Bagaimana pandangan anda tentang hukum waris di Indonesia terkait dengan hak waris perempuan?
|
|
- Sri Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Nama lengkap narasumber kita kali ini adalah Sri Wiyanti Eddyono, namun di kalangan aktivis ia biasa dipanggil dengan Mbak Iyik. Perempuan yang lahir pada tanggal 21 September 1973 ini, sekarang tinggal di Melbourne Australia untuk menemani suami yang sedang studi disana. Namun, mbak Iyik juga sedang mempersiapkan diri untuk menempuh Phd di Monash University karena ia mendapatkan beasiswa yang sangat prestigius, the Australian Leadership Award (ALA). Di dalam komunitas gerakan perempuan, Mbak Iyik telah cukup lama malang-melintang di berbagai organisasi. Aktivismenya di mulai dari Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuan dan Anak (LSPPA) Yogyakarta pada tahun , Menjadi Lawyer di Urban Poor Consortium (UPC) pada tahun , LBH APIK Jakarta pada tahun , Anggota Komnas Perempuan tahun dan Peneliti dan Konsultan Gender, Hukum dan HAM di SCN Crest Jakarta tahun Perempuan yang akrab dengan dunia hukum dan perempuan ini menempuh pendidikan formalnya di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada Yogyakarta ( ) dan gelar masternya ia peroleh dari Human s Rights Program, Faculty of Law, University of Hong Kong ( ). Karya-karyanya dalam bentuk buku, artikel, dan paper penelitian yang telah diterbitkan diantaranya adalah; Perspektif gender tentang Pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya, Komnas perempuan (2006), Hak Asasi Perempuan di dalam Buku Panduan Hak Asasi Manusia, PUSHAM UII Yogyakarta, 2008, Kebijakan Negara tentang Pemberdayaan perempuan di Indonesia, WEMC (2010), Politisasi Islam di masa Transisi Democrasi, Women Empowerment in Muslim Contect (WEMC), 2010, dan Inisiatif Laki-Laki untuk menentang Poligami, paper penelitian di Women Reclaiming and Redefine Culture (2010). Riri Khariroh berhasil mewawancarainya di kantor SCN Pasar Minggu, ketika mba Iyik pulang beberapa hari ke Indonesia. Berikut adalah sajian hasil wawancara untuk para pembaca setia Swara Rahima. Bagaimana pandangan anda tentang hukum waris di Indonesia terkait dengan hak waris perempuan? Di lihat secara hukum, posisi perempuan dalam hukum waris di Indonesia memang bisa dikatakan beragam, tergantung situasinya. Namun, sejak Indonesia melakukan ratifikasi konvensi segala bentuk penghapusan terhadap perempuan pada tahun 1984, bisa dikatakan bahwa sistem hukum di Indonesia untuk perempuan kondisinya relatif baik, jika perempuan tahu akan hak-haknya. Sejak dulu Indonesia menganut sistem hukum plural yang bersumber dari adat, agama, dan warisan Belanda. Terkait dengan hukum waris ini ada dua hukum yang dianut, yaitu hukum perdata berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau biasaya disebut sebagai BW dan hukum perdata Islam. Sebelum tahun 2006, perempuan dan masyarakat bisa memilih, kalau ada sengketa waris, dia mau pakai hukum perdata umum atau mau pakai hukum perdata Islam, tergantung kesepakatan. Jika mau pakai hukum perdata 1 / 5
2 umum maka sengketanya di bawa ke peradilan umum. Di hadapan peradilan umum maka perempuan punya hak waris yang sama dengan laki-laki. Namun, sejak tahun 2006, bagi mereka yang beragama Islam maka dia harus mengikuti hukum perdata Islam, dan yang non-muslim maka harus memakai hukum perdata umum. Jadi sebenarnya, posisi laki-laki dan perempuan terkait dengan hukum waris bisa berbeda-beda tergantung situasinya? Iya betul. Di peradilan umum karena berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum perdata dan prinsip konvensi segala bentuk penghapusan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan, maka hukum waris antara laki-laki dan perempuan adalah sama. Namun, praktik pembagian waris memang berbeda-beda di dalam masyarakat. Saya menemukan beberapa kasus di mana perempuan, dalam konteks hukum adat seringkali berada di posisi yang lemah. Misalnya hukum adat di tanah Batak yang mayoritasnya bukan penganut Islam, bahwa harta waris dari orang tua jatuh pada laki-laki, dan perempuan sama sekali tidak mendapatkan apa-apa.tetapi perempuan (jika tahu haknya) di sana bisa menggunakan hukum perdata dan menggugat ke pengadilan bahwa dia punya hak terhadap harta waris orang tuanya. Untuk yang beragama Islam, sebetulnya ada beberapa peluang, dan dalam prakteknya tidak selalu menggunakan hukum waris Islam, tetapi bisa juga dengan wasiat, hibah dan lain-lain. Ini adalah cara-cara yang bisa digunakan untuk menjaga keharmonisan dan keadilan dalam keluarga. Dan prinsipnya harta waris seharusnya tidak menjadi masalah, kalau semuanya sadar bahwa sebelum orang tua meninggal maka segera dibagikan sebelum ada konflik, tapi seringkali sungkan, akhirnya di tunda-tunda yang menyebabkan konflik dalam keluarga. Nah, ketika konflik terjadi, maka orang akan mengggunakan hukum yang menguntungkan dia. Bagi laki-laki dia punya banyak kepentingan dan dia menggunakan hukum Islam 2:1 dan memaksakannya kepada yang lain. Bagaimana Kompilasi Hukum Islam (KHI) berbicara tentang waris? Dalam Kompilasi Hukum Islam menganut pembagian waris 2:1. Tapi dalam hukum perdata yang sudah diperbaharui dan juga dalam undang-undang perkawinan, meskipun tidak bicara waris tetapi dinyatakan disitu bahwa hak yang sama antara laki-laki dan perempuan, jadi perempuan bisa menggugat untuk mendapatkan waris yang sama. Ternyata memang pada tahun 2006 ada revisi untuk peradilan agama. Disini peradilan agama menekankan bahwa segala sengketa waris kalau orang Islam harus masuk ke peradilan agama. Karena itu maka berlakulah Kompilasai Hukum Islam dan tidak dimungkinkan lagi orang Islam masuk ke pengadilan umum. Menurut saya, disinilah titik dilematisnya. Kita sebenarnya kecolongan dengan diterbitkannya Undang-undang No. 3 tahun 2006 tentang perubahan peradilan agama. Bagaimana praktiknya di Peradilan Agama terkait hukum waris perempuan? Menurut saya ini dilema, meskipun sekarang ada beragama penafsiran di kalangan akademis soal keadilan, artinya bahwa dua banding satu itu relatif dan tidak harus di maknai seperti itu, tetapi kalau sudah tertera di dalam Kompilasi Hukum Islam, maka hakim-hakim peradilan agama rujukannya adalah KHI. Meskipun, baru-baru ini ada sebuah penelitian yang mengatakan bahwa beberapa kasus di pengadilan agama memutuskan pembagian waris sama antara laki-laki dan perempuan. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa dalam konteks waris, KHI masih melemahkan perempuan, jika terjadi konflik, maka larinya selalu 2:1. 2 / 5
3 Dalam penelitian yang anda lakukan, apakah kasus-kasus gugatan terkait warisan cukup tinggi? Sebetulnya tidak cukup tinggi, dan saya kira hanya sedikit yang masuk ke pengadilan agama. Masyarakat biasanya lebih memilih jalur kekeluargaan. Namun, kalau hukum Islam yang dipakai rujukan, maka biasanya yang menentukkan adalah laki-laki, dan memakai formula 2:1. Menariknya, penelitian yang dilakukan SCN di Lombok dan Sumatera Barat, 2 daerah yang merupakan basis Islam, ternyata praktik-praktik hukum waris itu berbeda di dalam dua komunitas Islam ini. Bisa dijelaskan lebih lanjut terkait penelitian tersebut? Di Sumatera Barat dari beberapa narasumber yang kita dapat, di temukan bahwa kalau terjadi konflik, masyarakat pergi ke labai (tokoh agama). Para labai disana menganggap harta warisnya bertingkat, ada waris harta tinggi dan harta rendah. Harta tinggi adalah harta komunitas yang memang larinya ke perempuan. Kalau waris dari orang tua, mereka biasa membagi sama rata antara laki-laki dan perempuan. Bahkan seringkali yang perempuan diberikan lebih daripada laki-laki, itu fakta di Sumatera Barat yang komunitasnya Islam. Tapi memang mereka menggunakan garis keturunan Ibu. Sedangkan di Lombok menggunakan garis keturunan ayah. Islam disana sangat kuat dengan adanya para tuan guru, tetapi dalam hal waris perempuan sama sekali tidak mendapatkan apa-apa. Jadi, aturan 2:1 yang ada di dalam Kompilasi Hukum Islam masih lebih baik daripada praktik pembagian waris di dalam tradisi masyarakat Lombok, dimana perempuan tidak mendapatkan apa-apa. Bukankah praktik tidak memberikan hak waris sama sekali ke perempuan bertentangan dengan hukum Islam? Menurut saya, hal tersebut terjadi karena penafsiran mereka terhadap agama. Jadi ada berbagai penafsiran tentang ajaran Islam di Lombok, termasuk pandangan yang membolehkan kawin lebih dari 4, ada yang bisa 8, 6 dan sebagainya. Itu terjadi di sana. Dari studi literatur yang saya lakukan juga ditemukan bahwa ketika suami meninggal, maka hilanglah semua harta yang dimiliki perempuan. Ada satu narasumber kita yang di Lombok mengakui hal ini; ketika suaminya meninggal maka hilanglah seluruh hartanya. Nah, saya ingin katakan bahwa praktik Hukum Islam sangat tergantung dari sistem sosial yang ada di dalam sebuah masyarakat. Di Jawa yang menggunakan sistem parental, dimana Islamnya bercampur dengan adat Jawa, kebanyakan membagi harta waris antara laki-laki dan perempuan sama. Meskipun demikian, tidak bisa disamaratakan, praktik hukum waris Islam sangat tergantung dengan kondisi sosial sebuah masyarakat. Disamping hukum waris, sebenarnya masyarakat banyak yang memakai sistem hibah, bagaimana pendapat anda? Menurut saya, fenomena pembagian harta warisan ini memang cukup menarik. Masyarakat tidak mau menyalahi hukum Islam, tetapi kalau itu diterapkan secara saklek 2:1, mereka 3 / 5
