Muhammad Septiawan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Muhammad Septiawan"

Transkripsi

1 JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 2 Nomor 12 (2013) Copyright 2013 TINJAUAN YURIDIS MAKNA DAN KONSEP TERHADAP SUBSTANSI HUKUM HAK MENGUASAI NEGARA DAN HAK MILIK ATAS TANAH (Studi Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen Ke IV dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 1960, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043 ) Muhammad Septiawan Wawan.suka@yahoo.com Abstrak Konsep Hak Menguasai Negara yang dikenal selama ini masih belum sesuai dalam pengertian makna sebenarnya. Pemaknaan tersebut paling jelas berubah ketika terbitnya Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, karena terdapat penambahan kata hak dalam penguasaan negara tersebut. Kata hak menguasai negara ini semakin memperluas makna dari konsep hak menguasai negara. Penelitian ini memperbandingkan persamaan dan perbedaan makna Hak Menguasai Negara terhadap Hak Milik Atas Tanah antara Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dengan Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, lalu melihat konsistensi dari makna Hak Menguasai Negara dan Hak Milik Atas Tanah Pasal demi Pasal dari Kedua Peraturan Tersebut. Konsep Hak Menguasai Negara dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang tidak jelas, memungkinkan ketidakjelasan makna Hak Menguasai Negara terhadap Hak Milik Atas Tanah ini dapat membuat disharmonisasi hukum jika dilakukan tidak dengan tujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Konsep Hak Menguasai Negara dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria tidak sesuai dengan makna dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Terdapat Pasal yang tidak sesuai dalam makna Hak Menguasai Negara, padahal negara seharusnya menjadi pengurus, pengatur, pengelola, pengawas dan pembuat kebijakan dalam menjaga status Hak Milik Atas Tanah. Oleh karena itu diharapkan makna Hak Menguasai Negara dapat menjadi lebih jelas dalam pemaknaannya dan memang benar-benar menjadi pedoman dalam pengaturan negara terhadap Hak Milik Atas Tanah. Kata kunci : Konsep, Hak Milik Atas Tanah, Hak Menguasai Negara

2

3 Pendahuluan Indonesia adalah salah satu negara didunia yang memiliki sumber kekayaan alam yang menjadi modal dasar didalam peningkatan kegiatan pembangunan nasional dan berguna untuk kemakmuran rakyatnya. Salah satu sumber kekayaan alam yang paling penting bagi pembangunan nasional adalah tanah. Tanah bagi hidup dan penghidupan manusia merupakan condition sine qua non. tanah adalah salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi kehidupan manusia, karena manusia sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Indonesia sebagai negara hukum telah menetapkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai konstitusi atau aturan tertinggi dalam hierarki peraturan perundangundangan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara harus didasarkan pada aturan konstitusi. Berkaitan dengan konsep penguasaan hak atas tanah telah diatur pada Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dari ketentuan ini maka secara jelas tampak bahwa hubungan antara negara dengan bumi, air dan kekayaan alam adalah hubungan penguasaan. Hak Menguasai Negara bukan dalam makna negara memiliki, tetapi dalam pengertian bahwa negara merumuskan kebijakan (beleid), melakukan pengaturan (regelendaad), melakukan pengurusan (bestuurdaad), melakukan pengelolaan (behersdaad), dan pengawasan(toezichtthoundendaad). Meskipun kelima peranan negara atau pemerintah tersebut di atas telah terpenuhi harus tetap diingat bahwa tujuan dari penguasaan negara adalah sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sehingga harus dapat dipastikan atau dijamin bahwa kewajiban negara untuk mensejahterakan rakyat terkait dengan Cabang-cabang produksi maupun sumber daya alam tetap sesuai dengan jalurnya. Pemahaman atas konsep makna dan substansi hak menguasai negara atas tanah penting tentang penggunaan kata hak yang ada selama ini dalam bentuk mengatur, mengurus/mengelola dan mengawasi untuk menghindari kesimpangsiuran dan kesewenang-wenangan negara dalam penguasaannya atas tanah. Demikian pula pada era saat ini, menuntut penegasan politik hukum pertanahan dalam peraturan perundang-undangan dan sikap tindak pemerintah untuk menjamin percepatan peningkatan kemakmuran rakyat dengan mempertimbangkan aspek kedaerahan, pluralisme masyarakat hukum termasuk masyarakat hukum adat serta jaminan atas perlindungan hukum bagi pemegang hak-hak atas tanah yang sudah jelaskan di atas, maka dari itu penulis tertarik untuk

4 Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12 melakukan penelitian mengenai TINJAUAN YURIDIS MAKNA DAN KONSEP TERHADAP SUBSTANSI HUKUM HAK MENGUASAI NEGARA DAN HAK MILIK ATAS TANAH (Studi Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria). permasalahan-permasalahan yang hendak dikemukakan yaitu Bagaimana Tinjauan Yuridis Terhadap Pengertian Makna dan Konsep Hak Menguasai Negara dan Hak Milik Atas Tanah dan Bagaimana Analisis Makna dan Konsep Terhadap Substansi hukum Penguasaan Negara dan Hak Milik Atas Tanah dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui Tinjauan Yuridis Terhadap Pengertian Makna dan Konsep Hak Menguasai Negara dan Hak Milik Atas Tanah dan untuk mengetahui Analisis Makna dan Konsep Terhadap Substansi Hukum Penguasaan Negara dan Hak Milik Atas Tanah dalam Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Metodologi merupakan suatu unsur di dalam penelitian yang mutlak harus ada di dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penulisan hukum ini adalah metode penelitian hukum normatif. Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu yang pertama pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Yang kedua yaitu pendekatan konseptual beranjak dari perundang-undangan dan doktrindoktrin yang berkembang didalam ilmu hukum. Dengan mempelajari perundang-undangan dan doktrindoktrin di dalam ilmu hukum, penelitian akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertianpengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penulisan ini yaitu bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundangundangan dan putusan hakim. Selanjutya bahan hukum sekunder, berupa rujukan dari beberapa buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikel-artikel, wacana yang dikemukakan oleh para ahli hukum, 2

5 Tinjauan Yuridis Makna dan Konsep (Muhammad Septiawan) serta dari beberapa situs internet. Dan yang terakhir bahan hukum tersier yaitu berupa petunjukpetunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum skunder, seperti kamus hukum, jurnal ilmiah, dan bahan-bahan lain yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Teknik dalam penulisan bahan hukum yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kepustakaan dengan mengkaji peraturan perundang-undangan maupun literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti yaitu mengenai Tinjauan Yuridis Terhadap Pengertian Makna dan Konsep Hak Menguasai Negara dan Hak Milik Atas Tanah dan Analisis Makna dan Konsep Terhadap Substansi Hukum Hak Menguasai Negara dan Hak Milik Atas Tanah dalam Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Yang kedua Studi dokumen yaitu dengan mengkaji dokumen institusional berupa pengumpulan bahan hukum yang telah diperoleh dan memiliki relevansi dengan Tinjauan Yuridis Konsep Hak Menguasai Negara Terhadap Status Hak Milik Atas Tanah Di Indonesia. Pembahasan A. Tinjauan Yuridis Terhadap Pengertian Makna dan Konsep Hak Menguasai Negara dan Hak Milik Atas Tanah 1. Analisis Makna Hak Menguasai Negara dan Hak Milik Atas Tanah Dalam hubungan dengan topik bahasan ini lebih dahulu perlu adanya persamaan persepsi mengenai makna atau istilah yang sesungguhnya dikandung didalam pembahasan ini, untuk itu perlu diketahui yang dimaksud dengan pengertian makna. Menurut kamus besar bahasa Indonesia makna adalah maksud pembicara, penulis atau pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan (istilah). 1 Penelitian ini mengkaji pengertian makna dalam hal ini : a. Tanah ialah permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali. 2 Oleh karena itu menurut penulis tanah merupakan suatu sumber daya alam yang paling penting bagi kehidupan manusia maka diperlukan suatu hak untuk dapat memanfaatkannya. 1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, halaman

6 Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12 b. Hak ialah milik atau kepunyaan (kekuasaan untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh undang-undang). 3 Secara garis besar menurut penulis pengertian yang lebih umum tentang pengertian hak yaitu segala sesuatu yang bisa dituntut oleh seseorang tanpa mengabaikan timbal baliknya yaitu suatu kewajiban karena adanya hak sudah pasti akan menimbulkan suatu kewajiban. c. Milik ialah kepunyaan atau hak. 4 Oleh karena itu menurut penulis Milik merupakan suatu pokok atau dasar dari suatu kepunyaan atas sesuatu. d. Menguasai ialah berkuasa atas sesuatu atau memegang kekuasaan atas sesuatu, mengenakan kuasa (pengaruh) atas sesuatu. 5 e. Kewenangan ialah hak atau kekuasaan (untuk melakukan sesuatu). 6 f. Negara ialah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat. 7 Berdasarkan makna dari istilah dalam kamus besar bahasa Indonesia hak menguasai negara dapat dijelaskan mengandung tiga makna yaitu hak, menguasai dan negara. Hak berdasarkan pengertian kamus besar bahasa Indonesia di atas adalah milik atau kepunyaan, menguasai adalah berkuasa atas sesuatu atau memegang kekuasaan atas sesuatu, negara adalah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat. Sehubungan dengan hal diatas, jadi pengertian hak menguasai negara ialah negara berkuasa atas sesuatu (memegang kekuasaan atas sesuatu) berdasarkan Undang-undang. Jadi dengan demikian makna hak menguasai negara adalah kewenangan negara terhadap tanah (permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali). Selanjutnya mengenai hak milik atas tanah penulis mengemukakan berdasarkan makna dari istilah dalam kamus besar bahasa Indonesia tentang hak milik atas tanah dapat dijelaskan mengandung tiga makna yaitu hak, milik dan tanah. 2 Ibid., halaman Ibid., halaman Ibid., halaman Ibid., halaman Ibid., halaman Ibid., halaman

7 Tinjauan Yuridis Makna dan Konsep (Muhammad Septiawan) Hak berdasarkan pengertian kamus besar bahasa Indonesia diatas adalah milik atau kepunyaan, milik adalah kepunyaan atau hak, tanah adalah permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali. Berdasarkan makna diatas makna hak milik atas tanah adalah hak kepunyaan seseorang atas tanah (permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali). Menurut penulis, Jadi dengan demikian makna menguasai bukanlah suatu kepunyaan sedangkan kepunyaan sama artinya dengan kepemilikan. Jadi makna hak menguasai negara disini hanyalah sebatas suatu kekuasaan atau kewenangan sedangkan hak milik atas tanah ialah hak kepunyaan seseorang atas tanah (permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali). 2. Konsep Menurut kamus besar Bahasa Indonesia konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari suatu peristiwa konkret (gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain). 8 Berikut ini para ahli menyatakan beberapa konsep hak salah satunya ialah Salmond. Menurut Salmond didalam hak terdapat empat pengertian : 9 1. Dalam arti sempit, hak berpasangan dengan kewajiban. a. Hak yang melekat kepada seseorang sebagai pemilik. b. Hak yang tertuju kepada orang lain sebagai pemegang kewajiban antara hak dan kewajiban berkorelatif. c. Hak dapat berisikan untuk kewajiban kepada pihak lain agar melakukan perbuatan (comission) atau tidak melakukan (omission) suatu perbuatan. d. Hak dapat memiliki objek yang timbul dari commission dan omission. e. Hak memiliki title, ialah suatu peristiwa yang menjadi dasar sehingga hak itu melekat pada pemiliknya. 2. Kemerdekaan, hak memberikan kemerdekaan kepada seseorang untuk melakukan kegiatan yang diberikan oleh hukum namun tidak untuk mengganggu, melanggar, 8 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op Cit., halaman Njak Souljah, Ilmu Hukum, Hak dan Kewajiban Menurut Para Ahli, diakses pada tanggal 2 April 2013 pada pukul 20:30 Wita. 5

