EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2):

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2):"

Transkripsi

1 EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): 1. Contoh Percobaan Rumah Kaca epidemi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN BELAJAR 6. PENDALAMAN 1. PENDAHULUAN Salah satu pendekatan pengendalian penyakit dengan menggunakan konsep epidemiologi adalah menggunakan jenis varietas tanaman yang resisten terhadap patogen tersebut, baik bersifat ketahanan vertikal yang berarti tahan terhadap ras patogen tertentu atau horizontal yang berarti tahan terhadap semua ras dari patogen tersebut. Percobaan untuk mendapat ketahanan demikian umumnya dilakukan dalam skala rumah kaca sebelum dilepas ke lapangan setelah melalui pengujian multi lokasi tentunya. Dalam modul ini mahasiswa diajak untuk memahami permasalahan ketahan tersebut pada pengujian galur dan varietas kedelai terhadap penyakit rebah semai yang disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii. Dari hampir 100 galur dan beberapa varietas yang diujikan ternyata menunjukan reaksi ketahanan yang berbeda-beda baik dalam kretarium sangat peka, peka, tahan, dan amat tahan. Dengan adanya hasil pengujian ini maka terjadi selektifitas tanaman kedelai untuk nantinya ditindak lanjuti dalam pengujian-pengujian lebih lanjut untuk sampai kepada varietas yang siap dijadikan bibit oleh petani atau pengguna lainnya. MODUL 11 SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

2 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mengenalkan kepada mahasiswa berbagai jenis penelitian epidemiologi yang dapat dilakukan di rumah kaca dengan berbagai teknik percobaan dan peralatan yang dibangun secara mandiri. 2. Melakukan identifikasi ketahanan tanaman atas dasar morfologi dan anatomis sercara fisiologis tanaman. 3. KEGIATAN BELAJAR 1) Identifikasi ras pada pembibitan Suatu ide tentang kemungkinan dan pembatasan identifikasi ras diberikan melalui beberapa percobaan dengan menggunakan pengurangan perbedaan tertentu. Membaca tipe reaksi dilakukan bila gejala berkembang penuh. Membaca dilakukan sekali atau dua kali dengan interval tiga harian. Pembacaan diambil dari daun pertama, 10 sampai 16 hari setelah diinokulasi dengan menggunakan metode tipologi (Kode A). Aspek lain dari percobaan ini adalah perkecambahan gejala penyakit menurut waktu tertentu yang sesuai dengan kultivar, ras dan perlakuan. Perkembangan gejala, persentase luasan daun yang tertutup klorosis atau bercak bersporulasi, tipe infeksi, jumlah pustul, dan jumlah spora yang dihasilkan dapat dideterminasi dari tiap daun atau perlakuan, rata-rata per pot atau sampel dan di plot terhadap waktu. Dalam hal ini aspek epidemiologi dari interkasi ras kultivar adalah mudah diperagakan. Devinisi: 1. Periode inkubasi. Adalah waktu (hari) yang dihitung dari saat inokulasi sampai nampak gejala pertama secara kasat mata (makrokospis). 2. Periode laten. Adalah waktu (hari) yang dihitung dari saat inokulasi sampai muncul pustul yang membuka pertama. 3. Periode sporulasi. Adalah waktu (hari) yang dihitung dari saat muncul pustul yang membuka pertama sampai akhir sporulasi. Laju perkembangan gejala: Perkembangan gejala dapat dicatat per perlakuan atau pertanaman dari hari ke hari. Karakteristiknya adalah: Tipe reaksi Jumlah pustul Jumlah produksi spora per hari Persentase dari luasan daun yang mengalami klorosis Page 2 of 14

3 Persentase dari luasan daun yang tertutup pustul Persentase nekrotik dari luasan daun. Bacaan harian per tanaman dapat dirata-ratakan ke nilai harian per perlakuan. Kemudian dapat diplot pada kertas khusus (mercurius 526, laporan bulanan). Dalam hubungannya dengan perbedaan tipe laju perkembangan gejala dapat digambarkan mengikuti ras atau kultivar yang digunakan. Contoh: penyakit yellow rust ras 27/53 selalu mempunyai laju perkembangan gejala tinggi. Perkembangan gejala pada kultivar rentan-sedang adalah selalu lebih lambat dibandingkan kultivar dengan kerentanan tinggi. Sistem klasifikasi: Contoh 1: 2 kultivar, 2 patogen, 2 kelas Patogen Inang C1 C2 P1 + - P2 - + Fisiologi spesialis (f.sp) dari patogen: Contoh 2: n kultivar, m patogen, 2 kelas Patogen Inang Jenis C0 C1 C2 Cn P R1 P P R2 Pn R3 Identifikasi ras pada set diferensial dari n kultivar C0 adalah kerentanan universal: Contoh 3: 2 kultivar, 2 patogen, 6 kelas (i/0/1/2/3/4) Patogen Inang C1 C2 P1 4 0 P2 1 3 Ket.: i = tidak terinfeksi; 0 = bercak; 1 = bercak dan sedikit spora; 2 = intermidiate; 3 = intermidiate; 4 = sporulasi berlimpah. Contoh 4: 2 kultivar, 2 patogen, beberapa kelas (0-100) Patogen Inang C1 C2 P P adalah tafsiran penyakit dalam persen dari luasan daun yang terserang. Page 3 of 14

4 Bahan: Kultivar dari jagung; ras-ras dari yellow rust pada jagung (Puccinia striiformis), barley yellow rust, dan wheat brown rust (P. recondita). 2) Derajat serangan dari patogen. Derajat serangan patogen dapat diduga dengan cara membedakannya memakai dua cara, yakni: 1. Metode tipologi dan 2. Metode kuantitatif. Metode tipologi (digunakan dalam percobaan 5). Metode ini menggunakan sistem deskripsi dan kode yang umumnya digunakan secara internasional untuk penyakit karat (rust) pada serealia, dan cara ini dapat dikembangkan agar pekerjaan lebih teliti. Kode A sering kali digunakan di dalam penelitian rumah kaca untuk pembibitan. Kode B banyak digunakan di lapangan. Banyak variasi dalam penggunaannya, misalnya Kode A kadangkala juga digunakan untuk skala lapangan, yang tentunya deskripsinya perlu disesuaikan berdasarkan kegunaannya. Persentase daun yang tertutup dengan pustul atau gejala yang lain adalah tidak relevan untuk menggunakan metode tipologi ini. Deskripsi Kode A Kode B Tidak ada gejala i VR (sangat tahan) Tidak klorisis dan atau nekrosis, tidak ada 0 pustul Klorosis dan atau nekrosis, terdapat pustul 1 R (tahan) kecil dan sedikit jumlahnya Klorosis, sedikit atau tidak ada nekrosis, 2 MR (ketahanan sedang) sedikit pustul berukuran sedang Klorosis banyak, besar dan pustul sporanya 3 MS (kepekaan sedang) melimpah Tidak klorosis, banyak yang besar dan melimpah oleh spora dari pustul 4 S (peka) Metode kuantitatif (digunakan dalam percobaan 6). Dalam metode ini ada dua kemungkian untuk digunakan, yakni: 1. Penilaian persentase permukaan daun yang tertutup dengan spora yang aktif dari pustul. 2. Penilaian persentase permukaan daun yang terserang dengan karat daun. Kemungkinan dalam penilaian dapat dengan pertolongan planimeter, tetapi hal ini nampaknya kurang praktis. Secara umum ini disebut sebagai metode komperatif yang digunakan. Pada kejadian ini infeksi yang nyata pada daun dibandingkan dengan sejumlah gambar yang memuat contoh dari persentase serangan (PA). Ketelitian metode ini adalah memuaskan untuk aplikasi yang praktis. Banyak pengamat terlatih dapat mengestimasi persentase dari serangan. Suatu pilihan harus selalu dibuat antara sejumlah kelas. Page 4 of 14

5 Contoh: t = 0,1 % (bagan) 1% 5% 10% 20% dst. 90% 95% 99% 100% Metode model ini juga sangat memuaskan hasilnya. Metode dapat dilakukan secara destruktif dan non destruktif. Bagian jaringan daun yang terinfeksi (x): Untuk epidemiologi kalkulasi dari bagian jaringan daun yang terinfeksi ( x) digunakan sebagai pengganti persentase yang terserang (PA): x = PA/100 Index luasan penyakit (DAI): Index luasan penyakit adalah perbandingan antara permukaan daundaun yang nampak terserang oleh penyakit dan permukaan tanah dalam m 2. DAI = PA X LAI/100 = x. LAI Bahan: 1. Uji ras 1, 2, dan 3 dapat dilakukan dengan tangan dalam ruangan cuaca (growth chamber). 2. Penaksiran diambil 4 hari dengan interval dua hari dari daun pertama, dimulainya inokulasi setelah 10 hari, menggunakan metode tipologi (Model 4). 3. Mencatat tentang waktu inkubasi dan periode laten. Catatan diambil pada hari ketiga setelah terjadi bintil pertanaman dan pustul pertama muncul, dan pada hari yang lain observasi pustul yang membuka pertama kalinya. 4. Perkembangan gejala, waktu inkubasi dan periode laten dapat diplot terhadap waktu pada kertas grafik hitam atau kertas bulanan. 5. Buatlah kesimpulan. Page 5 of 14

6 Lembaran kerja pengamatan. 1. Yellow rust pada gandum Jenis Kultivar Suhu 15 0 C 2. Yellow rust pada barley Jenis Kultivar Suhu 15 0 C 3. Pengaruh suhu pada reaksi karat disini adalah: Beberapa interaksi kultivar ras tergantung pada suhu dari lingkungannya, sebagai contoh Brown rust pada gandum Ras: Suhu Catatan: beberapa kultivar akan lebih tahan, yang lainnya lebih peka terhadap penambahan suhu. Hari inokulasi : Hari penafsiran : 1 e 2 e 3 e Lembaran kerja pengamatan. Observasi dari Pengamat : : Page 6 of 14

7 No. percobaan 1 Kultivar Jenis o T Periode inkubasi (hari) Periode laten (hari) 2 3 3) Menghitung kecepatan laju infeksi epidemi penyakit Untuk menghitung kecepatan laju infeksi dari suatu penyakit tumbuhan maka epidemiologi teoritis membuat cara perhitungan yang bersifat abstrak, yang telah dikembangkan oleh Van der Plank (1963) dan telah banyak diadopsi oleh para ahli epidemiologi. Dalam epidemiologi laju infeksi diberi simbol r, yang perhitungannya didasarkan atas banyaknya bagian tanaman yang sakit (fraksi), dengan simbol x, dan waktu yang diperlukan yakni pengamatan (dalam hari): t 1 ke t 2, yang rumusnya didasarkan atas pola perkembangan patogen tertentu. Simbol-simbol Populasi inang yang diduga berdasarkan konstanta berikut: I = periode inkubasi (hari) L n = logaritma alami p = periode laten (hari) r = laju infeksi penyakit (unit waktu) x = fraksi tanaman sakit (0 1) x t = nilai x pada waktu t Rumus untuk penyakit yang berkembang (tumbuh) secara linier: dx t /d t = r (1.1) atau x t = x o (1 + r.t) (1.2) dan r = 1/t 2 -t 1 (x 2 x 1 ) (1.3) Page 7 of 14

8 r disini disebut juga sebagai laju infeksi linier. Rumus untuk penyakit yang berkembang (tumbuh) secara logaritmik. dx t /d t = r.x t (2.1) atau x t = x o.e rt (2.2) dan r = 1/t 2 -t 1, l n x 2 /x 1 (2.3) r disini disebut juga sebagai laju infeksi logaritmik, diberi simbol sebagai r l. Rumus untuk penyakit yang berkembang secara logistik. Dalam pustaka ditunjukkan sejumlah persamaan yang berbeda yang dikenal sebagai logistic growth, yang kecepatan lajunya disebut sebagai apparent infection rate (r), rumusnya sebagai berikut: dx t /d t = r.x t. (1 x t ) (3.1) l n x t /(1 x t ) = r.t = logit (x t ) (3.2) r = 1/t 2 -t 1. (l n x 2 /1-x 2 l n x 1 /1-x 1 ) (3.3) Nilai l n x/ (1-x) juga disebut sebagai logit (x), yang nilainya dapat dicari dalam tabel logit. Hubungan antara logit (x t ) dan waktu t merupakan garis lurus, yakni garis logit. Nilai r dalam hal ini adalah sebanding dengan tangens sudut miring garis logit. Periode laten p: berikut: Periode laten diukur sebagai koreksi terhadap laju infeksi dan dimasukan dalam rumus sebagai dx t /d t = r.x t-p. (1-x t ) (4.1) t atau x t = 1-(1-x o ) exp [ 0 p.r.x (t-p).dt] (4.2) r disini juga disebut sebagai basic infection rate, yang ditandai dengan simbol R. Suatu perubahan terjadi dengan adanya i; yakni periode infeksi yang dimulai pada waktu t-p-i, dan berakhir pada waktu t-p. Hanya bagian yang terinfeksi dari populasi waktu t membantu pertumbuhan: dx t /d t = p (x t-p - x t-i-p ) (1 x t ) (5.1) r disini disebut sebagai corrected basic infection rate, yang diberi simbol Rc. Koreksi untuk pertumbuhan populasi inang adalah hubungan pertumbuhan patogen selama pertumbuhan logaritmik adalah: Page 8 of 14

9 1/x. dx/dt = d/dt ln x (6.1) Jika populasi inang y juga tumbuh logaritmik, maka hubungan kecepatan pertumbuhan ini akan menjadi: 1/y. dy/dt = d/dt ln y (6.2) Sedangkan laju pertumbuhan logaritmik patogen pada inang yang tumbuh logaritmik akan menjadi: d/dt ln x + d/dt ln y (6.3) dan menjadi r = 1/t 2 -t 1. l n x 2 /x 1. y 2 /y 1 (6.4) Disini r juga disebut sebagai laju infeksi logistik terkoreksi (corrected logaritmic infection rate), biasanya ditulis dengan simbol p. Apparent infection rate, r dari suatu perkecambahan patogen secara logistik pada inang yang tumbuh logaritmik ditulis sebagai p adalah: p = 1/t 2 -t 1. l n x 2 (1-x 2 )/x 1 (1-x 1 ). y 2 /y 1 Pelaksanaan: Percobaan dilakukan di lapangan dengan mengamati penyakit tertentu (misal karat daun), yang berjalan selama 5 minggu, yang tingkat infeksinya dilakukan pengamatan setiap minggu (7 harian), dengan menilai x dari 10 daun yang sama. Pada akhir perkecambahan penuh daun pada tiap batang diberi label dan nomor. Sepuluh (10) batang diberi nomor dengan angka romawi (I hingga X). Daun diberi nomor dari bagian atas ke bawah jadi label itu dengan mengambil nomor 0 pada daun bendera yang baru muncul sampai sejumlah daun terakhir dapat ditandai. Dari setiap daun data berikut dapat dicatat: h = luasan yang sehat dalam persen s = luasan daun yang kena penyakit dalam persen d = luasan daun yang mati dalam persen LA = jumlah total luasan daun dalam cm 2 X = lihat percobaan sebelumnya tentang metode kuantitatif tanamannya. Juga hitung atau estimasi jumlah batang per m 2 di lapangan dan catat pertumbuhan Page 9 of 14

10 a. Lengkapi lembar kerja W1 dan W2 setiap minggu. Estimasikan tanaman sakit (s), sehat ( h), mati (d) dan total luasan daun (LA) dari semua daun pada 10 tangkai, dan kalkulasikan LAI, dan nilai stadia pertumbuhannya. Luasan penyakit (s) berarti tanaman sakit oleh patogen yang terjadi karena diinokulasi secara buatan. Dalam hal serangan oleh patogen lain, bagian yang sakit dihitung sebagai bagian yang mati, untuk luasan ini daun tidak diambil sebagai bagian epidemi dari penyakit yang dipelajari. b. Isi lembar W3 dan kalkulasi rs+d; rs; ps+d; dan ps (3.3 dan 6.5). c. Buat grafik dari bagian area daun yang sakit (xs dan xs+d) diplot terhadap waktu dalam diagram logit linier. d. Buat kesimpulan. Lembar kerja Pengamat Tanaman/kultivar Nomor lapangan Patogen Nomor minggu : : : : : Nomor pohon I II III IV V VI VII VIII IX X Jumlah total Bagian LA total Luasan total per pohon d h s LA 4) Tumbuhan perangkap dengan menggunakan terowongan angin Dalam percobaan dengan menggunakan tumbuhan sebagai penangkap spora terdapat banyak segi positifnya, meskipun ada juga kelemahannya. Keuntungannya adalah bahwa kita dapat melakukan inokulasi secara alamiah dan menginkubasikan setelah inokulasi secara langsung sampai dengan terjadinya gejala untuk diamati. Keuntungan lain adalah dapat digunakan untuk membuat suatu teori Page 10 of 14

11 mengenai pelepas spora serta pembentukannya dalam suatu pertumbuhan tanaman. Namun demikian efisiensinya seringkali rendah (pada kecepat an angin 0,6-9,5 m/detik, efisiensinya 5% atau kurang), dan juga bentuk dan ukuran tumbuhan merupakan faktor penentu. Daun kecil pada umumnya mempunyai daya penangkapan yang lebih banyak daripada bagian yang besar. Percobaan berikut merupakan suatu percobaan kombinasi tumbuhan perangkap dan terowongan angin, yang akan meneliti sampai jarak seberapa jauh penyakit dapat menyebar, dan efisiensinya akan dibandingkan dengan gelas sediaan yang telah ditempatkan sebagai standar. Bahan: 1 pot kecil dengan tanaman gandum hitam yang terkena penyakit Erysiphe graminis. 20 pot kecil dengan bibit gandum hitam yang sehat. Teropong angin, kipas angin, 10 batang penangkap, vaselin anemometer kecil (= alat pengukur kekuatan angin). Percobaan: Pekerjaan dilaksanakan dengan Erysiphe graminis yang telah menyerang bibit gandum hitam. Keseluruhan percobaan dilakukan didalam sebuah terowongan angin sepanjang 8 meter dengan penampang sebesar 0,25m². Di satu sisi terowongan angin sepanjang tersebut dapat di hembuskan udara melalui kipas angin yang berkapasitas cukup (Gambar 1). Pada jarak 2 meter dari kipas anginnya ditempatkan pot kecil yang ada bibit gandum hitam yang terserang oleh Erysiphe graminis tadi. Dengan interval jarak sejauh 1,25m dari tempat tersebut ditempatkan secara berturut-turut deretan 4 pot kecil yang berisi bibit gandum sehat tadi (lihat Gambar 1). Selain itu di tengah-tengah tiap deretan 4 pot kecil tersebut (tetapi kira-kira 10 cm dimukanya) dipasang sebuah batang kecil yang berdiri vertikal, yang telah disemir dengan vaseline. Gambar 1. Ilustrasi denah percobaan dengan terowongan angin. Menghitung dan menilai Menghitung: perhitungan sporanya pada batang-batang dilakukan secara mutlak. Yang diadakan penghitungan hanyalah pada sisi yang berhadapan dengan kipas angin saja dan hanya sepanjang satu bidang pandang saja (mikroskop binokuler 25 X) kira-kira fokus pada batang tersebut. Page 11 of 14

12 Menilai: Semua daun dinilai. Penilaiannya dilakukan melalui penghitungan semua bercak disetiap potnya. Banyaknya kumpulan spora secara langsung dibagi dengan banyaknya bibit setiap potnya. Pelaksanaan: Hari 1: a. pot-pot kecil ditempatkan didalam terowongan angin dan juga batang-batangnya bervaselin (titik-titik berwarna mengarah ke kipas angin). b. kipas angin dihidupkan selama 15 menit. c. kecepatan angin diukur dengan anemometer yang ditempatkan ditempat batang tanaman (I, II, III, IV, V). d. batang-batang tanaman dikeluarkan dan sporanya dihitung. Hari 11: a. batang-batng bervaselin yang baru ditempatkan kembali diterowongan b. kipas angin dihidupkan selama 15 emnit. c. kecepatan angin diukur dengan anemometer. d. batang-batang tanaman dikeluarkan dan dihitung. e. pot-pot kecil berisi pustul dinilai. Hari 16: a. pot-pot kecil berisi tanaman dinilai. Pengolahan data: 1. Masukan semua data kedalam lembar kerja. 2. Bandingkanlah di atas grafik angka-angka berikut: a. Kecepatan angin dalam meter/detik dihadapkan dengan jaraknya. b. Banyaknya spora yang tertangkap oleh batang tanaman dihadapkan dengan jaraknya c. Jumlah rata-rata kumpulan spora per bibit dihadapkan dengan jaraknya 5) Penyebaran spora dalam bidang melingkar Penyebaran secara horizontal suatu penyakit di dalam tumbuhan dapat dipelajari paling tepat dengan menggunakan sebuah bidang percobaan yang berbentuk lingkaran, dimana sumbernya yang ditulari secara buatan ditempatkan di tengah-tengahnya. Penyebaran oleh angin juga akan ditemukan dengan menyakinkan pada bidang-bidang percobaan macam ini. Page 12 of 14

13 Pelaksanaan: Dalam percobaan ini yang digunakan sebagai patogen uji boleh dipilih berbagai jenis penyebab penyakit (misal Alternaria pori) pada bawang-bawangan. Bidang percobaan untuk tanaman bawang dibentuk menurut denah pada Gambar 2. Kemudian tanaman dipusatnya diinokulasi patogen tersebut secara buatan (disebut foci). Melintasi bidang tersebut terdapat 8 jalur berupaka bintang yang mengarah kesemua mata angin yang padanya ditempatkan etika bernomor. Pengamatan dilakukan setiap minggu sekali selama 5 minggu terhadap daun bawang yang tertulari penyakit pada batang tanaman sampel yang telah diberi nomor tersebut. Gambar 2. Denah percobaan penyebaran melingkar 4. REFERENSI Zadoks, J.C. dan H.D. Frinking Epidemiologie. LHW., Wageningen. Zadoks, J.C. dan R.D. Schein Epidemiology and plant disease management. Oxford Univ. Press, New York. 427 h. 5. PROPAGASI Secara berkelompok mahasiswa melakukan percobaan dari persiapan peralatan dan bahan serta design kemudian melakukan pengamatan terhadap objek penelitiannya dan hasilnya didiskusikan untuk mendapatkan kesimpulan kelas. Dosen pengampu akan mengikuti diskusi dan memberikan arahan terhadap proses yang berjalan. Page 13 of 14

14 6. PENDALAMAN 1. Apakah manfaat percobaan dengan penangkapan spora model Gambar 1 dan apakah bedanya dengan Gambar 2, jelaskan secara teori epidemiologi. 2. Apakah yang anda ketahui dengan istilah foki dari suatu penyakit dalam pertanaman dan bagaimana cara anda melakukan percobaan untuk mengetahui peranan foki tersebut dalam penyebaran penyakit di lapangan. Page 14 of 14

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Peranan Ketahanan Tanaman SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Peranan Ketahanan Tanaman SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Peranan Ketahanan Tanaman Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 3. KEGIATAN BELAJAR 4. REFERENSI 5.

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Penggunaan Analisis Sidik Lintas Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Penggunaan Analisis Sidik Lintas Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Penggunaan Analisis Sidik Lintas Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2):

EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): 1. Studi Model CP dan MP Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN BELAJAR

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): DAUR PERKEMBANGAN PENYAKIT Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): DAUR PERKEMBANGAN PENYAKIT Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): DAUR PERKEMBANGAN PENYAKIT Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN

Lebih terperinci

IV. ANALISIS EPIDEMIOLOGI

IV. ANALISIS EPIDEMIOLOGI 4.1. Model Epidemi Penyakit Tanaman IV. Epidemi terjadi sebagai akibat adanya pertumbuhan dan perkembangan suatu populasi patogen pada atau dalam populasi inang. Pada banyak kasus, patogen akan dipindahkan

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Percobaan Laboratorium Epidemi II SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Percobaan Laboratorium Epidemi II SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Percobaan Laboratorium Epidemi II Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Studi Lapangan Epidemiologi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Studi Lapangan Epidemiologi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Studi Lapangan Epidemiologi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PENELITIAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN BELAJAR

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Penilaian Kehilangan Hasil SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Penilaian Kehilangan Hasil SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Penilaian Kehilangan Hasil Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 3. KEGIATAN BELAJAR 4. REFERENSI 5.

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN Edisi, 2, oleh Firdaus Rivai Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp:

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN Edisi, 2, oleh Firdaus Rivai Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN Edisi, 2, oleh Firdaus Rivai Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id Hak

Lebih terperinci

MODUL EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF PENYAKIT TANAMAN (S2): SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF PENYAKIT TANAMAN (S2): SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF PENYAKIT TANAMAN (S2): 1. Percobaan Laboratorium Epidemi I Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung adalah salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,

Lebih terperinci

INTENSITAS DAN LAJU INFEKSI PENYAKIT KARAT DAUN Uromyces phaseoli PADA TANAMAN KACANG MERAH

INTENSITAS DAN LAJU INFEKSI PENYAKIT KARAT DAUN Uromyces phaseoli PADA TANAMAN KACANG MERAH 218 INTENSITAS DAN LAJU INFEKSI PENYAKIT KARAT DAUN Uromyces phaseoli PADA TANAMAN KACANG MERAH INTENSITY AND INFECTION RATE OF RUST LEAF Uromyces phaseoli ON RED BEAN Guntur S.J. Manengkey dan Emmy Senewe

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Tanaman Phalaenopsis pada setiap botol tidak digunakan seluruhnya, hanya 3-7 tanaman (disesuaikan dengan keadaan tanaman). Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI & PENGENDALIAN (S3): Taktik Strategi Pengendalian Epidemi 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

MODUL. EPIDEMIOLOGI & PENGENDALIAN (S3): Taktik Strategi Pengendalian Epidemi 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT EPIDEMIOLOGI & PENGENDALIAN (S3): Taktik Strategi Pengendalian Epidemi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 3. KEGIATAN BELAJAR 4. BUKU

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Metode Survey Epidemi Penyakit SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Metode Survey Epidemi Penyakit SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Metode Survey Epidemi Penyakit Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 3. KEGIATAN BELAJAR 4. REFERENSI

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI & PENGENDALIAN (S3): Model Prediksi pada Penyakit Blas Padi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI & PENGENDALIAN (S3): Model Prediksi pada Penyakit Blas Padi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI & PENGENDALIAN (S3): Model Prediksi pada Penyakit Blas Padi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota

Lebih terperinci

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Tanaman

Lebih terperinci

KULIAH 2. ILMU PENYAKIT TUMBUHAN DASAR

KULIAH 2. ILMU PENYAKIT TUMBUHAN DASAR KULIAH 2. ILMU PENYAKIT TUMBUHAN DASAR Gejaladan Tanda Penyakit Definisi Penyakit Tumbuhan Kondisi dimana sel & jaringan tanaman tidak berfungsi secara normal, yang ditimbulkan karena gangguan secara terus

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI & PENGENDALIAN (S3): Pengendalian dengan Pendekatan Matematik SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI & PENGENDALIAN (S3): Pengendalian dengan Pendekatan Matematik SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI & PENGENDALIAN (S3): Pengendalian dengan Pendekatan Matematik Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI

Lebih terperinci

BAB III. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN

BAB III. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN BAB III. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang penyebaran penyakit tumbuhan, serta tipe siklus (daur) hidup patogen. Selanjutnya juga akan disampaikan mengenai

Lebih terperinci

MODUL-12 MENGENAL GEJALA PENYAKIT DAN TANDA PADA TANAMAN. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP A. KOMPTENSI DASAR B.

MODUL-12 MENGENAL GEJALA PENYAKIT DAN TANDA PADA TANAMAN. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP A. KOMPTENSI DASAR B. MENGENAL GEJALA PENYAKIT DAN TANDA PADA TANAMAN MODUL-12 Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic Jl.

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI & PENGENDALIAN (S3): Pengendalian Bagian dari Model Dinamik 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

MODUL. EPIDEMIOLOGI & PENGENDALIAN (S3): Pengendalian Bagian dari Model Dinamik 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT EPIDEMIOLOGI & PENGENDALIAN (S3): Pengendalian Bagian dari Model Dinamik Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 3. KEGIATAN BELAJAR 4. BUKU

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Inokulasi Virus Tungro pada Varietas Hibrida dan Beberapa Galur Padi di Rumah Kaca Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tipe Gejala Gambar 2 menunjukkan variasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 Maret 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF PENYAKIT TANAMAN (S2): Analisis Epidemiologi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF PENYAKIT TANAMAN (S2): Analisis Epidemiologi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF PENYAKIT TANAMAN (S2): Analisis Epidemiologi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3.

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Hubungan Dalam Proses Epidemi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Hubungan Dalam Proses Epidemi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Hubungan Dalam Proses Epidemi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 4. REFERENSI 5. PROPAGASI MODUL

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN KARAT DAUN PADA KEDELAI. Oleh : Cut Maisyura

IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN KARAT DAUN PADA KEDELAI. Oleh : Cut Maisyura IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN KARAT DAUN PADA KEDELAI Oleh : Cut Maisyura PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan penting yang mempengaruhi perekonomian negara dan menyangkut hajat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

ALTERNATIF SISTEM PROSES: SINTESIS PROSES

ALTERNATIF SISTEM PROSES: SINTESIS PROSES SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) ALTERNATIF SISTEM PROSES: SINTESIS PROSES Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS. Lab. Teknologi Agrokimia, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas

Lebih terperinci

KONSEP, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI PENYAKIT TANAMAN

KONSEP, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI PENYAKIT TANAMAN KONSEP, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI PENYAKIT TANAMAN DEFINISI PENYAKIT TANAMAN Whetzel (1929), penyakit adalah suatu proses fisiologi tumbuhan yang abnormal dan merugikan yang disebabkan oleh faktor primer

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S3) Proses Daur Infeksi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S3) Proses Daur Infeksi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya (S2): EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S3) Proses Daur Infeksi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN BELAJAR

Lebih terperinci

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT INFEKSI Fusarium sp. PENYEBAB PENYAKIT LAPUK BATANG DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET Eko Heri Purwanto, A. Mazid dan Nurhayati J urusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang 1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,

Lebih terperinci

V. PERAMALAN EPIDEMI PENYAKIT TANAMAN

V. PERAMALAN EPIDEMI PENYAKIT TANAMAN V. PERAMALAN EPIDEMI PENYAKIT TANAMAN 1. Prakiraan penyakit Jika datangnya epidemi dapat diprakirakan (diramal, diprediksi) dengan jangka waktu yang cukup untuk melakukan usaha pencegahan, kerugian-kerugian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November

Lebih terperinci

III. TEORI PENDEKATAN EPIDEMI

III. TEORI PENDEKATAN EPIDEMI III. 3.1. Kerusakan dan kerugian tanaman sakit Kalau kita dihadapkan dengan tanaman sakit, selalu terlintas pertanyaan tentang : berapa besar kerugian (loss) yang diakibatkan oleh penyakit tersebut? Pertanyaan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIK EPIDEMI PENYAKIT REBAH SEMAI DENGAN INOKULASI ACTINOMYCETES

MODEL MATEMATIK EPIDEMI PENYAKIT REBAH SEMAI DENGAN INOKULASI ACTINOMYCETES 201 MODEL MATEMATIK EPIDEMI PENYAKIT REBAH SEMAI DENGAN INOKULASI ACTINOMYCETES DAN VAM PADA TANAMAN KEDELAI PADA DUA MUSIM TANAM (MODEL REGRESI SEDERHANA) Oleh : Gusnawaty HS ABSTRACT The aim research

Lebih terperinci

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia 3

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia 3 PO49 Studi Kerapatan Stomata Pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea l.) Varietas Peka dan Toleran Terhadap Serangan Jamur Karat Daun (Puccinia arachidis speg.) Hilmiyyah Yulianti 1, Dian Siswanto

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Konsep Dasar Epidemiologi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Konsep Dasar Epidemiologi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Konsep Dasar Epidemiologi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm. TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Biologi Tanaman Kedelai berikut: Menurut Sharma (2002), kacang kedelai diklasifikasikan sebagai Kingdom Divisio Subdivisio Class Family Genus Species : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit layu bakteri dapat mengurangi kehilangan hasil pada tanaman kentang, terutama pada fase pembibitan. Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan di Rumah Kaca, University Farm,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas yang telah lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas yang telah lama dibudidayakan di Indonesia, dan seperti kita ketahui bersama sifat multiguna yang ada pada kedelai menyebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp.

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp. TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Eucalyptus spp Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman Eucalyptus spp. antara lain: 1. Penyakit pada akar a. Busuk akar Phytophthora Penyakit ini disebabkan

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI Disusun Oleh : WASIS BUDI HARTONO PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN BP3K SANANKULON Penyakit Blas Pyricularia oryzae Penyakit

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kombinasi Agens Biokontrol terhadap Kejadian Penyakit Layu Bakteri

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kombinasi Agens Biokontrol terhadap Kejadian Penyakit Layu Bakteri HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kombinasi Agens Biokontrol terhadap Kejadian Penyakit Layu Bakteri Kejadian penyakit adalah angka yang menunjukkan jumlah tanaman sakit dibandingkan dengan jumlah tanaman

Lebih terperinci

Foto: Ibu Mariana (Disertasi Pascasarjana Unibraw)

Foto: Ibu Mariana (Disertasi Pascasarjana Unibraw) APA PENYAKIT ITU? Busuk upih, bercak daun dan Blas pada padi Foto: Ibu Mariana (Disertasi Pascasarjana Unibraw) APA PENYAKIT ITU? Karat, gosong dan Rhizoctonia pada jagung Foto-Foto : ALA APA PENYAKIT

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Epidemi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Epidemi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Epidemi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI

Lebih terperinci

Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS. Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS. Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PERANCANGAN PABRIK: PERCOBAAN PILOT PLANT Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS. Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya Email

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber : 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyebab Penyakit Jamur penyebab penyakit rebah semai ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Basidiomycota : Basidiomycetes

Lebih terperinci

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51 Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian kuanitatif merupakan metode penelitian yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun 17 III. BAHAN DAN MEODE 3.1 empat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit umbuhan dan ebun Percobaan di dalam kampus di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

SIKLUS PENYAKIT DAN PENGHITUNGAN INTENSITAS PENYAKIT TANAMAN. Compilled by N.Istifadah

SIKLUS PENYAKIT DAN PENGHITUNGAN INTENSITAS PENYAKIT TANAMAN. Compilled by N.Istifadah SIKLUS PENYAKIT DAN PENGHITUNGAN INTENSITAS PENYAKIT TANAMAN SIKLUS penyakit = siklus infeksi = tahap-tahap patogenesis Siklus hidup patogen : perkembangan patogen yang meliputi tahap aseksual dan seksual

Lebih terperinci

Penyakit Busuk Daun Kentang

Penyakit Busuk Daun Kentang Penyakit Busuk Daun Kentang Patogen penyakit tanah yang banyak menginfeksi pada tanaman kentang, antara lain : Phytopthora infestans, Alternaria solani, Fusarium solani, Rhizoctonia solani, Streptomyces

Lebih terperinci

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK INDUKSI KETAHANAN KULTUR JARINGAN PISANG TERHADAP LAYU FUSARIUM MENGGUNAKAN Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK Arif Wibowo, Aisyah Irmiyatiningsih, Suryanti, dan J. Widada Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great Giant Pineapple (GGP) di Lampung Timur dan PT. Nusantara Tropical Farm, Lampung

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : AGUNG DHARMAWAN PUTRA NPM : Kepada

SKRIPSI. Oleh : AGUNG DHARMAWAN PUTRA NPM : Kepada TANGGAPAN BEBERAPA KULTIVAR BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP SERANGAN Fusarium oxysporum f.sp. cepae PENYEBAB PENYAKIT MOLER DI LAHAN KABUPATEN NGANJUK SKRIPSI Oleh : AGUNG DHARMAWAN PUTRA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Agustus 2012 sampai

Lebih terperinci

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Rumah Plastik di Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Leuwikopo, Dramaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Maret sampai

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Juli 2017 di Laboratorium Bioteknologi dan Greenhouse Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Juli 2017 di Laboratorium Bioteknologi dan Greenhouse Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama 6 bulan pada bulan Februari Juli 2017 di Laboratorium Bioteknologi dan Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi 20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great 9 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great Giant Pineapple (GGP) Terbanggi Besar, Lampung Tengah dan PT. Nusantara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031

Lebih terperinci

PROSES PENYAKIT TUMBUHAN

PROSES PENYAKIT TUMBUHAN PROSES PENYAKIT TUMBUHAN Perkembangan Penyakit pada Tumbuhan Patogen: Jamur Bakteri Virus Nematoda Inang: Tingkat ketahanan Lingkungan: Suhu Kelembapan Angin Light intensity, light quality, soil ph, fertility

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA NUR HIDAYATI BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN KONSEP PENYAKIT TANAMAN Penyakit tumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang dan mencukupi kebutuhan pangan Indonesia memerlukan peningkatan produksi padi

Lebih terperinci

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM Soenartiningsih dan A. Haris Talanca Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros ABSTRAK Penyakit antraknosa yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai 77 PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai Varietas cabai yang tahan terhadap infeksi Begomovirus, penyebab penyakit daun keriting kuning, merupakan komponen utama yang diandalkan dalam upaya pengendalian

Lebih terperinci

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu)

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu) KOMPONEN OPT Hama adalah binatang yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Patogen adalah jasad renik (mikroorganisme) yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman Gulma (tumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor serta di Laboratorium Bakteriologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS. Lab. Teknologi Agrokimia, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS. Lab. Teknologi Agrokimia, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PERANCANGAN PABRIK: DOKUMENTASI PERANCANGAN PABRIK Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS. Lab. Teknologi Agrokimia, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA

PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA Nurul Hidayah dan Supriyono *) PENDAHULUAN Penyakit tanaman merupakan salah satu faktor pembatas dalam budi daya tanaman, termasuk tembakau virginia. Berbagai penyakit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var. UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var. Domba) Onesia Honta Prasasti (1509100036) Dosen Pembimbing : Kristanti Indah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta :

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk BAHAN DAN METODE 9 Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2007 sampai Juni 2007 di rumah kaca Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Rumah kaca berukuran

Lebih terperinci

CARA PATOGEN MENIMBULKAN PENYAKIT

CARA PATOGEN MENIMBULKAN PENYAKIT CARA PATOGEN MENIMBULKAN PENYAKIT MENGKONSUMSI KANDUNGAN SEL INANG SECARA TERUS MENERUS MEMBUNUH SEL ATAU MERUSAK AKTIVITAS METABOLISME KARENA ENZIM, TOKSIN ATAU ZAT TUMBUH MENGGANGGU TRANSPORTASI AIR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Perkebunan Fakultas Pertanian, Unila dari Bulan Desember 2014 sampai Maret

III. BAHAN DAN METODE. Perkebunan Fakultas Pertanian, Unila dari Bulan Desember 2014 sampai Maret III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Produksi Tanaman Perkebunan Fakultas Pertanian, Unila dari Bulan Desember 2014 sampai Maret

Lebih terperinci

DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN. Oleh: Tim Dosen HPT. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2013

DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN. Oleh: Tim Dosen HPT. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2013 DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN Oleh: Tim Dosen HPT Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2013 1 Abiotik Biotik PENYEBAB ABIOTIK Kekurangan air Udara terlalu kering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan

BAHAN DAN METODE. Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga, dan Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m dpl pada Bulan Mei

Lebih terperinci

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya!

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! LAMPIRAN Tahap I : Menggambarkan garis normal dari bidang batas yang datar No. Soal No. Soal 1. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar

Lebih terperinci

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Praktikum Teknologi Produksi Tanaman aspek HPT MATERI-1 Intensitas Penyakit dan Kerusakan Akibat OPT Anam Rifai Pengertian Hama adalah hewan/binatang, merusak tanaman budidaya, merugikan secara ekonomi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi 12 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel buah kopi dilakukan pada perkebunan kopi rakyat di Desa Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Hubungan cuaca dengan penyakit tumbuhan SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Hubungan cuaca dengan penyakit tumbuhan SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Hubungan cuaca dengan penyakit tumbuhan Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 3. KEGIATAN BELAJAR 4.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanah Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kacang tanah adalah lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Keasaman (ph) tanah yang optimal untuk

Lebih terperinci

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet) Karet memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Komoditas ini merupakan salah satu penghasil devisa utama dari sektor perkebunan dengan nilai ekspor sekitar US$ 11.8 milyar pada tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena metode deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi 23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Program Studi Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi Agroekoteknologi,

Lebih terperinci

ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

ILMU PENYAKIT TUMBUHAN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN Kami ( Allah ) telah menguji pemilik kebun ( anggur ), ketika mereka bersumpah bahwa mereka pasti panen esok hari, mereka lupakan ( dalam pembicaraannya ) hak hak fakir miskin ;

Lebih terperinci