BAB I PENDAHULUAN. menjadi panglima tertinggi di Negara tercinta ini. Sistem Negara Hukum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. menjadi panglima tertinggi di Negara tercinta ini. Sistem Negara Hukum"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum siapa pun tidak boleh membantahkan akan hal itu, ini di dasari pada pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang jelas menyebutkan Indonesia adalah Negara hukum. 1 Arti Indonesia sebagai Negara Hukum adalah negara yang berdasarkan hukum, jadi seharusnya hukum itu sendiri yang menjadi panglima tertinggi di Negara tercinta ini. Sistem Negara Hukum sendiri ada 2 (dua) sistem yaitu the rule of law dan rechtstaat. Sistem hukum the rule of law lebih dikenal dikalangan Negara anglo saxon dengan salah satu ciri khasnya adalah kedudukan yang sama didepan hukum atau equality before of the law. Sedangkan rechtstaat lebih dikenal di Negara Eropa kontinental dengan salah satu cirinya adalah adanya peradilan administrasi yang berdiri sendiri. 2 Di Indonesia sendiri sebenarnya mengandung unsur keduanya, dengan adanya peradilan administrasi yang mandiri yang diatur oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan 1 Lihat Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun Mahmuzar, 2010, Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen, Nusa Media, Bandung, hlm

2 2 kesatu, dan sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan kedua, dan menjamin kedudukan yang sama di depan hukum yang dijelaskan oleh pasal 27 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun Indonesia pernah di jajah Belanda dalam kurun waktu yang lama, sehingga akibatnya Indonesia lebih condong ke sistem hukum rechtstaat, karena di Belanda sendiri menggunakan sistem hukum rechtstaat. Hukum adalah produk dari politik (legislatif), hukum pun tak akan berjalan tanpa ada politik karena di ibaratkan hukum itu tulang dan politik adalah daging yang menyelimutinya jadi keduanya saling bekerjasama. Akan tetapi setelah hukum itu lahir dari kekuasaan politik (legislatif) maka pembuat dari hukum itu pun harus tunduk dan taat pada produk yang telah dibuatnya, tidak lantas boleh bertindak semena-mena. Konsekuensi dari Negara Hukum adalah segala hal sesuatu yang ada harus lah berdasarkan hukum dan tentu tidak boleh bertentangan dengan hukum. Seiring dengan kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan (iptek), perilaku manusia didalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan bahkan multikompleks. Perilaku demikian apabila ditinjau dari segi hukum tentunya ada perilaku yang dapat dikategorikan sesuai dengan norma pada umumnya dan norma hukum pada khususnya dan ada perilaku yang tidak sesuai dengan norma. Perilaku yang tidak 3 Lihat Pasal 27 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3 3 sesuai dengan norma tersebut dapat disebut sebagai penyelewengan terhadap norma yang telah ada dan disepakati bersama. Hal ini menyebabkan terganggunya ketertiban dan ketenteraman kehidupan manusia. 4 Berbagai pengaruh dari kemajuan iptek, kemajuan budaya, dan perkembangan pembangunan pada umumnya bukan hanya orang dewasa, akan tetapi, anak-anak juga terjebak melanggar norma terutama norma hukum, sehingga dalam keadaan seperti ini kemungkinan akan terjebak dalam pola asosial yang makin lama dapat menjurus pada tindakan kriminal, seperti miras, narkotika, pemerasan, pencurian, penganiayaan, pemerkosaan, dan sebagainya. Untuk mengatasi semua persoalan itu memang dibutuhkan adanya sarana yang tepat. Sarana itu adalah hukum atau norma hukum yang dapat berfungsi sebagai alat perlindungan kepentingan manusia. Lebih khusus kepentingan manusia tersebut diatur dalam hukum pidana. Hukum Pidana sebenarnya merupakan istilah yang mempunyai banyak pengertian. Penjelasan terhadap pengertian hukum pidana dirasa sangat urgen, oleh kerena itu istilah hukum pidana merupakan istilah yang mempunyai lebih dari satu makna. Hukum pidana dapat didefinisikan sebagai bagaian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu Negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk: 4 Bambang Waluyo, 2008, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm.1.

4 4 a. Menentukan Perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai sanksi atau ancaman yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut; b. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah menggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan; c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang dissangka telah melanggar larangan tersebut. 5 Sementara pengertian hukum secara keseluruhan adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama yang dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 6 Orang yang melanggar peraturan akan dikenakan hukuman sesuai dengan perbuatan yang bertentangan dengan hukum. Segala peraturan tentang pelanggaran dan kejahatan diatur oleh Hukum Pidana. Hukum Pidana ini termasuk dalam ranah hukum publik yang artinya hukum pidana mengatur hubungan antara warga Negara dengan menitikberatkan kepada kepentingan umum atau kepentingan publik. hlm Moeljatno, 1993, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, hlm Sudikno Mertokusumo, 1999, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,

5 5 Terhadap mereka yang melakukan tindak pidana maka dapat dikenai pertanggungjawaban pidana. Seperti yang dikatakan oleh Zulkarnain, yaitu pertanggungjawaban pidana didasarkan pada adanya kesalahan atau dikenal pula asas tiada pidana tanpa kesalahan. 7 Proses perubahan sosial yang tengah terjadi dimasyarakat kita dan tetap akan terjadi ternyata telah banyak perkembangan diberbagai daerah terutama diperkotaan. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia mempunyai berbagai macam kepentingan- kepentingan dan mereka pasti akan berupaya untuk memenuhinya. Disamping itu, ada norma-norma yang harus dihormati dan wajib dijunjung tinggi oleh setiap individu. Dalam keadaan seperti itu perkotaan sebagai tempat yang lebih modern juga banyak akan berbagai symbol modernitas yang mempunyai dampak luas bagi individu maupun kelompok sosial di luar wilayahnya. Sudah banyak terjadi perubahan sosial dimana-mana. Moral individu dan bahkan masyarakat kita sudah sangat terdegradasi oleh zaman. Memang semua itu secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh perubahan politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain. Semua itu membuat kita tidak sadar dalam lingkungan kita telah terjadi perubahan pranata sosial, dan perubahan nilai-nilai keluhuran, adat istiadat, yang di sana akan mengancam kehidupan kita. Akibatnya ketidakharmonisan, ketidakseimbangan, ketidakmerataan yang merupakan faktor-faktor munculnya jenis-jenis penyimpangan yang mendekati pada tindak 7 Zulkarnain, 2006, Peradilan Pidana: Penuntun Memahami & Mengawal Peradilan Pidana bagi Pekerja Anti Korupsi, In-TRANS Publising, Malang, 2006, hlm. 25.

6 6 kejahatan pada masyarakat. Keseluruhan dampak perubahan itu tentu sudah menyentuh aspek kehidupan manusia, dimana salah satu contoh yang paling banyak terjadi adalah penyalahgunaan terhadap penggunaan minuman keras beralkohol (miras) yang sering disebut sebagai alkoholisme. Alkoholisme didefinisikan sebagai penyakit degeneratif progresif akibat konsumsi alkohol berkepanjangan dan berlebihan yang berakibat pada kecanduan dan rusaknya kesehatan secara umum. Sering kali orang tidak menyadari bahwa apa yang dimulai sebagai kebiasaan minum alkohol bersama teman untuk acara sosial berubah menjadi kecanduan parah yang mengakibatkan efek buruk pada kesehatan fisik dan psikologis. 8 Jadi alkoholisme juga merupakan suatu gejala sosial yang sangan komplek yang terjadi dimasyarakat. Mengapa demikian, karena memang alkoholisme sendiri sebenarnya sudah tidak sesuai dengan adat istiadat bangsa Indonesia. Pada awalnya minuman keras atau beralkohol itu hanya digunakan oleh orang atau bangsa-bangsa di negara beriklim dingin, mereka menggunakannya untuk menghangatkan badan, memberikan kesegaran pada tubuh saat melakukan pekerjaan berat, bahkan dalam hal tertentu alkohol juga digunakan untuk medis. Kemudian karena terjadinya globalisasi yang sangat pesat dan tidak dapat terbendung tradisi meminum alkohol sampai di Indonesia. Kebiasaan ini lah yang 8 apa itu alkoholisme dan gejalanya/diakses Senin, 2/3/2015

7 7 ditiru oleh masyarakat modern yang ada di Indonesia atau masyarakat kelas menengah keatas. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan penyalahgunaan alkohol di masyarakat, alkohol yang seharusnya digunakan untuk peruntukannya misalnya digunakan untuk dunia medis, namun dalam perkembangannya penggunaan alkohol banyak disalah gunakan oleh sebagian masyarakat untuk membuat minuman keras beralkohol. Bahkan sekarang sudah sangat parah karena masyakarat saat ini sudah banyak yang keluar batas yaitu mencampuri alkohol dengan bahan kimia berbahaya. Bentuk kemajuan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia dari aspek ilmu pengetahuan, politik, sosial, dan budaya semakin tahun semakin pesat. Pertumbuhan ini hampir menyebar diseluruh wilayah Negara Indonesia tidak terkecuali Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di DIY saat ini juga sudah menjamur tempat-tempat hiburan malam seperti diskotik, bar, pub, kafe, tempat karaoke, dan lain-lain yang didalamnya menyediakan penjualan secara bebas terhadap berbagai macam minuman keras beralkohol. Memang semua ini ada hal positif dan negatifnya. Hal positifnya adalah perkembangan sektor wisata DIY semakin pesat, dan juga baik untuk mengundang investor ke DIY. Hal negatifnya adalah akan semakin mudah terpengaruhnya warga lokal dengan budaya barat yang bebas dan modern. Hal ini tentu sangat berlawanan dengan budaya di

8 8 Tanah Jawa yang sangat arif dan menjunjung tinggi norma-norma yang ada. Kebiasaan masyarakat yang duluya hidup sederhana, tidak sampai tidur tengah malam akan berubah gaya hidupnya yang serba mewah, foyafoya, tidur menjelang pagi, dan yang sangat mengkhawatirkan adalah pengayalahgunaan minuman keras beralkohol sebagai gaya hidup baru masyarakat kita. Bahkan saat ini di restoran, tempat makan, swalayan, minimarket, kios kelontong pun juga sudah menyediakan minuman keras beralkohol mulai dari harga murah hingga yang mahal. Tentu hal ini sangat berbahaya jika tidak ada pengawasan yang ketat dan tindakan hukum yang tegas. Memang berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang sekarang sudah dirubah dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menimbulkan adanya sistem otonomi daerah yang menuntut pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan, diluar yang menjadi urusan pemerintah pusat. Jadi pemerintah daerah diberi kewenangan untuk membuat suatu kebijakan yang memiliki tujuan pelayanan, peningkatan peran, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. 9 9 H.A. Dj Nihin, 2005, Pemerintahan Untuk Membawa Kesejahteraan Rakyat, Pustaka Cedekia Press, Yogyakarta, hlm. 19.

9 9 Penjualam minuman keras beralkohol yang tidak legal kerena alasan tertentu, dimana untuk penjualan minuman keras beralkohol yang illegal banyak didistribusikan ke toko-toko kelontong, warung-warung kecil dipinggir jalan yang biasanya menjajakan rokok, warung kopi seperti angkringan yang sangat banyak terdapat di DIY. Paling memprihatinkan penjualannya dilakukan secara bebas seolah-olah tidak ada pengawasan sama-sekali. Minuman keras beralkohol yang dijual secara resmi memang secara langsung merupakan sember pendapatan negara, namun secara kesehatan minuman keras beralkohol jika dikonsumsi secara berlebihan apalagi diperjual belikan secara illegal akan sangat berbahaya bagi kesehatan. Tentunya dalam hal ini pemerintah daerah wajib melakukan tindakan-tindakan yang tegas khususnya tindakan hukum yang dianggap efektif untuk menaggulanginya. Peredaran minuman keras beralkohol sudah seharusnya ada kontrol yang sangat ketat dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dalam hal ini pemerintah daerah tentunya memiliki Satuan Kerja Perangkat Daerah atau SKPD yang memiliki tugas untuk melakukan penegakan hukum di daerah seperti Peraturan Daerah atau Perda. SKPD yang memiliki fungsi penegakan Perda adalah Satuan Polisi Pamong Praja atau Sat Pol PP. 10 Jadi dalam hal ini Kepala Daerah dalam menegakan hukum berupa Perda di bantu oleh Sat Pol PP. Sat Pol PP 10 Lihat Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja.

10 10 dalam hal ini memiliki fungsi sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil atau PPNS, karena PPNS didaerah dalam pelaksanaanya dikordinasikan dengan Sat Pol PP. 11 Pemerintah daerah dapat melakukan pengaturan dan pengawasan tentang peredaran minuman keras beralkohol dengan instrumen hukum yaitu Perda. Menurut kenyataan yang penulis kemukaan di atas diketahui bahwa minuman keras beralkohol saat ini peredarannya yang ada di DIY sangat cepat, untuk itu selain adanya penegakan hukum yang ketat dan tegas oleh aparat tentunya juga dibutuhkan kerjasama dari semua pihak. Sekali lagi penanggulangan terhadap peredaran minuman keras beralkohol illegal harus dilakukan dan mendapat dukungan semua pihak. Upaya ini dilakukan untuk memaksimalkan pengawasan peredaran minuman keras beralkohol illegal. Penyalahgunaan terhadap minuman keras beralkohol harus menjadi perhatian segenap pihak dan memang sudah menjadi tanggungjawab kita bersama. Hal ini disebabkan sudah betapa buruk dan berbahayanya efek negatif yang ditimbulkan. Akibat yang dapat ditimbulkan karena terlalu banyak mengkonsumsi minuman keras beralkohol seperti kecanduan, keracunan, jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan kanker perut Lihat Pasal 16 ayat (1) Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dyah Kusumaningrum, ini 4 akibat jika sering minum minuman keras, sehat/ini-4-akibat-terlalu-sering-minum-minuman-keras.html/diakses Kamis,5/3/2015

11 11 Hal ini tentunya harus mendapatkan perhatian yang sangat serius. Dalam kenyataannya korban penggunaan miras rata-rata adalah remaja. Mereka beranggapan bahwa mengkonsumsi miras tidak terlalu berbahaya dari pada mengkonsumsi narkoba. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa remaja kita saat ini sudah sangat dekat sekali dengan rokok, miras dan bahkan narkoba. Untuk itu sebenarnya dalam menangani masalah ini benteng yang paling utama adalah ada pada peran keluarga, pendidikan yang baik dari keluarga tentunya juga akan menghasilan anak yang baik. Sebaliknya yang terjadi jika pendidikan yang diberikan buruk atau asal-asalan maka tidak heran jika generasi muda kita mudah terpengaruh hal yang negatif. Bahwa di DIY, masing-masing daerah sudah memiliki perda terkait dengan penegedaran minuman beralkohol. Akan tetapi kenyataannya masih saja banyak pelanggaran yang ada, sehingga perlu dilakukan penelitian berkenaan dengan penggunaan sanksi pidana sebagai salah satu sarana untuk mencegah masalah penyalahgunaan minuman beralkohol. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian penulisan hukum yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : PENEGAKAN SANKSI PIDANA PERATURAN DAERAH TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN PENJUALAN DAN PENGGUNAAN MINUMAN BERALKOHOL DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

12 12 B. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang permasalahan diatas, maka terdapat dua permasalahan yang perlu mendapatkan kajian dan penelitian. Kedua permasalah tersebut dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana penegakan hukum yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap Perda tentang peredaran, penjualan, dan penggunaan minuman keras beralkohol? 2. Hal-hal apa saja yang menjadi hambatan atau kendala dalam pelaksanaan penegakan hukum Perda tentang peredaran, penjualan, dan penggunaan minuman keras beralkohol? C. Tujuan Penelitian Penelitian penulisan hukum ini bertujuan untuk : 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui bagaimana penegakan hukum yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap Perda tentang peredaran, penjualan, dan penggunaan minuman keras beralkohol; b. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi hambatan atau kendala dalam pelaksanaan penegakan hukum Perda tentang peredaran, penjualan, dan penggunaan minuman keras beralkohol.

13 13 2. Tujuan Subjektif a. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan sebagai bahan untuk penulisan hukum sebagai salah satu syarat akademis guna mencapai jenjang strata satu atau sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada; b. Untuk menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan dan kemampuan penulis dalam bidang Hukum Pidana, khususnya mengenai penegakan sanksi pidana Perda tentang peredaran, penjualan, dan penggunaan minuman keras beralkohol; c. Untuk meningkatkan kemampuan meneliti bagi penulis dalam mengungkapkan suatu keadaan melalui kegiatan yang objektif, sistematis dan konsisten sehingga dapat menunjang kemampuan berpikir dan kemampuan analisis penulis. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan, baik bagi ilmu pengetahuan maupun bagi masyarakat luas. Dengan kata lain, penelitian ini diharapkan dapat mempunyai kegunaan akademik maupun kegunaan praktis. Kegunaan akademik diharapkan bisa bermanfaat bagi dunia akademisi hukum dan dapat menambah sumbangsi penelitian dalam ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum. Sedangkan kegunaan praktis diharapkan dapat berguna bagi para praktisi di dunia hukum dan penegak hukum pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Diharapkan

14 14 pada masyarakat dapat meningkatkan peran masyarakat dalam usaha penanggulangan peredaran minuman keras beralkohol. E. Keaslian Penelitian Penulis telah melakukan penelusuran penelitian hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum terkait dengan minuman keras beralkohol yang tentunya penelitian tersebut sudah ada sebelumnya. Namun, penelitian tersebut terdapat perbedaan. Penelitian tersebut membahas mengenai penegakan hukum peredaran minuman keras beralkohol atau miras yang dilakukan oleh aparat Kepolisian Republik Indonesia. Sementara penelitian yang lainnya adalah mengenai peredaran minuman keras beralkohol dan penanggulangannya dan penyalahgunaan minuman keras beralkohol di kalangan remaja. Ketiga penelitian tersebut dilakukan di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan daerah Semarang Barat. Penelitian yang berkaitan dengan penegakan hukum terkait dengan minuman keras beralkohol yang pernah ada sebelumnya yaitu: 1. Faktor-faktor Penanggulangan Penyalahgunaan Minuman Keras Di kalangan Remaja Oleh Kepolisian Republik Indonesia Resort Semarang Barat, pada tahun 2006 yang ditulis oleh Heddy Andriansyah. Dalam penelitian tersebut penulis mempermasalahkan tentang dua hal yaitu:

15 15 a. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Republik Indonesia Resort Semarang Barat dan; b. Apa saja yang menjadi hambatannya. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah yang pertama dilakukan dengan sarana non penal dan yang kedua dilakukan secara penal. Sarana non penal maksudnya adalah dengan melakukan pendekatan-pendekatan, seperti tatap muka dengan pelajar tentang bahaya miras, dengan masyarakat, dengan karang taruna, supaya tidak ada atau meminimalisir potensi penyalahgunaan miras pada remaja. Sementara sarana penal yaitu, polisi dalam hal ini melakukan upaya penyelidikan, dan penyidikan sebagaimana mestinya, sedangkan yang menjadi hambatan dalam prosesnya adalah seperti kurangnya personil di lapangan dan kurangnya fasilitas pendukung Peredaran Minuman Beralkohol Ilegal Dan Upaya Penanggulangannnya Di Kabupaten Sleman Dan Kota Yogyakarta pada tahun 2008 yang ditulis oleh Niko Bobi Setyadi dengan rumusan masalah: a. Bagaimana peran pemerintah kabupaten Sleman dan kota Yogyakarta dalam menaggulangi masalah tersebut, dan; b. Bagaimana proses penanggulangannya di kabupaten Sleman dan kota Yogyakarta. 13 Heddy Andriansyah, 2006, Faktor-faktor Penanggulangan Penyalahgunaan Minuman Keras Di kalangan Remaja Oleh Kepolisian Republik Indonesia Resort Semarang Barat, Skripsi, Fakultas Hukum, UGM, Yogyakarta.

16 16 Penelitian tersebut memiliki kesimpulan yang pertama Pemerintah Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta telah berupaya menaggulangi permasalahan peredaran minuman beralkohol illegal dengan membuat peraturan daerah. Meskipun, baik pemerintah Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta belum optimal dalam melaksanakan dan menegakkan perda tersebut. Hal ini terjadi karena penegak hukum masih menyasar kepada para pedagang pengecer, belum sampai kepada distributor besar. Kesimpulan yang kedua adalah Proses penegakan hukum dilakukan oleh aparat penegak hukum dengan upaya preventif, represif, dan kuratif, meskipun hasilnya belum efektif karena tidak dilaksanakan secara berkesinambungan. Selain itu, upaya represif yaitu sanksi dari pengadilan dirasa masih sangat ringan Penegakan Hukum Pidana Terhadap Peredaran Minuman Keras Beralkohol Ilegal di Masyarakat Oleh Kepolisian Poltabes Yogyaarta pada tahun 2011 yang ditulis oleh Sri Rejeki Desi Wulan Dari. Penelitian tersebut mencari jawaban tentang: a. Bagaimana penegakan hukum pidana yang dilakukan oleh Kepolisian Poltabes Yogyakarta dalam upaya penanggulangan peredaran minuman keras illegal di masyarakat, dan; b. Faktor apa saja yang menjadi kendala atau hambatan. Dalam Kesimpulannya penulis menjawab penegakan hukum terkait miras dilakukan oleh Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan. Sementara di 14 Niko Bobi Setyadi, 2008, Peredaran Minuman Beralkohol Ilegal Dan Upaya Penanggulangannnya Di Kabupaten Sleman Dan Kota Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Hukum, UGM, Yogyakarta.

17 17 kota Yogyakarta Dinas Ketertiban atau sat Pol PP kota Yogyakarta juga berperan aktif dalam menaggulangi masalah ini. Sesuai dengan Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, daerah diberikan kewenangan masing-masing untuk mengelola daerahnya. Misalnya untuk membuat kebijakan terkait dengan minuman keras, dan terkait dengan pajak daerah, dan retribusi. Di sini pemerintah daerah juga merasa belum optimal dalam menangani maslah miras illegal dikarenakan kurang tegasnya sanksi yang diberikan kepada para pelaku, sehingga yang menjadi sasaran hanya masih dalam kalangan pengecer saja. Penjatuhan sanksi pidana yang begitu ringan dianggap sebagai salah satu faktor penghambat dalam menangani masalah miras illegal ini, sehingga kurang menimbulkan efek jera. Untuk itu diharapkan adanya upaya pembinaan di dalam lapas supaya dapat memberikan arahan kepada para narapidana miras, sehingga tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Upaya yang paling penting sebenarnya adalah adanya kerjasama yang serius antara berbagai pihak. 15 Tentunya ketiga penelitian sebelumnya berbeda dengan penelitian ini. Dalam penelitian yang penulis kerjaan ini mengkaji tentang Penegakan sanksi pidana Perda tentang peredaran, penjualan, dan penggunaan minuman keras beralkohol di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jadi dari segi lokasi penelitiannya saja sudah berbeda. Penelitian sebelumnya hanya meneliti di dua kabupaten dan satu kota saja yaitu di Kabupaten 15 Sri Rejeki Desi Wulan Dari, 2011, Penegakan Hukum Pidana Terhadap Peredaran Minuman Keras Beralkohol Ilegal di Masyarakat Oleh Kepolisian Poltabes Yogyaarta, Skripsi, Fakultas Hukum, UGM, Yogyakarta.

18 18 Sleman dan Kota Yogyakarta. Dalam penelitian ini penegakan hukum yang ada dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja setiap Kabupaten/Kota di DIY. Sementara penelitian yang ada sebelumnya penegakan hukumnya dilakukan oleh pihak Kepolisian Republik Indonesia. Permasalahan yang ada juga ada terdapat perbedaan. Penelitian sebelumnya menjelaskan peran pemerintah daerah, selain peran daripada penegak hukum. Sementara permasalahan yang lainnya adalah sama yaitu mengenai upaya dari penegak hukum dan apa kendala yang dihadapinya. Untuk itu jika ada penelitian yang serupa diluar pengetahuan penulis, maka penelitian penulisan hukum ini diharapkan dapat melengkapinya. F. Sistematika Penulisan Hukum Untuk lebih memberikan kelancaran dalam penyusunan penulisan hukum ini, maka digunakan sistematika penyusunan dan perincian sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, sistematika penulisan hukum.

19 19 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Memberikan uraian tentang pengertian minuman keras beralkohol, jenis-jenis minuman keras beralkohol, faktorfaktor yang menyebabkan maraknya peredaran dan penggunaan secara illegal minuman keras beralkohol di DIY. Memberikan uraian tentang tinjauan umum tentang bagaiman penerapan sanksi pidana terkait dengan tindak pidana penyalahgunaan minuman keras beralkohol, dan ruang lingkup penegakan hukumnya secara umum, serta bagaimana upaya dalam penanggulangan penyalahgunaan menuman keras berlkohol tersebut. BAB III : METODE PENELITIAN Menjelaskan tentang jenis dan sumber data,baik dengan penelitian kepustakaan, maupun dengan penelitian lapangan, sifat penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Memberikan uraian tentang penegakan hukum pidana dan penerapan sanksi pidananya yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja di DIY dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan menuman keras berlkohol di masyarakat,

20 20 hal-hal apa saja yang menjadi kendala dan penghambat dalam pelaksanaaanya. BAB V : PENUTUP Memberikan uraian tentang kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap permasalahan. Kemudian memberikan saran-saran yang merupakan rekonmendasi dari penulis.

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan rakyat. Peran dan partisipasi rakyat sangat besar peranannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial di tengah-tengah masyarakat selalu mengalami perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri. Tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya menimbulkan dampak positif, tetapi ada beberapa kebiasaan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. hanya menimbulkan dampak positif, tetapi ada beberapa kebiasaan yang dinilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Generasi muda merupakan harapan masa depan bagi bangsa Indonesia. Dalam perkembangannya, generasi muda Indonesia mulai meniru kebudayaan dari luar Indonesia, berupa

Lebih terperinci

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda * HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda * Naskah diterima: 12 Desember 2014; disetujui: 19 Desember 2014 Trend perkembangan kejahatan atau penyalahgunaan narkotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 "... yang melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 ... yang melindungi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mewujudkan cita-cita dari sebuah negara. Indonesia merupakan negara yang dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum dan tidak berdasarkan kekuasaan semata, hal ini berdasarkan penjelasan umum tentang sistem pemerintahan negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari semakin memprihatinkan terlebih di Indonesia. Narkotika seakan sudah menjadi barang yang sangat mudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan internasional, regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan narkotika di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena didukung oleh derasnya arus informasi

Lebih terperinci

P E R A T U R A N D A E R A H

P E R A T U R A N D A E R A H P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENGAWASAN, PENERTIBAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi pemerintah yang bertugas sebagai ujung tombak penegakan hukum di Indonesia. Tugas yang diemban ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), perilaku manusia di dalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan

Lebih terperinci

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia XVIII Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia Pasal 1 ayat (3) Bab I, Amandemen Ketiga Undang-Undang Dasar 1945, menegaskan kembali: Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Artinya, Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini merupakan ancaman yang serius bukan saja terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 4 SERI E TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELARANGAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DI KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati perkembangan tindak pidana yang dilakukan anak selama ini, baik dari kualitas maupun modus operandi, pelanggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan narkoba merupakan kejahatan yang bersifat merusak, baik merusak mental maupun moral dari para pelakunya, terlebih korban yang menjadi sasaran peredaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi permasalahan, banyaknya kasus yang ditemukan oleh aparat penegak hukum merupakan suatu bukti

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DAN PENGAWASANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu mengalami perkembangan diberbagai bidang. Perkembangan yang diawali niat demi pembangunan nasional tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya narkotika hanya digunakan untuk pengobatan, adapun jenis narkotika pertama yang digunakan pada mulanya adalah candu atau lazim disebut sebagai madat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan bahwa salah tujuan dari pengaturan narkotika adalah untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO, Menimbang : a. bahwa peredaran minuman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di segala bidang, dalam rangka membangun Indonesia seutuhnya dan mewujudkan suatu masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 120 Undangundang

Lebih terperinci

*40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

*40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA Copyright (C) 2000 BPHN PP 32/2004, PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA *40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum. Indonesia memiliki banyak keanekaragaman budaya dan kemajemukan masyarakatnya. Melihat dari keberagaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur yang merata baik materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika pada hakekatnya sangat bermanfaat untuk keperluan medis dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada umumnya mengatur secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting, penyalahgunaan narkotika dapat berdampak negatif, merusak dan mengancam berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas Hukum, hukum diciptakan untuk mengatur kehidupan manusia agar tercipta suatu kehidupan yang serasi, selaras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peredaran minuman beralkohol di Indonesia pada saat ini sudah cukup luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peredaran minuman beralkohol di Indonesia pada saat ini sudah cukup luas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peredaran minuman beralkohol di Indonesia pada saat ini sudah cukup luas karena hampir di setiap daerah di wilayah hukum Indonesia terdapat toko-toko kecil hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara yang didasarkan atas hukum bukan didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3) amandemen ke-3 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 120 Undang-undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan narkotika melingkupi semua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak hanya terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atributif dan peraturan normatif. Peraturan hukum atributif

BAB I PENDAHULUAN. atributif dan peraturan normatif. Peraturan hukum atributif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaedah hukum yang berbentuk peraturan dibedakan menjadi peraturan atributif dan peraturan normatif. Peraturan hukum atributif ialah yang memberikan kewenangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 06 TAHUN 2006 T E N T A N G PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 06 TAHUN 2006 T E N T A N G PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 06 TAHUN 2006 T E N T A N G PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup berkembang di kalangan masyarakat. Konsumen minuman keras tidak hanya orang dewasa melainkan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia dikenal dengan Negara Hukum, sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bertujuan mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa. Hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa. Hal ini juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modernisasi dikatakan sebagai tonggak awal kemajuan zaman telah memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa. Hal ini juga membawa dampak perubahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Dengan kekayaan yang melimpah tersebut, seharusnya semua kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang benar-benar menjunjung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional, 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan sindroma ketergantungan apabila penggunaannya tidak di bawah pengawasan dan petunjuk tenaga kesehatan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan semakin meningkat. Dapat kita amati dari pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun elektronika

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELARANGAN MINUMAN BERALKOHOL, PENYALAHGUNAAN ALKOHOL, MINUMAN DAN OBAT OPLOSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pengobatan manusia, yaitu sebagai obat untuk mengobati suatu

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pengobatan manusia, yaitu sebagai obat untuk mengobati suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah narkotika pada mulanya adalah zat yang dipergunakan untuk kepentingan pengobatan manusia, yaitu sebagai obat untuk mengobati suatu penyakit, danreaksi dari zat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, sehingga pembangunan tersebut harus mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia termasuk membangun generasi

Lebih terperinci

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H 1 UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H A. LATAR BELAKANG Pemerintah sangat menjunjung tinggi perlindungan hukum bagi setiap warga negaranya, sehingga diperlukan pemantapan-pemantapan

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DAN PENYALAHGUNAAN OBAT OPLOSAN SERTA ZAT ADIKTIF LAINNYA

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM

PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEEROM, Menimbang : a. bahwa Minuman Beralkohol

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... T E N T A N G LARANGAN KEGIATAN PADA BULAN RAMADHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... T E N T A N G LARANGAN KEGIATAN PADA BULAN RAMADHAN PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... T E N T A N G LARANGAN KEGIATAN PADA BULAN RAMADHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum, termasuk anak bisa melakukan tindakan yang melawan

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum, termasuk anak bisa melakukan tindakan yang melawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara hukum. Hukum yang berlaku di Indonesia adalah Hukum perdata, Hukum pidana, Hukum Tata Negara dan Hukum Internasional. Hukum yang mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini peredaran narkoba semakin merajalela, dan dalam menjalankan aksinya pun para pengedar menggunakan berbagai macam cara. Untuk mengatasi tindak pidana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya narkotika digunakan untuk kepentingan umat manusia, khususnya untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perdagangan terhadap orang di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat dan sudah mencapai taraf memprihatinkan. Bertambah maraknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan Narkotika merupakan masalah yang kompleksitasnya memerlukan upaya penanggulangan secara menyeluruh. Upaya penanggulangan tersebut dilakukan dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, hal ini diatur tegas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara hukum asas taat dan hormat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara tegas menuliskan bahwa negara Indonesia adalah Negara Hukum. Salah satu prinsip penting negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengadilan, serta Lembaga Pemasyarakatan. Keempat subsistem tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengadilan, serta Lembaga Pemasyarakatan. Keempat subsistem tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) merupakan suatu usaha untuk memahami serta menjawab pertanyaan tentang apa tugas hukum pidana dimasyarakat dan bukan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. POLRI dalam memberantas peredaran minuman keras illegal khususnya di

BAB III PENUTUP. POLRI dalam memberantas peredaran minuman keras illegal khususnya di 69 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah saya analisa mengenai peran POLRI dalam memberantas peredaran minuman keras illegal khususnya di wilayah hukum Polres Sleman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu mengalami perkembangan diberbagai bidang. Perkembangan yang diawali niat demi pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat mudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat mudah dan cepat mendapatkan segala informasi yang terjadi di sekitar kita ataupun yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang kejahatan seakan tidak ada habis-habisnya, setiap hari selalu saja terjadi dan setiap media massa di tanah air bahkan mempunyai ruang khusus untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peredaran narkoba secara tidak bertanggungjawab sudah semakin meluas dikalangan masyarakat. Hal ini tentunya akan semakin mengkhawatirkan, apalagi kita mengetahui yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dewasa ini sedang berlangsung proses pembaharuan hukum pidana. Pembaharuan hukum pidana meliputi pembaharuan terhadap hukum pidana formal, hukum pidana

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGATURAN MINUMAN BERALKOHOL, PENYALAHGUNAAN ALKOHOL, OBAT- OBATAN DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan suatu daerah otonomi setingkat provinsi yang berada di Indonesia. Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah

Lebih terperinci

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang Dasar 1945 Pasal 25A Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUUXIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati I. PEMOHON a. Perkumpulan Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (Pemohon I) b. Lembaga Pengawasan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil dan makmur, sejahtera, tertib dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, yakni: pertama, memberikan layanan civil (Civil Service); kedua,

BAB I PENDAHULUAN. ini, yakni: pertama, memberikan layanan civil (Civil Service); kedua, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki keterbatasan, baik dalam hal ketersediaan personil, peralatan dan anggaran operasional. Oleh karena itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945. Negara juga menjunjung tinggi hak asasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang melakukan tindak pidana harus mempertanggungjawabkan perbuatannya melalui proses hukum.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR : 23 TAHUN 2000 TENTANG LARANGAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR : 23 TAHUN 2000 TENTANG LARANGAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR : 23 TAHUN 2000 TENTANG LARANGAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Hak asasi merupakan hak yang bersifat dasar dan pokok. Pemenuhan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan agar warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba baik ditingkat global, regional dan nasional, sejak lama telah merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara suatu

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG ANTI PERBUATAN MAKSIAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

-1- BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

-1- BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG -1- SALINAN BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN POKOK PELAKSANAAN PEMELIHARAAN KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN UMUM DI WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan masyarakat seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena selalu didukung oleh derasnya arus informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi diri sendiri hak-haknya, berkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak-hak anak.

I. PENDAHULUAN. harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi diri sendiri hak-haknya, berkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak-hak anak. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu prinsip yang digunakan dalam perlindungan anak adalah anak itu modal utama kelangsungan hidup manusia, bangsa dan keluarga, untuk itu hakhaknya harus

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN SIDOARJO 1 BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka kehidupan masyarakat tidak lepas dari aturan hukum. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Subang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan saat ini dimana moralitas masyarakat telah dihegomoni oleh perkembangan budaya negatif yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan saat ini dimana moralitas masyarakat telah dihegomoni oleh perkembangan budaya negatif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan saat ini dimana moralitas masyarakat telah dihegomoni oleh perkembangan budaya negatif yang membuat prilaku seseorang melawan norma yang berlaku dimasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ingin meningkatkan pencapaian di berbagai sektor. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ingin meningkatkan pencapaian di berbagai sektor. Peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana halnya dengan negara-negara lain di dunia, negara Indonesia ingin meningkatkan pencapaian di berbagai sektor. Peningkatan pencapaian tersebut harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, terutama di kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Selain itu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan senjata api,salah satu jenis kejahatan menggunakan senjata api yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika yang pada awal mula penggunaannya bertujuan untuk memenuhi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan, kini keberadaannya menjadi ancaman bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita bangsa. Anak. dalam kandungan. Penjelasan selanjutnya dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita bangsa. Anak. dalam kandungan. Penjelasan selanjutnya dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan tumpuan sekaligus harapan dari semua orang tua. Anak merupakan satu-satunya penerus bangsa yang mempunyai tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Negara juga menjunjung tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal II. TINJAUAN PUSTAKA A. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal yang dalam kepustakaan asing sering dikenal dengan berbagai istilah,

Lebih terperinci