METHODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN GROIN GEOBAG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METHODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN GROIN GEOBAG"

Transkripsi

1 RAPAT PENJELASAN METHODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN GROIN GEOBAG

2 Latar Belakang

3

4

5

6 Sand bag ±100 kg 100 meter Laut Sa luran Groin Pantai

7

8

9 METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GROIN SAND BAGS Direkomendasikan dilaksanakan pada saat musim gelombang dan angin kecil, yaitu pada musim timur antara bulan Maret sampai dengan Nopember. Dilaksanakan hanya pada saat muka air surut, sehingga dalam sehari ada satu periode pelaksaan selama sekitar 6 jam (berbekal kalender pasang surut). Pelaksana terdiri dari 2 team yang bekerja bersama disisi kiri dan sisi kanan muara, bekerja mulai dari darat kea rah laut. Satu kali periode surut, bekerja untuk panjang yang terbatas (misal 10 meter) dan langsung selesai pada saat air mulai pasang. Yang dimaksud selesai meliputi Pemancangan bambu penyangga seseg bambu dasar, Pemasangan P plastik dan seseg bambu b sebagai dasar, Peletakan sand bag berisi pasir urug di dasar galian, Pemasangan dinding sand bags. Pengisian groin dengan tanah setempat dan penutupan ujung dengan sand bag.

10 Sebelum pelaksanaan di perairan dimulai, terlebih dahulu disiapkan komponen komponen konstruksi seperti antara lain : Sand bag yang telah terisi pasir urug dengan berat seperti yang dipersyaratkan, Seseg bambu dan batan g bambu sebagai tiang pancang sejumlah tertentu, Plastikkedap kedap air

11 sehingga setiap periode pelaksanaan waktu efektip fki sepenuhnya untuk konstruksi tidak ada waktu untuk persiapan. Pada saat air pasang waktu digunakan untuk kkegiatan persiapan tahap konstruksi berikutnya.

12 URUTAN PELAKSANAN Setelah surut, segera gali calon lokasi fondasi groin sedalam 0.50meter, lebar 7 meter (sesuai lebar dasar groin, 5 meter) ditambah 2x satu meter dan panjang 10 meter. Tanah hasil galian dibuang ke sisi luar groin, Penggalian dimulai dengan menggali sedalam 0.50 meter, lebar satu meter di kanan kiri sisi groin, sepanjang 10 meter. Letakkan sand bag di galian sampai dengan minimal setinggi muka tanah asli sebagai penahan galian,

13

14 URUTAN PELAKSANAN Gali alur diantara dua barisan sand bag sesuai rencana, Setelah itu segera pancang bambu penyangga, dan pasang lapisan plastic didasar groin, kemudian diikuti dengan pemasangan seseg bambu,

15

16 URUTAN PELAKSANAN Setelah seseg bambu sebagai dasar terpasang, segera susun sand bag diatasnya sebagai dasar timbunan tanah, Pasang dinding sand bag lapis demi lapis. Iik t h t t lti k i Isi kan tanah setempat yang relatip kering diantara sand bags dan dipadatkan seperlunya,

17

18

19

20 URUTAN PELAKSANAN Pekerjaan dari no 1 sampai dengan no 9 harus sudah dapat diselesaikan sebelum air pasang mulai meninggi. Ulangi kegiatan no 1 sampaidengan no 9 pada saat muka air surut berikutnya, dan sterusnya sampai panjang groin tercapai.

21 SPESIFIKASI BAHAN SPESIFIKASI BAHAN Sand Bag/Geo Bag

22 SPESIFIKASI BAHAN Syarat bahan yang dipakai minimal memenuhi NW 8 seperti tercantum dalam tabel diatas. Kerusakan material selama ditransport t dan disimpan i menjadi tanggung jawab kontraktor Meterial harus disimpan sesuai metode yang diminta produsen sehingga terbebas dari kerusakan. Material yang telah cacat/berlobang atau sobek tidak boleh dipasang. Ukuran sand bag sebelum diisi minimal 1.25 m x 1.25 m. Bahan sebelum dibeli dan dikirim ke lokasi supaya mendapatkan persetujuan pemilik pekerjaan

23

24 SPESIFIKASI BAHAN Material pengisi Berupa pasir urug kering. Pengisian Pengisisn tidak boleh melebihi dari 80% dari kapasitas maksimum, sehingga sandbag masih dapatmengalami perobahan bentuk ketika diletakan. Peletakan Sand bag diletakan sebagaimana diperlihatkan dalam gambar dan ditekan sedemikian rupa sehingga melekat satu sama lain

25 SPESIFIKASI BAHAN Plastik pelapis. Spesifikasi bahan Plastik transparan dengan ketebalan cukup dan mendapatkan persetujuan pemilik pekerjaan sebelum dikirim ke lapangan Peletakan Digelar diatas seseg bambu, b dengan overlapping sambungan minimal 50 cm.

26 Seseg bambub SPESIFIKASI BAHAN Karakteristik bahan. Terbuat dari kulit bambuyang terdapat di sekitar lokasi pekerjaan Anyaman Anyaman cukup kuat dan dibingkai i dan dipaku pada bagian tepinya sehingga tidak mudah lepas Peletakan Diletakan didasar galian, dibawah lembaran plastik, dengan overlapping sambungan minimal 30 cm, posisi tiang pancang tidak boleh berasda pada posisi lobang anyaman sehingga dipastikan anyaman babbu tersangga oleh tiang pancang babmbu

27 Pancang bambub SPESIFIKASI BAHAN Karakteristik bahan Diambil dari bambu di sekitar lokasi pekerjaan, cukup lurus dengan diameter minimak 10 cm dibagian ujung atas dan 7 cm diujung bawah, dengan panjang minimal 8 m atau sampai mengenai dasar pasir Persiapan Bambu supaya py dirangkai dengan belahan bambu arah mendatar atau diagonal dan dipaku untuk setiap dua baris sebelum dipancang. Pemancangan Dilakukan setiap dua baris sekaligus dalam satu set rangkaian sampai dengan posisi dasar pasir

28 SPESIFIKASI BAHAN Tanah pengisi iigroin Karakteristik bahan Diambil dari tanah setempat yang relatip liat, tidak dibenarkan mengisidengan tanah lumpur cair. Pengisian Pengisian dilakukan lapis demi lapis setelah sisi sand bag dipasang disisi luarnya, sand bag dimaksudkan agar tanah pengisi iitidak longsor dan dapat dipadatkan secukupnya

29 SPESIFIKASI BAHAN Mangrove/bakau Jenis dan syarat Mangrove cukup sehat dengan ketinggian saat ditanam telah mencapai ketinggian kti i 1 m dan tlh telah mempunyaibeberapa b cabang dengan daun secukupnya. Bibit diambil beserta naha dan akarnya Penanaman. Ditanam pada tanah timbunan pengisi groin dengan jarak antara 1.5 meter ditengah timbunan Pemeliharaan Pemeliharaan sampai dengan mangrove telah dipastika hidup, yaitu selama 6 bulan. Jika sebelum itu ada yang mati, kontraktor berkewajiban untuk menggantinya.

30 LAIN LAIN Pelaksanaan dilakukan pada saat surut Pelaksanaan dilakukan tahap demi tahap dengan panjang tertentu dansetiaptahap tahap harus selesai sempurna,artinya pemasangan tiang pancang, seseg bambu, plastik, sand bag dan pengisian timbunan pengisi groin telah diselesaikan. Panjang groin tiap tahap disesuaikan dengan waktu surut yang tersedia. Sebelum pasang naik, ujung groin tahap yang dapat diselesaikan pada hari itu supaya ditutup dengan pelindung dari sand bag yang akan aa dpa dipakai a selanjutnya. Ujung groin supaya ditutup dengan sand bag.

31 TERIMAKASIH

GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN SEMESTER 3

GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN SEMESTER 3 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN PPPPTK BMTI GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN SEMESTER 3 KEMENTERIAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIKDAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG TATA LAKSANA PERIZINAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SERTA PENGAWASAN PEMULIHAN AKIBAT PENCEMARAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DI KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DI KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA No: PER.04/MEN/1985 TENTANG PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI MENTERI TENAGA KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA No: PER.04/MEN/1985 TENTANG PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI MENTERI TENAGA KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA No: PER.04/MEN/1985 TENTANG PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI MENTERI TENAGA KERJA PerMen 04-1985 Ttg Pesawat Tenaga dan Produksi Menimbang : a. bahwa kenyataan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI 4.1. TAHAP PERSIAPAN

BAB IV METODOLOGI 4.1. TAHAP PERSIAPAN 45 BAB IV METODOLOGI 4.1. TAHAP PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai tahapan pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENATAAN BATAS KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PEDOMAN PELAKSANAAN PENATAAN BATAS KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PEDOMAN PELAKSANAAN PENATAAN BATAS KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL i ii iii KATA PENGANTAR P enetapan sebuah kawasan sebagai kawasan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.

Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. Kembali SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. 1. Ruang lingkup. 1.1. Standar ini mencakup

Lebih terperinci

Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi Kebakaran

Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi Kebakaran Kembali SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi Kebakaran 1 Pendahuluan. 1.1 Ruang Lingkup dan Acuan. 1.1.1 Ruang Lingkup. Standar ini berhubungan dengan pemilihan dan instalasi

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PERSIAPAN & PERENCANAAN TEKNIS (PENYUSUNAN PROPOSAL KEGIATAN)

BAGIAN 1 PERSIAPAN & PERENCANAAN TEKNIS (PENYUSUNAN PROPOSAL KEGIATAN) 1 BAGIAN 1 PERSIAPAN & PERENCANAAN TEKNIS (PENYUSUNAN PROPOSAL KEGIATAN) KATA PENGANTAR Kegiatan Lingkungan yang dilaksanakan melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) merupakan salah satu bagian pelaksanaan

Lebih terperinci

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya SNI 0405000 Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya 6. Ruang lingkup 6.. Bab ini mengatur persyaratan PHB yang meliputi, pemasangan, sirkit, ruang pelayanan, penandaan untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG RUMAH SUSUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG RUMAH SUSUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG RUMAH SUSUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka konservasi sungai, pengembangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA No : PER.05/MEN/1985 T E N T A N G PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT MENTERI TENAGA KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA No : PER.05/MEN/1985 T E N T A N G PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT MENTERI TENAGA KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA No : PER.05/MEN/1985 T E N T A N G PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT MENTERI TENAGA KERJA Menimbang: a. bahwa dengan meningkatnya pembangunan dan teknologi dibidang

Lebih terperinci

METODE PEMBANGUNAN JALAN BERBASIS TENAGA KERJA

METODE PEMBANGUNAN JALAN BERBASIS TENAGA KERJA PEDOMAN TEKNIS METODE PEMBANGUNAN JALAN BERBASIS TENAGA KERJA Edisi Pertama Dipersiapkan untuk Kementerian Pembangunan Perdesaan oleh dan 1 Pernyataan Labour-based (teknologi berbasis tenaga kerja) adalah

Lebih terperinci

Topik 10. Drainase Bawah Permukaan

Topik 10. Drainase Bawah Permukaan 1 Topik 10. Drainase Bawah Permukaan Foto Pemasangan pipa drainase dengan mesin di Belanda Pendahuluan Tujuan instruksional khusus: mahasiswa mampu memahami perhitungan spasing, diameter pipa dan slope

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN KUAT LEKAT DAN PANJANG PENYALURAN BAJA POLOS PADA BETON RINGAN DENGAN BERBAGAI VARIASI KAIT SKRIPSI

LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN KUAT LEKAT DAN PANJANG PENYALURAN BAJA POLOS PADA BETON RINGAN DENGAN BERBAGAI VARIASI KAIT SKRIPSI KUAT LEKAT DAN PANJANG PENYALURAN BAJA POLOS PADA BETON RINGAN DENGAN BERBAGAI VARIASI KAIT The Bond Strength and Development Length Observation of Bar Reinforcement of Lightweight Concrete with Various

Lebih terperinci

PerMen 04-1980 Ttg Syarat2 APAR

PerMen 04-1980 Ttg Syarat2 APAR PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No : PER.04/MEN/1980 TENTANG SYARAT-SYARAT PEMASANGAN DAN PEMELIHARAN ALAT PEMADAM API RINGAN. MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI: PerMen 04-1980 Ttg

Lebih terperinci

c) Untuk perencanaan jari-jari lengkung lingkaran dan lengkung peralihan Vrencana = Vmaks

c) Untuk perencanaan jari-jari lengkung lingkaran dan lengkung peralihan Vrencana = Vmaks BAB 1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Perencanaan Konstruksi Jalan Rel Lintas kereta api direncanakan untuk melewatkan berbagai jumlah angkutan barang dan/ atau penumpang dalam suatu jangka waktu tertentu. Perencanaan

Lebih terperinci

PRAKTEK MANAJEMEN YANG BAIK Untuk Tambak Udang di Aceh

PRAKTEK MANAJEMEN YANG BAIK Untuk Tambak Udang di Aceh Supported by: PANDUAN PRAKTIS PRAKTEK MANAJEMEN YANG BAIK Untuk Tambak Udang di Aceh DIBUAT OLEH: Manual ini disusun bersama-sama oleh:: Asian Development Bank (ADB) Australian Centre for International

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 12 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG GARIS SEMPADAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 12 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG GARIS SEMPADAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 12 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KODE MODUL JUDUL MODUL

KODE MODUL JUDUL MODUL DAFTAR JUDUL MODUL NO KODE MODUL JUDUL MODUL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 KYU.BGN.007 (3) A KYU.BGN.008 (3) A KYU.BGN.101 (1) A KYU.BGN.102 (1) A KYU.BGN.103 (2) A KYU.BGN.104

Lebih terperinci

TEKNIK JILID 2 SMK. Suparno

TEKNIK JILID 2 SMK. Suparno Suparno TEKNIK GAMBAR BANGUNAN JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen

Lebih terperinci

petunjuk teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

petunjuk teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil petunjuk teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KEMENTERIAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN PROGRAM JALAN KABUPATEN

PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN PROGRAM JALAN KABUPATEN SK No. 77 / KPTS / Db / 1990 PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN PROGRAM JALAN KABUPATEN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DAFTAR ISI Halaman 1. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 1.1

Lebih terperinci

TATA CARA PEMASANGAN RAMBU DAN MARKA JALAN PERKOTAAN NO. 01/P/BNKT/1991 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

TATA CARA PEMASANGAN RAMBU DAN MARKA JALAN PERKOTAAN NO. 01/P/BNKT/1991 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA TATA CARA PEMASANGAN RAMBU DAN MARKA JALAN PERKOTAAN NO. 01/P/BNKT/1991 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA P R A K A T A Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam

Lebih terperinci