ISOLASI DAN IDENTIFIKASI AGEN PENYEBAB PENYAKIT INFECTIOUS LARYNGOTRACHEITIS (ILT) PADA AYAM PETELUR DI KABUPATEN BOGOR, BEKASI DAN TANGERANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISOLASI DAN IDENTIFIKASI AGEN PENYEBAB PENYAKIT INFECTIOUS LARYNGOTRACHEITIS (ILT) PADA AYAM PETELUR DI KABUPATEN BOGOR, BEKASI DAN TANGERANG"

Transkripsi

1 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI AGEN PENYEBAB PENYAKIT INFECTIOUS LARYNGOTRACHEITIS (ILT) PADA AYAM PETELUR DI KABUPATEN BOGOR, BEKASI DAN TANGERANG MUHARAM SAEPULLOH, HELMY HAMID dan DARMINTO Balai Penelitian Veteriner PO Box 151, Bogor ABSTRACT Isolation and Identification Viral Agent of Infectious Laryngotracheitis (ILT) in Layer Chickens in District of Bogor, Bekasi and Tangerang Infectious laryngotracheitis (ILT) is an acute, highly contagious respiratory disease of poultry characterised by respiratory disorder such as coughing with blood exudate from the trachea. The disease is caused by Herpesvirus of the family Herpesviridae and subfamily of Alphaherpesvirus. ILT is world-wide distribution and has been reported to be present in Indonesia since ILT only can be prevented by vaccination program, however all of ILT vaccines that are distributed in Indonesia coming from import. Thus, it is necessary to develop ILTV vaccine from local isolate. The objective of this study was to isolate and identify of ILT field cases in West Java areas. The samples used for the isolation of ILTV were collected from commercial layer chicken farms located at Bogor, Bekasi and Tangerang district. Twenty percents of tracheal suspensions were processed and inoculated into Specific Pathogenic Free (SPF) of embryonated eggs of chorio-allantoic membrane (CAM) inoculation. Five out of 11 samples collected in Bekasi and 9 out of 19 samples collected in Bogor were positive using isolation. While, 19 samples collected in Tangerang were negative. Furthermore, serological confirmation using Agar Gel Immunodiffusion (AGID) test showed that all of positve isolates produced sharp precipitation lines reacting to the reference anti- ILTV. It is concluded that cause of the disease in the commercial layer chicken farms at Bogor and Bekasi district due to the ILTV. Hence, the local ILTV isolates can be developed as candidate for ILTV vaccine production in the future. Key words: Infectious Laryngotracheitis, ILT, CAM, AGID, SPF, layer chicken PENDAHULUAN Penyakit Infectious Laryngotracheitis (ILT) adalah penyakit saluran pernafasan yang sangat menular pada unggas terutama ayam (HANSON dan BAGUST, 1991). Penyakit ini bersifat akut dan sangat menular dengan gejala klinis berupa gangguan pernafasan berat dan kadang-kadang disertai muntah darah (GUY et al., 1990; BAGUST dan GUY, 1997). Sementara itu, perubahan patologik yang spesifik terutama pada trakhea berupa perubahan lapisan submukosa yang diinfiltrasi oleh sel radang pada bentuk akut, terdapat kemerahan sel - sel epitel yang mengalami ulserasi dan sebagian sel - sel ini akan membentuk syncitia dan pada daerah ini akan mudah ditemukan eosinophilic inclusion bodies yang hanya dapat dideteksi pada hari ke-5 sampai ke-7 setelah infeksi (GARSIDE, 1965; GUY et al.,1990). ILT juga dapat menyebabkan penurunan bobot hidup dan penurunan produksi telur, sehingga ILT sangat merugikan baik pada ayam petelur, pedaging maupun pembibitan (HUGHEST et al., 1987; BAGUST, 1986). Kasus ILT di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh PARTADIREDJA et al. (1982) yang terjadi pada ayam ras petelur berumur 20 minggu pada sebuah peternakan ayam di Wilayah Bogor dengan angka kematian mencapai 3%. Sementara itu, kasus ILT pada ayam buras di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pernah juga dilaporkan oleh GILCHRIST (1992). Selanjutnya, berdasarkan hasil studi serologik di Jawa Barat telah pula diperoleh sebaran reaktor antibodi terhadap virus ILT pada ayam buras mencapai 73-92,5% (MANGUNWIRYO et al., 1995; WIYONO et al., 1996). Dari temuan tersebut, menunjukkan bahwa ILT sudah tersebar baik pada ayam ras maupun ayam buras di Jawa Barat. Tujuan kegiatan penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi agen penyebab penyakit ILT yang selanjutnya isolat tersebut akan digunakan sebagai bahan untuk pembuatan vaksin ILT isolat lokal. Penelitian lapang MATERI DAN DAN METODE Dalam kegiatan ini dilakukan kunjungan ke berbagai peternakan ayam di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat untuk mengambil specimen berupa ayam sakit yang diduga terinfeksi oleh virus ILT atau organorgannya guna keperluan isolasi virus. 424 Puslitbang Peternakan, Bogor September 2003

2 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Penelitian laboratorium Virus standar Virus yang digunakan sebagai standar adalah virus yang berasal dari vaksin ILT komersial (Laryngo-vac, Salsbury Lab. Inc. Charles City, Iowa) yang ditumbuhkan pada biakan jaringan monolayer hati embrio ayam (CELi) SPF umur hari. Kemudian diinkubasikan pada suhu 37 0 C selama 48 hingga 72 jam atau hingga timbul cytophatic effect (CPE) 90%. Antigen Cairan biakan sel yang diinfeksi virus ILT di atas kemudian dibeku-cairkan tiga kali. Supernatan dipanen kemudian disentrifugasi 5000 x g selama 30 menit untuk menghilangkan sel yang tidak diharapkan. Virus yang ada pada supernatan dipekatkan dengan cara disentrifugasi menggunakan ultrasentrifuse (Swing rotor 70 Ti, Beckmen) suhu 4 0 C dengan kecepatan x g selama 60 menit. Pellet diresuspensikan 1/50 bagian isi cairan biakan sel awal dengan menambahkan larutan Tris buffered ph 7,4 (0,01 M Tris -HCl; 0,1 M NaCl; 0,001 M EDTA). Sementara itu, kontrol negatif antigen berasal dari biakan jaringan CELi yang tidak diinfeksi virus ILT yang diperlakukan sama seperti pembuatan antigen. Antigen virus ILT dan kontrol negatif disimpan pada suhu C hingga akan digunakan untuk AGID. Antisera dan negatif sera Pembuatan antisera terhadap ILT dilakukan pada kelinci berdasarkan metoda yang disarankan oleh FAHEY et al. (1983). Antisera tersebut lebih lanjut akan digunakan untuk identifikasi isolat dengan mengunakan uji AGID. Virus ILT yang telah ditumbuhkan pada biakan jaringan CELi dengan titer virus tidak kurang dari 10 5 TCID 50 /ml. Kemudian virus tersebut dipekatkan seperti pada pembuatan antigen di atas. Pellet diresuspensikan 1/50 bagian isi dari biakan sel awal dengan larutan Tris buffered ph 7,4. Kemudian virus tersebut dicampur dengan Freund s Completed Adjuvant (FCA) dengan perbandingan 1:1. Campuran virus-adjuvant diimunisasikan pada 2 ekor kelinci dengan berat masing-masing 3 kg melalui intra muskular 2 ml/ekor. Setelah 2 minggu kemudian, kedua kelinci tersebut diimunisasi kembali (booster) dengan virus ILT di atas tanpa pencampuran oil adjuvant melalui intra vena, 2 ml/ekor. Setelah 12 hari dari immunisasi ke-2, darah kelinci diambil dan serum kelinci dipisahan dari darah yang kemudian digunakan sebagai antisera standar untuk uji AGID. Sementara itu, antisera negatif diperoleh dengan cara mengambil darah kelinci sebelum dilakukan immunisasi. Isolasi Metoda untuk isolasi agen virus ILT dilakukan sesuai dengan yang dikerjakan oleh TRIPATHY dan HANSON, (1980). Organ berupa trakhea dari ayam asal kasus di lapang dipotong kecil-kecil, kemudian digerus dan dibuat suspensi 20% dengan larutan Hank s (GIBCO). Kedalam suspensi ini ditambahkan larutan tripsin 0,25% (GIBCO) sama banyak, didiamkan pada suhu kamar selama 30 menit. Serum anak sapi ditambahkan pada suspensi tersebut dengan volume yang sama. Disentrifugasi pada 700 x g selama 15 menit. Supernatan dipisahkan dari endapan kemudian ditambah penisilin (Meiji) IU/ml dan streptomisin (Meiji) µg/ml dan digunakan sebagai inokulum. Kemudian inokulum diinokulasikan sebanyak 0,1 0,2 ml pada selaput khorio allantoik (CAM) telur ayam yang bebas dari kuman patogen tertentu (Specific Pathogenic Free, SPF) sebanyak 5 butir per isolat umur hari. Telur dieramkan dalam inkubator bersuhu 37 0 C. Pada hari ke-4 pasca inokulasi, telur dibuka dan selaput khorio allantoik yang terinfeksi virus ILT (ditandai dengan adanya foci) dipisahkkan dan dicuci dengan larutan Hank s (GIBCO) steril sebanyak 3 kali. Kemudian dibuat suspensi 20% untuk dilakukan identifikasi. Sebagai kontrol positif digunakan vaksin ILT yang diperoleh secara komersial (Laryngo-vac, Salsbury Lab. Inc. Charles City, Iowa) yang mendapat perlakuan sama seperti untuk isolat. Identifikasi Untuk identifikasi isolat digunakan uji agar gel immunodiffusion (AGID) sesuai dengan metoda yang digunakan oleh TRIPATHY dan HANSON, (1980), yaitu 1,5% agar Noble yang dilengkapi dengan 8% NaCl dan 1% natrium azide dalam aquadest yang kemudian diautoclave selama 15 menit. Lima ml larutan agar tersebut kemudian dimasukkan ke dalam 5 cm cawan petri plastik. Setelah agar membeku, dibuat lubang dengan menggunakan punched yang terdiri dari satu lubang ditengah dan enam lubang di sekelilingnya. Antisera terhadap ILT diteteskan 50 µl pada lubang di tengah, sedangkan isolat ILT diteteskan pada lubang no 1-5, dan lubang no. 6 diisi dengan antigen virus ILT. Cawan petri diinkubasikan pada suhu 37 0 C dalam keadaan lembab. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat illuminator viewer. Jika terbentuk garis presipitasi (identity reaction) antara antisera dengan isolat setelah jam, maka isolat tersebut dinyatakan positif mengandung virus ILT. Puslitbang Peternakan, Bogor September

3 HASIL Hasil kunjungan lapang tersebut diperoleh sampel organ yang berasal dari ayam yang diduga terserang ILT sebanyak 95 sampel berupa organ trakhea. Pada kunjungan pertama tanggal Juli 2000 ke Kabupaten Tangerang diperoleh sampel sebanyak 49 sampel dari 9 peternak; kunjungan kedua pada tanggal September 2000 ke Kabupaten Bekasi diperoleh 11 sampel ayam sakit yang diduga terserang ILT dari 3 peternak; sedangkan pada kunjungan ketiga pada tanggal 22 September 2000 ke Kabupaten Bogor diperoleh 35 sampel ayam sakit dari 6 peternak.. Gejala klinis pada ayam yang sering dijumpai di lapang selama penelitian ini, yaitu berupa kesulitan bernafas dan batuk atau bersin (Gambar 1). Berdasarkan laporan peternak, gejala klinis seperti ngorok, seringkali terdengar pada saat malam hari. Sementara itu, gejala klinis berupa pembengkakan pada mata kerapkali dijumpai di sebagian peternak yang dikunjungi. Pembengkakan pada mata, sepintas lalu sulit untuk dibedakan dengan gejala klinis penyakit Coryza. Setelah dilakukan bedah bangkai, ternyata beberapa sampel yang dikoleksi pada bagian organ trakhea mengalami perdarahan ringan (Gambar 2), walaupun ayam tersebut tidak sampai mengalami batuk berdarah. Isolasi Dari ke 95 sampel yang berupa organ trakhea tersebut kemudian dilakukan pengisolasian sebanyak 49 sampel. Sementara itu, sisanya sebanyak 46 sampel masing-masing diproses dan dijadikan 20% suspensi trakhea yang kemudian disimpan pada minus 80 0 C. Terhadap isolat tersebut, selanjutnya akan dilakukan pengisolasian apabila tersedia telur SPF tertunas umur 14 hari. Dari ke-49 sampel yang diisolasi, diperoleh hanya 14 sampel yang menunjukkan lesi berupa plak (poci) yang khas ILT pada CAM. Keempat belas isolat tersebut berasal dari 1 isolat dari peternak BKS-1 (Bekasi) selanjutnya disebut sebagai isolat BKS-1; empat isolat dari peternak BKS-3 (Bekasi) selanjutnya disebut sebagai isolat BKS-3A, isolat BKS-3B, isolat BKS-3C dan isolat BKS-3D; satu isolat dari peternak BGR-1 (Bogor) selanjutnya disebut isolat BGR-1; satu isolat dari peternak BGR-2 (Bogor) selanjutnya disebut sebagai isolat BGR-2; satu isolat dari peternak BGR-3 (Bogor) selanjutnya disebut sebagai isolat BGR-3; dan enam isolat dari peternak BGR-6 (Bogor) selanjutnya disebut sebagai isolat BGR-6A, BGR-6B, BGR-6C, BGR-6D, BGR-6E dan BGR-6F. Selain dilakukan pengamatan terhadap poci khas ILT, juga dilakukan pengujian Haemaglutinasi (HA) cepat untuk memastikan bahwa isolat tersebut tidak terkontaminasi oleh virus ND asal lapang. Dari ke-14 isolat tersebut menunjukkan bahwa tidak satupun isolat yang memperlihatkan aglutinasi dengan sel darah merah (SDM) ayam. Hasil isolasi pada CAM dan identifikasi isolat sp ILT disajikan pada Tabel 1. Identifikasi Dari ke-14 isolat yang menunjukkan poci khas ILT pada CAM, kemudian dilakukan identifikasi dengan menggunakan serum standar ILT pada AGID, ternyata semua isolat menunjukkan presipitasi berupa garis putih yang specifik (identity reaction). Hasil identifikasi positif dengan serum standar ILT pada AGID terhadap isolat tersebut menunjukkan bahwa isolat tersebut positif mengandung virus penyebab ILT (Tabel 1 dan Gambar 2). Gambar 1. Gejala klinis penyakit ILT pada ayam petelur yang sering dijumpai di lapang berupa kesulitan bernafas disertai dengan batuk 426 Puslitbang Peternakan, Bogor September 2003

4 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Tabel 1. Hasil isolasi pada CAM dan identifikasi terhadap sampel trakhea ayam yang diperoleh dari kunjungan di Kabupaten Tangerang, Bekasi dan Bogor Lokasi/ kode peternak Jumlah sampel Sudah diisolasi Belum Hasil isolasi pada CAM diisolasi Positif Negatif Positif Identifi-kasi (AGID) Tangerang TNG-1** TNG-2** TNG-3** TNG-4** TNG-5** TNG-6** TNG-7** TNG-8** TNG-9** Bekasi: BKS-1** BKS-2** BKS-3* Bogor: BGR-1* BGR-2** BGR-3** BGR-4** TD TD TD BGR-5** TD TD TD BGR-6** Total TD= tidak dikerjakan, ** = Tidak divaksinasi dengan ILT, * = divaksinasi dengan ILT. Gambar 2. Salah satu sampel yang dikoleksi dari daerah Kabupaten Bogor menunjukkan gejala klinis yang khas penyakit ILT Antisera terhadap virus ILT Dari 2 ekor kelinci masing-masing dengan bobot hidup 3 kg setelah dilakukan immunisasi pertama dengan virus ILT asal vaksin (titer 10 5 TCD 50 /ml) yang dicampur dengan Freund s Complete Adjuvant (FCA) 1:1 melalui intramuskular, 2 minggu kemudian darah diambil dan serum dipisahkan dari darah. Kemudian serum tersebut diuji dengan menggunakan antigen yang berasal dari isolat ILT dengan uji AGID, ternyata masih belum menunjukkan presipitasi pada AGID. Kemudian setelah dilakukan immunisasi ke-2 (booster) dengan menggunakan virus ILT tanpa pencampuran dengan oil adjuvant, dan setelah 12 hari paska immunisasi ke-2 darah diambil, serum dipisahkan dari darah dan dilakukan uji dengan AGID, ternyata antisera tersebut menunjukkan presipitasi berupa garis putih (line) hingga pengenceran 1:8. Antisera terhadap ILT tersebut selanjutnya dijadikan sebagai antisera standar ILT untuk uji AGID. Antisera tersebut dapat digunakan untuk identifikasi virus ILT dan hanya dengan pengenceran 1 : 4 sudah dapat diperoleh hasil yang optimal berupa presipitasi yang bersih dan jelas. Puslitbang Peternakan, Bogor September

5 PEMBAHASAN Dengan diperolehnya keemp at belas isolat ILT pada ayam layer yang berasal dari peternak di Kabupaten Bekasi dan Bogor menunjukkan bahwa kasus penyakit ILT di kedua daerah tersebut sebenarnya sering kali terjadi. Namun dikarenakan kurangnya informasi baik dari petugas lapangan maupun dari peternak itu sendiri, menyebebkan kurang diketahui adanya kasus penyakit ILT yang terjadi di peternak. Selain membuktikan bahwa kasus ILT di kedua daerah tersebut masih sering terjadi, juga perolehan isolat ini memperkuat hasil laporan penelitian terdahulu tentang kasus ILT di daerah Bogor (PARTADIREDJA det al, 1982). Studi serologik menunjukkan bahwa antibodi terhadap virus ILT telah tersebar pada ayam ras di daerah Jawa Barat (MANGUNWIRYO et al., 1995; WIYONO et al., 1996). Gambar 3. Selaput khorio allantoik (CAM) yang terinfeksi oleh virus ILT isolat lapang memperlihatkan lesi berbentuk plak (poci) berwarna kekuningan disekitar CAM. A) kontrol negatif B) isolat BKS-1, C) isolat BGR-2, D) isolat BGR-3 dan E) isolat BGR Puslitbang Peternakan, Bogor September 2003

6 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Dari keempat belas isolat yang diperoleh, 5 isolat berasal dari ayam ras petelur yang telah divaksin ILT yaitu isolat dari peternak BKS-3 yang berasal dari ayam petelur umur 30 minggu dan telah divaksinasi ILT pada umur 11 minggu dan 1 isolat dari peternak BGR-1 yang berasal dari ayam petelur umur 11 minggu dan telah divaksinasi ILT pada umur 6 minggu. Sedangkan 9 isolat lainnya berasal dari ayam ras petelur yang belum divaksinasi ILT, yaitu: 1 isolat dari peternak BKS-1 berasal dari ayam ras petelur umur 8 minggu, 1 isolat dari peternak BGR-2 berasal dari ayam ras petelur umur 7 minggu, 1 isolat dari peternak BGR-3 berasal dari ayam ras petelur umur 4 minggu dan 6 isolat dari peternak BGR-6 berasal dari ayam ras petelur umur 6 minggu. Untuk kasus ILT yang berasal dari ayam petelur yang telah divaksinasi, kemungkinan saja kasus ILT terjadi disebabkan oleh pemakaian vaksin. Hasil tersebut memperkuat hasil penelitian yang dilaporkan oleh HUGHEST et al., (1987) dan GUY et al., (1991) bahwa penyebaran penyakit ILT dapat berasal dari ayam yang telah divaksinasi atau dari ayam yang telah sembuh. Dalam keadaan stress seperti pemindahan kandang dan saat bertelur, maka virus ILT yang bersifat laten akan keluar dan menyebarkan virus dalam waktu yang sangat lama. Selain pemakaian vaksin hidup ILT dapat menyebarkan virus terhadap kelompok unggas yang tidak divaksinasi, vaksin hidup tersebut berkemampuan untuk berubah kembali kesifat semula menjadi virus yang ganas (virulen) (OXFORD dan OBERG 1985). Lebih lanjut GUY et al., (1990) melaporkan bahwa isolat lapang yang diperoleh dari kelompok ayam yang belum pernah divaksinasi ternyata lebih ganas bila dibandingkan virus galur vaksin. Sehingga isolat yang positif ILT kemungkinan dapat berasal dari virus ILT galur vaksin. Hal ini didasari oleh laporan peternak bahwa setelah dilakukan vaksinasi melalui tetes mata, seringkali ayam mengalami pembengkakan pada mata yang disertai dengan leleran mata. Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman para peternak tersebut, jika terjadi hal demikian, maka selanjutnya aplikasi vaksin akan dilakukan melalui air minum. Gejala klinis seperti pembengkakan pada mata dan gangguan pernafasan pada ayam ras petelur, sering kali dijumpai di lapang pada saat kunjungan dilakukan. Seperti halnya yang terjadi pada ke-9 isolat yang berasal dari ayam ras petelur yang belum pernah divaksinasi, pada umumnya gejala klinis yang dijumpai berupa pembengkakan pada mata dan gangguan pernafasan seperti ngorok dan batuk/bersin. Namun tidak satupun ditemukan yang memiliki gejala klinis seperti batuk berdarah. Hanya setelah dilakukan autopsi, terdapat perdarahan (haemorrhagic) pada bagian trakhea yang khas mengarah kepada penyakit ILT. Gambar 4. Hasil uji identifikasi terhadap virus ILT isolat lokal menunjukkan semua isolat bereaksi dengan antisera ILT asal galur vaksin dengan membentuk presipitasi berwarna putih (identity reaction). AS) antisera ILT asal vaksin 1) isolat BKS-1, 2) isolat BGR-2, 3) isolat BGR-3, 4) isolat BGR-6, 5) isolat BGR-1 dan 6) vaksin ILT galur vaksin (Laryngo-vac) Untuk mengkonfirmasikan bahwa isolat virus ILT tersebut di atas berasal dari galur vaksin atau isolat lokal, maka konfirmasi dengan menggunakan teknik immunoblotting mutlak diperlukan. Dengan menggunakan teknik immunobloting, perbedaan antara galur vaksin dan isolat lokal dapat diketahui berdasarkan perbedaan ataupun persamaan susunan protein pada masing-masing virus ILT tersebut setelah direaksi-silangkan (cross reaction) antara isolat lokal dengan virus ILT asal vaksin yang sering digunakan oleh peternak di lapangan. KESIMPULAN Sesuai dengan tujuan dan sasaran penelitian yang ingin dicapai, maka dari penelitian ini telah berhasil diperoleh 14 isolat lokal virus ILT yaitu 5 isolat terdiri dari isolat BKS-1, BKS-3A, BKS-3B, BKS-3C dan BKS-3D dari kabupaten Bekasi. Kelima isolat virus ILT tersebut berasal dari ayam petelur yang pernah divaksinasi dengan vaksin ILT. Sedangkan 9 isolat lainnya diperoleh dari ayam petelur yang belum pernah di vaksinasi dengan vaksin ILT yaitu isolat BGR-1, BGR-2, BGR-3, BGR-A, BGR-6C, BGR-6D, BGR-6E dan BGR-6F berasal dari kabupaten Bogor. Terhadap isolat-isolat tersebut lebih lanjut akan dilakukan karakterisasi dengan teknik immunoblotting dan peneguhan dengan elektron mikroskop. Selanjutnya, isolat yang benar-benar murni sebagai isolat lokal, lebih lanjut akan digunakan sebagai bahan untuk pembuatan vaksin ILT isolat lokal. Puslitbang Peternakan, Bogor September

7 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Risa Indriani, S.Si, Nana Suryana, Heri Nasution dan Masitoh yang telah membantu kelancaran penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA BAGUST, T.J. and J.S. GUY Laryngotracheitis. In: Disease of Poultry. 10 th edition. CALNEK, B.W., BARNES, H.J., BEARD, C.W., McDOUGALD, L.R and SAIF, Y.M. (eds.).iowa State University Press, Ames, Iowa, USA. pp. 4 BAGUST, T.J Laryngotracheitis (Gallid-1) herpesvirus infection in chicken. Latency established by wild and vaccine strains of ILT virus. Avian Pathol. 15: FAHEY, K.J. T.J. BAGUST, and J.J. YORK Laryngotracheitis herpesvirus infection in chicken. 1. The role of humoral antibody in immunity to a graded challenge infection. Avian Pathol. 12: GARSIDE, J.S The histophatological diagnosis of avian respiratory infections. Vet. Rec. 77(13): GILCHRST, P Report of suspected oscular form of infectious laryngotracheitis (ILT) in Bekasi. Report for Balitvet Bogor. GUY, J.S., H.J. BARNES, and MORGAN, L.M Virulence of infectious laryngotracheitis viruses: Comparison of modified-live vaccine viruses in North Caroline field isolates. Avian Dis. 34: GUY, J.S., H.J. MORGAN, and L. SMITH Increased virulence of modified-live infectious laryngotracheitis vaccine virus following bird to bird passage. Avian Dis., 35: HANSON, L.E. and BAGUST, T.J Laryngotracheitis. In: Disease of Poultry. 9 th editions. CALNEK, B.W. et al., (eds.).iowa State University Press, Ames, Iowa, USA. pp HUGHEST, C.S., R.C. JONES, R.M. GASKELL, F.T.W. JORDAN, and J.M. BRADBURY Demonstration in live chickens of the carrier state in infectious laryngotracheitis virus from latency infected carrier birds. Res. Vet. Sci. 42: MANGUNWIRYO, H., DARMINTO, dan ZULKIFLI, Survai serologik terhadap infectious laryngotracheitis (ILT) pada ayam buras dan ras di Jawa barat. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Veteriner Untuk Meningkatkan Kesehatan Hewan Dan Pengamanan bahan Pangan Asal ternak. Cisarua, Bogor Maret Balai Penelitian Veteriner, Bogor. hal TRIPATHY, D.N. and L.E. HANSON Laryngotracheitis. In: A laboratory Manual or the isolation and Identification of Avian Pathogens, 3 rd ed. H.G. PURCHASE, L.H. ARP. C.H. DOMEMUTH, and J.E. PEARSON (eds.). American Association of Avian Pathologist. Kennett Square, PA. pp OXPORD, J.S. and B. OBERG Picornavirus infection. In: Conguest of viral diseases: a tropical review of drugs and vaccines. A.J. ZUCKERMAN (ed.). Elsevier Publishing Co., New York. pp PARTADIREDJA, M., R.D. SOEDJOEDONO, dan S. HARDJOSWORO Kasus infectious laryngotracheitis di daerah Bogor (Isolasi dan identifikasi virus dengan cara pewarnaan). Prosiding Seminar Penelitian Peternakan. Puslitbangnak. hal WIYONO, A., MUHARAM, S., ANTONIUS, S. dan DARMINTO, Sebaran titer antibodi infectious laryngotracheitis (ILT) pada ayam ras dan buras di Kabupaten Cianjur, Tangerang dan Karawang. Dalam: Prosiding Temu Ilmiah Nasional Bidang Veteriner, Bogor Maret Balai Penelitian Veteriner, Bogor. hal Puslitbang Peternakan, Bogor September 2003

DETEKSI INFECTIOUS LARYNGOTRACHEITIS (ILT) SECARA PATOLOGIK

DETEKSI INFECTIOUS LARYNGOTRACHEITIS (ILT) SECARA PATOLOGIK DETEKSI INFECTIOUS LARYNGOTRACHEITIS (ILT) SECARA PATOLOGIK (Detection of Infectious Laryngotracheitis (ILT) by Pathological Examination) HELMY HAMID, M. SAEPULLOH, RISA INDRIANI dan DARMINTO Balai Penelitian

Lebih terperinci

untuk menghasilkan titer yang tinggi, maka virus ILT paling baik ditumbuhkan pada CAM dari telur embryo ayam tertunas (JORDAN, 198), misalnya untuk tu

untuk menghasilkan titer yang tinggi, maka virus ILT paling baik ditumbuhkan pada CAM dari telur embryo ayam tertunas (JORDAN, 198), misalnya untuk tu PROPAGASI VIRUS INFECTIOUS LARYNGO TRACHEITIS (ILT) PADA JARINGAN SELAPIS CHICKEN EMBRYO FIBROBLAST (CEF) MASITOH DAN HANIFAH ARIYANI Balai Penelitian Veteriner, X. RE. Martadinata 3 PO. Box 151, Bogor

Lebih terperinci

UJI PATOGENESIS, PATOGENISITAS DAN IMUNOGENESITAS DUA VIRUS INFECTIOUS LARYNGO TRACHEITIS ISOLAT LAPANG

UJI PATOGENESIS, PATOGENISITAS DAN IMUNOGENESITAS DUA VIRUS INFECTIOUS LARYNGO TRACHEITIS ISOLAT LAPANG UJI PATOGENESIS, PATOGENISITAS DAN IMUNOGENESITAS DUA VIRUS INFECTIOUS LARYNGO TRACHEITIS ISOLAT LAPANG RISA INDRIANI, HELMY HAMID, R.M. ABDUL ADJID dan MUHARAM SAEPULLOH Balai Penelitian Veteriner, PO

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN 17 METODELOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB, kandang hewan percobaan

Lebih terperinci

Uji Patogenisitas dan Imunogenisitas Isolat Lapang Virus Infectious Laryngo Tracheitis

Uji Patogenisitas dan Imunogenisitas Isolat Lapang Virus Infectious Laryngo Tracheitis INDRIANI et al.: Uji patogenisitas dan imunogenisitas isolat lapang virus infectious laryngo tracheitis Uji Patogenisitas dan Imunogenisitas Isolat Lapang Virus Infectious Laryngo Tracheitis RISA INDRIANI,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2009 hingga Februari 2010. Penelitian dilakukan di kandang pemeliharaan hewan coba Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang 11 MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan di kandang FKH-IPB. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK (Isolation and Identification of Avian Influenza Virus from Ducks) HARIMURTI NURADJI, L. PAREDE dan R.M.A. ADJID Balai Besar Penelitian Veteriner,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai Maret 2010 sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Terpadu Bagian Mikrobiologi Medik dan laboratorium Bakteriologi

Lebih terperinci

Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer Proteksi terhadap Virus Avian Influenza Subtipe H5N1

Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer Proteksi terhadap Virus Avian Influenza Subtipe H5N1 INDRIANI et al.: Deteksi respon antibodi dengan uji hemaglutinasi inhibisi dan titer proteksi terhadap virus avian influenza subtipe H5N1 Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI, DIAGNOSIS DAN KONTROL PENYAKIT INFECTIOUS LARYNGOTRACHEITIS (ILT) PADA AYAM

EPIDEMIOLOGI, DIAGNOSIS DAN KONTROL PENYAKIT INFECTIOUS LARYNGOTRACHEITIS (ILT) PADA AYAM EPIDEMIOLOGI, DIAGNOSIS DAN KONTROL PENYAKIT INFECTIOUS LARYNGOTRACHEITIS (ILT) PADA AYAM MUHARAM SAEPULLOH dan DARMINTO Balai Penelitian Veteriner Jolan R.E. Martadinata No. 30, P.O. Box 151, Bogor 16114,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 21 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, mulai Maret sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Mikrobiologi Medis, laboratorium Terpadu unit pelayanan mikrobiologi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya 10 MATERI DAN METODA Waktu Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu FKH-IPB, Departemen Ilmu Penyakit Hewan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 8 BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai Juli sampai dengan Agustus 2010. Pemeliharaan ayam broiler dimulai dari Day Old Chick (DOC)

Lebih terperinci

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING 1 I Gst Ayu Agung Suartini(38) FKH - Universitas Udayana E-mail: gaa.suartini@gmail.com Tlf : 081282797188 Deskripsi IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO

Lebih terperinci

EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN

EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN 2000-2005 NUR K. HIDAYANTO, IDA L. SOEDIJAR, DEWA M.N. DHARMA, EMILIA, E. SUSANTO, DAN Y. SURYATI Balai Besar Pengujian Mutu

Lebih terperinci

ABSTRACT PENDAHULUAN. Infectious Laryngotracheitis (ILT) adalah penyakit saluran pernafasan pada unggas, terutama ayam METODOLOGI

ABSTRACT PENDAHULUAN. Infectious Laryngotracheitis (ILT) adalah penyakit saluran pernafasan pada unggas, terutama ayam METODOLOGI PENGEMBANGAN TEKNIK ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) UNTUK MENDETEKSI ADANYA ANTIBODI TERHADAP VIRUS INFECTIOUS LARYNGOTRACHEITIS (ILT) DALAM SERUM AYAM (Development of an Enzyme-Linked Immunosorbent

Lebih terperinci

Pengembangan Teknik Enzyme Linked Immunosorbent Assay untuk Mendeteksi adanya Antibodi Terhadap Virus Infectious Laryngotrachitis dalam Serum Ayam

Pengembangan Teknik Enzyme Linked Immunosorbent Assay untuk Mendeteksi adanya Antibodi Terhadap Virus Infectious Laryngotrachitis dalam Serum Ayam INDRIANI et al.: Pengembangan teknik enzyme linked immunosorbent assay Pengembangan Teknik Enzyme Linked Immunosorbent Assay untuk Mendeteksi adanya Antibodi Terhadap Virus Infectious Laryngotrachitis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging ABSTRAK Bursa Fabrisius merupakan target organ virus Infectious Bursal Disease (IBD) ketika terjadi infeksi, yang sering kali mengalami kerusakan setelah ayam divaksinasi IBD baik menggunakan vaksin aktif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan

Lebih terperinci

RESPON ANTIBODI DAN PROTEKSI VAKSIN INAKTIF INFECTIOUS BRONCHITIS ISOLAT LOKAL PADA AYAM PETELUR

RESPON ANTIBODI DAN PROTEKSI VAKSIN INAKTIF INFECTIOUS BRONCHITIS ISOLAT LOKAL PADA AYAM PETELUR RESPON ANTIBODI DAN PROTEKSI VAKSIN INAKTIF INFECTIOUS BRONCHITIS ISOLAT LOKAL PADA AYAM PETELUR RISA INDRIANI dan DARMINTO Balai Penelitian Veteriner Jalan RE. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114,

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Immunologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kandang Terpadu, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM TERHADAP TITER ANTIBODI AYAM PASCA VAKSINASI CORYZA DENGAN METODE HI (Haemaglutination Inhibition)

UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM TERHADAP TITER ANTIBODI AYAM PASCA VAKSINASI CORYZA DENGAN METODE HI (Haemaglutination Inhibition) UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM TERHADAP TITER ANTIBODI AYAM PASCA VAKSINASI CORYZA DENGAN METODE HI (Haemaglutination Inhibition) SYAEFURROSAD, NENENG A, DAN NM ISRIYANTHI Balai Besar Pengujian Mutu dan

Lebih terperinci

EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK

EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-11 Th. 1999/2000 EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM COMPARISON OF HI TEST AND ELISA FOR DETECTING ANTIBODY MATERNAL ND ON DAY OLD CHICK Oleh : Rahaju Ernawati* ABSTRACT This

Lebih terperinci

umum digunakan untuk brucellosis yang di Indonesia umumnya menggunakan teknik Rose Bengal Plate Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), dan Compl

umum digunakan untuk brucellosis yang di Indonesia umumnya menggunakan teknik Rose Bengal Plate Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), dan Compl DIAGNOSA PENYAKIT BRUCELLOSIS PADA SAP] DENGAN TEKNIK UJI PENGIKATAN KOMPLEMEN Yusuf Mukmin Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata 30, Bogor 11614 PENDAHULUAN Brucellosis adalah penyakit bakterial

Lebih terperinci

RINGKASAN. Kata kunci : Titer antibodi ND, Newcastle Disease, Ayam Petelur, Fase layer I, Fase Layer II

RINGKASAN. Kata kunci : Titer antibodi ND, Newcastle Disease, Ayam Petelur, Fase layer I, Fase Layer II RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui titer antibody terhadap penyakit Newcastle Disease (ND) pada ayam petelur fase layer I dan fase layer II pasca vaksinasi ND. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Desember 2011. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013. III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013. Pemeliharaan ayam penelitian, aplikasi ekstrak temulawak dan vaksinasi AI dilakukan di kandang

Lebih terperinci

Kudrjawzow dan Rumanow (1928) yang telah dimodifikasi oleh Hardjoutomo dan Sri Poernomo (1976). Untuk pembuatan antigen kokto tersebut dikerjakan sepe

Kudrjawzow dan Rumanow (1928) yang telah dimodifikasi oleh Hardjoutomo dan Sri Poernomo (1976). Untuk pembuatan antigen kokto tersebut dikerjakan sepe PEMBUATAN ANTIGEN KOKTO UNTUK SERUM ASCOLI Koko Barkah Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata 30, Bogor 11614 PENDAHULUAN Antraks atau radang limpa adalah penyakit menular pada hewan yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam subfamily Paramyxovirinae, family Paramyxoviridae (OIE, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam subfamily Paramyxovirinae, family Paramyxoviridae (OIE, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Newcastle Disease (ND) atau penyakit tetelo disebabkan oleh strain virulen avian Paramyxovirus serotipe tipe 1 (AMPV-1) dari genus Avulavirus yang termasuk dalam subfamily

Lebih terperinci

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka

Lebih terperinci

Kajian Vaksin Avian Influesa (AI) pada Ayam Buras dengan Sistem Kandang Kurung di Gunung Kidul Yogyakarta

Kajian Vaksin Avian Influesa (AI) pada Ayam Buras dengan Sistem Kandang Kurung di Gunung Kidul Yogyakarta Sains Peternakan Vol. 11 (2), September 2013: 79-83 ISSN 1693-8828 Kajian Vaksin Avian Influesa (AI) pada Ayam Buras dengan Sistem Kandang Kurung di Gunung Kidul Yogyakarta W. Suwito 1, Supriadi 1, E.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2009. Pengambilan sampel susu dilakukan di beberapa daerah di wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUJIAN DAYA HIDUP VIRUS VAKSIN ND (NEWCASTLE DISEASE) YANG TELAH DIENCERKAN DALAM WAKTU PENYIMPANAN YANG BERBEDA RINGKASAN

TEKNIK PENGUJIAN DAYA HIDUP VIRUS VAKSIN ND (NEWCASTLE DISEASE) YANG TELAH DIENCERKAN DALAM WAKTU PENYIMPANAN YANG BERBEDA RINGKASAN Temu Teknis Fungsional Non Penelid 2001 TEKNIK PENGUJIAN DAYA HIDUP VIRUS VAKSIN ND (NEWCASTLE DISEASE) YANG TELAH DIENCERKAN DALAM WAKTU PENYIMPANAN YANG BERBEDA NANA SURYANA Balai Penelitian Veteriner,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan penyakit viral disebabkan oleh Newcastle disease virus (NDV) yang sangat penting dan telah menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Morbiditas

Lebih terperinci

AKABANE A. PENDAHULUAN

AKABANE A. PENDAHULUAN AKABANE Sinonim : Arthrogryposis Hydranencephaly A. PENDAHULUAN Akabane adalah penyakit menular non contagious yang disebabkan oleh virus dan ditandai dengan adanya Arthrogryposis (AG) disertai atau tanpa

Lebih terperinci

TITER ANTIBODI PROTEKTIF TERHADAP NEWCASTLE DISEASE PADA BURUNG UNTA (STRUTHIO CAMELUS)

TITER ANTIBODI PROTEKTIF TERHADAP NEWCASTLE DISEASE PADA BURUNG UNTA (STRUTHIO CAMELUS) TITER ANTIBODI PROTEKTIF TERHADAP NEWCASTLE DISEASE PADA BURUNG UNTA (STRUTHIO CAMELUS) DARMINTO, S. BAHRI, dan N. SURYANA Balai Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor16114,

Lebih terperinci

Lokakatya Fungsional Non Peneliti 1997 Antisera MG Antisera yang dipergunakan yaitu antisera MG dari kelinci. Caranya dengan menyuntikan antigen MG di

Lokakatya Fungsional Non Peneliti 1997 Antisera MG Antisera yang dipergunakan yaitu antisera MG dari kelinci. Caranya dengan menyuntikan antigen MG di Lokakarya Fungsiona/ Non Peneli6 1997 TEKNIK ISOLASI KUMAN MIKOPLASMA GALLISEPTICUM PADA AYAM Zulqoyah Layla Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata 30, Bogor 11614 PENDAHULUAN Mycoplasma gallisepticum

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

AHMAD MAIZIR, SYAEFURROSAD, ERNES A, NENENG A, N M RIA ISRIYANTHI. Unit Uji Bakteriologi

AHMAD MAIZIR, SYAEFURROSAD, ERNES A, NENENG A, N M RIA ISRIYANTHI. Unit Uji Bakteriologi EFEKTIFITAS VAKSIN INFECTIOUS CORYZA TERHADAP STATUS KEKEBALAN PADA PRE-VAKSINASI AYAM KAMPUNG, PRE- VAKSINASI DAN PASCA-VAKSINASI AYAM PETELUR DI 5 PROPINSI INDONESIA AHMAD MAIZIR, SYAEFURROSAD, ERNES

Lebih terperinci

EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK.

EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK. Seminar Nasional Peternakan don Peteriner 2000 EFIKASI VAKSIN MYCOPLASMA GALLISEPTICUM UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT PERNAFASAN MENAHUN PADA AYAM BURAS DI LOKASI PENGEMBANGAN BIBIT TERNAK Kata kunci : Mycoplasma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

VARIASI SEROTIPE ISOLAT VIRUS INFECTIOUS BRONCHITIS YANG BERASAL DARI BEBERAPA DAERAH DI PULAU JAWA

VARIASI SEROTIPE ISOLAT VIRUS INFECTIOUS BRONCHITIS YANG BERASAL DARI BEBERAPA DAERAH DI PULAU JAWA VARIASI SEROTIPE ISOLAT VIRUS INFECTIOUS BRONCHITIS YANG BERASAL DARI BEBERAPA DAERAH DI PULAU JAWA RISA INDRIANI dan DARMINTO Balai Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151 Bogor 16114,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan Laboratorium Biomolekuler Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28.

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28. 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap semua kelompok ayam sebelum vaksinasi menunjukan bahwa ayam yang digunakan memiliki antibodi terhadap IBD cukup tinggi dan seragam dengan titer antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 18 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2013 sampai dengan April 2014. Sampel diambil dari itik dan ayam dari tempat penampungan unggas, pasar unggas dan peternakan

Lebih terperinci

NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease. tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin ( )

NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease. tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin ( ) Pendahuluan : NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin (078114032) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Newcastle Disease (ND) juga di kenal

Lebih terperinci

BAB II. BAHAN DAN METODE

BAB II. BAHAN DAN METODE BAB II. BAHAN DAN METODE 2.1 Kultur Bakteri Pembawa Vaksin Bakteri Escherichia coli pembawa vaksin DNA (Nuryati, 2010) dikultur dengan cara menginokulasi satu koloni bakteri media LB tripton dengan penambahan

Lebih terperinci

UJI TANTANG DENGAN VIRUS IBD ISOLAT LAPANG PADA AYAM YANG MENDAPATKAN VAKSIN IBD AKTIF DAN INAKTIF KOMERSIL

UJI TANTANG DENGAN VIRUS IBD ISOLAT LAPANG PADA AYAM YANG MENDAPATKAN VAKSIN IBD AKTIF DAN INAKTIF KOMERSIL UJI TANTANG DENGAN VIRUS IBD ISOLAT LAPANG PADA AYAM YANG MENDAPATKAN VAKSIN IBD AKTIF DAN INAKTIF KOMERSIL NATIVE VIRUS CHALLENGE TEST AGAINST VACCINATED CHICKENS WITH COMMERCIAL ACTIVE AND INACTIVE IBD

Lebih terperinci

INFEKSI VIRUS TRANSMISSIBLE GASTROENTERITIS PADA BABI

INFEKSI VIRUS TRANSMISSIBLE GASTROENTERITIS PADA BABI INFEKSI VIRUS TRANSMISSIBLE GASTROENTERITIS PADA BABI INFECTION OF TRANSMISSIBLE GASTROENTERITIS VIRUS IN PIG Indrawati Sendow Kelti Virologi, Balai Penelitian Veteriner, P.O. Box 151 Bogor 161 14 INDONESIA,

Lebih terperinci

Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 MATERI DAN METODA Vaksin ND ( Newcastle Diseases ) Vaksin ND yang dipergunakan terdiri dari a Ga

Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 MATERI DAN METODA Vaksin ND ( Newcastle Diseases ) Vaksin ND yang dipergunakan terdiri dari a Ga Tenui Teknis Nasional Tenaga Fnngsional Pertanian 2006 PENGAMATAN DAYA PROTEKSI AYAM POST VAKSINASI NEWCASTLE DISEASE DENGAN UJI TANTANG NANA SURYANA Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl RE Martadinata

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Hama dan Penyakit dan rumah kaca Balai penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO), Bogor; pada bulan Oktober

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berproduksi secara maksimal adalah kelompok ayam pada peternakan tersebut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berproduksi secara maksimal adalah kelompok ayam pada peternakan tersebut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor penting agar ayam dalam suatu peternakan dapat tumbuh dan berproduksi secara maksimal adalah kelompok ayam pada peternakan tersebut harus dalam keadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia memegang peran penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis unggas yang dibudidayakan

Lebih terperinci

RINGKASAN PENDAHULUAN

RINGKASAN PENDAHULUAN Ternu Teknis Fungsional Non Peneliti 200/ PENERAPAN UJI NETRALISASI SERUM UNTUK DIAGNOSIS SEROLOGIK PENYAKIT BOVINE VIRAL DIARRHOEA (BVD) PADA SAPI PUDJI KURNIADHI Balai Penelitian Veteriner, JI.R.E.Martadinata

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 Maret 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Maret 2012. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit zoonosa yang sangat fatal. Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan unggas dan juga mamalia. Penyebab penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Avian influenza (AI) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong virus RNA (Ribonucleic acid)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM YUNI YUPIANA Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat

Lebih terperinci

APLIKASI UJI ELISA INFECTIOUS BRONCHITIS MENGGUNAKAN ISOLAT LOKAL PTS-3 PADA SERUM AYAM LAPANG

APLIKASI UJI ELISA INFECTIOUS BRONCHITIS MENGGUNAKAN ISOLAT LOKAL PTS-3 PADA SERUM AYAM LAPANG APLIKASI UJI ELISA INFECTIOUS BRONCHITIS MENGGUNAKAN ISOLAT LOKAL PTS-3 PADA SERUM AYAM LAPANG (Application of ELISA Infectious Bronchitis Using PTS-3 Local Isolate on Commercial Chicken Sera) Risa Indriani

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VAKSIN INFECTIOUS BRONCHITIS INAKTIF ISOLAT LOKAL

PENGEMBANGAN VAKSIN INFECTIOUS BRONCHITIS INAKTIF ISOLAT LOKAL PENGEMBANGAN VAKSIN INFECTIOUS BRONCHITIS INAKTIF ISOLAT LOKAL DARMINTO Balai Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114, Indonesia (Diterima dewan redaksi 12 Pebruari 1999)

Lebih terperinci

SERODETEKSI PENYAKIT TETELO PADA AYAM DI TIMOR LESTE Muhammad Ulqiya Syukron 1, I Nyoman Suartha 2, Nyoman Sadra Dharmawan 3.

SERODETEKSI PENYAKIT TETELO PADA AYAM DI TIMOR LESTE Muhammad Ulqiya Syukron 1, I Nyoman Suartha 2, Nyoman Sadra Dharmawan 3. SERODETEKSI PENYAKIT TETELO PADA AYAM DI TIMOR LESTE Muhammad Ulqiya Syukron 1, I Nyoman Suartha 2, Nyoman Sadra Dharmawan 3. 1 Mahasiswa FKH Unud, 2 Lab Penyakit Dalam Veteriner, 3 Lab Patologi Klinik

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KUALITAS VAKSIN INFECTIOUS BRONCHITIS (IB) AKTIF di BEBERAPA PROVINSI di INDONESIA EMILIA, YUNI YUPIANA, NENI NURYANI, YATI SURYATI

PENGKAJIAN KUALITAS VAKSIN INFECTIOUS BRONCHITIS (IB) AKTIF di BEBERAPA PROVINSI di INDONESIA EMILIA, YUNI YUPIANA, NENI NURYANI, YATI SURYATI PENGKAJIAN KUALITAS VAKSIN INFECTIOUS BRONCHITIS (IB) AKTIF di BEBERAPA PROVINSI di INDONESIA EMILIA, YUNI YUPIANA, NENI NURYANI, YATI SURYATI Unit Uji Virologi Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat

Lebih terperinci

Waktu Vaksinasi Avian Influenza (AI) yang Tepat untuk Menghasilkan Respon Imunologis Protektif pada Ayam Ras Pedaging

Waktu Vaksinasi Avian Influenza (AI) yang Tepat untuk Menghasilkan Respon Imunologis Protektif pada Ayam Ras Pedaging Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (3): 150-155 ISSN 1410-5020 Waktu Vaksinasi Avian Influenza (AI) yang Tepat untuk Menghasilkan Respon Imunologis Protektif pada Ayam Ras Pedaging The Best Timing

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan

Lebih terperinci

Perbandingan Titer Antibodi Newcastle Disease pada Ayam Petelur Fase Layer I dan II

Perbandingan Titer Antibodi Newcastle Disease pada Ayam Petelur Fase Layer I dan II Perbandingan Titer Antibodi Newcastle Disease pada Ayam Petelur Fase Layer I dan II (COMPARISON OF NEWCASTLE DISEASE ANTIBODIES TITRE IN LAYER PHASE I AND II) Saiful Akbar 1, Ida Bagus Komang Ardana 2,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini jenis sampel diambil berupa serum dan usap kloaka yang diperoleh dari unggas air yang belum pernah mendapat vaksinasi AI dan dipelihara bersama dengan unggas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan suatu penyakit pada unggas yang sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan menyerang berbagai

Lebih terperinci

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS KADIRAN, R.DENNY PURNAMA DAN SUHARTO Balai Penelitian Ternak Bogor,Po.Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Suatu pengamatan mengenai periode fertil spermatozoa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru yang berlangsung selama 4 bulan, dimulai dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 25 September 17 Oktober 2012 di unit kandang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 25 September 17 Oktober 2012 di unit kandang III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 25 September 17 Oktober 2012 di unit kandang percobaan PT. Rama Jaya Lampung yang berada di Desa Fajar Baru II, Kecamatan

Lebih terperinci

TAHUN Nur Khusni Hidayanto, Ramlah, Ferry Ardiawan dan Yati Suryati

TAHUN Nur Khusni Hidayanto, Ramlah, Ferry Ardiawan dan Yati Suryati PENGUJIAN VAKSIN NEWCASTLE DISEASE (ND) DI BBPMSOH TAHUN 2009-2013 Nur Khusni Hidayanto, Ramlah, Ferry Ardiawan dan Yati Suryati Unit Uji Virologi Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembibitan Ayam Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler konsumsi yang memiliki produksi unggul. Bibit- bibit yang bisa dikembangkan di Indonesia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Materi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Materi Penelitian 30 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai bulan Maret 2009 di kandang blok B (unggas) Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, analisa bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014. Isolasi dan karakterisasi penyebab penyakit dilakukan di Laboratorium Penyakit

Lebih terperinci

Pengembangan Prototipe Vaksin Inaktif Avian Influenza (AI) H5N1 Isolat Lokal dan Aplikasinya pada Hewan Coba di Tingkat Laboratoium

Pengembangan Prototipe Vaksin Inaktif Avian Influenza (AI) H5N1 Isolat Lokal dan Aplikasinya pada Hewan Coba di Tingkat Laboratoium Pengembangan Prototipe Vaksin Inaktif Avian Influenza (AI) H5N1 Isolat Lokal dan Aplikasinya pada Hewan Coba di Tingkat Laboratoium R. INDRIANI, N.L.P.I. DHARMAYANTI, T. SYAFRIATI, A. WIYONO dan R.M.A.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran. ABSTRAK Leucocytozoonosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyebabkan kerugian berarti dalam industri peternakan. Kejadian penyakit Leucocytozoonosis dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu umur,

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Avian Influenza-zoonosis Research

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 11 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada Januari sampai Mei 2011 bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan Pendahuluan Malaria merupakan salah satu penyakit parasit paling umum di dunia dan menempati urutan ke 3 dalam tingkat mortalitas diantara prnyakit infeksi utama lainnya. Parasit protozoa penyebab malaria

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN STANDARISASI ANTIGEN AI H5N1 KOMERSIAL UNTUK MONITORING TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI AI DI INDUSTRI PETERNAKAN AYAM

PEMBUATAN DAN STANDARISASI ANTIGEN AI H5N1 KOMERSIAL UNTUK MONITORING TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI AI DI INDUSTRI PETERNAKAN AYAM Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2012, hlm. 41-47 ISSN 0853 4217 Vol. 17 No.1 PEMBUATAN DAN STANDARISASI ANTIGEN AI H5N1 KOMERSIAL UNTUK MONITORING TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI AI DI INDUSTRI PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Cikabayan dan Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Titrasi Virus Isolat Uji Berdasarkan hasil titrasi virus dengan uji Hemaglutinasi (HA) tampak bahwa virus AI kol FKH IPB tahun 3 6 memiliki titer yang cukup tinggi (Tabel ). Uji HA

Lebih terperinci

KAJIAN PENGUJIAN MUTU VAKSIN CORYZA DAN KEJADIAN PENYAKIT DI LAPANGAN ISTIYANINGSIH

KAJIAN PENGUJIAN MUTU VAKSIN CORYZA DAN KEJADIAN PENYAKIT DI LAPANGAN ISTIYANINGSIH KAJIAN PENGUJIAN MUTU VAKSIN CORYZA DAN KEJADIAN PENYAKIT DI LAPANGAN ISTIYANINGSIH Unit Uji Bakteriologi Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, Gunungsindur Bogor, 16340 ABSTRAK Coryza

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di Desa Kedu Temanggung dan pada bulan April 2016 di kandang unggas Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PENYAKIT SEBAGAI KENDALA USAHA PETERNAKAN ITIK (IMPORTANT DISEASES IN DUCK FARMING)

PERMASALAHAN PENYAKIT SEBAGAI KENDALA USAHA PETERNAKAN ITIK (IMPORTANT DISEASES IN DUCK FARMING) PERMASALAHAN PENYAKIT SEBAGAI KENDALA USAHA PETERNAKAN ITIK (IMPORTANT DISEASES IN DUCK FARMING) Darmono dan Darminto Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor ABSTRACT Among duck raising systems in

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2011 hingga Januari 2012. Pemeliharaan ayam, vaksinasi dan pelaksanaan uji tantang serta pengamatan gejala klinis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan April Bahan dan Alat.

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan April Bahan dan Alat. 23 METODE PENELITIAN Tempat Penelitian Pengambilan sampel daging sapi impor untuk penelitian ini dilakukan di Instalasi Karantina Produk Hewan (IKPH). Pengujian sampel dilakukan di laboratorium Balai Besar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Road-map Penelitian

Lampiran 1. Road-map Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Road-map Penelitian Persiapan Penelitian Persiapan wadah dan ikan uji (15-30 Agustus 2013) Bak ukuran 45x30x35cm sebanyak 4 buah dicuci, didesinfeksi, dan dikeringkan Diletakkan secara

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

autologous control yang positif mengindikasikan adanya keabnormalan pada pasien itu sendiri yang disebabkan adanya alloantibody di lapisan sel darah

autologous control yang positif mengindikasikan adanya keabnormalan pada pasien itu sendiri yang disebabkan adanya alloantibody di lapisan sel darah SCREENING ANTIBODY Screening antibody test melibatkan pengujian terhadap serum pasien dengan dua atau tiga sampel reagen sel darah merah yang disebut sel skrining/sel panel. Sel panel secara komersial

Lebih terperinci

Lampiran 1. Road-map Penelitian

Lampiran 1. Road-map Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Road-map Penelitian Persiapan Penelitian Persiapan wadah dan ikan uji Bak ukuran 40x30x30cm sebanyak 4 buah dicuci, didesinfeksi, dan dikeringkan Diletakkan secara acak dan diberi

Lebih terperinci