Aplikasi Variasi Jumlah Kromosom dalam Pemuliaan Tanaman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Aplikasi Variasi Jumlah Kromosom dalam Pemuliaan Tanaman"

Transkripsi

1 a Aplikasi Variasi Jumlah Kromosom dalam Pemuliaan Tanaman APLIKASI VARIASI JUMLAH KROMOSOM DALAM PEMULIAAN TANAMAN Muhamad Syukur (dalam Buku Sitogenetika (Editor Sarsidi S.)) Dalam pemuliaan tanaman, seleksi merupakan kegiatan utama. Terdapatnya keragaman genetik dalam populasi bahan seleksi penting karena seleksi tidak menciptakan keragaman tetapi berperan atas adanya keragaman, dan seleksi hanya akan efektif berlangsung jika terdapat perbedaan-perbedaan mewaris (genetik). Pada pemuliaan tanaman poliploid, upaya manipulasi kromosom dapat sangat membantu tercapainya tujuan program pemuliaan yang hendak dicapai. Pemanfaatan spesies liar dalam pembentukan alopoliploid, yang biasanya dilanjutkan dengan autopoliploid sering dilakukan. Biasanya hanya sebagian kecil dari sifat spesies liar yang dimanfaatkan untuk disisipkan ke dalam spesies budidaya, oleh karena itu memerlukan teknik khusus, seperti substitusi kromosom. Secara umum, tanaman poliploid dapat digolongkan ke dalam kelompok disomik poliploid dan polisomik poliploid. Karakteristik kemudahan dalam memperoleh rekombinasi baru pada zuriat dari kedua kelompok poliploid tersebut bertolak page 1 / 10

2 belakang; pada disomik poliploid rekombinasi sukar diperoleh, sebaliknya polisomik poliploid rekombinasinya kompleks sehingga sukar diinterpretasikan. Pemanfaatan Spesies Liar dalam Pemuliaan Tanaman Pengembangan keragaman genetik sangat diperlukan dalam usaha mendapatkan varietas unggul tanaman. Keragaman genetik dapat diperoleh selain dari pool tanaman budidaya seperti varietas lokal, varietas unggul nasional, dan galur-galur percobaan, juga diperoleh dari kerabat liar. Sudah banyak dilaporkan bahwa spesies liar merupakan sumber gen-gen yang menyandikan sifat-sifat penting yang bermanfaat dalam kegiatan pemuliaan, seperti ketahanan terhadap sebagian besar hama dan penyakit tanaman serta toleransi terhadap stres lingkungan abiotik. Dengan memindahkan gen pengendali sifat yang bermanfaat ke tanaman budidaya akan dihasilkan perluasan genetik untuk keperluan program pemuliaan tanaman. Salah satu cara memindahkan gen spesies liar ke varietas budidaya adalah dengan persilangan kerabat jauh (interspecific hybridization), yang dilanjutkan silang balik dengan salah satu tetuanya (Brar, 1991). Silang balik mempunyai dua sasaran. Pertama, memperbaiki fertilitas; kedua, mengembalikan genom tetua resipien yang kemudian mengandung satu atau beberapa gen donor. F1 yang steril umumnya disebabkan adanya ketidakseimbangan perpasangan kromosom. Dengan melakukan silang balik beberapa kali (misalnya sampai BC5), perpasangan kromosom menjadi normal kembali (Welsh, 1981). Melalui metode ini, telah berhasil diperoleh tanaman baru dengan sifat yang diharapkan. Diantaranya adalah pemindahan gen ketahanan terhadap tungro dan busuk batang dari O. officinalis, sifat mandul jantan sitoplasma dari O. glumaepatula dan O. perrenis (IRRI 1993), dan ketahanan terhadap hawar daun dan penyakit blast dari O. minuta (Amante-Bordeos et al., 1992) ke padi budidaya (O. sativa). Pemanfaatan spesies liar dalam pemuliaan tanaman dibahas dalam berikut yaitu chromosome addition lines, subsitusi kromosom, transfer sebagian kromosom, induksi translokasi secara genetik dan penggandaan kromosom. page 2 / 10

3 Galur-galur dengan Kromosom Tambahan Galur-galur dengan kromosom tambahan (chromosome addition lines) adalah galur-galur dari tanaman budidaya yang mendapat tambahan kromosom dari spesies lain, biasanya dari spesies liarnya. Apabila penambahan hanya satu kromosom asing saja ke genom tanaman budidaya disebut monosomic alien addition line (MAAL), sedangkan penambahan satu pasang kromosom asing disebut disomic alien addition line (DAAL). Pembentukan MAAL dan DAAL dimulai dari persilangan kerabat jauh (interspecific hybridization) yang dilanjutkan silang balik dengan tetua tanaman budidaya. Umumnya kromosom dari spesies liar dalam tanaman MAAL tidak stabil. Ketidakstabilan ini disebabkan gagalnya perpasangan kromosom monosomik tersebut. Untuk meningkatkan kesetabilan kromosom monosomik, dibentuklah DAAL dengan cara melakukan selfing tanaman MAAL. MAAL antara lain digunakan untuk menguji efek dari penambahan kromosom. Dengan mengamati fenotipe dari tanaman MAAL akan diketahui efek dari penambahan kromosom asing tersebut, sekaligus juga dapat memetakan gen pengendalinya. Misalkan jika terjadi MAAL untuk kromosom I, maka fenotipe yang ditampilkan dikendalikan oleh gen-gen yang terletak pada kromosom I tersebut. Tanaman MAAL yang mempunyai komplemen kromosom lengkap dari O. sativa dan satu kromosom dari O. officinalis berhasil diproduksi oleh Jena dan Khush (1989), sedangkan tanaman MAAL dari O. sativa yang mempunyai satu kromosom dari O. punctata oleh Yasui and Iwata (1991). Prosedur pembentukan MAAL disajikan pada Gambar 8.1. Melalui prosedur tersebut, Yasui dan Iwata (1991) dapat mengidentifikasi 11 grup tipe MAAL berdasarkan morfologinya sesuai dengan jumlah kromosom O. punctata (Gambar 8.2). Secara sitologi dapat dilihat adanya kromosom asing (O. punctata) dalam genom O. sativa. Melalui pembentukan MAAL, transfer gen dari spesies liar yang berkerabat jauh dengan spesies budidaya dapat dilakukan. Misalnya pada tanaman padi, hingga saat ini telah diinventarisasi sekitar 22 spesies padi liar, beberapa diantaranya yaitu O. officinalis, O. rufipogon, dan O. ridleyi menunjukkan ketahanan terhadap infeksi virus tungro (Kobayashi et al., 1994), O. minuta memiliki ketahanan terhadap Xanthomonas campestris pv. oryzae penyebab penyakit hawar daun dan Pyricularia oryzae penyebab penyakit blas (Sitch et al., 1989), serta beberapa spesies padi liar dengan karakter penting lainnya. Dengan memindahkan gen pengendali page 3 / 10

4 karakter yang bermanfaat ke dalam padi budidaya, akan dihasilkan perluasan genetik untuk keperluan pemuliaan tanaman. Karakter ketahanan terhadap wereng punggung coklat berhasil ditransfer dari O. officinalis ke padi budidaya (Jena dan Khush, 1990), ketahanan terhadap nematoda penyebab root-knot dari tomat spesies liar Lycopersicon peruvianum ke tomat budidaya Lycopersicon esculentum (Doganlar et al., 1997), ketahanan terhadap Fusarium, Erwinia dan Pseudomonas dari spesies liarnya ke tanaman bunga potong Cyclament persicum (Ishizaka, 1996), ketahanan terhadap hawar daun bakteri dan wereng coklat dari O. australiensis ke padi budidaya (IRRI, 1995), ketahanan terhadap hawar daun bakteri dan blas dari O. minuta (Amante-Bordeos et al., 1992), ketahanan terhadap virus kerdil rumput dan busuk pelepah dari O. nivara serta ketahanan terhadap hawar daun bakteri dan wereng coklat dari Oryza granulata (IRRI, 1993). Substitusi Kromosom Untuk lebih meningkatkan kestabilan kromosom, maka dari tanaman DAAL dibuat menjadi substitution line melalui substitusi kromosom. Substitusi kromosom adalah pertukaran sepasang kromosom spesies tanaman tertentu dengan sepasang kromosom kerabat dekatnya. Kultivar gandum roti di Jerman tahun 1930-an telah dihasilkan melalui proses substitusi kromosom. Kromosom donor berasal dari rye sedangkan resipien adalah gandum (wheat). Kromosom asing hanya akan disubstitusi oleh group kromosom homoeolognya. Sebagai konsekuensi dari subsitusi tersebut, ada kromosom resipien yang tereliminasi dari genom tanaman. Jika kromosom asing tanaman tersebut telah masuk ke dalam genom suatu tanaman komersial maka akan mempunyai perilaku mengikuti perilaku genom tanaman komersial tersebut. Transfer Sebagian Kromosom Subsitusi kromosom umumnya lebih stabil dan sukses daripada penambahan kromosom, tetapi keberadaan gen-gen pautan/linkage yang tidak diinginkan page 4 / 10

5 membatasi kegunaannya sebagai bahan pemuliaan tanaman. Keadaan yang diharapkan adalah memasukkan gen-gen target dan mengeluarkan gen-gen lain yang tidak berhubungan yang terbawa dalam kromosom. Kendala tersebut dapat diatasi melalui transfer sebagian kecil dari kromosom asing. Transfer sebagian kecil dari kromosom merupakan hal yang biasa terjadi pada proses rekombinasi. Transfer sebagian kromosom dari spesies liar sudah banyak dilakukan pemulia tanaman. Sebagai contoh adalah transfer gen blast dari spesies liar padi, O. minuta, ke padi budidaya. Tanaman BC2 yang tahan blast dan progeni selfingnya fertil serta tidak menunjukkan adanya sifat-sifat morfologi dari O. minuta, secara tidak langsung menunjukkan bahwa materi genetik yang ditransfer dari tetua liarnya hanya dalam jumlah yang kecil. Bukti lainnya adalah perpasangan kromosom saat meiosis berjalan normal berdasarkan uji sitologi (Amante-Bordeos et al., 1992). Induksi Translokasi melalui Kendali Genetik Kontrol genetik terhadap perpasangan bivalen pada gandum terjadi karena adanya gen Ph yang terletak pada kromosom 5B. Gen Ph menghambat perpasangan antara kromosom asing dengan homoeolognya pada gandum sehingga tidak ditemukan rekombinannya pada zuriat. Mutasi delesi pada kromosom 5B mengakibatkan kromosom homoeolog dapat berpasangan. Manipulasi kromosom 5B dapat dilakukan untuk meningkatkan rekombinasi antara kromosom gandum dengan kromosom asing lainnnya. Transfer kromosom atau gen dengan cara memodifikasi kromosom 5B pertama kali berhasil dilakukan pada gandum. Pendekatan yang sama digunakan dalam transfer sifat ketahanan embun tepung dari Avena barbata ke tanaman oat (Avena sativa) menggunakan Avena longiglumis untuk menginduksi perpasangan kromosom homoeolog. Induksi perpasangan kromosom homoeolog dengan cara delesi pada kromosom 5B merupakan metode yang digunakan dalam transfer ketahanan leaf rust resistance dari A. elongastum ke gandum. Penggunaan galur substitusi untuk kromosom 3Ag dan 7Ag telah menghasilkan hibrid yang heterozigot untuk kromosom Ag, nulisomik untuk kromosom 5B dan trisomik untuk kromosom 5D. page 5 / 10

6 Penggandaan Kromosom sebagai Jembatan Transfer Gen Penggandaan kromosom (genom) terjadi ketika semua kromosom lengkap mengalami replikasi tanpa diikuti oleh pembelahan sel. Salah satu mekanismenya adalah gagalnya terbentuk benang-benang gelendong. Benang-benang gelendong berperanan menarik kromosom ke kutub, melalui sentromer, setelah terjadi pembelahan sentromer. Benang-benang gelendong muncul pada saat metafase akhir. Gagalnya pembentukan benang gelendong ini menyebabkan tidak terjadi pembelahan inti yang selanjutnya tidak terjadi pembelahan sel (Jensen, 1974). Mekanisme penggandaan kromosom diantaranya adalah endomitosis, endoreduplikasi, C-mitosis dan fusi inti. Pada endoreduplikasi terjadi dua kali replikasi pada saat interfase, sehingga setelah interfase jumlah kromatid menjadi 4. Mitosis tetap berjalan normal akan tetapi jumlah kromosom sel anak menjadi dua kali lipat dari sel induknya. Pada endomitosis, mitosis gagal membentuk benang gelendong dan mitosis berhenti lebih awal, membran inti gagal larut sehingga tidak terjadi pembelahan inti akan tetapi kromosom telah mengalami replikasi. C-mitosis adalah gagalnya mitosis karena pengaruh kolkisin, baik secara parsial maupun kromosom lengkap. Kolkisin menghalangi aktifnya mekanisme pembentukan benang gelendong. Gagalnya pembentukan benang gelendong menyebabkan kromosom tidak tertarik ke kutub pada saat anafase. Dengan demikian pembelahan inti tidak terjadi, akan tetapi kromosom telah mengalami replikasi. Fusi inti adalah peristiwa terjadinya penggabungan antara dua sel yang berdekatan atau antara dua inti sel (Jensen, 1974). Penggandaan kromosom dapat terjadi secara spontan (alami) maupun diinduksi. Ada beberapa teknik yang dapat menyebabkan terjadi penggandaan kromosom yaitu perlakuan panas, perlakuan pelukaan, dan bahan kimia. Bahan kimia yang sering digunakan adalah kolkisin, podophyllin, dinitrogen monoksida (N2O) (Jensen, 1974), antimicrotubule herbicides (amiprophos-methil atau APM), oryzalin, pronamide, dan trifluralin) serta hormon (Hansen et al., 1998). Dalam penggunaan metode silang balik (backcross), tanaman BC1F1 diperoleh dengan dua cara, yaitu: 1) hibrid F1 langsung disilangbalikkan dengan tetua berulangnya tanpa melalui penggandaan kromosom (Jena dan Khush, 1986), dan 2) hibrid F1 digandakan terlebih dahulu kromosomnya baru kemudian disilangbalikkan dengan tetua berulangnya (Mariam et al., 1996). page 6 / 10

7 Penggandaan kromosom mampu meningkatkan jumlah benih padi BC1 dibandingkan tanpa penggandaan. Silang balik F1 (dari tunas aksilar yang diberi perlakuan kolkisin) dengan Oryza sativa menghasilkan benih (seed set) yang meningkat enam kali lipat (dari 0,02% menjadi 0,12%) dibandingkan F1 tanpa perlakuan kolkisin (Amante-Bordeos et al., 1992). Penggandaan kromosom juga diperlukan untuk mendapatkan tanaman double haploid yang fertil. Akhir-akhir ini, pembentukan tanaman haploid dari kultur anter atau metode lainnya memberikan metode yang cepat untuk menghasilkan galur murni dengan tingkat homozigositas yang tinggi. Tanaman haploid ini harus ditingkatkan ploidinya menjadi dihaploid sebelum digunakan untuk pengujian dan evaluasi (Wong, 1989). Kendala Hibridisasi Interspesifik Dalam pelaksanaannya, upaya persilangan kerabat jauh tidak mudah karena adanya kendala alami seperti benih hibrid yang lemah dan tidak mampu bertahan hidup, serta tanaman F1 yang diperoleh menjadi steril. Sejauh ini penghalang yang dijumpai dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama adalah hambatan sebelum terjadinya pembuahan (pre-fertilization barrier), yaitu berupa kegagalan dalam perkecambahan serbuk sari atau lambatnya pertumbuhan tabung serbuk sari. Kedua adalah hambatan sesudah terjadinya pembuahan (post-fertilization barrier), antara lain aborsi embrio saat masih muda dan terjadinya eliminasi kromosom. Kegagalan perkembangan embrio menjadi biji dewasa merupakan fenomena paling umum dijumpai pada persilangan kerabat jauh (Khush dan Brar, 1986). Ketidakmampuan untuk tumbuh tersebut terjadi karena adanya mekanisme yang dapat mempengaruhi perkembangan zigot sejak pembelahan sel pertama hingga pembuahan dan hingga diferensiasi akhir dari organ reproduktif dan pembentukan gamet. Penyebab lain kegagalan perkembangan embrio adalah adanya aksi gen spesifik, serta tidak ada keserasian antara inti dan sitoplasma atau antara embrio dan endosperm dari spesies yang digunakan dalam persilangan (Khush dan Brar, 1986). Pada gandum berhasil diidentifikasi gen Kr sebagai penghambat utama terjadinya persilangan kerabat jauh (Snape et al., 1979). Informasi mengenai halangan persilangan kerabat jauh dalam pemuliaan padi page 7 / 10

8 adalah ketidakserasian antarspesies (Sitch et al ). Halangan tersebut diidentifikasikan sebagai ketidakserasian nukleo-sitoplasmik dan embrio-endosperm pada silangan tak sempurna dan ketidakseimbangan kromosom pada hibrid F1. Studi terhadap spesies tanaman pangan memperlihatkan bahwa ketidakserasian dapat berperan pada sejumlah tahapan, yaitu dari tahap penyerbukan hingga tahap perkembangan biji hibrid yang diperoleh. Berbagai penghalang tersebut menyebabkan rendahnya tingkat keberhasilan dalam persilangan kerabat jauh. Keberhasilan persilangan (crossability) pada beberapa kombinasi persilangan dibatasi oleh kemampuan dalam pembentukan biji (seed set ), yang tergantung pada genom kedua tetua (Brar, 1991). Pada Triticale, keringnya biji hibrid dikaitkan dengan terjadinya aberasi pembelahan mitotik dalam endosperm, yang dapat dikaitkan dengan terjadinya keterlambatan duplikasi heterokromatin pada bagian ujung kromosom rye (Pickersgill, 1993). Ketidakserasian Genom F1 Interspesifik Genotipe tetua adalah faktor yang sangat menentukan dalam proses pembentukan embrio hibrid (Mariam et al., 1996). Tingkat pembentukan embrio hibrid interspesifik tergantung pada spesies atau galur yang disilangkan, karena setiap spesies atau galur memiliki tingkat keberhasilan persilangan berbeda-beda (Choi-Yonghwan et al., 1996). Penelitian Masyhudi et al. (1994) mendapatkan persen pembentukan embrio hasil persilangan tiga kultivar padi, yaitu Ranau, Cisadane dan IR 64 dengan O. australiensis sebesar 1.47%, persilangan Cisadane dan IR 64 dengan O. officinalis sebesar 8.47%. Mariam et al (1996) mendapatkan persilangan O. sativa dengan O. minutao. sativa dengan O. australiensis % % dan Brar (1991) mendapatkan persilangan Perbedaan spesies yang mempengaruhi tingkat pembentukan biji hibrid tersebut juga berhubungan dengan tingkat kekerabatan antara tetua yang disilangkan. Persilangan kerabat jauh antara padi spesies liar (O. minuta x O. australiensis) lebih berhasil dibandingkan persilangan antara padi budidaya dengan spesies liar (O. sativa x O. australiensis) (Li et al., 1963). Tingkat pembentukan biji hibrid kelompok padi galur lokal lebih tinggi dibandingkan varietas unggul nasional karena galur lokal lebih mendekati spesies liar dibandingkan varietas unggul nasional yang telah banyak mengalami proses pemuliaan (Amalliyah, 1999). page 8 / 10

9 Perbedaan spesies memberikan perbedaan struktur dan morfologi kromosom. Kondisi tersebut akan menghambat terjadinya homologi kromosom kedua tetua. Perbedaan genom pada persilangan interspesifik antara Capsicum annuum x C. baccatum menyebabkan ketidaknormalan dalam perpasangan pada waktu meiosis, sehingga muncul jembatan dan lagging (Gambar 8.10). Perbedaan ukuran yang sangat nyata antara O. sativa dengan O. australiensis akan mengurangi peluang terbentuknya embrio hibrid (Li et al., 1963; Nezu et al., 1960; Amalliyah, 1999). Kromosom O. australiensis berukuran jauh lebih besar (2-4 kali) dari kromosom O. sativa sehingga ketidakserasian kedua spesies untuk menyilang semakin tinggi. Keseimbangan genom atau atau tingkat ploidi kedua tetua yang terlibat dalam persilangan memiliki peranan yang besar dalam menentukan persen pembentukan hibrid. Keberhasilan pembentukan hibrid interspesifik pada persilangan kerabat jauh lebih tinggi jika genom tetua jantan memiliki tingkat ploidi lebih tinggi dibandingkan tingkat ploidi tetua betina (Nezu et al., 1960). Persilangan antara Triticum turgidum (AABB) dengan beberapa tanaman diploid yaitu Aestivum umbellulata (UU), Aestivum uniaristata (UnUn), Aestivum longisima (LL) dan Aestivum bicornis (SbSb) menghasilkan benih hibrid yang tidak viabel, tetapi persilangan resiprokalnya lebih berhasil (Maan, 1987). Sterilitas Tanaman F1 Interspesifik Hibrid interspesifik bersifat steril penuh karena perbedaan genom tetua (Singh dan Hymowitz, 1985). Meskipun secara morfologi berbeda spesies, Glycine clandestina, Glycine latifolia dan Glycine tabacina hanya dibedakan oleh sebuah inversi parasentrik. Tetua yang memiliki genom yang sama menghasilkan tingkat efisiensi tinggi dalam mendapatkan hibrid, sedangkan tetua yang memiliki genom yang berbeda menghasilkan tingkat efisiensi yang rendah (Khush dan Brar, 1986). Spesies dengan genom yang sama tidak menjamin terbentuknya hibrid karena ada kemungkinan terdapat perbedaan struktur gen dan kromosom kedua spesies (Nezu et al., 1960; Amalliyah, 1999). Perbedaan genom antara tetua yang terlibat dalam persilangan dapat menyebabkan hibrid yang dihasilkan bersifat mandul penuh (Li et al., 1961; Amalliyah, 1999; Brubaker et al., 1999; Nikova, 1999). Kemandulan dapat disebabkan oleh perbedaan struktur dan jumlah kromosom, kurang/tidak adanya homologi kromosom yang menyebabkan posisi univalen dan produksi gamet yang tidak seimbang, yang mengarah pada tingginya tingkat aborsi serbuk sari (Mariam page 9 / 10

10 et al., 1996). Kromosom yang univalen dapat mencapai 60% (Ladizinsky, 2000). Meskipun demikian kemandulan tanaman F1 hibrid juga dapat ditemukan pada persilangan tetua dengan genom yang sama baik antar spesies, maupun dalam spesies yang sama (Wan et al., 1997). Hibrid yang mandul hasil persilangan dengan genom yang sama tersebut diduga karena adanya karakter mandul jantan pada tetua betina yang disilangkan, sehingga untuk mengatasinya dapat dilakukan silang balik. Adanya beberapa gen letal yang saling mendukung (Yao et al., 1958) dan adanya pengaruh struktur kriptik dari kromosom hasil persilangan diduga dapat menyebabkan kemandulan (Manuel et al., 1990). Berdasarkan pengamatan sitologi, berhasil diidenti-fikasi penyebab kemandulan tanaman hibrid. Kemandulan tanaman hibrid hasil persilangan O. sativa dengan O. australiensis disebabkan besarnya perbedaan ukuran kromosom antar kedua tetua sehingga tidak terjadi perpasangan saat periode meiosis (Li et al., 1961). Terjadi homologi parsial pada tanaman hibrid hasil persilangan antara O. sativa yang bergenom AA dengan O. officinalis yang bergenom CC (Katayama, 1966). page 10 / 10

Mengintip capaian kajian genetika pada Allium sp.

Mengintip capaian kajian genetika pada Allium sp. Mengintip capaian kajian genetika pada Allium sp. Penulis: Lina Herlina, MSi. (peneliti BB Biogen, Bogor) Tahukah anda, bahwa didunia saat ini terdapat sekitar 103 jenis (strain) bawang? Di mana dalam

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pendahuluan. Mutasi Kromosom. GENETIKA DASAR Mutasi Kromosom

Pendahuluan. Pendahuluan. Mutasi Kromosom. GENETIKA DASAR Mutasi Kromosom Pendahuluan GENETIKA DASAR Mutasi Kromosom Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 081 385 065 359 e-mail: dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari Dipublikasi di http://dirvamenaboer.tripod.com

Lebih terperinci

Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi

Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan mitosis dan meiosis pada tanaman Sub Pokok Bahasan :

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan terhadap pangan khususnya beras, semakin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, sedangkan usaha diversifikasi pangan berjalan lambat. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN UMUM

VII. PEMBAHASAN UMUM VII. PEMBAHASAN UMUM Ketahanan terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum acutatum dilaporkan terdapat pada berbagai spesies cabai diantaranya Capsicum baccatum (AVRDC 1999; Yoon

Lebih terperinci

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Mata Kuliah : Biologi Umum Kode MK : Bio 612101 Tahun Ajaran : 2014/2015 Pokok Bahasan : Genetika Jani Master, M.Si.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Gramineae dan genus Oryza (Grist, 1959). Padi dapat tumbuh pada berbagai lokasi dan iklim yang berbeda.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA

BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA OLEH: IR. SUPRIYANTA, MP. JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2004 Topik 1 Pendahuluan Dalam bidang biologi, kita mengenal suatu organisme

Lebih terperinci

Dasar Selular Reproduksi dan Pewarisan Sifat

Dasar Selular Reproduksi dan Pewarisan Sifat Dasar Selular Reproduksi dan Pewarisan Sifat A. Siklus sel dan siklus hidup organisme B. Prinsip dasar reproduksi dan pewarisan material genetik: mitosis, meiosis dan fertilisasi C.Pola pewarisan sifat:

Lebih terperinci

Pembentukan Populasi Interspesifik Padi melalui Kultur Embrio secara In Vitro

Pembentukan Populasi Interspesifik Padi melalui Kultur Embrio secara In Vitro Pembentukan Populasi Interspesifik Padi melalui Kultur Embrio secara In Vitro Tintin Suhartini, Tiur S. Silitonga, dan Buang Abdullah Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pendahuluan. GENETIKA DASAR Teori Kromosom tentang Pewarisan

Pendahuluan. Pendahuluan. GENETIKA DASAR Teori Kromosom tentang Pewarisan GENETIKA DASAR Teori Kromosom tentang Pewarisan Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 08 385 065 359 e-mail: dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari Dipublikasi

Lebih terperinci

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Keragaman Somaklonal Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Mekanisme Terjadinya Keragaman Somaklonal Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik tanaman yang terjadi sebagai hasil kultur

Lebih terperinci

PERBEDAAN MITOSIS DAN MEIOSIS Sel yang aktif membelah melewati suatu siklus yang berlangsung secara teratur dikenal sebagai siklus sel. Siklus sel dibedakan atas dua stadia, yaitu stadium istirahat (interfase)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Padi (Oryza sativa L.) Padi merupakan tanaman pangan penting yang menyediakan bahan pangan pokok, dan 35-60% kalorinya dikonsumsi lebih dari 2,7 milyar penduduk dunia.

Lebih terperinci

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI Metode Pemuliaan Introduksi Seleksi Hibridisasi penanganan generasi bersegregasi dengan Metode silsilah (pedigree) Metode curah (bulk) Metode silang balik (back

Lebih terperinci

SET 4 REPRODUKSI SEL 1 (MITOSIS & MEIOSIS)

SET 4 REPRODUKSI SEL 1 (MITOSIS & MEIOSIS) 04 MATERI DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA BIOLOGI SET 4 REPRODUKSI SEL 1 (MITOSIS & MEIOSIS) Pembelahan sel dibedakan menjadi secara langsung (amitosis) dan tidak langsung (mitosis dan meiosis).

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI KHUSUS PEMULIAAN TANAMAN POLIPLOIDI PADA SEMANGKA

MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI KHUSUS PEMULIAAN TANAMAN POLIPLOIDI PADA SEMANGKA MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI KHUSUS PEMULIAAN TANAMAN POLIPLOIDI PADA SEMANGKA PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 POLIPLOIDI PADA SEMANGKA I. TUJUAN 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

1. JELASKAN DAN GAMBAR TAHAP-TAHAP PEMBELAHAN MITOSIS UNTUK INDIVIDU YANG MEMILIKI. A. AABB; B. AABBCC; C. AABBCCDD; D

1. JELASKAN DAN GAMBAR TAHAP-TAHAP PEMBELAHAN MITOSIS UNTUK INDIVIDU YANG MEMILIKI. A. AABB; B. AABBCC; C. AABBCCDD; D 1. JELASKAN DAN GAMBAR TAHAP-TAHAP PEMBELAHAN MITOSIS UNTUK INDIVIDU YANG MEMILIKI. A. AABB; B. AABBCC; C. AABBCCDD; D 1 1. PEMBELAHAN SEL 1. Jelaskan dan gambar tahap-tahap pembelahan mitosis untuk individu

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pendahuluan. Mutasi Gen. GENETIKA DASAR Mutasi Gen

Pendahuluan. Pendahuluan. Mutasi Gen. GENETIKA DASAR Mutasi Gen Pendahuluan GENETIKA DASAR Mutasi Gen Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 081 385 065 359 e-mail: dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari Dipublikasi di http://dirvamenaboer.tripod.com

Lebih terperinci

MUTASI. Rita Wijayanti SMA Negeri 9 Yogyakarta

MUTASI. Rita Wijayanti SMA Negeri 9 Yogyakarta MUTASI Rita Wijayanti SMA Negeri 9 Yogyakarta Standar Kompetensi: 3. Memahami konsep dasar dan prinsipprinsip hereditas serta implikasinya pada salingtemas. 3.5 Menjelaskan peristiwa mutasi dan implikasinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis

I. PENDAHULUAN. Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kembang sungsang (Gloriosa. superba L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk kedalam suku Liliaceae. Tanaman ini merupakan tumbuhan memanjat sehingga dikenal

Lebih terperinci

ANALISIS MEIOSIS PENDAHULUAN

ANALISIS MEIOSIS PENDAHULUAN 1 ANALISIS MEIOSIS PENDAHULUAN Latar Belakang Stadium haploid dari siklus seksual dihasilkan dari proses pembelahan inti yang disebut meiosis. Meiosis berlangsung pada sel-sel yang terdapat di dalam jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dengan harga terjangkau. Di Indonesia, kedelai banyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II.

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II. REPRODUKSI SEL AMITOSIS REPRODUKSI SEL Pembelahan I Profase I Metafase I Anafase I Proleptotene Leptotene Zygotene Pachytene Diplotene Diakinesis MEIOSIS Interfase Telofase I Pembelahan II Profase II Metafse

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

Potensi Padi Liar sebagai Sumber Genetik dalam Pemuliaan Padi

Potensi Padi Liar sebagai Sumber Genetik dalam Pemuliaan Padi Potensi Padi Liar sebagai Sumber Genetik dalam Pemuliaan Padi Buang Abdullah 1 Ringkasan Ketersediaan dan keragaman sumber daya genetik merupakan faktor penting dalam perakitan varietas unggul dengan sifat-sifat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal

Lebih terperinci

HIBRIDISASI SOMATIK MELALUI FUSI PROTOPLAS. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

HIBRIDISASI SOMATIK MELALUI FUSI PROTOPLAS. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP HIBRIDISASI SOMATIK MELALUI FUSI PROTOPLAS Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Pendahuluan Pendahuluan Hibridisasi secara seksual telah dilakukan pada tanaman selama berpuluh tahun untuk

Lebih terperinci

Bab PEWARISAN SIFAT. Bab 5 Pewarisan Sifat 93. (Sumber: i31.photobucket)

Bab PEWARISAN SIFAT. Bab 5 Pewarisan Sifat 93. (Sumber: i31.photobucket) Bab 5 PEWARISAN SIFAT (Sumber: i31.photobucket) Perkembangbiakan generatif akan menghasilkan keturunan yang memiliki sifat-sifat dari induknya. Misalnya pada manusia ditemukan adanya perbedaan dan persamaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia kedelai

Lebih terperinci

PERISTIWA MUTASI. Akan menjelaskan... Mutasi Gen Mutasi Kromosom Hubungan Mutasi - Evolusi

PERISTIWA MUTASI. Akan menjelaskan... Mutasi Gen Mutasi Kromosom Hubungan Mutasi - Evolusi PERISTIWA MUTASI Akan menjelaskan... Mutasi Gen Mutasi Kromosom Hubungan Mutasi - Evolusi Mutasi Gen Terjadi perubahan Gen pada DNA Perubahan berupa: Basa N terhapus Basa N tertukar Basa N tersisip Basa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung Manis Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu bahan pangan penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat dominan dalam

Lebih terperinci

Reproduksi seksual merupakan cara yang paling umum bagi organisma Eukariot untuk menghasilkan turunannya. Reproduksi seksual melibatkan pergantian

Reproduksi seksual merupakan cara yang paling umum bagi organisma Eukariot untuk menghasilkan turunannya. Reproduksi seksual melibatkan pergantian MEIOSIS Reproduksi seksual merupakan cara yang paling umum bagi organisma Eukariot untuk menghasilkan turunannya. Reproduksi seksual melibatkan pergantian generasi sel haploid (membawa sepasang kromosom)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil protein dan lemak nabati yang cukup penting untuk memenuhi nutrisi tubuh manusia. Bagi industri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN PEMBAGIAN KULTUR JARINGAN Kultur organ (kultur meristem, pucuk, embrio) Kultur kalus Kultur suspensi sel Kultur protoplasma Kultur haploid ( kultur anther,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

II. Bagaimana sifat diwariskan

II. Bagaimana sifat diwariskan II. Bagaimana sifat diwariskan Gen-gen letaknya pada kromosom ( inti sel). Kromosom dan gen-gennya gennya diwariskan saat fertilisasi. Pada gonad pembentukan sel kelamin ( meiosis) Contoh; Kromosom dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi Padi merupakan tanaman yang termasuk ke dalam genus Oryza Linn. Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan, yaitu O. sativa Linn. dan O. glaberrima Steud.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kacang Panjang. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2011), susunan klasifikasi kacang panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kacang Panjang. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2011), susunan klasifikasi kacang panjang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kacang Panjang Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2011), susunan klasifikasi kacang panjang secara lengkap adalah sebagai berikut Divisi Kelas Sub kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara-negara berkembang dan yang sedang berkembang baik di

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara-negara berkembang dan yang sedang berkembang baik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan tanaman hortikultura semusim yang mempunyai nilai ekonomi. Cabai rawit memiliki nilai tinggi untuk industri makanan dan

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI TUMBUHAN

BIOTEKNOLOGI TUMBUHAN BIOTEKNOLOGI TUMBUHAN Emil Riza Pratama (1308104010039) Fitria (1308104010013) Jamhur (1308104010030) Ratna sari (308104010005) Wilda Yita (1308104010012) Vianti Cintya Putri (1308104010015) Latar Belakang

Lebih terperinci

Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi 5 Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi 1. Tanaman menyerbuk sendiri 2. Dasar genetik Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Sendiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan.

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pertambahan penduduk dan berkembangnya industri pengolahan makanan yang berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan. Kebutuhan kacang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Permintaan akan komoditas ini dari tahun ke tahun mengalami lonjakan

Lebih terperinci

Dan lain-lainnya hanya di

Dan lain-lainnya hanya di PEMBELAHAN SEL Disusun oleh: Theresia retno kristanti (131434029) Wida hening sukma C (131434014) Anna maria (131434024) Vera yosefita (131434 Siwi saptarani (131434026) Stevani Widha (131434010) Tia ariana

Lebih terperinci

Pada keadaan demikian, kromosom lebih mudah menyerap zat warna, misalnya sudan III, hematoksilin, methylen blue, dan kalium iodida.

Pada keadaan demikian, kromosom lebih mudah menyerap zat warna, misalnya sudan III, hematoksilin, methylen blue, dan kalium iodida. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gen yang menentukan sifat suatu makhluk hidup dibawa oleh struktur pembawa gen yang mirip benang dan terdapat di dalam inti sel (nukleus). Kromosom hanya dapat diamati

Lebih terperinci

Rejuvenasi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Spesies Padi Liar

Rejuvenasi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Spesies Padi Liar Rejuvenasi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Spesies Padi Liar Tintin Suhartini 1), Ida H. Somantri 1), dan Buang Abdullah 2) 1) Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor 2) Balai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

PEMBELAHAN SEL Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

PEMBELAHAN SEL Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. PEMBELAHAN SEL Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa memahami mengenai posisi sel, kromosom, dan DNA dalam dalam kaitannya dengan organisme Mahasiswa memahami jenis-jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup yang indah dan nyaman. Cabai (Capsicum sp.) disamping

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fenotipe morfometrik Karakteristik morfometrik ikan nilem meliputi 21 fenotipe yang diukur pada populasi ikan nilem hijau (tetua) dan keturunannya dari hasil perkawinan

Lebih terperinci

SIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL. Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1

SIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL. Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1 SIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1 - Mempelajari penggabungan acak gamet jantan dan betina dari F1 pada saat pembuahan Pendahuluan Teori

Lebih terperinci

Topik 3 Analisis Genetik Hk. Mendel

Topik 3 Analisis Genetik Hk. Mendel Topik 3 Analisis Genetik Hk. Mendel Hukum Mendel yang sering dikonotasikan dengan hukum pewarisan didasarkan pada prinsip-prinsip segregasi (Hk.Mendel I) dan penggabungan kembali (Hk. Mendel II) gen-gen

Lebih terperinci

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Genetika. 1. Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom:

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Genetika. 1. Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom: 100 Lampiran 2. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Genetika 1. Hubungan antara DNA, gen, dan kromosom: DNA polimer nukleotida (deoksiribosa+fosfat+basa nitrogen) gen (sekuens/dna yang mengkode suatu polipeptida/protein/sifat

Lebih terperinci

TEKNIK MUTASI DALAM PEMULIAAN TANAMAN

TEKNIK MUTASI DALAM PEMULIAAN TANAMAN TEKNIK MUTASI DALAM PEMULIAAN TANAMAN Tujuan pemuliaan tanaman Peningkatan kualitas (daya hasil) Ketahanan terhadap cekaman biotik (penyakit) /abiotik (kekeringan, lahan masam, kandungan garam tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan usaha komersil pada mulanya hanya dikenal di negara-negara maju, namun

BAB I PENDAHULUAN. dan usaha komersil pada mulanya hanya dikenal di negara-negara maju, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budaya menggunakan tanaman hias dan bunga bagi tujuan kesenangan dan usaha komersil pada mulanya hanya dikenal di negara-negara maju, namun akhirnya meluas hingga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Efisiensi Keberhasilan Hibridisasi Buatan Keberhasilan suatu hibridisasi buatan dapat dilihat satu minggu setelah dilakukan penyerbukan. Pada hibridisasi buatan kacang tanah,

Lebih terperinci

MITOSIS DAN MEIOSIS. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed. BIOLOGI KEPERAWATAN 2009

MITOSIS DAN MEIOSIS. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed. BIOLOGI KEPERAWATAN 2009 MITOSIS DAN MEIOSIS TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed. BIOLOGI KEPERAWATAN 2009 SIKLUS SEL G1(gap 1): periode setelah mitosis, gen-gen aktif berekspresi S (sintesis): fase sintesis DNA (replikasi), kromosom

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal dan Taksonomi Padi

TINJAUAN PUSTAKA Asal dan Taksonomi Padi TINJAUAN PUSTAKA Asal dan Taksonomi Padi Padi (Oryza sativa L.), seperti halnya gandum, jagung dan barley termasuk dalam famili Graminae (Poaceae) atau rumput-rumputan. Genus Oryza terdiri atas 23 spesies,

Lebih terperinci

KULTUR JARINGAN TANAMAN

KULTUR JARINGAN TANAMAN KULTUR JARINGAN TANAMAN Oleh : Victoria Henuhili, MSi Jurdik Biologi victoria@uny.ac.id FAKULTAS MATEMATIKA DA/N ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 Kultur Jaringan Tanaman Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh sebab itu permintaan pasar kepada petani terhadap produksi bawang merah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh sebab itu permintaan pasar kepada petani terhadap produksi bawang merah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (البصل) (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman umbi lapis yang merupakan salah satu bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia. Selain itu bawang

Lebih terperinci

1. Jelaskan dan gambar tahap-tahap pembelahan mitosis untuk individu yang memiliki. a. AABB; b. AABbCc; c. aabbccdd; d.

1. Jelaskan dan gambar tahap-tahap pembelahan mitosis untuk individu yang memiliki. a. AABB; b. AABbCc; c. aabbccdd; d. 1 1. PEMBELAHAN SEL 1. Jelaskan dan gambar tahap-tahap pembelahan mitosis untuk individu yang memiliki kromosom, misal AaBbCC! (A= kromosom metasentrik, B dan C= kromosom akrosentrik). 2. Suatu tanaman

Lebih terperinci

B. Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan singkat dan jelas.

B. Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan singkat dan jelas. 6. Pada setiap DNA, purin dan pirimidin terikat pada gula deoksiribosa dan sebuah fosfat, unit ini disebut. a. nukleolus d. nukleus b. nukleosida e. gula pentosa c. nukleotida 7. Kemampuan DNA memperbanyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jagung Manis LASS Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas jagung sintetik bernama Srikandi. Varietas LASS juga merupakan hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi karena banyak disukai oleh masyarakat.

Lebih terperinci

Kaitan Reproduksi Sel dengan Pewarisan Sifat. Oleh Trisia Lusiana Amir, S.Pd., M. Biomed Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul 2016

Kaitan Reproduksi Sel dengan Pewarisan Sifat. Oleh Trisia Lusiana Amir, S.Pd., M. Biomed Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul 2016 Kaitan Reproduksi Sel dengan Pewarisan Sifat Oleh Trisia Lusiana Amir, S.Pd., M. Biomed Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul 2016 Definisi & Tujuannya - Pembelahan sel reproduksi sel, pertumbuhan

Lebih terperinci

MAKALAH BIOLOGI KROMOSOM

MAKALAH BIOLOGI KROMOSOM MAKALAH BIOLOGI KROMOSOM OLEH: Annisa Tria Apriliani 1413100004 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR...iii DAFTAR TABEL... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 1

Lebih terperinci

5. Kerja enzim dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, kecuali. a. karbohidrat b. suhu c. inhibitor d. ph e. kofaktor

5. Kerja enzim dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, kecuali. a. karbohidrat b. suhu c. inhibitor d. ph e. kofaktor 1. Faktor internal yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan adalah. a. suhu b. cahaya c. hormon d. makanan e. ph 2. Hormon yang termasuk ke dalam jenis hormon penghambat pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan literatur Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophytae dengan subdivisio Angiospermae,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi yang baik semakin meningkat, baik kecukupan protein hewani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nilam

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nilam TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani Nilam Indonesia memiliki tiga jenis nilam yang sudah dikembangkan, yaitu: nilam aceh (Pogostemon cablin), nilam jawa (Pogostemon heyneanus) dan nilam sabun (Pogostemon hortensis).

Lebih terperinci

MUTASI KROMOSOM: Perubahan Struktur Kromosom

MUTASI KROMOSOM: Perubahan Struktur Kromosom MUTASI KROMOSOM: Perubahan Struktur Kromosom Mutasi kromosom disebut juga aberasi kromosom. Macam aberasi kromosom merupakan perubahan pada sesuatu bagian kromosom dari pada perubahan kromosom secara keseluruhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

ULAS BALIK. Sterilitas Jantan pada Tanaman. (Male Sterility in Plants)

ULAS BALIK. Sterilitas Jantan pada Tanaman. (Male Sterility in Plants) Hayati, Juoi 1995, hlm. 1-7 ISSN 0854-8587 Vol. 2, No. 1 ULAS BALIK Sterilitas Jantan pada Tanaman (Male Sterility in Plants) SUHARSONO Jurusan Biologi FMIPA IPB, Jalan Raya Pajajaran, Bogor 16144 dan

Lebih terperinci

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP MORFOLOGI, ANATOMI, DAN SITOLOGI ZURIAT KACANG TANAH HASIL PERSILANGAN INTERSPESIFIK PENDAHULUAN

PENGARUH KOLKISIN TERHADAP MORFOLOGI, ANATOMI, DAN SITOLOGI ZURIAT KACANG TANAH HASIL PERSILANGAN INTERSPESIFIK PENDAHULUAN PENGARUH KOLKISIN TERHADAP MORFOLOGI, ANATOMI, DAN SITOLOGI ZURIAT KACANG TANAH HASIL PERSILANGAN INTERSPESIFIK Yudiwanti 1*), Surjono Hadi Sutjahjo 1), Anita Arif Rahayu 2), 1) Dosen pada Departemen Agronomi

Lebih terperinci

Rasa curiosity mnanusia? bagaimana, kapan, dimana kehidupan ini mulai terjadi hingga sekarang? ada teori-teori: Ilmiah: bukti-bukti yang nyata.

Rasa curiosity mnanusia? bagaimana, kapan, dimana kehidupan ini mulai terjadi hingga sekarang? ada teori-teori: Ilmiah: bukti-bukti yang nyata. EVOLUSI YUNI WIBOWO Rasa curiosity mnanusia? bagaimana, kapan, dimana kehidupan ini mulai terjadi hingga sekarang? ada teori-teori: kreasi khusus ebolusi Ilmiah: bukti-bukti yang nyata. Evolusi perubahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung adalah salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,

Lebih terperinci

MEKANISME SEL. Mitosis & Meiosis

MEKANISME SEL. Mitosis & Meiosis MEKANISME SEL Mitosis & Meiosis MITOSIS MEIOSIS Nama Anggota : Khaidir Adam Wijaya M. Saifullah Romadhon Yanuar Setia Budi Rahmawan Yulianto Gabryna Auliya Nugroho Reindy Katon Bagaskara MITOSIS Pembelahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kedelai Klasifikasi ilmiah tanaman kedelai sebagai berikut: Divisi Subdivisi Kelas Suku Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Magnoliophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

BAB VII PEMBAHASAN UMUM BAB VII PEMBAHASAN UMUM Kajian tentang potensi jarak pagar sebagai penghasil bahan bakar nabati telah banyak dilakukan. Sebagai penghasil bahan bakar nabati, secara teknis banyak nilai positif yang dimiliki

Lebih terperinci

ADI HADIANA CUCU FITRIANI IGUS JULIUS MOCHAMAD SAEFFULLOH WINDA YUNI DENINTA YANTI SUSILAWATI

ADI HADIANA CUCU FITRIANI IGUS JULIUS MOCHAMAD SAEFFULLOH WINDA YUNI DENINTA YANTI SUSILAWATI ADI HADIANA CUCU FITRIANI IGUS JULIUS MOCHAMAD SAEFFULLOH WINDA YUNI DENINTA YANTI SUSILAWATI 3C Definisi Pewarisan Sitoplasmik adalah pewarisan sifat yang disebabkan oleh bagian eksternal dari nukleus,

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMULIAAN OLEH ADI RINALDI FIRMAN

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMULIAAN OLEH ADI RINALDI FIRMAN ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMULIAAN OLEH ADI RINALDI FIRMAN 1. ANALISIS KORELASI Mempelajari hubungan antara dua sifat yang diamati atau mengukur keeratan (derajat)hubungan antara dua peubah. 2. ANALISIS REGRESI

Lebih terperinci

Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik. Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP

Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik. Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP Pendahuluan Tanaman haploid ialah tanaman yang mengandung jumlah kromosom yang sama dengan kromosom gametnya

Lebih terperinci

Teknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012

Teknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012 Teknik Kultur In Vitro Tanaman Sri Sumarsih Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id

Lebih terperinci

Keragaman Karakter Morfologis Plasma Nutfah Spesies Padi Liar (Oryza spp.)

Keragaman Karakter Morfologis Plasma Nutfah Spesies Padi Liar (Oryza spp.) Keragaman Karakter Morfologis Plasma Nutfah Spesies Padi Liar (Oryza spp.) Tintin Suhartini Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Jl. Tentara Pelajar No.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

Keterpautan (Linkage) Penemuan Keterpautan Gen. Penemuan Keterpautan Gen KETERPAUTAN DAN PEMETAAN KROMOSOM

Keterpautan (Linkage) Penemuan Keterpautan Gen. Penemuan Keterpautan Gen KETERPAUTAN DAN PEMETAAN KROMOSOM Keterpautan (Linkage) KETERPAUTAN DAN PEMETAAN KROMOSOM Oleh: Dr. Dirvamena Boer 081 385 065 359 Universitas Haluoleo, Kendari dirvamenaboer@yahoo.com http://dirvamenaboer.tripod.com AaBb x AaBb 9:3:3:1

Lebih terperinci

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi)

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. CEKAMAN LINGKUNGAN BIOTIK 1. PENYAKIT TANAMAN 2. HAMA TANAMAN 3. ALELOPATI PEMULIAAN

Lebih terperinci

PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI Tujuan pemuliaan Dasar genetik tanaman Keragaman genetik Metode pemuliaan Pengujian dan pelepasan varitas Tujuan Mendapatkan tanaman superior yang memiliki sifat-sifat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat keanekaragaman sumber daya hayati yang tinggi, khususnya tumbuhan. Keanekaragaman genetik tumbuhan di

Lebih terperinci

PENGANTAR GENETIKA DASAR HUKUM MENDEL ISTILAH DALAM GENETIKA. OLEH Dr. Hasnar Hasjim

PENGANTAR GENETIKA DASAR HUKUM MENDEL ISTILAH DALAM GENETIKA. OLEH Dr. Hasnar Hasjim PENGANTAR GENETIKA DASAR HUKUM MENDEL ISTILAH DALAM GENETIKA OLEH Dr. Hasnar Hasjim 1.PENGANTAR GENETIKA Genetika adalah ilmu yang mempelajari sifat keturunan yang diwariskan kepada anak cucu dan variasi

Lebih terperinci