4 khawatir tidak berbuat adil terhadap anak-anaknya. Maka, jalan keluarnya menggunakan hibah dan wasiat. Artinya dalam masyarakat yang pengetahuannya sudah memadai, maka kesadaran mereka menjadi lebih baik dan berusaha berbuat adil bagi laki-laki dan perempuan. Bagaimana pandangan anda tentang gono-gini (harta bersama)? Harta gono-gini diakui oleh Kompilasi Hukum Islam. Ini adalah sisi baiknya dari KHI yang memasukkan adat dan tradisi. Gono-gini tidak ada di dalam kitab Fiqh, karena ini adalah budaya yang dikekalkan menjadi Islam. Gono-gini adalah hasil ijtihad ulama Indonesia. Dan ini yang sering dikritik oleh kelompok fundamentalis yang tidak setuju dengan KHI, karena dianggap tidak murni ajaran Islam. Namun, banyak orang yang tidak paham bahwa kalau suami meninggal, maka hartanya dibagi dua dulu, baru harta suami inilah yang dibagi kepada ahli warisnya. Orang tahunya suami meninggal isteri dapat sepertiga, dan tidak dibagi dua dulu, sebagai harta gono-gini. Dalam KHI pun harta harus di bagi dua dulu. Harta bersama dulu, baru harta wasiat, dan harta warisan. Jadi harus jelas, ini hak saya, ini hak suami dibagi dua. Misalnya saya punya dua rumah, rumah 1 dan rumah 2, rumah yang 1 milik isteri, rumah yang 2 milik suami dan ini yang bisa dibagi. Kalau seperti itu, apakah perempuan menjadi lebih diuntungkan? Bisa jadi seperti itu. Namun, dalam konteks hukum waris Islam, isteri mendapat sepertiga dan yang menjadi masalah kalau ada anak laki-laki dan perempuan, maka anak perempuan mendapat lebih sedikit daripada anak laki-laki. Tapi sebetulnya isteri mendapat hak di dalam KHI. Makanya saya katakan ada baik dan tidak baiknya Kompilasi Hukum Islam kita. Sebetulnya KHI masih harus di pertahankan dalam konteks hak isteri. Karena hak isteri dia punya hak waris, dia mengakui harta bersama, jadi harta waris di bagi dua dulu, separuh untuk laki-laki dan separuh itulah yang bisa di dibagi, dan di dalam separuh itu isteri punya hak lagi. Pada sisi anak-anaklah masalahnya, kalau ada anak laki-laki dan perempuan, anak laki-laki mendapatkan lebih banyak bila dibandingkan anak perempuan. Ini seringkali tidak adil, sebab biasanya perempuan kontribusinya lebih besar karena melayani bapak-ibunya. Bagaimana sebaiknya mensiasati dilematisnya hukum waris Islam ini? Menurut saya, cara mensiasatinya adalah dengan hibah dan wasiat. Hibah itu ada dua macam yaitu hibah secara terbuka, artinya hibah yang mana keluarganya tahu bahwa dia dapat ini, dan hibah secara tertutup, artinya orangtuanya mencatatkan harta hibah ke notaris untuk anaknya tetapi belum tentu yang lain tahu, dan ini sah. Begitupun dengan wasiat, ia tidak diberitahukan kepada ahli warisnya tetapi mencatatkan ke notaris atau ke seorang tokoh/ulama. Hal semacam ini memungkinkan dalam hukum Islam. Namun, wasiat totalnya tidak boleh lebih dari sepertiga dari jumlah harta waris, agar tidak menimbulkan masalah dengan ahli waris lainnya, karena sebetulnya dalam konteks hukum waris yang menjadi penting adalah kebersamaan. Dapatkah anda memberi gambaran tentang putusan-putusan pengadilan soal hak waris selama ini? Saya tidak bisa gambarkah secara pasti, tetapi waris itu hanya 0, 5 % dari gugatan yang masuk ke Mahkamah Agung. Oleh karena itu tidak banyak yang meneliti juga, ada satu yang 4 / 5
5 meneliti tentang praktik waris namanya Pak Retno Lukito dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tetapi tidak sampai ke praktik peradilan agamanya. Tetapi bagaimana penafsiran hukum waris yang berkeadilan di dalam Islam, itulah saya kira yang perlu dikedepankan. SCN-Crest kemarin berencana melakukan kajian tentang putusan-putusan pengadilan dan waris, dan sampai saat ini belum selesai dilakukan, masih dalam proses. Tetapi, asumsi saya bahwa tidak banyak masyarakat yang tahu tentang bagaimana sistem pembagian waris, dan kedua, sistem pembagian waris kalau dilihat dari hukum di Indonesia memang berbeda-beda. Ada yang berdasarkan hukum nasional, tetapi ada yang berdasarkan hukum Islam. Tapi sekarang dengan adanya undang-undang perubahan peradilan agama tahun 2006, semua perempuan Muslimah tidak bisa lagi membawah kasusnya ke peradilan umum. Sepengetahuan anda, bagaimana praktik pembagian waris buat perempuan di negara lain? Saya kira Indonesia ini cukup unik, sebab negara-negara lain seperti Malaysia dan Mesir tidak ada yang mengenal istilah harta bersama (gono-gini). Bisa dibilang, Indonesia cukup progresif kecuali poligaminya ya. Saya menilai berdasarkan hukumnya iya, tetapi bagaiman praktiknya di lapangan memang sangat tergantung dari sistem sosial yang ada di masyarakat. Di Indonesia harus di akui bahwa Islam itu plural meskipun sekarang diarahkan ke satu Islam yang monolitik tetapi di dalam masyarakat masih sangat plural. Praktek hukum waris pun di persepsikan berbeda, tergantung dengan sistem masyarakatnya, seperti yang saya jelaskan terkait penelitian SCN di Lombok dan Sumatera Barat. Ini menarik, masyarakat Minangkabau mengakui Islam kami berdasarkan pada syariat dan syariat kami berdasarkan kitabullah. Tapi beberapa labai (tkoh agama) yang kami temui di Minangkau beranggapan bahwa yang benar adalah harus dibagi sama laki-laki dan perempuan, kalau itu pencarian Mak dan Bapaknya. Ini berbeda dengan di Lombok, sebagian masyarakatnya beranggapan kalau seorang suami meninggal, maka harta bukan milik isterinya tetapi menjadi milik harta keluarga suaminya. Bisakah anda memberikan statement akhir dari pembicaraan kita ini? Iya. Saya ingin menegaskan bahwa praktek Islam bisa berbeda-beda tergantung bagaimana sistem sosialnya. Ini menunjukkan bahwa memang budaya dan adat dan agama masih saling berhubungan. Masyarakat Minangkabau berbeda dengan masyarakat Lombok dan juga masyarakat parental Jawa. Untuk konteks hukum waris Islam, yang perlu dilakukan adalah menggandeng para hakim agar dalam membuat sebuah keputusan, selalu mempertimbangkan rasa keadilan bagi laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini, kita juga perlu menggandeng para ulama, sebab realitasnya merekalah yang menjadi tempat bertanya oleh masyarakat terkait dengan persoalan keagamaan. Bagaimana para ulama ini juga paham tentang hukum faraid, dan juga spirit yang terkandung dari ajaran Islam tentang hak waris perempuan ini. (Riri Khariroh) 5 / 5
BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa pewarisan adalah perihal klasik dan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia. Apabila ada seseorang meninggal dunia, maka pada saat itulah
Lebih terperinciHUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA
HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA Dalam peradilan atau dalam hukum Indonesia juga terdapat hukum waris adat. Selama ini, khususnya sebelum munculnya UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama memang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat
Lebih terperincib. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan
BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum. Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban kepada para pihak yang mengikatkan diri pada suatu perkawinan. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap harta yang ditinggalkan oleh seseorang baik yang bersifat harta benda bergerak maupun harta benda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1. Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus keluarga. Anak juga merupakan aset bangsa yang sangat berharga; sumber daya manusia yang berperan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu, dalam perkawinan akan terbentuk suatu keluarga yang diharapkan akan tetap bertahan hingga
Lebih terperinciOleh RIAN PRIMA AKHDIAWAN
PENGATURAN WAJIBAH TERHADAP AHLI WARIS MURTAD DALAM PEMBAGIAN HARTA KELUARGA (ANALISIS PUTUSAN No. 368/K/AG/1995). TESIS Oleh RIAN PRIMA AKHDIAWAN 1420123032 Pembimbing: 1. Dr. Dahlil Marjon, S.H., M.H
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS
56 BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS A. Analisis Terhadap Sebab-sebab Janda Tidak Mendapat Waris Sebagaimana hasil wawancara dengan warga desa Kemiren, bahwa Janda dalam suku
Lebih terperinciTanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at "Satu Banding Satu"?
Pertanyaan: Saya, Raditya (36 tahun), ingin menanyakan tentang sebuah masalah cukup pelik dalam keluarga kami. Ayah saya sakit-sakitan dan berniat membuat surat waris bagi anak-anaknya. Kami bersaudara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang merupakan ketentuan yang mengatur pelaksanaan perkawinan yang ada di Indonesia telah memberikan landasan
Lebih terperinciBAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis implementasi Hukum Islam terhadap ahli waris non-muslim dalam putusan hakim di Pengadilan Agama
Lebih terperinciASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D
ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D 101 09 512 ABSTRAK Penelitian ini berjudul aspek yuridis harta bersama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
Lebih terperinciTanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya
Pemahaman Progresif tentang Hak Perempuan atas Waris, Kepemilikan Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Beberapa Istilah Penting terkait dengan Hak Perempuan atas Waris dan Kepemilikan Tanah: Ahli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang di dalamnya terdapat beraneka ragam kebudayaan yang berbeda-beda tiap daerahnya. Sistem pewarisan yang dipakai di Indonesia juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara beraneka ragam adat dan budaya. Daerah yang satu dengan daerah yang lainnya memiliki adat dan budaya yang berbeda-beda. Demikian juga
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
1 2 TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penelitian di Pengadilan Agama Kota Gorontalo) Nurul Afry Djakaria
Lebih terperinciArticle Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :
Article Review Judul Artikel : Perubahan Sosial dan Kaitannya Dengan Pembagian Harta Warisan Dalam Perspektif Hukum Islam Penulis Artikel : Zulham Wahyudani Reviewer : Anna Rizki Penerbit : Jurnal Ilmiah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 0012/Pdt.G/2015/PTA.Pdg adalah sebagai berikut:
1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Beberapa faktor penyebab sengketa pengasuhan anak dalam perkara Nomor 0012/Pdt.G/2015/PTA.Pdg adalah sebagai berikut: - Penggugat dan Tergugat sama-sama merasa berhak mengasuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian dari segala tumpuan dan harapan kedua orang tua (ayah dan ibu) sebagai penerus hidup. Mempunyai anak merupakan tujuan dari ikatan perkawinan
Lebih terperinciMahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peradilan Agama merupakan salah satu badan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan kehakiman dalam lingkup khusus. 1 Kekhususan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin
BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah, pengatur alam semesta, seluruh isi langit dan bumi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala puji bagi Allah, pengatur alam semesta, seluruh isi langit dan bumi. Dialah Yang Maha Kekal, tidak akan rusak dan tidak akan mati. Islam adalah agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satunya hukum waris yang terdapat di Indonesia ini masih bersifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penganut agama di dunia mengatur tentang pembagian waris, salah satunya hukum waris yang terdapat di Indonesia ini masih bersifat pluralistis 1, karena saat ini
Lebih terperinciANALISIS AKTA PEMBAGIAN WARISAN YANG DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS MENURUT HUKUM ISLAM
ANALISIS AKTA PEMBAGIAN WARISAN YANG DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS MENURUT HUKUM ISLAM Rosita Ruhani E-mail : rositaruhani@gmail.com Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sebelas Maret Surakarta Mohammad
Lebih terperinciBAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Setelah peneliti melakukan kajian terhadap pelaksanaan hukum waris
BAB VI PENUTUP Setelah peneliti melakukan kajian terhadap pelaksanaan hukum waris pada masyarakat Karo Muslim di Kabupaten Karo dan menganalisis beragam data yang ditemukan dilapangan, peneliti selanjutnya
Lebih terperinciialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya ialah
2 suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dasar pertimbangannya ialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya
Lebih terperinci2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan
No.1084, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Mengadili Perkara Perempuan. Pedoman. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN MENGADILI PERKARA PEREMPUAN BERHADAPAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada umumnya tidak lepas dari kebutuhan baik jasmani maupun rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah SWT untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang penduduknya memiliki aneka ragam adat kebudayaan. Mayoritas masyarakat Indonesia yang bertempat tinggal di pedesaan masih berpegang teguh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling menarik satu sama lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Proses perjalanan kehidupan manusia yang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada lingkungannya, menimbulkan hak dan kewajiban serta hubungan antara keluarga,
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi Hukum Islam Dan Alasan Munculnya Bagian Sepertiga Bagi Ayah Dalam KHI Pasal 177 Hukum waris Islam merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai seorang suami
Lebih terperinciBAB IV WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF. dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara
BAB IV WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF Hukum positif adalah "kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis dan tidak tertulis yang pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 perkawinan adalah ikatan
BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 perkawinan adalah ikatan lahir dan bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kewarisan itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa meninggal dunia di dalam kehidupannya.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Pengadilan Agama Malang yang Penggugat dan Tergugat sama-sama
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Perkara No 0733/Pdt.G/20013/PA.Mlg adalah perkara tentang pembagian harta gono gini yang diajukan penggugat yaitu mantan istri atau kuasa hukumnya kepada Pengadilan Agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan untuk berpasang-pasangan, manusia pun tak bisa hidup tanpa manusia lainnya. Seperti yang telah dikemukakan oleh Aristoteles, seorang filsuf
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga
BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga Masyarakat di Indonesia telah menganut tiga hukum mengenai hibah, yaitu Hukum Adat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum adat maupun hukum Islam. Dalam hukum adat, harta bersama. masing-masing pihak baik suami maupun istri adalah merupakan harta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Harta bersama memiliki pengertian yang beragam, baik di dalam hukum adat maupun hukum Islam. Dalam hukum adat, harta bersama diartikan sebagai harta kekayaan yang diperoleh
Lebih terperinciCara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam
Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam Muhammad Ilyas Program Studi Pendidikan Islam, Fakultas Pascasarjana, Universitas Ibnu Khaldun ABSTRAK Tulisan ini mengkaji
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Universitas Indonesia
104 BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan 1. Pada dasarnya menurut Hukum Islam, harta suami isteri terpisah. Masingmasing memiliki hak untuk membelanjakan atau menggunakan hartanya dengan sepenuhnya tanpa boleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1 Hatinya yang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Anak dalam agama Islam, merupakan amanah sekaligus karunia Allah SWT, bahkan anak dianggap sebagai harta kekayaan, oleh karena itu anak harus dijaga dan dilindungi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengabulkan sebagian permohonan uji materi terhadap Pasal 2 ayat (2) dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian terhadap hukum perkawinan akhir-akhir ini menjadi menarik kembali untuk didiskusikan. Hal ini terjadi setelah Mahkamah Konsitusi mengabulkan sebagian permohonan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya
BAB I PENDAHULUAN Saat ini di Indonesia masih terdapat sistem hukum waris yang beraneka ragam, yaitu sistem hukum waris Adat, hukum waris Islam, dan hukum waris Barat (KUHPerdata). Sistem hukum waris Adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN
BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN A. Sekilas Tentang Bapak Kasun Sebagai Anak Angkat Bapak Tasral Tasral dan istrinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan, termasuk salah satu aspek yang diatur secara jelas dalam Al-Qur an dan Sunnah Rasul. Hal ini membuktikan bahwa masalah kewarisan cukup penting
Lebih terperinciBAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN
BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN 1. Akibat Hukum Terhadap Kedudukan, Hak dan Kewajiban Anak dalam Perkawinan yang Dibatalkan a. Kedudukan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat pada saat sekarang ini, masalah dalam kehidupan sosial sudah semakin kompleks dan berkepanjangan, dimana terdapat beberapa aspek yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan hukum yang mengandung hak-hak dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang manusia selaku anggota masyarakat, selama hidup mempunyai tempat dalam kehidupan bermasyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan hukum yang mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum kewarisan sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Bahwa setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa yang sangat penting dalam hidupnya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN A. Pengertian Hukum Waris Pengertian secara umum tentang Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna. Salah satu buktinya bahwa manusia diberikan cipta, rasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan
1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan adalah ikatan yang suci antara pria dan wanita dalam suatu rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harta Bersama dan Perceraian 1. Harta Bersama Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami atau isteri mempunyai harta yang dibawa dan diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah untuk dapat membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan hubungan cinta, kasih sayang dan kesenangan. Sarana bagi terciptanya kerukunan dan kebahagiaan. Tujuan ikatan perkawinan adalah untuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.
BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.Gs) A. Analisis Tentang Dasar Hukum Hakim Tidak Menerima Gugatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perkawinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1. Latar Belakang Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya merupakan suatu kebulatan berdasarkan atas kesatuan alam pikiran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah
1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah hidupnya karena keturunan dan perkembangbiakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum. Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban kepada para pihak yang mengikatkan diri pada suatu perkawinan. Hak dan kewajiban
Lebih terperinciHAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM
Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Kanun Jurnal Ilmu Hukum Susiana No. 55, Th. XIII (Desember, 2011), pp. 139-148. HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG
Lebih terperinciREVISI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN
REVISI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN Oleh: HERU SUSETYO Dosen Fakultas Hukum UIEU heru.susetyo@indonusa.ac.id ABSTRAK Undang Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 lahir antara lain dari perjuangan panjang kaum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang antara kedua belah pihak suami dan istri, akan senantiasa diharapkan berjalan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak
AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN Oleh *) Abstrak Perkawinan merupakan suatu kejadian yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Ikatan perkawinan ini, menimbulkan akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waris adalah perpindahan harta milik atau perpindahan pusaka.sehingga secara istilah ilmu waris adalah ilmu yang mempelajari tentang perpindahan harta pusaka
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 101/PUU-XV/2017 Peralihan Hak Milik atas Tanah
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 101/PUU-XV/2017 Peralihan Hak Milik atas Tanah I. PEMOHON Oltje JK Pesik Kuasa Hukum Dr. Youngky Fernando, S.H.,M.H. berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 11 Desember
Lebih terperinciBAB III ANALISA TERHADAP AHLI WARIS PENGGANTI (PLAATSVERVULLING) PASAL 841 KUH PERDATA DENGAN 185 KHI
BAB III ANALISA TERHADAP AHLI WARIS PENGGANTI (PLAATSVERVULLING) PASAL 841 KUH PERDATA DENGAN 185 KHI A. Kedudukan Ahli Waris Pengganti (Plaatsvervulling) Pasal 841 KUH Perdata Dengan Pasal 185 KHI Hukum
Lebih terperincimelakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada hamba- Nya melalui hasil pernikahan guna meneruskan kehidupan selanjutnya. Secara umum anak adalah seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup bermasyarakat, karena sebagai individu, manusia tidak dapat menjalani kehidupannya sendiri untuk mencapai
Lebih terperinciBAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Wasiat Kepada Non Muslim Perspektif Hukum Islam. 1. Syarat-syarat Mushii a. Mukallaf (baligh dan berakal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan Pengadilan Agama berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006, merupakan salah satu badan
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG KEWARISAN ANAK ANGKAT PADA MASYARAKAT MUSLIM KOTA MEDAN
