PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL MENGGUNAKAN FLUIDA KERJA PETROLEUM ETER DENGAN DEBIT FLUIDA KERJA 3 LITER/MENIT TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Teknik Mesin Oleh : RESTU INDRA GUMELAR NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 i

2 PERFORMANCE OF THERMAL ENERGY WATER PUMP USING PETROLEUM ETHER AS WORKING FLUIDS WITH DEBITE 3 LITRE/MINUTE FINAL PROJECT Presented as partial fulfilment of the requirement to obtain the Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering By: RESTU INDRA GUMELAR Student Number : MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF MECHANICAL ENGINEERING FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2013 ii

3 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI

4 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI

5 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI

6

7 INTISARI Kebutuhan masyarakat akan air sangatlah penting, sedangkan pemanfaatannya masih tergantung dengan energi fosil yang sudah ada. Sehingga masyarakat masih banyak menggunakan pompa air yang memanfaatkan energi fosil. Energi terbarukan perlu dikembangkan untuk menjawab ketergantungan energi fosil dalam pemanfaatan akan air. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab ketergantungan itu dengan menggunakan energi termal dalam pemanfaatan pompa air. Tujuan penelitian ini membuat pompa air tenaga termal dengan memanfaatkan uap yang dihasilkan oleh fluida kerja yang mengalir pada delapan pipa pemanas dengan laju aliran fluida kerja 3 liter/menit. Fluida kerja yang digunakan adalah petroleum eter. Unjuk kerja yang ingin dicapai adalah debit, daya, efisiensi pompa dan efisiensi termal pompa maksimum. Parameter yang divariasikan adalah jumlah tabung udara yang digunakan 2 dan 1 tabung, head pemompaan 2,35 dan 1,35 m, dan volume udara pada pemanas dan kondensor saat pemanasan. Variabel yang diukur adalah temperatur pada pemanas, temperatur pipa pemanas (evaporator), tekanan uap fluida pada pipa pemanas, tekanan air dalam tabung air tekan dan tekanan udara dalam tabung udara tekan. Hasi dari penelitian yang didapat, debit maksimum pemompaan sebesar 0,25 liter /menit tiap siklus pada variasi head pemompaan 1,35. Daya maksimum pemompaan sebesar 0,11 watt pada variasi head pemompaan 1,35. Efisiensi pemompaan maksimum sebesar 0,01 % pada variasi head pemompaan 1,35. Efisiensi termal maksimum sebesar 86,89 % pada variasi jumlah tabung udara tekan yang digunakan yaitu 1 tabung udara tekan. Kata kunci: pompa air, energi termal, petroleum eter, debit pompa, daya pompa, efisiensi pompa vii

8 ABSTRACT The public needs to be water is incredibly important while its use is still depends on fossil energy are already there. So the public still much use of a water pump that use fossil energy. Renewable energy needs to develop to answer dependence fossil energy in the utilization will water. The study is done to answer it by using energy thermal in the utilization water engines. Research purposes of this makes water pump thermal power by utilizing steam produced by a working fluid that flows in eight heating pipes to the rate of flow of a fluid work 3 liters per minute. A working fluid used is petroleum ether. On work to be achieved is debite, power, pump efficiency and efficiency thermal pump maximum. Of parameters varied is the sum the air tubes used 2 and a tube, pumping head of 2,35 and 1.35 m, and volume of air on heating and condenser when warming. Variable measured is temperature on heating, temperature heating pipes ( evaporator ), vapor pressure fluid at heating pipes, water pressure in water tubes press and air pressure in the air tubes press. The results of the research that earned the maximum debite pumping of 0.25 liters/min per cycle on the pumping head 1.35 variations. Maximum pumping power of 0.11 watt pumping head variations on Maximum pumping efficiency of 0.01% variation on the pumping head Maximum thermal efficiency of 86,89 % variation on tube compressed air used the compressed air tube 1. Keywords: water pump, thermal energy, petroleum ether, debite pumps, power pump, pump efficiency vii

9 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI

10 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... TITLE PAGE... HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR DEWAN PENGUJI... PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... LEMBAR PUBLIKASI... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii iv v vi vii viii x xii xiv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Masalah... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dasar Teori Persamaan yang Digunakan Penelitian Terdahulu BAB III METODE PENELITIAN ,1 Skema Alat Variabel yang Divariasikan Parameter yang Diukur Langkah Penelitian x

12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pembahasan BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Skema Alat Penelitian Gambar 3.2 Skema Pemisah Uap Gambar 3.3 Variasi Jumlah Tabung Udara yang Digunakan Gambar 3.4 Variasi Head Pemompaan Gambar 3.5 Variasi volume udara pada pemanas dan kondensor Gambar 4.1 Grafik perbandingan debit air pemompaan dengan variasi. jumlah tabung udara tekan Gambar 4.2 Grafik perbandingan daya pemompaan dengan variasi jumlah tabung udara tekan Gambar 4.3 Grafik perbandingan efisiensi pompa air pemompaan dengan variasi jumlah tabung udara tekan Gambar 4.4 Grafik perbandingan debit air pemompaan dengan variasi. head pemompaan Gambar 4.5 Grafik perbandingan daya pemompaan dengan variasi head pemompaan Gambar 4.6 Grafik perbandingan efisiensi pemompaan dengan variasi. head pemompaan Gambar 4.7 Grafik perbandingan debit air pemompaan dengan variasi. volume udara pada pemanas dan kondensor Gambar 4.8 Grafik perbandingan daya pemompaan dengan variasi... volume udara pada pemanas dan kondensor Gambar 4.9 Grafik perbandingan efisiensi pemompaan dengan variasi. volume udara pada pemanas dan kondensor Gambar L.1 Alat penelitian pompa air energi termal Gambar L.2 Pemanas fluida kerja Gambar L.3 Pemisah uap Gambar L.4 Kondensor Gambar L.5 Tabung penampung fluida kerja Gambar L.6 Tabung udara tekan xii

14 Gambar L.7 Tangki air tekan Gambar L.8 Pompa Benam Gambar L.9 Alat ukur xiii

15 DAFTAR TABEL Tabel 4.1A Data penelitian pada variasi volume udara tekan dengan melihat jumlah tabung udara tekan yang digunakan, yaitu 2 tabung dan 1 tabung Tabel 4.1B Data penelitian pada variasi head pemompaan 2,35 meter dan 1,35 meter Tabel 4.1C Data penelitan pada variasi volume udara ketika kondensor dan pemanas tidak berisi udara, dan hanya pemanas yang berisi udara Tabel 4.1D Hasil perhitungn data penelitian pada variasi volume udara tekan dengan melihat jumlah tabung udara tekan yang digunakan, yaitu 2 tabung dan 1 tabung Tabel 4.1E Hasil perhitungan data penelitian pada variasi volume udara ketika kondensor dan pemanas tidak berisi udara, dan hanya pemanas yang berisi udara Tabel 4.1F Hasil perhitungan data penelitian pada variasi head pemompaan 2,35 meter dan 1,35 meter Tabel L.1 Sifat sifat fluida xiv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia selalu melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan pokok bagi manusia merupakan kebutuhan akan pangan. Kebutuhan pangan dapat dibagi menjadi kebutuhan akan makanan dan minuman. Dalam perwujudan akan kebutuhan pangan, tentunya bergantung akan air. Air selalu dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan pangan, baik pada makanan maupun minuman. Namun pada kenyataannya, keberadaan air tidaklah selalu mudah untuk didapatkan. Keadaan wilayah dalam suatu tempat mempengaruhi akan keberadaan air. Sebagai contoh pada puncak gunung, maupun pada sekitar gunung, dan pesisir pantai, air sangat sulit didapatkan. Biasanya pemanfaatan air yang diambil dari sumbernya dibantu menggunakan pompa air, untuk mengalirkan air dari sumber mata air menuju tempat penampungan yang siap pakai, atau langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pompa air umumnya digerakkan menggunakan energi listrik atau menggunakan bahan bakar fosil. Penggunaan pompa air listrik maupun bahan bakar sangatlah cocok bila digunakan pada suatu daerah yang mendapat supply energi listrik maupun bahan bakar yang mencukupi. Sedangkan di Indonesia, belum semua daerah memiliki ketersediaan energi listrik maupun bahan bakar 1

17 2 yang memadai. Sehingga dalam penggunaan pompa air untuk menunjang kebutuhan hidup masyarakat masih belum maksimal. Masalah lain selain ketersediaan energi yang belum merata di Indonesia yaitu masalah krisis energi. Semakin pesat perkembangan zaman berimbas pada penggunaan energi yang berlebih. Imbas penggunaan energi berlebih yaitu masalah ketersediaan energi yang lambat laun mulai menipis, dan berimbas pula dengan harga-harga kebutuhan pokok tidak terkecuali air. Beberapa masyarakat yang belum tersentuh energi listrik maupun bahan bakar menggunakan cara tradisional untuk mendapatkan air dari sumbernya. Walaupun dinilai sangat murah apabila masyarakat melakukan cara tradisional untuk mendapatkan air, namun tidak sedikit pula tenaga dan waktu yang terbuang demi mendapatkan air. Energi termal merupakan salah satu energi alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi penggerak pompa air. Terdapat beberapa sumber energi termal yang terbarukan yang sudah bisa dimanfaatkan, yakni panas bumi, biomasaa dan surya. Energi termal yang didapatkan dari panas bumi belum banyak dimanfaatkan penerapannya dalam skala penelitian studi. Sedangkan energi termal yang didapatkan dari radiasi sinar matahari (surya) dan biomassa, sering dimanfaatkan dalam skala penelitian studi maupun untuk komersial. Pada penelitian yang dilakukan ini menggunakan prinsip pemanfaatan termal pada kompor pemanas.

18 3 1.2 Perumusan Masalah Kerja pemompaan dihasilkan oleh proses penguapan dan pengembunan fluida kerja. Saat terjadi proses penguapan, tekanan fluida kerja akan naik, kenaikan tekanan ini digunakan untuk mengalirkan air dari pompa ke tempat air tersebut diperlukan. Saat terjadi proses pengembunan tekanan fluida kerja akan turun, penurunan tekanan ini digunakan untuk mengalirkan air dari sumber air kedalam pompa air. Proses penguapan fluida kerja memerlukan energi panas dan proses pengembunan memerlukan pendinginan. Energi panas diperoleh dari kompor pemanas dan pendinginan dilakukan oleh fluida pendingin seperti udara atau air. Unjuk kerja pompa air ditentukan oleh kecepatan penguapan dan pengembunan fluida kerja. Kecepatan penguapan dan pengembunan fluida kerja ditentukan oleh sifat-sifat dan jumlah massa fluida kerja yang digunakan serta beban (head) pemompaan. Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Fluida kerja yang digunakan harus mempunyai sifat mudah menguap (mempunyai kapasitas panas dan titik didih yang tidak terlalu tinggi) tetapi juga mudah untuk diembunkan kembali. Penggunaan fluida kerja dalam penelitian ini yaitu petroleum eter, yang memiliki titik didih sebesar o C dengan berat jenis relatif antara 0,6 hingga 0,8 gram/cm 3 tergantung pada komposisinya. 2. Jumlah massa fluida kerja yang dipakai berpengaruh dalam sistem. Jumlah massa fluida yang lebih banyak dapat menghasilkan kenaikan tekanan yang lebih besar tetapi dengan kecepatan penguapan yang lebih rendah

19 4 dibandingkan jumlah massa fluida kerja yang lebih sedikit. Demikian juga pada proses pengembunan, jumlah massa fluida kerja yang lebih banyak dapat menghasilkan penurunan tekanan yang lebih besar tetapi dengan kecepatan pengembunan yang lebih lambat. Penelitian ini akan meneliti bagaimana pengaruh jumlah massa fluida kerja yang digunakan petroleum eter terhadap unjuk kerja pompa air dengan sistem termodinamik. 3. Beban (head pemompaan) akan berpengaruh terhadap kecepatan penguapan dan pengembunan fluida kerja sehingga akan mempengaruhi unjuk kerja pompa air yang dihasilkan. Penelitian ini akan meneliti bagaimana pengaruh beban pemompaan terhadap unjuk kerja pompa air dengan sistem termodinamik. 4. Penelitian ini akan meneliti bagaimana pengaruh volume udara tekan / udara yang terkompresi dalam tabung udara tekan terhadap unjuk kerja pompa air dengan sistem termodinamika. 5. Penelitian ini juga meneliti bagaimana pengaruh volume udara pada pemanas dan kondensor saat pemanasan terhadap unjuk kerja pompa air dengan sistem termodinamika.

20 5 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Membuat pompa air energi termal dengan delapan pipa pemanas dan pemisah uap. 2. Meneliti debit maksimum pemompaan. 3. Meneliti daya maksimum pempompaan. 4. Meneliti efisiensi maksimum pompa. 5. Meneliti efisiensi termal pompa. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini : 1. Menambah kepustakaan tentang teknologi pompa termal. 2. Hasil-hasil penelitian diharapkan dapat dikembangkan hingga terbuatnya suatu produk pompa air termal yang dapat diterima masyarakat dan menjawab permasalahan kebutuhan air. 3. Menjawab tantangan akan krisis energi. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini : 1. Pada penelitian ini dibuat pompa energi termal menggunakan delapan pipa yang tersusun secara paralel sebagai pemanas fluida. 2. Pada penelitian ini, pemanfaatan panas dari surya didekati dengan menggunakan kompor pemanas sebagai sumber panas, yang

21 6 selanjutnya digunakan untuk memanasi pipa-pipa yang dialiri fluida kerja. Kompor pemanas yang digunakan memiliki daya 1800 watt. Daya kompor pemanas ini disebut juga daya pemanas (input). Daya pemanas (input) ini digunakan dalam perhitungan mencari efisiensi termal pompa. 3. Untuk mencari daya pemanas (output) yaitu daya yang dihasilkan dari proses pemanasan dan digunakan dalam proses pemompaan, didekati dengan menghitung perpindahan panas yang terjadi pada pipa pemanas yang dialiri fluida kerja dan dipanasi dalam wadah berisi minyak sebagai penghantar panas dari kompor pemanas. 4. Dalam penelitian ini tekanan udara sekitar dibutuhkan dalam perhitungan kompresi udara. Diasumsikan tekanan udara sekitar adalah 1 bar. 5. Volume udara tekan divariasikan dengan jumlah tabung udara tekan yang digunakan, yaitu 1 dan 2 tabung. 6. Head pemompaan divariasikan dengan mengatur tinggi air yang mengalir. Divariasikan tinggi air yang mengalir yaitu 2,35 meter dan 1,35 meter. 7. Volume udara pada evaporator dan kondensor saat pemanasan divariasikan dengan mengisi fluida kerja (petroleum eter) pada pemanas dan kondensor dan mengisi fluida kerja hanya pada kondensor, sedangkan pemanas berisi udara dengan tekanan 1 atm.

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Terdapat 2 klasifikasi pompa air energi termal yaitu dengan sistem termodinamik berpendingin udara dan berpendingin air. Pompa air dengan sistem termodinamik menggunakan pendingin air merupakan yang paling sederhana dan akan digunakan dalam penelitian ini. Pompa air dengan sistem termodinamik berpendingin air memiliki beberapa komponen yaitu kompor pemanas, kondensor, katup hisap, katup tekan, sumber air / sumur, tangki tekan air, tangki tekan udara, pompa benam dan bak penampung atas. Kompor pemanas digunakan untuk memanasi fluida kerja (petroleum eter). Terdapat pipa header dan pipa risers yang disebut juga pipa pemanas. Kondensor digunakan untuk mengefektifkan pendinginan. Pendinginan dilakukan dengan menggunakan fluida pendingin air yang diperoleh dari kerja pemompaan sebelum masuk dalam bak penampung bawah. Pada penelitian ini kondensor yang digunakan berbentuk spiral terbuat dari bahan stainless steel. Prinsip kerja pompa air ini adalah sebagai berikut, energi panas yang dihasilkan kompor pemanas memanasi fluida kerja yang terdapat di dalam pipa pemanas kolektor, karena menerima energi panas maka akan terjadi proses penguapan fluida kerja. Uap fluida kerja akan mengalir kedalam tangki tekan air. Uap akan menekan air di dalam tangki tekan air. Karena tertekan uap fluida kerja, 7

23 8 air di dalam tangki tekan air akan mengalir ke dalam tangki tekan udara sehingga udara di dalam tangki tekan udara tertekan. Karena tertekan air, udara di dalam tangki tekan udara akan mengalir ke dalam pompa benam dan menekan air di dalam pompa benam. Karena tertekan udara, air di dalam pompa benam akan mengalir ke dalam bak penampung atas. Mengalirnya air dari pompa benam ke bak penampung atas disebut langkah tekan. Dari bak penampung atas air dialirkan ke bak penampung bawah melalui kondensor. Kondensor terletak di dalam tangki tekan air. Karena air mengalir melalui kondensor, uap fluida kerja di dalam tangki tekan air akan mengalami pendinginan sehingga mengembun. Pengembunan fluida kerja ini menyebabkan tekanan sistem turun. Turunnya tekanan menyebabkan air di dalam sumber akan mengalir ke dalam pompa benam. Mengalirnya air dari sumber air ke dalam pompa benam disebut langkah hisap. Satu siklus pemompaan terdiri dari satu langkah tekan dan satu langkah hisap. Siklus pemompaan akan berlangsung terus selama ada energi panas yang cukup (Sumathy, 1999).

24 9 2.2 Persamaan yang Digunakan Unjuk kerja pompa air energi termal diantaranya dinyatakan dengan daya pompa dan efisiensi pompa. Daya pemompaan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Soemitro, 1986) : P pompa ρgqh (1) dengan ρ adalah massa jenis air, g adalah percepatan gravitasi, Q adalah debit pemompaan, dan H adalah head pemompaan. Daya pemanas merupakan energi yang diperlukan untuk menguapkan fluida kerja tiap satuan waktu (Cengel, 2008). Daya pemanas dapat dihitung dengan persamaan berikut: P pemanas ha T (2) dengan h adalah koefisien perpindahan kalor konveksi, A adalah luas permukaan, dan ΔT adalah temperatur pemanasan (temperatur minyak atau temperatur evaporator rata-rata dikurangi temperatur permukaan pipa pemanas). Perhitungan daya pemanas dilakukan menggunakan pendekatan perpindahan kalor yang terjadi pada kompor pemanas menuju pipa-pipa pemanas yang dialiri fluida kerja. Diasumsikan bahwa perpindahan kalor yang terjadi yaitu secara konveksi, dari minyak pemanas menuju permukaan luar pipa pemanas, dan dari fluida kerja (petroleum eter) menuju permukaan pipa dalam. Sedangkan

25 10 semua perpindahan kalor secara konduksi diabaikan, karena pengaruh perubahan daya pemanasan sangat kecil. Koefisien perpindahan kalor yang terjadi di luar pipa (һo) dan yang terjadi di dalam pipa (hi) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: k h Nu (3) dengan k adalah konduktivitas termal, δ adalah panjang karakteristik pipa, dan Nu adalah bilangan Nusselt. Untuk mencari nilai bilangan Nusselt pada konveksi luar pipa dapat menggunakan persamaan : Nu = {0,6 + 0,387 Ra 1/6 / (1 + (0,559/Pr) 9/16 ) 8/27 } 2 (4) dengan Ra adalah bilangan Rayleigh, dan Pr merupakan bilangan Prandtl. Sedangkan untuk mencari nilai bilangan Nusselt pada konveksi dalam pipa dapat menggunakan persamaan : Nu = 0,40 Ra 0,20 (5) dengan Ra adalah bilangan Rayleigh.

26 11 Dalam menentukan persamaan bilangan Nusselt yang digunakan pada konveksi dalam pipa maupun luar pipa, bilangan Rayleigh (Ra) sebelumnya ditentukan terlebih dahulu. Bilangan Rayleigh (Ra) dapat dicari dengan menggunakan persamaan : Ra = g β (T S - T ) δ 3 Pr / ⱴ 2 (6) dengan β adalah koefisien volume ekspansi, T S adalah temperatur permukaan (temperatur minyak atau evaporator rata-rata), T adalah temperatur permukaan pipa yang didapatkan dengan metode iterasi, dan ⱴ adalah viskositas kinematik fluida. Efisiensi pompa merupakan perbandingan antara daya pompa dengan daya pemanas. Efisiensi pompa dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Ppompa pompa 100% (7) P pemanas Efisiensi termal merupakan perbandingan antara daya pemanas output dengan daya pemanas input. Efisiensi termal dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Ppemanas ( output) termal 100% (8) P pemanas( input) Kompresi udara tekan merupakan besarnya tekanan yang terjadi akibat perubahan volume udara pada massa udara tetap dalam tabung udara tekan (Cengel, 2008). Kompresi udara tabung tekan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

27 12 V P 1 1 P2 (9) V2 dengan P 1 adalah tekanan udara awal, P 2 adalah kompresi udara tekan, V 1 adalah volume udara awal, dan V 2 adalah volume udara akhir. 2.3 Penelitian yang Terdahulu Penelitian pompa air energi surya termal menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk pengembunan uap fluida kerja dipengaruhi debit dan temperatur air pendingin masuk ke kondensor (Sumathy et. al., 1995). Prototipe pompa air energi surya termal yang bekerja dengan siklus Rankin diuji dengan menggunakan fluida kerja refrijeran R 113 untuk mengetahui unjuk kerjanya (Spindler et. al., 1996). Penelitian unjuk kerja pompa air energi surya termal dengan menggunakan kolektor pelat datar seluas 1 m 2, pada variasi head 6, 8, dan 10 m menunjukkan bahwa ukuran vesel uap fluida kerja berpengaruh pada unjuk kerja pompa (Sumathy, 1999). Penelitian secara teoritis pompa air energi surya termal dengan menggunakan dua fluida kerja, yaitu n-pentane dan ethyl ether menunjukkan bahwa efisiensi pompa dengan fluida kerja ethyl ether lebih tinggi 17% dibanding n-pentane pada head 6 m (Wong, 2000). Analisa termodinamika untuk mengetahui unjuk kerja pompa air energi surya termal pada beberapa ketinggian head menunjukkan bahwa jumlah siklus tiap satu hari tergantung waktu yang diperlukan untuk pemanasan fluida kerja dan waktu yang diperlukan untuk pengembunan uap. Waktu pemanasan tergantung pada jumlah fluida awal dalam sistem. Waktu pendinginan tergantung pada luasan optimum koil pendingin

28 13 (Wong, 2001a). Penelitian pompa air energi surya dengan menggunakan kolektor pelat datar sederhana seluas 1 m 2 dengan fluida kerja ethyl ether menghasilkan kapasitas pemompaan liter/hari tergantung ketinggian head (6-10 m). Efisiensi sistem mencapai 0,34-0,42% (Wong, 2001b). Penelitian pompa air energi surya termal dengan menggunakan metode matematis menunjukkan unjuk kerja pompa ditentukan oleh fraksi uap dari siklus yang terjadi. Naiknya temperatur maksimum pemanasan meningkatkan daya pemompaan, sementara penurunan efisiensi disebabkan oleh kerugian panas karena proses penguapan dan pengembunan air (Mahkamov, 2005).

29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Skema Alat Pada penelitian ini pompa air energi termal memanfaatkan panas uap air panas sebagai sumber panas. Fluida yang di gunakan adalah petroleum eter (wasbensin). Gambar 3.1 merupakan skema alat yang digunakan dalam penelitian. Foto skema alat ditunjukkan pada bagian lampiran Gambar L ` Gambar 3.1 Skema alat penelitian 14

30 15 Bagian-bagian utama alat pada Gambar 3.1 : 1. Kompor pemanas tembaga berukuran 60 cm x 25 cm x 9 cm. Berisi fluida pemanas (minyak) memenuhi kompor pemanas. 2. Pipa pemanas berbahan tembaga dengan diameter ½ inci untuk risers dan diameter 5/8 inci untuk header. Yang dipanaskan dengan posisi horisontal dengan kemiringan 8,53 o pada kompor pemanas. Foto pipa pemanas ditunjukkan pada bagian lampiran Gambar L Tabung pemisah uap berbahan stainless steel dengan ukuran diameter 5 cm dan tinggi tabung 25 cm. Foto tabung pemisah ditunjukkan pada bagian lampiran Gambar L Tabung penampung fluida kerja berbahan stainless steel dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi tabung 20 cm. Foto tabung penampung fluida ditunjukkan pada bagian lampiran Gambar L Kondensor berbentuk pipa spiral dengan ukuran diameter ¾ inci, panjang pipa 7 m dan jumlah spiral 6. Foto kondensor ditunjukkan pada bagian lampiran Gambar L Tabung air tekan berbahan stainless steel dengan ukuran diameter 40 cm dan tinggi tabung 100 cm. Foto tabung air tekan ditunjukkan pada bagian lampiran Gambar L Tabung udara tekan berbahan PVC dengan ukuran diameter tabung 4 inci dan tinggi 2 m. Foto tabung udara tekan ditunjukkan pada bagian lampiran Gambar L.6.

31 16 8. Pompa benam berbahan PVC dengan ukuran diameter 4 inci dan panjang 4 m. Foto pompa benam ditunjukkan pada bagian lampiran Gambar L Katup searah sisi hisap. 10. Sumur berbentuk tabung berbahan PVC dengan ukuran diameter 4 inci dan kedalaman sumur 1 m. 11. Katup searah sisi tekan. 12. Pipa buang. 13. Penampung air. Pada penelitian ini menggunakan tabung pemisah uap yang berfungsi untuk memisahkan uap fluida kerja dengan fluida kerja cair yang terbawa uap fluida kerja. Skema tabung pemisah uap sesuai Gambar 3.2. Uap fluida kerja yang menuju kondensor. Campuran uap fluida dengan fluida cair dari pemanas. Fluida cair kembali menuju pemanas. Gambar 3.2 Skema pemisah uap Proses kerja alat pada penelitian ini, dimulai dengan memanasi pipa pemanas menggunakan kompor pemanas yang berisi fluida pemanas yaitu minyak. Katup penghubung kondensor dan tabung air tekan dalam kondisi terbuka. Katup penghubung tabung penampung fluida kerja dan pipa pemanas

32 17 dibuka dalam kondisi / variasi tertentu. Ketika pipa pemanas dan kondensor dipenuhi fluida kerja sebelum pemanasan, katup penghubung ditutup dan dibuka ketika fluida kerja pada pipa pemanas mulai habis. Kondisi lain ketika pipa pemanas tidak berisi fluida kerja dan hanya kondensor yang berisi fluida kerja, katup penghubung ditutup dan dibuka ketika temperatur pipa pemanas yang kosong (hanya berisi udara) mencapai kesetaraan titik didih maksimal fluida kerja yang mencapai 60 o C. Fluida kerja mengalir ke pipa pemanas ketika katup penghubung dibuka dan terpanasi. Fluida kerja yang terpanasi selanjutnya akan menguap dan uap fluida kerja akan masuk ke dalam tabung pemisah uap. Uap fluida kerja yang menguap tidak semuanya murni uap. Namun fluida kerja cair juga ikut terbawa aliran uap fluida. Dalam pemisah uap, fluida kerja cair yang terbawa uap fluida akan terpisah. Selanjutnya fluida kerja cair akan kembali menuju pipa pemanas dan terpanasi kembali, sedangkan uap fluida kerja akan mengalir ke kondensor kemudian menuju ke tabung air tekan. Air dalam tabung air tekan akan tertekan oleh uap fluida kerja, dan mengakibatkan tinggi air pada tabung udara tekan naik. Naiknya air pada tabung udara tekan mengakibatkan udara terkompresi. Udara yang terkompresi mendorong air di pompa benam dan menyebabkan katup sisi tekan terbuka dan katup sisi hisap tertutup sehingga air dalam pompa benam ke luar melewati pipa buang. Sebelum proses pendinginan pastikan tidak terjadi proses pemanasan fluida kerja (kompor pemanas dimatikan). Proses pendinginan dilakukan dengan menggunakan 2 kondisi, yaitu mendinginkan kondensor menggunakan udara sekitar dan dengan air. Uap fluida kerja pada kondensor akan mengembun. Pengembunan uap fluida kerja akan

33 18 menyebabkan air dalam tabung air tekan naik, dan ketinggian air pada tabung udara menurun, sehingga udara dalam tabung udara tekan tidak terkompresi lagi. Penurunan tekanan pada tabung udara mengakibatkan kevakuman sehingga katup tekan tertutup sedangkan katup hisap terbuka. Terbukanya katup hisap menyebabkan air pada sumur masuk ke dalam pompa benam. Pada saat volume fluida cair kembali ke posisi semula, fluida kerja bisa kembali dipanaskan sesuai kondisi yang diinginkan. Siklus kembali dimulai dari awal. 3.2 Variabel yang Divariasikan Variasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Volume udara tekan divariasikan dengan jumlah tabung udara tekan yang digunakan, yaitu 1 dan 2 tabung. 2. Head pemompaan sebanyak 2 variasi : 2,35 m dan 1,35 m. 3. Volume udara pada pemanas dan kondensor saat pemanasan divariasikan sebanyak 2 variasi, yaitu : a. Pemanas dan kondensor berisi fluida kerja dengan volume 2,51 liter (tidak ada udara dalam pemanas dan kondensor). b. Kondensor yang berisi fluida kerja ( volume 1,25 liter) sedangkan pemanas berisi udara.

34 19 Variasi volume udara mula-mula pada tabung udara tekan dilakukan dengan mengatur jumlah tabung udara tekan yang digunakan. Volume udara mula mula pada 1 tabung udara tekan sebesar 5,9 liter dan pada 2 tabung udara tekan yang digunakan sebesar 11,81 liter (Gambar 3.3) Gambar 3.3 Variasi jumlah tabung udara yang digunakan. Variasi head pemompaan dilakukan dengan mengatur ketinggian pipa buang (Gambar 3.4).

35 20 Gambar 3.4 Variasi head pemompaan Variasi volume udara pada pemanas dan kondensor saat pemanasan dilakukan dengan mengatur fluida kerja pada penampung fluida kerja (Gambar 3.5) a b Gambar 3.5 Variasi volume udara pada pemanas dan kondensor. Volume udara pada pemanas dan kondensor (a) Gambar 3.5 ketika udara tidak mengisi pipa pemanas dan kondensor, namun berisi fluida

36 21 kerja dengan volume 2,5 liter. (b) Gambar 3.5 ketika pipa pemanas berisi udara dengan tekanan 1 atm, sedangkan pada kondensor berisi fluida kerja dengan volume 1,25 liter. 3.3 Parameter yang Diukur Parameter yang diukur dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Temperatur kompor pemanas berisi fluida minyak (T 1 dan T 2 ). 2. Temperatur fluida kerja yang masuk pada pipa pemanas (T 3 ). 3. Temperatur fluida kerja yang menguap pada pipa pemanas (T 4 ). 4. Tekanan fluida kerja dalam evaporator (P 1 ). 5. Tekanan air pada tabung air tekan (P 2 ). 6. Tekanan udara pada tabung udara tekan (P 3 ). 7. Kenaikan air pada tabung udara tekan (h). 8. Volume pemompaan (V pompa ). 9. Waktu pemompaan (t pompa ). 10. Waktu pemanasan (t panas ). 11. Waktu pendinginan (t dingin ). Pengukuran temperatur menggunakan termologger, pengukuran waktu menggunakan stopwatch dan pengukuran tekanan dengan melihat manometer. Pengukuran volume pemompaan dari perbedaan volume sumur awal dan akhir. Foto termologger dan manometer ditunjukkan pada bagian lampiran Gambar L.9.

37 Langkah Penelitian Secara garis besar penelitian dilakukan dengan prosedur yang sama pada tiap variasi sehingga dapat diperoleh hasil untuk membandingkan tiap variasi. Berikut merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk pengambilan data penelitian: 1. Penelitian diawali dengan pembuatan dan penyiapan alat seperti pada Gambar Pengambilan data dilakukan dengan memvariasikan massa fluida kerja mula-mula. 3. Sebelum pemanasan dimulai atur ketinggian air pada tabung udara tekan dan ketinggian pemompaan sesuai dengan variasi mula-mula yang diinginkan. 4. Ketika uap fluida kerja mulai melemah saat pemanasan, katup tabung penampung fluida kerja mulai dibuka dengan debit yang divariasikan. 5. Data yang dicatat adalah temperatur kompor pemanas berisi fluida minyak (T 1 dan T 2 ), temperatur fluida kerja yang masuk pada pipa pemanas (T 3 ), temperatur fluida kerja yang menguap pada pipa pemanas (T 4 ), tekanan fluida kerja dalam evaporator (P 1 ), tekanan air pada tabung air tekan (P 2 ), tekanan udara pada tabung udara tekan (P 3 ), kenaikan air pada tabung udara tekan (h), volume pemompaan (V pompa ), waktu pemompaan (t pompa ), waktu pemanasan (t panas ), waktu pendinginan (t dingin ). 6. Langkah 2, 3 dan 4 diulangi sesuai dengan variasi selanjutnya.

38 23 7. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan Persamaan (1) hingga Persamaan (9).

39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berikut adalah data dan hasil penelitian yang didapat dengan memvariasikan volume udara tekan, head pemompaan, dan volume udara pada pemanas dan kondensor saat pemanasan. Adapun penjelasan mengenai penamaan kolom dan baris pada data yang tersaji dalam bentuk tabel yaitu pada Tabel 4.1A 4.1C dengan keterangan pada kolom T 1 yaitu temperatur fluida pemanas bagian dasar, T 2 yaitu temperatur fluida pemanas bagian permukaan, T 3 yaitu temperatur fluida kerja yang masuk pada pipa pemanas, T 4 yaitu temperatur fluida kerja yang menguap pada pipa pemanas, V udara yaitu volume udara pada tabung udara tekan, P 1 yaitu tekanan fluida kerja dalam evaporator yang terbaca manometer, P 2 yaitu tekanan air pada tabung air tekan yang terbaca manometer, P 3 yaitu tekanan udara pada tabung udara tekan yang terbaca manometer, t panas yaitu lama waktu pemnasan fluida cair. Dimulai dari awal siklus tekan hingga akhir siklus tekan, t pompa yaitu lama waktu pemompaan. Diukur ketika air mulai mengalir dari ujung tertinggi pipa buang hingga air berhenti mengalir, t dingin yaitu lama waktu pendinginan. Dimulai dari awal siklus tekan hingga volume fluida cair kembali ke posisi awal dan V sumur yaitu volume air yang akan dipompa. Sedangkan keterangan pada baris awal yaitu kondisi dimana awal siklus tekan dan akhir siklus hisap, akhir yaitu kondisi ketika 24

40 25 siklus tekan berakhir, dan merupakan awalan ketika siklus hisap, dan ΔV sumur yaitu volume air yang dipompa dari sumur dan keluar pada pipa buang selama satu siklus pemompaan. Penjelasan mengenai penamaan kolom dan baris pada data yang tersaji dalam bentuk tabel yaitu pada Tabel 4.1E 4.1F dengan keterangan pada kolom t panas yaitu lama waktu pemnasan fluida cair. Dimulai dari awal siklus tekan hingga akhir siklus tekan, t pompa yaitu lama waktu pemompaan. Diukur ketika air mulai mengalir dari ujung tertinggi pipa buang hingga air berhenti mengalir, V air yaitu volume air hasil pemompaan dalam satu siklus, Q air yaitu debit air hasil pemompaan dalam satu siklus, P pompa yaitu daya pemompaan dalam satu siklus pemompaan dan P pemanas yaitu daya pemanas dalam proses pemanasan. Sedangkan keterangan pada baris variasi yaitu variasi yang dilakukan dalam penelitian. Tabel 4.1A Data penelitian pada variasi volume udara tekan dengan melihat jumlah tabung udara tekan yang digunakan, yaitu 2 tabung dan 1 tabung. Kondisi T 1 ( O C) T 2 ( O C) T 3 ( O C) T 4 ( O C) V udara (liter) P 1 (bar) P 2 (bar) P 3 (bar) t (panas) (det) t (pompa) (det) t (dingin) (det) V sumur (liter) Awal ,81 0,12 0, , Akhir ,72 0,58 0,5 0,4 14,82 ΔV sumur 1,37 Kondisi T 1 ( O C) T 2 ( O C) T 3 ( O C) T 4 ( O C) V udara (liter) P 1 (bar) P 2 (bar) P 3 (bar) t (panas) (det) t (pompa) (det) t (dingin) (det) V sumur (liter) Awal ,9 0,1 0, , Akhir ,18 0,58 0,5 0,4 14,34 ΔV sumur 1,85

41 26 Tabel 4.1B Data penelitian pada variasi head pemompaan 2,35 meter dan 1,35 meter. Kondisi T 1 ( O C) T 2 ( O C) T 3 ( O C) T 4 ( O C) V udara (liter) P 1 (bar) P 2 (bar) P 3 (bar) t (panas) (det) t (pompa) (det) t (dingin) (det) V sumur (liter) Awal ,9 0,01 0, , Akhir ,9 0,59 0,5 0,4 14,4 ΔV sumur 1,79 Kondisi T 1 ( O C) T 2 ( O C) T 3 ( O C) T 4 ( O C) V udara (liter) P 1 (bar) P 2 (bar) P 3 (bar) t (panas) (det) t (pompa) (det) t (dingin) (det) V sumur (liter) Awal ,9 0,1 0,08 0,02 16, Akhir ,77 0,5 0,4 0,3 13,61 ΔV sumur 2,58 Tabel 4.1C Data penelitian pada variasi volume udara ketika kondensor dan pemanas tidak berisi udara, dan hanya pemanas yang berisi udara. Kondisi T 1 ( O C) T 2 ( O C) T 3 ( O C) T 4 ( O C) V udara (liter) P 1 (bar) P 2 (bar) P 3 (bar) t (panas) (det) t (pompa) (det) t (dingin) (det) V sumur (liter) Awal ,9 0,1 0, , Akhir ,18 0,58 0,5 0,4 14,34 ΔV sumur 1,85 Kondisi T 1 ( O C) T 2 ( O C) T 3 ( O C) T 4 ( O C) V udara (liter) P 1 (bar) P 2 (bar) P 3 (bar) t (panas) (det) t (pompa) (det) t (dingin) (det) V sumur (liter) Awal ,9 0,01 0, , Akhir ,97 0,59 0,5 0,4 14,4 ΔV sumur 1,79 Dari data yang didapat, maka dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui unjuk kerja pompa termal dengan debit aliran fluida kerja yang mengalir pada pemanas 3 liter/menit. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan data pertama pada variasi jumlah tabung udara tekan yang digunakan (Tabel 4.1A).

42 27 Perhitungan petama kali dilakukan dengan menghitung daya pompa. Persamaan yang digunakan adalah Persamaan (1), dengan variabel yang diketahui adalah : Data 2 tabung udara tekan Head = 2,35 m g = 9,81 m 2 /det t pompa = 667 detik ρ air = 1000 kg/m 3 V air = ΔV sumur = 1,37 liter Perhitungan daya pemompaan adalah : P pompa = ρ air g Q H P pompa = 1000 kg/m 3 9,81 m 2 /det (1, m 3 / 667 detik) 2,35 m P pompa = 0,047 watt Perhitungan daya pemanas dilakukan setelah menentukan sifat-sifat fluida dengan melihat Tabel L.1 Sifat-sifat Fluida yang digunakan dalam pehitungan mencari nilai bilangan Rayleigh, Nusselt dan koefisien perpindahan kalor. Persamaan yang digunakan adalah Persamaan (6) untuk mencari nilai Ra, Persamaan (5) untuk mencari nilai Nu pada konveksi dalam pipa pemanas, Persamaan (4) untuk mencari nilai Nu pada konveksi luar pipa pemanas, Persamaan (3) untuk mencari nilai h, dan Persamaan (2) untuk mendapatkan daya pemanas. Dengan variabel yang diketahui adalah : T1 = 114 o C T2 = 115 o C

43 28 T3 = 59 o C T4 = 77 o C d pipa = 0,5 in L pipa = 0,6 m Dari variabel yang sudah diketahui, sifat sifat fluida perpindahan kalor konveksi pada bagian luar pipa yang dapat diketahui adalah : ⱴ = 3, m 2 /s Pr = 52,3 k = 0,1282 W/m o C Dari variabel yang sudah diketahui, sifat sifat fluida perpindahan kalor konveksi pada bagian dalam pipa yang dapat diketahui adalah : ⱴ = 5, m 2 /s Pr = 8,813 k = 0,1542 W/m o C Hasil dari perhitungan nilai Ra dengan perpindahan kalor konveksi pada bagian dalam pipa adalah : Ra = g β (T S - T ) δ 3 Pr / ⱴ 2 Ra = 9,81 0,0028 (89,6-68) 0, ,813 / (5, ) 2 Ra = 2, Dengan Ts merupakan temperatur rata-rata evaporator ((T3 + T4)/2) dan T adalah temperatur permukaan yang didapat menggunakan metode iterasi. Hasil dari perhitungan nilai Ra dengan perpindahan kalor konveksi pada bagian luar pipa adalah : Ra = g β (T S - T ) δ 3 Pr / ⱴ 2 Ra = 9,8 0,0026 (114,5 89,6) 0, ,3 / (3, ) 2

44 29 Ra = 5, Dengan Ts merupakan temperatur rata-rata minyak ((T1 + T2)/2) dan T adalah temperatur permukaan yang didapat menggunakan metode iterasi. Hasil dari perhitungan nilai Nu dengan perpindahan kalor konveksi pada bagian dalam pipa adalah : Nu = 0,40 Ra 0,20 Nu = 0,40 (2, ) 0,20 Nu = 30,75 Hasil dari perhitungan nilai Nu dengan perpindahan kalor konveksi pada bagian luar pipa adalah : Nu = {0,6 + 0,387 Ra 1/6 / (1 + (0,559/Pr) 9/16 ) 8/27 } 2 Nu = {0,6 + 0,387 (5, ) 1/6 / (1 + (0,559/52,3) 9/16 ) 8/27 } 2 Nu = 32,15 Hasil dari perhitungan nilai dengan perpindahan kalor konveksi pada bagian dalam pipa adalah : = k Nu / δ = 0, ,75 / 0,012 = 324,27 W/m 2 o C

45 30 Hasil dari perhitungan nilai dengan perpindahan kalor konveksi pada bagian luar pipa adalah : = k Nu / δ = 0, ,15 / 0,012 = 388,69 W/m 2 o C Perhitungan daya pemanas menggunakan salah satu nilai yang didapat. Perhitungan daya pemanas adalah : P pemanas = A ΔT P pemanas = 388,69 W/m 2 o C π 0,0127 m 0,6 m 8 (114,5 o C 89,6 o C) P pemanas = 1554 watt Perhitungan efisiensi pompa dilakukan dengan menggunakan Persamaan (7) sebagai berikut : η pompa = (P pompa / P pemanas ) x 100% η pompa = (0,047 watt / 1554 watt) x 100% η pompa = 0,003 %

46 31 Perhitungan efisiensi termal dilakukan dengan menggunakan Persamaan (8) sebagai berikut : η termal = (P pemanas (output) / P pemanas (input) ) x 100% η termal = (1554 watt / 1800 watt) x 100% η termal = 85,78 % Perhitungan kompresi udara dalam tabung udara tekan dilakukan menggunakan Persamaan (9) sebagai berikut : P 2 = P 1 V 1 / V 2 P 2 = 1 11,81 / 6,72 P 2 = 1,75 bar Dengan cara yang sama, seluruh data penelitian tiap variasi dihitung dengan menggunakan Persamaan (1) sampai Persamaan (9). Berikut adalah hasil dari seluruh data penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel. Variasi jumlah tabung udara tekan. Tabel 4.1D Hasil perhitungan data penelitian pada variasi volume udara tekan dengan melihat jumlah tabung udara tekan yang digunakan, yaitu 2 tabung dan 1 tabung. t (panas) (det) t (pompa) (det) V (air) (liter) Q (air) (ltr/mnt) P 2 (kompresi udara) (bar) P pompa (watt) P pemanas (watt) Efisiensi Pompa (%) Efisiensi Termal (%) ,37 0,12 1,75 0, ,003 85, ,85 0,15 2,70 0, ,004 86,89

47 32 Variasi head pemompaan (meter) Tabel 4.1E Hasil perhitungan data penelitian pada variasi head pemompaan 2,35 meter dan 1,35 meter. t (panas) (det) t (pompa) (det) Vol (air) (liter) Debit (air) (ltr/mnt) P 2 (kompresi udara) (bar) Daya pompa (watt) Daya pemanas (watt) Efisiensi Pompa (%) Efisiensi Termal (%) 2, ,794 0,11 2,98 0, ,004 82,39 1, ,588 0,25 3,32 0, ,01 61,83 Tabel 4.1F Hasil perhitungan data penelitian pada variasi volume udara ketika kondensor dan pemanas tidak berisi udara, dan hanya pemanas yang berisi udara. Variasi volume udara pada pemanas dan kondensor Pada pemanas dan kondensor berisi fluida kerja Pemanas berisi udara dengan tekanan 1 atm, dan kondensor berisi fluida kerja. t (panas) (det) t (pompa) (det) Vol (air) (liter) Debit (air) (ltr/mnt) P 2 (kompresi udara) (bar) Daya pompa (watt) Daya pemanas (watt) Efisiensi Pompa (%) Efisiensi Termal (%) ,85 0,15 2,7 0, ,006 86, ,79 0,11 2,98 0, ,004 82, Pembahasan Hasil penelitian pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, dan Gambar 4.3 menunjukan debit, daya dan efisiensi maksimal pemompaan pada variasi jumlah tabung udara tekan yang digunakan yaitu 1 tabung udara tekan sebesar 0,156 liter / menit. Pada variasi 2 jumlah tabung udara tekan debit yang dihasilkan rendah yaitu 0,123 liter / menit. Hasil yang sama didapatkan pada nilai daya dan efisiensi pemompaan. Untuk variasi 1 jumlah tabung udara tekan yang digunakan, daya

48 33 dan efisiensi pompa yang didapatkan yaitu 0,059 watt dan 0,004 %. Sedangkan pada variasi 2 jumlah tabung udara tekan yang digunakan, daya dan efisiensi pompa yang didapatkan yaitu 0,0047 watt dan 0,003%. Hal ini dikarenakan oleh pengaruh jumlah uap yang dihasilkan pada pemanasan fluida kerja dengan laju aliran 3 liter/menit. Dengan jumlah uap yang sama, tekanan air pada tabung tekan air yang terdorong uap fluida hasilnya pun sama. Tekanan air dari tabung udara tekan yang dibutuhkan untuk mengkompresi udara pada 2 tabung udara tekan lebih besar, dibandingkan dengan 1 tabung udara tekan yang digunakan. Akibatnya dibutuhkan waktu yang lebih lama pada variasi 2 tabung udara tekan untuk memompa air dengan head pemompaan yang sama, dibandingkan pada variasi 1 tabung udara tekan yang digunakan. Sehingga debit, daya pemompaan, dan efisiensi pemompaan pada variasi 1 tabung udara tekan hasilnya lebih baik daripada variasi 2 tabung udara tekan. Pada kondisi debit aliran fluida kerja saat pemanasan 3 liter/detik, head pemompaan 2,35 m, dan udara tidak mengisi pemanas dan kondensor.

49 34 Gambar 4.1 Grafik perbandingan debit air pemompaan dengan variasi jumlah tabung udara tekan. Pada kondisi debit aliran fluida kerja saat pemanasan 3 liter/detik, head pemompaan 2,35 m, dan udara tidak mengisi pemanas dan kondensor. Gambar 4.2 Grafik perbandingan daya pemompaan dengan variasi jumlah tabung udara tekan.

50 35 Pada kondisi debit aliran fluida kerja saat pemanasan 3 liter/detik, head pemompaan 2,35 m, dan udara tidak mengisi pemanas dan kondensor. Gambar 4.3 Grafik perbandingan efisiensi pompa air pemompaan dengan variasi jumlah tabung udara tekan. Hasil penelitian pada Gambar 4.4, Gambar 4.5, dan Gambar 4.6 menunjukan debit, daya dan efisiensi maksimal pemompaan pada variasi head pemompaan yaitu 1,35 meter. Debit, daya dan efisiensi pompa pada head 1,35 meter yaitu 0,25 liter / menit, 0,109 watt dan 0,01 %. Sedangkan debit, daya, dan efisiensi pada head 2,35 meter, didapakan hasil yang kurang maksimal seperti pada head 1,35 meter yaitu 0,11 liter / menit, 0,0066 watt dan 0,004 %. Dengan jumlah uap yang dihasilkan dari pemanasan fluida kerja yang mengalir pada pipa pemanas hasilnya sama, selanjutnya akan berpengaruh pada tekanan air dalam tabung tekan air dan tekanan udara pada tabung tekan udara dengan nilai yang sama. Dengan tekanan yang dihasilkan sama, akan mempengaruhi proses

51 36 pemompaan untuk ketinggian tertentu. Semakin tinggi head yang dibutuhkan untuk pemompaan, debit, daya dan efisieni pemompaan semakin rendah. Pada kondisi debit aliran fluida kerja saat pemanasan 3 liter/detik, menggunakan 1 tabung udara tekan, dan udara tidak mengisi pemanas dan kondensor. Gambar 4.4 Grafik perbandingan debit air pemompaan dengan variasi head pemompaan. Pada kondisi debit aliran fluida kerja saat pemanasan 3 liter/detik, menggunakan 1 tabung udara tekan, dan udara tidak mengisi pemanas dan kondensor.

52 37 Gambar 4.5 Grafik perbandingan daya pemompaan dengan variasi head pemompaan. Pada kondisi debit aliran fluida kerja saat pemanasan 3 liter/detik, menggunakan 1 tabung udara tekan, dan udara tidak mengisi pemanas dan kondensor. Gambar 4.6 Grafik perbandingan efisiensi pemompaan dengan variasi head pemompaan.

53 38 Hasil penelitian pada Gambar 4.7, Gambar 4.8, dan Gambar 4.9 menunjukan debit, daya dan efisiensi maksimal pemompaan pada variasi volume udara ketika kondensor dan pemanas tidak berisi udara, dan hanya pemanas yang berisi udara yaitu ketika kondensor dan pemanas tidak berisi udara, namun berisi fluida kerja sebesar 0,15 liter / menit. Sedangkan pada variasi volume udara hanya mengisi pemanas debit yang dihasilkan kurang maksimal yaitu 0,11 liter / menit. Begitu pula dengan hasil daya dan efisiensi pemompaan yang dihasilkan. Untuk variasi ketika sejumlah udara tidak ada pada pemanas dan kondensor, daya dan efisiensi pemompaan yang didapat yaitu 0,093 watt dan 0,006%. Hal ini disebabkan karena pengaruh adanya udara dalam jalur uap fluida dari pipa pemanas menuju tabung air tekan. Udara menghambat laju uap menuju tabung air tekan dalam proses penekanan air menuju tabung udara tekan. Akibatnya udara yang terkompresi dalam tabung udara tekan kurang maksimal dan mempengaruhi proses pemompaan. Akibat dari kurang maksimalnya proses pemompaan, debit, daya dan efisiensi pemompaan yang dihasilkan menjadi kurang maksimal. Pada kondisi debit aliran fluida kerja saat pemanasan 3 liter/detik, menggunakan 1 tabung udara tekan, dan head pemompaan 2,35 m.

54 39 Gambar 4.7 Grafik perbandingan debit air pemompaan dengan variasi volume udara pada pemanas dan kondensor. Pada kondisi debit aliran fluida kerja saat pemanasan 3 liter/detik, menggunakan 1 tabung udara tekan, dan head pemompaan 2,35 m. Gambar 4.8 Grafik perbandingan daya pemompaan dengan variasi volume udara pada pemanas dan kondensor.

55 40 Pada kondisi debit aliran fluida kerja saat pemanasan 3 liter/detik, menggunakan 1 tabung udara tekan, dan head pemompaan 2,35 m. Gambar 4.9 Grafik perbandingan efisiensi pemompaan dengan variasi volume udara pada pemanas dan kondensor.

56 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Telah dibuat pompa air energi termal dengan delapan pipa pemanas dan pemisah uap. 2. Debit maksimum pemompaan sebesar 0,25 liter / menit tiap siklus pada variasi head pemompaan 1,35. Pada kondisi debit aliran fluida kerja saat pemanasan 3 liter/detik, menggunakan 1 tabung udara tekan, dan udara tidak mengisi pemanas dan kondensor. 3. Daya maksimum pemompaan sebesar 0,109 watt pada variasi head pemompaan 1,35. Pada kondisi debit aliran fluida kerja saat pemanasan 3 liter/detik, menggunakan 1 tabung udara tekan, dan udara tidak mengisi pemanas dan kondensor. 4. Efisiensi pemompaan maksimum sebesar 0,01 % pada variasi head pemompaan 1,35. Pada kondisi debit aliran fluida kerja saat pemanasan 3 liter/detik, menggunakan 1 tabung udara tekan, dan udara tidak mengisi pemanas dan kondensor. 5. Efisiensi termal maksimum sebesar 86,89 % pada variasi jumlah tabung udara tekan yang digunakan yaitu 1 tabung udara tekan. Pada kondisi debit aliran fluida kerja saat pemanasan 3 liter/detik, head pemompaan 2,35 m, dan udara tidak mengisi pemanas dan kondensor. 41

57 Saran 1. Penambahan panjang pada pipa pemanas, untuk memaksimalkan penguapan pada fluida kerja. 2. Penggantian fluida kerja yang digunakan dalam proses pemompaan dengan titik uap yang lebih rendah daripada petroleum eter. Untuk meminimalkan waktu pemanasan. Agar mendapatkan debit, daya, dan efisiensi pemompaan yang lebih baik. 3. Konstruksi dan bahan untuk pipa kondensor dibuat lebih pendek dan menggunakan bahan dengan konduktivitas termal yang baik agar uap fluida kerja bisa maksimal sampai menuju tabung tangki tekan air dan bagus dalam proses pendinginan. 4. Dalam proses penguapan fluida kerja, diusahakan untuk meminimalisir adanya udara dalam sistem (pipa pemanas & kondensor), karena akan menghambat laju uap fluida untuk proses pemompaan.

58 DAFTAR PUSTAKA Cengel, Y.A.; Bobs, M.A., Thermodynamics, An Engineering Approach, Sixth Edition, Mc Graw Hill Mahkamov, K.; Orda, E.P., Solar Thermal Water Pumps: A Preliminary Sanjaya, G.A, S.T., Unjuk Kerja Pompa Air Energi Termal dengan Pemanas Vertikal Menggunakan Dua Pipa Pemanas Paralel, Yogyakarta : Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Spindler, K.; Chandwalker, K.; Hahne, E., Small solar (thermal) waterpumping system, Solar Energy, Volume 57, Issue 1, July 1996, Pages Sumathy, K.; Venkatesh, A.; Sriramulu, V., The importance of the condenser in a solar water pump, Energy Conversion and Management, Volume 36, Issue 12, December 1995, Pages Sumathy, K., Experimental studies on a solar thermal water pump, Applied Thermal Engineering, Volume 19, Issue 5, May 1999, Pages Wong, Y.W.; Sumathy, K., Performance of a solar water pump with npentane and ethyl ether as working fluids, Energy Conversion and Management, Volume 41, Issue 9, 1 June 2000, Pages Wong, Y.W.; Sumathy, K., 2001a. Performance of a solar water pump with ethyl ether as working fluid, Renewable Energy, Volume 22, Issues 1-3, January-March 2001, Pages Wong, Y.W.; Sumathy, K., 2001b. Thermodynamic analysis and optimization of a solar thermal water pump, Applied Thermal Engineering, Volume 21, Issue 5, April 2001, Pages

59 44 LAMPIRAN Gambar L.1 Alat penelitian pompa air energi termal Gambar L.2 Pemanas fluida kerja

60 45 Gambar L.3 Pemisah uap Gambar L.4 Kondensor Gambar L.5 Tabung penampung fluida kerja Gambar L.6 Tabung udara tekan

61 46 Gambar L.7 Tangki air tekan Gambar L.8 Pompa Benam Gambar L.9 Alat ukur

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Kampus 3, Paingan, Maguwoharjo,

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL FLUIDA KERJA DIETIL ETER MENGGUNAKAN PEMANAS AIR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : BAGAS WARAS HARTANTO

Lebih terperinci

UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL DENGAN EVAPORATOR MIRING MENGGUNAKAN DUA PIPA PARALEL

UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL DENGAN EVAPORATOR MIRING MENGGUNAKAN DUA PIPA PARALEL UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL DENGAN EVAPORATOR MIRING MENGGUNAKAN DUA PIPA PARALEL TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL DENGAN FLUIDA KERJA DIETIL ETER MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARALEL PANJANG TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI POMPA AIR ENERGI TERMAL MENGGUNAKAN EVAPORATOR 6 PIPA PARALEL 135 cc DENGAN DUA PIPA HISAP Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL DENGAN FLUIDA KERJA DIETIL ETER MENGGUNAKAN PEMANAS KOLEKTOR PARALEL KECIL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PETROLEUM ETER DAN DIETIL ETER SEBAGAI FLUIDA KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL. F.A. Rusdi Sambada, A. Prasetyadi

KARAKTERISTIK PETROLEUM ETER DAN DIETIL ETER SEBAGAI FLUIDA KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL. F.A. Rusdi Sambada, A. Prasetyadi Abstrak KARAKTERISTIK PETROLEUM ETER DAN DIETIL ETER SEBAGAI FLUIDA KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL F.A. Rusdi Sambada, A. Prasetyadi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL MENGGUNAKAN EVAPORATOR MIRING

STUDI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL MENGGUNAKAN EVAPORATOR MIRING STUDI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL MENGGUNAKAN EVAPORATOR MIRING SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL MENGGUNAKAN EVAPORATOR VERTIKAL

STUDI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL MENGGUNAKAN EVAPORATOR VERTIKAL STUDI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL MENGGUNAKAN EVAPORATOR VERTIKAL TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL MENGGUNAKAN FLUIDA KERJA DIETIL ETER DENGAN PEMANAS KOLEKTOR SERI TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3845 PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII M5-15 Pemanfaatan Arang Untuk Absorber Pada Destilasi Air Enegi Surya I Gusti Ketut Puja Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Kampus III Paingan Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN 0 o, 30 o, 45 o, 60 o, 90 o I Wayan Sugita Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : wayan_su@yahoo.com ABSTRAK Pipa kalor

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric) BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Modul termoelektrik adalah sebuah pendingin termoelektrik atau sebagai sebuah pompa panas tanpa menggunakan komponen bergerak (Ge dkk, 2015, Kaushik dkk, 2016). Sistem pendingin

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMASI KOLEKTOR SURYA TERKONSENTRASI DENGAN VARIASI JUMLAH PIPA ABSORBER BERBENTUK SPIRAL

ANALISA PERFORMASI KOLEKTOR SURYA TERKONSENTRASI DENGAN VARIASI JUMLAH PIPA ABSORBER BERBENTUK SPIRAL ANALISA PERFORMASI KOLEKTOR SURYA TERKONSENTRASI DENGAN VARIASI JUMLAH PIPA ABSORBER BERBENTUK SPIRAL Oleh Dosen Pembimbing : I Gusti Ngurah Agung Aryadinata : Dr. Eng. Made Sucipta, S.T, M.T : Ketut Astawa,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE... JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan utama setiap manusia. Energi memainkan peranan penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Semua kalangan tanpa terkecuali bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 8 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan energi pun terus meningkat Untuk dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN 4.1. KONDENSOR Penggunaan kondensor tipe shell and coil condenser sangat efektif untuk meminimalisir kebocoran karena kondensor model ini mudah untuk dimanufaktur dan terbuat

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C NASKAH PUBLIKASI PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C Makalah Seminar Tugas Akhir ini disusun sebagai

Lebih terperinci

Studi terhadap prestasi pompa hidraulik ram dengan variasi beban katup limbah

Studi terhadap prestasi pompa hidraulik ram dengan variasi beban katup limbah Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 2 No. 2, Desember (92 96) Studi terhadap prestasi pompa hidraulik ram dengan variasi Yosef Agung Cahyanta (1), Indrawan Taufik (2) (1) Staff pengajar Prodi Teknik

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN

OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN Optimalisasi Penyerapan Radiasi Matahari Pada Solar Water Heater... (Sulistyo dkk.) OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN Agam Sulistyo *,

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN 1 Amrullah, 2 Zuryati Djafar, 3 Wahyu H. Piarah 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Bosowa, Makassar 90245,Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah Tabung Vortex Tabung vortex ditemukan oleh G.J. Ranque pada tahun 1931 dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Prog. Hilsch pada tahun 1947. Tabung vortex menghasilkan

Lebih terperinci

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu, Jurnal Sains dan Teknologi 15 (2), September 16: 51-56 EFEK BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR MESIN REFRIGERASI SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA DENGAN KONDENSOR DUMMY TIPE TROMBONE COIL ( 1/4, 7,9 m) SEBAGAI

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, Vol.I, No.2, Oktober 2013, 161-168 161 Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow Mustaza Ma a Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam Pendekatan Perhitungan untuk intensitas radiasi langsung (beam) Sudut deklinasi Pada 4 januari, n = 4 δ = 22.74 Solar time Solar time = Standard time + 4 ( L st L loc ) + E Sudut jam Radiasi ekstraterestrial

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber energi pengganti yang sangat berpontensi. Kebutuhan energi di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber energi pengganti yang sangat berpontensi. Kebutuhan energi di 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Matahari adalah sumber energi tak terbatas dan sangat diharapkan dapat menjadi sumber energi pengganti yang sangat berpontensi. Kebutuhan energi di Indonesia masih

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY TIPE TROMBONE COIL SEBAGAI WATER HEATER Arya Bhima Satria 1, Azridjal Aziz 2 Laboratorium

Lebih terperinci

PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG

PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajad sarjana S-1 Diajukan oleh : P. Susilo Hadi NIM : 852146 Kepada PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING Mulyanef 1, Marsal 2, Rizky Arman 3 dan K. Sopian 4 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta,

Lebih terperinci

KAJIAN EXPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN NANOFLUIDA Al2SO4 PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTER FLOW

KAJIAN EXPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN NANOFLUIDA Al2SO4 PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTER FLOW KAJIAN EXPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN NANOFLUIDA Al2SO4 PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTER FLOW Disusun Oleh : Nama : David Erikson N P M : 20408919 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN AKIBAT PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA PADA ALAT PENUKAR KALOR JENIS RADIATOR FLAT TUBE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

Maka persamaan energi,

Maka persamaan energi, II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 PENGARUH PENGGUNAANMEDIABAHANPENGISI( FILLER) PVC DENGANTINGGI45CM DAN DIAMETER 70CM TERHADAPKINERJAMENARAPENDINGINJENIS INDUCED- DRAFT COUNTERFLOW SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 RANCANG BANGUN GENERATOR PADA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN SIKLUS ABSORPSI MEMANFAATKAN PANAS BUANG MOTOR BAKAR DENGAN PASANGAN REFRIJERAN - ABSORBEN AMONIA-AIR Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Kebutuhan Air Tawar Siklus PLTU membutuhkan air tawar sebagai bahan baku. Hal ini dikarenakan peralatan PLTU sangat rentan terhadap karat. Akan tetapi, semakin besar kapasitas

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI GAYA PEGAS AWAL PADA KATUP BOLA TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HYDRAM. : Kadek Oka Naya Mahendra. : Ir. Made Suarda, M Eng.

PENGARUH VARIASI GAYA PEGAS AWAL PADA KATUP BOLA TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HYDRAM. : Kadek Oka Naya Mahendra. : Ir. Made Suarda, M Eng. PENGARUH VARIASI GAYA PEGAS AWAL PADA KATUP BOLA TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HYDRAM Oleh Dosen Pembimbing : Kadek Oka Naya Mahendra : I Gusti Ketut Sukadana, ST., MT. : Ir. Made Suarda, M Eng. Abstrak Salah

Lebih terperinci

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI

RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ZAKARIA

Lebih terperinci

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1 efisiensi sistem menurun seiring dengan kenaikan debit penguapan. Maka, dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akan bekerja lebih baik pada debit operasi yang rendah. Gambar 4.20 Grafik

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN Disusun oleh: BENNY ADAM DEKA HERMI AGUSTINA DONSIUS GINANJAR ADY GUNAWAN I8311007 I8311009

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-659 Rancang Bangun dan Studi Eksperimen Alat Penukar Panas untuk Memanfaatkan Energi Refrigerant Keluar Kompresor AC sebagai Pemanas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah fasa fluida dengan cara mempertukarkan kalornya dengan fluida lain. Kalor yang

BAB I PENDAHULUAN. mengubah fasa fluida dengan cara mempertukarkan kalornya dengan fluida lain. Kalor yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penukar kalor adalah alat alat yang digunakan untuk mengubah temperatur fluida atau mengubah fasa fluida dengan cara mempertukarkan kalornya dengan fluida lain. Kalor

Lebih terperinci

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-132 Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin Anson Elian dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLTU merupakan sistem pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatkan energi panas bahan bakar untuk diubah menjadi energi listrik dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman

Lebih terperinci

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS KOLEKTOR ENERGI SURYA PADA KONFIGURASI PARALEL- SERPENTINE

EFEKTIFITAS KOLEKTOR ENERGI SURYA PADA KONFIGURASI PARALEL- SERPENTINE EFEKTIFITAS KOLEKTOR ENERGI SURYA PADA KONFIGURASI PARALEL- SERPENTINE Danny Syamsu W*. Kristian Selleng* dan Mustofa* * Abstract This study aims to demonstrate the effectiveness of the collector on the

Lebih terperinci

PENGARUH KOEFISIEN PERPINDAHANKALOR KONVEKSI DAN BAHAN TERHADAP LAJU ALIRAN KALOR, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SIRIP DUA DIMENSI KEADAAN TAK TUNAK

PENGARUH KOEFISIEN PERPINDAHANKALOR KONVEKSI DAN BAHAN TERHADAP LAJU ALIRAN KALOR, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SIRIP DUA DIMENSI KEADAAN TAK TUNAK i PENGARUH KOEFISIEN PERPINDAHANKALOR KONVEKSI DAN BAHAN TERHADAP LAJU ALIRAN KALOR, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SIRIP DUA DIMENSI KEADAAN TAK TUNAK TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini terus dilakukan beberapa usaha penghematan energi fosil dengan pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan. Salah satunya yaitu dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KONDENSOR PADA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN SIKLUS ABSORPSI DENGAN PASANGAN REFRIJERAN ABSORBEN AMONIA - AIR

RANCANG BANGUN KONDENSOR PADA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN SIKLUS ABSORPSI DENGAN PASANGAN REFRIJERAN ABSORBEN AMONIA - AIR RANCANG BANGUN KONDENSOR PADA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN SIKLUS ABSORPSI DENGAN PASANGAN REFRIJERAN ABSORBEN AMONIA - AIR Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE Studi Eksperimental Pengaruh Perubahan Debit Aliran... (Kristian dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE Rio Adi

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH TERHADAP PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN LOUVERED STRIP INSERT SUSUNAN BACKWARD SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENGONDISI TEMPERATUR AIR PADA BUDI DAYA UDANG CRYSTAL RED

RANCANG BANGUN ALAT PENGONDISI TEMPERATUR AIR PADA BUDI DAYA UDANG CRYSTAL RED ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 217 Page 589 RANCANG BANGUN ALAT PENGONDISI TEMPERATUR AIR PADA BUDI DAYA UDANG CRYSTAL RED DESIGN AND CONSTRUCTION OF WATER TEMPERATURE

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TUGAS AKHIR PENGUJIAN MODEL WATER HEATER FLOW BOILING DENGAN VARIASI GELEMBUNG UDARA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Mesin Fakultas Teknik Univesitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT 3.1.1. DESIGN REAKTOR Karena tekanan yang bekerja tekanan vakum pada tabung yang cendrung menggencet, maka arah tegangan yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR Peningkatan Kapasitas Pemanas Air Kolektor Pemanas Air Surya PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR Suharti 1*, Andi Hasniar 1,

Lebih terperinci

RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC)

RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC) RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC) Aep Saepul Uyun 1, Dhimas Satria, Ashari Darius 2 1 Sekolah Pasca Sarjana

Lebih terperinci

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48 PENGARUH SIRIP CINCIN INNER TUBE TERHADAP KINERJA PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Sujawi Sholeh Sadiawan 1), Nova Risdiyanto Ismail 2), Agus suyatno 3) ABSTRAK Bagian terpenting dari Heat excanger

Lebih terperinci

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR I Wayan Sugita Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DEBIT HASIL POMPA HIDRAM PVC 2 INCI PADA TINGGI OUTPUT 3,91 m, 4,91 m, 5,91 m DENGAN VARIASI TINGGI INPUT, LUASAN LUBANG KATUP HANTAR, TINGGI TABUNG UDARA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS SISTEM PENURUNAN TEMPERATUR JUS BUAH DENGAN COIL HEAT EXCHANGER Nama Disusun Oleh : : Alrasyid Muhammad Harun Npm : 20411527 Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST. KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup Edo Wirapraja, Bambang

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PEMBEBANAN GENERATOR PADA PERFORMA SISTEM ORGANIC RANKINE CYCLE (ORC)

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PEMBEBANAN GENERATOR PADA PERFORMA SISTEM ORGANIC RANKINE CYCLE (ORC) CHRISNANDA ANGGRADIAR (2109 106 036) Dosen Pembimbing Ary Bachtiar Khrisna Putra, ST, MT, Ph.D STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PEMBEBANAN GENERATOR PADA PERFORMA SISTEM ORGANIC RANKINE CYCLE (ORC) Latar Belakang

Lebih terperinci

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum warohmatullah wabarokatuh. dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum warohmatullah wabarokatuh. dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan KATA PENGANTAR Assalamu alaikum warohmatullah wabarokatuh. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-nya. Shalawat serta salam penulis junjung kepada Nabi Muhammad

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FRANCISCUS

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit

TUGAS AKHIR. Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit TUGAS AKHIR Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

PROTOTYPE STEAM POWER PLANT (Efisiensi Fire Tube Boiler pada Steam Power Plant Ditinjau dari Perbandingan Udara dan Bahan Bakar)

PROTOTYPE STEAM POWER PLANT (Efisiensi Fire Tube Boiler pada Steam Power Plant Ditinjau dari Perbandingan Udara dan Bahan Bakar) PROTOTYPE STEAM POWER PLANT (Efisiensi Fire Tube Boiler pada Steam Power Plant Ditinjau dari Perbandingan Udara dan Bahan Bakar) Disusun untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Terapan (S.1

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Pengenalan Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh seorang ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor 4 BAB II TEORI DASAR.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas.1.1 Kualitas Air Panas Air akan memiliki sifat anomali, yaitu volumenya akan mencapai minimum pada temperatur 4 C dan akan bertambah pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE

ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE Ir.Bambang Setiawan,MT 1. Chandra Abdi 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering,

Lebih terperinci

KAJIAN EXPERIMENTAL KOLEKTOR SURYA PRISMATIK DENGAN VARIASI JARAK KACA TERHADAP PLAT ABSORBER MENGGUNAKAN SISTEM TERTUTUP UNTUK PEMANAS AIR

KAJIAN EXPERIMENTAL KOLEKTOR SURYA PRISMATIK DENGAN VARIASI JARAK KACA TERHADAP PLAT ABSORBER MENGGUNAKAN SISTEM TERTUTUP UNTUK PEMANAS AIR 1 KAJIAN EXPERIMENTAL KOLEKTOR SURYA PRISMATIK DENGAN VARIASI JARAK KACA TERHADAP PLAT ABSORBER MENGGUNAKAN SISTEM TERTUTUP UNTUK PEMANAS AIR SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci