PENGETAHUAN GURU TENTANG PENGGUNAAN KIT IPA DI SEKOLAH DASAR SE- KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO
|
|
- Hadian Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGETAHUAN GURU TENTANG PENGGUNAAN KIT IPA DI SEKOLAH DASAR SE- KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO GamarAbdullah Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana ketersediaan KIT IPA sebagai media pembelajaran merupakan faktor penunjang keberhasilan proses pembelajaran IPA. Guru sebagai tenaga pendidik harus mempunyai pengetahuan dalam menggunakannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru tentang penggunaan KIT IPA pada (1) dimensi fakta; (2) dimensi istilah; (3) dimensi konsep; (4) dimensi prosedur, dan (5) dimensi prinsip. Penelitian ini dilaksanakan di SD se-kecamatan Tapa Kab. Bone Bolango pada bulan Januari-April Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yaitu tes pengukuran pengetahuan guru tentang penggunaan KIT IPA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan guru SD se- Kecamatan Tapa tentang penggunaan KIT IPA masih perlu ditingkatkan, hal ini ditunjukkan oleh ratarata hasil tes pengetahuan guru masih dalam kategori cukup yaitu Dari kelima dimensi pengetahuan guru, yaitu fakta, istilah, konsep, prosedur dan prinsip, dimensi istilah yang memiliki nilai rata-rata yang paling rendah yaitu 58.65, kemudian disusul oleh dimensi prinsip yaitu Dimensi prosedur memiliki nilai rata-rata dan hanya dimensi fakta dan konsep yang memiliki nilai di atas rata-rata masing-masing yaitu dan Kata kunci: pengetahuan, media pembelajaran, KIT IPA PENDAHULUAN Pendidikan bangsa tidak lepas dari peran besar seorang guru. Guru adalah salah satu faktor menentukan dalam konteks meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas karena guru adalah garda terdepan yang berhadapan langsung dan berinteraksi dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Mutu pendidikan yang baik dapat dicapai dengan guru yang profesional dengan segala kompetensi yang dimiliki. Dengan lahirnya Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, Pemerintah Republik Indonesia dengan sangat jelas memberi perhatian tinggi untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu guru. Guru yang bermutu dalam pengertian undang-undang tersebut adalah guru yang mempunyai empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Terciptanya meaningful learning experience atau suatu pengalaman belajar yang bermakna sebagai hasil dari suatu kegiatan pembelajaran ini tidak terlepas dari peran media terutama dari kedudukan dan fungsinya. Media pembelajaran bermanfaat untuk melengkapi, memelihara dan bahkan meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran, meningkatkan hasil belajar, aktivitas dan motivasi belajar peserta didik. Pemanfaatan media dalam proses belajar mengajar ini sangatlah penting dilaksanakan pada tingkat SD sebab pada masa ini peserta didik masih berfikir kongkrit, belum mampu berpikir abstrak. Beberapa temuan penting dari berbagai riset antara lain bahwa keterampilan dan pengetahuan guru cenderung berpengaruh besar terhadap prestasi peserta didik dibanding dengan variabel lain seperti pengalaman guru, ukuran kelas, dan rasio guru-peserta didik. Penguasaan materi dan keterampilan mengajarkan materi akan menentukan keberhasilan peningkatan mutu pembelajaran peserta didik (Yarmani, 2003:176). Pengetahuan dan keterampilan guru merupakan syarat utama yang diperlukan dalam menggunakan media pada pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan media oleh guru terhadap peserta didik, tidak hanya pada saat proses pembelajaran tetapi juga pada saat terjadinya interaksi belajar peserta didik dengan lingkungannya (Sudjana, 2007: 6). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD) yang dalam pembelajarannya memerlukan penyampaian konsep dengan benar juga membutuhkan penerapan keterampilan proses dan pembuktian bagi peserta didik. Sampai saat ini, konten sains bagi kebanyakan guru diberikan melalui metode ceramah dan kegiatan pembuktian di laboratorium, dengan sedikit fokus terhadap pemberian pengalaman dalam melakukan penelitian atau aplikasi IPA dalam konteks teknologi. Guru IPA SD hendaknya memiliki kompetensi dalam melangsungkan pembelajaran yang menitikberatkan pada kegiatan observasi dan mendeskripsikan
2 kejadian, memanipulasi objek dan sistem, serta melakukan identifikasi terhadap pola yang ada di alam yang berhubungan dengan cakupan bidang studi IPA. Guru-guru ini juga harus melibatkan peserta didik dalam memanipulasi kegiatan yang mengarahkan pada pengembangan konsep melalui kegiatan investigasi dan analisis terhadap pengalaman. Dari hasil pengamatan peneliti, salah satu kelemahan pembelajaran IPA pada kebanyakan SD selama ini adalah bahwa pembelajaran tersebut lebih menekankan pada penguasaan sejumlah fakta dan konsep, dan kurang memfasilitasi peserta didik agar memiliki hasil belajar yang komprehensif. Pembelajaran IPA masih lebih menekankan pada penguasaan sejumlah konsep dan kurang menekankan pada penguasaan kemampuan dasar kerja ilmiah atau keterampilan proses IPA. Pembelajaran IPA yang baik salah satunya ditunjang dengan penggunaan KIT IPA. Komponen Instrumen Terpadu (KIT) IPA adalah istilah untuk alat peraga atau alat yang digunakan untuk percobaan dalam pembelajaran IPA di SD. Ketersediaan KIT IPA sebagai media pembelajaran merupakan faktor penunjang keberhasilan proses pembelajaran IPA. Hal ini juga dapat dilihat dari analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPA di SD diperoleh bahwa kurang lebih 60% materi pembelajaran yang dapat dibelajarkan dengan bantuan KIT IPA. Tetapi tidak langsung berhenti di situ. Guru sebagai tenaga pendidik harus mempunyai kemampuan dasar dalam merencanakan dan melaksanakan suatu proses pembelajaran dengan menggunakan peralatan tersebut. Disamping itu, diperlukan juga pengetahuan dan keterampilan guru dalam menggunakan media pembelajaran IPA tersebut. Pengetahuan guru tentang punggunaan KIT IPA akan memungkinkan intensitas penggunaan media pembelajaran tersebut meningkat. Guru yang paham akan cenderung menggunakan peralatan tersebut dalam menunjukkan fakta serta membangun konsep IPA pada peserta didik selama proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah dan terbuka menerima konsep baru yang dijelaskan oleh gurunya. Sebaliknya, guru yang tidak bisa menggunakan KIT IPA, tentunya tidak dapat memberdayakan media tersebut dalam proses pembelajaran. Padahal, peralatan tersebut telah tersedia di sekolah masing-masing. KIT IPA seakan-akan hanya menjadi pajangan saja. KIT IPA tidak dapat diberdayakan dengan baik sesuai dengan tujuan awal pembuatannya. Sekarang ini pihak pemerintah telah mengadakan KIT IPA, bahkan telah menatar sebagian guru kelas SD tentang bagaimana menggunakan media tersebut. Namun demikian, masih banyak guru yang belum menggunakan bahkan belum mengetahui cara penggunaan media pembelajaran IPA tersebut. Seperti di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango, guru-guru yang telah dilatih mengunakan KIT IPA baru mencapai %. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan guru tentang penggunaan KIT IPA di SD se-kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru tentang penggunaan KIT IPA pada (1) dimensi fakta; (2) dimensi istilah; (3) dimensi konsep; (4) dimensi prosedur dan (5) dimensi prinsip. Pembagian dimensi pengetahuan ini mengacu pada Merril (1983: 285).Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peningkatan mutu pembelajaran di SD khususnya pada mata pelajaran IPA. BAHAN DAN METODE Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di seluruh SD yang berada Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Proses penelitian ini diselesaikan dalam empat bulan, yaitu Januari-April Sumber data pada penelitian ini adalah seluruh guru kelas, termasuk kepala sekolah dan tidak termasuk guru mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Jasmani yang berjumlah 57 orang guru yang tersebar pada 8 (delapan) SD di Kecamatan Tapa Kab. Bone Bolango. Dari hasil observasi awal, telah diketahui komposisi guru-guru tersebut yang meliputi usia, masa kerja dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 1.
3 Persentase (%) D-II S1 Gambar 1. Rentang usia Rentang masa kerja Tingkat Pendidikan Komposisi subjek penelitian meliputi usia, masa kerja dan tingkat pendidikan Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data deskriptif tentang pengetahuan guru dalam menggunakan KIT IPA di SD. Data ini diperoleh dengan menggunakan instrumen tes untuk mengukur tingkat pengetahuan guru tersebut. Menurut Arikunto (2005: 342), kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan kriteria, yaitu (1) tingkat pengetahuan (76 100%); (2) tingkat pengetahuan cukup (56 75%) dan tingkat pengetahuan kurang (< 56%).Data dianalisis dengan pendekatan induktif. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi 3 (tiga) cara yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. HASIL Instrumen tes pengetahuan dibagi menjadi 5 (lima) dimensi yaitu (1) fakta, (2) istilah, (3) konsep, (4) prosedur dan (5) prinsip. Fakta adalah asosiasi antara objek, peristiwa atau simbol yang ada atau mungkin ada di dalam lingkungan riil atau imajinasi. Konsep adalah sekelompok objek, peristiwa atau simbol yang memiliki karakteristik umum dan sama dan diidentifikasi dengan nama yang sama. Pengalaman indrawi dalam berhadapan dengan lingkungan sekitar dan kegiatan pikiran dalam mengolah informasi tentang lingkungan sekitar menghasilkan gagasan atau ide yang merupakan isi dari kegiatan mengetahui dan konsep merupakan salah satu bentuk gagasan. Prosedur adalah langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan, memecahkan masalah tertentu atau membuat sendiri. Sedangkan prinsip adalah hubungan sebab akibat antara konsep-konsep. Berikut ini akan dipaparkan hasil tes pengetahuan guru yang mencakup hal-hal tersebut di atas. Deskripsi Data Penelitian Hasil penelitian telah memaparkan tingkat pengetahuan guru pada masing-masing dimensi pengetahuan yaitu fakta, istilah, konsep, prosedur dan prinsip. Berikut ini akan dipaparkan hasil tes pengetahuan guru yang mencakup hal-hal tersebut di atas.
4 Jumlah guru (%) Nilai rta-rata , ,61 63,74 61, Fakta Istilah Konsep Prosedur Prinsip Dimensi Pengetahuan Gambar 2. Grafik tingkat pengetahuan guru tentang penggunaan KIT IPA ditinjau dari dimensi pengetahuan Jika dibandingkan antara kelima dimensi pengetahuan guru, yaitu fakta, istilah, konsep, prosedur dan prinsip maka akan dihasilkan Gambar 2 seperti di atas. Di antara kelima dimensi tersebut, dimensi istilah yang memiliki nilai rata-rata yang paling rendah yaitu 58.65, kemudian disusul oleh dimensi prinsip yaitu Dimensi prosedur memiliki nilai rata-rata dan hanya dimensi fakta dan konsep yang memiliki nilai di atas rata-rata (64.35) masing-masing yaitu dan Dari perolehan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa, pengetahuan guru tentang penggunaan KIT IPA yang termasuk pada kategori baik adalah dimensi konsep. Sedangkan berdasarkan kategori penilaian, empat dimensi pengetahuan yang lain, yaitu fakta, istilah, prosedur dan prinsip termasuk dalam kategori cukup. Hasil tes pengetahuan guru yang telah dijaring dengan instrumen secara keseluruhan diperoleh bahwa nilai rata-rata pengetahuan guru adalah Jika menurut kriteria yang dikemukakan oleh Arikunto (2005: 342), rata-rata pengetahuan guru tentang penggunaan KIT IPA adalah pada kategori cukup. Grafik pada Gambar 3 menunjukkan tingkat pengetahuan guru mengenai penggunaan KIT IPA. Sebanyak 10 orang guru atau % guru mempunyai pengetahuan yang kurang, 37 orang guru atau % guru memiliki pengetahuan yang cukup dan sisanya yaitu 10 orang atau % guru memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini dapat menunjukkan seberapa besar tingkat pengetahuan guru dalam menggunakan KIT IPA. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pengetahuan guru tentang penggunaan KIT IPA masih perlu ditingkatkan ,91 17,54 17,54 Baik Cukup Kurang Kriteria Penilaian Gambar 3. Grafik tingkat pengetahuan guru tentang penggunaan KIT IPA di SD se-kecamatan Tapa (Keterangan: baik %, cukup 56-75%, dan kurang < 56%)
5 Nilai rata-rata PEMBAHASAN Penggunaan KIT IPA dalam pembelajaran akan sangat membantu peserta didik karena mata pelajaran ini berhubungan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Dengan penggunaan KIT IPA dalam proses pembelajaran akan lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Karena lebih menekankan pada pemberian pengalaman belajar ataupun pembelajaran inkuiri yang melibatkan keterampilan proses IPA maka kehadiran KIT IPA dalam pembelajaran sangat penting. Namun, tidak cukup sampai di situ, pengetahuan guru tentang penggunaan KIT IPA adalah jauh penting. Guru-guru di SD se-kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango masih bertindak sebagai guru kelas atau belum bertindak sebagai guru mata pelajaran seperti halnya pada mata pelajaran agama dan pendidikan jasmani. Sebagaimana diketahui, guru kelas seharusnya memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang mata pelajaran atau materi apa saja yang akan diajarkan. Begitupun khususnya dengan mata pelajaran IPA. Guru kelas hendakknya mempunyai kompetensi dalam membelajarkan IPA diantaranya adalah kemampuan menggunakan KIT IPA sebagai alat peraga dalam membelajarkan IPA. Tidak hanya sampai di situ, guru-guru SD yang ada di Kecamatan Tapa sebagaian besar sudah berusia di atas 40 tahun dan memiliki masa kerja di atas 20 tahun. Idealnya, dengan umur dan masa kerja tersebut, guru-guru telah memiliki banyak pengalaman dalam dunia pendidikan seperti bagaimana proses pembelajaran yang baik dapat dilaksanakan. Kemungkinan yang terjadi di lapangan berkaitan dengan umur berkaitan erat dengan kesegaran ilmu yang diperoleh guru-guru tersebut. Khususnya untuk mata pelajaran IPA yang ilmunya terus berkembang, pengetahuan guruguru tersebut perlu disegarkan kembali, seperti dengan mengikutkan mereka pada kegiatan pelatihan. Hasil tes pengetahuan guru dalam menggunakan KIT IPA ini secara umum dapat memberi gambaran bagaimana pengetahuan guru itu sendiri khususnya pada mata pelajaran IPA. Tingkat pendidikan guru ternyata bisa membedakan tingkat pengetahuan guru tentang penggunaan KIT IPA. Jika ditinjau dari tingkat pendidikan guru, terdapat perbedaan rata-rata nilai yang diperoleh guru. Jumlah guru yang berpendidikan Diploma II (DII) yang berjumlah 33 orang dan guru yang berpendidikan Strata 1 (S1) berjumlah 24 orang. Dari hasil tes, ditunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh guru berpendidikan DII sedikit lebih rendah dibandingkan dengan guru berpendidikan S1 masing-masing dan (Gambar 4). Tetapi faktor tingkat pendidikan ini tidak sepenuhnya dapat dijadikan penyebab terdapatnya perbedaan pengetahuan guru tersebut. Sebagian guru memang sudah berpendidikan Strata 1 (S1) tetapi mereka memiliki latar ilmu yang berbeda-beda, tidak semata-mata pada jurusan IPA. Hal ini yang seharusnya diperhatikan sebagai guru kelas. Guruguru harusnya lebih banyak belajar sendiri, memperdalam ilmu pengetahuannya walaupun tidak melalui pendidikan formal tersebut ,83 65,11 64,00 62,55 Diploma II Strata 1 Tidak Pernah Pernah Tingkat Pendidikan Keikutsertaan dalam Pelatihan Penggunaann KIT IPA Gambar 4 Grafik rata-rata presentasi nilai yang diperoleh guru berdasarkan tingkat pendidikan dan keikutsertaan dalam pelatihan penggunaan KIT IPA.
6 Begitupun halnya dengan faktor keikutsertaan guru dalam pelatihan penggunaan KIT IPA. Dari 57 orang guru yang menjadi sampel dalam penelitian ini, ada 39 orang guru yang belum pernah mengikuti pelatihan tentang penggunaan KIT IPA (Gambar 4). Jika ditinjau dari fakta yang ada, hanya terdapat sedikit perbedaan nilai rata-rata antara guru yang belum pernah mengikuti pelatihan dan yang pernah mengikuti pelatihan, masing-masing yaitu dan Dalam hal tingkat pengalaman mengikuti pelatihan penggunaan KIT IPA, guru yang pernah mengikuti pelatihan KIT IPA berbeda tingkat pengetahuannya dengan guru yang tidak pernah mengikuti pelatihan. Begitu pun dengan guru yang senantiasa menggunakan KIT IPA dalam pembelajaran akan lebih baik pengetahuannya dibandingkan dengan guru yang membelajarkan IPA secara tradisional saja, seperti dengan menggunakan metode ceramah. Guru akan lebih tahu walaupun ia hanya mendapatkan pengetahuan dengan belajar sendiri. Karena pada dasarnya, KIT IPA dilengkapi dengan buku petunjuk penggunaan, yang dapat digunakan secara praktis. Jadi, seharusnya tidak ada alasan bagi guru untuk tidak mengetahui cara penggunaan KIT IPA. Sebagian kecil guru (31.58 %) telah mengikuti pelatihan penggunaan KIT IPA. Idealnya pelatihan tersebut dapat menambah pengetahuan guru. Pelatihan berkaitan erat dengan informasi terbaru. Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuannya. Tetapi kenyataan yang diperoleh dari lapangan ditunjukkan bahwa pelatihan yang telah mereka peroleh tidak terlalu membedakan tingkat pengetahuan tentang penggunaan KIT IPA jika dilihat dari tes yang diberikan (Gambar 4). Perbandingan nilai rata-rata antara guru yang belum pernah mengikuti pelatihan dan sudah pernah mengikuti pelatihan yaitu dan Hal ini dapat saja disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya karena kurang dimanfaatkannya KIT IPA sehingga pengetahuan yang mereka miliki tersebut kurang dapat teraplikasikan. Oleh karena itu, perlu penyegaran kembali bagi guru-guru tersebut dalam hal penggunaan KIT IPA. Penggunaan KIT IPA dalam telah dikembangkan berdasarkan proses pembelajaran tertentu. Ini berarti bahwa proses pembelajaranlah yang menentukan sarana pembelajaran dan bukan sebaliknya. Percobaan pada umumnya tidak mendominasi proses pembelajaran dan diselesaikan hanya dalam waktu 15 sampai 20 menit. Tetapi kenyataan di lapangan ditunjukkan bahwa salah satu alasan guru tidak menggunakan KIT IPA dalam pembelajaran karena menyita waktu. Tidak sesuai dengan petunjuk yang ada pada pedoman yang diberikan. Hal ini disebebkan karena kurangnya pengetahuan guru tentang penggunaan peralatan tersebut. Keberadaan buku pedoman penggunaan KIT IPA seharusnya dapat membantu guru-guru tersebut. Guru-guru yang belum pernah mengikuti pelatihan mengalami kesulitan saat akan menggunakan KIT IPA meskipun ada buku pedoman penggunaannya tersebut. Padahal buku pedoman yang ada itu sudah sangat jelas dan sangat rinci membahas prosedur kerja, konsep maupun metode pembelajaran yang akan digunakan. Berkaitan dengan ini, hal lain yang perlu dikaji adalah motivasi guru dalam menambah ilmu pengetahuan sendiri. Tetapi, walaupun sudah membaca buku pedoman tersebut, dalam penggunaan alat peraga tersebut diperlukan suatu latihan yaitu pengasahan keterampilan dalam merangkai, merancang dan menggunakan perlatan tersebut. Pengetahuan dengan membaca sangat kurang jika dibandingkan dengan pengalaman yang diperoleh dari latihan. Terlebih lagi, sebelum menggunakan peralatan tersebut, guru-guru harus mengetahui atau mengenal dengan baik spesifikasi ataupun kegunaannya. Pengetahuan tentang penggunaan KIT IPA dalam penelitian ini dibedakan menjadi lima dimensi yaitu dimensi fakta, dimensi istilah, dimensi konsep, dimensi prosedur dan dimensi prinsip. Kelima dimensi pengetahuan ini dapat saja diperoleh dengan membaca dan latihan. Pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dasar IPA akan mempermudah pemahaman tentang penggunaan peralatan tersebut. Tetapi, tidak hanya sampai disitu, kelima dimensi tersebut sangat berkaitan. Penggunaan KIT IPA secara baik menuntut adanya pengetahuan tentang prosedur secara baik pula. Prosedur yang baik dapat terlaksana jika guru mengetahui prinsip dan konsep IPA yang terkait. Begitupun dengan fakta. Fakta dapat menjadi dasar untuk melaksanakan suatu percobaan ataupun hasil dari suatu percobaan. Sedangkan istilah, berkaitan dengan semua dimensi tersebut. Dari hasil tes yang dilakukan dimensi prosedur memiliki skor yang paling rendah. Dimensi ini merupakan dimensi yang sangat menunjukkan tingkat penguasaan guru terhadap penggunaan KIT IPA. Hal ini dapat saja terjadi karena banyaknya percobaan yang dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan tersebut. Hal ini disebabkan karena suatu komponen peralatan KIT IPA dapat saja dipergunakan untuk beberapa percobaan dengan prosedur yang berbeda.
7 Disamping itu, jika dikaji lebih lanjut tingkat pengetahuan guru ini erat kaitannya dengan kinerja dan motivasi kerja guru. Guru yang berkinerja tentunya akan menunjukkan kinerja terbaiknya, begitupun dengan guru yang mempunyai motivasi kerja tinggi juga akan lebih berusaha untuk senantiasa menambah pengetahuannya sendiri. Pengetahuan guru yang masih rendah dapat disebabkan karena kurangnya motivasi belajar dan minat baca guru terhadap buku pedoman yang tersedia. Sedangkan pengetahuan guru tentang penggunaan KIT IPA dapat ditingkatkan dengan menggunakan fasilitas yang telah ada termasuk peralatan KIT IPA dan buku pedoman penggunaannya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan guru SD se-kecamatan Tapa tentang penggunaan KIT IPA pada (1) dimensi fakta berada pada kategori cukup, yaitu 71.93; (2) dimensi istilah berada pada kategori cukup, yaitu 58.65; (3) dimensi konsep berada pada kategori baik yaitu 76.61; (4) dimensi prosedur berada pada kategori cukup, yaitu dan dimensi prinsip berada pada kategori cukup, yaitu SARAN Sehubungan dengan kesimpulan yang disebutkan di atas, maka disarankan hal-hal sebagai berikut. 1. Pengetahuan guru-guru tentang penggunaan KIT IPA masih rendah. Hal ini dapat menjadi perhatian dimana pengetahun guru tersebut perlu ditingkatkan lagi antara lain dengan diadakannya pelatihan bagi guru-guru tersebut. 2. Peningkatan pengetahuan guru tentang penggunaan KIT IPA dapat dilakukan oleh guru yang bersangkutan dengan beberapa cara diantaranya dengan membaca buku pedoman yang ada, buku-buku yang berkaitan dengan konsep IPA terkait, dan juga dengan berlatih menggunakan KIT IPA yang ada dengan mengacu pada buku pedomaan penggunaan KIT IPA yang ada. Berkaitan dengan ini, hal lain yang perlu dikaji adalah motivasi guru dalam menambah ilmu pengetahuan sendiri. Sehingga dapat menjadi salah satu alternatif solusi dari masalah yang ada. 3. Untuk lebih dapat menjadikan guru lebih profesional di bidangnya, sebaiknya guru SD juga dijadikan sebagai guru mata pelajaran, terutama untuk kelas tinggi (kelas IV, V dan VI). Dengan demikian, guru akan lebih mudah meningkatkan pengetahuan di bidang yang akan dibelajarkannya.
8 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktik. Edisi 6. Jakarta: Rineka Cipta Bloom, Benyamin. et al Taxonomi of Educational The Classification of Educational Goals: Hand Book I, Cognitive Domayn. New York: Longman. Carin, Athur A and Robert B. Sund Teaching Science Teaching Discovery. Melbourne: Merril Publishing Company. Merril, M. David Component Display Theory: dalam Charles M. Reigeluth (ed). Instructional Design Theories and Models, An Overview of Their Curent Status. New Jerse: London Lawrence Erlbaum Associates Publishers Hillsdale. Miarso,Yusufhadi Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. Sudjana, Nana Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Tim SEQIP Buku IPA Guru, Kelas IV, V dan VI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Bagian Proyek Peningkatan Mutu Pelajaran IPA (SEQIP). Yamin, Martinis dan Maisah Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada Press. Yarmani dan Tono Sugihartono Peningkatan Kemampuan Keterampilan Guru Merancang LKS dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Pesawat Sederhana pada Pembelajaran IPA di Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian UNIB, Vol IX No. 3 Novembar 2003 hal ISSN X.
Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung
16 Rusmiati, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SEJARAH HINDU MENERAPKAN MODEL CTL PADA SISWA KELAS V SDN 1 PUNJUL KARANGREJO TULUNGAGUNG
Lebih terperinciSiska S. Adu Drs. Djotin Mokoginta, M.Pd. Irvin Novita Arifin,S.Pd., M.Pd. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI ALTERNATIF MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SDN NO.15 KECAMATAN KABUPATEN GORONTALO Siska S. Adu Drs. Djotin
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Gina Rosarina 1, Ali Sudin, Atep Sujana 3 123 Program
Lebih terperinciPenerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penyebab Benda Bergerak Di Kelas II SD No.
Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penyebab Benda Bergerak Di Kelas II SD No. 1 Polanto Jaya Fartati Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Perubahan yang sangat cepat dan dramatis pada abad ini merupakan fakta dalam kehidupan
Lebih terperinciNuriati. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK
Peningkatan Pemahaman Konsep Struktur Bunga Dan Fungsinya Menggunakan Pendekatan Konstektualn di Kelas IV SDN 2 Baho Makmur Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali Nuriati Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN 14 BONEGUNU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TGT
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENINGKATAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN 14 BONEGUNU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TGT Farida
Lebih terperinciSkripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seperti kita ketahui bahwa sekolah merupakan tempat atau wadah untuk menimba dan menuntut ilmu. Sekolah sebagai sumber pendidikan yang keberhasilannya ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK Yogia Friska Mulyani 1, Henry Praherdhiono 2, Yerry Soepriyanto 3 Jurusan Teknologi Pendidikan FIP UM 1,2,3 E-mail: yogia1993@gmail.com
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com
Lebih terperinci50 Media Bina Ilmiah ISSN No
50 Media Bina Ilmiah ISS o. 1978-3787 PEERAPA PEDEKATA KETERAMPILA PROSES UTUK MEIGKATKA MOTIVASI BELAJAR DA KETERCAPAIA KKM IPA SISWA KELAS II SD 40 CAKRAEGARA Oleh: Ida Ayu Rintis Guru SD egeri 40 Cakranegara
Lebih terperinciElvinawati Prodi Pendidikan Kimia, JPMIPA FKIP UNIB lvna Abstrak
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN KIMIA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMAN 1 KETAHUN BENGKULU UTARA Elvinawati Prodi Pendidikan Kimia, JPMIPA
Lebih terperinciPENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN. Bambang Turjayus
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI Oskar Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciIMPROVING FIFTH GRADER STUDENT S SCIENCE LEARNING ACTIVITY USING MIND MAPPING
Meningkatkan Aktivitas Belajar... (Wildan Amirudin) 2.547 MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V IMPROVING FIFTH GRADER STUDENT S SCIENCE LEARNING
Lebih terperinciMeningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan
Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Arif Abdul Karim Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar IPA Khususnya Materi Energi dan Perubahannya Melalui Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas V SDN Inpres Matamaling
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Khususnya Materi Energi dan Perubahannya Melalui Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas V SDN Inpres Matamaling Sri Winarti Durandt, Irwan Said, dan Ratman Mahasiswa Program
Lebih terperinciAprillya Mondhita Sari* Drs. Purbo Suwasono, M.Si** Dr. Parno, M.Si***
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT BERBASIS DISCOVERY LEARNIG UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X-1 MA AL-MAARIF SINGOSARI Aprillya Mondhita Sari*
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian tindakan
Lebih terperinciMENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 9 Banjarbaru Tahun Pelajaran 2010/2011)
Lebih terperinciFitri Agustina Lubis. Abstact. Kata Kunci : Model Pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), Aktivitas, Sistem Pencernaan Pada Manusia.
EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERTIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMP NEGERI 1 SIBABANGUN TAHUN PELAJARAN 2010-2011 Fitri Agustina
Lebih terperinciGAMBARAN PENGELOLAAN KELAS OLEH GURU PAUD SE-KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU
GAMBARAN PENGELOLAAN KELAS OLEH GURU PAUD SE-KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Prodi PG PAUD FKIP Universitas Riau email: sutantipaud@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan
Lebih terperinciLAYANAN BIMBINGAN BELAJAR MELALUI PEMANFAATAN KELOMPOK BELAJAR. Sri Lestari SMK Negeri 2 Karanganyar Jawa Tengah
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, Januari 2015 ISSN 2442-9775 LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR MELALUI PEMANFAATAN KELOMPOK BELAJAR Sri Lestari SMK Negeri 2 Karanganyar Jawa Tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian
Lebih terperinciOleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung
22 Sulistyowati, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika... PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS V SDN 02 KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh: Dwiyani Hegarwati Guru SMAN 6 Cirebon
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN JURNAL
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GERAK BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS III SDN 12 BOTUMOITO KECAMATAN BOTUMOITO KABUPATEN BOALEMO rahma@gmail.com Lukman
Lebih terperinciAmelia Atika 1,Kamaruzzaman 2
SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial ISSN 2407-5299 HUBUNGAN KETERAMPILAN KOGNITIF DENGAN KEMAMPUAN MEWUJUDKAN GAGASAN PADA MAHASISWA SEMESTER PENDEK PROGRAM STUDI BK STKIP-PGRI PONTIANAK TAHUN 2011/2012
Lebih terperinciPENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi, Desember 203 PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA Nuri Annisa Prodi Pendidikan Guru Sekolah
Lebih terperinciPenerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli
Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli Andi Rahmi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan
Lebih terperinci2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang kemajuan dari suatu bangsa karena bangsa yang maju dapat dilihat dari pendidikannya yang maju pula
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan hasil dari aktivitas para ilmuan. Produk sains dapat dicapai dengan pembelajaran yang fokus pada
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Siklus Belajar Dengan Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 9 Ampana
Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Siklus Belajar Dengan Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 9 Ampana Karmila Langanawa, Amran Rede, Ratman Mahasiswa Program Guru
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2011 ISBN : Surabaya, 19 Pebruari 2011
EFEKTIVITS PENERAPAN PENILAIAN PROYEK (PROJECT BASED ASSESSMENT) PADA PEMBEBELAJARAN KIMIA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KETUNTASAN BELAJAR KIMIA SISWA SMA DI SLEMAN Antuni Wiyarsi & Erfan Priyambodo
Lebih terperinciPENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG BENDA-BENDA LANGIT. Sri Utami Ningtiyanti
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 5, No. 3, Juli 2015 ISSN 0854-2172 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG BENDA-BENDA LANGIT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan menerapkan model pembelajaran yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran di kelas, seorang guru memerlukan kreativitas untuk menumbuhkembangkan daya imajinasi dan berpikir bagi peserta didiknya. Oleh karena itu, diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Untuk mengimbangi kemajuan bangsa yang semakin pesat, pendidikan harus berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG Farraz Putri Febriani, Suminah PP3 Jalan Ir. Soekarno No. 1 Blitar
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 1, no 3 November 2016 PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Abdul Wakhid
Lebih terperinciUpaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu Opi Pradita, Mestawaty, As, dan Sarjan N. Husain Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki sumber daya yang cerdas dan terampil, yang hanya akan terwujud jika setiap anak bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pembelajaran matematika menggunakan strategi pembelajaran Inquiry
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian tindakan kelas, bahwa proses pembelajaran matematika menggunakan strategi pembelajaran Inquiry terbimbing
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan
Lebih terperinciBambang Supriyanto 36
PENERAPAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI B MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KELILING DAN LUAS LINGKARAN DI SDN TANGGUL WETAN 02 KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER
Lebih terperinciFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SIL. STRATEGI PEMBELAJARAN
SIL/PMT312/12 Revisi : 03 8 Maret 2012 Page 1 of 5 SILABI MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran Manajemen Kode Mata Kuliah : PMT312PEM 214 SKS : 3 SKS, Teori 2, Praktik 1 Dosen : Dr. Ch.
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS VIIIC SMP MUHAMMADIYAH 1 MINGGIR Dian Safitri Universitas
Lebih terperinciPENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Jurnal Pengajaran MIPA, FPMIPA UPI. Volume 12, No. 2, Desember 2008. ISSN:1412-0917 PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika
Lebih terperinciSUPERVISI DAN PEMBIMBINGAN BAGI GURU SMK NEGERI 1 IDI DALAM MENYUSUN BUTIR TES
294 SUPERVISI DAN PEMBIMBINGAN BAGI GURU SMK NEGERI 1 IDI DALAM MENYUSUN BUTIR TES Fithri Angelia Permana Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Serambi Mekkah email: fith.angelia@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemampuan berpikir siswa pada usia SMP cenderung masih berada pada tahapan kongkrit. Hal ini diungkapkan berdasarkan hasil pengamatan dalam pembelajaran IPA yang
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR Yeti Sumiyati 1, Atep Sujana 2, Dadan Djuanda 3 1,2,3 Program
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6
ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL
PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL Husnah Guru SDN 001 Pasar Inuman Kecamatan Inuman husnah683@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mempelajari fakta dan informasi saja, namun juga harus mempelajari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan saat ini peserta didik bukan hanya dituntut untuk mempelajari fakta dan informasi saja, namun juga harus mempelajari bagaimana cara belajar.
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI PAILKEM METODE GALLERY WALK
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI PAILKEM METODE GALLERY WALK Diani Riska Sari PGSD, FIP, Universitas Negeri Surabaya (diani_hf@yahoo.co.id) Mintohari
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG 1 ARTIKEL Oleh NANDA ERIKA NIM : 2009/51064 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciMetode Praktikum Untuk Melatih Kemampuan Psikomotorik Siswa Pada Materi Tekanan Dan Getaran Di Kelas Viii Smp N 1 Kayuagung. Murniati, Eka Noviyanti
Metode Praktikum Untuk Melatih Kemampuan Psikomotorik Siswa Pada Materi Tekanan Dan Getaran Di Kelas Viii Smp N 1 Kayuagung Abstrak Murniati, Eka Noviyanti Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Kemampuan IPA peserta didik Indonesia dapat dilihat secara Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SATAP LIUKANG KALMAS KABUPATEN PANGKEP
JPF Volume I Nomor 3 ISSN: 30-8939 197 PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SATAP LIUKANG KALMAS KABUPATEN PANGKEP Amirullah 1) Bunga Dara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam proses pembangunan bangsa dan negara, karena aktifitas pendidikan berkaitan langsung dengan pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. Tujuan utama sains termasuk fisika umumnya dianggap
Lebih terperinciSuharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan
Lebih terperinciekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELANGKAAN DIKELAS X SMA NEGERI 2 BIREUEN Noventi, Nurul Mahasiswa Pendidikan Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan secara formal. Di sekolah anak-anak mendapatkan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk masa depannya.
Lebih terperinciOleh: ENTIN SUPRIHATIN Guru Sekolah Dasar Heuleut. Kata Kunci: Hasil Belajar, pendekatan contextual teaching and learning
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS IV SDN HEULEUT TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: ENTIN SUPRIHATIN
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO ABSTRAK
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO 1 Barokah Widuroyekti 2 Pramonoadi Penanggung Jawab Wilayah PW Bojonegoro
Lebih terperinciPeningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 10 Karamat Melalui Media Gambar Pada Pembelajaran IPA Materi Tentang Alat-Alat Indera
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 10 Karamat Melalui Media Gambar Pada Pembelajaran IPA Materi Tentang Alat-Alat Indera Ardi Dj. Adjirante, Mestawaty As. A., dan Muchlis Djirimu Mahasiswa Program
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN Andy Sapta Program Pendidikan Matematika, Universitas Asahan e-mail : khayla2000@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini banyak perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, ekonomi maupun teknologi, sehingga dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali
Lebih terperinciPenerapan Pembelajaran Pola SEQIP Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPA di SDN Masimbu
Penerapan Pembelajaran Pola SEQIP Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPA di SDN Masimbu Eka Wahyuni, Muslimin, dan Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas
Lebih terperinciOleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek
Mulyani, Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan... 45 PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 5, Oktober 2016 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI SD Negeri Kedungpatangewu, Kecamatan Kedungwuni,
Lebih terperinciUpaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciNovia Wijayanti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs DARUL FIKRI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Novia Wijayanti Program
Lebih terperinciARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR NEGERI KALIGENTONG 01 TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis dan terus menerus terhadap suatu gejala alam sehingga menghasilkan produk tertentu.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA PADA MATERI LAJU REAKSI BERDASARKAN MODEL PEMBELAJARAN Discovery-Problem Base Learning
JRPK Vol. 3 No. 1 Juni 2013 U. Cahyana. PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA PADA MATERI LAJU REAKSI BERDASARKAN MODEL PEMBELAJARAN Discovery-Problem Base Learning Ucu Cahyana Jurusan Pendidikan Kimia.
Lebih terperinciJurnal Biologi & Pembelajarannya, Vol.4, No.2, Oktober 2017, pp e-issn:
Jurnal Biologi & Pembelajarannya, Vol.4, No.2, Oktober 2017, pp. 17-23 e-issn: 2406 8659 17 Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswadengan Metode PembelajaranKooperatifTipe Jigsaw pada Materi
Lebih terperinciUpaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Intensif Melalui Metode Latihan Terbimbing Di Kelas IV SDN Inpres Bentean Kabupaten Banggai Kepulauan
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 2 No. 3 ISSN 2354-614X Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Intensif Melalui Metode Latihan Terbimbing Di Kelas IV SDN Inpres Bentean Kabupaten Banggai Kepulauan
Lebih terperinciPemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Sebagai Sumber Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SDN 10 Gadung
Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Sebagai Sumber Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SDN 10 Gadung Muzria M. Lamasai, Mestawaty As. A., dan Ritman Ishak Puadi Mahasiswa Program
Lebih terperinciPenelitian dan Kajian Konseptual Mengenai Pembelajaran Sains Berbasis Kemandirian Bangsa
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR SAINS TENTANG PERUBAHAN KENAMPAKAN PADA BUMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIP TIPE
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SAINS TENTANG PERUBAHAN KENAMPAKAN PADA BUMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIP TIPE PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 153/V PURWODADI SKRIPSI OLEH AHMAD YANI
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS PERKULIAHAN PENDIDIKAN MATEMATIKA II MELALUI STRATEGI MODELING THE WAY
Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 27 Nomor 1 Tahun 21 PENINGKATAN KUALITAS PERKULIAHAN PENDIDIKAN MATEMATIKA II MELALUI STRATEGI MODELING THE WAY Noening Andrijati PGSD FIP UNNES, andrijt@gmail.com Abstrak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen (Carin dan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Anak Usia Dini.
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK MELALUI BERCERITA DENGAN BONEKA TANGAN PADA ANAK KELOMPOK A DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH CABANG KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh siswa di sekolah. Menurut Komala (2008:96), ternyata banyak siswa menyatakan bahwa pembelajaran
Lebih terperinciNaskah Publikasi PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DEMAKIJO
Naskah Publikasi PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DEMAKIJO Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Hasil Belajar 2.1.1.1 Definisi Hasil Belajar Secara umum hasil adalah segala sesuatu yang diperoleh setelah melakukan suatu
Lebih terperinci