HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Susunan organisasi sesuai Kep. Mensos RI No. 59/HUK/2003, tanggal 23 Juli 2003 : 1. Sub Bagian Tata Usaha Mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan. 2. Seksi Program dan Advokasi Sosial Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program, pemberian informasi dan advokasi, pengkajian dan penyiapan standar pelayanan serta melakukan pemantaua, evaluasi dan penyusunan laporan pelayanan dan rehabilitasi sosial. 3. Seksi Rehabilitasi Sosial Mempunyai tugas melakukan registrasi, observasi, identifikasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, mental, sosia, phisik, keterampilan, resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut. 4. Kelompok Jabatan Fungsional Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masingmasing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2 Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari tenaga fungsional, dikoordinir oleh tenaga fungsional senior yang ditetapkan oleh Kepala Panti atas usulan tenaga fungsional yang bersangkutan. Jumlah Tenaga Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. PSKW Mulya Jaya Pasar Rebo mempunyai tugas memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi serta bimbingan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta pengkajian pengembangan standar pelayanan dan rujukan. Dalam rangka penyelenggaraan tugasnya Panti Sosial menggunakan sarana Instalasi Produksi (Workshop) yang dipimpin oleh Kepala dalam jabatan fungsional yang ditunjuk oleh dan bertanggung jawab kepada Kepala Panti dan kegiatannya adalah keterampilan kerja yang bersifat ekonomi, produktif bagi penyandang masalah sosial kesejahteraan sosial pasca rehabilitasi agar mampu berperan aktif dalam masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya PSKW Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur mempunyai fungsi sebagai : 1. Tempat penyebaran pelayanan kesejahteraan sosial. 2. Tempat informasi kesejahteraan sosial. 3. Tempat rujukan bagi pelayanan rehabilitasi dari lembaga rehabilitasi tingkat di bawahnya. 4. Tempat latihan keterampilan.

3 Sesuai Standard Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial, Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, bahwa : 1. Tujuan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial adalah untuk memulihkan keberfungsian sosial Tuna Sosial yang meliputi : a. Kelayan mau mengikuti pelayanan dan rehabilitasi sosial. b. Kelayan mampu mengubah cara hidup dan cara mencari penghasilannya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. c. Kelayan dapat menjalankan fungsi dan peran sosialnya di masyarakat secara wajar. 2. Fungsi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial adalah : a. Menumbuhkan kesadaran kelayan akan pentingnya pelayanan dan rehabilitasi sosial. b. Membantu kelayan melakukan berbagai kegiatan yang berkenaan dengan kehidupannya sehari-hari. c. Membantu kelayan memenuhi kebutuhan dasar, d. Membantu kelayan mengembangkan potensinya. e. Membantu kelayan berperilaku normatif. 3. Dalam melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial menggunakan beberapa metode pekerjaan sosial, antara lain : a. Bimbingan sosial perorangan (Social Case Work), yaitu metoda yang dilakukan pekerja sosial dalam menangani masalah kelayan secara individu.

4 b. Bimbingan sosial kelompok (Social Group Work), yaitu metoda yang diguakan pekerja sosial dalam menangani kelayan melalui kelompok. c. Bimbingan sosial organisasi dan kemasyarakatan (Social Organization and Development), yaitu metoda yang digunakan pekerja sosial untuk membantu kelayan agar organisasi yang ada di masyarakat menerima, mengembangkan dan mengontrol perilaku kelayan dan memberikan kesempatan kepada kelayan untuk meningkatkan peranannya dalam hidup bermasyarakat. 4. Pelayanan dan rahabilitasi sosial kelayan dilaksanakan melalui suatu rangkaian kegiatan yang mengacu pada tahapan pertolongan pekerjaan sosial, yaitu : a. Pendekatan Awal. Merupakan kegiatan untuk mendapatkan pengakuan, dukungan, bantuan dan peran serta dalam pelaksanaan program termasuk upaya memperoleh gambaran potensi dan sumber yang tersedia dalam masyarakat. Pendekatan awal juga untuk mendeteksi keberadaan dan cara mendapatkan calon kegiatan kelayan. Kegiatan pendekatan awal meliputi : 1). Orientasi dan Konsultasi. Kegiatan pengenalan program pelayanan dan rehabilitasi sosial mantan Tuna Susila kepada Pemerintah Daerah, instansi-instansi teknis dan pilarpilar partisipan usaha kesejahteraan sosial yang terkait untuk mendapatkan pengetahuan/pengaku-an, dukungan/bantuan dan peran sertanya dalam pelaksanaan program.

5 2). Identifikasi. Kegiatan untuk mencari dan memperoleh data yang lebih rinci tentang diri mantan Tuna Susila dan potensi lingkungan, termasuk sumber-sumber pelayanan, pasaran kerja dan usaha serta fasilitas kemudahan. 3). Motivasi. Kegiatan pengenalan program kepada mantan Tuna Susila untuk menumbuhkan keinginan dan dorongan yang tinggi dalam mengikuti, melaksanakan program pelayanan dan rehabilitasi sosial. 4). Seleksi. Kegiatan untuk menetapkan Tuna Susila yang akan mendapatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial, karena memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. b. Penerimaan. Serangkaian kegiatan administratif dan teknis yang meliputi : 1). Registrasi, yaitu pencatatan dalam buku induk penerima pelayanan dan mengkompilasikan berbagai formulir isian untuk menetapkan kelayan pelayanan definitif. 2). Penempatan dalam program rehabilitasi sosial, yaitu kegiatan pengelompokan bakat dan minat kelayan dipadukan dengan bimbingan, khususnya bimbingan keterampilan kerja praktis yang sudah diprogramkan (sesuai dengan inventarisasi pasaran usaha/kerja) untuk

6 menumbuhkan semangat dan kecintaan dalam mengikuti bimbingan kerja tersebut. c. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assesment). Upaya untuk menelusuri, menggali data kelayan termasuk faktor-faktor penyebab masalah dan akibat yang ditimbulkannya, persepsi dan tanggapan atas permasalahan yang dialami serta kekuatan-kekuatan yang dimiliki dalam membantu dirinya sendiri. Data tersebut selanjutnya dikaji, dianalisa dan diolah untuk menetapkan akar permasalahan dan pelayanan yang diperlukan. d. Bimbingan Mental, Sosial, Fisik dan Keterampilan, meliputi : Serangkaian kegiatan teknis operasional sebagai bekal untuk dapat bermata pencaharian layak dalam tatanan hidup bermasyarakat. Kegiatan ini meliputi : 1). Bimbingan sosial. 2). Serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk memulihkan dan meningkatkan kemampuan berfungsi sosial kelayan melalui metoda bimbingan sosial perorangan, kelompok dan masyarakat. 3). Bimbingan mental. Serangkaian kegiatan bimbingan/tuntunan untuk memahami diri sendiri dan orang lain dengan belajar tentang keagamaan, cara berfikir positif dan keinginan untuk berprestasi.

7 4). Bimbingan fisik Serangkaian kegiatan bimbingan/tuntunan untuk pengenalan dan praktek cara-cara hidup sehat secara teratur dan disiplin agar kondisi badan/fisik dalam keadaan selalu sehat. 5). Bimbingan keterampilan. Serangkaian kegiatan bimbingan/tuntunan untuk mengetahui, mendalami dan menguasai suatu bidang keterampilan kerja tertentu, sehingga menjadi tenaga yang terampil dibidangnya yang memungkinkan kelayan mampu memperoleh pendapatan yang layak sebagai hasil pendayagunaan keterampilan kerja yang mereka miliki. e. Resosialisasi Serangkaian kegiatan bimbingan yang bersifat dua arah yaitu disatu sisi untuk mempersiapkan kelayan agar dapat berintegrasi penuh kedalam kehidupan dan penghidupan masyarakat secara normatif dan disatu sisi lain untuk mempersiapkan masyarakat khususnya masyarakat daerah asal atau lingkungan masyarakat di lokasi penempatan kerja/usaha kelayan agar mereka dapat menerima, memperlakukan dan mengajak serta berintegrasi dengan kegiatan kemasyarakatan. Tahap resosialisasi meliputi : 1). Bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat.

8 Serangkaian kegiatan bimbingan/tuntunan pendekatan untuk menumbuhkan kemauan keluarga, masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat dan organisasi sosial. 2). Bimbingn sosial hidup bermasyarakat. Serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan agar kelayan dapat melaksanakan seluruh kegiatannya sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dan menghindari kegiatan yang melanggar aturan di masyarakat. f. Penyaluran. Serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk mengembalikan kelayan kedalam kehidupan dan penghidupan di masyarakat secara normatif, baik di lingkungan keluarga, masyarakat daerah asal maupun ke jalur lapangan kerja/usaha mandiri. 1). Pemberian bantuan stimulan usaha pproduktif. Serangkaian kegiatan pengadaan bantuan peralatan dan bahan yang bersifat stimulan/rangsangan untuk mempersiapkan kelayan memperoleh mata pencaharian. 2). Bimbingan usaha/kerja. Serangkaian kegiatan bimbingan praktek kerja/usaha yang ditujukan untuk menciptakan lapangan kerja yang layak dan praktek kelola usaha menuju terciptanya kondisi usaha yang efektif dan efisien. g. Terminasi

9 Kegiatan mengakhiri proses pelayanan lembaga/badan sosial dilakukan setelah kelayan menerima semua proses pelayanan dan masalahnya telah terselesaikan didukung dengan surat resmi kepada pihak-pihak terkait seperti keluarga, pemerintah setempat dan yang berkepentingan. h. Bimbingan lanjut. Serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan kepada eks kelayan, keluarga dan masyarakat guna lebih dapat memantapkan, meningkatkan dan mengembangkan kemandirian eks kelayan dalam kehidupan serta penghidupan yang layak. Tahap bimbingan lanjut secara operasional dilaksanakan melalui 3 (tiga) kegiatan, yaitu : 1). Bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat dan peran serta dalam pembangunan. Serangkaian kegiatan bimbingan/tuntunan untuk lebih memantapkan kemampuan penyesuaian diri eks kelayan dalam tata hidup bermasyarakat dan keikutsertaannya dalam proses pembangunan sesuai dengan kemampuannya. 2). Bantuan pengembangan usaha/bimbingan peningkatan keterampilan. Serangkaian kegiatan yang diarahkan kepada eks kelayan dalam bentuk pemberian bantuan ulang, baik berupa peralatan dan bahan permodalan maupun pemantapan keterampilan, sehingga jenis dan jumlah usaha/kerjanya lebih berkembang. 3). Bimbingan pemantapan kemandirian/peningkatan usaha/kerja.

10 Serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan kepada eks kelayan guna dapat meningkatkan usaha ekonomis, produktif, sehingga dapat mengembangkan jenis dan jumlah penghasilannya. i. Evaluasi. Untuk memastikan apakah eks kelayan telah mampu mandiri dalam melaksanakan fungsi dan peranan sosialnya di masyarakat sesuai tujuan, indikator-indikator keberhasilan pelayanan dan rehabilitasi sosial telah tercapai. Evaluasi perlu dilakukan pada setiap kehidupan eks kelayan, khususnya sebagai umpan balik perbaikan program lembaga/badan sosial. Standar Indikator keberhasilan pelayanan dan rehabilitasi sosial Tuna susila merupakan alat sederhana yang dapat digunakan untuk melihat kondisi pelayanan di lapangan yang mencakup : 1. Hasil pelayanan a. Eks klien tidak lagi melakukan kegiatan Tuna Susila b. Eks kelayan mempunyai pekerjaan baik dalam wira usaha, karyawan, atau pekerjaan lain yang dapat diterima oleh norma masyarakat. c. Eks kelayan melaksanakan perannya kembali dalam keluarga d. Eks kelayan terlibat secara aktif dalam kegiatan kemasyarakatan di lingkungannya. 2. Proses Pelayanan a. Eks kelayan mengikuti setiap tahapan pelayanan proses pelayanan.

11 b. Eks kelayan berperan aktif dalam berbagai jenis pelayanan. 3. Organisasi Pelaksana Organisasi Pelaksana memiliki legalitas, struktur organisasi dan mekanisme kerja sesuai dengan yang kriteria yang telah ditentukan di atas. 4. Sumber Daya Manusia (SDM) SDM Panti terdiri dari pimpinan, pelaksana administrasi dan pelaksanaan pelayanan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. 5. Sarana dan Prasarana Tersedianya sarana dan prasarana panti dalam bentuk gedung kantor, asrama dan sarana penunjang lain sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. B. Hasil Pengumpulan Data a. Pegawai Tabel 1. Pegawai PSKW berdasarkan Pendidikan dan Usia Pendidikan Usia SD SMP SMA Sarjana Jumlah Jumlah Tabel 2. Pegawai PSKW berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki (%) Pendidikan SD SMP SMA Sarjana (0) (0) (3,70) (25,93) Jumlah 8 (29,63)

12 Perempuan (%) Jumlah (%) 1 (3,70) 1 (3,70) 0 (0) 0 (0) 10 (37,04) 11 (40,74) 8 (29,63) 15 (55,56) 19 (70,37) 27 (100) Tabel 3. Pegawai PSKW berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Jenis Usia Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah b. Kelayan Tabel 4. Kelayan berdasarkan Pendidikan dan Usia Usia Pendidikan SD SMP SMA Jumlah Jumlah C. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan yang digunakan valid atau tidak, artinya apakah pertanyaan tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur. Dalam penelitian ini, hasil pengujian validitasnya adalah sebagai berikut:

13 Correlations Harapan Harapan OH1 OH2 OH3 OH4 OH5 OH6 OH7 OH8 SH1 SH2 SH3 Pearson Correlation 0,745 Pearson Correlation 0,812 SH4 Sig. (2-tailed) 0,000 Sig. (2-tailed) 0,000 Pearson Correlation 0,670 Pearson Correlation 0,873 SH5 Sig. (2-tailed) 0,001 Sig. (2-tailed) 0,000 Pearson Correlation 0,675 Pearson Correlation 0,895 Sig. (2-tailed) 0,001 SH6 Sig. (2-tailed) 0,000 Pearson Correlation 0,684 Pearson Correlation 0,771 Sig. (2-tailed) 0,001 SH7 Sig. (2-tailed) 0,000 Pearson Correlation 0,601 Pearson Correlation 0,826 SH8 Sig. (2-tailed) 0,005 Sig. (2-tailed) 0,000 Pearson Correlation 0,655 Pearson Correlation 0,810 Sig. (2-tailed) 0,002 SPH1 Sig. (2-tailed) 0,000 Pearson Correlation 0,758 SPH2 Pearson Correlation 0,679 Sig. (2-tailed) 0,000 Sig. (2-tailed) 0,001 Pearson Correlation 0,635 Pearson Correlation 0,536 Sig. (2-tailed) 0,003 SPH3 Sig. (2-tailed) 0,015 Pearson Correlation 0,783 SPH4 Pearson Correlation 0,506 Sig. (2-tailed) 0,000 Sig. (2-tailed) 0,023 Pearson Correlation 0,746 Pearson Correlation 0,645 Sig. (2-tailed) 0,000 SPH5 Sig. (2-tailed) 0,002 Pearson Correlation 0,459 Sig. (2-tailed) 0,042

14 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Dengan melihat nilai sig.(2-tailed) dibandingkan nilai α=0.05, maka dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan dalam penelitian ini valid. Correlations OK1 OK2 OK3 OK4 OK5 OK6 OK7 OK8 SK1 Total K Total K Pearson Correlation 0,831 Pearson Correlation 0,569 SK4 Sig. (2-tailed) 0,000 Sig. (2-tailed) 0,009 Pearson Correlation 0,639 Pearson Correlation 0,748 SK5 Sig. (2-tailed) 0,002 Sig. (2-tailed) 0,000 Pearson Correlation 0,634 Pearson Correlation 0,611 SK6 Sig. (2-tailed) 0,003 Sig. (2-tailed) 0,004 Pearson Correlation 0,634 Pearson Correlation 0,707 SK7 Sig. (2-tailed) 0,003 Sig. (2-tailed) 0,000 Pearson Correlation 0,668 Pearson Correlation 0,477 SK8 Sig. (2-tailed) 0,001 Sig. (2-tailed) 0,034 Pearson Correlation 0,674 SPK1 Pearson Correlation 0,855 Sig. (2-tailed) 0,001 Sig. (2-tailed) 0,000 Pearson Correlation 0,468 SPK2 Pearson Correlation 0,840 Sig. (2-tailed) 0,037 Sig. (2-tailed) 0,000 Pearson Correlation 0,614 SPK3 Pearson Correlation 0,665 Sig. (2-tailed) 0,004 Sig. (2-tailed) 0,001 Pearson Correlation 0,829 SPK4 Pearson Correlation 0,700 Sig. (2-tailed) 0,000 Sig. (2-tailed) 0,001 Pearson Correlation 0,817 Pearson Correlation 0,814 SK2 SPK5 Sig. (2-tailed) 0,000 Sig. (2-tailed) 0,000 SK3 Pearson Correlation 0,480

15 Sig. (2-tailed) 0,032 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Pada pernyataan kenyataan pun dapat dilihat bahwa nilai Sig. (2-tailed) dibandingkan dengan nilai α=0.05 lebih kecil, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan yang digunakan valid. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Instrumen yang reliabel berarti instrumen tersebut bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Untuk pernyataan harapan Hasil perhitungan nilai relibilitasnya, yaitu: Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items, Ternyata nilai Cronbach's Alpha-nya sebesar 0, 943 sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang digunakan reliabel. Untuk pernyataan kenyataan Reliability Statistics

16 Cronbach's N of Alpha Items, Untuk pernyataan kenyataan didapat nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,941 sehingga pernyataan kenyataan pun reliabel untuk digunakan. D. Analisis Kepuasan a. Kelayan RSP FT RSK ST O1 3,522 4,708 3, ,490 O2 3,391 4,534 3, ,653 O3 3,609 4,825 3, ,292 O4 3,493 4,670 3, ,227 O5 3,667 4,902 3, ,483 O6 3,652 4,883 3, ,842 O7 3,783 5,057 3, ,224 O8 3,768 5,038 3, ,304 S1 3,507 4,689 3, ,106 S2 3,681 4,922 3, ,404 S3 3,391 4,534 3, ,128 S4 3,362 4,495 3, ,528 S5 3,696 4,941 3, ,971 S6 3,580 4,786 3, ,716 S7 3,609 4,825 3, ,341 S8 3,565 4,767 3, ,510 SP1 3,420 4,573 3, ,375 SP2 3,435 4,592 3, ,174 SP3 3,681 4,922 3, ,404 SP4 3,696 4,941 3, ,615 SP5 3,290 4,398 3, ,980 Jumlah 74, ,00 71,29 339,77 IK 67,953

17 Berdasarkan hasil perhitungan indeks kepuasan terhadap kelayan, diperoleh angka indeks 67,95 persen. Artinya secara keseluruhan berdasarkan harapan kelayan dan kenyataan yang ada pada PSKW saat penelitian, ternyata PSKW hanya mampu memuaskan 67,95 persen kelayannya. b. Pegawai RSP FT RSK ST IK O1 4,519 3,443 4,000 13,774 O2 4,481 3,415 4,037 13,787 O3 4,630 3,528 3,778 13,328 O4 4,593 3,500 4,000 13,999 O5 4,593 3,500 4,222 14,777 O6 4,296 3,274 4,148 13,581 O7 4,593 3,500 4,185 14,648 O8 4,519 3,443 3,704 12,753 O9 4,630 3,528 4,037 14,243 K1 4,556 3,472 4,148 14,401 K2 4,593 3,500 4,074 14,259 K3 4,519 3,443 4,111 14,156 K4 4,481 3,415 4,037 13,787 K5 4,296 3,274 3,593 11,762 K6 4,296 3,274 3,815 12,490 78,95 K7 4,111 3,133 3,852 12,068 S1 4,296 3,274 3,778 12,369 S2 4,704 3,585 4,074 14,604 S3 4,519 3,443 3,407 11,733 S4 4,481 3,415 3,370 11,510 S5 4,556 3,472 3,667 12,729 S6 4,556 3,472 4,185 14,529 S7 4,741 3,613 4,333 15,655 S8 4,667 3,556 3,963 14,094 Sp1 4,556 3,472 3,889 13,501 Sp2 4,593 3,500 3,519 12,314 Sp3 4,667 3,556 4,222 15,016 Sp4 4,704 3,585 4,630 16,595 Sp5 4,481 3,415 3,593 12,269

18 Jumlah 131, , , ,732 Berdasarkan hasil perhitungan indeks kepuasan terhadap kelayan, diperoleh angka indeks 78,95 persen. Artinya secara keseluruhan berdasarkan harapan pegawai dan kenyataan yang ada pada PSKW saat penelitian, ternyata PSKW hanya mampu memuaskan 78,95 persen pegawainya. E. Prioritas Perbaikan Kualitas Pelayanan Untuk menentukan prioritas peningkatan layanan terhadap kelayan dilakukan dengan memplotkan rata-rata skor pentingnya terhadap rata-rata skor kenyataan dari masing-masing atribut pertanyaan. 1. Menurut Kelayan Pertanyaan RSP RSK O1 3,522 3,290 O2 3,391 3,232 O3 3,609 3,377 O4 3,493 3,261 O5 3,667 3,362 O6 3,652 3,449 O7 3,783 3,406 O8 3,768 3,435 S1 3,507 3,435 S2 3,681 3,536 S3 3,391 3,116 S4 3,362 3,232 S5 3,696 3,435 S6 3,580 3,493 S7 3,609 3,594 S8 3,565 3,464 SP1 3,420 3,362

19 SP2 3,435 3,304 SP3 3,681 3,536 SP4 3,696 3,565 SP5 3,290 3,406 Rata-rata 3,562 3,395 Keterangan: O1 : Kelayan mendapat bimbingan kerja dengan baik O2 : Kelayan mudah mendapatkan kebutuhannya O3 : Kelayan memanfaatkan bantuan perlengkapan kerja yang diberikan O4 : Kelayan mendapat bimbingan lanjut setelah selesai mengikuti bimbingan O5 : Pegawai panti mempunyai kerja yang jelas dalam mengatur kelayan O6 : Ada petugas piket yang bertugas memberikan bimbingan kepada kelayan setiap hari O7 : Ada Tim yang selalu mengontrol perkembangan kelayan O8 : Pegawai panti memberikan bimbingan yang terarah kepada kelayan S1 : Jumlah pegawai telah mencukupi kebutuhan yang ada S2 : Adanya pembagian Tugas pokok dan fungsi yang jelas S3 : Pegawai tidak memiliki tugas dan fungsi ganda S4 : Pembagian tugas pegawai sesuai dengan latar belakang pendidikannya S5 : Pegawai telah bertugas sesuai tugasnya masing-masing S6 : Pimpinan panti memberikan motivasi kepada kelayan S7 : Pegawai panti mampu membangun komunikasi yang baik dengan kelayan S8 : Pegawai panti memberikan bimbingan yang terarah kepada kelayan SP1 : Pengadaan barang sesuai dengan kebutuhan kelayan

20 SP2 : Pemanfatan ruang perpustakaan harus optimal SP3 : Ada ruangan khusus untuk bimbingan rohani, baik muslim maupun non muslim SP4 : Ada tempat untuk penitipan anak (TPA) SP5 : Peralatan dan perlengkapan selalu tersedia dengan baik. Berdasarkan nilai rata-rata dari dari rata-rata skor harapan dan kenyataan maka dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu: a. Kelompok I Kelompok ini mencerminkan harapan yang relatif tinggi dari kelayan, namun kenyataan yang ada relatif masih rendah. Sehingga layanan yang termasuk pada kuadran ini merupakan prioritas utama yang harus diperbaiki. Pertanyaan-pertanyaan yang masuk ke dalam kelompok I yaitu Jumlah pegawai telah mencukupi kebutuhan yang ada (S1) dan Peralatan dan perlengkapan selalu tersedia dengan baik (SP5). Jadi, jumlah pegawai dan ketersediaan alat harus ditingkatkan. b. Kelompok II Kelompok ini mencerminkan pertanyaan yang perlu dipertahankan kualitasnya, karena nilai harapannya relatif tinggi dan nilai evaluasi/kenyataan juga relatif tinggi (di atas rata-rata). Pertanyaan tersebut adalah Ada petugas piket yang bertugas memberikan bimbingan kepada kelayan setiap hari (O6), Ada Tim yang selalu mengontrol perkembangan kelayan (O7), Pegawai panti

21 memberikan bimbingan yang terarah kepada kelayan (O8), Adanya pembagian Tugas pokok dan fungsi yang jelas (S2), Pegawai telah bertugas sesuai tugasnya masing-masing (S5), Pimpinan panti memberikan motivasi kepada kelayan (S6), Pegawai panti mampu membangun komunikasi yang baik dengan kelayan (S7), Pegawai panti memberikan bimbingan yang terarah kepada kelayan (S8), Ada ruangan khusus untuk bimbingan rohani, baik muslim maupun non muslim (SP3), dan Ada tempat untuk penitipan anak/tpa (SP4). c. Kelompok III Pertanyaan yang berada pada kelompok ini termasuk prioritas kedua, karena nilai harapan relative rendah dan niliai evaluasi/kenyataan juga relative rendah. Pertanyaan tersebut adalah Kelayan mendapat bimbingan kerja dengan baik (O1), Kelayan mudah mendapatkan kebutuhannya (O2), Kelayan mendapat bimbingan lanjut setelah selesai mengikuti bimbingan (O4), Pegawai tidak memiliki tugas dan fungsi ganda (S3), Pembagian tugas pegawai sesuai dengan latar belakang pendidikannya (S4), Pengadaan barang sesuai dengan kebutuhan kelayan (SP1), dan Pemanfatan ruang perpustakaan harus optimal (SP2). d. Kelompok IV Pertanyaan yang berada pada kelompok ini merupakan kategori berlebihan. Nilai harapan relative rendah atau dinilai tidak penting oleh kelayan namun

22 nilai kenyataannya relative tinggi. Pertanyaan tersebut adalah Kelayan memanfaatkan bantuan perlengkapan kerja yang diberikan (03) dan Pegawai panti mempunyai kerja yang jelas dalam mengatur kelayan (05). 2. Menurut Pegawai Pertanyaan RSP RSK O1 4,519 4,000 O2 4,481 4,037 O3 4,630 3,778 O4 4,593 4,000 O5 4,593 4,222 O6 4,296 4,148 O7 4,593 4,185 O8 4,519 3,704 O9 4,630 4,037 K1 4,556 4,148 K2 4,593 4,074 K3 4,519 4,111 K4 4,481 4,037 K5 4,296 3,593 K6 4,296 3,815 K7 4,111 3,852 S1 4,296 3,778 S2 4,704 4,074 S3 4,519 3,407 S4 4,481 3,370 S5 4,556 3,667 S6 4,556 4,185 S7 4,741 4,333 S8 4,667 3,963 Sp1 4,556 3,889 Sp2 4,593 3,519 Sp3 4,667 4,222 Sp4 4,704 4,630 Sp5 4,481 3,593 Rata-rata 4,525 3,944

23 Keterangan: O1 : Kelayan mendapat bimbingan kerja dengan baik O2 : Kelayan mudah mendapatkan kebutuhannya O3 : Kelayan memanfaatkan bantuan perlengkapan kerja yang diberikan O4 : Kelayan mendapat bimbingan lanjut setelah selesai mengikuti bimbingan O5 : Pegawai panti mempunyai kerja yang jelas dalam mengatur kelayan O6 : Ada petugas piket yang bertugas memberikan bimbingan kepada kelayan setiap hari O7 : Ada Tim yang selalu mengontrol perkembangan kelayan O8 : Kelayan termotivasi agar mampu menjalankan fungsi dan peranan sosial di masyarakat O9 : Pegawai panti tanggap atas keluhan kelayan K1 : Bendahara Pengeluaran memahami tugas dan fungsinya dengan baik K2 : Bendahara Pengeluaran mengikuti diklat bendahara dari Depkeu. K3 : Pengerjaan pembukuan sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Keuangan di Lingkungan Departemen Sosial K4 : Selalu dilakukan pemeriksaan kas oleh PPK secara periodik K5 : Penatausahaan keuangan diperiksa aparat wasnal K6 : Tidak ada pengeluaran yang melampaui plafon anggaran yang tersedia K7 : Anggaran yang ada tidak dibintang/diblokir S1 : Jumlah pegawai telah mencukupi kebutuhan yang ada S2 : Adanya pembagian Tugas pokok dan fungsi yang jelas S3 : Pegawai tidak memiliki tugas dan fungsi ganda

24 S4 : Pembagian tugas pegawai sesuai dengan latar belakang pendidikannya S5 : Pegawai telah bertugas sesuai tugasnya masing-masing S6 : Pimpinan panti memberikan motivasi kepada kelayan S7 : Pegawai panti mampu membangun komunikasi yang baik dengan kelayan S8 : Pegawai panti memberikan bimbingan yang terarah kepada kelayan SP1 : Pengadaan barang sesuai dengan kebutuhan kelayan SP2 : Pemanfatan ruang perpustakaan harus optimal SP3 : Ada ruangan khusus untuk bimbingan rohani, baik muslim maupun non muslim SP4 : Ada tempat untuk penitipan anak (TPA) SP5 : Peralatan dan perlengkapan selalu tersedia dengan baik. Berdasarkan nilai rata-rata dari dari rata-rata skor harapan dan kenyataan maka dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu: a. Kelompok I Kelompok ini mencerminkan harapan yang relatif tinggi dari kelayan, namun kenyataan yang ada relatif masih rendah. Sehingga layanan yang termasuk pada kuadran ini merupakan prioritas utama yang harus diperbaiki. Pertanyaan-pertanyaan yang masuk ke dalam kelompok I yaitu Kelayan mendapat bimbingan kerja dengan baik (O1) dan Kelayan mudah mendapatkan kebutuhannya (O2), Kelayan mendapat bimbingan lanjut setelah selesai mengikuti bimbingan (O4), Pegawai panti mempunyai kerja yang jelas dalam mengatur kelayan (O5), Ada petugas piket yang bertugas

25 memberikan bimbingan kepada kelayan setiap hari (O6), Ada Tim yang selalu mengontrol perkembangan kelayan (O7), Pegawai panti tanggap atas keluhan kelayan (O9), Bendahara Pengeluaran memahami tugas dan fungsinya dengan baik (K1), Bendahara Pengeluaran mengikuti diklat bendahara dari Depkeu (K2), Pengerjaan pembukuan sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Keuangan di Lingkungan Departemen Sosial (K3), Selalu dilakukan pemeriksaan kas oleh PPK secara periodik (K4), Adanya pembagian Tugas pokok dan fungsi yang jelas (S2), Pimpinan panti memberikan motivasi kepada kelayan (S6), Pegawai panti mampu membangun komunikasi yang baik dengan kelayan (S7), Pegawai panti memberikan bimbingan yang terarah kepada kelayan (S8), dan Ada ruangan khusus untuk bimbingan rohani, baik muslim maupun non muslim (SP3). b. Kelompok II Kelompok ini mencerminkan pertanyaan yang perlu dipertahankan kualitasnya, karena nilai harapannya relatif tinggi dan nilai evaluasi/kenyataan juga relatif tinggi (di atas rata-rata). Pertanyaan tersebut adalah Ada tempat untuk penitipan anak/tpa (SP4). c. Kelompok III

26 Pertanyaan yang berada pada kelompok ini termasuk prioritas kedua, karena nilai harapan relative rendah dan niliai evaluasi/kenyataan juga relative rendah. Pertanyaan tersebut adalah Kelayan memanfaatkan bantuan perlengkapan kerja yang diberikan (O3), Kelayan termotivasi agar mampu menjalankan fungsi dan peranan sosial di masyarakat (O8), Penatausahaan keuangan diperiksa aparat wasnal (K5), Tidak ada pengeluaran yang melampaui plafon anggaran yang tersedia (K6), Anggaran yang ada tidak dibintang/diblokir (K7), Jumlah pegawai telah mencukupi kebutuhan yang ada (S1), Pegawai tidak memiliki tugas dan fungsi ganda (S3), Pembagian tugas pegawai sesuai dengan latar belakang pendidikannya (S4), Pegawai telah bertugas sesuai tugasnya masing-masing (S5), Pengadaan barang sesuai dengan kebutuhan kelayan (SP1), Pemanfatan ruang perpustakaan harus optimal (SP2), dan Peralatan dan perlengkapan selalu tersedia dengan baik (SP5). d. Kelompok IV Pertanyaan yang berada pada kelompok ini merupakan kategori berlebihan. Nilai harapan relative rendah atau dinilai tidak penting oleh kelayan namun nilai kenyataannya relative tinggi. Menurut pegawai PSKW tidak ada pertanyaan yang berlebihan.

27 Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas dikaitkan dengan prioritas perbaikan kualitas pelayanan, maka yang dapat digunakan sebagai bahan untuk pemeriksaan komprehensif adalah : 1. Menurut kelayan pada kelompok II, yaitu dipandang dari : a. Aspek Operasional : 1). Ada petugas piket yang bertugas memberikan bimbingan kepada kelayan setiap hari. 2). Ada Tim yang selalu mengontrol perkembangan kelayan. 3). Pegawai Panti memberikan bimbingan yang terarah kepada kelayan. b. Aspek Sumber Daya Manusia 1). Adanya pembagian tugas pokok dan fungsi yang jelas. 2). Pimpinan telah bertugas sesuai tugasnya masing-masing. 3). Pimpinan panti memberikan motivasi kepada kelayan. 4). Pegawai panti mampu membanguan komunikasi yang baik dengan kelayan. 5). Pegawai panti memberikan bimbingan yang terarah kepada kelayan. c. Aspek Sarana dan Prasarana 1). Ada ruangan khusus untuk bimbingan rohani, baik muslim maupun non muslim. 2). Ada tempat untuk penitipan anak (TPA).

28 2. Menurut pegawai pada kelompok I, yaitu dipandang dari : a. Aspek Operasional 1). Kelayan mendapat bimbingan kerja dengan baik 2). Kelayan mudah mendapatkan kebutuhannya 3). Kelayan mendapat bimbingan lanjut setelah selesai mengikuti bimbingan 4). Pegawai panti mempunyai kerja yang jelas dalam mengatur kelayan 5). Ada petugas piket yang bertugas memberikan bimbingan kepada kelayan setiap hari. 6). Ada tim yang selalu mengontrol perkembangan kelayan 7). Pegawai panti tanggap atas keluhan kelayan b. Aspek Keuangan 1). Bendahara Pengeluaran memahami tugas dan fungsinya dengan baik 2). Bendahara Pengeluaran mengikuti diklat bendahara dari Depkeu. 3). Pengerjaan pembukuan sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Keuangan di Lingkungan Departemen Sosial. 4). Selalu dilakukan pemeriksaan kas oleh PPK secara periodik c. Aspek Sumber Daya Manusia 1). Adanya pembagian Tugas pokok dan fungsi yang jelas 2). Pimpinan panti memberikan motivasi kepada kelayan 3). Pegawai panti mampu membangun komunikasi yang baik dengan kelayan 4). Pegawai panti memberikan bimbingan yang terarah kepada kelayan.

29 d. Aspek Sarana dan Prasarana Ada ruangan khusus untuk bimbingan rohani, baik muslim maupun non muslim. Sedangkan dari hasil pemeriksaan komprehensif selama 2 (dua) tahun, yaitu tahun 2008 dan tahun 2009 yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Departemen Sosial RI terhadap PSKW Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur dapat disampaikan hasil pemeriksaan : Tahun 2008 a. Aspek Operasional : 1). Pelaksanaan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi bagi kelayan dalam satu angkatan yang datangnya tidak bersamaan dalam mengikuti kegiatan di Panti khususnya kegiatan pelatihan ditiap jenis keterampilan pelaksanaannya digabung antara kelayan yang lama dengan yang baru datang, sehingga instruktur me-ngalami kendala dalam memberikan pelatihan keterampilan. Kondisi tersebut disebabkan kemampuan dan latar belakang kelayan yang berbeda serta pengiriman dari hasil razia yang waktunya tidak sesuai dengan program pelayanan di Panti. 2). Bantuan stimulan merupakan peralatan modal kerja baik sekelompok kelayan maupun perorangan untuk dijadikan sebagai bekal hidup mandiri sesuai jenis

30 mata pencahariannya guna mendapatkan penghasilan untuk membiayai hidup diri dan keluarganya, pada umumnya belum dimanfaatkan. b. Aspek Keuangan 1). Minimnya indeks anggaran untuk pengadaan bantuan stimulan dan anggaran untuk bimbingan lanjut setelah selesai mengikuti bimbingan didalam panti. 2). Bendahara Pengeluaran belum sepenuhnya memahami tugas dan fungsinya dengan baik, karena masih terdapat : a). penerimaan Negara dari PPh 21 yang belum dipungut dan disetor ke Kas Negara. b). Pengerjaan pembukuan belum sepenuhnya sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Keuangan di Lingkungan Departemen Sosial. c. Aspek Sumber Daya Manusia 1). Kurangnya koordinasi antara pejabat struktural (seksi PAS dan seksi Rehsos) dengan Peksos dalam hal merencanakan kebutuhan bantuan stimulan yang diberikan kepada kelayan setelah selesai mengikuti pelayanan didalam panti. 2). Pelayanan dan Rehabilitasi dalam Panti yang kegiatannya telah dituangkan dalam Jadwal Bimbingan dan Pelatihan Siswa yang berlaku untuk satu angkatan selama 6 (enam) bulan, namun dalam pelaksanaannya jadwal tersebut belum direalisasikan sepenuhnya khususnya dalam pelaksanaan pendampingan yang dilaksanakan peksos.

31 3). Lemahnya pengawasan dan pengendalian secara berjenjang di lingkungan PSKW Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur. d. Aspek Sarana dan Prasarana 1). Belum terpenuhinya sarana prasarana untuk menangani kelayan program multi layanan, yaitu pelayanan terhadap kelayan trafiking. 2). Belum adanya ruangan Instalasi Produksi sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan sesuai bakat dan minat kelayan. 3). Belum adanya tempat untuk penitipan anak (TPA) bagi kelayan yang mempunyai anak selama yang bersangkutan mengikuti jadwal kegiatan baik bimbingan maupun keterampilan. Tahun 2009 a. Aspek Operasional Program multi layanan, yaitu pelayanan terhadap kelayan trafiking pelaksanaan tahapan pelayanannya disamakan dengan program reguler. Seharusnya pelayanannya disesuaikan dengan permasalahan kelayan tersebut dan hanya dalam jangka waktu selama 3 (tiga) bulan saja. b. Aspek Keuangan

32 Bendahara Pengeluaran belum sepenuhnya memahami tugas dan fungsinya dengan baik, karena masih terdapat penerimaan jasa giro bank belum disetor ke Kas negara. c. Aspek Sumber Daya Manusia Adanya pejabat struktural eselon IV yang telah diangkat menjadi Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, belum diiukutkan dalam Diklatpim IV. Kondisi tersebut terjadi karena Biro tidak dipersiapkannya pejabat yang akan diangkat untuk diikutkan dalam salah satu persyaratan untuk menduduki jabatan struktural. d. Aspek Sarana dan Prasarana Pemeriksaan Sarana dan Prasarana untuk tahun 2008 masih muncul dalam hasil pemeriksaan komprehensif tahun 2009, karena menyangkut anggaran. Dari hasil pemeriksaan komprehensif selama 2 (dua) tahun dapat disampaikan, bahwa ada pengurangan temuan terhadap hasil pemeriksaan tahun 2008 dengan hasil periksaan tahun 2009.

RIWAYAT HIDUP. : Dra. Fathia Yusniarsi. Tempat/Tanggal lahir : Yogyakarta, 20 September : Menikah (K/1). : Pegawai Negeri Sipil.

RIWAYAT HIDUP. : Dra. Fathia Yusniarsi. Tempat/Tanggal lahir : Yogyakarta, 20 September : Menikah (K/1). : Pegawai Negeri Sipil. RIWAYAT HIDUP N a m a : Dra. Fathia Yusniarsi. Tempat/Tanggal lahir : Yogyakarta, 20 September 1961. A g a m a : Kristen Protestan. Status : Menikah (K/1). Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil. Pendidikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, SALINAN PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PANTI SOSIAL BINA LARAS HIJRAH PADA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA YOGYAKARTA. Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Tehnis Dinas

BAB II. GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA YOGYAKARTA. Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Tehnis Dinas BAB II. GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA YOGYAKARTA A. Pengertian dan Domisilih Lembaga Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Tehnis Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta yang

Lebih terperinci

PENGUMUMAN NOMOR: 03/Pansel/JPT Pratama/11/2016

PENGUMUMAN NOMOR: 03/Pansel/JPT Pratama/11/2016 KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN NOMOR: 03/Pansel/JPT Pratama/11/2016 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1039, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL. Panti Sosial. Bina Rungu Wicara. Meohai. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

PENGUMUMAN NOMOR: 03/Pansel/JPT Pratama/11/2016

PENGUMUMAN NOMOR: 03/Pansel/JPT Pratama/11/2016 KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN NOMOR: 03/Pansel/JPT Pratama/11/2016 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 Dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Instansi 4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi (RSUD) Kabupaten Bogor pada awalnya merupakan Puskesmas dengan tempat perawatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1041, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL. Panti Sosial. Tresna Werdha Minaula. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

ITEM PERTANYAAN PENELITIAN

ITEM PERTANYAAN PENELITIAN LAMPIRAN I Contoh Kuesioner ITEM PERTANYAAN PENELITIAN Pernyataan berikut ini berkaitan dengan kinerja Bapak/Ibu sebagai pimpinan pembuat usulan Rencana Kegiatan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BIMBINGAN LANJUT DAN RUJUKAN BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DI KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 106 / HUK / 2009 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 106 / HUK / 2009 TENTANG MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 106 / HUK / 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PANTI SOSIAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PANTI SOSIAL REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS MENTAL MARGO LARAS DI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan data yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan data yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu dari data responden

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG 1 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PANTI PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL PADA DINAS KESEJAHTERAAN SOSIAL KABUPATEN TANGERANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang (RSCN) merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang (RSCN) merupakan 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Deskripsi UPT RSCN Malang UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang (RSCN) merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Sosial Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER

PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER Jl. Budi Murni III No. 66 Rt. 008/04 Ceger Cipayung Jakarta Timur Telp. 8445016 Fax. 8445016 TUGAS POKOK O DAN

Lebih terperinci

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 48 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.401, 2012 KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. RS. Kusta Dr. Tadjuddin Chalid. Makasar. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 009 TAHUN 2012

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2OI2 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK DARUSSAADAH ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 54/HUK/2003

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 54/HUK/2003 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 54/HUK/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI VOKASIONAL BINA DAKSA DI CIBINONG MENTERI SOSIAL

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 2, pasal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai data-data deskriptif yang diperoleh dari responden. Data deskriptif yang menggambarkan

Lebih terperinci

g. pengelolaan sarana dan prasarana Balai; h. pelaksanaan urusan ketatausahaan; i. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan tu

g. pengelolaan sarana dan prasarana Balai; h. pelaksanaan urusan ketatausahaan; i. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan tu BAB XLV BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL PADA DINAS SOSIAL PROVINSI BANTEN Pasal 208 Susunan Organisasi Balai Perlindungan Sosialpada Dinas Sosial Provinsi Banten terdiri dari : a. Kepala Balai; b. Kepala Sub

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 3 TAHUN 2004 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 3 TAHUN 2004 T E N T A N G PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 3 TAHUN 2004 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS ( UPT ) PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. berasal dari jawaban responden terhadap daftar pernyataan yang dituangkan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. berasal dari jawaban responden terhadap daftar pernyataan yang dituangkan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Dalam bab IV disajikan analisis terhadap data yang diperoleh selama penelitian. Data yang terkumpul merupakan data primer, yaitu

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK HARAPAN BANGSA PADA DINAS SOSIAL KABUPATEN BULUNGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT KERJA PUSKESMAS TAMAMAUNG TAHUN 2014

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT KERJA PUSKESMAS TAMAMAUNG TAHUN 2014 PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT KERJA PUSKESMAS TAMAMAUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KOTA MAKASSAR DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAMAMAUNG DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN...... 2 BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS...

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL SALINAN NOMOR 29/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1 No. 1653, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. PSRSKP NAPZA Satria Baturaden. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN ATAS UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN ATAS UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN ATAS UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H No.790, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Standar Habilitasi dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1220, 2012 KEMENTERIAN SOSIAL. Taruna. Siaga Bencana. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM TARUNA SIAGA BENCANA

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT C GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 96 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS SOSIAL PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT 1 Menimbang WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi mengenai sensitivitas moral, pertimbangan moral, dan

Lebih terperinci

b. pelaksanaan kebijakan teknis operasional di Bidang Pemulihan dan Pengembangan Sosial; c. pengelolaan di bidang pemulihan sosial; d. pengelolaan di

b. pelaksanaan kebijakan teknis operasional di Bidang Pemulihan dan Pengembangan Sosial; c. pengelolaan di bidang pemulihan sosial; d. pengelolaan di BAB XLVI BALAI PEMULIHAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL PADA DINAS SOSIAL PROVINSI BANTEN Pasal 213 Susunan Organisasi Balai Pemulihan dan Pengembangan pada Dinas Sosial Provinsi Banten terdiri dari : a. Kepala

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 86 / HUK / 2010 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 86 / HUK / 2010 TENTANG MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 86 / HUK / 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2013 KEMENSOS. Pekerja Migran. Tenaga Kerja Indonesia. Bermasalah. Pemulangan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PEMULANGAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1 No. 1654, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. PSRSOD HIV Wasana Bahagia Ternate. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN

LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN 56 LAMPIRAN 56 57 LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 SKALA PENELITIAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK PANTI ASUHAN A-2 SKALA PENELITIAN POLA ASUH PERMISIF PENGASUH PANTI ASUHAN 57 58 A-1 SKALA PENELITIAN KEMANDIRIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1646, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Pendidikan dan Pelatihan. Pengujian Mutu Barang. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/M-DAG/PER/12/2013

Lebih terperinci

PENGUMUMAN NOMOR: 18/Pansel-JPT/Kemsos/11/2017

PENGUMUMAN NOMOR: 18/Pansel-JPT/Kemsos/11/2017 KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN NOMOR: 18/Pansel-JPT/Kemsos/11/2017 SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 Dalam

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG 1 PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 23 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 73 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 23 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 73 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 23 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 73 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS PADA UNSUR ORGANISASI TERENDAH BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

2016, No dan Tata Kerja Panti Sosial Rehabilitasi Sosial Orang dengan Human Immunodeficiency Virus Bahagia di Medan; Mengingat : 1. Undang-Un

2016, No dan Tata Kerja Panti Sosial Rehabilitasi Sosial Orang dengan Human Immunodeficiency Virus Bahagia di Medan; Mengingat : 1. Undang-Un No. 1652, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. PSRSOD HIV Bahagia Medan. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PANTI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA A. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Uji Validitas instrumen digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TRANSMIGRASI KABUPATEN KAPUAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.43, 2015 KEMENSOS. Rehabilitasi Sosial. Profesi. Pekerjaan Sosial. Standar. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI

Lebih terperinci

Bagian Keempat Kepala Seksi Promosi dan Survailans Kesehatan Kerja Pasal 62

Bagian Keempat Kepala Seksi Promosi dan Survailans Kesehatan Kerja Pasal 62 BAB XIV BALAI KESEHATAN KERJA MASYARAKAT PADA DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN Pasal 58 Susunan Organisasi Balai Kesehatan Kerja Masyarakat terdiri dari : a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha;

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1226, 2012 KEMENTERIAN KESEHATAN. Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 045 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Pelatihan Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) PT. INTI (Persero) 4.1.1 Bentuk-bentuk Pelatihan Bentuk-bentuk pelatihan kerja yang dilaksanakan di Divisi Sumber

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG -1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA LAKSANA UNIT PELAKSANA TEKNIS BALAI LATIHAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2010 No. Urut: 05 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2004 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2004 T E N T A N G PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2004 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS ( UPT ) LOKA BINA KARYA (LBK) KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih lanjut Peraturan Daerah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS I. UMUM Tujuan pembentukan Pemerintah Negara Indonesia sebagaimana dituangkan dalam

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL - 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 411, 2014 KEMENSOS. Sosial. Lembaga Kesejahteraan Sosial. Lanjut Usia. Asistensi. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG ASISTENSI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 41 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 41 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 41 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

G U B E R N U R SUMATERA BARAT No. Urut: 27, 2014 Menimbang : G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARIAMAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup yang layak bagi masyarakat, sehingga mampu mengembangkan diri dan dapat melaksanakan

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KOTA PARIAMAN Tahun Anggaran 2016

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KOTA PARIAMAN Tahun Anggaran 2016 DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir DPA SKPD 2.2 PEMERINTAH KOTA PARIAMAN Tahun Anggaran 206 Urusan Pemerintahan :. 20 Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A B U P A T I TASIKMALAY A KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendampingan Pekerja Sosial terhadap Klien. Pendampingan adalah suatu proses pemberian kemudahan (fasilitas)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendampingan Pekerja Sosial terhadap Klien. Pendampingan adalah suatu proses pemberian kemudahan (fasilitas) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendampingan Pekerja Sosial terhadap Klien 1. Pengertian Pendampingan Pekerja Sosial terhadap Klien Pendampingan adalah suatu proses pemberian kemudahan (fasilitas) yang diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Sosial Kabupaten Subang telah dibentuk dengan Peraturan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. DORIS SYLVANUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 012 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 012 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 012 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR ORGANISASI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT GUSTI HASAN AMAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1000, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Tugas Belajar. Kesehatan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Untuk penyusunan suatu laporan diperlukan data-data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang sedang dihadapi. Data dikatakan baik apabila data dapat mewakili keadaan obyek yang

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM NEGARA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM NEGARA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM NEGARA Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Tugas Pokok dan Fungsi Satpol PP Perjalanan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Mojokerto diawali sebagai sub bagian pada Bagian

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 102 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 665/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 665/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI MENTERI KEHUTANAN, KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 665/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam upaya pengembangan sistem rehabilitasi

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1650, 2016 KEMENSOS. PSRSOD HIV Kahuripan Sukabumi. Orta. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PANTI SOSIAL

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 129 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R.

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. SOEDARSONO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang

Lebih terperinci