8 Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12 menyalahgunakan sehingga melanggar hak orang lain dan dari pembebasan dari hak orang lain. 3. Kekuasaan, hak yang diberikan untuk melalui jalan dan cara hukum untuk mengubah hak-hak, kewajiban-kewajiban, pertanggungjawaban atau lain-lain dalam hubungan hukum. 4. Kekebalan atau imunitas, hak untuk dibebaskan dari kekuasaan hukum orang lain. Sedangkan menurut Curzon hak dikelompokan menjadi 5 yaitu : Hak sempurna, misal dapat dilaksanakan dan dipaksakan melalui hukum dan hak tidak sempurna misal hak yang dibatasi oleh daluarsa. 2. Hak utama, hak yang diperluas oleh hak-hak lain, hak tambahan, melengkapi hak utama. 3. Hak publik, ada pada masyarakat, negara dan hak perdata ada pada seseorang. 4. Hak positif, menuntut dilakukannya perbuatan hak negatif agar tidak melakukan. 5. Hak milik, berkaitan dengan barang dan hak pribadi berkaitan dengan kedudukan seseorang. Pada dasarnya hak merupakan sesuatu yang abstrak, jika melihat pendapat dari Lawrence M. Friedman menjelaskan: Sebuah hak adalah sebuah klaim atas sebuah barang yang paling tidak dalam teorinya atau secara etika pasokannya tidak terbatas jumlahnya. 11 Selanjutnya Satjipto Rahardjo mengemukakan pengertian hak yaitu : Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terstruktur dalam arti ditentukan kekuasaan dan kedalamannya kekuasaan yang demikian itulah yang disebut hak Ibid., halaman Lawrence M. Friedman, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, halaman Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, halaman 53. 6

9 Tinjauan Yuridis Makna dan Konsep (Muhammad Septiawan) B. Analisis Makna dan Konsep Terhadap Substansi Hukum Penguasaan Negara dan Hak Milik Atas Tanah dalam Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria Substansi Hukum (Legal Substance) adalah aturan, norma dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. Substansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum itu, mencakup keputusan yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka susun. Substansi juga mencakup living law (hukum yang hidup), dan bukan hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang atau law books. Komponen substantif yaitu sebagai output dari sistem hukum yang berupa peraturan-peraturan, keputusan-keputusan yang digunakan baik oleh pihak yang mengatur maupun yang diatur Hak Menguasai Negara Menurut Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 Hak menguasai negara dapat ditemukan didalam Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi : Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat. Kata menguasai dalam Pasal 33 ayat (3) diatas pengertian maknanya adalah negara berkuasa atas sesuatu berdasarkan Undang-undang. Menurut penulis, Jadi dengan demikian makna hak menguasai negara adalah kewenangan negara terhadap bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Kata menguasai dalam Pasal 33 ayat (3) pengertian maknanya adalah negara berkuasa atas sesuatu berdasarkan Undang-undang. Berdasarkan ketentuan diatas maka pengertian makna dan konsep hak menguasai negara disini mempunyai makna hanya sebatas penguasaan bukan dalam pengertian kepemilikan. Penguasaan yang ada pada negara haruslah ditujukan untuk sebesar-besar 13 Ibid., halaman 32. 7

10 Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12 kemakmuran rakyat, karena penguasaan negara itu diberikan untuk menciptakan sebesarbesar kemakmuran rakyat. Menurut penulis pengertian kata dikuasai bersifat luas sebab dari segi objeknya yang berupa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, Jadi dari ketentuan Pasal 33 ayat (3) makna hak menguasai negara adalah negara berkuasa atas sesuatu berdasarkan Undang-undang. Bila dikaitkan dengan isi Pasal 33 ayat (3) dapat dipahami pandangan konsep Muhammad Hatta yang menyatakan : dikuasai oleh negara tidak berarti negara sendiri menjadi pengusaha, usahawan atau ordernemer. Lebih tepat dikatakan bahwa kekuasaan negara terdapat pada membuat peraturan guna kelancaran jalan ekonomi, peraturan yang melarang pula penghisapan orang yang lemah oleh orang yang bermodal. 14 Berdasarkan pemikiran Hatta yang menyatakan negara bukan dalam artian sebagai pelaku usaha namun lebih sebagai pembuat peraturan guna sebesar-besar kemakmuran rakyat, sebab negara sebagai organisasi yang mempunyai kekuasaan tertinggi wajib menjalankan tugas dan fungsinya sebagai amanat dari tujuan konstitusi khususnya dalam Pasal 33 ayat (3) yang menyatakan tujuan dari adanya Penguasaan negara yaitu guna sebesar-besar kemakmuran rakyat. Sehubungan dengan hal diatas, Muhammad Bakri menjelaskan pengertian dikuasai negara haruslah diartikan mencakup makna penguasaan negara dalam arti luas yang bersumber dan diturunkan dari konsepsi kedaulatan rakyat Indonesia atas segala sumber kekayaan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, termasuk pula di dalamnya pengertian kepemilikan publik oleh kolektifitas rakyat atas sumber-sumber kekayaan yang dimaksud. Rakyat secara kolektif itu dikonstruksikan oleh Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan mandat kepada negara untuk melakukan fungsinya dalam mengadakan kebijakan (Beleid) dan tindakan 14 Muhammad Hatta, Loc Cit.. 8

11 Tinjauan Yuridis Makna dan Konsep (Muhammad Septiawan) pengurusan (Besturrsdaad), pengaturan (Regelenddaad), pengelolaan (Begeersdaad) dan pengawasan (Toezichthoudensdaad) oleh Negara. 15 Namun negara dalam menguasai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya haruslah ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, dimana kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan lahir batin, adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia. 16 Menurut penulis dengan demikian antara dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. 2. Hak Menguasai Negara Menurut UUPA Perhatian penulis tertarik pada pandangan yang dikemukakan oleh para pakar hukum agraria, Boedi Harsono dan Maria S.W. Sumardjono yang menyatakan bahwa Hak Menguasai Negara hanya merupakan fungsi atau kewenangan publik dan hal tersebut tidak tepat disamakan dengan hak karena hanya menyangkut aspek kewenangan semata. Hak menguasai negara selain diatur didalam konstitusi juga terdapat didalam Pasal 2 ayat (1) UUPA yang berbunyi : Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara sebagai organisasi seluruh rakyat. Kata menguasai dalam Pasal 2 ayat (1) diatas pengertian maknanya adalah negara berkuasa atas sesuatu berdasarkan Undang-undang sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Menurut penulis pengertian kata dikuasai bersifat luas sebab dari segi objeknya yang berupa bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, Jadi dari ketentuan Pasal 2 ayat (1) makna hak menguasai negara adalah negara berkuasa atas sesuatu berdasarkan Undang-undang sebagai organisasi seluruh rakyat. 15 Muhammad Bakri, Loc Cit. 16 Mohammad Hatta,Loc Cit. 9

12 Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12 Terjadinya hak menguasai negara yang ditegaskan dalam konstitusi negara adalah karena pelimpahan unsur publik sebagai hak penguasaan atas tanah yang tertinggi dalam hukum tanah nasional dan ditegaskan kembali dalam Pasal 1 ayat (2) yang menyatakan bahwa: Seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa indonesia dan merupakan kekayaan alam nasional. Karena yang dilimpahkan adalah unsur publik maka secara otomatis isi kewenangan hak menguasai negara pun semata-mata berunsur publik sebagaimana yang secara eksplisit tampak pada Pasal 2 ayat (2) menyatakan bahwa: Hak menguasai dari negara termaksud dalam ayat (1) Pasal ini memberi wewenang untuk: a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa. b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa. c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa. Kemudian kewenangan negara tersebut dipertegas kembali dalam Pasal 2 ayat (3) yang menyatakan : Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari negara tersebut pada ayat (2) Pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam arti kebahagiaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. 10

13 Tinjauan Yuridis Makna dan Konsep (Muhammad Septiawan) Konsep UUPA dalam hal ini sejalan dengan makna dari kata menguasai yang pengertiannya merupakan suatu kekuasaan atau kewenangan negara terhadap bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Selanjutnya menurut penulis hak menguasai negara atas tanah hakikatnya merupakan penugasan pelaksanaan tugas kewenangan negara atas bumi, air dan ruang angkasa dan kekayaan yang terkandung didalamnya yang mengandung unsur hukum publik (membuat kebijakan, pengurusan, pengaturan, pengelolaan dan pengawasan) yang merupakan fungsi dari terbentuknya suatu negara. Berdasarkan bahasan diatas menurut penulis pengertian dikuasai oleh negara mempunyai makna negara di kontruksikan bahwa negara bukan pemilik tanah, negara hanya sebagai organisasi kekuasaan rakyat yang bertindak selaku badan penguasa yang diberikan wewenang oleh rakyat. Negara hanya mempunyai kewenangan berupa penguasaan terhadap tanah, karena hak menguasai negara bukan dalam pengertian dimiliki melainkan hanya sebatas hak untuk berkuasa atas sesuatu atau memegang kekuasaan atas sesuatu. 3. Hak Milik Atas Tanah Menurut Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia menyatakan : Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Menurut penulis oleh karena hak atas tanah tidak diatur secara jelas dalam konstitusi Negara Republik Indonesia maka secara substansi pengaturan tersebut ada dalam Pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bagian dari bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya yang diatur dalam Pasal tersebut, berdasarkan isi Pasal 33 ayat (3) secara eksplisit menjelaskan hak milik atas tanah ada pada seluruh rakyat Indonesia dan negara hanya diberikan suatu kewenangan untuk menguasai yang berarti hanya sebatas 11

14 Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12 berkuasa atas sesuatu atau memegang kekuasaan atas sesuatu sedangkan kepemilikan ada pada seluruh rakyat indonesia. Urip Santoso menyatakan hak milik atas tanah ialah hak yang memberi wewenang kepada pemegang hak untuk menggunakan dan atau mengambil manfaat dari tanah yang menjadi haknya. 17 Menurut penulis pemaknaan istilah hak milik atas tanah disini bersifat kepemilikan atau kepunyaan, karena hak milik atas tanah merupakan suatu hak yang penting bagi kehidupan bangsa oleh karena itu negara diberikan kewenangan untuk mengatur, mengurus dan mengelola agar terjamin pemanfaatannya. Jadi menurut penulis pengertian hak milik atas tanah diatas merupakan salah satu hak yang paling mendasar yang harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun. Kemudian bila ditinjau lebih mendalam maka hak milik atas tanah merupakan suatu aspek yang penting dalam hal penggunaan dan pengelolaannya serta memberikan suatu manfaat bagi pemilik tanah karena merupakan suatu hak kepunyaan atau kepemilikan. Menurut penulis oleh karena penguasaan terhadap hak milik atas tanah ada pada negara sebagai pengatur maka tidaklah dibenarkan bila negara melupakan amanat konstitusi dalam Pasal 33 ayat (3) diatas yaitu sebesar-besar kemakmuran rakyat sebagai tujuan utamanya. 4. Hak Milik Atas Tanah Menurut UUPA Pengertian hak milik atas tanah ialah hak yang memberi wewenang kepada pemegang hak untuk menggunakan dan atau mengambil manfaat dari tanah yang menjadi haknya. 18 Selanjutnya hak atas tanah dapat ditemukan dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA menyatakan : Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah, 17 Urip Santoso, Loc Cit. 18 Urip Santoso, Loc Cit. 12

15 Tinjauan Yuridis Makna dan Konsep (Muhammad Septiawan) yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum. Dalam Pasal 4 ayat (1) tertuang jelas menyatakan atas dasar hak menguasai negara ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi. Dari makna tersebut maka hak milik atas tanah baru diakui ada oleh negara berdasarkan peraturan perundangundangan. Bila dicermati kembali UUPA sendiri lahir dari Konstitusi khususnya dalam Pasal 33 ayat (3), maka tidaklah dapat dibenarkan UUPA yang merupakan suatu produk hukum yang berisi suatu kekuasaan atau kewenangan mengubah maknanya menjadi suatu kepemilikan karena tidak sesuai dengan tujuan konstitusi yang menyatakan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara eksplisit kata-kata ini menyatakan bahwa kepemilikan berada pada seluruh rakyat Indonesia sedangkan negara hanya diposisikan sebagai pengatur berdasarkan kewenangan atau kekuasaan yang diperolehnya dari seluruh rakyat Indonesia. Berkaitan dengan hal diatas, pemahaman atas substansi hak menguasai negara atas tanah penting tentang penggunaan kata hak yang ada selama ini dalam bentuk mengatur, mengurus/mengelola dan mengawasi untuk menghindari kesewenang-wenangan negara dalam penguasaannya atas tanah. Menurut penulis hak milik atas tanah dalam UUPA mengandung pengertian bahwa hak milik atas tanah baru ada setelah adanya hak menguasai negara. Dari segi makna ini bisa diartikan bahwa penguasaan bisa menjadi suatu kepemilikan karena posisi hak milik atas tanah berada di bawah hak menguasai negara sedangkan dari segi konsep hak milik atas tanah diatas menyatakan bahwa kepemilikan berbeda dengan penguasaan dan tidak bisa disamakan maupun diubah arti dari pemaknaan tersebut. Penutup A. Kesimpulan Dari uraian pembahasan di atas, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut : 13

16 Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor Jadi makna kata menguasai bukan dalam pengertian dimiliki melainkan hanya sebatas berkuasa atas sesuatu atau memegang kekuasaan atas sesuatu sedangkan makna kata milik merupakan suatu hak kepunyaan. Berkaitan dengan hal diatas makna hak menguasai negara berarti hanyalah sebatas suatu kekuasaan atau kewenangan negara untuk melakukan sesuatu. Selanjutnya mengenai hak milik atas tanah dalam istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa hak milik atas tanah merupakan hak kepunyaan seseorang atas tanah. Jadi dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hak menguasai negara bukanlah suatu kepemilikan melainkan hanya sebatas kekuasaan atau kewenangan bukanlah merupakan suatu hak kepunyaan. Jadi penulis sependapat dengan konsep Muhammad Bakri mengenai hak menguasai negara yang menyatakan bahwa penguasaan negara ini hanyalah sebatas kekuasaan atau kewenangan yang ada pada negara dalam melakukan fungsinya antara lain mengadakan kebijakan, tindakan pengurusan, pengaturan, pengelolaan dan pengawasan. Selanjutnya mengenai hak milik atas tanah terhadap kewenangan negara disini bukanlah sebuah kepemilikan melainkan hanya sebatas kewenangan negara dengan tujuan untuk memberi kepastian hukum kepada pemilik tanah. 2. Penguasaan negara mengenai makna Hak Menguasai Negara itu sendiri atas adanya Hak Milik Atas Tanah tidak sesuai, karena dalam Konstitusi dan Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 1960, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043 masih terdapat perbedaan kata Hak Menguasai Negara. Amanat dari konstitusi Pasal 33 ayat (3) yang menyatakan Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, Sedangkan didalam Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 1960, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043 pada Pasal 2, Pasal 4 dan Pasal 8 yang menyatakan hak menguasai negara. Jadi dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 1960, 14

17 Tinjauan Yuridis Makna dan Konsep (Muhammad Septiawan) Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043 terdapat perubahan koso kata yang sangat berpengaruh yaitu dalam penguasaan negara ditambahkan kata hak yang dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya milik atau kepunyaan sehingga konsep penguasaan negara tersebut berimplikasi pada makna, konsep dan substansi hukum. B. Saran Untuk menindaklanjuti kesimpulan penulis menyatakan hal-hal sebagai berikut : Jadi oleh sebab itu Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 1960, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043 harus direvisi. Beberapa Pasal yang harus direvisi antara lain : Pasal 2 ayat (2),(3) dan (4), Pasal 4 ayat (1) serta Pasal 8, karena terdapat penggunaan kata yang menyatakan bahwa penguasaan negara merupakan suatu hak yang ada pada negara (hak menguasai negara). 15

18 Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 12 Daftar Pustaka Bakri, Muhammad., 2007, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara, Citra Media, Jakarta. Erwaningsih, Winahyu., 2009, Hak Menguasai Negara Atas Tanah, Total Media, Yogyakarta. Erwaningsih, Winahyu., 2011, Hak Pengelolaan Atas Tanah, Total Media, Yogyakarta. Friedman, Lawrence M., Sistem Hukum Persepektif Ilmu Sosial, Nusa Media, Bandung. Hatta, Muhammad., 2005, Hukum Tanah Nasional Dalam Persepektif Negara Kesatuan, Media Abadi, Yogyakarta. Marzuki, Peter Mahmud., 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Surabaya. Muhammad, Abdulkadir., 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti. Noor, Aslan., 2006, Konsep Hak Milik Atas Tanah Bagi Bangsa Indonesia Ditinjau Dari Ajaran Hak Asasi Manusia, Mandar Maju, Jakarta. Nurmala, Tati., Rodjak, Abdul., Natasasmita, Sadeli., Salim, E. Hidayah., Sandjaja, Tuhpawan Priatna., Hasani, Sofian., Suyono, Aisyah D., Suganda, Tarkus., Simarmata, Tualar., Yuwariah, Yuyun., Wiyono, Sulistyodewi Nur., 2012, Pengantar Ilmu Pertanian, Graha Ilmu, Yogyakarta. Parlindungan, A.P., 1999, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Bandung. Rahardjo, Satjipto., 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung. Rubaie, Achmad., 2007, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Bayumedia, Malang. Saleng, Abrar., 2004, Hukum Pertambangan, Uii Press, Yogyakarta. Soimin, Soedharyo., 2008, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Sinar Grafika, Jakarta. Sumardjono, Maria S.W., 2007, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Kompas, Jakarta. Sutendi, Adrian., 2010, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta. Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Dasar Negara kesatuan Republik Indonesia Tahun TAP MPR Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaaruan Agraria. Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak Tanah dan Benda diatasnya. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pokok-pokok Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat. Peraturan Menteri Negara Argaria Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. 16

19 Tinjauan Yuridis Makna dan Konsep (Muhammad Septiawan) 17

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seharusnya dijaga, dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebijak-bijaknya.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seharusnya dijaga, dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebijak-bijaknya. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Semenjak berlaku Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (selanjutnya disingkat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009) Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 alenia IV dijelaskan tujuan negara adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi, air, ruang angkasa beserta kekayaan alam yang terkandung di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikaruniakan

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 4 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 4 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 4 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 PERBANDINGAN HUKUM PENGUASAAN DAN PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI DI INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HAK PENGELOLAAN ATAS TANAH NEGARA. Istilah hak pengelolaan pertama kali muncul pada saat diterbitkan

BAB II PENGATURAN HAK PENGELOLAAN ATAS TANAH NEGARA. Istilah hak pengelolaan pertama kali muncul pada saat diterbitkan BAB II PENGATURAN HAK PENGELOLAAN ATAS TANAH NEGARA D. Dasar Hukum Hak Pengelolaan Istilah hak pengelolaan pertama kali muncul pada saat diterbitkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber kehidupan dan penghidupan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan

TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan Desa Caturharjo Kecamatan Pandak) Oleh : M. ADI WIBOWO No. Mhs : 04410590 Program

Lebih terperinci

dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur

dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pembangunan nasional Indonesia yang juga sejalan dengan amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep dikuasai oleh negara artinya negara mengatur, dalam hal ini negaralah

BAB I PENDAHULUAN. konsep dikuasai oleh negara artinya negara mengatur, dalam hal ini negaralah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tanah adalah bagian dari bumi oleh sebab itu tanah dikuasai oleh negara, konsep dikuasai oleh negara artinya negara mengatur, dalam hal ini negaralah yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan tanah diselenggarakan atas dasar peraturan perundangundangan tertentu, yang secara teknis menyangkut masalah pengukuran, pemetaan dan pendaftaran peralihannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bermanfaat bagi pemilik tanah maupun bagi masyarakat dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. dapat bermanfaat bagi pemilik tanah maupun bagi masyarakat dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 6 Undang-undang Pokok Agraria Tahun 1960 menetapkan bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Ini berarti, bahwa penggunaan tanah harus sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih

Lebih terperinci

PENGGUNAAN HAK RECALL ANGGOTA DPR MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (MD3) FITRI LAMEO JOHAN JASIN

PENGGUNAAN HAK RECALL ANGGOTA DPR MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (MD3) FITRI LAMEO JOHAN JASIN 1 PENGGUNAAN HAK RECALL ANGGOTA DPR MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (MD3) FITRI LAMEO JOHAN JASIN NUR MOH. KASIM JURUSAN ILMU HUKUM ABSTRAK Fitri Lameo.

Lebih terperinci

. METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk menganalisis tentang apakah

. METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk menganalisis tentang apakah . METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah normatif, 1 yaitu meneliti berbagai peraturan perundangundangan yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat hidup, tetapi lebih dari itu tanah memberikan sumber daya bagi

BAB I PENDAHULUAN. tempat hidup, tetapi lebih dari itu tanah memberikan sumber daya bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk kelangsungan hidup. Hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat hidup, tetapi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles yang menyatakan bahwa manusia adalah zoon politicon. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles yang menyatakan bahwa manusia adalah zoon politicon. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial sebagaimana yang dikemukakan oleh Aristoteles yang menyatakan bahwa manusia adalah zoon politicon. Manusia sebagai makhluk sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) pada tanggal 24 September 1960, telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017 SERTIFIKAT KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH MERUPAKAN ALAT BUKTI OTENTIK MENURUT UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA NO. 5 TAHUN 1960 1 Oleh : Reynaldi A. Dilapanga 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan dari berbagai dinamika masyarakat, semakin tinggi pula tuntutan terhadap pembangunan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah bukan hanya dalam kehidupannya, untuk matipun manusia masih memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Tanah merupakan faktor penting bagi keberlangsungan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Tanah merupakan faktor penting bagi keberlangsungan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Tanah merupakan faktor penting bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Karena di atas tanah banyak sumber kehidupan. Di atas tanah, manusia melakukan berbagai

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS Bambang Eko Mulyono Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan. ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH A. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum 1. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum adalah sebuah hak yang bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pertanahan, maka sasaran pembangunan di bidang pertanahan adalah terwujudnya. 4. Tertib pemeliharaan dan lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. bidang pertanahan, maka sasaran pembangunan di bidang pertanahan adalah terwujudnya. 4. Tertib pemeliharaan dan lingkungan hidup. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Patut diketahui bahwa, di dalam era pembangunan dewasa ini, khususnya di bidang pertanahan, maka sasaran pembangunan di bidang pertanahan adalah terwujudnya

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pengadaan Tanah, Kepentingan Umum, Jalan Tol.

Kata Kunci : Pengadaan Tanah, Kepentingan Umum, Jalan Tol. TINJAUAN YURIDIS PASAL 10 (b) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI KEPENTINGAN UMUM TERHADAP PEMBANGUNAN JALAN TOL Ayu Trixie Trisilia Fakultas Hukum, Universitas

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR ATAS JAMINAN SERTIFIKAT HAK GUNA BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS HAK PENGELOLAAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR ATAS JAMINAN SERTIFIKAT HAK GUNA BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS HAK PENGELOLAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR ATAS JAMINAN SERTIFIKAT HAK GUNA BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS HAK PENGELOLAAN Rangga Dwi Prasetya Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Narotama Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita jaga sehingga bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tanah memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Sri Soemantri tidak ada satu negara pun yang tidak mempunyai konstitusi atau Undang-Undang

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017

Lex et Societatis, Vol. V/No. 7/Sep/2017 TATA CARA PERPANJANGAN DAN PEMBAHARUAN HAK GUNA BANGUNAN BERDASARKAN PP. NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH 1 Oleh: Sitti Rachmi Nadya Mo o 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dari Negara maka menjadi kewajiban bagi pemerintah. menurut Undang-Undang Pokok Agraria yang individualistic komunalistik

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dari Negara maka menjadi kewajiban bagi pemerintah. menurut Undang-Undang Pokok Agraria yang individualistic komunalistik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, atas dasar hak menguasai dari Negara maka menjadi kewajiban bagi pemerintah melaksanakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH 2. 1. Pendaftaran Tanah Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup umat manusia. Hubungan manusia dengan tanah bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup umat manusia. Hubungan manusia dengan tanah bukan hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting untuk kelangsungan hidup umat manusia. Hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat hidup,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran, secara sistematis, metodologis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip prinsip hukum, maupun doktrin doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang sedang dihadapi. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dalam kehidupan manusia mempunyai peran yang sangat penting karena merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan. Selain itu tanah mempunyai hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang

Lebih terperinci

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan bahwa, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, tanah dalam kehidupan manusia mempunyai arti yang sangat penting baik untuk kehidupan maupun untuk tempat peristirahatan

Lebih terperinci

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan 1 A. Latar belakang masalah Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan mempunyai arti sendiri, sebab tanah

Lebih terperinci

KEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MENURUT UU NO. 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN

KEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MENURUT UU NO. 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN KEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MENURUT UU NO. 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN (Dipublikasikan dalam Jurnal Al-Buhuts, ISSN: 1410-184 X, Vol. 5 No. 2 Maret 2001, Lembaga Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mulanya terdapat tiga alternatif lembaga yang digagas untuk diberi kewenangan melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh data atau bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian hukum dengan metode yang lazim digunakan dalam metode penelitian hukum dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam analisa penelitian ini, penulis memilih jenis penelitian normatif, 47 yaitu

III. METODE PENELITIAN. Dalam analisa penelitian ini, penulis memilih jenis penelitian normatif, 47 yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Tipe Penelitian Dalam analisa penelitian ini, penulis memilih jenis penelitian normatif, 47 yaitu meneliti berbagai peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Peranan notaris..., Oki Triastuti, FH UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Peranan notaris..., Oki Triastuti, FH UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik yang langsung untuk kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembangunan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembangunan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Undang Undang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan. bahwa :

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan. bahwa : BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan peraturan

Lebih terperinci

SILABUS. I. Mata Kuliah : HUKUM AGRARIA Kode : HTN 028 Fakultas : Syari ah Program Studi : Hukum Tata Negara Program : S.1

SILABUS. I. Mata Kuliah : HUKUM AGRARIA Kode : HTN 028 Fakultas : Syari ah Program Studi : Hukum Tata Negara Program : S.1 SILABUS I. Mata Kuliah : HUKUM AGRARIA Kode : HTN 028 Fakultas : Syari ah Program Studi : Hukum Tata Negara Program : S.1 Bobot : 2 SKS Sifat : Pilihan II. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini hendak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi: Tiap tiap warga Negara berhak atas. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi: Tiap tiap warga Negara berhak atas. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hak asasi manusia yang tercantum dalam UUD 1945 terdapat dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi: Tiap tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu penelitian hukum dengan mengkaji bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK-HAK ATAS TANAH. perundang-undangan tersebut tidak disebutkan pengertian tanah.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK-HAK ATAS TANAH. perundang-undangan tersebut tidak disebutkan pengertian tanah. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK-HAK ATAS TANAH A. Pengertian Tanah Menarik pengertian atas tanah maka kita akan berkisar dari ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1960, hanya saja secara rinci pada ketentuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah unsur penting yang menunjang kehidupan manusia. Tanah berfungsi sebagai tempat tinggal dan beraktivitas manusia. Begitu pentingnya tanah, maka setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian memiliki arti ilmiah apabila menggunakan metodologi yang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Metode penelitian merupakan bagian yang terpenting

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS A. Perbedaan Antara Masyarakat dan Masyarakat Adat

BAB IV ANALISIS A. Perbedaan Antara Masyarakat dan Masyarakat Adat BAB IV ANALISIS A. Perbedaan Antara Masyarakat dan Masyarakat Adat Penyebutan masyarakat dapat ditemukan dalam berbagai peraturan. Masyarakat yang dimaksud tersebut bukan berarti menunjuk pada kerumunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan tanah untuk melangsungkan kehidupan. Begitu pentingnya tanah

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan tanah untuk melangsungkan kehidupan. Begitu pentingnya tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup baik manusia, hewan, atau tumbuh-tumbuhan. Manusia hidup dan tinggal diatas tanah dan memanfaatkan tanah

Lebih terperinci

HUKUM AGRARIA. Pengertian Hukum Agraria dan Hukum Tanah. Dalam Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia

HUKUM AGRARIA. Pengertian Hukum Agraria dan Hukum Tanah. Dalam Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia HUKUM AGRARIA Pengertian Hukum Agraria dan Hukum Tanah Dalam Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia Dr. H. Martin Roestamy S.H., M.H FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR www.unida.ac.id DAFTAR BACAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah atau wilayah provinsi dan setiap daerah atau wilayah provinsi terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah atau wilayah provinsi dan setiap daerah atau wilayah provinsi terdiri atas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia yang merupakan Negara kesatuan yang berbentuk republik dalam penyelenggaraan pemerintahanya Negara Indonesia terdiri dari beberapa daerah atau wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir sampai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia membutuhkan tanah untuk tempat hidupnya. Secara kosmologis, tanah adalah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan vital artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang mempunyai peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun lembaga polisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konsep hukum tanah nasional, tanah di wilayah Republik Indonesia adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan dimanfaatkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (pendukung mata pencaharian) di berbagai bidang seperti pertanian, perkeb unan,

BAB I PENDAHULUAN. (pendukung mata pencaharian) di berbagai bidang seperti pertanian, perkeb unan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah merupakan salah satu sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia, baik dalam fungsinya sebagai sarana untuk mencari penghidupan (pendukung mata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kaitannya dengan pengertian penguasaan yaitu : Penguasaan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kaitannya dengan pengertian penguasaan yaitu : Penguasaan adalah 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penguasaan Tanah Dalam kaitannya dengan pengertian penguasaan yaitu : Penguasaan adalah hubungan yang nyata antara seseorang dengan barang yang ada dalam kekuasaannya.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Adrian Sutedi, 2006, Kekuatan Hukum Berlakunya Sertifikat Sebagai Tanda Bukti Hak Atas Tanah, BP. Cipta Jaya, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Adrian Sutedi, 2006, Kekuatan Hukum Berlakunya Sertifikat Sebagai Tanda Bukti Hak Atas Tanah, BP. Cipta Jaya, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA A. Buku: Adrian Sutedi, 2006, Kekuatan Hukum Berlakunya Sertifikat Sebagai Tanda Bukti Hak Atas Tanah, BP. Cipta Jaya, Jakarta. Abdul Qadim Zallum, 2004, Al-Amwal fi Daulah al-khilafah,

Lebih terperinci

HUKUM AGRARIA NASIONAL

HUKUM AGRARIA NASIONAL HUKUM AGRARIA NASIONAL Oleh : Hj. Yeyet Solihat, SH. MKn. Abstrak Hukum adat dijadikan dasar karena merupakan hukum yang asli yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Hukum adat ini masih harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesejahteraan sebagaimana yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV yang mana tujuan Negara Indonesia yaitu melindungi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Tanah Terlantar Sebagaimana diketahui bahwa negara Republik Indonesia memiliki susunan kehidupan rakyatnya termasuk perekonomiannya bercorak agraris, bumi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis hukum kegiatan..., Sarah Salamah, FH UI, Penerbit Buku Kompas, 2001), hal. 40.

BAB I PENDAHULUAN. Analisis hukum kegiatan..., Sarah Salamah, FH UI, Penerbit Buku Kompas, 2001), hal. 40. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) mengatakan bahwa bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sengketa Pertanahan di Indonesia bukan merupakan hal yang baru dan

BAB I PENDAHULUAN. Sengketa Pertanahan di Indonesia bukan merupakan hal yang baru dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sengketa Pertanahan di Indonesia bukan merupakan hal yang baru dan masih terjadi sampai saat ini. 1 Munculnya sengketa pertanahan tidak bisa dilepaskan pula dari pentingnya

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018 PENGATURAN HUKUM TENTANG PENDAFTARAN TANAH MENJADI HAK MILIK MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 1 Oleh: Syendy A. Korompis 2 Dosen Pembimbing: Atie Olii, SH, MH; Godlieb N. Mamahit, SH, MH

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA S I L A B I

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA S I L A B I A. IDENTITAS MATA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA S I L A B I NAMA MATA STATUS MATA KODE MATA JUMLAH SKS DOSEN : HUKUM AGRARIA : WAJIB : HKT 4006 : 3 (TIGA) SKS : 1. Prof. Dr. Moch. Bakri, SH, MS

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ash-shofa, Burhan, 2004, Metode Penelitian Hukum, cetakan keempat, PT Rineka Cipta, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Ash-shofa, Burhan, 2004, Metode Penelitian Hukum, cetakan keempat, PT Rineka Cipta, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA A. Buku Adjie, Habib, 2009, Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia, Mandar Maju, Bandung. _, 2009, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung. _, 2011,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dimensi ekonomi, sosial, kultural, politik dan ekologis.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dimensi ekonomi, sosial, kultural, politik dan ekologis. BAB I PENDAHULUAN Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia di muka bumi. Tanah menjadi kebutuhan dasar manusia sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia membutuhkan tanah untuk tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi telah mendorong berbagai perubahan pada setiap aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh terhadap meningkatnya perdagangan barang

Lebih terperinci

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR TENTANG PENGUASAAN HAK ATAS TANAH DI INDONESIA BAGI WARGA NEGARA ASING

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR TENTANG PENGUASAAN HAK ATAS TANAH DI INDONESIA BAGI WARGA NEGARA ASING BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR TENTANG PENGUASAAN HAK ATAS TANAH DI INDONESIA BAGI WARGA NEGARA ASING A. Penguasaan Hak Atas Tanah di Indonesia Bagi Warga Negara Asing 1. Tinjauan Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai atau dimiliki oleh orang perorangan, kelompok orang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai atau dimiliki oleh orang perorangan, kelompok orang termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia yang dikuasai oleh negara untuk kepentingan hajat hidup orang banyak baik yang telah dikuasai atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya perkembangan aktivitas ekonomi. Masyarakat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya perkembangan aktivitas ekonomi. Masyarakat Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadaan hukum selalu berhubungan dengan keberadaan manusia oleh sebab itu dikenal istilah ubi societas ibi ius yang artinya dimana ada manusia,disitu ada hukum. Terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Agraria Isi dan Pelaksanaannya Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta : Djambatan, 2005), hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Agraria Isi dan Pelaksanaannya Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta : Djambatan, 2005), hal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah dalam wilayah Negara Republik Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam utama, yang selain mempunyai nilai batiniah yang mendalam bagi rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pokok-pokok pikiran yang tercantum di dalam Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menekankan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajuan permohonan perkara praperadilan tentang tidak sahnya penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam sidang praperadilan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN TANAH TERLANTAR MENURUT HUKUM AGRARIA. tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak terurus.

BAB II PENGATURAN TANAH TERLANTAR MENURUT HUKUM AGRARIA. tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak terurus. 19 BAB II PENGATURAN TANAH TERLANTAR MENURUT HUKUM AGRARIA A. Pengertian Tanah Terlantar Tanah terlantar, terdiri dari dua (2) kata yaitu tanah dan terlantar. Tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, hal ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD

Lebih terperinci

THE JUDICIAL REVIEW PROPERTY RIGHTS CITIZENS WHO MARRY FOREIGNERS IN INDONESIA BASED ON LAW NUMBER 5 OF 1960 ON THE BASIC REGULATION OF AGRARIAN

THE JUDICIAL REVIEW PROPERTY RIGHTS CITIZENS WHO MARRY FOREIGNERS IN INDONESIA BASED ON LAW NUMBER 5 OF 1960 ON THE BASIC REGULATION OF AGRARIAN THE JUDICIAL REVIEW PROPERTY RIGHTS CITIZENS WHO MARRY FOREIGNERS IN INDONESIA BASED ON LAW NUMBER 5 OF 1960 ON THE BASIC REGULATION OF AGRARIAN Syarifa Yana Fakultas Hukum Universitas Riau Kepulauan Batam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup umat manusia. pertanahan yang dilakukan oleh pemerintah. 1

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup umat manusia. pertanahan yang dilakukan oleh pemerintah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam rangka penyelenggaraan hidup dan kehidupan manusia. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Allah S.W.T yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, namun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang dipakai untuk mencapai tujuan. Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian dan membandingkan dengan standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan yang penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka sudah sewajarnya peraturan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Kepentingan umum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 adalah

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Kepentingan umum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 adalah 87 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kepentingan umum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 adalah kepentingan bangsa, Negara, dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Gautama, Sudargo, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung : Citra Aditya, 1993.

DAFTAR PUSTAKA. Gautama, Sudargo, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung : Citra Aditya, 1993. 112 DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah, Pembebasan Tanah dan Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Di Indonesia, Bandung : PT. Citra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi, yang disebut permukaan bumi. 1 Tanah sebagai sumber utama bagi kehidupan manusia yang telah dikaruniakan

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014 PERSOALAN GANTI RUGI DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN 1 Oleh : Angelia Inggrid Lumenta 2 ABSRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK ATAS TANAH SEBAGAI BUKTI KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 1 Oleh : Rugeri Roring 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian

Lebih terperinci