BAB I PENDAHULUAN. PBB 1. UNHCR difungsikan untuk menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. PBB 1. UNHCR difungsikan untuk menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UNHCR adalah organisasi yang berada di bawah naungan dari PBB. UNHCR sendiri didirikan pada tanggal 14 Desember 1950 oleh sidang umum PBB 1. UNHCR difungsikan untuk menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan pengungsian. Awalnya organisasi UNHCR dibentuk dengan mandat hanya selama 3 tahun saja seiring dengan konflik yang sedang berlangsung saat itu, yaitu Perang Dunia II dimana UNHCR dibentuk untuk membantu orang-orang Eropa yang terpencar karena konflik yang sedang terjadi saat itu. Pada tanggal 28 Juli 1951 dicetuskan Konvensi PBB tentang Status Pengungsi, sebuah dasar hukum dalam membantu pengungsi dan statuta dasar yang mengarahkan kerja UNHCR. Di awal abad 21, UNHCR telah membantu berbagai krisis pengungsi terbesar di Afrika seperti di Republik Demokrat Kongo dan Somalia, serta di Asia, terutama dalam permasalahan pengungsi di Afghanistan yang berlangsung selama 30 tahun. Pada saat yang sama, UNHCR diminta untuk menggunakan keahliannya untuk mengatasi permasalahan pengungsi internal yang disebabkan oleh konflik. Disamping itu, peran UNHCR juga meluas hingga menangani bantuan bagi orang orang tanpa kewarganegaraan, sebuah kelompok orang yang 1 diakses tanggal 13 Feb 2015

2 berjumlah jutaan namun tidak kasat mata, sementara mereka menghadapi bahaya kehilangan hak hak dasarnya karena tidak memiliki kewarganegaraan. Pada beberapa bagian dunia seperti Afrika dan Amerika Latin, mandat awal UNHCR yang ditetapkan pada tahun 1951 telah diperkuat dengan adanya perjanjian tentang instrumen hukum regional Pada tahun 1954, UNHCR memenangkan penghargaan Nobel Peace atas kerja besarnya membantu pengungsi di Europe. Mandatnya kemudian diperluas hingga akhir dekade. Lebih dari 25 tahun kemudian, UNHCR menerima penghargaan pada tahun 1981 atas kontribusinya yang berupa bantuan global bagi para pengungsi dengan kutipan yang menggaris bawahi hambatan politik yang harus dihadapi UNHCR. 2 UNHCR yang awalnya dibentuk untuk membantu para korban dalam Perang Dunia ke-2 lewat mandat 3 tahun masa kerja ternyata seiring berjalannya waktu organisasi ini dianggap penting dan besar manfaatnya dalam menangani dan memberikan perlindungan pada orang-orang yang terlibat konflik negara. Sehingga organisasi UNHCR ini masih tetap berdiri sampai sekarang. Komisioner tinggi PBB yang bergerak untuk urusan pengungsi sekaligus menjabat pemimpin tertinggi UNHCR adalah António Guterres. António Guterres menjabat sebagai Komisioner Tinggi PBB untuk urusan pengungsi yang ke-10 sejak 15 Juni 2005 untuk masa kerja 5 tahun. Pada April 2010, António Guterres kembali terpilih untuk menjabat sebagai komisioner organisasi UNHCR ini. Saat ini UNHCR bekerja di 125 negara dengan staff yang 2 diakses tgl 21 Feb 2016 pkl 10.19

3 berjumlah 7685 orang yang bertugas memberikan perlindungan dan bantuan kepada jutaan pengungsi, orang yang kembali ke negaranya, pengungsi internal dan orang tanpa kewarganegaraan. Salah satu negara yang ikut bergabung dalam UNHCR adalah Indonesia. Di Indonesia kantor UNHCR pusat terletak di Jakarta dan memiliki 8 wilayah kantor bagian yang tersebar di Indonesia. Secara umum tugas UNHCR adalah advocacy, assistance, suaka dan migrasi, menjamin pemberian solusi yang berkelanjutan, perlindungan terhadap pengungsi serta respon sigap dalam keadaan darurat. Karenanya sesungguhnya UNHCR dibentuk sebagai sebuah manifestasi penegakan hak asasi manusia (HAM) di mana mempunyai peranan khusus dalam penegakan HAM yang menyangkut penanganan pengungsi. Berdasarkan mandat yang diberikan kepada UNHCR bahwa tugas yang diemban oleh organisasi ini merupakan tugas kemanusiaan yang mulia, yaitu memberikan perlindungan internasional dan mencari solusi terhadap masalah-masalah yang di hadapi oleh pengungsi. Salah satu kasus penanganan pengungsi yang ditangani oleh UNHCR saat ini terkait dengan kasus pelanggaran HAM yang menimpa etnis Rohingya di Myanmar. Kasus yang menimpa etnis Rohingya ini sedang menjadi sorotan mata dunia, dimana kasus ini amerupakan suatu tindak penindasan dan pemusnahan terhadap kelompok tertentu yang mengakibatkan kelompok tersebut harus hengkang dan keluar dari negara asalnya. Kasus yang menimpa etnis ini termasuk ke dalam golongan genosida (golongan pelanggaran HAM berat).

4 Genosida adalah suatu perbuatan yang tidak memuliakan hak asasi manusia dimana perbuatan ini dilakukan dengan sengaja dan bermaksud untuk menghancurkan, menghilangkan dan memusnahkan sebagian atau seluruh kelompok, baik kelompok ras, etnik, agama, maupun bangsa. Kejahatan genosida ini dilakukan dengan cara membunuh, menyebabkan penderitaan fisik maupun mental, mencegah kelahiran di dalam anggota kelompok dan memindahkan anggota kelompok secara paksa 3. Orang-orang yang tertindas akibat adanya perbuatan genosida tersebut melakukan pelarian ke negara-negara asing sebagai pengungsi. Padahal pada dasarnya setiap orang berhak atas kehidupan yang layak tanpa adanya ancaman bahkan sejak manusia itu lahir, sebagaimana tertuang di dalam Pasal 5 Deklarasi Univesal HAM (Duham) berbunyi: tak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan atau dihukum secara keji, tidak manusiawi atau merendahkan martabat. Kisah Rohingya menambah panjang sejarah kelam pelanggaran HAM di dunia pada umumnya dan Myanmar pada khususnya. Sudah lama junta militer Myanmar menerapkan peraturan ketat terhadap perkembangan agama-agama selain Budha, agama resmi Negara Myanmar. Hal ini membuat implementasi hak kebebasan beragama bagi agama minoritas di negara itu terbatas. Orang-orang Rohingya mengalami berbagai bentuk penindasan-penindasan hak asasi manusia oleh Junta Militer Myanmar sejak Nasution, Buyung Adnan. Intsrumen Internasional Pokok HAM, lihat Dokumen Q Kejahatan Perang dan Kejahatan Kemanusiaan, Termasuk Genosida pasal 6. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Yayasan LBHI. Hlm 671

5 Etnis Rohingya merupakan sekelompok etnis yang sangat meprihatinkan bahkan telah dinobatkan sebagai etnis paling menyedihkan di dunia. Etnis yang kebanyakan beragama Islam di negara bagian Rakhine Utara di Myanmar Barat. Populasi Rohingya terkonsentrasi di dua kota utara negara bagian Rakhine sebelumnya disebut Arakan. Etnis Rohingya adalah masyarakat muslim yang hidup tanpa kewarganegraan di Myanmar. Muslim Myanmar hanya berjumlah 4% dari total populasi Myanmar dan menjadikan etnis Rohingya minoritas. Etnis Rohingya tinggal di perbatasan Myanmar dan Bangladesh sejak wilayah itu masih menjadi jajahan Inggris 4. Namun disaat kedua negara itu telah merdeka, kaum muslim Rohingya mendapat perlakuan buruk. Walau sama-sama beragama muslim, etnis Bengal selaku mayoritas di Bangladesh enggan untuk mengurus mereka dan menganggap mereka layaknya saudara. Hal ini menyebabkan banyak keluarga Rohingya nekat menetap di Myanmar walaupun sejak tahun 1982 dikelurkan Undang-Undang Kewarganegaraan Myanmar yang menyatakan bahwa pemerintahan Myanmar tidak mengakui Muslim Rohingya sebagai warga negara Myanmar. Pemerintah di negara itu hanya menganggap mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh atau keturunannya. Selama ini secara turun temurun telah terjadi perseteruan antara kelompok etnis Muslim Rohingya dan etnis lokal Myanmar yang beragama Buddha. Ada 4 diakses tanggal 14 Feb 2016 pkl 12.20

6 beberapa rentetan peristiwa pengusiran dan diskriminasi dari wilayah Myanmar secara berkesinambungan terhadap etnis Muslim Rohingya di Myanmar yaitu: 5 1. Pada tahun 1962 militer fasis Myanmar mengusir orang Arakan ke wilayah Bangladesh. 2. Pada tahun 1978 M lebih dari kaum muslimin diusir dan mengalami tekanan yang sangat berat hingga hampir orang dari mereka tewas. Termasuk di dalamnya orang-orang tua, wanita, dan anakanak. 3. Tahun 1988 sekitar kaum muslimin diusir karena orang-orang Budha hendak membangun desa mereka sebagai tempat percontohan. 4. Tahun 1991 hampir orang muslim diusir. Hal ini karena hukuman atas kemenagnan partai oposisi (NLD) dalam pemilu yang mendapatkan suara dari umat Islam. Hasil pemilu pun dibatalkan. 5. Membatalkan hak kewarganeraan umat Islam. 6. Melakukan kerja paksa dengan tanpa mendapatkan makanan, minuman, dan transportasi. 7. Umat Islam dilarang untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Apalagi duduk di banguku kuliah. Bagi mereka yang berusah mendapatkan pendidikan di luar negeri, kemudian kembali ke Myanmar dalam keadaan terdidik, maka akan dijebloskan ke dalam penjara. 5 diakses tanggal 14 Feb 2016 pkl 13.00

7 8. Secara umum, tidak boleh menjadi pegawai negera. Jika pun ada, maka tidak akan mendapatkan hak-haknya secara penuh. 9. Dilarang melakukan perjalanan ke luar negeri, walaupun untuk beribadah haji. Mereka hanya diperbolehkan pergi ke Bangladesh dengan ketentuan waktu yang terbatas. Mereka tidak diperbolehkan berpergian ke Ibu Kota Rangon dan kota-kota lainnya di Myanmar. Jika mereka hendak pindah kota, harus mendapatkan surat izin yang jelas. 10. Dibebani pajak yang tinggi dalam segala hal, dikenakan banyak denda, dipersulit melakukan perdagangan kecuali berniaga dengan militer. Apapun yang diperdagangkan dijual dengan harga yang jauh di bawah standar atau dipaksa menjual sesuatu yang tidak ingin mereka jual. Hal itu bertujuan agar mereka terus dalam keadaan miskin. Banyak kejadian pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh kaum Rohingya, mulai dari tidak diakui di negaranya, dianggap sebagai mayarakat ilegal, penindasan, dan diusir dari negara Myanmar. Salah satu kejadian yang menjadi peristiwa besar adalah kejadian saat pembantaian terhadap etnis Rohingya terjadi ketika pada awal Juni 2012, dimana saat itu 10 pemuda muslim dibantai hingga tewas saat naik bus di perjalanan. Selanjutnya terjadi banyak peristiwa yang merugikan pihak suku Rohingya seperti dicabutnya kartu identitas penduduk yang dikenal sebagai kartu putih bagi etnis Rohingya sehingga etnis ini tidak dianggap lagi kewarganegaraannya. Karena tidak tahan dengan penindasan yang terus menerus

8 dan diskriminasi yang terjadi kepada etnis Rohingya, maka banyak dari etnis ini yang berusaha melarikan diri keluar dari Myanmar. Walaupun begitu tidak mudah bagi mereka untuk dapat keluar dari Myanmar. Tidak jarang mereka harus mengalami tindak kekerasan oleh pihak keamanan, dan jika mereka telah keluar dari Myanmar mereka tidak diperbolehkan lagi kembali ke negara tersebut. Saat ini pengungsi rohingya tersebut mendatangani negara-negara asing untuk mendapatkan perlindungan, salah satunya Indonesia. Di Indonesia ada sekitar jiwa pengungsi rohingya yang keberadaannya terpencar di berbagai wilayah, diantaranya di Aceh, Manado, Jakarta, Medan, dll. Saat ini di Medan sekitar 300-an jiwa pengungsi rohingya yang sudah diidentifikasi / terdaftar status pengungsiannya di UNHCR. Pengungsi tersebut ditampung dan dialokasikan di beberapa tempat penampungan sementara. Tempat penampungan pengungsi tersebut ada yang berlokasi di Belawan, di Padang Bulan maupun beberapa hotel kecil di Jalan Djamin Ginting yang disewa untuk menjadi tempat penampungan sementara para pengungsi rohinya tersebut. Sampai saat ini para pengungsi tersebut masih mendiami lokasi pengungsian. Selama berada di Medan pengungsi rohingya tidak banyak menuntut dan berbuat apa-apa, mereka hanya dapat menunggu keputusan atas nasib mereka dari pemerintah dan UNHCR selaku lembaga yang mengurus mereka, apakah mereka akan tetap tinggal di penampungan sementara atau mereka akan dikirim ke negara ketiga selaku negara tujuan akhir bagi para pengungsi. Para pengungsi Rohingya

9 di Medan pernah beberapa kali melakukan tindakan untuk memperjuangkan hidup mereka. Para pengungsi ini menggelar aksi unjuk rasa saat perayaan Tri Suci Waisak yang digelar masyarakat Buddha Medan di Tiara Convention Centre, Jalan Imam Bonjol, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan. Mereka berunjuk rasa meminta para biksu dan umat Buddha di Indonesia, khususnya di Medan, untuk mengutuk keras pembunuhan, penganiayaan serta pengusiran yang dilakukan biksu dan umat Budha di Myanmar terhadap etnis Rohingya. 6 Mereka juga pernah menggelar aksi unjuk rasa di kantor DPRD Medan untuk menyuarakan kepedihan mereka. Selaku organisasi internasional yang diharapkan mampu menangani pengungsi Rohingya, UNHCR melakukan berbagai tahap dan proses dalam penanggulangan pengungsi ini.proses tersebutdimulai dengan registrasi atau pendaftaran terhadap para pencari suaka. Setelah registrasi, UNHCR akan melakukan wawancara individual dengan masing masing pencari suaka, dengan didampingi seorang penerjemah yang kompeten. Proses ini melahirkan keputusan yang beralasan yang menentukan apakah permintaan status pengungi seseorang diterima atau ditolak dan memberikan masing masing individu sebuah kesempatan (satu kali) untuk meminta banding apabila permohonannya ditolak. Jika telah ditetapkan sebagai pengungsi maka UNHCR akan memberikan perlindungan dan penjagaan terhadap para pengungsi yang telah diidentifikasi. 6 diakses tgl 21 Februari 2016 pkl 14.55

10 UNHCR memiliki tujuan utama untuk mencari solusi jangka panjang bagi para pengungsi yang akan memberikan mereka kesempatan untuk membangun kembali hidup mereka sepantasnya dalam damai. 7 Solusi jangka panjang yang dimaksudkan UNHCR di Indonesia terdiri atas 3 yaitu: integrasi lokal, pemulangan secara sukarela dan penempatan di negara ketiga. 8 a. Integrasi lokal ntegrasi lokal saat ini belum menjadi pilihan yang memungkinkan untuk kebanyakan kasus di Indonesia mengingat Indonesia belum memiliki Undang undang lokal untuk mengatur hak hak dan cara pengintegrasian pengungsi. Pengungsi dan pencari suaka hanya memperoleh ijin untuk tinggal di Indonesia secara sementara. b. Pemulangan secara sukarela ke negara asal. Solusi ini hanya sebagian kecil para pengungsi yang mau mengikutinya. Disini UNHCR melakukan tugasnya untuk melakukuan konseling kepada masing-masing individu pengungsi untuk memastikan pengungsi tersebut bersedia pulang ke negaranya dengan sukarela tanpa ada paksaan. Segala kebutuhan perjalananakan ditanggung oleh mitra UNHCR yaitu IOM (International Organization for Migration). c. Penenmpatan ke negara ketiga. Dalam hal ini konsep negara dibagi atas 3 yaitu, negara pertama yang merupakan negara asal dari pengungsi, negara kedua merupakan negara yang menyediakan penampungan sementara bagi para pengungsi/pencari suaka sampai mereka mendapatkan tindakan yang 7 tgl 23 Feb 2016 pkl Ibid

11 lebih lanjut, dan negara ketiga merupakan negara tujuan akhir dari perjalanan para pengungsi. Perlu diketahui penempatan di negara ketiga bukanlah hak bagi pengungsi dan Negara tidak memiliki kewajiban internasional untuk menerima pengungsi yang secara sementara tinggal di negara penampungan. Dengan demikian, penempatan di negara ketiga adalah solusi jangka panjang yang bergantung pada kesediaan negara penerima. Maka mengingat adanya suatu organisasi internasional yaitu UNHCR yang bergerak dalam masalah penanggulangan pengungsi, penulis tertarik untuk membahas dan meneliti lebih mendalam serta menganalisis bagaimana peran politik UNHCR dalam menangani pengungsi Rohingya yang ada di Indonesia khususnya yang berlokasi di Medan? 1.2 Rumusan Masalah Kasus yang menimpa etnis Rohingya merupakan salah satu kasus pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Etnis ini tidak diakui keberadaannya oleh negara asalnya yaitu Myanmar, etnis ini juga diperlakukan secara tidak adil, mereka ditindas dan didiskriminasikan. Mereka juga diusir dari Myanmar karena mereka dianggap sebagai masyarakat ilegal yang tidak diakui keberadaannya, sehingga mereka harus keluar dari negara Myanmar dan menjadi

12 pengungsi/pencari suaka di berbagai negara seperti di Indonesia khusunya di Medan, Sumatera Utara. Melihat dari kasus yang sedang terjadi ini, UNHCR selaku organisasi internasional di bawah naungan PBB yang dibentuk khusus dalam penanggulanan korban pengungsian memiliki peran yang penting dalam menangani kasus yang menimpa etnis Rohingya tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba merumuskan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian, yaitu: Bagaimana peran politik UNHCR dalam menangani pengungsi Rohingya yang ada di Indonesia khususnya yang berlokasi di Medan? 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah berfungsi agar suatu penelitian lebih fokus dan terarah dalam membahas permasalahan yang sedang diteliti sehingga dapat menghasilkan suatu karya ilmiah yang dapat memberikan informasi terhadap pembaca. Adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: penelitian ini fokus pada persoalan penanganan UNHCR terhadap pengungsi Rohingya di Medan.

13 1.4 Tujuan Penelitian Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana peran politik organisasi UNHCR dalam menangani pengungsi etnis Rohingya di Medan. 1.5 Manfaat penelitian Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah: a. Secara teoritis diharapkan nantinya hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi kajian teoritik terhadap peran politik dari sebuah organisasi internasional. b. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi tambahan dalam mengembangkan kemampuan berfikir dan menulis bagi mahasiswa khusunya mahasiswa Departmen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. c. Bagi penulis penelitian ini bukan semata-mata hanya sebagai pemenuhan tugas akhir dalam masa perkuliahan, tetapi penelitian ini juga sebagai sarana bagi penulis untuk mengasah kemampuan dalam menganalisis dan mengaplikasian ilmu politik yang telah diperoleh semasa kuliah.

14 1.6 Kerangka Teori Dalam melakukan suatu penulisan karya ilmiah diperlukan adanya analisis menggunakan teori. Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, definisi untuk menerangkan suatu fenomenal sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep. 9 Dalam hal ini penulis akan menguraikan teori dan kosep yang berkaitan dengan penelitian yaitu konsep peran politik, teori organisasi internasional dan menjelaskan konsep pengungsi internasional. I.6.1 Konsep Peran Politik Membahas mengenai peran politik terlebih dahulu harus memahami pengertian dari kedua kata tersebut. Peran dapat diartikan sebagai suatu fungsi yang dibawakan oleh seseorang/kelompok ketika menduduki suatu karakteristik (posisi) dalam struktur sosial. Peran juga dapat diartikan sebagai serangkaian tingkah laku/pola di berbagai lingkungan sosial yang berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Seorang ahli yang bernama Glen Elder (1975) melalui pendekatannya yang dinamakan life-course memaknakan bahwa setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Setiap peran dalam ilmu sosial diartikan sebagai seperangkat hak, kewajiban, harapan, norma dan perilaku seseorang untuk menghadapi dan memenuhi. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang 9 Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Hal 37

15 berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku individu adalah konteks tertentu, berdasarkan posisi sosial dan faktor lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku seseorang sangat diwarnai oleh beberapa faktor serta persepsi tentang faktor tersebut. Persepsi yang dimiliki itu pula yang turut menentukan bentuk sifat dan intensitas peranannya dalam kehidupan organisasional. Peran berhubungan dengan fungsi individu dalam berbagai kelompok sosial. Ada dua jenis peran, yaitu peran yang ditetapkan dan peran yang diterima. Peran yang ditetapkan merupakan situasi dimana seseorang dalam menjalankan tugas dan peran nya sudah ditunjuk dan tidak memiliki pilihan dalam menentukan tugas dan peran nya. Jenis yang kedua adalah peran yang diterima. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih langsung oleh individu/aktor yang akan menjalankan perannya. Masuk ke pembahasan selanjutnya yaitu politik, dimana politik itu sendiri memiliki cakupan yang luas. Politik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang konsep kekuasaan dan negara. Berbicara mengenai definisi politik, para ahli memberikan pandangan yang berbeda. Menurut Rod Hague dalam buku Dasar- Dasar Ilmu Politik karangan Miriam Budiardjo mengatakan politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggotanya. 10 Sedangkan Andrew 10 Budiardjo, Miriam Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 16

16 Heyeood mengatakan politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerjasama. 11 Dalam membahas politik terdapat 4 pembahasan inti yaitu: tujuan dari kegiatan politik, cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut, kemungkinankemungkinan dan kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi politik tertentu, dan kewajiban-kewajiban yang diakibatkan oleh tujuan politik itu. Konsep-konsep yang dibahas dalam teori politik mencakup: masyarakat, kelas sosial, negara, kekuasaan, kedaulatan, hak dan kewajiban, kemerdekaan, lembagalembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, modernisasi, dan sebagainya. 12 Jika digabungkan antara pengertian peran dan politik maka dapat diartikan peran politik mirip dengan peran yang dimainkan seorang actor, maksudnya orang yang memiliki posisi-posisi atau status-status tertentu di dalam masyarakat diharapkan untuk berperilaku dalam cara-cara tertentu yang bisa diprediksikan. Namun harapan-harapan yang terkait dengan peran-peran ini tidak hanya bersifat satu-arah. Seseorang tidak hanya diharapkan memainkan suatu peran dengan caracara khas tertentu, namun orang itu sendiri juga mengharapkan orang lain untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap dirinya. Dalam peran politik 11 Ibid hal Ibid hal.43

17 terdapat dua hal yang penting, yang pertama adalah harus ada yang dinamakan oleh individu/aktor yang aktif dalam menjalankan peran, sedangkan yang kedua adalah harus ada tugas-tugas yang dimandatkan kepada individu/aktor pelaku yang nantinya tugas tersebut harus dijalankan. Dalam menjalankan peran politik tidak terlepas dari adanya unsur negara. Individu/aktor yang menjalankan peran politik mempunyai suatu ikatan dengan negara, dimana aktor tersebut diikat dan dilindungi oleh negara yang menaunginya. Negara merupakan integrasi dan organisasi pkok dari kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarkat. 13 Karena itu, aktor yang menjalankan peran poltik baik dalam lingkup nasional maupun internasional mempunyai tanggung jawab kepada negara Teori Organisasi Internasional Lahirnya organisasi internasional awal mula disebabkan oleh tragedi Perang Dunia I dan II yang telah membawa derita dan sengsara bagi umat manusia, saat itu banyak dorongan dari masyarakat yang merasakan adanya kebutuhan akan organisasi yang internasional yang sifatnya meliputi seluruh bangsa-bangsa di dunia yang diharpkan agar nantinya tidak akan terjadi lagi perang di kemudian hari dan terwujudnya perdamaian abadi. Namun jauh tragedi Perang dunia I dan II di masa lampau tercatat sejumlah pemimpin dan ahli pada 13 Ibid hal.47

18 bidang politik dan masyarakat yang telah mencetuskan ide-ide tentang bagaimana solusi dan jalan keluar untuk menciptakan perdamaian yang abadi pada masyarakat di dunia, maka dengan adanya lembaga atau organisasi internasional diharapkan dapat mewujudkan perdamaian dunia. Seorang pemikir yang bernama Immanuel Kant dalam buku nya yang berjudul Zum Ewigen Frieden menyatakan agar terwujudnya perdamaian dunia yang abadi maka diperlukan kondisi-kondisi mutalk sebagai berikut: Pertama, di setiap negara harus terbentuk pemerintah yang representatif atau didasarkan atas perwakilan rakyat, sekalipun ada negara yang republik dan kerajaan. Kedua, perlu dibentuk federasi dari negara-negara merdeka tetapi bukan sebagai suatu negara super (superstate), federasi ini hendaknya berupaya mengakhiri peperangan untuk selamanya dan hendaknya terus berupaya untuk mengembangkan dan memperluas pengaruh kewibawaan dari negara-negara merdeka tersebut. Berbagai ide dan pikiran yang dikemukakan para teoritis politik yang mengarah ke arah pertumbuhan dan perkembangan pemikiran tentang organisasi yang bersifat internasional akhirnya tertampung dalam organisasi-organisasi internasional yang muncul kemudian pada abad ke 19 dan ke 20. Rangkuman dari ide-ide tersebut yaitu 14 : a. Terjadinya kesepakatan formal antara negara-negara b. Pembentukan sebuah dewan dimana terwakili semua negara anggota. 14 Basri,Hasnil Siregar Hukum Organisasi Internasional. Medan: Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat. Hlm

19 c. Pemungutan suara berdasarkan suara terbanyak (majority) tanpa mengharuskan lagi adanya mufakat bulat (unanimity). Dalam keadaan tertentu kekuatan jumlah suara didasarkan terutama atas kekuatan ekonomi. d. Ketentuan bahwa negara-negara hendaknnya menyelesaikan secara damai perbedaan-perbedaan pendapat mereka menyerahkan persoalan mereka kepada badan arbitrase yang terkadang dilakukan dewan. e. Adanya sanksi-sanksi ekonomi dan militer terhadap negara yang terpaksa mengambil jalan keluar dengan berperang. f. Dalam beberapa gagasan terdapat sistem penggunaan pasukan-pasukan itu didistribusikan secara seimbang kepada para anggota. g. Usul pemasukan kontribusi kepada organisasi. h. Pertimbangan akan kebutuhan tindakan bersama di lapangan ekonomi dan kebudayaan. i. Dalam gagasan Kant tersirat kebutuhan akan adanya kerukunan antara ideologi-ideoloogi. j. Adanya lebih gagasan organisasi Eropa daripada organisasi dunia, mengigat kenyataan bahwa ide-ide tentang perwujudan perdamaian dunia banyak dirangsang oleh perang-perang Eropa. Berdasarkan kriteria di atas, pandangan mengenai organisasi internasional semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Pada saat ini jika berbicara tentang organisasi internasional maka yang dimaksudkan adalah organisasi

20 internasional yang dibentuk antar pemerintah (intergovernmental organizationigo), walaupun disamping organisasi antar pemerintah tersebut terdapat organisasi non pemerintah (non governmental organization,ngo). Tetapi harus dibatasi apa yang dimaksudkan dengan organisasi internasional adalah organisasi antar negara (organisasi internasional publik/public international organization) 15. Jika organisasi internasional diartikan sebagai suatu lembaga dari ikatan negara-negara yang bertujuan untuk sekedar menyelesaikan suatu permasalahan tertentu, maka pengertian tersebut dapat dikatakan masih terlalu sempit. Namun jika organisasi internasional dianggap sebagai suatu organisasi yang melibatkan keterikatan negara-negara dalam suatu payung perjanjian dan hukum yang bertujuan tidak hanya sebatas untuk menyelesaikan permasalahan tertentu tetapi juga bertujuan untuk mengadakan kerjasama antar negara-negara anggota dimana organisasi internasional memiliki wewenang atas negara anggota maka disini dikatakan pengertian organisasi internasional lebih luas maknanya. berikut Menurut Leroy Barnet, organisasi internasional mempunyai ciri sebagai 16 : a. A permanent organization to carry on a continuing set of functions. (organisasi tetap untuk melakukan fungsi yang terus-menerus) 15 Setianingsih, Sri Pengantar Hukum Organisasi Internasional. Jakarta: Universitas Indonesia,UI Press. Hal A. Leroy Barnet. International Organization. New Jersey: Pretince-Hall, Inc. Hal. 3

21 b. Voluntary membership of eligible parties. (keanggotaan sukarela dari pihak yang memenuhi syarat) c. Basic instrument stating goals, structure and methods of operation. (instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur dan metode operasi) d. A broadly representative consultative conference organ. (organ konferensi konsultatif representatif) e. Permanent secretariat to carry on continuouns administrative, research and information functions. (sekretariat tetap untuk melaksanakan administrasi, penelitian dan fungsi informasi) Organisasi internasional dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara sesuai dengan kebutuhan atau menurut cara peninjauan organisasi tersebut, yaitu sebagai berikut 17 : a. Klasifikasi yang didasarkan antara organisasi internasional yang permanen dan tidak permanen, yakni bila klasifikasi diadakan berdasarkan waktu. Yang bersifat permanen didirikan untuk jangka waktu tak terbatas seperti PBB sedangkan tidak permanen dibentuk untuk kurun waktu tertentu. b. Klasifikasi didasarkan pada Organisasi Internasional Publik (Public International Organization) dan Organisasi Internasional Privat (Private International Organization) atau Non Governmental 17 Setianingsih, Sri. Op.cit. Hal 21

22 Organization (NGO). Organisasi internasional publik didirikan harus berdasarkan perjanjian internasional, memiliki alat perlengkapan (organ) dan memakai hukum internasional. Sedangkan organisasi internasional privat dikuasai oleh hukum nasional dari salah satu negara anggotanya. Organisasi internasional Privat tidak tunduk pada Hukum Internasional Publik. c. Klasifikasi yang didasarkan pada anggotanya, organisasi universal dan organisasi yang tertutup. Organisasi internasional universal adalah organisasi yang tidak membeda-bedakan sistem politik, ekonomi,dan budaya negara anggota di dalamnya, sedangkan yang bersifat tertutup hanya membatasi keanggotaannya berdasarkan aspek tertentu. d. Organisasi internasional yang didasarkan pada sifat organisasi, yaitu supranasional. Dalam organisasi ini mempunyai kewenangan membuat keputusan atau mengeluarkan peraturan yang langsung mengikat negara anggota, bahkan ada yang langsung mengikat individu maupun perusahaan di negara anggota. e. Klasifikasi yang didasarkan pada fungsinya, dalam klasifikasi ini organisasi internasional didasarkan pada fungsi khusus, yaitu fungsi pengadilan, fungsi administratif, fungsi legislatif semu, dan fungsi serba guna. Dalam mendirikan suatu organisasi internasional haruslah yang utama memiliki prinsip keanggotaan yang jelas. Masalah yang penting dalam

23 keanggotaan suatu organisasi internasional adalah negara 18. Prinsip keanggotaan dapat dibedakan antara prinsip universalitas dan terbatas (selective) 19. Prinsip keanggotaan universalitas tidak membedakan sistem sosial, ekonomi maupun politik yang dianut oleh negara anggota, sedangkan dalam prinsip terbatas menekankan syarat-syarat tertentu bagi keanggotaan. Syarat tersebut adalah sebagai berikut: a. Keanggotaan yang didasarkan pada letak geografis suatu negara. Namun pengertian geografis terkadang tidak hanya didasarkan pada kedekatan lokasi saja namun juga didasarkan pada pertimbangan politis. 20 Contohnya Pakta AtlantikUtara (North Atlantic Treaty Organization NATO). b. Keanggotaan berdasarkan kepentingan yang akan dicapai. Misalnya tujuan organisasi adalah kerjasama antara negara yang menjadi pengekspor minyak, maka anggotanya adalah hanya negara pengekspor minyak, yaitu OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries). c. Keanggotaan yang didasari atas sistem pemerintahan/pada sistem ekonomi. d. Keanggotaan yang didasari atas persamaan budaya, agama, etnis dsb, contohnya seperti Organisasi Negara Islam, British Commonwealth. 18 Setianingsih, Sri. Op.cit. Hlm Sumaryo, Suryokusumo Hukum Organisasi Internasional. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hlm D.W Bowelt The Law of International Institutions. London:Stev&Sons. Hlm 11

24 e. Keanggotaan pada penerapan hak-hak asasi manusia Konsep Pengungsi Internasional Membahas mengenai konsep pengungsi tidak terlepas dari proses yang dinamakan migrasi. Migrasi adalah suatu perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dan tinggal dari suatu tempat asalnya menuju tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional) 21. Secara praktis dapat disimpulkan bahwa migrasi adalah perpindahan penduduk secara permanen dari suatu negara ke negara lain. Namun migrasi dan pengungsi adalah dua pemahaman yang berbeda. Pengungsi itu sendiri adalah sekelompok manusia yang terpaksa meninggalkan kampung halaman, teman dan kerabat mereka, karena adanya rasa takut yang sangat mengancam keselamatan hidup mereka. Para pengungsi biasanya tidak dibekali dengan dokumen perjalanan sehingga banyak yang mengalami perlakuan sewenangwenang baik di negara asal, negara transit, maupun negara tujuan. 22 Dibutuhkan suatu perlindungan internasional untuk meminimalkan ancaman kekerasan terhadap para pengungsi. Sebelum seseorang diakui statusnya sebagai pengungsi, maka ia adalah seorang pencari suaka. Begitu juga sebaliknya, seorang pencari suaka belum tentu adalah seorang pengungsi. 23 Jika seseorang diakui sebagai pengungsi, maka akan melekat pada dirinya hak-hak sebagai 21 Wagiman Hukum Pengungsi Internasional. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm Romsan Achmad, 2003 Pengantar Hukum Pengungsi Internasional: Hukum Internasional dan Prinsi-prinsip Perlindungan Internasional. Jakarta, UNHCR Hlm Sulaiman Hamid Lembaga Suaka dalam Hukum Internasional. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada. Hlm.39

25 pengungsi dan juga kewajiban-kewajiban terhadap negara pelindungnya. 24 UNHCR sebagai organisasi internasional dalam penanggulangan pengungsi menyatakan bahwa pengungsi adalah seseorang yang berada diluar negara asal atau tempat tinggalnya sehari-hari, dan tak dapat atau tidak mau kembali kesana karena ancaman yang serius dan tidak pandang bulu terhadap jiwa, keselamatan fisik atau kebebasanya sebagai akibat kekerasan umum atau peristiwa-peristiwa gangguan yang sungguh mencekam. 25 Dalam pengertian tentang pengungsi yang tertuang pada Konvensi 1951 terdapat kriteria kesertaan ( inclusion criteria ). Kriteria ini yang menjadi dasar pertimbangan untuk menentukan status pengungsi. 26 Para pengambil keputusan juga perlu mempertimbangkan semua fakta dan keadaan dari kasus yang ada. Kriteria tersebut antara lain : 1. Berada diluar negara kebangsaannya atau tempat tinggal sehari-hari. Berdasarkan Konvensi 1951, seseorang disebut sebagai pengungsi apabila berada diluar negara kebangsaannya atau bila tidak mempunyai kewarganegaraan dan berada diluar negara tempat tinggalnya sehari-hari. Fakta ini dapat dilihat berdasarkan pernyataan atau informasi lain yang diperoleh dari pemohon atau dari sumber lain. 2. Ketakutan beralasan 24 Penentuan Status Pengungsi : Mengenali Siapa itu Pengungsi, UNHCR. Diakses dari Hlm.4 25 Konvensi Mengenai Status Pengungsi,UNHCR Diakses dari Hal Ibid, Hlm.6

26 Dalam unsur ini terdapat dua unsur, yaitu unsur subjektif berupa ketakutan dan unsur objektif yaitu beralasan. Ketakutan merupakan keadaan pikiran sehingga merupakan kondisi subjektif yang tergantung dari latar belakang pemohon dan cara ia menafsirkan keadaannya. Dalam praktekknya, unsur ketakutan dapat dilihat dari ungkapan ketidakinginan untuk kembali atau dapat dilihat juga dari keadaan yang melingkupinya, misalnya ada resiko penganiayaan yang nyata jika pemohon kembali. Sedangkan untuk menilai bahwa ketakutan tersebut beralasan, maka perlu melihat konteks keadaan politik di negara asal pemohon dan keadaan diri pemohon. Selain itu perlu juga memahami latar belakang, profil dan pengalaman individu pemohon. Informasi yang sudah didapat tadi kemudian dievaluasi berdasarkan informasi objektif tentang keadaan di negara asalnya. 3. Penganiayaan Ketakutan beralasan yang dirasakan pemohon harus terkait penganiayaan. Istilah ini mencakup segala bentuk gangguan yang tidak manusiawi dan tidak dapat dibiarkan berlangsung terus menerus. Misalnya hak akses untuk kelangsungan hidupanya dibatasi. 4. Alasan Konvensi 1951 Seseorang berhak memperoleh status pengungsi jika ia takut dianiaya karena salah satu atau lebih lima alasan yang terdapat dalam pasal 1A (2) Konvensi 1951 yaitu :

27 a. Ras Diartikan secara luas sebagai segala bentuk ciri kesukuan yang menonjol. b. Agama Agama dalam Konvensi 1951 tidak hanya mencakup agama yang sudah melembaga, tetapi juga mencakup sistem kepercayaan yang berupa keyakinan atau nilai-nilai tentang suatu kenyataan yang tertinggi atau diagungkan atau takdir spritual manusia. c. Kebangsaan Kebangsaan disini bukan saja berarti kewarganegaraan, tetapi juga mencakup kelompok-kelompok orang yang dicirikan oleh suku, agama, budaya atau bahasa, baik yang sesungguhnya atau anggapan. d. Keanggotaan dalam kelompok sosial tertentu Kelompok sosial yang terbentuk dari salah satu alasan berikut: 1) Bawaan, seperti jenis kelamin, ras, hubungan kekerabatan, latar belakang bahasa atau orientasi seksual 2) Tidak dapat diubah, seperti berhubungan dengan masa lalu seseorang, misalnya mantan anggota kelompok niaga 3) Yang menjadi dasar identitas seseorang, hati nurani atau cara pelaksanaan hak asasi seseorang yang sudah mendarah daging sehingga orang tersebut tidak bisa diharapkan untuk mengubahnya. e. Pendapat politik

28 Diartikan secara luas, mencakup setiap pendapat tentang hal-hal yang berhubungan dengan mekanisme negara, pemerintah atau masyarakat. 5. Tidak adanya perlindungan negara Dalam defenisi pengungsi menurut Konvensi 1951, salah satu unsurnya adalah seseorang tidak dapat atau tidak mau meminta perlindungan dari negara asal atau tempat tinggalnya sehari-hari. Ketidakmampuan untuk memperoleh perlindungan dari negara asal mengisyaratkan adanya keadaan diluar kendali orang yang bersangkutan, misalnya negara dalam keadaan perang. Sedangkan ketidakmauan meminta perlindungan dari negara asal atau tempat tinggalnya sehari-hari diartikan bahwa orang tersebut menolak untuk diberi perlindungan oleh negara asalnya dikarenakan ketakutan yang beralasan akan mendapat pengniayaan. Perlindungan negara ini biasanya dipahami sebagai perlindungan konsuler atau diplomatik yang diberikan negara atas nama warga negaranya diluar negeri. 27 Pengungsi juga tidak hanya seperti yang dicantumkan diatas, namun terdapat jenis lainya seperti halnya pengungsi internal. Pengungsi internal atau biasa disebut Internally Displaced Persons (IDPs) sering kali disebut pengungsi, padahal memiliki perbedaan dengan yang lainya. IDPs adalah orang atau kelompok orang yang telah dipaksa atau terpaksa melarikan diri atau 27 UNHCR. Penentuan Status Pengungsi. Mengenali Siapa Itu Pengungsi. Diakses dari

29 meninggalkan rumah atau tempat tinggal harian mereka, khususnya sebagai akibat dari atau dalam rangka untuk menghindari dampak dari konflik bersenjata, situasi kekerasan umum, pelanggaran HAM atau bencana alam atau buatan manusia, dan yang tidak melintasi perbatasan negara yang diakui secara internasional. Jadi perbedaanya terletak pada ada atau tidaknya batas wilayah yang dilewati ketika menghindari suatu bencana. 28 Selain IDP s ada juga jenis lain dari pengungsi yaitu orang-orang tanpa kewarganegaraan (stateless person). Orang-orang tanpa kewarganegaraan adalah orang-orang yang menurut hukum setempat tidak menikmati hak sebagai warga negara yaitu ikatan hukum antar pemerintah dengan individu di negara mana pun. Pasal 1 dari Konvensi 1954 tentang Status Warga Tanpa Negara menjabarkan mengenai definisi hukumnya yang mengatakan bahwa seseorang yang bukan kebangsaan dari negara manapun menurut hukum yang bersangkutan adalah seorang warga tanpa negara Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan datadata yang ada. Dengan menggunakan penelitian deskriptif ini nantinya dapat 28 Suluh Kaos,Jeremia Skripsi: Perlindungan dan Penegakan HAM di Asean terhadap Manusia Perahu Rohingya dalam Status Sebagai Pengungsi Menurut Hukum Internasional. Fakultas Hukum

30 membantu penulis dalam menjawab sebuah atau beberapa pertanyaan mengenai keadaan objek atau subjek tertentu secara rinci Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut definisi Bogdan dan Taylor penelitian kualititif merupakan suatu prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orangorang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti akan melakukan penelitian. Peneliti akan melihat dan menganalisis yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dan menghubungkan dengan data yang diperoleh. Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah: a. Kantor UNHCR Medan 29 Suyanto, Bagong dan Sutinah Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm Lexy J. Moleong Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm. 09

31 b. Beberapa tempat penampungan pengungsi Rohingya yang berada di Medan, yaitu di Hotel Beraspati, Hotel Pelangi, Penampungan Sementara Pengungsi di Kawasan Kantor Imigrasi Kelas I Medan Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data tersebut diperoleh. Adapun data yang dijadikan sumber data dalam penelitian adalah: a.) Buku dan Jurnal tentang UNHCR Sebagai Organisasi Internasional yang Menangani Pengungsi. b.) Data terkait Peran Politik UNHCR dalam Menangani kasus Pengungsi yang diperoleh dari sumber buku, jurnal, majalah maupun internet. c.) Website UNHCR ( dan berbagai website lainnya. d.) Wawancara dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian dan dianggap memiliki informasi terkait penelitian Teknik Pengumpulan Data 31 a. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti memperoleh data yang dibutuhkan dengan cara mengamati langsung apa yang dilakukan oleh objek yang sedang diteliti di lapangan. Dengan teknik ini peneliti akan lebih mampu untuk memahami konteks data dan keseluruhan situasi sosial, peneliti juga memperoleh pengalaman langsung, serta peneliti dapat menemukan sesuatu 31 Sugiyono Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung; Alfabeta

32 hal yang baru di lapangan yang dapat menunjang data penelitian. Pada penelitian ini, peneliti akan mendatangi lokasi objek penelitian yaitu di kantor UNHCR dan beberapa tempat di Medan yang menjadi lokasi penampungan pengungsi Rohingya. Beberapa tempat yang menjadi lokasi observasi (tempat penampungan etnis Rohingya di Medan) adalah : Hotel Beraspati Medan Hotel Pelangi Medan Rumah Penampungan Sementara Pengungsi di Kawasan Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan b. Wawancara; teknik wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk masalah yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. 32 Untuk itu sebuah penelitian haruslah memuat data yang relevan dan akurat, maka untuk memperoleh data tersebut digunakan beberapa teknik yang sesuai dengan jenis data yang ada. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian dilakukan. Informan penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu: a.) informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. 32 Sugiyono, Op.cit Hlm.317

33 b.) Informan biasa, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. c.) Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti. 33 Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah: a.) Bapak Ardi Sofinar sebagai wakil UNHCR Indonesia yang ditempatkan di Medan untuk kepengurusan terhadap pengungsi-pengungsi Rohingya di Medan. b.) Bapak Muhammad Yunus sebagai wakil dari pengungsi etnis Rohingya yang mengungsi di Medan tepatnya di Hotel Pelangi Medan. Adapun informan pendukung lain yang diwawancarai dalam penelitian guna memperoleh data yang mendukung adalah: a.) Bapak Herawan Sukoaji sebagai Kepala Bagian Wasdakim Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan yang turut serta bekerja sama dengan pihak UNHCR dalam penanganan pengungsi. b.) Bapak Nur Ibrahim selaku Kasie Urusan Pengungsi dan IDP s Direktorat HAM dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri Indonesia c.) Ibu Dame selaku pengawas yang berada di kawasan Hotel Pelangi yang bertugas untuk mengawasi para pengungsi Rohingya. 33 Hendarso dalam Suyanto, Bagong Metode Penelitian Sosial; Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta; Prenada Media

34 c. Studi Pustaka; dalam penelitian ini data didukung dari beberapa sumber seperti buku-buku penunjang yang dianggap relevan dengan judul penelitian, majalah, koran, jurnal internet dan dokumen lainnya. d. Dokumentasi; teknik dokumentasi dalam penelitian ini meliputi fotofoto yang diambil di lokasi-lokasi penelitian Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif dengan metode kick informan (aktor politik yang dianggap memiliki informasi dan pengetahuan terkait penelitian) nantinya akan dilakukan wawancara secara langsung pada aktor politik yang dianggap memiliki informasi yang terkait. Untuk mendukung proses analisis, peneliti akan menambahkan data dan memproses data dari buku, jurnal, atau sumber lainnya yang dapat memberikan informasi terkait UNHCR dan etnis Rohingya di Medan serta menganalisis masalah yang ada sehingga selanjutnya akan diperoleh gambaran jelas mengenai objek yang diteliti, kemudian dari hasil analisis data maka akan dilakukan penarikan kesimpulan dari masalah yang sedang diteliti dengan metode ilmiah.

35 1.8 Alur Pemikiran PENGUNGSI ETNIS ROHINGYA DARI MYANMAR NEGARA INDONESIA (NEGARA TRANSIT) UNHCR LOKASI PENGUNGSIAN SEMENTARA DI MEDAN NEGARA KETIGA Sumber: Dikelola dari berbagai sumber

36 1.9. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Profil dan Gambaran Umum UNHCR Pada bab ini penulis akan menjabarkan profil dan peran dari organisasi internasional UNHCR. Nantinya akan dijabarkan juga tentang visi dan misi maupun struktur dari organisasi internasional UNHCR ini. BAB III : Peran Politik UNHCR dalam Penanganan Etnis Rohingya di Medan Pada bab ini berisi mengenai penyajian data dan analisis data yang diperoleh dari berbagai sumber mengenai masalah yang sedang diteliti yaitu mengenai peran politik suatu organisasi internasional yaitu UNHCR yang bergerak di bidang pengungsian dalam menjalankan tugas menangani pengungsi Rohingya yang berada di Medan.

37 BAB IV : KESIMPULAN DAN PENUTUP Pada bab yang terakhir penulis nantinya akan membuat rangkuman kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, serta penulis akan menambahkan beberapa sarat terkait dengan hasil penelitian.

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan dan Jawaban atas Wawancara yang Dilakukan Kepada Beberapa Narasumber:

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan dan Jawaban atas Wawancara yang Dilakukan Kepada Beberapa Narasumber: Lampiran 1. Daftar Pertanyaan dan Jawaban atas Wawancara yang Dilakukan Kepada Beberapa Narasumber: 1. Bapak Ardi Sofinar (Perwakilan UNHCR Medan) Pertanyaan yang diajukan seputar: Keberadaan UNHCR di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal BAB V KESIMPULAN Malaysia merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, sebagai negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Malaysia merupakan salah satu pendiri organisasi di kawasan Asia Tenggara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengungsi dan pencari suaka kerap kali menjadi topik permasalahan antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) sebagai mandat

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951 PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951 Oleh: Titik Juniati Ismaniar Gede Marhaendra Wija Atmadja Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi adalah suatu rangkaian proses penyadaran dari semua bangsa yang sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi

Lebih terperinci

Orang-Orang Tanpa Kewarganegaraan. Melindungi Hak-Hak

Orang-Orang Tanpa Kewarganegaraan. Melindungi Hak-Hak Melindungi Hak-Hak Orang-Orang Tanpa Kewarganegaraan K o n v e n s i 1 9 5 4 t e n t a n g S t a t u s O r a n g - O r a n g T a n p a k e w a r g a n e g a r a a n SERUAN PRIBADI DARI KOMISIONER TINGGI

Lebih terperinci

MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN. Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1. Abstrak

MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN. Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1. Abstrak MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1 Abstrak Masalah kewarganegaraan dan tak berkewarganegaraan merupakan masalah yang asasi, dan menyangkut perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah integrasi dalam komunitas

Lebih terperinci

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Supriyadi W. Eddyono, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510 Telp

Lebih terperinci

BAB II UNITED NATION HIGH COMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DAN PENANGANAN MASALAH PENGUNGSI

BAB II UNITED NATION HIGH COMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DAN PENANGANAN MASALAH PENGUNGSI BAB II UNITED NATION HIGH COMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DAN PENANGANAN MASALAH PENGUNGSI Organisasi internasional atau lembaga internasional memiliki peran sebagai pengatur pengungsi. Eksistensi lembaga

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan ratifikasi oleh Resolusi Majelis Umum 3068 (XXVIII) 30 November 1973 Negara-negara

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.170, 2008 DISKRIMINASI.Ras dan Etnis. Penghapusan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4919) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini telah menimbulkan dampak yang luas terhadap berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia. Keterkaitannya selalu menjadi bagian dari perilaku umat manusia dan setua dengan sejarah fenomena

Lebih terperinci

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H. TRAINING RULE OF LAW SEBAGAI BASIS PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk - Jakarta, 2 5 November 2015 MAKALAH Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM Oleh: Eko Riyadi,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) menyebut istilah basic human rights (hak-hak asasi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.368, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HUKUM. Luar Negeri. Pengungsi. Penanganan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN

Lebih terperinci

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN Negara-negara Pihak pada Konvensi ini, Memperhatikan prinsip-prinsip yang terkandung dalam instrumen-instrumen

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM Diadopsi oleh Resolusi Sidang Umum PBB No. 34/169 Tanggal 17 Desember 1979 Pasal 1 Aparat penegak hukum di setiap saat memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA UUD 1945 Tap MPR Nomor III/1998 UU NO 39 TAHUN 1999 UU NO 26 TAHUN 2000 UU NO 7 TAHUN 1984 (RATIFIKASI CEDAW) UU NO TAHUN 1998 (RATIFIKASI KONVENSI

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA DAN PENGUNGSI. Lembar Fakta No. 20. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

HAK ASASI MANUSIA DAN PENGUNGSI. Lembar Fakta No. 20. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia HAK ASASI MANUSIA DAN PENGUNGSI Lembar Fakta No. 20 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia PENDAHULUAN Masalah pengungsi dan pemindahan orang di dalam negeri merupakan persoalan yang paling pelik yang

Lebih terperinci

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

perkebunan kelapa sawit di Indonesia Problem HAM perkebunan kelapa sawit di Indonesia Disampaikan oleh : Abdul Haris Semendawai, SH, LL.M Dalam Workshop : Penyusunan Manual Investigasi Sawit Diselenggaran oleh : Sawit Watch 18 Desember 2004,

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP PENGUNGSI (REFUGEE) DALAM HUKUM INTERNASIONAL FITRIANI / D

TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP PENGUNGSI (REFUGEE) DALAM HUKUM INTERNASIONAL FITRIANI / D TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP PENGUNGSI (REFUGEE) DALAM HUKUM INTERNASIONAL FITRIANI / D 101 09 550 ABSTRAK Pada hakikatnya negara/pemerintah memiliki tanggung jawab untuk melindungi setiap warga negaranya.

Lebih terperinci

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA 1 K 29 - Kerja Paksa atau Wajib Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ardhiwisastra, Yudha Bhakti, 2003, Hukum Internasional Bunga Rampai, Bandung: Alumni.

DAFTAR PUSTAKA. Ardhiwisastra, Yudha Bhakti, 2003, Hukum Internasional Bunga Rampai, Bandung: Alumni. DAFTAR PUSTAKA Buku, 2005, Pengenalan Tentang Perlindungan Internasional (Melindungi Orang-orang yang Menjadi Perhatian UNHCR) Modul Pembelajaran Mandiri, Geneva: Komisariat Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi.

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK) KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK) Konvensi Hak Anak (KHA) Perjanjian yang mengikat secara yuridis dan politis antara berbagai negara yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan Hak Anak Istilah yang perlu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

nasionalitas Masing-masing negara menganut kaidah yang berbeda-beda mengenai nasionalitas, misal: ius sangunis, ius soli.

nasionalitas Masing-masing negara menganut kaidah yang berbeda-beda mengenai nasionalitas, misal: ius sangunis, ius soli. NEGARA DAN INDIVIDU NASIONALITAS Merupakan status hukum keanggotaan kolektivitas individu-individu yang tindakannya, keputusan-keputusannya dan kebijaksanaannya dijamin melalui konsep hukum negara yang

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008. BAB V KESIMPULAN Krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, Sudan telah menarik perhatian masyarakat internasional untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasi tersebut dilakukan dengan pemberian bantuan kemanusiaan

Lebih terperinci

Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida

Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida Disetujut dan diusulkan untuk penandatanganan dan ratiftkasi atau aksesi dengan resolusi Majelis Umum 260 A (HI), 9 December 1948 Negara-negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sebagai anggota keluarga warga negara yang sangat rentan terhadap pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah SWT yang

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang

Lebih terperinci

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999 6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan Hak mendapatkan pengajaran Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat C. Konsep

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyejajarkan atau menyetarakan tingkat hidup dan masyarakat tiap-tiap bangsa

BAB I PENDAHULUAN. menyejajarkan atau menyetarakan tingkat hidup dan masyarakat tiap-tiap bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu rangkaian proses penyadaran dari semua bangsa yang sama-sama hidup dalam satu ruang, yaitu globus atau dunia. Pendapat ini mencoba menyampaikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

RechtsVinding Online Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan

RechtsVinding Online Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan Oleh : K. Zulfan Andriansyah * Naskah diterima: 28 September 2015; disetujui: 07 Oktober 2015 Indonesia sejak

Lebih terperinci

Kaum Muslim Myanmar merupakan 4 persen total populasi 60 juta, menurut sensus pemerintah.

Kaum Muslim Myanmar merupakan 4 persen total populasi 60 juta, menurut sensus pemerintah. Biksu Buddha Saydaw Wirathu, yang dikenal sebagai bin Laden dari Myanmar, telah menyerukan untuk memboikot secara nasional bisnis kaum Muslim di Myanmar Belum kering air mata warga Rohingya yang dianiaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan Rohang dan saat ini lebih dikenal dengan Rakhine. Itu sebabnya orangorang

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan Rohang dan saat ini lebih dikenal dengan Rakhine. Itu sebabnya orangorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rohingya merupakan etnis minoritas muslim yang mendiami wilayah Arakan sebelah utara Myanmar berbatasan dengan Bangladesh, yang dahulu wilayah ini dikenal dengan sebutan

Lebih terperinci

JURNAL PERANAN UNHCR TERHADAP PERLINDUNGAN PENGUNGSI ROHINGYA DI ACEH INDONESIA

JURNAL PERANAN UNHCR TERHADAP PERLINDUNGAN PENGUNGSI ROHINGYA DI ACEH INDONESIA JURNAL PERANAN UNHCR TERHADAP PERLINDUNGAN PENGUNGSI ROHINGYA DI ACEH INDONESIA Diajukan Oleh: Ni Made Maha Putri Paramitha NPM : 120510952 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum tentang

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI Antonio Prajasto Roichatul Aswidah Indonesia telah mengalami proses demokrasi lebih dari satu dekade terhitung sejak mundurnya Soeharto pada 1998. Kebebasan

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK:

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: 1 The Regional Support Office of the Bali Process (RSO) dibentuk untuk mendukung dan memperkuat kerja sama regional penanganan migrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat internasional.permasalahan pengungsimenjadi perhatian khusus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat internasional.permasalahan pengungsimenjadi perhatian khusus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengungsi menjadi salah satu isu global yang banyak dibicarakan oleh masyarakat internasional.permasalahan pengungsimenjadi perhatian khusus dari dunia internasional

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG RAHASIA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG RAHASIA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG RAHASIA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kedaulatan, keutuhan, dan keselamatan

Lebih terperinci

Deklarasi Penghapusan Semua Bentuk Intoleransi dan Diskriminasi berdasarkan Agama...

Deklarasi Penghapusan Semua Bentuk Intoleransi dan Diskriminasi berdasarkan Agama... DEKLARASI PENGHAPUSAN SEMUA BENTUK INTOLERANSI DAN DISKRIMINASI BERDASARKAN AGAMA ATAU KEPERCAYAAN (Diumumkan oleh resolusi Sidang Perserikatan Bangsa- Bangsa No. 36/55 pada tanggal 25 Nopember 1981) -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan tetapi merupakan masalah lama yang baru banyak muncul pada saat sekarang

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

KONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)

KONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) KONSEP DASAR HAM Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) Kompetensi Dasar : 3.1 Menganalisis upaya pemajuan, Penghormatan,

Lebih terperinci

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM)

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) Jamuan Ilmiah tentang Hukum Hak Asasi Manusia bagi Tenaga Pendidik Akademi Kepolisian Semarang Jogjakarta Plaza Hotel, 16 18 Mei 2017 MAKALAH INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) Oleh: Despan Heryansyah,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) NAMA : HARLO PONGMERRANTE BIANTONG NRS : 094 PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan

Lebih terperinci

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) Disusun oleh : NAMA : ELI JOY AMANDOW NRS : 084 MATA KULIAH : HAM PENDIDIKAN KHUSUS KEIMIGRASIAN ANGKATAN II 2013

Lebih terperinci

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata 12 Februari 2002 Negara-negara yang turut serta dalam Protokol ini,terdorong oleh dukungan yang melimpah atas Konvensi

Lebih terperinci

Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana

Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI 1 Cycle of Violence Tragedi kemanusiaan atas etnis Rohingnya berulang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kodrat manusia telah ditetapkan sejak lahir berhak untuk hidup dan diatur dalam hukum sehingga setiap manusia dijamin dalam menjalani hidup sebagai

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa umat manusia berkedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan beberapa peraturan, khususnya tentang hukum hak asasi manusia dan meratifikasi beberapa konvensi internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya semua manusia mendambakan untuk hidup dalam suasana damai, tenteram, dan sejahtera, bahkan tak satupun makhluk hidup ini yang suka akan penderitaan.

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5514 PENGESAHAN. Perjanjian. Republik Indonesia - Republik India. Bantuan Hukum Timbal Balik. Pidana. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15B Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15B/ 1 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNOFFICIAL TRANSLATION

UNOFFICIAL TRANSLATION UNOFFICIAL TRANSLATION Prinsip-prinsip Siracusa mengenai Ketentuan Pembatasan dan Pengurangan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik Annex, UN Doc E / CN.4 /

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. boleh merampas hak hidup dan merdeka tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. boleh merampas hak hidup dan merdeka tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak sebagai Mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan Mahluk sosial, sejak dalam kandungan sampai melahirkan mempunyai hak atas hidup dan merdeka saat serta mendapat perlindungan

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti

Lebih terperinci

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK MAKALAH PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK Disusun oleh RIZKY ARGAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, NOVEMBER 2006 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penghargaan, penghormatan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya (Konvensi Migran 1990) KOMNAS PEREMPUAN KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Mengenal

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negaranya atau orang yang berada dalam wilayahnya. Pelanggaran atas

BAB I PENDAHULUAN. warga negaranya atau orang yang berada dalam wilayahnya. Pelanggaran atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini memiliki hukum positif untuk memelihara dan mempertahankan keamanan, ketertiban dan ketentraman bagi setiap warga negaranya atau orang yang

Lebih terperinci

PROKLAMASI TEHERAN. Diproklamasikan oleh Konferensi Internasional tentang Hak-hak Asasi Manusia di Teheran pada tanggal 13 Mei 1968

PROKLAMASI TEHERAN. Diproklamasikan oleh Konferensi Internasional tentang Hak-hak Asasi Manusia di Teheran pada tanggal 13 Mei 1968 PROKLAMASI TEHERAN Diproklamasikan oleh Konferensi Internasional tentang Hak-hak Asasi Manusia di Teheran pada tanggal 13 Mei 1968 Konferensi Internasional tentang Hak-hak Asasi Manusia, Sesudah bersidang

Lebih terperinci

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA MUKADIMAH Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi masyarakat dalam segala proses perubahan membutuhkan pendekatan dan pentahapan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci