Sebaran probabilitas binomial didefinisikan sebagai berikut: ; ;, untuk x = 0, 1, 2,, n b. Sebaran Poisson Suatu peubah acak X disebut peubah acak Poisson dengan parameter, 0, memiliki fungsi masa peluang yang didefinisikan sebagai berikut: dengan: ;, untuk x = 0, 1, 2,! = rata-rata kejadian dalam selang waktu tertentu e = basis logaritma natural ( 2, ) Contoh kejadian Poisson adalah banyaknya libur sekolah karena terjadi banjir selama musim hujan, banyaknya pertandingan sepak bola yang dibatalkan akibat hujan dalam musim pertandingan tertentu.

23 7 2 Sebaran Kontinu Apabila peubah yang diukur dinyatakan dalam skala kontinu, sebaran probabilitasnya dinamakan sebaran kontinu. Nilai sebaran kontinu dinyatakan dalam bentuk fungsi matematis dan digambarkan dalam bentuk kurva. Beberapa contoh sebaran kontinu antara lain: a. Sebaran Normal Sebaran normal adalah sebaran probabilitas kontinu yang bentuk visualnya bersifat simetrik, mempunyai kurva berbentuk lonceng. Sebaran normal sepenuhnya digambarkan hanya dengan dua parameter, yaitu mean atau nilai harapan dan standar deviasi. Masing-masing nilai unik dari mean dan standar deviasi menghasilkan kurva normal yang berbeda. Bila X adalah suatu peubah acak normal dengan nilai tengan dan ragam, maka persamaan kurva normalnya adalah ;,, untuk, sedangkan dalam hal ini dan e = b. Sebaran Eksponensial Biasanya merupakan suatu distribusi pelayanan kustomer pada suatu sistem yang terjadi dalam interval yang konstan. Contohnya panjang waktu antara objek dengan pelanggan ketika keluar dari supermarket, atau antar breakdown dari suatu mesin. Sebaran probabilitasnya adalah,, 0. c. Sebaran Seragam (Uniform) Sebaran seragam adalah sebaran yang sering digunakan dalam membangkitkan sebaran lainnya dengan transformasi tertentu hasil bangkitan sebaran seragam akan membentuk sebaran lainnya. Jika suatu peubah acak X, dengan nilai x 1,x 2,,x k memiliki peluang yang sama, maka sebaran seragamnya diberikan oleh, 1,,,,

24 8 d. Sebaran Gamma Merupakan sebaran yang mempunyai peranan yang penting dalam teori antrian dan teori reabilitas. Peubah acak X berdistribusi gamma, dengan parameter dan maka dengan e. Sebaran Multinomial,,, untuk 0, 0, 0 Jika ada n percobaan dimana masing-masing percobaan dapat mempunyai k hasil yang terjadi dengan kemungkinan p 1,...,p k peubah acak X 1,.,X k menghitung banyaknya kejadian dari tiap hasil maka dikatakan mempunyai distribusi multinomial. Fungsi probabilitasnya adalah:,,,!! ) ) 2.3 Analisis Gerombol Analisis gerombol adalah analisis statistik peubah ganda yang digunakan terhadap n buah individu atau objek yang mempunyai p peubah, akan dikelompokan ke dalam k kelompok. Objek yang terletak dalam satu gerombol memiliki kemiripan sifat yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang terletak dalam gerombol lain (Dillon & Goldstein 1984). Konsep dasar pengelompokan dua atau lebih objek ke dalam satu gerombol adalah menggunakan ukuran kemiripan atau ketidakmiripan. Semakin tinggi sifat kemiripan yang dimiliki suatu objek maka semakin besar pula peluang objek tersebut untuk masuk dalam suatu gerombol tertentu. Tujuan utama dari analisis gerombol adalah mengelompokkan objek-objek seperti produk (barang dan jasa), benda (tumbuhan atau lainnya) dan orang (responden, konsumen, atau lainnya) ke dalam kelompok-kelompok yang relatif homogen. Analisis gerombol meneliti seluruh hubungan interdependensi dimana tidak ada proses membedakan antara peubah bebas dan tak bebas (independent!

25 9 and dependent variables). Analisis gerombol juga disebut analisis klasifikasi atau taxonomi numerik (numerical taxonomi). Menurut Anderberg (1973) terdapat dua metode dalam analisis gerombol yaitu: metode berhierarki (hierarchical clustering methods) dan metode tak berhierarki (non hierarchical clustering methods). Metode berhierarki digunakan apabila belum ada informasi jumlah kelompok yang akan dipilih. Sedangkan metode tak berhierarki bertujuan untuk mengelompokkan n objek ke dalam k kelompok (k<n) dimana nilai k telah ditentukan sebelumnya. Pada dasarnya, terdapat dua teknik penggerombolan pada metode berhierarki, yaitu teknik penggabungan (agglomerative) dan teknik pembagian (divisive), sedangkan metode tak berhierarki antara lain dengan teknik penyekatan (partitioning) dan penggunaan grafik. Gerombol yang baik adalah gerombol yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1 Kesamaan di dalam kelas (Intraclass similarity) yang tinggi antar anggotanya dalam satu gerombol (within-cluster). 2 Kesamaan antar kelas (Interclass similarity) yang rendah antar satu gerombol dengan gerombol lainnya (between cluster). 2.4 Ukuran Jarak Menurut Andenberg (1973) ukuran jarak dibutuhkan untuk setiap pasang objek yang akan dikelompokkan. Beberapa metode pengukuran jarak antar dua objek, yaitu: 1 Jarak Euclidean Jarak ini merupakan jarak yang umum digunakan, dan dapat digunakan apabila semua peubahnya berskala kontinu. Jarak ini harus memenuhi asumsi bahwa peubah-peubah yang diamati tidak berkorelasi dan antar peubah memiliki satuan yang sama. Dalam metode ini, pengukuran jarak dilakukan dengan menghitung akar kuadrat dari penjumlahan kuadrat selisih dari nilai masingmasing peubah. Jarak Euclid dapat dirumuskan sebagai berikut:

26 10 dengan: : jarak antara objek i dengan objek k : nilai objek i pada peubah ke- k : nilai objek j pada peubah ke- k :banyaknya peubah yang diamati 2 Jarak Manhattan (City Block/Minkowski) Jarak ini merupakan bentuk umum dari jarak Euclidean. Jarak Manhattan digunakan jika peubah yang diamati berkorelasi atau tidak saling bebas. Dalam metode ini, pengukuran jarak dilakukan dengan menghitung jumlah absolut perbedaan untuk masing-masing peubah. Jarak Manhattan dapat dirumuskan sebagai berikut: dengan: : jarak antara objek i dengan objek k : nilai objek i pada peubah ke- k : nilai objek j pada peubah ke- k : banyaknya peubah yang diamati Jarak Chebysev Jarak Chebysev dilakukan dengan menghitung jumlah nilai maksimum absolut perbedaan untuk beberapa peubah. Jarak Chebysev dapat dirumuskan sebagai berikut: Max (2.3) dengan: : jarak antara objek i dengan objek k : nilai objek i pada peubah ke- k : nilai objek j pada peubah ke- k 4 Jarak Mahalonobis Jarak ini sangat berguna dalam menghilangkan atau mengurangi perbedaan skala pada masing-masing komponen. Jarak Mahalonobis dapat dirumuskan sebagai berikut:.4)

27 11 dengan: : jarak antara objek i dengan objek k : nilai objek i pada peubah ke- k : nilai objek j pada peubah ke- k S : matriks kovarian 5 Jarak Log-likelihood Jarak ini digunakan untuk peubah berskala kontinu dan kategorik. Jarak antara gerombol j dengan gerombol s dapat dirumuskan sebagai berikut:,, (2.5) dengan: 1 log 2 log 1 log 2 log 1 2 log log dengan: N : jumlah total observasi N j : jumlah observasi di dalam gerombol j N jkl : jumlah objek di gerombol j untuk peubah kategorik ke k dengan kategori ke l : ragam dugaan untuk peubah kontinu ke k untuk keseluruhan observasi : ragam dugaan untuk peubah kontinu ke k untuk keseluruhan observasi dalam gerombol j K A : jumlah total peubah kontinu K B : jumlah total peubah kategorik L k : jumlah kategori untuk peubah kategorik ke-k

28 k-means Clustering Metode k-means pertama kali diperkenalkan oleh MacQueen JB pada tahun Metode ini adalah salah satu metode non hierarchi yang umum digunakan. Metode ini termasuk dalam teknik penyekatan (partition) yang membagi atau memisahkan objek ke k daerah bagian yang terpisah. Pada k-means, setiap objek harus masuk dalam gerombol tertentu, tetapi dalam satu tahapan proses tertentu, objek yang sudah masuk dalam satu gerombol, pada satu tahapan berikutnya objek akan berpindah ke gerombol lain. Pada dasarnya penggunaan algoritma dalam melakukan proses clustering tergantung dari objek yang ada dan konklusi yang ingin dicapai. Ada beberapa metode penggerombolan yang umum digunakan, antara lain adalah: 1 Metode berhierarchi 2 Metode tak berhierarchi Untuk itu digunakan algoritma k-means yang di dalamnya memuat aturan sebagai berikut: 1 Jumlah cluster yang diinginkan. 2 Hanya memiliki atribut bertipe numerik. Metode k-means berawal dari penentuan jumlah gerombol yang ingin dibentuk, kemudian menentukan objek sebagai centroid awal yang biasanya dilakukan secara random, selanjutnya menghitung ukuran jarak dari masingmasing objek ke centroid. Setelah objek masuk pada centroid terdekat dan membentuk gerombol baru, centroid baru ditentukan kembali dengan menghitung rata-rata objek pada centroid yang sama. Jika masih ada perbedaan dengan centroid yang sudah dibentuk, maka dilakukan perhitungan kembali centroid baru. Hasil cluster dengan dengan metode k-means sangat bergantung pada nilai pusat gerombol awal yang diberikan. Pemberian nilai awal yang berbeda bisa menghasilkan gerombol yang berbeda. Ada beberapa cara memberi nilai awal misalnya dengan mengambil sampel awal dari objek, lalu mencari nilai pusatnya, memberi nilai awal secara random, menentukan nilai awalnya atau menggunakan hasil dari gerombol hierarki dengan jumlah gerombol yang sesuai (Santosa 2007).

29 13 Dalam k-means objek dikelompokkan secara tegas ke gerombol yang mempunyai centroid terdekat, suatu dapat di tentukan termasuk anggota dan bukan anggota dari suatu kelas dapat didefinisikan sebagai fungsi karakteristik yang dapat dirumuskan sebagai berikut: µ 0,1 ; 1 ; ; Tujuan dari algoritma k-means adalah meminimumkan jarak antara objek dengan centroid yang terdekat, yaitu dengan meminimumkan fungsi objektif J yang dirumuskan sebagai fungsi dari U dan V sebagai berikut:,, 2.8 dengan: U : matriks keanggotaan objek ke masing-masing gerombol V : matriks centroid / rata masing-masing gerombol : fungsi keanggotaan objek ke-k ke gerombol ke-i x k : objek ke-k v i : nilai centroid gerombol ke-i d : ukuran jarak Kelebihan metode k-means diantaranya adalah mampu mengelompokan objek besar dan pencilan objek dengan sangat cepat sehingga mempercepat proses pengelompokan. Adapun kekurangan yang dimiliki oleh k-means diantaranya: 1 Sangat sensitif pada pembangkitan titik pusat awal secara random. 2 Memungkinkan suatu gerombol tidak mempunyai anggota. 3 Hasil pengelompokan bersifat tidak unik (selalu berubah-ubah) terkadang bagus terkadang tidak. 4 Sangat sulit mencapai global optimum. Selain itu kekurangan k-means adalah: 1 Menentukan banyaknya jumlah gerombol sebelum kita mengetahui jumlah gerombol yang optimal. 2 Semua objek harus masuk kedalam satu cluster, dan sangat bergantung pada inisialisasi cluster centers.

30 Fuzzy k-means Clustering Metode fuzzy k-means pertama kali diperkenalkan oleh Jim Bezdek pada tahun Fuzzy k-means adalah suatu teknik pengelompokan objek yang mana keberadaan tiap-tiap objek dalam suatu cluster ditentukan oleh nilai keanggotaan. (Kusumadewi et al. 2006). Berbeda dengan k-means clustering, dimana suatu objek hanya akan menjadi anggota satu cluster, dalam fuzzy k-means setiap objek bisa menjadi anggota dari beberapa cluster, sesuai dengan namanya fuzzy yang berarti samar. Batas-batas dalam k-means adalah tegas (hard) sedangkan dalam fuzzy k-means adalah soft (Agusta 2007). Konsep dasar fuzzy k-means pertama kali adalah menentukan pusat cluster pada kondisi awal, pusat cluster ini masih belum akurat dan tiap objek memiliki derajat keanggotaan untuk tiap-tiap cluster dengan cara memperbaiki pusat cluster dan nilai keanggotaan tiap objek secara berulang maka akan dapat dilihat bahwa pusat cluster akan bergerak menuju lokasi yang tepat. Ketika gerombol-gerombol menjadi overlapping atau setiap objek memungkinkan termasuk ke beberapa gerombol, maka dapat diinterpretasikan sebagai fungsi keanggotaan yaitu 0,1. Maka fungsi objektif J yang dirumuskan sebagai fungsi dari U dan V sebagai berikut:,, 2.9 dengan: U : matriks keanggotaan objek ke masing-masing gerombol V : matriks centroid / rata-rata masing-masing gerombol m : pembobot eksponen μ ik : fungsi keanggotaan objek ke-k ke gerombol ke-i x k : objek ke-k v i : nilai centroid ke-i d : ukuran jarak Pada metode fuzzy k-means diperkenalkan suatu peubah m yang merupakan fungsi pembobot (weighting exponent) dari membership function. Peubah m ini disebut juga indeks fuzzy dan mempunyai nilai [1,4). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hong (2006) nilai m yang paling bagus untuk digunakan adalah 2.

31 15 Untuk menghitung centroid (titik pusat) gerombol V, untuk setiap gerombol digunakan rumus sebagai berikut: v N k = 1 ij = N ( μ ) k = 1 ik ik m ( μ ) dengan: m : pembobot eksponen : fungsi keanggotaan objek ke-k ke gerombol ke-i x kj : objek ke-k gerombol ke-j Sedangkan untuk menghitung fungsi keanggotaan objek ke-k ke gerombol ke-i digunakan rumus sebagai berikut: dengan: 1 c 1 j= 1 : fungsi keanggotaan objek ke-k ke gerombol ke-i x k : objek ke-k v i : nilai centroid cluster ke-i v j : rata-rata centroid cluster ke-j m : pembobot eksponen x m kj 2.7 Two Step Clustering Metode two step cluster adalah metode yang didesain untuk menangani jumlah objek yang besar, terutama pada masalah objek yang mempunyai peubah kontinu dan kategorik. Prosedur penggerombolan dengan metode two step cluster mempunyai dua tahapan yaitu tahap preclustering (penggerombolan awal) objek ke dalam subcluster-subcluster kecil dan tahap penggerombolan akhir. Langkah 1: Penggerombolan Awal (Preclustering) Menurut Anonimous (2001) tahap penggerombolan awal dilakukan dengan pendekatan sekuensial, yaitu objek diamati satu persatu berdasarkan ukuran jarak yang kemudian ditentukan apakah objek tersebut masuk dalam gerombol yang telah terbentuk atau harus membentuk gerombol baru. Pada langkah ini diimplementasikan dengan pembentukan cluster features (CF) Tree. Cluster

32 16 future itu sendiri adalah kesimpulan dari informasi yang di kumpulkan pada suatu cluster. Definisi Diberikan N titik objek d dimensii pada suatuu cluster dimana i = 1,2,,N. Vektor clustering feature dari cluster didefinisikann sebagai quadriple: CF=(N,M,V,K) dimana N adalah banyaknya objek pada cluster, M menyatakan rata-rata dari peubah kontinu dari N objek, V adalah variansi dari setiap peubah kontinu pada N objek, dan K adalah banyaknya taraf pada setiap peubah kategorik. CF Tree adalah keseimbangan tinggi pohon dengann dua parameter yaitu branching factor (B) dan threshold (T). Gambar 1 Contoh CF Tree CF Tree terdiri dari beberapa tingkatan cabang (nodes) dan masing-masing cabang berisikan individu objek (entries) dari gerombol awal. Tingkatan daun atau daun entri yang terdapat pada cabang merepresentasikan anak gerombol (subcluster-subcluster). Prosedur CF Tree dilakukan dengan memilih satu amatan awal secara acak yang akan diukur jaraknya satu persatu dengan amatan lainnya menggunakan ukuran jarak yang telah ditentukan. Jika besarnya jarak terletak pada daerah penerimaann (threshold distance), maka amatan akan menjadi anggota anak gerombol. Jika besarnya jarak terletak di luar wilayah daerah penerimaan, maka amatan tersebut akan masuk ke dalam gerombol yang telah dibentuk atau akan menjadi cikal bakal daun entri yang baru. Jika suatu cabang tidak memiliki tempat untuk menambah daun entri yang baru, maka cabang daun akan dipecah menjadi dua. Proses ini akan berlanjut sampai semua amatan terolah secara

33 17 lengkap. Jika CF Tree berkembang melewati batas ukuran maksimum yang telah ditetapkan, maka CF Tree akan dibangun ulang dengan cara meningkatkan kriteria batas penerimaan. Pemilihan kriteria batas penerimaan yang bagus dapat mengurangi banyaknya CF Tree yang dibangun ulang. Langkah 2: Penggerombolan akhir Pada langkah ini, hasil dari CF Tree digerombolkan dengan analisis gerombol hierarki dengan metode agglomerative, yaitu dimulai dengan n gerombol yang masing-masing beranggotakan satu objek, kemudian dua gerombol yang paling dekat digabung dan ditentukan kembali kedekatan antar gerombol yang baru. Untuk menghitung banyaknya gerombol dapat dilakukan dengan dua tahapan, yang pertama menghitung schwarz s bayesian criterion (BIC) atau akaike s information criterion (AIC) untuk tiap gerombol. Rumus BIC dan AIC untuk gerombol J adalah sebagai berikut: 2 log dimana log 2 log Solusi gerombol yang terbaik jika memiliki BIC terkecil, tetapi pada beberapa kasus terdapat nilai BIC semakin meningkat jika jumlah gerombol semakin meningkat. Jika terdapat kasus demikian maka diperlukan identifikasi solusi gerombol terbaik oleh rasio perubahan BIC dan rasio peubahan jarak. Tahap kedua digunakan kriteria perubahan rasio jarak untuk k buah gerombol, R(k), yang didefinisikan sebagai: R(k) = l v-1 / l v (2.14) d k = l v-1 -l v (2.15)

34 18 dimana: l v = (m v log n BIC v )/2 atau l v = (2m v log n AIC v )/2 v = k,k-1 dengan: R(k) : rasio perubahan jarak d k-1 : jarak jika k gerombol digabungkan dengan k-1 gerombol 2.8 Variansi Gerombol Pada dasarnya variansi pada penggerombolan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: variansi didalam gerombol (variance within cluster) dan variansi antar gerombol (variance between cluster). Beberapa definisi variasi, yaitu: 1. Variansi Total Jumlah total kuadrat selisih objek dengan rata-rata total seluruh objek, yaitu: dimana dengan: 1 x ij : objek ke-i pada gerombol ke j k : banyaknya gerombol : rata-rata total seluruh objek N : banyaknya objek 2 Variansi antar Kelompok Jumlah total kuadrat selisih rata-rata tiap objek terhadap rata-rata total, yaitu:

35 19 dengan: x ij : objek ke-i pada gerombol ke j n j : banyaknya objek pada gerombol j : rata-rata total seluruh objek 3. Variansi dalam Kelompok Jumlah total kuadrat selisih objek dengan rata-rata objek yang terkait, yaitu:. dengan: x ij : objek ke-i pada gerombol ke j n j : banyaknya objek pada gerombol j. rata-rata objek pada gerombol j Khusus untuk fuzzy, apabila terdapat objek x i dengan i = 1,2,, n, dengan derajat keanggotaan pada kelompok fuzzy B adalah, dan terdapat j kelompok fuzzy dengan j= 1,2,, k, maka dapat didefinisikan: dimana 1 1 Total variansi T, variansi antar fuzzy kelompok B, dan variansi dalam suatu fuzzy kelompok W dapat di definisikan sebagai berikut:

36 20 Seperti yang telah disebutkan di atas, hasil penggerombolan yang baik adalah jika anggota setiap gerombol memiliki tingkat kemiripan yang tinggi satu sama lain yang diukur dengan rata-rata jumlah kuadrat dalam gerombol (means squares of within cluster) dan memiliki tingkat kemiripan yang rendah dengan anggota dari gerombol lain yang diukur dengan rata-rata jumlah kuadrat antar gerombol (means squares of between cluster). Rata-rata jumlah kuadrat dalam gerombol (means squares of within cluster) didefinisikan sebagai berikut : dengan: 1. x ij : objek ke-i pada gerombol ke j. rata-rata dari objek pada gerombol j k : jumlah gerombol n : jumlah objek 2.16 Rata-rata jumlah kuadrat antar gerombol (means squares of between cluster) didefinisikan sebagai berikut: 1 1. dengan: x ij : objek ke-i pada gerombol ke j n j : banyaknya objek pada gerombol j. : rata-rata objek pada gerombol j : rata-rata total seluruh objek Gerombol yang ideal mempunyai rata-rata jumlah kuadrat dalam gerombol minimum yang merepresentasikan internal homogenity dan rata-rata jumlah kuadrat antar gerombol maksimum yang menyatakan external homogenity.

37 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan data Afifi dari paket SPSS. Data Afifi merupakan data yang dibuat oleh Afifi dan Azen (1972) pada Los Angeles Shock Unit. Data ini menggambarkan pengelompokkan pasien yang mengalami shock. Data ini memiliki 108 pasien dengan peubah-peubah sebagai berikut: Tabel 1 Daftar peubah-peubah data Afifi Peubah Kode Keterangan IdNum IDN Id Number Age X 1 Usia (tahun) Height X 2 Tinggi (cm) SBP1 SBP2 MAP1 MAP2 HRT1 HRT2 CI1 CI2 UR1 UR2 HGB1 HGB2 TIME1 TIME2 X 3 X 10 X 4 X 11 X 5 X 12 X 6 X 13 X 8 X 15 X 9 X 16 X 7 X 14 Systolic Blood Pressure (mm Hg) adalah tekanan darah ketika jantung memompa darah Mean Arterial Pressure (mm Hg) adalah tekanan arteri rata-rata Heart rate (beats per minute) adalah banyaknya jantung berdenyut Cardiac Index (1/min/min square) adalah indeks jantung Urinary Output adalah kandungan urine yang dikeluarkan Hemoglobin (gm) adalah banyaknya protein dalam sel darah merah Waktu (1=awal, 2 akhir) Data ini akan dievaluasi dengan algoritma k-means, fuzzy-kmeans, dan two step clustering, sebagaimana yang dinyatakan pada tujuan penelitian yang akan digunakan untuk mengevaluasi metode dengan mencoba berbagai jumlah penggerombolan.

38 Alur Rencana Penelitian Data Pengecekan kelengkapan Data Analisis Komponen Utama Standarisasi Visualisasi dua dimensi Pengelompokkan dengan berbagai metode k-means Fuzzy k -means Two Step Clustering k k k Perbandingan Hasil penggerombolan dengan berbagai k = 2,3,4 Distribusi jumlah gerombol Jumlah anggota identik Misclustering Variansi gerombol - Variance within cluster - Variance between cluster Pembahasan Kesimpulan Gambar 2 Alur rencana penelitian

39 Langkah-Langkah Penelitian Terkait dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka beberapa tahapan diperlukan untuk dapat menjawab tujuan tersebut, yaitu : 1 Menentukan jenis variabel dari data. 2 Menggerombolkan data dengan mencobakan berbagai nilai k. Dalam penelitian ini dicobakan k = 2,3, dan 4. 3 Memilih ukuran jarak pada data tersebut. 4 Menerapkan metode k-means pada data dengan langkah-langkah sebagai berikut: a Mentukan k sebagai jumlah gerombol yang ingin dibentuk. b Membangkitkan k titik pusat gerombol awal secara random. c Menghitung jarak setiap data ke masing-masing gerombol. d Memilih gerombol yang terdekat untuk setiap data. e Menentukan posisi gerombol baru dengan cara menghitung nilai rata-rata dari data yang terletak pada gerombol yang sama. f Kembali ke langkah c jika posisi gerombol baru dengan gerombol lama tidak sama. 5 Menerapkan metode fuzzy k- means pada data dengan langkah-langkah sebagai berikut: a Menentukan jumlah gerombol. b Mengalokasikan data sesuai dengan jumlah gerombol yang ditentukan. c Menghitung nilai titik pusat dari masing-masing gerombol. d Menghitung nilai fungsi keanggotaan masing-masing data ke masingmasing gerombol. e Kembali ke langkah c, apabila perubahan nilai fungsi keanggotaan masih di atas nilai wilayah penerimaan yang ditentukan, atau apabila perubahan pada nilai titik pusat gerombol masih di atas nilai wilayah penerimaan yang ditentukan, atau apabila perubahan pada nilai fungsi objektif masih di atas nilai wilayah penerimaan yang ditentukan.

