LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL"

Transkripsi

1 LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELANGGAR WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNAN KOTA GORONTALO Oleh: RAFLIN DENGO Telah diperiksa dan disetujui oleh: Pembimbing I Pembimbing II NIRWAN JUNUS, SH, MH NIP DOLOT A. BAKUNG, SH, MH NIP

2 PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELANGGAR WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNAN KOTA GORONTALO Raflin Dengo Pembimbing I: Nirwan Junus Pembimbing II: Dolot A. Bakung ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sanksi pidana terhadap pelanggar wajib pajak bumi dan bangunan serta mendeskripsikan kendala dalam penerpan sanksi pidana terhadap pelanggar wajib pajak. Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bersifat deskrptif dan apabila dilihat dari tujuannya termasuk dalam penelitian hukum empiri. Lokasi penelitiannya di Dinas Pendapatan aset Daerah Kota Gorontalo. Jenis data yang digunakan data primer yang bersumber dari petugas bagian bidang PBB serta data sekunder diperoleh dari bahan kepustakaan serta sanksi-sanksi yang berhubungan dengan skripsi. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dilakukan dengan wawancara dan studi kepustakaan. Analisi yang digunakan analisis kualitatif. Dimana data yang dianalisi melalui tiga tahap yaitu memprokduksi data dan penerikan kesimpulan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa didalam penerapan sanksi pidana terhadap pelanggaran wajib pajak bumi dan bangunan di Kota Gorontalo yang tidak melaksanakan perpajakannya maka ada konsekuensi hukumnya dan mengacu pada UU No 12 Tahun 1985 tentang pajak bumi dan bangunan serta kendala diterapkan sanksi pidana dikarenakan wawasan wajib pajak yang melalaikan pembayarran pajak tersebut, masih kurangnya fasilitas yang mendukung pelaksanaan penegakan hukum, dan kurangnya wajib pajak yang tidak membayar. Kata kunci : penerapan sanksi, wajib pajak 1

3 A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting dan bermanfaat bagi rakyat itu sendiri. Pada dasarnya tujuan pembangunan dalam suatu Negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, namun dalam suatu proses pelaksanaan pembangunan membutuhkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. 1 Pajak bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial sehingga menuntut adanya perbaikan baik secara sistemik maupun operasional. Perbaikan sistem perpajakan berupa penyempurnaan kebijakan dan sistem administrasi perpajakan diharapkan dapat mengoptimalkan potensi perpajakan yang tersedia dengan menjunjung asas keadilan sosial. Salah satu bentuk pajak yang biasa dijadikan sebagai sumber dana pembangunan bagi negara adalah melalui pemungutan pajak bumi dan bangunan. Pajak bumi dan bangunan ini diatur dalam undang-undang khusus. Pembentukan Undang-undang mengenai pajak bumi dan bangunan ini disebabkan oleh beberapa faktor yang melandasinya antara lain karena landasan hukum pemungutan pajak kurang jelas. Faktor lain yang mendorong lahirnya Undang-undang pajak bumi dan bangunan yaitu perundang-undangan yang lama tidak sesuai lagi dengan tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, baik dari segi kegotong royongan nasional maupun dari laju pembangunan nasional yang telah dicapai. 2 Pasal 24 Undang-Undang No 12 Tahun 1994 yaitu: tidak mengembalikan dan menyampaikan SPOP kepada Dirjen Pajak, SPOP tidak benar dan tidak lengkap dan atau melampirkan keterangan-keterangan yang tidak benar, dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 bulan atau denda setinggi-tingginya sebesar 2 (dua ) kali pajak terhutang. Pasal 25 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 yaitu: Tidak mengembalikan atau menyampaikan SPOP kepada Dirjen Pajak. SPOP tidak benar atau tidak lengkadan atau melampirkan keterangan yang tidak benar, memperlihatkan surat/dokumen palsu atau dipalsukan, tidak 1 Aristanti widyaningsi, Hukum pajak dan perpajakan, 2011,278 hal Drs, Darwin, Mbp pajak bumi dan bangunan edisi 2, 2009, hal 1 2

4 memperlihatkan/meminjamkan surat/dokumen, tidak menyampaikan data/keterangan 3. Terhadap pelanggaran-pelanggaran mengenai Pajak Bumi dan Bangunan maka Undang-undang tentang Pajak Bumi dan Bngunan memberikan ancaman sanksi baik berupa sanksi administratif maupun sanksi pidana. Namun kenyataannya dari pengamatan peneliti masih banyak wajib pajak yang belum melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya, dan perkara pidana dibidang pajak yang terjadi dan diketahui padahal dalam Undang-Undang No 12 Tahun 1994 telah tegas diatur tentang tindak pidana di bidang Pajak Bumi dan Bangunan. Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, dikenakan sanksi pidana terhadap wajib pajak yang tidak membayarnya. 4 Tabel 1. Pengelompokkan Dan Jumlah Wajib Pajak PBB di Provinsi Gorontalo N O 1 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERDAF TAR EFEK TIF NIHIL FILLER SPPT TAHUN 2010 KURANG BAYAR LEBIH BAYAR NON FILLER STOP FILLER JUMLAH Sumber dppkad Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat dari wajib pajak pribadi yang terdaftar, wajib pajak yang efektif sejumlah yang memasukkan SPPT tepat waktu atau wajib pajak patuh sekitar 62 % yaitu wajib pajak. Sedangkan wajib pajak yang tidak memasukkan SPPT atau wajib pajak tidak patuh sekitar 37 % yaitu wajib pajak. Tidak memasukkan 2 tahun terakhir atau non filler sekitar wajib pajak dan yang tidak memasukkan SPPT atau Stopfiller sekitar wajib pajak.kondisi yang terjadi yaitu tidak patuh wajib pajak dalam melakukan pembayaran pajak. Dengan adanya ketentuan sanksi pidana terhadap wajib pajak yang tidak membayar Pajak Bumi dan Bangunan atau tidak melaksanakan kewajibannya dalam hal Pajak Bumi dan Bangunan tersebut, maka wajib pajak itu merupakan pelaku tindak pidana. Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan, penulis dapat 3 Prof.Dr mardismo,mba.,ak. Perpajakan edisi revisi Hal Adrian sutedi, S.H.,M.H. Hukum pajak. Hal

5 merumuskan rumusan masalah yakni (1) bagaimana penerapan sanksi pidana bagi pelanggar wajib pajak bumi dan bangunan di kota Gorontalo dan (2) apakah kendala dalam penerapan sanksi pidana bagi pelanggar wajib pajak bumi dan bangunan di kota Gorontalo. B. Metode Penulisan Penelitian tentang penerapan sanksi pidana terhadap pelanggar wajib pajak bumi dan bangunan di Kota Gorontalo yaitu penelitian hukum empiris.pada bahan pustaka merupakan data dasar dalam ilmu penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Data sekunder tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi surat-surat pribadi. Jenis data yang digunakan dalam penilitian ini adalah data sekunder. Dalam Mengumpulkan data, peneliti yang menggunakan teknik observasi, wawancara dan kuisioner. Penelitan ini akan dilaksanakan pada di Dinas Pendapatan, Pengelola, Keuangan dan Aset Daerah Kota Gorontalo. Populasi dalam pene;itian berjumlah 40. Pada penelitian ini analisis deskriptif yaitu data yang diperoleh dan disusun secara sistematis untuk kemudian memberikan gambaran dan pemaparan terhadap penerapan sanksi pidana terhadap pelanggar wajib pajak Bumi dan Bangunan. C. Hasil dan Pembahasan 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pembentukan dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Gorontalo dilatar belakangi oleh perubahan badan pengelola keuangan daerah yaitu kepala daerah diwajibkan menyusun laporan pertanggung jawaban keuangan daerah yang terdiri dari laporan realisasi APBD,Neraca daerah, Laporan arus khas, catatan atas laporan keuangan. Konsekuensi logis dari perubahan pertanggung jawaban tersebut maka dibentuklah organisasi BPKD yang telah diubah menjadi namanya dinas pendapatan, pengelola keuangan dan aset daerah guna terintegrasinya pengelolaan keuangan daerah. Dinas pendapatan, pengelola keuanagan daerah dan aset daerah Kota Gorontalo terbentuk berdasarkan peraturan Nomor 3 Tahun 2008 tentang 4

6 organisasi dan tata kerja lembaga teknis Daerah Kota Gorontalo. Pembentukan dinas pendapatan, pengelola keuangan dan aset Daerah Kota Gorontalo sebagai salah satu lembaga teknis daerah yang berlatar belakangi oleh perubahan pengelolaan daerah, yaitu kepala daerah diwajibkan menyusun laporan pertanggung jawaban keuanagan daerah yang terdiri dari laporan realisasi APBD, neraca daerah, laporan arus khas, dan catatan atas laporan keuangan. 2. Penerapan Sanksi Pidana Bagi Pelanggar Wajib Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Gorontalo Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan perundangundangan perpajakan akan ditaati. Atau dengan perkataan lain, sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Apabila wajib pajak tidak melakukan kewajibannya yaitu untuk membayar pajak bumi dan bangunan. Maka akan menimbulkan kerugian terhadap penerimaan negara. Dan perbuatan yang dilakukan oleh wajib pajak yakni tidak melakukan kewajibannya untuk membayar pajak Bumi dan Bangunan tentunya telah bertentangan dengan Undang-undang yang berlaku dan bertentangan. Dengan kewajiban hukum wajib pajak. Dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan melawan hukum. Berdasarkan itu Adapun yang dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya menimbulkan kerugian bagi orang lain. Dalam perbuatan melawan hukum, unsur-unsur kerugian dan ukuran penilainnya dengan uang dapat diterapkan secara analogis. Dengan demikian, penghitungan ganti kerugian dalam perbuatan melawan hukum didasarkan pada beberapa unsur biaya, kerugian yang sesungguhnya, dan keuntungan yang diharapkan (bunga) dan kerugian itu dihitung dengan sejumlah uang. Inilah unsur-unsur kerugian akibat melawan hukum karena melanggar dalam pembayaran pajak sehingga menimbulkan sanksisanksi yang dapat diberikan. Kita ketahui dalam perpajakan pun dikenai adanya sanksi pidana dalam Undang-Undang No 12 Tahun 1994 Pasal 24 dan Pasal 25 yang menyatakan 5

7 bahwa pada dasarnya, pengenaan sanksi pidana merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Namun pemerintah masih memberikan keringanan dalam pemberlakuan sanksi pidana dalam pajak yang baru pertama kali melanggar. Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan tindak kejahatan. Sehubungan dengan itu, dibidang perpajakan, tindak pelanggaran disebut dengan kealpaan yaitu tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati atau kurang mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Meski dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tindak pidana dibidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah jangka 10 tahun terlampaui. Jangka waktu itu dihitung saat terhutangnya pajak,berakhir masa pajak, berakhir bagian tahun pajak dan berakhir tahun pajak yang bersangkutan. Sebagaimana diketahui bahwa Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah Kota Gorontalo, sehinggga apabila pajak tersebut tidak dibayar oleh wajib pajak maka Daerah Kota Gorontalo sangat dirugikan karena terjadinya kekurangan penerimaan pendapatan daerah. Sebagaimana Dengan adanya ketentuan sanksi pidana terhadap wajib pajak yang tidak membayar Pajak Bumi dan Bangunan atau tidak melaksanakan kewajibannya dalam hal Pajak Bumi dan Bangunan tersebut, maka wajib pajak itu merupakan pelaku tindak pidana. Selain itu ada juga yang dikenal dengan sanksi administrasi selain sanksi pidana yang ada dalan pajak adapun sanksi administrasi yang diterapkan juga, berikut penjelasan mengenai sanksi pidana : Ada 2 macam sanksi pidana yang perpajakan yang dikenakan pada wajib pajak yang tidak patuh dalam pembayaran pajak atau surat pemberitahuan pajak terhutang 1. Sanksi pidana yang terdiri dari a. Sanksi berupa denda Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan. Terkait besarnya denda dapat ditetapkan sejumlah tertentu, persentase dari jumlah tertentu atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu. Pada 6

8 sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambah dengan sanksi pidana. Pelanggaran yang juga dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang sifatnya alpa atau disengaja. b. Sanksi berupa kurungan Sanksi pidana kerungan ini merupan sanksi yang paling ditakuti oleh wajib pajak. hal ini karena bila dikenakan sanksi pidana kurungan tersebut jumlah pajak yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kurungan pada dasarnya dihitung dengan angka persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak kurang bayar. Sanksi kurungan biasanya dikenakan karena wajib pajak tidak memberikan informasi yang salah yang dibutuhkan dalam menghitung jumlah pajak yang terhutang. 2. Sanksi sosial Pajak adalah iuran wajib dan bagi siapapun yang melanggar untuk tidak mau membayar pajak akan dikenakan sanksi. Selama ini yang sering dilakukan pemerintah adalah sanksi administrasi dan sanksi pidana dalam pajak Bumi dan Bangunan apabila terjadi pelanggaran atau lalai membayar pajak. Pada sanksi sosial ini pemerintah tidak menggunakan sanksi sosial karena pemerintah belum menerapkan sanksi sosial di Kota Gorontalo. Dari kesimpulan data dijelaskan bahwa tingkat pelanggaran sanksi pidana dalam pajak tersebut dapat dilihat bahwa tindakan wajib pajak masih banyak yang melakukan pelanggaran dari tahun ke tahun hal ini dijelaskan bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh wajib pajak harus ditindak jika dibiarkan mereka juga tidak akan perduli dikarenakan masih ada kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dipengaruhi wajib pajak yang menilai bahwa pajak dirasakan sebagai beban terhadap penghasilan mereka, hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan perpajakan oleh wajib pajak masih kurang serta sosialisasi dari pihak kantor tentang pentingnya fungsi pajak segagai pembiayaan negara dan tugas pemerintah. 7

9 Berdasrkan itu tingkat pelanggaran sanksi pidana yang dilakukan oleh wajib pajak di tahun 2013 mengalami tingkat perubahan yang signifikan terjadi pelanggaran sanksi pidana yang diberikan adalah sanksi pidana kurungan. Jelas disini membuktikan bahwa masih ada wajib pajak yang tidak patuh terhadap aturan pelaksanaan sanksi pajak. Kemudian tindakan wajib pajak dalam membayar pajak belum semuanya efektif dikarenakan masih ada wajib pajak yang menunggak pembayaran pajak tersebut. Menurut hasil wawancara dari ibu Charlota Djabu mengatakan bahwa Dengan dilaksanakan ketentuan pidana menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 dan terlalu lemahnya sanksi denda yang dijatuhkan serta tidak dilaksanakan secara tegas sehingga wajib pajak tidak takut akan sanksinya, dengan itu diterapkan sanksi pidana kepada wajib pajak agar supaya wajib pajak tersebut menyadari pentingnya akan pembayaran pajak. Serta sanksi hukum yang dikenakan terhadap wajib pajak yang melakukan pelanggaran dalam pembayaran pajak Bumi dan Bangunan, terutama tindakan penagihan terhadap wajib pajak harus dilakukan dengan dua cara yaitu penagihan pasif dan penagihan aktif tindakan pelaksanaan penagihan harus dilakukan sampai tuntas dengan hasil akhir berupa pelunasan utang pajak beserta biaya penagihan, kemudian sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan perundang-undangan perpajakan norma perpajakan akan ditaati dan simpulan bahwa dalam pembayaran pajak Bumi dan Bangunan, pajak harus dibayar oleh wajib PBB setelah ada surat pemberitahuan pajak terhutang jika pada saat hutang pajak jatuh tempo dan ternyata pajak belum dibayar semua maka wajib pajak dapat dikenakan sanksi berupa administrasi ataupun pidana Kendala Dalam Penerapan Sanksi Pidana Bagi Pelanggar Wajib Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Gorontalo Pengaruh kendala pajak Bumi dan Bangunan sebagai salah satu jenis dimana pajak PBB kurang dipahami oleh sebagian orang padahal kita tahu bahwa pajak sebenarnya mudah untuk kita dimengerti karena mengingat bumi dan 5 Wawancara kepala kantor ibu Dra.charlota djabu tanggal 14 februari

10 bangunan keuntungan dan kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang/ badan yang mempunyai sesuatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari bumi dan bangunan tersebut. Pajak bumi dan bangunan merupakan pajak pusat dan tercantum dalam Anggaran penerimaan dan Belanja Negara (APBN) namun hasil penerimaannya seluruhnya telah di alokasikan kepada pemerintah daerah melalui mekanisme bagi hasil pajak. Hasil penerimaan ini oleh pemerintah daerah di gunakan untuk berbagai keperluan pemerintah daerah terutamaa untuk pembangunan di daerah. 6 Dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang pajak bumi dan bangunan, Pasal 2 menjelaskan bahwa: 1. Yang menjadi objek pajak adalah bumi dan baangunan. 2. Klasifikasi objek pajak sebagaimana di maksud dalam ayat (10 diatur oleh Menteri keuangan). Klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan penghitungan pajak yang terhutang. Selain itu di dalam Pasal 3 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang pajak bumi dan bangunan di jelaskan bahwa untuk setiap wajib pajak di berikan nilai jual objek pajak tidak kena pajak sebesar Rp ,00. Apabila seorang wajib pajak mempunyai beberapa objek pajak, yang di berikan nilai jual objek pajak tidak kena pajak hanya salah satu objek pajak yang nilainya terbesar, sedangkan objek pajak yang lainnya tetaap di kenakan secara penuh tanpa di kurangi nilai jual objek pajak tidak kena pajak. Penerapan sanksi pidana bagi pelanggar wajib pajak bumi dan bangunan di Kota Gorontalo belum berjalan maksimal karena tidak adanya kepatuhan wajib pajak terhadap persoalan pajak di Kota Gorontalo, padahal pemerintah daerah melalui BPPKAD sudah pernah melakukan tindakan penagihan terhadap masyarakat di Kota Gorontalo. Apalagi di dalam Perda Kota Gorontalo Nomor 9 Tahun 2011 tentang pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan pasal 1 poin 8 menjelaskan bahwa Pajak daerah yang selanjutnya di sebut pajak adalah 6 Darwin MBP, 2013 Pajak bumi dan bangunan, Halaman 2 9

11 kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunkana untuk keperluan daerah bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. 7 Pelaksanaan sanksi ini terhadap wajib pajak di Kota Gorontalo masih masih menghadapi hambatan-hambatan yang cukup menyulitkan bagi penerapan sanksi tersebut. Berikut ini akan disajikam keterangan dari koordinasi bagian Pajak PBB. Menurut ibu Dra. Charlota Djabu sebagai kepala Dinas Pendapatan, Pengelola, Keuangan dan Aset Daerah Kota Gorontalo kendala yang mempengaruhi pelaksanaan sanksi tersebut adalah; Melakukan penagihan pajak masih ada sebagian orang yang tidak melaksanakan kewajibannya dalam membayar pajak maka mereka pun tidak takut akan resiko, dan didalam data tersebut menjelaskan dari tahun ketahun, mengalami kurangnya kesadaran dimana wajib pajak tersebut masih ada yang yang menunggak pembayaran pajak tersebut. Hal ini dikarenakan kendala dalam pelaksanaan sanksi yang sangat dipengaruhi oleh situasi umum sangatlah banyak dengan berbagai upaya yang dilakukan, diharapkan tingkat kepatuhan wajib pajak akan meningkat, salah satu tolak ukur perilaku wajib pajak adalah tingkat kepatuhan melaksanakan kewajiban membayar pajak dan melunasi tunggakan pajak. Kenyataannya wajib pajak masih banyak yang melakukan perbuatan terhadap hukum dalam pembayaran pajak, dimana seringkali mempersulit pemasukan pajak sebagai penerimaan daerah, pemerintah selalu memberikan penjelasan agar rakyat mempunyai kesadaran akan kewajibannya membayar pajak Bumi dan Bangunan. Namun bagaimanapun rakyat rakyat merasakan bahwa pajak tetap merupakan suatu beban sehingga sebagian besar rakyat tetap tidak akan sadar untuk memenuhi kewajiban pajaknya secara tertib dan disiplin. Adapun yang menjadi kendala lain pada wajib pajak 7 Mohammad rusmawardji, pajak dan retribusi daerah, 2006, Hal

12 a. Kurangnya data tentang objek pajak sehingga fiskus mengalami kesulitan dalam menentukan siapa wajib pajaknya dan berapa nilai riil pajaknya b. Kurangnya kesadaran wajib pajak mengenai pentingnya membayar pajak, masyarakat wajib pajak beranggapan bahwa pajak merupakan beban masyarakat kecil hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan yang rendah dan kurang adanya penyuluhan tentang pentingnya pajak khususnya PBB. c. Masih terdapat wajib pajak yang tidak mengetahui bahwa tanah atau bangunan yang ia miliki adalah merupakan objek PBB. d. Kurangnya sosialisasi para wajib pajak sehingga tidak mengetahui pentingnya membayar pajak.. 8 Sedangkan menurut bapak Yudin Dani,,selaku penagih PBB Kota Gorontalo kendala yang mempengaruhi sanksi tersebut adalah : Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan perundangundangan perpajakan norma akan ditaati, atau dengan perkataan lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan, apabila wajib pajak tidak melakukan kewajibannya yaitu untuk membayar pajak Bumi dan Bangunan, maka akan menimbulkan kerugian terhadap penerimaan daerah. Dan perbuatan yang dilakukan oleh wajib pajak yakni tidak melakukan kewajibannya untuk membayar pajak Bumi dan Bangunan tentunya bertentangan dengan kewajiban hukum wajib pajak hal ini disebabkan sebagai berikut: a. Karena wajib pajak kurang menyadari pentingnya membayar pajak dan kurang tepat waktu membayar pajak b. Karena aparat-aparat yang ada dilapangan yang berfungsi sebagai ujung tombak penagih pajak tidak secara serius melaksanakan kewajibannya. 9 8 Wawancara kepala kantor ibu Dra charlota djabu tanggal 15 februari Wawancara yudin dani tanggal 22 februari

13 Kesimpulan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan responden (Bapak Rudy Naue S,E) di dapatkan data bahwa salah satu kendala penerapan sanksi bagi pelanggar wajib pajak bumi dan bangunan di Kota Gorontalo adalah karena tidak tegasnya pihak BPPKAD melakukan penagihan pajak bumi dan bangunan terhadap masyarakat, yang kemudian mengakibatkan tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak terhadap persoalan pajak mulai menghilang perlahan-lahan. Padahal pajak daerah merupakan sumber keuangan Negara yang di bebankan kepada perorangan untuk kepentingan Nasional dan keperluan daerah demi kepentingan masyarakat secara menyeluruh. Menurut analisis penulis, persoalan penerapan sanksi bagi pelanggar wajib pajak bumi dan bangunan di Kota Gorontalo tidak boleh di biarkan berlarut-larut yang pastinya akan berdampak negatif terhadap pembangunan di Kota Gorontalo mengingat pajak merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar yang apabila di abaikan akan merugikan aset keuangan daerah. Penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa persoalan penerapan sanksi bagi pelanggar wajib pajak bumi dan bangunan di Kota Gorontalo harus di perkuat dengan payung hukum melalui sosialisasi deklarasi kebijakan dan tindakan yang tegas dari pihak BPPKAD kepada wajib pajak untuk kepatuhan pembayaran pajak sesuai dengan aturan yang ada. D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan sanksi pidana terhadap pelanggar wajib pajak Bumi dan Bangunan di Kota Gorontalo belum berjalan maksimal karena tidak ada kepatuhan wajib pajak terhadap aturan pajak Bumi dan Bangunan. Artinya berdasarkan itu adapun yang dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum dan perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya menimbulkan kerugian pada orang lain hal itu dijelaskan pada perda Undang-Undang nomor 9 Tahun 2011 pasal 33 poin 1. Adapun yang di jelaskan lagi di dalam Perda Kota Gorontalo Nomor 9 Tahun 2011 tentang pajak Bumi dan Bangunan pasal 1 poin 8 12

14 menjelaskan bahwa pajak daerah yang selanjutnya yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Adapun yang menjadi kendala-kendala dalam penerarapan sanksi pidana bagi pelanggar wajib pajak bumi dan bangunan di Kota Gorontalo. 1. Kurangnya kesadaran dimana wajib pajak tersebut masih ada yang melalaikan pembayaran pajak bumi dan bangunan tersebut 2. Masih kurangnya pelaksanaan penegakan hukum terutama dalam pajak Bumi dan Bangunan 3. Wajib pajak yang tidak patuh atau kurang pembinaaan untuk membayar pajak Bumi dan Bangunan 2. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas penulis dapat merumuskan sebagai saran sebagi berikut : 1. Perlu disosialisasikan sikap sadar wajib pajak di masyarakat. Sosialisasi ini hendaknya dilaksanakan secara merata disetiap daerah agar menumbuhkan kesadarab wajib pajak. 2. Pemerintah daerah hendaknya meningkatkan pembangunan yang infrastruktur yang perlu di upayakan dan ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya dengan demikian masyarakat terhadap penerapan pajak khususnya Pajak Bumi dan Bangunan sebagai pembangunan dan pembiayaan negara. 3. Perlu terus dilaksanakan upaya preventif dan ketegasan dalam upayarefresif penerapan sanksi pelanggaran di bidang Pajak Bumi dan Bangunan. DAFTAR PUSTAKA Aristanti Widyaningsi, Hukum pajak dan perpajakan penerbit alfabeta Bandung Adrian Sutedi, Hukum pajak, Penerbit sinar grafika, Jakarta 13

15 Darwin MBP, Pajak Bumi dan Bangunan dalam tataran praktis (edisi 2) Jakarta Edi Slamet Irianto, Pengantar ilmu Pajak. Penerbit PT RajaGrafindo, Persada, Jakarta Mukti fajar, dualisme penelitian hukum normatif dan empiris Mardiasmo, Perpajakan edisi 2011, Penerbit C.V andi offset (penerbit andi) yokyakarta Mohammad Djafar Saidi, Pembaharuan hukum pajak, penerbit alfabeta bandung Mohammad Djafar saidi,2010. Pembaharuan Hukum Pajak Edidi Revisi. PT Rajagrafindo persada. Jakarta Untung sukardji, Pemungutan pajak, penerbit. PT RajaGrafido persada, jakarta Muqadim, Perpajakan. Buku Kesatu, UI Press dan Ekonosia, Yogyakarta Untung Sukardji,2007. Pokok-pokok pertambahan pajak edisi revisi 2007, penerbit PT RajaGrafindo persada jakarta Ronny haritijo soemitro Dalam bukuny mukti fajar dualisme penelitian hukum normatif dan empiris, pustaka pelajar, yogyakarta Sumyar, Dasar-Dasar Hukum Pajak Santoso Brotodiharjo,2008 Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT Refika Adiatama, Bandung Soejono Sukanto dan Sri mamuji, 2011, Penelitian Hukum, Raja Grafindo persada Jakarta. Bachrul aming, 2011, aspek hukum pengawasan pengelolaan keuangan daerah, Jakarta Rochmat soemitro, 1998, asas dan dasar pepajakan, ersco, Bandung Muhammad rusmawardi, 2006, pajak dan retribusi daerah dan perannya dalam pembangunan daerah, semarang 14

16 Soejono soekanto dan sri mamadji, 2004, penelitian hukum normatif, PT RajaGrafido persada, jakarta Waluyo dan B illias wirawan, 2000, perpajakan indonesia, salemba empat, jakarta Sumber data: Dinas pendapatan, pengelola, keuangan dan aset daerah Undang-Undang Republik indonesia, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 9 tahun 2011 PERDA pajak bumi dan Bangunan Republik indonesia, Undang-Undang nomor 19 Tahun 2000 tentang penagihan pajak Bumi dan bangunan 15

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap warga negara, dan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap warga negara, dan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak Dalam kehidupan bernegara pada umumnya harus memiliki nilainilai dasar yang harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap warga negara, dan salah satu nilai-nilai dasar

Lebih terperinci

EFEK JERA SANKSI PIDANA TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI GORONTALO HALID MOKA NIRWAN JUNUS, SH, MH DOLOT A. BAKUNG, SH, MH ABSTRAK

EFEK JERA SANKSI PIDANA TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI GORONTALO HALID MOKA NIRWAN JUNUS, SH, MH DOLOT A. BAKUNG, SH, MH ABSTRAK 1 EFEK JERA SANKSI PIDANA TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI GORONTALO HALID MOKA NIRWAN JUNUS, SH, MH DOLOT A. BAKUNG, SH, MH ABSTRAK Halid Moka. 2014. Efek Jera Sanksi Pidana Terhadap Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Pajak menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.I/No.4/Oktober/2013

Lex Privatum, Vol.I/No.4/Oktober/2013 SANKSI HUKUM ATAS PELANGGARAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN BERDASARKAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA 1 Oleh : Riffay M. Piri 2 A B S T R A K Struktur penerimaan negara, penerimaan perpajakan mempunyai

Lebih terperinci

BAB III IMPLIKASI TIDAK DITERBITKANNYA SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM MASA

BAB III IMPLIKASI TIDAK DITERBITKANNYA SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM MASA 70 BAB III IMPLIKASI TIDAK DITERBITKANNYA SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM MASA PAJAK TERHADAP UTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN 1. Penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan data-data yang dikumpulkan dan dianalisa, penulis menarik beberapa kesimpulan yang merupakan hasil akhir dalam penelitian yang didasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), karena melalui pajak pemerintah dapat membiayai pengeluaran negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperkuat pelaksanaan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperkuat pelaksanaan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal, salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal adalah pajak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan menjadi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan menjadi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terwujudnya masyarakat yang Adil, makmur dan merata berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah tujuan yang menjadi idaman masyarakat setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II ASPEK-ASPEK HUKUM TENTANG PEMALSUAN FAKTUR PAJAK

BAB II ASPEK-ASPEK HUKUM TENTANG PEMALSUAN FAKTUR PAJAK BAB II ASPEK-ASPEK HUKUM TENTANG PEMALSUAN FAKTUR PAJAK A. Ruang Lingkup Hukum Pajak Pajak dilihat dari segi hukum, menurut Rochmat Soemitro, didefinisikan sebagai perikatan yang timbul karena undang-undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Perpajakan 1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara lain: Definisi pajak UU KUP No.28 tahun 2007: Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

Dr. Oyok Abuyamin Bin H. Abas Z, S.H., M.H.,M.Si

Dr. Oyok Abuyamin Bin H. Abas Z, S.H., M.H.,M.Si UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM Terakreditasi Berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Nomor : 429/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014 PENULISAN HUKUM PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut asas Desentralisasi. Desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut tersedianya segala sesuatu yang serba cepat dan mudah serta proses pembangunan yang pesat. Dalam kaitannya

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017 LANDASAN HUKUM TERHADAP KEJAHATAN DI BIDANG PERPAJAKAN YANG DILAKUKAN OLEH PEJABAT PAJAK 1 Oleh: Grace Yurico Bawole 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana landasan

Lebih terperinci

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sarolangun. Venty Br Siburian H0A113010

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sarolangun. Venty Br Siburian H0A113010 Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sarolangun Venty Br Siburian H0A113010 Prodi Manajemen Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH,

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH, PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU

Lebih terperinci

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN PPA K RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Oleh : 1. Ahmad Satria Very S 2. Bagus Arifianto PPAK KELAS MALAM RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN A. UMUM Pajak Daerah dipungut berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak bagi APBN dari tahun ke tahun. 1. dari swasta kepada sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pajak bagi APBN dari tahun ke tahun. 1. dari swasta kepada sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang sangat potensial untuk pembiayaan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pertahanan dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesiambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Objek Penelitian... 19

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Objek Penelitian... 19 DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Bumi Bangunan sektor Perdesaan Perkotaan (PBB P-2) yang dahulunya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Bumi Bangunan sektor Perdesaan Perkotaan (PBB P-2) yang dahulunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Undang Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana terdapatnya pengalihan akan Pajak Bumi Bangunan sektor Perdesaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan salah satu pemasukan tertinggi bagi negara, yang digunakan untuk pembangunan Negara dan mensejahterakan masyarakat. Menurut Undang Undang nomor 28 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan merata. Pembangunan yang baik harus memiliki sasaran dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan merata. Pembangunan yang baik harus memiliki sasaran dan tujuan Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Benua Asia, oleh karena itu Indonesia melakukan berbagai pembangunan nasional pada semua aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Self Assessment System 1. PengertianSelf Assessment System Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian. sumber dana yang berasal dari negeri, yaitu berupa pajak.

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian. sumber dana yang berasal dari negeri, yaitu berupa pajak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena itu

Lebih terperinci

ANALISIS PAJAK REKLAME DI KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

ANALISIS PAJAK REKLAME DI KABUPATEN PURWOREJO PERIODE ANALISIS PAJAK REKLAME DI KABUPATEN PURWOREJO PERIODE 2012-2016 Arum Kusumaningdyah Adiati, Diessela Paravitasari, Trisninik Ratih Wulandari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS Surakarta Email : adiati_rk@yahoo.com

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262]

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262] UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262] BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 38 Barang siapa karena kealpaannya : a. tidak menyampaikan Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Adjie, Habib, 2007, Hukum Notaris Indonesia, Rafika Aditama, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Adjie, Habib, 2007, Hukum Notaris Indonesia, Rafika Aditama, Bandung. 117 DAFTAR PUSTAKA Literatur : Adjie, Habib, 2007, Hukum Notaris Indonesia, Rafika Aditama, Bandung. Anastasia, Diana dan Lilis Setiawati, 2009, Perpajakan Indonesia Konsep, Aplikasi dan Penuntun Praktis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016 PERBUATAN MELAWAN HUKUM TERHADAP PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN MENURUT UU NO. 12 TAHUN 1994 1 Oleh: Rivo Umboh 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasakan imbalan yang dikutip tersebut secara langsung. Pemungutan pajak memang bukan suatu hal yang mudah, dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. merasakan imbalan yang dikutip tersebut secara langsung. Pemungutan pajak memang bukan suatu hal yang mudah, dalam proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber dana yang paling potensial dalam pembiayaan negara. Seiring dengan peningkatan kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pajak yang didefenisikan oleh Rochmat Soemitro adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam masyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarka. Dari defenisi tersebut tergambar bahwa salah satu fungsi pajak, yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarka. Dari defenisi tersebut tergambar bahwa salah satu fungsi pajak, yaitu sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu penerimaan bagi negara, pajak sangat diandalkan untuk pembiayaan pembangunan dan pengeluaran negara. Pajak dapat didefenisikan sebagai iuran rakyat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 43, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap MATRIKS PERBANDINGAN PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DAN PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS

Lebih terperinci

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem Pendahuluan Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self Assesment System yang dimulai sejak reformasi perpajakan tahun 1983 menuntut wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan

Lebih terperinci

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN 2013 PERDA KOTA AMBON NO. 4, LD NO. 4 SERI B, TLN NO. 286, LL. SETDA KOTA AMBON : 28 HLM

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN 2013 PERDA KOTA AMBON NO. 4, LD NO. 4 SERI B, TLN NO. 286, LL. SETDA KOTA AMBON : 28 HLM PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PERDA KOTA AMBON NO. 4, LD. NO. 4 SERI B, TLN NO. 286, LL. SETDA KOTA AMBON : 28 HLM. PERATURAN DAERAH KOTA AMBON TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 20 TAHUN 1997 (20/1997) Tanggal: 23 MEI 1997 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 20 TAHUN 1997 (20/1997) Tanggal: 23 MEI 1997 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 20 TAHUN 1997 (20/1997) Tanggal: 23 MEI 1997 (JAKARTA) Sumber: LN NO. 1997/43; TLN NO. 3687 Tentang: PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah yang berdasarkan undang-undang penetapan pajak yang langsung. dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah yang berdasarkan undang-undang penetapan pajak yang langsung. dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran yang dikeluarkan oleh masyarakat kepada pemerintah yang berdasarkan undang-undang penetapan pajak yang langsung dapat ditujukan dan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dianggap mampu mencerminkan kerjasama nasional. Dalam hal pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dianggap mampu mencerminkan kerjasama nasional. Dalam hal pembiayaan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Sektor perpajakan dalam beberapa tahun terakhir ini di dalam pemerintahan dijadikan andalan sebagai sumber penerimaan dalam negeri. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). Pembahasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem BAB I PENDAHULUAN Dalam pendahuluan ini akan terbagi menjadi empat subbab. Masingmasing subbab akan membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Berikut akan dijelaskan

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

UTANG PAJAK REKLAME DAN UPAYA PENAGIHANNYA DALAM PERSPEKTIF PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

UTANG PAJAK REKLAME DAN UPAYA PENAGIHANNYA DALAM PERSPEKTIF PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH UTANG PAJAK REKLAME DAN UPAYA PENAGIHANNYA DALAM PERSPEKTIF PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH ( Studi di Wilayah Kota Samarinda ) ABSTRAKSI Ery Irawan, NIM: 08.1001.5049.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat yang menyatakan secara tegas bahwa tujuan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KETENTUAN MENGENAI SANKSI PERPAJAKAN DI INDONESIA

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KETENTUAN MENGENAI SANKSI PERPAJAKAN DI INDONESIA BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KETENTUAN MENGENAI SANKSI PERPAJAKAN DI INDONESIA 3.1. Gambaran Singkat Operasi Perusahaan Agar perencanaan pajak dapat dilakukan dengan baik dan dipahami oleh pihak-pihak

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL Oleh: Amanita Novi Yushita, SE amanitanovi@uny.ac.id *Makalah ini disampaikan pada Program Pengabdian pada Masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkan Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU, PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU, Menimbang a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas, nyata

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang a. bahwa dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 T E N T A N G PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 T E N T A N G PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 T E N T A N G PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan tugas dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO Yanuar Fajar Nugroho Topowijono Tri Henri Sasetiadi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang 115030400111078@mail.ub.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. bahwa berlakunya Otonomi daerah dengan asas Desentralisasi. ditegaskan dalam Pasal 1 Angka 7 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

BAB III PENUTUP. bahwa berlakunya Otonomi daerah dengan asas Desentralisasi. ditegaskan dalam Pasal 1 Angka 7 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 72 BAB III PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian pada bab I dan bab II dapat disimpulkan bahwa berlakunya Otonomi daerah dengan asas Desentralisasi yang ditegaskan dalam Pasal 1 Angka 7 Undang-Undang

Lebih terperinci

Lamhot, S.E., M.Si Dosen Tetap Politeknik Mandiri Bina Prestasi ABSTRAKSI

Lamhot, S.E., M.Si Dosen Tetap Politeknik Mandiri Bina Prestasi ABSTRAKSI PERANAN PEMERIKSAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP JUMLAH PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI LEBIH BAYAR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT Lamhot,

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pajak merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk memperoleh dana dari rakyat. Hasil penerimaan pajak tersebut untuk mengisi anggaran Negara sekaligus membiayai keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5268 EKONOMI. Pajak. Hak dan Kewajiban. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 162) I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka. pajak dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah;

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka. pajak dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah; BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Bahwa faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting. Pendapatan tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting. Pendapatan tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rendahnya tingkat penerimaan pajak di Indonesia merupakan fenomena yang terus menerus terjadi. Padahal pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

Lebih terperinci

P E R A T U R A N D A E R A H

P E R A T U R A N D A E R A H P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN Menimbang : a. NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

*9884 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 20 TAHUN 1997 (20/1997) TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*9884 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 20 TAHUN 1997 (20/1997) TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright 2002 BPHN UU 20/1997, PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK *9884 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 20 TAHUN 1997 (20/1997) TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, JATUH TEMPO PEMBAYARAN, PENYETORAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN PAJAK Pengertian Pajak menurut Waluyo dan Ilyas adalah sebagai berikut : Pajak adalah iuran wajib kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang kepada wajib

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Dasar Perpajakan 2.1.1 Pengertian Pajak Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a. bahwa salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM PERBEDAAN PENILAIAN DALAM PEMERIKSAAN PAJAK ANTARA PETUGAS PEMERIKSA PAJAK DENGAN WAJIB PAJAK NOTARIS/PPAT

BAB III AKIBAT HUKUM PERBEDAAN PENILAIAN DALAM PEMERIKSAAN PAJAK ANTARA PETUGAS PEMERIKSA PAJAK DENGAN WAJIB PAJAK NOTARIS/PPAT BAB III AKIBAT HUKUM PERBEDAAN PENILAIAN DALAM PEMERIKSAAN PAJAK ANTARA PETUGAS PEMERIKSA PAJAK DENGAN WAJIB PAJAK NOTARIS/PPAT 3.1 Sanksi atas Perbedaan Penilaian pada Pemeriksaan Pajak Hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. Mengingat : 1. bahwa dalam rangka memperkuat

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015. PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK TERHADAP KEBERATAN WAJIB PAJAK 1 Oleh : Jenifer M.

Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015. PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK TERHADAP KEBERATAN WAJIB PAJAK 1 Oleh : Jenifer M. PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK TERHADAP KEBERATAN WAJIB PAJAK 1 Oleh : Jenifer M. Worotikan 2 ABSTRAK Kewenangan memungut pajak di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON,

BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, SALINAN BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan

BAB II LANDASAN TEORI. satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan BAB II LANDASAN TEORI A. Teori teori 1. Pajak Bumi dan Bangunan Pajak memiliki pengertian atau definisi yang diberikan oleh para ahli, yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

Lebih terperinci

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI UNIT PELAYANAN PAJAK DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI UNIT PELAYANAN PAJAK DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI UNIT PELAYANAN PAJAK DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR Nama : Anisa Ulfasari NPM :40211927 Pembimbing :Dr. Misdiyono PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia termasuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pajak sebagai salah satu sumber dana dan sumber pembiayaan pembangunan yang utama dan paling penting disamping migas dan non-migas. Untuk itu peran masyarakat dalam pemenuhan kewajiban di bidang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA Ester Hervina Sihombing Politeknik Unggul LP3M Medan Jl.Iskandar Muda No.3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahun yang. perolehan pajak bagi APBN dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahun yang. perolehan pajak bagi APBN dari tahun ke tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas Negara yang sangat potensial untuk pembiayaan penyelenggaraan kegiatan pemerintah, pertahanan dan pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 s.d.

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 s.d. ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 s.d. 2016 Khairiah (Universitas Lambung Mangkurat) ABSTRAK Penelitian bertujuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARO JAMBI, Menimbang : a. bahwa Pajak Air

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI TANGGAL : 10 OKTOBER 2011 NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG : PAJAK RESTORAN Sekretariat Daerah Kota Sukabumi Bagian Hukum 2011

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan alat yang digunakan pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan dalam negeri telah mengalami pergeseran, semula didominasi

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan dalam negeri telah mengalami pergeseran, semula didominasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan dalam negeri telah mengalami pergeseran, semula didominasi oleh penerimaan minyak (migas) kemudian didominasi oleh penerimaan non migas yaitu dari perpajakan.

Lebih terperinci

PERDA KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH KOTA KEDIRI

PERDA KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH KOTA KEDIRI PAJAK DAERAH KOTA KEDIRI 2010 PERDA KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH KOTA KEDIRI 45 HLM, LD No 6 ABSTRAK : - bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelaksanaan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 28 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN Menimbang : a. bahwa Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara BUPATI MAJENE Menimbang: PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. Mengingat : 1. BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa pajak parkir merupakan salah

Lebih terperinci