Jangan Salah Pilih Lagi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jangan Salah Pilih Lagi"

Transkripsi

1 Jangan Salah Pilih Lagi Catatan Politik dan Pemilu Legislatif 2014 Yusradi Usman al-gayoni Mahara Publishing 2012

2 Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 TentangHakCipta 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) dan/atau denda paling sedikit Rp ,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima ratusjuta rupiah).

3 Yusradi Usman al-gayoni Jangan Salah Pilih Lagi: Catatan Politik dan Pemilu Legislatif 2014 Editor/Proofreader: Rina Wahyuni Layout: Rahmadaini Usman Design Cover: Rudi Yusradi Usman al-gayoni Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Diterbitkan: Mahara Publishing Alamat: Jalan Garuda III B 33 F Pinang Griya Permai Tangerang, Banten maharapublishing@yahoo.co.id Telp , Cetakan Pertama: 2014 ISBN: ? Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menterjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit Isi diluar tanggung jawab percetakan

4 PRAKATA Jakarta, Januari 2013 Penulis, Yusradi Usman al-gayoni

5 DAFTAR ISI Halaman Prakata....v-vi Sambutan Daftar Isi.....x 1. Dapil Aceh yang Berkeadilan?. 2. Mengawasi Penggunaan ABPK Aceh Tengah. 3. Lelang Jabatan Pemkab Aceh Tengah. 4. Apatisme Pemilu Legislatif Apatisme Politik Politik Uang Masih Berkuasa Intropeksi Diri.. 8. Pembatasan Alat Peraga: Kontrol dan Sanksi?. 9. Caleg Keluarga Vs Caleg Ideal dan Egaliterisme di Gayo Menurunnya Partisipasi Politik Rakyat. 11. Pemilu Legislatif: Partai atau Sosok? Hamal Tidur Nipi Jege Pemilu Legislatif. 13. Memaknai Apatisme. 14. Memberatkan Syarat Nyaleg. 15. Ruang Publik Bebas Alat Peraga Kampaye Orang Gayo Berpikir dengan Otak dan Sertakan Hati Nurani Anggota Dewan D Cara Orang Gayo Memilih Pemimpin... Tentang Penulis

6 Dapil Aceh yang Berkeadilan? Oleh: Yusradi Usman al-gayoni* Salah satu masalah Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif di Aceh yang diabaikan selama ini adalah persoalan Daerah Pemilihan (Dapil). Untuk kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, misalnya, Dapil Aceh dibagi jadi dua, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) I dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) II. NAD I terdiri atas Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Gayo Lues, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Kota Subulussalam, Aceh Singkil, dan Kabupaten Simelue dengan jatah 7 kursi. Sementara itu, NAD II terdiri dari Kabupaten Bireuen, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Timur, Kota Langsa, dan Kabupaten Aceh Tamiang dengan total 6 kursi. Dalam hal ini, termasuk Dapil untuk kursi Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Persoalannya, apakah komposisi tersebut sudah mereflesikan Dapil Aceh yang berkeadilan? Kalau dilihat sepintas, Dapil itu sudah adil. Bahkan, tidak menimbulkan persoalan. Namun, bila diselami, ternyata banyak menyisakan persoalan. Masalah Dapil pastinya bukan sebatas menggabungkan kota satu dengan kota lainnya atau kabupaten satu dengan kabupaten yang lain, melainkan banyak hal yang mesti dipertimbangkan. Terutama, soal integritas wilayah, kohesivitas sosio-kultural (persamaan suku, bahasa, dan budaya), sejarah, dan kesamaan sejarah administratif masa lalu yang sama. Pertimbangan itulah yang masih jauh dari penetapan Dapil yang ada (NAD I dan NAD II). Tanoh Gayo (Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan Bener Meriah), katakanlah, semestinya digabungkan ke dalam satu Dapil yang

7 sama. Kenyataannya, tanoh Gayo dipisahkan ke dalam dua Dapil yang berbeda. Dampaknya, daerah tersebut tidak memiliki keterwakilan penuh di Senayan. Juga, di DPRA. Pada akhirnya, persoalan dan aspirasi dari daerah ini tidak terakomodir dengan baik. Soalnya, wakil-wakil mereka sudah dikalahkan sebelum bertanding. Padahal, keempat daerah tersebut (tanoh Gayo) memiliki sejarah yang sama baik secara integritas wilayah, sosio-kultural, sejarah, maupun secara administratif. Pada awalnya, keempat daerah ini (Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan Bener Meriah) tergabung dalam satu kabupaten yang sama, yaitu Kabupaten Aceh Tengah (sebelum pemekaran). Demikian halnya soal integritas wilayah, daerah ini dikenal dengan tanoh Gayo. Sudah barang tentu, saling berdekatan satu sama lain. Di sisi lain, secara sosio-kultural dan sejarah; daerah ini didiami mayoritas oleh orang Gayo. Dengan begitu, dari sisi sejarah, bahasa, adat istiadat, dan budaya sangat berbeda dengan masyarakat yang mendiami pesisir Aceh. Babak Baru Oleh karena itu, pelbagai elemen sipil terutama dari daerah pedalaman Aceh mencoba memperjuangkan perubahan Dapil tersebut. Sebetulnya, upaya ini sudah dimulai dari tahun Kemudian, Forum Masyarakat Tengah dan Tenggara Aceh yang didampingi Senator Indonesia asal Aceh sempat merekomendasikan perubahan Dapil ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Termasuk, ke Komisi II DPR (20/10/2011). Hal yang sama dilakukan pula oleh Forum Masyarakat Tengah- Tenggara dan Barat Selatan Aceh di Jakarta (13/3/2012) usai Diskusi Publik Menyoal Daerah Pemilihan (Dapil) Aceh di Gedung Parlemen Senayan. Namun, belum menunjukkan hasil yang berarti.

8 Pada akhirnya, sembilan penduduk Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Tenggara, dan Gayo Lues (Ir Mursyid, Anwar, Nazri Adlani, Erry Sofyan, Selamat, Ali Muammar, Kasmawati, Syaddam Natuah, dan Mulyadi) melakukan uji materi terhadap pasal 22 ayat (5) dan lampiran Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Terhadap Undang-Undang Dasar 1945ke MK. Lebih khusus, terkait Dapil. Alhasil, tanggal 28 Januari 2013 lalu, Dapil Aceh ini pun mulai disidangkan. Kalau uji materi ini berhasil, KPU dan KIP Aceh otomatis mesti menjalankan ketetapan MK tersebut. Dapil Ideal? Melihat jumlah penduduk dan kuota kursi ke DPR RI, seperti yang sudah diusulkan, idealnya Aceh terdiri dari tiga Dapil, yaitu NAD I (Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, dan kabupaten Pidie Jaya), NAD II (Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Simelue, Aceh Singkil, Kota Subulussalam, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Nagan Raya, Aceh Barat, dan Kabupaten Aceh Jaya), dan NAD III (Kabupaten Bireuen, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa, dan Kabupaten Aceh Tamiang) Kalaupun tidak memungkinkan tiga Dapil dan tetap dua Dapil, misalnya, dengan memperhatikan aspek integritas wilayah, sosio-kultural, sejarah, dan secara administratif, Dapil yang ada mesti diformulasi ulang, menjadi NAD I yang terdiri dari Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Simelue, Aceh Singkil, Subulussalam, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, dan Aceh Jaya). Sebaliknya, NAD II yang terdiri atas Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Kota

9 Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa, dan Kabupaten Aceh Tamiang. Dengan formulasi itu, Dapil Aceh lebih merefleksikan keadilan. Disamping itu, menunjukkan proporsionalitas dari masing-masing wilayah, suku, dan budaya yang ada di Aceh. Pada akhirnya, akan ada keterwakilan penuh yang mewakili masing-masing daerah baik di DPRA maupun di Senayan. *Koordinator Forum Masyarakat Tengah Tenggara dan Barat Daya Selatan Aceh-Jakarta Sumber: Media Online Lintas Gayo, 17/2/2013

