BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Chotimah dan Dwitasari, (2009: 151) Cooperative script adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Chotimah dan Dwitasari, (2009: 151) Cooperative script adalah"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Model Pembelajaran Cooperative Script Menurut Chotimah dan Dwitasari, (2009: 151) Cooperative script adalah strategi pembelajaran yang mengatur interaksi peserta didik seperti ilustrasi kehidupan sosial peserta didik dengan lingkungannya secara individu. Misalnya dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas. Pada strategi pembelajaran cooperative script peserta didik bekerja berpasangan dan secara lisan mengiktisarkan bagian-bagian materi pembelajaran yang sedang dipelajari. Pada model pembelajaran ini pasangan peserta didik bergantian peran sebagai pembicara dan pendengar. Tugas pembicara adalah menyampaikan konsep-konsep penting dari materi yang dipelajari atau kegiatan yang telah dilakukan, sedangkan tugas pen dengar adalah menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. Cooperative script adalah metode pembelajaran yang mengembangkan upaya kerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Pada metode pembelajaran cooperative script siswa akan dipasangkan dengan temannya dan akan berperan sebagai pembicara dan pendengar. Pembicara membuat kesimpulan dari materi yang akan disampaikan kepada pendengar dan pendengar akan menyimak, mengoreksi, menunjukkan ide-ide pokok Susanto (2013). Menurut Yahya, (2010) model pembelajaran cooperative script adalah metode belajar dimana siswa bekerja 7

2 berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari Menurut Kustiningsih, (2013) cooperative script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif, dalam perkembangannya mengalami perkembangan sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda satu dengan yang lainya. Pembelajaran cooperative script adalah pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran cooperative script benar-benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilannya, jadi benar-benar sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang dikembangkan saat ini. Menurut Saleh, (2010) cooperative script adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Menurut Muniroh, (2010: 30) bahwa cooperative script adalah suatu kesepakatan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa untuk berkolaborasi memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan cara-cara yang kolaboratif seperti halnya menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sosial siswa. Sintaks langka-langkah model pembelajaran cooperative script sebagai berikut 1) guru membagi peserta didik untuk berpasangan, 2) guru membagikan 8

3 wacana/materi kepada setiap peserta didik untuk dibaca dan dibuat ringkasan, 3) guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar, 4) pembicara membaca-kan ringakasan selengkap mungkin dengan memasukan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingatkan/menghapal ide-ide dengan menghubungkan materi sebelumnya dan materi lainnya, 5) bertukar peran, yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, 6) guru dan peserta didik menyusun kesimpulan. Model pembelajaran cooperative script yang dilakukan dalam penelitian yakni 1) menulis topik pembelajaran di papan tulis, 2) menyampaikan tujuan pembelajaran, 3) membagi siswa berpasangan (siswa A dan siswa B). Masingmasing pasangan siswa mendapatkan LKS yang berbeda (siswa A mendapat LKS I dan siswa B mendapat LKS 2). LKS berisi materi dan pertanyaan yang berbeda. Masing-masing siswa mempelajari materi dan menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKS masing-masing, 4) bersama siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. Apabila siswa A sebagai pembicara maka dia bertugas menyampaikan materi dan jawab pertanyaan yang terdapat pada LKS I dan seorang siswa B sebagai pendengar. Selanjutnya bertukar peran yang semula sebagai pembicara (siswa A) berperan sebagai pendengar dan yang semula sebagai pendengar (siswa B) berperan sebagai pembicara dan bertugas menyampaikan materi dan jawaban pertanyaan yang terdapat 9

4 pada LKS 2, 5) memintah salah satu pasangan untuk mempresentasikan hasil kegiatannya, 6) sebagai fasilitator dan motifator membimbing siswa melaksanakan diskusi kelas, 7) memberikan penguatan pada hasil diskusi, 8) membimbing siswa menyusun kesimpulan. Kelebihan pembelajaran cooperative script sebagai berikut a) Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan peserta didik, b) Setiap peserta didik mendapat peran sebagai pembicara dan sebagai pendengar, c) Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan, a) Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu dan topik tertentu, b) Hanya dilakukan dua peserta didik (tidak melibatakan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas kepada dua peserta didik tersebut). Muniroh, (2010: 33) menjelaskan bahwa manfaat model pembelajaran cooperative script yang diungkapkan para ahli tersebut, dapat dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan manfaat pembelajaran cooperative script yaitu (1) dapat meningkatkan keefektifan pelaksanaan pembelajaran, dalam hal ini bahwa materi yang terlalu luas cakupannya dapat dibagikan kepada siswa untuk mempelajarinya melalui kegiatan diskusi, membuat rangkuman, menganalisis materi baik yang berupa konsep maupun aplikasinya, (2) dapat memperluas cakupan perolehan materi pelajaran, karena siswa akan mendapatkan transfer informasi pengetahuan dari pasangannya untuk materi yang tidak di pelajarinya di kelas, (3) dapat melatih keterampilan berfikir siswa, melalui kegiatan yang dirancang pada cooperative script, siswa akan dituntut untuk dapat menyelesaikan semua kegiatan dengan upaya efektif agar dapat menyelesaikan semua kegiatan dengan waktu yang telah disediakan. 10

5 Kelebihan model pembelajaran cooperative script yaitu 1) Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan, 2) Setiap siswa mendapat peran dalam diskusi, setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya, 3) Melatih siswa mengevaluasi hasil diskusi untuk diselesaikan Bersama. Kekurangan model pembelajaran cooperative script yaitu 1) Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu, 2) Membutuhkan waktu yang relatif lama. Berdasarkan teori di atas dapat diartikan bahwa model pembelajaran cooperative script adalah suatu model pembelajaran yang akan menimbulkan ide-ide pokok atau gagasan baru dari siswa itu sendiri sehingga akan menambah pengetahuan siswa terhadap materi yang diajarkan, serta akan terjadi interaksi antara siswa dengan siswa kemudian siswa dengan guru. Siswa satu dengan yang lainnya bersepakat untuk menjalankan peran masing-masing yaitu siswa yang berperan menjadi pembicara membacakan hasil pemecahan yang diperoleh beserta prosedurnya dan siswa yang menjadi pendengar menyimak dan mendengar penjelasan dari pembicara, mengingatkan pembicara jika ada kesalahan. 2.2 Hasil Belajar Menurut Hamid dan Haetami (2008: 2) hasil belajar siswa adalah merupakan indikator atau gambaran keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga masalah hasil belajar siswa merupakan salah satu problem yang tidak pernah habis dibicarakan dalam dunia pendidikan. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain: strategi dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam kelas, lingkungan belajar siswa, dan media pengajaran 11

