BAB I PENDAHULUAN. dibiarkan akan ada generasi yang hilang. Hilangnya generasi karena siswa. hilangnya pegangan hidup bagi diri mereka.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dibiarkan akan ada generasi yang hilang. Hilangnya generasi karena siswa. hilangnya pegangan hidup bagi diri mereka."

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerosotan moral yang menimpa bangsa ini sudah merambah ke generasi muda. Saat ini, bukan merupakan kabar baru bahwa siswa suatu sekolah menyerang sekolah lain dalam bentuk tawuran massal, menggunakan narkotika atau obat terlarang, melakukan seks bebas, dan melakukan pelanggaran-pelanggaran tata tertib di sekolah. Jika situasi ini terus menerus dibiarkan akan ada generasi yang hilang. Hilangnya generasi karena siswa atau generasi muda telah kehilangan tokoh panutan yang berakibat pada hilangnya pegangan hidup bagi diri mereka. 1 Lingkungan keluarga yang diharapkan dapat menjadi benteng utama bagi ketahanan hidup remaja ternyata rapuh oleh gerusan dan himpitan ekonomi dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Pada akhirnya remaja lebih memilih jalanan sebagai rumah hidupnya daripada rumah sendiri, yang tidak ramah bagi perkembangan hidupnya. Tidak terpenuhinya kebutuhan keharmonisan dari dalam keluarga berdampak pada pelarian remaja pada kriminalitas atau bentuk tindakan asusila. Peran sekolah yang diharapkan dapat membangun karakter remaja menjadi tidak berdaya dan fokus peningkatan mutu pendidikan hanya berputar pada nilai akademik. Tuntutan orang tua agar anaknya memiliki nilai 1 Hudiyono, Membangun Karakter Siswa Melalui Profesionalisme Guru dan Gerakan Pramuka, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 2.

2 2 ujian nasional yang tinggi atau berprestasi di bidang akademik seringkali mengalahkan pembentukan karakter. Akhirnya, kebanyakan sekolah dihadapkan pada dilema antara memenuhi tuntutan masyarakat dan tujuan pendidikan nasional. Orang tua lebih bangga anaknya memiliki nilai bagus walaupun terkadang bukan cerminan kompetensi sebenarnya dibandingkan anaknya jujur dan berkepribadian baik. Sekolah mulai terjebak pada pengembangan kompetensi pelajar secara akademik-kognitif saja dan lalai akan pengembangan kegiatan ekstrakurikuler kecakapan hidup, seperti kesenian, olah raga, dan kepramukaan. Kegiatan pramuka dianggap sebagai kegiatan pelengkap dari proses kegiatan belajar di sekolah. Orang tua tidak terlalu menganggap penting kegiatan pramuka yang dijalani anaknya. Guru, orang tua bahkan siswa sendiri mengasosiasikan pramuka dengan kegiatan baris berbaris, tali temali, dan aktivitas fisik lainnya. Sementara manfaat yang terkandung dan nilai filosofis dalam kepramukaan belum dipahami secara mendalam oleh mereka. Dalam menyikapi perubahan percepatan gaya hidup dan trend perilaku siswa pada usia remaja, dibutuhkan wadah untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya sekaligus menjadi sarana pengembangan bakat yang lengkap dengan penanaman nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Pramuka merupakan wadah yang tepat sebagai solusi kegiatan alternatif yang diminati siswa. Undang-undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Permendiknas Nomor 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Inpres

3 3 Nomor 1/2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional menyatakan/menghendaki/memerintahkan pengembangan karakter peserta didik melalui pendidikan di sekolah. Salah satu media pendidikan karakter di sekolah adalah kegiatan pramuka. Pramuka adalah sebuah kegiatan oraganisasi pembinaan remaja yang tidak hanya ada di Indonesia, melainkan juga di berbagai negara di dunia. Kata Pramuka merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang berarti rakyat muda yang suka berkarya. Tujuan Gerakan Pramuka adalah melatih fisik, emosi, sosial, dan spiritual para pesertanya serta mendorong mereka untuk melakukan kegiatan positif di masyarakat, membentuk kader bangsa, sekaligus membentuk kader pembangunan yang beriman, bertakwa serta berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). 2 Pramuka membangun akhlak anak bangsa yang baik, berbudi pekerti, berpikir positif, tangguh, percaya diri tetapi tidak takabur, disiplin, inovatif dan rukun serta memiliki kesetiakawanan. Betapa pentingnya Gerakan Pramuka, apalagi di era globalisasi seperti sekarang ini. Pramuka dapat dijadikan wadah dalam penanaman dan pembentukan karakter karena pramuka selalu memegang teguh nilai-nilai Tri Satya, yang berisikan kewajiban-kewajiban kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada negara, kepada sekitarnya dan kepada diri sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa melalui kegiatan kepramukaan kita bisa memberikan pendidikan moral serta nilai-nilai hidup bagi generasi muda 2 Ibid., hlm. 4-5.

4 4 dalam upaya penanaman pendidikan karakter, karena pada setiap kegiatan kepramukaan memang selalu menerapkan sikap-sikap positif kepada setiap anggotanya terutama sikap disiplin. Kedisiplinan merupakan suatu langkah awal bagi bangsa Indonesia dalam rangka menanggulangi kemerosotan moral bangsa yang dirasa semakin berkurang. Disiplin merupakan suatu sikap yang taat kepada segala aturan yang berlaku. Sikap taat ini ditunjukkan dengan selalu menuruti dan melaksanakan aturan sesuai apa yang semestinya. Sikap disiplin akan membuat orang terbiasa melakukan perbuatan sesuai dengan aturan dan norma-norma yang berlaku. Disiplin merupakan bentuk kepatuhan seseorang terhadap aturanaturan atau tata tertib yang berlaku atas dorongan dari dalam diri seseorang sesuai dengan kata hatinya. 3 Berbagai macam bentuk kedisiplinan dapat ditanamkan dan diimplementasikan oleh siswa ketika di sekolah. Di antaranya adalah selalu menaati peraturan yang telah dibuat, seperti datang ke sekolah tepat waktu, selalu berpakaian rapi, menjaga keamanan dan ketertiban sekolah, dan lainlain. Hal demikian memang sangat diperlukan bagi siswa mengingat sebagai orang yang terpelajar siswa harus senantiasa memiliki sikap disiplin agar dapat berhasil dalam belajarnya. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA YMI Wonopringgo merupakan kegiatan yang wajib diikuti dan sudah dilaksanakan setiap hari kamis mulai pukul WIB. Kegiatan ini dilaksanakan oleh siswa kelas X 1993), hlm Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka Cipta,

5 5 dan XI dengan didampingi oleh pembina. Hasil observasi terhadap beberapa siswa yang mengikuti kegiatan kepramukaan ini dijumpai bahwa sikap, perilaku dan perbuatan siswa dalam pergaulannya lebih terbangun sikap saling menghargai, saling menghormati, serta kooperatif. Namun, dalam hal kedisiplinan dan tanggung jawab siswa masih kurang, seperti terlambat datang mengikuti apel, pemakaian atribut yang kurang lengkap serta kurang mempunyai kesadaran dan minat untuk mengikuti latihan pramuka. 4 Dari informasi-informasi awal tersebut kiranya perlu dilakukan pengkajian yang mendalam dan lebih ilmiah serta perlu dilakukan penelitian yang lebih terarah dan sistematis. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengangkat tema ini sebagai objek penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul Penanaman Kedisiplinan Siswa melalui Kegiatan Pramuka di MA YMI Wonopringgo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo? 2. Bagaimana penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo? 4 Observasi awal di MA YMI Wonopringgo, Pekalongan, 11 Desember 2014.

6 6 3. Apa saja faktor yang mempengaruhi penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo? C. Tujuan Penelitian Melalui pengumpulan data yang relevan serta pengolahan data yang sesuai dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo 2. Mengetahui penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo 3. Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini berguna untuk menambah wacana keilmuan dan khasanah intelektual khususnya tentang penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka. 2. Secara Praktis a. Hasil penelitian ini dapat menjadi panduan bagi pelaksanaan kegiatan pramuka di sekolah sehingga tujuan dari kegiatan ini dapat tercapai secara maksimal.

