EFISIENSI PELATIHAN PENERAPAN KONSEP FESYEN DAN PELUANG KERJASAMA PADA GURU MENENGAH KEJURUAN BUSANA DAN TEKSTIL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFISIENSI PELATIHAN PENERAPAN KONSEP FESYEN DAN PELUANG KERJASAMA PADA GURU MENENGAH KEJURUAN BUSANA DAN TEKSTIL"

Transkripsi

1 EFISIENSI PELATIHAN PENERAPAN KONSEP FESYEN DAN PELUANG KERJASAMA PADA GURU MENENGAH KEJURUAN BUSANA DAN TEKSTIL Jurusan Desain Grafis, Politeknik Negeri Media Kreatif, Jakarta pratiwi.polimedia@gmail.com Abstrak Program Studi Desain Mode Politeknik Negeri Media Kreatif salah satunya telah melaksanakan Seminar dan pelatihan Seminar dan Pelatihan Penerapan Konsep Fesyen bagi para guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Busana maupun Tekstil yang bertempat pada Gedung A Politeknik Negeri Media Kreatif pada tanggal 20 September sampai dengan 30 September Penelitian ini membahas efisiensi dan peluang kerjasama seminar pengabdian pada masyarakat yang telah diadakan oleh program studi desain mode pada mitra kerjasamanya yakni beberapa SMK Kejuruan Tata Busana dan tekstil. Metodologi yang digunakan menggunakan metodelogi analisis kualitatif berdasarkan sumber literasi dan wawancara serta penyebaran lembar tanya jawab pada akhir acara seminar. Pendekatan kualitatif akan menghasilkan deskriptif analisis. Konten analisis menyampaikan tiga syarat, yaitu: obyektivitas, pendekatan sistematis, dan generalisasi. Analisisis harus berlandaskan aturan yang dirumuskan secara eksplisit. Untuk memenuhi syarat sistematis, untuk kategori isi harus menggunakan katerangan yang didapat langsung dari wawancara dan wawancara oleh para guru SMK. Hasil analisis dapat menyajikan generalisasi dan kesimpulan. Diharapkan dalam penelitian kali ini dapat bermanfaat membuka peluang kerjasama yang berkesinambungan antara pihak SMK Tata Busana dan Tekstil dan pihak Politeknik Negeri Media Kreatif. Kata kunci : peluang kerjasama, Sekolah Menengah Kejuruan, tata busana, tekstil Volume 04 Nomor 01 Januari

2 1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang Guru sebagai pendidik dan pengajar dalam fungsinya wajib diberdayakan untuk melakukan kegiatan proses belajar dan mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam fungsinya sebagai pengajar dan pendidik, seorang guru diharapkan dapat mengembangkan ilmu dan kompetensinya dengan mengikuti berbagai acara seminar dan workshop pengembangan diri agar dapat mempersiapkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan dunia mode dalam skala nasional dan diharapkan dapat berkembang ke tingkat Internasional. Dalam pengabdian pada masyarakat yang sudah dilakukan tim desain mode Politeknik Negeri Media Kreatif pada tanggal September 2015, berbagi dan sharing ilmu desain bagi bagi para guru Sekolah Menengah Kejuruan khususnya kejuruan Busana dan Tekstil. Tim Dosen Prodi Desain Mode PoliMedia menawarkan kegiatan pelatihan penerapan Esensi desain, pembuatan Moodboard, dan trik dan tips dalam pembuatan pola bagi guru Sekolah Menegah Kejuruan (Busana dan Tekstil), dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penerapan Esensi Desain dan pembuatan Moodboard di kalangan guru Sekolah Menengah Kejuruan di wilayah Jakarta.Pengabdian ini diorientasikan pada wilayah Jakarta Selatan dan Depok yang berada di lingkungan Politeknik Negeri Media Kreatif. Dalam penelitian kali ini membahas efisiensi dan peluang kerjasama seminar pengabdian pada masyarakat yang telah diadakan oleh program studi desain mode pada mitra kerjasamanya yakni beberapa SMK Kejuruan Tata Busana dan tekstil. Metodologi yang digunakan menggunakan metodelogi analisis kualitatif berdasarkan sumber literasi dan wawancara. Pendekatan kualitatif akan menghasilkan deskriptif analisis. Konten analisis menyampaikan tiga syarat, yaitu: obyektivitas, pendekatan sistematis, dan generalisasi. Analisisis harus berlandaskan aturan yang dirumuskan secara eksplisit. Untuk memenuhi syarat sistematis, untuk kategori isi harus menggunakan katerangan yang didapat langsung dari wawancara dan wawancara oleh para guru SMK Rumusan masalah Berdasarkan uraian singkat diatas, penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana hasil pelatihan seminar esensi desain pembuatan moodboard pada guru SMK b. Bagaimana peluang kerjasama yang dihasilkan setelah terjalinnya hubungan antara guru SMK dengan Tim Desain Mode 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Memberikan pengetahuan di bidang Konsep Desain Busana dan Tekstil serta pembuatan Moodboard. b. Menjalin kerjasama yang berkesinambungan antara pihak SMK dan Politeknik Negeri Media Kratif 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian di lingkungan akademik adalah: a. Memperkenalkan teknologi Konsep Desain Busana dan Tekstil serta pembuatan Moodboard pada guru SMK, agar para guru mendapat pembekalan mengenai proses desain dan pembuatan moodboard b. Membuka peluang kerjasama antara pihak SMK dan Politeknik Negeri Media Kreatif 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup dari penelitian ini adalah menganalisa efisiensi dan peluang kerjasama seminar pengabdian pada masyarakat yang telah diadakan oleh program studi desain mode dengan Volume 04 Nomor 01 Januari

3 menggunakan metodelogi analisis kualitatif berdasarkan sumber literasi dengan informasi pendukung wawancara wawancara di lapangan. 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Pembahasan Desain Fashion Fashion selalu berubah dan desainer dituntut untuk berkreasi secara terus menerus sesuai dengan pergantian musim, karena tuntutan yang kuat untuk membuat kreasi kreasi baru. Seorang Desainer harus menggali secara terus-menerus apa yang menjadi sumber inspirasi untuk membuat satu koleksi. Seorang desainer seperti pengumpul barang dan selalu berburu untuk segala sesuatu yang baru dan menarik untuk memberi inspirasi. Menyatukan materialmaterial yang didapat merupakan kebutuhan untuk solusi proses kreatif esensi memperkaya imaginasi Riset dalam Desain Fashion Riset adalah tentang Penyelidikan/Belajar tentang sesuatu yang Baru atau sesuatu dari Masa lalu. Semua itu dapat melalui studi literatur atau kepustakaan, kunjungan/ observasi, melihat dan hal tersebut merupakan rekaman serta informasi. Ada 2 tipe riset yaitu: 1. Mengumpulkan benda-benda atau hal-hal yang berkaitan. seperti: kancing, pita, zipper, fabric(bahan)dll. 2. Visual inspirasi, Mood dari konsep adalah penting dalam membangun identitas untuk karya kreatif. Riset harus luas dan dalam, sehingga karya kreatif menjadi sangat orisinal. Riset harus seperti buku harian / jurnal, memperlihatkan apa yang anda minati, siapa dan apa yang terjadi. Trend, issue politik dan sosial dapat didokumentasi dan semua mempunyai dampak pada riset dan proses kreatif desain. Informasi ini dapat digunakan pada waktu sekarang maupun yang akan datang. Riset memberi inspirasi sebagai individu yang kreatif yang dapat membuka jalan untuk merangsang pikiran dan membuka petunjuk baru dalam desain. Riset adalah jalan untuk memperlihatkan bagaimana harus melihat dunia dan bagaimana manusia memikirkannya. Dalam mendesain fashion yang harus dilewati seorang desainer adalah membuat brainstorming, berfikir siapa target marketnya, style dan look yang ingin ditampilkan, sumber ide (riset) Target Market Definisi yang diberikan oleh Pride & Ferrel (1995) mengatakan bahwa segmentasi pasar adalah suatu proses membagi pasar ke dalam segmen-segmen pelanggan potensial dengan kesamaan karakteristik yang menunjukkan adanya kesamaan perilaku pembeli. Di lain pihak Pride & Ferrel (1995) mendefinisikan segmentasi pasar sebagai suatu proses pembagian pasar keseluruhan menjadi kelompok kelompok pasar yang terdiri dari orang orang yang secara relatif memiliki kebutuhan produk yang serupa. Ada beberapa variabel segmentasi yaitu: Demografis, segmentasi ini dilakukan dengan membagi pasar ke dalam kelompokkelompok berdasarkan variabel demografis seperti : Usia, Gender, Pendapatan, Pendidikan, Pekerjaan, Geografis. Psikografis, segmentasi ini dilakukan dengan membagi pasar ke dalam kelompokkelompok yang berlainan menurut kelas sosial, gaya hidup, kepribadian, latar belakang, dan lain-lain Style Style adalah gaya berpakaian seseorang yang ditilik sesuai dengan kepribadian, gaya hidup, kegemaran, dan tingkah pola mereka dalam suatu masyarakat atau lingkungan. Style dapat juga diartikan sebagai tipe perempuan. Volume 04 Nomor 01 Januari

4 Style adalah bagian dari kata benda yang memiliki arti prosedur tertentu yang dilakukan sikap atau cara tertentu. Style secara etimologi berasal dari bahasa Perancis lama pada tahun 1300 yaitu estile. Estile memiliki arti menunjukkan hak milik yang mengacu pada cara berekspresi. Kata style mengalami pergeseran makna menjadi mode or fashion of life pada tahun Tahun 1814 style lebih mengacu pada makna mode of dress Mode Mode, sebagai bagian dari sejarah, dan selalu berulang dengan sendirinya. Menjadi salah satu media untuk menutupi tubuh dan berkreasi dengan gaya berpakaian yang baru. Sehingga memunculkan banyak gaya dan dibutuhkan cara untuk mengelompokkan gaya tersebut. Pengelompokan gaya berpakaian itu secara yang visual memiliki ciri sama, disebut Look Look Look dapat diartikan sebagai tampilan atau gaya berbusana yang mengambil dan diadaptasi dari beberapa unsur yang ada dilingkungan sekitar atau media. Penampilan dari kelompok atau publik figur dapat dijadikan inspirasi untuk berpanampilan. Saat proses mendesain pemilihan look oleh desainer harus dipilih sesuai dengan tema yang diangkat. Sehingga memudahkan desainer untuk fokus pada rencana awal desain tersebut.lorraine Johnson, The Book of Looks, New York, Plume, 1983, h Moodboard dan Kolase Kolase Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kolase memiliki arti komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan (dari kain, kertas, kayu) yang ditempelkan pada permukaan gambar. Kata kolase berasal dari bahasa Perancis coller yang memiliki arti lem. Istilah ini diciptakan oleh Georges Braque dan Pablo Picasso. Istilah ini diperkenalkan pada awal abad ke- 20 dan menjadi bagian dari ciri seni modern. Kolase juga disebut sebagai titik balik evolusi dari seni kubism dan disebut sebagai pengaruh utama perkembangan seni modern pada masa tersebut. Teknik kolase awalnya digunakan saat penemuan kertas di Cina (200 SM). Penggunaan kolase pada masa itu tidak digunakan oleh banyak orang. Teknik kolase mulai dikenal pada abad ke- 10 ketika para pembuat kaligrafi menggunakan kertas yang ditempel pada tulisan puisi mereka. Teknik ini juga muncul di benua Eropa pada abad ke-13. Di Eropa teknik ini tidak menggunakan kertas yang ditempel sebagai bahan utamanya. Lembaran emas, batu permata, dan perhiasan lainnya digunakan sebagai bahan utama dan ditempelkan di beberapa katedral gotik sekitar abad ke- 15 dan ke- 16. Teknik kolase mengalami perkembangan pada abad ke- 19 digunakan sebagai pengisi waktu luang untuk menyusun cindera mata (biasanya berupa album foto) atau membuat buku. Penjelasan tentang kolase tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kolase adalah teknik pembuatan karya artistik, yang menggunakan teknik menempelkan sesuatu ke permukaan Moodboard Mood board adalah jenis kolase yang mengkomposisikan gambar, tulisan, dan beberapa contoh bahan untuk menggambarkan konsep karya seni. Fashion Desainer biasanya menggunakan mood board untuk mengembangkan konsepnya dan memaparkan konsep tersebut pada klien atau tim desainnya. Fashion mood board biasanya disertai sketsa atau gambar busana yang dijadikan fokus utamanya. Mood board di dalamnya juga terdapat kliping dari majalah atau media cetak lainnya. Kliping tersebut dijadikan desainer sebagai inspirasi, misalkan gambar lautan Volume 04 Nomor 01 Januari

5 menginspirasi desainer untuk membuat gaun sutra berwarna biru gelap. Penambahan detail seperti pita dapat ditemukan dalam fashion mood board. Pengertian mood board secara singkat adalah alat yang digunakan desainer sebagai gambaran kongkrit dari ide atau konsep (bersifat abstrak) untuk mengkomunikasikan konsep dari desainer tersebut. 3. Metodelogi Penelitian ini membahas efisiensi dan peluang kerjasama seminar pengabdian pada masyarakat yang telah diadakan oleh program studi desain mode pada mitra kerjasamanya yakni beberapa SMK Kejuruan Tata Busana dan tekstil. Metodologi yang digunakan menggunakan metodelogi analisis kualitatif berdasarkan sumber literasi dan observasi. Pendekatan kualitatif akan menghasilkan deskriptif analisis. Konten analisis menyampaikan tiga syarat, yaitu: obyektivitas, pendekatan sistematis, dan generalisasi. Analisisis harus berlandaskan aturan yang dirumuskan secara eksplisit. Untuk memenuhi syarat sistematis, untuk kategori isi harus menggunakan katerangan yang didapat langsung dari wawancara dan wawancara oleh para guru SMK. Hasil analisis dapat menyajikan generalisasi dan kesimpulan. Berikut Tahapan Penelitian yang telah dilaksanakan sesuai dengan jadwal penelitian: Tahap 1 (Pra Penelitian) Tahap 2 (Pengumpulan Data) Berikut Penjelasan Target Luaran berdasarkan Tahapan Penelitian Tabel 1. Rincian Kegiatan dan Target Luaran setiap tahap Penelitian Rincian Kegiatan dan Target Luaran setiap Tahap Tahapan Target Luaran o. Kegiatan Tahap 1 a.mengetahui keseluruhan. Pra Penelitian rancangan penelitian. b.persiapan perlengkapan penelitian... Tahap 2 Pengumpulan data Tahap 3 Analisis data Hasil dan Kesimpulan a. Mengetahui informasi tentang seminar dan pelatihan Esensi desain dan moodboard b. Mengetahui informasi tentang kebutuhan akan SMK Tata Busana dan tekstil c. Mengetahui informasi tentang Perkembangan Kebutuan Desain Mode di Politeknik Negeri Media Kreatif d Penyebaran Wawancara yang di isi oleh para guru SMK yang mengikuti seminar dan pelatihan Menganalisa datadata literasi dengan tujuan dapat menarik kesimpulan dan menjadi sumber informasi Target luaran wajib yang akan dicapai pada penelitian ini adalah : a. Publikasi ilmiah dalam jurnal. b. Menjadi bahan referensi penelitian selanjutnya. Tahap 3 (Analisis data) Tahap 4 (Hasil dan Kesimpulan) Gambar 1. Tahapan Penelitian Volume 04 Nomor 01 Januari

6 4. Pembahasan Hasil 4.1. Hasil Pengabdian Pada Masyarakat oleh Dosen Desain Mode tanggal September Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat yang dipersembahkan oleh para pengajar Program Studi Desain Mode dengan judul Pelatihan Penerapan Esensi Desain dan Moodboad Pada Proses Pembuatan Desain Busana Dalam Rangka Peningkatan Kompetensi Guru Pada Sekolah Menengah Kejuruan Busana dan Tekstil, tertuang dalam Acara Seminar dan Pelatihan Penerapan Konsep Desain. Kegiatan Seminar dan pelatihan ini berjalan dengan lancar yang dihadiri oleh 6 Peserta dari 7 Undangan SMK Busana dan Tekstil di sekitar Politeknik Negeri Media Kreatif. Peserta pelatihan terlihat antusias dengan materi pelatihan yang diberikan. Hal ini terlihat dari awal hingga akhir acara, dan kehadiran yang lebih awal dari jadwal yang sudah dibagikan. Materi mengenai dasar-dasar desain yang tertuang dalam judul Esensi Desain yang terdiri atas 1. Estetika terdiri atas Unsur dan Prinsip Desain, terkait dengan Prinsip-Prinsip dalam desain. 2. Ergonomika, terkait hubungan antara manusia dengan alat kerjanya (dipelajari dalam matakuliah teknik jahit dan pola) 3. Teknologi, terkait Technical Know- How, cara pembuatan karya mode (dipelajari dalam matakuliah Studio dan teknik Jahit) 4. Semantika, terkait makna atau nilai elemen Visual Mode (dipelajari dalam matakuliah studio, dalam pembuatan Moodboard) 5. Manajemen bisnis, terkait kewirausahaan dalam mengelola produk-produk dalam industri mode (dipelajari dalam matakuliah fashionpreneurship). Penjelasan secara detail di dalam seminar yakni mengenai prinsip dan unsur desain, agar peserta dapat memahami dalam proses pembuatan karya desain. Prinsip dan unsure desain merupakan hal yang paling penting dalam proses pembuatan desain, karena pada saat pembuatan konsep dan proses riset, unsur desainlah yang berperan dalam menemukan sebuah ide kreatif dan tema dalam pembuatan busana. Pada hari kedua peserta pengabdian melakukan pelatihan untuk membuat sketsa dari hasil pembuatan Moodboard yang sudah mereka buat dihari pertama. Sedangan pengertian Moodboard itu sendiri adalah media perencanaan bagi desainer dalam menyajikan dan membahas fakta permasalahan yang dikaji secara deskriptif dalam bentuk hasil analisis visual yang dilakukan. Masil Moodboard itu sendiri berupa papan, buku, maupun catalog yang berisi tentang kumpulan gambar dan penjelasan mengenai ide image yang akan desainer wujudkan. Gambar-gambar tersebut bisa berupa tempelan-tempelan gambar berasar dari majalah yang disusun dan diberi penjelasan-penjelasan berupa warna-warna yang mendominasi, target pengguna, dan lain-lain. Tujuan dari pembuatan Moodboard adalah untuk menentukan tujuan, arah dan panduan dalam membuat karya cipta, sehingga proses kreatifitas yang dibuat tidak menyimpang dari tema yang telah ditentukan. Pelajaran Moodboard yang peserta dapatkan antara lain proses dan tahapan pembuatan Moodboard diantaranya yaitu: 1. Menentukan tema dan jenis karya yang diangkat 2. Pengayaan visual (foto/ ilustrasi/ artwork dll yang akan digunakan) Volume 04 Nomor 01 Januari

7 3. Warna yang akan digunakanddalam pembuatan desain 4. Tipografi yang akan digunakan 5. Elemen lain yang akan digunakan (terkait tekstur dan reka bahan) Pada hari ketiga para guru diberikan materi Inovasi Pola atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Pattern magic. Pattern magic adalah teknik pembuatan pola busana yang berasal dari Jepang. Pattern magic dibuat oleh Tomoko Nakamichi, seorang ahli fashion dari Jepang. Pattern magic ini diwujudkan dengan analisa model yang tepat, membuat pecah pola sedemikian rupa yang hasil busananya menjadi 3dimensi. Pattern magic diterapkan pada blus, gaun, rok wanita dengan bermacam model yang sesuai dengan namanya yaitu Pattern magic. Kegiatan pengabdian oleh tim dosen Desain Mode dengan judul proposal Pelatihan Penerapan Esensi Desain dan Moodboad Pada Proses Pembuatan Desain Busana Dalam Rangka Peningkatan Kompetensi Guru Pada Sekolah Menengah Kejuruan Busana dan Tekstil, yang tertuang dalam acara Seminar dan Pelatikan Pembuatan Konsep Desain Fesyen. Pelatihan ini dibutuhkan, karena peserta mengeluhkan banyak sektor industri tekstil membutuhkan lulusan SMK yang mengerti dan bisa mendesain busana, sedangkan di SMK Busana dan tekstil itu sendiri tidak tersedia mata pelajaran pembuatan moodboard dan konsep desain. Guru bertanggung jawab atas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya sehingga mereka harus menjaga kualitas pembelajarannya. Oleh karena itu diperlukan pelatihan untuk meningkatkan kualitas dan pengetahuan yang mendalam mengenai ilmu desain dan praktek pembuatan moodboard, sehingga pada saat mereka mengajar nanti, mereka dapat memasukkan unsur-unsur desain dalam proses pembuatan busana siswanya. Pelatihan ini memberikan manfaat bagi guru untuk berlatih dalam pembuatan moodboard dan inovasi pola berdasarkan penerapan konsep esensi desain. Dalam prakteknya pembuatan moodboard, para guru sangat antusias, karena materi ini baru bagi mereka. Pada prinsipnya pembuatan moodboard sangat penting dalm pembuatan desain busana, khususnya bagi mereka lulusan SMK yang ingin berkecimpung dalam dunia fesyen di industry fesyen dan tekstil. Guru-guru yang masih jarang melakukan desain sketsa dapat terlatih lagi dalam pembuatan sketsa, dan dibekali ilmu sketsa dalam pelatihan ini.peserta juga mendapatkan buku panduan dalam Seminar KIT nya, agar saat nanti mengajar di sekolahnya dapat mengacu pada buku yang sudah dibekali oleh tim dosen desain mode Politeknik Negeri Media Kreatif. Sedangkan hasil Moodboard yang sudah mereka buat dapat juga para guru bawa kesekolahnya agar dapat menjadi alat peraga saat mereka mengajar di sekolahnya masing-masing. Kegiatan pelatihan penerapan esensi desain dan Moodboard untuk para guru SMA/SMK di Jakarta Selatan ini dilaksanakan pada September tahun Pelatihan proses desain dilaksanakan di Gedung A, ruang A.2.5 dan A.2.6 Kampus Politeknik Negeri Media Kreatif, Jakarta Selatan Hasil wawancara % menjawab perlu Ilmu Desain dan Pembuatan Moodboard diketahui para Guru SMK, dengan alasan bahwa di sekolah siswa tidak ada pembahasan mengenai ilmu desain, namun di tempat siswa Volume 04 Nomor 01 Januari

8 mereka kerja praktek, siswa dituntut untuk mengetahui perkembangan desain dan cara kerja desain dengan riset dan pembuatan moodboard % menjawab pembuatan moodboard dan pembuatan inovasi pola bermanfaat bagi mereka dan mereka sangat puas dengan hasil yang didapatkan dan bisa dibawa pulang sebagai alat peraga pengajaran % menjawab efektifitas seminar Pelatihan Penerapan Konsep Desain Fesyen sudah Sangat Baik, sisanya menjawan Cukup Baik, karena terkait waktu dan tempat serta publikasi agar dapat ditingkatkan lagi. 4. Masukan dan saran bagi penyelenggara acara seminar dan workshop, supaya acara diadakan saat akhir pekan, agar para guru dapat meluangkan waktu mereka untuk mengikuti seminar dan workshopkarena kendala mereka dengan jam pelajaran para guru jika seminar dilakukan di jam kerja. 5. Masukan dan saran untuk fasilitas dan pelayanan Seminar dan Pelatihan Penerapan Konsep Desain Fesyen yang diadakan oleh Politeknik Negeri Media Kreatif. 90% menjawab sudah sangat baik, sisanya menjawan Cukup Baik % para peserta seminar merasa perlu adanya rutin diadakan acara serupa, agar para guru dapat memingkatkan ilmu dan pengetahuan khususnya pengetahuan desain fesyen, sehingga dapat mengikuti perkembangan trend dan mode. 20 menjawab 4kali dalam setahun, 60% menjawab 2kali dalam 1 tahun, 20% menjawab 1 tahun sekali. 7. Bentuk kerja sama yang banyak dipilih oleh para guru diantaranya: a. Kunjungan SMK ke Polimedia b. Dosen tamu/ Guru Tamu ke SMK-SMK 5. Kesimpulan dan saran 5.1. Kesimpulan Kegiatan Pelatihan Penerapan Esensi Desain dan Moodboad Pada Proses Pembuatan Desain Busana Dalam Rangka Peningkatan Kompetensi Guru Pada Sekolah Menengah Kejuruan Busana dan Tekstil yang diadakan oleh tim dosen Desain Mode Politeknik Negeri Media Kreatif dapat berjalan dengan lancar. Hampir semua peserta antusias dan merasakan manfaat pelatihan. Pelaksanaan pengabdian untuk para guru SMK Busana dan Tekstil di sekitar daerah lingkungan Politeknik Negeri Media Kreatif dapat disimpulkan berhasil yakni dengan memberikan pemahaman Esensi Desain yang tertuang dalam prinsip dan unsur desain, lalu tahap selanjutnya yaitu pembuatan moodboard dengan dasar riset desain, lalu selanjutnya membuat sketsa desain dan terakhir dengan memberikan tips dan trik inovasi pola. Keberhasilan ini ditunjukkan antara lain oleh: a. Kesesuaian materi dengan kebutuhan siswa-siswa SMK Busana dan Tekstil dalam mata pelajaran desain, agar dapat meningkatkan kompetensinya guna mempersiapkan lulusan terbaik sesuai kebutuhan dunia industri. b. Adanya respon yang positif dari peserta mengingat kegiatan pengabdian merupakan kebutuhan guru dalam rangka meningkatkan profesionalitasnya. c. Para Guru dapat mengambil ilmu dan langsung dapat membawa kesekolahnya alat peraga yakni buku panduan dan alat peraga moodboad yang sudah pernah mereka parktekkan saat pelatihan, sehingga dapat memudahkan mereka dalam pengajaran dan bimbingan siswa saat mengikuti lomba-lomba baik skala Nasional maupun Internasional.Dari tanggapan pertanyaan peserta pada wawancara dari peneliti, dalam hal ini Volume 04 Nomor 01 Januari

9 peserta Acara Seminar dan Pelatihan Penerapan Konsep Desain maka bentuk kerjasama yang bisa dilaksanakan kedepan oleh Politeknik Negeri Media Kreatif dengan pihak SMK diantaranya: a. Perlu diadakan jadwal rutin bagi Guru SMK kejuruan acara seminar serupa yang diadakan Politeknik Negeri Media Kreatif, agar adanya sharing ilmu pengetahuan. b. Kunjungan SMK ke Polimedia, khususnya siswa-siswa SMK Tata busana dan Tekstil agar mengetahui adanya Kampus Negeri bagi mereka yang ingin melanjutkan studinya ke perguruan yang lebih tinggi. c. Dosen tamu/ Guru Tamu dari pihak Politeknik Negeri Media Kreatif untuk hadir satu semester sekali atau setahun sekali dalam rangka membuka wawasan ilmu bagi siswa yang tidak diajarkan di Sekolah SMK mereka Saran Acara Seminar yang diadakan oleh Politeknik Negeri Media Kreatif dari Program Studi Desain Mode dapat berjalan dengan lancar dan hampir semua peserta antusias dan merasakan manfaat pelatihan dan workshop. Para guru SMK Busana dan Tekstil dapat meningkatkan profesionalitasnya dengan cara banyak menghadiri acara-acara seminar dan pelatihan yang akan memingkatkan ilmu dan pengtahuan khususnya pengetahuan desain fesyen, sehingga dapat mengikuti perkembangan trend dan mode. Untuk Selanjutnya guru meminta agar pelatihan serupa dapat dilaksanakan kembali dengan peserta yang lebih banyak dan lebih luas. Cliffs Englewood, N.J. (1971): Encyclopedia of Textiles, (second Edition), USA. Chaney, David.(2009). Lifestyles : Sebuah Pengantar Komprehensif. Jalasutra. Jogjakarta. Gerval, Oliver. (2009). Fesyen : Concept to Catwalk. Page One Publishing Pte. Ltd, Singapore. Haldani, Achmad. (1999). Catatan Kuliah Fesyen. Institut Teknologi Bandung. Hallet, Clive; Johnston, Amanda. (2010). Fabric for Fesyen. Laurence King Publishing Ltd. London. Holscher, Joost & co. (2000). Fesyen Design The Pepin Press BV, Amsterdam Mayall, WH. (1979) : Principles in Design Council, London. Mora, Charo. (2009). Color in Fesyen. Page One Publishing Pte. Ltd, Singapore. Susanto, AB. (2001). Potret-Potret Gaya Hidup Metropolis. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. 6. Daftar Pustaka Barvel, M. Principle of Design. (2002) : Elements and Volume 04 Nomor 01 Januari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mode atau fashion merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Kebutuhan akan dunia mode atau fashion termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, Indonesia telah memasuki era globalisasi secara perekonomian, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, Indonesia telah memasuki era globalisasi secara perekonomian, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, Indonesia telah memasuki era globalisasi secara perekonomian, dimana globalisasi tersebut telah menimbulkan berbagai dampak di berbagai bidang. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Program studi Pendidikan Tata Busana sebagai salah satu program studi yang bernaung di jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga di Fakultas Pendidikan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ready-to-wear di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat, banyak para desainer dan brand lokal bermunculan dengan karakteristik yang berbeda-beda dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang mempunyai berbagai macam kebutuhan, antara lain sandang, pangan, dan papan. Sandang merupakan kebutuhan primer yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Ilmu Pengetahuan; Teknologi; dan Seni (IPTEKS), sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Ilmu Pengetahuan; Teknologi; dan Seni (IPTEKS), sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan manusia akan fashion semakin berkembang, seiring perkembangan Ilmu Pengetahuan; Teknologi; dan Seni (IPTEKS), sehingga menuntut para pelaku usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik ikat celup sudah mendunia di berbagai Negara, Contohnya di Negara India mempunyai teknik Bandhni, Jepang dengan Shibori, dan Thailand dengan Mudmeenya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang La Belle Epoque merupakan jaman keemasan dan jaman kemakmuran di Perancis. Periode La Belle Epoque dalam sejarah Perancis yang konvensional di mulai pada tahun 1871

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan pokok manusia yang menjadi pelindung bagi tubuh, menyamarkan kekurangan tubuh, memberikan rasa percaya diri, menutupi aurat dan menggambarkan

Lebih terperinci

PENERAPAN HASIL BELAJAR DESAIN HIASAN BUSANA PADA PEMBUATAN HIASAN LEKAPAN ADIBUSANA

PENERAPAN HASIL BELAJAR DESAIN HIASAN BUSANA PADA PEMBUATAN HIASAN LEKAPAN ADIBUSANA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap aspek kehidupan manusia, salah satunya dalam bidang fashion. Kebutuhan manusia akan fashion semakin meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Dapat dilihat dari pagelaran-pagelaran fashion yang kini mulai ramai. memahami bahasa atau istilah yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. ini. Dapat dilihat dari pagelaran-pagelaran fashion yang kini mulai ramai. memahami bahasa atau istilah yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis fashion merupakan salah satu industri kreatif yang tengah berkembang saat ini. Dapat dilihat dari pagelaran-pagelaran fashion yang kini mulai ramai mewarnai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Budaya adalah sebuah warisan sosial, sesuatu yang tercipta atau dilakukan oleh sekumpulan individu disuatu tempat tertentu di masa lampau dan terus dipertahankan dalam

Lebih terperinci

Misi. Tujuan. Visi. Memberikan pendidikan terjangkau di bidang fesyen untuk semua lapisan masyarakat

Misi. Tujuan. Visi. Memberikan pendidikan terjangkau di bidang fesyen untuk semua lapisan masyarakat Program D1 Fesyen Program pendidikan vokasi berkelanjutan yang mengedepankan keberlanjutan kompetensi keahlian di tingkatan diploma selama satu tahun dengan tujuan menghasilkan lulusan yang berkesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang mempunyai berbagai macam kebutuhan, antara lain sandang, pangan, dan papan. Sandang merupakan kebutuhan primer yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana telah menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Jaman dahulu pertama-tama busana hanya digunakan untuk menutupi dan melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Modernitas berbagai segi kehidupan menuntut manusia lebih aktif serta produktif. Manusia sebagai subjek utama yang mengambil peran utama dari berbagai perubahan, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Majunya teknologi dan informasi membuat masyarakat Indonesia lebih terbuka pada pengetahuan global. Tidak bisa dipungkiri lagi tren mode di Indonesia banyak dipengaruhi

Lebih terperinci

ALTERNATIF DESAIN JAS HUJAN DENGAN APLIKASI RAGAM HIAS MOTIF MEGA MENDUNG, TRUSMI MASINA CIREBON

ALTERNATIF DESAIN JAS HUJAN DENGAN APLIKASI RAGAM HIAS MOTIF MEGA MENDUNG, TRUSMI MASINA CIREBON e-issn: 2548-9542 ALTERNATIF DESAIN JAS HUJAN DENGAN APLIKASI RAGAM HIAS MOTIF MEGA MENDUNG, TRUSMI MASINA CIREBON Program Studi Desain Grafis, Politeknik Negeri Media Kreatif e-mail : pratiwi.polimedia@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN Bagian ini akan menganalisis gambaran umum objek yang direncanakan dari kajian pustaka pada Bab II dengan data dan informasi pada Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Annisa Siti Khomsiah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Annisa Siti Khomsiah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Portofolio merupakan satu metode penilaian berkesinambungan, dengan mengumpulkan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan seseorang (Pomham,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asstia Rachmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asstia Rachmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Globalisasi yang berkembang dengan sangat cepat menuntut ketersediaan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas tinggi dalam bidang fashion. Kebutuhan

Lebih terperinci

Program Studi Teknologi dan Bisnis Garmen konsentrasi Fesyen Desain merupakan salah satu Program Studi Diploma IV. Program Studi ini merupakan

Program Studi Teknologi dan Bisnis Garmen konsentrasi Fesyen Desain merupakan salah satu Program Studi Diploma IV. Program Studi ini merupakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Industri fashion di Indonesia pada saat ini berkembang dengan sangat pesat. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin berkembangnya kesadaran masyarakat akan fashion yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral dalam masyarakat disekitarnya, menurut Suratno dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam kebudayaan yang terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke. Kebudayaan tersebut tertuang dalam berbagai bentuk, salah satunya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koleksi busana wanita berjudul Metamorphic Cityscape ini diangkat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Koleksi busana wanita berjudul Metamorphic Cityscape ini diangkat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan primer manusia yang memiliki banyak fungsi dan tujuan yang paling utama yaitu sebagai pelindung tubuh. Perkembangan zaman menuntun kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan IPTEKS informasi lebih mudah diakses melalui internet, informasi perkembangan fesyen pun lebih mudah diakses oleh siapa saja dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi tolak ukur kualitas dari lulusannya. Kompetensi lulusan yang baik dari lembaga pendidikan yang terpercaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Departemen Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan salah satu departemen yang berada dibawah naungan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK). Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Touch of Batik merupakan konsep yang menggabungkan dua latar belakang yang berbeda, yaitu batik hasil karya seni Indonesia pada gayastreetstyle. Batik yang diangkat

Lebih terperinci

EKSPLORASI TEKSTUR PADA KAIN CHIFFON SINTETIK

EKSPLORASI TEKSTUR PADA KAIN CHIFFON SINTETIK PENGANTAR KARYA STRATA I EKSPLORASI TEKSTUR PADA KAIN CHIFFON SINTETIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata KuliahTugas Akhir Kriya Tekstil (KR40ZJ) Disusun Oleh, Asri Syarifah Nuraini 17203029

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cintya Iftinan, 2014 Manfaat Hasil Belajar Costume Performing Art Sebagai Kesiapan Menjadi Costume D esigner

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cintya Iftinan, 2014 Manfaat Hasil Belajar Costume Performing Art Sebagai Kesiapan Menjadi Costume D esigner BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia panggung industri hiburan kini berkembang menjadi sesuatu yang lebih menarik disimak dan diikuti oleh semua kalangan pelaku seni. Terlihat dari berbagai karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, peradaban, dan kebudayaan, saat ini busana merupakan pemenuh kebutuhan primer manusia akan sandang. Tujuan utama penggunaan busana

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Busana merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat digantikan oleh apapun. Pada awalnya busana hanya digunakan sebagai penutup tubuh. Kini fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koleksi busana made to measure dengan judul The Übermensch terinspirasi oleh kehidupan baru di planet Mars, karena Bumi telah hancur dan manusia harus pergi mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Art deco adalah sebuah gerakan desain yang populer dari 1920 hingga 1939, yang mempengaruhi seni dekoratif seperti arsitektur, desain interior, dan desain industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan

Lebih terperinci

MODUL VI BU 461*) Adibusana

MODUL VI BU 461*) Adibusana MODUL VI 1. Mata Kuliah : BU 461*) Adibusana 2. Pertemuan ke : 11 dan 12 3. Pokok Materi : Busana Fantasi dan Kreasi Busana 1. Busana Fantasi 2. Busana Kreasi 4. Materi Perkuliahan : Busana fantasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam siklus hidupnya tidak dapat melepaskan diri dari busana. Busana merupakan salah satu penunjang yang digunakan manusia agar bisa berinteraksi dan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan yang diperoleh dari Kerja Praktek. Kerja praktek adalah sebuah program yang mempersiapkan setiap mahasiswa

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan yang diperoleh dari Kerja Praktek. Kerja praktek adalah sebuah program yang mempersiapkan setiap mahasiswa BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan yang diperoleh dari Kerja Praktek Kerja praktek adalah sebuah program yang mempersiapkan setiap mahasiswa menjadi pribadi yang siap untuk terjun ke dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencangkup pengetahuan, keyakinan, seni, hukum adat dan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan/Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan/Penciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan/Penciptaan Kebutuhan manusia dari waktu ke waktu semakin bertambah. Ketika telah mencapai tingkat dimana kebutuhan utama dan kenyamanan terpenuhi, keinginan

Lebih terperinci

2014 ANALISIS DESAIN PADA T-SHIRT C59 BANDUNG

2014 ANALISIS DESAIN PADA T-SHIRT C59 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desain merupakan hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Di zaman modern seperti ini banyak produk yang digunakan oleh manusia bermula dari desain dalam

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tujuan Komunikasi Pusat Informasi memiliki koleksi data dan informasi yang berupa arsip elektronik berita-berita Harian Kompas dari pertama kali mulai terbit sampai sekarang.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Kutub Selatan, ready-to-wear, wax-dye, modern, minimalis. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Kutub Selatan, ready-to-wear, wax-dye, modern, minimalis. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Konsep desain ready-to-wear berjudul South Polarize terinspirasi dari fenomena pencairan es di Kutub Selatan. South Polarize memiliki makna pertentangan iklim yang terjadi dengan yang seharusnya

Lebih terperinci

II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Karya kampanye anti narkoba sudah ada sebelumnya, bahkan sudah banyak yang memproduksinya. Beberapa karya kampanye anti narkoba bisa dilihat melalui situs website

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tema: Perancangan Buku Scrapbook untuk Karya Seni

BAB 1 PENDAHULUAN. Tema: Perancangan Buku Scrapbook untuk Karya Seni BAB 1 PENDAHULUAN Tema: Perancangan Buku Scrapbook untuk Karya Seni A. Pendahuluan Scrapbook adalah seni menempel foto atau gambar di media kertas dan menghiasnya hingga menjadi sebuah karya (www.scrapbookingidea.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Arsitektur merupakan seni dan ilmu merancang yang dilakukan oleh setiap individual untuk diri mereka dalam merancang bangunan (Ensiklopedia Seni dan Arsitektur Islam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan konsumen akan busana ready to wear saat ini menjadi kebutuhan primer. Tidak hanya ready-to-wear, kebutuhan cocktail dress juga saat ini meningkat, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh yang dapat dikatakan sangat signifikan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh yang dapat dikatakan sangat signifikan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi khususnya teknologi komunikasi memberikan pengaruh yang dapat dikatakan sangat signifikan terhadap perkembangan dunia kreatif termasuk advertising

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Profil Perusahaan LPTB Susan Budihardjo adalah lembaga pengajaran tata busana pertama di Indonesia. LPTB Susan Budihardjo telah melahirkan banyak desainer terkemuka,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1. Tujuan. 2. Ruang lingkup. 3. Persyaratan Tugas Akhir. 4. Rancangan Induk Penelitian

PENDAHULUAN. 1. Tujuan. 2. Ruang lingkup. 3. Persyaratan Tugas Akhir. 4. Rancangan Induk Penelitian PENDAHULUAN 1. Tujuan Panduan tugas akhir ini bertujuan sebagai panduan untuk, mahasiswa, dosen pembimbing, dan penguji tugas akhir yang berupa Skripsi/kajian, Penciptaan Karya, Laporan Magang, Artikel

Lebih terperinci

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MATA KULIAH PROYEK DESAIN MODE SEBAGAI KESIAPAN MENJADI FASHION VISUAL MERCHANDISER

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MATA KULIAH PROYEK DESAIN MODE SEBAGAI KESIAPAN MENJADI FASHION VISUAL MERCHANDISER BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Busana merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap orang, dalam hal ini setiap orang memperhatikan pentingnya aspek kenyamanan yang dirasakan saat mengenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagamana yang kita ketahui Fashion merupakan gaya berpakaian yang populer

BAB I PENDAHULUAN. Sebagamana yang kita ketahui Fashion merupakan gaya berpakaian yang populer BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagamana yang kita ketahui Fashion merupakan gaya berpakaian yang populer pada suatu budaya dan terus berkembang. Dulunya fashion digunakan sebagai penanda sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan kelompok pariwisata merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan kelompok pariwisata merupakan kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan kelompok pariwisata merupakan kelompok dari sub sistem pendidikan nasional yang diharapkan mampu menciptakan lulusan yang siap kerja, memiliki

Lebih terperinci

BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE

BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE Tania Andina Kardin Deni Yana, S.Sn, M.sn Program Studi Sarjana Kriya Keramik, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Sejak zaman purba, manusia sudah mulai menghias benda-benda yang mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk membuat suatu benda agar nampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Dunia fesyen merupakan salah satu gaya hidup manusia dan tidak dipungkiri menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. Pertumbuhan masyarakat modern bersamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 4). Pada pengelolaan usahanya, catering menangani penyediaan makanan

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 4). Pada pengelolaan usahanya, catering menangani penyediaan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Catering merupakan salah satu bentuk wirausaha yang bergerak dibidang jasa boga di mana produk utamanya adalah penyediaan makanan dan minuman dengan pelayanan jasa

Lebih terperinci

Perancangan Buku Visual Grafis Perkembangan Era Fashion Dunia

Perancangan Buku Visual Grafis Perkembangan Era Fashion Dunia Perancangan Buku Visual Grafis Perkembangan Era Fashion Dunia Taranita Mulia Sim 1, Prayanto Widya 2, Adiel Yuwono 3 1 Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Mesir Kuno merupakan salah satu kebudayaan tertua dan paling maju di dunia. Peradaban ini terpusat di sepanjang hilir sungai Nil yang merupakan urat nadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Wonder Woman merupakan karakter komik yang diciptakan oleh William Moulton Marston dan diterbitkan oleh DC Comics di Amerika. Tokoh Wonder Woman pertama kali muncul

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Menurut Wikipedia, pakaian adalah bahan tekstil dan serat yang digunakan sebagai penutup tubuh. Pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya tipografi Swiss yang dikenal dengan International Typographic Style

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya tipografi Swiss yang dikenal dengan International Typographic Style BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya desain Eropa dan Amerika telah lama menjadi kiblat para desainer grafis terutama type foundry di dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini dimulai pada masa revolusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan industri fashion Indonesia dalam jangka panjang serta melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan industri fashion Indonesia dalam jangka panjang serta melahirkan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tekstil tradisional yang khas dan kaya ragamnya merupakan salah satu modal dasar pengembangan industri modern berciri Indonesia. Perkembangan tersebut ditambah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pekalongan adalah salah satu kota yang terletak di pesisir utara Provinsi Jawa Tengah dan terdiri dari empat kecamatan, yakni: Pekalongan Utara, Pekalongan

Lebih terperinci

GITA MARDIAN KUSNANDANG

GITA MARDIAN KUSNANDANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan teknologi kini perlu ditanggapi, diantisipasi, dan diikuti serta dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran. Peran utama dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan surface design dengan teknik printing banyak digunakan oleh desainer fesyen dunia, sehingga setiap tahunnya selalu ada karya desainer yang menggunakan teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ide baru untuk menemukan cara-cara baru untuk melihat masalah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ide baru untuk menemukan cara-cara baru untuk melihat masalah dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Zimmerer, Scarborough, & Wilson dalam Wijatno (2009: 42) kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan suatu gagasan atau ide baru untuk menemukan cara-cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1949 Grup Lego memproduksi bata kemudian menamainya "Automatic Binding Bricks" (bata yang melekat secara otomatis). Bata Lego, yang kemudian diproduksi dari

Lebih terperinci

II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas (State Of The Art) Jenis karya seperti buku ilustrasi bergambar khusus anak sudah ada sebelumnya, bahkan sudah banyak yang memproduksinya. Banyak juga rupa, bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kalangan masyarakat kelas menengah berkembang dengan pesat di Indonesia. Pertumbuhan ini merupakan dampak dari meningkatnya jumlah masyarakat usia produktif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah tekstil. Manusia melalui tekstil dapat membuat pakaian untuk melindungi tubuh atau sebagai pemuas hasrat manusia untuk menunjukan

Lebih terperinci

II. METODE PERANCANGAN

II. METODE PERANCANGAN II. METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. Ulasan Karya Sejenis Untuk referensi konsep proses perancangan buku ilustrasi pop-up saya jadikan panduan adalah contoh desain Majalah Best Of Superbus (2010)

Lebih terperinci

BAB III KONSEP, PROSES PERANCANGAN DAN VISUALISASI KARYA

BAB III KONSEP, PROSES PERANCANGAN DAN VISUALISASI KARYA BAB III KONSEP, PROSES PERANCANGAN DAN VISUALISASI KARYA 3.1. Konsep Perancangan 3.1.1. Tujuan Perancangan Tujuan perancangan ini adalah didapatkannya tampilan logo baru dan brand identity yang baik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tren fashion yang berkembang tidak selalu baru dalam semua unsurnya, karena tren fashion dapat menggunakan atau menggabungkan dari unsur tren fashion sebelumnya. Sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Video game adalah sebuah permainan elektronik yang diciptakan untuk manusia dan masih berkembang hingga saat ini. Dalam memainkan video game terdapat beberapa komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nur Akmalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nur Akmalia, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan manusia pada busana semakin meningkat sesuai dengan perkembangan zaman, tren, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Tekstil sebagai material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Edelweis mempunyai nama Latin yaitu Leontopodium alpinum tumbuh di pegunungan tinggi Himalaya dan Siberia. Dalam bahasa Jerman, edel berarti mulia dan weis berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

PERANAN DESAIN GRAFIS DALAM MENGGALI POTENSI LOKAL MELALUI KEGIATAN COLLABORATION PROJECT

PERANAN DESAIN GRAFIS DALAM MENGGALI POTENSI LOKAL MELALUI KEGIATAN COLLABORATION PROJECT PERANAN DESAIN GRAFIS DALAM MENGGALI POTENSI LOKAL MELALUI KEGIATAN COLLABORATION PROJECT Abstrak: Collaboration project salah satu metode yang dapat dikembangkan untuk memperkaya wawasan mahasiswa Desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedia jasa fotografi yang saat ini semakin banyak bermunculan terutama di

BAB I PENDAHULUAN. penyedia jasa fotografi yang saat ini semakin banyak bermunculan terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis jasa fotografi saat ini sudah berkembang cukup pesat dengan semakin banyaknya penyedia jasa fotografi di berbagai bidang seperti foto produk, model, bayi, pernikahan,

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Desain motif batik pada busana muslimah memang sudah tersedia di pasaran, namun sangat terbatas sekali jumlahnya. Setelah diamati desain motif batik pada busana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan gaya atau mode yang sedang in di dunia. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan gaya atau mode yang sedang in di dunia. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fashion merupakan sesuatu yang terus berkembang dan berputar. Tanpa disadari masyarakat Indonesia khususnya Jakarta memiliki obsesi tersendiri dalam mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Batik merupakan salah satu warisan leluhur Indonesia yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, tetapi banyak masyarakat yang belum mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mozaik adalah pembuatan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan material atau bahan dari kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotong atau sudah dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan busana di Indonesia makin hari semakin berkembang. Busana yang berganti-ganti model dan desainnya menyatakan bahwa fashion di Indonesia berkembang dan

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Industri Kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batik merupakan salah satu teknik pembuatan sandang secara secara tradisional yang ditemukan dan dimiliki bangsa Indonesia. Tradisi membentuk melewati kurun abad dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi di era modern yang terus berkembang pesat berdampak pada penemuan baru di berbagai bidang, tak terkecuali teknologi informasi dan komunikasi sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konvensional ke media digital online. Teknologi memiliki internet sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. konvensional ke media digital online. Teknologi memiliki internet sebagai media BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arus globalisasi membawa perkembangan yang sangat pesat di bidang iptek, dimana berdampak terjadinya peralihan komunikasi informasi dari media cetak konvensional ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cantik adalah kata yang tidak pernah lepas dari seorang wanita, memberikan pesona agar menjadi cantik dan menarik bagi orang yang melihatnya. Saat ini menjadi cantik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekilas Sejarah Istilah Desain Komunikasi Visual di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sekilas Sejarah Istilah Desain Komunikasi Visual di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era modern sekarang ini, kita sering mendengar istilah Desain Komunikasi Visual, tetapi banyak orang masih kurang memahami peranan dari Desain Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurysta Tresna Sundi, 2014 Kajian Visual Desain Pada Kaos Pariwisata Pantai Pangandaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurysta Tresna Sundi, 2014 Kajian Visual Desain Pada Kaos Pariwisata Pantai Pangandaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangandaran merupakan salah satu Kabupaten yang baru terbentuk pada tahun 2012. Terbentuknya Kabupaten Pangandaran sebagai pemekaran dari kabupaten Ciamis-Jawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup penelitian, kontribusi penelitian, metode perancangan, sistematika penulisan, serta daftar pustaka

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN dan SARAN. A. Simpulan Kesimpulan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai

BAB V SIMPULAN dan SARAN. A. Simpulan Kesimpulan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai BAB V SIMPULAN dan SARAN A. Simpulan Kesimpulan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai pada mahasiswa Prodi Pendidikan Tata Busana angkatan 2011 dan 2012 Jurusan PKK FPTK UPI. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sebelum kita terjun ke lapangan untuk melakukan suatu penelitian, kita harus mempersiapkan metode atau cara apa yang akan kita lakukan untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dipasarkan. Dalam era teknologi informasi, keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dipasarkan. Dalam era teknologi informasi, keberhasilan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi, perusahaan dituntut untuk melakukan inovasi dan kreativitas terhadap produk yang akan dipasarkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tingkat pertumbuhan penduduk yang terus naik berdampak terhadap tingkat

Lebih terperinci

MEDIA 2 DIMENSI. Disusun oleh: SAIFUL AMIEN

MEDIA 2 DIMENSI. Disusun oleh: SAIFUL AMIEN MEDIA 2 DIMENSI Disusun oleh: SAIFUL AMIEN sebutan umum untuk alat peraga yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar yang berada pada satu bidang datar 1. Media Grafis 2. Media bentuk papan 3. Media

Lebih terperinci