KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KABUPATEN SERDANG BEDAGAI"

Transkripsi

1 BAB 4 RENCANA POLA RUANG Ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi kehidupan dan perencanaan serta pelaksanaan pembangunan, juga mengandung fungsi pelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, serta nilai sejarah dan budaya bangsa yang memerlukan pengaturan bagi pengelolaan dan perlindungannya. Mengingat terbatasnya ruang, maka untuk menjamin terselenggaranya kehidupan dan pembangunan yang berkelanjutan dan terpeliharanya fungsi pelestarian, upaya pengaturan dan perlindungan perlu dituangkan ke dalam kebijaksanaan pengembangan tata ruang dalam bentuk ditetapkan kawasan lindung yang memberikan arahan bagi masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan. Pengembangan kabupaten Serdang Bedagai kedepan merupakan pengembangan lanjutan dari keadaan yang telah ada sekarang, bukan membentuk daerah baru dengan karakter baru. Pola ruang yang ada akan lebih banyak mempengaruhi struktur ruang wilayah dari pada sebaliknya. Rencana pola ruang wilayah ini dirinci menurut kawasan-kawasan fungsional, yang meliputi kawasan yang berfungsi lindung dan kawasan budidaya. Rencana pola ruang sekaligus merupakan penetapan terhadap kawasan lindung dan budidaya di wilayah kabupaten Serdang Bedagai. Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional maka pengertian rencana pola ruang adalah rencana yang menggambarkan letak, ukuran dan fungsi dari kegiatan-kegiatan lindung dan budidaya. Substansi dari rencana pola ruang meliputi batas-batas kegiatan RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 1

2 sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya (kawasan lindung dan budidaya). Adapun tujuan pengembangan rencana pola ruang adalah : 1. Pemanfaatan ruang harus memperhatikan daya dukung lingkungan; 2. Tersedianya lahan yang dapat menampung perkembangan jumlah penduduk dan tenaga kerja; 3. Terciptanya sinkronisasi antara rencana pola ruang dan rencana struktur ruang yang dikembangkan; 4. Memperhatikan kesesuaian lahan dan kondisi eksisting; 5. Mewujudkan aspirasi masyarakat. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.44/Menhut-II/2005 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Sumatera Utara, sebagaimana tercantum pada Lampiran II Peta SK/Menteri Kehutanan/2005, luas kawasan hutan yang terdapat di provinsi Sumatera Utara adalah seluas ± Ha atau 52,21% dari luas total provinsi Sumatera Utara ( Ha). Dari luas kawasan hutan yang ada di Provinsi Sumatera Utara tersebut diantaranya terdapat di kabupaten Serdang Bedagai. Luas kawasan hutan di kabupaten Serdang Bedagai adalah , 54 Ha atau 16,11% dari luas total kabupaten Serdang Bedagai ( Ha). Fungsi kawasan hutan yang ada di kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari: A. Fungsi Hutan dalam kawasan lindung (3.100,74 Ha), meliputi : Hutan Lindung : 3.100,74 Ha B. Fungsi Hutan dalam kawasan budidaya (27.511,8 Ha), meliputi : Hutan Produksi : ,20 Ha Hutan Produksi Terbatas : 7.429,60 Ha Berdasarkan kenyataan di lapangan sebagian kawasan hutan telah berkembang menjadi kawasan permukiman, pertanian dan perkebunan juga didalamnya terdapat fasilitas umum, sosial, pendidikan, kesehatan dan pemerintahan seperti di sebagian besar Kecamatan di pesisir juga di Kecamatan Serbajadi, Bintang Bayu, Kotarih dan Silinda, sehingga telah dilakukan Usulan Perubahan SK.44/Menhut-II/2005. Berdasarkan hasil telaah Tim Teknis beberapa kawasan hutan layak diusulkan menjadi Areal Penggunaan RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 2

3 Lain (APL), sehingga luas kawasan hutan di kabupaten Serdang Bedagai setelah usulan revisi menjadi seluas 9.448,73 Ha atau 4,97 % dari luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai, yang terdiri dari : Hutan Lindung : 5.828,73 Ha Hutan Produksi : 3.620,00 Ha Mengenai Usulan Perubahan SK.44/Menhut-II/2005 dapat dilihat pada Peta 4.1. RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 3

4 Peta 4.1 Kawasan Hutan RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 4

5 4.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Rencana pola pemanfaatan ruang kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan fungsinya, pembagian Kawasan Lindung dibedakan menjadi (sesuai Permen PU No.16/PRT/M2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten): a) kawasan hutan lindung; b) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi: kawasan bergambut dan kawasan resapan air; c) kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya; d) kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; e) kawasan rawan bencana alam, meliputi: kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir; f) kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah; dan g) kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi. RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 5

6 4.1.1 Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan keadaan kawasan sekitarnya maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Perlindungan terhadap kawasan hutan lindung dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi, banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologi untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan. Kriteria kawasan Hutan lindung Penetapan suatu wilayah sebagai hutan lindung didasarkan kepada kriteria kelayakan fisik hutan lindung menurut SK. Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980. yaitu : Mempunyai nilai skoring fisik wilayah 175 Bila menyimpang dari butir (1) diatas maka hutan lindung yang dimaksud harus memenuhi salah satu atau beberapa syarat berikut : Mempunyai kemiringan lereng 45% Jenis tanah sangat peka terhadap erosi, yaitu jenis tanah dengan nilai kelas 5 (regosol, litosol, organosol, dan renzina) dan mempunyai kemiringan lapangan dengan kelas lereng tidak kurang dari 15% Mempunyai ketinggian tempat tidak kurang dari Meter diatas permukaan laut. Guna keperluan khusus, ditetapkan oleh menteri kehutanan sebagai hutan lindung. Pada kawasan hutan lindung dikenakan ketentuan : a. Tidak diijinkan melakukan pemanfaatan ruang yang dapat mengubah bentang alam, mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologis serta kelestarian flora dan fauna; b. Pemanfaatan diijinkan apabila dilakukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, penyelidikan serta bagi kepentingan nasional dan hajat hidup orang banyak selama dapat menjaga keaslian bentang RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 6

7 alam, kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologis, kelestarian flora dan fauna, serta tidak merubah luasan kawasan lindung. Tujuan perlindungan dari kawasan hutan lindung adalah : Mencegah terjadinya erosi dan atau sedimentasi, dan menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air dan air permukaan; Mencegah terjadinya erosi tanah pada kawasan dengan kelerengan yang terjal; Melindungi ekosistem wilayah subtropris. Penetapan Kawasan Hutan Lindung di kabupaten Serdang Bedagai mengacu kepada Usulan Revisi Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.44/Menhut-II/2005tanggal 16 Februari 2005, luas kawasan hutan di Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan SK Menhut tersebut sebesar ,54 hektar yang terdiri dari hutan lindung seluas 3.100, 74 Ha, hutan produksi seluas ,20 Ha dan hutan produksi terbatas 7.429,60 Ha. Untuk lebih jelas lihat Tabel 4.1. Tabel 4.1 Fungsi kawasan dan luas hutan di Kabupaten Serdang Bedagai Berdasarkan SK Menhut No. 44 Tahun 2005 No. Status Kawasn Luas Lahan Kritis (Ha) Lokasi 1 Hutan Lindung 3.100,74 Kecamatan Perbaungan, Pantai Cermin, Teluk Mengkudu,Tanjung Beringin, Bandar Khalipah 2 Hutan Produksi Terbatas 7.429,60 Kecamatan Perbaungan, Pantai Cermin, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin, Bandar Khalipah 3 Hutan Produksi Tetap Jumlah , ,20 Kecamatan Silinda, Kotarih, Bintang Bayu, Perbaungan, Pegajahan, Serba Jadi, Dolok Masihul, Sipis-pis Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Kab.Serdang Bedagai, 2009 RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 7