7 7 b. Penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada guru khususnya yang menjadi pembina pramuka agar memperhatikan proses pelaksanaan kegiatan pramuka di Gugus Depannya sehingga dapat memaksimalkan kegiatannya. c. Bagi peneliti, penelitian ini akan menjadi pengalaman dalam melakukan sebuah penelitian. Hal ini sangat berguna bagi kelanjutan kedepannya jika suatu saat diberi kepercayaan untuk menjadi pembina pramuka di Gugus Depan. E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis Pramuka atau Praja Muda Karana adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan yang sasaran akhirnya adalah pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur. Gerakan Pramuka merupakan pelengkap pendidikan sekolah dan pendidikan dalam keluarga. Kepramukaan mengisi kebutuhan peserta didik yang tidak terpenuhi oleh kedua lingkungan pendidikan. Kepramukaan mengembangkan pengetahuan, minat serta bakat yang dimiliki peserta didik. Kepramukaan sebagai proses pendidikan sepanjang hayat, menggunakan tata cara rekreatif dan edukatif dalam mencapai

8 8 sasaran dan tujuan. Kegiatan harus dirasakan oleh peserta didik sebagai suatu yang menyenangkan, menarik, menantang dan tidak menjemukan, sehingga para peserta didik akan berkembang kemantapan mental, fisik, pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, rasa sosial, spiritual dan emosional. 5 Menurut Pasal 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka: Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup. 6 Mengingat pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil, maka kegiatan kepramukaan harus dihayati sebagai kegiatan prima untuk membangun karakter siswa. 7 Nilai-nilai pramuka dalam Dasa Dharma Pramuka telah mencakup seluruh karakter bangsa yang wajib ditanamkan kepada siswa, salah satunya adalah karakter disiplin. Peserta didik dapat menunjukkan 5 Ilyas dan Qoni, Buku Pintar Pramuka untuk Tingkat Siaga, Penggalang, Penegak, Pandega, (Yogyakarta: Familia, 2012), hlm Presiden RI, Undang-undang Nomor 12 pasal 4 tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta: Lembaran Negara, 2010), hlm Hudiyono, Op. cit., hlm. 70.

9 9 tindakan yang sesuai dengan tata tertib dan patuh terhadap aturan main, serta dapat mengikuti ketentuan yang berlaku. Kedisiplinan tercermin dari perilaku membiasakan diri untuk menepati janji, mematuhi aturan dan ketentuan yang berlaku, kesediaan untuk bertanggung jawab atas segala tindakan dan perbuatan. Peserta didik menyadari bahwa kedisiplinan telah menyatu dalam dirinya bukan lagi sebagai beban namun sebagai kebiasaan yang menyenangkan. Karakter disiplin yang paling baik adalah yang ditimbulkan dari diri sendiri (self imposed discipline), yang timbul atas dasar kerelaan, kesadaran, bukan atas dasar paksaan atau ambisi tertentu. Disiplin ini timbul karena siswa merasa terpenuhi kebutuhannya dan merasa telah menjadi bagian dari lingkungan sehingga tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela mematuhi peraturan yang berlaku. Kegiatan kepramukaan yang mengandung karakter kedisiplinan adalah ketepatan waktu saat upacara dan menaati perintah saat kegiatan baris-berbaris, berkemah maupun kegiatan-kegiatan lainnya. 8 Adapun penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang akan penulis lakukan sesuai dengan judul skripsi Penanaman kedisiplinan melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo, antara lain: Menurut Nurul Hidayah dalam penelitiannya yang berjudul Nilainilai Pendidikan Moral dalam Kegiatan Pendidikan Kepramukaan di SMP Negeri 1 Doro Pekalongan, menunjukkan bahwa kegiatan 8 Ibid., hlm. 74.

10 10 pendidikan kepramukaan di SMP Negeri 1 Doro Pekalongan berjalan dengan lancar dan baik. Salah satu faktor pendukungnya adalah dari pihak sekolah selalu memberikan bantuan baik yang bersifat finansial maupun moril. Terdapat hubungan antara kegiatan kepramukaan terhadap moral siswa, yaitu adanya perubahan sikap yang lebih baik dari peserta didik yang aktif mengikuti kegiatan kepramukaan. Serta macam nilai-nilai pendidikan moral yang ada dalam kegiatan pendidikan kepramukaan di SMP Negeri 1 Doro Pekalongan adalah kedisiplinan, keberanian, tanggung jawab, kesahajaan, kerjasama, kepemimpinan, dan kemandirian. 9 Selanjutnya menurut Khusnul Khotimah dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Ekstrakurikuler Kepramukaan Di MTs S Hifal Pekalongan, menunjukkan bahwa upaya meningkatkan karakter siswa melalui ekstrakurikuler di MTs S HIFAL Pekalongan dilakukan dengan berbagai cara. Upaya yang dilakukan oleh pembina dan pembina pembantu pramuka adalah dengan memberikan materi-materi yang sesuai dengan karakter yang akan dibentuk baik secara teori maupun praktik lapangan. Tidak hanya itu pembina juga sering memberikan selingan nyanyian dan permainan agar kegiatan tidak menjenuhkan. Dalam pelaksanaannya pembina menggunakan metode sistem among. Dalam hal ini pembina menjadi teladan bagi para anggota pramuka. Meskipun berbagai upaya sudah dilakukan oleh pembina 9 Nurul Hidayah, Nilai-nilai Pendidikan Moral dalam Kegiatan Pendidikan Kepramukaan di SMP Negeri 1 Doro Pekalongan, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012), hlm. vii.

11 11 pramuka, namun dari hasil penelitian menyatakan bahwa masih ada anak yang tidak disiplin dan masih kurang rasa tanggung jawabnya, seperti melalaikan tugas yang diberikan kepadanya. 10 Dari beberapa hasil penelitian di atas, maka terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Persamaannya terletak pada objek penelitian yang memfokuskan pada pendidikan karakter dan kegiatan kepramukaan. Sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan penelitian yang penulis maksud lebih spesifik pada karakter kedisiplinan siswa dalam melaksanakan kewajibankewajibannya. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian yang berjudul Penanaman Kedisiplinan Siswa melalui Kegiatan Pramuka di MA YMI Wonopringgo. 2. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir yaitu berisi pola hubungan antar variabel atau kerangka konseptual yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti, disusun berdasarkan kajian teoritis yang telah dilakukan. 11 Kegiatan pendidikan kepramukaan dilaksanakan melalui Gugus depan gerakan Pramuka yang berpangkalan di sekolah dan di luar jam sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka ini diharapkan mampu sebagai sarana untuk menanamkan berbagai nilai-nilai moral 10 Khusnul Khotimah, Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Ekstrakurikuler Kepramukaan Di MTs S Hifal Pekalongan, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012), hlm. vii. 11 Abdul Khobir, dkk., Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2015), hlm. 15.

12 12 terutama kedisiplinan kepada peserta didik agar mempunyai kepribadian yang berkarakter. Berdasarkan analisis teori di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Pelaksanaan kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo Kedisiplinan Siswa menjadi pribadi yang baik dan mandiri Sesuai dengan latar belakang penelitian dengan judul Penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo bahwa di MA YMI Wonopringgo terdapat kegiatan pramuka yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler di luar jam sekolah. Dalam hal ini kegiatan pramuka dapat dijadikan wadah dan sarana untuk menanamkan kedisiplinan siswa, sehingga dapat mempengaruhi kepribadian siswa menjadi lebih baik dan mandiri.

13 13 F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian a. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati. 12 b. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan, artinya tidak untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. 13 c. Wujud Data Wujud data dalam penelitian ini adalah penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo, meliputi pelaksanaan dan penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. XXII, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 234.

14 14 2. Sumber Data Sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu: a. Sumber Data Primer Sumber data primer merupakan data utama yang digunakan dalam penelitian ini. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah pembina pramuka dan siswa yang aktif mengikuti kegiatan ektrakurikuler pramuka. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, tenaga kependidikan, dan buku-buku serta dokumendokumen yang berkaitan dengan penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo. 3. Teknik Pengumpulan Data Berkaitan dengan judul ini, maka untuk memperoleh data-data yang diperlukan peneliti menggunakan metode sebagai berikut: a. Observasi Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki. 14 Dalam metode ini diadakan pengamatan langsung terhadap suatu objek penelitian melalui pemusatan perhatian. 14 Salafudin, Statistika Terapan untuk Penelitian Sosial, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2008), hlm. 12.

15 15 Metode ini digunakan untuk mencari data tentang proses pelaksanaan dan penanaman kedisiplinan serta faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA YMI Wonopringgo. b. Wawancara atau interview Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 15 Dalam hal ini peneliti menggunakan interview bebas terpimpin, yaitu pewawancara membawa kerangka pertanyaan untuk disajikan, tetapi bagaimana pertanyaan diajukan dan irama interview diserahkan kepada kebijaksanaan pewawancara. Pihak yang terwawancara dapat bebas memberi jawaban dan ini akan diperoleh data secara mendalam. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang proses pelaksanaan dan penanaman kedisiplinan serta faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA YMI Wonopringgo. Tahap-tahap pelaksanaan teknik wawancara ini meliputi: (1) menentukan siapa yang diwawancarai, (2) mempersiapkan materi wawancara, (3) melakukan wawancara, dan (4) menghentikan wawancara. 15 Lexy J. Moleong, Op. cit., hlm. 186.

16 16 Pada tahap pertama, peneliti menentukan para informan yang akan diwawancarai. Dalam hal ini terdiri atas informan kunci dan informan terpilih. Informan kunci adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka, di antaranya siswa dan pembina pramuka. Sedangkan informan terpilih adalah orang yang tidak terlibat langsung, tetapi mempunyai pengetahuan yang luas dan sebagai pemangku kebijakan mengenai kegiatan yang diteliti, yaitu kepala sekolah. Tahap kedua, mempersiapkan materi wawancara berupa daftar pertanyaan sementara yang memuat hal-hal pokok terkait pelaksanaan dan penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tahap ketiga, melakukan wawancara dengan para informan sebagaimana di atas. Agar wawancara lebih terarah, peneliti menjaga agar percakapan diorientasikan pada penggalian informasi terkait fokus penelitian. Tahap keempat, pada akhir percakapan peneliti segera merangkum dan mengecek kembali kepada informan apakah informan ingin memantapkan atau menambah informasi yang diberikan sebelumnya atau tidak. Jika tidak, maka wawancara dihentikan setelah diperoleh informasi secara mendalam.

17 17 c. Dokumentasi Metode ini digunakan untuk mencari data penunjang yang mendukung penelitian ini seperti arsip daftar guru, karyawan, siswa, dan data-data lain yang diperlukan. 4. Sampel Uji Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Pertimbangan tersebut atas dasar sumber data yang terdiri dari orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan, selain itu juga orang yang berkuasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajah obyek atau situasi sosial yang diteliti. Besar sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi. Penentuan unit sampel (informan) dianggap telah memadai apabila telah sampai pada taraf redundancy (datanya telah jenuh), ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru, artinya bahwa dengan menggunakan sumber data selanjutnya bisa dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti Teknik Analisis Data Analisis data adalah kegiatan memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional untuk memberikan bahan jawaban terhadap permasalahan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini pada hakikatnya berwujud kata-kata, kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf yang dinyatakan dalam bentuk narasi. Oleh karena itu, 16 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.302.

18 18 teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif dilaksanakan melalui tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari ketiga alur tersebut diharapkan dapat membuat data menjadi bermakna. G. Sistematika Penulisan Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, untuk memperoleh pembahasan yang sistematik dan konsisten, maka perlu disusun sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan totalitas yang utuh. Maka sistematika penulisan ini terdiri dari 5 bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Penanaman kedisiplinan dan kegiatan pramuka. Sebagai uraian akan penulis bahas dua sub bab utama, yaitu : kegiatan pramuka, pembahasannya meliputi: pengertian pramuka, sejarah kegiatan kepramukaan, dasar kegiatan kepramukaan, tujuan dan fungsi kegiatan kepramukaan. Dilanjutkan dengan penanaman kedisiplinan siswa, yang meliputi pengertian kedisiplinan, disiplin dalam perspektif Islam dan upaya penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di sekolah. Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di sekolah.

19 19 Bab III : Penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo. Bagian pertama terdiri dari gambaran umum MA YMI Wonopringgo, meliputi: tinjauan historis, letak geografis sekolah, visi dan misi, kegiatan ekstrakurikuler sekolah, prestasi sekolah, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, serta keadaan sarana dan prasarana. Bagian kedua terdiri dari kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA YMI Wonopringgo, yang berisi tentang pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka, sifat dan tujuan kegiatan kepramukaan, prestasi dalam bidang kepramukaan, serta struktur organisasi dewan ambalan pramuka. Bagian ketiga berisi tentang penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo, kemudian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo. Bab IV : Analisis penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo. Berisi tentang: analisis pelaksanaan kegiatan pramuka, analisis penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka, dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka. Bab V : Penutup, meliputi: simpulan dan saran.

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO 64 BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA YMI Wonopringgo, peneliti

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup secara berkelompok dan membentuk

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: RATIH SILVIANA A

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: RATIH SILVIANA A NASKAH PUBLIKASI PERANAN KEGIATAN KEPRAMUKAAN DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DALAM MENTAATI TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI I SAWAHAN, NGEMPLAK, BOYOLALI TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, khususnya siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis (Renstra) Depdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, memberi kekuatan hidup serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir batin yang semakin baik

Lebih terperinci

PERANAN KEPRAMUKAAN DALAM MEMBINA SIKAP NASIONALISME PADA GUGUS MELATI BANDA ACEH

PERANAN KEPRAMUKAAN DALAM MEMBINA SIKAP NASIONALISME PADA GUGUS MELATI BANDA ACEH PERANAN KEPRAMUKAAN DALAM MEMBINA SIKAP NASIONALISME PADA GUGUS MELATI BANDA ACEH Natalia Nainggolan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Natlihasian@yahoo.co.id Kata kunci : kepramukaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah merupakan jenjang pendidikan formal yang memiliki fungsi membina dan mengembangkan kemampuan siswa. Sesuai dengan tujuan dan fungsi pendidikan nasional yang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A PENGEMBANGAN KARAKTER KREATIF DAN DISIPLIN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Kelas X Seni Lukis SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010, Gerakan Pramuka, Pasal 10, ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010, Gerakan Pramuka, Pasal 10, ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan pramuka Indonesia merupakan nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Pramuka merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi) dewasa ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila generasi muda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya penting yang dapat menunjang pembentukan watak, karakter dan akhlak manusia adalah melalui pendidikan secara terus menerus. Pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya yang sangat strategis untuk membawa masyarakat dan bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan dan kualitas

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA - 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA I. UMUM Salah satu tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepramukaan yaitu gerakan kepanduan yang merupakan wadah pembinaan bagi kaum muda Indonesia yang sekaligus mendidik guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006 Oleh : Rini Rahmawati NIM K 7402135 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah tertuang dalam fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan 1 BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan harus ditanamkan dalam satuan pendidikan, karena pendidikan karakter sebagai dasar pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan dapat dilakukan oleh semua elemen masyarakat melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu wahana

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI)

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

ISSN: PRAMUKA SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN PENDIDI- KAN BERKARAKTER

ISSN: PRAMUKA SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN PENDIDI- KAN BERKARAKTER ISSN: 2407-2095 PRAMUKA SEBAGAI WADAH PEMBENTUKAN PENDIDI- KAN BERKARAKTER Yatik Septi Wulandari Mahasiswa prodi PGMI Semester V yatikwulandari@yahoo.co.id Abstrak Pendidikan karakter merupakan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2010 PENDIDIKAN. Kepramukaan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kepramukaan menjadi salah satu bagian penting dalam insan pendidikan Indonesia yang berwujud pada gerakan pramuka. Gerakan pramuka adalah lembaga

Lebih terperinci

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H.

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H. REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU Oleh : H. Muhammad Syafrudin, ST, MM (Anggota DPR RI Fraksi PAN Dapil NTB Andalan Nasional Kwarnas Pramuka Urusan Komunikasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Generasi muda merupakan aset bagi sebuah negara, generasi muda adalah motor penggerak dan ujung tombak pembangunan serta perubahan dalam suatu negara. Sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua manusia. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Pendidikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Ulasan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab IV. akhirnya menghasilkan sejumlah kesimpulan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Ulasan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab IV. akhirnya menghasilkan sejumlah kesimpulan. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Ulasan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab IV akhirnya menghasilkan sejumlah kesimpulan. 1. Kesimpulan Umum Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian generasi muda. Gejala kemerosotan moral antara lain diindikasikan dengan merebaknya kasus penyalahgunaan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PATROLI KEAMANAN SEKOLAH (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Patroli Keamanan Sekolah di SMK Negeri 2 Sragen Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mempunyai peranan pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk masa yang akan datang. Maka dari itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kedisiplinan merupakan hal penting dalam suatu pendidikan. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah satunya adalah pembangunan di bidang pendidikan yang di kenal dengan sebutan pendidikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dan rakyat Indonesia dewasa ini tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan. Pendidikan karakter yang diimplementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Era globalisasi ini, melihat realitas masyarakat baik kaum muda maupun tua banyak melakukan perilaku menyimpang dan keluar dari koridor yang ada, baik negara, adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam mengembangkan sikap disiplin siswa. Karena disekolah

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam mengembangkan sikap disiplin siswa. Karena disekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan komponen yang sangat penting dalam mengembangkan sikap disiplin siswa. Karena disekolah siswa dibelajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 1 Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 1 Metode BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah ilmu yang membahas metode ilmiah dalam mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 1 Metode penelitian atau metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang sangat penting, yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,

Lebih terperinci

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU DRS. AHMAD EDDISON, M.Si. Dosen Program Studi PPKn FKIP Universitas Riau, Pekanbaru, Riau E-mail: ahmadeddison@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat untuk mengadakan perubahan secara mendasar, karena diyakini bisa

BAB I PENDAHULUAN. tepat untuk mengadakan perubahan secara mendasar, karena diyakini bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan karakter senantiasa mewarnai kehidupan manusia dari masa ke masa. Upaya pembentukan karakter menjadi sangat penting dalam rangka mencapai keharmonisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia ini sangat dinamis dalam arti perjalanan kehidupan seorang manusia dipengaruhi oleh apa yang terjadi di sekelilingnya dan manusia belajar apa

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014)

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014) PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan kehidupan manusia. Pola kehidupan pun semakin universal. Suatu permasalahan yang sering muncul di masyarakat adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap warga negara. Baik itu pendidikan formal melalui lembaga resmi seperti sekolah ataupun pendidikan di luar sekolah. Manfaat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang sangat berpotensi membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuankemampuan yang dimilikinya. Selain mendididik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN adanya. 2 Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Di tinjau dari segi metodologi, penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter berarti

BAB I PENDAHULUAN. membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter berarti memiliki karakter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan hingga kini masih dipercaya sebagai media yang sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Oleh

Lebih terperinci

GERAKAN PRAMUKA IKIP BANDUNG HINGGA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN

GERAKAN PRAMUKA IKIP BANDUNG HINGGA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia, Kata "Pramuka" merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara faktual, data realistik menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa tersebut telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya disiplin merupakan kebutuhan dasar bagi perkembangan perilaku anak mengingat masa ini merupakan masa yang sangat efektif untuk pembentukan perilaku moral

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai. derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai. derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI REVITALISASI GERAKAN PRAMUKA (Studi Kasus kegiatan Kepramukaan Kelas VII SMP Negeri 1 Trucuk Kabupaten Klaten 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan manifestasi dari pranata sosial yang memberikan kontribusi besar bagi pola pikir maupun tuntunan berpijak dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor,

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak lepas dari peran serta seorang pendidik atau guru. sedangkan kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan akan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetensi merupakan salahsatu kualifikasi pendidikan yang terpenting. Diantara kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik adalah menguasai bidang studi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam proposal ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam proposal ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam proposal ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu prosedur penelitian yang

Lebih terperinci