4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ANALISIS Pengujian vektor autoregresi pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi perangkat lunak Eviews versi 6 yang dikembangkan dan didistribusikan oleh Quantitative Micro Software (QMS). Pengujian meliputi uji stasioneritas data, uji lag optimal, uji kausalitas Granger, uji kointegrasi, estimasi vector error correction model, uji impuls response function dan forecast error variance decomposition Uji Stasioneritas Data Uji stasioneritas dilakukan untuk analisis mengenai pola data atau sifat dari pergerakan data deret waktu yang sesuai dengan pola data tersebut. Plot deret waktu yang berfluktuasi dengan ragam yang konstan disekitar rataan yang konstan menunjukkan bahwa deret waktu tersebut stasioner. Sedangkan plot deret waktu yang tidak berfluktuasi disekitar rataan yang konstan atau tidak berfluktuasi dengan ragam yang konstan mengindikasikan bahwa data deret waktu tersebut tidak stasioner. Apabila data deret waktu tersebut sudah stasioner maka metode analisis yang digunakan adalah vektor autoregresi (VAR), sedangkan bila data deret waktu tersebut semua atau salah satu tidak stasioner pada level nol (0) dan dilakukan pembedaan maka model yang dipilih adalah vector error correction model (VECM). Artinya data stasioner harus pada pembedaan yang sama, karena seluruh variabel harus berada pada derajat yang sama. Uji kestasioneritasan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Augmented Dickey Fuller Test (uji ADF). Uji kestasioneran ini secara informal dapat dilihat dari plot data. Jika dalam grafik terlihat ada kecenderungan peningkatan nilai seiring bertambahnya waktu maka kemungkinan data tersebut belum stasioner. Pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 terlihat plot data dari produksi biodiesel, harga CPO, harga TBS dan harga minyak

2 44 goreng. Masing-masing plot data pada gambar-gambar tersebut menunjukkan tanda-tanda adanya peningkatan nilai. Dengan melihat gambar tersebut dapat diambil kesimpulan sementara bahwa variabel-variabel penelitian tersebut belum stasioner. Untuk memastikan kestasioneran data maka dilakukan uji formal menggunakan Augmented Dickey Fuller Test (uji ADF). Gambar 4.1 Grafik untuk variabel PBIO dan HCPO Gambar 4.2 Grafik untuk variabel HTBS dan HMGO Hipotesa yang diuji adalah H 0 : 1 = 0 (menunjukkan adanya akar unit atau datanya bersifat stasioner) dan H 1 : 1 0 Pada hi otesa tersebut 1 merupakan nilai dari ADF. Jika nilai absolut dari ADF tersebut lebih besar dari nilai kritis maka hipotesa H 0 yang menyatakan bahwa terdapat akar unit di dalam data ditolak dan berarti bahwa data deret waktu tersebut stasioner. Sebaliknya, bila nilai absolut dari ADF lebih kecil dari nilai kritis maka H 0 dapat

3 45 diterima atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa data deret waktu tersebut terdapat akar unit atau data tidak stasioner. Hasil uji ADF ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Hasil uji stasioneritas pada level Variability Test Critical Value 5% t-statistic Probability HCPO PBIO HTBS HMGO Keterangan: HCPO : Harga Crude Palm Oil (CPO) PBIO : Produksi Biodiesel HTBS : Harga Tandan Buah Segar HMGO : Harga Minyak Goreng Tabel 4.1 menunjukkan uji stasioneritas pada level I(0) untuk harga CPO, produksi biodiesel, harga tandan buah segar dan harga minyak goreng menunjukkan bahwa data deret waktu tersebut semuanya tidak stasioner. Hal ini dapat dilihat dari nilai Test Critical Value nya yang lebih besar dari nilai mutlak t-statistic. Tabel 4.1 tersebut menunjukkan bahwa semua variabel tidak stasioner, maka perlu dilakukan uji lanjutan terhadap data yaitu pada pembedaan pertama (first difference). Pada pembedaan pertama semua variabel berdasarkan uji ADF sudah stasioner. Hal ini berarti bahwa seluruh variabel tersebut stasioner pada pembedaan pertama sehingga bisa dikatakan bahwa variabel terintegrasi pada derajat 1 atau I(1). Hasil uji ADF untuk pembedaan pertama dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Hasil uji stasioneritas pada pembedaan pertama Variability Test Critical Value 5% t-statistic Probability HCPO PBIO HTBS HMGO

4 Uji Lag Optimal Penentuan panjang lag dalam model VAR menunjukkan derajat bebas. Perkiraan VAR sangat peka terhadap panjang lag yang digunakan. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan jumlah lag optimal yang dapat digunakan dalam variabel yang akan dianalisis. Penentuan lag dapat digunakan dengan beberapa pendekatan antara lain Likelihood Ratio (LR), Final Prediction Error (FPE), Akaike Information Criterion (AIC) dan Schwarz Criterion (SC). Model yang baik adalah model yang mampu memberikan tingkat residual atau error yang paling kecil. Model dengan nilai AIC atau SC terkecil dipilih sebagai model terbaik dengan panjang lag yang cukup efisien. Hasil pengujian lag optimum dapat dilihat pada Tabel 4.3. Terlihat pada Tabel 4.3, LR, FPE, AIC, dan HQ menentukan panjang lag yang sama yaitu pada lag lima. Karena empat kriteria memberikan hasil yang sama, maka dipilih panjang lag lima. Penelitian panjang lag optimal berada pada lag lima, ini akan menentukan lag yang berpengaruh pada perhitungan. Tabel 4.3 Hasil uji lag optimal Lag LogL LR FPE AIC SC HQ NA 2.23e e * e e e * 2.06e+22* * * * indicates lag order selected by the criterion Uji Kausalitas Granger Uji kausalitas Granger dilakukan untuk mengetahui hubungan kausalitas antara variabel-variabel atau peubah yang digunakan dalam penelitian ini atau yang ada dalam model. Hubungan kausalitas antar variabel atau peubah dapat diketahui dengan