74 BAB IV IMPLEMENTASI KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG KEWARISAN ANAK ANGKAT PADA MASYARAKAT MUSLIM KOTA MEDAN A. Kedudukan Anak Angkat Terhadap Harta Warisan Orang Tua Angkat Pada Masyarakat Muslim Kota
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM
TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM Oleh : Abdul Hariss ABSTRAK Keturunan atau Seorang anak yang masih di bawah umur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai kaidah atau norma sosial yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan pencerminan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pasal 1917 BW dijelaskan bahwa pada dasarnya suatu putusan itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pasal 1917 BW dijelaskan bahwa pada dasarnya suatu putusan itu hanyalah mengikat para pihak yang berperkara dan tidak mengikat pihak ketiga. Akan tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak ditentukan bahwa :
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sebuah anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada umatnya melalui sebuah hubungan pernikahan. Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang
Lebih terperinciBAB V PARA AHLI WARIS
BAB V PARA AHLI WARIS Para waris adalah semua orang yang (akan) menerima Penerasan atau pembagian warisan, baik ia sebagai ahli waris atau bukan ahli waris, tetapi mendapat warisan 1. Anak Kandung - Anak
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh seorang pria dengan seorang wanita, yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hukum waris di Indonesia, selama ini diwarnai oleh tiga sistem hukum waris. Ketiga sistem hukum waris itu adalah, sistem Hukum Barat, sistem Hukum
Lebih terperinciDAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA
DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA TERHADAP KASUS ANAK YANG MENGHALANGI AYAH MEMBERIKAN NAFKAH KEPADA ISTRI SIRRI
BAB IV ANALISA TERHADAP KASUS ANAK YANG MENGHALANGI AYAH MEMBERIKAN NAFKAH KEPADA ISTRI SIRRI A. Ketentuan Nafkah dalam KHI dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Sebagai konsekuensi dari sebuah ikatan perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah salah satu mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna, manusia sendiri diciptakan berpasang-pasangan. Setiap manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan,
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. 1. Kedudukan perempuan dalam penyelesaian sengketa waris masyarakat adat
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kedudukan perempuan dalam penyelesaian sengketa waris masyarakat adat Batak Toba berdasarkan putusan hakim adalah sama secara umum, artinya perempuan telah menjadi ahli
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA
BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA A. Pengertian Harta Bersama 1. Pengertian Harta Bersama Menurut Hukum Islam Dalam kitab-kitab fiqih tradisional, harta bersama diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Anak merupakan amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Anak merupakan amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, memiliki harkat, martabat serta hak-hak sebagai manusia yang harus dihormati. Anak merupakan tunas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahkluk hidup pasti akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat hukum yang berkaitan dengan pengurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah barang tentu perikatan tersebut mengakibatkan timbulnya hakhak
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu perjanjian perikatan antara suamiistri, sudah barang tentu perikatan tersebut mengakibatkan timbulnya hakhak dan kewajiban-kewajiban
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Pembagian Waris Pada Masyarakat Suku Bugis di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur
BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Pembagian Waris Pada Masyarakat Suku Bugis di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur Setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa yang sangat penting
Lebih terperinciIMPLEMENTASI HUKUM WARIS ISLAM DAN HINDU DI KECAMATAN KREMBUNG SIDOARJO Oleh : Zakiyatul Ulya (F )
IMPLEMENTASI HUKUM WARIS ISLAM DAN HINDU DI KECAMATAN KREMBUNG SIDOARJO Oleh : Zakiyatul Ulya (F1.2.2.12.161) I Baik hukum Islam maupun hukum Hindu telah mengatur secara rinci berbagai persoalan mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 1 Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia,
Lebih terperinci