BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Perspektif/Paradigma Kajian Paradigma atau paradigm (Inggris) atau paradigm (Perancis), istilah tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni para dan deigma. Secara etimologis, para berarti (di samping, di sebelah) dan deigma berarti (memperlihatkan, yang berarti model, contoh, arkatipe, ideal). Deigma dalam bentuk kata kerja deiknynai berarti menunjukkan atau mempertunjukkan sesuatu. Paradigma merupakan cara pandang atau pola pikir komunitas ilmu pengetahuan atas peristiwa/ realitas/ ilmu pengetahuan yang dikaji, diteliti, dipelajari, dipersoalkan, dipahami, dan untuk dicarikan pemecahan persoalannya (Pujileksono, 2015 : 25-26). Ada beberapa alasan mengapa peneliti perlu memilih paradigm sebelum melakukan penelian (Pujileksono, 2015 : 26), yaitu : 1. Paradigma penelitian menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang akan mendasari dan member pedoman seluruh proses penelitian. 2. Paradigma penelitian menentukan rumusan masalah, tujuan penelitian dan tipe penjelasan yang digunakan. 3. Pemilihan paradigma memiliki implikasi terhadap pemilihan metode, teknik penentuan subyek penelitian/sampling, teknik pengumpulan data, teknik uji keabsahan data dan analisis data. Paradigma ilmu komunikasi berdasarkan metodologi penelitiannya, menurut Dedy N. Hidayat (dalam Bungin, 2008 : 237) yang mengacu pada pemikiran Guba (1990:1994) ada tiga paradigma, yaitu : (1) paradigma klasik (classical paradigm), (2)paradigma kritis (critical paradigm) dan (3) paradigma konstruktivisme (contructivism paradigm). Namun dalam perkembangan komunikasi saat ini telah muncul paradigma intrepretasi. Menurut Sendjaja (dalam Bungin, 2008 : 238), paradigma klasik merupakan gabungan dari paradigma positivism dan post-positivism. Paradigma positivistik merupakan suatu paradigma yang mempertanyakan realita dengan apa, atau menanyakan mengenai apa yang terjadi di masyarakat. Melihat fakta sosial sebagai realita yang bersifat umum yaitu hukum sebab-akibat. Dalam paradigma ini, peneliti tidak berinteraksi dengan objek penelitian sehingga

2 13 terdapat jarak antara peneliti dan objek penelitian. Penelitian paradigma positivistik merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian paradigma positivistik menggunakan metode empiris untuk dapat menggambarkan fakta sosial sebagai realita atau objek penelitian. Dalam paradigma ini, peneliti harus menggambarkan realita yang ada di masyarakat secara objektif (Pujileksono, 2015 : 27). Paradigma pos-positivistik merupakan paradigma yang melakukan kritik terhadap paradigma postivistik. Paradigma ini lebih bersifat kualitatif sehingga dalam penelitian ini, peneliti dapat memasukkan nilai-nilai pribadinya dalam penelitian dan hubungan antara peneliti dengan objek lebih dekat. Namun, tujuan paradigma ini sama dengan paradigma postivistik, yaitu untuk mengetahui pola umum yang ada dalam masyarakat (Pujileksono, 2015 : 28). Paradigma konstruktivistik merupakan paradigma yang melihat suatu realita dibentuk oleh berbagai macam latar belakang sebagai bentuk konstruksi realita tersebut dan dalam penelitian ini mempertanyakan mengapa?. Keberadaan realita tidak terjadi pada diri peneliti namun terjadi di luar peneliti. Jarak antara peneliti dan objek tidak terlalu dekat, namun tetap berinteraksi dengan objek penelitian. Paradigma ini bersifat kualitatif, dimana peneliti dapat memasukkan nilai-nilai pendapat ke dalam penelitiannya, sehingga penelitian dengan paradigma ini sifatnya subjektif. Tujuan dari paradigma ini adalah untuk memahami apa yang menjadi konstruksi suatu realita. Oleh karena itu, peneliti harus mengetahui faktor apa saja yang mendorong realita tersebut dan menjelaskan bagaimana faktor tersebut dapat menkonstruksi realita itu (Pujileksono, 2015 : 28-29). Paradigma kritis merupakan paradigma yang melihat realita yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang sebaiknya terjadi pada masyarakat. Keberadaan realita terjadi pada diri peneliti dan juga di luar peneliti, jarak peneliti dengan objek penelitian sangat dekat dan peneliti terlibat langsung dengan objek yang diteliti. Penelitian dalam paradigma ini merupakan penelitian kualitatif dan bersifat subjektif. Tujuan dari paradigma ini adalah untuk membangun kesadaran kolektif demi mengubah struktur untuk menjadi lebih baik (Pujileksono, 2015 : 29).

3 14 Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivistik. Remaja yang hamil di luar nikah merupakan suatu realita yang merupakan hasil dari sebuah konstruksi dirinya sebagai individu dan pengaruh lingkungan sekitar individu. Namun, tidak semua masyarakat dapat menerima kehadiran remaja yang hamil di luar nikah. Oleh karena itu, perlu diteliti untuk melihat bagaimana persepsi masyarakat terhadap remaja yang melakukan seks bebas dan juga remaja hamil di luar nikah akibat dampak seks bebas, apakah seks bebas sudah menjadi hal yang tabu untuk dilakukan. Penelitian ini juga melihat apa saja faktor penyebab terjadinya seks bebas pada remaja yang ada di Kota Medan saat ini Kajian Pustaka Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti sama. Communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama. Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip (Mulyana, 2007 : 46). Komunikasi didefenisikan dalam berbagai makna, sehingga menimbulkan kesulitan dalam mengkonseptualisasi komunikasi sebagai suatu kajian ilmiah. Para pakar komunikasi, telah merumuskan komunikasi dengan caranya sendiri (Arifin, 2013:23). Lima komponen penting yang menyebabkan suatu komunikasi dapat berjalan baik menurut Harold Lasswell yaitu whosays what in which channel to whom with what effect atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana (Effendy, 2003 : 7). Komunikasi sekarang didefenisikan sebagai suatu proses dinamik transaksional yang mempengaruhi perilaku dalam mana sumber dan penerimanya dengan sengaja menyandi (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka salurkan lewat suatu saluran (channel) guna merangsang atau memperoleh sikap atau perilaku tertentu (Mulyana dan Rakhmat, 1993 : 15). Oleh karena pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa unsurunsur komunikasi adalah (Mulyana dan Rakhmat, 1993 : 16-17) :

4 15 1. Sumber (source), adalah orang yang mempunyai suatu kebutuhan untuk berkomunikasi. 2. Penyandian (encoding), adalah suatu kegiatan internal seseorang untuk memilih dan merancang perilaku verbal dan non verbalnya yang sesuai dengan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis guna menciptakan suatu pesan. 3. Pesan (message), pesan terdiri dari lambang-lambang verbal atau non verbal yang mewakili perasaan dan pikiran sumber pada suatu saat dan tempat tertentu. 4. Saluran (channel), adalah alat fisik yang menjadi penghubung antara sumber dan penerima. 5. Penerima (receiver),adalah orang yang menerima pesan dan sebagai akibatnya menjadi terhubungkan dengan sumber pesan. 6. Penyandian balik (decoding), adalah proses internal penerima dan pemberian makna kepada perilaku sumber yang mewakili perasaan dan pikiran sumber. 7. Respon penerima (receiver response), adalah menyangkut apa yang penerima lakukan setelah ia menerima pesan. Respon ini terbagi dua, yaitu respon minimum dan respon maksimum. Respon minimum adalah keputusan penerima untuk mengabaikan pesan atau tidak berbuat apapun setelah ia menerima pesan. Sebaliknya, respon maksimum merupakan suatu tindakan penerima yang segera, terbuka dan mengandung kekerasan. 8. Umpan balik (feedback), adalah informasi yang tersedia bagi sumber yang memungkinkannya menilai keefektifan komunikasi yang dilakukan untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian atau perbaikan-perbaikan dalam komunikasi selanjutnya Komunikasi Antarbudaya Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, karena budaya tidak hanya menentukan siapa berbicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Seluruh perbendaharaan

5 16 perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya adalah budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktek komunikasi yang kita lancarkan (Lubis, 2012 : 11-12). Secara formal budaya didefenisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok (Mulyana dan Rakhmat, 1993 : 19). Dalam pengertian lain, budaya adalah sebuah sistem pembagi pengertian yang ditemukan diantara mereka yang berbicara dengan dialek bahasa tertentu, melalui periode sejarah khusus dan dalam sebuah daerah geografis yang dapat didefenisikan (Trandis, 1994 dalam Lubis, 2012 : 27). Adapun elemen-elemen budaya (Samovar, Porter, dan Mc Daniel, 2010 : 29) cukup membagikan sejumlah komponen umum yang dapat membentuk membedakan satu budaya dengan budaya lainnya,yaitu: 1. Sejarah Sejarah menyoroti asal usul budaya, memberitahukan anggotanya apa yang dianggap penting, dan mengidentifikasi prestasi suatu budaya yang pantas untuk dibanggakan. Cerita tentang masa lalu memberikan anggota dari suatu budaya, bagian dari sebuah budaya dari identitas, nilai, aturan, tingkah laku, dan sebagainya. 2. Agama Menurut Parkes, Laungani, dan Young semua budaya memiliki agama dominan dan terorganisasi di mana aktivitas dan kepercayaan mencolok (upacara, ritual, hal-hal tabu, dan perayaan) dapat berarti berkuasa. Pengaruh agama dapat dilihat dari semua jalinan budaya, karena hal ini berfungsi dasar.

6 17 3. Nilai Menurut Macionis, nilai adalah standar keinginan, kebaikan, keindahan yang diartikan dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk dalam kehidupan sosial. Nilai berguna untuk menunjukkan bagaimana seseorang harusnya bertingkah laku. 4. Organisasi Sosial Organisasi-organisasi (kadang merujuk pada sistem sosial atau struktur sosial) mewakili unit sosial yang beraneka ragam yang terkandung dalam suatu budaya. Institusi seperti keluarga, pemerintah, sekolah dan suku bangsa menolong anggota dari suatu kelompok budaya untuk mengatur kehidupan mereka. 2. Bahasa Bahasa merupakan mode utama dalam menyebarkan budaya. Tanpa kapasitas terhadap budaya yang kompleks, budaya manusia seperti yang kita ketahui tidak akan pernah ada. Bahasa yang terdiri dari banyak kata, arti, tata bahasa, dan sintaks semuanya memberikan tanda identitas dari budaya khusus. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi ketika anggota dari suatu budaya tertentu memberikan pesan kepada anggota dari budaya lainnya. Dengan kata lain, komunikasi antarbudaya melibatkan interaksi antara orangorang yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda dalam suatu komunikasi (Samovar, Porter, Mc Daniel, 2010 : 13). Komunikasi antarbudaya terjadi di antara orang-orang yang berbeda latar belakang (ras, etnis, sosio-ekonomi), dimana kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang dari generasi ke generasi (Tubb dan Moss dalam Lubis, 2012 : 14). Sekarang ini, komunikasi antarbudaya merupakan sesuatu hal yang penting, adapun beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya komunikasi antarbudaya ini (Devito, Edisi Kelima : ), yaitu : 1. Mobilitas

7 18 Mobilitas masyarakat di seluruh dunia berasal dari perjalanan masyarakat dari satu negara ke negara lain, dari satu benua ke benua lain yang telah banyak dilakukan. Saat ini, orang sering mengunjungi daerah lainnya untuk dapat mengenal budaya lain, daerah, serta orangorang yang berbeda budaya, serta untuk menggali peluang-peluang ekonomi. 2. Saling kebergantungan ekonomi Masa kini, kebanyakan negara secara ekonomis bergantung pada negara lain. Contohnya adalah kehidupan ekonomi negara Amerika banyak terkait dengan negara-negara Eropa yang kulturnya mirip dengan kultur Amerika. Kehidupan ekonomi bangsa Amerika bergantung pada kemampuan bangsa ini untuk berkomunikasi secara efektif dengan kultur-kultur yang berbeda. Hal yang sama juga berlaku pada bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. 3. Teknologi komunikasi Meningkat pesatnya teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang adakalanya asing, masuk ke rumah kita. Melalui film-film asing yang masuk ke budaya kita, menyebabkan kita menjadi tahu bagaimana budaya serta adat kebiasaan negara asing. Dengan membaca berita-berita dari luar negeri juga merupakan hal yang lumrah. Kita juga setiap hari dapat membaca di media-media berita tentang ketegangan rasial, pertentangan agama, diskriminasi, seks, dan secara umum masalah-masalah yang disebabkan oleh kegagalan komunikasi antarbudaya. 4. Pola imigrasi Di hampir setiap kota besar di dunia kita dapat menjumpai orang-orang dari bangsa lain. Kita bergaul, bekerja ataupun bersekolah dengan orang-orang yang berbeda budaya dengan kita. Hal inilah yang menyebabkan kita menjadi manusia yang antarbudaya. 5. Kesejahteraan politik Kesejahteraan politik setiap negara sangat bergantung pada kesejahteraan politik kultur atau negara lain.

8 19 Komunikasi antarbudaya merupakan bidang yang sulit untuk diriset serta dimahiri. Terdapat dua kesulitan utama dalam memahami komunikasi antarbudaya, yang pertama adalah Etnosentrisme, yaitu kecenderungan untuk mengevaluasi nilai, kepercayaan, dan perilaku dalam kultur sendiri sebagai suatu hal yang lebih baik, lebih logis dan lebih wajar daripada kultur lain. Kesulitan yang kedua adalah kesadaran (mindfulness) dan ketidaksadaran (mindless). Bila kita berhubungan dengan orang dari kultur yang berbeda, kita sering kali berada dalam keadaan ketidaksadaran diri sehingga bertindak tidak rasional dalam banyak hal. Jika kesadaran diri kita dibangunkan, maka kita akan dapat bertindak secara logis dan rasional. Kita menyadari bahwa orang lain dan sistem kultur lain memang berbeda, namun tidak lebih baik ataupun lebih buruk daripada sistem kultur kita sendiri (Devito, Edisi Kelima : ). : 12) : Adapun fungsi-fungsi komunikasi antarbudaya antara lain (Liliweri, Fungsi pribadi, adalah fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu yang meliputi : a. Menyatakan identitas sosial b. Menyatakan integrasi sosial c. Menambah pengetahuan d. Melepaskan diri atau jalan keluar - Fungsi sosial, yang meliputi : a. Pengawasan Dalam fungsi ini, komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan perkembangan tentang lingkungan. b. Menjembatani Dalam fungsi ini, komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya merupakan jembatan atas perbedaan diantara mereka. Fungsi menjembatani dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan. c. Sosialisasi nilai Fungsi ini merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain. d. Menghibur Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya.

9 20 Adapun bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya (Devito, Edisi Kelima : ), yaitu : 1. Komunikasi antarbudaya, misalnya antara orang Prancis dengan orang Norwegia, atau orang Cina dan Portugis. 2. Komunikasi antar ras yang berbeda (kadang-kadang dikatakan komunikasi antarras), misalnya orang kulit hitam dengan kulit putih. 3. Komunikasi antar kelompok etnis yang berbeda (kadang-kadang dikatakan komunikasi antaretnis), misalnya orang Amerika keturunan Italia dan orang Amerika keturunan Jerman. 4. Komunikasi antar kelompok agama yang berbeda-beda, misalnya antara Katolik Roma dan Episkopal, atau antara orang Islam dengan orang Yahudi. 5. Komunikasi antar bangsa yang berbeda (kadang-kadang dinamakan komunikasi internasional), misalnya antara Amerika Serikat dan Meksiko, atau antara Prancis dan Italia. 6. Komunikasi antar subkultur yang berbeda, misalnya antara dokter dan pengacara atau antara tunanetra dan tunarungu. 7. Komunikasi antara suatu subkultur dan kultur yang dominan, misalnya antara kaum homoseks dan kaum heteroseks, atau antara kaum manula dan kaum muda. 8. Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda, antara pria dan wanita Persepsi Budaya Menurut Mulyana (dalam Lubis, 2012 : 61) persepsi muncul karena setiap penilaian dan pemilihan seseorang terhadap orang lain diukur berdasarkan pernyataan budaya sendiri. Dengan persepsi, peserta komunikasi akan memilih apa-apa yang diterima atau menolaknya. Persepsi yang sama akan memudahkan peserta komunikasi yang diharapkan. Tahap penting dari persepsi menyangkut pemberian arti kata objek sosial dan peristiwa dalam lingkungan. Objek sosial dan kejadian dapat sangat berubah dalam kemampuan untuk memberikan pengartian yang luas menurut individu dan kebudayaan individu. Sifat alami suatu budaya, bagaimanapun memperkenalkan kepada kita pengalaman yang tidak sama (Lubis, 2012 : 62). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi (Liliweri, 2011 : 155), yaitu: 1. Fisiologis, yaitu kemampuan secara sensoris yang meliputi visual dan audio, fisik, umur.

10 21 2. Kebudayaan, yang meliputi kepercayaan, nilai-nilai, pemahaman, asumsi taken-for-granted. 3. Standpoint theory, yang meliputi komunitas sosial, ras, etnis, gender, kelas ekonomi, agama, spiritualitas, umur dan orientasi seksual, posisi kekuasaan dalam hierarki sosial. 4. Peranan sosial yang meliputi, peranan sosial ketika berkomunikasi dengan kita, harapan terhadap kepenuhan peran, pilihan karier. 5. Kemampuan kognitif 6. Kompleksitas kognitif 7. Persepsi yang berpusat pada orang Persepsi seseorang terhadap suatu hal akan berbeda-beda. Apabila ada sejumlah individu yang mempunyai persepsi yang sama terhadap suatu hal, maka keseluruhan persepsi mereka dapat digolongkan dalam persepsi kelompok. Kita sudah mengetahui bahwa semua manusia tergolong-tergolong dalam kelompok tertentu. Pembentukan kelompok tersebut difaktori karena adanya kesamaan identitas di antara mereka (Liliweri, 2001 : 114). Faktor-faktor kesamaan yang mendorong pembentukan kebudayaan suatu kelompok sering disebut dengan komponen kebudayaan. Ada beberapa komponen kebudayaan (Liliweri, 2001 : ), yaitu : 1. Pandangan hidup, kosmologi dan ontologi Dalam setiap kebudayaan, selalu ada pandangan hidup, kosmologi dan ontologi. Persepsi manusia tentang relasi individu dengan unsur-unsur tersebut tersusun pada suatu hirarki berdasarkan atas kepentingan terhadap unsur itu, yaitu kepercayaan, sikap dan nilai. 2. Skema kognitif Skema kognitif diartikan dengan sistem konsep-konsep kognitif yang dimiliki oleh individu atau sekelompok orang terhadap objek tertentu. Skema mempengaruhi keputusan individu untuk menentukan prioritas fungsi objek berdasarkan waktu dan tempat. Skema kognitif umumnya ditentukan oleh persepsi individu yang dibentuk oleh pengalaman kognisinya dari kebudayaan. 3. Bahasa, sistem, dan simbol Menurut para ahli, bahasa menentukan ciri kebudayaan dan dari bahasa pula dapat diketahui derajat kebudayaan suatu bangsa. Setiap

11 22 kebudayaan menjadikan bahasa sebagai media untuk menyatakn prinsip-prinsip ajaran, nilai dan norma budaya kepada para pendukungnya. Bahasa menterjemahkan nilai dan norma, menterjemahkan skema kognitif manusia, menterjemahkan persepsi, sikap dan kepercayaan manusia tentang dunia para pendukungnya. 4. Konsep tentang waktu Setiap kebudayaan mempunyai konsep tentang masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Salah satu hal penting untuk memahami setiap kelompok adalah mengetahui struktur waktu dari kelompok tersebut. 5. Konsep jarak ruang Setiap kebudayaan mengajarkan kepada anggotanya tentang orientasi terhadap jarak dan ruang. Ruang berhubungan dengan tata ruang lahan pemukiman, pertanian dan lain-lain, yang sifatnya lebih kepada kepentingan relasi sosial, sedangkan jarak lebih banyak berhubungan dengan jarak fisik. 6. Agama, mitos dan cara menyatakannya Setiap budaya mempunya gejala dan peristiwa yang dapat dijelaskan secara rasional tapi hanya berdasarkan pengalaman iman semata-mata. 7. Hubungan sosial dan jaringan sosial Di dalam semua kebudayaan, struktur keluarga merupakan masyarakat inti, selebihnya adalah keluarga yang diperluas. Hubungan dalam komunitas dapat dibentuk komunal dan kerjasama atau persaingan juga individualistik, tergantung apakah kebudayaan itu merupakan kebudayaan lisan atau kebudayaan membaca. Oleh karena itu, sebagian komunikasi dalam kebudayaan selalu menggunakan komunikasi lisan. Menurut Mc.Luhan (dalam Liliweri, 2001 : 135), ketergantungan satu sama lain selalu mereka ciptakan agar tidak ada seorang pun menempatkan diri secara individual dan khusus. Tahap penting dari persepsi menyangkut pemberian arti objek sosial dan persitiwa dalam lingkungan. Objek sosial dan kejadian dapat sangat berubah dalam kemampuan untuk memberikan pengertian yang luas menurut individu dan

12 23 kebudayaan individu. Sifat alami suatu budaya, bagaimanapun budaya tersebut diperkenalkan kepada yang lain, tetap akan berbeda dan setiap orang memiliki pengalaman yang tidak sama. Menurut Sarbaugh dan Samovar, et, al (dalam Lubis, 2012 : 62-63), terdapat tiga elemen pokok persepsi budaya yang memiliki tiga pengaruh besar dan langsung terhadap individu-individu peserta komunikasi antarbudaya. Yang pertama adalah pandangan budaya dunia (world view), kedua adalah sistem lambang, dan yang ketiga adalah organisasi sosial Pandangan Dunia Untuk memahami dunia, nilai-nilai dan tindakan-tindakan orang lain, kita harus memahami kerangka persepsinya. Dalam berkomunikasi antara budaya yang ideal kita berharap banyak persamaan dalam pengalaman dan persepsi budaya. Tetapi karakter budaya berkecenderungan memperkenalkan kita kepada pengalaman-pengalaman yang tidak sama atau berbeda berdasarkan pandangan dunia (world view) yang terbentuk semula. Oleh sebab itu ia membawa persepsi budaya yang berbeda-beda pada dunia di luar budaya sendiri. Sebagai contoh, persepsi masyarakat Amerika Utara percaya bahwa kekejaman terhadap binatang adalah salah satu perbuatan yang melelahkan dengan membunuh seekor matador, oleh karena itu, masyarakat Amerika Utara akan menghindari tontonan matador karena tontonan tersebut dianggap hal yang negatif. Berbeda halnya dengan masyarakat Amerika Latin yang menganggap bahwa pertandingan matador adalah sebuah pertarungan keberanian antara manusia dengan binatang, dianggap sebagai suatu hal yang positif, dan kemenangan seorang matador dipandang sebagai suatu hal yang menunjukkan perbuatan yang berani, keterampilan dan ketangkasan fisik. (Lubis, 2012 : 63). Cara budaya mengorganisasikan dirinya dan lingkungannya juga berpengaruh terhadap anggota budayanya dalam mempersepsi dunia dan cara mereka berkomunikasi, didapati bahwa keluarga dan sekolah merupakan dua elemen yang dominan dalam membentuk dan mengubah persepsi budaya. Menurut Mulyana dan Rakhmat (dalam Lubis, 2012 : 63-64), pandangan dunia merupakan dasar dari suatu budaya, impaknya mempengaruhi kepercayaan / agama, nilai-nilai, perilaku, penggunaan waktu dan banyak aspek budaya lainnya.

13 24 Pandangan dunia sebagai sistem kepercayaan yang membentuk seluruhan sistem berfikir tentang sesuatu, yang dimana pandangan dunia merupakan struktur yang dipengaruhi oleh kebudayaan, yaitu kebudayaan telah menerima berbagai peranan, kemudian menggerakkan atau membentuk sejenis semangat kepada individu untuk menjelaskan sebuah peristiwa. Seringkali pandangan dunia dianggap sebagai rumusan persepsi dan andaian fundamental yang meliputi cara sebuah kebudayaan mengajarkan anggotanya untuk menerangkan sebuah sistem kepercayaan, nilai baik dan buruk, serta cara berperilaku. Pandangan dunia sangat mempengaruhi komunikasi antarbudaya, karena setiap orang memiliki pandangan dunia yang tertanam pada orang yang sepenuhnya dianggap benar dan ia otomatis menganggap bahwa pihak lain juga memandang dunia sebagaimana ia memandangnya. Pandangan dunia mampu membentuk budaya dan berfungsi membedakan satu budaya dengan budaya lainnya. (Lubis, 2012 : 65). a. Agama dan Sistem Kepercayaan Agama dan sistem kepercayaan memiliki fungsi sosial yaitu untuk memperkuat struktur sosial dan prinsip-prinsip moral masyarakat beragama, sistem kepercayaan manusia berperan untuk menetralisir sifat jahat manusia, nilai agama berperan untuk memperbaiki akhlak manusia. Peranan agama dalam etnis manapun merupakan unsur utama, karena agama mengandung nilai-nilai universal yang berisi pendidikan dan pembinaan serta pembentukan moral dalam keluarga (Lubis, 2012 : 65-66). b. Nilai Nilai merupakan norma dimana suatu etnis memberitahukan kepada seseorang anggotanya mana yang baik dan buruk, benar dan salah, yang boleh dan yang tidak boleh. Nilai tidak bersifat universal karena kecenderungannya berbeda antara satu budaya dengan budaya lainnya. Nilai-nilai budaya adalah aspek penilaian daripada sistem kepercayaan, nilai dan sikap. Nilai-nilai budaya adalah sesuatu aturan yang tersusun untuk membuat pilihan-pilihan dan mengurangi konflik dalam masyarakat (Mulyana dalam Lubis, 2012 : 67-68).

14 25 c. Perilaku Perilaku atau sistem tingkah laku adalah perwujudan daripada kepercayaan dan nilai-nilai yang dipedomani oleh setiap individu dan dibentuk oleh sebuah proses belajar serta kebudayaan. Paige dan Martin (dalam Lubis, 2012 : 70) mengatakan bahwa pandangan dunia merupakan salah satu lensa dalam hal manusia memandang realita dunia dan tentang kehidupan dunia. Isu-isu yang bersifat abadi dan merupakan landasan paling mendasar bagi suatu budaya. Oleh karena itu, setiap pelaku komunikasi mempunyai pandangan dunia yang tertanam pada jiwa yang sepenuhnya dianggap benar dan otomatis menganggap bahwa pihak lainnya memandang sebagaimana ia memandangnya Sistem Lambang Perwujudan dari perilaku adalah melalui sistem lambang yang digunakan seperti melalu percakapan, bertulis, bahasa tubuh, penampilan dan lain-lainnya (Ruben dalam Lubis, 2012:72). Budaya membingkai komunikasi dengan secara langsung mempengaruhi isi dan susunannya. Penggunaan sistem lambang seperti bahasa lisan sehari-hari misalnya, terlihat sebagai suatu peristiwa komunikasi dimana orang-orang setiap harinya saling berhubungan dari budaya yang sangat spesifik. Bahasa merupakan media utama yang digunakan budaya untuk menyampaikan maksud dan tujuan melalui interaksi diantara individu (Lubis, 2012: 72). Bahasa mempengaruhi persepsi, menyalurkan dan turut membentuk pikiran, oleh karena itu bahasa merupakan suatu sistem yang tidak pasti untuk menyajikan realitas secara simbol. Menurut Ruben (dalam Lubis, 2012:73) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses yang mendasari intersubjektivitas suatu fenomena yang terjadi akibat simbolisasi publik dan penggunaan serta penyebaran simbol. Makna kata sangat bergantung pada berbagai penafsiran individu-individu yang berkomunikasi. Menurut Gudykunst dan Kim (dalam Lubis, 2012:73), untuk menjembatani semua perbedaan makna dalam bahasa, pesan harus jelas dan komunikator harus tahu apa yang ingin dibicarakan agar terjadi penerimaan yang

15 26 benar-benar cermat atas kandungan pesan oleh si komunikan. Selain itu, pola-pola berpikir suatu budaya dituntut sebagaimana individu-individu dalam budaya yang berbeda itu berkomunikasi. Bahasa lisan merupakan media utama yang digunakan dalam berkomunikasi antarbudaya untuk menyampaikan maksud dan objektifitas melalui interaksi diantara individu. Gudykunst dan Kim (dalam Lubis, 2012:73), menyatakan bahwa kegagalan utama dalam berkomunikasi adalah ketidakpastian dalam menyampaikan isi secara cermat, yang terdapat hubungan positif antara teori pengurangan ketidakpastian dengan komunikasi efektif. Proses verbal merupakan media utama untuk pertukaran pikiran dan gagasan, namun proses nonverbal juga tidak kalah penting dan lebih sering dipergunakan dalam proses komunikasi walau tanpa disadari sepenuhnya. Temuan Lubis (2011 : ), mendapati bahwa bahasa yang digunakan oleh orangtua di rumah juga berdampak pada anak-anak dan lingkungan sekitarnya. Seperti contoh, ketika terdapat suatu keluarga beretnis Tionghoa, kedua orangtuanya memasukkan kedua anaknya untuk mengikuti les bahasa Indonesia. Dengan hal ini, tidak mengurangi atau menghilangkan nilai budaya Tionghoa pada kedua anaknya tersebut, tetapi semakin menambah nilai positif bagi mereka yaitu mereka dapat berbicara bahasa Indonesia dan semakin mudah bergaul dengan teman-teman lainnya Organisasi Sosial Organisasi sosial adalah cara bagaimana suatu kebudayaan dikomunikasikan kepada anggotanya. Ada dua organisasi sosial yang berperan dalam membentuk individu (Samovar dan Poerter dalam Lubis, 2012 : 76), yaitu: a. Keluarga Keluarga sangat berperan penting dalam mengenalkan kebudayaan dan menilai kebudayaan yang paling baik dibandingkan kebudayaan lainnya, serta menjaga agar anak tidak terpengaruh oleh budaya luar. Galvin dan Bromel (dalam Lubis, 2012 : 76) mengatakan bahwa keluarga merupakan institusi dasar bagi seorang anak, melalui keluarga anak-anak diajarkan untuk mengenali dunia dan

16 27 menjadi manusia yang sempurna yang menghabiskan seluruh hidupnya di dalam lingkungan masyarakat dan membentuk suatu budaya. Beberapa sikap dasar, nilainilai serta tingkah laku dimulai dari keluarga. Bennett, Wolin dan Mc Avity (dalam Lubis, 2012 : 77) mengatakan bahwa di dalam sebuah keluarga, budaya dapat menggambarkan batasan-batasan, harapan-harapan, aturan-aturan untuk berinteraksi, pola komunikasi, serta cara penyelesaian masalah. Pengembangan identitas keluarga dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu identitas keluarga asli dan identitas keluarga yang dibentuk sejalan dengan pernikahan dan keturunan. Interaksi komunikasi antarbudaya diantara etnis yang berbeda budaya bermula dari persepsi sebuah keluarga dalam menanamkan pandangan (world view), nilai-nilai dan terwujud dalam perilaku. Keluarga berperan dalam mengajarkan para anggota keluarganya untuk mengenali budaya yang dibawa oleh orangtuanya. Dalam sebuah keluarga, anak-anak diajarkan untuk mengenali dunia dan kedudukan mereka di dunia (Lubis, 2012 : 78). Cote dan Bornstein (dalam Lubis, 2012 : 80), menyatakan bahwa kekurangan daripada pembentukan keluarga antara budaya adalah menyinggung tentang nilai-nilai budaya dan kebiasaan-kebiasaan. Hal ini dapat berubah secara perlahan karena diwakilkan oleh identitas individu, di mana nilai-nilai budaya sangat dipengaruhi oleh faktor internal. Dengan berinteraksi komunikasi antarbudaya secara aktif dan berterusan, dapat merubah terhadap pemahaman nilai-nilai budaya in group. b. Sekolah Melalui pendidikan di sekolah, seorang individu dikenalkan dengan sejarah kebudayaan etnis-etnis yang ada di dunia, memberikan fakta-fakta, menanamkan nilai-nilai dan sikap dari kebiasaan-kebiasaan yang baik dan dapat diterima dalam kebudayaan yang besar. Samovar dan Porter (dalam Lubis, 2012 : 81) mengatakan bahwa sekolah adalah organisasi sosial yang diberikan tanggung jawab besar untuk mewariskan dan memelihara suatu budaya. Sekolah merupakan penyambung penting dalam menghubungkan masa lalu dan masa depan,

17 28 memberitahu anggota-anggota barunya apa yang telah terjadi, apa yang penting dan apa yang harus diketahui seseorang sebagai anggota budaya. Selain sekolah, peranan organisasi kemasyarakatan seperti Serikat Tolong Menolong (STM), kelompok perkumpulan, maupun tempat kita bekerja, para individu yang berbeda budaya mencoba untuk saling belajar dan memahami perbedaan-perbedaan yang terdapat pada masing-masing budayanya. Individuindividu pada kebudayaan saling bergantung dan harus menyesuaikan diri ke dalam nilai-nilai dan norma-norma kelompok mereka. Sikap yang pertama adalah dengan memelihara hubungan pada kelompok dan menyokong hubungan sosial kekeluargaan. Tujuannya yaitu mempertinggi esksistensi diri yang merupakan kepentingan kedua pada kebudayaan itu (Lubis, 2012 : 82) Seks Bebas Menurut Sarwono (dalam Miron, 2006) perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Objek seksual biasa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri. Berdasarkan defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual atau aktifitas fisik yang melibatkan tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotis atau afektif. Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan di luar ikatan pernikahan, baik suka sama suka ataupun dalam dunia prostitusi. Seks bebas bukan hanya dilakukan oleh kaum remaja, bahkan yang telah berumah tangga pun sering melakukannya dengan orang yang bukan pasangannya. Biasanya dilakukan dengan alasan mencari variasi seks ataupun sensasi seks untuk mengatasi kejenuhan. Seks bebas merupakan suatu perilaku negatif yang terjadi pada remaja. Pada dasarnya, seks bebas pada remaja terjadi tidaklah murni terjadi atas tindakan diri mereka sendiri, namun ada faktor pendukung atau faktor yang mempengaruhi dari luar. Menurut Ghifari (dalam Kauma, 2002) faktor-faktor yang menjadi penyimpangan tersebut adalah :

18 29 - Kualitas diri remaja itu sendiri, seperti perkembangan emosional yang tidak sehat, mengalami hambatan dalam pergaulan sehat, kurang mendalami norma agama, dan ketidakmampuan dalam menggunakan waktu luang. - Kualitas keluarga yang tidak mendukung anak untuk berlaku baik, bahkan tidak mendapatkan kasih sayang dari orangtua dan pergeseran norma keluarga dalam mengembangkan norma positif. - Kualitas lingkungan yang kurang sehat, seperti lingkungan masyarakat yang mengalami kesenjangan komunikasi antar tetangga. - Minimnya kualitas informasi yang masuk pada remaja sebagai akibat globalisasi, akibatnya anak remaja sangat kesulitan atau jarang mendapatkan informasi sehat dalam seksualitas. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga Kaiser (dalam Dariyono, 2004), hal-hal yang mendorong remaja melakukan hubungan seks di luar pernikahan adalah : 1. Hubungan seks sebagai bentuk penyaluran kasih sayang yang salah dalam masa pacaran. Seringkali remaja memiliki pandangan yang salah bahwa masa pacaran merupakan masa dimana seseorang boleh mencintai dan dicintai kekasihnya. Dalam hal ini, bentuk ungkapan rasa cinta dapat dinyatakan dinyatakan dengan berbagai cara, misalnya pemberian hadiah, berpelukan, berciuman, bahkan melakukan hubungan seksual. Hal inilah yang menyebabkan tindakan yang salah tersebut terjadi. 2. Kehidupan iman yang rapuh, dalam keadaan apa saja orang yang taat beragama selalu dapat menempatkan diri dan mengendalikan diri agar tidak berbuat hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama. Apabila iman seseorang rapuh, maka kemungkinan untuk melakukan hubungan seks pranikah sangat besar. 3. Faktor kematangan biologis, dengan adanya kematangan biologis seorang remaja sudah dapat melakukan fungsi reproduksi layaknya orang dewasa. Hal inilah yang membawa konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah terpengaruh oleh stimulasi yang merangsang gairah seksualnya.

19 30 Selain itu, terdapat bentuk-bentuk perilaku seks bebas (dalam yaitu : a. Kissing : saling bersentuhan antara dua bibir manusia atau pasangan yang didorong oleh hasrat seksual. b. Necking : seks yang dilakukan dengan bercumbu namun tidak sampai menempelkan alat kelamin, biasanya dilakukan dengan berpelukan, memegang payudara, atau melakukan oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama. c. Petting : seks yang dilakukan dengan bercumbu sampai menempelkan alat kelamin, yaitu dengan menggesek-gesekkan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama. d. Intercourse : melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh di luar pernikahan Remaja Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari awal anakanak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 tahun hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan, perubahan bentuk tubuh dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan tumbuhnya kumus beserta perubahan di dalam suaranya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuk sempurna. Secara fisiologis, alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula, yang ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki. Menurut WHO (dalam Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010) berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas : 1. Masa remaja awal (10-13 tahun) Pada tahapan ini, remaja mulai fokus pada pengambilan keputusan, baik dalam rumah maupun di sekolah. Remaja mulai menunjukkan cara berpikir logis, sehingga sering menanyakan kewenangan dan

20 31 standar di masyarakat maupun di sekolah. Remaja mulai menggunakan istilah-istilah sendiri. 2. Masa remaja tengah (14-16 tahun) Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak selalu bergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual dengan menggunakan pengalaman dan pemikiran yang lebih kompleks. Pada tahap ini, remaja akan menganalisis dan berpikir bagaimana cara mengembangkan identitas. 3. Masa remaja akhir (17-22 tahun) Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir, proses berpikir secara kompleks digunakan untuk memfokuskan diri pada masalah-masalah idealism, toleransi, keputusan untuk karier dan pekerjaan, serta peran orang dewasa dalam masyarakat. Pada umumnya, bahaya yang menimpa masa remaja tergolong gawat karena berakibat jangka panjang dan kontradiktif dengan tahap perkembangan sebelumnya. Bahaya psikologis pada masa remaja lebih banyak dan berakibat lebih luas daripada bahaya fisiknya. Tidak banyak anak remaja yang terpengaruh oleh bahaya fisik, tetapi banyak terpengaruh dengan bahaya psikologisnya walaupun tingkat beragam (Al-Mighwar, 2006 : 42). Terdapat beberapa karakteristik perkembangan pada masa remaja (Hurlock, 1993), yaitu : 1. Masa remaja adalah masa peralihan Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Masa ini merupakan masa dimana seseorang remaja dapat membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkannya. 2. Masa remaja adalah masa perubahan

21 32 Terdapat empat perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, perubahan peran, perubahan minat dan perubahan pola perilaku. 3. Masa remaja adalah masa yang penuh masalah Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi karena remaja belum terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. Akibatnya, terjadi penyesalan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. 4. Masa remaja adalah masa yang mencari identitas Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran dirinya di masyarakat. 5. Masa remaja adalah masa yang menimbulkan kekuatan Pandangan buruk yang diberikan orangtua kepada remaja, membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit, sehingga menimbulkan pertentangan yang membuat jarak antara orangtua dengan remaja. 6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya sendiri, baik dalam melihat dirinya sendiri maupun melihat orang lain. Mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana yang mereka harapkan. 7. Masa remaja adalah ambang dewasa Dengan berlalunya usia belasan, remaja semakin matang berkembang dan berusaha memberi kesan sebagai seseorang yang hampir dewasa. Mereka akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa 2.3. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah haisl pemikiran yang rasional dan merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 2001 : 40).

22 33 Berdasarkan kerangka teori yang telah dijabarkan di atas, kerangka pemikiran yang terbentuk adalah : Tokoh Masyarakat Akademisi Persepsi masyarakat Remaja hamil di luar nikah Psikolog Remaja Model 1. Kerangka Penelitian Peneliti

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konformitas Negatif Pada Remaja 2.1.1 Pengertian Konformitas Negatif Pada Remaja Konformitas dapat timbul ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Apabila seseorang menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju dewasa, yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis (Hurlock, 1988:261).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seksualitas merupakan topik yang sangat menarik bagi remaja. Hal tersebut dikarenakan remaja mengalami perubahan-perubahan hormonal seksual di dalam diri mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur,

Lebih terperinci

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik pembangunan ekonomi, sosial, politik dan budaya saja, tetapi juga aspek mental. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia hidup di bumi dengan berbagai macam budaya dan kepercayaan serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. 1 Perilaku Seks Sebelum Menikah Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami proses perkembangan secara bertahap, dan salah satu periode perkembangan yang harus dijalani manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Perubahan pada masa remaja mencakup perubahan fisik, kognitif, dan sosial. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini, anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap BAB I PENDAHULUIAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual yang tidak sehat khususnya dikalangan remaja cenderung meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Berdasarkan sensus penduduk terbaru yang dilaksanakan pada tahun 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perubahan fisiologis pada manusia terjadi pada masa pubertas. Masa Pubertas adalah suatu keadaan terjadinya perubahan-perubahan dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi Komunikasi Antar Budaya. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

Pengantar Ilmu Komunikasi Komunikasi Antar Budaya. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi Komunikasi Antar Budaya Fakultas 12FIKOM Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Komunikasi sebagai ilmu terapan bersinergi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi telah menciptakan dunia yang tanpa batas. Sebuah artikel dalam Institut

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi telah menciptakan dunia yang tanpa batas. Sebuah artikel dalam Institut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi sebagai dampak dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi telah menciptakan dunia yang tanpa batas. Sebuah artikel dalam Institut Media Baru Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini masalah seksualitas masih menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja tidak dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan tidak dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan dan salah satunya adalah permasalahan sosial. Masalah sosial selalu dijadikan topik pembicaraan di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern berpengaruh terhadap penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang baru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan yang akan di laluinya, dan salah satu adalah periode masa remaja. Masa remaja ini di sebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Judi Perjudian adalah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat kematangan seksual yaitu antara usia 11 sampai 13 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam mempengaruhi perilaku seksual berpacaran pada remaja. Hal ini tentu dapat dilihat bahwa hal-hal

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode SMA adalah periode dimana seseorang masih menginjak masa remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur 10 20 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai keingintahuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat penting dalam skala global. Pada tahun 2005, terdapat 1.21 miliar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi Antar Pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang orang yag terlibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki salah satu tugas perkembangan untuk mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan mengarahkan individu tersebut untuk melangsungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Pengaruh zaman yang memang tak terelakkan telah begitu kuat melanda negara-negara Barat di mana keterbukaan dan kebebasan menjadi ciri sekaligus aspirasi masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses.

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang

Lebih terperinci

BAB I. perkembangan, yaitu fase remaja. Remaja (Adolescence) di artikan sebagai masa

BAB I. perkembangan, yaitu fase remaja. Remaja (Adolescence) di artikan sebagai masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses perkembangan dan pertumbuhan sebagai manusia ada fase perkembangan, yaitu fase remaja. Remaja (Adolescence) di artikan sebagai masa perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS S k r i p s i Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat terjadi, karena

Lebih terperinci

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan. Laporan Hasil Survey Tentang Kekerasan terhadap Perempuan dan Perilaku Seksual Terhadap Siswa SMA di Klaten Laporan Hasil Survey Tentang Kekerasan terhadap Perempuan dan Perilaku Seksual Terhadap Siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau disebut makhluk bermasyarakat, selain itu manusia juga diberikan akal dan pikiran yang berkembang serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi di masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa pendidikan seks perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 I. Identitas Responden No.Responden : Jenis kelamin : Umur : Alamat rumah : Uang saku/bulan : II.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah mahluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah mahluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya melalui belajar. Dari semua aspek belajar manusia, komunikasi merupakan aspek terpenting dan paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Peneliti ingin mengambil tema tentang budaya komunikasi di organisasi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, terutama di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Menurut Faradila, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan individu untuk mencapai dewasa. Selama masa remaja ini individu mengalami proses dalam kematangan mental, emosional,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : Rita Sugiharto Putri

Lebih terperinci

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat SKRIPSI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2011 Proposal skripsi Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun sampai 18 hingga 22 tahun (Santrock, 2007, hlm. 20). Pada masa remaja, individu banyak mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari segi biologi, psikologi, sosial dan ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai dengan pertengahan abad-21, masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah seksualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan BAB I PENDAHULUAN Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan penelitian mulai dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode

Lebih terperinci

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK Oleh : Lukman Aryo Wibowo, S.Pd.I. 1 Siapa yang tidak kenal dengan televisi atau TV? Hampir semua orang kenal dengan televisi, bahkan mungkin bisa dibilang akrab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet yang dengan mudah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase hidup manusia dimana fase ini terdapat banyak perkembangan pesat baik fisik, psikologis dan sosial. Perkembangan fisik ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan kelompok umur yang memegang tongkat estafet pembangunan suatu bangsa. Untuk itu, remaja perlu mendapat perhatian. Pada masa remaja seseorang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja usia (13-21 tahun) sebagai masa ketika perubahan fisik, mental, dan sosial-ekonomi terjadi. Secara fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia remaja merupakan dunia yang penuh dengan perubahan. Berbagai aktivitas menjadi bagian dari penjelasan usianya yang terus bertambah, tentu saja karena remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi

Lebih terperinci