10 Mengawasi Penggunaan APBK Aceh Tengah Oleh: Yusradi Usman al-gayoni Beberapa waktu yang lalu, Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah telah menyetujui dan mengesahkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) Tahun Anggaran 2013, sebesar Rp ,- (Lintas Gayo, 28 Januari 2013). Di sini, masyarakat Takengon harus mengawasi penggunaan anggaran tersebut: apakah peruntukannya benar-benar untuk kepentingan rakyat keseluruhan? Atau, rakyat sebagian? Dalam arti, hanya dinikmati oleh pembuat/pelaksana serta orang-orang yang memiliki akses terhadap kebijakan dan kekuasaan. Kalau itu yang terjadi, cukup disayangkan. Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah juga mesti transfaran. Misalnya, dengan membuat dan membagibagikan Poster APBK, sampai ke kantor-kantor kepala kampung, seperti yang sudah dilakukan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Jokowi-Ahok. Dengan kata lain, ungkapan transfaran tersebut bukan sekedar wacana (cerak pelin), melainkan nyata dalam tindakan. Dengan demikian, masyarakat bisa melihat, mengkritisi, dan mengevaluasi penyusunan anggaran yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, penyusunan program pembangunan dan anggaran tahun berikutnya bisa lebih baik. Pastinya, dengan mengedepankan kepentingan masyarakat banyak, sesuai kebutuhan ril di lapangan, dan berkeadilan. Kemudian, masyarakat harus mendorong dan ikut mengawasi wakil-wakil mereka yang duduk di DPRK (mengawasi pengawas). Sejauh mana wakil-wakil rakyat tersebut mampu memperjuangkan anggaran yang prorakyat. Dengan kata lain, anggaran yang menyejahterakan; bukan mengayakan segelingir orang. Disamping itu, jangan sampai mereka pun ikut bermain, karena kurangnya keterlibatan dan

11 pengawasan masyarakat. Apalagi, saat sekarang (2013) yang merupakan tahun politik. Bisa saja, terjadi politisasi anggaran untuk kepentingan 2014 (mengamankan posisi mereka) Partisipatif Yang jauh lebih penting lagi, bagaimana pemerintah kabupaten melibatkan masyarakat dan pelbagai stakeholder di awal penyusunan program pembangunan dan anggaran. Alhasil, program dan anggaran yang disusun pun sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bukan program titipan, yang ujungujungnya proyek. Tujuannya, untuk mengembalikan modal. Lalu, bisa saving (mungemas) untuk persiapan pemilu kada atau pemilu legislatif selanjutnya. Bahkan, balas budi kepada tim sukses-tim sukses atau pemodal yang telah ikut berjuang sebelumnya, yang dieksekusi melalui program-program dan anggaran-anggaran yang sudah disusun di belakang layar. Terlepas kurangnya willing angan kasat ejet ni niet dari eksekutif dan legislatif, misalnya, masyarakat lah yang mesti lebih aktif, cerdas, dan kritis. Khususnya, dalam penyusunan program dan anggaran sampai pengimplementasiannya. Pada akhirnya, masyarakat akan betulbetul dilayani dan diposisikan sebagai penikmat pembangunan. Genap si mulo; agih si belem. Sumber

12 Lelang Jabatan Pemkab Aceh Tengah? Oleh: Yusradi Usman al-gayoni* Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Eko Prasojo, mengingatkan, proses lelang jabatan di Provinsi DKI Jakarta agar tidak melenceng dari ketentuan yang berlaku. Lelang itu harus berjalan transparan dan independen. Ketentuan lelang jabatan juga mesti mengacu pada Surat Edaran Menteri PAN Nomor 16 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengisian Jabatan Struktural yang Lowong secara Terbuka di Lingkungan Instansi Pemerintah. Sesuai ketentuan itu, peserta harus lulus seleksi administrasi, wawancara, penguasaan wilayah kerja, dan mengikuti uji publik. Adapun panitia seleksi terdiri lima orang yang berasal dari unsur pejabat di instansi terkait, pejabat dari instansi lain yang kompetensi jabatannya sesuai dengan jabatan yang akan diisi, dan pakar atau akademisi. Selain DKI, lelang jabatan serupa akan dilakukan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kompas, 22 Maret 2013) Sebagai masyarakat, kita menyambut baik rencana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tengah untuk melakukan lelang jabatan di lingkungan pemerintahan di Takengon. Namun, kita masih belum tahu; apakah lelang jabatan ini berlaku mulai dari asisten, sekretaris daerah, kepala dinas, camat, sampai kepala kampung? Lalu, sumber dan besar anggaran yang digunakan. Belum lagi, panitia seleksi yang akan menyeleksi pejabat-pejabat tersebut. Kita berharap, Bupati Nasaruddin dan Wakil Bupati Khairul Armara dapat menggunakan hak preogatifnya dengan benar, baik, dan sesuai aturan. Sebagai akibatnya, pejabat yang dihasilkan pun betul-betul jujur, amanah, berkualitas, mampu, serta punya track record kinerja yang mumpuni. Juga, sejalan

13 dengan prinsip the right man on the right place; bukan the wrong man on the wrong place. Pasalnya, di banyak tempat, penempatan jabatan ini seringkali tidak didasarkan pada kriteria di atas, tetapi lebih karena kedekatan (sahan rap urum rara yang dekat dengan kekuasaan). Dalam hal ini, pastinya, siapa yang dekat dengan bupati atau wakil bupati. Bisa karena hubungan keluarga (pemili) atau besanan (ume berume). Dalam kaitan itu, akan terjadi avoidance relationship (hubungan segan) dalam birokrasi yang berjalan; sama halnya seperti hubungan segan dalam tutur (istilah kekerabatan dalam masyarakat Gayo). Karena, diisi keluarga, kerabat dekat, dan tim sukses. Misalnya, ume (besan), ama (bapak), anak (anak), kumpu (cucu), engi (adik), dan lain-lain. Sapaannya pun bukan lagi bapak atau ibu seperti yang lazim dalam tuturan pemerintahan/profesional, melainkan sudah berganti jadi ume, ama, pun, abang, aka, dan lain-lain. Dampak lain, bisa terbangun politik dinasti baik di lingkungan pemerintahan maupun di luar pemerintahan (partai politik serta jabatan-jabatan strategis yang ada di daerah). Selain itu, karena faktor tim sukses saat Pemilihan Umum Kepada Daerah (Pemilu Kada) berlangsung. Yang terjadi kemudian adalah politik balas budi. Apalagi, pejabat yang mendukung telah berinvestasi besar, terutama prihal pendanaan dalam menyukseskan keterpilihan bupati dan wakil bupati. Akibatnya, bupati dan wakil bupati mesti membayar cek, yaitu menempatkan jabatan sesuai dengan pesanan dan kehendak tim sukses tadi di internal dan eksternal pemerintahan. Jika itu terjadi; bupati hanya lah simbol, selalu galau dan ragu, serta tidak punya kuasa dalam menempatkan pembantu-pembantunya. Karena, sudah disetir oleh orang-orang terdekatnya.

14 Kita berharap agar wacana tersebut dapat berjalan secepatnya. Dengan begitu, pejabat yang dihasilkan akan sesuai dengan harapan publik jujur, amanah, berkualitas, mampu, dan punya track record kinerja yang mumpuni. Pada akhirnya, akan berdampat baik dan sehat bagi birokrat/birokrasi yang ada dan daerah. Dengan kata lain, birokrat yang berjalan akan senantiasa melayani, transparan (apalagi soal anggaran), memudahkan, singkat, cepat, dan bisa menyejahterakan. Bukan sebaliknya, birokrasi yang ingin selalu dilayani, tertutup, mempersulit, panjang, lambat (lelet), dan tidak berdampat sama sekali pada perbaikan serta kesejahteraan masyarakat Takengon secara keseluruhan. *Direktur Research Center for Gayo Sumber: Suara Leueser Antara April 9,