8 Jika dilihat berdasarkan hasil usulan revisi kawasan hutan di kabupaten Serdang Bedagai, maka jumlah hutan yang ada hanya seluas 9.448,73 Ha, dengan fungsi sebagai kawasan hutan lindung (hutan lindung pantai dan hutan lindung di Kecamatan Sipispis) serta kawasan hutan produksi tetap, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Rincian Hasil Usulan Revisi Kawasan Hutan di Kabupaten Serdang Badagai No. Status Kawasn Luas Lahan (Ha) Lokasi 1 Hutan Lindung 5.828,73 Kecamatan Perbaungan, Pantai Cermin, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin, Bandar Khalipah, dan Sipispis 2 Hutan Produksi 3.620,00 Kecamatan Kotarih, Bintang Bayu Jumlah 9.448,73 Sumber : Hasil Pembahasan pada tanggal 23 Desember 2010 oleh Tim Terpadu Kementerian Kehutanan dan Tim Terpadu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tentang usulan revisi SK Menteri No.44/Menhut II/2005 Dalam rincian usulan tersebut, khusus untuk hutan yang ada di Kecamatan Sipispis, sebelumnya merupakan hutan produksi tetap, namun dalam usulan revisi diarahkan menjadi hutan lindung demi menjaga kelestarian lingkungan di wilayah hulu sungai, yakni DAS Padang dan DAS Bedagai. Daftar rincian di atas merupakan hasil usulan revisi kawasan hutan di Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan luas kawasan hutan yang hanya ± 9.448,73 Ha menurut Dinas Kehutanan Serdang Bedagai maka tutupan lahan secara permanen di kabupaten Serdang Bedagai tersebut hanya 4,97 % dari 1.900,22 km2 atau hektar luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai, atau 5,04 % dari ,08 Ha, yakni luas DAS yang ada di kabupaten Serdang Bedagai. Kondisi ini masih jauh dari amanat UU No. 41 tahun 1999 pasal 8 ayat 2 yang mengharuskan tutupan hutan di suatu daerah sekurang- RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 8

9 kurangnya sebesar 30% dari luas DAS di daerah tersebut. Bila berpedoman kepada SK Menhut No. 44 tahun 2005 maka tutupan lahan permanen di Kabupaten Serdang Bedagai diharapkan sebesar 15,75%, namun kondisi tersebut sudah tidak tercapai lagi disebabkan adanya alih fungsi lahan yang terjadi di kawasan ini. Meskipun tidak ideal, namun alasan yang paling bisa diutarakan adalah bahwasanya wilayah kabupaten Serdang Bedagai merupakan wilayah hilir yang perkembangan pemanfaatan lahannya mempunyai daya tarik tersendiri dan alih fungsi lahan yang terjadi pun tidak dapat dihindari. Dalam rangka memenuhi luasan hutan suatu wilayah seperti yang diamanatkan UU No. 41 tahun 1999 tersebut, maka dilakukan upaya terhadap beberapa hal terkait penambahan tutupan lahan hutan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai, diantaranya: 1. Bekerjasama dan berkoordinasi dengan pihak Perkebunan Besar dalam melakukan konservasi lahan di lahan-lahan HGU perkebunan tersebut. Hal ini didasari pemikiran bahwa di dalam lahan-lahan HGU perkebunan tersebut masih terdapat daerah resapan, kawasan dengan kemiringan > 40 %, Daerah Aliran Sungai, dan daerah genangan. Melalui kerjasama ini diharapkan Pihak perkebunan melakukan konservasi di lahan-lahan tersebut, agar persentase tutupan lahan menjadi meningkat. 2. Diharapkan juga dari kerjasama dan koordinasi tersebut pihak perkebunan melakukan penanaman di lahan-lahan tersebut berupa vegetasi kayu ataupun paling tidak tanaman komoditi perkebunan seperti karet, dengan maksud peningkatan persentase tutupan lahan nantinya. 3. Untuk rencana kedepannya juga diperlukan hutan kota di setiap wilayah ibukota Kecamatan yang lokasi rincinya akan diatur dalam peraturan daerah. RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 9

10 4.1.2 Kawasan Yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya a. Kawasan Bergambut Kawasan bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang lama. Perlindungan kawasan yang mempunyai ciri ini bertujuan untuk melindungi ekosistem yang khas dari wilayah bergambut dan untuk keperluan cadangan air tanah. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kawasan tanah bergambut adalah tanah gambut dengan ketebalan 3 m yang terdapat dibagian hulu sungai/rawa. Berdasarkan kriteria tersebut maka tidak ada kawasan di Kabupaten Serdang Bedagai yang dapat dikategorikan sebagai kawasan bergambut. b. Kawasan Resapan Air Kawasan resapan air di Kabupaten Serdang Bedagai telah disatukan dalam kawasan hutan lindung dan hutan produksi meliputi Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin, Bandar Khalipah, Sipispis, Kotarih, dan Bintang Bayu serta di seluruh wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air. Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai meliputi kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai besar dan kecil, kawasan sekitar mata air, dan ruang terbuka hijau wilayah perkotaan. RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 10

11 a. Sempadan Pantai Kawasan sempadan pantai adalah wilayah tertentu sepanjang yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki pantai sepanjang ± 55 km yaitu pantai sebelah Timur kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Mengingat kapasitas pantai yang hanya ± 55 km maka direncanakan adanya sempadan pantai dengan bentuk mengikuti bentuk fisik pantai. Lebar sempadan pantai adalah bervariasi, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Tidak seluruhnya wilayah yang terletak di pinggir pantai merupakan kawasan lindung dengan bentuk kawasan sempadan pantai. Pengecualiannya adalah kawasan-kawasan terbangun dalam bentuk kawasan permukiman, pelabuhan, penangkapan ikan, dan lain sebagainya, dikeluarkan dari kawasan sempadan pantai dan merupakan bagian dari kawasan budidaya. Adapun kawasan lindung berupa sempadan pantai ini di kabupaten Serdang Berdagai diarahkan pada Kecamatan Pantai Cemin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin, dan Bandar Khalipah. b. Sempadan Sungai Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengamankan aliran sungai. Kriteria sempadan sungai adalah: Sekurang-kurangnya 100 meter kiri-kanan sungai besar dan 50 meter di kiri-kanan sungai kecil yang berada di luar permukiman; Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara meter Kabupaten Serdang Bedagai memiliki banyak sungai besar dan kecil. Kawasan sempadan sungai yang ditetapkan/diarahkan sebagai kawasan lindung dapat digunakan untuk kegiatan budidaya sejauh tidak RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 11

12 mengganggu fungsi lindungnya, misalnya digunakan untuk lapangan olah raga, kawasan rekreasi, dan sebagainya. Berdasarkan hasil kajian potensi sungai dan pertimbangan kriteria diatas, maka luas kawasan sempadan sungai kabupaten Serdang Bedagai, yang perlu ditetapkan adalah Ha (3,198 % dari total luas wilayah kabupaten Serdang Bedagai), yang meliputi sempadan sungai Ular, sungai Buaya, sungai Padang, sungai Belutu, sungai Bedagai, sungai Rampah, sungai Bah Hapal, sungai Martebing, sungai Baungan, sungai Bane, dan sungai kecil lainnya. c. Kawasan Sekitar Bendungan/ Waduk/situ Kawasan sekitar bendungan/waduk/situ adalah kawasan tertentu di sekeliling bendungan/waduk/situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi bendungan/waduk/situ. Kriteria kawasan sekitar bendungan/waduk/situ adalah daratan sepanjang tepian bendungan/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik bendungan/waduk/situ, yaitu antara meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Pemanfaatan ruang kawasan lindung sempadan waduk yang ditetapkan di kabupaten Serdang Bedagai antara lain; Kawasan sempadan bendung sungai Ular, di Kecamatan Serbajadi; Kawasan sempadan waduk/situ dalam ukuran kecil yang merupakan genangan air dan dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi tempat rekreasi seperti memancing di Kecamatan Dolok Masihul dan Bintang Bayu serta situ Lau Dendang di Kecamatan Sei Rampah Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan Kawasan cagar budaya adalah kawasan dimana lokasi bangunan hasil budaya manusia bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami khas berada. Kawasan Cagar Budaya yang ada di kabupaten Serdang Bedagai antara lain : RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 12

13 1. Masjid Kuno dan Makam Sultan di Kecamatan Tanjung Beringin; 2. Masjid Kuno dan Makam Sultan di Kecamatan Perbaungan; 3. Masjid Kuno di Kecamatan Pantai cermin; 4. Bangunan rumah adat Melayu di Kecamatan Tanjung Beringin; 5. Bangunan kuno di lahan perkebunan di kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. 6. Pura Bali di Kecamatan Pegajahan; 7. Bangunan Replika Istana Sultan Serdang di Kecamatan Pegajahan; 8. Bangunan kantor Bupati Serdang Bedagai/ex kantor Camat Sei Rampah Kawasan Rawan Bencana Alam a. Kawasan Rawan Banjir Kawasan rawan bencana di kabupaten Serdang Bedagai ini berupa kawasan rawan banjir yang di wilayah pesisir maupun kawasan perkotaan. Kawasan rawan banjir di kabupaten Serdang Bedagai berada pada Kecamatan Sei bamban, Perbaungan, Tebing syahbandar, Dolok Merawan, Dolok Masihul, Silinda, Sipispis, Tanjung Beringin, Pantai Cermin, Bintang Bayu, Tebing Tinggi, Sei Rampah dan Bandar Khalipah. Untuk melakukan pencegahan banjir dan meminimalisir bencana yang diakibatkan oleh banjir, maka ada beberapa langkah konkrit yang harus dilakukan : Penetapan kawasan lindung disepanjang sempadan sungai kabupaten Serdang Bedagai; Karena permukaan tanah di beberapa kawasan yang rawan bencana banjir relatif datar maka perlu di bangun tembok penahan apabila muka air sungai lebih tinggi dari permukaan daratan rata-rata; Saluran drainase selalu dibersihkan untuk menekan dampak banjir; Membatasi perluasan kawasan pemukiman penduduk di daerah dataran rendah yang berpotensi terjadinya banjir; Menumbuhkan kesadaran masyarakat agar selalu menjaga lingkungan; Budaya Jumat bersih sebagai kearifan lokal daerah. RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 13

14 b. Kawasan Rawan Bencana Angin Puting Beliung Kawasan rawan bencana angin puting beliung terdapat di Kecamatan Sei Bamban, Teluk Mengkudu, Perbaungan, Pegajahan, Dolok Merawan, Dolok Masihul, Sipispis, Tanjung Beringin Pantai Cermin, Bintang Bayu, Sei Rampah dan Bandar Khalipah. Bencana angin yang terjadi di kawasan ini sering mengakibatkan kerusakan permukiman masyarakat. Arahan pengembangan permukiman di sekitar kawasan ini disarankan memperkuat konstruksi atap rumah, karena yang sering rusak adalah bagian atap rumah yang terkena angin puting beliung tersebut. c. Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor Bencana tanah longsor di Kabupaten Serdang Bedagai sering terjadi di wilayah Kecamatan yang memiliki kemiringan lereng > 45 0 dan jenis tanah tertentu. Kawasan-kawasan yang sering terjadi bencana longsor tersebut terletak di Kecamatan Dolok Merawan, Silinda, Sipispis dan Bintang Bayu. Potensi kelongsoran (erosi) tanah dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah tingkat kemiringan tanah, kegiatan konservasi, tingkat kekritisan lahan. Luas lahan kritis dan status kawasan di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat dari luas lahan kritis yang masuk ke dalam Kabupaten Serdang Bedagai Lahan kritis yang sangat berpengaruh pada degradasi DAS secara keseluruhan adalah lahan kritis pada kawasan hulu dari DAS tersebut. Berikut ini ditampilkan tabel mengenai luas DAS dan lahan kritis di kabupaten Serdang Bedagai. Tabel 4.3 Luas DAS dan Luas Lahan Kritis di Kabupaten Serdang Bedagai No. DAS Tingkat Kekritisan S. Kritis Kritis Agak Kritis Potensial Kritis Tdk Kritis Luas DAS (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) 1 Bedagai , , , Hapal - 3 Padang , , , , , , RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 14

15 No. DAS Tingkat Kekritisan S. Kritis Kritis Agak Kritis Potensial Kritis Tdk Kritis Luas DAS (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) 4 Sialang Buah 0, , , , , Ular 29, , , , , Sumbe r: Balai PengelolaanDaerah Aliran Sungai Wampu - Ular d. Kawasan Rawan Bencana Gelombang Pasang Air Laut Adapun kawasan rawan bencana yang berpotensi terjadinya gelombang pasang air laut di wilayah pesisir dengan luas sekitar kurang lebih hektar yaitu disepanjang pantai (Kecamatan Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin, dan Bandar Khalipah) kabupaten Serdang Bedagai. Kawasan rawan bencana gelombang pasang air laut di kabupaten Serdang Bedagai berada di sepanjang garis pantai di pesisir pantai Timur kabupaten Serdang Bedagai, yang berbatasan dengan Selat Malaka. Meskipun potensi bahaya bencana gelombang pasang air laut ini kecil, karena garis pantai ini tidak berhubungan langsung dengan samudra atau laut lepas, namun demikian limpasan ombak dari pantai Barat pulau Sumatera apabila terjadi bencana gelombang pasang air laut akan mempengaruhi kawasan di sekitar pantai Timur. Kejadian ini pernah terjadi pada akhir tahun 2004 ketika terjadi tsunami di Aceh, dan wilayah sekitar Pantai Cermin terkena imbasnya. Potensi kawasan rawan bencana di kabupaten Serdang Bedagai dalam satuan desa dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Potensi Bencana Alam Kabupaten Serdang Bedagai No. KECAMATAN BANJIR 1. Sei Bamban - Pon - Sei bamban - Gempolan - Suka Damai - Sei Buluh PUTING BELIUNG - Pon - Sei Bamban - Penggalangan POTENSI BENCANA TANAH LONGSOR GELOMBANG PASANG AIR LAUT RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 15

16 No. KECAMATAN BANJIR 2. Perbaungan - Pematang - Sijonam - Sei Buluh - Sei Sijenggi - Bengkel - Lidah Tanah - Tualang - Citaman Jernih 3. Tebing Syahbandar - Paya Pasir - penggalian PUTING BELIUNG - Pematang Tatal - Cinta Air - Lubuk Cemara - Pematang Sijonam POTENSI BENCANA TANAH LONGSOR GELOMBANG PASANG AIR LAUT - Sei Naga Lawan 4. Dolok Merawan 5. Dolok Masihul - Pekan D. Masihul - Martebing - Bantan - Pekan Kamis - Batu 13 - Dolok Sagala - Bukit Cermin Hilir - Tegal Sari - Pardomuan - Dame - Malasori - Hutanauli 6. Silinda - Pagar Manik - Kulasar 7. Sipispis - Sipispis - Marjanji - Buluh Duri - Sibarau 8. Tanjung Beringin - Mainu Tengah - Mainu Tengah - Pabatu - Afd. VI dolok Hilir - Sukajadi - Tebing Tinggi - Pematang Cermal - Pematang Terang - Bagan Kuala 9. Pantai Cermin - Dsn. II Kota Pari - Pantai Cermin Kanan - Kuala Lama - Lubuk Saban 10. Bintang Bayu - Sarang Ginting Hulu - Huta Durian - B. Pinang Hulu - Sigiling Kahean 11. Tebing Tinggi - Bah Sumbu - Sei Periuk - Paya Lombang - Kota Baru - Paya Bagas - Naga Kesiangan - Bah Sidua-dua 12 Sei Rampah - Cempedak Lobang - Firdaus - Pematang Ganjang - P. Pelintahan - Silau Rakyat - Simpang Empat - Pekan Dolok Masihul - Dolok Merawan - Pagar Manik - Kulasar - Marjanji - Sipispis - Mangga Dua - Pematang Cermai - Bagan Kuala - Ara Payung - Lubuk Saban - Pantai Cermin Kiri - Besar II terjun - Sementara - Pantai Cermin Kanan - Lubuk cemara - Kuala Lama - Cintaman - B. Pinang Lubu - B. Pinang Kebun - Firdaus - Silau Rakyat - Sei Rejo - Rampah - Pematang Ganjang - Pematang Pelintahan - Marihat Dolok - Huta Durian - Bagan Kuala - Kota Pari - Pantai Cermin Kanan - Pantai Cermin Kiri - Kuala Lama - Lubuk Saban - Naga Kisar RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 16

17 No. KECAMATAN 13 Bandar Khalipah 14 Teluk Mengkudu BANJIR - Juhar - Gelam Sei Serimah - Bandar Tengah - Kayu Besar PUTING BELIUNG - Gelam Sei Serimah - Kayu Besar - - Sialang Buah - Sentang - Bogak Besar - Pematang Kuala - Pematang Setrak 15 Pegajahan - - Bingkat - Petuaran Hilir - Pegajahan POTENSI BENCANA TANAH LONGSOR GELOMBANG PASANG AIR LAUT - Gelam Sei Serimah - Pekan Bandar Khalipah - Kayu Besar - Sialang Buah - Sentang - Bogak Besar - Pematang Kuala Sumber : Dinsosnakerkop dan BNPBD Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun Kawasan Lindung Lainnya Kawasan pengungsian satwa, terumbu karang dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi Mengacu pada PP No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN, Kawasan Pulau Berhala ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional dengan tipologi Kawasan Strategis pertahanan keamanan, sedangkan dalam lingkup RTRW Kabupaten Serdang Bedagai Kawasan Pulau Berhala diarahkan sebagai Kawasan konservasi penyu, terumbu karang, jenis burung migran. Di kawasan ini juga direncanakan sebagai kawasan wisata yang berwawasan lingkungan (Ecomarinetourism) sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 12 Tahun Meskipun ditetapkan sebagai kawasan wisata yang berwawasan lingkungan namun dalam implementasinya diharapkan tujuan wisata ke daerah tersebut dibatasi mengingat kawasan tersebut sebagai kawasan konservasi. 4.2 RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung. RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 17

18 Penetapan kawasan budidaya dititikberatkan pada usaha untuk memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai dengan fungsi sumberdaya yang ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya. Kawasan budidaya dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten ditujukan untuk : 1. Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara optimal, berdayaguna dan berhasil guna, serasi, seimbang dan berkelanjutan. 2. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang antar kegiatan budidaya yang berbeda. 3. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang dari jenis kegiatan budidaya terutama ke jenis yang lain. Proses penentuan kawasan budidaya ini mengacu kepada: 1. Kawasan lindung yang telah ditetapkan sebelum dan menjadi pembatas bagi penetapan kawasan budidaya. 2. Rencana Struktur Tata Ruang yang dituju. 3. Kriteria menurut Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Daerah yang diterbitkan oleh Kelompok Kerja Tim Tata Ruang Nasional. 4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJPD). 5. Hasil Masukan analisis fisik, sosial, ekonomi dan struktur tata ruang Kawasan Peruntukan Hutan Produksi a. Peruntukan Hutan Produksi Terbatas Kawasan hutan produksi terbatas adalah hutan produksi dimana eksploitasinya hanya dapat dengan cara tebang pilih dan tanam. Tujuan dari kawasan hutan produksi ini adalah untuk mengekpoitasi tanaman yang ada didalam kawasan hutan dengan tidak merubah fungsi kawasan tersebut. Berdasarkan SK.44/Menhut-II/2005 kabupaten Serdang Bedagai mempunyai luas kawasan Hutan Produksi Terbatas sebesar 7.429,60 Ha yang terdapat di Kecamatan perbaungan, pantai Cermin, Teluk Mengkudu, RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 18

19 tanjung Beringin dan Bandar Khalipah, namun direncanakan lahan hutan produksi terbatas sudah dikonversi menjadi Areal penggunaan Lain (APL). b. Peruntukan Hutan Produksi Kawasan hutan produksi adalah hutan produksi dimana eksploitasinya dapat dengan cara tebang pilih atau tebang habis dan tanam. Kawasan hutan produksi di Kabupaten Serdang Bedagai direncanakan di Kecamatan Kotarih dan Bintang Bayu seluas Ha Kawasan Hutan Rakyat a. Kawasan Peruntukan Hutan Kemasyarakatan Pembangunan Hutan Kemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37/Menhut-II/2007 tanggal 7 September 2007 dan Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.18/Menhut- II/2007 tanggal 7 September Pembangunan Hutan Kemasyarakatan di Kabupaten Serdang Bedagai direncanakan berlokasi di Kecamatan Kotarih seluas ± 689,5 Ha dan Kecamatan Sipispis seluas ± 605,5 Ha. Total luas Hutan kemasyarakatan yang direncanakan di kabupaten Serdang Bedagai seluas ± Ha. Pengembangan kawasan hutan tanaman rakyat dapat juga dilakukan di kecamatan atau desa lainnya sepanjang memiliki potensi dan bersesuaian yang dapat diusahakan dengan jenis tanaman kehutanan, serta telah mendapat persetujuan ataupun rekomendasi teknis dari instansi yang berwenang b. Kawasan Peruntukan Hutan Desa Pembangunan Hutan Desa dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 tanggal. Pembangunan Hutan Desa di kabupaten Serdang Bedagai direncanakan berlokasi di desa Sialtong Kecamatan Kotarih seluas ± 200 Ha, desa Rubun Dunia seluas ± 100 Ha, desa Hutagaluh Kecamatan Kotarih seluas ± 200 Ha, desa Siujan-ujan Kecamatan RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 19

20 Kotarih seluas ± 100 Ha, desa Kotarih Pekan Kecamatan Kotarih seluas ± 200 Ha, desa Rimbun Kecamatan Sipispis seluas ± 100 Ha. Total luas Hutan desa yang direncanakan di kabupaten Serdang Bedagai seluas ± 900 Ha Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Pertanian adalah bidang lahan yang digunakan untuk usaha pertanian. Kawasan tanaman pangan terdiri dari kawasan tanaman pangan lahan basah (sawah) dan tanaman lahan kering. Pengembangan tanaman pangan lahan basah guna mendukung peningkatan swasembada pangan. Beberapa cara dapat dilakukan, terutama dengan program intensifikasi sehingga produksi per hektar semakin meningkat. Ekstensifikasi berupa perluasan kawasan tanaman pangan lahan basah terutama untuk mengimbangi penyempitan/pengurangan areal tanaman akibat lahan sawah berubah fungsi untuk kegiatan lainnya. a. Peruntukan Pertanian Lahan Basah Tipologi untuk kawasan pertanian lahan basah adalah berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Pemanfaatan ruang pertanian lahan basah bertujuan untuk mendukung perekonomian lokal di kawasan sekitarnya dan pengembangan perekonomian Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Pengembangan kawasan pertanian lahan basah berdasarkan pada pertimbangan kondisi eksisting dan potensi wilayahnya dengan merujuk pada ketentuan Keppres No. 57/89 tentang Pengelolaan Kawasan Budidaya. Pemanfaatan ruang lahan basah yang terbentuk berdasarkan pertimbangan tersebut adalah mengelompok dan merupakan pemisah antara kawasan budidaya permukiman dan kawasan lindung. Kawasan pertanian lahan basah dikembangkan di wilayah dengan kriteria sebagai berikut : a. Kawasan dengan ketinggian < 1000 m dpl. b. Kawasan dengan kelerengan < 40%. c. Kawasan dengan Kedalaman efektif tanah > 30 cm. d. Mendapat pengairan teknis. RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 20

21 e. Memperhatikan kondisi eksisting dan kecenderungan perkembangan pertanian basah serta kebutuhan lahan untuk dapat menyerap tenaga kerja optimal. f. Pola tanam: monokultur, tumpangsari, campuran tumpang gilir; g. Tindakan konservasi berkaitan dengan Vegetatif: pola tanam sepanjang tahun, penanaman tanaman panen atas air tersedia dengan jumlah dan mutu yang memadai yaitu 5-20 L/detik/ha untuk mina padi, mutu air bebas polusi, suhu 23-30ºC, oksigen larut 3-7 ppm, amoniak 0.1 ppm dan ph 5-7; Mekanik: pembuatan pematang, teras, dan saluran drainase. Berdasarkan pertimbangan kriteria diatas, maka luas pertanian di kabupaten Serdang Bedagai, yang sesuai untuk budidaya pertanian lahan basah adalah Ha (21,36 % dari total luas wilayah kabupaten Serdang Bedagai) yang tersebar pada seluruh Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai. Kawasan pertanian tanaman lahan basah yang beririgasi ini direncanakan menjadi kawasan lahan pertanian pangan yang berkelanjutan. Pengertian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan berdasarkan Undang-undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Semangat ini didasari pada potensi kabupaten Serdang Bedagai sebagai salah satu lumbung pangan di provinsi Sumatera Utara, khususnya tanaman padi. Namun permasalahannya adalah seiring perkembangan pembangunan, juga keinginan masyarakat untuk memperoleh keuntungan secara ekonomi melalui penanaman komoditas tanaman yang lebih menguntungkan seperti tanaman kelapa sawit, maka yang terjadi adalah perubahan fungsi lahan, dari lahan sawah menjadi penggunaan lainnya. Laju RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 21

22 alih fungsi lahan yang dominan terjadi adalah di Kecamatan Teluk Mengkudu, Dolok Masihul, Bandar Khalifah, Perbaungan, dan Sei Rampah. b. Peruntukan Pertanian Lahan Kering Pemanfaatan ruang pertanian lahan kering bertujuan untuk mendukung perekonomian lokal di kawasan sekitarnya dan wilayah kabupaten Serdang Bedagai. Pengembangan kawasan pertanian lahan kering berdasarkan pada pertimbangan kondisi eksisting (berupa kebun campuran, tegalan, padang rumput, ilalang dan semak belukar) dan potensi wilayahnya dengan merujuk pada ketentuan Keppres No. 57/89 tentang Pengelolaan Kawasan Budidaya. Pemanfaatan ruang lahan kering yang terbentuk berdasarkan pertimbangan tersebut adalah mengelompok dan merupakan pemisah antara kawasan budidaya permukiman dan kawasan lindung. Kawasan pertanian lahan kering dikembangkan di wilayah yang memiliki kriteria sebagai berikut : a. Kemiringan 0-6%: tindakan konservasi secara vegetatif ringan, tanpa tindakan konservasi secara mekanik; b. Kemiringan 8-15%: Tindakan konservasi secara vegetatif ringan sampai berat yaitu pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pupuk hijau, pengembalian bahan organik, tanaman penguat keras; Tindakan konservasi secara mekanik (ringan), teras gulud disertai tanaman penguat keras; Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras gulud dengan interval tinggi 0,75 1,5 m dilengkapi tanaman penguat, dan saluran pembuang air ditanami rumput. c. Kemiringan 15-40%: Tindakan konservasi secara vegetatif (berat), pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman, pupuk kandang, pupuk hijau, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat teras dan rokrak; RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 22

23 Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang dilengkapi tanaman atau batu penguat teras dan rokrak, saluran pembuangan air ditanami rumput. Berdasarkan pertimbangan kriteria diatas, maka luas pertanian lahan kering di Kabupaten Serdang Bedagai, yang perlu ditetapkan adalah Ha. Pengembangan kawasan pertanian lahan kering terutama diarahkan pada semua Kecamatan di kabupaten Serdang Bedagai. Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pertanian harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kawasan pertanian tanaman lahan kering tidak tertentu yang diatur oleh pemerintah daerah setempat dan atau oleh Kementerian Pertanian. c. Peruntukan Peternakan Pemanfaatan ruang kawasan peternakan adalah kawasan yang sesuai untuk peternakan hewan dengan kriteria sebagai berikut : Kawasan yang diusahakan dan atau dimanfaatkan sebagai kawasan Peternakan; Kawasan yang memilki aksesibilitas terhadap sentra-sentra industri Peternakan; Kawasan yang memiliki timbal balik ekonomi dan ekologi (keseimbangan ekonomi dan lingkungan); Kawasan dengan jenis tanah/iklim sesuai untuk padang rumput; Memperhatikan kondisi eksisting dan kecenderungan perkembangan peternakan serta kebutuhan lahan untuk dapat menyerap tenaga kerja optimal. Pemanfaatan ruang kawasan peternakan adalah kawasan yang sesuai untuk peternakan hewan dengan kriteria sebagai berikut: Kawasan dengan ketinggian < 1000 m dpl; Kawasan dengan kemiringan < 15%; RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 23

24 Kawasan dengan jenis tanah/iklim sesuai untuk padang rumput; Memperhatikan kondisi eksisting dan kecenderungan perkembangan peternakan serta kebutuhan lahan untuk dapat menyerap tenaga kerja optimal. Kawasan peternakan meliputi kawasan budidaya khusus peternakan yang terintegrasi dengan kawasan peruntukan pertanian dan perkebunan. Pengembangan kawasan peternakan meliputi peternakan hewan besar, hewan kecil dan unggas. Kawasan peruntukan peternakan merupakan kawasan perkebunan pada setiap kecamatan yang secara teknis dapat digunakan untuk usaha peternakan, baik sebagai usaha sampingan, cadangan usaha, usaha pokok, maupun usaha skala industri Berdasarkan pertimbangan kriteria diatas, pengembangan kawasan budidaya peternakan Hewan Besar, hewan kecil dan unggas dilakukan di wilayah yang memiliki potensi dan sesuai untuk pengembangan perternakan hewan besar, hewan kecil dan unggas meliputi; 1. sapi dengan prioritas pengembangan di Kecamatan Dolok Masihul, Perbaungan, Sipispis, Dolok Merawan, Pegajahan, Tebing Tinggi, Serbajadi, Pantai Cermin, Bintang Bayu, Tebing syahbandar, Sei Bamban, Teluk Mengkudu; 2. kambing dengan prioritas pengembangan di Kecamatan Kotarih, Silinda, Dolok Masihul, Serbajadi, Sipispis, Dolok Merawan, Tebing Tinggi, Tebing Syahbandar, Tanjung Beringin, Teluk Mengkudu, Perbaungan, Pantai Cermin, Pegajahan dan Sei Rampah; 3. unggas dengan prioritas pengembangan berada di Kecamatan Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin, Pegajahan, Sipispis, pantai cermin; 4. babi dengan pengembangan berada di Kecamatan Dolok Masihul, Kecamatan Kotarih, Kecamatan Bintang Bayu, dan Kecamatan Sei Bamban, dengan persyaratan: a. Jauh dari pusat kota; b. Jauh dari kawasan permukiman; c. Dikandangkan (tidak dibiarkan berkeliaran); d. Memiliki sistem sanitasi yang baik; RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 24

25 e. Memiliki sistem pengolahan air limbah; f. Memiliki izin lingkungan; g. Tidak ada pertentangan dari masyarakat setempat. Disamping itu ada jenis potensi penangkaran jenis hewan tertentu yang merupakan komoditas bernilai tinggi diarahkan di Kecamatan Serbajadi. Demikian juga halnya jenis potensi peternakan lainnya yang berkembang di kabupaten Serdang Bedagai yakni peternakan walet. Jenis peternakan ini dapat dikembangkan dengan syarat: a. Jauh dari pusat kota; b. Jauh dari kawasan permukiman; c. Memiliki izin lingkungan. d. Diluar Kecamatan di atas masih dimungkinkan untuk dikembangkan sebagai kawasan perternakan dengan kriteria : Berada diluar wilayah permukiman dan bukan merupakan wilayah pengembangan perkotaan dan permukiman; Jauh dari sumber air (mata air, sungai) dan tidak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan; Berada pada lahan pertanian yang tidak produktif; Sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Potensi lainnya yang cukup strategis terkait peternakan adalah Sistem peternakan yang dikelola secara terpadu atau sering disebut sebagai Sistem Integrasi Padi Ternak (SIPT). Di kabupaten Serdang Bedagai sistem pengelolaan ternak seperti ini sudah berjalan baik dan sudah dapat dikategorikan berhasil adalah di desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan. Perkembangan ternak dengan pola seperti ini cukup signifikan dan produksi padi dari pemberian pupuk kandang hasil ternak tersebut juga cukup baik. Simbiosis yang terjadi sudah cukup baik. Pola seperti ini akan dicoba untuk dikembangkan di daerah-daerah sekitarnya. RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 25

26 4.2.4 Kawasan Peruntukan Perkebunan Yang Dirinci Berdasarkan Jenis Komoditas Perkebunan Yang Ada Di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Kawasan peruntukan perkebunan, yang dirinci berdasarkan jenis komoditas perkebunan yang ada di wilayah kabupaten. Potensi perkebunan yang terdapat di kabupaten Serdang Bedagai untuk kategori perkebunan rakyat antara lain; Kelapa Sawit, Karet, Kakao, Kelapa, Kemiri, Pinang, Pala, Aren, sedangkan untuk kategori perkebunan besar antara lain : Kelapa Sawit, Karet dan Kakao. Pemanfaatan ruang untuk kawasan perkebunan memiliki kriteria sebagai berikut : Kawasan yang diusahakan dan atau dimanfaatkan sebagai kawasan Perkebunan/Tanaman Tahunan; Kawasan yang memilki aksesibilitas terhadap sentra-sentra industri Perkebunan/Tanaman Tahunan; Kawasan yang memiliki timbal balik ekonomi dan ekologi (keseimbangan ekonomi dan lingkungan); Memperhatikan kondisi eksisting dan kecenderungan perkembangan perkebunan serta kebutuhan lahan untuk menyerap tenaga kerja optimal. Pemanfaatan ruang untuk kawasan perkebunan adalah kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut: Kawasan dengan ketinggian < 1000 m dpl; Kawasan dengan kemiringan 25-40%; Kawasan dengan kedalaman efektif tanah > 30 cm; Memperhatikan kondisi eksisting dan kecenderungan perkembangan perkebunan serta kebutuhan lahan untuk menyerap tenaga kerja optimal. Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, maka rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan perkebunan pada tahun 2033 adalah Ha yang terdistribusi di seluruh Kecamatan. Adapun rencana pengembangan komoditas perkebunan di kabupaten Serdang Bedagai adalah sebagai berikut : RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 26

27 a. Kawasan peruntukan perkebunan komoditi kelapa sawit, meliputi : seluruh kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai dengan syarat tidak mengalihfungsikan lahan Pertanian Pangan, Perikanan dan Kehutanan; b. Kawasan peruntukan perkebunan komoditi karet, meliputi : seluruh kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai kecuali Kecamatan Tanjung Beringin, Perbaungan, Pantai Cermin, Bandar Khalifah dan Teluk Mengkudu; c. Kawasan peruntukan perkebunan kakao, meliputi : seluruh kecamatan di kabupaten Serdang Bedagai; d. Kawasan peruntukan perkebunan komoditi kelapa, meliputi : seluruh kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai kecuali Kecamatan Kotarih; e. Kawasan peruntukan perkebunan komoditi kemiri, meliputi : Kecamatan Kotarih, Bintang Bayu, Silinda, Serbajadi, Sipispis dan Dolok Merawan; f. Kawasan peruntukan perkebunan komoditi pinang, meliputi : seluruh kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai kecuali Kecamatan Bandar Khalifah, Tebing Syahbandar, Tebing Tinggi, dan Sei Bamban; g. Kawasan peruntukan perkebunankomoditi pala, meliputi : Kecamatan Kotarih dan Pantai Cermin; h. Kawasan peruntukan perkebunan komoditi aren dan sagu, meliputi : Kecamatan Kotarih, Silinda, Dolok Masihul, Serbajadi, Sipispis, dan Sei Rampah, Tanjung Beringin dan Bandar Khalipah Kawasan Peruntukan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai potensi perikanan dan kelautan yang cukup besar meliputi perikanan tangkap, budidaya air payau, budidaya air tawar, perairan umum, pengolahan hasil perikanan, serta wisata bahari. Khusus dibidang perikanan tangkap, kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan dengan Selat Malaka memiliki garis pantai mencapai ± 55 Km. Wilayah perairan laut yang cukup luas ini menyimpan potensi perikanan laut yang cukup besar, juga menuntut adanya pemberdayaan potensi tersebut yang berorientasi kepada konsep lestari. Artinya bagaimana agar potensi yang ada bisa dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 27

28 nelayan, sebagai pelaku utama perikanan tangkap. Namun tanpa melupakan adanya upaya untuk menjaga kelestarian sumberdaya perikanan tersebut salah satunya adalah menertibkan perturan terhadap jalur-jalur penangkapan ikan melalui upaya pengawasan. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan bagian dari wilayah dalam konsep kerjasama pengembangan Agromarinpolitan atau dalam istilah lain juga disebut sebagai kawasan Minapolitan. Hal ini mengacu pada Keputusan Bupati Serdang Bedagai Nomor 90/523/Tahun 2011 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan Kabupaten Serdang Bedagai. Konsep ini mengutamakan pengembangan kawasan berbasis pada potensi pengembangan wilayah pesisir, kelautan, dan perikanan. Rencana pengembangan kawasan peruntukan perikanan dan kelautan di Kabupaten serdang bedagai meliputi kawasan budidaya perikanan dan perikanan tangkap (Kawasan Minapolitan) dengan total luas ha. Pengembangan zona kawasan budidaya perikanan di Kabupaten Serdang bedagai terdir atas : a. kawasan Minapolitan Budidaya air payau berpusat di Kecamatan Teluk Mengkudu, dan kawasan pendukungnya meliputi Pantai Cermin, Bandar Khalifah, dengan komoditas unggulan adalah Udang, Ikan Kerapuh, Ikan Bandeng dan rumput laut. b. kawasan Minapolitan Budidaya air tawar berpusat di Kecamatan Perbaungan dan Tebing Tinggi, dan kawasan pendukungnya meliputi Kecamatan Tebing Syahbandar, Dolok Masihul, Serbajadi, dan kecamatan lainnya dengan komoditas unggulan Ikan Gurami, Lele, dan Ikan Mas; c. kawasan Minapolitan Pengolahan dan pemasaran hasil perikanan berpusat di Kecamatan Teluk Mengkudu, dan kawasan pendukungnya meliputi Kecamatan Pantai Cermin, Perbaungan, Tebing Tinggi dan kecamatan lainnya dengan komoditi pengolahan hasil laut dan pengolahan ikan air tawar. RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 28

29 Pengembangan zona kawasan perikanan tangkap yaitu kawasan Minapolitan Tangkap berpusat di Kecamatan Tanjung Beringin, dan kawasan pendukungnya meliputi Kecamatan Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu dan Bandar Khalifah. Pengembangan kawasan peruntukan perikanan dilakukan di wilayah yang memiliki potensi dan sesuai untuk pengembangan perikanan dan kelautan meliputi : a. Kawasan agromarinepolitan pantai timur; b. Rencana pengembangan pangkalan pendaratan ikan (PPI). Rencana pengembangan pangkalan pendaratan ikan (PPI) di Kabupaten Serdang Bedagai meliputi : a. PPI Pantai Cermin, b. PPI Tanjung Beringin, c. PPI Sialangbuah, d. PPI Bandar Khalipah Kawasan Peruntukan Pertambangan Kawasan pertambangan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi industri pertambangan, baik wilayah yang sedang maupun akan segera dilakukan kegiatan penambangan. Kriteria lokasi sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral untuk daerah masing-masing, yang mempunyai potensi bahan tambang yang bernilai tinggi. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki berbagai deposit mineral yang dapat dikembangkan, yaitu mineral Batuan dan non batuan yang meliputi Kecamatan Kotarih, Sipispis, Dolok Masihul, Dolok Merawan, silinda dan Pantai Cermin, yang syarat eksploitasinya harus terlebih dahulu memiliki dokumen kajian studi Amdal atau kajian UPL dan UKL, atau SPPL; serta seluruh wilayah kabupaten Serdang Bedagai juga merupakan bagian dari hamparan cekungan migas (informasi dari Kementerian Energi Sumberdaya Mineral RI), yang berarti wilayah kabupaten Serdang Bedagai memiliki potensi minyak dan gas bumi. RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 29

30 Kriteria teknis dalam kegiatan pertambangan ini adalah : 1. Kegiatan penambangan tidak boleh dilakukan di kawasan lindung; 2. Kegiatan penambangan tidak boleh menimbulkan kerusakan lingkungan; 3. Lokasi tidak terletak terlalu dekat terhadap daerah permukiman. Hal ini untuk menghindari bahaya yang diakibatkan oleh gerakan tanah, pencemaran udara, serta kebisingan akibat lalu lintas ledakan dinamit, dan sebagainya. Jarak dari permukiman 1-2 km bila digunakan bahan peledak dan minimal 500 m bila tanpa peledakan; 4. Lokasi penambangan tidak terletak di daerah tadah (daerah imbuhan) untuk menjaga kelestarian sumber air (mata air, air tanah); 5. Lokasi penggalian tidak dilakukan pada lereng curam (> 40%) yang kemantapan lerengnya kurang stabil. Hal ini untuk menghindari terjadinya erosi dan longsor; 6. Memiliki izin lingkungan. Pengembangan kawasan pertambangan di Kabupaten Serdang Bedagai dilakukan di wilayah yang memiliki potensi dan sesuai untuk pengembangan pertambangan meliputi : 1. tambang bahan mineral bukan logam dan batuan yaitu bentonit, batu gamping/batu kapur, zeolit, dolomit, marmer, travertin, diatomea, trass, andesit, granit, felspar, kaolin, batu mulia, batu apung, perlit, kalsit, kuarsa, phospat, pasir kuarsa, kuarsit, grafit, mika, oker, talk, serpentinit, lempung, pasir dan batu (sirtu), pasir laut;dan 2. tambang air tanah yaitu CAT (cekungan Air Tanah) Medan yang tersebar di Kabupaten Serdang Bedagai. Mineral Batuan dan non batuan yang meliputi Kecamatan Kotarih, Sipispis, Dolok Masihul, Dolok Merawan, Silinda dan Pantai Cermin, yang syarat eksploitasinya harus terlebih dahulu memiliki dokumen kajian studi Amdal atau kajian UPL dan UKL, atau SPPL. Pengembangan potensi bahan tambang belum terindentifikasi di seluruh Kabupaten Serdang Bedagai. Pengembangan RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 30

31 kawasan peruntukan pertambangan Mineral Batuan dan non batuan diluar wilayah kecamatan tersebut diatas dapat dilakukan sepanjang memiliki potensi dan mendapat persetujuan teknis dari instansi yang berwenang serta telah mendapat rekomendasi izin pemanfaatan ruang dari Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Kawasan Peruntukan Industri Sebagian atau seluruh bagian kawasan peruntukan industri dapat dikelola oleh satu pengelola tertentu. Dalam hal ini, kawasan yang dikelola oleh satu pengelola tertentu tersebut disebut kawasan industri. Pemanfaataan ruang untuk pengembangan peruntukan Industri bertujuan : Mendukung wilayah produksi pertanian dan galian agar tetap terjaga kesinambungan aktivitas kegiatannya; Terciptanya pertumbuhan perekonomian wilayah; Terciptanya penyerapan tenaga kerja maksimal; Pengembangan industri mendukung struktur ruang/hirarki pelayanan. Kawasan peruntukan industri memiliki fungsi antara lain: 1. Memfasilitasi kegiatan industri agar tercipta aglomerasi kegiatan produksi di satu lokasi dengan biaya investasi prasarana yang efisien; 2. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja; 3. Meningkatkan nilai tambah komoditas yang pada gilirannya meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah yang bersangkutan; 4. Mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan. Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan kawasan peruntukan industri yang berorientasi bahan mentah : 1. Kemiringan lereng yang sesuai untuk kegiatan industri berkisar 0% - 25%, pada kemiringan > 25% - 45% dapat dikembangkan kegiatan industri dengan perbaikan kontur, serta ketinggian tidak lebih dari 1000 meter dpl; RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 31

32 2. Hidrologi : bebas genangan, dekat dengan sumber air, drainase baik sampai sedang; 3. Klimatologi : lokasi berada pada kecenderungan minimum arah angin yang menuju permukiman penduduk; 4. Geologi : dapat menunjang konstruksi bangunan, tidak berada di daerah rawan bencana longsor; 5. Lahan : area cukup luas minimal 20 ha; karakteristik tanah bertekstur sedang sampai kasar, berada pada tanah marginal untuk pertanian. Kriteria teknis yang harus diperhatikan dalam penetapan lokasi kawasan industri antara lain : 1. Harus memperhatikan kelestarian lingkungan; 2. Harus dilengkapi dengan unit pengolahan limbah; 3. Harus memperhatikan suplai air bersih; 4. Jenis industri yang dikembangkan adalah industri yang ramah lingkungan dan memenuhi kriteria ambang limbah yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup; 5. Pengelolaan limbah untuk industri yang berkumpul di lokasi berdekatan sebaiknya dikelola secara terpadu; 6. Pembatasan pembangunan perumahan baru di kawasan peruntukan industri; 7. Harus memenuhi syarat AMDAL sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundangundangan yang berlaku; 8. Memperhatikan penataan kawasan perumahan di sekitar kawasan industri; 9. Pembangunan kawasan industri minimal berjarak 2 Km dari permukiman dan berjarak Km dari pusat kota; 10. Kawasan industri minimal berjarak 5 Km dari sungai tipe C atau D; 11. Penggunaan lahan pada kawasan industri terdiri dari penggunaan kaveling industri, jalan dan saluran, ruang terbuka hijau, dan fasilitas penunjang. Pola penggunaan lahan pada kawasan industri secara teknis dapat dilihat pada Tabel berikut; RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 32

33 Tabel 4.5 Pola Penggunaan Lahan Pada Kawasan Industri Kriteria umum dan kaidah perencanaan: 1. Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri; serta izin usaha industri mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; 2. Pemanfaatan kawasan peruntukan industri harus sebesar-besarnya diperuntukan bagi upaya mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah dan peningkatan pendapatan yang tercipta akibat efisiensi biaya investasi dan proses aglomerasi, dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup; 3. Jenis industri yang dikembangkan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan dapat meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk itu jenis industri yang dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat dengan karakteristik lokasi setempat, RENCANA POLA RUANG BAB 4 I V- 33

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN 2-1

TINJAUAN KEBIJAKAN 2-1 TINJAUAN KEBIJAKAN 2.1 KEBIJAKAN RTRW KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 2.1.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Serdang Bedagai 1) Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

Lebih terperinci

RINCIAN DANA ALOKASI DANA DESA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN ANGGARAN 2016

RINCIAN DANA ALOKASI DANA DESA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN ANGGARAN 2016 LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI SERDANG BEDAGAI NOMOR : 5 TAHUN 2016 TANGGAL : 17 Maret 2016 TENTANG : TATA CARA PERHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA, ALOKASI DANA DESA, SERTA DANA BAGI HASIL PAJAK

Lebih terperinci

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS BAB 5 PENETAPAN Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya di prioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

DAFTAR RENCANA UMUM KEGIATAN ( R.U.P )

DAFTAR RENCANA UMUM KEGIATAN ( R.U.P ) DAFTAR RENCANA UMUM KEGIATAN ( R.U.P ) ( HASIL REVISI DAFTAR RENCANA UMUM KEGIATAN YANG DITAYANGKAN TANGGAL 13 MARET 2012 ) INSTANSI ALAMAT PROGRAM KEGIATAN TAHUN ANGGARAN DINAS BINA MARGA KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

RINCIN DANA DESA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN ANGGARAN Alokasi Berdasarkan Formula Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Luas Wilayah IKG

RINCIN DANA DESA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN ANGGARAN Alokasi Berdasarkan Formula Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Luas Wilayah IKG SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SERDANG BEDAGAI NOMOR : 5 TAHUN 2016 TANGGAL :17 Maret 2016 TENTANG : TATA CARA PERHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA, ALOKASI DANA DESA, SERTA DANA BAGI HASIL

Lebih terperinci

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai pada prinsipnya merupakan sarana/alat

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan BAB II KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DAN LANDASAN DASAR HUKUM 2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Rencana tata ruang sebagai produk utama penataan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI. wilayah Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI. wilayah Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 KARAKTERISTIK KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 3.1.1 Kondisi Fisik Dasar Kabupaten Serdang Bedagai adalah kabupaten baru hasil pemekaran dari wilayah Kabupaten Deli Serdang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara,

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai 3.1.1 Letak Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2 0 57 Lintang Utara, 3 0 16 Lintang Selatan, 98 0 33 Bujur Timur,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Lampiran II. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : Tanggal : DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel-1. Lindung Berdasarkan

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI Rencana Pola ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Bentukan kawasan yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UULH = Undang-Undang Lingkungan Hidup no 23 Tahun 1997, yang paling baru adalah UU no 3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH Lampiran I Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 2 TAHUN 2011 Tanggal : 4 Pebruari 2011 Tentang : Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Sumatera Utara digunakan sebagai merupakan acuan dalam pelaksanaan pengendalian

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan BAB I PENDAHULUAN Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan dan Permasalahan telah memasuki tahap akhir dimana setelah penyusunan Laporan Pendahuluan dan Laporan Kompilasi Data,

Lebih terperinci

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999) Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999) TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2013-2033 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI, Menimbang

Lebih terperinci

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang 4 TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang Ruang (space) dalam ilmu geografi didefinisikan sebagai seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfer, tempat hidup tumbuhan, hewan dan manusia (Jayadinata

Lebih terperinci

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 30 APRIL 2004 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK 01 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL. PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber: LN 1997/96;

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang No. 5, Agustus 2002 Warta Kebijakan C I F O R - C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan

Lebih terperinci

4.1. Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang Wilayah. Kebijaksanan tata ruang Kabupaten Serdang Bedagai meliputi beberapa prinsip dasar, yaitu :

4.1. Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang Wilayah. Kebijaksanan tata ruang Kabupaten Serdang Bedagai meliputi beberapa prinsip dasar, yaitu : BAB IV KEBIJAKSANAAN, STRATEGI DAN ARAHAN PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH Dalam bab ini berisikan pembahasan mengenai kebijaksanaan, strategi, dan arahan pengembangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 3 IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 3.1 Indikator dan Skoring 3.1.1 Indikator Daerah Berpendapatan Rendah Daerah berpendapatan rendah dalam kajian ini adalah daerah bila dilihat dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 Tentang : Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak- Cianjur

Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 Tentang : Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak- Cianjur Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 Tentang : Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak- Cianjur PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa fungsi utama Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur sebagai konservasi

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011-2031 I. UMUM Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967, arti hutan dirumuskan sebagai Suatu lapangan tetumbuhan pohon-pohonan yang secara keseluruhan merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN TERHADAP KEBERADAAN KAWASAN LINDUNG TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN TERHADAP KEBERADAAN KAWASAN LINDUNG TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN TERHADAP KEBERADAAN KAWASAN LINDUNG TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU Regi pernandes, Indarti Komala Dewi *), Woro Indriyati Rachmani

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor 24

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis berbentuk kepulauan dengan 17.500 pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan kawasan tempat tumbuh hutan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 9 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 9 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 9 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN OBJEK WISATA PESISIR PANTAI DAN SUNGAI DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Disampaikan Pada Acara :

Disampaikan Pada Acara : Disampaikan Pada Acara : Balancing Spatial Planning, Sustainable Biomass Production, Climate Change and Conservation (Menyeimbangkan Penataan Ruang, Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan, Perubahan Iklim

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB V RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN Rencana Struktur Ruang dan Pola Pemanfaatan Ruang

BAB V RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN Rencana Struktur Ruang dan Pola Pemanfaatan Ruang BAB V RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2006-2016 Pada bab 5 pembahasan difokuskan kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2006 2016. Garis besar bab

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam 11 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan, termasuk hutan tanaman, bukan hanya sekumpulan individu pohon, namun merupakan suatu komunitas (masyarakat) tumbuhan (vegetasi) yang kompleks yang terdiri dari pohon,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT SALINAN Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : Mengingat : a. bahwa kawasan kars yang merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 17 TAHUN 2003 SERI D.14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA SUMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci