BAB II TINJAUAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORITIS"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau rana kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 2. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. 7

2 8 b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memperjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (kenyataan). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analisys) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

3 9 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Mubarak (2012), terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah: a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami suatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. c. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis. Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. d. Minat Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

4 10 e. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaiknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya. f. Kebudayaan Lingkungan Sekitar Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan lingkungan. g. Informasi Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. 4. Cara Mengukur Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan.

5 11 B. Wanita Usia Subur Menurut Depkes RI (2009), wanita usia subur adalah semua wanita yang telah memasuki usia antara tahun tanpa memperhitungkan status perkawinannya Wanita usia subur adalah wanita yang berusia di mana organ reproduksinya sudah matang dalam segala hal, termasuk fungsi reproduksinya. C. Kanker Serviks 1. Pengertian Kanker Serviks Menurut Depkes RI (2010), kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal/terus menerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya yang disebut metastasis. Sel kanker bersifat ganas dan dapat menyebabkan kematian, dapat berasal/tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia. Leher rahim adalah bagian terendah dari rahim yang terdapat pada puncak liang senggama (vagina) yang hanya dapat dilihat dengan alat spekulum (berbentuk seperti mulut bebek). Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi berasal dari sel leher rahim. Menurut Tilong A.D. (2012), kanker leher rahim atau yang disebut juga sebagai kanker serviks merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV, mempunyai persentase yang cukup tinggi dalam menyebabkan kanker serviks, yaitu sekitar 99,7%. Kanker serviks adalah kanker pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina (Emilia dkk, 2010). Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah serviks (leher rahim) sebagai akibat adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997 dalam Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).

6 12 2. Penyebab Kanker Serviks Menurut Depkes RI (2009) hampir seluruh kanker leher rahim disebabkan oleh infeksi HPV / virus papiloma pada manusia. Virus ini relative kecil dan hanya dapat dilihat dengan alat mikroskop electron. Ada beberapa tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker yaitu tipe 16 dan 18 (yang sering dijumpai di Indonesia) serta tipe lain 31, 33, 45, dan lain-lain. HPV ditularkan melalui hubungan seksual dan ditemukan pada 95% kasus kanker mulut rahim. Infeksi HPV dapat menetap menjadi displasia atau sembuh secara sempurna Kumalasari dan Andhyantoro, 2012). Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012) tahapan perkembangan kanker serviks sebagi berikut: a. Displasia (ringan, sedang, berat). Lesi displasia sering disebut dengan lesi prakanker yaitu kelainan pertumbuhan sel yang perkembangannya sangat lambat. b. Displasia kemudian berkembang menjadi karsinoma in-situ (kanker yang belum menyebar). c. Akhirnya menjadi karsinoma invasive (kanker yang dapat menyebar). Perkembangan displasia menjadi kanker membutuhkan waktu bertahun-tahun (7-15 tahun). 3. Faktor Resiko Kanker Serviks a. Hubungan Seks pada Usia Muda Menurut Fitria (dalam Martini, 2013) usia menikah kurang dari 20 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini disebabkan oleh karena pada saat usia muda sel-sel rahim masih belum matang. Maka sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma dan segala macam perubahannya. Jika belum matang, saat ada rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dengan sel yang mati, sehingga kelebihan sel ini bisa berubah sifat menjadi sel kanker.

7 13 b. Multipartner Seks Perilaku berganti-ganti pasangan seksual akan meningkatkan penularan penyakit kanker leher rahim. Risiko terkena kanker leher rahim meningkat 10 kali lipat pada wanita mempunyai teman seksual 6 orang atau lebih. Bukan hanya ini saja, bila seorang suami juga berganti-ganti pasangan seksual dengan wanita lain misalnya Wanita Tuna Susila (WTS), maka suaminya dapat membawa virus HPV dan menularkan kepada istrinya (Sukaca, 2009). c. Jumlah Paritas Paritas merupakan keadaan dimana seorang wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup atau viable. Paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat. Hal ini dikarenakan persalinan yang demikian dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Jika jumlah anak yang dilahirkan melalui jalan normal banyak dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim, dan dapat berkembang menjadi keganasan (Sukaca, 2009). d. Pemakaian Alat Kontrasepsi Menurut Hidayat (2001) pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama lebih dari 4 atau 5 tahun dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi oral menyebabkan wanita sensitif terhadap HPV yang dapat meyebabkan adanya peradangan pada genitalia sehingga berisiko untuk terjadi kanker serviks. Pil kontrasepsi oral diduga akan menyebabkan defisiensi folat yang mengurangi metabolisme mutagen sedangkan estrogen kemungkinan menjadi salah satu kofaktor yang membuat replikasi DNA HPV (Martini, 2013).

8 14 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dkk (2013) tentang Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal dengan Kejadian Kanker Serviks di Ruang D atas BLU. RSUP. Prof. Dr. R. D Kandou Manado, diperoleh bahwa dari 21 pemakai kontrasepsi hormonal 18 orang kanker serviks dan 3 orang tidak kanker serviks (pemakaian kontrasepsi hormonal menunjukan paling banyak responden yang kanker serviks dimana responden berada pada pemakaian kontrasepsi pil, dan paling sedikit pemakaian kontrasepsi suntik dan implant), sedangkan dari 21 pemakai kontrasepsi non hormonal 2 kanker serviks dan 19 tidak kanker serviks (pemakaian kontrasepsi non hormonal menunjukan paling banyak responden berada pada pemakaian kontrasepsi IUD dan paling sedikit system kalender dan kondom). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pada umumnya responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal lebih berisiko terkena kanker serviks. e. Riwayat Perokok Menurut Rasjidi (2009) tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. Wanita perokok mempunyai risiko 2 kali lipat terkena kanker leher rahim dibandingkan wanita yang tidak. Lendir serviks wanita perokok mengandung nikotin dan zat lainnya yang terdapat dalam rokok. Zat-zat tersebut menurunkan daya tahan serviks. Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks (Sukaca, 2009).

9 15 f. Nutrisi Antioksidan dapat melindungi Deoxyribonucleic Acid (DNA) dan Ribonucleic Acid (RNA) terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Banyak sayur dan buah mengandung bahanbahan antioksidan dan berkhasiat mencegah kanker misalnya advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat. Dari beberapa penelitian ternyata defisiensi asam folat (folic acid), vitamin C, vitamin E, beta karoten / retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin E, vitamin C dan beta karoten mempunyai khasiat antioksidan yang kuat. Vitamin E banyak terdapat dalam minyak nabati (kedelai, jagung, biji-bijian dan kacangkacangan). Vitamin C banyak terdapat dalam sayur-sayuran dan buahbuahan (Rasjidi, 2009). g. Hygiene yang Buruk Menurut Rozi M.F. (2013) posisi alat vital sangat rentan terkontaminasi bakteri penyebab infeksi. Oleh karena itu dalam membersihkan kedua jalan kotoran (vagina dan anus), lakukanlah pembilasan dari arah depan ke belakang setelah buang air. Jika sedang menstruasi, gantilah pembalut paling lama empat jam, dan disaat tidak dalam menstruasi hindari menggunakan pantyliner karena akan meningkatkan kelembaban. Keadaan yang lembab ini akan mempengaruhi pertumbuhan bakteri jahat pada organ intim sehingga memicu terjadinya infeksi. Selain itu ketika terdapat virus ini pada tangan, lalu menyentuh daerah genital, virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim. Cara penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus ini. Seorang penderita kanker ini mungkin menggunakan closet, virus HPV yang terdapat pada penderita berpindah ke closet (Rasjidi, 2009).

10 16 h. Memakai Pembalut Berdioksin Pembalut yang bisa mendatangkan kanker adalah pembalut yang mengandung dioksin. Tidak semua tisu atau pembalut wanita mengandung dioksin, tapi jika tidak waspada, ini dapat berakibat fatal bagi kesehatan. Dioksin merupakan senyawa yang tergolong karsionogenik. Dampak keracunan dioksin untuk jangka panjang adalah kanker dan aterosklerosis sehingga menaikkan angka kematian sampai 46% pada beberapa kasus (Rozi, 2013). Dioksin merupakan senyawa yang dapat mengacaukan system hormone yaitu dengan cara bergabung dengan koseptor hormon sehingga mengubah fungsi dan mekanisme genetis dari sel mengakibatkan kanker, menurunkan daya tahan tubuh, mengacaukan sistem saraf, keguguran kandungan, dan dapat mengakibatkan cacat kelahiran (birth deformity). Umumnya dioksin dihasilkan dari pembakaran sampah, hasil sampingan produk pestisida, pembakaran dari produk baja atau proses kimia suatu produk yang menggunakan chlor sebagai pemutih seperti kertas, plastik, bahan T-shirt dan sebagainya (Rozi, 2013). Zat dioksin juga termasuk hasil sampingan dari proses pemutihan (bleaching) yang digunakan pada pabrik kertas, termasuk pabrik pembalut wanita, tissue, sanitary pad dan diaper (pembalut untuk anak-anak). Wanita lebih suka menggunakan pembalut yang biasa dijual dipasaran saat menstruasi karena lebih praktis dibandingkan menggunakan kain flanel yang bisa dicuci ulang atau pembalut herbal, padahal hal ini sangat berbahaya karena kita tidak ketahui apakah pembalut tersebut mengandung dioksin atau tidak (Rozi, 2013). i. Perubahan Sistem Imun Menurut Rasjidi (2009) perubahan sistem imun dihubungkan dengan meningkatnya risiko terjadinya karsinoma serviks invasive. Hal ini dihubungkan dengan penderita yang terinfeksi dengan Human

11 17 Immunodeficiency Virus (HIV) meningkatkan angka kejadian kanker serviks prainvasif dan invasive. j. Pendapatan atau Status Sosial Ekonomi Menurut Nurwijaya (2010) tingkat penghasilan secara langsung berhubungan dengan standar hidup, para wanita berpendapatan rendah hampir lima kali lebih tinggi beresiko terkena kanker serviks daripada kelompok wanita yang berpendapatan lebih tinggi. Kemiskinan yang mengakibat ketidakmampuan mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan yang baik dan tidak dapat membayar biaya-biaya tes kesehatan yang cukup mahal. k. Pendidikan Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan tingkat sosio ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Surbakti E (2004) dalam Melva (2008). Pendidikan mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian kanker serviks dengan kata lain penderita kanker serviks yang berpendidikan rendah merupakan faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kanker serviks. l. Pekerjaan Menurut Teheru dan Hidayati (dalam Melva, 2008) terdapat hubungan antara kanker serviks dengan pekerjaan, dimana wanita pekerja kasar, seperti buruh, petani memperlihatkan 4 kali lebih mungkin terkena kanker serviks dibandingkan wanita pekerja ringan atau bekerja di kantor. Dua kejadian yang terpisah memperlihatkan adanya hubungan antara kanker serviks dengan pekerjaan.

12 18 Para istri pekerja kasar 4 kali lebih mungkin terkena kanker serviks dibandingkan para istri pekerja kantor atau pekerja ringan, kebanyakan dari kelompok yang pertama ini dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok sosial ekomoni rendah, mungkin standar kebersihan yang tidak baik pada umumnya faktor sosial ekomoni rendah cenderung memulai aktifitas seksual pada usia lebih muda. m. Umur Menurut Wijaya (2010) perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia tahun dan masih aktif berhubungan seksual (pervalensi 5-10%). Meski infeksi HPV seiring pertambahan usia, namun sebaliknya resiko infeksi menetap/persisten justru meningkat. Hal ini diduga karena seiring pertambahan usia terjadi perubahan anatomi /retraksi dan histology/ metaplasia. 4. Gejala Klinis Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012) kanker serviks pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda yang khas, bahkan kadangkadang tidak ada gejala sama sekali. Gejala yang mungkin timbul antara lain sebagai berikut: a. Nyeri pada waktu senggama dan pendarahan sesudah senggama. b. Keluar keputihan atau cairan encer dari vagina. c. Pendarahan sesudah mati menstruasi. d. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuningan, berbau, dan dapat bercampur dengan darah. Apabila gejala tersebut sudah muncul, biasanya kanker sudah dalam stadium lanjut. Untuk itu perlu segera diperiksakan ke dokter karena makin dini penyakit didiagnosis dan diobati, makin besar kemungkinan untuk disembuhkan.

13 19 5. Perkembangan Penyakit Kanker Serviks Menurut Emilia dkk (2012) perkembangan dari infeksi HPV onkogenik menjadi kanker serviks dapat terjadi apabila terjadi infeksi yang menetap dari beberapa sel yang terdapat pada serviks (sel epitel pipih atau lonjong di zona transformasi serviks). Perkembangan sel yang tidak normal pada sel epitel serviks dapat berkembang menjadi prakanker yang disebut juga sebagai Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN). Menurut Emilia dkk (2012) tahapan perkembangan sel-sel abnormal hingga menjadi kanker serviks adalah sebagai berikut: 1. Cervical Intraepithelial Neoplasia I (CIN I) atau Low Grade Squamous Intraepithalial Lesions (LSILs). Dalam tahap ini terjadi perubahan yaitu sel yang terinfeksi HPV onkogenik akan membuat partikel-partikel virus baru. 2. Cervical Intraepithelial Neoplasia II (CIN II) atau High Grade Squamuos Intraepithelial Lesions (HSILs). Dalam tahap ini sel-sel semakin menunjukkan gejala abnormal prakanker. 3. Cervical Intraepithelial Neoplasia III (CIN III). Dalam tahap ini, lapisan permukaan serviks dipenuhi dengan sel-sel abnormal. 4. Infeksi persisten dengan HPV onkogenik dapat berkembang menjadi Carcinoma In Situ (CIS) yaitu keganasan yang masih terlokalisir dan belum menembus sel barier. 5. Kanker serviks yang semakin invasive berkembang dari CIS yang tidak diobati atau dibiarkan sehingga berkembang dan menyebar ke bagian tubuh yang lain. 6. Stadium Kanker Serviks Menurut Tilong A.D. (2012), kanker serviks terbagi atas beberapa tingkatan atau stadium yaitu:

14 20 a. Stadium 0: Kanker serviks hanya ditemukan pada lapisan atas dari sel-sel pada jaringan yang melapisi leher rahim. Tingkat 0 juga disebut carcinoma in situ. b. Stadium 1: Kanker telah menyerang leher rahim di bawah lapisan atas dari sel-sel. Kanker serviks hanya ditemukan pada leher rahim. c. Stadium 2: Kanker serviks meluas melewati leher rahim ke dalam jaringanjaringan yang berdekatan dan ke bagian atas dari vagina. Kanker serviks tidak menyerang ke bagian ketiga yang lebih rendah dari vagina atau dinding pelvis (lapisan dari bagian tubuh antara pinggul). d. Stadium 3: Kanker meluas ke bagian bawah vagina. Kemungkinan kanker juga telah menyebar ke dinding pelvis dan simpul-simpul getah bening yang berdekatan. e. Stadium 4: Kanker serviks telah menyebar ke kandung kemih, rectum, atau bagian-bagian lain tubuh. 7. Manajemen Kanker Serviks Menurut Emilia dkk (2010) manajemen kanker serviks bisa dilakukan dengan berbagai macam cara yang meliputi operasi, pemberian kemoterapi, dan radiasi (terapi penyinaran). Operasi pada kanker serviks bertujuan untuk mengambil jaringan kanker. Kemoterapi dan radiasi bertujuan untuk mematikan sel-sel kanker. Kanker serviks dengan stadium di bawah IIA disebut kanker serviks yang operable, artinya dapat dilakukan prosedur operatif yang bertujuan untuk mengangkat tumor beserta rahim dan jaringan sekitarnya. Pada stadium IA (mikroinvasif), bila pasien masih menginginkan untuk masih dapat hamil lagi, bias dilakukan trakhelektomi, yaitu mengangkat seluruh rahim, sedangkan badan rahimnya masih dopertahankan. Bila pasien sudah lanjut usia atau sudah merasa mempunyai cukup anak, lebih bagus kalau dilakukan histerektomi simple, yaitu mengangkat seluruh rahimbeserta serviksnya (Emilia dkk, 2010).

15 21 Pada stadium IB dan IIA, akan dilakukan operasi histerektomi radikal, yaitu mengangkat seluruh rahim, kedua saluran dan indung telur, kelenjar getah bening, dan jaringan disekitar serviks. Setelah dilakukan histerektomi radikal, akan dilanjutkan dengan pemberian kemoterapi dan terapi penyinaran. Untuk pasien kanker serviks dengan stadium lanjut (IIB ke atas) sudah digolongkan dalam kanker serviks yang inoperable, artinya tidak perlu dilakukan prosedur operasi, karna hasilnya tidak akan berbeda bila pasien tersebut dilakukan operasi terapi berupa pemberian kemoterapi dan radiasi, atau tanpa operasi dan dilanjutkan kemoterapi dan radiasi (Emilia dkk, 2010). D. Tindakan Pemeriksaan Kanker Serviks 1. Konsep Tindakan Menurut Notoatmodjo (2012) tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami atau istri, orang tua atau mertua sangat penting untuk mendukung praktik. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan: a. Respon Terpimpin (Guided Respons) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama. b. Mekanisme (Mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat kedua.

16 22 c. Adopsi (Adoption) Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. 2. Pemeriksaan Kanker Serviks Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012) walaupun kanker serviks menakutkan, namun dapat dilakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV atau pun kanker serviks salah satunya adalah dengan dilakukannya pemeriksaan sedini mungkin. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut: a. Pemberian Vaksinasi Human Papiloma Virus (HPV). Saat ini ada vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi HPV yang menyebabkan kebanyakan kasus kanker serviks dan genital warts/kutil kelamin. Cara kerja vaksin ini dengan merangsang antibodi respons kekebalan tubuh terhadap HPV dimana antibody ditangkap untuk membunuh HPV sehingga virus HPV tidak dapat masuk ke leher rahim (serviks). Vaksin ini diberikan dalam tiga kali suntikan intramuskuler (pada otot lengan, pantat, atau otot bagian tubuh lain), selama enam bulan ke 0, ke 1 dan ke 6. Vaksin ini bias didapat dengan harga eceran sekitar Rp ,3 juta per dosis (Rp 1,8-3,9 juta untuk seri 3 dosis) (Emilia dkk, 2010). Menurut Emilia dkk (2010) vaksin telah diuji secara luas pada wanita usia 9 sampai 26 tahun. Idealnya, wanita harus mendapatkan vaksin sebelum aktif melakukan kontak seksual, yaitu sebelum kemungkinan terpapar HPV. Meskipun demikian, wanita yang telah aktif secara seksual juga masih dapat mendapatkan manfaat vaksin, tetapi dengan keuntungan yang lebih sedikit, karena mereka mungkin sudah terpapar jenis HPV yang menjadi target vaksin (misal HPV tipe 16 dan 18).

17 23 Vaksin HPV tidak dianjurkan untuk wanita hamil. Untuk saat ini, sebaiknya ibu hamil menunggu sampai kelahiran sebelum mendapatkan vaksin. Vaksin ini kurang efektif untuk mencegah penyakit terkait HPV pada perempuan yang sebelumnya telah terpapar salah satu jenis HPV atau lebih. Hal ini disebabkan vaksin tidak dapat mengobati infeksi HPV yang sudah ada dalam tubuh. Dengan kata lain, vaksin tidak memiliki efek kuratif/penyembuhan. Vaksin hanya memiliki efek preventif/pencegahan infeksi HPV sebelum seseorang mendapatkannya (Emilia dkk, 2010). Bahwa perlindungan vaksin dapat berlangsung lebih dari 6 tahun. Penelitian lebih lanjut sedang dilakukan untuk mengetahui apakah dibutuhkan booster (suntikan ulang) beberapa tahun setelah pemberian vaksin HPV untuk meningkatkan perlindungan. Vaksin ini tidak melindungi terhadap semua jenis HPV sehingga tidak 100% dapat mencegah semua kasus kanker serviks. Sekitar 30% dari kanker serviks tidak dapat dicegah oleh vaksin sehingga sangatlah penting bagi wanita untuk tetap melakukan skrining rutin (pap smear rutin). Juga vaksin tidak mencegah Infeksi Menular Seksual lainnya (IMS) yang bukan disebabkan virus HPV (Emilia dkk, 2010). Belum dapat diketahui bagaimana tingkat efektifitasnya, jika hanya mendapatkan satu atau dua dosis vaksin (suntikan tidak lengkap tiga kali). Untuk itu, sangatlah penting bahwa anak perempuan atau wanita mendapatkan tiga dosis vaksin secara penuh dan dalam waktu yang ditentukan. Vaksin ini juga telah dilisensi oleh FDA (Badan Pengawasan Obat, Amerika Serikat) dan disetujui oleh DCC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Amerika Serikat) sebagai vaksin yang aman dan efektif. Efek samping yang dapat timbul yang paling umum hanyalah rasa nyeri pada tempat suntikan diberikan (Emilia dkk, 2010).

18 24 b. Melakukan Pap Smear Test Menurut Tilong A.D. (2012) pap smear test atau papanicolaou smear diambil dari nama dokter Yunani yang menemukan metode ini, yaitu Goerge N. Papanicolaou, yang merancang metode mewarnai pulasan sampel sel-sel untuk diperiksa sekitar 50 tahun yang lalu. Pap smear test merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) menggunakan alat yang dinamakan speculum dan dilakukan oleh bidan ataupun ahli kandungan. Pemeriksaan ini bermanfaat mengetahui adanya HPV ataupun sel karsinoma penyebab kanker serviks. Menurut Tilong A.D (2012) Pap smear test cenderung murah, cepat dan bisa dilakukan di unit pelayanan kesehatan terdekat, seperti puskesmas, rumah bersalin, rumah sakit, klinik, praktik dokter, dan lain sebagainya. Pap smear test biasa dilakukan kapan saja, kecuali sedang haid, atau sesuai petunjuk dokter. Pap smear test, sebaiknya dilakukan 1 x setahun oleh setiap wanita yang sudah melakukan hubungan seksual. Menurut American Cancer Society dalam Kumalasari, Intan dan Andhyantoro, Iwan (2012) merekomendasikan Pap Smear Test pertama sekitar 3 tahun setelah melakukan hubungan seksual pertama atau pada usia 21 tahun. Setelah usia 21 tahun dengan petunjuk sebagai berikut: usia tahun frekuensi sekali setahun Pap smear regular atau setiap 2 tahun menggunakan Pap Smear Test berbasis cairan, usia tahun frekuensi setiap 2-3 tahun jika hasil 3 x tes normal secara berurutan, usia > 70 tahun frekuensi Pap Smear Test dapat dihentikan jika hasil 3 x tes normal secara berurutan dan Pap Smear Test normal selama 10 tahun. Menurut Tilong A.D. (2012) disamping kelebihan, pemeriksaan pap smear juga ada kekurangannya, yakni sampel yang diambil tidak dari seluruh bagian serviks sehingga ada bagian yang bisa saja tidak terdeteksi. Selain itu, pada

19 25 pemeriksaan pap smear kemungkinan tidak memperlihatkan kondisi sel yang sebenarnya dan mempunyai akurasi antara %. c. Melakukan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) Menurut Kumalasari, Intan dan Andhyantoro, Iwan (2012) IVA merupakan singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam Asetat yaitu suatu metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim menggunakan lidi wotten yang telah dicelupkan ke dalam asam asetat atau asam cuka 3-5 % dengan mata telanjang. Bila terdapat lesi kanker maka akan terjadi perubahan warna agak keputihan pada leher rahim yang diperiksa. Menurut Tilong A.D (2012), jika tidak ada perubahan warna maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. IVA dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan. Metode tersebut memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan pap smear test yang selama ini lebih popular. Menurut Tilong (2012), adapun beberapa keunggulan metode IVA dibandingkan pap smear adalah sebagai berikut: (a) Tidak memerlukan alat tes laboratorium yang canggih (alat pengambil sampel jaringan, preparat, regen, mikroskop, dan lain sebagainya), (b) Tidak memerlukan teknisi lab khusus untuk pembacaan hasil tes. (c) Hasilnya langsung diketahui, tidak memakan waktu berminggu-minggu. (d) Sensitivitas IVA dalam mendeteksi kelainan leher rahim lebih tinggi daripada pap smear test (sekitar 75 %), meskipun dari segi kepastian lebih rendah (sekitar 85%). (e) Biayanya sangat murah (bahkan gratis bila di puskesmas).

20 26 E. Hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker Serviks dengan Tindakan Pemeriksaan Kanker Serviks Berdasarkan penjabaran tinjauan pustaka diatas dapat dikatakan bahwa dengan adanya pengetahuan yang dimiliki oleh Wanita Usia Subur tentang kanker serviks akan membentuk kecenderungan sikap positif yang tercermin dalam perilaku untuk melakukan tindakan pemeriksaan kanker serviks. Hal ini didukung oleh pernyataan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pondaag, dkk. (2013) tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswi tentang pencegahan kanker serviks di SMA Negeri 1 Manado, kepada 100 siswi didapat kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswi tentang pencegahan kanker serviks dengan nilai signifikan (0,000). Penelitian yang ini juga sejalan dengan penelitian Dewi (2010) tentang hubungan pengetahuan tentang kanker serviks dengan partisipasi wanita dalam program deteksi dini kanker serviks di Kel. Joho Kec. Mojolaban Kab. Sukoharjo yang dilakukan pada 155 sampel wanita usia subur dengan teknik analisis chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa dari 155 sampel didapatkan pengetahuan tentang kanker serviks baik (23,9%), cukup (50,3%), kurang (25,8%). Sedangkan partisipasi wanita dalam program deteksi dini kanker serviks tergolong tinggi (9%) dan rendah (91,9%). Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang kanker serviks dengan partisipasi wanita dalam program deteksi dini kanker serviks di Kelurahan Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, dengan nilai signifikansi p=0,000 < p=0,05. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang akan semakin mudah untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Penelitian serupa telah dilakukan oleh

21 27 Samuel dalam Sugiarsi (2011) yang hasilnya menyatakan bahwa perempuan memiliki pengetahuan yang terbatas tentang kankers serviks dan payudara akan berdampak pada praktik deteksi dini yang rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Apriyanti (2014) tentang hubungan pengetahuan wanita usia subur tentang Pap Smear Test dengan kejadian kanker serviks di Puskesmas Tasikmadu Karanganyar. Penelitian dilakukan kepada 37 responden dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan wanita usia subur tentang pap smear dengan kejadian kanker serviks di Puskesmas Tasikmadu Karanganyar, dengan nilai p = 0,000. Penelitian ini didukung oleh penelitian Dewi, dkk. (2013) tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia subur dengan pemeriksaan IVA di Puskesmas Buleleng I. Penelitian ini dilakukan kepada 40 orang responden, dengan pendekatan cross sectional. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara tingkat pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA di Puskesmas Buleleng I, dengan nilai p = 0,007. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Artiningsih Ninik (2011) tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker serviks, kepada 100 responden diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker serviks dengan nilai p = 0,000.

22 28 F. Kerangka Konsep Penelitian Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Bebas (Variabel Independent) Variabel Terikat (Variabel Dependent) Pengetahuan Wanita Usia Subur: 1. Pengertian Kanker Serviks. 2. Penyebab Kanker Serviks. 3. Faktor Risiko Kanker Serviks. 4. Gejala Klinis Kanker Serviks. 5. Tindakan Pemeriksaan Kanker Serviks. Tindakan Pemeriksaan Kanker Serviks: Pemberian Vaksinasi Human Papiloma Virus (HPV). Pap Smear Test. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). G. Hipotesis Ha: Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan wanita usia subur tentang kanker serviks dengan tindakan pemeriksaan kanker serviks di Dusun II B Desa Tanjung Gusta Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Tidak heran, saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker leher rahim menduduki urutan pertama kejadian kanker ginekologis pada wanita secara keseluruhan di dunia. Di seluruh dunia kanker leher rahim menempati urutan

Lebih terperinci

No. Responden: B. Data Khusus Responden

No. Responden: B. Data Khusus Responden KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN TEST IVA PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN 2016 A.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Praktik pencegahan kanker servik Terbentuknya praktik terutama pada orang dewasa dimulai domain kognitif (pengetahuan) dalam arti subjek tahu terebih dahulu terhadap stimulus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kanker Serviks a. Pengertian Kanker Leher Rahim Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau jaringan dimana sel atau jaringan tersebut tumbuh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan

Lebih terperinci

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012 I. INFORMASI WAWANCARA Tanggal Wawancara.../.../... No. Urut Responden...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga, dipelihara, dan dibina sebaik-baiknya sehingga dapat tercapai kualitas hidup yang baik. World Health Organisation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah kanker yang dimulai di leher rahim, bagian dari rahim atau rahim yang membuka ke dalam vagina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang melanda negara negara di dunia termasuk Indonesia. Kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu hal yang penting bagi manusia, tanpa kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan sehat menurut World Helath Organization

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan pada leher rahim atau serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada wanita di dunia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker leher rahim adalah salah satu keganasan atau neoplasma yang terjadi di daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari rahim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah kesehatan bagi wanita, sebab penyakit akibat human papilloma virus (HPV) tersebut menjadi salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks merupakan penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker yang menyebabkan

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker leher rahim merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada leher rahim. Perjalanan penyakit ini didahului dengan kondisi lesi pra-kanker leher rahim yaitu adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat di seluruh dunia. Kanker yang khusus menyerang kaum wanita salah satunya ialah kanker serviks atau kanker leher

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konferensi International tentang Kependudukan dan Pembangunan/ICPD (International Confererence on Population and Development) di Kairo tahun 1994 menyepakati perubahan

Lebih terperinci

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan : KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN METODE IVA PADA PUS DI WILAYAH PUSKESMAS KELURAHAN KEMANGGISAN KECAMATAN PALMERAH JAKARTA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan pembangunan di Indonesia memberi dampak pada bergesernya pola penyakit. Selain penyakit infeksi, saat ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN 20 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM Jakarta periode tahun 2004. Data yang didapatkan adalah sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan merupakan salah satu kanker yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia. Bahkan menurut Badan Kesehatan Dunia, WHO, kanker jenis ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari konteks atau ruang lingkup penelitian tentang konsep kanker serviks,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO), kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia pada kaum hawa dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang sudah tak asing lagi ditelinga. Berbagai jenis kasus baru ditemukan, namun jenis kasus kanker yang paling tinggi di kalangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Papanicolaou smear atau Pap smear adalah metode yang digunakan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Papanicolaou smear atau Pap smear adalah metode yang digunakan untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pap smear 1.1 Pengertian Pap smear Pap smear pertama kali diperkenalkan pada tahun 1928 oleh dokter Yunani Dr. George N. Papanicolau dan Dr. Aurel Babel, tetapi mulai populer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS OLEH : Dr. EMI RACHMAWATI. CH PUSAT KLINIK DETEKSI DINI KANKER GRAHA YAYASAN KANKER INDONESIA WILAYAH DKI JL.SUNTER PERMAI RAYA No.2 JAKARTA UTARA 14340 Pendahuluan Kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi pada wanita, penyebab utamanya adalah adanya infeksi virus, yaitu oleh human papilloma virus (HPV)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan serius negara-negara di dunia. Saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karsinoma serviks adalah keganasan dari leher rahim yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma Virus). Karsinoma serviks menempati peringkat ke2 tersering yang

Lebih terperinci

Kanker Servix. Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim.

Kanker Servix. Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim. Kanker Servix Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim. Benar, sesuai dengan namanya, kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah penyakit keganasan serviks akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. Kanker serviks

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki urutan ke dua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi wanita merupakan hal yang perlu diperhatikan agar suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi wanita merupakan hal yang perlu diperhatikan agar suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi wanita merupakan hal yang perlu diperhatikan agar suatu negara mampu mencapai derajat kesehatan yang optimal (1). Hingga saat ini masih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kanker serviks adalah suatu penyakit kanker terbanyak kedua di seluruh dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kanker serviks adalah suatu penyakit kanker terbanyak kedua di seluruh dunia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker Serviks Kanker serviks adalah suatu penyakit kanker terbanyak kedua di seluruh dunia yang mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa Negara menjadi penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) sebagai akibat adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita di seluruh dunia. Kanker leher rahim merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN. Saya bernama Hilda Rahayu Pratiwi / , sedang menjalani

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN. Saya bernama Hilda Rahayu Pratiwi / , sedang menjalani LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN Dengan Hormat, Saya bernama Hilda Rahayu Pratiwi / 125102073, sedang menjalani Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Lebih terperinci

Kata Kunci : umur, paritas,usia menikah,stadium kanker serviks Daftar Pustaka : 15 buku

Kata Kunci : umur, paritas,usia menikah,stadium kanker serviks Daftar Pustaka : 15 buku FAKTOR RISIKO KANKER SERVIKS DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH PADA TAHUN 2013 AGUS LUSIANA Mahasiswi D-IV Kebidanan STIKes Ubudiyah Banda Aceh Intisari Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus

Lebih terperinci

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur BAB XXIV Kanker dan Tumor Kanker Masalah pada leher rahim Masalah pada rahim Masalah pada payudara Masalah pada indung telur Jenis kanker lain yang sering ditemukan Ketika kanker tidak dapat disembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pap smear merupakan salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting di Indonesia mengingat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMERIKSAAN IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS PADA PASANGAN USIA SUBUR Retno Palupi Yonni Siwi (STIKes Surya Mitra Husada Kediri)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lesi Prakanker 2.1.1 Pengertian Lesi prakanker serviks atau disebut juga lesi intraepitel serviks (cervical intraepithelial neoplasia) merupakan awal dari perubahan menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang menyerang wanita. Kanker ini adalah kanker ketiga yang umum diderita oleh wanita secara global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang menyangkut baik secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya terbatas dari penyakit atau kecacatan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pap smear 2.1.1. Definisi Pap smear Pap smear pertama kali diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr. George Papanicolou dan Dr. Aurel Babel, namun mulai populer sejak tahun 1943. Pap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Salah satu 0 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai negara berkembang tengah mengalami transisi epidemiologi, yang ditandai dengan beralihnya pola penyakit dari yang semula didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II ISI

BAB I PENDAHULUAN BAB II ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum kanker serviks diartikan sebagai suatu kondisi patologis, dimana terjadi pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol pada leher rahim yang dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab kematian dengan jumlah terbanyak di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer (IARC) didapatkan data pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terdapat dalam kesehatan reproduksi salah satunya terjadi pada sistem organ reproduksi.kanker reproduksi meliputi kanker alat kelamin perempuan, kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit mematikan kedua yang sering terjadi pada wanita. Penyakit ini sebanyak 529.800 di dunia pada tahun 2008 dan 85% terjadi di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mendekati pola di Negara maju (Dalimartha, 2004). maupun orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dan mendekati pola di Negara maju (Dalimartha, 2004). maupun orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan modernisasi, terutama di kota besar, mengakibatkan pola penyakit di Indonesia berubah. Mengonsumsi makanan berlemak, kurang serat, maupun yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1.Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar di dunia. Setiap tahun dijumpai hampir 6 juta penderita baru yang diketahui mengidap kanker dan lebih

Lebih terperinci

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan yang mengarahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan yang mengarahkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep motivasi 2.1.1. Pengertian motivasi Motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan yang mengarahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit kanker yang cukup banyak dijumpai pada kaum wanita adalah kanker servik. Kanker serviks atau kanker leher rahim atau disebut juga kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,

Lebih terperinci

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU WUS (WANITA USIA SUBUR) TENTANG DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM METODE IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) DI PUSKESMAS SINGGANI 1 Niar Rasyid, 2 Nur Afni 1

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. porsio. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda awal keganasan servik. rahim dengan menggunakan mikroskop (Supriyanto, 2010)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. porsio. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda awal keganasan servik. rahim dengan menggunakan mikroskop (Supriyanto, 2010) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pap Smear 2.1.1. Defenisi Pap Smear Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan didunia

Lebih terperinci

Oleh : Duwi Basuki, Ayu Agustina Puspitasari STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

Oleh : Duwi Basuki, Ayu Agustina Puspitasari STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto HASIL SKRINING METODE PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS BLOOTO DALAM UPAYA PENCEGAHAN KANKER CERVIKS KOTA MOJOKERTO ABSTRAK Oleh : Duwi Basuki, Ayu Agustina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Papilomavirus (HPV) merupakan virus yang paling umum menginfesi saluran reproduksi. Wanita maupun pria akan terkena infeksi virus ini ketika mereka telah aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL Dewy Indah Lestary 1), Febriani Anita Ria 2) Akademi Kebidanan Wijaya Kusuma Malang Email : akbidwijayakusuma.ac.id 0341-7500328

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Siswi Sekolah Menengah Atas tentang Kanker Serviks dan Pencegahannya. Rosnancy Sinaga :

Tingkat Pengetahuan Siswi Sekolah Menengah Atas tentang Kanker Serviks dan Pencegahannya. Rosnancy Sinaga : Tingkat Pengetahuan Siswi Sekolah Menengah Atas tentang Kanker Serviks dan Pencegahannya Rosnancy Sinaga : email : sinagaantyj@yahoocom Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka kematian

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA Lesse Maharsie, Indarwati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( )

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( ) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu bersama dengan Angka Kematian Bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan penyakit akibat tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan penyakit akibat tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak masalah kesehatan reproduksi terutama penyakit kanker servik yang merupakan penyakit akibat tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) sebagai akibat adanya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KANKER SERVIKS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KANKER SERVIKS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KANKER SERVIKS Sri Lestariningsih 1) Martini 2) 1) dan 2) Prodi Kebidanan MetroPoltekkes Kemenkes Tanjungkarang E_mail : lestariningsihs@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker yang paling banyak pengidapnya. Tiap tahun ada 500 ribu kasus baru kanker serviks di dunia. Hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker terbanyak ketiga, pada perempuan di seluruh dunia dan diperkirakan terjadi 529.000 kasus baru setiap tahunnya dan 275.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir abad 20 prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Maya Diana S Tempat, Tanggal Lahir : Pariaman, 8 Mei 1994 Alamat Agama Jenis Kelamin : Jl. Universitas No. 48 Medan : Islam : Perempuan Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar

Lebih terperinci

Seri penyuluhan kesehatan. Kanker Leher Rahim. Dipersembahkan dengan gratis. Oleh: Klinik Umiyah. Jl. Lingkar Utara Purworejo,

Seri penyuluhan kesehatan. Kanker Leher Rahim. Dipersembahkan dengan gratis. Oleh: Klinik Umiyah.  Jl. Lingkar Utara Purworejo, Seri penyuluhan kesehatan Kanker Leher Rahim Dipersembahkan dengan gratis Oleh: Klinik Umiyah www.klinik-umiyah.com Jl. Lingkar Utara Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia Pengertian dan gejala kanker leher

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

KuTiL = KankeR LeHEr RaHIM????

KuTiL = KankeR LeHEr RaHIM???? KuTiL = KankeR LeHEr RaHIM???? Abstrak Jangan salah tafsir!!! Bukan berarti orang yang kutilan itu punya kanker rahim, terutama pada wanita. Karena memang bukan itu yang dimaksud. Disini dimaksudkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandaidengan beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi oleh penyakit menular bergeser

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada negara-negara berkembang yang lain. Kanker leher rahim merupakan. Wilayah Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2008 Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. pada negara-negara berkembang yang lain. Kanker leher rahim merupakan. Wilayah Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2008 Kota Semarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Serviks 2.1.1 Definisi Kanker Serviks Kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah leher rahim (serviks), yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita

Lebih terperinci

30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4

30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4 Pengertian Tujuan dan sasaran Macam-macam bentuk screening Keuntungan Kriteria program skrining Validitas Reliabilitas Yield Evaluasi atau uji alat screening Penemuan Penyakit secara Screening - 2 Adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini penyakit kanker merupakan penyebab kematian utama kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Sukaca (2009, p.25) menyatakan, kanker leher rahim (Kanker Serviks)

BAB I PENDAHULUAN. datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Sukaca (2009, p.25) menyatakan, kanker leher rahim (Kanker Serviks) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Bustan (2007, p.177), kanker leher rahim (serviks uterus/ mulut rahim) merupakan jenis keganasan yang paling sering ditemukan di kalangan wanita Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Defenisi Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sedang berkembang, salah satunya Indonesi (WHO, 2012).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sedang berkembang, salah satunya Indonesi (WHO, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara merupakan penyebab terbesar

Lebih terperinci