5 47 melakukan Pairwise Granger Causality Test. Hasil uji kausalitas Granger apabila nilai probability variabel lebih kecil dari atau sama dengan 5 persen maka terdapat hubungan kausalitas diantara variabel tersebut. Tetapi sebaliknya jika nilai probability lebih dari 5 persen maka tidak terdapat hubungan kausalitas diantara variabelnya. Hasil uji Kausalitas Granger dapat dilihat pada hasil berikut. e endent variable: HCPO Excluded Chi-sq df Prob PBIO β6 5 0 β1β1 HTBS 15 4βγ HMGO All β9 γ Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa harga tandan buah segar mempengaruhi Granger harga CPO yang ditunjukkan dengan nilai probability nya yang kurang dari 5%. Sedangkan produksi biodiesel dan harga minyak goreng tidak menyebabkan Granger harga CPO. Dependent variable: PBIO Excluded Chi-sq df Prob HCPO β HTBS β HMGO All γ Untuk variabel yang mempengaruhi produksi biodiesel ternyata dari hasil uji kausalitas Granger semua variabel yaitu harga CPO, harga tandan buah segar dan harga minyak goreng memberikan pengaruh. e endent variable: HTBS Excluded Chi-sq df Prob HCPO 8 γ γ79 PBIO 1β γβ γ06 HMGO 10 β8γβ All γβ 10β β

6 48 Kalau melihat hasil uji dari variabel yang mempengaruhi harga tandan buah segar maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ternyata harga tandan buah segar juga dipengaruhi oleh produksi biodiesel. e endent variable: HMGO Excluded Chi-sq df Prob HCPO 5 0γ79β γ PBIO γ 400β γ85 HTBS γ All 18 9γβ β168 Untuk variabel minyak goreng ternyata menurut uji kausalitas Granger tidak dipengaruhi oleh harga CPO, produksi biodiesel maupun harga tandan buah segar. Uji kausalitas granger ini dapat disederhanakan dalam bentuk diagram untuk mempermudah dalam visualisasi seperti Gambar 4.3 berikut. Gambar 4.3 Visualisasi uji kausalitas Granger Terlihat pada Gambar 4.3 pada pengujian ini diketahui bahwa produksi biodiesel dipengaruhi oleh harga CPO sebagai bahan baku utamanya serta harga tandan buah segar sebagai sumber dari CPO. Produksi biodiesel ini juga dipengaruhi oleh harga minyak goreng. Hal ini seperti diungkapkan oleh beberapa pihak disebabkan karena kekhawatiran masyarakat bahwa jika CPO digunakan untuk produksi biodiesel maka bagian CPO untuk minyak goreng akan berkurang sehingga permintaan terhadap CPO akan bertambah. Permintaan

7 49 terhadap CPO akan berdampak pada kenaikan harga CPO dan oleh karena CPO merupakan bahan baku dari biodiesel maka harga biodiesel akan terpengaruh. Hubungan antara harga CPO dan harga minyak goreng secara langsung pada analisis kausalitas Granger ini tidak dapat ditangkap, tetapi bukan berarti tidak ada hubungan secara langsung antara keduanya. Hal ini bisa disebabkan karena harga CPO yang mengikuti harga internasional sedangkan harga minyak goreng dikontrol oleh pemerintah. Oleh karena itu hasil uji kausalitas Granger ini akan diperkuat oleh uji impulse response function (IRF) untuk mengetahui besaran pengaruh dari masing-masing variabel dalam penelitian Uji Kointegrasi Uji kointegrasi dilakukan karena data yang digunakan berfluktuasi dengan asumsi data tidak stasioner dan untuk menentukan apakah data mengalami kointegrasi atau tidak. Proses kointegrasi ini memberikan informasi mengenai hubungan jangka panjang yang ada dengan menggunakan data deret waktu yang tidak stasioner. Dua variabel atau lebih yang tidak stasioner sebelum dilakukan pembedaan tetapi setelah dilakukan pembedaan pada tingkat pertama, maka besar kemungkinan terdapat hubungan jangka panjang diantara variabel atau peubah tersebut. Langkah selanjutnya, untuk mengetahui keterkaitan jangka panjang antar variabel-variabel atau peubah permintaan, maka dilakukan analisis dengan menggunakan uji kointegrasi Johansen. Variabel-variabel yang akan diuji harus merupakan variabel yang stasioner pada derajat yang sama. Hasilnya jika nilai Trace statistic lebih kecil dibandingkan nilai Critical value maka variabel-variabel tersebut tidak terkointegrasi, sebaliknya jika nilai trace statisticnya lebih besar dibandingkan dengan nilai critical value maka variabelvariabel tersebut dikatakan terkointegrasi. Hasil uji kointegrasi dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.

8 50 Tabel 4.4 Hasil uji kointegrasi Hypothesized Trace 0.05 No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * At most 1 * At most 2 * At most Trace test indicates 3 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa pada r <= 3 nilai trace statistic nya lebih kecil dari critical value pada tingkat signifikansi 5%. Hal ini berarti hipotesis 0 yang menyatakan bahwa terdapat paling tidak 3 kointegrasi tidak dapat ditolak dan hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa tidak ada kointegrasi belum dapat diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa masing-masing variabel tersebut saling mempengaruhi dan memiliki hubungan stabilitas atau keseimbangan dan kesamaan pergerakan dalam jangka panjang. Variabel-variabel ini dalam periode pendek akan cenderung saling menyesuaikan untuk mencapai keseimbangan jangka panjangnya Estimasi Vector Error Correction Model (VECM) Variabel-variabel atau peubah tidak stasioner yang terintegrasi pada tingkat yang sama akan bersifat stasioner setelah dilakukan pembedaan. Uji kointegrasi diatas menunjukkan bahwa pada variabel-variabel penelitian terindikasi adanya kointegrasi dengan rank 3 pada derajat kepercayaan 5%. Dengan demikian maka model yang digunakan adalah model VEC. Hasil estimasi VECM dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut sedangkan untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

9 51 Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Tabel 4.5 Hasil estimasi VECM Cointegrating Eq: CointEq1 CointEq2 CointEq3 HCPO(-1) PBIO(-1) HTBS(-1) HMGO(-1) ( ) ( ) ( ) [ ] [ ] [ ] C Error Correction: D(HCPO) D(PBIO) D(HTBS) D(HMGO) CointEq ( ) ( ) ( ) ( ) [ ] [ ] [ ] [ ] CointEq ( ) ( ) ( ) ( ) [ ] [ ] [ ] [ ] CointEq ( ) ( ) ( ) ( ) [ ] [ ] [ ] [ ] D(HCPO(-1)) ( ) ( ) ( ) ( ) [ ] [ ] [ ] [ ] D(HCPO(-2)) ( ) ( ) ( ) ( ) [ ] [ ] [ ] [ ] D(HCPO(-3)) ( ) ( ) ( ) ( ) [ ] [ ] [ ] [ ] D(HCPO(-4)) ( ) ( ) ( ) ( ) [ ] [ ] [ ] [ ] D(PBIO(-1)) ( ) ( ) ( ) ( ) [ ] [ ] [ ] [ ] D(PBIO(-2)) ( ) ( ) ( ) ( ) [ ] [ ] [ ] [ ]

10 52 Persamaan VECM adalah sebagai berikut VAR Model - Substituted Coefficients: =============================== D(HCPO) = *( HCPO(-1) *HMGO(-1) ) *( PBIO(-1) *HMGO(-1) ) *( HTBS(-1) *HMGO(-1) ) *D(HCPO(-1)) *D(HCPO(-2)) *D(HCPO(-3)) *D(HCPO(-4)) *D(PBIO(-1)) *D(PBIO(-2)) *D(PBIO(-3)) *D(PBIO(-4)) *D(HTBS(-1)) *D(HTBS(-2)) *D(HTBS(-3)) *D(HTBS(-4)) *D(HMGO(-1)) *D(HMGO(-2)) *D(HMGO(-3)) *D(HMGO(-4)) D(PBIO) = *( HCPO(-1) *HMGO(-1) ) *( PBIO(-1) *HMGO(-1) ) *( HTBS(-1) *HMGO(- 1) ) *D(HCPO(-1)) *D(HCPO(-2)) *D(HCPO(-3)) *D(HCPO(-4)) *D(PBIO(-1)) *D(PBIO(-2)) *D(PBIO(-3)) *D(PBIO(-4)) *D(HTBS(-1)) *D(HTBS(-2)) *D(HTBS(-3)) *D(HTBS(-4)) *D(HMGO(-1)) *D(HMGO(-2)) *D(HMGO(-3)) *D(HMGO(-4)) D(HTBS) = *( HCPO(-1) *HMGO(-1) ) *( PBIO(-1) *HMGO(-1) ) *( HTBS(-1) *HMGO(-1) ) *D(HCPO(-1)) *D(HCPO(-2)) *D(HCPO(-3)) *D(HCPO(-4)) *D(PBIO(-1)) *D(PBIO(-2)) *D(PBIO(-3)) *D(PBIO(-4)) *D(HTBS(-1)) *D(HTBS(-2)) *D(HTBS(-3)) *D(HTBS(-4)) *D(HMGO(-1)) *D(HMGO(-2)) *D(HMGO(-3)) *D(HMGO(-4)) D(HMGO) = *( HCPO(-1) *HMGO(-1) ) *( PBIO(-1) *HMGO(-1) ) *( HTBS(- 1) *HMGO(-1) ) *D(HCPO(-1)) *D(HCPO(-2)) *D(HCPO(-3)) *D(HCPO(-4)) *D(PBIO(-1)) *D(PBIO(-2)) *D(PBIO(-3)) *D(PBIO(-4)) *D(HTBS(-1)) *D(HTBS(-2)) *D(HTBS(-3)) *D(HTBS(-4)) *D(HMGO(-1)) *D(HMGO(-2)) *D(HMGO(-3)) *D(HMGO(-4))

11 53 Keempat persamaan tersebut masing-masing terdiri dari variabel-variabel yang sama pada sisi sebelah kanannya. Hasil estimasi VECM pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa tidak semua lag signifikan pada setiap persamaan. Keadaan ini merupakan tipikal dari metode VAR. Pada persamaan pertama dengan variabel dependen HCPO, variabel-variabel HTBS dan HMGO tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan HCPO. Pergerakan HCPO ini ternyata dipengaruhi oleh variabel PBIO pada 4 periode sebelumnya. Pola hubungan HCPO dengan variabel HCPO itu sendiri, PBIO dan HMGO cenderung negatif, sedangkan dengan HTBS umumnya positif. Pada persamaan kedua dengan variabel dependen PBIO, variabel HCPO memberikan pengaruh yang signifikan pada lag satu periode sebelumnya, variabel HTBS juga memberikan pengaruh yang signifikan pada lag satu periode sebelumnya, sedangkan variabel HMGO memberikan pengaruh yang signifikan pada lag dua periode sampai satu periode sebelumnya. Sementara itu variabel PBIO dipengaruhi oleh dinamika pergerakan variabel PBIO itu sendiri pada lag dua periode sebelumnya. Pola hubungan PBIO dengan dirinya sendiri adalah positif, sedangkankan hubungannya dengan HCPO umumnya positif dan hubungannya dengan HTBS dan HMGO umumnya negatif. Pada persamaan ketiga dengan variabel dependen HTBS, variabel HMGO tidak memberikan pengaruh yang signifikan, sedangkan variabel HCPO memberikan pengaruh yang signifikan pada lag dua periode sebelumnya dan variabel PBIO memberikan pengaruh yang signifikan pada lag empat periode sampai tiga periode sebelumnya. Pola hubungan HTBS dengan variabel HTBS itu sendiri cenderung positif, sedangkan hubungannya dengan HCPO dan PBIO umumnya negatif dan dengan HMGO cenderung positif.

12 54 Pada persamaan keempat dengan variabel dependen HMGO, variabel PBIO dan HTBS tidak memberikan pengaruh yang signifikan, sedangkan variabel HCPO memberikan pengaruh yang signifikan pada lag dua periode sebelumnya. Pola hubungan HMGO dengan variabel HMGO itu sendiri, HCPO dan PBIO adalah negatif, sedangkan hubungannya dengan HTBS adalah positif Impuls Response Function (IRF) Impuls response dapat diartikan sebagai adanya suatu respon dari suatu variabel endogen ketika variabel endogen yang lainnya di shock atau diguncangkan dalam variabel itu sendiri atau variabel endogen lainnya. Impuls respon function (IRF) digunakan untuk menelusuri atau mengetahui pengaruh suatu standar deviasi shock atau guncangan terhadap perubahan yang terjadi pada nilai variabel endogen pada saat ini dan di masa yang akan datang. Nilai IRF memberikan arah besarnya pengaruh antar peubah atau variabel yang diteliti, dalam hal ini yaitu harga CPO (HCPO), produksi biodiesel (PBIO), harga TBS (HTBS), dan harga minyak goreng (HMGO). Dalam model ini respon dari perubahan masing-masing variabel dengan adanya informasi baru diukur dengan 1-standar deviasi. Sumbu x (horizontal) merupakan periode setelah terjadinya guncangan, sedangkan sumbu y (vertikal) merupakan nilai respon. Pada dasarnya analisis ini digunakan untuk mengetahui respon positif atau negatif dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.

13 55 Gambar 4.4 Respon HCPO terhadap guncangan variabel lainnya Pada Gambar 4.4 grafik baris pertama kolom pertama, variabel harga CPO pada perubahan 1-standar deviasi itu sendiri menunjukkan nilai positif. Pada awalnya guncangan HCPO sebesar 1-standar deviasi menunjukkan respon positif atau sekitar 380. Namun dampak guncangan ini akan terus menurun sampai periode ke-12 dengan nilai sekitar -47. Pada periode ke-13 dampak ini kembali menguat sampai periode ke-18, setelah itu kembali menurun hingga periode ke-23. Respon variabel harga CPO terhadap variabel produksi biodiesel dan harga tandan buah segar juga terlihat positif walaupun ada fluktuasi yang cukup terlihat. Sedangkan respon variabel harga CPO terhadap guncangan harga minyak goreng terlihat cenderung negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan produksi biodiesel akan direspon positif oleh harga CPO dengan kata lain peningkatan produksi biodiesel akan ikut memberi peran dalam peningkatan harga CPO dengan jalan meningkatkan permintaan CPO. Respon harga minyak goreng termasuk berfluktuasi dan

14 56 cenderung kembali ke titik nol sehingga dengan kata lain guncangan harga minyak goreng tidak terlalu mempengaruhi harga CPO. Gambar 4.5 Respon PBIO terhadap guncangan variabel lainnya Pada Gambar 4.5 kolom pertama baris pertama, guncangan harga CPO cenderung direspon positif oleh produksi biodiesel. Pada kasus ini kenaikan harga CPO sebagai bahan baku biodiesel ternyata tidak direspon secara negatif oleh produksi biodiesel dan bahkan cenderung positif walaupun berfluktuasi. Hal ini salah satu penyebabnya adalah kebijakan pemerintah yang ingin terus meningkatkan produksi biodiesel. Demi meningkatkan penggunaan biodiesel, pemerintah mengeluarkan undang-undang tentang energi terbarukan serta didukung peraturan presiden no. 5 tahun 2006 yang menyatakan bahwa pada tahun 2025 diharapkan bahan bakar nabati bisa mengantikan penggunaan bahan bakar fosil sebesar 5%. Tetapi serapan biodiesel domestik belum stabil, hal ini dikarenakan kebijakan harga belum menggunakan patokan harga internasional.

15 57 Akibatnya, para produsen lebih memilih untuk ekspor daripada menjualnya di pasar domestik. Respon produksi biodiesel ini bergerak relatif di titik nol atau dengan kata lain guncangan harga minyak goreng tidak terlalu mempengaruhi produksi biodiesel. Gambar 4.6 Respon HMGO terhadap guncangan variabel lainnya Pada Gambar 4.6 baris pertama kolom pertama dan kedua dapat dilihat respon harga minyak goreng terhadap guncangan harga CPO dan produksi biodiesel. Respon harga minyak goreng terlihat positif dan cenderung meningkat. Hal ini seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa produksi biodiesel akan ikut memberi peran dalam peningkatan harga CPO dengan jalan meningkatkan permintaan CPO. CPO sebagai bahan baku minyak goreng, jika harganya naik maka harga minyak goreng pun akan ikut naik. Dengan kata lain dengan kenaikan harga CPO dan peningkatan produksi biodiesel maka harga minyak goreng juga akan ikut naik.

16 Forecast error Variance Decomposition (FEVD) Variance decomposition atau dekomposisi varian ini digunakan untuk melihat karakteristik model setelah sebelumnya dianalisis perilakunya melalui impulse response. Pada dekomposisi varian ini akan dilihat bagaimana varian dari suatu variabel dipengaruhi oleh dirinya sendiri maupun dari pengaruh variabel lainnya. Dekomposisi varian ini digunakan untuk menyusun forecast error variance suatu variabel, yaitu seberapa besar perbedaan antara varian sebelum dan sesudah guncangan. Guncangan ini baik yang berasal dari variabel itu sendiri maupun guncangan dari variabel lainnya untuk melihat pengaruh relatif dari variabel-variabel penelitian terhadap variabel lainnya. Tabel 4.6 Dekomposisi varian untuk variabel HCPO Variabel Dijelaskan oleh Guncangan Periode Dependen HCPO PBIO HTBS HMGO HCPO Analisis dekomposisi varian pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa forecast error variance dari HCPO pada periode pertama ditentukan oleh variabel HCPO itu sendiri. Pada periode berikutnya pengaruh HCPO terhadap variabel HCPO itu sendiri semakin berkurang dan variabel lainnya mulai memberikan pengaruh kepada variabel HCPO. Pada periode ke-12 pengaruh variabel HCPO terhadap variabel HCPO itu sendiri turun menjadi 72,97%, sedangkan variabel lainnya dalam menjelaskan variabel HCPO semakin meningkat. Variabel PBIO memberikan kontribusi sebesar

17 59 10,50%, variabel HTBS memberikan kontribusi sebesar 6,69%, dan variabel HMGO memberikan kontribusi sebesar 9,82%. Hingga periode ke-24 variabel HCPO dapat dijelaskan dari variabel HCPO itu sendiri sebesar 70,18%. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi variabel HCPO lebih banyak dipengaruhi oleh variabel HCPO itu sendiri daripada variabel lainnya. Tabel 4.7 Dekomposisi varian untuk variabel PBIO Variabel Dijelaskan oleh Guncangan Periode Dependen HCPO PBIO HTBS HMGO PBIO Tabel 4.7 ini menyajikan dekomposisi varian untuk variabel produksi biodiesel (PBIO). Forecast error variance dari PBIO pada periode pertama ditentukan oleh variabel PBIO itu sendiri sebesar 99,91% dan juga dijelaskan oleh variabel HCPO sebesar 0,08%, sedangkan variabel HTBS dan HMGO pada periode pertama ini tidak menjelaskan variabel PBIO. Pada periode berikutnya kontribusi PBIO dalam menjelaskan variabel PBIO itu sendiri menurun dan variabel lainnya meningkat. Pada periode ke-12 kontribusi variabel PBIO dalam menjelaskan variabel PBIO itu sendiri turun menjadi 19,75%. Kontribusi variabel HCPO dalam menjelaskan variabel PBIO meningkat cukup drastis, dari 0,08% pada periode pertama menjadi 55,22% pada periode ke-12. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang harga CPO akan mempengaruhi produksi biodiesel karena bahan baku utama biodiesel saat ini memang hanya CPO yang paling potensial.

18 60 Variabel HTBS dan HMGO juga memberi kontribusi yang cukup besar yaitu masing-masing sebesar 11,36 % dan 13,65%. Pada periode ke-24 kontribusi variabel PBIO terhadap variabel PBIO itu sendiri tidak berubah banyak yaitu sebesar 19,35% dan kontribusi variabel lainnya yaitu HCPO, HTBS, dan HMGO masing-masing sebesar 56,91%, 12,51%, dan 11,21%. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi PBIO dalam jangka panjang lebih dipengaruhi oleh variabel HCPO daripada variabel PBIO itu sendiri, sedangkan variabel PBIO, HTBS, dan HMGO mempu menjelaskan variabel PBIO dengan kontribusi kurang dari 20%. Tabel 4.8 Dekomposisi varian untuk variabel HTBS Variabel Dijelaskan oleh Guncangan Periode Dependen HCPO PBIO HTBS HMGO HTBS Analisis dekomposisi varian pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa forecast error variance dari HTBS pada periode pertama banyak dijelaskan oleh variabel HCPO dengan kontribusi sebesar 81,77% baru kemudian dijelaskan oleh variabel HTBS dengan kontribusi sebesar 14,91%. Pada periode berikutnya kontribusi variabel HCPO dalam menjelaskan variabel HTBS cenderung menurun, begitu pula dengan kontribusi variabel HTBS. Dilain pihak, kontribusi variabel PBIO dan variabel HMGO dalam menjelaskan variabel HTBS semakin meningkat. Pada periode ke-24 kontribusi variabel HCPO turun hingga mencapai 67,32% sedangkan variabel lainnya mampu menjelaskan variabel HTBS dengan

19 61 kontribusi berkisar di angka 10%. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi HTBS ternyata banyak dipengaruhi oleh variabel HCPO daripada variabel HTBS itu sendiri. Tabel 4.9 Dekomposisi varian untuk variabel HMGO Variabel Dijelaskan oleh Guncangan Periode Dependen HCPO PBIO HTBS HMGO HMGO Analisis dekomposisi varian pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa forecast error variance dari HMGO pada periode pertama banyak dijelaskan oleh variabel HMGO itu sendiri dengan kontribusi sebesar 81,75% sedangkan kontribusi variabel HCPO, PBIO, dan HTBS mampu menjelaskan variabel HMGO sebesar 0,26%; 10,20% dan 7,78%. Pada periode ke-12 kontribusi variabel HMGO dalam menjelaskan variabel HMGO itu sendiri turun menjadi 10,59% sedangkan variabel HCPO memberikan kontribusi yang semakin tinggi yaitu sebesar 74,41%. Pada periode ke-24 kontribusi variabel HMGO dalam menjelaskan variabel HMGO itu sendiri kembali turun menjadi 7,47% begitu pula dengan variabel HCPO kontribusinya turun menjadi 70,60%. Pada periode ini variabel PBIO dan HTBS memiliki kontribusi masing-masing sebesar 14,23% dan 7,68% dalam menjelaskan variabel HMGO. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi HMGO dalam jangka panjang lebih banyak dipengaruhi oleh variabel HCPO daripada oleh variabel HMGO itu sendiri.

20 IMPLIKASI MANAJERIAL Fluktuasi harga minyak goreng dalam jangka panjang ternyata lebih dipengaruhi oleh harga CPO daripada produksi biodiesel. Namun perlu diingat bahwa CPO selain merupakan bahan baku dari minyak goreng juga saat ini merupakan bahan baku utama dari biodiesel. Sehingga ketika terjadi peningkatan produksi biodiesel maka permintaan CPO juga akan meningkat. Peningkatan permintaan CPO ini bisa memicu kenaikan harga CPO. Ketika harga bahan bakunya naik maka harga minyak goreng akan ikut naik juga. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun harga minyak goreng lebih dipengaruhi oleh harga CPO namun secara tidak langsung akan dipengaruhi juga oleh produksi biodiesel. Kekhawatiran banyak pihak akan adanya persaingan bahan baku antara minyak goreng dan biodiesel memang cukup beralasan. Kenaikan permintaan memang akan memicu kenaikan harga tetapi kenaikan harga ini bisa ditekan dengan peningkatan penawaran akan CPO. Data statistik menunjukkan bahwa produksi CPO Indonesia mencapai diatas 21 juta ton dan ekspor CPO Indonesia mencapai diatas 16 juta ton. Sedangkan menurut Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) konsumsi CPO domestik hanya sebesar 5,5 juta ton. Hal ini menunjukkan persediaan CPO dalam negeri masih bisa ditingkatkan untuk menekan kenaikan harga. Produksi biodiesel kedepannya diprediksi akan terus meningkat. Prediksi peningkatan produksi biodiesel ini tidak terlepas dari produksi biodiesel yang masih dibawah kapasitas terpasangnya. Utilisasi aktual sampai tahun 2011 masih sekitar 40% maka jika kapasitas produksi dioptimalkan atau dimaksimalkan maka dengan demikian kebutuhan akan bahan baku yaitu CPO juga akan meningkat. Belum lagi jika kita melihat kepada rencana kebijakan bauran energi pemerintah yang menargetkan porsi 5% pada tahun Jika melihat data dari Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral maka proporsi biodiesel saat ini baru sekitar 0,1% dari total energy nasional seperti terlihat pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.7 berikut.

21 63 Tabel Bauran energi Indonesia Energi (Ribu BSM) % Minyak Mentah dan Turunannya 549, % Biomasa 288, % Gas Alam & Turunannya 285, % Batu bara 281, % Tenaga Air 44, % Panas bumi 14, % Biodiesel (B100) 1, % Total 1,465, % Sumber: Neraca energi Indonesia ,69% 19,51% 19,20% 3,04% 37,46% 1,00% 0,10% 4,14% Minyak Mentah dan Turunannya Gas Alam dan Turunannya Tenaga Air Biodiesel (B100) Biomasa Batu Bara Panas Bumi Gambar 4.7. Bauran energi Indonesia (Sumber: Neraca energi Indonesia ) Minyak sawit masih menjadi andalan utama Indonesia sebagai bahan baku biodiesel karena bahan baku non-edible seperti jarak pagar masih dalam tahap pengembangan. Penggunaan CPO sebagai bahan baku biodiesel ini memang memiliki trade-off sendiri. Peningkatkan persediaan CPO dalam negeri bisa dilakukan dengan mengambil bagian CPO untuk ekspor tetapi konsekuensinya ekspor CPO Indonesia akan menurun. Peningkatan persediaan CPO ini bisa juga dilakukan dengan peningkatan produksi CPO sehingga tidak mengganggu persediaan CPO ekspor maupun persediaan CPO domestik.

22 64 Peningkatan produksi CPO sendiri bisa dilakukan dengan cara ekstensifikasi atau dengan cara intensifikasi. Peningkatan produksi CPO dengan cara ekstensifikasi saat ini sudah mulai dibatasi melalui Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penundaaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. Pembatasan ini juga dimaksudkan agar tidak terjadi penambahan emisi gas rumah kaca yang ditimbulkan dari pembukaan lahan. Selain itu juga untuk mengurangi dampak negatif lain dari pembukaan lahan diantaranya peralihan penggunaan lahan yang berpotensi menimbulkan konflik dengan masyarakat ataupun peralihan lahan dari lahan pangan menjadi lahan nonpangan. Oleh karena itu pengkatan produksi dengan cara intensifikasi lebih disukai karena dampak yang ditimbulkan lebih bisa dikontrol. Dampak utama dari intensifikasi ini tertama dari sisi pencemaran lingkungan dari input produksi seperti pupuk kimia namun dampak ini bisa diminimalkan dengan mengganti pupuk kimia dengan pupuk alami atau organik. Jadi pada prinsipnya peningkatan produksi ini juga harus mengacu pada efisiensi, diversifikasi, konservasi dan lingkungan. Jadi peningkatan harga minyak goreng yang diakibatkan oleh peningkatan harga CPO akibat produksi biodiesel bisa ditekan dengan jalan meningkatkan persediaan CPO baik dengan pengurangan ekspor maupun dengan peningkatan produksi CPO yang dilakukan dengan asas keberlanjutan baik dari sisi lingkungan, sosial maupun ekonomi.

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penjualan dan Pasokan Bulan January 2005 2006 2007 Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan 293.57 291.82 325.64 546.955 359.88 762.063 February 297.05 291.82 341.45

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Stasioner Data / Uji Akar (Unit Root Test) Suatu data atau variabel dapat dikatakan stasioner apabila nilai rata-rata dan memiliki varians yang konstan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Kualitas Instrumen 1. Hasil Uji Stasioneritas Data (Unit Root Test) Uji stasioneritas data menggunakan metode pengujian ADF (Augmented Dickey Fuller)

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK

INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK 81 VII. INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia saat ini dengan produksi CPO pada tahun 2010 mencapai 23,6 juta ton atau mencapai 44% dari total produksi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran 3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pengembangan bahan bakar alternatif untuk menjawab isu berkurangnya bahan bakar fosil akan meningkatkan permintaan terhadap bahan bakar alternatif, dimana salah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas 5.1.1 Uji Akar Unit ( Unit Root Test ) Tahap pertama dalam metode VAR yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setipa masing-masing variabel,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Variabel dependen

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 70 BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA 101 IX. INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA Meskipun industri minyak goreng sawit telah tersebar di 19 propinsi, sentra produksi minyak goreng yang utama masih terpusat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Data 1. Analisis Bank Indonesia Rate Bank Indonesia rate atau yang disebut dengan suku bunga Bank Indonesia (BI) merupakan kebijakan moneter (keuangan) yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Hasil Uji Stasioneritas/ Unit Root Test Uji stasioneritas dalam penelitian ini adalah menggunakan uji akar-akar unit (Unit Root Test) dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif 4.1.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Produksi padi Indonesia meskipun mengalami fluktuasi namun masih menunjukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pertumbuhan indeks pembangungan manusia Indonesia dan metode penelitiannya adalah analisis kuantitatif

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah Perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia terlihat semakin pesat. Fenomena perbankan syariah di Indonesia dimulai

Lebih terperinci

1 analisis regresi dengan pendekatan VECM

1 analisis regresi dengan pendekatan VECM 1 analisis regresi dengan pendekatan VECM BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI, SE., M.SI MODEL VECM 10. Pengertian VECM VECM (atau Vector Error Correction Model) merupakan metode turunan dari VAR.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan memiliki tujuan yang pada dasarnya mendapatkan keuntungan demi kelancaran usahanya dan mampu bersaing dalam lingkungan bisnis secara

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kuantitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1%

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1% BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Stasioneritas Data Data yang akan digunakan untuk estimasi VAR perlu dilakukan uji stasioneritasnya terlebih dahulu. Suatu data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012. Penelitian dilakukan di Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). Penentuan tempat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI

APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI BAHAN AJAR APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI MODEL VAR Pengertian VAR AGUS TRI BASUKI Dosen Fakultas Ekonomi Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Vector Autoregression atau VAR merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua data mengenai variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total pembiayaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS EKONOMI LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERIODE DOI: /medstat

KAJIAN AKTIVITAS EKONOMI LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERIODE DOI: /medstat p-issn 1979 3693 e-issn 2477 0647 MEDIA STATISTIKA 9(2) 2016: 119-132 http://ejournal.undip.ac.id/index.php/media_statistika KAJIAN AKTIVITAS EKONOMI LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif deskripstif merupakan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah pengeluaran riil pemerintah (G t ), PBD riil (Y t ), konsumsi (CC t ), investasi (I t ), Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Deskripsi Data Penelitian Semua data yang digunkana dalam analisis ini merupakan data sekunder mulai tahun 1995 sampai tahun 2014 di Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sumber Data Keselurahan data yang diterima sebelumnya belum mengindikasikan dinamika perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Data Penelitian Bab ini menjelaskan tentang analisis data dan hasil pengolahan data. Jenis data yang digunakan penulis adalah data time series dengan kurun waktu

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI 3 BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian seperti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis dan Sumber Data 41 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Analisis integrasi pasar dan transmisi harga merupakan bagian dari analisis data time series. Penelitian ini menggunakan data bulanan pada periode Januari

Lebih terperinci

k int 12( T /100) (Hayashi, 2000 dalam Eviews, 2002).

k int 12( T /100) (Hayashi, 2000 dalam Eviews, 2002). 51 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Inovasi Sistem Pembayaran 5.1.1 Uji Unit Root Pada tahap pertama, karakteristik data diuji dengan menggunakan uji akar unit. Uji ini diterapkan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Energi XYZ Semula pengusahaan gas XYZ di Indonesia adalah perusahaan gas swasta Belanda yang berdiri pada tahun 1859. Pada

Lebih terperinci

INTERKORELASI ANTARA BI RATE DENGAN BAGI HASIL TABUNGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA

INTERKORELASI ANTARA BI RATE DENGAN BAGI HASIL TABUNGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA INTERKORELASI ANTARA BI RATE DENGAN BAGI HASIL TABUNGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA Lianti, T. Mustaqim 1) Elsha Nora 2) 1,2) Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe 3) Alumni Politeknik Negeri Lhokseumawe Abstract:

Lebih terperinci

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Skripsi ini meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Skripsi ini meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi 53 BAB 1V 4.1 Diskripsi Data Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Skripsi ini meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat di Indonesia tahun 1995-2014 dengan model error correction

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Data penelitian Penelitian interdependensi pasar saham indonesia dengan pasar saham dunia ini menggunakan data sekunder berupa nilai penutupan harian/daily

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

ANALISIS VECTOR AUTOREGRESION (VAR) TERHADAP INTERRELATIONSHIP ANTARA IPM DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA

ANALISIS VECTOR AUTOREGRESION (VAR) TERHADAP INTERRELATIONSHIP ANTARA IPM DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA ANALISIS VECTOR AUTOREGRESION (VAR) TERHADAP INTERRELATIONSHIP ANTARA IPM DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA MASTA SEMBIRING Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dilakukan pengujian terhadap data yang meliputi pemilihan model dengan membandingkan antara model linear dan model logarima, pengujian kausalitas,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Volatilitas Harga Minyak 4.1.1 Deskripsi Data Plot data harga minyak pada bulan Januari 2000 hingga bulan Desember 2011 dapat dilihat pada Gambar 4.1. Hal ini menunjukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN.... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 9 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4. Manfaat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA. yang paling banyak dikonversi menjadi biodiesel di Amerika Serikat sekitar 9% (Wikipedia, 2009).

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA. yang paling banyak dikonversi menjadi biodiesel di Amerika Serikat sekitar 9% (Wikipedia, 2009). PENDAHULUAN Harga berbagai jenis minyak nabati dunia ditengarai berinteraksi satu sama lain karena adanya penggunaan yang saling menggantikan (substitusi) di antara berbagai jenis minyak nabati. Hal yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Input Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan Foreign Direct Investment ((FDI). Deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS

V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Kesimpulan yang di dapatkan dari hasil analisis dan pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil dari tiga tahapan pengujian yang telah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam pencarian metode peramalan terbaik, diperlukan berbagai informasi relevan sebagai data penunjang untuk pasar kue. Peramalan pasar kue dapat dilakukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengujian Pra Estimasi 5.1.1. Uji Kestasioneran Data Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, untuk melihat ada atau tidaknya unit root

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Mercu Buana dengan data yang diambil adalah harga penutupan dari tahun 2009-2015, untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan suatu variabel yang digunakan dalam penelitian yang diteliti oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif mewakili seluruh contoh populasi dalam penelitian. Hal ini menjelaskan mengenai kecenderungan data tengah dan pengukuran

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious regression. Jika nilai t-

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious regression. Jika nilai t- BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Unit Root Test Uji akar unit atau disebut juga dengan uji akar stasioner yang digunakan untuk menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISA PENERIMAAN PAJAK REKLAME KOTA MALANG

ANALISA PENERIMAAN PAJAK REKLAME KOTA MALANG ANALISA PENERIMAAN PAJAK REKLAME KOTA MALANG JURNAL ILMIAH Disusun Oleh: Silvia Ristina Puspitaningsih 0910210088 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 ANALISA

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 25 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci