KESAKSIAN NOTARIS TERKAIT PEMALSUAN SURAT DI BAWAH TANGAN A NOTARY WITNESS IN RELATION TO UNDERHAND CONTERFEITING LETTER.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESAKSIAN NOTARIS TERKAIT PEMALSUAN SURAT DI BAWAH TANGAN A NOTARY WITNESS IN RELATION TO UNDERHAND CONTERFEITING LETTER."

Transkripsi

1 Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Kanun Jurnal Ilmu Hukum Dahlan No. 64, Th. XVI (Desember, 2014), pp KESAKSIAN NOTARIS TERKAIT PEMALSUAN SURAT DI BAWAH TANGAN A NOTARY WITNESS IN RELATION TO UNDERHAND CONTERFEITING LETTER Oleh: Dahlan *) ABSTRACT This paper aims to explore and explain the thoughts regarding theory and concept of witness value witness provided by a notary having registrated and recorded underhand deed which is in fact later alleged to be a crime of signature conterfeiting. This research is also purpused of making investigation fully understand the meaning of the witness the case and it is eligible for the evidence as required by criminal justice procedure law. Keywords: Underhand Conterfeiting Letter, Notary Witness. PENDAHULUAN Sebagai pejabat umum, notaris berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (UUJN). Notaris diberikan sebagian kewenangan untuk melaksanakan kekuasaan negara dan sekaligus dibenarkan untuk menggunakan lambang dan cap negara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun Notaris menjalankan kewenangan yang diberikan oleh UUJN. Kewenangan yang dimaksud adalah kewenangan yang ditentukan dalam Pasal 15 ayat (2) hurub b UUJN yang menyatakan bahwa notaris selain berwenang membuat akta otentik, berwenang pula membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftarkan dalam buku khusus (Waarmerking). Dalam waarmerking, pembuatan dan penandatanganan tidak dilakukan di hadapan notaris. Notaris tidak mengatahui baik para pihak maupun konsesus yang terjadi dalam perjanjian tersebut. Notaris hanya mendaftarkan dan membukukan dan dalam buku khusus notaris. Tidak dapat dipungkiri bahwa terhadap surat dibawah tangan tersebut adanya dugaan telah terjadi *) Dr. Dahlan, S.H., M.Hum. adalah Dosen Tetap pada Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. ISSN:

2 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 64, Th. XVI (Desember, 2014). Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Dahlan pemalsuan tanda tangan, sehingga semulanya perbuatan hukum perdata (perjanjian) akan berimplikasi kepada tindak pidana. Dengan demikian akan diproses secara sistem peradilan pidana dan notaris akan menjadi saksi di hadapan penyidik dalam perkara tindak pidana pemalsuan tanda tangan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 263 KUHP. Saksi merupakan sebagai salah satu alat bukti yang sah sebagaimana ditentukan dalam Pasal 184 (1) Kitab Undang undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu. Surat di bawah tangan yang diwaarmerking notaris, notaris hanya menjamin bahwa surat itu telah dibukukan dan didaftarkan. Notaris tidak mengetahui asal usul adanya kata sepakat dari para pihak (konsensualitas). Hal ini menimbulkan permasalahan yang perlu dikaji terutama berkaitan dengan asas-asas hukum umum yang berlaku. Notaris dan penyidik adalah sama-sama menjalankan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang. Membukukan dan mendaftarkan surat dibawah tangan dalam buku khusus adalah kewajiban hukum dari notaris sebagaimana ditentukan dalam UUJN, demikian juga penyidik berwenang melakukan penyidikan sebagaimana ditentukan KUHAP. PEMBAHASAN 1) Notaris sebagai Pejabat Umum Memberi pelayanan kepada masyarakat umum merupakan kewenangan Negara. Pemberian pelayanan tersebut baik dibidang hukum publik maupun hukum perdata, mutlak diperlukan adanya organ negara 1. Pasal 1868 KUHPerdata hanya menerangkan apa yang dimaksud dengan akta hlm Sjaifurrachman, Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta, Bandung, Mandar Maju, 2011,

3 Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Kanun Jurnal Ilmu Hukum Dahlan No. 64, Th. XVI (Desember, 2014). otentik, namun tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan pejabat umum. Juga tidak menjelaskan kewenangan dan batas-batas kewenangan dari pejabat umum. dengan demikian UUJN merupakan pengaturan dari Pasal 1868 KUHPerdata, dan yang dimaksud dengan pejabat umum adalah notaris. 2 Jabatan notaris adalah jabatan yang membawa sebagian kewibawaan negara (gezaag) khusus dibidang keperdataan. "nobile person, nobile officium" (orang yang terhormat, jabatan terhormat) yang salah satunya adalah notaris yang dalam Pasal 1868 KUHPerdata, dikenal sebagai pejabat umum (Openbare Ambtenaren) dan telah dijabarkan dalam UUJN. Terminolagi pejabat umum adalah satu status hukum yang disandangkan kepada seseorang agar sah sebagai pejabat dalam melakukan perbuatan hukum. Status sebagai pejabat umum merupakan penentu atas sifat dan nilai dari suatu akta. Sifat dari akta yang dibuat oleh pejabat umum adalah akta otentik mempunyai nilai pembuktian yang sempurna. 3 Begitu juga dengan profesi Notaris yang memerlukan suatu tanggung jawab baik individual maupun sosial terutama ketaatan terhadap norma hukum positif dan tunduk ada kode etik profesi. 4 Sebagai pejabat umum, notaris adalah organ negara yang menerima kewenangan dari negara dan menjalankan tugas negara yang berkenaan pembuatan akta dan kewenangan lainnya. Khusus untuk akta dibawah tangan, yang dimintakan untuk dibukukan oleh para pihak, notaries boleh menolak untuk melakukan pembukuan dan pendaftaran surat dibawah tangan, sepanjang surat tersebut tidak melanggar undang-undang, dalam hal ini Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya perjanjian adalah sebagai berikut; (a) Sepakat Mereka yang mengikatkan dirinya; (b) Cakap dalam membuat suatu perjanjian; (c) Mengenai suatu hal tertentu; (d) Suatu sebab yang halal. 5 UUJN telah diundangkan karena itu harus dipatuhi, sebagaimana dinyatakan bahwa pada prinsipnya setiap perintah dari peraturan yang sudah diundangkan mesti dijalankan agar tercipta 2 Disarikan dari GHS. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta, Erlangga, 1999, hlm Yusril Ihza Mahendra, Penggunaan Terminologi Pejabat Umum Dalam Tata Hukum di Indonesia, disampaikan pada panel diskusi dalam rangka pelaksanaan kongres XIX Up Grading and Refreshing Course, Ikatan Notaris Indonesia, Jakarta, 25 Januari 2006, hlm 5. 4 Loc.cit. 5 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, PT Intermasa, 2005, hlm

4 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 64, Th. XVI (Desember, 2014). Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Dahlan keteraturan. UUJN tidak hanya mengikat notaris tetapi juga berhubungan dengan lembaga lain antara lain lembaga kepolisian dalam melakukan penegakan hukum berkaitan dengan kenotariatan. Sesuai dengan Pasal 15 UUJN, ada tiga kategori kewenangan yang diberikan kepada notaris yaitu kewenangan pokok, berwenang pula (disebut juga wewenang khusus), dan kewenangan lain sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 UUJN. Selain berwenang membuat akta otentik, notaris berwenang pula membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus. Peran dan kewenangan notaris sangat penting dan strategis bagi lalu lintas hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat, maka pemahaman peran dan kewenangan notaris dapat dipahami oleh elemen sub sistem peradilan pidana, karena itu, perbedaan persepsi akan tidak menutup kemungkinan muncul ego sektoral antara notaris dan polisi. Sebagai pejabat umum, Notaris sebelum menjalankan jabatannya harus mengucapkan sumpah (Pasal 4 Ayat (1) UUJN). Notaris, sebagai pejabat umum, diberi kewenangan untuk membuat akta otentik dari semua perbuatan, perjanjian dan penetapan, dimana peraturan umum menghendakinya atau atas kemauan para pihak sesuai dan dibatasi UUJN. Demikian juga penyidik, dalam rangka penegakan hukum, kewenangan polisi dibatasi KUHAP. Notaris selaku pejabat umum dituntut untuk bekerja secara profesional dengan menguasai seluk-beluk profesinya menjalankan tugasnya, notaris harus menyadari kewajibannya bekerja mandiri, jujur, tidak memihak, dan penuh rasa tanggung jawab serta secara profesional. 6 Tugas profesi notaris tidak hanya berhubungan dengan standar profesi dan etika profesi yang keduanya merupakan petunjuk umum saja, melainkan hubungan positif akan berkesempatan besar untuk tampil mengambil alih perannya guna mencegah terjadinya penyimpangan dari tugas profesinya. 7 Dalam menjalankan jabatannya, notaris dituntut profesional, tidak boleh menguntungkan salah satu pihak, harus bersifat netral, karena notaris mewakili dua belah pihak dalam melakukan hlm Kansil CST., & Chistine S.T. Kansil, Pokok-pokok Etika Profesi Hukum, Jakarta, PT Pradnya Paramita, 1996, E.Y. Kanter, Etika Profesi Hukum, Jakarta, Storia Grafika, 2001, hlm. 19.

5 Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Kanun Jurnal Ilmu Hukum Dahlan No. 64, Th. XVI (Desember, 2014). perjanjian. Notaris harus menunjukkan sifatnya yang netral bagi para pihak meski ia diminta bantuan hukum oleh salah satu pihak. Profesi notaris harus berperan untuk mencegah sedini mungkin kesulitan yang terjadi dimasa akan datang. 8 Jabatan notaris adalah jabatan publik namun lingkup kerja berada dalam konstruksi hukum privat. 9 Pendaftaran dan pembukuan surat dibawah tangan oleh notaris merupakan kewajiban hukum bagi notaris. Kewajiban notaris hanya surat bawahtangan yang telah ditandatangani para pihak sebelum dibawa ke notaris. Jadi notaris tidak mengetahui asal-usul penandatangan oleh para pihak. Dalam menjalankan kewenangannya, kepada notaris berlaku pula asas pemerintahan yang baik yang antara lain; Asas persamaan, asas kepercayaan, asas kepastian hukum, asas kecermatan, Asas pemberian alasan, larangan penyalahgunaan wewenang, larangan bertindak sewenangwenang. Untuk kepentingan pelaksanaan tugas jabatan notaris, ditambah dengan asas proporsionalitas dan asas profesionalitas. Asas tersebut dapat diadopsi sebagai asas yang harus dijadikan pedoman dalam menjalankan tugas jabatan notaris. 10 Wewenang merupakan suatu tindakan hukum yang diatur dan diberikan kepada suatu jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur jabatan tersebut. Dengan demikian, setiap wewenang ada batasannya sebagai mana tercantum dalam peraturan perundangundangan yang mengaturnya. Wewenang notaris terbatas sebagaimana peraturan perundangundangan yang mengatur jabatan yang bersangkutan. Wewenang yang diperoleh suatu jabatan mempunyai sumber asalnya. Dalam hukum administrasi wewenang bisa diperoleh secara atribusi, delegasi, dan mandat. Wewenag atribusi adalah pemberian wewenang yang baru kepada suatu jabatan berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan atau aturan hukum. Wewenang secara delegasi merupakan pemindahan/pengalihan wewenang yang ada berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan atau 8 Ibid. 9 Loc,cit. 10 Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administrasi Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2009, hlm

6 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 64, Th. XVI (Desember, 2014). Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Dahlan aturan hukum. Dan mandat sebetulnya buka pengalihan atau pemindahan wewenang, tapi karena yang berkompeten berhalangan. Setiap wewenang harus ada dasar hukumnya. Jadi, wewenang seorang pejabat harus jelas dan tegas dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pejabat atau jabatan itu. Sehingga jika seorang pejabat melakukan suatu tindakan di luar wewenang disebut sebagai suatu yang melanggar hukum. Penggunaan lambang negara oleh notaris, notaris dalam menjalankan tugas jabatannya mempergubajan cap/stempel jabatan dengan lambang negara yaitu burung garuda yang penggunaannya telah ditentukan peraturan perundang-undangan dibidang kenotariatan. Penggunaan lambang negara oleh notaris tersebut dilakukan secara terbatas, sesuai kewenangannya. Ada empat hal yang menjadi wewenang notaris sebagai pejabat umum, meliputi: 11 a. Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuat itu. b. Notaris berwenang sepanjang mengenai orang untuk kepentingan siapa akta itu dibuat. c. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat, dimana akta itu dibuat. d. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu. Di Indonesia, pembatasan kewenangan notaris dikelompokkannya ke dalam empat kategori, dari sisi subjek, waktu, akta dan tempat. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 15 UUJN, Notaris berwenang pula; membubuhkan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus. Selain itu, notaris juga bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum, juga memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya. 2) Surat di Bawah Tangan Surat adalah suatu tulisan tertentu yang mempunyai makna tertentu pula. diberikan pengertian bahwa "surat atau tulisan adalah sesuatu yang terdiri atas serangkaian huruf-huruf yang Lumban Tobing GHS, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta, Erlangga, 1999, hlm. 49.

7 Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Kanun Jurnal Ilmu Hukum Dahlan No. 64, Th. XVI (Desember, 2014). mengandung arti dan yang memuat sesuatu isi tertentu. Surat adalah segala surat baik yang ditulis dengan tangan, dicetak maupun ditulis memakai mesin tik, dan lain-lainnya. Menurut Lumbun Tobing GHS, perbedaan antara akta otentik dan akta yang dibuat di bawah tangan adalah sebagai berikut: a. Akta otentik mempunyai tanggal yang pasti, sedangkan mengenai akta di bawah tangan tidak selalu demikian. b. Grosse dalam akta otentik dalam beberapa hal mempunyai kekuatan eksekutorial seperti putusan hakim, sedangkan akta yang dibuat di bawah tangan tidak pernah mempunyai kekuatan eksekutorial. c. Kemungkinan akan hilangnya akta yang dibuat di bawah tangan lebih besar dibandingkan dengan akta otentik. 12 Berbeda dengan akta otentik, akta dibawah tangan ini tidak dibuat dihadapan atau oleh pejabat umum tetapi dibuat oleh yang berkepentingan untuk dijadikan sebagai alat bukti. Surat di bawah tangan yang diperbuat oleh para pihak yang dibubuhi dengan tandatangan, kemudian dibukukan dan didaftar dalam buku khusus. Surat di bawahtangan itu, tidak berkedudukan sebagai akta otentik karena tidak dibuat oleh atau dihadapan notaris. Surat dibawah tangan yang telah dibukukan dan didaftar dalam buku khusus tetap merupakan surat yang dibuat di bawahtangan. Surat di bawah tangan yang telah dibukukan dan didaftar dalam buku khusus tidak terdapat jaminan, karena baik tanggal, tanda tangan, isi surat tersebut tidak di buat dan di ketahui oleh notaris. Notaris hanya mengakui bahwa pada hari tersebut telah datang di kantor notaris, diberi bernomor, dimasukkan dalam buku daftar, dan diberi tulisan bahwa surat tersebut telah diberi nomor dan dimasukkan kedalam buku daftar yang khusus dibuat untuk itu, diberi materai, di tandatangani oleh notaris lalu dikembalikan kepada para pihak. Sebelum dikembalikan setiap halaman diberi bernomor dan diparaf oleh notaris. 12 Ibid. 497

8 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 64, Th. XVI (Desember, 2014). Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Dahlan Jika pada waarmerking notaris hanya melakukan pendaftaran maka pada legalisasi, dengan telah dilegalisasnya suatu akta maka para pihak dengan sendirinya telah memberikan penegasan tentang kebenaran tandatangan mereka dan itu berarti juga adalah penegasan tentang kebenaran tanggal. Berdasarkan hal tersebut di atas, di sini jelas bahwa surat di bawah tangan yang antara tanggal pembuatannya dengan terjadi peristiwa hukumnya yang berbeda dapat dilakukan pembukuan dan pendaftaran dalam buku khusus. Surat di bawah tangan yang dilakukan legalisasi, penandatangan dilakukan di hadapa notaris sehingga notaris mempunyai kewajiban untuk menjelaskan kepada para pihak terhadap surat di bawah tangan yang dimaksud. Sementara dalam waarmerking, kewajiban notaris hanya membukukan dan mendaftarkan dalam buku khusus, dalam hal ini notaris melakukan/ menjalankan kewenangan yang diberikan oleh UUJN. Berbeda halnya dengan legalisasi membuktikan bahwa dokumen yang dibuat oleh dan ditandatangani para pihak di hadapan seorang pejabat umum yang berwenang, notaris menyaksikan penanda tanganan tersebut pada tanggal yang sama dengan waktu penanda tanganan itu. Waarmerking, dokumen yang bersangkutan didaftar dalam buku khusus yang dibuat oleh notaris. Waarmerking atas surat dibawah tangan, notaris tidak bertanggungjawab terhadap isi surat bawah tangan, sepanjang dalam surat bawah tangan tersebut tidak ada kewajiban yang dilanggar. Oleh karena itu, notaris tidak berkewajiban untuk menjadi saksi dalam akta bawah tangan yang diduga terjadinya tindak pidana pemalsuan tandatangan karena notaris tidak mengetahui terjadinya kata sepakat dalam surat bawahtangan tersebut. Pemanggilan notaris sebagai saksi berkaitan dengan akta dibawah tangan yang terindikasi pidana termasuk tidak relevan dengan hakekat dari alat bukti pada tingkat penyidikan dan sistem pembuktian dalam hukum pidana. Dalam waarmerking, notaris hanya menjamin tanggal, karena itu, kehadiran notaris memberi kesaksian pada tingkat penyidikan tidak bermakna kesaksian. Untuk 498

9 Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Kanun Jurnal Ilmu Hukum Dahlan No. 64, Th. XVI (Desember, 2014). melihat tanggal, penyidik cukup melihat tanggal yang tertera dalam surat yang diwaarrmeking, sedangkan dalam legalisasi, notaris menjamin tandatangan. Berdasarkan uraian tersebut bahwa membukukan dan mendaftarkan surat di bawah tangan adalah kewajiban hukum bagi notaris. Surat dibawah tangan tersebut, notaris tidak menyaksikan para pihak melakukan tandatangan karena para pihak sudah menandatangani surat tersebut sebelum dibawa ke notaris untuk dibukukan dan didaftarkan dalam buku khusus. Jadi notaris tidak mengetahui baik para pihak yang menandatangani maupun isi surat dibawah tangan tersebut, karena kesepakatannya sudah terjadi sebelum surat tersebut dibukukan dan didaftarkan. 3) Alat Bukti Saksi dan Kekuatan Pembuktian Sistem pembuktian yang dianut dalam KUHAP adalah sistem pembuktian secara negatif/negative wettelijk sebagai mana diatur dalam Pasal 183 KUHAP. Hakim baru dapat menghukum terdakwa apabila sekurang-kurangnya didukung oleh dua alat bukti yang disertai keyakinan hakim. Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan tugas penyidik adalah KUHAP dan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dasar kewenangan penyidik untuk melakukan penyidikan atas tindak pidana yang terjadi adalah Pasal 7 huruf g KUHAP yang menyatakan bahwa memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. Saksi ialah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Keterangan saksi ialah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu. 499

10 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 64, Th. XVI (Desember, 2014). Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Dahlan Pembuktian berasal dari kata bukti yang berarti suatu hal (peristiwa dan sebagainya) yang cukup untuk memperlihatkan kebenaran suatu hal (peristiwa tersebut. 13. Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang dan mengatur alat-alat bukti yang boleh digunakan hakim guna membuktikan kesalahan yang didakwakan terhadap terdakwa 14. Pembuktian dalam hukum acara pidana, mempunyai serangkaian tata cara yang tersusun secara sistematis dan terintegrasi (terpadu) bertujuan untuk mencari kebenaran yang hakiki. Dalam hal ini, hak asasi manusia harus dipertahankan. Sistem atau teori pembuktian ini bervariasi menurut waktu dan tempatnya. 15 Sistem pembuktian adalah pengaturan tentang macammacam alat bukti yang boleh digunakan, penguraian alat bukti dan dengan cara-cara bagaimana alat-alat bukti itu digunakan dan dengan cara bagaimana hakim harus membentuk keyakinannya. 16 Sistem pembuktian bertujuan mengetahui bagaimana cara meletakan hasil pembuktian terhadap perkara yang sedang diperiksa. 4) Penyidikan Tindak Pidana Kewenangan penyidik diatur dalam Pasal 7 huruf f KUHAP yo. Pasal 16 UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian. Polri dalam hal melaksanakan proses pemeriksaan perkara pidana, yaitu memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. Penegakan hukum (law enforcement) harus memperlihatkan tegaknya sendi-sendi hukum dan terwujudnya keadilan sebagai tujuan utama dari hukum. penegakan hukum harus sesuai dengan kaidah-kaidah hukum yang berlaku agar makna filosofis dari penegakan hukum tercapai sesuai fungsi dan tujuan asasinya. 13 Soedirja, Jaksa dan Hakim Dalam Proses Pidana, Jakarta, CV. Akademika Presindo, 1985, hlm Yahya Harahap M., Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jakarta, Sinar Grafika, 1985, hlm Andi Hamzah, Sejarah Perkembangan Hukum Acara Pidana, hlm Lili Rosita, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana, Bandung, Mandar Maju, 2003, hlm. 11.

11 Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Kanun Jurnal Ilmu Hukum Dahlan No. 64, Th. XVI (Desember, 2014). Secara sederhana Sistem Peradilan Pidana dapat dipahami sebagai suatu usaha untuk menjawab pertanyaan apa tugas hukum pidana di masyarakat dan bukan sekedar bagaimana hukum pidana di dalam undang-undang dan bagaimana hakim menerapkannya. Sistem peradilan pidana Indonesia berlangsung melalui tiga komponen dasar sistem yaitu substansi, struktur dan kultur. 17 Susbtansi merupakan hasil atau produk sistem termasuk KUHAP. Struktur menyangkut lembaga-lembaga dalam sistem hukum yang terdiri dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan. Kultur yaitu bagaimana sebetulnya sistem tersebut akan diberdayakan. Dengan kata lain kultur adalah merupakan penggerak dari sistem peradilan pidana. Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan tugas penyidik adalah KUHAP. Dasar kewenangan penyidik untuk melakukan penyidikan atas tindak pidana yang terjadi adalah sesuai Pasal 7 huruf g KUHAP yang menyatakan bahwa memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi, selain itu juga berwenang mendatangkan orang ahli. Di bidang penegakan hukum, polisi bertugas melakukan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan KUHAP dan kewajiban notaris untuk melayani masyarakat sebagaimana ditentukan dalam UUJN. Sebagai subsistem peradilan pidana, penyidikan merupakan proses yang panjang dan saling berhubungan dimulai dari proses penyidikan sampai adanya putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. 18 Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Penyidik yang telah memanggil notaris sebagai saksi berkaitan dengan surat bawahtangan yang diduga terjadi tindak pidana pemalsuan tandatangan. Dalam pembukuan dan pendaftaran surat di bawah tangan ke dalam buku khusus, notaris hanya menjamin tanggal, karena itu, notaris tidak mengetahui tandatangan dan substansi dari surat dibawah tangan tersebut. Jadi, untuk melihat 17 Abdulsalam, Sistem Peradilan Pidana, Bandung, Citra Adhitya Bakti, 2012, hlm Mien Rukmini, Perlindungan Hak Asasi Manusia melalui Asas Praduga Tidak Bersalah dan Asas Persamaan Kedudukan Dalam Hukum pada Sistem Peradilan Pidana, Bandung, Alumni, 2003, hlm

12 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 64, Th. XVI (Desember, 2014). Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Dahlan tanggal, penyidik cukup melihat tanggal yang tertera dalam surat tersebut. Berbeda halnya dalam legalisasi surat dibawah tangan, notaris menjamin tandatangan para pihak. Dalam rangka menyelenggarakan tugas di bidang proses pidana, polisi berwenang memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi serta mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, polisi bertindak berdasarkan norma hukum dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan harus memiliki kemampuan profesi. Status kesaksian yang diberikan pada tingkat penyidikan adalah sebagai bukti surat karena kesaksian itu dimasukkan dalam Berita Acara Penyidikan (BAP). Untuk mendapat kesaksian sebagaimana dimaksud seharusnya tidak perlu memanggil notaris melainkan cukup melihat tanggal pendaftaran dalam waarmerking tersebut karena notaris bertanggungjawab terhadap tanggalnya, bukan terhadap substansi dan para pihak. KUHAP dan UU Polisi, diatur tentang peranan polisi sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang penegakan hukum. Pasal 1 butir 1 KUHAP Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu (Pasal 1 butir 27 KUHAP). Dalam rangka menyelenggarakan tugas di bidang proses pidana, polisi/penyidik berwenang memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi serta mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, polisi bertindak berdasarkan KUHAP dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Selain itu, penyidik dalam melaksanakan tugas dan 502

13 Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Kanun Jurnal Ilmu Hukum Dahlan No. 64, Th. XVI (Desember, 2014). wewenangnya harus memiliki kemampuan profesi, yang diselenggarakan melalui pembinaan etika profesi. Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan tugas penyidik adalah KUHAP dan UU Kepolisian. Dasar kewenangan penyidik untuk melakukan penyidikan atas tindak pidana yang terjadi adalah Pasal 7 huruf g KUHAP yang menyatakan bahwa memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. Dengan demikian, UU Kepolisian bersifat lex generalis dan UUJN merupakan lex spesialis. Pasal 13 huruf b UU Kepolisian bahwa tugas pokok kepolisian Negara Republik Indonesia adalah menegakkan hukum. Pasal 14 (1) butir g dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pokok (menegakkan hukum) Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. Pasal 15 (1) butir a, dalam rangka menyelenggarakan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang: menerima laporan dan/atau pengaduan. Pasal 16 (1) huruf f dinyatakan bahwa dalam rangka menyelenggarakan tugas di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. Kaitan dengan pemanggilan notaris yang telah melakukan melakukan pembukuan dan pendaftaran surat bawah tangan yang kemudian diduga terjadi tindak pidana pemalsuan tandatangan adalah tidak sesuai dengan kualifikasi kesaksian. karena notaris tidak pernah melihat, mendengar, dan mengalami sendiri sebagaimana dimaksud Pasal angka 27 jo Pasal 185 KUHAP. Sehingga jikapun notaris memberikan keterangan dalam perkara tersebut maka keterangannya adalah testimonium de auditu. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus merupakan salah satu kewenangan notaris guna menciptakan alat bukti yang dapat memberikan kepastian 503

14 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 64, Th. XVI (Desember, 2014). Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Dahlan hukum bagi para pihak. Apabila surat tersebut kemudian diduga telah terjadi tindak pidana pemalsuan tanda tangan oleh para pihak, maka akan diproses secara sistem peradilan pidana. Dalam hal adanya dugaan telah terjadi tindak pidana, maka penyidik melakukan penyidikan. Dengan demikian, penyidik untuk dapat melaksanakan tugas penyidikan harus ada pemberian wewenang. Penyidik juga harus memperhatikan tugas, dan kewenangan notaris, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Antara INI dan Kapolri telah menandatangani MoU agar terjalin kerjasama yang harmonis, khususnya dalam menjalankan penegakan hukum dan peraturan pelaksana lainnya yang terkait dengan pelaksanaan tugas jabatan notaris sebagai pejabat umum. Notaris menjadi saksi dalam perkara dugaan telah terjadinya tindak pidana terhadap surat bawahtangan yang telah dilakukan pembukuan dan pendaftaran dalam buku khusus notaris adalah bukan kewajiban hukum karena notaris tidak mengetahui terjadinya kata sepakat dalam surat di bawah tangan tersebut. Dikaitkan dengan asas hukum, lex porteriori derogate legi priori, artinya peraturan atau undang-undang yang terbaru mengesampingkan peraturan atu undang-undang yang lama yang mengatur hal yang sama. Lex superior derogate legi inferiori, artinya jika terjadi pertentangan antara peraturan perundang-undangan yang tinggi dengan yang rendah, maka yang tinggi yang harus didahulukan. Dalam memahami UUJN dan KUHAP antara penyidik dan notaris harusnya memahami secara komprehensif integral antara pasal yang terkait (penafsiran sistematis) antara UUJN dan KUHAP, dan UU Polri. KESIMPULAN Kesaksian notaris di hadapan penyidik terkait dengan surat di bawah tangan yang telah dilakukan waarmerking oleh notaris adalah tidak bernilai kesaksian karena notaris tidak melihat, mengetahui tentang penandatangan surat di bawah tangan tersebut. Hadir menjadi 504

15 Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Kanun Jurnal Ilmu Hukum Dahlan No. 64, Th. XVI (Desember, 2014). saksi ditingkat penyidikan dalam kasus surat di bawah tangan yang telah dilakukan waarmerking bukan merupakan kewajiban hukum bagi notaris. DAFTAR PUSTAKA Abdulsalam, 2012, Sistem Peradilan Pidana, Citra Adhitia Bakti, Bandung. Habib Adjie, 2008, Hukum Notaris Indonesia, Refika Aditama, Bandung., 2009, Sanksi Perdata dan Administrasi Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Cita Aditya Bakti, Bandung., 2008, Hukum Notaris Indonesia; Tafsir Tematik Terhadap UU N0.30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama, Bandung. Harahap M., Yahya, 1985, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar Grafika, Jakarta. Kansil CST., & Chistine S.T. Kansil, 1996, Pokok-pokok Etika Profesi Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta. Kanter E.Y., 2001, Etika Profesi Hukum, Storia Grafika, Jakarta. Lili Rosita, 2003, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana, Mandar Maju, Bandung. Lumban Tobing GHS.,, 1999, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta. Mien Rukmini, 2003, Perlindungan Hak Asasi Manusia melalui Asas Praduga Tidak Bersalah dan Asas Persamaan Kedudukan Dalam Hukum pada Sistem Peradilan Pidana, Alumni, Bandung. Sjaifurrachman, 2011, Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta, Mandar Maju, Bandung. Soedirja, 1985, Jaksa dan Hakim Dalam Proses Pidana, CV. Akademika Presindo, Jakarta. Soesilo, R., 1991, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor. Subekti, 2005, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta. 505

16 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 64, Th. XVI (Desember, 2014). Kesaksian Notaris terkait Pemalsuan Surat di Bawah Tangan Dahlan Yusril Ihza Mahendra, 2006, Penggunaan Terminologi Pejabat Umum Dalam Tata Hukum di Indonesia, disampaikan pada panel diskusi dalam rangka pelaksanaan kongres XIX Up Grading and Refreshing Course, Ikatan Notaris Indonesia, Jakarta, 25 Januari. 506

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berkelompok akan berusaha agar tatanan kehidupan masyarakat seimbang dan menciptakan suasana tertib, damai, dan

Lebih terperinci

KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS TERKAIT ASPEK PIDANA DIBIDANG KENOTARIATAN

KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS TERKAIT ASPEK PIDANA DIBIDANG KENOTARIATAN Vol. 18, No. 1, (April, 2016), pp. 37-49. KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS TERKAIT ASPEK PIDANA DIBIDANG KENOTARIATAN THE AUTHORITY OF HONOUR BOARD OF NOTARY IN REGARD WITH CRIMINAL IN THE FIELD OF

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum yang mempunyai berbagai macam profesi yang bergerak di bidang hukum. Profesi di bidang hukum merupakan suatu profesi yang ilmunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL 2.1 Pengertian Akta Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta dan dalam bahasa Inggris disebut act atau deed. Secara etimologi menurut

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017 KAJIAN YURIDIS TINDAK PIDANA DI BIDANG PAJAK BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN 1 Oleh: Seshylia Howan 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi saat ini, peran notaris sebagai pejabat umum pembuat akta yang diakui secara yuridis oleh

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015 KAJIAN YURIDIS PELANGGARAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA AUTENTIK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 JO. UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 1 Oleh : Cicilia R. S. L. Tirajoh 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 diperbaharui dan dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris yang untuk selanjutnya dalam penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi di bidang hukum merupakan profesi luhur yang terhormat atau profesi mulia ( nobile officium) dan sangat berpengaruh di dalam tatanan kenegaraan. Profesi

Lebih terperinci

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil. 12 A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang-undang 1. Hukum pidana sebagai peraturan-peraturan yang bersifat abstrak merupakan

Lebih terperinci

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan 1 Ahmad Bustomi, 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris sebagai pejabat umum merupakan salah satu organ Negara yang dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum kepada masyarakat, teristimewa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari arti pentingnya sebuah jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari, sehingga banyak orang yang menuangkannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang baik dengan sengaja maupun tidak, harus dapat dimintakan pertanggungjawaban terlebih lagi yang berkaitan

Lebih terperinci

KEABSAHAN PENETAPAN STATUS TERSANGKA DALAM PROSES PENYELIDIKAN (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

KEABSAHAN PENETAPAN STATUS TERSANGKA DALAM PROSES PENYELIDIKAN (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA) KEABSAHAN PENETAPAN STATUS TERSANGKA DALAM PROSES PENYELIDIKAN (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA) Oleh : Ni Made Ira Sukmaningsih Tjok Istri Putra Astiti Bagian Hukum Acara Fakultas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Sebagai negara hukum pemerintah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sistem hukum. Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara hal yang sangat diperlukan adalah ditegakkannya

Lebih terperinci

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2 Lex Crimen, Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013 KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan hukum dalam mendukung jalannya roda pembangunan maupun dunia usaha memang sangat penting. Hal ini terutama berkaitan dengan adanya jaminan kepastian hukum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1 Hal itu menegaskan bahwa pemerintah menjamin kepastian hukum dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kehadiran notaris sebagai pejabat publik adalah jawaban dari kebutuhan masyarakat akan kepastian hukum atas setiap perikatan yang dilakukan, berkaitan

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VII/No. 1 /Jan-Mar/2018. H. Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana Kontemporer, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hlm. 185.

Lex Crimen Vol. VII/No. 1 /Jan-Mar/2018. H. Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana Kontemporer, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hlm. 185. KEKUATAN ALAT BUKTI KETERANGAN AHLI DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA MENURUT KUHAP 1 Oleh: Sofia Biloro 2 Dosen Pembimbing: Tonny Rompis, SH, MH; Max Sepang, SH, MH ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang; 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum memiliki peranan yang sangat berguna bagi penyelenggaraan negara maupun masyarakat, karena kedudukan notaris merupakan organ negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Pasal 1 ayat (3). Sebagai konsekuensi

Lebih terperinci

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS A. Kedudukan Notaris Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (UUJN), menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin kepastian, ketertiban,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi

I. PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana korupsi yang telah menimbulkan kerusakan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara memerlukan penanganan yang luar biasa. Perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat terhadap penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu realita, bahwa proses sosial, ekonomi, politik dan sebagainya, tidak dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam masyarakat. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada alam demokratis seperti sekarang ini, manusia semakin erat dan semakin membutuhkan jasa hukum antara lain jasa hukum yang dilakukan oleh notaris. Dalam

Lebih terperinci

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D 101 10 523 Abstrak Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechstaat), tidak berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang Notaris harus memiliki integritas dan bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara hukum dimana kekuasaan tunduk pada hukum. Sebagai negara hukum, maka hukum mempunyai kedudukan paling tinggi dalam pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCABUTANKETERANGAN TERDAKWA DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAAN (BAP) DAN TERDAKWA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCABUTANKETERANGAN TERDAKWA DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAAN (BAP) DAN TERDAKWA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCABUTANKETERANGAN TERDAKWA DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAAN (BAP) DAN TERDAKWA 2.1. Pengertian Berita Acara Pemeriksaaan (BAP) Dan Terdakwa Sebelum masuk pada pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kemasyarakatan yang dikenal sebagai notariat timbul dari

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kemasyarakatan yang dikenal sebagai notariat timbul dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Kemasyarakatan yang dikenal sebagai notariat timbul dari kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia, yang menghendaki adanya alat bukti baginya mengenai hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesi hukum termasuk didalamnya profesi Notaris, merupakan suatu profesi khusus yang sama dengan profesi luhur lainnya yakni profesi dalam bidang pelayanan kesehatan,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 Draft Final 14 Desember 2011 Jam 15.00 WIB RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2011 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, juga turut berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, juga turut berpengaruh pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, juga turut berpengaruh pada dunia kenotariatan. Semakin banyak masyarakat yang berkeinginan untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB II KEWENANGAN JAKSA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA. diatur secara eksplisit atau implisit dalam Undang-undang Dasar 1945, yang pasti

BAB II KEWENANGAN JAKSA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA. diatur secara eksplisit atau implisit dalam Undang-undang Dasar 1945, yang pasti BAB II KEWENANGAN JAKSA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA 1. Wewenang Jaksa menurut KUHAP Terlepas dari apakah kedudukan dan fungsi Kejaksaan Republik Indonesia diatur secara eksplisit atau implisit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat bukti berupa keterangan saksi sangatlah lazim digunakan dalam penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS. A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS. A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta dan dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam berbagai hubungan bisnis,

Lebih terperinci

BAB II KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBATALKAN PUTUSAN MAJELIS PENGAWAS PUSAT

BAB II KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBATALKAN PUTUSAN MAJELIS PENGAWAS PUSAT 27 BAB II KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBATALKAN PUTUSAN MAJELIS PENGAWAS PUSAT 1. Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara Di dalam Pasal 24 ayat (1) dan (2) UUD 1945 Menentukan : (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika pembangunan nasional salah satunya adalah dengan menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Di Indonesia pembangunan dilaksanakan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana (kepada barangsiapa yang melanggar larangan tersebut), untuk singkatnya dinamakan

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PERALIHAN TANGGUNG JAWAB PENYIDIK ATAS BENDA SITAAN 1 Oleh : Noldi Panauhe 2

AKIBAT HUKUM PERALIHAN TANGGUNG JAWAB PENYIDIK ATAS BENDA SITAAN 1 Oleh : Noldi Panauhe 2 AKIBAT HUKUM PERALIHAN TANGGUNG JAWAB PENYIDIK ATAS BENDA SITAAN 1 Oleh : Noldi Panauhe 2 ABSTRAK Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode yuridis normatif, di mana penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek pembaharuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana tersangka dari tingkat pendahulu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TERHADAP NOTARIS DAN KEWENANGANNYA DALAM UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS

BAB III TINJAUAN TERHADAP NOTARIS DAN KEWENANGANNYA DALAM UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS BAB III TINJAUAN TERHADAP NOTARIS DAN KEWENANGANNYA DALAM UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS A. Karakteristik Notaris Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud untuk

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT Menimbang : a. Mengingat : 1. BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemeriksaan keterangan saksi sekurang-kurangnya disamping. pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi.

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemeriksaan keterangan saksi sekurang-kurangnya disamping. pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak ada suatu perkara pidana yang lepas dari pembuktian alat bukti keterangan saksi. Hampir semua pembuktian perkara pidana, selalu didasarkan kepada pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya. Hal ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan kekuasaan belaka. Hal ini berarti bahwa Republik Indonesia ialah negara hukum yang demokratis berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur di dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD) 1945, Pasal 1 ayat (3) yang dirumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengaturan mengenai Lembaga Notariat diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

Lebih terperinci

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara No.1352, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAKAMLA. Kode Etik Pegawai. PERATURAN KEPALA BADAN KEAMANAN LAUT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN KEAMANAN LAUT DENGAN

Lebih terperinci

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014 PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014 Ketentuan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3) BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara berdasarkan hukum. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3) yang berbunyi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak dapat lepas dari etika karena dapat menjaga martabat sebagai makhluk yang sempurna. Sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyelidikan dan Penyidikan. Pengertian penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyelidikan dan Penyidikan. Pengertian penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelidikan dan Penyidikan Pengertian penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan semua warga negara bersama

Lebih terperinci

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Penahanan sementara merupakan suatu hal yang dipandang

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.3 Tahun 2016

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.3 Tahun 2016 PERTIMBANGAN YURIDIS PENYIDIK DALAM MENGHENTIKAN PENYIDIKAN PERKARA PELANGGARAN KECELAKAAN LALU LINTAS DI WILAYAH HUKUM POLRESTA JAMBI Islah 1 Abstract A high accident rate makes investigators do not process

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Pidana merupakan bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang dibuat oleh penguasa untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara yang membedakan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN Oleh : I Gusti Ngurah Ketut Triadi Yuliardana I Made Walesa Putra Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015. AKIBAT HUKUM BAGI NOTARIS DALAM PELANGGARAN PENGGANDAAN AKTA 1 Oleh: Reinaldo Michael Halim 2

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015. AKIBAT HUKUM BAGI NOTARIS DALAM PELANGGARAN PENGGANDAAN AKTA 1 Oleh: Reinaldo Michael Halim 2 AKIBAT HUKUM BAGI NOTARIS DALAM PELANGGARAN PENGGANDAAN AKTA 1 Oleh: Reinaldo Michael Halim 2 ABSTRAK Dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah akibat hukum bagi notaris dalam pelanggaran

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN

RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN Diajukan oleh: JEMIS A.G BANGUN NPM : 100510287 Program Studi Program Kekhususan

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PENYIMPANAN MINUTA AKTA SEBAGAI BAGIAN DARI PROTOKOL NOTARIS

TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PENYIMPANAN MINUTA AKTA SEBAGAI BAGIAN DARI PROTOKOL NOTARIS Tanggung Jawab Notaris terhadap Penyimpanan Minuta Akta Kanun Jurnal Ilmu Hukum Cut Era Fitriyeni No. 58, Th. XIV (Desember, 2012), pp. 391-404. TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PENYIMPANAN MINUTA AKTA

Lebih terperinci

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan BAB I 1. Latar Belakang Masalah Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan jaminan kepastian atas transaksi bisnis yang dilakukan para pihak, sifat otentik atas akta yang dibuat oleh

Lebih terperinci

BAB III DASAR HUKUM PEMBERHENTIAN TIDAK TERHORMAT ANGGOTA KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA MENURUT PERPRES NO 18 TAHUN 2011

BAB III DASAR HUKUM PEMBERHENTIAN TIDAK TERHORMAT ANGGOTA KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA MENURUT PERPRES NO 18 TAHUN 2011 BAB III DASAR HUKUM PEMBERHENTIAN TIDAK TERHORMAT ANGGOTA KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA MENURUT PERPRES NO 18 TAHUN 2011 A. Prosedur tugas dan kewenangan Jaksa Kejaksaan R.I. adalah lembaga pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN ANAK DIBAWAH UMUR SEBAGAI SAKSI DALAM HUKUM ACARA PIDANA

BAB II KEDUDUKAN ANAK DIBAWAH UMUR SEBAGAI SAKSI DALAM HUKUM ACARA PIDANA 79 BAB II KEDUDUKAN ANAK DIBAWAH UMUR SEBAGAI SAKSI DALAM HUKUM ACARA PIDANA A. Tinjauan Umum Keterangan Anak Dalam Hukum Acara Pidana 1. Pengertian Anak Dibawah Umur Dalam Hukum Indonesia Pengertian anak

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015. PROSES PENYIDIKAN TERHADAP PELANGGARAN DALAM PEMBUATAN AKTA OLEH NOTARIS 1 Oleh: Gian Semet 2

Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015. PROSES PENYIDIKAN TERHADAP PELANGGARAN DALAM PEMBUATAN AKTA OLEH NOTARIS 1 Oleh: Gian Semet 2 PROSES PENYIDIKAN TERHADAP PELANGGARAN DALAM PEMBUATAN AKTA OLEH NOTARIS 1 Oleh: Gian Semet 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penyidikan terhadap pelanggaran

Lebih terperinci

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II PROSEDUR PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS DI INDONESIA

BAB II PROSEDUR PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS DI INDONESIA BAB II PROSEDUR PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS DI INDONESIA A. Akta Notaris Sebagai Alat Bukti Tertulis Yang Sempurna Lembaga Notariat merupakan lembaga kemasyarakatan yang timbul

Lebih terperinci

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA Oleh : Sumaidi, SH.MH Abstrak Aparat penegak hukum mengalami kendala dalam proses pengumpulan alat-alat bukti yang sah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum, merupakan salah satu pejabat negara yang dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal sejak masyarakat mengenal hukum itu sendiri, sebab hukum itu dibuat untuk mengatur kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah merupakan negara hukum, dimana hukum mempunyai kedudukan paling tinggi dalam segala hal. Keberadaan hukum tersebut juga termasuk mengatur hal-hal

Lebih terperinci

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris; 59 dengan mencari unsur-unsur kesalahan dan kesengajaan dari Notaris itu sendiri. Hal itu dimaksudkan agar dapat dipertanggungjawabkan baik secara kelembagaan maupun dalam kapasitas Notaris sebagai subyek

Lebih terperinci

PENGAMBILAN FOTO COPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS

PENGAMBILAN FOTO COPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS PENGAMBILAN FOTO COPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS Djoko Sukisno * Abstract The main problem of this paper is what can be used as limitation of Majelis Pengawas Daerah Notaris in implementing Article

Lebih terperinci

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PAREPARE

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi di bidang hukum merupakan profesi luhur atau terhormat ataupun profesi mulia (nobile officium) dan sangatlah berpengaruh di dalam tatanan kenegaraan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asas hukum merupakan jantung dari peraturan hukum. Oleh karena ia merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum, ini berarti bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 5-1991 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2004 POLITIK. KEAMANAN. HUKUM. Kekuasaaan Negara. Kejaksaan. Pengadilan. Kepegawaian.

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERAUKE, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

SANKSI TERHADAP NOTARIS YANG MENJADI PIHAK TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA SENDIRI

SANKSI TERHADAP NOTARIS YANG MENJADI PIHAK TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA SENDIRI BAB III SANKSI TERHADAP NOTARIS YANG MENJADI PIHAK TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA SENDIRI 1. Sanksi Terhadap Notaris. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hukum perdata mengenal mengenal tentang adanya alat-alat bukti. Alat bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata)

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN TAHUN 2014

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN TAHUN 2014 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN TAHUN 2014 Lumaria Magister Kenotariatan Fakultas Hukum maria.lubenn@gmail.com Abstrak : Notaris tidak bisa secara bebas

Lebih terperinci

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM UNTUK TERSANGKA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DALAM PROSES PENYIDIKAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

PERANAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES PERKARA PIDANA PENGADILAN NEGERI

PERANAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES PERKARA PIDANA PENGADILAN NEGERI PERANAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES PERKARA PIDANA PENGADILAN NEGERI Oleh : Ruslan Abdul Gani ABSTRAK Keterangan saksi Ahli dalam proses perkara pidana di pengadilan negeri sangat diperlukan sekali untuk

Lebih terperinci