15 Apatisme Pemilu Legislatif 2014 Oleh: Yusradi Usman al-gayoni* Apatis, skeptis, dan kemungkinan golput. Begitulah gambaran sikap masyarakat di Takengon menghadapi Pemilu Legislatif Lebih khusus lagi, di Daerah Pemilihan (Dapil) 4, yaitu Kecamatan Bebesen, Bies, dan Kecamatan Kute Panang. Apalagi, di Kecamatan Bebesen. Barangkali, terlalu dini menilai sikap tersebut. Karena, Pemilu Legislatif masih berlangsung sebelas bulan lagi. Sementara, daerah yang dinilai tidak mewakili keseluruhan daerah pemilihan empat belas kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah. Namun, kondisi itu tetap merupakan gambaran sikap masyarakat. Selebihnya, tinggal dipetakan secara wilayah dan keangkaaan (kuantitatif). Dari amatan dan wawancara yang dilakukan sejak 14 April-16 Mei 2013, dapat disimpulkan bahwa sikap itu disebabkan karena tindakan partai dan anggota legislatif sendiri. Partai politik tidak mampu memberikan pendidikan, pembelajaran, dan pencerahan politik kepada masyarakat. Sebaliknya, partai politik sebatas alat untuk meraih kekuasan. Selain itu, tidak mampu menyejahterakan masyarakat melalui wakil-wakil mereka di parlemen, yaitu dengan memperjuangkan apirasi dan anggaran yang pro masyarakat akar rumput (grass root). Kebalikannya, lebih memperjuangkan kepentingan partai, pribadi, keluarga, golongan, dan penguasa. Di lain pihak, anggota legislatif tidak mampu menunaikan janji-janji politiknya. Juga, kebanyakan anggota dewan tidak menjalankan tugas kedewananannya. Dengan demikian, masyarakat semakin tidak percaya pada keberadaan parlemen dan anggota legislatif. Dengan kata lain, ada-tidaknya dewan tidak memberikan dampak signifikan kepada masyarakat. Apalagi, masyarakat akar rumput. Hal tersebut

16 berdampak negatif pada calon legislatif yang maju sekarang. Termasuk, wajah-wajah baru. Hal itu makin memperburuk citra parlemen dan situasi di tengah-tengah masyarakat. Pindah Dapil Akibat kurangnya kepercayaan masyarakat, terutama dari daerah pemilihan sebelumnya, banyak anggota legislatif yang pindah ke dapil yang berbeda pada pemilu legislatif 2014 mendatang. Misalnya, dari Dapil 1 (Kec Bintang, Kebayakan, dan Kec Lut Tawar) ke Dapil 4 (Kec Bebesen, Bies, dan Kec Kute Panang), Dapil 4 ke Dapil 1, dan sebagainya. Dengan harapan, mereka mendapat tempat di hati masyarakat Dapil yang baru. Soalnya, mareka sudah kehilangan kepercayaan di Dapil sebelumnya. Dalam kaitan itu, masyarakat, terutama yang memiliki hak pilih mesti benar-benar melihat, menilai, dan selektif dalam memilih wakil rakyatnya. Lebih khusus lagi, yang pindah Dapil. Dengan begitu, masyarakat tidak akan salah pilih. Dengan begitu, mereka tidak akan menyesal setelah melakukan pencoblosan. Sebab, wakil yang telah dipilih tidak memperhatikan dan tidak memperjuangkan mereka lupa diri. Pencerdasan Bersama Melihat keapatisan sikap masyarakat, upaya pencerdasan politik oleh semua pihak mesti terus dilakukan. Terutama, dari partai politik, akademisi, mahasiswa, pers, elemen sipil, dan masyarakat Gayo di luar Takengon (tanoh Gayo). Termasuk, dari bakal calon anggota legislatif. Sebagai contoh, mengkampayekan anti politik uang (sen) dan anti politik barang (penosah); sebelum, saat serangan fajar, dan waktu pemilu legislatif berlangsung baik dari calon anggota legislatif maupun dari partai politik.

17 Lebih tegas lagi, menolak dan bahkan sampai tidak memilih calon yang berpolitik uang dan berpolitik barang. Lebih-lebih, calon yang tidak tahu tugas dewan sama sekali. Bukan rahasia umum lagi, anggota dewan seringkali hanya datang, duduk, diam, dan tidur. Selain itu, sebatas mengharapkan proyek, fee, dan dana aspirasi. Praktik tersebut pastinya telah merusakkan sendi-sendi kehidupan masyarakat, memperburuk demokrasi, dan meruntuhkan akidah masyarakat. Kemudian, menyampaikan prihal calon anggota legislatif yang benar-benar berjuang untuk masyarakat. Pasalnya, keberadaan anggota legislatif dan parlemen sangat berpengaruh terhadap penetapan anggaran, pengawasan pembangunan, dan pembuatan perundang-undangan (qanun) yang berpihak pada perkembangan dan kemajuan masyarakat. Sebagai akibatnya, akan berdampak luas pada masyarakat Takengon, tanoh Gayo, dan Aceh secara keseluruhan. Sumber: Suara Leuser Antara (Rabu, 22 Mei 2013)

18 Apatisme Politik? Oleh: Yusradi Usman al-gayoni* Dalam amatan penulis sejak 14 April-16 Mei 2013, masyarakat Takengon, Aceh Tengah masih apatis, skeptis, dan adanya kemungkinan untuk golput pada Pemilu Legislatif 2014 mendatang. Khususnya, di Daerah Pemilihan (Dapil) 4, yaitu Kecamatan Bebesen, Bies, dan Kecamatan Kute Panang. Terlebih lagi, di Kecamatan Bebesen. Sikap tersebut merupakan hak masyarakat. Persoalannya, apakah sikap tersebut akan menyelesaikan masalah? Jawabannya, pasti tidak. Malah, akan merugikan masyarakat. Khususnya, yang memiliki hak pilih (suara). Pada akhirnya, akan berdampak pada masyarakat Takengon secara keseluruhan. Sebab, keapatisan mereka, dan apalagi sampai golput akan menguntungkan partai politik, (calon) anggota legislatif, dan pihak-pihak tertentu. Terutama, yang suka bermain uang (money politics) dan politik barang (penosah kerudung, kain sarung, sajadah, piring, payung, dan lain-lain) dalam meraih simpati masyarakat. Bisa saja, suara yang golput tadi dimainkan oleh yang berduit dan punya kekuasaan. Dalam prosesnya; yang mestinya terpilih jadi tidak terpilih. Kebalikannya, yang awalnya tidak terpilih jadi terpilih dan duduk di dewan (DPRK). Pada akhirnya, dewan akan dikuasai orang-orang yang bermodal dan punya kekuasan. Karena, sudah melakukan jual-beli suara. Sebagai akibatnya, apa pun kebijakan yang diajukan kepala daerah (eksekutif), serta merta akan diamini dewan. Di pihak lain, sepertinya ada upaya pembiaran ( pembodohan ) oleh pihak-pihak tertentu. Ironisnya, mereka menyenangi kondisi demikian. Masyarakat dibiarkan tidak cerdas. Termasuk, cerdas dalam berpolitik. Utamanya, cerdas

19 dalam memilih calon anggota dewan yang ideal. Dengan pengertian lain, yang amanah, mampu, berkualitas, punya rekam jejak yang baik (pendidikan, kinerja, moral, dan hukum), tanggung jawab, dan betul-betul berjuang mewakili rakyat. Masyarakat juga seolah-olah tidak memiliki akses terhadap kebijakan dan anggaran. Balik Modal Bila praktik politik uang dan politik barang masih menghiasi Pemilu Legislatif 2014, dapat dipastikan bahwa prosesnya sudah tidak berjalan seperti yang diharapkan. Tidak ada lagi etika dan moral dalam berpolitik. Niat, cara, dan tujuan calon anggota legislatif yang maju pun sudah tidak benar. Mereka tidak lagi memperjuangkan rakyat yang mereka wakili. Namun, lebih mengurusi kepentingan pribadi, keluarga (pemili) baik dari pihak pedih (dari keturunan bapak) maupun ralik (pihak keturunan ibu) serta ume berume (besanan), golongan, penguasa, dan partai politik. Lebih spesifik, mengembalikan uang yang sudah keluar. Juga, barang-barang yang sudah dibagi-bagikan ke masyarakat. Misalnya, dengan meminta fee dari setiap kebijakan yang digulirkan pemerintah (eksekutif), mengurusi proyek, dan menunggu dana aspirasi keluar. Dengan demikian, kebijakan (program) dan anggaran yang ada sudah dibajak dari awal. Tujuannya, untuk mengembalikan uang (modal) yang sudah keluar tadi. DPRKemeh Lagi-lagi, masyarakat kembali menelan pil pahit kekecewaan. Tidak diurus dan tidak adanya tempat mengadu. Pasalnya, wakil mereka asyik mengurusi kepentingannya. Walhasil, sumpah serapah dari masyarakat pun keluar, DPR

20 Kemeh (DPR kurang ajar/tidak amanah/tidak tahu untung/tidak tanggung jawab/tidak ada gunanya). Padahal, keterpilihan mereka tidak terlepas pula dari pilihan masyarakat. Siapakah yang salah? Oleh sebab itu, masyarakat mesti punya harga diri. Jangan sampai merendahkan sebaligus menghinakan diri dengan uang seratus/dua ratus/dua ratus lima puluh/tiga ratus/lima ratus ribu atau barang tertentu. Padahal, dampak yang dirasakan bisa lima tahun, dan bahkan lebih. Jika nilai yang diterima masyarakat seratus ribu/suara, maka yang didapat cuma Rp. 54 (Rp /365 hari x 5 tahun). Nilai tersebut bahkan lebih rendah dari harga depik (rasbora tawarensis ikan endemik di Danau Laut Tawar) yang dijajakan di Pasar Inpres Takengon. Yang mesti diingat, tidak ada yang gratis. Setiap pemberian (uang atau barang), pasti akan ada pengembaliannya. Selanjutnya, pengawasan dan pengawalan mesti terus dilakukan oleh semua pihak. Tanpa pengawalan, suara yang sudah dicoblos dan yang golput pun bisa lari kemana-mana. Dampaknya, yang tidak duduk pun bisa jadi duduk. Lalu, pendidikan dan pencerdasan politik tetap harus dilakukan. Targetnya, bagi yang punya hak pilih dan termasuk pemilih pemula (muda). Upaya itu bisa dilakukan pihak-pihak yang independen baik dari penyeleggara (KIP), akademisi, mahasiswa, pers, LSM, maupun elemen sipil lainnya. Dengan demikian, masih ada harapan untuk mewujudkan pemilu legislatif 2014 yang jujur, bersih, independen, dan antipolitik uang. (24 Mei 2013)

21 Politik Uang Masih Berkuasa Oleh: Yusradi Usman al-gayoni Seni, beret ke gere ber sen (sekarang, sulit kalau tidak pakai uang) Begitulah tanggapan sebagian masyarakat menghadapi Pemilu Legislatif Khususnya, di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. Ada dua hal yang bisa dimaknai dari pernyataan di atas. Pertama, terkait biaya politik. Biaya ini memang mesti dikeluarkan calon yang bersangkutan. Namun, tidak berlebihan. Sampai-sampai, membeli suara pemilih dengan uang. Walhasil, berdampak negatif kepada masyarakat. Juga, terhadap pelaksanaan demokrasi di tanah air. Kedua, mengarah kepada politik uang (money politics). Politik uang ini makin membudaya dalam praktik perpolitikan di Indonesia. Buktinya, dari pernyataan masyarakat tadi. Walaupun tidak semuanya menerima politik uang. Namun, secara umum masih demikian. Ada rasa pesimisme, sepertinya praktik politik uang sulit untuk dihapuskan. Praktik seperti itu kerap dilakukan politisi baik saat Pemilu Presiden, Pemilu Legislatif maupun Pemilu Kepada Daerah. Tujuannya, untuk menarik hati dan membuaikan masyarakat secara instan. Akibatnya, masyarakat tidak lagi berpikir jangka panjang dampak lima tahun setelahnya tapi lebih ke pemberian tadi. Singkatnya, ada uang ada suara. Kemungkinan, politik uang tadi bertujuan untuk juga mengkondisikan penyelenggara sekaligus pengawas pemilu. Jika sudah dibiasakan seperti itu, maka jangan salahkan masyarakat kemudian. Karena, memang sudah dididik dari dari awal

22 Di lain pihak, praktik tadi masih terjadi karena lemahnya penegakan undang-undang dan peraturan-peraturan terkait. Selain itu, masih kurangnya pengawasan dari Panitia Pengawas Pemilu. Lalu, terbatasnya sanksi-sanksi terhadap setiap pelanggaran. Sayangnya, peraturan-peraturan yang ada seringkali dilanggar. Sebab, sifatnya sebatas formalitas. Padahal, ada norma, nilai, dan kekuatan hukum yang dimilikinya. Namun, tidak mampu menghukumi karena lemahnya penegakan hukum tadi. Di luar itu, sampai saat ini, masih belum ada undangundang yang membatasi dana kampaye partai politik yang digodok pemerintah dan DPR RI. Mestinya, undang-undang ini harus segera dirumuskan. Ketiadaan undang-undang ini menjadikan politik berbiaya tinggi. Pada akhirnya, mendorong legislator atau kepala daerah untuk korupsi. Soalnya, harus mengembalikan modal dan hutang (uang) yang sudah dikeluarkan, selain saving (mungemas) untuk keperluan dana maju berikutnya. Pada akhirnya, kerjanya bukan lagi mengurusi rakyat, melainkan memikirkan pengembalian modal serta mengurusi proyek, fee, atau dana aspirasi. Pemilih Cerdas Terlepas dari masalah tersebut, masyarakat (pemilih) mesti cerdas dalam memilih wakil-wakil mereka. Dasar pilihannya tidak didasarkan pada besaran uang atau jumlah barang yang diberikan, tapi lebih pada rekam jejak (track record) calon yang bersangkutan. Misalnya, dengan mengetahui pengetahuan, tingkat pendidikan, pengalaman, kemampuan teknis, penguasaan undang-udang dan peraturan, program kedewanan, dan lain-lain. Nanti, jangan sampai masyarakat menuntut kinerja dewan. Soalnya, tidak ada yang dikerjakannya buat masyarakat. Sebaliknya, kerjanya hanya datang, duduk, dengar, diam,

23 pulang, dan mengambil gaji bulanan. Karena, tidak paham sama sekali soal pekerjaannya. Sementara itu, masyarakat sudah diuangi (dibeli) dari awal. Satu suara, misalnya, dibeli seratus ribu rupiah. Tinggal dibagi 365 hari (satu tahun) dan dikalikan selama 5 tahun. Artinya, selama mereka duduk di parlemen, suara pemilih (masyarakat) hanya dihargai Rp. 54. Itulah nilai dan harga pemilih sesungguhnya. Kalau pemilih sudah cerdas dalam memilih, maka besar kemungkinan legislator yang terpilih pun adalah orangorang yang cerdas. Dalam arti, jujur, amanah, mampu, berkualitas, punya rekam jejak yang baik, dan paham akan tugas kedewanan. Termasuk, dalam memperjuangkan aspirasi konstituennya (masyarakat). Oleh karena itu, masyarakat khususnya yang punya hak pilih mesti terus dicerdaskan, yaitu dengan memberikan pendidikan politik. Khususnya, membuka kesadaran untuk berpartisifasi dalam pemilu 2014 mendatang. Yang lebih penting lagi, tidak sampai salah memilih sehingga tidak mengecewakan masyarakat itu sendiri. Sumber (5/6/2013)

24 Intropeksi Diri Oleh: Yusradi Usman al-gayoni* Secara keseluruhan, ada 450 calon anggota legislatif yang akan bertarung menuju Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah pada Pemilu Legislatif 2014 mendatang. Ke 450 calon ini berasal dari 12 partai nasional Nasdem, PKB, PKS, PDIP, Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN, PPP, Hanura, PBB, dan PKPI serta 3 partai lokal PA, PNA, dan PDA. Daerah Pemilihan atau Dapil I (Kec Bintang, Kec Kebayakan, dan Kec Lut Tawar) dan Dapil III (Kec Celala, Kec Ketol, Kec Rusip Antara, dan Kec Silih Nara) masing-masing 7 kursi. Sementara, Dapil II (Kec Atu Lintang, Kec Jagong Jeget, Kec Linge, dan Kec Pegasing) dan Dapil Dapil IV (Kec Bebesen, Kec Bies, dan Kec Kute Panang) masing-masing ada 8 kursi yang diperebutkan. Terlepas dari kekurangan dan motivasinya, niat baik dari keseluruhan calon mesti tetap dihargai. Pasalnya, image lembaga ini sangat buruk, dewasa ini. Di lain pihak, Demokrasi dibangun pun masih di tataran prosedural, bukan substantif. Politik transaksional sebagai imbas tingginya biaya politik makit menguat. Ditambah lagi, tambah berkembangnya politik keturunan (politik dinasti). Namun, masih ada mau masuk ke kubangan sistem tersebut. Harapannya, wakil-wakil yang terpilih nantinya bisa memperbaiki kondisi tersebut. Disamping itu, maksimal dalam menjalankan tugas kedewanannnya. Dalam masyarakat Gayo, ada peri mestike kepemimpinan yang cukup populer, yaitu reje mu suket sipet; imem mu perlu sunet; petue mu sidik sasat; dan rayat genap mupakat. Kata reje atau raja dimaknai sebagai pemimpin secara luas. Termasuk, calon anggota legislatif yang akan maju. Secara khusus, terminologi anggota dewan dalam bahasa Gayo dikenal dengan istilah ulu rintah.

