PENDAHULUAN Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan di dalam dunia usaha adalah profit dan pertumbuhan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan di dalam dunia usaha adalah profit dan pertumbuhan."

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan di dalam dunia usaha adalah profit dan pertumbuhan. Peningkatan profit ditandai dengan meningkatnya tingkat penjualan produk, sedangkan peningkatan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya nilai investasi yang ditanamkan dalam perusahaan (Sembiring, 2005). Investor akan menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa dividen atau pun capital gain dan mendapatkan hak kepemilikan atas perusahaan. Selain itu, investor juga mempertimbangkan nilai perusahaan dalam melakukan investasi. Nilai perusahaan pada perusahaan go public tercermin pada harga saham. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian investor dalam membeli saham di pasar modal. Laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan cerminan kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, kinerja keuangan juga berarti sebagai penentu dalam mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi yaitu laba (Stoner, 1995:9). Selain laba (profit), ada hal yang sama pentingnya yaitu keberlangsungan atau sustainability (Sembiring, 2005). Keberlangsungan yang dilakukan perusahaan tidak dapat dipisahkan dari lingkungan eksternalnya. Umumnya, perusahaan berfokus dari aspek ekonomi yaitu memperoleh laba demi meningkatkan kekayaan pemegang saham. Namun, perusahaan tidak boleh melupakan tanggung jawabnya pada aspek sosial dan lingkungan perusahaan. Perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat dan lingkungannya. Apabila perusahaan melupakan tanggung jawabnya kepada masyarakat, maka keberlangsungan perusahaan akan sulit dicapai. Adanya komitmen perusahaan untuk memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom line) memunculkan konsep Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk pihak stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen, dan lingkungan (Dahlia dan Siregar, 2008). Perusahaan tidak hanya mementingkan kesejahteraan shareholders, tetapi juga kepada stakeholders. Perusahaan yang menerapkan aktivitas CSR akan memperhatikan dampak dari kegiatan operasional perusahaan terhadap kondisi masyarakat, karyawan dan lingkungan. Dengan adanya konsep ini, maka pemerintah mengharapkan kerusakan lingkungan dapat diminimalkan. Penerapan CSR awalnya bersifat sukarela, akan tetapi dalam beberapa tahun ini telah dikeluarkan 1

2 aturan bahwa perusahaan wajib melaksanakan CSR yang tertuang dalam PP No. 47 Tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan pada Perseroan Terbatas. Kesadaran stakeholders meningkat terkait pentingnya informasi penerapan CSR demi keberlangsungan perusahaan sehingga mendorong perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR di dalam Laporan Tahunan. Di Indonesia, standar akuntansi keuangan Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR sehingga secara praktek pengungkapan CSR dilakukan secara sukarela. Pengungkapan CSR diatur dalam PSAK no 1 tahun 2009 paragraf 12, yaitu perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peran penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Menurut Owen (2005), kasus Enron di Amerika menyebabkan perusahaan memberikan perhatian besar terhadap pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Isu tersebut semakin mendorong perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR. Makin baik tingkat pengungkapan perusahaan merupakan suatu respon positif yang diberikan perusahaan kepada stakeholder maupun shareholder. Apabila respon positif dirasakan oleh stakeholder, maka kepercayaan meningkat dan produk yang dihasilkan perusahaan akan diterima sehingga meningkatkan laba dan ROE perusahaan. Tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile diduga berbeda dengan industri low-profile. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996), Utomo (2000), dan Yap dan Widyaningdyah (2009) yang membuktikan bahwa perusahaan pada industri high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan low-profile. Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), membagi perusahaan menjadi dua kelompok industri yaitu industri high-profile dan industri lowprofile. Menurut Robert (1992), industri high-profile memiliki tingkat sensitivitas tinggi terhadap lingkungan sehingga mereka memilki tekanan besar dari pihak luar untuk melakukan CSR sebagai bentuk dari pertanggungjawaban sosial perusahaan atas aktivitasnya yang berdampak buruk pada lingkungan. Sedangkan industri low-profile memiliki tingkat sensitivitas rendah terhadap lingkungan sehingga tekanan untuk melakukan CSR pun rendah. Adanya perbedaan karakteristik antara industri high-profile dan lowprofile memiliki dampak yang berbeda dalam tingkat pengungkapan CSR. Tingkat pengungkapan CSR yang berbeda pada industri high-profile dan low-profile memiliki dugaan bahwa kinerja keuangan perusahaan juga mengalami perbedaan. Ada 2

3 beberapa peneliti yang telah menyelidiki pengaruh tingkat pengungkapan CSR terhadap kinerja perusahaan. Penelitian Dahlia dan Siregar (2008) dan Syahnaz (2012) menyimpulkan bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE), tetapi tidak berpengaruh terhadap CAR. Namun ada pula penelitian yang menemukan hasil yang berbeda. Penelitian Cahyono dan Nur (2010), dan Yaparto dan Frisko (2013) membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Return Realisasi. Selain menggunakan ROE, kinerja keuangan dapat diukur dengan rasio Tobin s Q. Nurhayati dan Medyawati (2012) serta Muhammady (2012) membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin s Q. Namun ada hasil penelitian yang berbeda. Penelitian Gunawan dan Utami (2008), Kusumadilaga (2010), dan Bidhari (2013) membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin s Q. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten yaitu ditemukan ada yang berpengaruh dan tidak berpengaruh, sehingga penelitian ini ingin meneliti lebih lanjut untuk melihat adanya perbedaan tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile. Dengan melakukan uji beda, maka dapat diteliti lebih lanjut ke uji hubungan, dimana dalam penelitian ini akan diteliti lebih lanjut ke uji hubungan yaitu apakah terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile. Kinerja keuangan diukur menggunakan ROE dan Tobin s Q sehingga dapat menunjukkan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham dan nilai perusahaan, dimana ROE merefleksikan nilai buku saham sedangkan Tobin s Q mencerminkan nilai pasar saham. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan Utomo (2000) tetapi memiliki sedikit perbedaan. Utomo (2000) meneliti studi perbandingan praktek tingkat pengungkapan CSR antara perusahaan high-profile dan lowprofile di Indonesia. Perbedaannya adalah penelitian ini akan membahas lebih lanjut perbedaan tingkat pengungkapan CSR antara industri high-profile dan low-profile di Indonesia dengan kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2012 dan hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan. Penelitian ini bermanfaat dalam pemberian informasi mengenai pentingnya tingkat pengungkapan CSR dan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan di masa datang. Selain itu, penelitian 3