6 yang digunakan oleh guru. Ketidak-tepatan model pembelajaran guru akan berakibat pada rendahnya motivasi dan aktivitas belajara siswa. Talipi (2012: 14) menjelaskan Hasil belajar merupakan puncak proses belajar, sedangkan belajar itu sendiri adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan, dengan melewati pengolahan informasi menjadi kabilitas baru. Dalam proses belajar, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajarnya. Hasil belajar juga diartikan sebagai hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses pembelajaran. Ada pengertian lain hasil belajar yaitu 1) perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar, 2) kemampuan aktul yang diukur secara langsung, 3) perubahan tingkah laku yang meliputi : ranah kognitif, efektif dan psikomotorik. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu bakat pelajar, pelajaran, kualitas pengajaran, dan kemampuan individu. Menurut Usman, (2011) hasil belajar adalah keberhasilan belajar siswa yang diukur berdasarkan pada besarnya rentang perubahan sebelum dan sesudah siswa mengikuti kegiatan belajar. factor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Secara garis besar ada dua factor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu a). Factor intern yakni factor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut factor individual. Menurut Slamento factor dibedakan menjadi tiga factor yaitu : factor jasmaniah, factor psikologis, dan factor kelelahan. b) Faktor ekstern yakni factor yang ada diluar 12

7 siswa atau factor social. Slameto menjabarkan lagi factor ini menjadi tiga factor yaitu factor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menurut Novita, (2012) hasil belajar adalah pengalaman yang dialami siswa dari suatu kegiatan belajar dan kesuksesan dari hasil belajar tersebut dapat diketahui melalui kegiatan penilaian.. Menurut Lumeta, (2013) hasil belajar adalah kemampuan baru yang didapatkan dari usaha dilakukan dalam aktifitas belajar. faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor dalam individu sedang belajar sedangkan faktor eksternal adalah faktor diluar individu Berdasarkan teori di atas dapat diartikan bahwa bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulangulang, dimana hasil belajar turut dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Hasil belajar juga merupakan alat ukur untuk melihat kemampuan siswa terhadap materi yang diajarkan serta dikatakan puncak penilaian siswa terhadap proses belajar. 2.3 Hidrolisis Garam Menurut Watoni, (2012: 192) garam terbentuk dari sisa asam dan sisa basa. Garam yang terbentuk dari reaksi antara asam kuat dengan basa kuat bersifat netral (ph =7) karena tidak mengalami hidrolisis. Namun, bila salah satu sisa asam atau basa berasal dari asam lemah atau basa lemah, maka akan terhidrolisis. 13

8 Sitorus, Cunayah dan Nurhayati, (2006: 235) hidrolisis adalah rekasi antara ion dengan air. Apabila suatu lautan didalam air bersifat asam atau basa maka terjadi hidrolisis oleh ion-ion garam yang dilarutkan. Garam merupakan zat hasil reaksi antara asam dan basa contohnya HA (asam) bereaksi dengan MOH (basa) maka terbentuk MA (garam) dengan H 2 O (air). Berdasarkan asalnya garam dapat dikelompokan menjadi empat golongan, yaitu: 1) garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat contoh; NaCl, NaSO 4, KCl. 2) garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah contoh; NH 4 Cl, AgNO 3, CuSO 4. 3) garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat contoh; CH 3 COONa, KCn, CaS. 4) garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah contoh; NH 4 CN, Al 2 SO 3, (NH 4 ) 2 CO 3. Johari dan rahmawati, (2009: 272) reaksi yang terjadi antara komponen garam, yakni kation yang berupa asam konjugasi kuat atau anion yang berupa basa konjugasi kuat dengan air merupakan reaksi kesetimbangannya yang disebut sebagai hidrolisis garam dengan tetapan kesetimbanganya yang disebut tetapan hidrolisis (Kh). Secara umum, hidrolisis garam didefinisikan sebagai berikut: Hidrolisis garam adalah reaksi antara garam dengan air, dimana kation (BH + ) dari garam (BHA) menyumbang ion H + ke air dan anion (A - ) dari garam (BHA) menerima ion H + dari air. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat seperti NaCl tidak akan terhirolisis. Contoh yaitu BHA (garam) menghasilkan BH + (kation) dengan A - (anion). Hal ini karena kation BH + dan anion A - bersifat relatif lemah sehingga keduanya tidak dapat terhidrolisis. Akibat larutan garam bersifat netral (ph = 7). 14

9 Garam yang berasal dari basa kuat dan asam lemah seperti CH 3 COONa akan terhidrolisis. Hal ini karena anion A - bersifat relatif kuat sehingga dapat bereaksi dengan air melepas ion OH -. Akibatnya laruten bersifat basa (ph > 7). Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah seperti NH 4 Cl akan terhidrolisis. Hal ini karena kation BH + bersifat relatif kuat sehingga dapat bereaksi dengan air melepaskan ion H 3 O +. Akibatnya larutan garam bersifat asam (ph < 7). Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah seperti NH 4 HC 2 O 4, NH 4 CH 3 COO, dan NH 4 CN akan terhidrolisis. Hal ini karena kation BH + dan anion A - bersifat relatif kuat sehingga keduanya dapat bereaksi dengan air melepas ion H 3 O + (H + ) dan ion OH - sifat asam basa dari larutan garam bergantung dari perbadingan kosentrasi ion H + dan ion OH - tersebut (Johari dan rahmawati, 2009: 272) Purba, (2007: 254) Larutan garam ada yang bersifat asam, bersifat basa, atau bersifat netral. Sebagai contoh, larutan NH 4 Cl ternyata bersifat asam. Sifat larutan dapat dijelaskan dengan konsep hidrolisis. Hidrolisis merupakan istilah yang umum digunakan untuk reaksi zat dengan air (hidrolisis berasal dari kata hydro yang berati air dan lysis yang berati penguraian). Menurut konsep ini, komponen garam (kation atau anion) yang berasal dari asam lemah atau basa lemah bereaksi dangan air (terhidrolisis). Hidrolisis kation menghasilkan ion H 3 O + (H + ), sedangkan hidrolisis anion menghasilkan ion OH -. Johari dan Rahmawati (2004: 252) hidrolisis garam merupakan reaksi yang dapat balik (revelsibel) yang membentuk suatu kesetimbangan. Produk dari reaksi ini adalh suatu zat baru dan juga ion H + atau OH -. Kosentarasi ion H + atau OH - pada 15

10 kesetimbangan inilah yang menentukan apakah larutan bersifat netral, asam, atau basa. Kesetimbangan hidrolisis garam ditunjukan secara kuantitatif oleh tetapan hidrolisis (K h ). Nilai K h terkait dengan K a asam lemah atau K b basa lemah. Tetapan hidrolisis dapat digunakan untuk menentukan ph larutan garam. Lukum (2005: 19) bila garam-garam dilarutkan dalam air, larutan tidak selalu bereaksi netral. Fenomena ini disebabkan karena sebagai dari garam berinteraksi dengan air sehingga dinamakan hidrolisis. Akibatnya ion H + atau OH - tertinggal dengan berlebihan dalam larutan, sehingga larutan itu menjadi menjadi asam atau basa. Dalam larutan garam terdapat 4 kategori sifat garam yaitu 1) garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat, misalnya: NaCl, CaCl 2. 2) garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat, misalnya : Na-asetat. 3) garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah, misalnya : NH 4 -asetat. 4) garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah, misalnya: CH 3 COONH 4. Berikut ini disajikan contoh perhitungan ph larutan garam yang terhidrolisis yakni garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat misalnya CH 3 COONa. CH 3 COONa CH 3 COO - + Na + merupakan persamaan reaksi 1, H 2 O H + + OH - adalah reaksi 2, CH 3 COO - + H + CH 3 COOH adalah reaksi 3, yang menjadi reaksi hidrolisis adalah reaksi yaitu H 2 O H + + OH - dan CH 3 COO - + H + CH 3 COOH kemudian dijumlahkan akan menjadi CH 3 COO - + H 2 O CH 3 COOH + OH - adalah reaksi 4. Dari reaksi 4 didapatkan K=[CH 3 COOH][OH - ]/[CH 3 COO - ][H 2 O], sehingga K[H 2 O]= [CH 3 COOH][OH - ]/ 16

11 [CH 3 COO - ] = KH. Tetapan hidrolisis dapat dihitung dari tetapan ionisasi asam asetat sebagai berikut, jika pembilang dan penyebut pada reaksi 5 dikali [H + ] maka KH=[CH 3 COOH][OH]/[CH 3 COO] [H + ]/[H + ], Menjadi KH=[CH 3 COOH][H 2 O]/ [CH 3 COO - ][H + ], selanjutnya KH= [CH 3 COOH]/[CH 3 COO - ][H + ] Kw Ka = [CH 3 COO - ][H + ]/[CH 3 COOH], maka KH=1/Ka Kw atau KH =Kw/Ka. Dari persamaan 4 reaksi hidrolisis di atas yaitu; CH 3 COO - + H 2 O CH 3 COOH + OH - dimana [CH3COOH] = [OH - ] sehingga KH = [CH 3 COOH][OH - ]/[CH 3 COO - ] selanjutnya KH = [OH - ][OH - ]/[CH 3 COO - ] maka terbentuk KH = [OH - ] 2 /[CH 3 COO - ]. Sehingga [OH - ] 2 = KH [CH 3 COO - ] selanjutnya [OH - _ ] = KH [ CH3COO ] [CH 3 COO - ] = [garam] = [C], maka [OH - ] = KH [C]. Selanjutnya [OH - ] = Kw / Ka C sehingga [OH - ] = (Kw/Ka.C) 1/2 maka POH = ½ pkw + ½ pka + ½ log C. Penentuan ph larutan garam menurut Sitorus, Cunayah dan Nurhayati, (2006: 235) menjelaskan bahwa sesuai dengan asal garamnya, maka garam dilarutkan ke dalam air akan terjadi 4 kemungkinan, yaitu: a) garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat jika dilarutkan kedalam air akan terionisasi secara sempurna contohnya garam dapur. NaCl terhidrolisis menjadi Na + dan Cl - karena NaCl terbentuk dari NaOH dan HCl yakni basa kuat dan asam kuat maka didalam air tetap terurai menjadi ion-ion Na +, OH -, H + dan Cl - sehingga didalam air terdapat ion OH - dan H + yang sama banyaknya, akibatnya tidak mempengaruhi ph air tetap = 7 (netral) karena 17

12 garam dari asam kuat dan basa kuat tidak mengubah ph air dikatakan garam tidak mengalami hidrolisis. b) garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah contonya adalah NH 4 Cl. NH 4 Cl terhidolisi menjadi NH 4 + dan Cl -, karena NH 4 Cl terbentuk dari NH 4 OH yakni basa lemah maka di dalam air NH4 + akan mengikat ion OH - dan hanya sebagian kecil saja yang tetap terurai (α <1) sedangkan HCl adalah asam kuat sehingga di dalam air tetap terurai menjadi H + dan Cl -. Akibatnya di dalam air akan kelebihan ion H + sehingga larutanya bersifat asam. Tetapan hidrolisis dan ph larutannya adalah K h =Kw/Kb kemudian untuk menentukan ph larutan garam diketahui terlebih dahulu [H + ]. Rumusnya adalah [H + ] = Kw Kb Mg dan mencari ph larutan garam = - log [H + ]. Hal ini dapat diuraikan bahwa K h = tetapan hidrolisis, K w = tetapan air, K b = tetapan ionisasi basa, dan Mg= kosentarsi larutan garam. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat dari dalam air akan mengalami hidrolisis. Tetapan hidrolisis dan ph adalah K h = K w /K b kemudian untuk menentukan [OH - ] = Kw Ka Mg setelah itu menentukan POH = - log [OH - ] dan ph = 14 - POH. Dimana Kh tetapan hidrolisis, K w tetapan air, K a tetapan ionisasi asam, Mg kosentarasi larutan garam. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah bila dilarutkan dalam air akan mengalami hidrolisis sempurna karena baik kation maupun anionnya mengalami hidrolisis. Secara umum, penetuan ph larutan garam menurut Johari dan Rahmawati, (2009: 274) akan dibahas berdasarkan jenis garam yang terhidrolisis, yakni: Garam dari asam kuat dan basa lemah, garam dari asam lemah dan basa kuat, garam dari 18

13 basa lemah dan basa lemah. Hidrolisis garam dari asam kuat dan basa lemah hanya melibatkan rekasi antara komponen kation BH + yang relati kuat berasal dari basa lemah, dengan air (H 2 O). Contoh yaitu BH + (Kation) bereaksi dengan H 2 O (air) terhidrolisis menjadi B (netral) dengan H3O + (asam). Karena hidrolisis garam hanya melepas ion H 3 O + atau H +, maka larutan garam akan bersifat asam (ph < 7). Besarnya kosentrasi ion H + yang dilepas dapat dihitung menggunakan persamaan tetapan hidrolisis Kh sama dengan kosentrasi B dikali dengan kosentrasi H + dibagai kosentrsai BH kemudian untuk [H + ] = Kh[ BH ] dan menentukan ph = - log [H + ]. Hidrolisis garam dari asam lemah dan basa kuat hanya melibatkan reaksi antara komponen anion A - yang relatif kuat yang berasal dari asam lemah dengan air (H 2 O). Contoh A - (kation) bereaksi dengan H 2 O (air) terhidrolisis menjadi HA (nertal) dengan OH - (basa). Hidrolisis garam hanya melepas ion OH -, larutan garam akan bersifat basa (ph > 7). Besar kesentrasi ion OH - yang dilepas dapat dihitung menggunakan persamaan tetapan hidrolisis yakni Kh sama dengan kosentrasi HA dikali dengan kosentrasi OH - dibagi dengan kosentrasi A -. kemudian untuk [OH - ] = K h [ A ] sebelum menetukan ph harus terlebih dahulu mencari poh = -log [OH] setelah itu ph= 14-POH. Hidrolisis garam dari asam lemah dan basa lemah melibatkan reaksi antara komponen kation BH + yang relatif kuat dari basa lemah dan komponen anoin A - yang relatif kuat dari asam lemah dengan air (H 2 O). Larutan garam dapat bersifat asam, basa, atau netral. Larutan garam dari asam lemah dan basa lemah bersifat Asam (ph < 7) jika K a > K b, Basa (ph > 7) jika K a < K b, Netral 19

14 (ph = 7) jika K a = K b Nilai ph larutan garam ini dapat di hitung dari nilai kosentarsi ion H + yang ditentukan dari persamaan tetapan hidrolisis yakni K h sama dengan kosentrasi HA dikali dengan kosentrasi B dibagi dengan kosentrasi A - dikali dengan kosentrasi BH +. Penurunan rumus ph larutan garam ini sedikit kompleks. Namun jika garam hanya terhidrolisis sedikit sekali, maka diperoleh persamaan berikut: [ H ] Kw Ka Kb kemudian untuk ph = - log [H + ]. sifat asam, basa, netral suatu larutan garam dari asam lemah dan basa lemah ditentukan oleh perbandingan K a dan K b. Karena Ka CH 3 COOH < K b NH 3, maka larutan dikatakan bersifat basa. Namun, karena perbandingan K a dan K b sangat kecil, ph larutan mendekati netral, maka larutan garam NH 4 CH 3 COO di anggap netral. Berdasarkan teori di atas dapat diartikan bahwa hidrolisi garam adalah suatu rekasi antara garam dari asam atau basa yang terurai dalam air menghasilkan ion H + dan ion OH -, atau disebut yang dapat balik membentuk suatu kesetimbangan. Kemudian ph larutan garam yang bersifat nertal = 7, asam < 7, dan basa > 7. Garam yang bersifat netral terionisasi sempurna tetapi tidak terhidrolisis. Garam yang bersifat basa dan asam terionisasi sebagian yakni terhidrolisis kemudian garam yang asam lemah dan basa lemah terhidrolisis total tetapi sifat larutannya tergantung pada tetapan ionisasi asam dan basa. 2.4 Penelitian yang Relevan Berikut ini akan disajikan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang menggunakan model pembelajaran cooperative script. 20

15 Penelitian yang dilakukan oleh Laili Subekti, Arif Maftukhin, R. Wakhid Akhdinirwanto. 2010/2011 mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Purworejo yang berjudul Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Model Cooperative Script pada Siswa SMP Negeri 1 Puring Kebumen. Hasil penelitian ini adalah 1) melalui model cooperative script dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa SMP Negeri 1 Puring, 2) persentase aktivitas belajar siswa sebelum diterapkan model cooperative script adalah 58% meningkat menjadi 64% setelah diterapkan model cooperative script untuk siklus I. Pada siklus II aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 71%. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Maksud Mustajab, Sriyono, Siska Desy Fatmaryanti. 2012/2013 mahasiswa universitas Mohammadiah Purworejo yang berjudul Penerapan metode pembelajaran cooperative script untuk meningkatkan partisi belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Karanggayam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Karanggayam tahun pelajaran 2012/2013. Partisipasi belajar siswa meningkat dari 57,02% pada pra siklus menjadi 64,91% pada siklus 1 dan meningkat kembali menjadi 75,88% pada siklus 2. Peningkatan partisipasi belajar siswa ikut berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata tes semester yang lalu sebesar 58 meningkat menjadi 71 pada tes akhir siklus 1 dan meningkat lagi menjadi 81 pada tes akhir siklus 2. Respon siswa pun sangat positif terhadap pembelajaran cooperative script. Respon siswa terhadap pembelajaran sebelumnya sebesar 66,8% sedangkan 21

16 respon siswa terhadap pembelajaran cooperative script sebesar 69% dan meningkat pada siklus 2 menjadi 75,4%. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Khayyizatul Muniroh Seorang mahasiswa program studi Matematika Universitas Negeri Yokyakarta yang berjudul implementasi pembelajaran dengan model cooperative script sebagai usaha untuk meningkatkan kreativitas dalam pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim Sleman Yokyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan model cooperative script yang dapat meningkatkan kreaktifitas dalam pemecahan matematika kelas VIII A MTs wahid hasyim meliputi : (1) pembagian kelompok secara berpasangan, (2) pembagian soal matematika, (3) pengerjaan masalah secara individu, (4) penentuan peran sebagai pembicara dan pendengar, (5) penyampaian pemecahan masalah oleh pembicara kepada pendengar, (6) pertukara peran, siswa yang menjadi pembicara bertukar peran menjadi pendengar dan sebaliknya, (7) penyajian dan pembahasan hasil pemecahan masalah matematika, (9) menyimpulkan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi, kreativitas pemecahan masalah matematika meningkat dengan rata-rata persentase dari 63,33% menjadi 75%. Berdasarkan analisis angket, kreativitas pemecahan masalah matematika diketahui dari persentase jumlah siswa untuk setiap aspeknya meningkat dari siklus I ke siklus II yaitu (a) kemampuan menemukan fakta dari 22,72% menjadi 45,49%, (b) kemampuan menemukan masalah dari 33,85% menjadi 41,67%, (c) kemampuan menemukan gagasan dari 22,66% menjadi 33,68%, (d) kemampuan menemukan solusi dari 23,96% menjadi 53,47%, (e) implementasi 22

17 dari 46,88% menjadi 49,07%. Hasil TAS menunjukkan adanya peningkatan yaitu dari 56,78 pada TAS I menjadi 60,21 pada TAS II. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Sri Hayati Talipi Seorang mahasiswa jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri Gorontalo yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Stokiometri Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 2 Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran cooperative script hasil belajar siswa kelas X-1 meningkat dari 48,28% pada siklus I menjadi 86,21% setelah siklus II. Berdasarkan penelitian yang relevan di atas maka persamaan dengan penelitian ini terletak pada model pembelajaran Cooperative script yang digunakan kemudian yang menjadi perbedaannya pada peningkatan aktivitas belajar siswa, partisi belajar siswa, kreativitas belajar siswa serta hasil belajar siswa pada materi yang berbeda dan lokasi penelitian yang berbeda pula. 2.5 Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teoritis yang telah diuraikan di atas, hipotesis tindakan dalam penelitian ini jika diterapkan model pembelajaran cooperative script maka hasil belajar hidrolisis garam siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri I Tapa dapat ditingkatkan. 2.6 Indikator Kinerja Pelaksanaan tindakan kelas ini dinyatakan berhasil apabila: 1) Jika hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran meliputi kegiatan guru dan siswa telah 23

18 mencapai 75% atau lebih dengan kategori baik (B) atau sangat baik (SB) maka kegiatan pembelajaran dinyatakan berhasil, 2) Jika 80 % dari seluruh siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 75 ke atas atau sama dengan 75 (sesuai KKM) dengan daya serap 80% maka tindakan pembelajaran dinyatakan berhasil. 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR HIDROLISIS GARAM SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO Mitrawati H. Lamusu, Astin

Lebih terperinci

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA. Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA. Soal No. 1 Dari beberapa larutan berikut ini yang tidak

Lebih terperinci

Larutan Penyangga XI MIA

Larutan Penyangga XI MIA Larutan Penyangga XI MIA Komponen Larutan Penyangga Larutan Penyangga Asam Terdiri dari Asam lemah dan basa konjugasinya (Contoh : CH 3 COOH dan CH 3 COO -, HF dan F - ) Cara membuatnya : 1. Mencampurkan

Lebih terperinci

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5 Soal No. 1 Dari beberapa larutan berikut ini yang tidak mengalami hidrolisis adalah... A. NH 4 Cl C. K 2 SO 4 D. CH 3 COONa E. CH 3 COOK Yang tidak mengalami peristiwa hidrolisis adalah garam yang berasal

Lebih terperinci

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP PENDAHULUAN Kalian pasti mendengar penyedap makanan. Penyedap makanan yang sering digunakan adalah vitsin. Penyedap ini mengandung monosodium glutamat

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS 6 LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS A. LARUTAN PENYANGGA B. HIDROLISIS Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajari tentang reaksi asam-basa dan titrasi. Jika asam direaksikan dengan basa akan menghasilkan

Lebih terperinci

Dikenal : - Asidimetri : zat baku asam - Alkalimetri : zat baku basa DASAR : Reaksi penetralan Asam + Basa - hidrolisis - buffer - hal lain ttg lart

Dikenal : - Asidimetri : zat baku asam - Alkalimetri : zat baku basa DASAR : Reaksi penetralan Asam + Basa - hidrolisis - buffer - hal lain ttg lart Dikenal : - Asidimetri : zat baku asam - Alkalimetri : zat baku basa DASAR : Reaksi penetralan Asam + Basa - hidrolisis - buffer - hal lain ttg lart a. AK + BK ph = 7 B. AK + BL ph < 7 C. AL + BK ph >

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri

Lebih terperinci

wanibesak.wordpress.com 1

wanibesak.wordpress.com 1 Ringkasan, contoh soal dan pembahasan mengenai asam, basa dan larutan penyangga atau larutan buffer Persamaan ionisasi air H 2O H + + OH Dari reaksi di atas sesuai hukum kesetimbangan, tetapan kesetimbangan

Lebih terperinci

Tentukan ph dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H + sebesar 10 4 M dengan tanpa bantuan alat hitung kalkulator!

Tentukan ph dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H + sebesar 10 4 M dengan tanpa bantuan alat hitung kalkulator! Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang cara menghitung ph dan poh larutan asam basa berdasarkan konsentrasi ion [H + ] dan [OH ] SMA kelas 11 IPA. Berikut contoh-contoh soal yang bisa

Lebih terperinci

GALAT TITRASI. Ilma Nugrahani

GALAT TITRASI. Ilma Nugrahani GALAT TITRASI Ilma Nugrahani Galat Titrasi Adalah galat yang terjadi karena indikator berubah warna sebelum atau sesudah titik setara ditunjukkan dari kurva titrasi titik akhir titik ekivalen. Dapat disebabkan

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL. Mata pelajaran : Kimia. Kelas/Program : XI/IPA Hari, tanggal : Selasa, 8 April 2008 Alokasi waktu : 90 Menit

LEMBAR SOAL. Mata pelajaran : Kimia. Kelas/Program : XI/IPA Hari, tanggal : Selasa, 8 April 2008 Alokasi waktu : 90 Menit DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN KIMIA Gedung D6. Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telp. 8508035 LEMBAR SOAL Mata

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013 LARUTAN PENYANGGA [Yea r] LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013 MARI BELAJAR Indikator Produk Menjelaskan komponen pembentuk larutan penyangga dengan berpikir kritis. Menjelaskan

Lebih terperinci

Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh)

Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh) Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh) Berdasarkan teori asam basa Arhenius, suatu larutan dapat bersifat asam, basa atau netral tergantung pada konsentrasi ion H+ atau ion OH dalam larutan tersebut.

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar Kimia XI SMA 179 BAB 6 Larutan Penyangga Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan pengertian larutan penyangga dan komponen penyusunnya. 2. Merumuskan persamaan

Lebih terperinci

Lampiran Sumber Belajar : Purba, Michael Kimia SMA. Erlangga. Jakarta

Lampiran Sumber Belajar : Purba, Michael Kimia SMA. Erlangga. Jakarta Lampiran 3 95 INTRUKSI 1. Setiap siswa harus membaca penuntun praktikum ini dengan seksama. 2. Setelah alat dan bahan siap tersedia, laksanakanlah percobaan menurut prosedur percobaan. 3. Setelah melakukan

Lebih terperinci

BAB 7. ASAM DAN BASA

BAB 7. ASAM DAN BASA BAB 7. ASAM DAN BASA 7. 1 TEORI ASAM BASA 7. 2 TETAPAN KESETIMBANGAN PENGIONAN ASAM DAN BASA 7. 3 KONSENTRASI ION H + DAN ph 7. 4 INDIKATOR ASAM-BASA (INDIKATOR ph) 7. 5 CAMPURAN PENAHAN 7. 6 APLIKASI

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Pokok Bahasan Kelas/semester : Madrasah Darul Ihksan Samarinda : Kimia : Larutan Penyangga : XI /Genap Tahun Ajaran : 2012/2013 Alokasi waktu

Lebih terperinci

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dan asam konjugasinya. Larutan penyangga disebut juga larutan penahan atau larutan dapar atau buffer.

