Business Plan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Nusa Penida. Marthen Welly/CTC

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Business Plan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Nusa Penida. Marthen Welly/CTC"

Transkripsi

1 Business Plan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Nusa Penida Marthen Welly/CTC

2 Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Pendahuluan Visi Misi Indikator Keberhasilan Ringkasan Organisasi Pengelola Dasar Hukum Pembentukan Kegiatan Utama Ringkasan Analisis Pasar Segmentasi Pasar... 5 Tabel 1: Analisis Pasar Strategi Segmentasi Pasar Analisis Layanan Wisata Pola Alternatif Layanan Wisata Ringksan Strategi dan Implementasi Analisis SWOT engths Weaknesses pportunities Threats Keunggulan Kompetitif Strategi Pemasaran Strategi Pemungutan yeksi Pendapatan Tabel 2: Proyeksi Pendapatan Grafik 3: Pendapatan per Tahun Milestones Tabel 3: Milestones Ringkasan Unit Pengelola Biaya Personil Tabel 4: Personnel Proyeksi Surplus atau Defisit Tabel 5: Surplus dan Defisit Grafik 4: Surplus Tahunan Grafik 5: Gross Surplus Tahunan... 15

3 Ringkasan Eksekutif Perairan Nusa Penida memiliki keanekaragaman hayati laut yang tinggi dan terletak di kawasan segitiga karang dunia (coral triangle). Terdapat hampir 300 jenis terumbu karang, 576 jenis ikan, 13 jenis mangrove dan 8 padang lamun di Nusa Penida. Perairan Nusa Penida juga memiliki biota laut unik dan langka seperti ikan mola-mola (sunfish), ikan Pari manta, penyu, hiu, paus dan lumba-lumba. Ikan mola-mola adalah ikon wisata Nusa Penida sebab ikan laut dalam ini hanya muncul di Nusa Penida. Kemunculan ikan mola-mola di permukaan (kedalaman sekitar 20 meter) biasanya antara bulan Juli - September setiap tahunnya. Perairan Nusa Penida telah dicadangkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) melalui Peraturan Bupati Klungkung No. 12 tahun 2010 dengan visi pengelolaan "terwujudnya kawasan konservasi perairan Nusa Penida yang dikelola secara efektif dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat". Misi pengelolaan adalah: 1. Menciptakan pengelolaan secara kolaboratif antara para pemangku kepentingan di dalam kawasan konservasi perairan Nusa Penida 2. Menciptakan pariwisata bahari yang ramah lingkungan dan berkelanjutan 3. Menciptakan perikanan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan Pengelolaan KKPD Nusa Penida dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Klungkung No. 30 Tahun Dalam pelaksanaannya, pengelola kawasan bekerja bersama para mitra, termasuk LSM, korporasi, dan stakeholder lainnya. Rencana Pemasaran akan difokuskan untuk menjaring wisatawan asing tanpa mengabaikan wisatawan domestik, yang memililiki minat khusus pada kegiatan selam, snorkeling, dan wisata bahari lainnya melalui kegiatan berikut: Membangun website yang attraktif, informatif, dan interaktif, termasuk film tentang Nusa Penida Melakukan promosi wisata di Denpasar dan Sanur dalam bentuk iklan media, brosur, booklet, dsb. Membangun kerjasama dengan agen perjalanan wisata di Denpasar dan Sanur. Lainnya Penghasilan KKPD Nusa Penida diperoleh melalui retribusi wisata, baik terhadap dive operator, kapal wisata, maupun wisatawan dengan asumsi harga sebagai berikut: Izin operasi dive operator untuk kegiatan selam/snorkeling: 3 juta/tahun Kegiatan selam: /wisatawan/hari Kegiatan snorkeling: /wisatawan/hari Tiket masuk: /orang/hari Wisata memancing: /kapal/hari Live of Board (LOB): /kapal/hari Page 1

4 Dengan menggunakan skenario 'biaya pengelolaan minimum' yang dikembangkan oleh Pokja Pendanaan Berkelanjutan, KKPD Nusa Penida mampu menutupi biaya operasional pengelolaan dan bahkan memperoleh surplus. Grafik 1: Hughlighs Page 2

5 1. Pendahuluan 1.1 Visi Visi jangka panjang (20 tahun) pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida adalah "terwujudnya kawasan konservasi perairan Nusa Penida yang dikelola secara efektif dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat" 1.2 Misi Misi jangka panjang (20 tahun) pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida adalah: 1. Menciptakan pengelolaan secara kolaboratif antara para pemangku kepentingan di dalam kawasan konservasi perairan Nusa Penida 2. Menciptakan pariwisata bahari yang ramah lingkungan dan berkelanjutan 3. Menciptakan perikanan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan 1.3 Indikator Keberhasilan Keberhasilan pengelolaan KKPD Nusa Penida dapat dilihat dari indikator berikut ini: 1. Kesehatann ekosistem terumbu karang, hutan bakau dan padang lamun sebagai sumber perikanan dan wisata bahari. 2. Kelestarian biota laut yang khas dan unik seperti ikan Mola mola, ikan pari manta, penyu, dugong, paus, lumba-lumba, napoleon dan hiu sebagai atraksi wisata bahari. 3. Dukungan para pemangku kepentingan di dalam pengelolaan KKP Nusa Penida baik dari Desa Pakraman, kelompok masyarakat, para pelaku wisata bahari pemerintah Kabupaten Klungkung, Propinsi Bali dan Pusat di dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida. 4. Payung hukum yang jelas dan kuat di dalam implementasi pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida. 5. Badan pengelola dengan kapasitas yang cukup sehingga dapat diberikan tanggung-jawab sekaligugus wewenang di dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida. 6. Rencana pengelolaan jangka panjang (20 tahun), jangka menengah (5 tahun) dan jangka pendek (1 tahun) yang memberikan arahan kepada badan pengelola untuk mengelola kawasan konservasi perairan Nusa Penida. 7. Mekanisme pengawasan dan pendanaan jangka panjang di dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida. 2.0 Ringkasan Organisasi Pengelola Pengelolaan KKPD Nusa Penida dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Nusa Penida yang dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan mitra, termasuk LSM, korporasi, kelompok masyarakat, dan stakeholder lainnya. 2.1 Dasar Hukum Pembentukan UPTD KKPD Nusa Penida dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Klungkung No 30 Tahun 2012 tentang Rincian Tugas Pokok Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Badan pada Perangkat Daerah Kabupaten Klungkung, dengan struktur organisasi sebagai berikut: Page 3

6 3.1 Kegiatan Utama Pengelolaan KKPD Nusa Penida dilakukan berdasarkan Rencana Pengelolaan dan Zonasi, sementara evaluasi terhadap efektifitas pengelolaan merujuk pada E-KKP3K. Kegiatan utama yang akan dilakukan dalam pengelolaan KKPD Nusa Penida adalah sebagai berikut: 1. Perlindungan populasi dan habitat 2. Pengelolaan wisata 3. Pendidikan dan public awareness 4. Penelitian 5. Pengawasan 6. Pemberdayaan masyarakat 7. Operasional kantor dan co-management 8. Monitoring ekosistem dan habitat 9. Penguatan UPTD 4.0 Ringkasan Analisis Pasar Target pasar utama adalah wisatawan asing dan target tambahan adalah wisatawan domestik. Jumlah wisatawan ke nusa Penida diperkirakan sebanyak orang/tahun (survei Willingness to Pay 2011), namun bedasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung, jumlah rata-rata wisatawan ke Nusa Penida dalam 3 tahun terakhir ( ) sebanyak orang/tahun. Dokumen ini menggunakan angka konservatif yaitu sebesar wisatawan sebagai dasar perhitungan. Mayoritas wisatawan yang datang ke Nusa Penida berasal dari Eropa (50%) dengan Prancis sebagai negara Eropa penyumbang wisatawan terbesar (20% dari total tamu Eropa), disusul Australia (31%), Asia (13%), dan Amerika (4%). Dari sisi usia, kelompok usia mewakili 74 % dari total wisatawan yang datang ke Nusa Penida. Sementara dari aspek pendidikan, jumlah wisatawan yang memiliki gelar sarjana sebanyak 53%, gelar master dan doktoral 19%, tamatan SMA 16%, dan pernah kuliah di universitas 10%. Wisatawan umumnya memiliki tingkat pendapatan sebesar US$ per tahun (36%). Sebagian besar wisatawan (61%) yang datang ke Nusa Penida hanya tinggal untuk waktu yang relatif singkat yaitu 1-3 hari dan bagi mayoritas wisatawan (79%) merupakan kunjungan pertama ke Nusa Penida. Mayoritas wisatawan yang datang hanya untuk 1 hari adalah para turis yang mengikuti kegiatan cruise seperti Quicksilver, Bali Hai, Bounty, Eka Jaya, dan Sea Sensation. Mayoritas wisatawan datang dari Sanur dan Tanjung Benoa, menghabiskan waktu sekitar 4 jam (pukul ) di pontoon dengan berbagai kegiatan watersport; seperti banana boat, diving, snorkeling, water sliding dan diselingi dengan village tour selama 1 jam ke sekitar Nusa Penida (Quicksilver), Nusa Lembongan (Bali Hai, Bounty, dan Sea Sensation), dan Nusa Ceningan (Eka Jaya). Bagi sebagian besar wisatawan (77%), Nusa Penida adalah tujuan sampingan dimana tujuan utama dari mayoritas wisatawan (82%) adalah Bali. Page 4

7 4.1 Segmentasi Pasar Segmen pasar utama wisatawan KKPD Nusa Penida adalah sebagai berikut: Asal Wisatawan: Eropa, Australia, Asia Usia: tahun Pendidikan: sarjana Kegiatan wisata utama: selam dan snorkeling, menikmati pantai dan matahari, menikmati keindahan alam secara umum, dan lingkungan yang santai Tabel 1: Analisis Pasar Analisis Pasar Growth CAGR Wisatawan Eropa 0% 70,000 70,000 70,000 70,000 70, % Wisatawan Australia 0% 43,400 43,400 43,400 43,400 43, % Wisatawan Asia 0% 18,200 18,200 18,200 18,200 18, % Wisata lainnya 0% 8,400 8,400 8,400 8,400 8, % Total 0.00% 140, , , , , % Grafik 2: Analisis Pasar 4.2 Strategi Segmentasi Pasar KKPD Nusa Penida memiliki karakteristiks sebagai berikut: Sebagai kawasan ekowisata, daya dukung lingkungan (carrying capacity) menjadi pertimbangan utama dalam pengelolaan kawasan Page 5

8 Sebagai kawasan konservasi, kawasan ini memiliki titik selam terbatas, kemunculan molamola hanya pada musim tertentu Waktu kunjungan wisatawan hanya 1-3 hari dan bukan menjadi tujuan utama wisata Berdasarkan karakteristik tersebut, maka strategi yang akan dilakukan adalah pengembangan wisata ekslusif melalui: Pembatasan jumlah wisatawan sesuai dengan daya dukung lingkungan (carrying capacity) sebuah kawasan konservasi. Maksimalisasi manfaat dengan jumlah wisatawan yang terbatas. Pengaturan lokasi selam untuk memperlama waktu kunjungan sekaligus dalam rangka pemulihan ekosistem. Pengaturan jumlah wisatawan untuk menyaksikan Mola-Mola, sesuai musim naiknya Molamola pada kedalaman sekitar 20 meter. 4.3 Analisis Layanan Wisata UNWTO (Organisasi Pariwisata Dunia) memperkirakan jumlah wisatawan global tahun 2012 mencapai hampir 1 milyar orang dengan pertumbuhan sebesar 4% dibandingkan tahun sebelumnya. Organisasi ini juga merilis total pendapatan yang dihasilkan oleh pariwisata internasional tahun 2011 sebesar 1,2 trilliun dollar. Sepuluh negara destinasi pariwisata yang paling diminati adalah Prancis, Amerika Serikat, China, Spanyol, Italia, Inggris, Turki, Jerman, Malaysia, dan Meksiko. Untuk Indonesia, jumlah kunjungan wisatawan asing tahun 2012 sebanyak 8 juta orang, mengalami pertumbuhan sebesar 5,16 persen dibandingkan tahun Bali merupakan destinasi wisata utama dengan jumlah wisatawan asing sebanyak 3 juta orang atau 37,5% dari total wisatawan asing yang mengunjungi Indonesia. Dari jumlah tersebut, jumlah wisatawan asing yang mengunjungi Nusa Penida diperkirakan sebanyak 200 ribu orang (hasil survei Willingness to Pay, 2011). Tujuan utama wisatawan asing ke Nusa Penida adalah untuk selam dan snorkeling yaitu dengan mengikuti kegiatan cruise seperti Quicksilver, Bali Hai, Bounty, Eka Jaya, dan Sea Sensation melalui Sanur dan Tanjung Benoa. Saat ini terdapat 25 dive operator melaksanakan bisnis penyelaman dan snorkeling di perairan Nusa Penida. Selain itu, alasan wisatawan asing ke Nusa Penida adalah untuk menikmati pantai dan matahari, keindahan alam secara umum, lingkungan yang santai, masyarakat dan budaya lokal, dan lainnya Pola Alternatif Layanan Wisata Tujuan utama wisatawan mengunjungi Nusa Penida adalah selam dan snorkeling, menikmati keindahan pantai dan matahari, serta menikmati lingkungan yang santai (survei Willingness to Pay, 2011) Wisatawan selam dan snorkeling umumnya mencari lokasi dengan karakteristik berikut: Memiliki keindahan alam bawah laut yang ditandai dengan tingkat keanekaragaan karang dan ikan karang yang tinggi serta menonjolkan keunikan habitat yang khas. Page 6

9 Keberadaan spesies laut yang eksotis seperti penyu, lumba-lumba, hiu, pari manta, dan lainnya. Ketersediaan fasilitas penyelaman, seperti speedboat, pemandu selam, profil lokasi, dan peralatan selam. Menghindari lokasi destructive fishing yang ditandai dengan banyaknya suara ledakan bom ikan dan puing-puing terumbu karang. Wisatawan yang ingin menikmati keindahan pantai dan matahari, serta lingkungan yang santai umumnya mencari loasi dengan karakteristik berikut: Keberadaan pantai yang bersih, pasir putih, dan keramahan masyarakat Fasilitas wisata, seperti banana boat, glass bottom boat, kayaking, dll. Keberadaan ekosistem mangrove yang masih alami dengan binatang penghuninya, seperti burung endemik/migrasi, monyet, dll. 5.1 Ringksan Strategi dan Implementasi. Berdasarkan karakteristik kawasan, strategi yang akan dilakukan adalah pengembangan wisata ekslusif melalui: Pembatasan jumlah wisatawan sesuai dengan daya dukung lingkungan (carrying capacity) sebuah kawasan konservasi. Maksimalisasi manfaat dengan jumlah wisatawan yang terbatas. Pengaturan lokasi selam untuk memperlama waktu kunjungan sekaligus dalam rangka pemulihan ekosistem. Pengaturan jumlah wisatawan untuk menyaksikan Mola-Mola, sesuai musim naiknya Molamola pada kedalaman sekitar 20 meter. Untuk menjamin pembayaran retribusi masuk kawasan maupun retribusi pemanfaatan wisata, maka UPTD Nusa Penida akan melakukan hal-hal berikut: Membentuk pos-pos pembelian tiket di lokasi strategis, seperti Sanur, Tanjung Benoa, dan Padang Bai. Membangun sistem pembelian tiket online melalui website Nusa Penida Membuat PIN dengan harga tertentu untuk penggunaan 1 tahun 5.1 Analisis SWOT Analisa SWOT adalah instrumen yang sering digunakan untuk meminimalkan pengaruh kelemahan dalam bisnis sambil memaksimalkan kekuatan. Analisa SWOT terdiri dari kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Kekuatan dan kelemahan berdasarkan analisis lingkungan internal, sedangkan peluang dan ancaman berdasarkan analisis lingkungan eksternal. Page 7

10 5.1.1 Strengths Daya tarik wisata pantai Nusa Penida didukung oleh pantai berpasir putih dan perairan yang jernih. Keunikan budaya Nusa Penida dan keramahan masyarakat. Wisata kuliner Nusa Penida yang khas bersumber dari hasil bumi dan hasil laut lokal yang masih segar. Daya tarik souvenir khas Nusa Penida, diantaranya kain tenun khas Nusa Penida dan kerajinan perak. Nusa Penida sebagai kawasan konservasi perairan daerah yang telah dicadangkan oleh Pemkab Klungkung Sudah terbentuk Pokja KKPD Nusa Penida Pemkab sudah mengalokasikan dana untuk KKPD Nusa Penida Terumbu karang Nusa Penida terletak di Kawasan Segitiga Karang Dunia (Coral Triangle) dengan 296 jenis karang dan 576 jenis ikan Nusa Penida memiliki 3 ekosistem pesisir penting, yaitu terumbu karang, hutan mangrove dan padang lamun. Memiliki ikon ikan mola-mola, yaitu ikan laut dalam yang pada musim tertentu muncul ke permukaan pada kedalaman sekitar 20 meter Weaknesses Kualitas sumberdaya manusia yang masih perlu ditingkatkan, terutama terkait dengan kemampuan teknis dan manajerial pengelolaan konservasi dan bisnis wisata. Keberadaan jasa pemandu wisata yang masih perlu ditingkatkan, terutama dari sisi kelembagaan. Kelembagaan & kapasitas lembaga pengelola masih rendah Mekanisme pemungutan berbasis teknologi belum ada Resource masih rendah: dana, fasilitas, dll Opportunities Jumlah wisatawan asing ke Indonesia sepanjang tahun 2012 sebanyak 8 juta orang atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,16 persen dibandingkan tahun Jumlah wisatawan asing ke Bali sepanjang tahun 2012 sebayak 3 juta orang atau mengalami pertumbuhan sebesar 11,11 persen dibandingkan tahun Porsi kunjungan wisatawan asing ke Bali sebesar 37,5% dari total wiasatawan asing ke Indonesia. Pariwisata Bali didukung oleh infrastruktur dan budaya masyarakat. Keadaan politik nasional dan daerah yang kondusif. Ekonomi yang stabil dan cenderung mengalami pertumbuhan. Kemajuan teknologi, khususnya dibidang teknologi informasi dalam kaitannya promosi. Keamanan lingkungan yang kondusif. Keberadaan lembaga keuangan dan investor guna mendukung pembangunan pariwisata di KKPD Nusa Penida. Peningkatan resource/benefit melalui tata kelola yang lebih baik Page 8

11 5.1.4 Threats Resiko bencana alam seperti tsunami dan gempa bumi. Wisata Nusa Penida relatif masih kalah bersaing dengan lokasi pariwisata kelas dunia lainnya (seperti Bali, Hawaii dan wisata kelas dunia lainnya). Minimnya fasilitas umum, seperti penjaga pantai, jalan, jembatan, dsb. Regulasi yang berkaitan dengan sektor pariwisata dan konservasi Nusa Penida masih perlu dilengkapi Intensitas patroli masih perlu ditingkatkan. Kegiatan penangkapan ikan merusak (destructive fishing) masih terjadi meski dengan intensitas yang menurun Daya dukung lingkungan (carrying capacity) belum diperhitungkan 5.2 Keunggulan Kompetitif KKPD Nusa Penida memiliki keunggulan sebagai destinasi ekowisata sebagai berikut: Perairan Nusa Penida memiliki keanekaragaman hayati laut yang tinggi dan terletak di kawasan segitiga karang dunia (coral triangle). Terdapat hampir 300 jenis terumbu karang, 576 jenis ikan, 13 jenis mangrove dan 8 padang lamun di Nusa Penida. Perairan Nusa Penida juga memiliki biota laut unik dan langka seperti ikan mola-mola (sunfish), ikan Pari manta, penyu, hiu, paus dan lumba-lumba. Ikan mola-mola adalah ikon wisata Nusa Penida sebab ikan laut dalam ini hanya muncul di Nusa Penida. Kemunculan ikan mola-mola di permukaan (kedalaman sekitar 20 meter) biasanya antara bulan Juli - September setiap tahunnya. Produk wisata bahari Nusa Penida relatif bervariasi, seperti wisata selam, snorkeling, mangrove, pantai, olah raga pantai, memancing, parasailing, banana boat, berlayar, dsb. Lokasi Nusa Penida terletak di jaringan pariwisata Bali yang merupakan lokasi wisata favorit di Indonesia. Total wisatawan asing ke Indonesia tahun 2012 mencapai 8 juta orang dimana 3 juta diantaranya (37,5%) mengunjungi Bali. Dengan lokasi yang mudah di jangkau, Nusa Penida memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan keuntungan ekonomis dari perkembangan pariwisata Bali. 5.3 Strategi Pemasaran Pemasaran KKPD Nusa Penida akan difokuskan untuk menjaring wisatawan asing tanpa mengabaikan wisatawan domestik, yang memililiki minat khusus pada kegiatan selam, snorkeling, dan wisata bahari lainnya melalui kegiatan berikut: Membangun website yang attraktif, informatif, dan interaktif, termasuk film tentang Nusa Penida Melakukan promosi wisata di Denpasar dan Sanur dalam bentuk iklan media, brosur, booklet, dsb. Membangun kerjasama dengan agen perjalanan wisata di Denpasar dan Sanur. Lainnya Page 9

12 5.4 Strategi Pemungutan Untuk menjamin pembayaran retribusi masuk kawasan maupun retribusi pemanfaatan wisata, maka UPTD Nusa Penida akan melakukan hal-hal berikut: Membentuk pos-pos pembelian tiket di lokasi strategis, seperti Sanur, Tanjung Benoa, dan Padang Bai. Membangun sistem pembelian tiket online melalui website Nusa Penida Membuat PIN dengan harga tertentu untuk penggunaan 1 tahun Proyeksi Pendapatan Penghasilan KKPD Nusa Penida diperoleh melalui retribusi wisata, baik terhadap dive operator, kapal wisata, maupun wisatawan dengan asumsi sebagai berikut: Retribusi selam: /wisatawan/hari, dengan asumsi jumlah wisatawan selam sebanyak orang per tahun (0,33 x 60% x 140 ribu) Retribusi snorkeling: /wisatawan/hari, dengan asumsi jumlah wisatawan selam sebanyak orang per tahun (0.33 x 40% x 140 ribu) Retribusi/tiket masuk: /orang/hari, dengan asumsi jumlah wisatawan sebanyak orang per tahun Retribusi Live of Board (LOB): /kapal/hari, dengan asumsi jumlah kapal sebanyak 100 kapal per bulan (5 kapal x 20 hari) Retribusi wisata memancing: /kapal/hari, dengan asumsi jumlah kapal pemancing sebanyak 100 kapal per bulan (5 kapal x 20 hari). Izin operasi dive operator untuk kegiatan selam sebesar: 3 juta/tahun, dengan asumsi jumlah dive operator sebanyak 25 perusahaan. Tabel 2: Proyeksi Pendapatan Proyeksi Pendapatan Units Wisata selam (orang) 27,720 27,720 27,720 27,720 27,720 Wisata snorkeling (orang) 18,480 18,480 18,480 18,480 18,480 Tiket masuk (orang) 93,804 93,804 93,804 93,804 93,804 Live of board (kapal) Wisata memancing (kapal) Izin dive operator (perusahaan) Total Units 140, , , , ,221 Harga Unit Wisata selam (orang) 50, , , , , Wisata snorkeling (orang) 30, , , , , Tiket masuk (orang) 6, , , , , Live of board (kapal) 500, , , , , Wisata memancing (kapal) 300, , , , , Izin dive operator Page 10

13 (perusahaan) 3,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Pendapatan Wisata selam (orang) Wisata snorkeling (orang) Tiket masuk (orang) Live of board (kapal) 1,386,000, ,400, ,824,000 48,000,000 1,386,000, ,400, ,824,000 48,000,000 1,386,000, ,400, ,824,000 48,000,000 1,386,000, ,400, ,824,000 48,000,000 1,386,000, ,400, ,824,000 48,000,000 Wisata memancing (kapal) 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 28,800,000 75,000,000 75,000,000 75,000,000 75,000,000 75,000,000 Izin dive operator (perusahaan) Total Funding 2,655,024,000 2,655,024,000 2,655,024,000 2,655,024,000 2,655,024,000 Grafik 3: Pendapatan per Tahun 5.5 Milestones Beberapa tahapan penting dalam marketing plan adalah sebagai berikut: Pembangunan website dan tiket online; menjangkau calon wisatawan di seluruh dunia dan menyediakan alternatif pembelian tiket Produksi brosur, booklet, dll; menjangkau wisatawan yang sudah berada di Bali Produksi film Nusa Penida; memberikan kesan yang lebih mendalam tentang potensi wisata dan upaya konservasi Menjalin kerjasama (MOU) dengan agen perjalanan wisata; memasukkan Nusa Penida ke dalam agenda perjalanan wisata Bali Lainnya Page 11

14 Tabel 3: Milestones Milestones Milestone Membangun website & tiket online Produksi film Nusa Penida Pencetakan brosur, leaflet, dll MOU dengan agen wisata Start Date End Date Budget Responsible 15,000,000 UPTD 25,000,000 10,000,000 5,000,000 UPTD UPTD UPTD Totals 55,000, Ringkasan Unit Pengelola Pengelolaan kawasan dilakuan oleh UPTD Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Nusa Penida yang dibentuk oleh Bupati Klungkung berdasarkan Peraturan Bupati No. 30 Tahun Dalam pelaksanaannya, UPTD didukung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, Coral Triangle Center (CTC), perguruan tinggi, dan lembaga konservasi lainnya. 6.1 Biaya Personil Biaya untuk staf UPTD Nusa Penida adalah sebagai berikut: Kepala UPTD (1 orang) : 3,5 juta/bulan Kepala Tata Usaha (1 orang) : 3 juta/bulan Bendahara (1 orang) : 2,5 juta/bulan Tenaga fungsional (3 orang) : 2 juta/bulan Page 12

15 Tabel 4: Personil Rencana Personil Kepala UPTD 42,000,000 44,100,000 46,305,000 48,620,250 51,051,263 Kepala Tata Usaha 36,000,000 37,800,000 39,690,000 41,674,500 43,758,225 Bendahara 30,000,000 31,500,000 33,075,000 34,728,750 36,465,188 Tenaga fungsional 1 24,000,000 25,200,000 26,460,000 27,783,000 29,172,150 Tenaga fungsional 2 24,000,000 25,200,000 26,460,000 27,783,000 29,172,150 Tenaga fungsional 3 24,000,000 25,200,000 26,460,000 27,783,000 29,172,150 Total People Total Payroll 180,000, ,000, ,450, ,372, ,791, Proyeksi Surplus atau Defisit Dengan menggunakan skenario 'biaya pengelolaan minimum' yang dikembangkan oleh Pokja Pendanaan Berkelanjutan, KKPD Nusa Penida mampu menutupi biaya operasional pengelolaan dan bahkan memperoleh surplus. Tabel 5: Surplus dan Defisit Surplus dan Defisit Pendapatan 2,655,024,000 2,655,024,000 2,655,024,000 2,655,024,000 2,655,024,000 Direct Cost Other Costs of Funding Total Direct Cost Gross Surplus 2,655,024,000 2,655,024,000 2,655,024,000 2,655,024,000 2,655,024,000 Gross Surplus % % % % % % Biaya Payroll 180,000, ,000, ,450, ,372, ,791,125 Marketing/Promotion 55,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000 10,000,000 Depreciation 0 Biaya Operasional 0 Pengelolaan Perlindungan populasi dan 99,600,000 99,600,000 99,600,000 99,600,000 99,600,000 habitat Pengelolaan wisata 99,600,000 99,600,000 99,600,000 99,600,000 99,600,000 Pendidikan dan public 99,600,000 99,600,000 99,600,000 99,600,000 99,600,000 Page 13

16 awarenes Penelitian 99,600,000 99,600,000 99,600,000 99,600,000 99,600,000 Pengawasan 348,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 Pemberdayaan masyarakat 150,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 Operasional kantor dan co- 276,000,000 management 276,000, ,000, ,000, ,000,000 Monitoring ekosistem dan 396,000,000 habitat 396,000, ,000, ,000, ,000,000 Penguatan UPTD 720,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 Total Biaya Operasional 2,523,400,000 2,487,400,000 2,496,850,000 2,506,772,500 2,517,191,125 Surplus Before Interest and 131,624,000 Taxes 167,624, ,174, ,251, ,832,875 EBITDA 131,624, ,624, ,174, ,251, ,832,875 Interest Expense Taxes Incurred Net Surplus 131,624, ,624, ,174, ,251, ,832,875 Net Surplus/Funding 4.96% 6.31% 5.96% 5.58% 5.19% Grafik 4: Pendapatan Tahunan Page 14

17 Grafik 5: Gross Pendapatan Tahunan Page 15

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terdiri dari 34 provinsi (Data Kemendagri.go.id, 2012). Indonesia memiliki potensi alam yang melimpah sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN TNP LAUT SAWU DAN TWP GILI MATRA

RENCANA AKSI PENGELOLAAN TNP LAUT SAWU DAN TWP GILI MATRA RENCANA AKSI PENGELOLAAN TNP LAUT SAWU DAN TWP GILI MATRA Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) KUPANG Jl. Yos Sudarso, Jurusan Bolok, Kelurahan Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Provinsi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lampung merupakan provinsi di Indonesia yang memiliki letak yang strategis. Hal ini karena keberadaan provinsi ini sebagai pintu gerbang memasuki Pulau Sumatera.

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi geografis yang dimiliki Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan bangsa dan negara. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang salah satunya dikenal dengan bila diterapkan di alam, merupakan sebuah peluang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi pada saat ini menjadi bagian yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Hal tersebut didasarkan pada perkembangan jaman menuju arah yang lebih

Lebih terperinci

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari beberapa gugusan pulau mulai dari yang besar hingga pulau yang kecil. Diantara pulau kecil tersebut beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pengembangan pariwisata sebagai industri, adalah untuk meningkatkan perolehan devisa. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, sangat membutuhkan

Lebih terperinci

7. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KOTA MAKASSAR

7. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KOTA MAKASSAR 7. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KOTA MAKASSAR 175 Penentuan skala prioritas kebijakan pengembangan wisata bahari di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

Kelompok Ekowisata DA KKAYU AKKAL MARATUA

Kelompok Ekowisata DA KKAYU AKKAL MARATUA Kelompok Ekowisata DA KKAYU AKKAL MARATUA Tempat peneluran penyu hijau utama Wisata Menyelam Dunia Wilayah kelautan Berau sudah dikenal sebagai destinasi aktivitas pariwisata bahari bertaraf internasional

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA NAMA NIM KELAS : HANDI Y. : 11.02.8010 : D3 MI 2C SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau kecil yang biasanya menunjukkan karakteristik keterbatasan sumber daya dan tidak merata yang membatasi kapasitas mereka untuk merangkul pembangunan. Hal ini terutama

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN TERUMBU KARANG PASIR PUTIH SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

PERNYATAAN ABSTRAK ABSTRACT KATA

PERNYATAAN ABSTRAK ABSTRACT KATA DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua pulau besar, yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa serta dikelilingi oleh ratusan pulau-pulau kecil yang disebut Gili (dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan kekayaan keindahan alam yang beraneka ragam yang tersebar di berbagai kepulauan yang ada di Indonesia dan

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu fenomena yang kompleks karena banyak faktor yang berinteraksi, didukung berbagai fasilitas serta layanan yang melibatkan seluruh lapisan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, 2000). 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, 2000). 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Gili Indah yang terletak di wilayah perairan laut bagian barat pulau Lombok Nusa Tenggara Barat, merupakan salah satu kawasan pesisir di Indonesia yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan sebuah sistem dinamis yang kompleks dimana keberadaannya dibatasi oleh suhu, salinitas, intensitas cahaya matahari dan kecerahan suatu perairan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MANGROVE DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MANGROVE DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MANGROVE DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA Strategies of Mangrove Tourism Development in Nusa Penida Marine Protected Area Dian Wijayanto 1, Dian Minggus Nuriasih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan atau negara maritim terbesar di dunia. Berdasarkan publikasi yang ada mempunyai 17.504 pulau dengan garis pantai sepanjang

Lebih terperinci

Oleh. Marthen Welly - Wira Sanjaya (CTC) Dita Primaoktasa - Indra Pramana Putra - Maz Junia Tatas (Universitas Brawijaya)

Oleh. Marthen Welly - Wira Sanjaya (CTC) Dita Primaoktasa - Indra Pramana Putra - Maz Junia Tatas (Universitas Brawijaya) Oleh Marthen Welly Wira Sanjaya (CTC) Dita Primaoktasa Indra Pramana Putra Maz Junia Tatas (Universitas Brawijaya) 2011 Coral Triangle Center Profile Wisata Bahari Nusa Penida 1 PROFIL Wisata Bahari Nusa

Lebih terperinci

RANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2018 TENTANG

RANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2018 TENTANG RANCANGAN KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi, melestarikan, dan

Lebih terperinci

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA 73 VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA Pengelolaan ekosistem wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kecamatan Kayoa saat ini baru merupakan isu-isu pengelolaan oleh pemerintah daerah, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sudah diakui sebagai industri terbesar abad ini, dilihat dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.1.1 Perkembangan Industri Pariwisata Dunia Industri pariwisata dunia pada tahun 2015 mengalami perkembangan yang mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional.

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA NAMA : ISMAWATI NIM : 10.02.7842 KELAS : D3 MI 2C SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAKSI

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010 RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010 VISI - KKP Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional,

Lebih terperinci

Pembangunan pariwisata di Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 10. Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mempunyai tujuan antara lain: (a)

Pembangunan pariwisata di Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 10. Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mempunyai tujuan antara lain: (a) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata di Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mempunyai tujuan antara lain: (a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan kelestarian,

Lebih terperinci

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua Pulau Maratua berada pada gugusan pulau Derawan, terletak di perairan laut Sulawesi atau berada dibagian ujung timur Kabupaten

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/KEPMEN-KP/2014 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI TAMAN WISATA PERAIRAN LAUT BANDA DI PROVINSI MALUKU TAHUN 2014-2034 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57/KEPMEN-KP/2014 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI TAMAN WISATA PERAIRAN PULAU GILI AYER, GILI MENO DAN GILI TRAWANGAN DI PROVINSI

Lebih terperinci

Nations Convention on the Law of the sea/ Konvensi Perserikatan Bangsa

Nations Convention on the Law of the sea/ Konvensi Perserikatan Bangsa PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PULAU BERHALA SERDANG BEDAGAI SEBAGAI KAWASAN ECO MARINE TOURISM (WISATA BAHARI BERWAWASAN LINGKUNGAN) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 13.466 dan garis pantai sepanjang 95.18 km, memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa

Lebih terperinci

PENDANAAN BERKELANJUTAN BAGI KAWASAN KONSERVASI LAUT

PENDANAAN BERKELANJUTAN BAGI KAWASAN KONSERVASI LAUT PENDANAAN BERKELANJUTAN BAGI KAWASAN KONSERVASI LAUT Oleh: Rony Megawanto Tekanan terhadap sumber daya perikanan semakin tinggi seiring dengan meningkatkan permintaan pasar (demand) terhadap produk-produk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/KEPMEN-KP/2014 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI TAMAN WISATA PERAIRAN KEPULAUAN ANAMBAS DAN LAUT SEKITARNYA DI PROVINSI KEPULAUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 9,4 juta lebih atau

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 9,4 juta lebih atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan tersebar dari pulau Sumatera sampai ke ujung timur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai potensi sumberdaya alam pesisir dan lautan yang sangat besar. Potensi sumberdaya ini perlu dikelola dengan baik

Lebih terperinci

RESUME. Nusa Tenggara Timur kaya akan budaya dan tradisi, keindahan alam, potensi perikanan dan kelautan

RESUME. Nusa Tenggara Timur kaya akan budaya dan tradisi, keindahan alam, potensi perikanan dan kelautan ABSTRAK Upaya Swisscontact yang dilakukan di dalam negeri, bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat lokal melalui pengembangan infrastruktur, pemberdayaan sumber daya manusia, dan mensosialisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

Lebih terperinci

Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kebijakan dan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil DISAMPAIKAN OLEH Ir. Agus Dermawan, M.Si DIREKTUR KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa kegiatan pengembangan wisata di KKPD Kota Pariaman layak untuk dijalankan, baik ditinjau

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/KEPMEN-KP/2016 TENTANG KEPULAUAN DERAWAN DAN PERAIRAN SEKITARNYA DI KABUPATEN BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Denpasar, Juli 2012

Denpasar, Juli 2012 Denpasar, 12-14 Juli 2012 1. Latar Belakang 2. Tujuan dan Sasaran 3. Perkembangan Kegiatan 4. Hasil Yang Diharapkan LATAR BELAKANG MP3EI antara lain menetapkan bahwa koridor ekonomi Bali Nusa Tenggara

Lebih terperinci

LESTARI BRIEF EKOWISATA INDONESIA: PERJALANAN DAN TANTANGAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

LESTARI BRIEF EKOWISATA INDONESIA: PERJALANAN DAN TANTANGAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 06 I 29 September 2016 USAID LESTARI EKOWISATA INDONESIA: PERJALANAN DAN TANTANGAN Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri PENGANTAR Menurut Organisasi Pariwisata

Lebih terperinci

STUDI POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA TERNATE, MALUKU UTARA (STUDI DINAS PARIWISATA KOTA TERNATE) JURNAL.

STUDI POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA TERNATE, MALUKU UTARA (STUDI DINAS PARIWISATA KOTA TERNATE) JURNAL. STUDI POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA TERNATE, MALUKU UTARA (STUDI DINAS PARIWISATA KOTA TERNATE) JURNAL Oleh : Nama : Meilina Abdul Halim Nomor Mahasiswa : 14313155 Jurusan : Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau (Wikipedia, 2010). Sebagai Negara kepulauan, Indonesia mengalami banyak hambatan dalam pengembangan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Beberap tahun terakhir ini perkembangan sektor pariwisata di Indonesia telah tumbuh dan berkembang.berbagai usaha telah diupayakan untuk menumbuhkembangkan industri

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT POTENSI SUMBER DAYA HAYATI KELAUTAN DAN PERIKANAN INDONESIA 17.480

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata telah menjadi salah satu sektor perekonomian utama di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata telah menyumbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kompleks dan produktif (Odum dan Odum, 1955). Secara alami, terumbu karang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kompleks dan produktif (Odum dan Odum, 1955). Secara alami, terumbu karang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan ekosistem laut dangkal tropis yang paling kompleks dan produktif (Odum dan Odum, 1955). Secara alami, terumbu karang merupakan habitat bagi banyak

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA PT. UBS TOUR AND TRAVEL DI DENPASAR BALI

STRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA PT. UBS TOUR AND TRAVEL DI DENPASAR BALI Jurnal IPTA ISSN : 2338-8633 Vol. 3 No. 2, 2015 STRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA PT. UBS TOUR AND TRAVEL DI DENPASAR BALI Herlita Br Tarigan Ni Putu Eka Mahadewi I Putu Sudana Email : herlitatarigan@gmail.com

Lebih terperinci

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar, 34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut

Lebih terperinci

Ayo!!!Kita Wujudkan Cilacap Menjadi Daerah Pariwisata yang Menakjubkan

Ayo!!!Kita Wujudkan Cilacap Menjadi Daerah Pariwisata yang Menakjubkan Ayo!!!Kita Wujudkan Cilacap Menjadi Daerah Pariwisata yang Menakjubkan Mewujudkan daerah pariwisata yang menakjubkan maka kita akan berbicara mengenai pengembangan lokasi tempat wisata. Menurut website

Lebih terperinci

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. Dari Penelitian Strategi pengembangan daya tarik wisata kawasan barat Pulau

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. Dari Penelitian Strategi pengembangan daya tarik wisata kawasan barat Pulau BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Dari Penelitian Strategi pengembangan daya tarik wisata kawasan barat Pulau Nusa Penida dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Potensi- potensi daya tarik wisata

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI PROGRES IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI GUBERNUR BALI 1 KONDISI GEOGRAFIS DAN WILAYAH ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam memiliki potensi untuk pengembangan ekowisata. Pengembangan ekowisata di TNTC tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

Ir. Agus Dermawan, MSi -DIREKTUR KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT-

Ir. Agus Dermawan, MSi -DIREKTUR KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT- Ir. Agus Dermawan, MSi -DIREKTUR KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT- Direktorat Konservasi dan Taman Nasional laut Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Pemangku Kebijakan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Pemangku Kebijakan LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Pemangku Kebijakan KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN LANSKAP HUTAN MANGROVE BERBASIS EKOWISATA DI BLANAKAN SUBANG JAWA BARAT A. Identitas Narasumber Kategori :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Bali Tahun 2013-2018 peranan Bali dengan sektor unggulan pariwisata telah memiliki posisi strategis pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

MENYUSUN STRATEGI. "Strategi yang paling sukses berakar pada visi, bukan rencana".

MENYUSUN STRATEGI. Strategi yang paling sukses berakar pada visi, bukan rencana. BAB VII MENYUSUN STRATEGI "Strategi yang paling sukses berakar pada visi, bukan rencana". 7.1. Apa itu Strategi Strategi diturunkan dari visi dan misi organisasi setelah dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

Pengelolaan Site Penyelaman Manta Paling Sibuk di Raja Ampat. Dipresentasikan Oleh: Meidiarti Kasmidi Dalam Simposium Hiu dan Pari Manta Ke

Pengelolaan Site Penyelaman Manta Paling Sibuk di Raja Ampat. Dipresentasikan Oleh: Meidiarti Kasmidi Dalam Simposium Hiu dan Pari Manta Ke Pengelolaan Site Penyelaman Manta Paling Sibuk di Raja Ampat Dipresentasikan Oleh: Meidiarti Kasmidi Dalam Simposium Hiu dan Pari Manta Ke-2 2018 Raja Ampat Jantung Segi tiga Karang Dunia JEJARING KAWASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

UPAYA PENGEMBANGAN EKOTURISME BERBASIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN CILACAP

UPAYA PENGEMBANGAN EKOTURISME BERBASIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN CILACAP UPAYA PENGEMBANGAN EKOTURISME BERBASIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN CILACAP oleh: Kevin Yoga Permana Sub: Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Cilacap... Setidaknya, jika kita tidak bisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian berlokasi di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang berada di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra, Desa Gili Indah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau, dengan garis pantai mencapai 95.181 kilometer persegi, terpanjang di dunia setelah Kanada,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci