BAB II KAJIAN PUSTAKA. posisi yang menguntungkan dan dapat dipertahankan terhadap kekuatan-kekuatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. posisi yang menguntungkan dan dapat dipertahankan terhadap kekuatan-kekuatan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Strategi bersaing Strategi Bersaing adalah pencarian akan posisi bersaing yang menguntungkan di dalam suatu industri. Strategi bersaing bertujuan menegakkan posisi yang menguntungkan dan dapat dipertahankan terhadap kekuatan-kekuatan yang menentukan persaingan industri bidang produksi maupun jasa. Dua hal yang mendasari strategi bersaing adalah daya tarik industri untuk mendapatkan kemampulabaan jangka panjang dan posisi bersaing relatif didalam industri apapun entah itu dalam negeri maupun luar negeri. Lima kekuatan bersaing yang mempengaruhi persaingan industri antara lain : masuknya pesaing baru, ancaman dari produk pengganti (substitusi), kekuatan tawar-menawar pembeli, kekuatan tawar-menawar pemasok dan persaingan diantara pesaing-pesaing yang ada Keunggulan bersaing Menurut Porter (1994:3) menyatakan bahwa keunggulan bersaing pada dasarnya berkembang dari nilai yang mampu diciptakan oleh sebuah perusahaan untuk pembelinya yang melebihi biaya perusahaan dalam menciptakannya. Nilai adalah apa yang pembeli bersedia bayar, dan nilai yang unggul berasal dari tawaran harga yang lebih rendah daripada pesaing untuk manfaat yang sepadan atau memberikan manfaat unik yang lebih daripada sekedar mengimbangi harga yang lebih tinggi. Konsumen pada umumnya memilih produk dan jasa yang 10

2 memberikan mereka nilai yang terbesar. Jadi, perusahaan harus memperhatikan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk mereka. Menurut Porter (1994:11) ada dua jenis dasar keunggulan bersaing : Keunggulan Biaya (Cost Leadership) dan Diferensiasi (Differentiation). Perusahaan dapat menggunakan strategi cost leadership dan differentiation yang dipilih untuk memperoleh keunggulan bersaing. Kedua jenis dasar keunggulan bersaing yang digabungkan dengan cakupan aktivitas yang berusaha dicapai oleh perusahaan akan menghasilkan tiga strategi generik untuk mencapai kinerja diatas rata-rata dalam suatu industri. Tiga strategi generik itu adalah : 1. Keunggulan Biaya Perusahaan dengan keunggulan biaya akan mendapatkan laba diatas rata-rata dalam industrinya meskipun ada kekuatan persaingan yang besar. Oleh karena itu perusahaan berusaha menjadi produsen dengan biaya paling rendah dalam lingkungan industrinya. 2. Diferensiasi Menurut Porter (1994:14) dalam strategi diferensiasi, fokus utama perusahaan adalah menciptakan suatu produk yang unik bagi konsumen atau memiliki atribut yang berbeda secara signifikan dengan produk pesaing dan atribut tersebut penting dan bernilai bagi konsumen. Keunikan produk dapat dicapai dengan berbagai cara, antara lain superior customer service, brand royalty, atau technology. Perusahaan dihargai dengan harga premi (premium price) karena keunikannya. Perusahaan yang dapat mencapai dan mempertahankan diferensiasi akan menjadi perusahaan berkinerja diatas 11

3 rata-rata dalam industrinya seandainya premi harganya melebihi biaya ekstra yang diperlukan untuk menjadi unik 3. Fokus Menurut Porter (1994:15) strategi fokus menekankan pilihan akan cakupan bersaing yang sempit dalam suatu industri. Strategi fokus memilih suatu segmen atau kelompok segmen dalam industri bersangkutan dan menyesuaikan strateginya untuk melayani mereka. Dengan mengoptimumkan strateginya untuk segmen sasaran, strategi fokus berusaha untuk mencapai keunggulan bersaing didalam segmen sasaran walaupun tidak memiliki keunggulan bersaing secara menyeluruh. Strategi fokus memiliki dua varian. Dalam fokus biaya perusahaan mengusahakan keunggulan biaya dalam segmen sasarannya, sementara dalam fokus diferensiasi perusahaan mengusahakan diferensiasi dalam segmen sasarannya. Kedua varian strategi fokus terletak pada perbedaan antara segmen sasaran strategi fokus dan segmen-segmen lain dalam industri. Segmen sasaran harus memiliki pembeli dengan kebutuhan yang luar biasa karena kalau tidak produksi dan sistem penyerahan yang melayani paling baik segmen sasaran tersebut harus berbeda dengan produksi dan sistem penyerahan segmen industri lain. Fokus biaya memanfaatkan perbedaan dalam perilaku biaya dalam beberapa segmen, sementara fokus diferensiasi menggali kebutuhan khusus pembeli dalam segmen tertetu. Dengan demikian strategi fokus dapat mencapai keunggulan bersaing dengan mendedikasikan diri pada segmen tersebut secara ekslusif. 12

4 2.1.3 Keunggulan biaya (cost leadership) Menurut Porter (1994:12) keunggulan biaya barangkali merupakan strategi generik yang paling jelas dari ketiga strategi generik. Strategi ini menekankan pada pembuatan produk dengan biaya per unit yang rendah untuk konsumen yang sangat memperhatikan harga. Perusahaan berusaha menjadi produsen dengan biaya paling rendah dalam lingkungan industrinya meskipum mutu, pelayanan dan bidang-bidang lainnya tidak dapat diabaikan. Perusahaan memiliki cakupan yang luas dan melayani banyak segmen industri. Sebuah perusahaan memiliki keunggulan biaya apabila biaya kumulatifnya dalam melakukan semua aktivitas nilai lebih rendah daripada biaya pesaingnya. Perusahaan yang dapat mencapai dan mempertahankan keseluruhan keunggulan biaya, maka perusahaan akan menjadi perusahaan dengan kinerja diatas rata-rata dalam industrinya asalkan perusahaan tersebut dapat mengatur agar harganya setingkat atau mendekati harga rata-rata dalam industri. Posisi biaya perusahaan berasal dari aktivitas nilai yang dilakukan perusahaan yang bersaing dalam suatu industri. Penentu biaya bergantung pada sejumlah faktor struktural yang mempengaruhi biaya yang disebut dengan pemicu biaya (cost driver). Menurut Porter (1994:67) pemicu biaya utama yang menentukan perilaku biaya aktivitas nilai : ekonomi dan skala, pembelanjaan, pola pendayagunaan kapasitas, keterkaitan antar hubungan, pemanduan, penetapan waktu, kebijakan yang sifatnya diskrit, lokasi dan beberapa faktor kelembagaan. Ada dua cara utama bagi perusahaan untuk mencapai keunggulan biaya : 13

5 1. Mengendalikan Penentu Biaya Perusahaan dapat mencapai keunggulan dalam kaitannya dengan penentu biaya aktivitas nilai yang mewakili proporsi signifikan dari biaya total. 2. Mengkonfigurasi Ulang Value Chain Perusahaan dapat melakukan cara berbeda dan lebih efisien untuk mendesain, memproduksi mendistribusi atau memasarkan produk Strategic cost reduction Suatu perusahaan dapat mencapai strategi keunggulan biaya dengan melakukan pengurangan biaya agar produsen dapat menjadi produsen dengan biaya yang rendah (low cost). Mulyadi (1998:407) Strategic cost reduction adalah pengurangan biaya dalam jumlah signifikan dan berjangka panjang sehingga perusahaan akan dapat menempatkan diri pada posisi kompetitif di lingkungan bisnis global. Untuk dapat tetap unggul dalam persaingan, perusahaan harus dapat mencapai biaya rendah dalam menciptakan nilai bagi pembeli. Manajemen aktivitas merupakan salah satu kunci untuk mencapai pengurangan biaya. Menurut Mulyadi (1998 : 260) menyatakan bahwa pengelolaan aktivitas dilaksanaan melalui empat langkah yaitu: 1. Activity Elimination Cara ini mempunyai fokus pada non value added activities. Jika ditemui suatu aktivitas yang tidak menambah nilai bagi pembeli, perusahaan harus menghilangkan aktivitas tersebut. 14

6 2. Activity Selection Seleksi aktivitas melibatkan pemilihan diantara seperangkat aktivitas yang berbeda yang disebabkan oleh strategi bersaing. Strategi yang berbeda mengakibatkan aktivitas yang berbeda. Strategi yang dipilih adalah strategi yang berbiaya rendah. Jadi seleksi aktivitas dapat mempunyai pengaruh yang signifikan pada pengurangan biaya. 3. Activity Reduction Yaitu pengurangan waktu dan sumber daya yang dibutuhkan pada aktivitas. Ini adalah jalan untuk mengurangi biaya, seharusnya diutamakan untuk tujuan peningkatan efisiensi kebutuhan aktivitas atau strategi jangka pendek untuk memperbaiki non value added activity sampai pada akhirnya aktivitas tersebut dapat dihilangkan. 4. Activity Sharing Pembagian aktivitas dilakukan dengan cara menggunakan skala ekonomi yaitu dengan meningkatkan aktivitas ke tingkat skala ekonomi. Dengan menaikkan aktivitas sampai ke tingkat skala ekonomi, tanpa disertai dengan kenaikkan total biaya aktivitas itu sendiri, pengurangan biaya per satuan akan diperoleh. Dengan menurunnya biaya satuan aktivitas, biaya akan dirunut ke produk akan menurun. Cost reduction dapat dilakukan pada enam bidang, antara lain : 1. Biaya tenaga kerja. Diperusahaan-perusahaan yang padat karya, biaya tenaga kerja dapat lebih dari 50% dari pendapatan. Kelebihan tenaga kerja, terutama dalam departemen pelayanan dan staf, adalah salah satu penyebab utama dari biaya yang berlebihan. 15

7 2. Biaya pabrikan. Ini adalah biaya aktual yang dikeluarkan dalam pembuatan produk. Biaya ini mencerminkan biaya tenaga kerja, bahan dan operasi tetapi yang terpenting adalah cara bagaimana produk tersebut dirancang. 3. Biaya penjualan. Biaya ini sebagian besar digunakan untuk biaya tenaga penjualan yang dicakup di bawah biaya tenaga kerja. Tetapi angka tersebut juga mencakup periklanan, promosi, hubungan kemasyarakatan, pengemasan, dan bahan-bahan tampilan. 4. Biaya pengembangan. Ini adalah biaya mengembangkan produk, pasar, proses dan bahan baru dan biaya perolehan bisnis baru. 5. Biaya bahan dan sediaan. Biaya pembelian bahan dan komponen dan biaya untuk mempertahankan tingkat sediaan yang optimal. 6. Biaya operasi. Semua biaya lain yang dikeluarkan dalam operasi bisnis. Biaya ini mencakup ruang, komputer, perlengkapan dan peralatan pabrik, sistem administrasi dan semua pelayanan yang diperlukan untuk menjalankan organisasi Activity resource usage model (ARUM) Aktivitas bernilai tambah (value added activity) adalah akivitas yang dapat menambah nilai bagi pembeli atau kebutuhan perusahaan. Biaya yang ditimbulkan aktivitas ini disebut dengan biaya bernilai tambah (value added cost). Aktivitas tak bernilai tambah (non value added activity) adalah aktivitas yang benar-benar tidak menambah nilai bagi pembeli atau kebutuhan bagi perusahaan dan dapat menurunkan kinerja perusahaan. Biaya yang ditimbulkan dari aktivitas ini disebut dengan biaya tak bernilai tambah (non value added cost). Namun, tidak semua 16

8 non value added cost dapat direduksi. Menurut Hansen and Mowen (2000:491) untuk mengetahui aktivitas tak bernilai tambah mana yang boleh direduksi dan tidak boleh direduksi digunakan Activity Resource Usage Model (ARUM) atau sering juga disebut dengan Model Penggunaan Sumber Daya Kegiatan (lihat gambar 2.1). Tabel 2.1 Model Penggunaan Sumber Daya Kegiatan Kategori Sumber Daya Hubungan Penawaran dan Permintaan Diperoleh saat Penawaran + Permintaan kebutuhan a. Permintaan berubah b. Permintaan konstan Diperoleh di muka Penawaran Permintaan = kapasitas (jangka pendek) yang digunakan a. Permintaan meningkat < kapasitas yang digunakan b. Permintaan meningkat > Kapasitas yang digunakan c. Permintaan menurun (permanen) 1. Kapasitas kegiatan dikurangi 2. Kapasitas kegiatan tidak berubah Diperoleh di muka Pasokan Permintaan = kapasitas (kapasitas multi yang tidak digunakan periode) a. Permintaan meningkat < kapasitas yang tidak digunakan b. Permintaan menurun (permanen) c. Permintaan meningkat > kapasitas yang tidak digunakan Sumber : Hansen and Mowen,2000 Relevansi a. Relevan b. Tidak Relevan a. Tidak relevan b. Relevan 1. Relevan 2. Tidak relevan a. Relevan b. Tidak relevan c. Keputusan modal Model penggunaan sumber daya kegiatan memiliki tiga kategori sumber daya : 1. Sumber Daya yang Diperoleh saat Digunakan dan Dibutuhkan Penggunaan sumber daya yang digunakan merupakan biaya untuk memperoleh kapasitas kegiatan. Apa yang dibayarkan untuk pemasokan suatu 17

9 kegiatan adalah biaya kegiatan. Untuk sumber daya yang diperoleh seperti yang digunakan dan diperlukan, sumber daya kegiatan yang dibutuhkan (digunakan) sama dengan sumber daya yang disediakan. Jadi, untuk kategori sumber daya ini, bila kebutuhan untuk suatu perubahan kegiatan di antara berbagai alternatif, maka penggunaan sumber daya akan berubah dan biaya dari kegiatan yang relevan untuk keputusan. Misalnya, listrik yang dipasok secara internal menggunakan bahan bakar untuk generator. Bahan bakar merupakan sumber daya yang diperoleh seperti yang digunakan dan diperlukan. 2. Sumber Daya yang Diperoleh di Muka (Periode Tunggal atau Jangka Pendek) Sumber daya yang diperoleh sebelum penggunaan dengan kontrak implisit biasanya diperoleh dalam jumlah besar sekaligus (lumpy). Kategori ini sering organisasi mewakili penggunaan sumber daya yang dikaitkan dengan karyawan yang digaji dan dibayar per jam. Pengertian implisitnya adalah bahwa organisasi akan mempertahankan tingkat pemberian pekerjaan meskipun mungkin ada masa tidak beroperasi sementara dalam jumlah dari kegiatan yang digunakan. Hal ini berarti bahwa suatu kegiatan mungkin memiliki kapasitas yang tidak digunakan. Namun, jika suatu perubahan dalam permintaan terhadap kegiatan mengakibatkan perubahan dalam penawaran sumber daya, maka biaya kegiatan akan berubah dan relevan terhadap keputusan. Perubahan dalam penawaran sumber daya berarti perubahan dalam pengeluaran sumber daya dan sebagai konsekuensinya perubahan pada biaya kegiatan. 18

10 3. Sumber Daya yang Diperoleh di Muka (Kapasitas Pelayanan Multiperiode atau jangka panjang) Kadang-kadang sumber daya diperoleh di muka untuk multiperiode (multiple period) sebelum kebutuhan sumber daya diketahui. Menyewa atau membeli gedung merupakan contoh. Membeli kapasitas kegiatan multimasa sering dilakukan dengan membayar tunai di muka. Dalam hal ini, biaya tahunan mungkin dikenal tetapi tidak diperlukan pengeluaran sumber daya tambahan. Pengeluaran sumber daya di muka sekali merupakan biaya terbenam (sunk cost), jadi tidak pernah relevan. Pengeluaran sumber daya secara berkala, seperti menyewa, pada dasarnya tidak tergantung pada penggunaan sumber daya. Bahkan bila suatu pengurangan secara permanen dari penggunaan sumber daya diketahui, sulit untuk mengurangi pengeluaran sumber daya karena komitmen kontrak yang resmi Pengertian value chain Menurut Porter (1994:36) yang dimaksudkan dengan konsep value chain setiap perusahaan atau sering juga disebut dengan rantai nilai merupakan kumpulan aktivitas yang dilakukan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan dan mendukung produknya. Semua aktivitas-aktivitas tersebut dapat digambarkan dengan menggunakan value chain. Jadi, value chain merupakan kumpulan dari semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan mulai dari membeli bahan baku, mendesain, membuat produk, memasarkan hingga produk tersebut sampai ke tangan konsumen termasuk pelayanan purna jualnya sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas-aktivitas tersebut menambah nilai dari suatu 19

11 produk atau jasa dan juga dapat menjadi sumber keunggulan bersaing yaitu dengan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut lebih baik daripada pesaingnya. Berdasarkan konsep value chain tersebut, biaya sebuah produk dihitung berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan sepanjang jalur value chain yang dikonsumsi oleh produk tersebut. Dengan mengukur biaya melalui value chain maka seluruh aktivitas perusahaan mulai dari pemasok hingga produk sampai di tangan konsumen menjadi terintegrasi sehingga dengan mudah dapat dilihat, pada aktivitas barang mana yang merupakan non value added activities sehingga perlu dihilangkan/direduksi karena hal tersebut hanya membebani perusahaan tetapi tidak menambah nilai. Value chain memperlihatkan nilai total yaitu harga jual produk yang terdiri atas biaya yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas nilai dan margin. Definisi aktivitas nilai menurut Porter (1994 : 38) adalah aktivitas yang terpisah secara fisik dan teknologis yang diselenggarakan oleh perusahaan. Aktivitas nilai ini adalah balok-balok pembangun yang digunakan oleh perusahaan untuk menciptakan produk yang berharga/bernilai bagi para pembelinya. Perusahaan menciptakan nilai tambah untuk konsumen dengan melakukan aktivitas-aktivitas nilai lebih baik dari pesaingnya. Nilai tambah yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut merupakan harga yang akan dibayar oleh konsumen. Jika harga yang dibayar lebih tinggi daripada total biaya yang dikeluarkan oleh seluruh aktivitas maka perusahaan akan menghasilkan keuntungan atau semakin tinggi perbedaan antara harga biaya maka akan semakin tinggi yang didapat. Margin di peroleh dari pengurangan harga jual produk dengan biaya yang dikeluarkan badan usaha untuk melakukan aktivitas-aktivitas 20

12 nilai dalam menghasilkan suatu produk. Value chain penyalur dan pemasok juga mencakup margin yang penting untuk dipisahkan dalam memahami sumber posisi biaya suatu perusahaan, karena margin pemasok dan penyalur adalah bagian dari total yang ditanggung oleh pembeli. Titik tolak untuk melaksanakan analisis biaya adalah dengan menetapkan value chain perusahaan dan mengalokasikan biaya operasional dan aktiva tetap pada aktivitas nilai. Perlunya pengalokasian aktiva tetap pada aktivitas nilai ini karena jumlah aktiva tetap yang digunakan untuk melakukan aktivitas nilai dan efisiensi pendayagunaannya mempunyai pengaruh terhadap besarnya biaya yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas nilai. Badan usaha dapat juga mengurangi biayanya dengan mengurangi penggunaan aktiva tetap yang terlampau besar menyerap biaya tetapi tidak memberikan nilai tambah bagi produk Aktivitas-aktivitas dalam value chain Menurut Porter (1994 :39) value chain memilah-milah perusahaan ke dalam sembilan aktivitas yang secara strategis relevan guna memahami perilaku biaya. aktivitas nilai dibagi menjadi dua jenis, yaitu: aktivitas primer yang artinya aktivitas yang terlibat secara langsung dalam penciptaan produk secara fisik, penjualan dan penyampaian pada pembeli termasuk purna jualnya Aktivitas pendukung yang artinya aktivitas pendukung aktivitas primer dalam melakukan operasinya agar berjalan lebih baik. 21

13 Gambar 2.1 Aktivitas-aktivitas dalam suatu Value Chain Logistik ke Dalam Infrastruktur Perusahaan Manajemen Sumber Daya Manusia Pengembangan Teknologi Pembelian Operasi Sumber : Porter,1994 Logistik ke Luar Pemasaran dan Penjualan Pelayanan Sembilan aktivitas-aktivitas dalam value chain tersebut adalah : Aktivitas Primer 1. Logistik ke Dalam Aktivitas ini berhubungan dengan penerimaan, penyimpanan bahan baku untuk digunakan dalam proses produksi, seperti penanganan bahan, pergudangan, pegendalian persediaan, penjadualan kendaraan dan pengembalian barang kepada pemasok. 2. Operasi Aktivitas yang berhubungan dengan pengubahan bahan baku menjadi bentuk barang jadi, seperti permesinan, pengemasan, perakitan, pemeliharaan peralatan, pengujian, pencetakan dan pengoperasian fasilitas. 3. Logistik ke Luar Aktivitas yang berhubungan dengan pengumpulan, penyimpanan dan pendistribusian barang jadi kepada pembeli, seperti penggudangan barang jadi, penanganan bahan, operasi kendaraan pengirim, pemrosesan pesanan dan penjadualan. 22

14 4. Pemasaran dan Penjualan Aktivitas yang berhubungan dengan pemberian sarana yang dapat digunakan oleh pembeli untuk membeli produk dan aktivitas yang mempengaruhi agar pembeli mau membeli produk, seperti iklan, promosi, tenaga penjual, seleksi penyalur, hubungan penyalur dan penetapan harga. 5. Pelayanan Aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan pelayanan untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai produk, seperti pemasangan, reparasi, pelatihan, pasokan suku cadang dan penyesuaian produk. Aktivitas Pendukung 1. Pembelian Pembelian merujuk pada fungsi bagian pembelian untuk mencari supplier dengan harga yang rendah dan mutu yang tinggi. 2. Pengembangan Teknologi Setiap aktivitas nilai yang dilakukan perusahaan mengandung teknologi, baik itu berupa pengetahuan, prosedur atau teknologi yang terkandung di dalam peralatan proses. Ragam teknologi yang digunakan perusahaan sangat luas, mulai dari teknologi yang digunakan dalam menyiapkan dokumen dan mendistribusikan barang jadi sampai dengan teknologi yang melekat dalam produk yang dihasilkan. 3. Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia terdiri atas aktivitas yang terlibat dalam perekrutan, pengangkatan, pelatihan, pengembangan dan kompensasi untuk 23

15 semua jenis personel. Manajemen sumber daya manusia mempengaruhi keunggulan bersaing melalui perannya dalam menentukan ketrampilan dan motivasi karyawan, biaya penerimaan dan pelatihan karyawannya. 4. Infrastruktur Perusahaan Infrastruktur perusahaan terdiri atas beberapa aktivitas termasuk manajemen umum, perencanaan, keuangan, akuntansi, hukum, urusan pemerintah dan manajemen mutu Hubungan dalam value chain Walaupun aktivitas nilai merupakan balok pembangunan keunggulan bersaing, value chain bukanlah sekumpulan aktivitas yang berdiri sendiri, melainkan sebuah sistem aktivitas yang saling bergantung. Aktivitas nilai berhubungan satu sama lain dalam rantai nilai. Keterkaitan ini menggambarkan hubungan antara pelaksanaan suatu aktivitas nilai dengan biaya atau kinerja aktivitas lain. Menurut Porter (1994:49) keterkaitan di antara aktivitas-aktivitas nilai muncul dari beberapa sebab yaitu : 1. Fungsi yang sama dapat dilakukan dengan cara yang berbeda. Misalnya untuk pemenuhan spesifikasi dapat dicapai dengan memakai bahan baku yang bermutu tinggi atau dengan melakukan inspeksi secara penuh atas barang jadi. 2. Biaya atau kinerja aktivitas langsung ditingkatkan melalui upaya yang lebih besar dalam aktivitas tak langsung. Maksudnya dengan melakukan aktivitas tidak langsung yaitu pemeliharaan mesin yang baik akan meningkatkan kinerja aktivitas langsung yaitu proses produksi. 24

16 3. Aktivitas yang dilaksanakan dalam badan usaha mengurangi kebutuhan untuk melakukan peragaan, menjelaskan atau memperbaiki produk di lapangan. Inspeksi secara penuh yang dilakukan terhadap barang jadi akan mengurangi kebutuhan biaya untuk memperbaiki produk dilapangan. 4. Fungsi pemastian mutu dapat dilaksanakan dengan cara yang berbeda. Fungsi pemastian mutu dapat dilakukan hanya pada bahan baku saja atau pada barang jadi saja. Mengenali hubungan (keterkaitan) merupakan proses pencarian cara dimana tiap aktivitas nilai mempengaruhi atau dipengaruhi oleh yang lain. Keterkaitan yang paling jelas adalah keterkaitan antara aktivitas pendukung dengan aktivitas primer. Keterkaitan dapat menghasilkan keunggulan bersaing dengan dua cara : optimasi dan koordinasi. Perusahaan harus mengoptimasikan keterkaitan seperti ini yang mencerminkan strateginya guna mencapai keunggulan bersaing. Menurut Porter (1994:50) keterkaitan tidak hanya ada dalam value chain perusahaan, tetapi juga antara value chain perusahaan dengan value chain pemasok dan penyalur. Keterkaitan-keterkaitan ini yang disebut keterkaitan vertikal sama dengan keterkaitan di dalam value chain, cara aktivitas pemasok atau penyalur dilaksanakan mempengaruhi biaya atau kinerja aktivitas perusahaan dan sebaliknya. Pemasok menghasilkan produk atau pelayanan yang perusahaan gunakan di dalam value chain nya, dan value chain pemasok juga mempengaruhi perusahaan pada titik hubungan lain. Keterkaitan antara value chain pemasok dan value chain perusahaan memberikan peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan keunggulan bersaingnya. Seringkali mungkin untuk memperoleh 25

17 manfaat baik dari perusahaan maupun pemasok dengan mempengaruhi konfigurasi value chain pemasok untuk optimasi bersama kinerja aktivitas, atau dengan meningkatkan koordinasi antara value chain perusahaan dengan pemasok. Keterkaitan penyalur sama dengan pemasok. Penyalur mempunyai value chain yang dilalui oleh produk perusahaan. Penyalur menjalankan aktivitas seperti penjualan, periklanan dan peragaan yang dapat menjadi pengganti bagi atau melengkapi aktivitas perusahaan. Seperti halnya keterkaitan pemasok, koordinasi dan optimasi gabungan dengan penyalur dapat menurunkan biaya atau meningkatkan diferensiasi. Kadang keterkaitan vertikal lebih mudah dicapai dengan mitra koalisi atau unit usaha sejenis dibandingkan dengan perusahaan independen, walaupun tidak harus demikian Hubungan antara value chain, strategic cost reduction dan keunggulan bersaing Dalam mencapai keunggulan bersaing, dapat dilakukan dengan menggunakan analisis value chain yaitu dengan menguraikan aktivitas-aktivitas yang berjalan dalam perusahaan. Aktivitas tersebut digolongkan pada sembilan aktivitas yaitu logistik ke dalam, operasi, logistik ke luar, pemasaran dan penjualan, pelayanan, pembelian, pengembangan teknologi, manajemen sumber daya manusia dan infrastruktur perusahaan. Keunggulan bersaing dapat dicapai dengan banyak faktor pendukung, salah satunya adalah dengan harga jual produk yang lebih rendah dari harga jual produk pesaing tetapi dengan kualitas produk yang sama. Untuk memperoleh harga jual produk yang lebih rendah tanpa diikuti dengan penurunan kualitas adalah dengan 26

18 cara melakukan cost reduction. Untuk dapat melakukan cost reduction dengan benar maka cost reduction tersebut harus dilakukan pada aktivitas yang tidak memuat value added. Untuk mengetahui aktivitas mana yang memuat value added dan aktivitas mana yang tidak memuat value added adalah dengan menguraikan aktivitas perusahaan dengan menggunakan analisis value chain. 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai value chain sudah pernah dilakukan sebelumnya. Ni Nyoman Wahyuni Sudewi (2007) meneliti Analisis Value Chain dalam Mendukung Competitive Advantage pada CV. Mama & Leon Denpasar. Penelitian ini dilakukan pada CV. Mama & Leon yang berlokasi di Jalan Danau Tamblingan 99A, Sanur. Variabel penelitiannya adalah biaya produksi, biaya administrasi dan umum, biaya pemasaran dan aktiva tetap. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dak kualitatif. Hasil penelitian ini adalah CV. Mama & Leon telah merumuskan strategi diferensiasi untuk mendukung competitive advantage sebagai strategi bersaing berdasarkan analisis value chain yang didukung oleh data biaya, aktiva tetap dan penjualan. Berdasarkan analisis value chain dalam penentuan struktur biaya, aktivitas nilai operasi, aktivitas nilai pemasaran dan penjualan serta aktivitas nilai pelayanan merupakan aktivitas nilai yang merupakan sumber keunggulan bersaing yang terdapat di perusahaan. Persamaan dengan penelitian ini adalah : 1. Alat analisis yang digunakan sama yaitu menggunakan analisis value chain. 2. Bentuk pemilikan bisnis dan bidang usaha yang digunakan sebagai obyek penelitian sama yaitu perusahaan yang bergerak di bidang industri. 27

19 Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah : 1. Obyek penelitian yang digunakan oleh penelitian sebelumnya adalah CV. Mama & Leon Denpasar sedangkan pada penelitian ini pada PT. Sumber Kesehatan Baru Surabaya. 2. Tujuan penelitian sebelumnya adalah untuk menerapkan analisis value chain dalam menentukan struktur biaya sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan analisis value chain untuk mendukung strategi cost reduction. Ni Kadek Ayu Agustini (2008) meneliti Penerapan strategic cost reduction pada PT. Bounty Bali Tours. Penelitian ini dilakukan pada PT. Bounty Bali Tours yang berlokasi di Jalan Wana Segara, ruko wana segara block VII, Kuta. Variabel penelitiannya adalah activity analysis, cost effectiveness, cost efficiency dan strategic cost reduction. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dak kualitatif. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa masih ada aktivitas yang tidak bernilai tambah. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti mengenai cost reduction.perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah obyek penelitian yang digunakan oleh penelitian sebelumnya adalah PT. Bounty Bali Tours sedangkan pada penelitian ini pada PT. Sumber Kesehatan Baru Surabaya. 28

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya menurut Supriyono (2000:16) adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era perdagangan bebas saat ini, perkembangan teknologi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era perdagangan bebas saat ini, perkembangan teknologi dan kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, perkembangan teknologi dan kondisi persaingan yang semakin tinggi dan kompetitif tidak dapat dihindarkan. Situasi ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian yang berkaitan dengan analisis value chain telah banyak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian yang berkaitan dengan analisis value chain telah banyak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan analisis value chain telah banyak dilakukan dengan hasil yang beragam. Suhartini (2014), profit margin dari produk

Lebih terperinci

3. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan

3. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan BAB 2 TINJAUAN TEORISTIS 2.1 Tinjauan Teoristis 2.1.1 Akuntansi Manajemen Menurut Hansen dan Mowen (2004:4), sistem informasi informasi akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mulyadi (2003;37) menyatakan bahwa cost effectiveness merupakan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mulyadi (2003;37) menyatakan bahwa cost effectiveness merupakan suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian cost effectiveness Mulyadi (2003;37) menyatakan bahwa cost effectiveness merupakan suatu ukuran seberapa efektif sumber daya organisasi dimanfaatkan

Lebih terperinci

Analisis Rantai Nilai dan Strategi Bersaing

Analisis Rantai Nilai dan Strategi Bersaing Analisis Rantai Nilai dan Strategi Bersaing Hanif Mauludin www.kafebisnis2010.wordpress.com Rantai nilai menampilkan nilai keseluruhan, dan terdiri dari aktivitas nilai dan marjin. Aktivitas nilai merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

Analisis Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom

Analisis Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom Analisis Proses Bisnis Mia Fitriawati M.Kom Pendahuluan Paradigma bisnis dari comparative advantage menjadi competitive advantage, yang memaksa kegiatan bisnis/perusahaan memilih strategi yang tepat. Konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Akuntansi Diferensial 2.1.1 Pengertian Informasi Akuntansi Diferensial Informasi diperlukan manusia untuk mengurangi ketidakpastian yang selalu menyangkut masa yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

Pemodelan Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom

Pemodelan Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom Pemodelan Proses Bisnis Mia Fitriawati M.Kom Pemodelan Proses Bisnis Pemodelan Proses Bisnis Pemodelan Proses (process modelling) merupakan pusat dari berbagai macam bentuk pemodelan, karena pemodelan

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA - Jurusan Teknik Industri TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA Teknik Industri Lesson 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Kode : TID 4019 Semester : 3 Beban Studi : 3 SKS Capaian Pembelajaran (CPL): 1. Menguasai

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-17 PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS

PERTEMUAN KE-17 PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS PERTEMUAN KE-17 PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. 17.1. Mahasiswa mampu memahami, dan menjelaskan tentang pengambilan keputusan taktis. 17.2. Mahasiswa mampu memahami, dan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:22), manajemen adalah proses pengkoordinasian dan pengintegrasian kegiatan-kegiatan kerja agar terselesaikan

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC )

BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC ) BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC ) Beberapa waktu terakhir ini di saat era persaingan bisnis semakin hari semakin ketat para pelaku bisnis atau dalam hal ini bisa dikatakan suatu perusahaan harus

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Supply Chain Management pada hakekatnya adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Pada dasarnya informasi dari suatu perusahaan terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam penerapan activity based costing, pemahaman konsep dan klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menghadapi era pasar bebas yang disebabkan oleh globalisasi, maka setiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menghadapi era pasar bebas yang disebabkan oleh globalisasi, maka setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era pasar bebas yang disebabkan oleh globalisasi, maka setiap perusahaan harus siap untuk bersaing secara global. Persaingan merupakan suatu tantangan bagi

Lebih terperinci

BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS

BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS 13 BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS II.1. Activity Based Management II.1.1. Definisi Activity Based Management (ABM) atau manajemen berdasarkan aktivitas adalah pendekatan yang luas dan terpadu yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Penelitian Ravishankar (2011) Penelitian yang dilakukan Ravishankar (2011) bertujuan untuk menganalisa pengurangan aktivitas tidak bernilai tambah

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI 1 Sistem akuntansi memainkan peranan penting dalam mengukur kegiatan dan hasil kerja dari kegiatan tersebut, juga dalam menentukan reward

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Biaya Menjalankan suatu usaha membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan mampu terus berkualitas. Biaya sendiri merupakan hal yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah kompetitior asing dan dalam negeri, organisasi diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah kompetitior asing dan dalam negeri, organisasi diharapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi persaingan saat ini dapat dikatakan bahwa pada jaman sekarang perubahan sangat cepat terjadi, dimulai dari kemajuan teknologi, sistem perdagangan globalisasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Analisis Biaya-Volume-Laba Analisis Biaya-Volume-Laba merupakan instrumen perencanaan dan pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

Materi Minggu 10. Implementasi Strategik, Evaluasi dan Pengawasan

Materi Minggu 10. Implementasi Strategik, Evaluasi dan Pengawasan M a n a j e m e n S t r a t e g i k 77 Materi Minggu 10 Implementasi Strategik, Evaluasi dan Pengawasan 10.1 Implementasi Strategi Implementasi strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya Menurut Mulyadi (2003) Akuntansi Biaya adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pakaian, dan lainnya. Setiap jenis usaha yang ada memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. pakaian, dan lainnya. Setiap jenis usaha yang ada memiliki karakteristik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi yang ditunjang dengan kemajuan teknologi serta perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, mengakibatkan persaingan bisnis semakin

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL Perhitungan Biaya Penyerapan Memperlakukan semua biaya produksi sebagai biaya produk, tanpa membedakan apakah biaya itu variable atau tetap. Dengan demikian biaya produk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membantu manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik. Secara luas

BAB II LANDASAN TEORI. membantu manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik. Secara luas 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Manajemen Keberadaan akuntansi manajemen sangat penting di dalam suatu organisasi untuk membantu manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik. Secara luas akuntansi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 6 BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Value Chain Setiap perusahaan merupakan sekumpulan aktivitas yang dipergunakan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengantarkan dan mendukung produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan Bab 1 Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya 1.1 Pengertian Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana mencatat, megukur dan melaporkan tentang informasi biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut Adi (2006:6) adalah suatu analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol program-program yang telah direncanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik Distribusi fisik dan efektivitas logistik memiliki dampak yang besar pada kepuasan dan biaya perusahaan. Manajemen logistik penting dalam rantai pasokan, tujuan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Setiap usaha, baik usaha kecil maupun usaha besar membutuhkan informasi akuntansi yang berguna bagi pihak manajemen. Informasi akuntansi dapat

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 11 BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 2.1. Pengertian dan Manfaat Analisis Profitabilitas Pelanggan Kondisi lingkungan yang baru menyebabkan perusahaan harus berfokus kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2007:18) yang dimaksud dengan harga pokok produksi adalah harga pokok produksi memperhitungkan semua unsur biaya yang terdiri dari biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini dimana perindustrian semakin maju dan didukung dengan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat sangat dirasakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini perusahaan-perusahaan dalam menjalankan usahanya haruslah. pelanggan maupun mitra usaha. Sistem komunikasi dan kemudahan dalam

PENDAHULUAN. Saat ini perusahaan-perusahaan dalam menjalankan usahanya haruslah. pelanggan maupun mitra usaha. Sistem komunikasi dan kemudahan dalam PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perusahaan-perusahaan dalam menjalankan usahanya haruslah semakin kompetitif. Tuntutan menjadi kompetitif ini telah mendorong terjadinya perubahan demi perubahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya berikut : Menurut Mulyadi (2000: 6) pengertian Akuntansi Biaya adalah sebagai Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan output yang memenuhi tujuan sistem tersebut. lainnya yang ditentukan oleh manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan output yang memenuhi tujuan sistem tersebut. lainnya yang ditentukan oleh manajemen. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Sistem informasi akuntansi manajemen menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan manajemen tertentu (Hansen, 2009). Hal terpenting yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memulai bisnisnya. Pada tahun-tahun awal, biasanya perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. memulai bisnisnya. Pada tahun-tahun awal, biasanya perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laba atau rugi merupakan suatu ukuran bagi sebuah perusahaan apakah bisnisnya berjalan lancar atau tidak. Terutama bagi perusahaan pemula yang baru memulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatiannya untuk mencapai keuntungan setinggi-tingginya namun pada masa

BAB I PENDAHULUAN. perhatiannya untuk mencapai keuntungan setinggi-tingginya namun pada masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia usaha semakin pesat dan keadaan perekonomian pun berubah-ubah, hal ini akan mempengaruhi keadaan dan eksistensi sebuah perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING II.1. Harga Jual Penentuan harga jual suatu produk atau jasa merupakan salah satu keputusan penting manajemen karena harga yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BIAYA JASA

BAB II PENENTUAN BIAYA JASA 12 BAB II PENENTUAN BIAYA JASA 2.1. Jasa Perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakn barang dan jasa bagi masyarakat, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan jasa semakin kuat (sumber:

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan jasa semakin kuat (sumber: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa semakin kuat (sumber: http://digilib.it.ac.id/public/its- Undergraduate-10830-2599100022-Chapter1.pdf).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar masyarakat, sering mengertikan pemasaran sebagai proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar masyarakat, sering mengertikan pemasaran sebagai proses 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dan Konsep Pemasaran 2.1.1 Definisi Pemasaran Sebagian besar masyarakat, sering mengertikan pemasaran sebagai proses penjualan barang dan jasa, tetapi apabila dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku positif, seperti terjadinya kelekatan emosional terhadap produk dan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku positif, seperti terjadinya kelekatan emosional terhadap produk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepuasan atau kesenangan yang tinggi akan menyebabkan konsumen berperilaku positif, seperti terjadinya kelekatan emosional terhadap produk dan preferensi rasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis ekonomi menerpa negeri ini, tak henti-hentinya PLN dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis ekonomi menerpa negeri ini, tak henti-hentinya PLN dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak krisis ekonomi menerpa negeri ini, tak henti-hentinya PLN dihadapkan pada persoalan-persoalan berat yang muncul silih berganti. Tahun demi tahun, tak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang membahas mengenai penentuan harga pokok produk. Akuntansi biaya secara khusus berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan jasa berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan jasa berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, pertumbuhan bisnis di sektor industri jasa sangat cepat perkembangannya. Hal ini disebabkan karena semakin besarnya populasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu BAB IV ANALISIS DATA A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA Diberlakukannya ACFTA sebagai sebuah perdagangan bebas, memaksa setiap industri atau perusahaan harus mempunyai keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

BAB II TARGET COSTING

BAB II TARGET COSTING 9 BAB II TARGET COSTING 2.1 Konsep Biaya Hansen dan Mowen (2006) mendefinisikan biaya sebagai berikut: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan, yaitu sarana akomodasi dan sarana pelengkap lainnya sebagai penunjang

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan, yaitu sarana akomodasi dan sarana pelengkap lainnya sebagai penunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bali sebagai salah satu propinsi di Indonesia merupakan sasaran pariwisata internasional, yang selalu menarik perhatian wisatawan. Untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMPERTAHANKAN ATAU MENGHENTIKAN SEGMEN PERUSAHAAN PADA CV. PODO KUMPUL

ANALISIS BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMPERTAHANKAN ATAU MENGHENTIKAN SEGMEN PERUSAHAAN PADA CV. PODO KUMPUL ANALISIS BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMPERTAHANKAN ATAU MENGHENTIKAN SEGMEN PERUSAHAAN PADA CV. PODO KUMPUL Ardyanto Wibowo H. Andre Purwanugraha Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS. terbatas yang dapat dilihat. Menerima pesanan khusus dengan harga yang

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS. terbatas yang dapat dilihat. Menerima pesanan khusus dengan harga yang PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS A. Pengambilan Keputusan Taktis Pengambilan keputusan taktis (tactical decision making) terdiri dari pemilihan di antara berbagai alternatif dengan hasil yang langsung atau

Lebih terperinci

A. Konsep Dasar Srategic Cost Management Keputusan yang diambil untuk kompetisi jangka panjang yang dilakukan oleh suatu perusahaan secara eksplisit

A. Konsep Dasar Srategic Cost Management Keputusan yang diambil untuk kompetisi jangka panjang yang dilakukan oleh suatu perusahaan secara eksplisit A. Konsep Dasar Srategic Cost Management Keputusan yang diambil untuk kompetisi jangka panjang yang dilakukan oleh suatu perusahaan secara eksplisit mempertimbangkan elemen strategis dari keputusan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 6 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi (2011:8) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena biaya sangat berpengaruh dalam mendukung kemajuan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan akuntansi yang membicarakan tentang penentuan harga pokok dari suatu produk yang diproduksi, baik untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB II PENGAMBILAN KEPUTUSAN 9 BAB II PENGAMBILAN KEPUTUSAN II.1 Definisi Biaya Menurut Mulyadi (1999 : 8) dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang di ukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam bagian kesimpulan pada thesis ini memuat jawaban dari rumusan masalah yang terdapat pada bab I yaitu mengenai analisis rantai nilai yang dikemukakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan manajemen untuk memberikan terobosan yang strategis untuk tetap dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teknologi Informasi Teknologi informasi sebagai sebuah taksonomi yang lebih holistik, terbagi menjadi beberapa komponen, yaitu (Luhukay, 1996) : a. Teknologi pengolahan : kelompok

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. teknologi, konsumen, pemasok atau supplier, dan terutama persaingan).

BAB II LANDASAN TEORI. teknologi, konsumen, pemasok atau supplier, dan terutama persaingan). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Tingkatan Strategi Pada masa sekarang ini terminologi kata strategi sudah menjadi bagian integral dari aktivitas organisasi bisnis untuk dapat mempertahankan eksistensinya

Lebih terperinci

Copyright Rani Rumita

Copyright Rani Rumita Strategi Distribusi Topik yang Dibahas Bagaimana sifat saluran pemasaran dan mengapa saluran pemasaran penting? Bagaimana perusahaan saluran berinteraksi dan diatur untuk melakukan pekerjaan saluran? Masalah

Lebih terperinci

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) SEBAGAI SARANA UNTUK MENDORONG EFISIENSI BIAYA PRODUKSI

PENERAPAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) SEBAGAI SARANA UNTUK MENDORONG EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PENERAPAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) SEBAGAI SARANA UNTUK MENDORONG EFISIENSI BIAYA PRODUKSI Nama : Lupita Clarissa Ardelia NPM : 24210093 Kelas : 4EB21 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Akuntansi Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bersama dengan berkembangnya dunia bisnis, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang berkualitas yang mengakibatkan timbulnya persaingan antar perusahaan.

Lebih terperinci

Pert 10. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

Pert 10. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Pert 10 HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Pengambilan keputusan taktis (tactical decision making) adalah pengambilan keputusan dengan memilih dari beberapa alternatif dalam waktu yang singkat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUDI LUHUR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Oleh: Deni Mahdiana,S.Kom,MM,M.Kom E-BUSINESS GLOBAL : BAGAIMANA BISNIS MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI 1 PROSES BISNIS DAN SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan untuk terus berkembang agar dapat bertahan dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan untuk terus berkembang agar dapat bertahan dalam kancah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia usaha saat ini telah semakin ketat dan menuntut perusahaan-perusahaan untuk terus berkembang agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

Penyusunan Rencana dan Strategi Pemasaran DOSEN : DIANA MA RIFAH

Penyusunan Rencana dan Strategi Pemasaran DOSEN : DIANA MA RIFAH Penyusunan Rencana dan Strategi Pemasaran DOSEN : DIANA MA RIFAH Pemasaran dan Nilai Pelanggan Inti dari pemasaran adalah memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen Sasaran dari setiap bisnis adalah menghantarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE PEMBEBANAN BOP METODE PEMBEBANAN BOP ~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~.[metode tradisional] Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi. Yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Pengertian pemasaran menurut Philip khotler (2000) adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara Proses pembagian tugas pada lantai produksi dibagi menjadi 17 bagian, yaitu: 1. Direktur a. Merencanakan arah, strategi, dan kebijakan perusahaan dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harga Pokok Produksi 2.1.1 Pengertian harga pokok produksi Harga pokok produksi adalah harga pokok produk yang sudah selesai dan ditransfer ke produk dalam proses pada periode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia bisnis menuju era pasar bebas, membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menetapkan kebijakan-kebijakan terutama dalam memasarkan produknya.

Lebih terperinci

1. Pengertian Biaya Pemasaran 2. Penggolongan Biaya Pemasaran

1. Pengertian Biaya Pemasaran 2. Penggolongan Biaya Pemasaran 1. Pengertian Biaya Pemasaran Biaya pemasaran adalah semua biaya yang sejak saat produk selesai diproduksi dan disimpan dalam gudang sampai dengan produk tersebut berubah kembali dalam bentuk uang tunai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management 13 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management Accounting Practices (MAP) Comittee adalah: proses identifikasi, pengukuran,

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak.

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak. Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci