BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Indeks Kompas 100

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Indeks Kompas 100"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Indeks Kompas 100 Indeks Kompas 100 adalah merupakan suatu indeks saham dari 100 saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks Kompas 100 secara resmi diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerjasama dengan koran Kompas pada hari Jumat tanggal 10 Agustus Direktur Utama BEJ, Erry Firmansyah, menjelaskan indeks ini merupakan kerjasama dengan Harian Kompas untuk melakukan penilaian 100 emiten yang dimasukkan dalam indeks ini (Antara News, 2007). Saham-saham yang termasuk dalam Indeks Kompas 100 diperkirakan mewakili sekitar 70-80% dari total nilai kapitalisasi pasar seluruh saham yang tercatat di BEI, maka dengan demikian investor dapat melihat kecenderungan arah pergerakan indeks dengan mengamati pergerakan Indeks Kompas 100. Tujuan utama BEI dalam penerbitan indeks Kompas100 ini antara lain untuk penyebarluasan informasi pasar modal serta menggairahkan masyarakat untuk mengambil manfaat dari keberadaan BEI, baik untuk investasi maupun mencari pendanaan bagi perusahaan dalam mengembangkan perekonomian nasional (Wikipedia, 2013). Proses pemilihan 100 saham yang masuk dalam penghitungan indeks Kompas 100 selain memiliki likuiditas yang tinggi, serta nilai kapitalisasi pasar yang besar, juga merupakan saham-saham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik. Hal ini tercermin dari kriteria-kriteria pemilihan saham Indeks Kompas 100 berdasarkan pengumuman Jakarta Stock Exchange, sekarang bernama Bursa Efek Indonesia (BEI), pada 10 Agustus 2007 sebagai berikut (Jakarta Stock Exchange,2007) : 1. Saham yang masuk dalam perhitungan indeks akan dievaluasi setiap enam bulan sekali, yaitu setiap akhir Januari dan akhir Juli. 2. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan dan masuk dalam perhitungan IHSG. 3. Seleksi saham dimulai dengan seleksi likuiditas, dengan menggunakan data transaksi di Pasar Reguler selama 12 bulan terakhir, yaitu seleksi berdasarkan nilai transaksi, jumlah hari transaksi, banyaknya transaksi dan kapitalisasi pasar. 1

2 4. Sebagai saringan akhir, BEJ mengevaluasi dan mempertimbangkan factorfaktor fundamental dan pola perdagangan saham yang telah melewati saringan likuiditas. 1.2 Latar Belakang Tujuan manajemen perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini dapat dicapai dengan melaksanakan fungsi - fungsi keuangan yaitu: investasi, pembiayaan dan dividen secara efektif dan efisien, karena setiap kebijakan keuangan yang diambil akan mempengaruhi kebijakan keuangan yang lainnya sehingga akan berdampak pada perubahan nilai perusahaan. Efek sinergis dari kebijakan investasi, pembiayaan dan dividen perusahaan merupakan tujuan utama dari para pengambil kebijakan dalam meningkatkan nilai perusahaan (Qureshi, 2006). Dengan demikian kebijakan-kebijakan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Tentunya hal ini menjadi unik, karena di satu sisi dividend policy adalah sangat penting untuk memenuhi harapan para pemegang saham terhadap dividen serta mengurangi agency problem dan di sisi lain bagaimana dividend policy ini bisa dilakukan tanpa harus menghambat pertumbuhan perusahaan. Kebijakan dividen merupakan salah satu topik yang banyak diperdebatkan dalam literatur keuangan. Banyak penelitian yang telah memberikan kontribusi pemikiran teoritis dan bukti empiris mengenai faktor faktor penentu penentuan kebijakan dividen. Bhattacharya (2007) menjelaskan bahwa kebijakan dividen merupakan suatu hal yang sulit dan merupakan tantangan bagi para ahli ekonomi keuangan. Hampir lima dekade yang lalu, Black (1976) menyatakan bahwa semakin kuat kita memperhatikan gambaran tentang dividen, maka semakin jelas terlihat seperti sebuah teka teki dengan bagian bagian tidak tersusun dan tidak saling berkesesuaian. Kajian ilmiah di bidang keuangan secara formal telah ikut memberikan kontribusi guna menjelaskan mengapa sebuah perusahaan harus membayar dividen atau tidak membayar dividen (Baker dan Veit, 1999). Secara teoritis kebijakan dividen berhubungan dengan hasil penelitian Miller dan Modigliani (1961) yang menghasilkan teori dividend policy irrelevance. Miller dan Modigliani menunjukkan bahwa berdasarkan asumsi asumsi tertentu, diantaranya adalah investor rasional dan pasar modal sempurna, nilai pasar dari suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh kebijakan 2

3 dividennya. Teori ini diantaranya didukung oleh Black dan Scholes (1974) dan Miller dan Scholes (1978). Sebuah teori yang menolak teori dividen policy irrelevance dari Miller dan Modigliani (1961) adalah teori bird in hand sebagai teori relevansi dividen terhadap nilai perusahaan yang dicetuskan oleh Lintner (1962). Hasil penelitian Lintner (1963) menyatakan bahwa dalam pasar nyata kebijakan dividen mempengaruhi nilai pasar dari sutu perusahaan. Teori ini diantaranya didukung oleh Long (1978) dan Sterk dan Vandenberg (1990). Selanjutnya muncul teori tax preference yang menyatakan bahwa rendahnya dividend payout ratio akan menjadikan lebih rendahnya tingkat pengembalian pajak dan pada gilirannya akan meningkatkan penilaian terhadap saham-saham perusahaan (Brennan, 1970). Beberapa studi seperti Litzenberger dan Ramaswamy (1979) dan Barclay (1987) menyajikan bukti empiris dalam mendukung dari argumentasi pengaruh pajak terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian Berle dan Means (1932) dalam Jensen dan Meckling (1976) secara eksplisit menyatakan adanya keharusan untuk dipisahkannya antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Akibat dari adanya pemisahan antara pemilik dan pengelola dapat menimbulkan masalah keagenan (agency problems). Masalah tersebut disebabkan oleh perbedaan kepentingan antara principal (pemilik atau pemegang saham) dan agent (manajer). Jensen dan Meckling memandang baik principal maupun agent berusaha untuk memaksimalkan kesejahteraan diri sendiri, sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal. Agency problem tidak terlepas dari kecenderungan manajer untuk mencari keuntungan sendiri (opportunistic behaviour) dengan mengorbankan kepentingan pihak lain. Hal ini terjadi karena walaupun manajer memperoleh kompensasi dari pekerjaannya, namun pada kenyataannya perubahan kemakmuran manajer sangat kecil dibandingkan perubahan kemakmuran pemilik/pemegang saham (Jensen dan Murphy, 1990). Penyebab timbulnya agency problem karena para pengambil keputusan atau manajer tidak perlu menanggung risiko sebagai akibat adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis atau tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Risiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh para pemilik. Akibat dari tidak menanggung risiko dan tidak mendapat tekanan dari pihak lain dalam mengamankan investasi para pemegang saham, maka pihak manajemen cenderung untuk menyetujui pengeluaran 3

4 atau pos-pos biaya yang bersifat konsumtif dan tidak produktif (Jensen dan Meckling, 1976). Agency problem dapat ditelusuri dari beberapa kondisi, seperti; penggunaan free cash flow pada aktivitas yang tidak menguntungkan (Jensen, 1986). Penggunaan free cash flow akan meningkatkan kekuasaan manajer dengan melakukan over investment dan mengkonsumsi keuntungan yang berlebihan (consumption of excessive perquisites) (Bhatala et al., 1994). Perbedaan keputusan investasi antara investor dan manajer dimana para investor lebih memilih proyek dengan risiko tinggi dan laba yang tinggi, sedangkan manajer lebih memilih proyek berisiko rendah untuk melindungi posisi pekerjaan mereka (Crutchley dan Hansen, 1989). Jensen (1986) menyatakan bahwa para manajer berprilaku oportunistik mempunyai kecenderungan menahan cash dalam perusahaan, sehingga mereka berpeluang mengkonsumsi lebih banyak penghasilan tambahan, menggunakan dalam membangun kerajaan, dan menginvestasikan dalam proyek-proyek dan pendapatan yang mungkin meningkatkan gengsi pribadi mereka tetapi tidak bermanfaat bagi para pemegang saham. Perusahaan dengan hak-hak pemegang saham yang lebih lemah menjadi sasaran bagi manajerial untuk lebih bersifat oportunistik sebab para manajer beroperasi pada pertimbangan mereka sendiri dengan sedikit monitoring dari pemegang saham (Jiraporn dan Ning, 2006). Selanjutnya, Jensen berargumen bahwa manajer pada perusahaan publik memiliki insentif untuk melakukan ekspansi perusahaan melebihi ukuran optimal, meskipun ekspansi tersebut dilakukan pada proyek yang memiliki net present value (NPV) negatif. Kondisi overinvestment ini dilakukan dengan menggunakan dana internal yang dihasilkan oleh perusahaan dalam bentuk free cash flow. Masalah free cash flow merujuk pada aktivitas manajer yang lebih menyukai melakukan investasi (meskipun dengan NPV negatif) dari pada membaginya dalam bentuk dividen. Agency theory menjelaskan bahwa pembayaran dividen dapat mengurangi agency problem. Mengurangi dana-dana yang ada di bawah kebijaksanaan manajemen akan meghasilkan suatu kekuatan yang mendorong para manajer untuk lebih sering masuk ke dalam pasar-pasar modal, jadi menaruh mereka di bawah pengawasan yang cermat dari para pemasok modal (Rozeff, 1982, dan Easterbrook, 1984). Selain itu Grossman dan Hart, 1986; dan Stulz 1990 dalam Bethel dan Julia (1993), mengungkapkan bahwa, jumlah kas (free cash flow) yang ada di tangan manajer dapat dikurangi dengan cara menerbitkan hutang baru yang hasilnya untuk dibayarkan 4

5 kepada pemegang saham dalam bentuk deviden khusus atau pembelian kembali saham yang beredar. Tindakan terakhir ini dapat mengurangi aliran kas perusahaan di masa yang akan datang dengan meningkatkan pembayaran bunga tetap. Untuk mengurangi perilaku oportunistik manajerial dan meningkatkan nilai perusahaan, maka perlu dilakukan pengawasan melalui mekanisme tata pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance). Mekanisme ini dilakukan untuk memastikan bahwa pemilik atau pemegang saham memperoleh pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan oleh agen atau manajer (Schleifer dan Visny, 1997). Secara umum corporate governance adalah struktur dan sistem yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders) seperti kreditor, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, pekerja, pemerintah dan masyarakat luas (FCGI, 2014). Amman, Oesch, dan Schmid (2009) meneliti hubungan antara tingkat corporate governance dan nilai perusahaan dengan cara observasi dan membandingkan perusahaan dari 22 negara berkembang selama periode 2003 hingga Hasil penelitian mereka ditemukan hubungan kuat dan positif antara tingkat corporate governance dan nilai perusahaan. Sebagai tambahan hasil penyelidikan mereka membuktikan bahwa nilai atribut corporate governance yang relevan dalam meningkatkan nilai perusahaan adalah perilaku sosial perusahaan. Hasil penelitian Black, Jang dan Kim (2006) menunjukkan bukti bahwa corporate governance merupakan faktor penting untuk menjelaskan nilai perusahaan. Mereka meneliti 525 perusahaan yang terdaftar di Korea Stock Exchange dengan cara membangun corporate governance index (KCGI) dengan skala Hasil variabel instrumental mereka mendukung pernyataan bahwa corporate governance yang kuat memberikan nilai perusahaan tinggi di pasar modal. Mereka juga menemukan bahwa kepemilikan dari luar menjadi lebih berharga dalam manaikkan nilai perusahaan. Beiner, Drobetz, Schmid, dan Zimmermann (2006) dalam penelitiannya mengkonstruksikan corporate governance index dan mengaplikasikan lima variable tambahan yang berhubungan dengan struktur kepemilikan, board characteristics, dan leverage untuk menghasilkan penjelasan yang komprehensif dari tingkat corporate governance pada perusahaan-perusahaan di Swiss. Hasil penelitian Beiner, Drobetz, 5

6 Schmid, dan Zimmermann (2006) mendukung hipotesis adanya hubungan positif antara corporate governance dan nilai perusahaan. Berdasarkan ICMD (Indonesian Capital Market Directory) dan laporan keuangan yang diobservasi mulai tahun 2008 sampai tahun 2012, menunjukkan bahwa perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Indeks Kompas 100 berturut turut berjumlah 73 perusahaan untuk tahun 2008, 71 perusahaan untuk tahun 2009, 72 perusahaan untuk tahun 2010, 74 perusahaan untuk tahun 2011 dan 78 perusahaan untuk tahun Tahun 2008 sampai tahun 2012, perusahaan perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Indeks Kompas 100 dan membayar dividen berturut turut berjumlah 36 (49,31%) perusahaan pada tahun 2008, 43 (60,56%) perusahaan pada tahun 2009, 49 (68,06%) perusahaan pada tahun 2010, 48 (64,87%) perusahaan pada tahun 2011 dan 52 (66,67%) perusahaan pada tahun Sehingga rata rata perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Indeks Kompas 100 yang membayar dividen antara tahun 2008 sampai dengan 2012 adalah sebesar 61,89%. Tabel 1.1 berikut menyajikan jumlah seluruh perusahaan non-keuangan yang terdaftar pada Indeks Kompas 100 dan jumlah seluruh perusahaan yang membayar dividen untuk tahun 2008 sampai dengan Tabel 1.1 Perusahaan Non-Keuangan Indeks Kompas 100 Membayar Dividen Tahun 2008 Sampai Dengan 2012 Jumlah Perusahaan Perusahaan Perusahaan Tahun Seluruh Membayar Memperoleh Menderita Perusahaan Dividen Keuntungan Kerugian Sumber: ECFIN (2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013) yang diolah kembali 6

7 Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa diantara perusahaan perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Indeks Kompas 100 pada tahun 2008 sampai dengan 2012 yang tidak membayar dividen rata rata sebesar 30,31% memperoleh keuntungan. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata tidak seluruhnya perusahaan membayar dividen kepada para pemegang saham meskipun perusahaan memperoleh keuntungan. Secara rinci dapat diketahui bahwa perusahaan yang memperoleh keuntungan tetapi tidak membayarkan dividen berturut turut adalah sebesar 44,62% perusahaan pada tahun 2008, 31,75% perusahaan pada tahun 2009, 22,22% perusahaan pada tahun 2010, 27,27% perusahaan pada tahun 2011 dan 25,71% perusahaan pada tahun Peneliti mengamati kondisi perusahaan-perusahaan non-keuangan yang selalu terdaftar pada Indeks kompas 100 dari tahun 2008 sampai dengan 2012 serta selalu membayar dividen setiap tahunnya. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut: Tabel 1.2 Kondisi Keuangan Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian Tahun Laba Ditahan Total Assets DER TATO PBV (Rp ) (Rp ) , ,73 1,01 1,08 6, , ,33 1,07 1,13 3, , ,40 0,91 1,05 5, , ,93 0,82 1,02 6, , ,60 0,77 1,04 5, , ,93 0,77 0,87 5,75 Sumber: ECFIN (2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013) yang diolah kembali Berikut ini adalah keterangan atau penjelasan tentang berbagai informasi yang tercantum pada Tabel 1.2: 1. Laba Ditahan, dan Total Assets untuk Tabel 1.2 adalah nilai rata-rata akhir tahun perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini untuk tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, dan Laba Ditahan dan Total Assets dinyatakan dalam jutaan rupiah (Rp ). 2. DER adalah Debt to Equity Ratio, yaitu Total Debt dibagi Total Equity; TATO adalah Total Assets Turn Over, yaitu Net Sales dibagi dengan Total 7

8 Assets; PBV adalah Price to Book Value, yaitu Harga Saham akhir periode dibagi dengan Nilai Buku Saham. 3. Nilai DER, TATO, ROA, dan PBV untuk Tabel 1.1 adalah nilai rata-rata, dari perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini untuk tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, dan Berdasarkan pada hasil pengamatan yang disajikan pada Tabel 1.2, selanjutnya dilakukan perbandingan kondisi keuangan perusahaan pada periode bersangkutan dengan kondisi keuangan perusahaan satu tahun sebelumnya untuk tahun 2008 sampai dengan tahun Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana implikasi dari pembayaran dividen itu terhadap perubahan total assets, juga beberapa kondisi keuangan perusahaan, seperti; tingkat debt to equity, total assets turn over, dan price to book value. Perbandingan ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah sebagian keuntungan yang ditahan itu digunakan untuk menambah total assets ataukah untuk melunasi atau mengurangi hutang mereka, dan bagaimana pengaruhnya terhadap efisiensi dan nilai perusahaan. Berdasarkan Tabel 1.2, untuk tahun 2008 dapat diketahui bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan digunakan untuk menambah total assets. Hal ini dapat dilihat dari adanya kenaikkan pada total assets dari rata-rata sebesar ,73 juta rupiah untuk tahun 2007 menjadi rata-rata sebesar ,33 juta rupiah untuk tahun Selain itu, pada tahun 2008 juga telah terjadi kenaikan DER dari rata-rata sebesar 1,01 pada tahun 2007 menjadi rata-rata sebesar 1,07 untuk tahun Keadaan itu menyebabkan penurunan nilai perusahaan yang diukur dengan price to book value (PBV). PBV turun dari rata-rata sebesar 6,14 kali pada tahun 2007 menjadi rata-rata sebesar 3,48 kali pada tahun Tetapi, keadaan ini ternyata diikuti dengan peningkatan dari tingkat efisiensi yang diukur dengan total asset turn over (TATO). TATO naik dari rata-rata sebesar 1,08 kali pada tahun 2007 menjadi rata-rata sebesar 1,13 kali pada tahun Data di atas, mengindikasikan bahwa penambahan total assets ternyata mampu meningkatkan efisiensi perusahaan namun dengan pembagian dividen oleh perusahaan ternyata direspon negatif oleh para investor. Hal ini terlihat dari turunnya nilai perusahaan yang tercermin dari turunnya PBV. Selain itu penggunaan hutang dalam melakukan investasi mampu mengurangi perilaku oportunistik manajerial yang tercermin dari meningkatnya efisiensi perusahaan yang diukur dari peningkatan TATO. 8

9 Berdasarkan Tabel 1.2, untuk tahun 2009 dapat diketahui bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan digunakan sebagian untuk menambah total assets dan sebagian lainnya untuk mengurangi hutang-hutang mereka. Hal ini dapat dilihat dari adanya kenaikkan pada total assets dari rata-rata sebesar ,33 juta rupiah untuk tahun 2008 menjadi rata-rata sebesar ,40 juta rupiah untuk tahun Selain itu, pada tahun 2009 juga telah terjadi penurunan DER dari rata-rata sebesar 1,07 pada tahun 2008 menjadi rata-rata sebesar 0,91 untuk tahun Keadaan itu diikuti dengan peningkatan nilai perusahaan yang diukur dengan price to book value (PBV). PBV naik dari rata-rata sebesar 3,48 kali pada tahun 2008 menjadi rata-rata sebesar 5,08 kali pada tahun Tetapi, keadaan ini ternyata tidak diikuti dengan peningkatan dari tingkat efisiensi yang diukur dengan total asset turn over (TATO). TATO turun dari rata-rata sebesar 1,13 kali pada tahun 2008 menjadi ratarata sebesar 1,05 kali pada tahun Data di atas, mengindikasikan bahwa adanya perilaku oportunistik dari para pengelola perusahaan, yaitu bahwa keuntungan diinvestasikan oleh para manajer pada aset yang kurang produktif, hal ini terlihat dari naiknya total assets tetapi terjadi penurunan efisiensi yang terlihat dari turunnya total asset turn over (TATO). Namun dengan dibagikannya dividen oleh perusahaan hal ini tetap direspon positif oleh para investor, hal ini terlihat dari naiknya nilai perusahaan yang tercermin dari naiknya nilai PBV. Berdasarkan Tabel 1.2, untuk tahun 2010 dapat diketahui bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan digunakan sebagian untuk menambah total assets dan mengurangi hutang. Hal ini dapat dilihat dari adanya kenaikkan pada total assets dari rata-rata sebesar ,40 juta rupiah untuk tahun 2009 menjadi rata-rata sebesar ,93 juta rupiah untuk tahun Serta penurunan DER dari 0,91 pada tahun 2009 menjadi 0,82 pada tahun Keadaan tersebut diikuti dengan naiknya nilai perusahaan yang diukur dengan price to book value (PBV). PBV naik dari ratarata 5,08 kali pada tahun 2009 menjadi 6,11 kali pada tahun Tetapi, keadaan ini ternyata tidak diikuti dengan peningkatan dari tingkat efisiensi yang diukur dengan total asset turn over (TATO). TATO turun dari rata-rata sebesar 1,05 kali pada tahun 2009 menjadi rata-rata sebesar 1,02 kali pada tahun Data di atas, mengindikasikan bahwa dilakukannya pembayaran dividen, telah direspon positif oleh para investor dengan naiknya PBV. Data tersebut, juga mengindikasikan adanya perilaku oportunistik dari para pengelola perusahaan, yaitu bahwa keuntungan 9

10 dinvestasikan oleh para manajer pada aset yang kurang produktif, hal ini terlihat dari naiknya total assets tetapi menjadikan turunnya total asset turn over (TATO) meskipun nilai perusahaan mengalami kenaikan. Berdasarkan Tabel 1.2, dapat diketahui bahwa untuk tahun 2011 telah terjadi kenaikkan total assets dari rata-rata sebesar ,93 juta rupiah untuk tahun 2010, meningkat menjadi rata-rata sebesar ,60 juta rupiah untuk tahun DER menunjukkan penurunan dari rata-rata sebesar 0,82 untuk tahun 2010 menjadi rata-rata sebesar 0,77 untuk tahun Kondisi ini menunjukkan bahwa keuntungan perusahaan sebagian untuk mengurangi hutang perusahaan. Tingkat efisiensi yang ditunjukkan dengan total assets turn over menunjukkan kenaikan dari rata-rata sebesar 1,02 kali pada tahun 2010, naik menjadi rata-rata sebesar 1,04 kali pada tahun Namun, hal tersebut tidak diikuti kenaikan nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan price to book value (PBV). PBV mengalami penurunan dari ratarata sebesar 6,11 pada tahun 2010 menjadi rata-rata sebesar 5,88 pada tahun Data diatas mengindikasikan bahwa dilakukannya pembayaran dividen, telah direspon negatif oleh para investor dengan turunya PBV. Data di atas, juga mengindikasikan bahwa dengan dengan mengurangi jumlah hutang dapat meningkatkan efisiensi perusahaan dan mengurangi perilaku oportunistik manajerial. Berdasarkan Tabel 1.2, untuk tahun 2012, dapat diketahui bahwa telah terjadi kenaikan total assets dari rata-rata sebesar ,60 juta rupiah untuk tahun 2011 menjadi rata-rata sebesar ,93 juta rupiah untuk tahun Selanjutnya, tidak ada peningkatan rata rata DER dari tahun Terjadi penurunan total assets turn over dari rata-rata sebesar 1,04 kali untuk tahun 2011 menjadi rata-rata sebesar 0,87 kali untuk tahun 2012, dan telah terjadi penurunan nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan naikya price to book value (PBV) dari rata-rata sebesar 5,88 kali pada tahun 2011 menjadi rata-rata sebesar 5,75 pada tahun Hal ini, mengindikasikan adanya perilaku oportunistik dari para pengelola perusahaan, yaitu bahwa keuntungan dan hutang diinvestasikan oleh para manajer pada aset yang kurang produktif, hal ini terlihat dari naiknya total assets tetapi menjadikan turunnya total asset turn over (TATO). Hal ini juga menunjukkan bahwa meskipun dengan dibayarkannya dividen oleh perusahaan, para investor tetap merespon negatif kondisi tersebut. Hal ini terlihat dari turunnya nilai perusahaan yang tercermin dari naiknya nilai PBV. 10

11 Berdasarkan latar belakang penelitian maka penelitian ini menganalisis pengaruh struktur corporate governance terhadap perilaku oportunistik manajerial dan kebijakan dividen serta dampaknya dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan yang terdapat di Indonesia dengan menggunakan objek penelitian perusahaan-perusahaan non-keuangan yang selalu terdaftar di Indeks Kompas 100 pada tahun 2008 hingga 2012 serta membayarkan dividen setiap tahunnya. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengkaji permasalahan yang tertuang dalam judul: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PERILAKU OPORTUNISTIK MANAJERIAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan pada masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, selanjutnya guna mendukung penelitian empiris, beberapa perumusan masalah diajukan untuk dikembangkan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh corporate governance yang diproksi oleh kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris terhadap terhadap nilai perusahaan yang diproksi oleh Tobin s q? 2. Bagaimana pengaruh corporate governance yang diproksi oleh kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris terhadap perilaku oportunistik manajerial yang diproksi oleh debt to assets ratio? 3. Bagaimana pengaruh perilaku oportunistik manajerial yang diproksi oleh debt to assets ratio terhadap nilai perusahaan yang diproksi oleh Tobin s q? 4. Bagaimana pengaruh corporate governance yang diproksi oleh kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris terhadap kebijakan dividen yang diproksi oleh dividend payout ratio? 5. Bagaimana pengaruh kebijakan dividen yang diproksi oleh dividend payout ratio terhadap terhadap nilai perusahaan yang diproksi oleh Tobin s q? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memberikan bukti-bukti empiris mengenai pengaruh corporate governance terhadan 11

12 perilaku oportunistik manajerial dan kebijakan dividen serta dampaknya pada nilai perusahaan Tujuan Khusus 1 Menguji secara empiris pengaruh corporate governance yang diproksi oleh kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris terhadap terhadap nilai perusahaan yang diproksi oleh Tobin s q. 2 Menguji secara empiris pengaruh corporate governance yang diproksi oleh kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris terhadap perilaku oportunistik manajerial yang diproksi oleh debt to assets ratio. 3 Menguji secara empiris pengaruh perilaku oportunistik manajerial yang diproksi oleh debt to assets ratio terhadap nilai perusahaan yang diproksi oleh Tobin s q. 4 Menguji secara empiris pengaruh corporate governance yang diproksi oleh kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris terhadap kebijakan dividen yang diproksi oleh dividend payout ratio. 5 Menguji secara empiris pengaruh kebijakan dividen yang diproksi oleh dividend payout ratio terhadap terhadap nilai perusahaan yang diproksi oleh Tobin s q. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para akademisi sebagai pengembangan ilmu pengetahuan maupun manfaat secara operasional bagi para praktisi Manfaat Dalam Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan terutama dalam kajian manajemen keuangan khususnya mengenai pengaruh corporate governance terhadap perilaku oportunistik manajemen dan kebijakan dividen yang diprediksi akan berdampak pada nilai perusahaan di pasar modal. 12

13 1.5.2 Manfaat Operasional Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada para praktisi, seperti investor atau calon investor. Khususnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan investasi dan juga sebagai bahan pertimbangan apakah kehadiran para investor selama ini cukup efektif dalam melakukan pengawasan terhadap perilaku oportunistik yang dilakukan oleh pihak manajemen. 1.6 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN: Menjelaskan latar belakang masalah, masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan oprerasional. Pada latar belakang dipaparkan gambaran umum objek penelitian, corporate governance dan agency problem serta fenomena bisnis perusahaan-perusahaan non-keuangan yang terdaftar pada Indeks Kompas 100 yang kemudian dikaji sehingga dijadikan alasan untuk melakukan penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA: Menyajikan landasan teori-teori dan penelitian-penelitian sebelumnya untuk membangun kerangka berfikir sebagai dasar perumusan hipotesis-hipotesis yang menjadi acuan dalam membangun model penelitian empiris. BAB III METODE PENELITIAN: Menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan seperti desain penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional dan pengukuran variabel, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel dan metode analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN: Digunakan untuk menyajikan dan menjelaskan distribusi sampel penelitian, gambaran umum data penelitian, proses dan pengolahan data, serta kesimpulan terhadap pengujian hipotesis penelitian untuk masing-masing sub model penelitian empiris yang dibangun. Selain itu digunakan juga untuk menyajikan pembahasan terhadap temuan-temuan hasil pengujian hipotesis penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN: Menyajikan kesimpulan hipotesis, kesimpulan penelitian dan permasalahan penelitian, keterbatasan penelitian dan agenda penelitian mendatang. 13

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya dengan meningkatkan kemakmuran pemegang saham atau pemiliknya. Diperlukan tujuan dan strategi

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaanperusahaan besar sangat diperlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keputusan finansial merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial yang diambil oleh manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke waktu. Perkembangan pasar modal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya perusahaan yang ingin go public.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan diciptakan oleh perusahaan melalui kegiatan perusahaan dari waktu ke waktu agar mencapai nilai perusahaan yang maksimum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam era ekonomi modern sekarang ini, khususnya pada perusahaan Go Public, terdapat pemisahan antara pihak manajemen dan pemilik. Manajemen adalah pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976) 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menjelaskan hubungan antara pemegang saham sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan-keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan-keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menentukan tujuan yang harus dicapai, pihak manajemen perusahaan perlu menentukan keputusan-keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang manajer yang diberikan kepercayaan oleh para pemegang saham untuk mengelola dan menjalankan perusahaan merupakan inti dari keberhasilan suatu perusahaan. Manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak manajemen perusahaan untuk dapat bekerja lebih efisien. Hal tersebut bertujuan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai investasi yang dianggap memiliki net present

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai investasi yang dianggap memiliki net present BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Namun pada prakteknya tujuan ini sering tidak terlaksana sehubungan dengan adanya masalah keagenan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilik (principal) dengan manajemen perusahaan (agent). Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. pemilik (principal) dengan manajemen perusahaan (agent). Hal ini terjadi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan berdirinya perusahaan adalah maksimalisasi nilai bagi pemegang saham (Brigham dan Houston, 2011). Namun, seringkali terjadinya konflik antara pemilik (principal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pihak manajemen dengan penentuan membagikan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pihak manajemen dengan penentuan membagikan laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan yang penting yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan penentuan membagikan laba yang diperoleh dari perusahan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Wolk et al. (2001) dalam Thiono (2006:4), teori sinyal (signaling

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Wolk et al. (2001) dalam Thiono (2006:4), teori sinyal (signaling BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) Menurut Wolk et al. (2001) dalam Thiono (2006:4), teori sinyal (signaling theory) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan semua perusahaan menurut ahli keuangan tidak jauh berbeda satu sama lainnya, hanya saja cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan atau kekayaan, terutama bagi para pemegang sahamnya, terwujud berupa upaya peningkatan atau memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan, yaitu keputusan pendanaan dan keputusan investasi. Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. keputusan, yaitu keputusan pendanaan dan keputusan investasi. Keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manajer keuangan di perusahaan akan menghadapi dua keputusan, yaitu keputusan pendanaan dan keputusan investasi. Keputusan pendanaan merupakan keputusan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memaksa pihak manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memaksa pihak manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memaksa pihak manajemen perusahaan untuk dapat bekerja lebih efektif dan efesien. Perusahaan yang dapat bekerja dengan efektif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis Dividen adalah pembagian laba yang diperoleh perusahaan kepada para pemegang saham yang sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara manajer ( agent) sebagai pengelola dengan pemegang saham ( principal)

BAB 1 PENDAHULUAN. antara manajer ( agent) sebagai pengelola dengan pemegang saham ( principal) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan sebagai tujuan utama perusahaan kadang tidak sejalan dengan tujuan pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya adalah memproduksi barang dan menyediakan jasa. Dalam melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orientation) maupun organisasi yang tidak berorentasi pada laba (non-profit

BAB I PENDAHULUAN. orientation) maupun organisasi yang tidak berorentasi pada laba (non-profit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi, baik organisasi yang berorientasi pada laba (profit orientation) maupun organisasi yang tidak berorentasi pada laba (non-profit orientation)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, perusahaan memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern), laba dalam jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perusahaan go public sering terjadi masalah keagenan yang ditunjukkan dari adanya perbedaan kepentingan antara manajemen (agen) dan pemegang saham. Manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi dan memasarkan barang atau jasa dengan tujuan memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi dan memasarkan barang atau jasa dengan tujuan memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi dari sekelompok orang yang memproduksi dan memasarkan barang atau jasa dengan tujuan memperoleh laba. Perusahaan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi persaingan yang semakin tajam. Akan tetapi, dalam praktiknya

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi persaingan yang semakin tajam. Akan tetapi, dalam praktiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, perusahaan melakukan pengembangan usaha untuk mengantisipasi persaingan yang semakin tajam. Akan tetapi, dalam praktiknya dunia usaha mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan penelitian ini, yaitu : 1. Kadek dan Luh (2016) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998). 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan manufaktur. Persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1) Bird In The Hand Theory Teori bird in the hand adalah salah satu teori dalam kebijakan dividen, teori ini dikembangkan oleh Myron Gordon (1956) dan John Lintner

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Kebijakan Dividen Dividen merupakan pembagian pendapatan kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.1, No.3 Desember 2014 Page 31

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.1, No.3 Desember 2014 Page 31 ISSN : 2355-9357 e-proceeding of Management : Vol.1, No.3 Desember 2014 Page 31 PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PERILAKU OPORTUNISTIK MANAJERIAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP NILAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kas atau setara kas yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan. kekayaan melalui distribusi hasil investasi.

BAB I PENDAHULUAN. kas atau setara kas yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan. kekayaan melalui distribusi hasil investasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dalam artian umum merupakan keseluruhan aktiva selain kas atau setara kas yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan manfaaat keekonomian dimasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jensen dan Meckling (1976) Jensen dan Meckling (1976) Weston dan Brigham (2001:21) Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jensen dan Meckling (1976) Jensen dan Meckling (1976) Weston dan Brigham (2001:21) Jensen dan Meckling (1976) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah dikarenakan tujuan perusahaan berbenturan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham, 1996). Akan tetapi, di

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha dan merupakan tempat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha dan merupakan tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha dan merupakan tempat berkumpulnya tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para pemilik modal (principal). Pemilik dalam hal ini adalah pemegang saham yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan sebaliknya semakin

BAB I PENDAHULUAN. harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan sebaliknya semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya pada akhir tahun berjalan yang tercermin pada harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang bermunculan, maka semakin ketat persaingan antar perusahaan. Untuk itu setiap perusahaan mencoba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan suatu perusahaan yaitu untuk mendapatkan keuntungan atau laba maksimal. Keuntungan yang diperoleh tidak saja digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, membayar

Lebih terperinci

Prodi S2 Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom 1 tresna.kaka@gmail.com, 2 norita.chan@yahoo.com

Prodi S2 Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom 1 tresna.kaka@gmail.com, 2 norita.chan@yahoo.com PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PERILAKU OPORTUNISTIK MANAJERIAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Non-Keuangan di Indeks Kompas 100) EFFECT

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal adalah suatu

II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal adalah suatu 8 II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan di Indonesia menghadapi sebuah tantangan bisnis yang lebih

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan di Indonesia menghadapi sebuah tantangan bisnis yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan di Indonesia menghadapi sebuah tantangan bisnis yang lebih besar dan terus berkembang dengan cepat. Berbagai jenis perusahaan juga bermunculan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen

BAB 1 PENDAHULUAN. pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang tercatat di BEI, perusahaan ini termasuk dalam kelompok emiten terbesar yaitu sebanyak 30 persen dari seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, kreditor dan manajer adalah pihak-pihak yang memiliki perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, kreditor dan manajer adalah pihak-pihak yang memiliki perbedaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran politik para pemegang saham. Pemegang saham, kreditor dan manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba yang sebesar-besarnya sesuai dengan pengorbanan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba yang sebesar-besarnya sesuai dengan pengorbanan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan memiliki tujuan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang, diantaranya yaitu untuk mencapai keuntungan yang maksimal dan memperoleh laba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1. Signalling theory Menurut Brigham dan Houston (2001) isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara meningkatkan nilai perusahaan. Harga pasar saham menunjukkan nilai perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. cara meningkatkan nilai perusahaan. Harga pasar saham menunjukkan nilai perusahaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan memiliki tujuan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara meningkatkan nilai perusahaan. Harga pasar saham menunjukkan nilai perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan perusahaan dari pendapat beberapa ahli keuangan adalah memaksimalkan nilai perusahaan, maksimalisasikan laba, menciptakan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam melakukan kebijaakn

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam melakukan kebijaakn BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Tujuan para investor yang ingin menginvestasikan dananya di pasar modal adalah untuk memperoleh pendapatan tambahan berupa dividen atau capital gain. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor dalam menentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembayaran dividen merupakan salah satu hal krusial yang menjadi perhatian manajemen perusahaan dan pemegang saham. Manajemen perusahaan perlu mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama sebagian besar perusahaan, terutama perusahaan yang berorientasi bisnis, adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang meningkat

Lebih terperinci

BAB І PENDAHULUAN. Pengelolaan Perusahaan lazimnya bertujuan untuk memakmurkan pemiliknya

BAB І PENDAHULUAN. Pengelolaan Perusahaan lazimnya bertujuan untuk memakmurkan pemiliknya 1 BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan Perusahaan lazimnya bertujuan untuk memakmurkan pemiliknya sebab, semakin tinggi harga saham berarti semakin memakmurkan pemilik saham karena harga pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis semakin hari semakin ketat dan sangat kompetitif. Terbukti jika perusahaan tidak dapat menghadapi tantangan ini sangat banyak perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah disajikan, karena di dalam Laporan Keuangan tersebut terdapat informasiinformasi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Kebijakan Dividen Menurut preferensi investor ada tiga teori yang mendasari kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : 1. Teori Dividen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemilik

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemilik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemilik (shareholder) melalui kebijakan investasi, pendanaan dan dividen yang tercermin dalam harga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu entitas organisasi yang didirikan oleh individu atau kelompok yang memiliki visi dan misi yang sama dengan tujuan meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu alternatif sumber pendanaan perusahaan adalah melalui pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu alternatif sumber pendanaan perusahaan adalah melalui pasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif sumber pendanaan perusahaan adalah melalui pasar modal. Perusahaan memperoleh dana dengan menjual saham kepada publik di pasar modal.investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era globalisasi seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : 2.1.1 Rizka Putri

Lebih terperinci

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, PROFIBILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA Shella Febri Priatama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kemakmuran dengan memperoleh pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan, tanpa pendanaan perusahaan tidak akan berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan, tanpa pendanaan perusahaan tidak akan berjalan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan usaha sangat bergantung sekali dengan pendanaan. Pendanaan sangatlah penting dibutuhkan dalam membangun dan menjamin kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan dapat meningkatkan nilai perusahaannya. Manajer perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. harapan dapat meningkatkan nilai perusahaannya. Manajer perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kondisi pereonomian yang baik dapat menyebabkan timbulnya persaingan di dunia bisnis, hal ini disebabkan setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa depan karena pertumbuhan ekonomi Negara yang semakin baik dan industri manufaktur juga

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Investment Opportunity Set, Leverage, Free Cash Flow, dan Collateral Assets pada Dividend Policy pada Perusahaan Sektor

Judul : Pengaruh Investment Opportunity Set, Leverage, Free Cash Flow, dan Collateral Assets pada Dividend Policy pada Perusahaan Sektor Judul : Pengaruh Investment Opportunity Set, Leverage, Free Cash Flow, dan Collateral Assets pada Dividend Policy pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Nama : Ida Ayu Anggi Pramitadewi NIM :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini sudah sangat banyak orang yang tertarik ataupun ingin mencoba

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini sudah sangat banyak orang yang tertarik ataupun ingin mencoba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini sudah sangat banyak orang yang tertarik ataupun ingin mencoba untuk menginvestasikan dana mereka ke pasar modal. Investasi merupakan suatu kegiatan penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, ). Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, ). Kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan deviden merupakan kebijakan suatu perusahaan mengenai pembagian kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, 2002 532). Kebijakan dividen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap harga belinya (Handoko, 2002). Manajer sebagai agent pengelola. mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap harga belinya (Handoko, 2002). Manajer sebagai agent pengelola. mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kemakmuran dengan memperoleh pendapatan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada pertumbuhan pasar saham. Menurut Husnan (2012) menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada pertumbuhan pasar saham. Menurut Husnan (2012) menyatakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Perusahaan Pertumbuhan suatu perusahaan akan lebih mudah terlihat dari adanya penilaian tinggi pihak eksternal perusahaan terhadap aset perusahaan ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resiko dan ketidakpastian yang sulit diprediksi oleh para investor. Menurut Maya

BAB I PENDAHULUAN. resiko dan ketidakpastian yang sulit diprediksi oleh para investor. Menurut Maya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang sulit diprediksi oleh para investor. Menurut Maya Malinda (2011:1),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Fama dan French (2001, dalam Naiborhu, 2014)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA 2.1.1.1 Pengertian PBV (Price Book Value) Rasio PBV (Price Book Value) ini di definisikan sebagai rasio harga saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka pendeknya saja, tetapi juga harus memiliki ketersediaan modal yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. jangka pendeknya saja, tetapi juga harus memiliki ketersediaan modal yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan dunia usaha semakin ketat. Suatu perusahaan tidak bisa bertahan hanya dengan mengandalkan ketersediaan modal jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal yang optimal sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal yang optimal sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia usaha pada saat ini menjadi semakin ketat, baik di sektor industri maupun sektor jasa. Setiap perusahaan harus menyusun strategi yang tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah dikarenakan tujuan perusahaan berbenturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, akan tetapi bagi investor. perusahaan atau investor bertujuan untuk mendapatkan return dari

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, akan tetapi bagi investor. perusahaan atau investor bertujuan untuk mendapatkan return dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan usaha bisnis, sebuah perusahaan mempunyai cara untuk mengembangkan perusahaan. Pendanaan dapat diperoleh dengan meminjam dari pihak ketiga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan sudah mulai berkembang berawal dari adanya penelitian oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta 12 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Meckling (1976), dalam kerangka hubungan keagenan (agency theory), timbulnya masalah keagenan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran pasar modal mempunyai pengaruh yang penting dalam menunjang perekonomian suatu negara. Pasar modal merupakan suatu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk memobilisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham dan akan diinvestasikan kembali atau ditahan di dalam perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham dan akan diinvestasikan kembali atau ditahan di dalam perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Kebijakan Dividen Dividen adalah laba dari perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham. Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan yaitu mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran politik atau para pemegang saham. Pemegang saham, kreditor dan manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate BAB I PENDAHULUAN Bab Iberisi penjelasan latar belakang penelitian yang dilakukan, yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate governance, dan agency cost. Selanjutnya, dalam bab ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industriindustri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kesejahteraan dapat ditingkatkan melalui kinerja perusahaan (firm performance)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai entitas ekonomi lazimnya memiliki tujuan jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai entitas ekonomi lazimnya memiliki tujuan jangka panjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai entitas ekonomi lazimnya memiliki tujuan jangka panjang dan jangka pendek, dalam jangka panjang perusahaan bertujuan mengoptimalkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendanaan adalah fondasi utama dalam dunia usaha dan perekonomian. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan utama suatu perusahaan didirikan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan cara memaksimalkan harga saham perusahaan (Keown et al,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ini adalah laba yang diperoleh perusahaan melalui kegiatan operasional yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ini adalah laba yang diperoleh perusahaan melalui kegiatan operasional yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dalam kegiatan operasionalnya mempunyai tujuan yang selalu akan dicapai yaitu memperoleh keuntungan. Keuntungan dalam penelitian ini adalah laba yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu daya tarik berinvestasi bagi investor dalam pasar primer maupun pasar sekunder adalah dividen. Dividen merupakan salah satu faktor yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saham dengan memaksimalkan nilai perusahaan. dividen) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. saham dengan memaksimalkan nilai perusahaan. dividen) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap perusahaan memiliki dua tujuan, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Dimana, dalam tujuan jangka pendek perusahaan hanya

Lebih terperinci