BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis Ardas KAS) tahun Ardas KAS merupakan arah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis Ardas KAS) tahun Ardas KAS merupakan arah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2011 diberlakukan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang (selanjutnya ditulis Ardas KAS) tahun Ardas KAS merupakan arah pastoral pemberdayaan Gereja yang memuat visi-misi-tujuan Gereja Keuskupan Agung Semarang yang hendak dibangun sesuai dengan konteks kebutuhan umat (DKP-KAS, 2011). Ardas KAS disusun sebagai alat bantu agar tata penggembalaan yang menjadi domain kepemimpinan Uskup selaku pemimpin Gereja dapat terarah, terukur dan terdampingi. Ardas dapat dijadikan pedoman untuk melaksanakan pelayanan pastoral Gereja (DKP-KAS, 2011). Tata penggembalaan merupakan segala usaha kepemimpinan Gereja menyangkut pengorganisasian dan pendampingan yang bertujuan untuk pengembangan hidup beriman umat (DKP-KAS, 2011). Pemimpin Gereja diharapkan mampu melibatkan berbagai umat dengan tetap memanfaatkan dan memperhatikan kelebihan dan kelemahan yang dimiliki masing-masing individu sehingga terlibat dalam setiap proses kegiatan pelayanan Gereja. Kepemimpinan Gereja mengusahakan supaya umat berkembang kualitas dan kemampuannya, meliputi kecakapan berpikir, pengolahan perasaan, dan kepekaan terhadap nilai-nilai religiusitas (DKP-KAS, 2011). Umat diharapkan mampu memahami perasaan orang lain, bekerja sama, tekun, dam berperan aktif di masyarakat. 1

2 Ardas KAS dilandasi oleh budaya pelayanan yang murah hati. Kepemimpinan yang murah hati didasarkan pada keyakinan akan kemurahan hati Allah (Martasudjita, 2009). Pelayanan murah hati diwujudkan melalui pelatihan olah batin dan pengalaman akan pendidikan tersebut mendorong sikap peduli kebutuhan orang lain dan keterlibatan untuk mewujudkan tujuan Gereja. Pelayanan yang murah hati diharapkan mampu mendorong pelayanan pastoral yang kreatif dan inovatif. Kreativitas dalam pelayanan pastoral memungkinkan menjawab kebutuhan aktual sesuai dengan situasi dan kondisi khas yang dihadapi umat; ada kesediaan dan keterbukaan besar untuk melayani kebutuhan umat (Martasudjita, 2009). Keuskupan Agung Semarang hendak mengembangkan Gereja sebagai persekutuan paguyuban orang beriman kristiani sesuai dengan visi dan misi yang ada pada Ardas. Gereja sebagai persekutuan paguyuban umat beriman mulai tumbuh dari paguyuban keluarga-keluarga katolik, lingkungan, wilayah dan paroki, dan keuskupan. Pelayanan pastoral Gereja dilaksanakan langsung kepada umat dalam bentuk organisasi Paroki (DKP-KAS, 2013). Paroki adalah persekutuan umat Allah yang dibentuk secara tetap dalam lingkup Keuskupan, dengan batas-batas geografis yang ditentukan oleh Uskup, dan yang reksa pastoralnya dipercayakan oleh Uskup kepada pastor paroki bersama dengan dewannya (DKP-KAS, 2013). Sejumlah Paroki yang berdekatan berkoordinasi dalam Kevikepan (DKP-KAS, 2013). Reksa pastoral menyangkut kebijakan pelayanan pastoral, baik kebijakan pada tingkat Keuskupan, maupun Paroki. Reksa berarti suatu putusan strategis, 2

3 suatu pilihan taktis atas dasar pertimbangan yang mendalam tentang tugas sebagai seorang gembala umat. Seorang Pastor paroki menjalankan tugas reksa pastoralnya karena mendapat mandat/kewenangan dari Uskup untuk menggembalakan umat beriman di wilayah tertentu (Hardana, 2015). Pelayanan pastoral paroki terwujud dengan adanya kerjasama serta kebersamaan baik dari pastor paroki selaku pemimpin umat maupun umat itu sendiri. Untuk itu, diperlukan perubahan cara pikir dan cara kerja sebagai pelaksana reksa pastoral, bahwa berpastoral berarti membangun relasi kerja sama, melibatkan orang lain, memberikan orang lain ruang dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam semangat kebersamaan membangun Gereja. Karya pelayanan pastoral paroki sendiri bersifat kompleks, berkaitan dengan situasi kehidupan umat dan karya penggembalaan umat yang meliputi bidang-bidang karya Gereja seperti: peribadatan liturgi, persekutan umat atau koinonia, pewartaan atau kerygma, kesaksian atau martyria dan pelayanan atau diakonia (DKP-KAS, 2013). Pastor paroki juga memiliki tugas memberikan karya pelayanan administrasi dan operasional paroki. Kegiatan operasional paroki sehari-hari dilaksanakan oleh pastor paroki dan dibantu beberapa orang staff yang menjadi karyawan paroki. Pengelolaan paroki dilaksanakan dengan model strutur kerja sederhana. Sesuai dengan model struktur sederhana, keputusan besar dan pengawasan operasional paroki sering diambil dan dilaksanakan sendiri oleh pastor paroki; spesialisasi tugas terbatas; sedikitnya aturan kerja, program pelatihan, perencanaan, dan penghubung; hubungan informal; dan minimnya sistem 3

4 pendukung pekerjaan yang rumit (Thompson et al., 2012). Melalui model struktur kerja sederhana ini diharapkan pelayanan pastoral paroki mendapatkan manfaat seperti administratif yang murah, kemudahan koordinasi, fleksibilitas, pengambilan keputusan yang cepat, kemampuan beradaptasi, dan tanggap terhadap perubahan. Sedikitnya aturan dan hubungan informal diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas dan tanggungjawab para karyawan. Gereja sebagai salah satu bentuk organisasai non profit memerlukan seorang pemimpin yang berorientasi pada pelayanan umat. Selaras dengan pendapat Van Wart, seperti dikutip dalam (Agard, 2011) menjelaskan tanggungjawab seorang pemimpin dari organisasi non profit adalah perlu menyelaraskan antara kebutuhan lingkungan organisasi dan kebutuhan lingkungan eksternal. Keberadaan organisasi adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun demikian, agar seorang pemimpin mampu memenuhi kebutuhan komunitas maka perlu mengenali kebutuhan komunitas, mampu mendefinisikan kebutuhan tersebut dan mampu menciptakan serta mengimplementasikan srategi utuk mencapai pemenuhan kebutuhan. Kepemimpinan yang melayani (selanjutnya disebut servant leadership) mencakup pemahaman dan praktek kepemimpinan yang menempatkan kebaikan bagi mereka yang dipimpin di atas kepentingan pribadi pemimpin. Wong dan Davey (2007) mendorong semakin pentingnya kepemimpinan yang berorientasi pada orang. Fokus kepemimpinan harus digeser dari proses dan hasil menjadi orang dan masa depan. Tantangan utama manajemen dan kepemimpinan, terlebih 4

5 di dalam institusi Gereja, adalah bagaimana mengembangkan orang-orang yang bersedia terlibat dengan tulus dalam karya pelayanan Gereja. Menurut Sendjaya, Sarros dan Santora (2008) seorang pemimpin wajib memiliki komitmen yang tulus kepada para pengikutnya, keutamaan untuk melayani kebutuhan pengikut, visi dan pemberdayaan yang ditawarkan kepada pengikutnya, dalam konteks pelayanan menjadi kegiatan utama seorang pemimpin. Servant leadership mencakup pemahaman dan praktik kepemimpinan yang menempatkan kebaikan bagi mereka yang dipimpin di atas kepentingan pribadi pemimpin (Sendjaya et al., 2008). Seorang pastor paroki perlu menyelaraskan kepentingan pelayanan pada umat maupun kepentingan pelayanan pada karyawan. Kegiatan pelayanan pastoral yang selama ini dilakukan oleh pastor adalah: pertama, dari sisi liturgi yaitu pembekalan tugas liturgi, seminar-seminar, festival-festival, adorasi, konggres ekaristi. Kedua, dari sisi pewartaan yaitu kegiatan-kegiatan dalam moment Gereja misalkan pertemuan Advent dan Prapaskah, pembelajaran pokokpokok iman, penerbitan beberapa buku tentang pengetahuan iman, pembekalan dan kaderisasi para katekis (guru agama Katolik), dan lain-lain. Ketiga, dari sisi pelayanan yaitu pembekalan pengurus lingkungan, pelatihan tata organisasi paroki, pelatihan penyusunan program kerja paroki, rekoleksi aktivis lingkungan. Selain itu melaksanakan pelayanan ekaristi dan sakramen lainnya. Pastor selaku pimpinan paroki juga memiliki tanggung jawab kepada karyawan berupa pendampingan, pelatihan, dan umpan balik terhadap karyawan secara pribadi. Namun, kenyataannya pastor paroki lebih banyak menggunakan 5

6 waktunya untuk memberikan pelayanan kepada umat. Pendampingan, pelatihan, dan umpan balik pastor paroki terhadap karyawan secara pribadi jarang dilakukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pastor paroki secara tidak sengaja abai dalam memperhatikan/mengelola karyawan dan cenderung kurang memberikan pelayanan maksimal pada karyawan. Kemungkinan besar pastor paroki kurang mampu menyelaraskan antara pemberian pelayanan terhadap karyawan dengan umat. Karyawan yang merasa mendapatkan perhatian dari pimpinan cenderung memiliki tingkat komitmen yang lebih tinggi (Eisenberger et al., 1990). Karyawan menjadi lebih sadar tentang tanggung jawab dan memiliki keterlibatan lebih besar dalam organisasi dan lebih inovatif. Oleh karena itu, penerapan kepemimpinan yang tepat dapat meningkatkan komitmen organisasi karyawan (Eisenberger et al., 1990). Pemimpin yang mau melayani kebutuhan staf akan mengembangkan keinginan dan untuk memberikan yang terbaik dalam membangun rasa kebersamaan, komitmen afektif dan rasa memiliki terhadap organisasi (Ambali et al., 2011). Konsep kepemimpinan melayani yang menonjolkan pelayanan kepada orang lain, termasuk pada bawahan, akan menumbuhkan keterikatan yang kuat. Tanggung jawab ke bawah ( downward accountability) akan menjadikan kepemimpinan itu berakar dan diterima dengan tulus oleh bawahan (Arisandi, 2010) Berdasarkan wawancara dengan pastor paroki yang dilakukan peneliti, ditemukan persoalan yang berkaitan dengan pelayanan paroki. Menurut pastor paroki dengan menumpuknya kegiatan pelayanan kepada jemaat yang menuntut 6

7 perhatian dan keterlibatan langsung pastor paroki membuat urusan pembinaan karyawan menjadi kurang terperhatikan. Pastor paroki memiliki kepercayaan penuh bahwa karyawannya sudah dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Situasi tersebut menunjukkan bahwa kontrol yang dilakukan oleh pastor terhadap karyawan menjadi kurang. Pembuatan jurnal kerja yang dibuat oleh karyawan dilakukan di beberapa paroki. Jurnal tersebut berisi catatan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan sehari-hari dan dilaporkan pada pastor seminggu sekali. Pastor akan memeriksa jurnal tersebut tanpa bertatap muka. Pastor paroki hanya menanyakan pada karyawan apabila menemukan catatan pekerjaan yang kurang jelas atau yang belum dapat diselesaikan. Pastor tidak akan menemui karyawan, bila catatan pekerjaannya sudah jelas. Situasi tersebut menunjukkan bahwa kurangnya relasi interpersonal, komunikasi, dan umpan balik pada karyawan. Situasi tersebut berkaitan dengan kurangnya pendampingan, pelatihan, dan umpan balik kepada karyawan diduga akan berhubungan dengan kurangnya rasa memiliki ( sense of belonging) karyawan terhadap paroki sehingga terkesan karyawan kurang peduli dengan pekerjaannya. Kemungkinan adanya gap antara kepemimpinan pastor paroki dalam melayani umat dan karyawan diduga dapat mempengaruhi keterikatan emosi karyawan pada organisasi. Rutinitas pekerjaan membuat karyawan terkadang menjadi bosan dan kurang bersemangat. Karyawan kurang dapat mengembangkan kreativitas dan terjebak dalam pekerjaan yang membosankan. Kondisi tersebut memungkinkan menjadi salah satu sebab karyawan kurang peduli pada urusan pekerjaan. 7

8 Hasil penelitian mengungkapkan karyawan dengan komitmen afektif tinggi akan memberikan usaha yang lebih besar dalam melaksanakan tugastugasnya. Karyawan yang memiliki komitmen ingin tetap bertahan dan mendukung pencapaian tujuan organisasi, oleh karena itu kecil kemungkinanannya untuk keluar/meninggalkan organisasi (Nehme, 2009). Komitmen organisasional memfokuskan pada proses dimana seseorang berpikir tentang hubungannya dengan organisasi, dengan pemikiran mempertimbangkan keselarasan antara nilai dan tujuannya dengan organisasi. Komitmen organisasi dalam hal ini lebih dipahami dengan pendekatan sikap (attitudinal aproach) yang mencerminkan keinginan seseorang untuk menerima dan berusaha untuk mewujudkan tujuan organisasi (Yulianti, 2015). Komitmen organisasional berdasarkan pendekatan sikap berhubungan dengan pengalaman kerja yang membuat orang merasa bagian dari organisasi, mempunyai hubungan secara emosional dengan organisasi dan merasa memiliki organisasi, ada perasaan kesatuan dan kebersamaan dalam organisasi; merupakan goal congruence orientation (pendekatan kongruensi tujuan), yaitu sejauh mana seseorang yang mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi, memiliki tujuantujuan pribadi yang sejalan dengan tujuan-tujuan organisasi. Pendekatan sikap mencerminkan keinginan seseorang untuk menerima dan berusaha untuk mewujudkan tujuan organisasi (Yulianti, 2015). Dalam perkembangannya komitmen organisasional yang berhubungan dengan pendekatan kongruensi tujuan, yaitu komitmen afektif yang menunjukkan kuatnya keinginan seseorang untuk terus bekerja bagi suatu organisasi karena ia 8

9 memang setuju dengan organisasi itu dan memang berkeinginan untuk melakukannya. Menurut Meyer, Allen dan Smith (1993), komitmen afektif merupakan suatu keterikatan emosional karyawan terhadap organisasi yang disebabkan oleh identifikasi diri dan kepercayaan karyawan pada tujuan organisasi yang ditunjukkan dengan kerja keras yang tercermin melalui keterlibatan dan perasaan senang serta menikmati peranannya dalam organisasi. Komitmen afektif akan mampu mengukur sejauhmana seorang karyawan merasa terlibat di dalam pekerjaannya, serta menikmati dirinya menjadi bagian dari organisasi, serta mengukur loyalitasnya untuk tetap bertahan yang ditunjukkan dengan perilaku positif. Perilaku positif karyawan ditunjukkan dengan jarang terlambat datang ke tempat kerja, tingkat absensi yang rendah, produktivitas yang tinggi, serta berusaha menampilkan kinerja yang terbaik sehingga dapat menurunkan turnover, mengurangi retensi dan absensi, selalu ingin mengembangkan diri dan senang berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan di organisasi tempatnya bekerja (Meyer dan Allen, 1997). Karyawan yang memiliki komitmen afektif yang tinggi cenderung menunjukkan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap organisasi, meningkatan keterlibatan dalam aktivitas organisasi, keinginan untuk mencapai tujuan organisasi, dan keinginan untuk dapat tetap bertahan dalam organisasi (Rhoades et al., 2001). Menurut Meyer dan Allen (1997) disebutkan komitmen afektif memiliki hubungan terkuat dengan berbagai konsekuensi hasil dari sikap dan perilaku karyawan. 9

10 Menurut Boon, Safa, dan Arumugam (2006) komitmen afektif dinilai paling bermanfaat bagi organisasi dibanding komitmen normatif dan keberlanjutan ( continuen) dikarenakan karyawan dengan komitmen afektif yang tinggi cenderung merasa yakin terhadap organisasi sehingga akan berusaha optimal untuk meningkatkan kualitas kerja demi mencapai tujuan organisasi. Komitmen afektif pada karyawan merupakan salah satu perilaku kerja yang ditimbulkan karena sudah melibatkan faktor emosional. Karyawan dengan komitmen afektif akan bekerja dengan perasaan senang dan menikmati perannya dalam organisasi. Pegawai dengan komitmen afektif benar-benar ingin menjadi karyawan di perusahaan yang bersangkutan sehingga memiliki keinginan untuk berusaha optimal demi tercapainya tujuan organisasi. Pemimpin merupakan kunci keberhasilan utama dalam suatu perusahaan. Pemimpin yang memberikan penghargaan seperti pujian, pengakuan akan kinerja karyawan atas kinerja karyawan akan memberikan kepuasan kerja secara non finansial (intrinsic rewards). Selain pandangan karyawan terhadap kepemimpinan pastor paroki, variabel keterlibatan (selanjutnya disebut engagement ) karyawan juga merupakan salah satu variabel yang kemungkinan mempengaruhi komitmen afeksi (Saks, 2006). Engagement karyawan telah mendapatkan banyak perhatian di kalangan akademisi pada dekade terakhir. Namun, konsep ini masih dianggap baru, penelitian akademis relatif sedikit dilakukan untuk hal ini (Saks, 2006). Engagement karyawan menunjukkan sikap positif karyawan dalam berkerja, yang 10

11 dipengaruhi sisi afektif terkait dengan kondisi batin seseorang yang menuntun secara aktif dalam mengekspresikan dan melibatkan secara emosional, kognisi, dan fisik dalam melaksanakan peran pekerjaannya (Karyawan secara sadar mengikat dirinya dengan pekerjaannya, dan ketika mereka sudah terikat maka mereka melaksanakan pekerjaan dan mengekspresikan diri mereka secara fisik, kognitif dan emosional selama pelaksanaan pekerjaannya (Saks, 2006 ; Egyemang, 2013). Engagement berhubungan dengan gagasan lain dalam perilaku organisasi (Saks, 2006). Gagasan da lam perilaku organisasi ini sama-sama berbicara tentang hubungan karyawan dengan organisasinya. Sebagai salah satu gagasan dalam perilaku organisasi, engagement karyawan berbeda dengan gagasan lain seperti komitmen organisasi. Komitmen organisasi merupakan sikap dan keterkaitan terhadap organisasi. Sementara engagement karyawan bukan merupakan sikap, melainkan tingkat dimana seorang individu penuh perhatian dan senang dalam melakukan tugas yang diberikan (Nusantria, 2012). Karyawan merasa bahwa pekerjaan mereka benar-benar berpengaruh positif terhadap kesejahteraan fisik mau pun psikologi seseorang (Markos, 2010). Jika setiap bagian dari sumber daya manusia tidak ditangani dengan cara yang tepat, maka kemungkinan besar karyawan akan gagal untuk sepenuhnya melibatkan diri dalam pekerjaan mereka. Inisiatif perbaikan yang diambil oleh manajemen tidak bisa berbuah tanpa adanya upaya yang diarahkan pada keterlibatan dan engagement karyawan (Markos, 2010). 11

12 Menurut Schaufelli dan Bakker (2002) karyawan yang engage terhadap pekerjaan (work engagement) memiliki perasaan positif mampu untuk melaksanakan pekerjaan dengan lebih bersemangat (vigor), berdedikasi (dedication) dan memiliki ketertarikan pada pekerjaan yang tinggi (arbsorption). Engagement karyawan sebagai suatu keyakinan yang kuat terhadap pelaksanaan pekerjaan dan diketahui dapat mempengaruhi komitmen afektif karyawan (Schaufeli dan Bakker, 2010). Peningkatan work engagement karyawan berhubungan secara langsung dengan produktivitas, keuntungan serta menurunkan tingkat absensi karyawan dan retensi (Bakker dan Leiter, 2010). Dengan dipahaminya persespsi servant leadership, engagement karyawan dan komitmen afektif dari karyawan yang bekerja di paroki, maka selaku pimpinan paroki, pastor paroki diharapkan dalam menjalankan perannya dapat menerapkan kebijakan-kebijakan strategis yang tepat dalam mengelola pribadi karyawan paroki agar tujuan pelayanan pastoral paroki dapat dicapai secara optimal. Oleh karena itu, peneliti ingin menganalisis servant leadership, engagement karyawan dan komitmen afektif karyawan paroki di Kevikepan Semarang. 1.2 Perumusan masalah Pelayanan pastor paroki dituntut untuk memberikan perhatian lebih besar dan keterlibatan langsung pada umat sehingga membuat urusan pembinaan karyawan menjadi kurang terperhatikan dengan baik. Pastor paroki memiliki kepercayaan penuh bahwa karyawan sudah dapat menyelesaikan pekerjaan 12

13 dengan baik. Hubungan relasi interpersonal, kominikasi dan umpan balik kepada karyawan dirasakan belum maksimal. Pada sisi lain, karyawan perlu mendapatkan pendampingan, pelatihan, dan umpan balik dari pastor paroki sebagai pimpinan paroki. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya rasa memiliki ( sense of belonging) karyawan terhadap paroki dan dapat berdampak pada sikap karyawan yang kurang peduli dengan pekerjaannya dan kurang bersemangat menyelesaikan pekerjaan. Komitmen afektif akan mampu mengukur sejauh mana seorang karyawan merasa terlibat di dalam pekerjaannya, serta menikmati dirinya menjadi bagian dari organisasi, serta mengukur loyalitasnya untuk tetap bertahan yang ditunjukkan dengan perilaku positif (Meyer dan Allen, 1997). Karyawan yang memiliki komitmen afektif yang tinggi cenderung menunjukkan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap organisasi, meningkatan keterlibatan dalam aktivitas organisasi, keinginan untuk mencapai tujuan organisasi, dan keinginan untuk dapat tetap bertahan dalam organisasi (Rhoades et al., 2001). Menurut Schaufelli dan Bakker (2002) karyawan yang engage terhadap pekerjaan (work engagement) memiliki perasaan positif mampu untuk melaksanakan pekerjaan dengan lebih bersemangat (vigor), berdedikasi (dedication) dan memiliki ketertarikan pada pekerjaan yang tinggi (arbsorption). Kepemimpinan servant leadership dan engagement karyawan merupakan variabel yang diduga mampu mempengaruhi kuat lemahnya komitmen afeksi. Karyawan yang mampu mempersepsikan hal positif terhadap servant leadership pastor paroki kemungkinan akan meningkatkan komitmen afektif karyawan. 13

14 Karyawan yang engage juga diprediksi akan meningkatkan komitmen afektif. Permasalahan yang muncul adalah apakah servant leadership dan engagement karyawan paroki berpengaruh positif terhadap variabel komitmen afektif. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalah tersebut, maka pertanyaan penelitian ini meliputi: 1. Apakah kepemimpinan servant leadership pastor paroki memberikan pengaruh positif pada peningkatan komitmen afektif karyawan paroki? 2. Apakah engagement karyawan paroki memberikan pengaruh positif pada peningkatan komitmen afektif karyawan paroki? 1.4 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Menguji pengaruh kepemimpinan servant leadership pastor paroki terhadap komitmen afektif karyawan paroki. 2. Menguji pengaruh engagement karyawan terhadap komitmen afektif karyawan paroki Manfaat Penelitian Penelitan yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat bagi: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan komitmen organisasi khususnya komitmen afeksi pada organisasi, servant leadership dan engagment pada karyawan. 14

15 2. Manfaat Praktis Penelitian ini dimaksudkan menjadi bahan masukan bagi paroki-paroki lain dalam melakukan perbaikan berkelanjutan serta pemilihan strategi dalam pengelolaan sumber daya manusia terkait dengan ada atau tidaknya pengaruh engagement karyawan dan kepemimpinan servant leadership terhadap komitmen afektif karyawan Paroki di Wilayah Kevikepan Semarang. 1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Di dalam penelitian ini, peneliti menetapkan ruang lingkup dan batasan penelitian sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan pada tiga variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas ( servant leadership dan engagement karyawan) terhadap variabel terikat (komitmen afeksi). 2. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan instrumen penelitian, yaitu Affective Commitment Scale (ACS) yang dikutip dari Three Component Models Questionnaire beradasarkan teori Meyer dan Allen (1993) ; Servant Leadership Scale (SLQ) dari hasil penelitian Barbuto dan Wheeler (2006) terdiri dari 5 (lima) dimensi, yaitu altruistic calling, emotional healing, wisdom, persuasive mapping, dan organizational stewardship dan untuk mengukur engagement karyawan.digunakan Ultrech Work Engagement Scale (UWES) Preliminary Manual Version 1.1, beradasarkan teori Schaufeli, Bakker, dan Salanova (200 6) yang terdiri dari 3 (tiga) dimensi, yaitu vigor, dedication dan arbsorption. 15

16 3. Subyek penelitian adalah karyawan Paroki di Wilayah Kevikepan Semarang dengan cara mengambil responden dari populasi karyawan paroki yang telah diangkat menjadi karyawan tetap. 1.7 Sistematika Penelitian Tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu Pendahuluan, Landasan Teori, Metodologi Penelitian, Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan Penutup, dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Bab I - Pendahuluan Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian serta sistematika penelitian. Bab ini ditujukan untuk mengantarkan pembaca dan menjelaskan siapa dan apa yang diteliti, mengapa dan apa diteliti, kapan diteliti, dan bagaimana penelitian tersebut dilakukan. 2. Bab II - Landasan Teori Bab ini berisikan tinjauan pustaka yang menguraikan mengenai beberapa teori dan hasil penelitian sebelumnya tentang komitmen afektif, terhadap kepemimpinan servant leadership dan engagement karyawan serta hubungan diantaranya. Dalam landasan teori ini, juga dijelaskan tentang teori-teori yang kuat yang berkaitan dengan penelitian dan hipotesis-hipotesis yang dikembangkan sebagai jawaban sementara terhadap suatu masalah dan masih harus dibuktikan kebenarannya dalam serangkaian uji dalam penelitian ini. 3. Bab III - Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan tentang rancangan penelitian yang ditujukan sebagai - 16

17 acuan strategi peneliti agar peneliti dapat memperoleh data dan alat penelitian yang valid sesuai dengan karakteristik dan tujuan penelitian. Bab ini juga berisikan definisi istilah, penjelasan tentang populasi dan sampel yang digunakan, instrumen penelitian, penjelasan mengenai pengumpulan data, serta penjelasan mengenai metode analisis data yang digunakan dalam penelitian. 4. Bab IV - Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan serta uraian tentang hasil pengujian hipotesis. Bab ini terdiri dari deskripsi data yang diperoleh, analisis validitas dan reliabilitas kuesioner serta penjelasan hasil uji hipotesis dan uraian pembahasannya. 5. Bab V Penutup Bab ini menjelaskan tentang simpulan penelitian, implikasi dari temuan penelitian, keterbatasan yang dialami oleh peneliti serta saran yang diajukan. 17

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia pendidikan yang bermutu. Rendahnya mutu pendidikan akan menjadi masalah besar bagi suatu bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asal-usul kemunculan employee engagement dalam dunia bisnis tidak sepenuhnya jelas. Pertama kali yang menggunakan ide tersebut adalah sebuah organisasi yang bernama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi dalam menciptakan kelangsungan hidupnya, apapun bentuk organisasi itu dalam mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat yang didapat dari penelitian ini. 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi ini adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas, kapabilitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi menjadi salah satu isu utama yang mendorong perusahaan menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tidak ada satupun formula yang mujarab untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tidak ada satupun formula yang mujarab untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tidak ada satupun formula yang mujarab untuk menjamin seseorang menjadi sukses dalam memimpin, dan juga tidak ditemukan suatu metode pintas (shortcut) yang dapat menciptakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak PENDAHULUAN Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak dilakukan di bidang human resource development (HRD) (Chalofsky

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Albrecht (1994) dalam bukunya The Northbound Train: Finding the purpose,

BAB I PENDAHULUAN. Albrecht (1994) dalam bukunya The Northbound Train: Finding the purpose, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa ini telah banyak bukti yang ditemukan dalam lingkungan kerja yang mengarah pada simpulan bahwa para pekerja ingin mendapatkan makna hidupnya (meaning) dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berorganisasi dengan variabel pemoderasi generasi X dan Y. Dari hasil analisis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berorganisasi dengan variabel pemoderasi generasi X dan Y. Dari hasil analisis BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan melayani dan dukungan organisasi terhadap komitmen afektif berorganisasi dengan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sistem dan kegiatan manusia yang saling bekerja sama, organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah aset organisasi yang paling berharga (Shah, 2012), karena tanpa sumber daya manusia yang berkualitas maka organisasi tidak akan bertahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Potensi sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja yang terpenting

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. afektif guru SMKN 1 Tasikmalaya.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. afektif guru SMKN 1 Tasikmalaya. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Servant leadership berpengaruh positif dan signifikan pada komiten afektif guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perputaran karyawan (turnover intention) menjadi suatu fenomena yang menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki konsekuensi negatif dan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek seperti demokrafi, geografis, jenis bisnis, lingkungan bisnis, serta dampak globalisasi, mengharuskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013) 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komitmen Organisasional 2.1.1. Pengertian Komitmen Organisasional Komitmen organisasional adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan sebuah negara yang pluralis. Salah satu contoh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan sebuah negara yang pluralis. Salah satu contoh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan sebuah negara yang pluralis. Salah satu contoh pluralisme tersebut adalah dengan diakuinya enam agama di Indonesia, yaitu: Islam, Katolik, Protestan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi, karena efektifitas dan keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kualitas dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi pasti menginginkan untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang baik untuk organisasinya tak terkecuali di Indonesia. Ironisnya, untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergantian manajer wilayah yang terjadi pada BUMN adalah suatu hal yang biasa terjadi, salah satunya pada PT. Kimia Farma, Tbk. Pergantian manajer wilayah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahkamah Agung (MA) saat ini tengah menghadapi suatu perubahan lingkungan seperti yang tersurat dalam Cetak Biru Pembaharuan Peradilan tahun 2010-2035. MA sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewartakan injil dan menggembalakan umat beriman. sesama manusia. Dalam mencapai misi tersebut, gereja gereja ditantang untuk

BAB I PENDAHULUAN. mewartakan injil dan menggembalakan umat beriman. sesama manusia. Dalam mencapai misi tersebut, gereja gereja ditantang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja merupakan sebuah entitas spiritual dan entitas sosial (Dusing, 1995). Selain itu, Gereja sebagai suatu organisasi non publik juga membutuhkan kinerja sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010). BAB II LANDASAN TEORI A. Employee Engagement 1. Pengertian Employee Engagement Kata engage memiliki berbagai makna dan banyak peneliti yang memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Inovatif 1. Definisi Perilaku Inovatif Menurut Kleysen & Street (dalam Kresnandito & Fajriyanthi, 2012), perilaku inovatif dapat diartikan sebagai keseluruhan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk mengantisipasinya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kejelasan Sasaran Anggaran Menurut Halim & Syam Kusufi (2012) mengatakan bahwa anggaran memiliki peranan penting dalam organisasi sektor publik, terutama organisasi pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, banyak perusahaan yang telah menetapkan pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan swasta maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesuksesan organisasi di masa depan. Kemampuan perusahaan. efektif dan efisien (Djastuti, 2011:2).

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesuksesan organisasi di masa depan. Kemampuan perusahaan. efektif dan efisien (Djastuti, 2011:2). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan perekonomian pasar bebas dalam abad 21 adalah persaingan sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia yang menjadi perencanaan, pelaku dan penentu dari operasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Komitmen organisasional Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah semacam ikatan antara karyawan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti.

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakangan ini lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan kemajuan teknologi informasi menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan sebagai sumber daya manusia merupakan aset paling penting bagi sebuah perusahaan. Ketatnya persaingan global menuntut perusahaan harus mampu bertahan dan tampil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wibowo, 2007:25). Efektifnya organisasi tergantung kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job 9 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisikan tentang teori-teori yang digunakan untuk mendukung dan menjelaskan variabel dalam penelitian. Pembahasan dalam bab ini dimulai dari pembahasan komitmen organisasional

Lebih terperinci

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH SOSIALISASI DALAM ARDAS KAJ UNTUK TIM PENGGERAK PAROKI KOMUNITAS DAN TAREKAT DIBAWAKAN OLEH TIM KERJA DKP GERAKAN ROHANI TAHUN KERAHIMAN DALAM ARDAS KAJ tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia perekonomian dewasa ini tumbuh dan berkembang secara dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di dalamnya agar selalu mampu

Lebih terperinci

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya.

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Komitmen karyawan pada organisasi merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam lingkungan kerja. Menurut Chow& Holden (1997), tidak adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti saat ini, perguruan tinggi negeri, swasta asing maupun swasta dalam negeri berkembang pesat di Indonesia. Perguruan tinggi negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap organisasi. Banyak usaha dan daya yang dilakukan untuk mengatasi,

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap organisasi. Banyak usaha dan daya yang dilakukan untuk mengatasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi memberikan dampak yang besar terhadap perubahan yang sekarang terjadi. Globalisasi ditandai dengan cepatnya pergerakan manusia, barang, jasa, dan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang sangat penting bagi keefektifan dan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA 2010-2019 1. HAKIKAT ARAH DASAR Arah Dasar Keuskupan Surabaya merupakan panduan hidup menggereja yang diterima, dihayati dan diperjuangkan bersama oleh segenap umat Keuskupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa: A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa: A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Guru memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar, guru dituntut untuk melakukan pekerjaannya dengan maksimal dan memiliki kinerja yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peralatan, standar profesi dan peningkatan manajemen rumah sakit. Manajemen sumber

BAB I PENDAHULUAN. peralatan, standar profesi dan peningkatan manajemen rumah sakit. Manajemen sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional telah diarahkan untuk tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan guru-guru mempunyai komitmen yang kuat dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang efektif semakin menyadari bahwa faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang efektif semakin menyadari bahwa faktor yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang. Organisasi tidak terlepas dari sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Organisasi yang efektif semakin menyadari bahwa faktor yang sangat berkontribusi terhadap

Lebih terperinci

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA Tahun 2011 2015 1 Latar Belakang Ecclesia Semper Reformanda >> gerak pastoral di KAJ >> perlunya pelayanan pastoral yg semakin baik. 1989 1990: Sinode I KAJ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh globalisasi bukan hanya membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan juga membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kekuasaan kehakiman di empat lingkungan peradilan, yaitu Peradilan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kekuasaan kehakiman di empat lingkungan peradilan, yaitu Peradilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan satu atap memberikan tanggungjawab dan tantangan bagi Mahkamah Agung (MA), karena selain mempunyai posisi dan peran strategis di bidang kekuasaan kehakiman

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global, keberhasilan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global, keberhasilan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan global, keberhasilan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor penting adalah sumber daya manusia, karena sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Anggaran Menurut Anthony dan Govindarajan (2006:73), anggaran merupakan alat penting perencanaan dan pengendalian jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah merupakan salah satu organisasi pelayanan publik yang sering dianggap belum produktif dan efisien dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Sebagai penyelenggara

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur terpenting di dalam suatu organisasi karena merupakan unsur yang mengendalikan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI BAB 2 TINJAUAN REFERENSI 2.1 Keterikatan Kerja 2.1.1 Keterikatan Kerja Pada dasarnya keterikatan kerja merupakan beberapa istilah dari job engagement, dan employee engagement. Menurut Schaufeli et al.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan menjelaskan organisasi adalah kumpulan orang, proses pembagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset terpenting organisasi karena perannya sebagai pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional dalam mencapai tujuan organisasi. Berhasil

Lebih terperinci

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut perusahaanperusahaan untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi seorang manusia. Menurut UU no.36 tahun 2006 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982; BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi dapat didefenisikan dengan dua cara yang amat berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan

Bab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam melakukan kegiatan bisnis, karyawan merupakan suatu aset yang penting bagi organisasi. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan berujung pada keberhasilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. STUDIO CILAKI EMPAT LIMA

HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. STUDIO CILAKI EMPAT LIMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ditengah persaingan kompetitif di antara perusahaan yang sering terjadi, persaingan tidak hanya dalam hal merebut pasar maupun keuntungan, tetapi juga mencakup persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. van Titipan Kilat (TiKi) untuk mengurusi jaringan kurir internasional. Bermula

BAB I PENDAHULUAN. van Titipan Kilat (TiKi) untuk mengurusi jaringan kurir internasional. Bermula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang JNE adalah salah satu perusahaan yang mengelola di bidang jasa kurir dan logistik di Indonesia. Perusahaan ini dirintis sebagai sebuah divisi dari PT Citra van Titipan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulan-keunggulan kompetitif dimana keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula dalam tugasnya sebagaimana diperjelas dalam PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas-tugas dan prioritas Manajemen Sumber Daya Manusia berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena diperlukannya penyesuaian kondisi yang ada dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perusahaan di era globalisasi ini telah berkembang dengan sangat pesat sehingga budaya organisasional dalam suatu organisasi akan membantu organisasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap bentuk usaha baik profit maupun nonprofit memerlukan seorang pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik. Kebijaksanaan dan keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu instansi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap instansi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran peran dan fungsi sumber daya manusia yang sangat dramatis. Fungsi sumber daya manusia tidak dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, tantangan terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, tantangan terhadap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini, tantangan terhadap perubahan lingkungan yang cepat dan kemajuan teknologi informasi menuntut kepekaan organisasi dalam merespon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang menyediakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang menyediakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat luas. Dalam menjalankan tugasnya, rumah sakit menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya, seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya, seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya, seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah mewakili wilayah pelatihan universal masyarakat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah mewakili wilayah pelatihan universal masyarakat dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah mewakili wilayah pelatihan universal masyarakat dalam membangun kekuatan masa datang. Keterampilan sosial dan intelektual diajarkan secara sistematis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian adalah rencana struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efisien, dan

Lebih terperinci

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan budaya sosial, meningkatnya persaingan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang dan Kerangka Teori. Gereja, dalam ekklesiologi, dipahami sebagai kumpulan orang percaya yang dipanggil untuk berpartisipasi dalam perutusan Kristus yaitu memberitakan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era reformasi, setiap unit kerja organisasi pemerintahan dituntut bekerja keras untuk menuntaskan berbagai persoalan di berbagai aspek kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Tradisional Turnover Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori tradisional turnover. Harman et al. (2009) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Tindakan Beralasan Teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa perilaku

Lebih terperinci

PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang Tahun 2009 Dewan Paroki Santo Yusup - Gedangan Jl. Ronggowarsito 11 Semarang - 50127 Telp. 3552252,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi tersebut di Indonesia menuntut auditor untuk selalu meningkatkan kinerjanya, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aset tidak nyata yang menghasilkan produk karya jasa intelektual

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aset tidak nyata yang menghasilkan produk karya jasa intelektual BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia adalah salah satu aset usaha berharga dan merupakan aset tidak nyata yang menghasilkan produk karya jasa intelektual (Darmawan, 2013).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak perusahaan atau organisasi berlomba-lomba untuk menjadi sebuah perusahaan atau organisasi yang menjadi pilihan bagi pegawai dimana perusahaan atau

Lebih terperinci

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR A. ASUMSI MODEL Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu konsep. Sebagai pendekatan, model dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era liberalisasi ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era liberalisasi ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menghadapi era liberalisasi ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang menuntut perubahan lingkungan yang cepat dan persaingan bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengambilalihan kepemilikan perusahaan (acquisition), penggabungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengambilalihan kepemilikan perusahaan (acquisition), penggabungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengambilalihan kepemilikan perusahaan (acquisition), penggabungan perusahaan (merger), kerjasama strategis (strategic alliance), atau kombinasi diantaranya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Terjadinya berbagai krisis kawasan yang tidak lepas dari kegagalan mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain disebabkan oleh

Lebih terperinci

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang 5 Bab Empat Penutup Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan uraian singkat dari bab pendahuluan dan ketiga bab di atas, guna membuktikan kebenaran hipotesis penelitian dan hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perusahaan akan berjalan baik dengan adanya sumber daya manusia.

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perusahaan akan berjalan baik dengan adanya sumber daya manusia. BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG MASALAH Perusahaan akan berjalan baik dengan adanya sumber daya manusia. Sumber daya manusia diperlukan agar perusahaan dapat memproduksi barang atau jasa. Hambatan perusahaan

Lebih terperinci

KERANGKA NARASI PROGRAM KERJA DAN RANCANGAN ANGGARAN PENERIMAAN DAN BIAYA (RAPB)/ RANCANGAN ANGGARAN INVESTASI (RAI) PAROKI KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG

KERANGKA NARASI PROGRAM KERJA DAN RANCANGAN ANGGARAN PENERIMAAN DAN BIAYA (RAPB)/ RANCANGAN ANGGARAN INVESTASI (RAI) PAROKI KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG Page 1 of 5 KERANGKA NARASI PROGRAM KERJA DAN RANCANGAN ANGGARAN PENERIMAAN DAN BIAYA (RAPB)/ RANCANGAN ANGGARAN INVESTASI (RAI) PAROKI KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG 1. PENDAHULUAN Sekurang-kurangnya memuat:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan karena dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan organisasi dan tingkat keberlangsungan organisasi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kepemimpinan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kepemimpinan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional berpengaruh positif terhadap komitmen terhadap

Lebih terperinci