Dulu di lapangan hitam, kalo kakak PSB teriak, Kekuataaannn kita akan jawab,

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dulu di lapangan hitam, kalo kakak PSB teriak, Kekuataaannn kita akan jawab,"

Hendra Johan Pranata
7 tahun lalu
Tontonan:

1 It s All About Us Dulu di lapangan hitam, kalo kakak PSB teriak, Kekuataaannn kita akan jawab, Lima belas! Lima belas! Lima belas! Dan aku gak pernah nyangka, kalau setelah hari itu, kita sudah terikat kuat sebagai satu generasi, satu keluarga yang akan dibesarkan oleh bapak-ibu guru atau yang lebih sering kita sebut pamong. Makan se-ompreng, kalau mau nyuci, minta deterjen teman, atau kalau abis dapet paket, kamar pasti penuh, atau ketegangan dalam kamar karena enggak yasinan, atau cerita di kejar Pak Te gara gara ribut di depan TV di koridor, atau ejekejekan siapa klub-nya yang kalah tadi malem, terus besok gak sekolah gara gara malu, dan sebagainya, dan sebagainya. Sebelum semua itu menjadi samar, atau bahkan hilang di telan waktu, maka halaman ini hadir untuk memperjelas hal itu, membuatnya menjadi tak terlupakan, dan semoga dapat meceritakan kepada kita, anak-anak 15, atau dunia, tentang semua cerita konyol, lucu, lolo dan beler yang sudah kita tulis di masa lalu.

2 Tahukah kamu, bahwa cerita kita berbeda, kita punya cerita yang anak SMA lain gak punya, kita bisa ingat kalau kita pernah dijemur sampe garing di lapangan hitam, atau makan bareng-bareng di ruang makan, atau dihukum lari gak pake alas kaki, dan atauatau lainnya yang gak bakalan bisa diceritain disini. Dan dari sanalah kita berasal, dari sebuah tempat kecil bernama SMA, kita, selamanya. Dan yang paling aku ingat dan paling berarti di mata aku dan mungkin dimata kalian juga, waktu kita di suruh lari dari Teras Jaya sampai Taman Remaja yang 25 kilo jaraknya, kita berlari dan terus berlari, gak peduli kaki yang sudah penuh oleh darah karena sepatu bela negara yang panjang dan kuatnya bukan main. Gak peduli sama kulit yang udah hitam jadi semakin hitam. Kita terus berlari, gak peduli apapun. Kita hanya tahu bahwa kita harus sampai tanpa tumbang. Dan hingga hari ini, kita tetap berlari bukan? Ya, kita tetap berlari, bukan untuk Taman Remaja, bukan untuk mengakhiri masa basis kita, tapi untuk hal kecil bernama mimpi, untuk mendapatkan hal-hal yang kita impikan selama kita masih berbalut putih 2

3 abu abu, untuk mengejar mimpi yang kita ceritakan di kursi meja hitam Teras Jaya. Berlarilah untuk mimpimu teman-teman, berlarilah, jadilah basis terbaik untuk hidupmu sendiri, dan ketika hal itu terjadi, maka lihatlah kebelakang, seberapa jauh kau telah berlari, seberapa jauh kau telah berjalan untuk menggapai mimpimu. Dan ketika hari itu tiba, kelak, ingatlah kami, mozaik kecil yang pernah kau lalui. Ingatlah 25 kilometer itu, ingatlah gurumu, sekolahmu, temanmu, sahabatmu, generasimu, ingatlah kami, ingatlah kami. Mungkin cerita hanyalah cerita bagi kita semua, namun seberapakah berartinya cerita itu buatmu? Apakah itu membuat hidupmu lebih berarti? Masih ingatkah, senyum kami, tawa kami, canda kami, dan semua hal-hal tentang kami? Ingatkah ketika kita, bersama, tertawa, membagi hal-hal kecil bernama kebahagiaan, ingatlah hal itu, bukan hari ini, bukan, tapi ketika engkau kelak beranjak untuk menapaki kehidupan selanjutnya, berjuanglah untuk kembali mengingat kami. 3

4 Jalan baru terbentang, panjang, penuh tantangan dan harapan, masuki jalanmu, kalahkan setiap rintangan, dan jangan pernah menyerah, karena kata itu tidak ada di kamus kita, wujudkan setiap mimpi yang kau ukir di dalam hati. Tak akan ada lagi absen ruang makan, tak akan ada lagi absen apel pagi, tak akan ada lagi Nasi Mbak atau Pop Es Bang Juan. Tapi yang akan selalu ada adalah kita, yang akan selalu ada, bersama, berlari, melawan rasa perih dan sakit, karena satu keyakinan, karena satu alasan, bahwa untuk inilah kita dilahirkan. Untuk inilah kita dipertemukan, dan untuk inilah kita dipisahkan. I hope, when you read our stories, it can make you laugh, and forget your problem. -Prio Galih Raga Prakoso- *** Aku menelan ludah, tak tahu kata apa yang tepat untuk mendeskripsikan perasaanku saat ini. Ku biarkan laptop biru mudaku tetap terbuka dan tersenyum tipis menatap huruf demi huruf yang entah sudah berapa kali kubaca semalaman ini. Aku menarik 4

5 nafas perlahan, menutup pelan dua mataku, butiranbutiran itu jatuh, aku menangis, mengeluarkan semua sesak yang memenuhi seluruh hati hingga ke kerongkongan. Jari-jemariku mulai menari, ingatanku terbang, melayang, hingga ke masa itu. 5

dokumen-dokumen yang mirip

Ketika mimpi menjadi sebuah bayangan, aku menanyakan "kapan ini akan terwujud?" Mungkin nanti, ketika aku telah siap dalam segalagalanya

Ketika mimpi menjadi sebuah bayangan, aku menanyakan kapan ini akan terwujud? Mungkin nanti, ketika aku telah siap dalam segalagalanya Live is a dream Mengertikah engkau saat purnama datang menjelang? Entah apa yang ku maksud saat ini aku pun tak mengerti Tetapi yang jelas aku berusaha untuk memulihkan semua rasa yang ada sebelumnya ketika