8. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "8. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik"

Transkripsi

1 LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TAHUN 2017 TANGGAL : 26 JANUARI 2017 TENTANG : PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI YANG DIBINA DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN TAHUN ANGGARAN 2017 I. GAMBARAN UMUM Penyelenggaraan pemerintahan diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan dan pembangunan yang didukung oleh tata kelola pemerintahan yang efektif, efisien dan akuntabel dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam mendorong terwujudnya tujuan penyelenggaraan urusan pemerintahan secara nasional hingga ke daerah khususnya di bidang pemerintahan dalam negeri, Kementerian Dalam Negeri memiliki visi sebagai poros jalannya pemerintahan dan politik dalam negeri, meningkatkan pelayanan publik, menegakkan demokrasi dan menjaga integrasi bangsa. Dalam konteks tugas dan fungsi, poros pemerintahan memiliki makna bahwa Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan merupakan elemen penting dalam mendorong terciptanya suasana yang kondusif dan stabil bagi berjalannya pemerintahan dalam negeri melalui pembinaan dan pengawasan yang dilaksanakan secara optimal dan efektif dalam dalam rangka terciptanya suasana yang kondusif dan stabil. Kondisi obyektif tersebut antara lain terkait dengan upaya dalam mendorong sinergitas hubungan antara pusat-daerah dalam kerangka desentrasilasi dan dekonsentrasi, penciptaan situasi ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat yang kondusif, tertibnya wilayah administrasi pemerintahan dan batas daerah serta mendorong kebijakan pembangunan yang berpihak pada daerah pinggiran dan kawasan perbatasan. Terkait dengan pelayanan publik, Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan mendorong terciptanya pelayanan publik yang optimal di daerah melalui pembinaan terhadap penyelenggaraan berbagai urusan pemerintahan di daerah dalam melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat baik dalam pemenuhan pelayanan dasar maupun non pelayanan dasar yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Terkait dengan hal ini, Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan secara intensif mengawal dan melakukan pembinaan agar pelayanan terkait perizinan di daerah baik di provinsi maupun kabupaten/kota yang dilaksanakan melalui unit pelayanan perizinan/pelayanan terpadu satu pintu dapat dilaksanakan secara cepat, efisien dan akuntabel. Tercapainya pelayanan baik perizinan maupun non perizinan yang cepat dan efisien dapat mendorong peningkatan pertumbuhan pembangunan serta kepuasan masyarakat dan dunia usaha yang pada akhirnya akan memperbaiki daya saing dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan juga mengambil bagian penting dalam peningkatan daya saing khususnya di daerah mengingat saat ini pemerintah sedang berupaya menaikkan rating ease of doing business atau kemudahan berusaha di Indonesia secara signifikan. Sebagai wujud kerja

2 keras yang dilakukan hingga tahun 2016, peringkat kemudahan berusaha di Indonesia naik dari urutan 109 menjadi 91 dari 189 negara. Target pemerintah menjadikan peringkat kemudahan berusaha masuk ke dalam 40 besar dunia tentu menjadi tantangan dan dibutuhkan kerja keras dari semua pemangku kepentingan khususnya dalam memperbaiki bidang peningkatan pelayanan perizinan. Sebagai unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri di bidang pembinaan administrasi kewilayahan, Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan melakukan upaya-upaya dalam rangka menjabarkan visi tersebut melalui penyelenggaraan fungsi perumusan kebijakan; pelaksanaan kebijakan; penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria; pemberian bimbingan teknis dan supervisi; serta pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang administrasi kewilayahan, meliputi penguatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di wilayah provinsi, penguatan ketenteraman ketertiban umum dan perlindungan masyarakat khususnya dari aspek pembangunan berbasis pengurangan resiko bencana, pembinaan wilayah administrasi dan batas daerah, pembangunan kawasan perbatasan serta peningkatan pelayanan publik. Untuk menjalankan fungsi dan urusan yang menjadi kewenangan pemerintah dibidang bina administrasi kewilayahan, diperlukan adanya pelimpahan/pendelegasian kepada gubernur sebagai wakil pemerintah melalui asas dekonsentrasi yang dibiayai oleh dana APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal Bina Adminitrasi Kewilayahan. Pada tahun 2017 implementasi pendelegasian kewenangan di daerah secara teknis akan dilaksanakan satuan kerja perangkat daerah yang memiliki kesesuaian dengan tugas dan fungsi bidang bina administrasi kewilayahan di 33 provinsi yakni terkait dengan peningkatan pelayanan publik, percepatan penegasan batas daerah, pembakuan nama rupabumi, penegasan status hukum batas antar negara dan peningkatan kerjasama sosekbud dengan negara tetangga, penguatan kapasitas kelembagaan dan SDM bagi Satpol PP melalui pembinaan jabatan fungsional, serta pengurangan risiko bencana, yang dalam implementasinya dilimpahkan pelaksanaannya kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan yang diberikan melalui asas dekonsentrasi. Pelaksanaan program dan kegiatan dekonsentrasi tahun 2017 diharapkan juga akan mendukung pencapaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan, yakni: A. Meningkatnya konsolidasi dan koordinasi kebijakan penguatan peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah, peningkatan pelayanan publik dan kerjasama daerah, serta penataan wilayah administrasi dan kawasan (kawasan khusus dan kawasan perkotaan), dan batas antar negara, dengan indikator kinerja program sebagai berikut: 1. Prosentase kinerja peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dalam pelaksanaan koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah; 2. Penerapan kebijakan pelayanan publik di daerah; 3. Tertibnya penataan wilayah administrasi batas antar daerah; 4. Peningkatan efektivitas kerjasama perbatasan antar negara di 3 (tiga) negara tetangga di kawasan perbatasan wilayah darat. B. Meningkatnya standardisasi dan kualitas implementasi teknis kebijakan bidang pol pp dan linmas serta pencegahan dan penganggulangan bencana dan bahaya kebakaran, dengan indikator kinerja program sebagai berikut:

3 1. Penyediaan layanan dasar bidang ketentraman dan ketertiban umum sesuai SPM (Standar Pelayanan Minimal); 2. Penyediaan layanan dasar bidang penanggulangan bencana dan bahaya kebakaran sesuai SPM (Standar Pelayanan Minimal). Penyelenggaraan kegiatan Dekonsentrasi melalui dukungan program/kegiatan sebagaimana dimaksud huruf B angka 1 dan angka 2, merupakan wujud komitmen Kementerian Dalam Negeri dalam meningkatkan efektivitas dan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan di daerah melalui penguatan kelembagaan dan aparatur serta mendorong sinergitas antar pemangku kepentingan dalam pembinaan administrasi kewilayahan. II. DASAR 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undangundang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Republik Indonesia Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5209);

4 8. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539); 12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); 13. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 368, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5642); 14. Peraturan Presiden Nomor 84 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintahan dalam rangka Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 198); 15. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 95); 16. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2016 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 253); 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 16) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1347); 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 564), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 69 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1667); 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Dalam Negeri Tahun (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 978);

5 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 101 Tahun 2016 tentang Pelimpahan dan Penugasan Urusan Pemerintahan Lingkup Kementerian Dalam Negeri Tahun Anggaran 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1907). III. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud Maksud disusunnya petunjuk teknis pelaksanaan program dan kegiatan dekonsentrasi ini sebagai pedoman bagi satuan kerja pelaksana dekonsentrasi agar sesuai dengan peraturan baik dari aspek teknis maupun administrasi. 2. Tujuan Petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi lingkup Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan ini bertujuan untuk memberikan arah, mempermudah dan menjelaskan secara teknis tentang program dan kegiatan dekonsentrasi tahun 2017 agar dapat sesuai dengan sasaran kegiatan yang telah ditetapkan serta meningkatkan koordinasi dan sinergitas penyelenggaraan bidang administrasi kewilayahan yang meliputi: a. Peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah pusat; b. Penguatan penyelenggaraan PTSP di daerah; c. Penegasan batas daerah dan pembakuan nama rupabumi unsur buatan; d. Koordinasi penegasan status hukum batas negara di darat, pengelolaan perbatasan dan PPKT, serta peningkatan hubungan kerjasama RI-Malaysia, RI-PNG, RI-RDTL; e. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM bagi Satpol PP melalui jabatan fungsional Pol PP; dan f. Penguatan kapasitas pengurangan resiko bencana. IV. SATUAN KERJA PENERIMA PELIMPAHAN URUSAN (DEKONSENTRASI) Menteri Dalam Negeri melimpahkan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi melalui mekanisme dekonsentrasi, yang dijabarkan dalam bentuk program, kegiatan, dan anggaran dekonsentrasi. Satuan Kerja (Satker) yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan urusan yang didekonsentrasikan pada level program bina administrasi kewilayahan tahun 2017 adalah Sekretariat Daerah sekaligus selaku Kuasa Pengguna Anggaran. Adapun pada level kegiatan, dilaksanakan oleh unit kerja/skpd yang yang secara teknis memiliki kesesuaian tugas dan fungsi dengan urusan yang didekonsentrasikan. V. RUANG LINGKUP PELIMPAHAN URUSAN (DEKONSENTRASI) Ruang lingkup pelimpahan urusan lingkup Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Tahun 2017 meliputi: a. Peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah; b. Penguatan penyelenggaraan PTSP di daerah; c. Penegasan batas daerah dan pembakuan nama rupabumi unsur buatan;

6 d. Koordinasi penegasan status hukum batas negara di darat, pengelolaan perbatasan dan PPKT, serta peningkatan hubungan kerjasama RI-Malaysia, RI-PNG, RI-RDTL; e. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM bagi Satpol PP melalui jabatan fungsional Pol PP; dan f. Penguatan kapasitas pengurangan resiko bencana. 1. KEGIATAN PENGUATAN PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH a. Latar Belakang Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Konsekuensinya adalah pemerintah nasional dibentuk terlebih dahulu kemudian diikuti dengan pembentukan pemerintah daerah. Selain itu, konsekuensi dari Negara Kesatuan adalah tanggungjawab akhir pemerintahan ada di tangan presiden. Untuk itu agar pelaksanaan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah berjalan sesuai kebijakan nasional, maka presiden berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Mengingat kondisi geografis negara yang begitu luas, maka dalam rangka efektifitas dan efisiensi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang sudah diserahkan kepada daerah tersebut, presiden sebagai penanggungjawab akhir pemerintahan, melimpahkan kewenangannya kepada gubernur untuk bertindak atas nama pemerintah pusat untuk melakukan tugas pembinaan dan pengawasan tersebut. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 91 menyatakan bahwa dalam rangka melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota dan Tugas Pembantuan oleh Daerah Kabupaten/Kota, Presiden dibantu oleh Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat. Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dimaksudkan untuk memberikan kontribusi bagi berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan daerah secara efisien, efektif dan berkesinambungan. Peran tersebut terutama diwujudkan dalam bentuk kegiatan berupa koordinasi, pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah. Pelaksanaan peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dipahami bersifat dinamis sejalan dengan perkembangan keadaan dan proses penyelenggaraan pemerintahan serta kemajuan yang dicapai dalam kehidupan masyarakat. Secara lebih konkrit, dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah Kabupaten/Kota dan tugas pembantuan oleh daerah Kabupaten/Kota, Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat yang mempunyai tugas sebagaimana dinyatakan pada Pasal 91 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mencakup: 1. Mengkoordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah Kabupaten/Kota; 2. Melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi terhadap penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten/Kota yang ada diwilayahnya;

7 3. Memberdayakan dan memfasilitasi daerah Kabupaten dan Kota diwilayahnya; 4. Melakukan evaluasi terhadap rancangan perda Kabupaten/Kota tentang RPJPD, RPJMD, APBD, perubahan APBD, Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, tata ruang daerah, pajak daerah dan retribusi daerah; 5. Melakukan pengawasan terhadap perda Kabupaten/Kota; dan 6. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya Pasal 91 ayat (3) UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah juga disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat diberi kewenangan untuk: 1. Membatalkan Perda Kabupaten/Kota dan Peraturan Bupati/Walikota; 2. Memberikan penghargaan atau sanksi kepada Bupati/Walikota terkait dengan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 3. Menyelesaikan perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan antar-daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah Provinsi; 4. Memberikan persetujuan terhadap rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang pembentukan dan susunan Perangkat Daerah Kabupaten Kota; dan 5. Melakukan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat juga mempunyai tugas dan wewenang: 1. Menyelaraskan perencanaan pembangunan antar daerah Kabupaten/Kota dan antara Daerah provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota di wilayahnya; 2. Mengoordinasikan kegiatan pemerintahan dan pembangunan antara Daerah provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dan antar-daerah Kabupaten/Kota yang ada di wilayahnya; 3. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Pusat atas usulan DAK pada Daerah Kabupaten/Kota di wilayahnya; 4. Melantik Bupati/Walikota; 5. Memberikan persetujuan pembentukan Instansi Vertikal di wilayah provinsi kecuali pembentukan Instansi Vertikal untuk melaksanakan urusan pemerintahan absolut dan pembentukan Instansi Vertikal oleh kementerian yang nomenklaturnya secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 6. Melantik Kepala Instansi Vertikal dari Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang ditugaskan di wilayah Daerah Provinsi yang bersangkutan kecuali untuk Kepala Instansi Vertikal yang melaksanakan urusan pemerintahan absolut dan Kepala Instansi

8 Vertikal yang dibentuk oleh kementerian yang nomenklaturnya secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan 7. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penguatan fungsi Gubernur sebagai kepala daerah sekaligus sebagai Wakil Pemerintah Pusat juga dimaksudkan memperkuat hubungan antar tingkatan pemerintahan. Dalam pelaksanaan peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat, maka hubungan antara Gubernur dengan Bupati/Walikota bersifat bertingkat, dimana Gubernur dapat melakukan peran pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sebaliknya Bupati/Walikota dapat melaporkan permasalahan yang terjadi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, termasuk dalam hubungan antar Kabupaten/Kota. Di samping itu penguatan peran Gubernur sebagai kepala daerah akan dapat memperkuat orientasi pengembangan wilayah dan memperkecil dampak kebijakan desentralisasi terhadap fragmentasi spasial, sosial, dan ekonomi di daerah. Untuk itu, penguatan fungsi Gubernur dalam pelaksanaan koordinasi, pembinaan dan pengawasan menjadi sangat strategis sebagai bagian dari upaya membangun sinergi antara pemerintah pusat dan daerah serta pencapaian penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih baik. Akan tetapi mengingat kondisi geografis yang sangat luas, maka untuk efektifitas dan efisiensi pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Kabupaten/Kota tersebut, Presiden sebagai penanggungjawab akhir pemerintahan secara keseluruhan melimpahkan kewenangannya kepada Gubernur untuk bertindak atas nama Pemerintah Pusat untuk melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Daerah Kabupaten/Kota agar melaksanakan otonominya dalam koridor NSPK yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Namun demikian, Pemerintah menyadari bahwa hingga saat ini pelaksanaan peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat masih belum optimal. Salah satu faktor utama yang menyebabkan lemahnya pelaksanaan Peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat adalah keterbatasan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disediakan untuk mendanai pelaksanaan tugas dan wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat. Yang terjadi selama ini adalah pendanaan pelaksanaan tugas dan wewenang Gubernur sebagai kepala daerah dan pendanaan pelaksanaan tugas dan wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Masih lemahnya, pelaksanaan tugas gubernur sebagai wakil pemerintah pusat sebagaimana dikemukakan diatas, telah menimbulkan beberapa permasalahan antara lain: 1. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan diwilayah provinsi belum dapat dilaksanakan secara sinergis karena belum sinergisnya pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan 32 jenis urusan pemerintahan. Hal ini mengakibatkan upaya-upaya percepatan pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah pusat menjadi terhambat dan target-target pembangunan yang telah ditetapkan pemerintah pusat belum dapat dicapai dengan baik.

9 2. Pelaksanaan dan-dana APBN di wilayah Provinsi menjadi tidak terkoordinasi dengan baik. Hal ini mengakibatkan tujuan pelaksanaan dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan dari Kementerian/Lembaga menjadi tidak efektif. 3. Pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan umum di Wilayah Provinsi menjadi tidak efektif. Hal ini berdampak upaya-upaya menciptakan ketenteraman dan ketertiban dalam masyarakat menjadi sulit untuk diwujudkan. Mempertimbangkan permasalahan-permasalahan tersebut diatas yang diakibatkan oleh belum optimalnya pelaksanaan tugas Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat, Kementerian Dalam Negeri memandang perlu untuk memberikan alokasi dana melalui mekanisme dekonsentrasi walaupun masih sangat minim untuk membantu melaksanakan tugas dan wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dengan harapan Peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dapat dilaksanakan secara maksimal. b. Tujuan Dan Sasaran 1) Tujuan a. Meningkatkan efektifitas pelaksanaan tugas dan wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Wilayah Provinsi; dan b. Meningkatkan sinergi Pusat dan Daerah dalam rangka koordinasi, pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan konkuren yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota serta mendorong terciptanya penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang efektif dan efisien. 2) Sasaran a. Meningkatnya efektifitas pelaksanaan tugas dan wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dalam melakukan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah sebagaimana dimaksudkan oleh UU 23 Tahun2014 tentang Pemerintahan Daerah. b. Meningkatnya efektivitas dan akuntabilitas pelaksanaan dana-dana APBN yang ada di Wilayah Provinsi. c. Meningkatnya kesadaran dan kebersamaan dalam memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). c. Rincian Kegiatan Ruang lingkup penyelenggaraan kegiatan ini meliputi: 1. Membentuk Tim Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Wilayah Provinsi yang dibentuk dan ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) yang ditandatangani oleh Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat, dengan susunan sebagai berikut : a. Pengarah : Sekretaris Daerah b. Penanggung Jawab : Asisten yang membidangi Pemerintahan dan Kesejahteraan c. Ketua : Kepala Biro Pemerintahan d. Wakil ketua : Pejabat pada Bappeda Provinsi e. Sekretaris : Pejabat pada Biro Pemerintahan f. Anggota : Unsur Sekretariat Daerah Provinsi yang membidangi Administrasi Pemerintahan, Administrasi Pembangunan, Perencanaan Daerah, Inspektorat Provinsi, Kanwil

10 Perbendaharaan, dan masing-masing 1 (satu) orang pejabat BAPPEDA pada Kabupaten/Kota terdekat dengan jumlah anggota sesuai RKAKL. 2. Menyelenggarakan Rapat Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Kabupaten/Kota oleh Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat sesuai RKA-KL sebagai berikut : a. Rapat dilaksanakan dalam rangka mengefektifkan Peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan seluruh urusan pemerintahan di kabupaten/kota dalam Wilayah Provinsi yang dipimpinnya. b. Peserta Rapat Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan adalah terdiri dari unsur-unsur Pemerintah Provinsi (Biro Pemerintahan, Biro Pembangunan, Biro Keuangan, Bappeda, Inspektorat Daerah dan Dinas-Dinas terkait) dan unsur-unsur Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Bagian Pemerintahan, Bappeda, dan Dinas-dinas terkait Kabupaten/Kota yang terkait penyelenggaran urusan pemerintahan oleh Kabupaten/Kota. c. Narasumber terdiri dari : 1) Unsur Pemerintah Pusat (Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian/Lembaga terkait); 2) Sekretaris Daerah Provinsi /Kepala Biro Pemerintahan Provinsi; 3) Bappeda Provinsi; 4) Inspektorat Daerah/BPK Perwakilan Provinsi; 5) Unsur lainnya yang dianggap penting. d. Materi yang disampaikan dalam rapat ini mencakup Peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dalam Penyelenggaraan Korbinwas urusan Pemerintahan di Kabupaten/Kota; Monev Penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; Sinergitas Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan; Pengawasan Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah; atau materi terkait lainnya. e. Dalam rangka informasi kebijakan pemerintah terkait penyelenggaraan urusan pemerintahan serta isu-isu lainnya, maka disediakan alokasi untuk pembiayaan 3 (tiga) orang narasumber dari pusat. 3. Perjalanan Dinas dilakukan dalam rangka konsultasi diberikan kepada pengelola administrasi kegiatan terkait dengan administrasi dan substansi program kegiatan Peningkatan Peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Wilayah Provinsi, sesuai alokasi pada RKA-K/L. Setiap pejabat yang melakukan perjalanan wajib menyampaikan pertanggungjawabannya kepada Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan. d. Keluaran/Output Yang Diharapkan 1. Terwujudnya peningkatan Peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dalam rangka pengendalian penyelenggaraan urusan pemerintahan di Provinsi dan Kabupaten/Kota;

11 2. Tersedianya data dan informasi pelaksanaan urusan pemerintahan serta permasalahannya di Kabupaten/Kota, 3. Tersedianya data dan informasi pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan serta permasalahannya di Kabupaten/Kota dan Provinsi, 4. Terselenggaranya sebagian tugas dan wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan urusan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 91 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. e. Pelaksana Kegiatan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk kegiatan Peningkatan Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat dilaksanakan oleh Biro yang menangani administrasi pemerintahan Satker Sekretariat Daerah Provinsi. f. Lokasi Lokasi kegiatan Peningkatan Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat di di 33 Provinsi, sebagai berikut: 1. Provinsi Aceh; 2. Provinsi Sumatera Utara; 3. Provinsi Sumatera Barat; 4. Provinsi Riau; 5. Provinsi Jambi; 6. Provinsi Bangka Belitung; 7. Provinsi Sumatera Selatan; 8. Provinsi Kepulauan Riau; 9. Provinsi Bengkulu; 10. Provinsi Lampung; 11. Provinsi Banten; 12. Provinsi Jawa Barat; 13. Provinsi Jawa Tengah; 14. Provinsi D.I Yogyakarta; 15. Provinsi Jawa Timur; 16. Provinsi Kalimantan Barat; 17. Provinsi Kalimantan Tengah; 18. Provinsi Kalimantan Selatan; 19. Provinsi Kalimantan Timur; 20. Provinsi Kalimantan Utara; 21. Provinsi Sulawesi Utara; 22. Provinsi Gorontalo;

12 23. Provinsi Sulawesi Tengah; 24. Provinsi Sulawesi Barat; 25. Provinsi Sulawesi Tenggara; 26. Provinsi Sulawesi Selatan; 27. Provinsi Bali; 28. Provinsi Nusa Tenggara Barat; 29. Provinsi Nusa Tenggara Timur; 30. Provinsi Maluku; 31. rovinsi Maluku Utara; 32. Provinsi Papua; dan 33. Provinsi Papua Barat; 2. KEGIATAN PENEGASAN BATAS DAERAH DAN PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI UNSUR BUATAN a. Latar Belakang Secara faktual sebagian besar daerah otonom baru yang terbentuk pada era sebelum reformasi (lama) maupun yang merupakan daerah otonom baru belum seluruhnya melaksanakan penegasan batas secara pasti di lapangan yang ditandai dengan pilar batas di lapangan dan digambarkan dalam peta tematik batas daerah yang dilengkapi dengan koordinat titik-titik batas. Dari 34 Provinsi dan 514 kabupaten/kota, jumlah segmen batas sebanyak 977 segmen (162 segmen batas antar provinsi dan 815 segmen batas antar kabupaten kota), sampai saat ini baru ditegaskan 392 segmen batas melalui 306 permendagri, sementara 27 segmen batas dalam proses permendagri, 343 segmen telah dilakukan pelacakan/pengukuran/pemasangan pilar. Adapun 215 segmen batas belum dilakukan pelacakan. Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri sebagai pedoman dalam Pelaksanaan penegasan batas daerah secara pasti di lapangan, yaitu Permendagri Nomor 76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah. Permendagri tersebut mengatur tahapan/proses yang harus dilakukan dalam penegasan batas daerah, fasilitasi penyelesaian sengketa batas. Hasil pelaksanaan penegasan batas daerah dituangkan dalam Permendagri tentang batas daerah. Kebijakan yang telah dilaksanakan dalam mempercepat penyelesaian sengketa batas antar kabupaten/kota dalam satu Provinsi adalah mendorong peran gubernur untuk memfasilitasi penyelesaian dimaksud, sedangkan perselisihan antar Provinsi, antara Provinsi dan Kabupaten/Kota di wilayahnya, serta antara Provinsi dan Kabupaten/Kota di luar wilayahnya, Menteri Dalam Negeri memfasilitasi penyelesaian perselisihan dimaksud. Berkenaan dengan kondisi geografis, Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai banyak unsur rupabumi yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, baik unsur alam (natural

13 features) maupun unsur buatan (man made features) seperti pulau, gunung, pegunungan, bukit, danau, sungai, muara, selat, laut, jalan, desa, kota, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan lain-lainnya. Namun sebagian besar unsur rupabumi tersebut masih banyak yang belum bernama, adapun yang sudah bernama masih perlu dilakukan pembakuan. Hal ini untuk menjamin terwujudnya tertib wilayah administratif lingkup NKRI. Sudah saatnya Pemerintah mendata kembali nama-nama daerah di Indonesia. Pemerintah harus menertibkan penggunaan nama-nama geografis, mengingat saat ini banyak nama-nama asing yang digunakan menggantikan nama-nama lokal. Nama-nama asing atau nama-nama baru ini tidak berhubungan dengan sejarah atau asal usul tempat tersebut. Bila ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan budaya asli yang tergambar melalui nama-nama tempat ini akan hilang. Selanjutnya untuk menjalankan fungsi Pembakuan Nama Rupabumi di daerah, dibentuk Panitia Pembakuan Nama Rupabumi tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota yang pembentukannya diatur melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2009 tentang Pedoman Pembentukan Panitia Pembakuan Nama Rupabumi. Hasil pelaksanaan tugas panitia Provinsi dan Kabupaten/Kota dilaporkan kepada Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan. b. Tujuan Dan Sasaran 1) Tujuan a) Mengkoordinasikan penegasan batas daerah antar Provinsi, kabupaten dan kota, khususnya untuk Tahun 2017 meliputi 19 Provinsi. b) Tersedianya daftar nama unsur rupabumi buatan yang telah diverifikasi di 8 (delapan) Provinsi. 2) Sasaran a) Mempercepat penyelesaian penegasan batas daerah antar Provinsi, Kabupaten dan Kota secara pasti di lapangan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. b) Mewujudkan data nama rupabumi unsur buatan yang baku. c. Rincian Kegiatan 1) Ruang lingkup kegiatan yang dilaksanakan adalah: c) Rapat Fasilitasi Penegasan Batas Daerah yang dihadiri oleh unsur Pemerintah Pusat, Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan para Camat; d) Rapat internal Tim Penegasan Batas Daerah Provinsi yang dihadiri oleh unsur Pemerintah Pusat dan Provinsi/Kabupaten/Kota; e) Rapat verifikasi penegasan batas daerah yang dihadiri oleh unsur Tim penegasan batas daerah Pusat, Provinsi/Kabupaten/Kota; f) Perjalanan dinas unsur Pemerintah, dalam rangka konsultasi teknis ke Jakarta untuk persiapan kegiatan penegasan batas daerah antar Provinsi, Kabupaten/Kota; g) Penyusunan dan penyampaian laporan kegiatan sesuai dengan peraturan; h) Rapat dengan instansi terkait di daerah dalam rangka persiapan dan koordinasi; i) Perjalanan dinas dalam rangka konsultasi dan koordinasi dengan komponen pembina di Pusat;

14 j) Perjalanan dinas narasumber, moderator, dan personil pendukung untuk menghadiri rapat pembinaan dan pembakuan nama rupabumi unsur buatan; k) Rapat pembinaan dan pembakuan nama rupabumi unsur buatan di Provinsi yang dihadiri oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Kabupaten/Kota, Camat, dan instansi terkait, narasumber dan moderator dari Pusat; l) Penyusunan laporan manajerial dan akuntabilitas kegiatan pembinaan dan pembakuan nama rupabumi unsur buatan dan kegiatan penegasan batas daerah. d. Keluaran/Output Yang Diharapkan Adapun output yang diharapkan dari kegiatan penegasan batas daerah dan pembakuan rupabumi unsur buatan, yaitu: 1. Kegiatan penegasan batas yaitu tersedianya dokumen kesepakatan kegiatan penegasan batas secara pasti di lapangan antar daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. 2. Kegiatan pembakuan nama rupabumi unsur buatan yaitu tersedianya data nama rupabumi unsur buatan yang baku di 8 Provinsi. e. Pelaksana Kegiatan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk fasilitasi kegiatan penegasan batas daerah dan pembakuan rupabumi unsur buatan dilaksanakan oleh Satuan Perangkat Daerah (SPD) pada Sekretariat Daerah Provinsi yang menangani batas daerah dan pembakuan nama rupabumi. f. Lokasi 1) Lokasi kegiatan penegasan batas daerah di 19 Provinsi, terdiri dari: a) Provinsi Lampung b)provinsi Jambi; c) Provinsi Sumatera Selatan; d)provinsi Riau; e) Provinsi Aceh; f) Provinsi Sumatera Barat; g)provinsi Jawa Timur; h)provinsi Kalimantan Barat; i) Provinsi Kalimantan Tengah; j) Provinsi Kalimantan Selatan; k)provinsi Kalimantan Timur; l) Provinsi Sulawesi Utara; m) Provinsi Gorontalo; n)provinsi Sulawesi Tengah; o) Provinsi Sulawesi Barat; p)provinsi Sulawesi Tenggara; q) Provinsi Sulawesi Selatan; r) Provinsi Nusa Tenggara Timur; s) Provinsi Kalimantan Utara.

15 2) Kegiatan pembakuan nama rupabumi unsur buatan di 8 (delapan) Provinsi, terdiri dari: a) Provinsi Banten; b)provinsi Jawa Tengah; c) Provinsi D.I. Yogyakarta; d)provinsi Kalimantan Barat; e) Provinsi Sulawesi Barat; f) Provinsi Sulawesi Tenggara; g)provinsi Maluku Utara; dan h)provinsi Kalimantan Utara 3. Kegiatan Penguatan penyelenggaraan PTSP di daerah a. Latar Belakang Penyelenggaraan pemerintahan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah ditujukan untuk mendorong lebih terciptanya daya guna dan hasil guna terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam menyejahterakan masyarakat, baik melalui peningkatan pelayanan publik maupun melalui peningkatan daya saing daerah. Di sisi lain, kebijakan otonomi menyebabkan terjadinya perubahan dalam pranata dan sistem pemerintahan daerah di indonesia. Perubahan tersebut menuntut terjadinya proses pengembangan manajemen pemerintahan yang berkelanjutan seiring dengan dinamika kesadaran meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dalam Undang-Undang 23 Tahun 2014 pengaturan pelayan publik dituangkan dalam Bab XIII tentang Pelayanan Publik, sedang pelayanan terpadu satu pintu diatur pada Pasal 350 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengamanatkan bahwa Kepala Daerah wajib memberikan pelayanan perizinan, dan dalam memberikan pelayanan perizinan dimaksud Kepala Daerah membentuk unit pelayanan terpadu satu pintu. Sebagai dasar penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Permasalahan dalam penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu di daerah meliputi : 1) Bentuk kelembagaan belum sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2016 tentang Nomenklatur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi dan Kabupaten/Kota. 2) Standar pelayanan belum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 3) Belum seluruh kewenangan penandatanganan perizinan dan nonperizinan didelegasikan kepada PTSP. 4) Kualitas dan kuantitas SDM penyelenggara PTSP belum memadai.

16 5) Penyelenggaraan PTSP belum didukung sarana dan prasarana yang memadai, antara lain: perkantoran, system pelayanan online dan ketersediaan jaringan internet. 6) Dukungan perencanaan dan anggaran melalui RPJMD dan APBD belum optimal, terutama untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan aspek PTSP. Pasal 16 Ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 mengamanatkan bahwa Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan penyelenggaraan BPMPTSP Provinsi dan BPMPTSP Kabupaten/Kota. Sedangkan Peran Pemerintah Pusat dalam penyelenggaraan PTSP antara lain: 1. Membuat norma, standar, prosedur dan fasilitasi percepatan pembentukan/pengembangan PTSP. 2. Melakukan pembinaan dan pengawasan khususnya kepada daerah dalam upaya memastikan dan mendorong percepatan pembentukan atau pengembangan PTSP. Terkait dengan hal tersebut, maka pembinaan dan pengawasan serta sosialisasi tentang norma, standar, prosedur dan fasilitasi percepatan pembentukan atau pengembangan PTSP yang dilakukan Menteri Dalam Negeri terhadap PTSP provinsi dan Kabupaten/Kota dilaksakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah setelah mendapatkan pelimpahan kewenangan dari Pemerintah, guna mendukung hal tersebut, Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri pada Tahun Anggaran 2017 mengalokasikan anggaran Dekonsentrasi dengan Kegiatan Koordinasi dan Supervisi Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Daerah pada 8 (delapan) Provinsi (Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, DIY, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Tengah). b. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Daerah. 2. Sasaran a. Terwujudnya jenis/bentuk kelembagaan PTSP di Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2016 tentang Nomenklatur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi dan Kabupaten/Kota. b. Terwujudnya pendelegasian sebagian kewenangan pelayanan perizinan dari Gubernur dan Bupati/Walikota kepada Kepala DPMPTSP Provinsi dan Kabupaten/Kota. c. Terwujudnya pemahaman aparat penyelenggara pelayanan perizinan di kelembagaan DPMPTSP Provinsi dan Kabupaten/Kota, terkait dengan penyusunan SOP Perizinan. d. Terkoordinirnya DPMPTSP Provinsi dan Kabupaten/Kota di 8 Provinsi dalam pengambilan kebijakan terkait dengan pelayanan perizinan.

17 e. Terwujudnya pembinaan kepada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan melalui mekanisme DPMPTSP. c. Rincian Kegiatan 1. Ruang lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan: a) Rapat Persiapan Penyelenggaraan Rapat Koordinasi dan Supervisi Penyelenggaraan PTSP: 1) Dilaksanakan oleh DPMPTSP Provinsi. 2) Peserta terdiri dari unsur: i. DPMPTSP Provinsi ii. DPMPTSP Kabupaten/Kota iii. Unsur lainnya yang memiliki kepentingan terhadap PTSP 3). Narasumber terdiri dari unsur: i. DPMPTSP Provinsi ii. Biro Pemerintahan Provinsi b) Rapat-rapat koordinasi penyelenggaraan dekonsentrasi, koordinasi dan supervisi penyelenggaraan PTSP 1). Dilaksanakan oleh DPMPTSP Provinsi. 2). Peserta terdiri dari unsur: i. Biro Pemerintahan Provinsi ii. Perwakilan asosiasi penerima layanan perizinan dan/atau nonperizinan iii. DPMPTSP Provinsi iv. DPMPTSP Kabupaten/Kota v. Ombudsman vi. Pemangku kepentingan lainnya terkait dengan perizinan dan nonperizinan 3). Narasumber terdiri dari unsur: i. Pemerintah Pusat (Kementerian Dalam Negeri) (2 Orang) ii. DPMPTSP Provinsi c) Bimbingan Teknis Penyelenggara PTSP; 1). Dilaksanakan oleh DPMPTSP Provinsi. 2). Peserta terdiri dari unsur: i. DPMPTSP Provinsi ii. DPMPTSP Kab/Kota 3). Narasumber terdiri dari unsur: i. Pemerintah Pusat (Kementerian Dalam Negeri) (2 orang); ii. SKPD Provinsi iii. Unsur lainnya yang dianggap penting. d) Penyusunan/pelaporan kebijakan penyelenggaraan PTSP; 1). Dilaksanakan oleh Badan/Kantor PTSP Provinsi. 2). Peserta terdiri dari unsur: i. DPMPTSP Provinsi;

18 ii. Unsur lainnya yang dianggap penting. 3). Narasumber terdiri dari unsur: i. DPMPTSP Provinsi; ii. Biro Pemerintahan Provinsi. e) Perjalanan dinas narasumber dari Pemerintah Pusat untuk menghadiri rapat koordinasi penyelenggaraan dekonsentrasi, koordinasi dan supervisi penyelenggaraan PTSP di Provinsi; f) Perjalanan dinas narasumber dari Pemerintah Pusat untuk menghadiri Bimbingan Teknis penyelenggara PTSP di Provinsi; g) Perjalanan dinas dari Provinsi ke Jakarta dalam rangka konsultasi dan koordinasi pelaksanaan asistensi penyelenggaraan PTSP di Kabupaten/Kota; h) Perjalanan dinas dari Provinsi ke Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan asistensi penyelenggaraan PTSP di Kabupaten/Kota; g. Output/Keluaran Yang Diharapkan Adapun output yang diharapkan dari kegiatan koordinasi penyelenggaraan dekonsentrasi, koordinasi dan supervisi penyelenggaraan PTSP di daerah, yaitu: 1. Kegiatan rapat koordinasi penyelenggaraan dekonsentrasi, koordinasi dan supervisi penyelenggaraan PTSP yaitu tersedianya dokumen pembentukan kelembagaan PTSP provinsi dan Kabupaten/Kota berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan Permendagri Nomor 100 Tahun 2016 tentang Nomenklatur Dinas Penanaman modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi dan Kabupaten/kota, dan dokumen pendelegasian kewenangan dari Gubernur, Bupati/Walikota kepada DPMPTSP Provinsi, Kabupaten/Kota, dokumen SOP perizinan pada DPMPTSP Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta masukan dan saran terkait penyelenggaraan pelayanan perizinan dan nonperizinan di DPMPTSP. 2. Kegiatan Bimbingan Teknis Penyelenggara PTSP Provinsi dan Kabupaten/Kota, yaitu berupa laporan kegiatan Bimbingan Teknis Penyelenggaraan PTSP. 3. Kegiatan Penyusunan/pelaporan kebijakan penyelenggaraan PTSP, yaitu berupa laporan keseluruhan pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan dekonsentrasi, koordinasi dan supervisi penyelenggaraan PTSP. 4. Kegiatan asistensi penyelenggaraan PTSP pada Kabupaten/Kota, yaitu berupa laporan kegiatan asistensi penyelenggaraan PTSP Kabupaten/Kota. h. Pelaksana Kegiatan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk kegiatan penguatan penyelenggaraan PTSP di daerah dilaksanakan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi.

19 4. KEGIATAN KOORDINASI PENEGASAN STATUS HUKUM BATAS ANTAR NEGARA DI DARAT, PENGELOLAAN PERBATASAN DAN PPKT, SERTA PENINGKATAN HUBUNGAN KERJASAMA SOSEKBUD DENGAN NEGARA TETANGGA a. Latar Belakang Penanganan kawasan perbatasan negara dilakukan pada 2 (dua) aspek, yaitu, Pengelolaan Batas Antar Negara dan Pembangunan Kawasan Perbatasan. Dalam pengelolaan batas antar negara, secara faktual, Negara Republik Indonesia dihadapkan pada 3 (tiga) Kawasan Perbatasan Negara di darat, yaitu: RI-Malaysia; RI- Republik Demokratik Timor Leste (RDTL); dan RI- Papua New Geunea/ Papua Nugini (PNG). Sedang pada Kawasan Perbatasan Negara di Laut dan termasuk didalamnya Pulau-pulau Terluar, Negara Indonesia dihadapkan kepada 10 (sepuluh) Negara, yaitu : RI-India, RI-Thailand; RI-Vietnam; RI-Malaysia; RI-Singapura; RI-Filipina; RI- Palau; RI-Timor Leste; RI-Australia; dan RI-PNG. Untuk menjaga, memelihara dan menegakkan kedaulatan negara di kawasan perbatasan, di samping harus dilakukan dengan penyiapan dan penempatan unsur pertahanan (security aproach), namun juga penting dilakukan dengan langkah kerjasama dengan negara tetangga dengan langkah melakukan forum-forum perundingan atau pertemuan guna membahas kerjasama pengelolaan batas wilayah negara (delineasi dan demarkasi) dan kerjasama pembangunan dan/atau pengembangan sosial ekonomi kawasan perbatasan guna mendukung terwujudnya sosial ekonomi masyarakat di kawasan perbatasan negara (prosperity aproach). Dalam hal pengelolaan batas antar negara di darat, untuk pelaksanaan kerjasama perundingan tentang demarkasi, Kementerian Dalam Negeri memiliki tugas dan/atau posisi sebagai Focal Point atau sebagai pimpinan delegasi pada perundingan pengelolaan batas antar negara di darat, yaitu pada pelaksanaan Joint Border Committe (JBC) RI-Republik Demokratik Timor Leste (Perbatasan Negara Indonesia di Provinsi Nusa Tenggara Timur): Joint Border Committe (JBC) RI-Papua Nugini/PNG (Perbatasan Negara Indonesia di Provinsi Papua), Joint Indonesia-Malaysia (JIM), Perbatasan Negara Indonesia dan Malaysia. Sedang bentuk forum kerjasama dibidang pembangunan sosial, ekonomi dan kebudayaan, dilakukan melalui forum Sosial Ekonomi, bersama dengan Malaysia (Sosek Malindo). Atas pelaksanaan forum pertemuan perundingan dan kerjasama yang dilakukan tersebut, menghasilkan kesepakatankesepakatan bagi masing-masing pihak dengan memperhatikan dan dilandasi Konvensi Internasional. Untuk pengelolaan kawasan perbatasan negara di laut dan perairan, termasuk pulau-pulau terluar, Indonesia telah memiliki kesepakatan dengan negara tetangga, terkait pelaksanaan forum pertemuan dan kerjasamanya, Kementerian Dalam Negeri merupakan bagian dari keanggotaan terkait batas negara di laut. Bahwa Pemerintah Pusat memiliki seluruh kewenangan atas pengelolaan dan pemanfaatan kawasan perbatasan negara, dalam upaya tercapainya hasil-hasil perundingan dan forum kerjasama pengelolaan batas antar negara, pembangunan kawasan perbatasan negara dan pulau-pulau terluar sebagai Kawasan Strategis Nasional, maka pelaksanaan pengelolaannya, tidak dapat dilakukan secara sendiri oleh Pemerintah Pusat. Oleh karena itu peran Pemerintah

20 Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) yang wilayahnya secara langsung berhadapan dengan perbatasan negara, memiliki fungsi yang sangat penting guna mendukung pencapaian kepentingan nasional dalam aspek pengelolaan, penegakkan dan pemeliharaan kedaulatan negara serta pembangunan dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan kebudayaan masyarakat di kawasan perbatasan. Dengan perubahan paradigma Outward Looking menjadi Inward Looking atas pengelolaan kawasan perbatasan, serta menyadari aneka tantangan dan kondisi yang dihadapi dalam pengelolaan batas antar negara dikawasan perbatasan serta pulau-pulau terluar, maka pembangunan perbatasan negara dan termasuk di dalamnya Pulau-pulau terluar, harus dilakukan secara koordinatif dan sinergis antara Pemerintah Pusat dan Daerah, guna mewujudkan kawasan perbatasan yang memiliki daya saing untuk terciptanya kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan negara. Menyadari bahwa strategisnya kawasan perbatasan dengan aneka tantangan serta permasalahan yang kompleksitas, keberadaannya tentu mengandung unsur potensi, peluang dan ancaman atas tindakan illegal action dari aspek IPOLEKSOSBUD dan HANKAM, maka koordinasi yang kuat diperlukan antara Pemerintah Pusat bersama dengan Pemerintah Daerah, dengan diantaranya penyiapan aparatur Pemerintah Provinsi yang responsif dan kapabilitas dalam mendukung pelaksanaan penanganan batas antar negara serta pembangunan kawasan perbatasan dan Pulau-pulau Terluar. Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, Pasal 361 Ayat (4), diuraikan bahwa, Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat mengoordinasikan pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan berdasarkan pedoman yang ditetapkan Pemerintah Pusat. Selanjutnya, Ayat (5) menguraikan, dalam mengoordinasikan pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dibantu oleh Bupati/Walikota. Terhadap hal tersebut, dimaknai bahwa Pemerintah Provinsi dipimpin oleh Gubernur memiliki tugas atau peran dan fungsi membantu Pemerintah Pusat dalam membangun kawasan perbatasan agar tidak tertinggal dengan kemajuan kawasan perbatasan di negara tetangga. Guna mendukung hal tersebut di atas, Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan, Kementerian Dalam Negeri pada Tahun Anggaran 2017, mengalokasikan anggaran Dekonsentrasi dengan Kegiatan Fasilitasi Penegasan Status Hukum Batas Antar Negara, Peningkatan Kapasitas Aparatur, dan Peningkatan Kegiatan SOSEKBUD dengan Negara Tetangga di 7 (tujuh) Provinsi, yaitu: Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Kepulauan Riau. b. Tujuan Dan Sasaran 1) Tujuan a) Terlaksananya Peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di daerah dalam mengelola wilayah Perbatasan. b) Terdukungnya pelaksanaan forum perundingan penegasan dan status hukum batas antar negara Republik Indonesia dengan negara tetangga, serta forum kerjasama antar negara untuk pembangunan dan pengembangan potensi kawasan perbatasan negara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pelimpahan. Sebagian Urusan. Dekonsentrasi PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN PEMERINTAHAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1043, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsentrasi. PERATURAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1344, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemerintahan. Pelimpahan. Penugasan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PERMEN/M/2010 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA HAK KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT DAFTAR ISI BAB I KETENTUAN UMUM BAB II KEDUDUKAN,

Lebih terperinci

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan No.1161, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan Perpusnas. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 315, 2016 BAPPENAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Pelimpahan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. No.522, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.917, 2011 BAPPENAS. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA

Lebih terperinci

-2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaga N

-2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaga N No.1764, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ANRI. Dekonsentrasi. TA 2017. Dana. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2016 PERRPUSNAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI RANCANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JalanAmpera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2015 KEMENDESA-PDT-Trans. Urusan Pemerintahan. Ditjen Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. TA 2015. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t No.33, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Urusan Pemerintahan. Tahun 2015. Penugasan. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH)

PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH) DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH) Oleh

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.764, 2017 BNPP. Pelimpahan sebagian Urusan dan Penugasan. TA 2017. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI. SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MMMMMERNJHEDSOAHDCsiDHNsaolkiDFSidfnbshdjcb XZCnxzcxzn PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009 Menimbang : a. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

PERAN GWPP DAN ISU- ISU AKTUAL RPP TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG GWPP

PERAN GWPP DAN ISU- ISU AKTUAL RPP TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG GWPP DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN GWPP DAN ISU- ISU AKTUAL RPP TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG GWPP Oleh : Drs. MUH FIRMANSYAH, M.Si KASUBDIT FASILITASI

Lebih terperinci

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN

Lebih terperinci

2012, No sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No

2012, No sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No No.975, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Kewenangan Keuangan. Gubernur. Pelaksanaan. Perubahan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1292, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Dekonsentrasi. Kegiatan. Anggaran. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN

Lebih terperinci

2015, No dan Usaha Kecil dan Menengah yang dilaksanakan dan dikelola secara efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna yang dikelola Satua

2015, No dan Usaha Kecil dan Menengah yang dilaksanakan dan dikelola secara efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna yang dikelola Satua BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.236, 2015 KEMENKOP-UKM. Pedoman. Kegiatan. Anggaran Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR/PER/M.KUKM/II/2015

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha

2016, No Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1849, 2016 KEMEN-DPDTT. Pelimpahan dan Penugasan. TA 2017. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2016 KEMEN-KUKM. Anggaran. Dekonsentrasi. Pelaksanaan. Pedoman. Tahun 2016 PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 /PER/M.KUKM/XII/2015

Lebih terperinci

TENTANG RAKYAT, tentang. Pembantuan, sebagian. Kementeriann. urusan. b. bahwa. Pemerintah. d dalam Menteri. Peraturan. Pelimpahan.

TENTANG RAKYAT, tentang. Pembantuan, sebagian. Kementeriann. urusan. b. bahwa. Pemerintah. d dalam Menteri. Peraturan. Pelimpahan. MENTERI NEGARA PERUMAHANN RAKYATAT REPUBLIK INDONESIAA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 01 TAHUN 20111 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2011 MELALUI

Lebih terperinci

MATRIK RENSTRA TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN TAHUN ANGGARAN KOMPONEN: DITJEN BINA ADMINISTRASI

MATRIK RENSTRA TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN TAHUN ANGGARAN KOMPONEN: DITJEN BINA ADMINISTRASI KODE MATRIK RENSTRA TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN TAHUN ANGGARAN 2015-2019 KOMPONEN: DITJEN BINA ADMINISTRASI PROGRAM/KEGIATAN 1 2 V PROGRAM BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN DAN PENUGASAN PENGELOLAAN PERBATASAN

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; SALINAN Menimbang PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Oleh : DIREKTUR JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Oleh : DIREKTUR JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI Oleh : DIREKTUR JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI PADA ACARA INTERNATIONAL BUSINESS INTEGRITY CONFERENCE 2016 JAKARTA 2016 Arah Kebijakan dan Strategi dalam RPJMN 2015-2019

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN P EMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.658, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ANRI. Kegiatan. Dekonsentarasi. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN P EMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN P EMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA, JALUR KOORDINASI, HARMONISASI, SINKRONISASI DAN KONSULTASI DALAM PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 66 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 66 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 66 TAHUN 2012 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DI WILAYAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI RANCANGAN SALINAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JalanAmpera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.61/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2017 TENTANG PENUGASAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK KEGIATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 42 TAHUN No. 42, 2016 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 42 TAHUN No. 42, 2016 TENTANG - 1 - S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 42 TAHUN 2016 NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN PENGGUNAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN) PADA PEMERINTAH

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat (1)

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.67, 2014 KEMEN ESDM. Dekonsentrasi. Energi dan Sumber Daya Mineral. Gubernur. TA 2014. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 9057-0470-5019-2220 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 8-2003 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 89, 2007 OTONOMI. PEMERINTAHAN. PEMERINTAHAN DAERAH. Perangkat Daerah. Organisasi.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG KELOMPOK KERJA SEKRETARIS GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG KELOMPOK KERJA SEKRETARIS GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG KELOMPOK KERJA SEKRETARIS GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1745, 2014 KEMENDAGRI. Pengawasan. Pembinaan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5887 PEMERINTAH DAERAH. Daerah. Perangkat. Pencabutan (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA 1 GUBERNUR KALIMANTAN UTARA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN LEMBAGA

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

2016, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba No.2051, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KUKM. Penataan. PKL. Pedoman. TA 2017. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PER/M.KUKM/XII/2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk memberikan pedoman

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN PROVINSI DAN PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.10, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Dana Alokasi Khusus. Tahun 2012. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2011

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci