Bab Gambaran Wilayah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab Gambaran Wilayah"

Transkripsi

1 Bab Gambaran Wilayah Secara geografis Kota Banjarbaru terletak antara 3º º Lintang Selatan dan 114º º Bujur Timur. Posisi geografis Kota Banjarbaru adalah 35 km pada arah 296 3' sebelah tenggara Kota Banjarmasin yang merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan. Sesuai dengan UndangUndang No. 9 Tahun 1999 Kota Banjarbaru memiliki wilayah seluas ±371,38 Km 2 atau hanya,88% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Dengan luasan tersebut, Kota Banjarbaru menempati wilayah terkecil kedua setelah Kota Banjarmasin dibandingkan dengan wilayah kabupaten/kota lain di Kalimantan Selatan. Berdasarkan batas administrasi wilayah, Banjarbaru memiliki batasbatas wilayah administrasi sebagai berikut: sebelah utara Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar, sebelah selatan dengan Kabupaten Tanah Laut, sebelah timur Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, sebelah barat Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar. Dalam kontelasi hubungan antarwilayah, Kota Banjarbaru memiliki kedudukan yang penting dan strategis, khususnya dalam sistem transportasi darat dan udara. Kota Banjarbaru memiliki akses Jalan Simpang Tiga Liang Anggang yang menghubungkan Banjarmasin Kotabaru dan Banjarmasin Hulu Sungai hingga ke Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Selain itu, Banjarbaru memiliki akses terhadap pelabuhan laut Trisakti sebagai gerbang jalur transportasi laut melalui Jalan Lingkar Selatan Liang Anggang dan akses Bandar Udara Syamsuddin Noor sebagai jalur transportasi udara di Kalimantan Selatan. Dengan kondisi yang demikian menjadikan Kota Banjarbaru sebagai Kota Pendidikan, Industri, Jasa, Perdagangan, serta Pemerintahan dan Permukiman. Untuk lebih

2 jelasnya mengenai posisi Kota Banjarbaru dalam konteks Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat Gambar 2.1. Gambar 2.1 Peta Orientasi Kota Banjarbaru Sumber : Bappeda Kota Banjarbaru, Administratif Pada awal perkembangannya, Banjarbaru ditetapkan sebagai Kota Administratif dengan tiga wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Banjarbaru dan Kecamatan Cempaka (berdasarkan UU No. 5/1974 Pasal 27 ayat (4) dan PP No. 26/1975 yang diperkuat dengan Permendagri No. 12/1975 tentang Pokok Pemerintahan Wilayah Kota Administratif Banjarbaru dan Permendagri No. 24/1975 tentang Pelaksanaan PP No. 26/1975 tanggal 29 Oktober 1975). Selanjutnya setelah menjadi daerah otonom, Kota Banjarbaru mengalami 2 (kali) pemekaran wilayah, terakhir dengan Perda Kota Banjarbaru No. 4 Tahun 27 tentang Pemecahan dan Pembentukan 2 (dua) Kecamatan Baru di Kota Banjarbaru. Pemekaran kecamatan terjadi pada Kecamatan Landasan Ulin menjadi Kecamatan Landasan Ulin dan Kecamatan Liang Anggang, serta Kecamatan Banjarbaru dipecah menjadi Kecamatan Banjarbaru Utara dan Kecamatan Banjarbaru Selatan sebagaimana dapat dilihat pada P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 13

3 Gambar 2.1. Dengan demikian, secara administratif saat ini Kota Banjarbaru terdiri dari 5 Kecamatan dengan 2 kelurahan, yaitu Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang dan Kecamatan Cempaka. Kelima kecamatan tersebut selain berfungsi sebagai pusat pemerintahan juga merupakan pusatpusat pertumbuhan di Kota Banjarbaru. Kecamatan yang memiliki perkembangan paling pesat adalah Kecamatan Banjarbaru (Banjarbaru Utara dan Banjarbaru Selatan) sebagai pusat pemerintahan, pelayanan pendidikan tinggi, pelayanan umum dan sosial, transportasi regional, perdagangan dan jasa, serta kawasan khusus militer; Kecamatan Landasan Ulin (Landasan Ulin dan Liang Anggang) sebagai pusat pelayanan transportasi regional, pusat pengembangan industri, pengembangan permukiman dan kawasan rekreasi; serta Kecamatan Cempaka sebagai pusat pertambangan intan tradisional, pengembangan permukiman, lahan cadangan dan konservasi. Berikut merupakan gambar diagram Kota Banjarbaru yang terbagi dalam 5 wilayah kecamatan beserta luasannya. Gambar 2.2 Proporsi Wilayah Kota Banjarbaru per Kecamatan Kota Banjarbaru merupakan wilayah yang berkembang pesat karena memiliki beberapa fungsi perkotaan yang strategis. Salah satu indikator yang dapat terlihat jelas yaitu dari luas area terbangun di Kota Banjarbaru. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 14

4 Tabel 2.1 Tabel Nama Luas Wilayah per Kecamatan serta Luas Area Terbangun Banjarbaru Luas Wilayah Admnistrasi Terbangun Nama (%) thd (%) thd No Kelurahan Kecamatan total luas (ha) (ha) administ administ rasi rasi 1 Landasan Ulin Landasan Ulin Timur 1.876, 5, Guntung Payung 1.525, 4, Syamsuddin Noor 1.867, 5, Guntung Manggis 3.974, 1, TOTAL 9.242, 24, Liang Anggang Kota Landasan Ulin Barat 1.615, 4, Landasan Ulin Selatan 2.635, 7, Landasan Ulin Tengah 2.386, 6, Landasan Ulin Utara 1.95, 5, TOTAL 8.586, 23, Cempaka Palam 1.475, 3, Bangkal 2.98, 8, Sungai Tiung 2.15, 5, Cempaka 8.65, 21, TOTAL 14.67, 39, Banjarbaru Utara 5 Banjarbaru Selatan Loktabat Utara 1.424, 3, Mentaos 162,, Komet 244,, Sungai Ulin 614, 1, TOTAL 2.444, 6, Loktabat Selatan 858, 2, Kemuning 361,, Guntung Paikat 247,, Sungai Besar 73, 1, TOTAL 2.196, 5, TOTAL KESELURUHAN , 1, , Sumber : Kota Banjarbaru Dalam Angka dan Analisa Banjarbaru, 215 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa luas area terbangun Banjarbaru adalah hektar atau sekitar 5,91 %. di Kota Wilayah Kajian SSK Kota Banjarbaru Secara keseluruhan, wilayah kajian pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota meliputi seluruh wilayah perkotaan Banjarbaru yang meliputi 5 kecamatan yang terbagi dalam 2 kelurahan. Wilayah kajian SSK tersebut dapat dilhat pada gambar berikut ini. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 15

5 Gambar 2.3 Peta Wilayah Kajian SSK Pemutakhiran Kota Banjarbaru Sumber ; Bappeda Kota Banjarbaru Tahun 216 Secara lebih rinci gambaran mengenai wilayah kajian pemutakhiran SSK adalah sebagai berikut. a. Kecamatan Banjarbaru Utara Secara astronomis, Kecamatan Banjarbaru Utara terletak pada posisi 3 27' LS dan ' BT, dengan luasan wilayah mencapai ± ha atau 6,58% dari luas wilayah Kota Banjarbaru. Kecamatan Banjarbaru Utara memiliki batasbatas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Martapura (Kabupaten Banjar); Sebelah Timur : Kecamatan Karang Intan (Kabupaten Banjar); Sebelah Selatan : Kec. Banjarbaru Selatan dan Kec. Cempaka; Sebelah Barat : Kecamatan Landasan Ulin P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 16

6 Kecamatan Banjarbaru Utara merupakan bagian dari pusat kota (CBD) yang memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan, kawasan hankam, permukiman, serta perdagangan dan jasa. Untuk lebih jelasnya, luas masingmasing kelurahan dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Banjarbaru Utara dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut. NO. Tabel 2.2 Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Banjarbaru Utara KECAMATAN LUAS JUMLAH BANJARBARU UTARA Ha % RT RW 1 Kelurahan Loktabat Utara 1.424, 58, Kelurahan Mentaos 162, 6, Kelurahan Komet 244, 9, Kelurahan Sungai Ulin 614, 25, TOTAL 2.444, 1, Sumber : BPS Kota Banjarbaru, 212 b. Kecamatan Banjarbaru Selatan Secara astronomis, Kecamatan Banjarbaru Selatan terletak pada posisi 3 27' 5" LS dan ' " BT, dengan batasbatas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Banjarbaru Utara; Sebelah Timur : Kecamatan Banjarbaru Utara; Sebelah Selatan : Kecamatan Cempaka; Sebelah Barat : Kecamatan Landasan Ulin. Kecamatan Banjarbaru Selatan merupakan bagian dari pusat kota (CBD) yang memiliki fungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa, pendidikan tinggi dan permukiman. Kecamatan Banjarbaru Selatan memiliki wilayah seluas ± Ha (5,91% dari luas wilayah Kota Banjarbaru), yang terbagi menjadi 4 kelurahan dan 127 Rukun Tetangga (RT). Adapun luas masingmasing kelurahan dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Banjarbaru Selatan dapat dilihat pada Tabel 2.3. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 17

7 Tabel 2.3 Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Banjarbaru Selatan KECAMATAN LUAS JUMLAH NO. BANJARBARU SELATAN Ha % RT RW 1 Kelurahan Loktabat Selatan 858, 39, Kelurahan Kemuning 361, 16, Kelurahan Guntung Paikat 247, 11, Kelurahan Sungai Besar 73, 33, TOTAL 2.196, 1, Sumber : BPS Kota Banjarbaru, 212 c. Kecamatan Landasan Ulin Secara astronomis, Kecamatan Landasan Ulin terletak pada posisi 3 27' 5" LS dan ' BT, dengan batasbatas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Sungai Tabuk (Kabupaten Banjar); Sebelah Timur : Kec. Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan dan Kec. Cempaka; Sebelah Selatan : Kecamatan BatiBati (Kabupaten Tanah Laut); Sebelah Barat : Kecamatan Liang Anggang. Kecamatan Landasan Ulin sebagai sub pusat kota memiliki fungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa, kawasan bandara, pertanian dan permukiman. Kecamatan Landasan Ulin memiliki wilayah seluas ± Ha (24,89% dari luas wilayah Kota Banjarbaru), yang terbagi menjadi 4 kelurahan dan 141 Rukun Tetangga (RT). P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 18

8 NO. Tabel 2.4 Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Landasan Ulin KECAMATAN LUAS JUMLAH LANDASAN ULIN Ha % RT RW 1 Kelurahan Landasan Ulin Timur 1.876, 2, Kelurahan Guntung Payung 1.525, 16, Kelurahan Syamsuddin Noor 1.867, 2, Kelurahan Guntung Manggis 3.974, 43, 52 6 TOTAL 9.242, 1, Sumber : BPS Kota Banjarbaru, 212 d. Kecamatan Liang Anggang Secara astronomis, Kecamatan Liang Anggang terletak pada posisi 3 27' 5" LS dan ' BT, dengan batasbatas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Sungai Tabuk (Kabupaten Banjar); Sebelah Timur : Kecamatan Landasan Ulin; Sebelah Selatan : Kecamatan BatiBati (Kabupaten Tanah Laut); Sebelah Barat : Kecamatan Sungai Tabuk (Kabupaten Banjar). Kecamatan Liang Anggang sebagai sub pusat kota memiliki fungsi sebagai kawasan industri, perdagangan dan jasa, serta permukiman. Kecamatan Liang Anggang memiliki wilayah seluas ± Ha (23,12% dari luas wilayah Kota Banjarbaru), yang terbagi menjadi 4 kelurahan dan 66 Rukun Tetangga (RT). Adapun luas masingmasing kelurahan dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Liang Anggang dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut ini. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 19

9 NO. Tabel 2.5 Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Liang Anggang KECAMATAN LUAS JUMLAH LIANG ANGGANG Ha % RT RW 1 Kelurahan Landasan Ulin Barat 1.615, 18, Kelurahan Landasan Ulin Selatan 2.635, 3, Kelurahan Landasan Ulin Tengah 2.386, 27, Kelurahan Landasan Ulin Utara 1.95, 22,71 31 TOTAL 8.586, 1, 71 Sumber : BPS Kota Banjarbaru, Tahun 212 e. Kecamatan Cempaka Secara astronomis, Kecamatan Cempaka terletak pada posisi ' LS dan ' BT, dengan batasbatas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Kec. Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan dan Kec. Landasan Ulin; Sebelah Timur : Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar; Sebelah Selatan : Kecamatan BatiBati Kabupaten Tanah Laut; Sebelah Barat : Kec. Landasan Ulin dan Kec. BatiBati Kabupaten Tanah Laut Kecamatan Cempaka sebagai sub pusat kota memiliki fungsi sebagai kawasan pertambangan, perdagangan, pertanian, pariwisata dan permukiman. Kecamatan Cempaka memiliki wilayah seluas ± ha (39,5% dari luas wilayah Kota Banjarbaru), yang terbagi menjadi 4 kelurahan dan 12 Rukun Tetangga (RT). Adapun luas masingmasing kelurahan di Kecamatan Cempaka dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut ini. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 2

10 NO. Tabel 2.6 Wilayah Administrasi Dan Jumlah Rt/Rw Di Kecamatan Cempaka KECAMATAN LUAS JUMLAH CEMPAKA Ha % RT RW 1 Kelurahan Palam 1.475, 1, Kelurahan Bangkal 2.98, 2, Kelurahan Sungai Tiung 2.15, 14, Kelurahan Cempaka 8.65, 54,98 44 TOTAL 14.67, 1, 15 Sumber : BPS Kota Banjarbaru, Tahun Demografi Selama tahun , jumlah penduduk Kota Banjarbaru terus meningkat. Ratarata pertumbuhan penduduk mencapai 5,48% per tahun atau meningkat sebanyak jiwa penduduk selama 6 tahun terakhir, hal ini disebabkan karena terjadi arus migrasi penduduk dari daerah sekitarnya maupun dari luar pulau (terutama dari Pulau Jawa). Salah satu daya tarik yang menyebabkan tingginya minat orang untuk bermigrasi ke Kota Banjarbaru adalah berpindahnya Ibukota Pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan dari Kota Banjarmasin ke Kota Banjarbaru. Sesuai kriterianya, Kota Banjarbaru merupakan wilayah perkotaan atau kota dengan skala sedang. Jumlah penduduk Kota Banjarbaru pada tahun 215 adalah jiwa dengan jumlah KK keluarga. Jumlah penduduk tertinggi di Kelurahan Guntung Manggis jiwa dan jumlah penduduk terendah di Kelurahan Komet yaitu 4422 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut apabila diproyeksikan maka pada tahun 22 maka jumlah penduduk Kota Banjarbaru sebesar jiwa dan jumlah KK sebesar 69.4 keluarga. Sesuai dengan data kependudukan yang telah diproyeksikan maka jumlah penduduk tertinggi pada tahun 22 di Kelurahan Guntung Manggis 3.97 jiwa dan jumlah penduduk terendah di Keluarhan Komet yaitu 1298 jiwa. Data mengenai proyeksi penduduk Kota Banjarabru hingga tahun 22 dapat dilihat pada tabel berikut ini. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 21

11 Tabel 2.7 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun Kota Banjarbaru NO NAMA KELURAHAN WILAYAH PERKOTAAN TAHUN JUMLAH PENDUDUK WILAYAH PERDESAAN TAHUN Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK 1 Landasan Ulin Timur Guntung Payung Syamsuddin Noor Guntung Manggis Landasan Ulin Barat Landasan Ulin Selatan Landasan Ulin Tengah Landasan Ulin Utara Palam Bangkal Sungai Tiung Cempaka Loktabat Utara Mentaos Komet Sungai Ulin Loktabat Selatan Kemuning Guntung Paikat Sungai Besar TOTAL Sumber : Analisa Pokja Kota Banjarbaru Tahun 216 TOTAL TAHUN P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 22

12 Data mengenai proyeksi penduduk tersebut diasarakan pada tingkat pertumbuhan penduduk di Kota Banjarbaru. Dari hasil perhitungan proyeksi, ratarata pertumbuhan penduduk Kota Banjarbaru berkisar antara 3% sampai 4 % tiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk tersebut selain dipengaruhi oleh natalitas (kelahiran bayi) juga lebih dipengaruhi oleh faktor migrasi penduduk. Dengan berpindahnya perkantoran pemerintah provinsi Kalimantan Selatan di Kota Banjarbaru maka terjadi migrasi yang cukup besar ke Kota Banjarbaru. Nama Kecamatan Tabel 2.8 Tingkat Pertumbuhan Penduduk, Kepadatan Penduduk Tahun 215 dan Proyeksinya Selama 5 tahun Tingkat Pertumbuhan (%) Tahun Kepadatan Penduduk (orang/km) Tahun Landasan Ulin Timur 3,35 3,35 3,35 3,35 3, Guntung Payung 3,35 3,35 3,35 3,35 3, Syamsuddin Noor 3,35 3,35 3,35 3,35 3, Guntung Manggis 3,35 3,35 3,35 3,35 3, Landasan Ulin Barat 3,53 3,53 3,53 3,53 3, Landasan Ulin Selatan 3,53 3,53 3,53 3,53 3, Landasan Ulin Tengah 3,53 3,53 3,53 3,53 3, Landasan Ulin Utara 3,53 3,53 3,53 3,53 3, Palam 3,17 3,17 3,17 3,17 3, Bangkal 3,17 3,17 3,17 3,17 3, Sungai Tiung 3,17 3,17 3,17 3,17 3, Cempaka 3,17 3,17 3,17 3,17 3, Loktabat Utara 3,26 3,26 3,26 3,26 3, Mentaos 3,26 3,26 3,26 3,26 3, Komet 3,26 3,26 3,26 3,26 3, Sungai Ulin 3,26 3,26 3,26 3,26 3, Loktabat Selatan 3,3 3,3 3,3 3,3 3, Kemuning 3,3 3,3 3,3 3,3 3, Guntung Paikat 3,3 3,3 3,3 3,3 3, Sungai Besar 3,3 3,3 3,3 3,3 3, TOTAL 3,32 3,32 3,32 3,32 3,32 BPS Kota Banjarbaru, Data Diolah P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 23

13 2.1.4 Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang hampir ada di seluruh wilayah perkotaan maupun di pedesaan di seluruh Indonesia. Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks karena tidak hanya terkait pada masalah ekonomi tetapi juga sosio kultural. Penanggulangan masalah kemiskinan pun telah dilakukan selama beberapa periode pemerintahan, baik oleh pemerintahan pusat, pemerintah provinsi, maupun pemerintah daerah dan berkolaborasi dengan segenap elemen masyarakat. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Demikian pula di Kota Banjarbaru terus menerus melakukan upaya penanggulangan kemiskinan. Untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 27 hingga tahun 214, dan terus berlanjut hingga sekarang meskipun beberapa kali berganti nama program ataupun kegiatan. Jumlah penduduk miskin di Kota Banjarbaru tersebar di setiap kecamatan meskipun jumlahnya cukup variatif. Jumlah penduduk miskin paling banyak di Kecamatan Cempaka yaitu KK dan jumlah penduduk miskin paling sedikit di Kecamatan Banjarbaru Utara sebanyak 1.3 KK. Jika dibandingkan dengan penduduk Kota Banjarbaru yang sebesar jiwa maka di Kota Banjarbaru masih terdapat 4,59 % penduduk miskin yang ditangani. Pada tabel berikut menunjukkan bahwa jumlah penduduk termiskin terbanyak ada di Kecamatan Cempaka yaitu sebesar KK sementara yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Banjarbaru Utara sebesar 1.3 KK, jika diproyeksikan terhadap jumlah penduduk keseluruhan Kota Banjarbaru maka masih terdapat 4,74% penduduk miskin yang harus dituntaskan. Jumlah penduduk miskin di Kota banjarbaru dapat dilihat pada tabel 2.9 berikut ini. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 24

14 Tabel 29 Jumlah Penduduk Miskin di Kota Banjarbaru Tahun 215 No Nama Kecamatan Kelurahan Jumlah KK Miskin 1 Landasan Ulin Landasan Ulin Timur 921 Guntung Payung 332 Syamsuddin Noor 681 Guntung Manggis 96 Jumlah Liang Anggang Landasan Ulin Barat 269 Landasan Ulin Selatan 38 Landasan Ulin Tengah 466 Landasan Ulin Utara 78 Jumlah Cempaka Palam 527 Bangkal 516 Sungai Tiung Cempaka Jumlah Banjarbaru Utara Loktabat Utara 432 Mentaos 221 Komet 83 Sungai ulin 294 Jumlah Banjarbaru Selatan Loktabat Selatan 266 Kemuning 342 Guntung Paikat 39 Sungai Besar 489 Jumlah 1.46 Total 1.78 Sumber : TNPK, Tata Ruang Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memeliharan kelangsungan hidupnya. Untuk Kota Banjarbaru, penataan ruangnya diatur melalui Peraturan Daerah Kota Banjarbaru nomor 13 Tahun 214 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banjarbaru Dalam perda tersebut diatur mengenai Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 25

15 1. Rencana Struktur Ruang Struktur Ruang Wilayah Kota Banjarbaru meliputi struktur sistem pusat pelayanan kegiatan kota dan sistem jaringan prasarana wilayah kota. A. Struktur sistem pusat pelayanan kegiatan kota 1. Pusat pelayanan kota meliputi : a. PPK I : kawasan pusat kegiatan bandar udara internasional di Kecamatan Landasan Ulin b. PPK II: kawasan pusat kegiatan perkantoran pemerintahan di Kecamatan Cempaka, Kecamatan Landasan Ulin dan Kecamatan Banjarbaru Selatan. 2. Sub pusat pelayanan kota meliputi kawasan dengan fungsi perkantoran pemerintahan, perdagangan/jasa, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan umum yang tersebar di Kecamatan Cempaka, Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Landasan Ulin. 3. Pusat lingkungan meliputi kawasan dengan fungsi perkantoran pemerintahan, perdagangan/jasa dengan skala lingkungan, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan umum, serta perumahan yang tersebar di setiap kelurahan. B. Sistem jaringan prasarana wilayah kota : 1. Sistem Prasarana Utama a. Transportasi Darat 1) Sistem jaringan jalan a) Jaringan jalan arteri primer di kota sepanjang lebih kurang 26.5 km meliputi : (1) Jalan Liang AnggangMartapura (2) Jalan Liang AnggangBatiBati b) Jaringan jalan kolektor primer di kota sepanjang lebih kurang 19. km meliputi : (1) Jalan P. M. Noor (BanjarbaruSei. Ulin) (2) Jalan Mistar Cokrokusumo (BanjarbaruBanyu Irang) (3) dan Jalan Gubernur Soebardjo (Liang AnggangLingkar Selatan) P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 26

16 c) Jaringan jalan arteri sekunder di kota sepanjang lebih kurang Km yaitu Jalan Trikora. d) Jaringan jalan kolektor sekunder di kota sepanjang lebih kurang 1.11,84 Km meliputi : (1) Jalan Guntung Manggis (2) Jalan Palam R. O Ulin (3) Jalan Panglima Batur (4) Jalan Rahayu e) Jaringan jalan lingkungan di kota meliputi jalan yang menghubungkan antara jalan kolektor sekunder dengan pusatpusat permukiman dengan panjang lebih kurang 486,74 Km yang tersebar di lima kecamatan 2) Transportasi Jalan Terminal angkutan jalan yang terdapat di Kota Banjarbaru dikategorikan dalam terminal tipe C, sebanyak 4 (empat) terminal meliputi : a) Terminal Liang Anggang di Kecamatan Liang Anggang. b) Terminal Pasar Kamaratih di Kecamatan Landasan Ulin. c) Terminal Simpang Empat Banjarbaru di Kecamatan Banjarbaru Utara. d) Terminal Pasar Bauntung Banjarbaru di Kecamatan Banjarbaru Selatan. 3) Sistem Jaringan Angkutan Umum a) Sistem koridor/utama : (1) Rute pada jalur BaratTimur jalan Nasional BanjarmasinBanjarbaru Martapura, menggunkan jalur rute/trayek yang telah ada saat ini, yakni rute BanjarmasinMartapura ( AKDP). (2) Rute jalan Lingkar Selatan, berawal dari Terminal Liang AnggangJalan Lingkar Selatan/TrikoraJalan Mistar Cokrokusomoberakhir di Terminal Simpang Empat Banjarbaru. (3) Rute Lingkar Utara, berawal dari Terminal Kamaratihjalan Lingkar Utara Jalan Karang Anyarjalan Panglima Baturjalan A.Yaniberakhir di Terminal Simpang Empat Banjarbaru. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 27

17 b) Sistem sirkulator/pengumpan : (1) Rute PalamLoktabat Selatanjalan A. Yani (2) Rute PalamCempaka (3) Rute Guntung Manggis jalan A. YaniGuntung Payung (4) Rute Landasan UlinLingkar Selatanjalan A. Yani (5) Rute MartapuraBanjarbaru (via jalan Rahayujalan Panglima Batur) c) Pengembangan Armada Angkutan Umum : (1) Untuk jalur rute BanjarmasinBanjarbaruMartapura, yang merupakan jalur rute utama sistem koridor, serta memiliki tingkat permintaan lalulintas penumpang tinggi akan dilayani oleh jenis kendaraan bus besar ( kapasitas sekitar 55 tempat duduk ). (2) Untuk rute jalan Lingkar Selatan, yang merupakan jalur rute baru sistem koridor, serta memiliki tingkat permintaan lalulintas akan dilayani oleh jenis kendaraan Bus Sedang (kapasitas 25 tempat duduk). (3) Untuk jalur rute Lingkar Utara, yang merupakan jalur rute baru (4) sistem koridor serta memiliki tingkat permintaan lalulintas penumpang sedang juga dilayani oleh jenis kendaraan Bus Sedang. (5) Untuk jalur rute sistem sirkulator/pengumpan baik rute eksisting maupun rute baru, akan dilayani oleh jenis kendaraan minibus/mikrolet (kapasitas sekitar 15 tempat duduk). d) Pengembangan Terminal Angkutan Umum : (1) Terminal eksisting Liang Anggang, yang merupakan terminal tipe C. (2) Terminal eksisting Kamaratih, yang merupakan terminal tipe C. (3) Terminal eksisting Simpang Empat Banjarbaru, merupakan terminal tipe C. e) Pengembangan halte angkutan umum di arahkan pada lokasi berdekatan dengan simpang jalan akses ke komplek perumahan, simpang jalan utama (arteri) dan jalan kolektor dan di depan lokasi sekolah, perkantoran, pabrik, pasar, rumah sakit dan pusatpusat aktivitas kegiatan masyarakat. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 28

18 b. Transportasi udara. 1) Ruang udara diatas bandara, Ruang udara diatas bandara meliputi ruang udara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan bandar udara (ketentuan keselamatan yang ditetapkan dalam Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP). 2) Ruang udara Ruang udara meliputi ruang udara di sekitar bandar udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan. 3) Bandar udara. Bandar udara meliputi ruang untuk kegiatan kebandarudaraan yang fungsinya sebagai bandar penumpang dan cargo dengan luas kawasan kurang lebih 4 Ha di Kecamatan Landasan Ulin. C. Sistem Prasarana Lainnya 1. Jaringan energi/kelistrikan a. gardu induk terdapat di Kecamatan Cempaka b. jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 15 kv, yaitu menghubungkan Kecamatan Banjarbaru Utara dengan Banjarbaru Selatan dan Kecamatan Cempaka dengan Kecamatan Liang Anggang c. jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 7 kv, yaitu menghubungkan Kecamatan Banjarbaru Utara dengan Kecamatan Banjarbaru Selatan dan Kecamatan Liang Anggang dan Kecamatan Landasan Ulin. 2. Jaringan telekomunikasi a. Sistem jaringan telekomunikasi meliputi sistem jaringan prasarana telekomunikasi di Kota Banjarbaru dengan sistem jaringan kabel yang bertujuan meningkatkan aksesibilitas masyarakat dan dunia usaha terhadap layanan telekomunikasi. b. Pembangunan Base Transceiver Station (BTS) meliputi daerah Kecamatan Liang Anggang (Jalan A. Yani Km 23, Jalan Peramuan, Jalan Soebardjo, Jalan Arah Pleihari), Kecamatan Landasan Ulin (Jalan Sidomulyo, Jalan A. Yani, Jalan Vanili, Jalan Guntung Manggis), Kecamatan Cempaka (Jalan Mistar Cokrokusumo), P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 29

19 Kecamatan Banjarbaru Selatan (Jalan Kelapa Sawit 8, Jalan Unlam 3, Jalan Dahlina Raya, Jalan R.O Ulin, Jalan Guntung Paikat, Jalan Candra Buana, Jalan Beringin), Kecamatan Banjarbaru Utara (Jalan P. M. Noor, Jalan Perambaian 1, Jalan Panglima Batur Timur, Jalan Komet Raya, Jalan R. P. Suparto, Jalan Gotong Royong, Jalan Pangeran Suriansyah, Jalan Komplek Amaco, Jalan Karang Anyar 1, Jalan Bina Murni, Jalan Bayam, dan Jalan Kebun Karet). 3. Jaringan sumber daya air kota a. Wilayah Sungai Kota Banjarbaru berdasarkan lokasinya di tiap kecamatan yaitu : 1) Kecamatan Banjarbaru, terdiri dari : Sungai Besar (Sungai Kemuning), Sungai Paring, Sungai Ulin, Sungai Lurus, Sungai Komet, Sungai Gotong Royong, dan Sungai Lukudat. 2) Kecamatan Cempaka, terdiri dari : Sungai Pinang, Sungai Batulicin, Sungai Ujung Murung Hula, Sungai Batu Kapas, Sungai Mangguruh, Sungai Paring, Sungai Sambangan, Sungai Tiung, Sungai Ampayo, Sungai Apukan, Sungai Basung, Sungai Lukaas, dan Sungai Banyu Irang. 3) Kecamatan Landasan Ulin, terdiri dari : Sungai Salak, Sungai Guntung Payung, Sungai Ampayo, Sungai Paramuan, Sungai Cempaka, Sungai Lukudat, Handil Berkat Karya, Handil Papikul, Handil Hanyar, dan Handil Kerokan. 4) Kecamatan Liang Anggang : Sungai Paramuan, Handil Berkat Karya, Handil Papikul, dan Handil Hanyar b. Sistem jaringan air baku untuk air bersih di Kota Banjarbaru meliputi : 1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan air baku yang memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum sesuai dengan peraturan perundangundangan. 2) Perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan pengembangan SPAM dan Prasarana dan Sarana Sanitasi P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 3

20 3) Prasarana dan Sarana Sanitasi meliputi prasarana dan Sarana Air Limbah dan Persampahan. c. Sistem pengendalian banjir di wilayah Kota Banjarbaru meliputi : 1) Peningkatan kapasitas alur sungai agar dapat mengalirkan debit banjir dengan aman tanpa terjadinya luapan di sepanjang alur 2) Normalisasi alur sungai pada ruas sungai yang tidak mampu mengalirkan debit banjir 3) Perbaikan struktur fisik wilayah sungai dengan prinsip ecoengineering, yaitu melindungi tebing sungai dengan vegetasi atau tanaman lokal setempat 4) Mendukung kinerja bantaran sungai dalam mengamankan DAS yaitu dengan rencana penampang sungai dan jarak bangunan terhadap bibir sungai 5) Memperbaiki bangunanbangunan yang dapat menghambat aliran maupun kerusakan alur sungai. 6) Memfungsikan kembali alur sungai yang hilang akibat kegiatan pendulangan (sungai di wilayah Kecamatan Cempaka) 4. Infrastruktur perkotaan. a. Penyediaan air minum kota; Prasarana penyediaan air minum kota adalah sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM, meliputi: 1) Pengembangan SPAM Kota Banjarbaru ditetapkan di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Landasan Ulin, dan Kecamatan Cempaka. 2) SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan atau bukan jaringan perpipaan. 3) SPAM jaringan perpipaan meliputi air baku, produksi, distribusi, pelayanan dan pengelolaan. 4) SPAM bukan jaringan perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 31

21 5) Ketentuan teknis mengenai SPAM bukan jaringan perpipaan sebagaimana diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri. 6) Kapasitas produksi terpasang pada produksi SPAM Kota Banjarbaru adalah 247,41 liter/detik b. Pengelolaan air limbah; 1) Sistem pembuangan air limbah (sewage) mencakup sistem pengolahan berupa instalasi pengolahan air limbah (IPAL). 2) Sistem pembuangan air buangan rumah tangga (sewerage) yang pengelolaannya terdiri atas pengolahan sanitasi setempat (on site sanitation) untuk industri, hotel rumah makan, dan rumah tangga, serta pengolahan sanitasi terpusat (off site sanitation) bagi kompleks perumahan baru. 3) Untuk air limbah yang mengandung B3, diperlukan instalasi tambahan untuk membersihkan air limbah tersebut sebelum masuk ke jaringan air buangan kota. 4) Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) akan dibangun secara bertahap pada 5 kecamatan di wilayah Kota Banjarbaru, untuk tahap awal dilaksanakan di Kelurahan Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin. c. Sistem persampahan; 1) Tempat Penampungan Sementara (TPS) berupa tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu, dengan lokasi pada setiap lingkungan permukiman dan pusatpusat kegiatan di Wilayah Kota, ditetapkan di setiap RW. 2) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) berupa tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah, ditetapkan di setiap RW atau kawasan seluas 5 1. m². 3) Pengolahan sampah di TPA menggunakan teknik (sanitary land fill), sedangkan sistem pengelolaan sampah di TPS dengan menggunakan sistem composting. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 32

22 d. Sistem drainase kota; 1) Zona prioritas utama, meliputi Jalan A. Yani (SPBU)Guntung Simpang Bandara Kiri 2Gang SMP, Jalan A. YaniPertigaan Traffict Light Bandara, Sungai Kemuning, dan Sungai Basung, 2) Zona prioritas kedua, meliputi Sungai Ulin Kanan, Guntung Salak Kiri 1, Guntung Payung Hulu Kiri 1, Guntung Payung Hulu Kanan 1, Guntung Payung Hulu, Guntung Kemuning Kanan 2, Guntung Kemuning Kiri 2, Guntung Paring Kanan 1, Guntung Paring Kiri 2, Guntung Gotong Royong, Guntung Simpang bandara Kiri 3, Guntung Simpang Bandara Kiri 1, Guntung Salak Kiri 2, Guntung Kemuning Kanan 1, Guntung Paring Kiri 1, Guntung Lurus Kiri 1, Guntung Basung Kiri, Guntung Basung Kanan, Guntung Tiung Kiri, Guntung Tiung Kanan, Sungai Paring, Sungai Mangguruh, Guntung Ampuya Kiri 1, Sungai Sambangan, Guntung Ampuya Kiri 1, Sungai Sambangan, Guntung Ampuya Kiri 2, Guntung Ampuya Kanan, Guntung Harapan Kiri, Guntung Salak Kanan 1, Guntung Kemuning Kiri 3. 3) Zona prioritas ketiga, meliputi : Guntung Ulin Kiri, Guntung Ulin Kanan 2, Guntung Ulin Kanan 1, Guntung Lurus Kiri 3, Guntung Lurus Kanan 3, Guntung Lurus Kanan 1, Guntung Payung Kanan, Guntung Payung Hulu Kiri 3, Guntung Lurus Kiri 2, Guntung Lurus Kanan 2. e. Prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki; Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki terletak di Jalan Ahmad Yani km 3336 dan Lapangan Dr. Murjani f. Jalur evakuasi bencana; 1) Jalan Mistar Cokrokusomo di Kelurahan Sungai Tiung dan Puskesmas. 2) Jalan Mistar Cokrokusomo di Mesjid Sungai Besung. 3) Jalan Soekarno Hatta di Komplek Perumahan Griya Lambung Mangkurat. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 33

23 2. Rencana Pola Ruang A. Kawasan Lindung 1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya terletak di Kecamatan Liang Anggang terbagi Blok I terletak di Kelurahan Landasan Ulin Barat dan Kelurahan Landasan Ulin Utara dan Blok II terletak di Kelurahan Landasan Ulin Selatan dengan luas total kurang lebih 1261, 31 Ha. 2. Kawasan perlindungan setempat meliputi sempadan Sungai Kemuning yaitu dengan panjang 7 meter dan lebar 5 12 meter. 3. Ruang terbuka hijau kota a. Ruang terbuka hijau publik terdiri : 1) taman kecamatan seluas 9,36 Ha 2) taman kota seluas seluas 1,87 Ha 3) hutan kota seluas 156,75 Ha 4) sabuk hijau (green belt) seluas 241,35 Ha 5) pulau jalan dan median jalan 4,6 Ha 6) jalur pejalan kaki 1,47 Ha 7) jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi seluas 129,87 Ha 8) RTH sempadan sungai seluas,19 Ha 9) pemakaman seluas 28,92 Ha b. Ruang terbuka hijau privat berupa taman lingkungan perumahan seluas 1,7 Ha. 4. Kawasan rawan bencana alam a. kawasan rawan bencana kebakaran dikelilingi lahan gambut di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Selatan, dan Kecamatan Cempaka. b. kawasan rawan bencana tanah longsor di Kecamatan Cempaka. c. kawasan rawan bencana angin puting beliung di Kecamatan Liang Anggang dan Kecamatan Landasan Ulin d. kawasan rawan bencana banjir ringan di Kecamatan Cempaka B. Kawasan Budidaya P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 34

24 1. Kawasan peruntukan permukiman; a. Kawasan peruntukan permukiman kepadatan tinggi ditetapkan di Kecamatan Landasan Ulin. b. Kawasan peruntukan permukiman kepadatan sedang ditetapkan di Kecamatan Banjarbaru Utara dan Kecamatan Banjarbaru Selatan. c. Kawasan peruntukan permukiman kepadatan rendah ditetapkan di Kecamatan Liang Anggang. 2. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa terdiri atas pasar tradisional (Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Cempaka), pusat perbelanjaan dan toko modern (Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Banjarbaru Selatan). 3. Kawasan peruntukan perkantoran; a. Perkantoran pemerintahan yaitu di Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang dan Kecamatan Cempaka. b. Kawasan peruntukan perkantoran non pemerintahan terletak di Kecamatan Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan, Landasan Ulin, Liang Anggang dan Cempaka. 4. Kawasan peruntukan industri; a. Kawasan peruntukan industri skala rumah tangga tersebar di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Banjarbaru Utara, dan Kecamatan Cempaka. b. Kawasan peruntukan industri skala kecil tersebar di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Banjarbaru Utara, dan Kecamatan Cempaka. c. Kawasan peruntukan industri skala sedang tersebar di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Banjarbaru Utara. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 35

25 d. Kawasan peruntukan industri skala besar tersebar di Kecamatan Landasan Ulin, dan Kecamatan Liang Anggang. 5. Kawasan peruntukan pariwisata; a. Pariwisata budaya 1) Museum Lambung Mangkurat, terletak di Kelurahan Komet. 2) Mesjid tertua yaitu Mesjid Nurul Hasanah, di Kecamatan Cempaka. b. Pariwisata alam 1) Pendulangan intan, terletak di Kelurahan Sungai Tiung 2) Agrowisata Perikanan, terletak di Kelurahan Mentaos. 3) Hutan Pinus, terletak di Kelurahan Mentaos. 4) Danau Seran, terletak di Kelurahan Palam. 5) Wisata Kuliner Penggalaman, terletak di Kelurahan Landasan Ulin Timur, c. Pariwisata buatan 1) Kolam Renang Idaman, terletak di Kelurahan Kemuning. 2) Taman Van der Viejl, terletak di Kelurahan Komet. 6. Kawasan ruang terbuka non hijau; a. Ruang terbuka yang mengikuti rute jalan arteri primer, arteri sekunder dan kolektor primer. b. Trotoar (pedestrian way) yang berada di samping kiri kanan jalan, baik bagi masyarakat umum maupun penyandang cacat perlu memperhatikan hal teknis bagi pengguna tersebut. c. Ruang terbuka yang diperuntukkan sebagai jalur sirkulasi, tempat/lapangan upacara bagi instansi khususnya instansi pemeritah provinsi/kota. d. Ruang terbuka yang berada di depan, samping atau belakang bangunan publik dengan fungsi perkantoran, perdagangan, jasa atau fungsi lainnya. e. Kawasan ruang terbuka biru yaitu permukaan sungai yang meliputi Sungai Kemuning. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 36

26 7. Ruang evakuasi bencana; a. Ruang evakuasi titik rawan bencana kebakaran meliputi Asrama Haji di Kecamatan Landasan Ulin dan Gedung Bina Satria di Kecamatan Banjarbaru Utara. b. Ruang evakuasi titik rawan bencana tanah longsor meliputi Gedung Olah Raga SoekarnoHatta di Kecamatan Cempaka. c. Ruang evakuasi titik rawan bencana angin puting beliung meliputi Asrama Haji di Kecamatan Landasan Ulin. d. Ruang evakuasi titik rawan bencana banjir ringan meliputi perkantoran, tempat ibadah dan permukiman masyarakat terdekat 8. Rencana peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal; Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal (PKL) terletak di Jalan A. Yani dan Jalan Panglima Batur. 9. Rencana kawasan peruntukan lainnya. a. Kawasan Pertanian 1) Kawasan pertanian lahan kering, tahunan dan perkebunan terletak di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Cempaka. 2) Kawasan peternakan terletak di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Cempaka, diarahkan untuk pengembangan komoditas ternak unggulan sesuai dengan kondisi lokasi yang tersedia dan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yaitu ternak sapi dan ternak ayam. 3) Kawasan perikanan, ditetapkan di Kelurahan Mentaos. b. Kawasan pertambangan terbatas pada usaha pertambangan batuan, berupa pertambangan kaolin yang terletak di Kecamatan Cempaka. c. Kawasan pelayanan umum 1) Kawasan pendidikan P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 37

27 a) Kawasan pendidikan dasar (TK, SD) lokasinya diarahkan di pusat lingkungan yang menyebar di seluruh kawasan mengingat pengguna fasilitas tersebut adalah anakanak usia 3 12 tahun. b) Kawasan pendidikan menengah (SLTP, SMU, SMK) diarahkan di pusat kecamatan. c) Kawasan pendidikan tinggi (Akademi, PT) diarahkan untuk dikembangkan ke Kecamatan Banjarbaru Utara. 2) Kawasan kesehatan a) Kawasan kesehatan seperti praktek dokter dan apotek yang diarahkan di pusat wilayah pengembangan dan menyebar merata di seluruh kawasan kota terutama dalam kawasan permukiman. b) Puskesmas dan Balai Pengobatan diarahkan di setiap pusat lingkungan. c) Kawasan kesehatan skala kota/regional seperti Rumah Sakit Umum di Kelurahan Komet diarahkan untuk pengembangan dengan berbagai fasilitas kesehatan lainnya. 3) Kawasan peribadatan diarahkan menyebar merata di seluruh kawasan kota/permukiman dengan jumlah yang disesuaikan dengan rasio kebutuhan penduduk. 3. Rencana Kawasan Strategis Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.16/PRT/M/29 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, telah ditetapkan kriteria penentuan Kawasan strategis wilayah kabupaten yaitu sebagai berikut : a. memperhatikan faktorfaktor di dalam tatanan ruang wilayah kabupaten yang memiliki kekhususan; b. memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis provinsi yang ada di wilayah kabupaten; c. dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan/atau provinsi, namun harus memiliki kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 38

28 kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang jelas; d. dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki : 1) potensi ekonomi cepat tumbuh; 2) sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; 3) potensi ekspor; 4) dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; 5) kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; 6) fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan; 7) fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi; atau 8) kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah kabupaten; e. dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya, antara lain kawasan yang merupakan: 1) tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya; 2) prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya; 3) aset yang harus dilindungi dan dilestarikan; 4) tempat perlindungan peninggalan budaya; 5) tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau 6) tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial. f. merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kabupaten, antara lain: 1) fungsi bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan posisi geografis sumber daya alam strategi, pengembangan teknologi kedirgantaraan, serta tenaga atom dan nuklir; P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 39

29 2) sumber daya alam strategis; 3) fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan teknologi kedirgantaraan; 4) fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau 5) fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. g. merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti: 1) tempat perlindungan keanekaragaman hayati; 2) kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan; 3) kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian; 4) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; 5) kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; 6) kawasan rawan bencana alam; atau 7) kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. h. merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan wilayah kabupaten; i. untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang; dan j. mengikuti ketentuan pemetaan kawasan strategis kabupaten sebagai berikut: 1) deliniasi kawasan strategis harus dipetakan pada satu lembar kertas yang menggambarkan wilayah kabupaten secara keseluruhan; 2) pada peta kawasan strategis kabupaten juga harus digambarkan deliniasi kawasan strategis nasional dan/atau provinsi yang berada di dalam wilayah kabupaten bersangkutan; 3) pada bagian legenda peta harus dijelaskan bidang apa yang menjadi pusat perhatian setiap deliniasi kawasan strategis kabupaten; dan P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 4

30 4) penggambaran peta kawasan strategis kabupaten harus mengikuti peraturan perundanganundangan terkait pemetaan rencana tata ruang. Selain memuat mengenai pola ruang dan struktur ruang, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banjarbaru juga mengatur ruang kawasan strategis. Kawasan strategis kota merupakan wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Adapun Kawasan strategis yang termasuk dalam kawasan wilayah Kota Banjarbaru meliputi : 1. Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi yang meliputi : 1) Kawasan Bandara Udara di Kecamatan Landasan Ulin 2) Kawasan Perdagangan dan jasa di Kawasan perkantoran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan di Kecamatan Cempaka 3) Kawasan Industri di Kecamatan Liang Anggang 2. Kawasan strategis sosial budaya; 1) Kawasan dengan Nilai historis meliputi Taman Makam Hasan Basri dan Taman Makam Pahlawan Bumi Kencana serta Makam Syuhada Haji 2) Kawasan Pusat Perkantoran Pemerintah Provinsi Kalimantan di Kecamatan Cempaka 3. Kawasan strategis lingkungan hidup. 1) Hutan Lindung yang terletak di Kecamatan Liang Anggang yang berfungsi sebagai penyeimbang tata guna air 2) RTH (termasuk di dalamnya hutan kota) dan ruangruang publik yang tersebar di seluruh wilayah Kota Banjarbaru 4. Potensi Pengembangan Wilayah Berdasarkan pengembangan potensi secara spasial yang dilakukan melalui kebijakan pengembangan kawasan strategis Provinsi Kalimantan Selatan, Kota Banjarbaru termasuk dalam kawasan strategis untuk pertumbuhan ekonomi. Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 215, Kota Banjarbaru termasuk dalam pengembangan kawasan Metropolitan Banjar Bakula yang meliputi Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, sebagian Kabupaten Banjar (Kecamatan Kertak Hanyar, Gambut, Sungai Tabuk, AluhAluh, Beruntung P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 41

31 Baru dan Martapura, Martapura Timur, Martapura Barat, Astambul, Mataraman, Karang Intan), sebagian Kabupaten Barito Kuala (Kecamatan Alalak, Mandastana, Anjir Muara, Anjir Pasar, Tamban, Tabunganen, Mekarsari), sebagian Kabupaten Tanah Laut (Kecamatan BatiBati, Kurau, Tambang Ulang, Bumi Makmur). Selain termasuk dalam kawasan metropolitan Banjarbakula, posisi strategis dan kondisi geografis Kota Banjarbaru yang relatif datar menjadikan daya tarik tersendiri bagi pengembangan Kota Banjarbaru. Selain itu ketersediaan lahan belum terbangun juga masih cukup memadahi. Dengan kondisi tersebut Kota Banjarbaru potensial bagi pengembangan permukiman, perdagangan jasa serta pengembangan perkantoran skala provinsi maupun nasional. Gambar mengenai peta tata ruang wilayah Kota Banjarbaru dapat dilihat sebagai berikut, baik dari rencana struktur ruang dan pola ruang. P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 42

32 Gambar 2.3 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Banjarbaru Sumber : Bappeda Kota Banjarbaru Tahun 214 P e m u t a k h i r a n S t r a t e g i S a n i t a s i K o t a 43

33 Gambar 2.4 Peta Rencana Pola Ruang Kota Banjarbaru Sumber : Bappeda Kota Banjarbaru Tahun

34 2.2 Kemajuan Pelaksanaan SSK Kota Banjarbaru merupakan salah satu kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang telah mengikuti Program PPSP, baik Program PPSP tahap pertama maupun tahap kedua. Pada Program PPSP tahap pertama Kota Banjarbaru telah menyusun Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) pada tahun 212. Sedangkangkan sebagai tahap kelanjutannya disusun Memorandum Program Sanitasi (MPS) pada tahun 213. Pada tahap kedua, yaitu pada tahun 216 Kota Banjarbaru menyusun pemutakhiran dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK). Sebagai bagian dari tahap pemutakhiran dokumen SSK maka dilakukan review terhadap pelaksanaan atau capaian target dari SSK yang telah disusun sebelumnya. Berikut merupakan kemajuan pelaksanaan SSK sebelumnya dari sektor air limbah, sampah dan drainase. 1. Air Limbah Tabel 2.9 Kemajuan Pelaksanaan Air Limbah Di Kota Banjarbaru Tujuan SSK Periode Tahun Sasaran (1) (2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik yang layak dan ramah lingkungan Meningkatnya jumlah rumah tangga yang memilki akses terhadap sarana pengelolaan limbah onsite yang sehat Meningkatnya jumlah kawasan perumahan yang memiliki IPAL onsite komunal Terlaksananya pengolahan lumpur tinja yang ramah lingkungan Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik yang komprehensif Data Dasar SSK Tahun 216 Status Saat Ini (3) (4) 81,6% 91,63 % MCK = 12 IPAL Komunal = 5 IPLT = IPLT = 1 Dokumen master plan = Master Plan Air Limbah = 1 dokumen 45

35 2. Persampahan Tabel 2.1 Kemajuan Pelaksanaan Persampahan Di Kota Banjarbaru SSK Periode Tahun Sasaran Tujuan (1) Data Dasar (2) Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengelolaan sampah yang ramah lingkungan Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah Meningkatnya kegiatan pemilahan dan pengolahan sampah terpadu Meningkatnya sistem pengelolaan sampah di TPA SSK Tahun 216 Status Saat Ini (3) (4) 57,5% 83,7% TPS 3R = 1 Semi Controlled landfill TPST 3R = 4 Bank Sampah = 67 (masyarakat + sekolah) Semi Controlled Landfill 3.DRAINASE Tabel 2.11 Kemajuan Pelaksanaan Persampahan Di Kota Banjarbaru Tujuan SSK Periode Tahun Sasaran Data Dasar SSK Tahun 216 Status Saat Ini (2) (3) (4) (1) Kota Banjarbaru bebas dari genangan air Tersedianya data dan informasi mengenai sistem drainase perkotaan yang up to date Tersedianya dokumen perencanaan sistem drainase kota yang komprehensif Berkurangnya luas daerah yang tergenang air dengan memprioritaskan penanganan di wilayah permukiman Master plan = Master plan drainase = 1 Luas genangan = 9,36 ha Luas genangan = 1,56 ha 46

36 2.3 Profil Sanitasi Saat Ini Berisi penjelasan singkat mengenai sistem air limbah domestik, persampahan dan drainase perkotaan saat ini serta cakupan layanannya termasuk rencana pengembangan berdasarkan master plan. Bagian ini juga dilengkapi penjelasan kajiankajian EHRA maupun non EHRA yang mendukung penggambaran sanitasi saat ini di Kota Banjarbaru. Profil sanitasi Kota Banjarbaru memberikan gambaran mengenai sistem domestik, persampahan, dan drainase perkotaan serta cakupan layananannya maupun rencana pengembangan berdasarkan masterplan yang telah disusun. Pada bagian ini juga akan disajikan kajian mengenai EHRA. a. Air Limbah Domestik (1) Sistem dan Infrastruktur Gambar 2.5 Diagram Sistem Sanitasi (DSS) Air Limbah Domestik Kota Banjarbaru 47

37 48

38 Tabel 2.11 Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini Di Kota Banjarbaru AKSES LAYAK AKSES DASAR (KK) ONSITE NO KECAMATAN (i) KELURAHAN MCK++ MCK/ WC TANGKI UUMUM/JAMBAN SEPTIK SEHAT AKSES KOMUNAL (>1 BERSAMA KK) IPAL KOMUNAL IPAL KAWASAN IPAL KOTA TANGKI BABS (KK) SEPTIK INDIVIDUAL CUBLUK (KK) BELUM AMAN*** (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii) Guntung Payung Syamsuddin Noor Guntung Manggis Landasan Ulin Liang Anggang (iii) TANGKI SEPTIK TANGKI SEPTIK INDIVIDUAL KOMUNAL (<1 (KK) KK) OFFSITE Landasan Ulin Timur 1 (ii) JUMLAH PENDUDUK (xiii) (xiii) (xv) Landasan Ulin Barat Landasan Ulin Selatan Landasan Ulin Tengah Landasan Ulin Utara Palam Bangkal Sungai Tiung Cempaka Loktabat Utara Mentaos Komet Sungai Ulin Loktabat Selatan Kemuning Guntung Paikat Sungai Besar Cempaka Banjarbaru Utara Banjarbaru Selatan TOTAL KESELURUHAN Sumber : Profil sanitasi Kota Banjarbaru Tahun

39 Tabel 2.12 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kota Banjarbaru Kondisi No Jenis Satuan Jumlah/ Kapasitas Berfungsi Tidak Berfungsi Keterangan (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) Belum Ada Belum Ada SPAL Setempat (Sistem On Site) 1 Tangki Septik Unit Komunal < 1 KK 2 MCK++ Unit 4 3 MCK Biasa/WC Unit 56 Umum 4 Truk Tinja Unit 1 5 IPLT ; kapasitas m³/ 1 SPAL Terpusat (Sistem Off Site) 1 Tangki Septik Unit 7 Komunal > 5KK 2 IPAL Komunal Unit 8 3 IPAL Kawasan Unit 4 IPAL Terpusat m³/ Sumber : Kota Banjarbaru Tahun 216 5

40 Gambar 2. 6 Peta Cakupan Akses dan Layanan Air Limbah Kota Banjarbaru Tahun 216 Sumber : Bappeda Kota Banjarbaru Tahun

41 (2) Kelembagaan dan Peraturan Unit kerja Pemerintah daerah yang bertanggung jawab menangani pengelolaan air limbah di Kota Banjarbaru adalah Dinas Pekerjaan Umum (melalui Bidang Cipta Karya), didukung oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam tugas pelayanan penyedotan dan pengangkutan limbah tinja. Sedangkan Kantor Lingkungan Hidup bertanggung jawab terhadap pengawasan dan pengendalian pencemaran yang disebabkan oleh limbah domestik, terlebih oleh limbah industri dan lainnya. Ditingkat masyarakat dan dunia usaha, belum ada partisipasi aktif terhadap sistem pengelolaan air limbah domestik yang memenuhi standar pelayanan penyehatan lingkungan, baik di dalam perilaku seharihari maupun dalam sistem kelembagaan. Kondisi ini tentunya menuntut upaya yang lebih keras dari pemerintah untuk mengkampanyekan dan mengadvokasi para pelaku usaha dan masyarakat luas untuk memberi perhatian lebih terhadap penanganan dan pengelolaan air limbah. Tabel 3.8 Peta Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan Air Limbah Domestik Kota Banjarbaru FUNGSI Perencanaan Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kota Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Pengadaan Sarana Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestic Membangun sarana pengumpulan dan pengelolaan awal (tangki septik) Menyediakan sarana pengangkutan dan tangki septik ke IPLT (truk Tinja) Membangun jaringan dan saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) Membangun sarana IPLT dan atau IPAL Pengelolaan Menyediakan layanan pengelolaan lumpur tinja Mengelola IPLT dan atau IPAL Melakukan penarikan retribusi pengelolaan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik dan atau penyedotan air limbah domestik PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Swasta Masyarakat Kota 52

42 Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB Pengaturan dan Pembinaan Mengatur prosedur penyediaan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik Monitoring dan Evaluasi Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestik dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestic Sumber : Bappeda Kota Banjarbaru Tahun 216 Landasan hukum pengelolaan air limbah di Kota Banjarbaru masih menggunakan peraturan perundangan yang ditetapkan oleh pemerintah di atasnya yaitu pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Sampai saat ini belum menyusun atau merancang peraturan yang mengatur tentang pengelolaan air limbah, sehingga kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan air limbah belum memiliki dasar pijakan yang kuat dalam penerapan kebijakan pengelolaan air limbah. Landasan hukum pelaksanaan pengelolaan limbah cair berdasarkan beberapa produk hukum nasional, antara lain berupa : a. UndangUndang : 1) Undangundang RI Nomor 32 Tahun 29 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2) Kepmen No.51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri 3) Kepmen No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel b. Peraturan pemerintah : 1) PP No.82 Tahun 21 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 2) PP Nomor 18 tahun 1999 jo PP No.85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3 3) PP Nomor 74 tahun 21 tentang Pengelolaan B3 53

43 Tabel 3.9 Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kota Banjarbaru Peraturan Ketersediaan Tidak Ada Ada Target Capaian Pelayanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan Air Limbah Domestik Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan Air Limbah Domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di hunian umum Keawajiban dan sanksi bagi Industri rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di tempat usaha Keawajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di tempat umum Kewajiban pengelolaan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik Retribusi pengelolaan air limbah domestik Tata cara perizinan untuk kegiatan pembangunan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran Sumber: Bappeda Kota Banjarbaru Tahun 216 Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Struktur Organisasi pengelola air limbah domestik berdasarkan Peraturan Daerah Kota Banjarbaru No 21 Tahun 211 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 12 Tahun 28 tentang 54 Ket

44 Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Banjarbaru adalah Dinas Perkerjaan Umum, yaitu pada Seksi Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Bidang Cipta Karya. Gambar 3.1 Diagram Kelembagaan Pengelola Air Limbah b. Tugas dan kewenangan Seksi Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut : Tugas : Melaksanakan perencanaan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan kegiatan pengelolaan air bersih dan penyehatan lingkungan. Kewenangan : 1) Perumusan dan penetapan kebijakan teknik operasional, pembinaan, pengaturan, pelaksanaan, pengendalian dan pelayanan bidang cipta karya; 2) Pengelolaan dan penyelenggaraan pembinaan, pengaturan, pelaksanaan, pengendalian dan pelayanan di bidang cipta karya. c. Harga / tarif. Tata laksana pengelolaan limbah cair di Kota Banjarbaru sampai saat ini masih mengacu pada Perda No 15 tahun 21 tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum. Sedangkan biaya penyedotan kakus 55

45 yang dibebankan kepada konsumen hanya didasarkan pada perhitungan biaya operasional dengan besaran tarif sebagai berikut: Rumah tangga sebesar Rp 5., per m³ Perkantoran/instalasi sebesar Rp 75., per m³ Industri sebesar Rp 15. per m³ b. Persampahan Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Makin padat penduduk suatu permukiman atau kota dengan segala aktivitasnya, sampah tidak dapat diselesaikan sehingga harus dibawa keluar dari lingkungan hunian atau lingkungan lainnya. Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu. (1) Sistem dan Infrastruktur Wujud pelayanan yang dilakukan oleh Bidang Kebersihan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (sesuai SK SNI T13199F,Dep PU) terkait pengelolaan sampah meliputi proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan dari TPS dan mengangkutnya ke TPA. Sedangkan untuk pengangkutan dari dari masingmasing sumber sampah untuk diangkut menuju TPS sepenuhnya didasarkan pada swadaya masyarakat, yang menyebabkan pola pembuangan/pengangkutan cukup beragam. Diagram Sistem Sanitasi Persampahan Kota Banjarbaru Tabel Timbulan Sampah per Kecamatan 56

46 Tabel xx. Timbulan Sampah per Kecamatan Sumber : Analisa pokja 57

47 Bila di kawasankawasan perumahan umumnya menggunakan jasa tenaga pengumpul, maka rumah tangga yang berada di kawasan permukiman, terutama yang didominasi golongan menegah ke bawah lebih memilih untuk membuang sendiri sampahnya ke TPS terdekat atau melakukan penanganan dengan cara lainnya seperti dibakar atau membuangnya ke dalam lubang galian yang telah disiapkan sebelumnya. Pola pewadahan sampah pada tingkat rumah tangga di Kota Banjarbaru saat ini sepenuhnya didasarkan pada swadaya masyarakat, yang menyebabkan pola pewadahan cukup beragam, ada yang menggunakan kantong plastik, tong plastik atau tong/ember dari karet. Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan N o. Jenis Prasarana/ Sarana Sat (i) (ii) (iii) (iv) 1 Pengumpulan Setempat Gerobak Sampah Motor Sampah Pick Up Sampah Tempat Penampungan Sementara (TPS) Bak Biasa Kontainer Transfer Depo SPA (Stasiun Peralihan Antara) Pengangkutan Dump Truck Arm Roll Truck Compactor Truck Pengolahan Sampah TPS 3R ITF Bank Sampah Incenerator TPA/TPA Regional : Lahan Urug Terkendali Luas Total Lahan TPA Luas Sel Landfill Daya Tampung TPA ha Jumlah Kapasitas (v) Ritasi/ hari (vi) Kondisi Baik Rusak Ringan Rusak Berat (vii) (viii) (ix) Ket (x) ha (m³/ hari) 58

48 6 7 Alat Berat Bulldozer Excavator Truk Tanah IPL Hasil pemeriksaan lab (BOD dan COD): Efluen di Inlet Efluen di Outlet mg/l Keterangan: IPL: Instalasi Pengolahan Lindi (2) Kelembagaan dan Peraturan Di dalam struktur organisasi, Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang dilimpahi kewenangan pengelolaan sampah adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Unit kerja ini juga mendapat tugas untuk mengelola penyedotan dan pengangkutan tinja dari septik tank milik masyarakat ke tempat pengolahan atau pembuangan akhir. Tabel 3.24 Peta Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan Dan Pengelolaan Persampahan FUNGSI Perencanaan Menyusun target pengelolaan sampah skala kab./kota Menyusun rencana program persapahan dalam angka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target Pengadaan Sarana Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) Menyediakan sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kota Swasta Masyarakat 59

49 Membangun sarana TPA Menyediakan sarana komposting Pengelolaan Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS Mengelola sampah di TPS Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Mengelola TPA Melakukan pemilahan sampah Melakukan penarikan retribusi sampah Memberikan izin usaha pengelolaan sampah Pengaturan dan Pembinaan Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisai peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah Monitoring dan Evaluasi Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala Memberikan sanksi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan Memberikan sanksi terhadap efektivitas layanan persampahan Sumber: Bappeda Kota Banjarbaru Tahun 216 Sampai saat ini belum menyusun atau merancang peraturan yang mengatur tentang pengelolaan sampah, sehingga kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan air limbah belum memiliki dasar pijakan yang kuat dalam penerapan kebijakan pengelolaan air limbah. Peraturan yang sudah disusun adalah terkait dengan retribusi pelayanan sampah yaitu Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 32 Tahun 211 tentang Retribusi, Pelayanan dan Pengelolaan Persampahan/Kebersihan. Oleh karenanya, pengelolan sampah di Kota Banjarbaru masih mengacu pada peraturan perundangan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Tabel 3.25 Peta Peraturan Persampahan Domestik Kota Banjarbaru Ketersediaan Peraturan Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kota Banjarbaru Kewajiban dan sanksi bagi Ada RPJM Tidak Ada Pelaksanaan Efektif Dilaksanaka n Belum Efektif Dilaksanakan Efektif 6 Tidak Efektif Dilaksanakan Ket

50 dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor / usaha dikawasan komersial/ fasilitas social / fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Kerjasama Pemerintah Kota Banjarbaru dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Perda No. 32 / 211 Sumber : Bappeda Kota Banjarbaru Tahun 216 Retribusi sampah atau kebersihan Efektif 61

51 Gambar 2.6 Peta Layanan Persampahan Sumber : Bappeda Kota Banjarbaru Tahun

52 c. Drainase Sebagaimana kawasan perkotaan lainnya, sistem jaringan drainase di Kota Banjarbaru dibagi atas 2 bagian, yaitu : Sistem Drainase Mayor, Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanalkanal atau sungaisungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 1 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini. Sistem Drainase Mikro, Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, goronggorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 1 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro. Beberapa saluran darinase yang ada di Kota Banjarbaru saat ini belum berfungsi secara optimal, kondisi ini yang menyebabkan terjadinya genangan air bila hujan turun dalam intensitas yang tinggi. Penyempitan badan sungai yang diakibatkan oleh berdirinya rumahrumah penduduk di sepanjang bantaran sungai, yang diperparah dengan perilaku membuang sampah ke sungai, yang menyebabkan pendangkalan dan penyumbatan aliran air menyebabkan badan sungai tidak mampu menampung air dalam volume yang tinggi. Sedangkan untuk jaringan drainase sekunder dan primer, di beberapa lokasi terputus oleh timbunan tanah atau goronggorong yang sempit yang kemudian tersumbat oleh tumpukan sampah yang menyebabkan terhambatnya aliran air hingga meluap ke badan jalan. Kondisi ini diperparah dengan tofografi jalanjalan yang bergelombang, sehingga volume air menumpuk dan meluber di daerah yang relatif lebih rendah Genangan (inudation) adalah terendamnya suatu kawasan permukiman lebih dari 3 cm selama lebih dari 2 jam. Terjadinya genangan ini tidak boleh lebih dari 2 kali pertahun. Genangan (inudation) yang dimaksud adalah air hujan yang tertangkap di daerah rendah/cekungan di suuatu kawasan, yang tidak bisa mengalir ke badan air terdekat. Jadi bukan banjir yang merupakan limpasan air yang berasal dari daerah hulu sungai di luar kawasan/kota yang membanjiri permukiman di daerah hilir. 63

53 Tabel xx Kondisi Genangan / Banjir di Kota Banjarbaru No 1 2 Nama Daerah Guntung Manggis (Jl. Guntung Paring) Guntung Manggis (simpang 3 karang rejo) 3 Guntung manggis (jl. Bungas villas) 4 Guntung Payung (sabta marga) 5 Landasan Ulin tengah (di sawah jl. Swarga) Landasan Ulin tengah (di Jl. A. Yani) Landasan Ulin Utara (simpang 4 sukamara) Landasan ulin selatan (Jl. A.Yani LA) Loktabat selatan Loktabat utara (karang anyar I Depan Balitan III) Loktabat utara (karang anyar depan kantor pos) Loktabat utara (karang anyar depan SMP) Loktabat utara (Jl. Karet depan kantor balitan) Loktabat utara (Jl. Daerah dan data Genangan Luas Tinggi Lama (ha) (cm) (jam) 5 24 Kondisi dan Masalah/Penyebab Tidak ada saluran drainase, dataran rendah Hujan kiriman, vol hujan lebih besar dripada drainase, terjadi luapan Goronggorong bermasalah 5 m m (sepanjang jalan) m 3 +3 Dataran rendah 2m2 5 3 Drainase tersumbat Dataran rendah 15 m 5 1 m m m m m 3 3 Drainase sempit dan goronggorong kecil Drainase kecil dan tersumbat, terjadi aliran buntu Drainase kecil dan tersumbat, terjadi aliran buntu Drainase kecil dan tersumbat, terjadi aliran buntu Drainase kecil dan tersumbat, terjadi aliran buntu Cekungan (dataran Kerugian Frekuensi musiman Terhambatnya musiman lalu lintas Terhambatnya lalu lintas Drainase kecil dan tersumbat, pembungan terlambat Sawah tergenang waktu hujan Terhambatnya musiman lalu lintas musiman Terhambatnya musiman lalu lintas musiman musiman musiman Terhambatnya musiman aktivitas sekolah musiman Terhambatnya musiman 64

54 15 16 A. Yani depan UFO) Loktabat utara (Jl. A. Yani Km 33 simpang Tiga Lampu Merah) Loktabat utara (Jl. A. Yani Km 34) 17 Palam (RT 2) 18 Palam (RT 1) 19 Syamsuddinnoor (jl. Tonhar) 2 Syamsuddinnoor (Jl. Golf dari tempat sampah sampai TK) rendah) lalu lintas 5 m (sepanjang jalan) 3 3 Drainase tersumbat Terhambatnya musiman lalu lintas 5 m (sepanjang jalan) 5 3 Cekungan (dataran rendah) Terhambatnya musiman lalu lintas m (sepanjang jalan) 2m2 2 Tidak ada saluran drainase, dataran rendah Goronggorong bermasalah m (sepanjang jalan) 5 12 hari Tidak ada saluran drainase, dataran rendah Drainase buntu dan tersumbat, pembuangan terhambat musiman musiman Terhambatnya musiman lalu lintas dan kegiatan sekolah TK Tabel xx Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan di Kota Banjarbaru 65

55 No (i) 1 Dimensi Kondisi Jenis Prasarana / Sarana Satuan Panjang / Jumlah Bentuk Penampang Saluran* B** H*** Berfungsi Tidak Berfungsi Frekuensi Pemeliharaan (kali/tahun) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) 47,74.41 Trapesium , , kali setahun 29, Trapesium , , kali setahun 48,117. Trapesium ,17. 16,1. 1 kali setahun 85,961. Trapesium , , kali setahun 8,19. Trapesium ,69. 2,5. 1 kali setahun Sal. Primer A m Sal. Sekunder A1 m Sal. Tersier A1 m Bangunan Pelengkap 2 Rumah Pompa Pintu Air Kolam Retensi Track Rack / Saringan Sampah Sal. Primer B m Sal. Sekunder B1 m Sal. Tersier B1 m Bangunan Pelengkap 3 Rumah Pompa Pintu Air Kolam Retensi Trash Rack / Saringan Sampah Sal. Primer B m Sal. Sekunder B1 m Sal. Tersier B1 m Bangunan Pelengkap 4 Rumah Pompa Pintu Air Kolam Retensi Trash Rack / Saringan Sampah Sal. Primer B m Sal. Sekunder B1 m Sal. Tersier B1 m Bangunan Pelengkap 5 Rumah Pompa Pintu Air Kolam Retensi Trash Rack / Saringan Sampah Sal. Primer B m Sal. Sekunder B1 m Sal. Tersier B1 m Bangunan Pelengkap Rumah Pompa Pintu Air Kolam Retensi Trash Rack / Saringan Sampah Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 216 (1) Sistem dan Infrastruktur 66

56 Umumnya rumah tangga di Kota Banjarbaru menggunakan sistem drainase sebagai saluran pembuangan dari sisasisa air yang dipergunakan dalam aktivitas seharihari seperti air bekas mandi, bekas cucian dapur atau bekas cucian pakaian. Demikian juga dengan pengaliran air hujan, hampir semuanya (kecuali sedikit yang terserap ke dalam tanah dan sumursumur gali) masuk ke dalam sistem drainase, mulai dari drainase lingkungan (tersier) kemudian masuk ke drainase sekunder sampai akhirnya terkumpul di badanbadan sungai atau saluran irigasi. (2) Kelembagaan dan Peraturan Tanggung jawab pengelolaan drainase kota tidak dapat sepenuhnya dibebankan kepada institusi pemerintah daerah, tetapi juga menuntut peran sektor swasta (dunia usaha) dan masyarakat, terutama dalam hal pemanfaatan dan pemeliharaan saluran drainse tersebut. Ketiga unsur ini mempunyai hubungan saling ketergantungan yang harus disinergikan supaya drainase lingkungan yang ada berfungsi secara optimal. Tabel 3.39 Peta Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan Di Kota Banjarbaru FUNGSI PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kota Swasta Masyarakat Perencanaan Menyusun target pengelolaan drainase lingk. skala kota Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target V X X Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ X X Pengadaan Sarana Menyediakan / membangun lingkungan Ѵ Ѵ X Pengelolaan Membersihkan sarana drainase lingkungan Ѵ Ѵ Ѵ Memperbaiki sarana drainase lingkungan yang rusak Ѵ Ѵ Ѵ Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB Ѵ Ѵ X FUNGSI sarana drainase PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Swasta 67 Masyarakat

57 Kota Pengaturan dan Pembinaan Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan Monitoring dan Evaluasi Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan drainase lingkungan. Landasan hukum pengelolaan drainase lingkungan di Kota Banjarbaru masih menggunakan peraturan perundangan yang ditetapkan oleh pemerintah di atasnya yaitu pemerintah pusat dan pemerintah propinsi Kalimantan Selatan. Sedangkan dalam tatanan kota, pengaturan mengenai pengelolaan drainase lingkungan terutama untuk pembangunan kawasan perumahan terintegrasi dalam Surat Keputusan Walikota Banjarbaru Nomor 262 Tahun 24 tentang Kebutuhan Dasar Perumahan Di Wilayah Kota Banjarbaru Ketentuan ini akan menjadi salah satu syarat dalam penilaian untuk pemberian IPPT dan IMB untuk perumahan. Tabel 3.4 Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kota Banjarbaru Peraturan Target Capaian Pelayanan Pengelolaan Drainase Lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dalam Ketersediaan Tidak Ada Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan 68 Tidak Efektif Dilaksanakan Ket

58 pengelolaan Drainase Lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara drainase sebagai saluran pemutus air hujan Sumber: Dinas PU dan Dinas Perumtarungwasbang Kota Banjarbaru a. Struktur Organisasi Secara kelembagaan, institusi yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan drainase di Kota Banjarbaru adalah Dinas Pekerjaan Umum, dimana untuk sistem drainase primer dibebankan kepada Bidang Sumberdaya Air, sedangkan sistem drainase sekunder dan yang lebih kecil (mikro) menjadi tugas dari Bidang Bina Marga. Struktur Organisasi pengelola Drainase berdasarkan Peraturan Daerah Kota Banjarbaru No 21 Tahun 211 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 12 Tahun 28 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja dapat dilihat pada gambar 3.6 berikut. 69

59 Gambar 3.6 Struktur Organissi Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru b. Tugas dan kewenangan Bidang Sumberdaya Air Tugas : Melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian dan penyelenggaraan kegiatan pengelolaan sumberdaya air sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. a. Seksi Pengembangan Prasarana Irigasi, Danau dan Rawa mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian kegiatan operasi, pemeliharaan sarana pengairan, menyusun inventarisasi bangunan pengairan, pengumpulan data penggunaan air, pengelolaan hidrologi kawasan danau dan rawa; b. Seksi Pengembangan Prasarana Sungai dan Waduk mempunyai tugas melaksanakan pembinaan teknis, pengawasan, dan pengendalian pemanfaatan air sungai dan waduk, pengelolaan hidrologi dan pemeliharaan daerah aliran sungai dan waduk, penanggulangan akibat bencana alam. Kewenangan : a. Menyusun perencanaan teknis, program, pembinaan dan bimbingan teknis di bidang sumberdaya air; b. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan rehabilitasi peningkatan dan pengembangan, operasi serta pemeliharaan prasarana irigasi, sungai, waduk, danau dan rawa; c. Penanggulangan bencana banjir, serta usahausaha pengendalian erosi di bidang teknik sipil; d. Pengumpulan data dan pengelolaan data serta pelaporan di bidang sumberdaya air. 7

60 Gambar 2. Peta Jaringan Drainase Kota Banjarbaru Sumber : Bappeda Kota Banjarbaru Tahun

61 72

62 2.4 Area Beresiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi A. Area Beresiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik Tabel Area Beresiko Sanitasi Air Limbah NO Area Beresiko Risiko 4 Risiko 3 NO Wilayah Prioritas Kecamatan Kelurahan Kecamatan Cempaka Kecamatan Cempaka Kelurahan Sungai Tiung Kelurahan Palam Kelurahan Bangkal Kecamatan Banjarbaru Selatan Kelurahan Kemuning Kelurahan Guntung Paikat Kecamatan Banjarbaru Utara Kelurahan Landasan Ulin Utara Kelurahan Mentaos Tabel Permasalahan Mendesak Permasalahan Mendesak 1. Aspek Teknis : Pengembangan Sarana dan Prasarana (user interfacepengolahan awalpengangkutanpengolahan akhirpembuangan akhir) serta dokumen perencanaan teknis Masih banyak masyarakat yang BABS (1,4%) dan menggunakan WC Helikopter atau WC cemplung (5,46%) IPLT yang ada tidak berfungsi optimal karena minimnya peralatan biaya operasional 2. Aspek Non Teknis : Pendanaan, kelembagaan, peraturan dan perundangundangan, peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta, komunikasi Belum ada kerjasama dengan dunia usaha untuk penyediaan sarana / infrastruktur pengelolaan air limbah Belum memadainya regulasi/instrumen Perda untuk memastikan dukungan bagi penegakan pengelolaan air limbah yang ramah lingkungan Masih minimnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pengurasan lumpur tinja secara berkala agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya; Alokasi anggaran pembangunan sektor air limbah masih sangat terbatas, belum menjadi prioritas utama dalam perencanaan pembangunan daerah Saluran pembuangan air limbah rumah tangga masih menyatu dengan saluran drainase dan akhirnya masuk ke badan air seperti sungai. Kurangnya peran media dalam sosialisasi dan kampanye pengelolaan air limbah yang ramah lingkungan 73

63 74

64 Gambar xx. Peta Area Berisiko Limbah Sumber :

65 B. Area Beresiko dan Permasalahan Persampahan Tabel Area Beresiko Sanitasi Persampahan Wilayah Prioritas NO Area Beresiko 1. Risiko 4 Kecamatan Cempaka 2. Risiko 3 Kecamatan Landasan Ulin Kecamatan Liang Anggang Kecamatan Cempaka Kecamatan Kelurahan Banjarbaru Utara Kelurahan Kelurahan Bangkal Kelurahan Palam Kelurahan Guntung Manggis Kelurahan Landasan Ulin Utara Kelurahan Sungai Tiung Kelurahan Cempaka Kelurahan Loktabat Utara Tabel Permasalahan Mendesak NO Permasalahan Mendesak 1. Aspek Teknis : Pengembangan Sarana dan Prasarana (user interfacepengolahan awalpengangkutanpengolahan akhirpembuangan akhir) serta dokumen perencanaan teknis TPA yang ada masih menggunakan sistem Semi Controlled Landfill TPST yang ada belum dapat beroperasi secara optimal 2. Aspek Non Teknis : Pendanaan, kelembagaan, peraturan dan perundangundangan, peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta, komunikasi Institusi pelaksana pengelolaan sampah masih terpaku pada tugas keseharian penanganan sampah (berfungsi sebagai operator dan regulator) Keuangan daerah yang terbatas menjadikan terhambatnya pengadaan sarana prasarana persampahan Masih terbatasnya kegiatan sosialisasi kepada masyarakat, untuk merubah paradigma bahwa sampah tidak lagi dianggap sebagai persoalan tapi bisa menjadi sumber penghasilan Partisipasi masyarakat masih rendah dalam pengolahan sampah setempat (14,6% masyarakat mengubur, membakar, membuang sampah sembarangan) Belum ada dunia usaha yang tertarik untuk melakukan usaha pelayanan pengelolaan sampah Masih kurangnya disiplin masyarakat dalam membuang sampah ke TPS seperti tidak tepat waktu, cara maupun tempat. Regulasi yang mengatur pengelolaan persampahan belum ada 76

66 Gambar cc. Peta Area Berisiko Persampahan Sumber:

67 C. Area Beresiko dan Permasalahan Drainase Tabel Area Beresiko Sanitasi Drainase NO Area Beresiko Risiko 4 Risiko 3 Wilayah Prioritas Kecamatan Kelurahan Kecamatan Banjarabaru Utara Kecamatan Liang Anggang Kecamatan Cempaka Kelurahan Loktabat Utara Kelurahan Landasan Ulin Utara Kelurahan Cempaka Tabel Permasalahan Mendesak NO Permasalahan Mendesak 1. Aspek Teknis : Pengembangan Sarana dan Prasarana (user interfacepengolahan awalpengangkutanpengolahan akhirpembuangan akhir) serta dokumen perencanaan teknis Master plan drainase yang ada hanya terfokus pada aliran sungai dan gunung, belum ada perencanaan untuk jaringan drainase yang berbasis jaringan jalan Masalah koneksitas dari drainase tersier ke sekunder kemudian ke saluran primer belum terkoneksi sehingga aliran air menjadi lambat Konstruksi drainase cenderung mengikuti topografi jalan yang bergelombang sehingga member beban berat pada titiktitik terendah, memerlukan kolam retensi 2. Aspek Non Teknis : Pendanaan, kelembagaan, peraturan dan perundangundangan, peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta, komunikasi Belum adanya Landasan Hukum yang mengatur mengenai kewajiban penyediaan saluran drainase pada setiap pembangunan rumah atau kawasan perumahan Terbatasnya kemampuan keuangan daerah Masih terbatasnya kegiatan sosialisasi kepada masyarakat, untuk merubah paradigma bahwa sungai bukan tempat buangan limbah dan sampah serta menjadikan drainase sebagai prioritas dalam pembangunan rumah Belum ada dunia usaha yang tertarik untuk melakukan usaha pelayanan pengelolaan drainase 78

68 Gambar xx. Peta Area Berisiko Drainase Sumber :

memerintahkan untuk merancang Banjarbaru sebagai alternatif ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

memerintahkan untuk merancang Banjarbaru sebagai alternatif ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. Bab 2 Kantor Balai Kota Banjarbaru Cikal bakal lahirnya Kota Banjarbaru bermula pada tahun 1951 saat gubernur Dr. Murdjani memimpin apel di halaman kantor gubernur di Banjarmasin, saat itu hujan turun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KOTA BANJARBARU TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KOTA BANJARBARU TAHUN GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KOTA BANJARBARU TAHUN 2011 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI

BAB IV GAMBARAN LOKASI BAB IV GAMBARAN LOKASI 4.1 Tinjauan Umum Kota Banjar Baru A. Lokasi Kota Banjarbaru sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 memiliki wilayah seluas ±371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas wilayah Provinsi

Lebih terperinci

4.1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PROMOSI HIGIENE

4.1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PROMOSI HIGIENE Bab 4 : 4.1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PROMOSI HIGIENE Pemerintah Kota sejak Tahun 2010 turut mendukung pencapaian Visi Indonesia Sehat dengan mendorong promosi kesehatan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BANJARBARU TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BANJARBARU TAHUN 1 PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BANJARBARU TAHUN 2014-2034 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Cikal bakal lahirnya Kota Banjarbaru bermula pada tahun 1951 saat

Cikal bakal lahirnya Kota Banjarbaru bermula pada tahun 1951 saat Gambarab Umum Wilayah Bab 2 Kantor Balai Kota Banjarbaru Cikal bakal lahirnya Kota Banjarbaru bermula pada tahun 1951 saat Gubernur Dr. Murdjani memimpin apel di halaman Kantor Gubernur di Banjarmasin,

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB - V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

BAB - V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS BAB - V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS 5.1 Dasar Perumusan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten 5.1.1 Fungsi, Dasar dan Kriteria Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS BAB 5 PENETAPAN Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya di prioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan: 1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; 2. Nilai strategis dari aspek-

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan: 1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; 2. Nilai strategis dari aspek- BAB V KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN SIJUNJUNG 5.1. PROSES PENETAPAN KAWASAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN SIJUNJUNG 5.1.1 Fungsi, Dasar dan Kriteria Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Kawasan strategis

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1873, 2016 KEMEN-ATR/BPN. RTRW. KSP. KSK. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37

Lebih terperinci

Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah seperti yang diharapkan, pemerintah pusat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

Bab 5: 5.1 AREA BERESIKO SANITASI

Bab 5: 5.1 AREA BERESIKO SANITASI Bab 5: Survey EHRA oleh Enumurator DInas 5.1 AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

KAWASAN STRATEGISS KOTA BUKITTINGGI

KAWASAN STRATEGISS KOTA BUKITTINGGI K A W A S A N S T R A T E G I S K O T A B U K I T T I N G G I 5. BAB 5 KAWASAN STRATEGIS Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan Ivana Putri Yustyarini dan Rulli Pratiwi Swtiawan Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI LAMPIRAN XV PERATURAN DAERAH TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH TANGERANG 2012-2032 PERATURAN ZONASI STRUKTUR RUANG PUSAT PELAYANAN KAWASAN SUB PUSAT PELAYANAN Pusat pelayanan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAFTAR ISI DAFTAR ISI ii DAFTAR LAMPIRAN I iv DAFTAR LAMPIRAN

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

Rangkuman tentang Muatan. Rencana Rinci

Rangkuman tentang Muatan. Rencana Rinci Rangkuman tentang Muatan Rencana Rinci Di Susun Oleh : Nama : Nadia Nur N. Nim : 60800114049 Kelas : C1 TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih. Kata Pengantar Buku laporan interim ini merupakan laporan dalam pelaksanaan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Ciptakarya Kabupaten Asahan yang merupakan kerja sama

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya laporan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG PENETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI DAN GARIS SEMPADAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN MALANG TENGAH TAHUN 2016-2036 DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM 6 6.1 Rencana Penyediaan Ruang Terbuka Tipologi Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung berdasarkan kepemilikannya terbagi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi Ketentuan Umum 2.1. Istilah dan Definisi Penyusunan RDTR menggunakan istilah dan definisi yang spesifik digunakan di dalam rencana tata ruang. Berikut adalah daftar istilah dan definisinya: 1) Ruang adalah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 17/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 17/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 17/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2010 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2010 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2010 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG I. PENJELASAN UMUM Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Lebih terperinci

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) RUANG TERBUKA HIJAU 7 Oleh Dr.Ir.Rimadewi S,MIP J P Wil h d K t Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN

TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN LAMPIRAN V : PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

SAMBUTAN WALIKOTA BANJARBARU... PENGANTAR KETUA POKJA SANITASI KOTA BANJARBARU... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

SAMBUTAN WALIKOTA BANJARBARU... PENGANTAR KETUA POKJA SANITASI KOTA BANJARBARU... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman SAMBUTAN WALIKOTA BANJARBARU... PENGANTAR KETUA POKJA SANITASI KOTA BANJARBARU... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... I.1 1. Landasan Gerak...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui Kata Pengantar Kabupaten Bantul telah mempunyai produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 16/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 16/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 16/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2011 2031 I. UMUM Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,

Lebih terperinci

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab. LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR : 3 TAHUN 2012 TANGGAL : 11 SEPTEMBER 2012 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2011-2031 I. RENCANA STRUKTUR RUANG No Rencana

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN

BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN 5.1 Umum Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, merupakan penjabaran dari Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten ke dalam rencana pemanfaatan

Lebih terperinci

FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR, DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI

FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR, DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI,

Lebih terperinci

2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURAKARTA TAHUN

2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURAKARTA TAHUN BAB 2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011-2031 Bab ini berisi muatan RTRW Kota Surakarta Tahun 2011-2031 yang terdiri dari tujuan penataan ruang, kebijakan dan strategi, rencana struktur

Lebih terperinci

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3 LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi

Lebih terperinci

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA Perumahan menengah : meliputi kompleks perumahan atau dan sederhana permukiman Perumahan pasang surut : meliputi perumahan yang berada di daerah

Lebih terperinci

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029 BAB V RENCANA KAWASAN STRATEGIS PROVINSI 5.1. Lokasi dan Jenis Kawasan Strategis Provinsi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) memuat penetapan Kawasan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

MODUL 2: PENGENALAN DASAR-DASAR RENCANA RINCI KABUPATEN

MODUL 2: PENGENALAN DASAR-DASAR RENCANA RINCI KABUPATEN 0 1 2 3 5 8 11 DAFTAR ISTILAH PENDAHULUAN KEDUDUKAN RENCANA RINCI MANFAAT DAN FUNGSI RENCANA RINCI BENTUK ALTERNATIF RENCANA RINCI TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS MODUL 2 DESKRIPSI SINGKAT Bentuk alternatif

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN UMUM

BAB II KETENTUAN UMUM BAB II KETENTUAN UMUM 2.1. Pengertian Umum Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan melakukan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011-2031 I. UMUM Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2016 PEKERJAAN UMUM Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Panjang

Lebih terperinci

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera 1 2 3 Pendahuluan (Sistem Perencanaan Tata Ruang - Kebijakan Nasional Penyelamatan Ekosistem Pulau Sumatera) Penyelamatan Ekosistem Sumatera dengan

Lebih terperinci

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai pada prinsipnya merupakan sarana/alat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dokumen Layanan Persampahan Kota Bogor merupakan dokumen yang memuat keadaaan terkini kondisi persampahan Kota Bogor. Penyusunan dokumen ini pada dasarnya ditujukan pada pendayagunaan segenap

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.42, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 11/PERMEN/M/2008 TENTANG PEDOMAN KESERASIAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN Perumnas Bumi Tlogosari terletak di Kelurahan Tlogosari Kulon dan Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan yang merupakan bagian dari Bagian Wilayah Kota V Semarang.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Tujuan penataan ruang wilayah Kota adalah Terwujudnya Kota Tidore

Lebih terperinci

~ 53 ~ PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas

~ 53 ~ PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas ~ 51 ~ PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KABUPATEN KAYONG UTARA TAHUN 2015-2035 I. UMUM 1. Ruang Wilayah Kabupaten

Lebih terperinci