KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN RAWAT JALAN SINDROM KORONER AKUT DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-OKTOBER 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN RAWAT JALAN SINDROM KORONER AKUT DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-OKTOBER 2016"

Transkripsi

1 KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN RAWAT JALAN SINDROM KORONER AKUT DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-OKTOBER 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh : Priscilla Frihastie Setyawati NIM : FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017

2 KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN RAWAT JALAN SINDROM KORONER AKUT DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO YOGYAKARTA PERIODE JANUARI-OKTOBER 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh : Priscilla Frihastie Setyawati NIM : FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i

3 ii

4 iii

5 iv

6 v

7 HALAMAN PERSEMBAHAN Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang telah memberi kekuatan kepadaku. Filipi 4:13 Aku memang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah mundur. - Abraham Lincoln Karya ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus yang tidak henti menyertai dan memberkatiku Mama, Kakak, Adik dan keluarga besar Faidiban yang tercinta Sahabat dan teman-teman seperjuangan Almamaterku Universitas Sanata Dharma vi

8 PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Kajian Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien Rawat Jalan Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Oktober 2016 sebagai slah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. Proses penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan, Kaprodi, dan Wakaprodi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing dan memberi arahan selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma 2. Direktur Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis 3. Bagian Personalia, Farmasi, dan Rekam Medis Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta yang telah banyak membantu selama proses pengambilan data 4. Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si, Apt sebagai dosen pembimbing utama yang telah membimbing selama proses penyusunan proposal dan skripsi 5. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt dan Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini 6. Komisi Etik Penelitian Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian ini dengan memberikan ethical clearance 7. Keluarga : Orang tuaku Bapak Man Setyabudi dan terkhusus Ibu Ruth Harriet Faidiban, kakak-kakakku Selvi Pritalia Setyanengsih dan Harsenna Adhyatma Setyawan, serta adik-adikku Viona Angelica Faidiban, Arfachensis Airlangga Faidiban dan Yustus Obed Azer Suebu; serta keluarga besar Faidiban yang vii

9 8. telah mendoakan, membimbing, memberi arahan, dukungan dan kasih sayang viii

10 HALAMAN SAMPUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi PRAKATA... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii ARTI KATA/SINGKATAN... xiii ABSTRAK... xiv ABSTRACT... xv PENDAHULUAN... 1 METODE PENELITIAN... 2 A. Rancangan Penelitian... 2 B. Lokasi dan Subyek Penelitian... 2 C. Definisi Operasional... 3 D. Analisis Data... 3 HASIL DAN PEMBAHASAN... 4 A. Karakteristik Pasien... 4 B. Gambaran Umum Peresepan Obat... 5 C. Kajian Interaksi Obat... 6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIOGRAFI ix

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Alur Perolehan Subyek Penelitian... 2 Gambar 2. Alur Analisis Data... 3 Gambar 3. Persentase Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien Rawat Jalan SKA di RSPN Yogyakarta Periode januari-oktober x

12 DAFTAR TABEL Tabel I. Karakteristik Pasien Peresepan Pasien Rawat Jalan SKA di RSPN Yogyakarta Periode Januari-Oktober Tabel II. Gambaran Umum Peresepan Pasien Rawat Jalan SKA di RSPN Yogyakarta Periode Januari-Oktober Tabel III. Interaksi Obat Berdasarkan Mekanisme Interaksi dan Kategori Signifikansi Klinis Pada Peresepan Pasien Rawat Jalan SKA di RSPN Yogyakarta Periode Januari-Oktober xi

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Kerja Data Rekam Medik Pasien SKA di Rumah sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Oktober Lampiran 2. Tabel Kajian Interaksi Obat Lampiran 3. Surat Ethical Clearance Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian xii

14 ARTI KATA/SINGKATAN AINS ACE-I ARB CYP3A4 CYP450 HCT ISDN ISMN JK NSTEMI OATP1B1 OTC PJK RSPN SKA STEMI UA : Anti Inflamasi Non-Steroid :Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor : Angiotensin Receptor Blockers : Cytochrome P3A4 : Cytochrome P450 : Hydrochlorothiazide : Isosorbid Dinitrat : Isosorbid Mononitrat : Jenis Kelamin : Non-ST Segment Elevation Myocardial Infarction : Organic Anion-Transporting Polypeptides 1B1 : Over-The-Counter : Penyakit Jantung Koroner : Rumah Sakit Panti Nugroho : Sindrom Koroner Akut : ST-Segment Elevation Myocardial Infarction : Unstable Angina xiii

15 ABSTRAK Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Di Indonesia diprediksikan pada tahun 2030 terjadi peningkatan hingga 23,3 juta kematian akibat penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke, dimana salah satu manifestasi klinis PJK adalah sindrom koroner akut (SKA) yang pada tahun 2003 menyebabkan angka perawatan rumah sakit sangat besar di Pusat Jantung Nasional. Pasien dengan SKA biasanya juga mengalami penyakit penyerta, sehingga membutuhkan berbagai macam obat dalam terapinya. Penggunaan berbagai macam obat ini memungkinkan terjadinya interaksi obat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum peresepan, besar insidensi terjadinya interaksi obat yang melibatkan obat kardiovaskular, dan interaksi obat terkait mekanisme farmakodinamik, farmakokinetik dan kategori signifikansi klinis yang terjadi pada pasien rawat jalan sindrom koroner akut di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari-Oktober Penelitian ini termasuk penelitian observasional deskriptif evaluatif dengan rancangan penelitian studi potong lintang yang bersifat retrospektif, dimana data diambil berdasarkan rekam medik pasien. Pengambilan subyek uji dilakukan secara populasi dan didapatkan 32 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menemukan 28 pasien mengalami interaksi obat dengan mekanisme interaksi paling banyak adalah farmakodinamik (46,9%) dan kategori signifikansi paling banyak adalah signifikan/monitor secara ketat (75,0%). Kata kunci: sindrom koroner akut, interaksi obat, farmakokinetik, farmakodinamik, kategori signifikansi klinis xiv

16 ABSTRACT Cardiovascular disease is one of the major health problems in developed and developing countries In Indonesia in 2030 predicted an increase of up to 23.3 million deaths caused coronary heart disease (CHD) and stroke, in which one of the clinical manifestations of coronary heart disease is acute coronary syndromes (ACS), which in 2003 led to the numbers of hospital treatment is very big in National Heart Center. Patients with acute coronary syndrome usually have comorbidities, thus requiring a variety of drugs in therapy. The use of a variety of drugs allows drug interactions. The purpose of this study was to describe the prescription, the incidence of drug interactions involving cardiovascular drugs, and drug interactions related to the mechanism of pharmacodynamic, pharmacokinetic, and clinical significance categories that occurred in outpatients with acute coronary syndromes in Hospital Panti Nugroho Yogyakarta period January-October This study was an observational study with the evaluative descriptive cross-sectional study design and retrospective, in which the data is taken based patient medical record. Intake of test subjects conducted in populations and found 32 patients who met the inclusion and exclusion criteria. The study found 28 patients have drug interactions with the most mechanisms of interaction is pharmacodynamic (46.9%) and the most clinical significance categories is significant / monitor closely (75.0%). Keywords: acute coronary syndrome, drug interactions, pharmacokinetics, pharmacodynamics, clinical significance category xv

17 PENDAHULUAN Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia. Menurut Kementrian Kesehatan Indonesia (2014) pada tahun 2030 diperkirakan penyakit kardiovaskular, terutama penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian. Salah satu manifestasi klinis PJK adalah sindrom koroner akut (SKA), yang mana pada tahun 2003 menyebabkan angka perawatan rumah sakit sangat besar di Pusat Jantung Nasional (Depkes, 2006).Sindrom koroner akut (SKA) disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pasokan oksigen miokard. Sindrom koroner akut diklasifikasikan sesuai dengan perubahan elektrokardiografi, yaitu STEMI, NSTEMI dan angina tidak stabil/ua (Dipiro, 2011). Pasien dengan SKA biasanya mengalami penyakit penyerta yang dapat dinilai dari faktor risikonya, sehingga membutuhkan berbagai macam obat dalam terapinya dan meningkatkan kemungkinan terjadinya interaksi obat. Sejumlah faktor risiko yang bertanggung jawab adalah usia, jenis kelamin laki-laki, hipertensi, penggunaan tembakau, diabetes mellitus, obesitas, dan dislipidemia (Dipiro, 2011). Hasil penelitian Tumade et al pada tahun 2016 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang menggunakan 126 sampel, faktor risiko yang paling mempengaruhi insiden SKA adalah hipertensi kemudian diikuti oleh diabetes mellitus, dislipidemia, obesitas, dan merokok. Selain faktor risiko, pasien SKA menurut PERKI (2015) baik STEMI maupun NSTEMI/UA mendapatkan manajemen jangka panjang lebih dari satu obat, yaitu golongan antiplatelet, penghambat ADP, statin, penyekat beta, ACE-I/ARB, dan antagonis aldosteron. Rumah Sakit Panti Nugroho (RSPN) adalah rumah sakit swasta kelas D. Rumah sakit ini bersifat transisi dengan kemampuan memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi, juga menampung rujukan yang berasal dari puskesmas. RSPN menjadi sarana layanan kesehatan yang membantu masyarakat sekitar, untuk itu setiap pelayanan yang diberikan menjadi sangat penting untukdimaksimalkan terutama untuk penyakit-penyakit yang membutuhkan pelayanan yang cepat dan tepat, misal penyakit jantung dan stroke. Penelitian di rumah sakit ini bertujuan untuk membantu pihak RSPN dalam hal penanganan interaksi obat terutama untuk pasien rawat jalan. Penanganan interaksi obat pada peresepan rawat jalan sangat diperlukan, dimana pasien hanya dapat dipantau saat kembali ke rumah sakit untuk konsultasi atau adanya kekambuhan, sehingga sebisa mungkin apoteker diharapkan meminimalkan adanya 1

18 interaksi obat. Dari hasil penelitian Rahmawati et al (2006), secara umum terdapat 59% pasien rawat inap dan 69% pasien rawat jalan yang mengalami interaksi obat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum peresepan (jumlah, jenis, dan golongan obat kardiovaskular), besar insidensi terjadinya interaksi obat antara obat kardiovaskular dengan obat kardiovaskular atau dengan obat lain, dan juga interaksi obat terkait mekanisme farmakodinamik, farmakokinetik dan kategori signifikansi klinispada pasien rawat jalan SKA di (RSPN) Yogyakarta periode Januari- Oktober METODE A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional deskriptif evaluatif dengan rancangan penelitian studi potong lintang yang bersifat retrospektif. Data diambil berdasarkan rekam medik pasien dan dikaji interaksi yang terjadi (terkait mekanisme farmakodinamik, farmakokinetik dan kategori signifikansi klinis) secara teoritis berdasarkan pustaka. B. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian dilakukan di RSPN Yogyakarta. Jumlah subyek yang diperoleh adalah 32 pasien sesuai jumlah populasi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini, yaitu : pasien rawat jalan dengan SKA di RSPN Yogyakarta yang menerima obat kardiovaskular dengan obat kardiovaskular atau dengan obat lain pada periode Januari-Oktober Kriteria eksklusi, yaitu rekam medik yang tidak lengkap. 115 pasien dengan diagnosis SKA periode Januari-Oktober 2016 Eksklusi - data rekam medik tidak lengkap : 83 orang Subyek penelitian sebanyak 32 orang Gambar 1. Alur Perolehan Subyek Penelitian 2

19 C. Definisi Operasional 1. Pasien SKA pada penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis keluar sindrom koroner akut dengan atau tanpa faktor risiko dan menjalani rawat jalan di RSPN Yogyakarta periode Januari-Oktober 2016 yang diketahui berdasarkan rekam medik pasien. 2. Gambaran umum peresepan obat kardiovaskular dan obat lain meliputi jumlah, jenis, dan golongan obat kardiovaskular yang digunakan. Jumlah obat merupakan banyaknya obat yang diterima pasien SKA saat menjalani pengobatan. Jenis obat merupakan nama generik obat. Golongan obat merupakan kelompok obat yang diberikan kepada pasien SKA. Diambil data peresepan paling baru pada rekam medik. 3. Interaksi obat adalah pemberian terapi berupa 2 atau lebih jenis obat secara bersamaan yang dapat menghasilkan efek diinginkan ataupun tidak diinginkan. Interaksi obat yang diteliti adalah interaksi obat terkait mekanisme farmakokinetik dan farmakodinamik yang dikaji secara teoritis berdasarkan pustaka yaitumedscape Drug Interaction Checker (Medscape, 2016) dan didukung literatur lain. 4. Kategori signifikansi klinis interaksi obat adalah penggolongan tingkat interaksi obat menurut akibat yang ditimbulkan dikaji secara teoritis dengan mengacu pada Medscape Drug Interaction Checker (Medscape, 2016). 5. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS)adalah sebuah sistem informasi yang terintegrasi untuk menangani keseluruhan proses manajemen rumah sakit (pelayanan diagnosis dan tindakan untuk pasien, medical record, apotek, gudang farmasi, penagihan, database personalia, penggajian karyawan, proses akuntansi sampai dengan pengendalian oleh manajemen.peneliti mengambil data rekam medis pasien rawat jalan, yaitu identitas pasien, tanggal periksa, diagnosis penyakit dan salinan resep obat pada pasien. D. Analisis Data Setelah melakukan pengumpulan data dari rekam medis pasien SKA sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, data peresepan masing-masing pasien dianalisis interaksinya dengan Medscape Drug Interaction Checker, kemudian interaksi dikelompokkan berdasarkan mekanisme interaksi (farmakodinamik, farmakokinetik dan unknown) dan kategori signifikansi klinis yang diolah dengan metode statistika deskriptif, dihitung persentasenya, dan disajikan dalam bentuk tabel/diagram. Pengevaluasian interaksi obat yang terjadi dilakukan dengan literatur-literatur pendukung seperti buku dan juga jurnal penelitian. 3

20 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien Tabel I. No Karakteristik Pasien Peresepan Pasien Rawat Jalan SKA di RSPN Yogyakarta Periode Januari-Oktober 2016 Karakteristik Pasien 1. Jenis kelamin 2. Usia Laki-laki Perempuan <30 tahun tahun tahun tahun tahun tahun >80 tahun Parameter 4 Pasien (n = 32) n % 20 62, , , ,6 8 25,0 8 25,0 1 3,1 Pada distribusi jenis kelamin diketahui pasien laki-laki memiliki prevalensi yang lebih besar dibanding pasien perempuan. Hasil ini sesuai dengan teori dari PERKI (2015) dan Dipiro (2011), dimana diagnosis SKA lebih kuat jika ditemukan pada pria yang juga merupakan salah satu faktor risiko yang bertanggung jawab. Wanita dengan SKA juga lebih sering mengalami nyeri punggung, dispnea, lemah, mual dan muntah dibanding lakilaki yang lebih sering mengalami nyeri dada, dimana nyeri dada merupakan simptom yang paling sering dilaporkan untuk SKA. Wanita lebih sering mengalami SKA atipikal yang dapat dihubungkan dengan penyakit yang tidak terdiagnosia atau salah diagnosia (Devon et al, 2008). Hasil penelitian di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan kasus SKA dengan pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 56,7% dan perempuan sebanyak 43,3%, persentase yang lebih tinggi pada laki-laki dapat disebabkan karena kebiasaan merokok (Itrasari, 2015). Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa persentase pasien SKA laki-laki di daerah Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan perempuan. Pada distribusi umur diketahui pada usia tahun memiliki prevalensi yang besar. Hasil penelitian di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan pasien SKA pada usia tahun terdapat 20% dan usia tahun terdapat 80% (Itrasari, 2015) Faktor risiko pada penelitian ini paling banyak adalah dislipidemia (7 pasien), kemudian diikuti oleh hipertensi (6 pasien) dan diabetes mellitus (5 kasus), sedangkan faktor risiko merokok tidak dapat diketahui karena tidak tercantum dalam rekam medik pasien. Hal ini cukup mendukung teori mengenai faktor risiko yang bertanggung jawab atas kejadian SKA.

21 B. Gambaran Umum Peresepan Obat Tabel II. Gambaran Umum Peresepan Pasien Rawat Jalan SKA di RSPN Yogyakarta Periode Januari-Oktober 2016 No Gambaran Umum Peresepan Parameter 1. Jumlah obat kardiovaskular 2. Golongan obat kardiovaskular 3. Jenis obat kardiovaskular 1. Jumlah obat yang digunakan 2-3 obat 4-6 obat 7-9 obat Nitrat Asam asetilsalisilat Diuretik loop Diuretik thiazide ACEi ARB CCB β-blocker Kerja sentral Thienopyridine Nattokinase Statin Fibrat ISDN ISMN Asam asetilsalisilat Furosemid HCT Captopril Ramipril Candesartan Valsartan Amlodipin Bisoprolol Clonidine Clopidopgrel Trobesco Simvastatin Atorvastatin Rosuvastatin Fenofibrat Gemfibrozil Pasien (n=32) % 0 65,6 34,4 56,3 75,0 28,1 3,1 12,5 53,1 9,4 37,5 3,1 68,8 6,3 75,0 6,3 53,1 3,1 75,0 28,1 3,1 9,4 3,1 18,8 34,4 9,4 37,5 3,1 68,8 6,3 12,5 59,4 3,1 3,1 3,1 Pada pengobatan pasien SKA di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta, pasien mendapatkan lebih dari satu obat sehingga memungkinkan terjadinya interaksi obat. Manajemen jangka panjang dan pencegahan sekunder baik UA/NSTEMI atau STEMI 5

22 menurut PERKI (2015) pasien mendapat beberapa macam obat, yaitu antiplatelet, penghambat reseptor ADP, statin, penyekat beta, ACE-I/ARB, dan antagonis aldosteron. Jumlah obat yang lebih dari 1 juga dapat terkait dengan faktor risiko pasien dengan penyakit jantung, dimana selain mengobati penyakit utama pasien memerlukan pengobatan untuk faktor risiko yang terdiagnosis. Faktor risiko yang bertanggung jawab adalah usia, jenis kelamin laki-laki, hipertensi, penggunaan tembakau, diabetes mellitus, obesitas, dan dislipidemia (Dipiro, 2011). Jumlah obat yang semakin banyak juga meningkatkan dihubungkan dengan terjadinya interaksi obat, dimana pada peneltian ini terbukti bahwa untuk kelompok jumlah 7-9 obat semuanya mengalami interaksi obat. 2. Golongan obat Terdapat 11 macam golongan obat kardiovaskular yang diberikan kepada pasien SKA di Instalasi rawat Jalan RSPN Yogyakartaperiode Januari-Oktober 2016 dengan rincian pada tabel II(terlampir). Golongan obat kardiovaskular yang paling banyak digunakan adalah asam asetilsalisilat (75,0%), statin (75,0%), dan thienopyridine(68,8%). Hal ini sejalan dengan manajemen jangka panjang yang direkomendasikan oleh PERKI (2015) baik untuk UA/NSTEMI ataustemi, yaitu aspirin (asam asetilsalisilat) yang diberikan seumur hidup dan disarankan untuk diberikan bersama dengan clopidogrel dan statin dosis tinggi yang diberikan sejak awal untuk menurukan kolesterol LDL<70 mg/dl. Obat-obat golongan ini juga memegang peranan pada terjadinya interaksi obat dan dari hasil penelitian asam asetilsalisilat-klopidogrel merupakan interaksi yang paling banyak terjadi. 3. Jenis obat Terdapat 19 jenis obatkardiovaskular yang diberikan kepada pasien SKA di instalasi rawat jalan RSPN periode Januari-Oktober Jenis obat kardiovaskular yang paling sering diresepkan adalah asam asetilsalisilat, (75%), clopidogrel (68,8%), dan simvastatin (59,4%). Jenis obat yang sering diresepkan merupakan jenis dari golongan obat yang mempunyai persentase besar, sehingga dapat dikatakan sesuai. C. Kajian Interaksi Obat Interaksi obat pada data rekam medis yang diambil di instalasi rawat jalan RSPN diidentifkasi menggunakan medscape drug interaction checker. Dari 32 pasien SKA, terdapat 28 pasien (87,5%) yang mengalami interaksi obat dan 4 pasien (12,5%) yang tidak mengalami interaksi obat. 6

23 Penelitian yang dilakukan oleh Patel et al (2014) pada instalasi rawat jalan rumah sakit pendidikan di India pada pasien dengan penyakit komorbiditas menunjukkan terdapat 83,42% peresepan pasien dengan potensi interaksi obat. Studi lain yang dilakukan oleh Chelkeba et al (2013) pada pasien rawat jalan yang menerima obat kardiovaskular menunjukkan dari 332 pasien terdapat 241 pasien (72,6%) memiliki potensi interaksi obat. 12,5% mengalami interaksi obat 87,5% tidak mengalami interaksi obat Gambar 2. Persentase Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien Rawat Jalan SKA di RSPN Yogyakarta Periode Januari-Oktober 2016 Dapat dilihat pada tabel III bahwa terjadi interaksi obat kardiovaskular dengan obat kardiovaskular lebih besar, yaitu sebanyak 18 kasus (56,3%) dibandingkan dengan interaksi obat kardiovaskular dengan obat lain yaitu sebanyak 10 kasus (31,3%). Hal ini dapat dikarenakan pada peresepan pasien sebagian besar merupakan obat kardiovaskular, dan persentasi obat lain yang sedikit. Data jumlah jenis interaksi berdasarkan mekanisme interaksi obat disajikan pada tabel III di bawah, dengan jenis interaksi yang paling banyak terjadi adalah interaksi dengan mekanisme farmakodinamik, yaitu15 kasus (46,9%), kemudian diikuti dengan mekanisme farmakokinetik 7 kasus (21,9%) danmekanisme yang tidak diketahui 6 kasus (18,8%). Farmakokinetik adalah tentang pengaruh tubuh terhadap obat, dimana interaksi terjadi saat satu obat mempengaruhi konsentrasi dari obat lain dengan akibat klinis. Farmakodinamik adalah tentang pengaruh obat terhadap tubuh, dimana interaksi ini terjadi antara kedua obat dengan meningkatkan atau menurunkan efek (Snyder, 2012). Hasil penelitian Patel et al (2014) menunjukkan adanya interaksi obat yang jika diklasifikasikan berdasarkan mekanisme farmakokinetik sebesar 26,76%, farmakodinamik sebesar 68,92%, dan mekanisme tidak diketahui sebesar 4,30% dari 2066 potensi interaksi obat yang tercatat. 7

24 Tabel III. Interaksi Obat Berdasarkan Mekanisme Interaksi dan Kategori Signifikansi Mekanisme Interaksi Farmakokinetik (21,9%) Farmakodinamik (46,9%) Unknown (18,8%) Klinis Pada Peresepan Pasien Rawat Jalan SKA di RSPN Yogyakarta Periode Januari-Oktober 2016 Obat A Obat B Pasien (n = 32) % Kategori Signifikansi Klinis Interaksi diinginkan (Y/T)** Amlodipin Simvastatin 6,3 Serius T Atorvastatin Valsartan 6,3 Signifikan Y Gemfibrozil Valsartan 3,1 Signifikan T Simvastatin Valsartan 15,6 Signifikan Y Asam Glimepiride 3,1 Signifikan Y asetilsalisilat Clopidogrel Lansoprazole 3,1 Signifikan Y Gemfibrozil Glimepiride 3,1 Signifikan T Asam Bisoprolol 34,4 Signifikan T asetilsalisilat Asam Candesartan 12,5 Signifikan T asetilsalisilat Asam Captopril 6,3 Signifikan T asetilsalisilat Asam Clopidogrel 46,9 Signifikan Y asetilsalisilat Asam Furosemide 21,9 Signifikan T asetilsalisilat Asam Ramipril 3,1 Signifikan T asetilsalisilat Asam Valsartan 28,1 Signifikan T asetilsalisilat Bisoprolol Candesartan 9,4 Signifikan Y Bisoprolol Valsartan 18,8 Signifikan Y Captopril Furosemide 6,3 Signifikan Y Asam Insulin 3,1 Minor Y asetilsalisilat aspart Bisoprolol Ketorolac 3,1 Signifikan T Candesartan Ketorolac 3,1 Signifikan T Clopidogrel Ketorolac 3,1 Signifikan Y Furosemid Metformin 3,1 Minor Y Bisoprolol Furosemide 9,4 Signifikan T Bisoprolol HCT 3,1 Signifikan T Furosemid Valsartan 12,5 Signifikan Y HCT Valsartan 3,1 Signifikan Y Captopril Allopurinol 6,3 Serius T Clopidogrel Cormega 3,1 Signifikan Y *warna merah mewakili interaksi antara obat kardiovaskular dengan obat lain **Y : Iya; T : Tidak 8

25 Kategori signifikansi klinis menurut Medscape (2016) adalah serius, monitor closely/signifikan, dan minor. Kategori signifikansi klinis yang diacu adalah kategori signifikansi klinis berdasarkan tingkat keparahan interaksi, hal ini penting terutama dalam menilai risiko dan benefit dari terapi. Tingkat keparahan mayor/serius mempunyai efek yang berpotensi mengancam nyawa/mampu menyebabkan kerusakan permanen. Tingkat keparahan moderat/signifikan mempunyai efek yang mungkin dapat menyebabkan penurunan status klinis pasien, dimana terapi tambahan, rawat inap mungkin dibutuhkan. Tingkat keparahan minor mempunyai efek yang yang biasanya ringan; akibat mungkin mengganggu atau tidak terlihat tapi secara signifikan tidak berdampak pada outcome terapi, sehingga terapi tambahan tidak diperlukan (Tatro, 2007). Berdasarkan tabel III di atas, jumlah kategori signifikansi yang paling besar adalah kategori signifikansi monitor closely/signifikan sebanyak 24 interaksi (75,0%). Sedangkan untuk kategori signifikansi serius sebesar 6,3% dan kategori signifikansi minor 6,3%. Penelitian yang dilakukan oleh Chelkeba et al (2013) pada pasien rawat jalan yang menerima obat kardiovaskular juga menunjukkan 67,3% merupakan kategori signifikansi moderat, diikuti dengan 29,6% kategori signifikansi mayor, dan 3,1% kategori signifikansi minor. Dalam penelitian ini juga didapatkan interaksi yang dimana efeknya diinginkan untuk mengoptimalkan terapi, dan juga tidak diinginkan terkait efek samping interaksi tersebut. Beberapa contoh interaksi yang diinginkan adalah asam asetilsalisilat dan clopidogrel yang menurut penelitian Fares et al (2008) memiliki efek yang lebih superior dibanding pemberian aspirin saja, namun dengan pengawasan ketat terhadap efek perdarahan GI; kombinasi golongan statin (simvastatin, atorvastatin) dan ARB (valsartan) menurut metaanalisis dari beberapa penelitian menunjukkan manfaat bagi pasien dengan hipertensi, kadar kolesterol yang moderat, sindrom metabolik, diabetes tipe 2, dan kejadian kardiovaskular sebelumnya seperti stroke atau infark miokard (Nickenig, 2004); ARB dan diuretik thiazid (hidroklorthiazid) walaupun keamanan yang sama dengan pemberian valsartan saja, efek samping pusing lebih tinggi, namun hiperurisemia lebih rendah dengan kombinasi ini (Abraham et al, 2015) dan dapat menurukan kadar diastolik hingga kurang dari 90 mmhg (Skolnik et al, 2000); clopidogrel dan PPI (lansoprazole) harus diresepkan pada pasien dengan risiko perdarahan GI yang berpengruh pada tingginya angka kematian (Tarnawski, 2012). Beberapa interaksi obat yang tidak diinginkan adalah amlodipin dan simvastatin karena adanya efek samping serius seperti rabdomiolisis (Drugs.com, 2017); captopril dan allopurinol, dimana mekanisme interaksi tidak diketahui dan dapat 9

26 menimbulkan efek samping seperti hipersensitivitas, anafilaksis dan sindrom Steven- Jhonson (Medscape, 2016); kombinasi penyekat beta dan diuretik meningkatkan risiko diabetes (Richards and Tobe, 2014); asam asetilsalisilat menurunkan efek obat antihipertensi, namun pada penggunaannya hanya sedikit meningkatkan risiko hipertensi (Bautista and Vera, 2010). Pada tabel III diketahui bahwa interaksi yang paling sering terjadi adalah interaksi antara asam asetilsalisilat-clopidogrel (46,9%). Interaksi antara asam asetilsalisilat dan clopidogrel merupakan interaksi farmakodinamik sinergis yang signifikan (perlu monitor secara ketat), dimana interaksi keduanya dapat menimbulkan perdarahan pada gastrointestinal (Karalliede et al, 2010). Hal ini disebabkan mekanisme asam asetilsalisilat menghambat secara ireversibel pembentukan tromboksan dari asam arakidonat dengan menghambat COX-1 (Fares, 2008) dan mekanisme clopidorgelmenghambat reseptor ADP yaitu P2Y12 secara ireversibel, sehingga reseptor tidak dapat menanggapi ADP (Wijeyeratne dan Heptinstall, 2011). Tromboksan dan ADP merupakan agonis platelet yang berfungsi untuk mengaktfikan reseptor platelet dan menyebabkan agregasi platelet (Stalker et al, 2012).Interaksi yang saling meningkatkan efek ini secara klinis diinginkan, hal didukung oleh pembandingan penelitian pada sebuah review jurnal oleh Fares (2008) yang menyimpulkan bahwa kombinasi keduanya memiliki efek lebih superior dibandingkan pemberian aspirin saja, namun dengan risiko perdarahaan. Manajemen yang perlu dilakukan adalah sarankan pasien untuk melapor jika terdapat tanda-tanda perdarahan gastrointestinal (Drugs.com, 2017) dan (Karalliede et al, 2010). Diketahui juga bahwa terdapat 2 interaksi serius pada peresepan, yaitu interaksi antara amlodipin-simvastatin dan captopril-allopurinol. Interaksi antara amlodipin dan simvastatin merupakan interaksi farmakokinetik dengan kategori signifikansi serius dan dapat menyebabkan, risiko miopati, termasuk rabdomiolisis (Drugs.com, 2017). Interaksi terjadi pada fase metabolisme, dimana amlodipine mengganggu proses eliminasi statin dengan menghambat CYP450 3A4, dimana simvastatin merupakan substratnya sehingga kadar simvastatin meningkat (Cupp, 2012). Interaksi tidak diinginkan, karena dapat menimbukan efek serius, namun penggunaan keduanya dibutuhkan dalam pengobatan pasien sehingga manajemen yang perlu dilakukan adalah pemberian dosis simvastatin tidak lebih dari 20 mg/hari saat dikombinasikan dengan amlodipin. Fluvastatin, pravastatin, dan rosuvastatin lebih aman sebagai alternatif pada pasien yang menerima amlodipin, karena tidak dimetabolisme oleh CYP450 3A4 (Drugs.com, 2017). Interaksi antara captopril dan 10

27 allopurinol merupakan interaksi dengan kategori signifikansi serius, namun tidak diketahui mekanisme pasti interaksinya. Efek dari interaksi yang mungkin terjadi adalah reaksi hipersensitivitas, anafilaksis, dan sindrom Stevens-Johnson (Medscape, 2016). Manajemen yang perlu dilakukan jika terjadi manifestasi hipersensitifitas adalahpenghentian kedua obat (Tatro, 2007), serta disarankan untuk monitoring jumlah sel darah putih secara berkala (Drugs.com, 2017). Menurut Mallet (2007), beberapa hal berikut dapat dipertimbangkan dalam manajemen interaksi, yaitu mendokumentasikan secara lengkap riwayat pengobatan, termasuk obat over-the-counter, suplemen kesehatan, alkohol, dan vitamin; meninjau kembali pengobatan untuk memperbaharui kemungkinan terjadi interaksi obat; ketahui dan dokumentasikan interaksi obat terbaru pada catatan kesehatan dengan rencana penanganan dan follow-up; pantau efek tidak diinginkan dari potensi interaksi obat.hasil sebuah penelitian yang dilakukan Kafeel et al (2014) mengatakan bahwa mayoritas interaksi (sekitar 17%) adalah mudah dihindari dengan memodifikasi dosis, pengecekan kembali resep, dan apoteker diberikan kewenangan untuk melakukan intervensi yang diperlukan dalam resep ketika diperlukan. Dalam sistem pelayanan kesehatan, upaya kolaboratif dari penulis resep dan peracik sangat penting agar terapi bagi pasien bermanfaat. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Kajian Interaksi Obat Pasien Rawat Jalan Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari- Oktober 2016 dapat disimpulkan bahwa: 1. Gambaran umum peresepan pasien rawat jalan sindrom koroner akut di RSPN Yogyakarta meliputi persentase jumlah obat kardiovaskular paling banyak dalam peresepan pasien adalah 4-6 obat sebesar 65,6%; tgolongan obat dan jenis obat kardiovaskular yang paling banyak digunakan adalah asam asetilsalisilat (75,0%). 2. Persentase pasien rawat jalan sindrom koroner akut di RSPN Yogyakarta yang mengalami interaksi obat adalah 87,5% (28 pasien). 3. Persentase interaksi obat: 11

28 a. Terdapat 21,9% (7 kasus) interaksi obat dengan mekanisme farmakokinetik, 46,9% (15 kasus) interaksi obat dengan mekanisme farmakodinamik, dan 18,8% (6 kasus) dengan mekanisme yang tidak diketahui. b. Terdapat 6,3% (2 kasus) interaksi obat dengan kategori signifikansi klinis serius, 75,0% (24 kasus) interaksi obat dengan kategori signifikansi klinis monitor closely/signifikan, dan 6,3% (2 kasus) interaksi obat dengan kategori signifikansi minor. B. SARAN Saran untuk pihak Rumah Sakit Panti Nugroho adalah data penelitian terkait adanya interaksi obat agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi terkait interaksi obat yang terjadi pada peresepan pasien, agar dapat menjadi sistem untuk deteksi dini interaksi obat yang mungkin dapat membahayakan pasien.saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu dilakukan penelitian kajian interaksi obat secara prospektif pada peresepan pasien sindrom koroner akut atau penyakit kronis lainnya disertai wawancara terkait terapi yang diberikan oleh dokter. 12

29 DAFTAR PUSTAKA Ansari, J.A., 2010.Drug Interaction and Pharmacist.J Young Pharm. 2(3):329. Abraham, H. M. A., White, M. C., and White, W. B., The Comparative Efficacy and Safety of the Angiotensin Receptor Blockers in the Management of Hypertension and Other Cardiovascular Diseases. NIH-Drug Saf. 38(1):12. Bag, S., Das, S., Bagchi, C., and tripathi, S. K., 2014.Letter to the Editor : Aspirin Potentiates Blood Glucose Lowering Effect of Glimepiride-Pioglitazone Combination In Streptozotocin-induced Diabetic Rats.Indian Journal of Pharmacology Bautista, L. E. And Vera, L. M., Antihypertensive Effects of Aspirin: What Is The Evidence?. Springer Science Business Media, 12: Baxter, K., 2010.Stockley s Drug Interactions.9th Ed., London:Pharmaceutical Press.40, 999, 1123, Chelkeba, L., Alemseged, F., and Bedada, W., Assessment Of Potential Drug-Drug Interactions Among Outpatients Receiving Cardiovascular Medications At Jimma University Specialized Hospital, South West Ethiopia.International Journal of Basic & Clinical Pharmacology. 2(2): Cupp, M., Clinically Significant Statin Drug Interactions.Pharmacist s Letter/Prescriber s Letter Therapeutic Research Center, 4. DeVon, H. A., Ryan, C. J., Ochs, A. L., and Shapiro, M., Symptoms Across The Continuum of Acute Coronary Syndromes: Differences Between Women and Men. NIH-American Journal of Critical Care. 17(1): Dipiro, J.T., et al., 2011.Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach. 8th Edition, United State of America: The McGraw-Hill Companies Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006.Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus Sindrom Koroner Akut.Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan. 1, 9, Drugs.com, Drug Interactions Checker. Drugs.com (Online). accessed 7 January Fares, R. R., Lansing, L. S., Gallati, C. A., and Mousa, S. A., Antiplatelet Therapy With Clopidogrel And Aspirin In Vascular Diseases: Clinical Evidence For And Against The Combination.Expert Opin Pharmacother. 9(3):

30 FDA, Diovan HCT (Valsartan/Hydrochlorothiazide) Tablets, Safety Labeling Changes Approved By FDA Center for Drug Evaluation and Research (CDER). FDA (Online). accessed 10 January Itrasari, A., Hubungan Jenis Sindrom Koroner Akut Dengan Kualitas Hidup Aspek Fisik Pasien Pasca Serangan Jantung Yang Dirawat Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.Naskah Publikasi STIK Aisyiyah Yogyakarta. 6-7 Kafeel, H., Rukh, R., Qamar, H., Bawany, J., Jamshed, M., Sheikh, R., Hanif, T., Bokhari, U., Jawaid, W., Javed, Y. and Saleem, Y. M., Possibility of Drug-Drug Interaction in Prescription Dispensed by Community and Hospital Pharmacy. Pharmacology & Pharmacy. 5: Karalliedde, L., Clarke, S.F.J., Collignon, U., and Karalliedde, J., 2010.Adverse Drug Interactions: A Handbook for Prescribers. London: Hodder Education. 44, 46, 48, 55, 56, 58,95,116, 124, 652. Kementrian Kesehatan RI, 2014.Profil Kesehatan Indonesia Tahun2013.Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.7-8. Kementrian Kesehatan RI, Lingkungan Sehat Jantung Sehat. accessed 14 March Mallet, L., Spinewine, A., and Huang, A., The Challenge Of Managing Drug Interactions In Elderly People. Lancet. 370: Medscape, Drug Interaction Checker, Medscape (Online). accessed 26 December Nickenig, G., Should Angitensin II Receptor Blockers and Statins Be Combined.Circulation American Heart Association Patel, P. S., Rana, D. A., Suthar, J. V., Malhotra, S. D., Patel, V. J., 2014.A Study Of Potential Adverse Drug-Drug Interactions Among Prescribed Drugs In Medicine Outpatient Department Of A Tertiary Care Teaching Hospital.Journal of Basic and Clinical Pharmacy. 5(2): PERKI, Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi 4, Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia

31 Rahmawati, F., Handayani, R., dan Gosal, V., Kajian Retrospektif Interaksi Obat di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia. Yogyakarta. 178, 182. Richards, T. R. And Tobe, S. T., Combining Other Antihypertensive Drugs With β- Blockers in Hypertension: A Focus on safety and Tolerability. Canadian Journal of Cardiology. 30:S42-S46. Stalker, T. J., Newman, D. K., Ma, P., Wannemacher, K., M., and Brass, L. F., Platelet Signaling. Handb Exp Pharmacol Skolnik, N.S., Beck, J.D., dan Clark, M., Combination Antihypertensive Drugs: Recommendations for Use. Am Fam Physician., 61(10): Snyder, B. D., Polasek, T. M., and Doogue, m. P., Drug Interaction: Principles and Practice. Australian Prescriber.35(3): Tarnawski, A. S., Clopidogrel and Proton Pump Inhibitors Where Do We Stand In 2012?. World Journal of Gastroenterology. 18(18): Tatro, David S., 2007.Drug Interaction Facts. United State of America: Wolters Kluwer Health. 36. Tumade, B., Jim, E. L., Joseph, V. F. F., Prevalensi Sindrom Koroner Akut di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 1 Januari Desember 2014.Jurnal e-clinic. Universitas Sam Ratulangi Manado. 4(1):229. Wiggins, B. S., et al, Recommendations for Management of Clinically Significant Drug-Drug Interactions With Statins and Select Agents Used in Patients With Cardiovascular Disease: A Scientific Statement From the American Heart Association. American Heart Association. 20. Wijeyeratne, Y. D. And Heptinstall, S., 2011.Anti-Platelet Therapy: ADP Receptor Antagonists. British Journal of Clinical Pharmacology.72(4):

32 LAMPIRAN 16

33 Lampiran 1. Lembar Kerja Data Rekam Medik Pasien SKA di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Oktober 2016 No Tgl pengobatan Umu r 19/01/ L Post Stemi Dislipidemia Hiperuricemia 02/02/ P Nstemi Hipertensi JK Diagnosis Nama obat Aturan pakai 15/03/ P Post Stemi Anteroseptal Susp. KP 25/10/ L Post Stemi anteroseptal Post Stroke Clopidogrel 75 mg No. 30 Farmasal 100 mg No. 30 Simvastatin 10 mg No. 30 ISDN 5 mg No. 30 Allopurinol 100 mg No. 30 ISDN 5 mg No. 90 Aptor No. 30 Valisanbe 5 mg No. 15 Simvastatin 10mg No. 30 Neurodex No. 30 Furosemid No. 30 Kalipar No. 30 Bisoprolol 5 mg No. 15 Valesco 80 mg No. 30 ISDN 5 mg No. 15 Miniaspi 80 mg No. 30 Astria No. 30 Candoten 16 mg No. 45 3x1 /2 ½-0-1 Jumlah obat Keterangan data klinis atau data laboratorium 17

34 Hiperuricemia Dislipidemia 01/06/ L Stemi HHD Hipertensi ISK Acetosal 100 mg No. 30 Trobesco Astria No. 30 Bisoprolol 5 mg No. 15 Allopurinol 300 mg No. 30 Simvastatin 10 mg No. 30 Valesco 160 mg No. 60 Miniaspi 80 mg No. 30 Clopidogrel 75 mg No. 30 Furosemid No. 15 Kalipar No. 15 Laxadin syr Simvastatin 10 mg No /02/ L Post UAP Allopurinol 300 mg No. 14 Profibrate 300 mg No. 14 Qten 100 No. 14 Trobesco No /09/ L Post Stemi Miniaspi 80 mg No. 30 Clopidogrel 75 mg No. 30 Simvastatin 10 mg No. 30 Bisoprolol 5 mg No. 15 ISDN 5 mg No. 15 Astria No /10/ L Post Stemi Anterior HHD Valesco 160mg No. 30 2x1 /2 2x1 ½-0-0 1xCII 2x1 /2 /2 7-4 TD : 130/80 6 TD : 110/

35 MR 14/10/ P Nstemi Sindrom Metabolik Neuropati DM 03/10/ L Post Stemi Inferior Riw : VES Trigemini, Dislipidemia 06/10/ P Stemi DM 14/10/ L Post Stemi Anterior CHF EC Susp IHD Bisoprolol 5 mg No. 15 Clopidogrel 75 mg No. 30 Atorvastatin 20 mg No. 30 HCT No. 30 ISDN 5 mg No. 30 Metformin 500 mg No. 60 Gemfibrozil 300 mg Valesco 80 mg No. 30 Amlodipin 5 mg Glimepiride 3 mg No. 30 Amitriptilin No. 15 Aspilet 80 mg No. 30 Clopidogrel 75 mg No. 30 Simvastatin 10 mg No. 30 ISDN 5 mg No. 30 Furosemid No. 30 Kalipar No. 30 Aspilet 80 mg No. 30 Clopidogrel No. 30 Simvastatin 10 mg No. 30 Novorapid 16unit No. 5 Metformin 500 mg No. 60 Aspilet 80 mg No. 30 Clopidogrel 75 mg No. 30 Bisoprolol 5 mg No. 7 Atorvastatin 10 mg No. 30 Valesco 80 mg No x / X1 3x1 2x1 2x1/ TD : 140/80 GDS : TD : 130/80 7 TD : 120/80 OT : TD : 120/80 > 150/90 19

36 /10/ P Post Stemi Riw : AFRVR 15/10/ L Riw : NStemi Dislipidemia Hiperuricemia 31/10/ L Post Stemi Nefrolithiasis sinistra HHD Dislipidemia Hiperuricemia Furosemid No. 30 Kalipar No. 30 ISDN 5 mg No. 30 Aspilet 80 mg No. 7 Clopidogrel 75 mg No. 7 Bisoprolol 5 mg No. 4 Furosemid No. 7 Kalipar No. 7 Simvastatin 10 mg No. 7 ISDN 5 mg No. 21 Bisoprolol 5 mg No. 8 Miniaspi 80 mg No. 30 Simvastatin No. 30 Captopril 12,5 mg No. 30 Allopurinol 300 mg No. 30 Candoten 8 mg No. 28 Bisoprolol 5 mg No. 4 Atorvastatin 40 mg No. 14 Allopurinol 300 mg No. 14 Clopidogrel 75 mg No. 14 Ketorolac No. 14 ISDN 5 mg 25/10/ L Post Stemi Aspilet 80 mg No. 7 Clopidogrel 75 mg No. 7 Simvastatin 10 mg No. 7 Candoten 8 mg / /4 2x1/2 2x1 /4 2x1 (K/P) S.L 2x1/2 7 TD : 110/70 5 TD : 120/80 Chol : 265 TG : 103 Urat : 5,9 7 TD : 160/90 6 TD : 100/70 20

37 /10/ L DM Post Stemi 25/10/ L Post Stemi Hiperuricemia IHD 11/08/ L CAD vd dgn LM disease Post Stemi 16/08/ L Post Stemi Anterior Susp. Aneurisma Ventrikel 26/09/ P Post Stemi IHD No. 7 Bisoprolol 5 mg No. 2 ISDN 5 mg No. 10 Aspilet 80 mg No. 7 Clopidogrel 75 mg No. 7 Glimepiride 2 mg No. 7 Metformin 500 mg No. 7 Simvastatin 10 mg No. 7 Allopurinol 100 mg No. 7 Sukralfat syr No. 1 Candoten 8 mg No. 14 Lansoprazole 30 mg No. 7 ISDN 5 mg No. 21 Aspilet 80 mg No. 7 Aspilet 81 mg No. 30 Clopidogrel No. 30 Atorvastatin 20 mg No. 60 Alprazolam 0,5 mg No. 15 Ramipril 5 mg No. 15 Miniaspi 80 mg No. 7 Clopidogrel 75 mg No. 7 ISDN 5 mg No. 21 ISDM 5 mg No. 10 Simvastatin 20 mg No. 7 Allopurinol 300 mg No. 7 Miniaspi 80 mg No. 30 /4 (K/P) S.L xCI 2x1 (K/P) 1x2 /2 3x1 (K/P) S.L pc malam 5 TD : 120/60 6 TD : 130/70 5 TD : 130/90 6 TD : 120/70 6 TD : 160/80 21

38 /10/ P Post Stemi anterior Hipertensi CHF EC Susp. OMI 01/10/ P Post Stemi HHD IHD 24/09/ L Post Stemi DM Hipertensi Dislipidemia Dyspepsia Simvastatin 10 mg No. 30 Lansoprazole 30 mg No. 30 Bisoprolol 5 mg No. 8 ISDN 5 mg No. 15 Valesco 80 mg No. 15 Furosemid No. 30 Kalipar No. 30 Captopril 25 mg No. 90 Clopidogrel 75 mg No. 30 Lansoprazole 30 mg No. 7 Miniaspi 80 mg No. 30 Clopidogrel 75 mg No. 30 Valesco 80 mg No. 60 Bisoprolol 5 mg No. 8 ISDN 5 mg No. 30 Simvastatin 10 mg No. 30 Alprazolam 0,5 mg No. 7 Metformin 500 mg No. 28 Clopidogrel 75 mg No. 14 Laxadin No. 1 Cormega No. 14 Crestor 20 mg No /10/ L Post Stemi Aptor 100 mg No. 30 Clopidogrel 75 mg No. 30 Simvastatin 10 mg No. 30 Candoten 8 mg /4 (K/P) S.L 1x40mg x1 (diminum terus) 2x1 /4 (K/P) S.L malam malam 3x1 1xC2 (Bila susah BAB) 2x1/2 5 TD : 130/80 7 TD : 170/100 5 TD : 130/100 OT : TD : 130/90 22

39 /10/ P Post Stemi anterior DM 29/10/ L IHD Post Stemi 11/10/ L Post Stemi HHD Dislipidemia Hiperuricemia No. 30 ISDN 5 mg No. 15 Metformin 500 mg No. 30 Aspilet 80 mg No. 30 Valesco 80 mg No. 30 Clopidogrel 75 mg No. 30 Bisoprolol 5 mg No. 8 Aspilet 80 mg No. 30 Bisoprolol 5 mg No. 15 Clopidogrel 75 mg No. 30 ISDN 5 mg No. 21 Simvastatin 20 mg No. 30 Valesco 160 mg No. 30 Laxadin No. 1 Valisanbe 5 mg No. 15 Furosemid No. 30 Kalipar No. 30 Miniaspi 80 mg No. 30 Clopidogrel 75 mg No. 30 Captopril 25 mg No. 90 Amlodipin 10 mg No. 30 Simvastatin 10 mg No. 30 (K/P) /4 /2 3x1 K/P (Bila nyeri dada) pagi 1xC1 (Bila susah BAB) (Bila susah tidur) malam x1 malam malam 5 TD : 130/90 GDS : TD : 140/90 9 TD : 120/80 23

40 /10/ L Nstemi Sinus Bradikardi 31/10/ P Hipertensi Riwayat : UAP Susp. CA Dislipidemia 12/04/ P Nstemi DM Hipertensi 18/06/ P Anemia Post Stemi Allopurinol 300 mg No. 30 Alprazolam 0,5 mg No. 7 Aspilet 80 mg No. 7 Clopidogrel 75 mg No. 7 Simvastatin 10 mg No. 7 ISDN 5 mg Candoten 16 mg No. 7 Alprazolam 0,5 mg No. 3 Amlodipin 10 mg No. 30 Valesco 160 mg No. 30 Clonidin 0,15 mg No. 60 Aspilet No. 30 Simvastatin 10 mg No. 30 Acarbose 50 mg No. 14 Valesco 80mg No. 7 Furosemid No. 7 Kalipar No. 7 Miniaspi 80 mg No. 7 Clopidogrel 75 mg No. 7 Novomix No. 1 Biosanbe No. 15 Furosemid No. 15 Kalipar No. 15 Astria No. 15 2x1/ sore pagi 2x1 2x TD : 130/80 Chol : 156 TG : 317 GDS :

41 Lampiran 2. Tabel Kajian Interaksi Obat Mekanisme Kategori Obat A Obat B Interaksi Mekanisme dan Efek Signifikansi FK FD Un Amlodipine Simvastatin Serius Risiko miopati, termasuk rabdomiolisis (Drugs.com, 2017). Kaptopril Allopurinol Serius Reaksi hipersensitivitas, anafilaksis, dan sindrom Stevens-Johnson (Medscape, 2016). Asam asetilsalisilat Asam asetilsalisilat Bisoprolol Signifikan Asam asetilsalisilat dapat menurunkan efek bisoprolol dengan mekanisme farmakodinamik antagonis (asam asetilsalisilat juga menurunkan sintesis prostaglandin). Penggunaan bersama juga dapat meningkatkan kalium dalam darah (Medscape, 2016). Kaptopril Signifikan Asam asetilsalisilat dapat menurunkan efek kaptopril Management Pemberian dosis simvastatin tidak lebih dari 20 mg/hari saat dikombinasikan dengan amlodipin. Fluvastatin, pravastatin, dan rosuvastatin lebih aman sebagai alternatif pada pasien yang menerima amlodipin, karena tidak dimetabolisme oleh CYP450 3A4 (Drugs.com, 2017). Jika terjadi manifestasi hipersensitifitas, hentikan kedua obat (Tatro, 2007 hal.36) Disarankan untuk monitoring WBC secara berkala (Drugs.com, 2017) Monitoring tekanan darah setiap minggu saat pemberian asam asetilsalisilat dosis tinggi (Karalliede et al, 2010). Perlu dilakukan monitoring tekanan darah secara teratur dan pemantauan 25

42 Asam asetilsalisilat Asam asetilsalisilat Asam asetilsalisilat dengan mekanisme farmakodinamik antagonis. Keduanya juga saling meningkatkan toksisitas dan berdampak pada penurunan fungsi renal (Medscape, 2016). Candesartan Signifikan Asam asetilsalisilat dapat (Candoten ) menurunkan efek candesartan dengan mekanisme farmakodinamik antagonis. Keduanya saling meningkatkan toksisitas dan berdampak pada penurunan fungsi renal. Penggunaan bersama juga dapat meningkatkan kalium dalam darah (Medscape, 2016). Clopidogrel Signifikan Asam asetilsalisilat dan clopidogrel saling meningkatkan toksisitas dengan mekanisme farmakodinamik sinergis. Risiko perdarahan GI (Medscape, 2016). Furosemide Signifikan Asam asetilsalisilat dapat menurunkan efek furosemide dengan mekanisme farmakodinamik antagonis (asam asetilsalisilat juga klinis lain yang sesuai seperti penilaian fungsi ginjal setiap 3-6 minggu, dan lihat penurunan respon ACEi saat aspirin diberikan >100 mg/hari (Karalliede et al, 2010). Dosis terapi asam asetilsalisilat terendah harus digunakan (Drugs.com, 2017). Perlu dilakukan monitoring tekanan darah secara teratur dan pemantauan klinis lain yang sesuai seperti penilaian fungsi ginjal secara berkala hingga stabil (Karalliede et al, 2010). Dosis terapi asam asetilsalisilat terendah harus digunakan (Drugs.com, 2017). Sarankan pasien untuk melapor jika terdapat tanda-tanda perdarahan GI (Drugs.com, 2017) dan (Karalliede et al, 2010). Tidak ada intervensi klinis umumnya diperlukan, tetapi kemungkinan interaksi potensial harus dipertimbangkan pada pasien dengan asites yang diobati dengan diureik 26

43 Asam asetilsalisilat menurunkan sintesis prostaglandin). Penggunaan bersama juga dapat menurunkan kalium dalam darah (Medscape, 2016). Aspirin dapat mengurangi efek diuretik dan venodilation diproduksi oleh furosemide. Kombinasi aspirin dan furosemide dapat meningkatkan risiko gagal ginjal akut dan toksisitas salisilat. Risiko ototoksisitas dengan dosis tinggi salisilat secara teori dapat meningkat oleh diuretik loop (Baxter, 2010). Glimepiride Signifikan Asam asetilsalisilat dapat meningkatkan efek glimepiride dengan adanya kompetisi dengan protein dalam darah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bag et al (2014) yang nyatakan aspirin baik dosis rendah (4,64 mg/kg setara 325 mg/hari) dan dosis rendah diikuti dengan dosis tinggi (14,29 mg/kg setara 1000 mg/hari) secara signifikan meningkatkan potensi efek loop dan salisilat atau produk yang berhubungan dengan salisilat (Drugs.com 2017). Monitoring efek hipoglikemik dan hindari asam asetilsalisilat dosis tinggi (Karalliede et al, 2010). 27

44 penurun kadar glukosa dari kombinasi glimepiridepioglitazon. Asam Ramipril Signifikan Asam asetilsalisilat dapat Perlu dilakukan monitoring tekanan asetilsalisilat menurunkan efek ramipril darah secara teratur dan pemantauan dengan mekanisme klinis lain yang sesuai seperti farmakodinamik antagonis. penilaian fungsi ginjal setiap 3-6 Keduanya saling minggu, dan lihat penurunan respon meningkatkan toksisitas dan ACEi saat aspirin diberikan >100 berdampak pada penurunan mg/hari (Drugs.com, 2017) dan fungsi renal (Medscape, (Karalliede et al, 2010). 2016). Asam Valsartan Signifikan Asam asetilsalisilat dapat Keduanya saling meningkatkan asetilsalisilat (Valesco ) menurunkan efek valsartan toksisitas dan berdampak pada dengan mekanisme penurunan fungsi renal, sehingga farmakodinamik antagonis. diperlukan monitoring tekanan darah Penggunaan bersama juga dan evaluasi fungsi ginjal hingga dapat meningkatkan kalium stabil (Drugs.com, 2017) dan dalam darah (Medscae, (Karalliede et al, 2010). 2016). Atorvastatin Valsartan Signifikan Atorvastatin meningkatkan Meski terjadi perubahan secara (Valesco ) level atau efek dari valsartan. farmakokinetik, namun tidak Atorvastatin merupakan dianggap relevant secara klinis inhibitor OATP1B1 dan (Baxter, 2010). Monitoring tekanan valsartan merupakan substrat darah. yang diuptake oleh transporter OATP1B1. Inhibitor OATP1B1 dapat meningkatkan risiko miopati (Medscape, 2016). Bisoprolol Candesartan Signifikan Bisoprolol dan candesartan Monitoring tekanan darah setiap 28

45 (Candoten ) berinteraksi secara farmakodinamik sinergis dan penggunaan secara bersamaan dapat meningkatkan kalium dalam darah (Medscape, 2016). Bisoprolol Furosemide Signifikan Interaksi antara bisoprolol dan furosemid tidak diketahui. Penggunaan bersama dapat meningkatkan kalium dalam darah (Medscape, 2016). Bisoprolol Ketorolac Signifikan Ketorolac dapat menurunkan efek bisoprolol dengan mekanisme farmakodinamik antagonis (AINS juga menurunkan sintesis prostaglandin). Penggunaan bersama dapat kadar kalium dalam darah (Medscape, 2016). Bisoprolol HCT Signifikan Interaksi antara bisoprolol dan furosemid tidak diketahui. Bisoprolol dapat meningkatkan dan hidroklorothiasid dapat menurunkan menurunkan kalium dalam darah (Medscape, 2016). minggu hingga stabil dan sarankan pasien untuk melapor jika ada tandatanda hipotensi (Karalliede et al, 2010). Kombinasi ini berguna secara klinis di sejumlah gangguan kardiovaskuler (Baxter, 2010). Pemantauan kadar kalium dalam darah, dan tekanan darah (Drugs.com, 2017). Pengunaan jangka panjnag (>1minggu) perlu dilakukan monitoring tekanan darah (Drugs.com, 2017) dan dosis minimum asam asetilsalisilat harus digunakan (Baxter, 2010). Pemantauan kadar kalium serum, tekanan darah, dan glukosa darah direkomendasikan. Pasien harus disarankan untuk mencari bantuan medis jika mereka mengalami pusing, kelemahan, pingsan, cepat atau jantungtidak teratur detak, atau hilangnya kontrol glukosa darah (Drugs.com, 2017). 29

46 Bisoprolol Valsartan Signifikan Bisoprolol dan valsartan (Valesco ) berinteraksi secara farmakodinamik sinergis dan penggunaan secara bersamaan dapat meningkatkan kalium dalam darah (Medscape, 2016). Candesartan Ketorolac Signifikan Ketorolac menurunkan efek (Candoten ) candesartan dengan mekanisme farmakodinamik antagonis. Penggunaan bersama juga dapat meningkatkan kalium dalam darah. Captopril Furosemide Signifikan Kaptopril dan furosemide berinteraksi secara farmakodinamik sinergis. Pengunaan keduanya dapat menimbulkan risiko hipotensi akut dan ketidakmampuan renal (Medscape, 2016) Clopidogrel Cormega Signifikan Interaksi antara clopidogrel dan cormega tidak diketahui. Adanya risiko perdarahan (Medscape, 2016) Clopidogrel Ketorolac Signifikan Clopidogrel dan ketorolac berinteraksi secara farmakodinamik sinergis. Pengunaaan bersama dapat menghambat agregasi platelet (Medscape, 2016) Monitoring tekanan darah setiap minggu hingga stabil dan sarankan pasien untuk melapor jika ada tandatanda hipotensi (Karalliede et al, 2010). Keduanya saling meningkatkan toksisitas dan berdampak pada penurunan fungsi renal, sehingga diperlukan monitoring tekanan darah dan evaluasi fungsi ginjal (Drugs.com, 2017). Monitoring tekanan darah seminggu sekali hingga stabil. Sarankan pasien untuk melaporkan gejala hipotensi (Karalliede et al, 2010). Pengunaan harus disertai monitoring karena adanya risiko perdarahan (Medscape, 2016). Penambahan dosis AINS harus disertai dengan monitoring. Sarankan untuk melapor jika terdapat tandatanda perdarahan GI (Drugs.com, 2017) dan (Karalliede et al, 2010). 30

47 Clopidogrel Lansoprazole Signifikan Clopidogrel dan lansoprazle berinteraksi secara farmakokinetik, dimana lansoprazole menurunkan efek clopidogrel dengan mempengaruhi enzim metabolisme CYP2C19 hati.. Furosemide Valsartan Signifikan Penggunaan secara (Valesco bersamaan dapat menurunkan ) kalium dalam darah (Medscape, 2016). Gemfibrozil Glimepiride Signifikan Gemfibrozil dapat meningkatkan efek glimepiride melalui kompetisi dengan protein dalam darah. Risiko hipoglikemia dapat meningkatkan risiko hipoalbuminemia (Medscape, 2016). Gemfibrozil Valsartan Signifikan Gemfibrozil meningkatkan (Valesco level/efek dari valsartan. ) Gemfibrozil merupakan inhibitor uptake hepatik transporter OATP1B1 dan valsartan merupakan substrat dari uptake hepatik transporter OATP1B1 di hati (Medscape, 2016). HCT Valsartan Signifikan Valsartan dapat meningkatkan dan Pertimbangkan penggunaan terapi supresi asam dengan H2 blocker saat clopidogrel digunakan untuk pencegahan PJK (Karalliede et al, 2010). Monitoring efek terapi clopidogrel selama pemberian bersama Monitoring tekanan darah seminggu sekali hingga stabil. Sarankan pasien untuk melaporkan gejala hipotensi (Karalliede et al, 2010). Monitoring level glukosa darah secara ketat (Karalliede et al, 2010). Monitoring tekanan darah. Monitoring fungsi renal, kadar kalium, tekanan darah setiap minggu 31

48 Simvastatin Asam asetilsalisilat (Valesco ) Hidroklorothiasid dapat menurunkan menurunkan kalium dalam darah (Medscape, 2016). Valsartan Signifikan Simvastatin meningkatkan (Valesco level atau efek dari valsartan. ) Valsartan merupakan substrat yang uptake oleh transporter OATP1B1. Inhibitor OATP1B1 dapat meningkatkan risiko miopati (Medscape, 2016). Insulin aspart (Novorapid ) Minor Aspirin meningkatkan efek insulin aspart dengan mekanisme farmakodinamik sinergis. Interaksi membutuhkan salisilat dosis tinggi (Medscape, 2016). Furosemid Metformin Minor Furosemide dapat meningkatkan level metformin dengan interaksi yang tidak diketahui (Medscape, 2016). hingga stabil, dan sarankan pasien untuk melapor jika ada tanda-tada hipotensi (FDA, 2012) dan (Karalliede et al, 2010) Monitoring tekanan darah. Pertimbangkan pemberian simvastatin dosis rendah (Wiggins et al, 2016)

49 Lampiran 3. Surat Ethical Cleara 33

50 Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian 34

51 BIOGRAFI Penulis bernama lengkap Priscilla Frihastie Setyawati, lahir di Manokwari tanggal 26 Mei 1995 dan merupakan anak ketiga dari enam bersaudara pasangan Man Setyabudi dan Ruth Harriet Faidiban. Pendidikan penulis dimulai dari TK Santa Rita Manokwari ( ), kemudian dilanjutkan ke SD Negeri 01 Sanggeng Manokwari ( ), SMP Negeri 01 Manokwari ( ), dan SMA Negeri 01 Manokwari ( ). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun Selama masa studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis aktif dalam beberapa kegiatan, seperti Tiga Hari Temu Akrab Farmasi (TITRASI) sebagai anggota divisi dana dan usaha (2014), Tiga Hari Temu Akrab Farmasi (TITRASI) sebagai koordinator divisi dana dan usaha (2015), Sanata Dharma Championship Festival Sanata Dharma sebagai anggota divisi keamanan(2015), dan Pengabdian kepada Masyarakat Program Unggulan Edukasi dan Pemanfaatan TOGA untuk Swamedikasi di Kalangan Siswa Sekolah Luar Biasa (SLB-B) Tuna Rungu Dena Upakara dan Don Bosco Kab. Wonosobo sebagai anggota (2015). Penulis juga aktif dalam organisasi unit kegiatan fakultas, seperti PMK Apostolos sebagai sie. Acara (periode 2014/2015), PMK Apostolos sebagai ketua II (periode 2015/2016), dan Herbal Garden Team sebagai anggota (2014/2015). Penulis juga mengambil bagian dalam seminar, seperti Seminar Nasional Herbal Medicine As Alternative And Complementary Treatment For Patient sebagai peserta (2015). 35

POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS TAHUN 2012 SKRIPSI

POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS TAHUN 2012 SKRIPSI POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS TAHUN 2012 SKRIPSI Oleh : SAMROTUL CHUSNA K 100 090 057 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab utama kematian secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization (WHO) melaporkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP. PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP. HAJI ADAM MALIK KARYA TULIS ILMIAH Oleh: SASHITHARRAN S/O NALLATHAMBI 110100511

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN Salah satu penyakit degeneratif terbesar adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Meliitus yang tidak

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD ABSTRAK IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Alfisah Fatrianoor

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : YASMEEN BINTI MOHAMMED AKRAM 100100270 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. 1 Tekanan darah secara fisiologis dapat naik dan turun mengikuti siklus

Lebih terperinci

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang menyumbang angka kematian terbesar di dunia. Disability-Adjusted Life Years (DALYs) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks (sekumpulan tanda dan gejala) akibat kelainan struktural dan fungsional jantung. Manifestasi gagal jantung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya

Lebih terperinci

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR. Tugas Akhir

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR. Tugas Akhir RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3

Lebih terperinci

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA Faisal Ramdani, Nur Mita, Rolan Rusli* Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Farmaka Tropis Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI ASPIRIN- CLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL DAN CLOPIDOGREL TUNGGAL TUGAS AKHIR

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI ASPIRIN- CLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL DAN CLOPIDOGREL TUNGGAL TUGAS AKHIR STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI ASPIRIN- CLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL DAN CLOPIDOGREL TUNGGAL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : Nugrahaningtyas

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H. INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2013 Nidayanti 1 ; Aditya Maulana.P.P

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan di pembuluh darah naik secara persisten. Setiap kali jantung berdenyut maka darah akan terpompa ke seluruh pembuluh

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia 23 BAB 4 HASIL 4.1 Karakteristik Umum Sampel penelitian yang didapat dari studi ADHERE pada bulan Desember 25 26 adalah 188. Dari 188 sampel tersebut, sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini sebesar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental secara deskriptif analitik dengan tujuan untuk mencari hubungan antara jumlah obat dengan potensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan dunia yang 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan dunia yang dapat menyebabkan gangguan kualitas hidup dan memperpendek harapan hidup (Wong, 2014). Pasien

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien Penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien stoke akut di bangsal rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

Prosiding Farmasi ISSN:

Prosiding Farmasi ISSN: Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Kajian Interaksi Obat Antihipertensi pada Resep Pasien Rawat Jalan di Satu Puskesmas Kabupaten Bandung Barat Study of Antihypertension Drug Interactions in Outpatient

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD LUWUK PERIODE JANUARI MARET 2016

KAJIAN POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD LUWUK PERIODE JANUARI MARET 2016 KAJIAN POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD LUWUK PERIODE JANUARI MARET 2016 Yesia Stevani Mahamudu 1), Gayatri Citraningtyas 1), Henki Rotinsulu

Lebih terperinci

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PENGOBATAN DIABETES MELITUS (DM) DENGAN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD UNDATA PERIODE MARET-JUNI TAHUN 2014

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PENGOBATAN DIABETES MELITUS (DM) DENGAN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD UNDATA PERIODE MARET-JUNI TAHUN 2014 GALENIKA Journal of Pharmacy Nurlaelah et Vol. al./galenika 1 (1) : 35 - Journal 1 of Pharmacy ISSN : 22-87 March 2015 KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PENGOBATAN DIABETES MELITUS (DM) DENGAN HIPERTENSI DI INSTALASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta terutama di Instalasi Rekam Medik dan dilaksanakan pada Agustus 2015 Januari 2016. B. Jenis

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN ANGIOTENSIN RESEPTOR BLOKER (ARB) pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

STUDI PENGGUNAAN ANGIOTENSIN RESEPTOR BLOKER (ARB) pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG STUDI PENGGUNAAN ANGIOTENSIN RESEPTOR BLOKER (ARB) pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG RUTH AGUSTINA R. 2443009171 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di negara maju. Di negara yang sedang berkembang diprediksikan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan menyimpulkan bahwa faktor diurnal dan nokturnal (siang dan malam) mempengaruhi ritme sirkadian tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah sindrom koroner akut (Lilly, 2011). Sindom koroner akut (SKA) adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Michelle Angel Winata, 2016. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk., MPd. Ked

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit

Lebih terperinci

POTENSI INTERAKSI OBAT PADA RESEP PASIEN PEDIATRI STUDI RETROSPEKTIF DI 3 APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JULI - DESEMBER 2014 SKRIPSI

POTENSI INTERAKSI OBAT PADA RESEP PASIEN PEDIATRI STUDI RETROSPEKTIF DI 3 APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JULI - DESEMBER 2014 SKRIPSI POTENSI INTERAKSI OBAT PADA RESEP PASIEN PEDIATRI STUDI RETROSPEKTIF DI 3 APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JULI - DESEMBER 2014 SKRIPSI Oleh : FITRI NURSANTI K100120044 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh: Lusiana Rizqi M DIPLOMA 3 FARMASI

Tugas Akhir. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh: Lusiana Rizqi M DIPLOMA 3 FARMASI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN DM TIPE 2 DENGAN PENYAKIT PENYERTA HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD DR. MOEWARDI PADA TAHUN 2014-2015 Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

Prosiding Farmasi ISSN:

Prosiding Farmasi ISSN: Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Prevalensi Hipertensi pada Pasien Prolanis Klinik X di Kota Bandung Periode Juli- Desember 2015 Prevalence of Prolanis Patiens Hypertension Clinic X in Bandung City Period

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan jantung mempertahankan curah jantung yang cukup untuk kebutuhan tubuh sehingga timbul akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara maju dan berkembang. Hasil penelitian Tim

Lebih terperinci

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF POLA PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI PERIODE JANUARI-MARET 2013 DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN Winni Aditiya 1 ;Amaliyah Wahyuni 2 ; Rony 3 Menurut WHO (2011) Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi telah menjadi penyebab kematian yang utama dari 57,356 penduduk Amerika, atau lebih dari 300,000 dari 2.4 milyar total penduduk dunia pada tahun 2005. Selebihnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat terutama pada usia dewasa dan lansia. Hipertensi dapat terjadi tanpa adanya sebab-sebab khusus (hipertensi

Lebih terperinci

POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA

POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA 2443006137 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 Ahmad Taqwin, 2007 Pembimbing I : Agustian L.K, dr., Sp.PD. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. 2. di vena sehingga menimbulkan kenaikan tekanan vena. 3 Penyebab utama gagal

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. 2. di vena sehingga menimbulkan kenaikan tekanan vena. 3 Penyebab utama gagal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan sindroma klinis yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. 1 Dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah

Lebih terperinci

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak EVALUASI KESESUAIAN DOSIS DAN KESESUAIAN PEMILIHAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi

Lebih terperinci

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department Survey WHO, 2009 : angka kematian akibat penyakit kardiovaskular terus meningkat, thn 2015 diperkirakan 20 juta kematian DKI Jakarta berdasarkan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2012-31 DESEMBER 2012 Erfina Saumiandiani, 2013 : Pembimbing I : dr. Dani,M.Kes.

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh: DEVI AMBARRINI WAHYUNINGTIYAS K100110011 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Omar Luthfi, FK UI, Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Omar Luthfi, FK UI, Universitas Indonesia 30 BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Sampel penelitian diambil dari data sekunder berdasarkan studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) pada bulan Desember 2005 Desember 2006. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian. Kasus ini menyebabkan

Lebih terperinci

Diajukan oleh RA Oetari

Diajukan oleh RA Oetari ANALISIS PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP HIPERTENSI DENGAN DIABETES DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DENGAN METODE ATC/DDD Tesis Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015. 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung. BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otot jantung. Angina seringkali digambarkan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling umum melanda dunia. Hipertensi merupakan tantangan kesehatan masyarakat, karena dapat mempengaruhi resiko penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Penelitian Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan sejumlah ketidaknormalan pada profil lipid, yaitu: peningkatan asam lemak bebas, peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta tahun Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta tahun Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 65 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengkaji analisis biaya pada pasien rawat inap yang terdiagnosa kegagalan jantung dengan atau tanpa penyakit penyerta di RS Yogyakarta tahun 2015. Sampel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard merupakan perkembangan yang cepat dari nekrosis miokard yang berkepanjangan dikarenakan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014 EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : AYU ANGGRAENY K 100110010 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Medication error merupakan masalah yang cukup pelik dalam pelayanan kesehatan. Di Amerika Serikat, medication error diperkirakan membahayakan 1,5 juta pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita penyakit diabetes mellitus di seluruh dunia meningkat dengan cepat. International Diabetes Federation (2012) menyatakan lebih dari 371 juta jiwa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian gagal jantung di Amerika Serikat mempunyai insidensi yang besar dan tetap stabil selama beberapa dekade terakhir, yaitu >650.000 kasus baru didiagnosis setiap

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian Gastroentero-Hepatologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2012 SKRIPSI Oleh : YULI ERNAWATI K100080045 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sindroma metabolik merupakan sindrom yang terdiri atas faktor-faktor yang saling berhubungan dalam meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, yaitu diabetes

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO Widarika Santi Hapsari *, Herma Fanani Agusta Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang sangat serius, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Data dari WHO tahun 2004 menyatakan

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr SAIFUL ANWAR MALANG

STUDI PENGGUNAAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr SAIFUL ANWAR MALANG STUDI PENGGUNAAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr SAIFUL ANWAR MALANG SITI RUKIA 2443009141 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm. ) Program Studi Farmasi. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm. ) Program Studi Farmasi. Oleh : KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO YOGYAKARTA PERIODE JANUARI JUNI 206 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009 Siska Wijayanti, 2010 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan

Lebih terperinci

Informed Consent Penelitian

Informed Consent Penelitian 62 Lampiran 1. Lembar Kerja Penelitian Informed Consent Penelitian Yth. Bapak/Ibu.. Perkenalkan saya dr. Ahmad Handayani, akan melakukan penelitian yang berjudul Peran Indeks Syok Sebagai Prediktor Kejadian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan analisis data secara deskriptif analitik dengan penyajian data dalam bentuk kualitatif

Lebih terperinci

ANGKA KEMATIAN PASIEN GAGAL JANTUNG. KONGESTIF DI HCU DAN ICU RSUP dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ANGKA KEMATIAN PASIEN GAGAL JANTUNG. KONGESTIF DI HCU DAN ICU RSUP dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH ANGKA KEMATIAN PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI HCU DAN ICU RSUP dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung saat ini telah menjadi masalah serius di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan pembuluh darah

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Asia saat ini terjadi perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti peningkatan konsumsi kalori, lemak, garam;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug Related Problems (DRPs). Error merupakan kesalahan dalam proses yang dapat menyebabkan terjadinya DRPs (Mil,

Lebih terperinci

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE 2015 Norlia Hidayati 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Erveni Aulia 3

Lebih terperinci

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran

Lebih terperinci

Sodiqur Rifqi. Bagian kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Sodiqur Rifqi. Bagian kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi Semarang. Pencegahan dan Penanganan Penyakit Kardiovaskular dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Menurunkan Kematian Ibu Sodiqur Rifqi Bagian kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Prosiding Farmasi ISSN:

Prosiding Farmasi ISSN: Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Kajian Probabilitas Interaksi Obat Antidiabetes Golongan Sulfonilurea di Satu Rumah Sakit Umum Swasta Kota Bandung Probability Study of Antidiabetic Drug Interactions

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... ABSTRAK... ABSTRACT... RINGKASAN... SUMMARY...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan pengambilan data dilakukan dengan pendekatan retrospektif melalui penelusuran terhadap

Lebih terperinci

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011 Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011 Oleh : Raisa Khairuni 100100115 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang hubungan antara kadar asam urat serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sekarang ini, puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dituntut untuk menjadi gate keeper pelayanan

Lebih terperinci