REINVENTARISASI FOLKLOR LISAN JENIS NYANYIAN RAKYAT SUNDA DI JAWA BARAT UPAYA KONSERVASI KEARIFAN BUDAYA LOKAL. Oleh: Ayo Sunaryo, M.Pd.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REINVENTARISASI FOLKLOR LISAN JENIS NYANYIAN RAKYAT SUNDA DI JAWA BARAT UPAYA KONSERVASI KEARIFAN BUDAYA LOKAL. Oleh: Ayo Sunaryo, M.Pd."

Transkripsi

1 REINVENTARISASI FOLKLOR LISAN JENIS NYANYIAN RAKYAT SUNDA DI JAWA BARAT UPAYA KONSERVASI KEARIFAN BUDAYA LOKAL Oleh: Ayo Sunaryo, M.Pd. FPBS Ceritera Nini Anteh yang dikaitkan dengan lagu bulantok yang didalamnya terdapat laguan dan kakawihan barudak merupakan salah satu dari ceritera rakyat yang disebut dengan Folklor atau kesenian rakyat. Pada perkembangannya, folklor mempunyai peranan penting dan budaya Sunda di Jawa Barat. Lalaguan atau kakawihan barudak termasuk dalam sastra rakyat. Sastra rakyat adalah sastra yang hidup secara lisan yaitu sastra yang tersebar dalam bentuk tidak tertulis. Sastra rakyat dalam arti folklore merupakan bagian dari persendian ceritera yang telah lama hidup dalam sebuah tradisi masyarakat, baik masyarakat yang mengenal huruf maupun yang belum mengenal huruf. Hal tesebut dipertegas oleh William Thoms (1849) dalam Supendi (2008) yang mengungkapkan sebagai berikut. Folklore is the body of expressive culture, including tales, music, dance, legends, oral history, proverbs, joker, popular beliefs, customs, and so forth within a particular population comprising the traditions (including oral traditions) of that culture, subculture, or group. It is also the set of practices through which those expressive genres are shared. Menurut pengertian di atas folklor adalah sebuah ekspresi budaya termasuk ceritera rakyat, musik, tari, ceritera legenda, sejarah lisan, ceritera humor, kepercayaan masyarakat, adat di sekelompok masyarakat tertentu. Menurut Danandjaja (1994) istilah folklor diambil dari bahas Inggris folklore, kata itu berasal dari dua suku kata folk dan lore. Folk artinya kolektif dan lore artinya tradisi kolektif, yaitu sebagian kebudayaannya yang dieariskan secara turun-temurun. Selanjutnya, Danandjaja (1994) mendefinisikan bahwa folklore adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). Bentuk-bentuk folklor yang didefinisikan oleh Danandjaja terdiri dari folklor lisan (verbal folklore), folklor setengah lisan (partly folklore), dan folklor bukan lisan (nonverbal folklore). Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Folklor setengah lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan (Danandjaja, 1994: 22). Pada folklor lisan, terdapat beberapa jenis folklor, diantaranya bahasa rakyat, ungkapan tradisional, sajak, puisi rakyat, ceritera prosa rakyat dan nyanyian rakyat. Penelitian ini memfokuskan pada jenis nyanyian rakyat (Folksong). Nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan lagu, yang 1

2 beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta banyak mempunyai varian (Danandjaja, 1994:141). Folklore yang ada di Jawa Barat yang termasuk pada jenis nyanyian rakyat yaitu kaulinan barudak Sunda (permainan anak-anak Sunda) dan kakawihan barudak sunda (lagu anak-anak Sunda). Kaulian barudak yang berkembang dan biasa dilakukan anakanak di pedesaan. Kaulinan barudak merupakan hasil kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan yang tidak diketahui siapa pengarangnya. Jadi, pengarangnya bersifat anonim, sehingga dikatakan merupakan hasil balarea (komunal). Bentuk Kaulinan barudak Sunda termasuk kegiatan folklor karena diperoleh melalui warisan lisan dalam bentuk permainan anak-anak karena permainan ini disebarkan hampir murni melalui tradisi lisan yang banyak diantaranya disebarluaskan tanpa bantuan orang dewasa seperti orang tua atau guru sekolah mereka. Bentuk kaulian barudak Sunda, biasanya ada yang hanya menggunakan lagu kaulinan barudak, gerak tanpa lagu, maupun lagu yang diikuti oleh gerak. Selain itu semua bentuk kaulinan umumnya memiliki nama, aturan permainan, alat dan jumlah pemain tertentu. Untuk kaulinan yang mengandung unsur gerak dan lagu tentu saja memiliki iringan dengan gerak yang disesuaikan. Ikatan bahasanya yang terdapat pada lagu eundeuk-eundeukan, trang trang kolentrang, dan sebagainya. Pada dasarnya yang dimaksud dengan lagu anak-anak tersebut adalah nyanyian anak-anak yang bersifat permainan dalam pergaulan sesama anak-anak atau kaulinan barudak. Lirik dan irama yang digunakan dalam lagu kaulinan barudak umumnya dapat memotivasi anak untuk bergerak. Gerak-gerak dalam lagu pada bentuk kaulinan ini dapat diteliti dan dikembangkan untuk bahan dasar dalam penciptaan tari anak. Lagu pada kaulinan barudak dinamakan dengan kakawihan. Kakawihan barudak Sunda atau lagu anak-anak Sunda, dalam perwujudannya adalah kearifan orang Sunda dan mencerminkan budaya berbahasa yang mengandung nilai-nilai universal, seperti gembira, gotong royong, menghargai, kerjasama, mengasihi, perjuangan, sengsara, suka, duka, baik, buruk, benar, salah, hidup, maut, benar, dsb. Unsur-unsur tersebut merupakan sesuatu yang alamiah yang merupakan suatu jalinan peristiwa yang terpadu dan sering ditemukan dalam kehidupan (Suwarsih Warnaen: 1987). Atik Sopandi berpendapat bahwa lagu-lagu untuk kaulinan barudak adalah bentuk lagu dalam bahasa ikatan yang dinyanyikan oleh anak-anak (1985: 53). Kakawihan barudak berfungsi sebagai hiburan atau pengiring permainan anakanak, pendidikan, menjunjung nilai moral dan etika, sosial, yang bersumber pada nilainilai budaya yang dianut masyarakat Sunda. Bahkan kritik pun dilontarkan dengan cara halus dan menggelitik seperti dalam lagu Ayang-ayang gung, misalnya. Hal ini tampaknya sudah merupakan perwatakan orang Sunda yang setia, cinta kedamaian, cinta akan kesenian dan memiliki rasa humor yang tinggi. Contoh-contoh di atas perlu diteliti dan diinventarisasi keberadaannya di beberapa Kabupaten dan Kota di Jawa Barat. Hal ini penting karena folklor tesebut mulai hilang karena tidak ada masyarakat pendukungnya. Generasi masa kini tidak lagi mengenal folklore Sunda walaupun mereka adalah asli suku Sunda dan berdomisili dalam cakupan budaya Sunda. Tidak mengherankan apabila anak-anak sekarang lebih 2

3 menyukai irama disko dan bernyanyi lagu-lagu pop tentang tema cinta walaupun secara psikologis tidak cukup umur untuk menyanyikannya. Pada umumnya anak sekarang lebih menyukai ceritera Upin dan Ipin dalam film kartun produksi Malaysia dan memuja tokoh Naruto dalam film kartun Jepang daripada menyukai ceritera Nini Anteh dan memuja tokoh Gatotkaca dalam ceritera pewayangan. Semua ini terjadi karena tidak dikenalkan, baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Sementara budaya televisi yang membawa kebudayaan global tidak bisa dihindari. Oleh karena itu reinventarisasi folklor Sunda sangat penting dalam upaya konservasi kearifan budaya lokal di Jawa Barat. Adapun folklor jenis nyanyian rakyat yang ada di Jawa Barat adalah kakawihan, sisindiran (rarakitan/paparikan) dan Nadoman dengan mengambil sampel tiga Kabupaten, yaitu: Kabupaten Subang, Kabupaten/Kota Bandung dan Kabupaten Ciamis, sebagai perwakilan dari tiga wilayah yang ada di jawa Barat. Ketiga bentuk folklor tersebut akan dijelaskan di bawah ini. Kakawihan Kakawihan barudak sunda atau lagu anak-anak sunda, dan mencermainkan budaya berbahasa yang mengandung nilai-nilai universal seperti gembira, sengsara, suka, duka, baik, buruk, benar, salah, hidup, maut, dsb. Unsur-unsur tersebut merupakan sesuatu yang alamiah dan merupakan suatu jalinan peristiwa yang terpadu dan sering ditemukan dalam kehidupan (Suwarsih Warnaen: 1987). Atik Soepandi berpandapat bahwa lagu-lagu untuk Kaulinan Barudak adalah bentuk lagu dalam ahasa ikatan yang dinyanyikan oleh anak-anak (1985: 53). Bahasa yang dipergunakan dalam Kakawih barudak adalah bahasa yang dipakai oleh masyarakat Sunda sehari-hari. Untuk usuk bahasa yang dipakai selain itu juga ditemukan bahasa Sansekerta, Arab, Kawi, Jawa. Purwakanti (Persajakan) banyak sekali ditemukan dalam kakawih barudak, seperti asonsasi yaitu purwakanti berupa persamaan atau perulangan bunyi vokal, yang oleh M.A. Salmun dinamakan purwakanti swara, sedangkan Yus Rusyana menamakan adusari (assonance), seperti yang dikatakanya : inti vokal i dalam Cingciripit. Cingciripit( cingciripit ) Tulang bajing kacapit (tulang bajing terjepit) Selain itu dalam gaya ahasa yang dipergunakan ada yang memperbandingkan seperti hiperbola, yaitu yang menyatakan arti yang berlebih-lebihan contoh dalam Hompimpah, dikatakan alaihim gambreng (sebesar tak terkira gambreng) mempertegas seperti paralelisme yaitu penegasan yang dipakai dengan mengulang-ulang kata atau kelompok kata, misalnya : Meuncit Reungit. Ka dieu meuncit reungit (ke sini menyembelih reungit) Ka ditu meuncit domba (kesana menyembelih domba) Ka dieu beuki lengit (kesini makin hilang) Sisindiran 3

4 Istilah sisindiran sudah ada sejak abad ke-16 Naskah kuno siksakandang karesian memberi informasi tentang hal itu, tetapi diawali dengan satu kata kawih, jadi kawih sisindiran (Wahyu Wibisana, 431: 2000). Ini mungkin nama lagu bukan nama bentuk sastra. Namun tidak tertutup kemungkinan sebaliknya: saat itu sudah ada bentuk sastra yang bernama sisindiran. Hanya saja, seperti pada tulisan atau naskah berbahasa kuno yang sampai ke bahasa kita tidak terdapat teks pada bentuk sisindiran. Paparikan berasal dari parikan, bahasa Jawa. Asal katanya parik searti dengan parek (dekat). Kata parek terdapat juga dalam bahasa Sunda seperti arti yang sama dengan bahasa Jawa. Hanya saja parikan sunda tidak diterjemahkan dalam bahasa Sunda, sebab kata itu mempunyai arti lain, yakni orang yang dekat dengan raja yang kemudian beralih arti menjadi selir dan kemudian menjadi dwipurwa yaitu menjadi paparikan (Wibisana, 2000). Rarakitan berarti berpasangan. Pantun di sebut rarakitan karena ada hal yang berpasangan, yakni sampiran di satu pihak dengan isi di lain pihak. Sementara ahli sastra Sunda mengatakan disebut rarakitan bila kata awal pada sampiran sama dengan kata awal pada isi, seperti: Sapanjang jalan soreang Moal weleh diaspalan Sapanjang tacan ka sorang Moal weleh di akalan. Sementara menurut ahli sastra Sunda ada bentuk lain yang dimasukan ke dalam bentuk sisindiran, yakni wawangsalan, sebuah istilah yang juga berasal dari Jawa wangsalan. Pada bentuk sastra ini ada semacam sampiran yang amat menyurupai teka-teki, contoh: Teu beunang di tiwu leuweung Teu beunang dipikasono Wawangsalan di atas isinya kaso Istilah lainnya yang berkaitan dengan sisindiran adalah sesebred yang kira-kira sama dengan pantun jenaka. Jadi, sesebred yang berhubungan dengan isi sisindiran, disamping dikenal sisindiransilih asih (pantun percintaan) dan sisindiran piwuruk (pantun nasihat). Nadoman/Pupujian Seperti seni pada umumnya, puisi pun mempunyai fungsi ekspresi pribadi dan fungsi sosial (Yus dalam Kartini, 1986). Berdasarkan hasil penelitiannya. Yus menemukan bahwa fungsi pupujian sangat menonjol dibandingkan dengan fungsi ekspresi pribadi. Pupujian dipergunakan untuk mempengaruhi fikiran, perasaan dan tingkah laku manusia, disamping dipergunakan untuk menyampaikan berbagai macam agama. Sebagai media pendidikan, pupujian yang berisi berbagai nasihat dan pelajaran agama yang disampaikan dengan dinyanyikan itu umumnya dihafalkan di luar kepala. Dengan hafalnya ndan seringnya mendengarkan pupujian, diharapkan anak-anak didik, para 4

5 santri, serta masyarakat umum tergugah dan mempunyai keinginan untuk mengikuti nasihat serta ajaran agama yang dikumandangkan melalui pupujian itu. Pada masa-masa sebelum perang, pupujian sering dikumandangkan, baik dipesantren, madrasah, mesjid, langgar atu tempat pengajian lainnya. Pupujian deikumandangkan sebelum solat Kartini, 1986). Pada masa sekarang penggunaan pupujian sudah agak berkurang, baik di masjid, pesantren maupun tempat pengajian lainnya. Di beberapa tempat pupujian masih di pakai, tetapi fungsinya sudah berubah, yaitu dari media pendidikan menjadi kegiatan kesenian yang sewaktu-waktu saja dipergunakan atau bahkan sekarang ini sudah dibuat rekaman audio visual untuk kepentingan bisnis atau inventarisasi pada kelompokkelompok masyarakat tertentu. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Folklor Jenis Nyanyian Sunda di Jawa Barat Nyanyian Sunda yang di sebut dengan kakawihan, pupuh, rarakitan,wawangsalan dan paparikan di dalamnya terdapat nilai-nilai yang adiluhung. Adapun nilai-nilai itu akan dipaparkan di bawah ini. Kakawihan Kakawihan merupakan alat yang digunakan oleh masyarakat supaya apa yang ada dalam benaknya tidak dimengerti oleh orang lain diluar komunitasnya. (bahasa sandi). Contohnya, lagu ambil-ambilan bisa jadi ada pengaruhnya dengan masyarakat sunda pada saat itu yang akan dijadikan kuli atau rodi. (mungkin dibuatnya pada masa penjajahan). Ayang-ayang gung. Lagu ini menceritaerakan salah satu wilayah yang sedang bergejolak atau ramai (Ayangayang gung Gung goongna ramé) Menceriterakan tingkah laku seorang bangsawan yang bernama Wastanu yang memegang jabatan Wedana. Jadi bahan pembicaraan orang karena tingkah lakunya yang olo-olo atau males-malesan (naha manéh kitu tukang olo-olo), (lobak jeung kumpeni (bermitra dengan kompeni). (Niat Jadi Pangkat) (Katon Kagorenga). Tujuannya supaya bisa naik pangkat, tapi dengan jalan kurang baik, padahal rakyat begitu mengharapkannya tapi seorang bangsawan juga sama jeleknya. (Ngantos kang jeung dalem, Lempa lempi lempong, Ngadu pipi jeung nu ompong) Dapat diartikan bangsawan lebih berorientasi ke atas alias ke Betawi, atau pusat pemerintahan. Dari kakawihan tersebut di atas, jika kita dapat menyanyikannya dan mengetahui artinya maka akan terdapat nilai-nilai kejuangan, nilai cinta tanah air dan nilai kemerdekaan atau kebebasan. Sisindiran Dalam sisindiran yang terdiri dari paparikan dan rarakitan terdapat nilai-nilai, seperti di bawah ini. 5

6 Nilai Piwuruk (Pendidikan) Lain bangban lain pacing lain kananga aduna Lain babad lain tanding lain ka dinya kuduna Lamun urang ninun kantéh ulah resep maké poléng Lamun urang leutik kénéh ulah resep ngomong goréng Nilai Silihasih (saling mencintai) Abong-abong abdi bonténg seubeuh diacar diangeun Abong-abong abdi goréng seubeuh disangsara deungeun Daék sotéh ka Cinangka ka Cisitu mah teu purun Daék sotéh ka manéhna ka nu itu mah teu purun Nilai Sesebred (banyolan) Aya roda na tanjakan katinggang ku pangpun jéngkol Aya rangda gogoakan katinggang ku hulu kohkol Rarasaan ngala mayang teu nyaho cangkeuteuk leuweung Rarasaan konéng umyang teu nyaho cakeutreuk hideung Pupujian/Nadoman Pupujian atau kata lainnya nadom adalah puisi yang di nyanyikan, biasanya sebelum atau pada waktu menunggu shalat berjamaah. Seperti seni pada umumnya, puisi pun mempunyai fungsi ekspresi pribadi dan fungsi sosial. Adapun nilai yang terkandung dalam pupujian adalah nilai pendidikan, pupujian yang berisi berbagai nasihat dan pelajaran agama yang disampaikan dengan dinyanyikan itu umumnya dihafalkan di luar kepala. Dengan hafalnya ndan seringnya mendengarkan pupujian, diharapkan anak-anak didik, para santri, serta masyarakat umum tergugah dan mempunyai keinginan untuk mengikuti nasihat serta ajaran agama yang dikumandangkan melalui pupujian itu. Pada masa-masa sebelum perang, pupujian sering dikumandangkan, baik dipesantren, madrasah, mesjid, langgar atu tempat pengajian lainnya. Pupujian deikumandangkan sebelum solat Kartini, 1986). Pada masa sekarang penggunaan pupujian sudah agak berkurang, baik di masjid, pesantren maupun tempat pengajian lainnya. Di beberapa tempat pupujian masih di pakai, tetapi fungsinya sudah berubah, yaitu dari media pendidikan menjadi kegiatan kesenian yang sewaktu-waktu saja dipergunakan atau bahkan sekarang ini sudah dibuat rekaman audio visual untuk kepentingan bisnis atau inventarisasi pada kelompokkelompok masyarakat tertentu. 6

7 Sebagai contoh dalam pupujian berikut ini. IIIahi las tulis firdaus ahla wala aqwa alanaril jahimi fahabli taubat tawwafir dzunubi fainaka gofirun dzanbir adziimi (Ya Allah saya bukan ahli surga saya tidak akan kuat masuk neraka Semoga engkau mengampuni dosa saya, karena engkau mengampuni kami semua). Dari pupujian di atas, tetntunya mengajk manusia untuk berbuat baik supaya kelak dapat ampunan drai Allah SWT. DAFTAR PUSTAKA Atik Sopandi dan Oyon S. Umsari Kakawihan Barudak, Nyanyian anak-anak Sunda. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara. Bandung. Ayip Rosidi. (1984). Manusia Sunda. Inti Idayu Press. Jakarta Danandjaja James Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Grafitti, Jakarta. Mang Koko Bintjarung. Tarate, Bandung. Permainan Rakyat Daerah Jawa Barat.. Sejarah dan Nilai Tradisi Jawa Barat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bandung. Suwarsih Warnaen, et all Pandangan Hidup Orang Sunda, Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Sundanologi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bagian Proyek Penelitian Sunda. Bandung. Tini Kartini Puisi Pupujian Dalam bahasa Sunda. Pusat Pembinaan Dan Pengembangan bahasa Depdikbud. Jakarta Usman Supendi Folklore Jawa Barat. Artikel. Tidak Diterbitkan 7

8 Wahyu Wibisana Lima Abad Sastra Sunda, Sebuah Antologi Jilid 1. Geger Sunten. Bandung. 8

9 9

KAULINAN BARUDAK SEBAGAI SUMBER AJAR DALAM PENCIPTAAN TARI ANAK DI SEKOLAH DASAR

KAULINAN BARUDAK SEBAGAI SUMBER AJAR DALAM PENCIPTAAN TARI ANAK DI SEKOLAH DASAR 51 RITME Volume 2 No. 1 Februari 2016 SEBAGAI SUMBER AJAR DALAM PENCIPTAAN TARI ANAK DI SEKOLAH DASAR Oleh Ayo Sunaryo dedyrosala@ymail.com Departemen Pendidikan Seni Tari- FPSD Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat

Lebih terperinci

INTERNALISASI NILAI-NILAI TRADISI PADA PENCIPTAAN TARI ANAK BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh : Ayo Sunaryo *)

INTERNALISASI NILAI-NILAI TRADISI PADA PENCIPTAAN TARI ANAK BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh : Ayo Sunaryo *) INTERNALISASI NILAI-NILAI TRADISI PADA PENCIPTAAN TARI ANAK BERBASIS BUDAYA LOKAL Oleh : Ayo Sunaryo *) Abstrak Kehidupan suatu bangsa akan sangat tergantung pada generasi-generasi penerus yang berpotensi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal bahwa tradisi lisan masih hidup di berbagai suku bangsa di Indonesia. Tradisi lisan sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian pustaka sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks sastra adalah teks artistik yang disusun dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, ada sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya dengan budayanya. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain bahasa daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku memiliki etnis yang mereka kembangkan sesuai dengan tradisi dan sistem budaya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Gambar 1.1 Permukaan Bulan Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan bulan saat malam hari, membuat malam menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Ada beberapa buku yang penulis pakai dalam memahami dan langsung mendukung penelitian ini, diantaranya buku yang berkaitan dengan revitalisasi yang

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

SILABUS SASTRA BANDINGAN DR517

SILABUS SASTRA BANDINGAN DR517 No.: FPBS/FM-7.1/07 SILABUS SASTRA BANDINGAN DR517 Dr. Ruhaliah, M.Hum. DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2016 1 LEMBAR VERIFIKASI DAN VALIDASI SILABUS SASTRA BANDINGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Modul ke: 03 Primi Fakultas FTPD ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Vernakular dalam Arsitektur Tradisional Artiningrum Program Studi Teknik Arsitektur Tradisi berasal dari bahasa Latin: traditio, yang berarti

Lebih terperinci

2015 NILAI SOSIAL DAN NILAI BUDAYA PADA KAKAWIHAN KAULINAN BARUDAK LEMBUR DI KABUPATEN KUNINGAN SERTA INTERNALISASI NILAINYA DI SEKOLAH DASAR

2015 NILAI SOSIAL DAN NILAI BUDAYA PADA KAKAWIHAN KAULINAN BARUDAK LEMBUR DI KABUPATEN KUNINGAN SERTA INTERNALISASI NILAINYA DI SEKOLAH DASAR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan dan keanekaragaman budaya. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki ciri khas budayanya masingmasing. Kekhasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang tinjauan pustaka atau kajian teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi 1) Repustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan sebuah karya ilmiah diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui keauntetikan sebuah karya ilmiah. Kajian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian Ziarah merupakan istilah yang tidak asing di masyarakat. Ziarah adalah salah satu bentuk kegiatan berdoa yang identitik dengan hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

NILAI ETIKA DALAM KUMPULAN LAGU KAULINAN BARUDAK DI DAERAH SUNDA

NILAI ETIKA DALAM KUMPULAN LAGU KAULINAN BARUDAK DI DAERAH SUNDA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Penelitian ini membahas nilai-nilai etika yang terdapat dalam kumpulan lagu Kaulinan Barudak di daerah Sunda. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Folklor merupakan khazanah sastra lama. Salah satu jenis folklor adalah cerita rakyat. Awalnya cerita rakyat merupakan cerita lisan yang dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ragam kebudayaan di Indonesia yang dapat menunjukan identitas budaya pemiliknya ialah folklor. Menurut Danandjaja (1984:2), folklor didefinisikan

Lebih terperinci

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Folklore Fakultas 03FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta Mandra

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN 2013 DRAFT-1 DAN MATA PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ kanak-kanak, Gending Rare berarti nyanyian untuk bayi/ kanak-kanak. Gending Rare diketahui sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek 188 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek masuk ke dalam bentuk folklor lisan yaitu nyanyian rakyat. Tetapi, teks dari lagu ini sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi lokal ini sering disebut dengan kebudayaan lokal (local culture), yang

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi lokal ini sering disebut dengan kebudayaan lokal (local culture), yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa di Nusantara memilliki beragam bentuk tradisi yang khas. Tradisi lokal ini sering disebut dengan kebudayaan lokal (local culture), yang hidup di

Lebih terperinci

2015 KONSEP PERCAYA DIRI PEREMPUAN SUNDA DALAM JANGJAWOKAN PARANTI DISAMPING

2015 KONSEP PERCAYA DIRI PEREMPUAN SUNDA DALAM JANGJAWOKAN PARANTI DISAMPING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam masyarakat Sunda istilah mantra dikenal dengan berbagai sebutan, diantaranya jangjawokan dan jampe. Bahkan Wibisana dkk. Menggunakan istilah ajimantra yang diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mantra merupakan puisi lisan yang bersifat magis. Magis berarti sesuatu yang dipakai manusia untuk mencapai tujuannya dengan cara-cara yang istimewa. Perilaku magis

Lebih terperinci

Yusida Gloriani: Kajian Nilai-Nilai Sosial dan Budaya Kakawihan. 195

Yusida Gloriani: Kajian Nilai-Nilai Sosial dan Budaya Kakawihan. 195 Yusida Gloriani: Kajian Nilai-Nilai Sosial dan Budaya Kakawihan. 195 KAJIAN NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA PADA KAKAWIHAN KAULINAN BARUDAK LEMBUR SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ungkapannya (Sudjiman, 1990:71). Sastra juga dapat digunakan oleh semua yang

BAB I PENDAHULUAN. ungkapannya (Sudjiman, 1990:71). Sastra juga dapat digunakan oleh semua yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan karya lisan atau berupa tulisan yang memiliki berbagai ciri, keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan dan keindahan dalam isi dan ungkapannya

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN : BAHASA DAN SASTRA SUNDA SATUAN PENDIDIKAN : SMP NEGERI 2 BANJAR

MATA PELAJARAN : BAHASA DAN SASTRA SUNDA SATUAN PENDIDIKAN : SMP NEGERI 2 BANJAR MATA PELAJARAN : BAHASA DAN SASTRA SUNDA SATUAN PENDIDIKAN : SMP NEGERI 2 BANJAR KELAS : VIII KOMPETENSI INTI : 8.1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 8.2 8.3 8.4 Menghargai dan menghayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bagian daripada kebudayaan. Bila kita mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bagian daripada kebudayaan. Bila kita mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sastra merupakan bagian daripada kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 463

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 463 SUMBANGAN CERITA RAKYAT DI WILAYAH MADIUN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Eni Winarsih IKIP PGRI Madiun Abstrak Cerita rakyat adalah ragam cerita yang berkembang dalam masyarakat. Cerita rakyat disebarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA Rizky Imania Putri Siswandari 1, Muh. Ariffudin Islam 2, Khamadi 3 Jurusan Desain Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik

BAB I PENDAHULUAN. Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Antan Delapan adalah nama salah satu Kesenian di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik yang diiringi oleh

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 289 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan penelitian pada kakawihan kaulinan barudak lembur (KKBL) yang ada di Kabupaten Kuningan, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri karena adanya bukti-bukti berupa tradisi dan peninggalan-peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum dalam pendidikan di Indonesia terus berkembang dari waktu ke waktu. Tentunya perkembangan ini terjadi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan, bahkan perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utama Grafiti, 1994), 1. 2 James Dananjaja, 21.

BAB I PENDAHULUAN. Utama Grafiti, 1994), 1. 2 James Dananjaja, 21. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa yang baik adalah bangsa yang terus melestarikan tradisi leluhurnya secara turun temurun. Tradisi-tradisi ini kemudian disebut dengan folklore.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).

Lebih terperinci

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat Karungut adalah sebuah kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan. Kejadian-kejadian yang menjerumus pada kekerasan, seolah menjadi hal yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang,

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Menurut Nugroho, 2005:1, bahwa permainan

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA

MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA Juli 2013 SILABUS Kelas VII MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013 PERCAKAPAN Penggunaan Bahasa Sunda dalam Kehidupan

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA Oleh Sandro Tamba Hendra K. Pulungan, S. Sos., M.I.Kom Pengkajian terhadap sastra merupakan kajian yang cukup menarik dengan memperhatikan segi media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

BAB V UPAYA PELESTARIAN NYANYIAN RAKYAT KAU-KAUDARA DI SEKOLAH. Pada bagian ini membahas tentang upaya pelestarian kau kaudara yang

BAB V UPAYA PELESTARIAN NYANYIAN RAKYAT KAU-KAUDARA DI SEKOLAH. Pada bagian ini membahas tentang upaya pelestarian kau kaudara yang 175 BAB V UPAYA PELESTARIAN NYANYIAN RAKYAT KAU-KAUDARA DI SEKOLAH A. Pengantar Pada bagian ini membahas tentang upaya pelestarian kau kaudara yang dapat dilakukan di sekolah, antara lain (1) nyanyian

Lebih terperinci

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU Oleh: Nepi Sutriati 1, Hasanuddin WS 2, Zulfadhli 3 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN

MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN RESENSI BUKU MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN Asep Rahmat Hidayat Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung 40113, Telepon: 085220508085, Posel: kang.abu2@gmail.com Naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini, media komunikasi tradisional cenderung banyak yang terlupakan dibandingkan dengan media teknologi komunikasi

Lebih terperinci

BAB II CERITA RAKYAT NYAI ANTEH PENUNGGU BULAN

BAB II CERITA RAKYAT NYAI ANTEH PENUNGGU BULAN BAB II CERITA RAKYAT NYAI ANTEH PENUNGGU BULAN II.1 Cerita Rakyat Sebagai Bagian dari Foklor Danandjaja (seperti dikutip, Supendi 2010) Foklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa mempunyai peranan penting untuk berkomunikasi, baik komunikasi verbal maupun non verbal. Bahasa manusia mengkomunikasikan pengalaman, pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai macam budaya. Kebudayaan ini haruslah dilestarikan dan dijaga, karena merupakan warisan yang telah diwariskan turun-temurun oleh bangsa

Lebih terperinci

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan penelitian (4) mamfaat penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita rakyat atau folklor adalah adatistiadat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita rakyat atau folklor adalah adatistiadat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai banyak provinsi. Setiap provinsi memiliki budaya yang beraneka ragam. Bahasa, pakaian adat, senjata daerah, rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang,

BAB I PENDAHULUAN. pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab kesatu dari lima bab penulisan tesis ini akan dimulai dengan pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerita rakyat adalah salah satu budaya Indonesia yang menambah keragaman budaya di negeri kita dan patut dilestarikan. Setiap daerah di Indonesia pada umumnya mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa di dunia memiliki khazanah cerita prosa rakyat. Menurut Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Dayak Ngaju merupakan suku Dayak yang berdomisili di Provinsi Kalimantan Tengah. Umumnya, suku Dayak Ngaju tinggal di sepanjang sungaisungai besar seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua negara ini sama sama menghasilkan karya karya sastra dalam bentuk puisi terutama puisi puisi

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL Firdauzia Nur Fatimah, Edy Tri Sulistyo Universitas Sebelas Maret ningfirda15@gmail.com, edytrisulistyo9@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAWIH KAULINAN BARUDAK SUNDA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK KARAWITAN SUNDA

BAB II KAWIH KAULINAN BARUDAK SUNDA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK KARAWITAN SUNDA BAB II KAWIH KAULINAN BARUDAK SUNDA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK KARAWITAN SUNDA 2.1 Karawitan Dalam http://visitjavacs.blogspot.com karawitan dapat ditinjau dari 3 arti, yang pertama secara etimologi karawitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir manusia dalam rangka menghadapi masalah kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir manusia dalam rangka menghadapi masalah kehidupan sehari-hari. 6 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sastra merupakan sebuah refleksi kehidupan manusia dengan berbagai dimensi yang ada. Sastra mempunyai nilai keindahan, sehingga mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

-2- lain dari luar Indonesia dalam proses dinamika perubahan dunia. Dalam konteks tersebut, bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah, tantangan, d

-2- lain dari luar Indonesia dalam proses dinamika perubahan dunia. Dalam konteks tersebut, bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah, tantangan, d TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I DIKBUD. Kebudayaan. Pemajuan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 104) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN TEORY

BAB III DATA DAN TEORY BAB III DATA DAN TEORY A. Data Perancangan 1. Data Anak Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Di masa ini pendidikan untuk mereka sangatlah penting

Lebih terperinci

PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI (SK) & KOMPETENSI DASAR (KD)

PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI (SK) & KOMPETENSI DASAR (KD) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI (SK) & KOMPETENSI DASAR (KD) PENDIDIKAN BUDAYA & KARAKTER BANGSA Mata Pelajaran : Bahasa Sunda Satuan Pendidikan : SMP/MTs Kelas/Semester : VII IX /1 & 2 Nama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa. Dapat dikatakan dalam suatu bagian daerah Indonesia memiliki kebudayaan dan kesenian khas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CERITA RAKYAT KUNINGAN TERINTEGRASI NILAI KARAKTER DALAMPEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CERITA RAKYAT KUNINGAN TERINTEGRASI NILAI KARAKTER DALAMPEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CERITA RAKYAT KUNINGAN TERINTEGRASI NILAI KARAKTER DALAMPEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP Yoyoh Komariah SMP Negeri 3Kuningan Valentineyona565@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Gayo adalah kesenian Didong. Kata didong mendekati pengertian dendang adalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Gayo adalah kesenian Didong. Kata didong mendekati pengertian dendang adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam adalah salah satu kekayaan nasional yang tak ternilai harganya. Kebudayaan yang beraneka ragam tersimpan di dalam

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI TRANG-TRANG KOLENTRANG PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SD GRIBA 5 ANTAPANI BANDUNG

2015 PEMBELAJARAN TARI TRANG-TRANG KOLENTRANG PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SD GRIBA 5 ANTAPANI BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian di Sekolah Dasar merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang mendukung mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran yang sama, meskipun implementasi pembelajarannya berbeda. Hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan. (berkomunikasi), saling belajar dari orang lain, dan saling memahami orang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan. (berkomunikasi), saling belajar dari orang lain, dan saling memahami orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan (berkomunikasi), saling belajar dari orang lain, dan saling memahami orang lain. Melalui bahasa, seseorang akan

Lebih terperinci

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 225 BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran sebagai bab penutup. Kesimpulan yang dimaksud adalah memberikan gambaran yang jelas dari analisis data yang berkaitan

Lebih terperinci

6. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. (Cetakan kedua 2010, cetakan pertama 2005). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

6. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. (Cetakan kedua 2010, cetakan pertama 2005). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 6. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. (Cetakan kedua 2010, cetakan pertama 2005). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. SASTRA ANAK Pengantar Pemahaman Dunia Anak Burhan Nurgiyantoro KATA

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN)

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN) SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN) SATUAN PELAJARAN: SMP KELAS : VIII KOMPETENSI INTI : KI 1 : Menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai perilaku

Lebih terperinci