Lebih terperinci

2/14/2012 LOGO Asam Basa Apa yang terjadi? Koma Tulang keropos Sesak napas dll

2/14/2012 LOGO Asam Basa Apa yang terjadi? Koma Tulang keropos Sesak napas dll LOGO Bab 08 Asam Basa Apa yang terjadi? - Koma - Tulang keropos - Sesak napas - dll 1 Ikhtisar Teori Asam Basa Sifat Asam-Basa dari Air ph-suatu ukuran keasaman Kesetimbangan Asam-Basa Lemah dan Garam

Lebih terperinci

DERAJAT KEASAMAN (ph)

DERAJAT KEASAMAN (ph) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR DERAJAT KEASAMAN (ph) DISUSUN OLEH FAISAL ARSYAD (13513128) NURUL FIKRI (13513136) JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

Lampiran 2.2 (Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Lampiran 2.2 (Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Lampiran 2.2 (Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) I. Analisis Indikator 4. Memahami sifat-sifat larutan asambasa, metode pengukuran, dan terapannya SMAN 1 Dasar SMAN 4 Bandung SMAN 1 Cimahi SMAN

Lebih terperinci

Hidrolisis Garam. Model Problem Based Learning (PBL)

Hidrolisis Garam. Model Problem Based Learning (PBL) E-BOOK KIMIA Hidrolisis Garam Special video included Model Problem Based Learning (PBL) Penulis Barista Kristyaningsih Pembimbing Prof. Sulistyo Saputro, M.Si, Ph.D Prof. Sentot Budi R., Ph.D Untuk Kelas

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) LEMBARAN SOAL 4 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA A. Pengertian Larutan Penyangga Larutan penyangga biasa disebut juga dengan larutan Buffer atau larutan Dapar. Dimana larutan penyangga merupakan larutan yang mampu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober s/d 16.

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober s/d 16. LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober 2012 14.00 s/d 16.00 wib TUJUAN : 1. Agar mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip

Lebih terperinci

PRESENTASI POWERPOINT PENGAJAR OLEH PENERBIT ERLANGGA DIVISI PERGURUAN TINGGI. BAB 16. ASAM DAN BASA

PRESENTASI POWERPOINT PENGAJAR OLEH PENERBIT ERLANGGA DIVISI PERGURUAN TINGGI. BAB 16. ASAM DAN BASA PRESENTASI POWERPOINT PENGAJAR OLEH PENERBIT ERLANGGA DIVISI PERGURUAN TINGGI. BAB 16. ASAM DAN BASA Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab 16 Asam dan Basa Asam

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I. Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I. Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya Lampiran 2 63 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I Mata Pelajaran Kelas/Semester Sub Materi Pokok Alokasi Waktu Pertemuan ke : Kimia : XI IPA 4/ 2 (dua) : Teori Asam Basa Arrhenius : 2 x 45 menit : I Standar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sunyono (2013) model pembelajaran dikatakan efektif bila siswa dilibatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sunyono (2013) model pembelajaran dikatakan efektif bila siswa dilibatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Sunyono (2013) model pembelajaran dikatakan efektif bila siswa dilibatkan secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan dan informasiinformasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Berpikir Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan berpikir seseorang dapat mengolah berbagai informasi yang diterimanya dan mengembangkannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak ditunjang dengan praktikum yang dilaksanakan dilaboratorium. Laboratorium disini dapat berarti

Lebih terperinci

KIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013

KIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013 Kurikulum 2006/2013 KIMIa K e l a s XI ASAM-BASA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kesetimbangan air. 2. Memahami pengaruh asam

Lebih terperinci

OAL TES SEMESTER II. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

OAL TES SEMESTER II. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! KIMIA XI SMA 217 S OAL TES SEMESTER II I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Basa menurut Arhenius adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan a. proton d. ion H b. elektron e.

Lebih terperinci

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab 16 Asam dan Basa Asam Memiliki rasa masam; misalnya cuka mempunyai rasa dari asam asetat, dan lemon serta buah-buahan sitrun

Lebih terperinci

SMA Negeri 6 Denpasar Alamat Jalan Raya Sanur Tlp : 0361(247843) Denpasar

SMA Negeri 6 Denpasar Alamat Jalan Raya Sanur Tlp : 0361(247843) Denpasar RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Mata Pelajaran : Kimia Materi : Reaksi Asam Basa dan Perhitungannya Kelas / Smt : XI / 2 Oleh : I Wayan Subaga SMA Negeri 6 Denpasar Alamat Jalan Raya Sanur Tlp

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan Asam Basa, Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, dan K SP

Soal dan Pembahasan Asam Basa, Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, dan K SP Soal dan Pembahasan Asam Basa, Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, dan K SP Θ Asam Basa 1. Jelaskan Pengertian Asam Basa menurut arrhenius! Asam Zat yang dalam air melepaskan ion H + Basa Senyawa yang

Lebih terperinci

MODUL HIDROLISIS. Modul Hidrolisis Page 1

MODUL HIDROLISIS. Modul Hidrolisis Page 1 MODUL HIDROLISIS HIDROLISIS erasal dari kata hydro yang erarti air dan lysis yang erarti peruraian HIDROLISIS adalah komponen garam ( kation dan anion ) ereaksi dengan air. Reaksi pementukan garam, antara

Lebih terperinci

SOAL LARUTAN PENYANGGA MAN 2 KAB. BOGOR

SOAL LARUTAN PENYANGGA MAN 2 KAB. BOGOR SOAL LARUTAN PENYANGGA MAN 2 KAB. BOGOR NAMA : KHOERUL ANAM KELAS : XI MIA 2 21. Dicampurkan dua larutan yaitu 50 ml NaOH 0,1 M dan 50 ml CH3COOH 0,2 M. Tentukan apakah campuran tersebut membentuk larutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses belajar mengajar bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa secara optimal. Pendidikan merupakan sesuatu

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 3. ASAM, BASA, DAN GARAMLatihan Soal 3.7

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 3. ASAM, BASA, DAN GARAMLatihan Soal 3.7 SMP kelas 7 - KIMIA BAB 3. ASAM, BASA, DAN GARAMLatihan Soal 3.7 1. Reaksi yang terjadi antara asam dan basa sehingga dapat menghasilkan garam disebut... Reduksi Oksidasi Fermentasi isasi Kunci Jawaban

Lebih terperinci

TEORI ASAM BASA Secara Umum :

TEORI ASAM BASA Secara Umum : TEORI ASAM BASA Secara Umum : Asam Basa : : Cairan berasa asam dan dapat memerahkan kertas lakmus biru Cairan berasa pahit dan dapat membirukan kertas lakmus merah Garam : Cairan yang berasa asin TEORI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subjek penelitian ini adalah enam orang siswa SMA kelas XI IPA yang sudah

Lebih terperinci

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi. PETA KONSEP Larutan Penyangga mempertahankan berupa ph Larutan Penyangga Asam mengandung Larutan Penyangga Basa mengandung Asam lemah Basa konjugasi Asam konjugasi Basa lemah contoh contoh contoh contoh

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 NAMA : NIP : INSTANSI : TANGGAL :

LAMPIRAN 1 NAMA : NIP : INSTANSI : TANGGAL : INSTRUMEN PENILAIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN MOBILE GAME BRAINCHEMIST SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA SMA/MA PADA MATERI ASAM BASA, LARUTAN PENYANGGA, DAN HIDROLISIS GARAM UNTUK GURU KIMIA SMA/MA (REVIEWER)

Lebih terperinci

SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT SOAL DAN KUNCI JAWABAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT 1. Pernyataan yang benar tentang elektrolit adalah. A. Elektrolit adalah zat yang

Lebih terperinci

I. LARUTAN BUFFER. 1. Membuat Larutan Buffer 2. Mempelajari Daya Sanggah Larutan Buffer TINJAUAN PUSTAKA

I. LARUTAN BUFFER. 1. Membuat Larutan Buffer 2. Mempelajari Daya Sanggah Larutan Buffer TINJAUAN PUSTAKA I. LARUTAN BUFFER II. TUJUAN 1. Membuat Larutan Buffer 2. Mempelajari Daya Sanggah Larutan Buffer III. TINJAUAN PUSTAKA Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN NON ELEKTROLIT LARUTAN ELEKTROLIT 1. Pengertian Larutan Elektrolit Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan

Lebih terperinci

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph terhadap pengaruh penambahan sedikit asam atau basa, atau terhadap pengenceran.

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph terhadap pengaruh penambahan sedikit asam atau basa, atau terhadap pengenceran. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Memahami sifatsifat larutan asambasa, metode pengukuran, dan terapannya. Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Dari hasil penelitian diperoleh persentase siswa SMA Negeri 1 Limboto yang menjawab benar dan salah untuk setiap aspek pemahaman

Lebih terperinci

Asam-Basa. Kimia. Kelas XI. B usiness Name. Indikator: A. Teori Asam-Basa

Asam-Basa. Kimia. Kelas XI. B usiness Name. Indikator: A. Teori Asam-Basa Asam-Basa Kimia Kelas XI B usiness Name Indikator: 3.1.1 Menjelaskan teori asam basa berdasarkan konsep Arrhenius, Brosnted Lowry dan Lewis 3.1.2 Menjelaskan pengertian indikator asam-basa 3.1.3 Menyebutkan

Lebih terperinci

SMA NEGERI 6 SURABAYA LARUTAN ASAM & BASA. K a = 2.M a. 2. H 2 SO 4 (asam kuat) α = 1 H 2 SO 4 2H + 2

SMA NEGERI 6 SURABAYA LARUTAN ASAM & BASA. K a = 2.M a. 2. H 2 SO 4 (asam kuat) α = 1 H 2 SO 4 2H + 2 SMA NEGERI 6 SURABAYA LARUTAN ASAM & BASA K I M I A 1). TEORI ARCHENIUS Asam adalah zat yang jika di dalam air melepaskan ion H +, dengan kata lain pembawa sifat asam adalah ion H +. jumlah ion H+ yang

Lebih terperinci

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi Netralisasi a. Netralisasi Neutralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara proton (atau ion hidronium) dan ion hidroksida membentuk air. Dalam bab ini kita hanya mendiskusikan netralisasi di larutan

Lebih terperinci

INTRUKSI Kompetensi Dasar Indikator Sumber Belajar

INTRUKSI Kompetensi Dasar Indikator   Sumber Belajar Lampiran 3 104 INTRUKSI 1. Setiap siswa harus membaca penuntun praktikum ini dengan seksama. 2. Setelah alat dan bahan siap tersedia, laksanakanlah percobaan menurut prosedur percobaan. 3. Setelah melakukan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data hasil penelitian diperoleh dari hasil tes uraian berupa pretest yang dilakukan sebelum pembelajaran dan posttest yang dilakukan setelah proses

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Diskusi

Bab IV Hasil dan Diskusi Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Eksperimen Eksperimen dikerjakan di laboratorium penelitian Kimia Analitik. Suhu ruang saat bekerja berkisar 24-25 C. Data yang diperoleh mencakup data hasil kalibrasi

Lebih terperinci

LOGO TEORI ASAM BASA

LOGO TEORI ASAM BASA LOGO TEORI ASAM BASA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP 2012 Beberapa ilmuan telah memberikan definisi tentang konsep asam basa Meskipun beberapa definisi terlihat kurang jelas dan berbeda satu sama lain, tetapi

Lebih terperinci

E-BOOK KIMIA Hidrolisis Garam

E-BOOK KIMIA Hidrolisis Garam E-BOOK KIMIA Hidrolisis Garam Model Problem Based Learning (PBL) Penulis Barista Kristyaningsih Pembimbing Prof. Sulistyo Saputro, M.Si, Ph.D Prof. Sentot Budi R., Ph.D Untuk Kelas XI IPA Semester ii The

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Untuk mendapat pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Untuk mendapat pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar 6 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Belajar dan Hasil Belajar Untuk mendapat pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian

Lebih terperinci

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL HIDROLISIS GARAM DI KELAS XI IPA SMA KATOLIK TALINO

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL HIDROLISIS GARAM DI KELAS XI IPA SMA KATOLIK TALINO DESKRIPSI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL HIDROLISIS GARAM DI KELAS XI IPA SMA KATOLIK TALINO Wilianus Boncel, Eny Enawaty, Rody Putra Sartika Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa dilakukan tiga tahap yaitu tahap pertama melakukan analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 11. Sat. Pendidikan

LEMBARAN SOAL 11. Sat. Pendidikan LEMBARAN SOAL 11 Mata Pelajaran Sat. Pendidikan Kelas / Program : KIMIA : SMA : XI IPA PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang didapatkan dari penelitian ini yaitu hasil pretest dan posttest. Hasil pretest digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui kemampuan

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BAB 6 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi sifat larutan

Lebih terperinci

SKL- 3: LARUTAN. Ringkasan Materi. 1. Konsep Asam basa menurut Arrhenius. 2. Konsep Asam-Basa Bronsted dan Lowry

SKL- 3: LARUTAN. Ringkasan Materi. 1. Konsep Asam basa menurut Arrhenius. 2. Konsep Asam-Basa Bronsted dan Lowry SKL- 3: LARUTAN 3 Menjelaskan sifat-sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya. o Menganalisis data daya hantar listrik beberapa larutan o Mendeskripsikan konsep ph larutan o Menghitung konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga kemajuan ilmu pengetahuan, terutama dalam jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga kemajuan ilmu pengetahuan, terutama dalam jenjang pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang, ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan serta kemajuan ke arah yang lebih baik dibidang pendidikan. Tidak hanya kemajuan teknologi, tapi juga

Lebih terperinci

= 0,33 m 2. Berapakah molalitas larutan NaOH jika 750 ml larutan NaOH 10 m. apabila Mr NaOH =40 dengan massa jenis larutan adalah 1,12 gr/ml?

= 0,33 m 2. Berapakah molalitas larutan NaOH jika 750 ml larutan NaOH 10 m. apabila Mr NaOH =40 dengan massa jenis larutan adalah 1,12 gr/ml? Larutan Ph 1. Hitunglah kemolalan larutan pada 12 gram urea (Mr=60 yang dilarutkan kedalam air sebanyak 600 gram)! x =. x =. = 0,33 m 2. Berapakah molalitas larutan NaOH jika 750 ml larutan NaOH 10 m.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI) Disusun Oleh : 1. Ela Bintang Bahari (XI IPA 4 / 03) 2. Alfian

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA SOAL KIIA 1 KELAS : XI IPA PETUNJUK UU 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja 3. Kerjakanlah soal anda pada lembar

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~

Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~ Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~ -Menentukan konsentrasi NaOH dengan HCl 0,1 M- Latifa Dinna Prayudipta XI IPA 1 SMAN 3 TANGERANG SELATAN TAHUN AJARAN 2009/2010 Laporan praktikum kimia -titrasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menurut II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menurut

Lebih terperinci

Skripsi. disajikan sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Pendidikan Kimia. Oleh. Yunita Ika Safitri

Skripsi. disajikan sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Pendidikan Kimia. Oleh. Yunita Ika Safitri PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MEDIA LKS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS GARAM SISWA KELAS XI IPA Skripsi disajikan sebagai salah

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10 SMA IPA Kelas 10 Perbedaan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih, larutan tersusun dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Berdasarkan keelektrolitannya,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN KETERCAPAIAN KOMPETENSI DASAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN KETERCAPAIAN KOMPETENSI DASAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN KETERCAPAIAN KOMPETENSI DASAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 11 BAB VIII LARUTAN ASAM DAN BASA Asam dan basa sudah dikenal sejak dahulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti

Lebih terperinci

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sumber: Dokumentasi Penerbit Air laut merupakan elektrolit karena di dalamnya terdapat ion-ion seperti Na, K, Ca 2, Cl, 2, dan CO 3 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah

Lebih terperinci

M 0,4 0,1 0,2 B 0,1 0,1 0,1 0,1 S 0,3-0,3 0,1 POH = -

M 0,4 0,1 0,2 B 0,1 0,1 0,1 0,1 S 0,3-0,3 0,1 POH = - 1. Campuran di bawah ini yang dapat membentuk larutan penyangga adalah.... A. Asam nitrat dengan natrium asetat B. Asam fosfat dengan natrium asetat C. Asam nitrat dengan kalium nitrat D.Asam asetat dengan

Lebih terperinci

MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan

MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan A. Pengertian Asam Basa Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data kualitas keterampilan memberikan penjelasan sederhana peserta didik. Sebagaimana dijabarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan materi dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan.

Lebih terperinci

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab17 Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Larutan buffer adalah larutan yg terdiri dari: 1. asam lemah/basa

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DISERTAI HIERARKI

Lebih terperinci

ANALISIS STANDAR KOMPETENSI LULUSAN-KOMPETENSI INTI-KOMPETENSI DASAR

ANALISIS STANDAR KOMPETENSI LULUSAN-KOMPETENSI INTI-KOMPETENSI DASAR Lampiran 1 ANALISIS STANDAR KOMPETENSI LULUSAN-KOMPETENSI INTI-KOMPETENSI DASAR SKL (1) Dimensi Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan

Lebih terperinci

4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.

4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) LARUTAN PENYANGGA/ BUFFER SEKOLAH : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua) ALOKASI WAKTU : 2 Jam Pelajaran I. STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

Teori Asam-Basa Arrhenius

Teori Asam-Basa Arrhenius Standar Kompetensi emahami terapannya. sifatsifat larutan asambasa, metode pengukuran, dan Kompetensi Dasar enjelaskan teori asam basa menurut Arrhenius mengklasifikasi berbagai larutan asam, netral, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengajar berlangsung. Hamzah B (2004: 265) menyatakan bahwa Hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengajar berlangsung. Hamzah B (2004: 265) menyatakan bahwa Hasil belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan sasaran yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar berlangsung. Hamzah B (2004: 265)

Lebih terperinci

Titrasi Asam Basa. Sophi Damayanti

Titrasi Asam Basa. Sophi Damayanti Titrasi Asam Basa Sophi Damayanti 1 Highlight Kuliah Lalu KUALITATIF KUANTITATIF Berkaitan dengan identifikasi Berkaitan dengan kadar Menjawab pertanyaan Apa Menjawab pertanyaan Berapa What chemicals are

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan fenomena-fenomena

Lebih terperinci

BAB LARUTAN PENYANGGA. Click to edit Master subtitle style 4/8/12

BAB LARUTAN PENYANGGA. Click to edit Master subtitle style 4/8/12 BAB 8 7 LARUTAN Click to edit Master subtitle style PENYANGGA Oleh : Ariel Evansyah Herianto Arika Budi Yarti Arina Dyah Yuliarti Permata Rahmatul Hijjah Risma Eva Rizki Imansari Rizki Mamluatuz Zahro

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS ) HIDROLISIS

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS ) HIDROLISIS LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS ) HIDROLISIS 1. 50 ml larutan asam nitrit 0,2 M dicampur dengan 25 ml KOH 0,4 M, lalu ditambahkan air lagi hingga volume larutan menjadi 350 ml. Jika Ka HNO 2 = 4 10-8. hitung

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Temuan 4.1.1 Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga Penggunaan level mikroskopik dalam buku teks

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Konsep dan Pemahaman Konsep Kimia Banyak definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LARUTAN BUFFER

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LARUTAN BUFFER LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LARUTAN BUFFER Nama : Fathul Muin NIM : 12/334686/PA/14919 LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA DASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam situasi

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam situasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi diera globalisasi seperti saat ini, memberikan tuntutan yang sangat besar di dalam dunia pendidikan untuk menciptakan Sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pembelajaran Belajar adalah proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri. Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan

Lebih terperinci

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : 10.15 11.45 WIB Petunjuk Pengerjaan Soal Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan! Isikan identitas Anda

Lebih terperinci