25 Suket dan Sipet Lantas, apakah makna reje mu suket sipet tadi? Ada tiga kata kunci di sini; reje (raja pemimpin), suket (menakar), dan sipet (mengukur). Dalam banyak literatur Gayo, reje mu suket sipet diartikan adil. Memang, seorang pemimpin baik formal maupun informal harus adil. Dalam hal ini, bupati yang ada di Gayo: Kabupaten Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan Kabupaten Bener Meriah. Mereka mesti adil kepada Tuhan, diri sendiri, keluarga, golongan, masyarakat luas, dan lingkungan alam. Demikian halnya calon legislator, mesti adil. Karena, mereka akan mewakili daerah pemilihan dan konstituennya. Amanah, beban, tanggung jawab, dan resiko yang diemban pun pasti berat. Sesungguhnya, makna reje mu suket sipet tadi cukup luas. Hakikat pemaknaanya ada pada kata suket (menakar) dan sipet (mengukur). Indikator suket ini pun jelas sekali, antara lain kal, are, tem, dan seterusnya. Sebaliknya, sipet untuk mengukur jarak biasanya menggunakan jari tangan. Di sini, ada unsur relativitas. Panjang jari seseorang pasti berbeda. Dengan demikian, yang diukur pun akan berbeda hasilnya. Secara denotatif bisa dimaknai demikian. Namun, ada pula makna konotatifnya. Dalam konteks pemimpin dan kememimpinan tersebut, suket merujuk kepada pemimpin (yang sedang maju) yang bersangkutan. Dengan kata lain, suket merujuk kepada hal-hal yang konkrit (i panang sareh, i amat nyata): fisik, tempat tinggal, masa-masa kecil, sekolah, kampus, tempat berkarir, dan lain-lain. Kebalikannya, sipet merujuk kepada hal-hal yang abstrak. Misalnya, jujur, amanah, umur, memiliki popularitas, elektabilitas serta akseptabilitas yang tinggi, punya keagungan sifat dan karakter, kedalaman ilmu, pengalaman yang luas, bekal pendidikan yang memadai, menguasai agama, punya rekam jejak dan kinerja yang baik, tidak cacat moral dan tidak

26 cacat hukum, dan lain-lain. Alhasil, pemimpin-pemimpin formal dan informal tadi termasuk anggota/calon anggota dewan bisa menuntun dan membawa masyarakat dan daerah yang dipimpinnya ke arah yang benar, baik, maju, dan bermartabat. Sebab, didasari dengan bekal yang cukup dan mumpuni. Persoalannya, sudahkah ke 450 calon anggota legislatif yang maju dan pemimpin-pemimpin formal dan informal yang ada munyuket dan munyipet (intropeksi) dirinya masing-masing? Sumber (20/6/2013)

27 Pembatasan Alat Peraga: Kontrol dan Sanksi? Yusradi Usman al-gayoni* Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan membatasi pemasangan alat peraga oleh peserta Pemilu Komisioner KPU Ida Budhiati mengatakan, pembatasan ini akan ditegaskan dalam sebuah peraturan. Ia mengungkapkan, peserta pemilu akan dibatasi hanya boleh memasang dua baliho di satu kecamatan. Ia memaparkan, pembatasan ini bertujuan untuk mewujudkan asas keadilan bagi setiap peserta pemilu. Dengan adanya pembatasan, baliho tidak lagi didominasi oleh peserta pemilu yang memiliki modal besar. Selain pembatasan jumlah alat peraga, KPU juga mengatur tentang tempat-tempat pemasangan alat peraga. Alat peraga tidak boleh ditempatkan pada fasilitas dan sarana publik seperti tempat ibadah, rumah sakit, sekolah, taman, pepohonan, dsb. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga estetika dan keindahan kota (Kompas, 31 Juli 2013). Kontrol dan Sanksi? Kita menyambut baik terobosan Komisi Pemilihan Umum (KPU) tersebut. Harapannya, peraturan itu bisa berjalan efektif di lapangan. Dengan demikian, akan tercipta pemilu legislatif yang berkeadilan dan tidak didominasi kalangan punya punya modal besar serta kekuasaan. Di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, misalnya, ada 450 caleg yang maju dari 15 partai politik. Sementara itu, di Dapil 4 (Kec Bebesen, Kec Bies, dan Kec Kute Panang) ada 120 kontestan. Kalau satu kecamatan saja ada 2 baliho, maka akan ada 720 baliho di tiga kecamatan (Dapil 4). Rata-rata per kecamatan ada 240 baliho. Itu baru di Dapil 4. Belum lagi, Dapil 1 (Kec Bintang, Kec Kebayakan, dan Kec Lut Tawar), Dapil 2 (Kec

28 Atu Lintang, Kec Jagong Jeget, Kec Linge, dan Kec Pegasing), dan Dapil 3 (Kec Celala, Kec Ketol, Kec Rusip Antara, dan Kec Silih Nara). Tentu, jumlahnya makin besar. Bisa dibayangkan, baliho ada dimana-mana. Kota jadi kurang berestetika, indah, dan menyesakkan warganya. Bahkan, bisabisa masyarakat tambah muak dan ingin muntah melihatnya. Karenanya, peraturan penempatan baliho ini pun dipandang tepat. Nantinya, tidak akan ada caleg-caleg yang memaksakan kehendak, memasang di sembarang tempat, dan bertindak seenaknya. Apalagi, caleg-caleg yang punya kekuasaan dan punya banyak modal (uang). Masalah kedua ialah pengontrolannya. Bukan perkara mudah mengontrol atribut kampaye ini sampai ke desa-desa. Juga, memastikan cuma dua baliho di setiap satu kecamatan. Akan tetapi, peraturan tersebut mesti tetap dijalankan. Terlebih lagi, KPU punya jejaring dan SDM sampai ke desa-desa, sebagai penyelenggara Pemilu. Segala kekurangannya, bisa dievaluasi dan disempurkan. Dengan begitu, penyelenggaraan pemilupemilu berikutnya jadi tambah baik dan makin berkualitas. Dalam kaitan itu, Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) mesti benar-benar berfungsi. Banwaslu jangan menunggu pelbagai laporan pelanggaran terlebih dahulu. Sebaliknya, ikut melihat dan mengontrol langsung terjadinya pelanggaran-pelanggaran. Alhasil, proses penyelenggaran pemilu legislatif 2014 bisa berjalan dengan mudah, baik, dan efektif. Utamanya, prihal pengontrolan pembatasan alat peraga tadi. Disamping penguatan pengontrolan, perlu adanya sanksi yang tegas dari KPU terhadap caleg-caleg yang melanggar. Bila perlu, sanksi pemberhentian jadi caleg. Selanjutnya, mengumumkan ke masyarakat bahwa yang bersangkutan pelanggar peraturan. Jadi, masyarakat juga ikut menghukum caleg bersangkutan (sanksi sosial). Dengan kata lain, mereka

29 tidak layak untuk dipilih dan menjadi wakil mereka di parlemen. Karena, dari awal sudah tidak disiplin, bertindak sesuka hati, dan melanggar peraturan. Yang tidak kalah penting adalah sosialisasi peraturan ini. Sasarannya, bukan hanya kepada partai politik, caleg, elemen sipil lainnya, melainkan langsung ke masyarakat. Di sini, ada upaya pelibatan masyarakat dalam segala kegiatan KPU. Termasuk, dalam memberikan laporan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan caleg dan langsung ditindaklanjuti KPU. Demikian halnya dalam pemberian sanksi-sanksi dimaksud. Hasilnya, peraturan tadi bisa berjalan dengan efektif, terukur, dan maksimal. *Jaringan Masyarakat Pemilih Cerdas Sumber: (2/8/2013)

30 Caleg Keluarga Vs Caleg Ideal dan Egaliterisme di Gayo Oleh: Yusradi Usman al-gayoni* Pemilu legislatif 2014 tinggal delapan bulan lagi. Kamis (22/8/2013), Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah mengumumkan daftar calon tetap (DCT). Dengan demikian, mereka telah resmi bertarung memperebutkan kursi legislator baik di tingkat kabupaten, propinsi maupun ke Senayan. Secara keseluruhan, ada 450 calon anggota legislatif yang bertarung dan memperebutkan 30 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah. Ke 450 calon ini berasal dari 12 partai nasional Nasdem, PKB, PKS, PDIP, Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN, PPP, Hanura, PBB, dan PKPI serta 3 partai lokal PA, PNA, dan PDA. Daerah Pemilihan atau Dapil I (Kec Bintang, Kec Kebayakan, dan Kec Lut Tawar) dan Dapil III (Kec Celala, Kec Ketol, Kec Rusip Antara, dan Kec Silih Nara) masing-masing 7 kursi. Sementara, Dapil II (Kec Atu Lintang, Kec Jagong Jeget, Kec Linge, dan Kec Pegasing) dan Dapil Dapil IV (Kec Bebesen, Kec Bies, dan Kec Kute Panang) masing-masing ada 8 kursi yang diperebutkan. Banyaknya calon anggota legislatif yang maju di Takengon, karena ketentuan KPU (KIP Aceh Tengah) yang mengharuskan demikian. Kelima belas partai politik mesti mendaftarkan 7-8 calonnya di Dapil-dapil di Takengon. Dapil I dan III, 7 calon. Dapil II dan IV 8 calon, karena jumlah penduduk yang lebih besar. Dari keseluruhan Caleg yang maju, pastinya ada yang berasal dari satu keluarga, satu kampung (desa), dan satu kecamatan. Dapil IV (Kec Bebesen, Kec Bies, dan Kec Kute Panang), misalnya, dalam satu kampung ada yang maju sampai 10, bahkan 15 calon. Alhasil, potensi pecah suara semakin

31 besar. Dengan begitu, peluang keterpilihan dan keterwakilan dari kampung yang bersangkutan pun makin kecil. Namun, tidak ada yang tidak mungkin dalam politik. Perubahan bisa terjadi setiap saat. Bisa saja, yang terpilih malah dari kampung yang banyak nyaleg. Sebaliknya, bisa dari kampung yang kontestannya kurang. Dampak lain, makin menguatkan disharmoni antarcaleg, keluarga, kampung, dan antarkecamatan. Lebih luas, kerenggangan sosial dalam masyarakat. Karena, masih belum adanya kedewasan berpolitik dari partai politik, calon, elite politik, politisi, dan masyarakat. Lebih khusus lagi, dalam menyikapi perbedaan pilihan. Di sisi lain, pendidikan dan pembangunan kesadaran berpolitik yang bermartabat dan bermoral masih kurang. Masih sebatas lip service politik. Akibatnya, muncul rasa curiga yang berlebihan, saling tidak percaya, saling tidak menyapa, saling menjelekkan, dan sampaisampai tidak saling bersilaturrahim. Bahkan, bisa sampai konflik. Karena, lebih mengedepankan pendekatan Machiavelli dibandingkan Ibnu Khaldun dalam berpolitik, utamanya dalam meraih kekuasaan. Track Record Dewasa ini, ada kecenderungan bahwa masing-masing keluarga tetap memilih caleg yang berasal dari keluarganya, meski kualitasnya kurang (wawasan, keilmuan, dan kemampuan dalam menjalankan tugas kedewanannya minim, kurangnya dukungan pendidikan, dan punya rekam jejak yang buruk: kejujuran, tanggung jawab serta punya catatan moral dan hukum yang buruk). Apalagi, yang bersangkutan punya modal yang lebih. Meski tidak semuanya demikian, tapi rata-rata. Sayangnya, masih belum terpetakan secara kuantitatif. Karena, masih kurangnya kajian, penelitian, dan dokumentasi terkait politik, kepemiluan, dan pelaksanaan demokrasi di Takengon.

32 Termasuk, publikasi secara terbuka oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh Tengah, selaku penyelenggara. Di lain pihak, masyarakat Gayo sendiri berkarakter terbuka, toleran, akomodatif terhadap perubahan, dan egaliter. Mereka memandang sama setiap orang. Antara rakyat biasa, ulama, anggota dewan, dan bupati/wakil bupati sekalipun, tetap sama. Soal kepemimpinan, ada yang diembani amanah, ada yang tidak. Namun, yang tidak mengemban amanah tetap mengawasi dan mengevaluasi kepemimpinan yang berjalan (bahasa Gayo= besitegahen saling mengingatkan). Jadi, kalau ada anggota masyarakat yang mengkritik pemimpinannya baik bupati maupun dewan, itu sudah biasa di Takengon, tanoh (tanah) Gayo. Sebab, sistem nilai yang berlaku demikian. Dalam memilih pemimpin pun, seperti itu. Mereka lebih mengutamakan rekam jejak calon yang bersangkutan baik calon anggota dewan, bupati dan wakil bupati maupun pemimpin informal. Jadi, betul-betul dipertimbangkan. Dalam kearifan lokal setempat dikenal anak ni Reje mujadi kude, anak ni Tengku mujadi asu (anak Raja bisa jadi kuda, anak Tengku bisa jadi anjing). Maksudnya, keagungan nama, keluhuran sifat, kedalaman ilmu, keluasan wawasan dan pengalaman, kerendahhatian, dan keberhasilan orang tua (perekomendasi) belum tentu diwarisi anaknya (calon yang maju yang direkomendasikan). Dengan demikian, rekomendasi dan garis komando tidak berlaku di Gayo. Kalau ada tokoh, partai politik atau organisasi yang memfatwakan memilih calon tertentu, dalam kenyataannya, belum tentu dipilih. Termasuk, dalam keluarga dan dalam satu kampung. Tidak semuanya memilih calon yang sama. Harapannya, masyarakat Gayo tetap memelihara sifat dan karakter keegaliterannya meski ada pergeseran nilai sejak

33 tiga pemilu demokratis sebelumnya (sejak masa reformasi). Lebih dari itu, memelihara akal sehat dan nuratinya, terutama dalam menghadapi dan melakukan pencoblosan pada pemilu legislatif Hasilnya, wakil-wakil rakyat yang terpilih nantinya betul-betul berkualitas, punya rekam jejak yang mumpuni, serta ada dan berjuang untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat. Pada akhirnya, bisa memberikan dampak perbaikan dan kemajuan di Takengon, Gayo, dan Aceh pada umumnya. *Direktur Research Center for Gayo/Jaringan Masyarakat Pemilih Cerdas Sumber: (29 Agustus 2013)

34 Menurunnya Partisipasi Politik Rakyat Oleh: Yusradi Usman al-gayoni* Partisipasi pemilih dalam pemilu presiden dan legislatif terus menurun. Misalnya, angka 92 peserta tahun 1999, pileg DPR 2004 (84, 07 persen), pilpres 2004 putaran pertama (78,23 persen), pilpres 2004 putaran kedua (76,63 persen), dan pileg 2009 (70 persen). Pemilih 2014 akan diikuti 190 juta pemilih terdaftar (Kompas, 27/8/2013) Penurunan partisipasi tersebut karena kekecewaan masyarakat. Masyarakat sebetulnya menaruh harapan besar akan adanya perubahan. Terutama, perbaikan ekonomi dan tingkat kesejahteraanya. Karenanya, mereka menggunakan hak politiknya. Sayangnya, mereka terlalu banyak berharap. Pada akhirnya, masyarakat makin skeptis, apatis, dan berujung putus asa. Sebab, seringkali ditinggalkan dan serta merta dilupakan pemimpin dan wakil-wakilnya yang terpilih. Disamping itu, masyarakat melihat tidak adanya calon alternatif. Masyarakat enggan menggunakan hak politiknya. Karena, sudah tahu track record (rekam jejak) calon yang bersangkutan. Juga, adanya ketidakpercayaan terhadap penyelenggara pemilu, karena kuatnya kepentingan (conflict of interest). Hasilnya, terjadi keberpihakan, ketidakadilan, ketidakfairan, ketidakterbukaan, ketidakjujuran, ketidakbersihan, dan ketidakprofesionalan dalam penyelenggaraan pemilu. Saat sudah terpilih, wakil-wakil rakyat yang ada lebih berorientasi pada pengembalian modal. Karena, jorjoran saat mencalonkan. Tak hanya itu, mereka seperti berjudi dengan menghalalkan segala cara. Yang penting, bisa terpilih dan mendapatkan kekuasaan. Dalam kaitan itu, pendekatan Machiavelli digunakan daripada pendekatan Ibnu Khaldun

35 dalam berpolitik. Setelah itu, bisa saving untuk modal maju pada pemilu berikutnya, mengayakan diri, menyejahteraan keluarga dan tim suksesnya, serta mengutamakan partai politiknya melalui pelbagai proyek, fee, atau mengharapkan dana aspirasi. Atas dasar itu gaji, fasilitas penunjang, proyek, fee, dan dana aspirasi barangkali, banyak yang ikut nyaleg. Walaupun, tidak menutup kemungkinan, banyak pula yang tidak tahu kedudukan, fungsi, dan tugas kedewanannya. Alhasil, wakil-wakil seperti ini sebatas datang, duduk, dengar, dan diam ( legislator D4. ) Legislator model ini baru kelihatan lagi saat mendekati pemilu. Saat seperti itu, mereka biasanya jadi orang yang paling dermawan, santun, dekat dengan rakyat, dan paling saleh dari biasanya. Tak jarang, ada yang sampai mempolitisisasi agama, yaitu dengan menjual ayat-ayat Tuhan dan hadist rasul-nya serta simbol-simbol keagamaan. Tingginya biaya politik dan banyaknya tuntutan dari konstituen pemenuhan janji-janji politik, tak jarang, membuat wakil rakyat sampai terjerat korupsi. Di saat yang sama, proses demokrasi yang berjalan pun lebih bersifat prosedural, bukan substantif. Baik presiden dan wakil presiden, kepala daerah, legislator maupun senator kurang peka melihat pelbagai persoalan yang dihadapi masyarakat. Mereka baru peka dan reaktif saat bersentuhan langsung dan menguntungkan diri atau partai pengusungnya. Pemilu Jujur dan Bersih Penurunan partisipasi pemilih pastinya jadi ujian sekaligus tantangan bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu), dan Badan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (BKPP), selaku penyelenggara pemilu. Dengan demikian, salah satu barometer keberhasilan pemilu 2014 nanti adalah meningkatnya partisifasi pemilih dari pemilupemilu sebelumnya.

36 Namun, kesuksesan pelaksanaan pemilu 2014 yang menghabiskan dana Rp. 17 triliun anggaran negara ini jadi tanggung jawab semua pihak, mulai dari pemerintah, DPR, penyelenggara pemilu, partai politik, elite politik, politisi, calon legislator/senator, akademisi, pers, mahasiswa, dan elemen sipil lainnya. Pasalnya, keberhasilan tersebut akan menentukan perbaikan, perkembangan, kemajuan, dan kelangsungan kehidupaan berdemokrasi dan Indonesia pada masa-masa mendatang. Oleh karena itu, KPU mesti menyakinkan semua kalangan bahwa pemilu 2014 nanti akan berlangsung dengan jujur, bersih, independen, adil, fair, terbuka, profesional, dan demokratis. Masyarakat sendiri, khususnya yang memiliki hak pilih harus hati-hati dalam menyalurkan hak pilihnya. Jangan lagi mau dibeli dengan uang atau barang. Tolak money politics dan politik barang. Alhasil, politik yang benar, baik, dan sehat mulai dapat berjalan. Kondisi ini akan ikut memengaruhi sistem nilai dan budaya yang ada dalam masyarakat. Kebalikannya, lihat rekam jejaknya. Apalagi, soal integritas, kualitas, dan kapabilitas. Dengan demikian, wakil-wakil rakyat yang duduk tahun 2014 nanti betul-betul yang tahu pekerjaan, peka, dan responsif terhadap pelbagai persoalan. Juga, ada dan berjuang untuk masyarakat. *Jaringan Masyarakat Pemilih Cerdas (30 Agustus 2013)

37 Pemilu Legislatif: Partai atau Sosok? Yusradi Usman al-gayoni* Keberadaan sosok sejauh ini masih menjadi kekuatan terbesar dalam peningkatan ataupun penurunan popularitas partai politik. Kuat atau lemahnya peran sosok tersebut mengubah konfigurasi penguasaan parpol saat ini. Indikasi semacam itu tampak dari perbandingan dua hasil survei opini publik Kompas, yang menghimpun responden calon pemilih dalam Pemilu 2014 di 33 provinsi. Hasil kedua survei tersebut menunjukkan ada perubahan konfigurasi penguasaan calon pemilih oleh parpol. Perubahan konfigurasi popularitas parpol itu sangat terkait erat dengan keberadaan dan kiprah sosok-sosok yang ada dalam parpol. Dalam hal ini, parpol yang memiliki sosok populer dan positif dipandang publik akan menuai dukungan. Sebaliknya, jika tidak memiliki sosok yang diandalkan atau memiliki sosok yang kurang berkenan di mata publik, parpol cenderung tidak bergerak atau justru makin resistan (Kompas, 27 Agustus 2013) Di Takengon? Hasil itu tak jauh berbeda dengan kondisi di Takengon, khususnya di Kecamatan Bebesen. Hal tersebut terlihat dari amatan yang dilakukan pada tanggal 14 April-16 Mei Pun tidak mewakili, hasil itu menggambarkan sikap pemilih di Takengon yang terdiri atas empat Dapil, yaitu Dapil I (Kec Bintang, Kec Kebayakan, dan Kec Lut Tawar), Dapil II (Kec Atu Lintang, Kec Jagong Jeget, Kec Linge, dan Kec Pegasing), Dapil III (Kec Celala, Kec Ketol, Kec Rusip Antara, dan Kec Silih Nara), dan Dapil Dapil IV (Kec Bebesen, Kec Bies, dan Kec Kute Panang)

38 Sejauh ini, keberadaan sosok sangat berperan penting dalam partai politik. Termasuk, calon legislatif (caleg) yang diusung partai. Dengan begitu, tingkat popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas berpengaruh signifikan terhadap persepsi, sikap, dan keputusan politik pemilih. Calon yang populer, belum tentu diterima masyarakat. Alhasil, kemungkinan keterpilihannya pun semakin kecil. Sebaliknya, calon yang diterima masyarakat meski tingkat kepopulerannya kurang kemungkinan besar akan dipilih. Namun, persoalan memilih tidak sampai di situ. Masih banyak pertimbangan lain dari pemilih. Selanjutnya, masyarakat lebih melihat sosok ketimbang partai pengusungnya baik yang maju dalam pemilu kepala daerah (pemilu kada) maupun pemilu legislatif. Dalam masyarakat Gayo, dikenal istilah perau yang merujuk kepada partai politik. Dengan pengertian lain, partai politik sebatas kendararan atau instrumen untuk maju (meraih kekuasaan). Memang, pemilu legislatif sedikit berbeda dengan pemilu kada. Dalam pemilukada, calon kepala daerah bisa maju melalui jalur independen. Tapi, tidak untuk nyaleg. Calon anggota legislatif harus melalui partai politik, kalau tetap ingin maju ke parlemen. Di lain pihak, masih belum ada undang-undang, peraturan atau ketentuan yang membolehkan calon anggota legislatif maju melalui jalur independen, sampai sekarang. Untuk jangka pendek, peran sosok dan kesosokannya bisa berkontribusi terhadap kemenangan partai politik. Akan tetapi, ketergantungan terhadap sosok itu bisa berdampak negatif bagi partai politik. Akibatnya, bisa mematikan proses kaderisasi dan regenerasi di tubuh partai. Karena, besarnya ketergantungan tadi. Sebagai tambahan, masalah ini kaderisasi dan regenerasi merupakan salah satu kelemahan orang Gayo baik dalam partai politik maupun nonpartai politik, mulai dari tingkat

POTRET BELANJA PUBLIK ACEH TENGAH TAHUN Public Expenditure Analysis & Capacity Strengthening Program (PECAPP) Takengon, 19 Desember 2013

POTRET BELANJA PUBLIK ACEH TENGAH TAHUN Public Expenditure Analysis & Capacity Strengthening Program (PECAPP) Takengon, 19 Desember 2013 POTRET BELANJA PUBLIK ACEH TENGAH TAHUN 2013 Public Expenditure Analysis & Capacity Strengthening Program (PECAPP) Takengon, 19 Desember 2013 PENERIMAAN DAERAH 2 Penerimaan Aceh Tengah meningkat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 http://kesbangpol.kemendagri.go.id I. PENDAHULUAN Dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan jasa yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik baik di pemerintah maupun di legislatif. Pelaksanaan pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah (pemilukada) adalah rangkaian panjang dari proses penentuan kepala daerah yang bakal menjadi pemimpin suatu daerah untuk lima tahun (satu periode).

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH DAN PENYAYANG DENGAN

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013 ANATOMI CALEG PEMILU 2014 FORMAPPI 3 Oktober 2013 I. Pengantar Alasan melakukan kajian: Membantu pemilih mendapatkan informasi yang utuh tentang Caleg dalam Pemilu 2014. Lingkup kajian: Profil Caleg Pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung, umum, bebas,

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan pilar demokrasi dalam suatu negara seperti di Indonesia. Kehadiran partai politik telah mengubah sirkulasi elit yang sebelumnya tertutup bagi

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENYALURAN KEKURANGAN DANA BAGI HASIL PAJAK ROKOK KEPADA KABUPATEN/KOTA DALAM WILAYAH ACEH BERDASARKAN REALISASI PENERIMAAN TAHUN 2014 DAN

Lebih terperinci

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI ENI MISDAYANI, S.Ag, MM KPU KABUPATEN KUDUS 26 MEI 2014 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses. pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi

I. PENDAHULUAN. Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses. pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi pelanggaran Pemilihan Gubernur Lampung

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK KENDARAAN BERMOTOR, BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR, PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR DAN PAJAK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperuntukkan untuk rakyat. Pemilihan umum merupakan bagian dari

I. PENDAHULUAN. diperuntukkan untuk rakyat. Pemilihan umum merupakan bagian dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan sebuah wacana yang dikembangkan dengan tujuan untuk menampung aspirasi yang terdapat dalam masyarakat. Secara sederhana demokrasi dapat diartikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK I. PENGANTAR Pemilihan Umum adalah mekanisme demokratis untuk memilih anggota legislatif (DPR, DPD, DPRD), dan Eksekutif (Presiden-Wakil Presiden, serta kepala daerah). Pemilu

Lebih terperinci

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik Koalisi Pemantauan Dana Kampanye Transparansi Internasional Indonesia dan Indonesia Corruption Watch Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH JAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemenuhan

Lebih terperinci

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? Jakarta, 29 Januari 2014 Q: Apakah Ibu/Bapak/Saudara tahu atau tidak tahu bahwa Tahun 2014 akan dilaksanakan Pemilihan Legislatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat, BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA FINAL HARMONISASI RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KEMUKIMEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TENGAH,

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KEMUKIMEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TENGAH, QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KEMUKIMEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA Menimbang : a. BUPATI ACEH TENGAH, bahwa dengan diakuinya keistimewaan Aceh

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA SISTEMATIKA (JUMLAH BAB: 13 JUMLAH PASAL: 89 ) BAB I KETENTUAN UMUM BAB II JENIS, STATUS, DAN KEDUDUKAN Bagian

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK ROKOK KEPADA KABUPATEN/KOTA DALAM WILAYAH ACEH BERDASARKAN REALISASI PENERIMAAN BULAN DESEMBER 2015 DAN

Lebih terperinci

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran Komisi Kejaksaan Republik Indonesia, perlu

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN DAERAH PEMILIHAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH DRAFT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH BISMILLAHIRRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan masyarakat yang memiliki kebebasan berekspresi dan berkehendak, serta menyampaikan hak nya sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 101, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana

Lebih terperinci

Menimbang Kembali Gagasan Revisi UU Aparatur Sipil Negara

Menimbang Kembali Gagasan Revisi UU Aparatur Sipil Negara Menimbang Kembali Gagasan Revisi UU Aparatur Sipil Negara Oleh : Akbar Faizal Ketua DPP Partai Nasdem, Anggota Komisi III DPR RI Jakarta, 1 Februari 2017 Tiga Isu Krusial RUU ASN 1. Open Recruitment/Open

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

PILKADA lewat DPRD?

PILKADA lewat DPRD? http://www.sinarharapan.co/news/read/30485/mengorbankan-rakyat-untuk-menutupi-kelemahan-parpol PILKADA lewat DPRD? Mengorbankan Rakyat untuk Menutupi Kelemahan Parpol 04 January 2014 Vidi Batlolone Politik

Lebih terperinci

Usulan Perbaikan Pasal-pasal Keuangan Politik Di Dalam Undang-undang tentang Pemilihan Umum anggota DPR/DPRD dan DPD (UU No.

Usulan Perbaikan Pasal-pasal Keuangan Politik Di Dalam Undang-undang tentang Pemilihan Umum anggota DPR/DPRD dan DPD (UU No. Lampiran 2 Usulan Perbaikan Pasal-pasal Keuangan Politik Di Dalam Undang-undang tentang Pemilihan Umum anggota DPR/DPRD dan DPD (UU No. 12 tahun 2003) UU 12/2003 Identifikasi Masalah Usulan Perbaikan Keterangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) JAKARTA, 3 APRIL 2014 UUD 1945 KEWAJIBAN NEGARA : Memenuhi, Menghormati dan Melindungi hak asasi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan RZF / Kompas Images Selasa, 6 Januari 2009 03:00 WIB J KRISTIADI Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan

Lebih terperinci

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Vs Prabowo-Hatta dan Kampanye Negatif Geliat partai politik dan capres menggalang koalisi telah usai. Aneka

Lebih terperinci

HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK

HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK Agustus 2014 Harapan & Ancaman Jokowi - JK Pemerintahan Jokowi JK secara resmi akan dilantik pada Oktober mendatang. Harapan publik pada pemerintahan ini berada di posisi

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA

Lebih terperinci

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I -2-3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (L embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4252); 4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Teuku May Rudy (2007

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 31 /Kpts/KPU-Kab-012.329506/2014 TENTANG PENETAPAN TANGGAL DAN TEMPAT PELAKSANAAN KAMPANYE RAPAT

Lebih terperinci

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pemilih pemula selalu menarik untuk didiskusikan pada setiap momen pemilihan umum baik nasional maupun di daerah. Jumlah mereka yang sangat besar bagaikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Rudy (2007 : 87)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental (Adinda Tenriangke Muchtar, Arfianto Purbolaksono The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research) http://www.shnews.co/detile-28182-gelombang-efek-jokowi.html

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU No.547, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DPR-RI. Kode Etik. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik - FISIP Universitas Indonesia (PUSKAPOL FISIP UI) Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg No.1748, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik dan Pedoman Perilaku. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang:

Lebih terperinci

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM -2- e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum tentang Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

KOMISI XI PILIH AGUS JOKO PRAMONO SEBAGAI ANGGOTA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

KOMISI XI PILIH AGUS JOKO PRAMONO SEBAGAI ANGGOTA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KOMISI XI PILIH AGUS JOKO PRAMONO SEBAGAI ANGGOTA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN metrotvnews.com Komisi XI DPR i akhirnya memilih Agus Joko Pramono sebagai Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ii Pengganti

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN 2012-2032 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH

QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH QANUN ACEH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Kinerja rendah, DPRA harus berbenah!

Kinerja rendah, DPRA harus berbenah! Kinerja rendah, DPRA harus berbenah! (Pandangan Komponen Masyarakat Sipil Untuk Parlemen yang lebih baik terhadap Kinerja DPRA) DPRA merupakan lembaga legislatif di Aceh. Berdasarkan UU No. 11 tahun 2011

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB III DATA RESPONDEN

BAB III DATA RESPONDEN BAB III DATA RESPONDEN A. JENIS KELAMIN RESPONDEN Penelitian ini sebagian besar mengambil kelompok laki-laki sebagai responden. Dari 8 responden yang diwawancarai dan yang ikut FGD, terdapat orang responden

Lebih terperinci

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR: 03 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN REJE PEMERINTAH KAMPUNG SECARA SERENTAK

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR: 03 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN REJE PEMERINTAH KAMPUNG SECARA SERENTAK BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR: 03 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN REJE PEMERINTAH KAMPUNG SECARA SERENTAK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU 1. Sistem Pemilu Rumusan naskah RUU: Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Partai politik diberikan posisi penting

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah) PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah) R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 21 Mei 2008 Pokok

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Strategi Komunikasi Politik adalah perencanaan komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh dengan sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci