BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka Ada beberapa penelitian terkait dengan Sistem Noken yang dikaji oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penulis menggunakan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebagai referensi. Terdapat tiga sampel penelitian sebagai referensi yang dapat digunakan yaitu: Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Methodius Kossay (2014) dalam jurnal yang berjudul Pemilu Sistem Noken Dalam Demokrasi Indonesia: Studi Kasus Di Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sistem Noken yang tidak demokratis, bila disimak dari sistem Noken yang tidak sesuai dengan asas-asas pemilihan umum, sistem ini belum memiliki payung hukum yang jelas dalam peraturan perundangan penyelenggaraan pemilu. Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan sistem Noken dapat dilaksanakan asalkan pemerintah dapat melegalkan sistem Noken terutama dalam suatu rancangan Undang-Undang. Kedua, Titus Pekei (2011) dalam buku yang berjudul Cermin Noken Papua: Perspektif Kearifan Mata Budaya Papuani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan arti pentingnya Noken, untuk mengetahui fungsi dalam kehidupan masyarakat Papua, serta membangun pemahaman dan pandangan mengenai masa depan budaya Noken sebagai salah satu warisan budaya yang tak terbendakan pemahaman terhadap transmisi Noken, nominasi Noken, dan perlindungan Noken.

2 9 Ketiga, Penelitian Dennys Sastika (2013) dalam penelitian yang berjudul Sistem Noken Dalam Pemilukada Provinsi Papua: Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PHPU.D-XI/2013 Mengenai Persilisihan Hasil Pemilukada Provinsi Papua Tahun Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui substansi putusan Mahkamah Konstitusi tentang penggunaan sistem noken dalam putusan nomor 14/PHPU.D-XI/2013 tentang persilisihan hasil pemilukada. Selain itu juga, penulis ingin mengetahui penggunaan sistem Noken dalam putusan Mahkamah Konstitusi nomor 14/PHPU.D-XI/2013 sesuai dengan ketentuan pasal 18D UUD Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan sistem Noken dalam pemilukada Provinsi Papua sah, hal ini dikarenakan cara seperti itulah yang digunakan dalam pemilihan sebelumnya. Selain itu Mahkamah Konstitusi juga menyetujui pemilihan menggunakan sistem Noken, dengan alasan Mahkamah Konstitusi menghargai dan memahami nilai budaya yang hidup dilingkungan masyarakat Papua yang khas dalam penyelenggaraan pemilu. Dari ketiga penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terlihat jelas bahwa penelitian mengenai Peran Kepala Suku Dalam Sistem Noken Pada Pemilukada di Distrik Kamu Kabupaten Dogiyai Provinsi Papua Tahun 2013 belum pernah dilakukan. Namun terdapat sedikit kesamaan antara ketiga penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamaan penelitian oleh Titus Pekei yaitu sama-sama membahas Noken hanya saja perbedaannya terletak pada nilai-nilai

3 10 Noken, manfaat Noken dalam masyarakat hukum adat. Perbedaannya terletak pada substansi materi dan masalah. Methodius Kossy dan Dennys Sastika yaitu sama-sama membahas Sistem Noken dalam Pemilukada hanya perbedaannya terletak pada fokus penelitian yang dilakukan Dennys Sastika adalah substansi putusan Mahkamah Konstitusi dalam putusan nomor 14/PHPU.D-XI/2013. Fokus penelitian yang dilakukan oleh Methodius Kossay adalah apakah penerapan dan pertimbangan yuridis terhadap pemilu sistem Noken dalam demokrasi di Indonesia. Sedangkan fokus penelitian yang akan penulis teliti adalah bagaimana peran kepala suku dalam sistem Noken pada pemilukada di Distrik Kamu Kabupaten Dogiyai Provinsi Papua tahun Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan beberapa konsep yang digunakan. Oleh karena itu, perlu pemahaman terhadap konsep yang akan dikaji dalam penelitian ini. Konsep dalam penelitian ini tentu memiliki banyak pengertian yang berbeda-beda dari para ahli, oleh karena itu peneliti hanya akan memaparkan penjelasan dari konsep yang memiliki poin terkait konsep dalam penelitian ini. Adapun konsep yang terdapat dalam penelitian ini yakni: demokrasi, pemilihan umum kepala daerah, sistem noken, dan kepala suku

4 Demokrasi Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah. Salah satu pilar demokrasi adalah trias politica yaitu Eksekutif, Yudikatif, dan legislatif. Kedaulatan rakyat yang dimaksud bukan hanya dalam arti kedaulatan memilih Presiden, Gubernur, Bupati secara langsung melainkan dalam arti yang luas. Pada pasal 18b ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang. Pemilihan menggunakan sistem Noken yang diterapkan di wilayah Pegunungan Tengah Papua merupakan bentuk demokrasi masyarakat adat dan dilaksanakan sesuai dengan hukum adat setempat. Selain itu penerapan sistem Noken sudah diakui oleh Mahkamah Konstitusi. Dimana, Mahkamah Konstitusi menghargai nilai budaya yang hidup dikalangan masyarakat dan menerima pemilihan dengan cara kolektif yaitu kesepakatan warga atau aklamasi. Secara etimologis demokrasi berasal dari bahasa yunani, yaitu demos artinya rakyat dan kratos artinya kekuasaan. Dengan dipadukannya kedua kata maka melahirkan pengertian rakyat berkuasa, pemerintahan dari rakyat. Menurut Abraham Lincoln (mantan presiden Amerika Serikat ke-14) demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dari penjelasan diatas bahwa kekuasaan tertinggi di pegang oleh rakyat maka demokrasi dapat dibedakan sebagai berikut:

5 12 1. Berdasarkan penyaluran rakyat, demokrasi dibedakan sebagai berikut: a. Demokrasi Langsung Demokrasi langsung merupakan bentuk demokrasi dimana seluruh masyarakat diikutsertakan secara langsung dalam memberikan pilihannya dan proses pengambilan keputusan untuk menjalankan kebijakan pemerintahan. b. Demokrasi Perwakilan Demokrasi ini dijalankan oleh rakyat dengan cara menunjuk wakilwakilnya melalui pemilu maupun pemilukada 2. Berdasarkan prinsip ideologi, demokrasi dibedakan sebagai berikut: a. Demokrasi Rakyat Demokrasi rakyat, manusia dibebaskan dari keterikatan pada kepemilikan pribadi tanpa adanya paksaan. Demokrasi ini menghendaki kehidupan yang tidak mengenal kelas-kelas sosial. b. Demokrasi Konstitusional Demokrasi konstitusional menjunjung hak manusia setinggi-tingginya, diatas kepentingan umum dan didasarkan pada kebebasan. Dalam sistem ini campur tangan pemerintah tidak terlalu banyak dalam kehidupan masyarakat. Menurut Sri-Edi Swasono, demokrasi adalah daulat rakyat, bukan daulat tuanku, bukan pula daulat pasar. Artinya adalah demokrasi politik menuntut partisipasi politik dan emansipasi politik seluruh rakyat. Diambil dari ( demokrasi daulat rakyat kompas.com /2014/08/21/). Kesepakatan rakyat yang disimbolkan melalui sistem Noken mencerminkan partisipasi dan emansipasi politik. Rakyat telah menyatakan

6 13 kedaulatannya dengan cara memilih para calon pemimpin yang dipercayainya. Maka, apapun hasil kesepakatannya mencerminkan kedaulatan rakyat. Rakyat telah melaksanakan pemilihan secara langsung, umum, bebas, transparan, jujur, dan adil. Sistem Noken yang digunakan oleh masyarakat adat dalam proses Pemilukada maupun Pemilu merupakan bagian dari prinsip-prinsip demokrasi yang harus diwujudkan dalam negara demokrasi di indonesia. Menurut pendapat Almadudi dalam Peter Ell (2013:26) prinsip-prinsip demokrasi adalah: 1) Kedaulatan rakyat; 2) Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah; 3) Hak-hak dari minoritas; 4) Jaminan hak asasi manusia; 5) Pemilihan yang bebas, adil dan jujur; 6) Persamaan di depan hukum; 7) Proses hukum yang wajar; 8) Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik; 9) Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat. Berdasarkan sembilan prinsip demokrasi sebagaimana disebutkan diatas maka sangat relevan dan sesuai dengan proses demokrasi melalui sistem Noken. Hal ini dikarenakan penggunakan sistem Noken dalam Pemilukada adalah adanya musyawarah mufakat atau kesepakatan bersama yang melahirkan keputusan bersama terkait dengan adat istiadat Noken dalam Pemilukada sebagai pilar demokrasi Negara Indonesia Pemilihan Umum Kepala Daerah Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut demokrasi, dimana rakyat ikut terlibat dalam pemerintahan. Rakyat ikut terlibat dalam pesta demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat serta salah satu bentuk pemenuhan hak asasi warga negara. Pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan umum kepala daerah (pemilukada)

7 14 merupakan pesta demokrasi terbesar dalam dunia perpolitikkan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Karena pada momen tersebut masyarakat menentukan pemimpin yang menjadi penyambung lidah masyarakat Indonesia. Menurut Ramlan (1992:181), pemilu diartikan sebagai mekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan rakyat kepada orang atau partai yang dipercayai. Pemilukada adalah pemilihan untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung oleh masyarakat berdasarkan pancasila dan UUD Pelaksanaan pemilukada diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) pertama kali dilakukan pada tahun 2005, pada saat itu Pilkada belum dimasukkan dalam rezim pemilu. Sejak berlakukanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Pemilihan Umum, pilkada kemudian dimasukkan kedalam rezim pemilu, sehingga secara resmi berganti nama yaitu Pemilihan Umum Kepala Daerah (pemilukada). Pemilukada merupakan salah satu sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam sebuah pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 (UU 1945). Pemilukada memiliki asas-asas penyelenggaraan yaitu : 1. Langsung yaitu setiap pemilih memberikan suaranya langsung tanpa perantara. 2. Umum yaitu seluruh warga Negara yang memenuhi syarat berhak ikut pemilihan.

8 15 3. Bebas yaitu tidak ada paksaan dari pihak manapun dalam menggunakan haknya. 4. Jujur yaitu semua pihak yang terlibat dalam proses pemilu itu harus bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 5. Rahasia yaitu setiap warga Negara yang memilih tidak akan diketahui tentang siapa yang dipilihnya (hanya dia yang tahu). 6. Adil yaitu setiap pihak yang terlibat dalam proses pemilu akan mendapat perilaku yang sama sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Pemilihan umum merupakan salah satu cara untuk mempengaruhi rakyat, tetapi dalam pemilukada, rakyat tidak dipaksa untuk memilih melainkan di beri hak kebebasan untuk memilih. Rakyat yang terlibat dalam pemilukada disebut konstituen karena pada merekalah para calon menawarkan setiap janji-janji kampanye baik itu visi-misi dan program-programnya. Penyelenggaraan pemilukada dilaksanakan secara efektif dan efisien sebagaimana sudah dijelaskan diatas dan diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum yang berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil Gambaran Umum Sistem Noken Pengertian Noken Noken merupakan tas tradisional yang dibawa dengan mengunakan kepala dan terbuat dari beberapa bahan seperti kulit kayu, rotan, anggrek, daun pandan, dan rumput rawa. Noken merupakan tas yang multi fungsi dimana dapat menyimpan segala kebutuhan. Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk membawa hasil-

9 16 hasil pertanian, seperti sayur-sayuran, umbi-umbian, ternak, bahkan masyarakat yang tinggal di Daerah Pegunungan Tengah menggunakan Noken sebagai tempat untuk menaruh bayi yang belum bisa berjalan. Noken memiliki makna yang sangat penting dalam struktur kehidupan masyarakat Papua. Dalam tradisi adat Papua hanya perempuan yang berhak untuk membuat Noken, apabila seorang perempuan belum dapat membuat noken maka dianggap belum dewasa tetapi bagi perempuan yang sudah menguasai dianggap sudah dewasa. Jika sudah dewasa, perempuan Papua barulah boleh menikah. Berbeda dengan laki-laki, dimana seorang laki-laki tidak diperbolehkan untuk membuat Noken. Hal ini dikarenakan Noken merupakan sebuah simbol kesuburan seorang perempuan. Noken memiliki nama yang berbeda-beda di setiap suku, dimana noken dalam bahasa Biak adalah Inokson, suku Marind (Merauke) adalah Mahyan, suku Moor adalah Aramuto, dan suku Dani adalah Su, dan masih banyak lagi. Meskipun memiliki nama yang berbeda-beda noken tetap memiliki makna yang sakral dan penting dalam struktur budaya masyarakat adat. (Titus Pekei 2013: 32) Bagi masyarakat Papua, Noken memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, kesuburan bagi masyarakat Papua. Noken merupakan sebuah identitas budaya dalam suatu kebudayaan Papua. Dalam sebuah kebudayaan, Noken sangat penting dalam struktur budaya masyarakat Papua. Yang menarik dari Noken adalah hanya masyarakat Papua saja yang boleh membuat Noken. Noken (tas tradisional) memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan tas pada umumnya, karena keunikannyanya yang dibawa dengan kepala. Sehingga pada

10 17 tanggal 14 Desember 2012 noken di daftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia. Pengakuan UNESCO dapat mendorong upaya melindungi dan mengembangkan warisan budaya noken yang dimiliki oleh lebih dari 250 suku di Provinsi Papua dan Papua Barat. (Sumber: http// Sistem Noken Sistem Noken merupakan model pemilihan yang penggunaannya menggunakan Noken (tas tradisional) yang digantungkan pada salah satu kayu untuk digunakan sebagai pengganti kotak suara. Model ini mempertegas peranan adat dalam membangun demokrasi. Model demokrasi yang diterapkan oleh masyarakat Papua khususnya masyarakat yang tinggal di Daerah Pegunungan Tengah yaitu masyarakat solidaritas mekanis. Hal ini dikarenakan masyarakatnya sangat terstruktur dan memiliki hubungan patron-client antara kepala suku dan masyarakat. Sehingga peran seorang kepala suku sangat penting dalam menentukan kebijakan. Namun, sebelum keputusan itu dilakukan terlebih dahulu dilakukan musyawarah. Dalam tradisi masyarakat Papua untuk mengambil keputusan biasanya dengan cara musyawarah yang melibatkan semua masyarakat. Mekanisme ini dilakukan agar dalam menghadapi pihak luar masyarakat memiliki satu pandangan dan satu suara. Sistem Noken sudah digunakan dalam pemilu sejak tahun Sistem Noken dilakukan dalam proses pemilukada DPR, DPRD, Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati. Sistem Noken menjadi bagian penting dalam pelaksanaan pemilukada di Daerah Pegunungan Tengah Papua.

11 18 Berdasarkan petunjuk teknis KPU Provinsi Papua Nomor 01/Kpts/KPU Prov.03/2013, Noken digunakan sebagai pengganti kotak suara dengan memperhatikan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 47-81/PHPU-A-VII/2009 terkait dengan PHPU dari Kabupaten Yahukimo yang memperbolehkan penggunaan Noken pada pemungutan suara di Daerah Pedalaman Papua. Penerapan sistem Noken diterapkan di beberapa kabupaten Pegunungan Tengah Papua seperti Yahukimo, Tolikara, Mamberamo Tengah, Lani Jaya, Puncak, Jayawijaya, Intan Jaya, dengan cara budaya setempat. Namun, tidak semua Daerah di Papua menggunakan sistem Noken, sistem ini hanya digunakan di Daerah Pengunungan Tengah Papua. Hal ini dikarenakan faktor geografis yang sulit untuk dijangkau dan mereka yang masih hidup tanpa akses informasi, transportasi, alat komunikasi, dan memiliki pendidikan yang rendah. Faktor-faktor tersebut membuat masyarakat kurang mendapat sosialisasi mengenai pemilihan umum kepala daerah maupun para calon, sebab untuk menjangkau Daerah-daerah yang ada di wilayah pegunungan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dalam sistem Noken ada dua hal yang perlu dicermati jika dikaitkan dengan sistem pemilu di Indonesia sebagaimana diatur dalam peraturan pemilukada. pertama, terkait dengan asas pemilu yang dilakukan secara efektif dan efesien secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Kedua, dengan ketentuan-ketentuan tata cara pemungutan suara dalam Undang-undang pemilu. Berdasarkan dua hal tersebut bahwa dalam sistem Noken, masyarakat tidak melakukan pemilihan secara langsung melainkan diwakilkan oleh kepala suku.

12 19 Ada dua sistem Noken yang biasa digunakan masyarakat khususnya di Daerah Pegunungan Tengah Papua. Pertama, Sistem Big Man yaitu suara diserahkan atau diwakilkan kepada kepala suku yang mereka percayai. Kedua. Sistem Noken gantung atau ikat yaitu masyarakat dapat melihat langsung suara yang telah disepakati masuk ke kantung yang sebelumnya telah ditetapkan. Sistem Big Man bertentangan dengan Asas-asas pemilu karena sistem ini tidak memberikan kebebasan kepada setiap masyarakat untuk melakukan pemilihan secara langsung melainkan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada kepala suku dan sistem ini tidak mengenal asas rahasia karena pemilihan yang dilakukan masyarakat secara terbuka atau transparan hal ini dilakukan untuk kepentingan bersama. Sistem gantung atau ikat juga bertentangan dengan asas-asas pemilu yaitu asas rahasia, dimana dalam sistem ini semua pemilih datang bersama-sama ke tempat TPS dan menyaksikan langsung surat suara yang sudah ditetapkan dimasukan kedalam Noken yang sudah digantungkan sesuai yang sudah disepakati Kepala Suku Kepala suku merupakan sebutan untuk seorang pemimpin atau figur dalam kelompok masyarakat adat. Dalam kehidupan masyarakat peran kepala suku sangat sentral dan tidak semua orang dapat menjabat posisi tersebut. Oleh karena itu, seorang kepala suku selalu dihormati dan mendapat tempat yang layak. Kepala suku berperan penting dalam mengambil keputusan atas setiap persoalan. Jika terjadi suatu masalah dalam kelompok masyarakat maka kepala suku adalah orang yang bertanggung jawab

13 20 dalam mencari solusi dengan cara melakukan dialog dengan masyarakat untuk menemukan mufakat. Dalam kehidupan masyarakat khususnya yang tinggal di Daerah Pegunungan Tengah Papua, kepala suku merupakan sosok yang sangat penting. Oleh karena itu, kepala suku bertanggung jawab atas seluruh kehidupan masyarakat atau kelompok yang ia (kepala suku) pimpin. Terdapat beberapa faktor dalam memilih seorang kepala suku: Pertama, kepala suku ditentukan berdasarkan garis keturunan. Kedua, dengan cara dipilih yaitu dengan cara musyawarah dan mufakat. Ketiga, penetapan yaitu melalui pemilihan atau dengan alasan keturunan dimana seseorang yang dianggap layak dapat ditetapkan menjadi kepala suku. Masyarakat biasanya menilai berdasarkan tindakan, cara berbicara, dan tanggap dalam menyelesaikan masalah. Peran kepala suku bukan hanya sekedar melindungi, memperhatikan kesejahteraan masyarakat yang ia pimpin, melainkan berperan sebagai penampung aspirasi setiap warganya. Salah satunya dalam proses pemilukada, dimana sebelum pemilihan dilakukan kepala suku melakukan musyawarah dengan warganya untuk menyatukan suara dalam menentukan pilihannya. Setelah kesepakatan terjadi maka suara yang sudah bulat akan diserahkan kepada kepala suku yang mereka percayai untuk dimasukkan ke dalam Noken yang sudah di gantung Landasan Teori Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan teori-teori didasari dari konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Teori berfungsi sebagai landasan untuk menjawab pertanyaan dari

14 21 rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kekuasaan dari Max Weber. Berikut penjelasan terkait teori yang digunakan dalam penelitian ini Teori Kekuasaan Kekuasaan merupakan suatu kemampuan untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu atau kemampuan untuk mengatasi perlawan dari orang lain dalam mencapai tujuan, khususnya untuk memengaruhi perilaku orang lain. Sementara paksaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu untuk mengatasi perlawanan dari orang lain dalam mencapai tujuan dengan cara tidak sah atau tidak memiliki legitimasi. Sedangkan otoritas (kewenangan) merupakan legitimasi (hak) atas dasar kepercayaan untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu. Jadi kewenangan adalah merupakan suatu bentuk kekuasaan yang sah atau memiliki legitimasi. Tabel: 2.1. konsep kekuasaan menurut Max Weber: Kekuasaan SAH: KEWENANGAN TIDAK SAH: PAKSAAN

15 22 Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan konsep kekuasaan, kewenangan, dan paksaan sangat erat. Kekuasaan itu bersifat netral. Sementara kewenangan merupaka dimensi positif dari kekuasaan, sebaliknya paksaan merupakan dimensi negatif dari kekuasaan. Max Weber dalam buku yang berjudul Pengantar Teori Sosiologi membedakan tipologi kewenangan dengan tiga tipe (Damsar 2015: ) yaitu: 1. Kewenangan tradisional, yaitu kewenangan yang didasarkan atas tradisi, kebiasaan, kekudusan aturan dan kekuatan zaman dahulu. Max Weber membedakan kewenangan tradisional ini atas: a) Gerontokrasi, pada tangan orang-orang tua dalam suatu kelompok; b) Patriarkalisme, pada suatu satuan kekerabatan yang dipegang oleh seorang individu tertentu yang memiliki otoritas warisan; dan c) Patrimonial, pegawai pemerintah lahir di dalam administrasi rumah tangga si pemimpin. 2. Kewenangan karismatik, yaitu kewenangan yang diperoleh oleh seseorang karena dipandang memiliki kualitas kepribadian individu yang extraordinary (luar biasa) dan diperlakukan sebagai orang yang dianugrahi kekuatankekuatan kualitas supernatural (adiduniawi), superhuman (adiinsani), dan exceptional (pengecualian). 3. Kewenangan Legal-Rasional, yaitu kewenangan didasarkan atas komitmen terhadap seperangkat peraturan yang diundangkan secara resmi dan diatur secara impersonal.

16 23 Ketiga tipe kewenangan diatas bisa saling berkombinasi antara satu sama lain. Dalam hal ini seorang kepala suku yang memiliki karisma di kalangan kelompak masyarakat yang ia pimpin. Seorang kepala suku tidak hanya pintar tetapi memiliki kualitas yang baik. Kemudian jabatan yang diperoleh merupakan suatu tradisi yang diwarisi secara turun-temurun. Dalam kasus ini, dengan demikian penulis hanya mengombinasikan antara kewenangan karismatik dan kewenangan tradisional. Menurut Charles F. Andrain dalam (Damsar 1992: ) kekuasaan pada hakikatnya merupakan suatu hubungan, hal ini karena pemegang kekuasaan menjalankan kontrol atas sejumlah orang lain. Pemegang kekuasaan bisa jadi seseorang ataupun kelompok. Sedangkan menurut Meriam Budiardjo (2002), kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari perilaku. Berdasarkan pada sistem Noken bahwa pemegang kekuasaan berada pada seorang pemimpin (kepala suku), yang dapat mempengaruhi masyarakat sehingga setiap orang tunduk dengan apa yang sudah di sepakati bersama.

17 Kerangka Pemikiran Sistem Noken Pemilihan Umum Kepala Daerah Metode Kualitatif dan pendekatan deskriptif Peran kepala suku dalam sistem Noken Pada Pemilukada di Distrik Kamu Kabupaten Dogiyai Provinsi Papua Tahun 2013 Teori Kekuasaan Max Weber Peran Kepala Suku dalam Adat Peran Kepala Suku dalam Sistem Noken Sistem Noken Dalam Legal Standing

18 25 Keterangan: Kerangka pemikiran penelitian ini dimulai dari Pemilukada. Dalam pemilukada khususnya di wilayah Pegunungan Tengah Papua menggunakan sistem Noken. Salah satu penyelenggara yang berperan penting dalam pemilukada dengan menggunakan sistem Noken adalah kepala suku. Dengan menggunakan metode kualitatif, pendekatan deskriptif dan teori kekuasaan untuk menemukan peran kepala suku dalam sistem Noken.

BAB 1 PENDAHULUAN. dibuktikan dengan bunyi pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu kedaulatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibuktikan dengan bunyi pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu kedaulatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia salah satu negara yang menganut sistem demokrasi, hal ini dibuktikan dengan bunyi pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu kedaulatan berada ditangan

Lebih terperinci

PERAN KEPALA SUKU DALAM SISTEM NOKEN PADA PEMILUKADA DI DISTRIK KAMU KABUPATEN DOGIYAI PROVINSI PAPUA TAHUN 2013

PERAN KEPALA SUKU DALAM SISTEM NOKEN PADA PEMILUKADA DI DISTRIK KAMU KABUPATEN DOGIYAI PROVINSI PAPUA TAHUN 2013 PERAN KEPALA SUKU DALAM SISTEM NOKEN PADA PEMILUKADA DI DISTRIK KAMU KABUPATEN DOGIYAI PROVINSI PAPUA TAHUN 2013 Yerianto Tarima 1), Piers Andreas Noak 2), Muhammad Ali Azhar 3) 1,2,3) Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

RANGKUMAN KN DEMOS KRATOS DEMOKRASI RAKYAT ARTI : RAKYAT MEMERINTAH PEMERINTAHAN. a) SEJARAH DEMOKRASI. b) PRINSIP DEMOKRASI

RANGKUMAN KN DEMOS KRATOS DEMOKRASI RAKYAT ARTI : RAKYAT MEMERINTAH PEMERINTAHAN. a) SEJARAH DEMOKRASI. b) PRINSIP DEMOKRASI RANGKUMAN KN DEMOKRASI ARTI : RAKYAT MEMERINTAH DEMOS RAKYAT KRATOS PEMERINTAHAN Abraham Lincoln mengatakan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat a) SEJARAH DEMOKRASI 1. Berawal dari Negara-negara kota

Lebih terperinci

RINGKASAN PUTUSAN.

RINGKASAN PUTUSAN. RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 40/PUU-VIII/2010 tanggal 19 Juli 2010 atas Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pemilihan kepala daerah (pilkada) berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan

Lebih terperinci

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan I. PEMOHON Sri Sudarjo, S.Pd, SH, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi SIPIL.

Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi SIPIL. Modul ke: 12 Fakultas TEKNIK AKTUALISASI SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN ( DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, HANKAM HUKUM DAN HAM )

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA KELOMPOK 2: 1. Hendri Salim (13) 2. Novilia Anggie (25) 3. Tjandra Setiawan (28) SMA XAVERIUS BANDAR LAMPUNG 2015/2016 Hakikat Warga Negara Dalam Sistem Demokrasi Warga Negara

Lebih terperinci

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Maria Alfonsa Chintia Dea P. NIM : A12.2013.04844 Kelompok : A12.6701 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

DEMOKRASI. Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat, Kratos berarti pemerintahan.

DEMOKRASI. Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat, Kratos berarti pemerintahan. PERTEMUAN KE 4 DEMOKRASI Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat, Kratos berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi, artinya pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan yang rakyatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada oleh AA Gde Putra, SH.MH Demokrasi (pengertian Umum) Bentuk sistem pemerintahan yang setiap warganya memiliki kesetaraan

Lebih terperinci

Demokrasi di Indonesia

Demokrasi di Indonesia Demokrasi Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. MENYEBUTKAN PENGERTIAN, MAKNA DAN MANFAAT

Lebih terperinci

PENGERTIAN DEMOKRASI Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat. kata kratos berarti pemerintahan.

PENGERTIAN DEMOKRASI Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat. kata kratos berarti pemerintahan. PENGERTIAN DEMOKRASI Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat. kata kratos berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi berarti pemerintahan rakyat,yaitu pemerintahan yang rakyatnya

Lebih terperinci

DEMOKRASI PANCASILA. Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH.

DEMOKRASI PANCASILA. Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH. DEMOKRASI PANCASILA Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH. PENGERTIAN, PAHAM ASAS DAN SISTEM DEMOKRASI Yunani: Demos

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi dari tingkat pusat sama tingkat daerah. Setiap daerah banyak mencalonkan dirinya dan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017 Presidential Threshold 20% I. PEMOHON 1. Mas Soeroso, SE. (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Wahyu Naga Pratala, SE. (selanjutnya disebut sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 57, 2008 OTONOMI KHUSUS. PEMERINTAHAN. PEMERINTAH DAERAH. Papua. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842) PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI

Lebih terperinci

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI

Lebih terperinci

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF Demokrasi: Antara Teori dan Pelaksanaannya Di Indonesia Modul ini akan mempelajari pengertian, manfaat dan jenis-jenis demokrasi. selanjutnya diharapkan diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari sudut pandang etimologi demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan

BAB I PENDAHULUAN. Dari sudut pandang etimologi demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk hukum biasanya dilahirkan oleh suatu kebijakan politik atau penguasa, sehingga kepentingan elit politik atau penguasa lebih dominan dalam hukum tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau bukan tingkat kenegaraan, masih tingkat desa yang disebut demokrasi desa. Contoh pelaksanaan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 53/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Peserta Pemilu serta Syarat Pengusulan Presiden dan Wakil Presiden

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 53/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Peserta Pemilu serta Syarat Pengusulan Presiden dan Wakil Presiden RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 53/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Peserta Pemilu serta Syarat Pengusulan Presiden dan Wakil Presiden I. PEMOHON Partai Islam Damai Aman (Partai IDAMAN) Ramdansyah diwakili

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH Policy Brief [05] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Demokrasi bukanlah bentuk pemerintahan yang terbaik, namun demokrasi adalah bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pemilihan Umum Pengisian lembaga perwakilan dalam praktek ketatanegaraan lazimnya dilaksanakan melalui Pemilihan Umum.Pasca perubahan amandemen UUD 1945,

Lebih terperinci

PEMILU. Oleh : Nur Hidayah

PEMILU. Oleh : Nur Hidayah PEMILU Oleh : Nur Hidayah A. PENGERTIAN PEMILU Merupakan salah satu sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang berdasarkan pada demokrasi perwakilan. Pemilu diartikan sebagai mekanisme penyeleksian dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati, PANDANGAN FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR RI TERHADAP PENJELASAN PEMERINTAH ATAS RUU TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN RUU TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Disampaikan Oleh : Pastor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

DEMOKRASI INDONESIA (Pemilu Sebagai Wujud Demokrasi Indonesia)

DEMOKRASI INDONESIA (Pemilu Sebagai Wujud Demokrasi Indonesia) Selasa 5-6 DEMOKRASI INDONESIA (Pemilu Sebagai Wujud Demokrasi Indonesia) MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Pendidikan Kewarganegaraan yang diampu oleh Bapak Gatot Isnani Oleh Lailatul Ilmiyah 085745950308

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Media massa adalah istilah yang digunakan sampai sekarang untuk jenis media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada masyarakat secara luas.

Lebih terperinci

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA PERMASAALAHAN YANG TIMBUL DARI PILKADA 2005 TERKAIT DENGAN PANCASILA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA PERMASAALAHAN YANG TIMBUL DARI PILKADA 2005 TERKAIT DENGAN PANCASILA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA PERMASAALAHAN YANG TIMBUL DARI PILKADA 2005 TERKAIT DENGAN PANCASILA DISUSUN OLEH : BAGUS AMAR KHUSNA 11.11.4685 KELOMPOK C DOSEN : Drs. TAHAJUDIN SUDIBYO TEKNIK INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat sebagai bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

- 2 - pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Papua, dan Papua Barat;

- 2 - pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Papua, dan Papua Barat; - 2 - pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Papua, dan Papua Barat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan politik suatu negara, negara tidak lepas dari corak budaya yang ada dalam masyarakatnya. Peran masyarakat dalam kehidupan politik sangat tergantung

Lebih terperinci

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta Abstrack Pilkada telah memiliki aturan pemilihan secara jelas, dan adanya pembatasan oleh

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA 1 ALINEA KE IV PEMBUKAAN UUD 1945 MEMUAT : TUJUAN NEGARA, KETENTUAN UUD NEGARA, BENTUK NEGARA, DASAR FILSAFAT NEGARA. OLEH KARENA ITU MAKA SELURUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah di Banyumas suasana politik semakin hangat. Banyak yang mempromosikan calonnya dengan berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

IMPLIKASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA LEGISLATIF DAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SECARA SERENTAK TERHADAP AMBANG BATAS PENCALONAN PRESIDEN

IMPLIKASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA LEGISLATIF DAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SECARA SERENTAK TERHADAP AMBANG BATAS PENCALONAN PRESIDEN IMPLIKASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA LEGISLATIF DAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SECARA SERENTAK TERHADAP AMBANG BATAS PENCALONAN PRESIDEN (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses panjang sistem ketatanegaraan dan politik di Indonesia telah mengalami suatu pergeseran atau transformasi yang lebih demokratis ditandai dengan perkembangan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan 136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pilkada di Indonesia

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi I. PEMOHON Habel Rumbiak, S.H., Sp.N, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu I. PEMOHON Partai Serikat Rakyat Independen (Partai SRI), dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga perwakilan dalam praktek ketatanegaraan lazimnya dilaksanakan melalui Pemilihan Umum. Pasca perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang pelaksanaannya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum merupakan suatu sarana untuk memilih orang agar dapat mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut sistem demokrasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang diselenggarkan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil guna menghasilkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego Buay Subing di Desa Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur yang

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DUNIA

SEJARAH PEMILU DUNIA SEJARAH PEMILU DUNIA PENGERTIAN PAKAR Secara etimologis kata Demokrasi terdiri dari dua kata Yunani yaitu damos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein atau cratos yang berarti kedaulatan

Lebih terperinci

Ringkasan Putusan. 1. Pemohon : HABEL RUMBIAK, S.H., SPN. 2. Materi pasal yang diuji:

Ringkasan Putusan. 1. Pemohon : HABEL RUMBIAK, S.H., SPN. 2. Materi pasal yang diuji: Ringkasan Putusan Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 130/PUU-VI/2008 tanggal 30 Desember 2009 atas Undang-undang 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Pemerintahan Daerah Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Pemerintah Demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat, merupakan pernyataan dari.. a. Abraham Lincoln b. Robert

Lebih terperinci

Kelompok 4 Mempersembahkan

Kelompok 4 Mempersembahkan Kelompok 4 Mempersembahkan Pengertian Demokrasi Kata ini berasal dari bahasa Yunani (dēmokratía) "kekuasaan rakyat", yang terbentuk dari (dêmos) "rakyat" dan (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan" pada abad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN HAK RECALL ANGGOTA DPR MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (MD3) FITRI LAMEO JOHAN JASIN

PENGGUNAAN HAK RECALL ANGGOTA DPR MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (MD3) FITRI LAMEO JOHAN JASIN 1 PENGGUNAAN HAK RECALL ANGGOTA DPR MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (MD3) FITRI LAMEO JOHAN JASIN NUR MOH. KASIM JURUSAN ILMU HUKUM ABSTRAK Fitri Lameo.

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi,salah satu ciri negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah melaksanakan kegiatan pemilihan umum

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan I. PEMOHON 1. Syamsul Bachri Marasabessy 2. Yoyo Effendi II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XI/2013 Parlementary Threshold, Presidential Threshold, Hak dan Kewenangan Partai Politik, serta Keberadaan Lembaga Fraksi di DPR I. PEMOHON Saurip Kadi II. III.

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu I. PEMOHON Partai Serikat Rakyat Independen (Partai SRI), dalam hal ini diwakili

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

POLITIK LOKAL dan PEMILUKADA ANDHYKA MUTTAQIN

POLITIK LOKAL dan PEMILUKADA ANDHYKA MUTTAQIN POLITIK LOKAL dan PEMILUKADA ANDHYKA MUTTAQIN Studi Kasus Pada bulan 5 Agustus 2010: Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan pemilihan gubernur dimungkinkan untuk dikembalikan ke DPRD. Pemilihan

Lebih terperinci

I. PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR

I. PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR I. PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR I. Pilihlah jawaban yang benar 1. Demokrasi berasal dari kata demos dan kratos, demos artinya a. rakyat b. pemerintah c. berkuasa d. kekuasaan rakyat 2. Kratos artinya a.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mungkin belum sepenuhnya dimengerti dan dihayati sehingga perbincangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mungkin belum sepenuhnya dimengerti dan dihayati sehingga perbincangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata demokrasi sudah dimengerti begitu saja dalam banyak perbincangan. Namun apa dan bagaimana sebenarnya makna dan hakekat substansi demokrasi mungkin belum

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-X/2012 Tentang Persyaratan Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-X/2012 Tentang Persyaratan Partai Politik Peserta Pemilu RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-X/2012 Tentang Persyaratan Partai Politik Peserta Pemilu I. PEMOHON 1. H. Patrice Rio Capella, S.H., Pemohon I; 2. Ahmad Rofiq, S.T., Pemohon

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG top PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH I. UMUM 1. Dasar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

Demokrasi & Partisipasi Publik 1 Oleh: Dwi Harsono

Demokrasi & Partisipasi Publik 1 Oleh: Dwi Harsono Demokrasi & Partisipasi Publik 1 Oleh: Dwi Harsono Pendahuluan Dewasa ini istilah demokrasi sering muncul di media massa Indonesia menjelang diadakannya pemilihan legilatif maupun kepala daerah (PILKADA).

Lebih terperinci

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan PANCASILA Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program

Lebih terperinci

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan Umum Setelah menguraikan dari beberapa aspek yang menjadi dimensi atau orientasi politiknya,yang diukur dari segi pemahaman kognitif, afektif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang pemilihan Kepala Daerah menggunakan Undang-Undang No. 22 Tahun. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang pemilihan Kepala Daerah menggunakan Undang-Undang No. 22 Tahun. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Kepala Daerah disebagian daerah telah selesai dilaksanakan, ada banyak kerumitan dalam penyelenggaraan Pemilihan tersebut yang mana sekarang pemilihan

Lebih terperinci

Oleh : STENLY UANG BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. telah menganut nilai-nilai demokrasi dalam pelaksanaan pemerintahannya.

Oleh : STENLY UANG BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. telah menganut nilai-nilai demokrasi dalam pelaksanaan pemerintahannya. IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENCALONAN PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN, KEPALA DESA, PERANGKAT DESA DAN KEPALA DUSUN DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT.( SUATU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan

I. PENDAHULUAN. langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Peristiwa besar di tahun 1998 telah menciptakan beberapa perubahan yang signifikan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintah

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka I. PEMOHON Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB), dalam hal ini diwakili oleh Drs. H. Muhaimin Iskandar,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Provinsi Daerah

Lebih terperinci

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 008/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 12 Mei 2006

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 008/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 12 Mei 2006 RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 008/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 12 Mei 2006 I. PEMOHON DJOKO EDHI SUTJIPTO ABDURRAHMAN. II. KUASA HUKUM DR.H.TEGUH SAMUDRA, S.H.,MH. Dkk. III. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG A.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada I. PEMOHON 1. Imran, SH. (Pemohon I); 2. H. Muklisin, S.Pd. (Pemohon II); Secara bersama-sama disebut

Lebih terperinci

RINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji: a. Nomor 51/PUU-VI/2008: Pasal 9

RINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji: a. Nomor 51/PUU-VI/2008: Pasal 9 RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 51,52,59/PUU-VI/2009 tanggal 18 Februari 2009 atas Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, dengan hormat dilaporkan

Lebih terperinci

Materi Kuliah PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DEMOKRASI INDONESIA. Modul 7. Oleh : Rohdearni Tetty Yulietty Munthe, SH/

Materi Kuliah PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DEMOKRASI INDONESIA. Modul 7. Oleh : Rohdearni Tetty Yulietty Munthe, SH/ PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah DEMOKRASI INDONESIA Modul 7 Oleh : Rohdearni Tetty Yulietty Munthe, SH/08124446335 53 1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat

Lebih terperinci