4 ini memberikan informasi yang berguna bagi investor sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Teori Stakeholder Dukungan stakeholder merupakan salah satu unsur dari tercapainya keberlangsungan perusahaan. Perusahaan beroperasi tidak hanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga demi kepentingan stakeholder. Stakeholder membutuhkan banyak informasi dari perusahaan, baik dari aspek keuangan, sosial, dan lingkungan sehingga perusahaan diharapkan untuk mengungkapkan semua aktivitas yang dilakukan. Menurut Freeman dan McVea (2001) dalam buku karangan Lawrence dan James (2011:7), stakeholder adalah setiap individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi demi pencapaian organisasi. Menurut Lawrence dan James (2011:8), stakeholder dibagi dua yaitu primary stakeholder dan secondary stakeholder. Primary stakeholder adalah berbagai pihak yang berinteraksi langsung dalam aktivitas bisnis serta mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melaksanakan tujuan utamanya yaitu menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat. Kategori ini meliputi investor, karyawan, pemasok, kreditur, pelanggan, dan pedagang besar dan eceran. Sedangkan secondary stakeholder adalah individu atau kelompok di dalam masyarakat yang dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai aktivitas bisnis dan keputusan utama perusahaan. Kategori ini meliputi masyarakat umum, komunitas lokal, pemerintah pusat dan daerah, pemerintahan asing, kelompok aktivis sosial, media, dan berbagai kelompok pendukung bisnis. Munculnya pengakuan mengenai adanya berbagai stakeholder telah mengubah tujuan perusahaan, dimana semula perusahaan berfokus pada tanggung jawab ekonomi dalam bentuk memaksimalkan laba demi kemakmuran shareholder berubah menjadi tanggung jawab kepada para stakeholder yang lebih luas. Dengan demikian, perusahaan akan berusaha untuk memuaskan kepentingan stakeholder demi mencapai tujuan perusahaan. Umumnya, teori stakeholder berkaitan dengan cara yang digunakan perusahaan untuk memperhatikan stakeholder-nya (Gray, et al., 1997). Menurut Clarkson (1995) dalam buku karangan Lawrence dan James (2011: 7), teori stakeholder adalah sekelompok orang atau individu yang diidentifikasi dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan. Perusahaan harus mampu menjaga hubungan 4

5 baik dengan cara memenuhi kebutuhan dan keinginan stakeholder-nya (Lawrence dan James (2011: 7)). Salah satu cara untuk menjaga hubungan baik dengan stakeholder adalah dengan menerapkan CSR dan mengungkapkannya dalam laporan tahunan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut ISO mengenai Guidance on Social Responsibility (draft 3, 2007), CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusankeputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. Selain itu, Hartman dan Joe (2011:155) menyatakan bahwa CSR merupakan tanggung jawab yang dimiliki perusahaan kepada masyarakat dimana perusahaan beroperasi sehingga perusahaan harus mengidentifikasikan kelompok kelompok stakeholder dan menggabungkan kebutuhan serta kepentingan mereka dalam proses pembuatan keputusan strategis dan operasional. Aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan butuh untuk diungkapkan. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. al., 1987). Pengungkapan Corporate Social Responsibility terdiri dari beberapa komponen menurut Global Reporting Initiatives (GRI) tahun GRI merupakan standar yang pelaporan yang berstandar Internasional yang secara umum diterima dan diakui secara luas (William, 2012). Komponen untuk melihat pengungkapan Corporate Social Responsibility meliputi: 1. Lingkungan Hidup. Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber 5

6 daya alam dan konversi sumber daya alam, serta pengungkapan aktivitas lingkungan hidup lainnya. 2. Energi. Tema ini mencakup aktivitas perusahaan terhadap pemanfaatan energi. Aktivitas tersebut meliputi memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi, pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk, serta pengungkapan aktivitas energi lainnya. 3. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja. Tema ini mencakup aktivitas perusahaan terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja perusahaan. Aktivitas tersebut meliputi mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental, mengungkapkan statistik kecelakaan kerja, menetapkan suatu komite keselamatan kerja, serta pengungkapan aktivitas ketenagakerjaan lainnya. 4. Lain-lain Tentang Tenaga Kerja. Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tunjangan, serta pengungkapan aktivitas ketenagakerjaan lainnya. 5. Produk. Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain kegunaan, durability, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan atau kelengkapan isi pada kemasan, serta pengungkapan aktivitas lainnya. 6. Keterlibatan Masyarakat. Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni, serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya. 7. Umum. Tema ini meliputi pengungkapan tujuan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas. Kinerja Keuangan Menurut Stoner (1995: 9), kinerja adalah ukuran seberapa efisien dan efektif sebuah organisasi atau seorang manajer untuk mencapai tujuan yang memadai. Laporan keuangan perusahaan merupakan alat komunikasi dan pengukur kinerja keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, memprediksi kegiatan masa datang, dan merumuskan kebijakan yang tepat bagi perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan berbagai rasio keuangan, akan tetapi rasio yang 6

7 dipakai dalam penelitian ini adalah ROE (Return on Equity) dan Tobin s Q (Widayanti, 2006: 39). ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham dan digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. ROE merupakan rasio profitabilitas yang penting bagi investor karena merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam rangka menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi pemilik modal (Widayanti, 2006: 39). Rasio Tobin s Q adalah indikator untuk mengukur sisi nilai pasar perusahaan khususnya tentang nilai perusahaan yang menunjukkan suatu kinerja manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan. Menurut Smithers dan Wright (2000:37) dalam Gunawan dan Utami (2008), Tobin s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham (EMV) perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan (EBV). EMV diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. EBV diperoleh dari selisih total aset perusahaan dengan total kewajibannya. Adapun Tobin s Q<1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi undervalued. Manajemen telah gagal dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi rendah. Tobin s Q=1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average. Manajemen stagnan dalam mengelola aktiva dan potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang. Tobin s Q>1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued. Manajemen berhasil dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi tinggi (Lindenberg dan Ross (1981) dalam Sudiyatno dan Puspitasari, 2010). Berdasarkan penjelasan di atas, maka investor akan mengejar capital gain dalam mengambil keputusan untuk membeli, menahan atau menjual saham yang dimilikinya (Sudiyatno dan Puspitasari, 2010). Tipe Industri High-Profile dan Low-Profile ISO menyediakan standar pedoman mengenai tanggung jawab sosial semua institusi. Pedoman tersebut ditujukan pada perusahaan yang memiliki tipe high-profile dan low-profile. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), tipe high-profile memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan, resiko politis dan tingkat persaingan yang tinggi. Industri ini merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan masyarakat karena aktivitas operasinya memilki potensi untuk bersinggungan dengan kepentingan masyarakat luas. Ciri-cirinya adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja 7

8 yang besar, proses produksinya mengeluarkan residu seperti limbah cair atau polusi dan bila perusahaan mengalami kelalaian dalam pengamanan produksi dan hasil produksi akan membawa akibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan. Industri yang termasuk tipe highprofile antara lain perusahaan perminyakan dan pertambangan lain, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agrobisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan serta transportasi dan pariwisata. Di sisi lain, Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), menyatakan bahwa tipe low-profile memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan, resiko politis dan tingkat persaingan yang rendah. Industri ini merupakan perusahaan yang tidak terlalu mendapat sorotan luas dari masyarakat, saat operasi yang mereka lakukan mengalami kegagalan atau kesalahan pada aspek tertentu dalam proses atau hasil produksinya. Ciricirinya adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja yang lebih kecil, tidak memiliki sisa residu (seperti limbah) dan biasanya mendapat toleransi dari masyarakat dari kegagalan dalam produksi/ aktivitas kerja mereka. Industri tipe low-profile meliputi bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, properti, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga. Perumusan Hipotesis Tingkat Pengungkapan CSR pada Industri High-Profile dan Low-Profile Kepentingan stakeholder adalah hal yang diutamakan bagi perusahaan demi kelangsungan hidupnya. Perusahaan tidak hanya berfokus untuk memenuhi kepentingan pemegang saham, tetapi juga kepentingan stakeholder. Hal tersebut sesuai dengan teori stakeholder yaitu keberlangsungan perusahaan ditentukan oleh stakeholders, bukan shareholders (Gray, et al., 1997). Pengungkapan CSR merupakan salah satu cara untuk menjaga hubungan baik antara perusahaan dan stakeholder-nya agar perusahaan tetap bertahan. CSR merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada masyarakat sekitar dan karyawan atas kegiatan bisnis perusahaan yang menimbulkan berbagai dampak lingkungan dan juga demi kesejahteraan karyawan. Tiap perusahaan memiliki tingkat pengungkapan CSR yang berbeda. Umumnya, perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR karena ada tekanan dari lingkungan sekitar akibat aktivitas operasi yang dilakukan. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua industri, yaitu high-profile dan low-profile. Industri high-profile memiliki tekanan yang besar dari lingkungannya sehingga akan 8

9 mengungkapkan CSR lebih banyak dibandingkan industri low-profile yang memiliki tekanan yang lebih kecil. Di samping itu, resiko politis pada industri high-profile lebih tinggi daripada low-profile (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Hal itu disebabkan karena menurut UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, industri high-profile berada di bawah pengawasan pemerintah yang cukup ketat, sedangkan low-profile relatif rendah pengawasannya kecuali sektor perbankan. Muncul dugaan bahwa industri highprofile yang berada di bawah pengawasan pemerintah yang ketat akan mengungkapkan CSR lebih banyak daripada industri low-profile. Berdasarkan perbedaan karakterikstik tersebut menyebabkan tingkat pengungkapan CSR dalam Laporan Tahunan pada industri highprofile lebih banyak daripada industri low-profile. Di sisi lain, pengungkapan CSR juga berkaitan dengan biaya pengungkapan. Ada kemungkinan industri low-profile lebih banyak mengungkapkan CSR dibandingkan highprofile ketika industri high-profile dikaitkan dengan biaya pengungkapan yang besar. Industri high-profile yang memiliki tingkat kompetisi yang tinggi antar perusahaan dihadapkan dengan biaya pengungkapan CSR yang besar, dimana untuk memenangkan kompetisi dibutuhkan biaya yang besar. Biaya operasional yang besar mengakibatkan industri ini tidak mampu untuk mengungkapkan CSR sehingga lebih banyak tingkat pengungkapan CSR pada industri low-profile dibandingkan high-profile. Ada beberapa penelitian mengenai tingkat pengungkapan CSR. Utomo (2000) menyelidiki praktek pengungkapan sosial pada laporan tahunan antara perusahaan highprofile dan low-profile di Indonesia di BEI dan BEJ. Hasil penelitian Utomo menyimpulkan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan high-profile lebih tinggi daripada lowprofile. Penelitian Utomo diperkuat oleh penelitian Yap dan Widyaningdyah (2009). Yap dan Widyaningdyah (2009) menyelidiki tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan Go Public atas perusahaan high-profile dan low-profile di BEI pada tahun Hasil penelitiannya membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan high-profile lebih tinggi daripada low-profile. Dari beberapa penelitian di atas, dapat diajukan hipotesis : H1 : Ada perbedaan tingkat pengungkapan CSR pada industri high- profile dan lowprofile Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile Kinerja keuangan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan. Tiap perusahaan memiliki kinerja keuangan yang berbeda. Begitu pula dengan perusahaan yang termasuk dalam industri high-profile dan low-profile yang diduga 9

10 memiliki kinerja yang berbeda. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), karakteristik industri high-profile memiliki tingkat kompetisi yang tinggi daripada lowprofile dimana mereka berlomba-lomba dan berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan penjualan dan laba perusahaan. Ketika industri high-profile mendapat tekanan yang besar, perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan penjualan sehingga laba yang dihasilkan lebih tinggi dan pada akhirnya ROE meningkat. Namun, akibat tekanan besar yang dihadapi industri high-profile, maka akan menyebabkan beban yang tinggi pula sehingga laba yang dihasilkan tidak lebih tinggi, bahkan menjadi lebih rendah (Kieso, 2011: 148). Selain itu, ketika industri high-profile memiliki tekanan yang besar dan tingkat kompetisi yang tinggi, dapat dimungkinkan akan memiliki respon pasar yang berbeda dimana dengan tekanan yang besar, maka respon pasar dapat meningkat, yang tercermin dalam peningkatan harga saham sehingga dapat mempengaruhi nilai Tobin s Q. Tobin s Q pun dapat meningkat atau menurun. Ada kemungkinan respon pasar pada industri high-profile lebih tinggi atau lebih rendah dari industri low-profile. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Susenohaji (2011) yang dipublikasikan di membuktikan bahwa terdapat perbedaaan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE pada sektor agrobisnis, dan properti, sedangkan pada sektor pertambangan, industri kimia, industri makanan dan minuman, jasa dan perdagangan dan industri tekstil tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada industri high-profile dan low-profile pada tahun (sebelum pelaksanaan CSR) dan (sesudah pelaksanaan CSR). Adapun hipotesis yang dapat diajukan : H2 : Ada perbedaan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile Hubungan antara Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile Muncul dugaan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan. Argumen tersebut diperkuat dengan pernyataan bahwa perusahaan menggunakan sustainability reporting framework untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen kepada para stakeholder dalam mencapai keuntungan jangka panjang (Finch (2005) dalam Dahlia dan Siregar (2008)). Perusahaan mengungkapkan CSR merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan, dimana perusahaan tidak hanya berfokus pada aspek bisnis, tetapi juga pada aspek sosial. Diharapkan dengan banyak mengungkapkan CSR, masyarakat mengetahui bahwa perusahaan sadar tentang kepentingan sosial. Ditambah lagi, setelah masyarakat mengetahui bahwa perusahaan peduli terhadap lingkungan dan aspek sosial, maka dimungkinkan perusahaan juga peduli terhadap produknya. Dapat 10

11 dikatakan bahwa semakin tinggi pengungkapan CSR akan memiliki relevansi semakin bagus pula kualitas produknya. Dengan produk berkualitas, maka masyarakat akan setia dengan produk perusahaan, dimana dalam jangka panjang akan meningkatkan pendapatan dan kinerja keuangan perusahaan pun akan meningkat. Selain itu, dengan adanya pengungkapan CSR dapat meningkatkan reputasi perusahaan sehingga dapat memperbaiki hubungan dengan pihak bank, investor, pemerintahan, dan masyarakat (McGuire (1998) dalam Dahlia dan Siregar (2008)). Perbaikan hubungan yang terjadi tercermin pada peningkatan keuntungan perusahaan dan harga saham. Kenaikan harga saham merupakan indikasi meningkatnya nilai perusahaan. Semakin tinggi pengungkapan CSR, hal itu berarti perusahaan sadar akan tujuan jangka panjang, sehingga menunjukkan kemampuan going concern perusahaan di masa datang. Di sisi lain, kinerja keuangan yang baik sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan dan pengungkapan CSR. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan, maka semakin mampu perusahaan dalam membiayai pengungkapan CSR. Adapun berbagai penelitian yang menyelidiki hubungan tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan. Berbagai penelitian tersebut dapat diringkas sebagai berikut: Penelitian Tabel 1. Review Penelitian Terdahulu 11 Hasil Dahlia dan Siregar (2008) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Equity (ROE), namun tidak berpengaruh terhadap Capital Adequancy Ratio (CAR) dengan menggunakan leverage, size, growth dan unexpected return sebagai variabel control pada perusahaan di BEI tahun 2005 dan Syahnaz (2012) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap ROA dan ROE, tetapi tidak berpengaruh terhadap CAR pada Perusahaan Perbankan pada tahun Cahyono dan Nur (2010) Tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap ROE dan CAR dengan kepemilikan asing sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur di BEI tahun Yaparto dan Frisko (2013) Tingkat pengungkapan CSR tidak memiliki pengaruh terhadap ROA, ROE, dan EPS pada sektor manufaktur di BEI tahun Muhammady (2012) Tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap Tobin s Q pada perusahaan manufaktur di BEI tahun Nurhayati dan Medyawati (2012) Tingkat pengungkapan CSR secara parsial tidak berpengaruh dengan nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin s Q pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 tahun Gunawan dan Utami (2008) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai

12 perusahaan yang diproksikan dengan Tobin s Q dengan presentase pengelolaan kepemilikan dan jenis industri sebagai variabel moderator pada perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun Kusumadilaga (2010) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur menggunakan Tobin s Q dengan profitabilitas sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2006 dan Bidhari (2013) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin s Q pada perusahaan perbankan di Indonesia tahun Sumber : Dari berbagai jurnal. Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat hasil penelitian tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang tidak konsisten. Maka peneliti ingin membuktikan kembali dengan hipotesis sebagai berikut: H3 : Tingkat pengungkapan CSR memiliki hubungan dengan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan high-profile dan low -profile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun Pengambilan sampel ditentukan secara purposive sampling. Beberapa pertimbangan pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan high-profile dan low-profile yang terdaftar di BEI pada tahun Perusahaan high-profile dan low-profile yang mempublikasikan laporan tahunan tahun 2012 di BEI. 3. Perusahaan high-profile dan low-profile yang mempublikasikan CSR dalam Laporan Tahunan pada tahun 2012 ( 4. Perusahaan high-profile dan low-profile yang menggunakan satuan rupiah dalam Laporan Tahunan dan memiliki kelengkapan data penelitian yang dibutuhkan. 12

13 Tabel 2. Kriteria Penentuan Sampel No Kriteria Penentuan Sampel Jumlah High- Profile Jumlah Low- Profile Total 1. Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun Perusahaan yang tidak mempublikasikan Laporan Tahunan tahun 2012 di BEI. 3. Perusahaan yang tidak mempublikasikan CSR dalam Laporan Tahunan pada tahun Perusahaan yang memiliki data tidak lengkap pada tahun 2012 (30) (12) (42) (6) (7) (13) (57) (14) (71) Total sampel yang digunakan Sumber : Data diolah, 2014 Kriteria perusahaan yang tidak mempublikasikan CSR yaitu ketika di dalam Laporan Tahunan tidak terdapat sama sekali item-item dari kriteria pengungkapan CSR menurut GRI. Selanjutnya, perusahaan yang tidak memiliki data lengkap meliputi perusahaan yang menggunakan satuan dollar dan tidak terdapatnya harga saham dalam Yahoo Finance. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan tahunan dari industri high-profile dan low-profile di Bursa Efek Indonesia tahun Data tersebut berasal dari situs resmi di dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory) serta bahan pendukung lainnya seperti data dari penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Selain itu juga menggunakan metode dokumentasi atau kutipan dari berbagai sumber. Pengukuran Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility Disclosure). Corporate Social Responsibility Disclosure diukur menggunakan indikator dari Global Reporting Initiative (GRI) dengan jumlah 79 item pengungkapan yang terdiri dari tiga kategori yaitu Economics Performance Indicators, Environmental Performance Indicators, dan Social Performance Indicators. Menurut Sayekti (2007), pendekatan untuk mengukur indeks pengungkapan masing-masing perusahaan dihitung melalui pembagian antara jumlah item yang sesungguhnya 13

14 diungkapkan perusahaan dengan jumlah item yang diharapkan diungkapkan perusahaan. Pendekatan untuk menghitung jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan menggunakan dikotomi (Dummy) yaitu setiap item yang mengungkapkan CSR diberi nilai 1 dan item yang tidak diungkapkan diberi nilai 0 (Sayekti, 2007). Variabel lain dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diukur menggunakan Return On Equity (ROE) dan Tobin s Q. Menurut Widayanti (2006), ROE merupakan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham dengan membagi laba setelah pajak dengan total ekuitas. Sedangkan Tobin s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai ekuitas perusahaan. Menurut Smithers dan Wright (2000:37) dalam Gunawan dan Utami (2008), rumusnya adalah sebagai berikut : Q = EMV + D EBV + D dimana : Q = Nilai Perusahaan EMV = Nilai pasar ekuitas (harga saham akhir tahun x jumlah saham beredar) EBV = Nilai buku dari total ekuitas D (Debt) = Nilai buku dari total hutang Teknik dan Langkah Analisa Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Adapun langkah analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis Statistik Deskriptif Dalam penelitian analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis perbedaan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile. Analisis deskriptif meliputi penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean, perhitungan rata-rata dan standar deviasi (Sugiyono, 2010:207). 2. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah K-S Liliefors metode p-value 14

15 yang nantinya akan diolah menggunakan SPSS kemudian alat uji statistik parametrik dapat digunakan bila asumsi data dari sampel berdistribusi normal terpenuhi. Jika Probabilitas > 0,05 maka distribusi populasi adalah normal Jika Probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi normal 3. Pengujian Hipotesis Uji Beda Apabila data berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan Uji Beda Rata-Rata (Independent Sample t Test). Akan tetapi, apabila data tidak berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney. Adapun rumusan hipotesis 1 adalah sebagai berikut : H0 : µ1 = µ2 Ha1 : µ1 µ2 µ1 = rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile. µ2 = rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri low-profile. Rumusan hipotesis 2 adalah sebagai berikut : H0 : µ1 = µ2 Ha2 : µ1 µ2 µ1 = rata-rata kinerja keuangan pada industri high-profile. µ2 = rata-rata kinerja keuangan pada industri low-profile. Analisis Korelasi Analisis korelasi membahas derajat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar derajat hubungan variabel-variabel tersebut dinamakan koefisien korelasi. Apabila data normal, maka pengujian menggunakan korelasi Pearson. Akan tetapi, bila data tidak normal, maka pengujian menggunakan korelasi Spearman. Rumusan hipotesis empiris adalah sebagai berikut : Ho : tidak ada hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan. Ha : tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan saling berhubungan. Rumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut : Ho : ρ = 0 Ha : ρ 0 15

16 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL Statistik Deskriptif Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian N Mean Max Min St Dev CSR 346 0,41 0,82 0,09 0,14 High-Profile 167 0,45 0,82 0,09 0,15 Low-Profile 179 0,36 0,75 0,11 0,12 ROE 346 0,1 2,07-3,97 0,34 High-Profile 167 0,08 1,66-3,97 0,42 Low-Profile 179 0,12 2,07-1,18 0,25 TOBIN S Q 346 1,78 52,70 0,11 3,15 High-Profile 167 2,17 52,70 0,25 4,28 Low-Profile 179 1,42 14,10 0,11 1,37 Sumber : Data diolah, 2014 Berdasarkan tabel 3, nilai rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada semua perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 0,41. Hasil ini lebih besar dibandingkan oleh penelitian Sayekti dan Wondabio pada tahun 2005 yang mengambil sampel seluruh perusahaan di BEI yaitu sebesar 0,2. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR yang dilakukannya. Selain itu, perusahaan juga semakin menyadari bahwa investor mulai menaruh perhatian pada aktivitas CSR yang dilakukan sehingga perusahaan mengungkapkan aktivitas tersebut dalam Laporan Tahunan demi memenuhi kebutuhan informasi bagi investor. Nilai maksimum atas tingkat pengungkapan CSR secara keseluruhan sebesar 0,82 oleh PT. Astra International Tbk dan PT. Timah (Persero) Tbk, sedangkan nilai minimum sebesar 0,09 oleh PT. Cita Mineral Investindo Tbk dengan standar deviasi yang tidak terlalu jauh yaitu 0,14. Berdasarkan tabel di atas, apabila semua perusahaan diklasifikasikan ke dalam industri high-profile dan low-profile, maka nilai rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile lebih tinggi daripada industri low-profile yaitu 0,45 dan 0,36. Tingginya tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile diperkuat oleh nilai maksimum sebesar 0,82 dan nilai minimum sebesar 0,09, dimana nilai maksimum dan minimum pada industri ini merupakan nilai maksimum dan minimum dari tingkat pengungkapan CSR secara keseluruhan. Penelitian ini juga memandang dari sisi kinerja keuangan yaitu ROE dan Tobin s Q. Berdasarkan hasil statistik deskriptif, dihasilkan bahwa nilai rata-rata ROE pada semua perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 0,1, dimana nilai maksimum berada pada 16

17 industri low-profile sebesar 2,07, sedangkan nilai minimum berada pada industri high-profile sebesar -3,97. Apabila semua perusahaan diklasifikasikan menjadi industri high-profile dan low-profile, maka nilai rata-rata ROE pada industri low-profile memiliki tingkat ROE yang lebih tinggi dibandingkan industri high-profile. Nilai rata-rata ROE pada industri low-profile sebesar 0,12 lebih tinggi dibandingkan industri high-profile, dimana nilai maksimum lebih tinggi pada industri low-profile sebesar 2,07 dan nilai minimum lebih rendah pada industri high-profile sebesar -3,97. Tingginya nilai rata-rata ROE pada industri low-profile, didukung oleh nilai maksimum sebesar 2,07 dan nilai minimum sebesar -1,18 tetapi dengan standar deviasi yang tidak terlalu jauh yaitu 0,25. Sedangkan nilai rata-rata ROE pada industri highprofile sebesar 0,08, dengan didukung oleh nilai maksimum sebesar 1,66 dan nilai minimum yang cukup besar yaitu -3,97 dengan standar deviasi yang cukup jauh yaitu 0,42. Rendahnya nilai minimum dan jauhnya standar deviasi menyebabkan tingkat ROE pada industri highprofile lebih rendah dibandingkan dengan industri low-profile. Berdasarkan tabel di atas pula, diketahui bahwa nilai rata-rata Tobin s Q pada semua perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 1,78. Hal ini menunjukkan dari sudut pandang investor bahwa semua perusahaan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dari nilai bukunya. Namun bila dilihat dari klasifikasinya, nilai rata-rata Tobin s Q pada industri high-profile lebih tinggi dari industri low-profile. Nilai pasar industri high-profile lebih tinggi dari industri low-profile walaupun kedua industri tersebut memiliki nilai pasarnya lebih besar dari nilai buku. Nilai rata-rata Tobin s Q pada industri high-profile sebesar 2,17 lebih tinggi dibandingkan industri low-profile, dimana nilai maksimum dan minimum industri highprofile lebih tinggi yaitu sebesar 52,7 dan 0,25 daripada industri low-profile. Pengujian Hipotesis Penelitian ini memiliki data yang tidak normal, baik dalam tingkat pengungkapan CSR, ROE, dan Tobin s Q ( lihat Lampiran 7 halaman 48). Akibat data tidak normal, maka dalam pengujian hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney. Tingkat Pengungkapan CSR pada Industri High-Profile dan Low-Profile Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian perbedaan tingkat pengungkapan CSR pada industri high- profile dan low-profile. 17

18 Tabel 4. Hasil Analisis Uji Beda Tingkat Pengungkapan CSR Test Statistics a CSR Mann-Whitney U 9.686E3 Wilcoxon W 2.580E4 Z Asymp. Sig. (2-tailed).000 a. Grouping Variable: KODING_CSR Sumber : Diolah dari SPSS, 2014 Berdasarkan tabel 4, hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis pertama diterima yaitu terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR yang signifikan pada industri high-profile dan low-profile tahun Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri highprofile dan low-profile sebesar 0,45 dan 0,36 yang berarti bahwa secara rata-rata tingkat pengungkapan CSR dalam industri high-profile lebih tinggi daripada low-profile. Perbedaan tingkat pengungkapan CSR antar kedua kelompok industri tersebut terjadi sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang berbeda. Industri high-profile memiliki tekanan yang lebih besar untuk mengungkapkan CSR akibat aktvitas bisnisnya memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan. Akibat tingginya dampak aktivitas operasi yang dilakukan, maka perusahaan dituntut untuk melakukan pertanggungjawaban terhadap alam, karyawan dan mayarakat sekitar. Hal ini tentu berbeda dengan yang dihadapi industri low-profile. Tekanan yang dihadapi industri low-profile tidak sebesar tekanan yang dihadapi industri high-profile. Hal itu karena aktivitas bisnis yang dilakukan industri low-profile memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan. Dampak dari aktivitas operasi industri ini tidak berpengaruh signifikan terhadap lingkungan alam dan sekitar sehingga masih mendapat toleransi dari masyarakat. Akibatnya, industri low-profile tidak memiliki tuntutan khusus untuk melaksanakan CSR, bahkan mengungkapkannya. Selain itu, industri high-profile mendapat sorotan lebih luas daripada industri lowprofile karena aktivitasnya lebih bersinggungan dengan kepentingan masyarakat. Ditambah lagi, pada industri high-profile apabila perusahaan mengalami kelalaian dalam pengamanan 18

19 produksi dan hasil produksi akan membawa akibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi pada industri low-profile. Apabila industri lowprofile mengalami kegagalan dalam produksi, maka akan mendapat toleransi dari masyarakat. Hal tersebut karena kegagalan produksi pada industri tersebut, tidak berakibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2000) dan Yap dan Widyaningdyah (2009) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile lebih tinggi daripada industri low-profile. Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian perbedaan kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROE pada industri high- profile dan low-profile. Tabel 5. Hasil Analisis Uji Beda Kinerja Keuangan diukur dengan ROE Sumber : Diolah dari SPSS. Test Statistics a Berdasarkan tabel 5, hasil pengujian ini memperoleh hasil yang berbeda dengan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE ditolak. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan ROE tidak mengalami perbedaan baik pada industri high-profile dan low-profile pada tahun Hal tersebut dibuktikan dengan hasil p-value sebesar 0,95 melebihi α sebesar 0,05. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata kinerja keuangan yang diukur dengan ROE pada industri high-profile dan low-profile sebesar 0,08 dan 0,12. Ukuran kinerja keuangan dapat tercermin melalui laba yang dihasilkan, dimana dapat diukur menggunakan rasio keuangan, dimana dalam penelitian ini menggunakan ROE dan Tobin s Q ( Widayanti, 2006: 39). Akan tetapi, ROE pada industri high-profile dan low-profile tidak mengalami perbedaan dalam penelitian ini. Hal tersebut diduga disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah tingginya tingkat ROE Mann-Whitney U 1.489E4 Wilcoxon W 2.892E4 Z Asymp. Sig. (2-tailed).953 a. Grouping Variable: KODING_ROE Sumber : Diolah dari SPSS,

20 penjualan diiringi oleh tingginya beban yang dihasilkan untuk industri high-profile. Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Robert. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), industri high-profile memiliki tingkat kompetisi yang tinggi sehingga perusahaan berusaha meningkatkan penjualan dengan meningkatkan biaya iklan. Apabila iklan meningkat, maka masyarakat semakin mengenal dan menginginkan produk tersebut sehingga tingkat penjualan meningkat. Umumnya, penjualan meningkat menyebabkan laba perusahaan meningkat pula. Akan tetapi, apabila peningkatan penjualan disebabkan oleh peningkatan beban yang cukup signifikan, maka laba yang dihasilkan tidak akan meningkat secara signifikan, bahkan cenderung tetap. Sebaliknya, tingkat kompetisi dari industri lowprofile cukup rendah. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa baik pada industri high-profile dan low-profile dengan adanya peningkatan penjualan atau tidak, menghasilkan laba yang tidak jauh berbeda seiring dengan peningkatan biaya iklan. Di sisi lain, ada banyak faktor yang mempengaruhi komponen laba. Laba yang bagus tidak hanya selalu dilihat dari tingkat persaingan, tetapi juga dapat terjadi karena kinerja perusahaan itu memang bagus disamping laba tersebut dapat di- manage. Apabila industri low-profile memiliki laba tinggi dan kinerja yang bagus, maka tingkat ROE pada industri ini tetap lebih bagus daripada industri high-profile. Hasil statistik penelitian ini pun menyatakan bahwa kinerja keuangan industri low-profile lebih tinggi daripada high-profile. Komponen laba bersih termasuk laba operasi dan laba diluar usaha (Kieso, 2011: 148). Kemungkinan laba diluar operasi pada industri low-profile lebih tinggi dari laba usaha sehingga dapat menghasilkan laba yang tinggi. Pembagian perusahaan menjadi dua kelompok industri yaitu high-profile dan low-profile merupakan pembagian berdasarkan kegiatan operasi perusahaan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Apabila pendapatan diluar usaha lebih tinggi dari pendapatan operasi, maka laba menjadi tinggi. Hal yang sama juga terjadi pada hasil penelitian ini, yaitu industri low-profile memiliki ROE yang lebih tinggi daripada high-profile. Sebagai contoh adalah sektor perbankan. Sektor perbankan memiliki berbagai produk yang ditawarkan diluar kegiatan operasi utamanya, salah satunya kegiatan operasi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat. Berbagai produk yang ditawarkan oleh perbankan yaitu salah satunya adalah asuransi. Kemungkinan pendapatan asuransi lebih tinggi daripada pendapatan utama perbankan. Hasil penelitian ini sejalan oleh hasil penelitian Susenohaji, dimana secara garis besar kinerja keuangan yang diukur dengan ROE tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara industri high-profile dan low-profile Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian 20

21 perbedaan kinerja keuangan yang diukur menggunakan Tobin s Q pada industri high- profile dan low-profile. Tabel 6. Hasil Analisis Uji Beda Kinerja Keuangan diukur dengan Tobin s Q Sumber : Diolah dari SPSS. Test Statistics a TOBIN Mann-Whitney U 1.166E4 Wilcoxon W 2.778E4 Z Asymp. Sig. (2-tailed).000 a. Grouping Variable: KODING_TOBIN Sumber : Diolah dari SPSS, 2014 Berdasarkan tabel di atas, hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis kedua diterima, dimana menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin s Q pada industri high-profile dan low-profile. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin s Q pada industri high-profile dan low-profile sebesar 2,17 dan 1,42 yang berarti bahwa secara rata-rata Tobin s Q dalam industri high-profile lebih tinggi daripada low-profile. Perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin s Q antar kedua kelompok industri tersebut terjadi sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang berbeda salah satunya memiliki resiko politis yang berbeda. Industri high-profile cenderung memiliki tingkat resiko politis yang tinggi dibandingkan industri low-profile. Hal itu disebabkan karena industri high-profile berada di bawah pengawasan pemerintah yang lebih ketat. Sebagian besar industri ini bergelut di bidang sumber daya alam yang dimiliki oleh negara sesuai dengan UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penggunaan sumber daya alam dilindungi oleh pemerintah demi kesejahteraan masyarakat. Akibatnya, segala tindakan yang dilakukan relatif dipantau dan dipengaruhi pemerintah. Demi melindungi penggunaan sumber daya, maka pemerintah membentuk aturan untuk mengawasi aktivitas perusahaan. Industri ini ditopang oleh pihak pemerintah sehingga dapat dikatakan memiliki kemampuan going concern yang baik. Perhatian investor meningkat yang tercermin pada kenaikan harga saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, industri low-profile memiliki resiko politis yang rendah, kecuali sektor perbankan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Sektor perbankan memiliki aturan 21

22 ketat yang dibuat oleh Bank Indonesia. Apabila ada bank yang melanggar, maka konsekuensi yang diterima pun cukup berat. Beratnya konsekuensi mengakibatkan bank patuh terhadap aturan sehingga resiko politis yang dihadapi oleh bank pun relatif tinggi. Sedangkan bagi industri low-profile selain sektor perbankan, memiliki resiko politis rendah, dimana hal itu menunjukkan rendahnya pengawasan dari pemerintah. Dengan pengawasan yang rendah, investor menganggap industri tersebut memiliki kemampuan going concern yang rendah sehingga respon investor lebih rendah. Tinggi rendahnya respon investor dapat tercermin dalam naik turunnya harga saham, sehingga dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Hubungan Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Spearman untuk pengujian hubungan tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROE dan Tobin s Q pada industri high- profile dan low-profile. Tabel 7. Hasil Analisis Uji Korelasi Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan Spearman s rho CSR ROE TOBIN CSR ROE TOBIN Correlation Coefficient Sig. (2- tailed) CSR CSR HIGH CSR LOW ROE ROE HIGH ROE LOW TOBIN TOBIN HIGH TOBIN LOW * N Correlation Coefficient Sig. (2- tailed).121 * **.298 ** N Correlation Coefficient Sig. (2- tailed) **.298 ** N Sumber : Diolah dari SPSS, 2014 Berdasarkan tabel 7, ditemukan bahwa tingkat pengungkapan CSR berhubungan positif dengan kinerja keuangan yang dilihat dari ROE, dimana semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, maka semakin tinggi pula kinerja keuangan perusahaan. Sebaliknya, 22

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri

Lebih terperinci

Supatmi Vol. 3, Nomor 3, Juni 2016

Supatmi Vol. 3, Nomor 3, Juni 2016 ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA INDUSTRI HIGH-PROFILE DAN LOW-PROFILE Sisilia Devina Permatasari Supatmi Fakultas Ekonomika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi yang pesat di Indonesia dapat dilihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu isu menarik dalam dunia bisnis dan pasar modal adalah mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial statement). Isu pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya kegiatan operasional dan berkumpulnya semua faktor pendukung kegiatan operasional.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan didirikan mempunyai tujuan yang jelas, tujuan perusahaan didirikan adalah untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu menarik di tahun ini adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen perusahaan dalam berkontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat. Selain menggunakan dana dari pemegang saham, perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya kegiatan operasional dan berkumpulnya semua faktor pendukung kegiatan operasional.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode

BAB III METODE PENELITIAN. di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek atau populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO). Penelitian ini menggunakan sampel pada seluruh perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability) akan terjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak sosial yang ditimbulkan perusahaan dari proses produksinya. Selain proses produksi yang digunakan perusahaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal (investor dan kreditor), tetapi juga kepentingan karyawan, konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. modal (investor dan kreditor), tetapi juga kepentingan karyawan, konsumen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini tuntutan publik terhadap perusahaan semakin besar, perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku bisnis di Indonesia. Namun, tidak berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dengan alasan : perusahaan-perusahaan manufaktur lebih banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja keuangan perusahaan adalah melalui laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan perusahaan (stakeholder). Perusahaan seharusnya juga

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan perusahaan (stakeholder). Perusahaan seharusnya juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tidak hanya bertujuan untuk memaksimalkan laba yang diperoleh. Namun dalam menjalankan perusahaannya diperlukan sebuah tanggung jawab social dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Legitimasi Teori legitimasi mempunyai peran penting dalam pengungkapan sukarela laporan keuangan perusahaan. Teori legitimasi sangat erat hubungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia masih perlu merealisasikan pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang lainnya sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Metode merupakan cara atau taktik sebagai langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dalam memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap masyarakat ataupun lingkungan di sekitarnya. Dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian penting dari strategi bisnis berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan website masing-masing perusahaan. Populasi dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbincangan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah berkembang sejak era

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Studi Empiris Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014 Nama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk dijadikan subjek penelitian dengan cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk dijadikan subjek penelitian dengan cara BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dalam skripsi ini adalah dengan mengambil data perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility dan perusahaan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjaga eksistensinya, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprokal (timbal balik) antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan dewasa ini telah banyak dirasakan dampak paham ekonomi kapitalis. Banyak perusahaan yang dalam kegiatannya

Lebih terperinci

BAB I PERNDAHULUAN Kinerja keuangan merupakan sebagai penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk

BAB I PERNDAHULUAN Kinerja keuangan merupakan sebagai penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk BAB I PERNDAHULUAN Kinerja keuangan merupakan sebagai penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk menghasilkan laba. Laba perusahaan selain merupakan indikator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatif 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatif merupakan metode yang mempelajari hubungan sebab akibat antara dua variabel

Lebih terperinci

Volume 3, Nomor 3, Juni 2016

Volume 3, Nomor 3, Juni 2016 Volume 3, Nomor 3, Juni 2016 JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS INDONESIA VOL. 3 NO. 3 HAL.303-459 JUNI 2016 ISSN 2338-4557 Volume 3, Nomor 3, Juni 2016 Fax: 031 502 6288, E-mail: fmi.pusat@gmail.com Volume 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana atau media informasi bagi para stakeholders. Dengan diterbitkannya laporan keuangan dapat memberikan informasi tentang kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu penggerak utama perekonomian dunia termasuk Indonesia, karena melalui pasar modal tersebut perusahaan dapat memperoleh sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat serta persaingan yang begitu ketat. Saat perusahaan semakin berkembang, maka tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Era Globalisasi ini, persaingan negara- negara maju dan berkembang tak terkecuali pada bidang bisnis manufakturnya semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun Pemilihan

BAB III METODE PENELITIAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun Pemilihan BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2013-2015. Pemilihan perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini mempunyai berbagai macam kegiatan untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan perusahaan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya pada tempat yang memiliki sisi profitable yang aman dan pasti.

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya pada tempat yang memiliki sisi profitable yang aman dan pasti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang pebisnis dan investor khususnya sangat membutuhkan informasi tentang kondisi perusahaan tempat ia akan menginvestasikan dananya, karena sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB 1. membiayai dan mengembangkan proyek-proyeknya sehingga meningkatkan. dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan

BAB 1. membiayai dan mengembangkan proyek-proyeknya sehingga meningkatkan. dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan BAB 1 PENDAHULUAN xviii 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modalmerupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas (Tandelilin,

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Dan Sample Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2014.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi mengalami perkembangan pesat dengan hadirnya revolusi industri. Pelaporan akuntansi digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor, kreditor, dan pemerintah adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signal Theory Teori sinyal atau signal theory menjelaskan mengenai bagaimana manajemen mampu memberikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai lingkungan di Indonesia saat ini menjadi perhatian tersendiri, terlebih lagi mengenai dampak yang diakibatkan oleh kegiatan operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan semakin sengitnya persaingan antar perusahaan, kini perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang besar untuk

Lebih terperinci

Prosiding Akuntansi ISSN:

Prosiding Akuntansi ISSN: Prosiding Akuntansi ISSN: 2460-6561 Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2014 Januari Data

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2014 Januari Data 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan September 2014 Januari 2015. Data perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan tahunan perusahaan yang go public di Bursa Efek, merupakan media UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Laporan tahunan perusahaan yang go public di Bursa Efek, merupakan media UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan tahunan perusahaan yang go public di Bursa Efek, merupakan media komunikasi antara perusahaan dan masyarakat yang membutuhkan informasi keuangan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada dari bulan September 2016 di Jakarta, dengan mengambil data keuangan atau laporan keuangan pada perusahaan Pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), belakangan ini patut untuk dirayakan. Corporate Social Responsibility (CSR) memang sedang menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ashari dkk (1994) dalam Lydiana (2007) adalah sebagai berikut: biaya atau pertimbangan yang subjektif.

BAB III METODE PENELITIAN. Ashari dkk (1994) dalam Lydiana (2007) adalah sebagai berikut: biaya atau pertimbangan yang subjektif. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Pengukurannya 1. Variabel Dependen Dalam model penelitian ini, penulis menggunakan peringkat perataan laba (income smoothing) sebagai proksi praktik perataan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah mempengaruhi beberapa aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling signifikan perubahannya adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh perusahaan manufaktur yang telah go public dan tercatat dalam BEI (Bursa Efek Indonesia) pada periode tahun 2013-2015.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama manajemen perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya ialah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama manajemen perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya ialah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama manajemen perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya ialah meningkatkan nilai perusahaan yang dapat diukur dengan menggunakan Economic Value Added (EVA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pelaporan keuangan tahunan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pelaporan keuangan tahunan perusahaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data laporan keuangan pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang dipublikasikan perusahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjaga eksistensinya, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprokal (timbal balik) antara perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi Dan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memproses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 SUMBER DATA Menurut Sarwono (2006 : 8), dilihat dari sumber perolehannya, data dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Penentuan Sampel Populasi merupakan keseluruhan dari pengamatan yang menjadi fokus penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi di bidang keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam periode waktu tertentu yang dapat dilihat melalui laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemilik perusahaan. Disamping itu, terdapat stakeholder yang dapat mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemilik perusahaan. Disamping itu, terdapat stakeholder yang dapat mempengaruhi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal dengan meningkatkan nilai perusahaan dan untuk memakmurkan pemegang saham atau pemilik perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang sedang berkembang dewasa ini menuntut perubahan tatanan kehidupan baru dalam berbagai bidang politik, ekonomi dan sosial budaya. Kecenderungan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (profit) melainkan juga kesejahteraan orang (people) dan menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. (profit) melainkan juga kesejahteraan orang (people) dan menjamin kelangsungan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman Corporate Social Responsibility (CSR) dengan 3P yaitu profit, people dan planet, pengertian ini karena bisnis tidak hanya sekedar mencari keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi keuangan perusahaan mengenai laba (earnings) yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi keuangan perusahaan mengenai laba (earnings) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan dan laporan tahunan merupakan salah satu informasi perusahaan yang wajib dipublikasikan. Informasi yang wajib dipublikasikan tersebut harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada saat ini semakin tumbuh dan berkembang, baik di dalam jumlah maupun jenis usaha yang dijalankan. Pada umumnya, tujuan

Lebih terperinci

Sifa Dwiariani 1, Leny Suzan 2, Djusnimar Zultilisna 3

Sifa Dwiariani 1, Leny Suzan 2, Djusnimar Zultilisna 3 PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri yang semakin maju menimbulkan berbagai dampak bagi lingkungan dan masyarakat, termasuk di dalamnya adalah efek negatif. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam baik secara langsung maupun tidak langsung tentu memberikan dampak pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. September 2013 s.d selesai pada perusahaan partisipan Indonesian. pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. September 2013 s.d selesai pada perusahaan partisipan Indonesian. pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian untuk penulisan skripsi ini berlangsung pada bulan September 2013 s.d selesai pada perusahaan partisipan Indonesian Sustainability

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan pengujian hipotesis untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan pengujian hipotesis untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian empiris. Penelitian ini dilakukan dengan pengujian hipotesis untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode purposive sampling, artinya bahwa populasi yang akan dijadikan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode purposive sampling, artinya bahwa populasi yang akan dijadikan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indinesia. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut British Broadcasting Corporation pada tahun 2015 dengan dibentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut British Broadcasting Corporation pada tahun 2015 dengan dibentuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut British Broadcasting Corporation pada tahun 2015 dengan dibentuknya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), persaingan dunia usaha semakin kompetitif karena semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 dengan obyek penelitian yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan CSR pada perusahaan pertambangan

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERBANKAN DI BEI PERIODE

PENGARUH RASIO PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERBANKAN DI BEI PERIODE PENGARUH RASIO PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERBANKAN DI BEI PERIODE 2008-2010 Renna Magdalena Program Studi Akuntansi Universitas Pelita Harapan Surabaya Surabaya-Indonesia renna.magdalena@uphsurabaya.ac.id

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011 2013, data lain yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode penelitian ini mencakup data tahun 2013 2015 dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah sejumlah unsur-unsur dimana suatu kesimpulan akan disusun.

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah sejumlah unsur-unsur dimana suatu kesimpulan akan disusun. III. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah sejumlah unsur-unsur dimana suatu kesimpulan akan disusun. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang telah terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders) tapi juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tingkat kompetisi bisnis pada masa ini semakin ketat dikarenakan adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tingkat kompetisi bisnis pada masa ini semakin ketat dikarenakan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tingkat kompetisi bisnis pada masa ini semakin ketat dikarenakan adanya era perdagangan bebas atau globalisasi. Dalam menghadapi era perdagangan bebas tersebut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat banyaknya perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) di dalam suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Berdasarkan penelitian di atas, penelitian dilakukan pada perusahaanperusahaan kelompok industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dalam suatu periode tertentu dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Profitabilitas

Lebih terperinci

PENGARUH ENVIRONMENTAL DISCLOSURE

PENGARUH ENVIRONMENTAL DISCLOSURE 1 PENGARUH ENVIRONMENTAL DISCLOSURE TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT (ERC) (Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Industri Dasar Kimia dan Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era yang sekarang ini, sektor bisnis di Indonesia mulai berkembang. Tentu saja kebanyakan dari mereka masih memfokuskan tujuan utamanya pada pencarian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian asosiatif, sebab penelitian tersebut memiliki tujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015. Sedangkan subyeknya berupa Laporan Keuangan

Lebih terperinci