40 24 6 Menerapkan metode two step clustering pada data dengan langkah-langkah sebagai berikut: a Penggerombolan awal (Preclustering). b Penggerombolan akhir. 7 Menghitung variansi gerombol pada masing-masing metode. 8 Membandingkan hasil penggerombolan yang terbentuk pada data dengan k- means, fuzzy k-means, dan two step clustering. 9 Menarik kesimpulan.

41 25 DAFTAR PUSTAKA Agusta Y, K-Means-Penerapan, Permasalahan dan Metode Terkait. Jurnal Sistem dan Informatika Vol 3. STIMIK. Bali. Anderberg MR Cluster Analysis for Application. Academic Press, New York. Anonimous The SPSS TwoStep Cluster Component. A scalable component to segment your costumers more effectifely. White paper-technical report, SPSS Inc Chicago. Anonimous TwoStep Cluster Analysis. Technical Report, SPSS Inc. Chicago. Bacher, J., K. Wenzig and M. Vogler SPSS TwoStep Cluster : A First Evaluation. Friedrich-Alexander-Universitat Erlangen-Nunberg. Dillon WR, & M. Goldstein Multivariate Analysis Method and Applications. John Wiley & Sons. Canada. Graham J Williams, Data Mining Algorithms Cluster Analysis. Adjunct Associate Professor, ANU. Hong SL, Experiment With K-Means, Fuzzy C-Means And Approaches To Choose K And C. University of Central Florida. Orlando. Johnson RA, DW Wichern Applied Multivariate Statistical Analysis 4 th ed. Prantice- Hall Int. Kusdiati Pengkajian Keakuratan TwoStep Cluster dalam menentukan Banyaknya Gerombol Populasi. Tesis. Departemen Statistika Institut Pertanian Bogor: IPB. Kusumadewi, dkk Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (FUZZY MADM). Yogyakarta. Graha Ilmu. Santosa B, Data Mining. Teknik Pemanfaatan Data Untuk Keperluan Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta. Serban G, & Grigoreta SM A Comparison of Clustering Teqniques In Aspect Mining. Studia Univ. Babes-Bolyai, Informatica, Volume L1. Teknomo, Kardi K-means Clutering Tutorial.http :\\people. revolude.com \kardi \tutorial\kmean\.[31 Januari 2009]

42 26

43 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Setelah melalui proses pengecekan kelengkapan data, terdapat data hilang pada objek pengamatan untuk beberapa peubah. Objek pengamatan yang memiliki data hilang tersebut tidak diikutsertakan dalam analisis. Untuk memberikan gambaran data dari masing-masing peubah maka digunakanlah Boxplot, yang disajikan pada gambar dibawah ini: Data Boxplot X1 Data Boxplot X2 Data Boxplot X3 Data Boxplot X4 Data Boxplot X5 Data Boxplot X6 Data Boxplot X7 Data Boxplot X8 Data 17,5 15,0 12,5 10,0 7,5 5,0 Boxplot X9 Data Boxplot X10 Data Boxplot X11 Data Boxplot X12 Data Boxplot X13 Data Boxplot of X14 Data Boxplot X15 Data 15,0 12,5 10,0 7,5 5,0 Boxplot X16 Keterangan: Gambar 3 Boxplot data Afifi X 1 : Age X 9 : Hemoglobin1 X 2 : Height X 10 : Systolic Blood Pressure2 X 3 : Systolic Blood Pressure1 X 11 : Mean Arterial Pressure 2 X 4 : Mean Arterial Pressure 1 X 12 : Heart Rate 2 X 5 : Heart Rate1 X 13 : Cardiac 2 X 6 : Cardiac1 X 14 : CTime 2 X 7 : CTime2 X 15 : Urine 2 X 8 : Urine 1 X 16 : Hemoglobin 2

44 26 Gambar 3 memperlihatkan bahwa sebaran data untuk masing-masing peubah tidak semuanya mempunyai pencilan. Gambar 3 juga memperlihatkan bahwa keragaman peubah X 15 lebih besar dari keragaman peubah lainnya, sedangkan peubah X 13 mempunyai keragaman yang paling kecil dibandingkan peubah lainnya. Tabel 2 Deskripsi data Afifi Peubah Rata-Rata Standar Deviasi Min Max Age Height Sbp1 Map1 Heart1 Cardiac1 Ctime1 Urine1 Hgb1 Sbp2 Map2 Heart2 Cardiac2 Ctime2 Urine2 Hgb Sedangkan untuk memberikan gambaran data yang sudah distandarisasi, dapat dilihat pada gambar berikut: Data X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 Gambar 4 Boxplot data Afifi standarisasi

45 27 Gambar 4 memperlihatkan bahwa data yang sudah distandarisasi ini mempunyai variansi yang semua peubahnya cenderung relatif lebih homogen. Karena dalam penggerombolan menggunakan konsep jarak Euclid, dimana konsep jarak ini mengharuskan tidak adanya korelasi antar peubah, maka terlebih dahulu dilakukan Analisis Komponen Utama (AKU), yang bertujuan untuk memperoleh peubah-peubah yang saling tidak berkorelasi. Hasil Analisis Komponen Utama disajikan pada tabel berikut: Tabel 3 Koefisien Komponen Utama 1 dan 2 Peubah Komponen Utama 1 Komponen Utama 2 X X X X X X X X X X X X X X X X Tabel 4 Akar ciri, proporsi keragaman, dan keragaman kumulatif KU Ke- Akar ciri Proporsi Keragaman (%) Keragaman Kumulatif (%)

46 28 Sebagai hasil pendekatan yang dilakukan oleh Analisis Komponen Utama pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa hanya terdapat 7 komponen utama yang memiliki akar ciri lebih dari 1, ini berarti bahwa ketujuh komponen utama tersebut memberikan kontribusi keragaman yang besar, dan komponen utama yang memiliki akar ciri kurang dari 1 dianggap memiliki kontribusi keragaman yang kurang. Dari tabel di atas, dapat dilihat juga bahwa akar ciri pertama yang memiliki nilai sebesar menjelaskan bahwa komponen utama ke-1 dapat menerangkan keragaman data sebesar 25.80%. Dengan cara yang sama untuk komponen utama selanjutnya sampai komponen ke 16 sebesar 2.87%. Komponen utama ke 1 dan ke 2 memberikan kontribusi keragaman sebesar 25.80% dan 16.73%. Sehingga jika digunakan kedua komponen tersebut, secara kumulatif akan didapatkan keragaman total yang mampu dijelaskan keduanya adalah sebesar 42.53%. Dan dari ketujuh komponen utama tersebut, secara kumulatif memiliki proporsi keragaman sebesar 79.63%, ini berarti bahwa sudah mewakili keragaman total dari seluruh data. Jika digambarkan nilai kedua skor komponen utama di atas, akan didapatkan gambaran sebagai berikut: Component ,0-2,5 0,0 Component 1 2,5 5,0 Gambar 5 Plot dua komponen utama pada data Afifi Gambar 5 memperlihatkan bahwa sebaran data Afifi ini tidak terlihat adanya penggerombolan yang jelas, karena terdapat penggerombolan yang saling tumpang tindih.

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN K-MEANS, FUZZY K- MEANS, DAN TWO STEP CLUSTERING. Lathifaturrahmah

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN K-MEANS, FUZZY K- MEANS, DAN TWO STEP CLUSTERING. Lathifaturrahmah JPM IAIN Antasari Vol. 02 No. 1 Juli Desember 2014, h. 39-62 PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN K-MEANS, FUZZY K- MEANS, DAN TWO STEP CLUSTERING Abstrak Analisis gerombol merupakan salah satu metode peubah

Lebih terperinci

Penggunaan Analisis Two Step Clustering untuk Data Campuran. Two Step Clustering Analysis for Combination Data

Penggunaan Analisis Two Step Clustering untuk Data Campuran. Two Step Clustering Analysis for Combination Data Penggunaan Analisis Two Step Clustering untuk Data Campuran Charles E. Mongi 1 1 PS Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado, charlesmongi@ymail.com Abstrak Penggerombolan adalah proses mengelompokkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA IAIN ANTASARI BANJARMASIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TWO STEP CLUSTER (Studi Kasus Angkatan 2012/2013)

KARAKTERISTIK MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA IAIN ANTASARI BANJARMASIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TWO STEP CLUSTER (Studi Kasus Angkatan 2012/2013) JPM IAIN Antasari Vol. 01 No. 1 Juli Desember 2013, h. 21-30 KARAKTERISTIK MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA IAIN ANTASARI BANJARMASIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TWO STEP CLUSTER Sessi Rewetty Rivilla (Ketua),

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut: . Menyiapkan gugus data pencilan dengan membangkitkan peubah acak normal ganda dengan parameter µ yang diekstrimkan dari data contoh dan dengan matriks ragam-peragam yang sama dengan data contoh. Proses

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU v PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Matematika SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB III K-MEANS CLUSTERING. Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode

BAB III K-MEANS CLUSTERING. Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode BAB III K-MEANS CLUSTERING 3.1 Analisis Klaster Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode interdependensi (saling ketergantungan). Oleh karena itu, dalam analisis klaster tidak ada

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster Analisis Cluster Analisis Cluster adalah suatu analisis statistik yang bertujuan memisahkan kasus/obyek ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai sifat berbeda antar kelompok yang satu dengan yang lain.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan

BAHAN DAN METODE. Bahan 15 BAHAN DAN METODE Bahan Model Populasi Hipotetik Pada penelitian ini akan digunakan pendekatan simulasi untuk mengevaluasi efektivitas algoritma TwoStep Cluster, sebagai mana dinyatakan pada tujuan penelitian.

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisis cluster merupakan salah satu alat yang penting dalam pengolahan data statistik untuk melakukan analisis data. Analisis cluster merupakan seperangkat metodologi

Lebih terperinci

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH PENENTUAN BESARNYA PREMI UNTUK SEBARAN RISIKO YANG BEREKOR GEMUK (FAT-TAILED RISK DISTRIBUTION) ADRINA LONY SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Nilai Akhir SMA/MA di Kabupaten Aceh Selatan Menggunakan Analisis Diskriminan

Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Nilai Akhir SMA/MA di Kabupaten Aceh Selatan Menggunakan Analisis Diskriminan Statistika, Vol. 15 No. 2, 87-97 November 215 Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Nilai Akhir SMA/MA di Kabupaten Aceh Selatan Menggunakan Analisis Diskriminan Fitriana A.R. 1, Nurhasanah 2, Ririn Raudhatul

Lebih terperinci

BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 i BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Uji Kebaikan Suai Khi-Kuadrat (Chi-Square Goodness of Fit Test) Uji kebaikan suai khi-kuadrat merupakan uji yang dilakukan untuk mengevaluasi apakah contoh yang terpilih mewakili populasi atau tidak.

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI PANGKAT PADA ALGORITMA FUZZY C- MEANS

PENENTUAN NILAI PANGKAT PADA ALGORITMA FUZZY C- MEANS PENENTUAN NILAI PANGKAT PADA ALGORITMA FUZZY C- MEANS WULAN ANGGRAENI wulangussetiyo@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Indraprasta PGRI Abstract. The purpose of this study was to

Lebih terperinci

PENGGEROMBOLAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERDASARKAN FASILITAS KESEHATAN DASAR MENGGUNAKAN METODE TWO STEP CLUSTER

PENGGEROMBOLAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERDASARKAN FASILITAS KESEHATAN DASAR MENGGUNAKAN METODE TWO STEP CLUSTER Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 121 129 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENGGEROMBOLAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERDASARKAN FASILITAS KESEHATAN DASAR MENGGUNAKAN METODE TWO

Lebih terperinci

DATA MINING DAN WAREHOUSE A N D R I

DATA MINING DAN WAREHOUSE A N D R I DATA MINING DAN WAREHOUSE A N D R I CLUSTERING Secara umum cluster didefinisikan sebagai sejumlah objek yang mirip yang dikelompokan secara bersama, Namun definisi dari cluster bisa beragam tergantung

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ASTRI ATTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G

PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G PREDIKSI STATUS KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA DENGAN ALGORITMA C5.0 DAN K-NEAREST NEIGHBOR IIN ERNAWATI G651044054 SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PENGGEROMBOLAN BERDASARKAN GAUSSIAN MIXTURE MODELS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA EXPECTATION MAXIMIZATION ULA SUSILAWATI

PENERAPAN METODE PENGGEROMBOLAN BERDASARKAN GAUSSIAN MIXTURE MODELS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA EXPECTATION MAXIMIZATION ULA SUSILAWATI PENERAPAN METODE PENGGEROMBOLAN BERDASARKAN GAUSSIAN MIXTURE MODELS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA EXPECTATION MAXIMIZATION ULA SUSILAWATI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

PENDUGAAN TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK SYAMSURI

PENDUGAAN TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK SYAMSURI PENDUGAAN TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK SYAMSURI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN DESA DI KABUPATEN JEMBER BERDASARKAN PEUBAH POTENSI DESA MENGGUNAKAN METODE TWO STEP CLUSTERING DENGAN JARAK LOG-LIKELIHOOD SKRIPSI

PENGELOMPOKAN DESA DI KABUPATEN JEMBER BERDASARKAN PEUBAH POTENSI DESA MENGGUNAKAN METODE TWO STEP CLUSTERING DENGAN JARAK LOG-LIKELIHOOD SKRIPSI i PENGELOMPOKAN DESA DI KABUPATEN JEMBER BERDASARKAN PEUBAH POTENSI DESA MENGGUNAKAN METODE TWO STEP CLUSTERING DENGAN JARAK LOG-LIKELIHOOD SKRIPSI Oleh Mike Ardilla Rahmawati NIM 071810101097 JURUSAN

Lebih terperinci

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

Tabel 6 Daftar peubah karakteristik

Tabel 6 Daftar peubah karakteristik 6 Tabel 6 Daftar peubah karakteristik Kode. Keterangan X1 Hasil gabah (kg/ha) X2 Umur saat akar tembus lilin (HST) X3 Jumlah akar tembus X4 Panjang akar tembus (cm) X5 Berat akar (gr) X6 Laju asimilasi

Lebih terperinci

NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF

NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF NILAI WAJAR ASURANSI ENDOWMEN MURNI DENGAN PARTISIPASI UNTUK TIGA SKEMA PEMBERIAN BONUS YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANA MARNIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Algoritma Fuzzy C-Means dan K-Means

Analisis Perbandingan Algoritma Fuzzy C-Means dan K-Means Analisis Perbandingan Algoritma Fuzzy C-Means dan K-Means Yohannes Teknik Informatika STMIK GI MDD Palembang, Indonesia Abstrak Klasterisasi merupakan teknik pengelompokkan data berdasarkan kemiripan data.

Lebih terperinci

METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR

METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

METODE CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS. Oleh : Nengah Widya Utami

METODE CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS. Oleh : Nengah Widya Utami METODE CLUSTERING DENGAN ALGORITMA K-MEANS Oleh : Nengah Widya Utami 1629101002 PROGRAM STUDI S2 ILMU KOMPUTER PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2017 1. Definisi Clustering

Lebih terperinci

CLUSTERING MENGGUNAKAN K-MEANS ALGORITHM (K-MEANS ALGORITHM CLUSTERING)

CLUSTERING MENGGUNAKAN K-MEANS ALGORITHM (K-MEANS ALGORITHM CLUSTERING) CLUSTERING MENGGUNAKAN K-MEANS ALGORITHM (K-MEANS ALGORITHM CLUSTERING) Nur Wakhidah Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang Abstract Classification is the process of organizing

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Kemiskinan Definisi tentang kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator, maupun permasalahan lain yang melingkupinya Kemiskinan

Lebih terperinci

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING

MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Semakin besar persentase CCR yang dihasilkan, maka tingkat akurasi yang dihasilkan semakin tinggi (Hair et. al., 1995).

Semakin besar persentase CCR yang dihasilkan, maka tingkat akurasi yang dihasilkan semakin tinggi (Hair et. al., 1995). 3 fungsi diskriminan cukup untuk memisahkan k buah kelompok. Karena fungsi-fungsi diskriminan tidak saling berkorelasi, maka komponen aditif dari V masing-masing didekati dengan khi-kuadrat dengan V j

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan

SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan 45 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Metode TwoStep Cluster menghasilkan gerombol yang sama dengan populasi sebenarnya apabila semua peubah kriteria penggerombolan bersifat kontinu; kecuali pada situasi data

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 PERBANDINGAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (KNN) dan METODE NEAREST CLUSTER CLASSIFIER (NCC) DALAM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS BATIK TULIS Nesi Syafitri 1 ABSTRACT Various problem that are related to classification

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya. 2.1 Matriks Sebuah matriks, biasanya dinotasikan dengan huruf kapital tebal seperti A,

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

Sri Indra Maiyanti, Endro Setyo Cahyono, Weni Winata. Universitas Sriwijaya

Sri Indra Maiyanti, Endro Setyo Cahyono, Weni Winata. Universitas Sriwijaya APLIKASI METODE TWO STEP CLUSTER UNTUK PENGELOMPOKKAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA (STUDI KASUS : MAHASISWA ANGKATAN 2010) Sri Indra Maiyanti, Endro Setyo

Lebih terperinci

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

Kata kunci: Cluster, Knowledge Discovery in Database, Algoritma K-Means,

Kata kunci: Cluster, Knowledge Discovery in Database, Algoritma K-Means, K- Pembentukan cluster dalam Knowledge Discovery in Database dengan Algoritma K-Means Oleh: Sri Andayani Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY,email: andayani@uny.ac.id Abstrak Pembentukan cluster merupakan

Lebih terperinci

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan membentuk kombinasi linear

Lebih terperinci

MODEL CPA (COHORT PARITY ANALYSIS) DAN APLIKASINYA PADA DATA PENDUDUK INDONESIA INTAN BAIDURI

MODEL CPA (COHORT PARITY ANALYSIS) DAN APLIKASINYA PADA DATA PENDUDUK INDONESIA INTAN BAIDURI MODEL CPA (COHORT PARITY ANALYSIS) DAN APLIKASINYA PADA DATA PENDUDUK INDONESIA INTAN BAIDURI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement

Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement Fitri Hidayah Sundawati 1), Jadi Suprijadi 2), Titi Purwandari 3) 1) Mahasiswa Statistika Terapan, UniversitasPadjadjaran-Indonesia 2) Pengajar

Lebih terperinci

(M.6) FUZZY C-MEANS CLUSTERING DENGAN ANALISIS ROBUST

(M.6) FUZZY C-MEANS CLUSTERING DENGAN ANALISIS ROBUST (M.6) FUZZY C-MEANS CLUSTERING DENGAN ANALISIS ROBUST 1Nor Indah FitriyaNingrum, 2 Suwanda, 3 Anna Chadidjah 1Mahasiswa JurusanStatistika FMIPA UniversitasPadjadjaran 2Jurusan Statistika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN 4 karena adanya perbedaan satuan pengukuran antar peubah. 1.. Memastikan tidak adanya pencilan pada data dengan mengidentifikasi adanya pencilan pada data. Pengidentifikasian pencilan dilakukan dengan

Lebih terperinci

KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN

KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 17-22 ISSN: 2303-1751 KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN I MADE ANOM ARIAWAN 1, I PUTU EKA NILA KENCANA 2, NI LUH PUTU

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama atau kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI NIM

SKRIPSI. Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI NIM PEMILIHAN CLUSTER OPTIMUM PADA FUZZY C-MEANS (Studi kasus: Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah berdasarkan Indikator Indeks Pembangunan Manusia) SKRIPSI Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Saintia Matematika Vol. 2, No. 1 (2014), pp. 1 11. IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Aswin Bahar, Gim Tarigan, Pengarapen Bangun Abstrak. Pernikahan dini merupakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS FAKTOR KLASIK DAN KELOMPOK BAHAN MAKANAN DI JAWA TENGAH

PERBANDINGAN ANALISIS FAKTOR KLASIK DAN KELOMPOK BAHAN MAKANAN DI JAWA TENGAH PERBANDINGAN ANALISIS FAKTOR KLASIK DAN ANALISIS FAKTOR ROBUST UNTUK DATA INFLASI KELOMPOK BAHAN MAKANAN DI JAWA TENGAH SKRIPSI Oleh: ERNA PUSPITASARI NIM :24010210130059 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

METODE KLASIFIKASI BERSTRUKTUR POHON DENGAN ALGORITMA QUEST DAN ALGORITMA CART (Aplikasi pada Data Pasien Penyakit Jantung) SKRIPSI

METODE KLASIFIKASI BERSTRUKTUR POHON DENGAN ALGORITMA QUEST DAN ALGORITMA CART (Aplikasi pada Data Pasien Penyakit Jantung) SKRIPSI METODE KLASIFIKASI BERSTRUKTUR POHON DENGAN ALGORITMA QUEST DAN ALGORITMA CART (Aplikasi pada Data Pasien Penyakit Jantung) SKRIPSI NUR SAUNAH RANGKUTI 130803016 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Oleh TRI SEPTIYANI M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

Oleh TRI SEPTIYANI M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PASIEN PENDERITA STROKE DI RSUD DR. MOEWARDI MENGGUNAKAN POHON KLASIFIKASI BINER DENGAN ALGORITMA QUEST (QUICK, UNBIASED EFFICIENT STATISTICAL TREE) Oleh TRI SEPTIYANI

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks BAB II KAJIAN TEORI Pada bab II akan dibahas tentang materi-materi dasar yang digunakan untuk mendukung pembahasan pada bab selanjutnya, yaitu matriks, kombinasi linier, varian dan simpangan baku, standarisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mobilitas adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dalam gaya hidup masyarakat sekarang ini. Serangkaian aktifitas menuntut seseorang untuk berada di suatu tempat bahkan

Lebih terperinci

PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI

PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI Disusun Oleh: NANDANG FAHMI JALALUDIN MALIK NIM. J2E 009

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

: Analisis Diskriminan pada Klasifikasi Desa di Kabupaten. Tabanan Menggunakan Metode K-Fold Cross Validation. 2. I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si, M.

: Analisis Diskriminan pada Klasifikasi Desa di Kabupaten. Tabanan Menggunakan Metode K-Fold Cross Validation. 2. I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si, M. Judul : Analisis Diskriminan pada Klasifikasi Desa di Kabupaten Tabanan Menggunakan Metode K-Fold Cross Validation Nama : Ida Ayu Made Supartini Pembimbing : 1. Ir. I Komang Gde Sukarsa, M.Si 2. I Gusti

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS GEROMBOL BERBASIS MODEL PADA DATA YANG MENYEBAR NORMAL GANDA INDAH RATIH ANGGRIYANI

KAJIAN ANALISIS GEROMBOL BERBASIS MODEL PADA DATA YANG MENYEBAR NORMAL GANDA INDAH RATIH ANGGRIYANI KAJIAN ANALISIS GEROMBOL BERBASIS MODEL PADA DATA YANG MENYEBAR NORMAL GANDA INDAH RATIH ANGGRIYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER Artanti Indrasetianingsih Dosen Program Studi Statistika, FMIPA

Lebih terperinci

Resume Regresi Linear dan Korelasi

Resume Regresi Linear dan Korelasi Rendy Dwi Ardiansyah Putra 7410040018 / 2 D4 IT A Statistika Resume Regresi Linear dan Korelasi 1. Regresi Linear Regresi linear merupakan suatu metode analisis statistik yang mempelajari pola hubungan

Lebih terperinci

PENGGEROMBOLAN SMA/MA DI KOTA PADANG BERDASARKAN INDIKATOR MUTU PENDIDIKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTER ENSEMBLE

PENGGEROMBOLAN SMA/MA DI KOTA PADANG BERDASARKAN INDIKATOR MUTU PENDIDIKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTER ENSEMBLE Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 13 23 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENGGEROMBOLAN SMA/MA DI KOTA PADANG BERDASARKAN INDIKATOR MUTU PENDIDIKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTER

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol 3 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menggerombolkan n buah obyek. Obyek-obyek tersebut mempunyai p buah peubah. Penggerombolannya

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS PADA SISWA BARU SEKOLAHMENENGAH KEJURUAN UNTUK CLUSTERING JURUSAN

PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS PADA SISWA BARU SEKOLAHMENENGAH KEJURUAN UNTUK CLUSTERING JURUSAN PENERAPAN ALGORITMA K-MEANS PADA SISWA BARU SEKOLAHMENENGAH KEJURUAN UNTUK CLUSTERING JURUSAN Fauziah Nur1, Prof. M. Zarlis2, Dr. Benny Benyamin Nasution3 Program Studi Magister Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI ANTARA METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT

PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI ANTARA METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI ANTARA METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT PADA ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI PRODUKSI JAGUNG DI JAWA TENGAH oleh KARINA PUTRIANI M0110047

Lebih terperinci

SOLUSI PERSAMAAN BOLTZMANN DENGAN NILAI AWAL BOBYLEV MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK YOANITA HISTORIANI

SOLUSI PERSAMAAN BOLTZMANN DENGAN NILAI AWAL BOBYLEV MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK YOANITA HISTORIANI SOLUSI PERSAMAAN BOLTZMANN DENGAN NILAI AWAL BOBYLEV MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK YOANITA HISTORIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci