DAFTAR ISI. Pendahuluan 6

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Pendahuluan 6"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 6 Bab I Peraturan Umum Permainan Pasal 101 Definisi Game 8 Pasal 102 Cara Menulis Angka (score) 8 Pasal 103 Strike 8 Pasal 104 Double 8 Pasal 105 Triple 8 Pasal 106 Spare 8 Pasal 107 Open Frame 8 Pasal 108 Split 8 Pasal 109 Model Bermain 9 Pasal 110 Robohnya Pin yang sah 9 Pasal 111 Robohnya Pin yang tidak sah 9 Pasal 112 Letak Pin Tak Tepat 10 Pasal 113 Pantulan Pin 10 Pasal 114 Diakuinya Pin 10 Pasal 115 Penggantian Pin 10 Pasal 116 Bola Batal 10 Pasal 117 Bermain Pada Lane yang salah 11 Pasal 118 Definisi Pelanggaran 11 Pasal 119 Pelanggaran dengan Sengaja 11 Pasal 120 Pelanggaran dihitung setelah Langkah Ayun 11 Pasal 121 Pelanggaran yang jelas kelihatan 11 Pasal 122 Naik Banding atas Pelanggaran 12 Pasal 123 Bola Sementara 12 Pasal 124 Merubah Permukaan Bola Boling 12 Pasal 125 Larangan Merubah Daerah Ancang-ancang 12 Pasal 126 Kesalahan Menghitung Angka 12 Informasi Tambahan 12 Bab II Pengesahan Peraturan Pertandingan Pasal 201 Kewajiban Pengesahan 14 Pasal 202 Persetujuan Pengesahan 14 Pasal 203 Tata Cara Pengesahan 14 Pasal 204 Keabsahan 14 Pasal 205 Kewajiban Pelaksana Kejuaraan 15 Pasal 206 Petugas Pencatat Angka (score) 15 Pasal 207 Penemuan Pelanggaran 15 Pasal 208 Permainan yang Terganggu 15 Pasal 209 Memperlambat Permainan 15 Pasal 210 Pemecahan Angka Sama 16 Pasal 211 Sanksi terhadap Pelanggaran Peraturan 16 Pasal 212 Protes 16 Pasal 213 Tata Cara Banding 16 Bab III Peraturan Utama, Kejuaraan Dunia Amatir Pasal 301 Nama Resmi 17 Pasal 302 Pemberlakuan Tuan Rumah pada Kejuaraan Resmi 17 1

2 Pasal 303 Sertifikasi Lintasan Boling 19 Pasal 304 Buletin Informasi dan Promosi 19 Pasal 305 Partisipasi Prosedur dan Biaya untuk Kejuaraan 20 Pasal 306 Keabsahan 20 Pasal 307 Penerimaan Kembali 21 Pasal 308 Prosedur Bola Boling 21 Pasal 309 Managemen Kejuaraan 21 Pasal 310 Pertemuan Sebelum Kejuaraan 22 Pasal 311 Upacara-Upacara 22 Pasal 312 Peraturan Anti Doping 23 Pasal 313 Merokok dan Minum 23 Pasal 314 Seragam-Iklan 23 Pasal 315 Model Bermain 24 Pasal 316 Petugas Resmi Pencatat Angka 24 Pasal 317 Penemuan Pelanggaran 25 Pasal 318 Permainan Yang Terganggu 25 Pasal 319 Memperlambat Permainan 25 Pasal 320 Bermain Pada Lintasan Yang Salah 25 Pasal 321 Peboling Terlambat 26 Pasal 322 Sanksi Terhadap Pelanggaran Peraturan 26 Pasal 323 Protes 26 Pasal 324 Tata Cara Banding 26 Bab IV Kejuaraan boling Dunia WTBA Pasal 401 Kompetisi 28 Pasal Jumlah Pemain 28 Pasal Uji Coba 28 Pasal Model Bermain 28 Pasal Penetapan Lintasan 28 Pasal Area Peboling 28 Pasal Babak Kejuaraan 29 Pasal Tata Cara Pertandingan 29 Pasal 402 Penggantian 30 Pasal 403 Pemecahan Angka Sama 31 Pasal 404 Penghargaan 31 Pasal 405 Ketentuan Pencatatan 31 Bab V Kejuaraan boling Dunia Remaja WTBA Pasal 501 Keabsahan 33 Pasal 502 Delegasi Resmi 33 Pasal 503 Kompetisi 33 Pasal Jumlah Pemain 33 Pasal Uji Coba 33 Pasal Model Bermain 33 Pasal Penetapan Lintasan 34 Pasal Area Peboling 34 Pasal Babak Kejuaraan 34 Pasal Tata Cara Pertandingan 34 Pasal 504 Penggantian 35 Pasal 505 Pemecahan Angka Sama 36 Pasal 506 Penghargaan 36 Pasal 507 Pencatatan 36 Bab VI Piala Tim Dunia WTBA Pasal 601 Keabsahan 38 Pasal 602 Partisipasi 38 Pasal 603 Delegasi Resmi 38 2

3 Pasal 604 Kompetisi 38 Pasal Jumlah Pemain 38 Pasal Uji Coba 38 Pasal Model Bermain 39 Pasal Penetapan Lintasan 39 Pasal Area Peboling 39 Pasal Babak Kejuaraan 39 Pasal Tata Cara Pertandingan 39 Pasal 605 Penghargaan 40 Bab VII Kejuaraan pada Olimpiade, Pertandingan Regional, 41 Pertandingan Dunia dan Pertandingan Se-dunia lainnya Pasal 701 Tanggal dan Tempat Pertandingan 41 Pasal 702 Keabsahan 41 Pasal 703 Format Pertandingan 41 Pasal 704 Inspeksi Persiapan umum dan Sertifikasi Lintasan 41 Pasal 705 Manajer Kejuaraan, Komite Teknis Kejuaraan 42 Pasal Manajer Kejuaraan 42 Pasal Komite Teknis Kejuaraan 42 Pasal Pengawas Lintasan Harian 42 Pasal 706 Dewan Juri Banding, Prosedur Banding 43 Pasal 707 Pertemuan Sebelum Kejuaraan 43 Bab VIII Spesifikasi Peralatan Pasal 801 Kewenangan 44 Pasal 802 Sertifikasi Lintasan 44 Pasal 803 Spesifikasi Lintasan boling 44 Pasal Komposisi 44 Pasal Daerah Ancang-ancang 44 Pasal Garis Tilang 45 Pasal Alat Penemu Pelanggaran 45 Pasal Panjang Lintasan 45 Pasal Lebar Lintasan 45 Pasal Permukaan Lintasan 45 Pasal Daerah Peletakan Pin 45 Pasal Ujung Papan 46 Pasal Got 46 Pasal Tanda Tempat Pin 46 Pasal Alat Pemasang Pin 47 Pasal Penyekat Samping 47 Pasal Daerah Tampungan Pin 47 Pasal Tabir Belakang 47 Pasal Tanda di daerah Ancang-ancang & di Lintasan 47 Pasal 804 Persyaratan Meminyaki Lintasan 48 Pasal 805 Spesifikasi Pin Boling 48 Pasal Bahan 48 Pasal Berat 48 Pasal Keseimbangan 48 Pasal Kandungan dan Kelembaban 48 Pasal Pelapisan Akhir 49 Pasal Rancang Bangun dan Ukuran 50 Pasal 806 Spesifikasi Bola Boling 50 Pasal Bahan 50 Pasal Berat dan Ukuran 50 Pasal Spesifikasi yang diukur di Kejuaraan 50 Pasal Spesifikasi yang tidak diukur di Kejuaraan 50 Pasal Keseimbangan 50 Pasal Kekerasan 51 3

4 Bab IX Ketetapan Khusus Pertandingan PBI Pasal 901 Pertandingan 52 Pasal 902 Sistim Pertandingan 52 Pasal 903 Sifat Pertandingan 53 Pasal 904 Jenis Pertandingan 53 Pasal 905 Kalender Pertandingan 53 Pasal 906 Penyelenggara Pertandingan 53 Pasal 907 Tugas dan Laporan Pertandingan 54 Pasal 908 Pengesahan Pertandingan 54 Pasal 909 Penentuan Uang Pengesahan 55 Pasal 910 Pembebasan Uang Pengesahan 55 Pasal 911 Pengawasan Pertandingan 55 Pasal 912 Format Pertandingan 55 Pasal 913 Pelanggaran dan Sanksi 56 Pasal 914 Waktu Melapor 56 Pasal 915 Menyapu/menegakkan pin (reset) 56 Bab X Ranking Anggota & Average Pasal 1001 Susunan Ranking 57 Pasal 1002 Perhitungan Angka Rata-rata (Average) 57 Pasal 1003 Klasifikasi dalam Ranking 58 Bab XI Liga Perkumpulan Pasal 1101 Definisi Liga 61 Pasal 1102 Jenis Liga 61 Pasal 1103 Organisasi Liga 61 Pasal 1104 Kriteria Liga 62 Pasal 1105 Kriteria Pemain Liga 62 Pasal 1106 Average 63 Pasal 1107 Handicap 63 Pasal 1108 Sanksi-sanksi 63 Pasal 1109 Penundaan Liga 64 Pasal 1110 Blind Score 64 Pasal 1111 Penentuan Posisi Pemenang 64 Bab XII Kejurnas Soetopo Jananto Pasal 1201 Sifat 64 Pasal 1202 Waktu & Tempat Kejuaraan 64 Pasal 1203 Pengecualian 64 Pasal 1204 Format Kejuaraan 64 Pasal 1205 Ketentuan Kejuaraan 65 Bab XIII Pekan Olahraga Nasoinal (PON) Pasal 1301 Sifat 66 Pasal 1302 Waktu & Tempat Kejuaraan 67 Pasal 1303 Format Kejuaraan 68 Pasal 1304 Ketentuan Kejuaraan 69 Bab XIV Ketetapan Penghargaan Pasal 1401 Hadiah & Pencatatan Rekor AngkaTertinggi 70 Pasal 1402 Persyaratan Pengesahan Rekor Angka Tertinggi 70 4

5 Bab XV Ketetapan Hukuman Pasal 1501 Hukuman atas cara bermain yang tidak jujur 71 Pasal 1502 Hukuman atas Fitnah 71 Pasal 1503 Hukuman atas Penyalahgunaan Keuangan 72 Pasal 1504 Peraturan Pelaksanaan Hukuman 72 Bab XVI Penutup 72 5

6 PENDAHULUAN Semua peraturan dan ketetapan ini dari Bab 1 s/d VIII berlaku untuk Kejuaran Dunia dan Kejuaran Zona yang diadakan oleh World Tenpin Bowling Association (WTBA) dan untuk pertandingan international yang disahkan oleh WTBA atau yang melibatkan anggota federasi masing-masing. Semua pertandingan resmi harus diatur ukuran dan berat dari lintasan berikut peralatannya, mengikuti suatu peraturan khusus, ketetapan dan petunjuk WTBA. Semua lintasan yang dipakai untuk pertandingan yang diakui WTBA harus di sertifikasi oleh anggota federasi daerah tersebut. Masing-masing anggota federasi harus menunjuk satu atau beberapa orang, yang mana bertugas untuk mengawasi bahwa semua pertandingan internasional di negara tersebut yang mana telah diatur sesuai dengan semua peraturan dan ketetapan ini. MAKSUD DAN TUJUAN KETETAPAN PBI Maksud dibuatnya semua ketetapan ini adalah untuk meningkatkan prestasi bermain boling bagi anggota PBI, melalui PBI-Provinsi/Perkumpulan yang berkewajiban melaksanakan pembinaan melalui pertandingan atau liga dan mematuhi tata tertib dari semua peraturan dan ketetapan yang berlaku, dengan penjelasan sebagai berkut: I. PERATURAN UMUM PERMAINAN Merupakan sistim standar yang memberikan penilaian angka tertinggi (perfect game 300) atas dasar permainan 10 frame (kotak besar), yang selalu mengacu kepada peraturan umum permainan FIQ/WTBA edisi terkhir. II. PERATURAN PERALATAN Semua peralatan boling termasuk perlengkapan boling lainnya yang dimainkan diatas suatu lintasan, harus mengikuti peraturan peralatan FIQ/WTBA edisi terakhir. III. PERATURAN PERTANDINGAN Setiap perkumpulan boling dibawah naungan PBI Provinsi dalam pertandingan yang diselenggarakannya harus menyesuaikan peraturan pertandingan dan peraturan lainnya terhadap peraturan FIQ/WTBA edisi terakhir, selain itu peboling anggota PBI tidak boleh: - Menyatakan dirinya sebagai peboling professional - Bergabung dan/atau menjadi salah satu anggota perkumpulan boling professional. IV. KETETAPAN LIGA (LEAGUE) Setiap perkumpulan boling dibawah naungan PBI Provinsi berkewajiban mengawasi ketetapan liga yang telah disahkan, agar setiap anggota memahami dan mematuhi ketetapan liga yang diikutinya, dengan mematuhi ketetapan tersebut diharapkan anggota perkumpulan dan/atau PBI Provinsi pada saatnya nanti mampu mematuhi dan/atau menyelenggarakan pertandingan yang berskala nasional, bahkan internasional. V. KETETAPAN RANKING ANGGOTA - Semua PBI Provinsi diwajibkan menyusun daftar ranking dari seluruh anggotanya - Daftar ranking disusun menurut prestasi angka rata-rata (average) - Daftar ranking diterbitkan setiap kwartal - Semua PBI Provinsi mengirimkan daftar ranking Provinsinya kepada PBI Pusat. 6

7 VI. KETETAPAN PENGHARGAAN - PBI Pusat/Provinsi akan memberikan penghargaan kepada pemegang rekor 1 game / 1 seri (3 game) tertinggi - PBI Provinsi diharuskan mempunyai rekor angka tertinggi diambil dari anggotanya untuk rekor 1 game dan 1 seri VII. KETETAPAN HUKUMAN Setiap anggota PBI wajib menjaga nama baik dirinya dan nama baik PBI dengan tidak melanggar peraturan FIQ/WTBA dan ketetapan PBI, anggota PBI menyadari bahwa ada Ketetapan hukuman yang mengatur hal tentang pemecatan keanggotaan PBI, sebagaimana yang diatur dalam disiplin Keanggotaan ART Bab V pasal 21 dan Ketetapan Hukuman Bab XVI VIII. PENYERAGAMAN Dengan diseragamkannya peraturan dan ketetapan ini dan berlaku kepada seluruh anggota yang bernaung dibawah PBI, baik di tingkat perkumpulan, daerah, maupun di tingkat pusat, maka peboling akan menikmati rasa nyaman dan terlindungi keanggotaannya di PBI. 7

8 BAB I PERATURAN UMUM PERMAINAN Pasal 101 DEFINISI GAME Permainan sepuluh pin terdiri dari sepuluh kotak besar (frame). Peboling melakukan proses langkah ayun bola dua kali di setiap frame dari sembilan frame pertama, kecuali jika merobohkan sepuluh pin pada lemparan pertama (strike). Pada frame ke sepuluh, peboling melakukan proses langkah-ayun bola sebanyak tiga kali bila strike atau spare. Setiap frame harus diselesaikan oleh peboling sesuai urutannya Pasal 102 CARA MENULIS ANGKA (SCORE) Kecuali strike, setiap pin yang roboh pada proses langkah-ayun bola pertama dicantumkan pada kotak kecil sebelah kiri atas dari kotak besar, dan sisa pin yang dirobohkan pada langkah-ayun bola kedua dicantumkan pada kotak kecil sebelah kanan atas, bila tidak ada satupun pin yang dirobohkan pada langkah-ayun bola kedua pada frame itu, maka scoresheet diberi tanda (-), penghitungan angka pada kedua langkah-ayun di frame tersebut dapat langsung dicatat. Pasal 103 STRIKE x x x 7 2 (8) / F 9 x 7 / 9 - x x Satu strike dicatat ketika seluruh susunan pin dapat dirobohkan pada langkah-ayun bola disetiap frame. Diberi tanda dengan (X) pada kotak kecil di sudut kiri atas dari frame tersebut, perhitungan di setiap frame dimana terjadi strike adalah 10, ditambah jumlah pin yang dirobohkan dari dua langkah-ayun bola berikutnya. Pasal 104 DOUBLE Dua strike berturut-turut disebut double. Perhitungan untuk frame pertama dimana terjadi strike adalah 20 ditambah jumlah pin yang dirobohkan dua langkah-ayun berikutnya. Pasal 105 TRIPLE Tiga strike berturut-turut disebut triple. Perhitungan untuk frame pertama dimana terjadi strike adalah 30. Bermain untuk nilai maksimum 300, peboling harus berhasil 12 strike berturut-turut. Pasal 106 SPARE Sebuah spare dicatat ketika sisa pin dari langkah-ayun pertama dapat dirobohkan pada langkah-ayun kedua frame tersebut. Nilai spare diberi tanda (/) di kotak kecil di sudut kanan atas frame. Perhitungan untuk spare adalah 10, ditambah jumlah pin yang dirobohkan pada langkah-ayun berikutnya. Pasal 107 OPEN FRAME Peboling dinyatakan gagal merobohkan semua pin setelah dua kali langkah-ayun bola di frame tersebut, open frame tidak termasuk dari kategori split. Diberi tanda (-)(-) pada kedua kotak kecil di sudut atas kiri dan kanan. Pasal 108 SPLIT Split adalah sisa susunan pin yang tetap berdiri setelah langkah-ayun bola pertama, menghasilkan pin utama (No. 1) roboh dan: 8

9 1. Paling tidak satu pin roboh diantara dua pin atau tebih yang masih berdiri, Contoh: 7 9 atau Paling tidak satu pin roboh langsung didepan dari dua pin atau lebih yang masih berdiri, contoh: 5 6 CATATAN: Split biasanya ditandai dengan (O). Pasal 109 MODEL BERMAIN Sebuah permainan diwajibkan berlangsung pada dua lintasan (sepasang). Peboling yang bertanding dalam team, trio double, dan perseorangan, harus bermain dengan lawan mainnya dalam aturan satu frame satu lintasan, dan masing-masing bergantian menyelesaikan setiap frame, sehingga akibat perpindahan lintasan tersebut setiap peboling bermain hanya 5 frame per lane Pasal 110 ROBOHNYA PIN YANG SAH Langkah-ayun bola yang sah terjadi ketika bola dilepas oleh peboling melewati garis tilang menuju daerah permainan. Setiap langkah-ayun itu dihitung kecuali terjadi penyataan pelanggaran (dead ball). Langkah-ayun harus terjadi semata-mata dari hasil tangan peboling. Tidak boleh ada alat otomatis yang membantu bola yang bukan bagian dari proses langkah-ayun bola atau bagian bergerak yang melekat di bola selama langkah-ayun. CATATAN: Peboling boleh menggunakan peralatan khusus untuk membantu genggaman jika itu ditaruh di tangan atau pada bagian anggota tubuh yang hilang karena amputasi atau oleh sebab lain. Pin-pin yang dihasilkan oleh peboling dari langkah-ayun yang sah adalah: 1. Setiap pin yang roboh oleh bola atau oleh sentuhan pin yang lain. 2. Setiap pin yang roboh oleh sentuhan pin lain akibat pantulan dari dinding samping atau tabir belakang. 3. Setiap pin yang roboh akibat pantulan dari batang penyapu yang turun dimana batang penyapu belum bekerja menyapu semua pin yang roboh (dead wood). 4. Setiap pin yang cara berdirinya bersandar di dinding samping atau tabir belakang, dianggap sebagai pin yang roboh Semua pin yang roboh ini (dead wood) dan harus disingkirkan sebelum langkah-ayun berikutnya. Pasal 111 ROBOHNYA PIN YANG TIDAK SAH Berlaku untuk langkah-ayun yang dihitung tetapi hasil pin yang roboh tidak dihitung, hal ini disebabkan: 1. Bola meninggalkan lintasan sebelum menyentuh pin. 2. Bolanya memantul dari tabir belakang (rear cushion). 3. Pin memantul setelah bersentuhan dengan badan, tangan atau kaki dari petugas peletak pin. 4. Terdapat pin roboh akibat pekerjaan mesin peletak pin. 5. Adanya pin roboh pada saat pembersihan pin oleh batang penyapu. 6. Adanya pin roboh akibat sentuhan petugas peletak pin. 7. Peboling dinyatakan melakukan pelanggaran (foul). 8. Langkah-ayun bola dilakukan ketika pin roboh (dead wood) masih berada di lintasan atau di got, 9

10 dan bola tersebut bersentuhan dengan dead wood tersebut sebelum meninggalkan lintasan. Jika robohnya pin tidak sah terjadi, dan peboling berhak melakukan langkah-ayun tambahan pada frame tersebut, maka pin-pin yang roboh tersebut harus didirikan kembali sesuai posisi pin sebelum roboh. Pasal 112 LETAK PIN TAK TEPAT Sebelum melakukan langkah-ayun bola pertama (pin full setup) atau langkah-ayun kedua (melakukan spare), adalah kewajiban peboling untuk memeriksa posisi peletakan pin, apakah ketika itu terdapat pin salah posisi. Peboling boleh memaksa untuk melakukan posisi ulang (respotted) bila diketahuinya ada pin salah posisi. Setelah itu, bila bukan karena alasan pin kurang dari 10, semua posisi pin dianggap sudah disetujui oleh peboling dan semua pin hasil langkah-ayun tersebut harus dihitung. Bila pada posisi ulang ternyata mesin peletak pin melakukan perihal salah posisi yang sama, maka peboling tidak boleh merubah posisi pin secara manual (dengan tangan petugas). Pasal 113 PANTULAN PIN Pin yang memantul kemudian berdiri kembali diatas lane, diperhitungkan sebagai pin yang berdiri Pasal 114 DIAKUINYA PIN Tidak ada pin yang diakui, kecuali yang diperhitungkan sebagai pin roboh (dead wood) dari hasil robohnya pin yang sah Pasal 115 PENGGANTIAN PIN Jika terdapat pin rusak selama pertandingan berlangsung, pin tersebut harus segera diganti dengan pin lain yang berat dan kondisinya sedapat mungkin sama dengan yang sedang dipergunakan. Petugas pertandingan yang menentukan apakah pin tersebut harus diganti. Bola dinyatakan batal bila hal-hal berikut terjadi: Pasal 116 BOLA BATAL 1. Setelah langkah-ayun bola pertama (dan sebelum langkah-ayun bola kedua di lintasan tersebut), ternyata segera disadari, bahwa terdapat satu pin atau lebih yang hilang dari pasangan 10 pin. 2. Posisi pin berdiri tergeser petugas peletak pin sebelum bola mengenai pin. 3. Batang penyapu peletak pin membersihkan pin, sebelum semua pin berhenti bergerak. 4. Peboling bermain pada lintasan yang salah atau bukan gilirannya. Atau 1 (satu) peboling dari masingmasing team bermain pada lintasan yang salah 5. Peboling yang secara fisik terganggu oleh peboling lainnya atau penonton atau benda bergerak atau mesin peletakan pin ketika langkah-ayun bola sedang dilakukan dan belum selesai. Pada situasi seperti ini, peboling mendapat hak untuk memilih apakah menerima hasil atau menganggap hal ini sebagai bola batal dan meminta diulang 6. Adanya pin yang roboh ketika peboling sedang melakukan langkah-ayun bola sebelum bola mencapai pin. 7. Bola yang dilemparkan tersebut bersentuhan dengan benda lain. 10

11 Ketika bola batal terjadi, langkah-ayun bola tersebut tidak dihitung. Pin yang masih berdiri ketika bola batal terjadi harus dipasang kembali (re-spotted) dan peboling diperbolehkan mengulang langkah-ayun tersebut. Pasal 117 BERMAIN PADA LINTASAN YANG SALAH Termasuk yang tercatat pada pasal 116 dimana bola dinyatakan batal, maka satu peboling atau lebih diwajibkan bermain ulang pada lintasan yang benar jika: 1. Jika 1 (satu) peboling bermain pada lintasan yang salah (satu) peboling dari tiap team bermain salah giliran di sepasang lintasan tersebut. Jika lebih dari 1 (satu) peboling dari tiap team bermain salah giliran, maka dalam 1 (satu) game tersebut diselesaikan tanpa ada penyesuaian. Setelah itu pada game berikitnya, kembali pada urutan yang sebenarnya. Pasal 118 DEFINISI PELANGGARAN Pelanggaran terjadi bila peboling atau peralatannya melanggar batas atau menyentuh bagian lintasan setelah garis tilang (foul line) ketika atau sesudah langkah-ayun. Bola sedang berjalan, pemain lain sudah berada di daerah ancang-ancang (approach) untuk menyelesaikan langkah-ayunnya. Pasal 119 PELANGGARAN DENGAN SENGAJA Pelanggaran yang dengan sengaja dilakukan oleh peboling untuk memanfaatkan pernyataan pelanggaran, sehingga dapat dipakai untuk keuntungan kelompok lain. Dalam hal ini peboling tidak mendapat angka dan tidak diperkenankan bermain pada frame tersebut. Pasal 120 PELANGGARAN DIHITUNG SETELAH LANGKAH-AYUN Pelanggaran dicatat dan langkah-ayun dihitung, tetapi peboling tidak mendapat angka dari pin yang dirobohkan pada langkah-ayun tersebut. Dalam hal peboling berhak atas langkah-ayun tambahan di frame tersebut, maka pin yang dirobohkan pada saat pelanggaran terjadi harus dipasang kembali. Pasal 121 PELANGGARAN YANG JELAS KELIHATAN Pelanggaran dianggap dilakukan dan dicatat jika alat otomatis pencatat pelanggaran atau wasit pencatat pelanggaran gagal melakukan tugasnya yang mana jelas terlihat oleh: 1. Kedua kapten atau dari masing-masing lawan tanding pada sepasang lintasan. 2. Petugas pencatat angka. 3. Panitia Pertandingan. Pasal 122 NAIK BANDING ATAS PELANGGARAN Naik banding tidak diperbolehkan pada setiap pelanggaran kecuali: 1. Bahwa alat pencatat otomatis salah fungsi atau rusak, dan dibuktikan dalam uji coba alat itu tetap mencatat adanya pelanggaran walaupun tidak melanggar. 2. Ada dukungan dari Saksi yang jumlahnya lebih banyak yang menyatakan peboling tersebut tidak melanggar. 11

12 Pasal 123 BOLA SEMENTARA Bola/frame sementara harus dijalankan terhadap protes yang melibatkan pelanggaran, robohnya pin yang sah, atau bola batal dimana sering terjadi wasit pertandingan tidak dapat mengambil keputusan dengan cepat. 1. Bila perselisihan terjadi pada langkah-ayun bola pertama di frame manapun, atau pada langkah-ayun bola kedua frame ke 10, dimana terjadi strike pada langkah-ayun pertama: a. Jika perselisihan berupa apakah peboling melanggar atau tidak, maka peboling diwajibkan menyelesaikan frame tersebut dan kemudian melaksanakan bola sementara pada susunan pin penuh. b. Jika perselisihan diduga keras melibatkan robohnya pin yang tidak sah, maka peboling diwajibkan menyelesaikan frame tersebut dan kemudian melaksanakan bola sementara pada susunan pin yang ketika perselisihan itu pin tidak jatuh atau masih berdiri. c. Jika perselisihan berupa apakah pernyataan dead ball harus dibuat, maka peboling diwajibkan menyelesaikan frame tersebut dan kemudian melaksanakan bola sementara pada susunan pin penuh. 2. Apabila Bila perselisihan terjadi pada saat mencoba spare, atau pada langkah-ayun ketiga di frame ke 10, maka tidak perlu ada bola sementara dijalankan kecuali perselisihan tersebut menyangkut pernyataan dead ball. Pada kasus seperti itu bola sementara dijalankan pada susunan pin yang sama saat terjadi perselisihan. Pasal 124 MERUBAH PERMUKAAN BOLA BOLING Dilarang merubah kondisi permukaan bola boling di saat pertandingan yang mendapat pengesahan bola (sanctioned). Pertandingan yang dimaksud adalah semua permainan dalam sebuah babak, demikian pula pada saat untuk uji lintasan (practise) sebelum pertandingan hal itu dianggap sebuah babak. Tambahan pula untuk memenuhi peraturan bab II pasal 11 atau bab III pasal 21 tentang pelanggaran, bola boling tersebut akan dikeluarkan dari babak permainan tersebut. Pasal 125 LARANGAN MERUBAH DAERAH ANCANG-ANCANG Peboling dilarang membubuhi benda asing/cairan, yang dapat merubah/merusak/ mengotori daerah ancangancang, sehingga menyebabkan peboling lain terganggu dalam memanfaatkan kondisi normal suatu ancangancang. Larangan ini berlaku untuk zat semacam bedak/ /pumice/resin di tapak sepatu dengan maksud tertentu; dan juga memakai karet sepatu yang lunak yang dapat menghapus atau mengubah keadaan yang normal dari ancang-ancang. Bedak dilarang masuk kedalam area peboling. Pasal 126 KESALAHAN MENGHITUNG ANGKA Angka hilang atau kesalahan mnghitung angka harus diperbaiki olh petugas pertandingan segera begitu disadari terjadinya kesalahan tersebut. Kesalahan yang diragukan harus segera diputuskan oleh petugas yang berwenang. Batas waktu untuk memasukkan protes terhadap kesalahan menghitung angka adalah 1 (satu) jam dari berakhirnya pertandingan (event/block of game) di hari pertandingan tersebut berlangsung, sebelum berlangsungnya upacara penyerahan hadiah atau sebelum putaran berikutnya (untuk babak penyisihan) yang mana yang lebih dahulu. Masing-masing protes harus menurut aturan, harus jelas, sendiri-sendiri, dan tidak boleh ditafsirkan atas dasar cara penyelesaian sebelum pertandingan ini. 12

13 Informasi Tambahan: Sebuah Kejuaraan boleh mempunyai peraturan yang membatasi jumlah reset pin (reracks) bagi peboling pada sebuah pertandingan. Managemen kejuaraan harus membuat ketetapan untuk pelaksanaan dan hukuman, jika ada, untuk setiap pelanggaran. Sebuah kejuaraan boleh mempunyai peraturan yang menangani peboling yang terlambat. Sebuah kejuaraan boleh mempunyai peraturan untuk menghadapi taktik curang peboling. Manajemen kejuaraan harus membuat ketetapan untuk pelaksanaan dan hukuman, jika ada, untuk setiap pelanggaran. 13

14 BAB II PENGESAHAN PERATURAN PERTANDINGAN (SANCTIONED) Pasal 201 KEWAJIBAN PENGESAHAN Setiap pelaksana kejuaraan internasional wajib mengajukan pengesahan. Jika lebih dari 5 federasi atau perseorangan dari luar federasi Tuan Rumah yang diundang, maka pengesahan Zona wajib diberlakukan selain federasi Tuan Rumah menentukan besarnya biaya pengesahan yang akan dikutip. Demikian juga jika lebih dari 5 federasi atau perseorangan dari luar federasi Zona yang diundang, maka pengesahan WTBA wajib diberlakukan selain pengesahan Zona dan Pengesahan federasi Tuan Rumah. Setiap pelaksana kejuaraan yang ditemukan bersalah melanggar ketentuan dari peraturan ini akan diminta pertanggungan jawaban mengapa menyangkal dari pengesahan daerah pada kejuaraan berikutnya. Peboling yang mengikuti kejuaraan yang tidak mendapat pengesahan sebagaimana mestinya, akan ditolak haknya bertanding di kejuaraan yang mendapat pengesahan dari semua daerah. Anggota federasi harus berusaha keras untuk memperkenalkan keberadaan daerah tersebut kepada seluruh panitia kejuaraan yang diselenggarakan oleh bukan anggota dan memperkenalkan bahwa ada peraturan internasional dari WTBA. Pasal 202 PERSETUJUAN PENGESAHAN Untuk mendapat persetujuan, pelaksana kejuaraan harus menjamin bahwa semua peraturan umum pertandingan, semua peraturan pertandingan yang disahkan, dan semua peraturan peralatan menurut WTBA diberlakukan pada pertandingan tersebut, dan memberikan laporan hasil kejuaraan untuk dicatat atau dibuat arsipnya. Pengesahan ini tidak berarti mengakui setiap kejuaraan dari maksud langsung maupun tidak langsung bahwa titel pemenang dicalonkan sebagai juara dunia, juara dunia sepuluh pin, atau juara dunia boling amatir. Anggota federasi tidak boleh mengirim wakilnya dan harus melarang anggotanya untuk mengambil bagian pada kejuaraan yang memakai titel tersebut. Pasal 203 TATA CARA PENGESAHAN Anggota federasi dimana diadakannya kejuaraan tersebut akan mengatur dan bertanggung jawab terhadap semua proses pengajuan permohonan pengesahan dan menetapkan semua peraturan WTBA. Pengajuan permohonan pengesahan harus menyatakan apakah kejuaraan ini terbatas untuk anggota FIQ satu daerah saja, atau terbuka bagi seluruh anggota FIQ dunia, atau juga terbuka bagi anggota peboling dari bukan anggota FIQ yang diundang. Pasal 204 KEABSAHAN Kejuaraan dari WTBA dan yang disahkan terbuka bagi peboling yang disahkan oleh federasi nasionalnya yang mana federasi nasional tersebut adalah anggota yang sah dari FIQ, WTBA dan FIQ Zone: 1. Peboling yang mengikuti kejuaraan yang mendapat pengesahan, tidak dalam menjalani hukuman/skors dari federasi. 2. Peboling dari negara yang bukan anggota dari FIQ masih diperbolehkan mengikuti kejuaraan tidak lebih dari 2 (dua) kali dalam 24 bulan sejak tanggal pertama kali ikut serta, setelah itu federasi penyelenggara harus memberikan tanda keanggotaan FIQ kepadanya untuk keabsahan pertandingan. Hanya pimpinan (presidium) WTBA yang berhak memberikan kesempatan berikutnya kepada bukan anggota dari FIQ. 3. Anggota federasi dengan persetujuan presidium FIQ zone, dapat mengirim peboling mengikuti 14

15 kejuaraan yang bukan anggota FIQ dengan maksud memperkenalkan olah raga sepuluh pin, tetapi terhadap negara yang meniadakan semangat IOC, keikut sertaannya dilarang. Pasal 205 KEWAJIBAN PELAKSANA KEJUARAAN Pelaksana dari kejuaraan internasional yang disahkan oleh WTBA Zone harus: 1. Memeriksa bahwa setiap peboling dari masing-masing anggota FIQ yang mengikuti kejuaraan ini sudah disahkan oleh masing-masing federasi. 2. Membuat arsip laporan hasil kejuaraan yang menunjukkan semua peserta federasi yang ikut kejuaraan tersebut, termasuk yang bukan anggota federasi (bila ada). 3. Kearsipan tersebut setiap saat dapat diminta oleh masing-masing federasi atau WTBA. Pasal 206 PETUGAS PENCATAT ANGKA (SCORE) Setiap kejuaraan memerlukan petugas pencatat hasil pertandingan. Jika petugas pencatat tidak ada sedangkan peboling yang masih bermain tidak mau diadakan penjadwalan ulang pertandingan, maka para peboling yang bertanding diperbolehkan mencatat scorenya masing-masing dibawah arahan pelaksana kejuaraan. Pada suatu permainan yang berakhir dimana perhitungan pin tidak berlanjut, pelaksana kejuaraan mengijinkan masingmasing mencatat scorenya dan score lawannya. Mesin pencatat otomatis yang disahkan oleh WTBA dapat dipakai untuk menggantikan petugas pencatat score yang mana alat tersebut dapat memberikan hasil cetakan untuk diperiksa. Masing-masing kejuaraan harus menyimpan lembaran tertulis atas angka pada masing-masing frame untuk keperluan pemeriksaan. Peboling perseorangan, Pelatih, Kapten team dapat menerima hasil copy dari pertandingan dan dapat diminta menanda tangani sebagai pengakuan terhadap hasil tersebut. Setelah sebuah score dicatat, hasil tersebut tidak dapat dirubah kecuali ada kesalahan pada perhitungan. Kesalahan tersebut harus diperbaiki oleh petugas pencatat segera setelah ditemukan. Kesalahan yang terjadi harus segara diputuskan oleh pelaksana kejuaraan. Pelaksana kejuaraan dapat menentukan peraturan batas waktu perbaikan kesalahan. Frame dalam sebuah game, yang mana terjadi kehilangan score yang tak dapat diperoleh kembali, maka game tersebut diulang kembali dengan persetujuan pelaksana kejuaraan, kecuali tata cara itu dilarang menurut perturan yang berlaku. Pasal 207 PENEMUAN PELANGGARAN Pelaksana kejuaraan diperkenankan menggunakan alat penemu pelanggaran otomatis yang telah disahkan oleh FIQ/WTBA. Jika alat tersebut tidak tersedia, maka wasit pengawas pelanggaran harus ditempatkan pada posisi yang tidak terhalang dalam menjalankan tugasnya. Apabila alat penemu pelanggaran otomatis tersebut rusak atau macet untuk sementara, maka pada saat itu pimpinan pertandingan harus menugaskan wasit pengawas pelanggaran untuk menyatakan bila terjadi pelanggaran di saat darurat tersebut. Pasal 208 PERMAINAN YANG TERGANGGU Pelaksana kejuaraan berhak atas pemindahan permainan dikarenakan rusaknya peralatan suatu lane sehingga dianggap dapat menunda atau menghambat kelancaran pertandingan tersebut. Pasal 209 MEMPERLAMBAT PERMAINAN Kejuaraan yang mendapat pengesahan harus memasukkan peraturan tentang hak dan kewajiban bagi peboling 15

16 ketika ia melangkah ke daerah ancang-ancang untuk melangkah ayunkan bola. Hal itu juga termasuk pernyataan sanksi bila ketentuan tersebut tidak dipatuhi. (tata cara peraturan diatur dalam pasal 19 kejuaraan dunia amatir) Pasal 210 PEMECAHAN ANGKA SAMA Satu game putus sambung (roll-off) dimainkan bila terjadi angka sama untuk satu tempat bagi pemenang, kecuali peraturan kejuaraan dengan jelas menyatakan cara lain (dimainkan frame ke 9 dan ke 10 putus sambung untuk menetapkan pemenang). Pasal 211 SANKSI TERHADAP PELANGGARAN PERATURAN Bila peraturan suatu kejuaraan tidak mengatur sanksi, maka sanksi ditentukan sebagai berikut: 1. Peboling lalai mematuhi peraturan pertandingan akan diperingati oleh pelaksana kejuaraan dengan kartu kuning untuk pelanggaran pertama (tidak ada sanksi) 2. Peboling melakukan pelanggaran kedua pada kejuaraan yang sama, maka peboling dikeluarkan dari kejuaraan tersebut, dan tidak diperkenankan bermain selama 90 hari di semua kejuaraan resmi yang disahkan oleh WTBA/Zone. 3. Bila peboling menerima kartu kuning sebanyak 3 kali dalam waktu 12 bulan, maka peboling tidak diperkenankan bermain selama 90 hari di semua kejuaraan resmi yang disahkan oleh WTBA/Zone. 4. Semua pelanggaran ini harus segera dilaporkan oleh sekretaris kejuaraan kepada sekretaris jenderal WTBA, yang akan diteruskan olehnya kepada seluruh Anggota federasi. Pasal 212 PROTES Protes yang melibatkan keabsahan hasil suatu permainan harus dinyatakan secara tertulis kepada pelaksana kejuaraan yang bertanggung jawab paling lambat 24 jam sejak pelanggaran terjadi atau sebelum hadiah diserahkan, yang mana yang lebih dahulu. Protes yang melibatkan pelanggaran garis tilang atau keabsahan pin jatuh, perwakilan dari pelaksana kejuaraan harus hadir menyaksikan bukti yang diambil sehubungan dengan protes tersebut. Bila tidak ada protes tertulis yang masuk sebelum batas waktu berakhir, maka permainan dianggap sah. Masing-masing peraturan dari semua peraturan ini bersifat istimewa dan berdiri sendiri dan tidak ditafsirkan terhadap pelanggaran yang sama sebelumnya. Pasal 213 TATA CARA BANDING Setiap banding dari suatu keputusan pelaksana kejuaraan, dalam waktu 30 hari harus diteruskan kepada federasi setempat dimana kejuaraan tersebut dilaksanakan. Federasi setempat dalam waktu 30 hari harus memeriksa dan memutuskan banding tersebut. Salinan dari surat keputusan harus dikirim ke si pembanding, ke Presiden Zona, dan ke Presidium WTBA. Banding terhadap keputusan federasi harus diteruskan kepada Komite Eksekutif Zona (executive committee of the zone) dan diputuskan dalam waktu 30 hari. Salinan dari surat keputusan harus dikirim ke si Pembanding, dan ke Presidium WTBA. Banding terhadap keputusan Komite Eksekutif Zona harus diteruskan kepada Presidium WTBA dan diputuskan dalam waktu 30 hari, dan keputusan ini adalah final. Si Pembanding dan Presiden Zona akan menerima pemberitahuan dalam waktu 30 hari. 16

17 BAB III PERATURAN UTAMA KEJUARAAN DUNIA AMATIR Peraturan utama ini berlaku bagi kejuaraan WTBA, akan tetapi Zona dapat mengikuti peraturan yang sama dalam menyelenggarakan kejuaraan di daerahnya masing-masing. Selain peraturan utama ini peraturan tambahan masing-masing berlaku pada Kejuaraan-kejuaraan ini. Federasi tuan rumah dalam menjalankan kejuaraan dibawah pengarahan dari WTBA dan menurut peraturan dan ketetapan yang sudah dikeluarkan. Pasal 301 NAMA RESMI KEJUARAAN WTBA Nama tersebut dibawah ini adalah nama resmi kejuaraan WTBA: - WTBA World Tenpin Bowling Championships - WTBA World Youth Tenpin Bowling Championships - WTBA World Tenpin Team Cup Nama tersebut dibawah ini adalah nama resmi kejuaraan masing-masing Zona: - WTBA American Tenpin Bowling Championships - WTBA Asian Tenpin Bowling Championships -WTBA European Tenpin Bowling Championships Nama resmi ini akan selalu digunakan pada kejuaraan yang dimaksud. Pasal 302 PEMBERLAKUAN TUAN RUMAH PADA KEJUARAAN RESMI 1. Lamaran menjadi tuan rumah kejuaraan resmi akan bertindak atas nama kongres WTBA. Untuk itu lamaran harus sudah diterima oleh sekretaris jenderal WTBA paling lambat 7 bulan sebelum kongres dimulai. Federasi pelamar dianjurkan untuk memberikan pemberitahuan lisan bahwasanya akan melakukan penawaran kepada kongres sebelum keputusan ditetapkan. Pemilihan tuan rumah dari FIQ World Tenpin Bowling Championships untuk tahun berikutnya ditetapkan pada kongres yang diselenggarakan di saat kejuaraan tersebut berlangsung. Pemilihan tuan rumah dari FIQ World Youth Tenpin Bowling Championships dan World Tenpin Team Cup untuk 3 (tiga) tahun berikutnya ditetapkan pada kongres yang diselenggarakan di saat kejuaraan tersebut berlangsung. Hanya anggota federasi yang dapat memasukkan lamaran. Bila ada organisasi lain yang melakukan penawaran harus dibuat perjanjian tertulis antara WTBA dengan Federasi setempat yang menunjuk organisasi tersebut. Pada kejuaraan resmi ini tidak boleh ada kejuaraan lain didalam gedung tersebut yang diselanggarakan secara bersamaan atau diantara jadwal tersebut. 2. Lamaran sekurang-kurangnya harus memberikan informasi sebagai berikut: a. Penunjukkan lokasi (kota, negara, kedaerahan) b. Penunjukkan waktu (paling tidak nama bulan dan tahun) c. Adanya suatu lintasan boling dengan minimum jumlah lane (32, 18, 16 untuk Dewasa, Team, Remaja); kapasitas penonton; fasilitas umum dan ruang rapat; Jaminan terselenggaranya tempat untuk kejuaraan tersebut dari lintasan; Jaminan bahwa kejuaraan berlangsung sesuai dengan spesifikasi WTBA. Demikian juga dengan jaminan bahwa pertandingan diselenggarakan di 1 (satu) lintasan boling. d. Adanya hotel; penjelasan umum tentang layanan terhadap tamu hotel dan ruang rapat hotel; harga kamar hotel; jarak ke lintasan boling dalam waktu mengemudi kendaraan dan jarak kilometer. 17

18 3. Lamaran sekurang-kurang harus memasukkan jaminan keuangan kepada anggota delegasi resmi berupa: a. Mendapat jemputan PP dari Airport. b. Adanya alat transportasi dari hotel ke lintasan boling yang disediakan pelaksana kejuaraan yang sebelumnya diatur menurut jadwal. c. Bebas biaya game pada saat coba lintasan dan selama pertandingan. d. Adanya upacara pembukaan, Pesta selamat datang dan pesta perpisahan. 4. Tuan rumah federasi dapat menentukan jumlah delegasi resmi yang disetujui oleh President WTBA. Akan tetapi, untuk tujuan undangan delegasi resmi paling sedikitnya mengikut sertakan: a. Enam pria dan/atau enam wanita; untuk World Youth TBC: empat pria dan/atau empat wanita b. Satu pelatih untuk peserta pria dan satu pelatih untuk peserta wanita c. Satu petugas administrasi untuk peserta tim pria dan satu petugas administrasi untuk peserta tim wanita d. Adanya rapat yang diagendakan untuk Delegasi FIQ, WTBA, WNBA yang dipilih dan diakui keahliannya untuk membahas kejuaraan ini 5. Lamaran sekurang-kurangnya memasukkan jaminan tertulis terhadap biaya dibawah ini: a. Akomodasi pada hotel yang besar untuk President dan Sekretaris Jenderal dari FIQ dan WTBA b. Akomodasi pada hotel yang cukup besar untuk Delegasi Teknis WTBA dan Anggota Komite Teknis Kejuaraan WTBA. c. Transportasi setiap harinya yang dipakai untuk keperluan kejuaraan tersebut bagi Presiden, Sekretaris Jenderal, Delegasi Teknis WTBA, Anggota Komite Teknis Kejuaraan WTBA, dan (bila ada) Petugas Perawatan Lintasan. d. Upah tetap sebesar US$ 100,- dan penterjemah (bila diperlukan) untuk petugas teknis WTBA. e. Fasilitas pemeriksaan obat terlarang yang memenuhi persyaratan peraturan kontrol doping WTBA untuk Kejuaraan WTBA World Tenpin Bowling dan untuk kejuaraan lainnya bila presidium memandang perlu. f. Adanya Dokter dan jururawat medis yang bertugas. g. Tanda pengenal untuk semua baik anggota peserta maupun yang lain yang ditunjuk oleh sekretaris jenderal, dan bebas keluar masuk arena pertandingan bila memakainya setiap waktu. h. Fasilitas media berupa telephone, facimile dan alat komunikasi lainnya lengkap dengan tanda pengenalnya. i. Akomodasi hotel sebagaimana mestinya untuk petugas (president WTBA; petugas teknis WTBA) yang dibutuhkan sebelum dimulainya kunjungan kejuaraan tersebut. 18

19 6. Pertimbangan keuangan a. Federasi tuan rumah diijinkan untuk mengutip biaya pendaftaran dari masing-masing anggota delegasi untuk diberlakukan menutup biaya Tuan Rumah. Anggota dan Presidium FIQ, WTBA dan WNBA dibebaskan dari biaya ini. Biaya tersebut harus ditentukan dari waktu ke waktu oleh Presidium. Jika seandainya jumlah delegasi melebihi dari yang disebutkan diatas, maka biaya extra akan disetujui antara Federasi Tuan Rumah dan Presiden WTBA. b. Federasi Tuan Rumah akan diijinkan untuk menjual ticket masuk bagi penonton untuk menyaksikan kejuaraan tesebut. Pengesahan dari berbagai macam harga diperoleh dari Presiden WTBA. c. Federasi menjual barang dagangan yang berhubungan dengan kejuaraan tersebut pertujuan harus diperoleh dari Presiden WTBA. d. Hak sponsor untuk kejuaraan ini dan aktifitas yang behubungan dengan kejuaraan ini hanya diperbolehkan dari Presidium WTBA. e. Hak siar televisi untuk sisi manapun dari kejuaraan ini dan aktifitas yang behubungan dengan kejuaraan ini hanya diperbolehkan dari Presidium WTBA. Pasal 303 SERTIFIKASI LINTASAN BOLING Kejuaraan harus diatur dengan peralatan (lintasan, pin, bola) yang memenuhi spesifikasi yang tercantum pada Bab VIII. Jika lintasan dibuat dari kayu, maka lintasan tersebut harus diratakan kembali permukaannya enam bulan sebelum suatu kejuaraan. Akan tetapi bila dianggap perlu maka hal tersebut dapat ditiadakan oleh Presiden WTBA untuk kejuaraan dunia yang resmi demikian juga untuk kejuaraan Zona yang resmi dapat ditiadakan oleh Presiden Zone. Hanya pin baru atau pin yang baru dipakai 300 game yang boleh digunakan. Dua rangkaian (set) pin harus ada didalam masing-masing mesin peletak pin. Segera setelah perataan permukaan tersebut dilakukan, Federasi Tuan Rumah harus membayar ongkos Delegasi Teknis untuk melaksanakan sertifikasi lintasan dan berhubungan dengan manajer kejuaraan dan pemilik lintasan dan memerintahkan mereka segala sesuatunya tentang prosedur meminyaki lintasan yang harus dilakukan. Kejuaraan ini harus mencapai rasa adil dan wajar dalam perolehan angka yang berlaku bagi peboling ketika bermain dengan konsisten dan akurat. Persetujuan prosedur meminyaki lintasan harus segera dikirim ke seluruh anggota federasi. Delegasi Teknis harus juga menjumpai Komite Organisasi (panitia penyelenggara) untuk memeriksa rincian kegiatan panitia penyelenggara kejuaraan. Delegasi teknis itu segera menyimpan laporannya kepada Presiden WTBA. Lintasan harus dalam kondisi bersih dan diminyaki sebelum dimulainya setiap babak pertandingan. Lintasan harus dalam kondisi bersih dan diminyaki sebelum dimulainya pertandingan akhir master wanita kejuaraan tersebut. Tidak ada meminyaki lintasan tambahan dilakukan sebelum dimulainya pertandingan akhir master Pria. Grafik harus diambil dalam sehari sebelum permainan dilaksanakan dan disediakan waktu pemeriksaan bila diperlukan. Delegasi teknis WTBA berwenang dalam mengeluarkan rincian perintah tugas untuk membantu kejuaraan tersebut dan Komite Teknis dalam menjalankan tugasnya. Pasal 304 BULETIN INFORMASI DAN PROMOSI Tidak kurang dari satu tahun sebelum batas akhir dari pembayaran partisipasi, Federasi Tuan Rumah harus menyebarkan kesemua anggota federasi WTBA, dokumentasi dan informasi yang dibutuhkan para anggota 19

20 yang ingin berpartisipasi. Isi hal tersebut harus terlebih dahulu disetujui oleh Presiden WTBA, dan paling tidak menjelaskan: a. Setiap federasi yang tidak memasukkan dokumen yang harus diisi atau tidak membayar biaya pendaftaran, tidak diperkenankan berpartisipasi. b. Setiap federasi yang berpartisipasi akan bertanggung jawab untuk memberikan tiga buah bendera untuk upacara (1 meterx 2 meter) dan satu kaset rekaman lagu kebangsaan. Federasi Tuan Rumah juga harus mengirim paling tidak satu promosi tambahan untuk kejuaraan tersebut dan di kirim ke seluruh anggota federasi. Pasal 305 PARTISIPASI PROSEDUR DAN BIAYA UNTUK KEJUARAAN 1. Federasi harus mengirimkan dokumen pernyataan berpartisipasi kepada federasi tuan rumah tiga bulan sebelum kejuaraan tersebut dibuka. Dokumen ini harus disertai biaya penuh atas pendaftaran untuk kejuaraan tersebut yang dikeluarkan oleh WTBA dari waktu ke waktu. Tidak ada pengembalian uang peserta. 2. Federasi harus membuat sertifikasi keabsahan peserta sebagaimana tercantum pada pasal 306 dan Agar supaya peserta federasi sah dalam mengikuti kejuaraan dunia ini, maka federasi itu sendiri harus sudah membayar iuran FIQ, WTBA, Zone. Federasi Tuan Rumah harus mengingatkan daftar peserta kejuaraan kepada Sekretaris jenderal secara mingguan, dengan demikian ia dapat memeriksa dan memonitor status keanggotaan. Pasal 306 KEABSAHAN 1. Hanya warga negara dari anggota federasi yang dapat disahkan untuk mengikuti kejuaraan dunia ini (dengan pengecualian dibawah ini) dan harus disertifikasi untuk bertanding oleh federasi masingmasing dan federasi itu sudah membayar iuran keanggotaan FIQ daerahnya. Jika peserta mewakili negara di dunia atau kejuaraan daerah atau olimpiade atau kejuaraan tingkat dunia lainnya, maka peserta tersebut tidak boleh mewakili negara lain atau daerah lain kecuali: a. Dimana negara peserta sudah tergabung dengan negara lain. b. Jika peserta mewakili suatu negara, itu dilakukan karena negara dimana ia menjadi anggota federasi tidak menjadi anggota FIQ. c. Dimana peserta telah diterima kewarganegaraannya oleh negara lain dan paling tidak telah lewat masa tiga tahun dari tanggal permohonan untuk menjadi warga negara tersebut. d. Setelah satu tahun dari tanggal ia terakhir mewakili negara tersebut, peserta dapat pindah mewakili negara lain hanya bila disetujui oleh kedua federasi yang bersangkutan dan disetujui oleh masing-masing zona dan ijin dari FIQ. e. Dalam hal peserta wanita, bila ia merubah kewarganegaraannya karena menikah, ia dapat mewakili negara suaminya. 2. Penduduk dari koloni atau dominion yang ingin mewakili negara asalnya: Penduduk yang lahir di koloni atau dominion dapat mewakili negara asalnya jika federasi boling nasional dari koloni atau dominion tersebut (jika ada) tidak menjadi anggota dari FIQ. Penduduk dari koloni, dominion atau negara ibu dapat bertukar tempat asalkan: a. Mereka telah tinggal paling tidak tiga tahun ditempat dimana ia akan mewakili, dihitung sejak tanggal terakhir ia mewakili koloni, dominion atau negara ibu sebelumnya. b. Mereka telah tinggal paling tidak satu tahun ditempat dimana ia akan mewakili, dihitung sejak tanggal terakhir ia mewakili suatu koloni, dominion atau negara ibu sebelumnya asalkan dalam hal ini: 1. Bahwa menurut hukum tidak mungkin baginya untuk mendapatkan warga negara di koloni, dominion yang akan diwakilinya. 2. Perjanjian antara kedua federasi boling yang bersangkutan dan pengesahan dari zona dan ijin dari FIQ telah diberikan. 20

21 3. Seseorang yang lahir di suatu negara yang berbeda dengan negara yang mana orang tuanya mempunyai tanda kependudukan negara tersebut, maka ia dapat bermain atas nama negara yang dimiliki orang tuanya asalkan: a. Ia mendapat tanda kependudukan atau tanda warga negara dari negara orang tuanya, dan b. Belum pernah mewakili negara tempat kelahirannya. 4. Setiap individu yang memperkenalkan dirinya sebagai peboling bayaran (professional) atau ia adalah anggota dari organisasi boling bayaran, maka ia tidak dapat dipilih untuk semua kejuaraan resmi dunia, zona, olimpiade, dan semua kejuaraan setingkat dunia atau kedaerahan. Pasal 307 PENERIMAAN KEMBALI (REINSTATEMENT) 1. Setiap individu yang masih menjadi peboling bayaran atau ia adalah anggota dari organisasi boling bayaran lebih dari satu kali dan lebih dari satu tahun dapat memenuhi syarat kembali bermain di kejuaraan WTBA dengan menunjukkan ia telah tunduk terhadap keperluan keabsahan sebagaimana tercantum pada pasal paling tidak tiga tahun. 2. Setiap individu yang sudah tidak menjadi peboling bayaran atau ia adalah anggota dari organisasi boling bayaran lebih dari satu kali dan lebih dari satu tahun dapat memenuhi syarat kembali bermain di kejuaraan WTBA dengan menunjukkan ia telah tunduk terhadap keperluan keabsahan sebagaimana tercantum pada pasal paling tidak satu tahun. Catatan: Tiga tahun atau satu tahun harus dihitung dari tanggal 1 Januari dari kejuaraan yang dibicarakan. Pasal 308 PROSEDUR BOLA BOLING Sebelum memulai suatu pertandingan semua bola boling harus diperiksa keabsahannya menurut Bab VIII dari spesifikasi bola boling tentang berat, keseimbangan, lubang, dan kekerasan permukaan. Jika bola boling dikeluarkan dari tempat pertandingan, maka bola tersebut harus diperiksa kembali sebelum dimainkan pada pertandingan berikutnya. Bola baru keluaran pabrik yang disahkan oleh badan yang berwenang tetapi kurang dari dua bulan pada hari pertama uji coba resmi terhadap lintasan sebelum kejuaraan tersebut dimulai, tidak boleh dipergunakan pada kejuaraan tersebut. Daftar bola yang sudah disahkan oleh ABC/WIBC testing facility akan diterbitkan di website Pasal 309 MANAJEMEN KEJUARAAN 1. Manajer Kejuaraan Federasi Tuan Rumah harus memilih seorang Manajer untuk kejuaraan. Ia dan orang yang dipilihnya ini akan mengatur langsung kejuaraan tersebut. Hal ini juga termasuk kewajiban terhadap keberadaan Komite Teknis, Wasit, sesuai dengan peraturan permainan WTBA. 2. Komite Teknis Kejuaraan Komite Teknis dari kejuaraan Dunia harus terdiri dari: a. Manajer Kejuaraan b. Delegasi Teknis c. Anggota Komite Teknis Kejuaraan Manajer Kejuaraan boleh dipilih dari pihak Tuan Rumah Delegasi Teknis boleh dipilih dari sesama zona Tuan Rumah tetapi bukan berasal dari pihak Tuan Rumah. Anggota Komite Teknis Kejuaraan harus dipilih dari zona lain diluar dari zona Tuan Rumah. Para anggota dari Komite Teknis Kejuaraan, diluar Manajer Kejuaraan, ditunjuk oleh Presiden WTBA untuk dipakai pada Kejuaraan Dunia dan oleh Presiden Zona bagi Kejuaraan Zona. 21

22 Delegasi Teknis dan Anggota Komite Teknis Kejuaraan harus ditunjuk oleh Presiden sekurangkurangnya 6 bulan sebelum dimulainya kejuaraan tersebut. Untuk Kejuaraan Zona, Komite Teknis harus terdiri dari: a. Manajer Kejuaraan b. Delegasi Teknis c. Anggota Komite Teknis Masing-masing dari negara lain. Komite Teknis Kejuaraan harus menasehati dan berembuk dengan Komite Teknis Kejuaraan Tuan Rumah sehubungan dengan prosedur meminyaki lintasan secara teknis yang sudah diatur oleh Delegasi Teknis setiap harinya selama kejuaraan berlangsung. Bila terjadi pertentangan antara Penyelenggara Kejuaraan dengan Komite Teknis, keputusan dari Komite Teknis Kejuaraan adalah sah. Komite Teknis Kejuaraan harus menangani perselisihan yang tidak dapat diselesaikan oleh wasit yang bertugas pada hari itu. Komite Teknis Kejuaraan harus mengikuti prosedur meminyaki lintasan yang ditentukan oleh Delegasi Teknis dan memastikan bahwa prosedur yang sama dilakukan selanjutnya setiap hari. Jika menurut pendapat Delegasi Teknis perlu untuk merubah prosedur meminyaki laintaan, maka Komite Teknis harus mengabulkannya dan pengumuman resmi harus diberikan kepada semua federasi yang mengikuti kejuaraan tersebut. 3. Pengawas Lintasan Harian Para Pengawas Lintasan Harian ditunjuk didalam pertemuan sebelum kejuaraan dan bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya pelanggaran terhadap peraturan Permainan Bab I WTBA yang berlaku dan Bab III Peraturan Kejuaraan Dunia sampai dengan Bab VI Piala Tim Dunia yang mana yang harus berlaku di Kejuaraan tersebut yang harus diketahui oleh peserta. Pada kapasitasnya seorang Pengawas Lintasan Harian harus berkeliling di belakang peboling yang sedang bermain, dan memperhatikan semua keadaan apakah peserta bertanding sesuai dengan peraturan yang ada. 4. Dewan Juri Banding (Jury of Appeal) Tiga orang anggota Dewan Juri Banding ditunjuk oleh Presiden dari perwakilan dimana kejuaraan itu berlangsung Presiden WTBA menunjuk Dewan Juri Banding untuk Kejuaraan Dunia dan ketiga orang yang duduk dalam jabatan tersebut didapat dari 3 Zona. Presiden Zona menunjuk Dewan Juri Banding untuk Kejuaraan Zona dan ketiga orang yang duduk dalam jabatan tersebut didapat dari 3 Federasi. Pasal 310 PERTEMUAN SEBELUM KEJUARAAN Sebelum dimulainya Kejuaraan, sebuah pertemuan diselenggarakan untuk memberikan semua informasi tentang Kejuaraan tersebut dan kegiatan yang berhubungan dengan itu, menjawab semua pertanyaan perserta maka Delegasi Teknis dan Manajer Kejuaraan harus hadir dalam pertemuan tersebut yang mana akan dipimpin oleh Presiden WTBA untuk Kejuaraan Dunia Resmi dan Presiden Zona untuk Kejuaraan Zona. Presiden WTBA atau Zona dapat mencalonkan perwakilan untuk memimpin pertemuan tersebut. Hanya Manajer Tim dan Pelatih yang dapat menghadiri pertemuan tersebut. Pertemuan tersebut tidak dijadwalkan pada saat uji coba lintasan resmi dan pada pertemuan tersebut disediakan pelayanan penterjemah. Pasal 311 UPACARA-UPACARA 1. Upacara Pembukaan Upacara Pembukaan harus paling tidak memasukkan pawai peboling dengan bendera dan pidato dari perwakilan federasi Tuan Rumah, WTBA dan FIQ. Agenda acara harus disejutui oleh Presiden WTBA. 22

PERSATUAN BOLING INDONESIA (PBI) PERATURAN-PERATURAN PERMAINAN / PERTANDINGAN /PERALATAN / LEAGUE / RANGKING ANGGOTA / PENGHARGAAN/ HUKUMAN

PERSATUAN BOLING INDONESIA (PBI) PERATURAN-PERATURAN PERMAINAN / PERTANDINGAN /PERALATAN / LEAGUE / RANGKING ANGGOTA / PENGHARGAAN/ HUKUMAN PERSATUAN BOLING INDONESIA (PBI) PERATURAN-PERATURAN PERMAINAN / PERTANDINGAN /PERALATAN / LEAGUE / RANGKING ANGGOTA / PENGHARGAAN/ HUKUMAN TAHUN 2007 PENDAHULUAN Semua peraturan dan ketetapan ini dari

Lebih terperinci

HARI PAHLAWAN FUN GAMES 9 PIN NOTAP 13 NOVEMBER 2016 KETENTUAN UMUM FORMAT PERTANDINGAN

HARI PAHLAWAN FUN GAMES 9 PIN NOTAP 13 NOVEMBER 2016 KETENTUAN UMUM FORMAT PERTANDINGAN KETENTUAN UMUM 1. MAKSUD DAN TUJUAN Kejuaraan ini diselenggarakan oleh Perkumpulan Boling PBJ dalam rangka memperingati Hari Pahlawan; yang diharapkan dapat menggelorakan kembali semangat kepahlawanan

Lebih terperinci

ELBOW RAMADHAN FUN GAME 9 PIN NOTAP BERHANDICAP JABC, FINAL 18 Juni 2017 JAM WIB

ELBOW RAMADHAN FUN GAME 9 PIN NOTAP BERHANDICAP JABC, FINAL 18 Juni 2017 JAM WIB A. KETENTUAN UMUM 1. MAKSUD DAN TUJUAN Kejuaraan FUN BOWLING 9 PIN NOTAP ini diselenggarakan oleh ELECTRIC BOWLING (ELBOW) CLUB bertujuan untuk menjadi ajang asah prestasi antar anggota PBI Jaya 2. PENGESAHAN

Lebih terperinci

RAMADHAN BOWLING FUN GAME 2018

RAMADHAN BOWLING FUN GAME 2018 FUN GAME 2018 KETENTUAN UMUM 1. MAKSUD DAN TUJUAN Pertandingan ini adalah Fun Games, diselenggarakan oleh Jaya Ancol Bowling Center dengan tujuan untuk menjadi ajang olahraga rekreasi antar anggota PBI

Lebih terperinci

PIALA AGUM GUMELAR 2017 JAYA ANCOL BOWLING CENTER, 23 NOVEMBER - 17 DESEMBER 2017

PIALA AGUM GUMELAR 2017 JAYA ANCOL BOWLING CENTER, 23 NOVEMBER - 17 DESEMBER 2017 A. KETENTUAN UMUM 1. MAKSUD DAN TUJUAN 1.1. Kejuaraan ini diselenggarakan dalam rangka kegiatan tahunan Jaya Ancol Bowling Center, dan merupakan salah satu agenda Kejuaraan Bowling Tingkat Nasional dalam

Lebih terperinci

Ketentuan Pertandingan.

Ketentuan Pertandingan. Ketentuan Pertandingan. CIHUUY SUPER CHALLENGE 2018 JABC, 18 Jan 4 FEB 2018 KETENTUAN UMUM 1. MAKSUD DAN TUJUAN Pertandingan ini adalah Fun Games SENIOR-40 Pria & Wanita dan Fun Games Grade B C Pria &

Lebih terperinci

PANJAT TEBING OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014 I. PERSYARATAN PESERTA UNTUK MASING-MASING FAKULTAS

PANJAT TEBING OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014 I. PERSYARATAN PESERTA UNTUK MASING-MASING FAKULTAS PANJAT TEBING OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014 I. PERSYARATAN PESERTA UNTUK MASING-MASING FAKULTAS a. Setiap fakultas dapat mengirimkan maksimal 3 orang putra perwakilannya. b. Setiap Peserta mengirimkan Pas Foto

Lebih terperinci

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960 PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa perlu diadakan Peraturan

Lebih terperinci

Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut:

Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut: Regulasi Status dan Transfer Pemain Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia("PSSI") Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut: 1) Asosiasi terdahulu: asosiasi

Lebih terperinci

PERATURAN KHUSUS CABANG FUTSAL PUTRI IMSSO LIGA MEDIKA 2017

PERATURAN KHUSUS CABANG FUTSAL PUTRI IMSSO LIGA MEDIKA 2017 PERATURAN KHUSUS CABANG FUTSAL PUTRI IMSSO LIGA MEDIKA 2017 BAB I PESERTA PERTANDINGAN 1. Kompetisi futsal putri IMSSO Liga Medika 2017 dibuka untuk mahasiswi program studi pendidikan dokter dan pendidikan

Lebih terperinci

4.0 PENDAFTARAN PEMAIN / PEMBENTUKAN PASUKAN Sila rujuk Perkara 4.0 dan perkara 5.0 Peraturan Am

4.0 PENDAFTARAN PEMAIN / PEMBENTUKAN PASUKAN Sila rujuk Perkara 4.0 dan perkara 5.0 Peraturan Am TENPIN BOLING 1.0 PERATURAN PERTANDINGAN Mengikut Undang-Undang dan Peraturan Am KARiSMA yang dikuatkuasakan sepanjang kejohanan ini. 2.0 UNDANG-UNDANG PERMAINAN 2.1 Selain daripada peraturan-peraturan

Lebih terperinci

PANDUAN KEGIATAN LIGA SEPAKBOLA REMAJA SINODE GMIM TAHUN 2016 DI WILAYAH TONDANO DUA

PANDUAN KEGIATAN LIGA SEPAKBOLA REMAJA SINODE GMIM TAHUN 2016 DI WILAYAH TONDANO DUA PANDUAN KEGIATAN LIGA SEPAKBOLA REMAJA SINODE GMIM TAHUN 2016 DI WILAYAH TONDANO DUA I. PELAKSANAAN KEGIATAN Technical Meeting Tanggal : 21 September 2016 Pukul Tempat : 14.00 Wita s/d selesai : Rumah

Lebih terperinci

1. MAKSUD. dalam. di Indonesia. Pusat. 3. PESERTA 4. AVERAGEE. GRADE C 160 & kebawah DIVISI. OPEN tidak terbatas PRIA WANITA.

1. MAKSUD. dalam. di Indonesia. Pusat. 3. PESERTA 4. AVERAGEE. GRADE C 160 & kebawah DIVISI. OPEN tidak terbatas PRIA WANITA. A. KETENTUAN UMUM 1. MAKSUD DAN TUJUAN 1.1. Kejuaraan ini diselenggarakan untuk ke sebelas kalinya berturut turut sejak tahun 2005 dalam rangka kegiatan tahunan Spirit Bowling Club. 1.2. Kejuaraan ini

Lebih terperinci

PERATURAN KOMPETISI PERADILAN SEMU TINGKAT NASIONAL PIALA MUTIARA DJOKOSOETONO VII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN KOMPETISI PERADILAN SEMU TINGKAT NASIONAL PIALA MUTIARA DJOKOSOETONO VII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM PERATURAN KOMPETISI PERADILAN SEMU TINGKAT NASIONAL PIALA MUTIARA DJOKOSOETONO VII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : (1) Kompetisi

Lebih terperinci

PERATURAN PERTANDINGAN SUKAN TENPIN BOLING

PERATURAN PERTANDINGAN SUKAN TENPIN BOLING PERATURAN PERTANDINGAN SUKAN TENPIN BOLING 1. AM 1.1 Selain daripada peraturan-peraturan yang terkandung di dalam Peraturan AM, pertandingan ini akan dijalankan mengikut Peraturan Pertandingan Kongres

Lebih terperinci

PEMBERITAHUAN PENTING, SYARAT DAN KETENTUAN, DAN PERATURAN LOMBA

PEMBERITAHUAN PENTING, SYARAT DAN KETENTUAN, DAN PERATURAN LOMBA PEMBERITAHUAN PENTING, SYARAT DAN KETENTUAN, DAN PERATURAN LOMBA PEMBERITAHUAN PENTING Peserta wajib membaca Pemberitahuan Penting, Syarat dan Ketentuan dan Peraturan Lomba secara seksama sebelum mengikuti

Lebih terperinci

PERATURAN PERTANDINGAN TENPIN BOLING

PERATURAN PERTANDINGAN TENPIN BOLING PERATURAN PERTANDINGAN TENPIN BOLING 1. PERATURAN TEKNIKAL 1.1 UNDANG-UNDANG PERMAINAN 1.1.1 Selain daripada peraturan-peraturan yang terkandung, maka pertandingan ini akan dijalankan mengikut Peraturan

Lebih terperinci

6 TH INDONESIA ELITE AMATEUR CHAMPIONSHIP INFORMASI PERTANDINGAN

6 TH INDONESIA ELITE AMATEUR CHAMPIONSHIP INFORMASI PERTANDINGAN 1. Pelaksana Pertandingan 6 th Indonesia Elite Amateur Championship akan dilaksanakan oleh sebuah Panitia yang telah ditunjuk oleh PB PGI untuk melaksanakan pertandingan tersebut dan selanjutnya akan disebut

Lebih terperinci

PERATURAN DAN KETENTUAN PERTANDINGAN CABOR FUTSAL

PERATURAN DAN KETENTUAN PERTANDINGAN CABOR FUTSAL 6 PERATURAN DAN KETENTUAN PERTANDINGAN CABOR FUTSAL A. UMUM 1. Pelaksanaan Pertandingan Tanggal : 14 20 November 2015 Tempat : Lapangan Fair Play Seutui, Banda Aceh 2. Technical Meeting Umum Tanggal :

Lebih terperinci

Jaya Ancol Bowling Center, 28 November 13 Desember 2015

Jaya Ancol Bowling Center, 28 November 13 Desember 2015 KETENTUAN UMUM 1. MAKSUD DAN TUJUAN Kejuaraan ini diselenggarakan dalam rangka kegiatan tahunan Jaya Ancol Bowling Center; yang mana merupakan salah-satu agenda kejuaraan bowling tingkat nasional dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN TENPIN BOWLING MAJLIS SUKAN KOLEJ KOMUNITI MALAYSIA (MASKOM) KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA

UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN TENPIN BOWLING MAJLIS SUKAN KOLEJ KOMUNITI MALAYSIA (MASKOM) KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN TENPIN BOWLING MAJLIS SUKAN KOLEJ KOMUNITI MALAYSIA (MASKOM) KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA 1. PERATURAN AM PERTANDINGAN Mengikut Peraturan Am Kejohanan Sukan MASKOM yang dikuatkuasakan

Lebih terperinci

PERATURAN PERMAINAN TENPIN BOLING KARNIVAL SUKAN STAF UNIVERSITI TEKNOLOGI MARA ( KARiSTA UiTM )

PERATURAN PERMAINAN TENPIN BOLING KARNIVAL SUKAN STAF UNIVERSITI TEKNOLOGI MARA ( KARiSTA UiTM ) PERATURAN PERMAINAN TENPIN BOLING KARNIVAL SUKAN STAF UNIVERSITI TEKNOLOGI MARA ( KARiSTA UiTM ) 1.0 PERATURAN PERTANDINGAN 1.1 Selain daripada peraturan-peraturan yang terkandung, maka pertandingan ini

Lebih terperinci

1.1.4 Sekiranya timbul perselisihan dari segi pentafsirannya, Undang Undang Dalam Bahasa Inggeris yang terkini akan dipatuhi.

1.1.4 Sekiranya timbul perselisihan dari segi pentafsirannya, Undang Undang Dalam Bahasa Inggeris yang terkini akan dipatuhi. PERATURAN PERTANDINGAN TENPIN BOLING 1. PERATURAN TEKNIKAL 1.1 UNDANG-UNDANG PERMAINAN 1.1.1 Selain daripada peraturan-peraturan yang terkandung, maka pertandingan ini akan dijalankan mengikut Peraturan

Lebih terperinci

TURNAMEN BADMINTON MAASTRICHT-MIRIAM HABIBIE CUP 2013

TURNAMEN BADMINTON MAASTRICHT-MIRIAM HABIBIE CUP 2013 TURNAMEN BADMINTON MAASTRICHT-MIRIAM HABIBIE CUP 2013 KETENTUAN TURNAMEN Ketentuan umum Dalam Ketentuan Turnamen ini yang dimaksud dengan: 1. Turnamen adalah pertandingan bulutangkis beregu Maastricht-Miriam

Lebih terperinci

LIGA MEDIKA 2018 PERATURAN KHUSUS

LIGA MEDIKA 2018 PERATURAN KHUSUS LIGA MEDIKA 2018 PERATURAN KHUSUS BADMINTON LIGA MEDIKA 2018 PERATURAN KHUSUS CABANG BADMINTON LIGA MEDIKA 2018 BAB I PESERTA PERTANDINGAN 1. Peserta Bulutangkis IMSSO Liga Medika 2018 adalah sebuah kontingen

Lebih terperinci

1 st INDONESIA ELITE AMATEUR CHAMPIONSHIP INFORMASI PERTANDINGAN

1 st INDONESIA ELITE AMATEUR CHAMPIONSHIP INFORMASI PERTANDINGAN 1. Pelaksana Pertandingan 1 st Indonesia Elite Amateur Championship akan dilaksanakan oleh sebuah Panitia yang telah ditunjuk oleh PB PGI Bidang Pertandingan untuk melaksanakan pertandingan tersebut dan

Lebih terperinci

PERATURAN KHUSUS CABANG BULUTANGKIS IMSSO LIGA MEDIKA 2017

PERATURAN KHUSUS CABANG BULUTANGKIS IMSSO LIGA MEDIKA 2017 PERATURAN KHUSUS CABANG BULUTANGKIS IMSSO LIGA MEDIKA 2017 BAB I PESERTA PERTANDINGAN 1. Peserta bulutangkis Liga Medika 2017 adalah sebuah tim yang terdiri atas mahasiswa/i strata 1 Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

PERATURAN PERTANDINGAN PEKAN OLAHRAGA ILMU KEPERAWATAN (POKERAN) REGIONAL SEMARANG SALATIGA - KENDAL PSIK-FK UNDIP 2012

PERATURAN PERTANDINGAN PEKAN OLAHRAGA ILMU KEPERAWATAN (POKERAN) REGIONAL SEMARANG SALATIGA - KENDAL PSIK-FK UNDIP 2012 PERATURAN PERTANDINGAN PEKAN OLAHRAGA ILMU KEPERAWATAN (POKERAN) REGIONAL SEMARANG SALATIGA - KENDAL PSIK-FK UNDIP 2012 1. FUTSAL PUTRA A. Peraturan Umum a. Kuota tim dalam pertandingan futsal adalah 18

Lebih terperinci

REGULASI PELAKSANAAN LIGA PEMBINAAN MURNI TAHUN 2017

REGULASI PELAKSANAAN LIGA PEMBINAAN MURNI TAHUN 2017 REGULASI PELAKSANAAN LIGA PEMBINAAN MURNI TAHUN 2017 PASAL I KELOMPOK USIA YANG DIPERTANDINGKAN 1. U 11, diperuntukan bagi pemain kelahiran maksimal tahun 2006 2. U 12, diperuntukan bagi pemain kelahiran

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI)

ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI) Peningkatan. dan Pemantapan Solidaritas Mahasiswa Kesehatan Indonesia ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI) BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota Anggota JMKI adalah lembaga eksekutif

Lebih terperinci

KEJUARAAN BOLING TINGKAT NASIONAL JAKARTA 8-30 JULI 2017

KEJUARAAN BOLING TINGKAT NASIONAL JAKARTA 8-30 JULI 2017 A. KETENTUAN UMUM 1. MAKSUD DAN TUJUAN 1.1. Kejuaraan Tingkat Nasional Piala Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017 diselenggarakan oleh YAYASAN REPUBLIK ALUMNI BULUNGAN bekerjasama dengan Pengurus Provinsi PBI

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PERTANDINGAN AAJI SPORTAINMENT 2018

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PERTANDINGAN AAJI SPORTAINMENT 2018 PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PERTANDINGAN AAJI SPORTAINMENT 2018 A. PESERTA Peserta yang mengikuti AAJI SPORTAINMENT 2018 terdiri dari Pemain dan Manajer/Official Tim, sebagai berikut: 1. Pemain adalah para

Lebih terperinci

2 ND INDONESIA ELITE AMATEUR CHAMPIONSHIP INFORMASI PERTANDINGAN

2 ND INDONESIA ELITE AMATEUR CHAMPIONSHIP INFORMASI PERTANDINGAN 2 ND INDONESIA ELITE AMATEUR CHAMPIONSHIP 1. Pelaksana Pertandingan 2 nd Indonesia Elite Amateur Championship akan dilaksanakan oleh sebuah Panitia yang telah ditunjuk oleh PB PGI untuk melaksanakan pertandingan

Lebih terperinci

INDONESIAN JUNIOR GOLF

INDONESIAN JUNIOR GOLF KETENTUAN PERTANDINGAN 1. PERATURAN GOLF Turnamen Fun Game ini akan dimainkan mengacu kepada Peraturan Golf yang diberlakukan oleh the R & A Rules Limited yang terkini, Ketentuan Kompetisi, Lampiran serta

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII Hasil Keputusan Rapat Kerja Nasional Pra Kongres di Jakarta tanggal 25-26 Oktober 2013 BAB I STATUS PERKUMPULAN Pasal 1 IKATAN PEJABAT

Lebih terperinci

Peraturan Sukan Tenpin Bowling Alumtek K.L

Peraturan Sukan Tenpin Bowling Alumtek K.L Peraturan Sukan Tenpin Bowling Alumtek K.L 1. PERATURAN AM 1.1 Pertandingan ini akan dijalankan mengikut Peraturan Kongres Tenpin Bowling Malaysia (MTBC). 1.2 Semua keputusan yang dibuat oleh Jawatankuasa

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan. ATMI Run 2017

Syarat dan Ketentuan. ATMI Run 2017 Syarat dan Ketentuan ATMI Run 2017 1. INDIVIDU memastikan dan menyatakan kebenaran segala informasi yang diberikan pada saat melakukan pendaftaran. Penyelenggara ATMI FESTIVAL 2017 memiliki hak untuk mewajibkan

Lebih terperinci

BASKET OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014

BASKET OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014 BASKET OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014 I. NOMOR PERTANDINGAN 1. Putra 2. Putri II. PERSYARATAN PESERTA UNTUK MASING-MASING FAKULTAS 1. Tiap Fakultas mengirimkan 2 Tim, yaitu Tim putra dan Tim Putri. 2. Tiap tim

Lebih terperinci

Peraturan & Tata Cara Penyelenggaraan Final Regional Summoners War World Arena. "SWC") akan diselenggarakan sesuai peraturan yang berlaku berikut ini.

Peraturan & Tata Cara Penyelenggaraan Final Regional Summoners War World Arena. SWC) akan diselenggarakan sesuai peraturan yang berlaku berikut ini. Peraturan & Tata Cara Penyelenggaraan Final Regional Summoners War World Arena Championship 1. Ringkasan Turnamen dan Definisi Penyelenggara 1.1. Final regional Summoners War World Arena Championship (selanjutnya

Lebih terperinci

PERATURAN PERTANDINGAN TURNAMEN FUTSAL GPKN CUP

PERATURAN PERTANDINGAN TURNAMEN FUTSAL GPKN CUP PERATURAN PERTANDINGAN TURNAMEN FUTSAL GPKN CUP A. PERATURAN RESMI BERMAIN 1. Permainan dilakukan dengan 5 orang dilapangan untuk tiap tim (termasuk penjaga gawang) dan sisanya berada di bench. 2. Kedua

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1960 TENTANG PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1960 TENTANG PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1960 TENTANG PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa perlu diadakan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PONDOKAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PONDOKAN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

INFORMASI PERTANDINGAN

INFORMASI PERTANDINGAN 7 th INDONESIA ELITE AMATEUR CHAMPIONSHIP INFORMASI PERTANDINGAN 1. Pelaksana Pertandingan 7 th Indonesia Elite Amateur Championship akan dilaksanakan oleh sebuah Panitia yang telah ditunjuk oleh PB PGI

Lebih terperinci

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 33 TAHUN 1999 (33/1999) Tanggal: 19 MEI 1999 (JAKARTA) Tentang: PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

INFORMASI PERTANDINGAN

INFORMASI PERTANDINGAN 4 th INDONESIA ELITE AMATEUR CHAMPIONSHIP INFORMASI PERTANDINGAN 1. Pelaksana Pertandingan 4 th Indonesia Elite Amateur Championship akan dilaksanakan oleh sebuah Panitia yang telah ditunjuk oleh PB PGI

Lebih terperinci

Bandung Giri Gahana Golf & Country Club November 2012 KETENTUAN PERTANDINGAN

Bandung Giri Gahana Golf & Country Club November 2012 KETENTUAN PERTANDINGAN Bandung Giri Gahana Golf & Country Club 20 22 November 2012 KETENTUAN PERTANDINGAN 1. UMUM Kejuaraan akan dimainkan mengacu kepada Peraturan Golf yang diberlakukan oleh the R & A Rules Limited yang terkini,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu ditetapkan Peraturan Tata-tertib Dewan Perwakilan Rakyat

Lebih terperinci

Naskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention)

Naskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention) Naskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention) BAB 1 PRINSIP UMUM 1.1. Standar Definisi, Standar, dan Standar

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN, Menimbang : Perlu adanya Peraturan Tata tertib yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah menurut

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Perlu adanya Peraturan Tata tertib yang ditetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN PERTANDINGAN FUTSAL PSYCHO CUP PSYCHOLOGY BASKETBALL FUTSAL AND CHEERLEADING COMPETITION UGM 2014

PERATURAN PERTANDINGAN FUTSAL PSYCHO CUP PSYCHOLOGY BASKETBALL FUTSAL AND CHEERLEADING COMPETITION UGM 2014 PERATURAN PERTANDINGAN FUTSAL PSYCHO CUP PSYCHOLOGY BASKETBALL FUTSAL AND CHEERLEADING COMPETITION UGM 2014 Demi keteraturan dan keseragaman permainan futsal, maka pelaksanaan Futsal Psycho Cup 2014 berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang:a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang :

Lebih terperinci

KETENTUAN PERTANDINGAN

KETENTUAN PERTANDINGAN KETENTUAN PERTANDINGAN 1. PERATURAN GOLF Pertandingan ini akan dimainkan mengacu kepada Peraturan Golf yang diberlakukan oleh the R & A Rules Limited yang terkini, PGI Hard Card, Ketentuan Kompetisi, Lampiran

Lebih terperinci

PERATURAN RESMI BERMAIN

PERATURAN RESMI BERMAIN 1 PERATURAN RESMI BERMAIN 1. Permainan dilakukan dengan 5 orang dilapangan untuk tiap tim (termasuk penjaga gawang) dan sisanya berada di bench. 2. Kedua tim harus bermain dengan warna kostum yang berbeda.

Lebih terperinci

PERATURAN KHUSUS CABANG MINI SOCCER LIGA MEDIKA 2018

PERATURAN KHUSUS CABANG MINI SOCCER LIGA MEDIKA 2018 = PERATURAN KHUSUS CABANG MINI SOCCER LIGA MEDIKA 2018 BAB I PESERTA PERTANDINGAN 1. Kompetisi Mini Soccer IMSSO Liga Medika 2018 dibuka untuk mahasiswa aktif Program Studi Pendidikan Dokter atau Program

Lebih terperinci

KEPPRES 111/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UKRAINA

KEPPRES 111/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UKRAINA Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 111/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UKRAINA *47919 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES)

Lebih terperinci

PENCAK SILAT OLIMPIADE BRAWIJAYA

PENCAK SILAT OLIMPIADE BRAWIJAYA PENCAK SILAT OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014 I. NOMOR PERTANDINGAN 1. Perorangan Putra Dewasa a. Kelas A Berat 45 50 kg b. Kelas B Berat 51 55 kg c. Kelas C Berat 56 60 kg d. Kelas D Berat 61 65 kg e. Kelas E

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa perlu diadakan peraturan untuk melaksanakan Undang-undang No. 19 tahun 1956.

Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa perlu diadakan peraturan untuk melaksanakan Undang-undang No. 19 tahun 1956. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1956 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PEMILIHAN DAERAH (UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN 1956, LEMBARAN-NEGARA NO. 44 TAHUN 1956) Presiden Republik Indonesia,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.700, 2014 BAWASLU. Tata Tertib. Pegawai. Kinerja. Disiplin Pegawai. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1995 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK BULGARIA BERKENAAN DENGAN ANGKUTAN UDARA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASIAN LAW STUDENTS ASSOCIATION (ALSA) NATIONAL CHAPTER INDONESIA PERIODE BAB I KETENTUAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASIAN LAW STUDENTS ASSOCIATION (ALSA) NATIONAL CHAPTER INDONESIA PERIODE BAB I KETENTUAN UMUM ANGGARAN RUMAH TANGGA ASIAN LAW STUDENTS ASSOCIATION (ALSA) NATIONAL CHAPTER INDONESIA PERIODE 2016-2017 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Anggaran Rumah Tangga ini yang dimaksud dengan: 1. ALSA National

Lebih terperinci

PERATURAN LOMBA 2 3 SEPTEMBER 2016

PERATURAN LOMBA 2 3 SEPTEMBER 2016 PERATURAN LOMBA 2 3 SEPTEMBER 2016 Peraturan lomba MONASTANA JAKARTA OPEN 2016 di adopsi dari peraturan yang sudah sering digunakan pada kejuaraan di Indonesia dan FIRS (Federation Internationale de Roller

Lebih terperinci

LARI GAWANG OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014 II. PERSYARATAN PESERTA UNTUK MASING-MASING FAKULTAS

LARI GAWANG OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014 II. PERSYARATAN PESERTA UNTUK MASING-MASING FAKULTAS LARI GAWANG OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014 I. NOMOR PERTANDINGAN a. Lari Gawang 110 M Putra b. Lari Gawang 100 M Putri II. PERSYARATAN PESERTA UNTUK MASING-MASING FAKULTAS a. Setiap fakultas dapat mengirimkan

Lebih terperinci

DIVISI OPEN GRADE-A GRADE-B GRADE-C

DIVISI OPEN GRADE-A GRADE-B GRADE-C 1. MAKSUD DAN TUJUAN Kejuaraan ini diselenggarakan dalam rangka untuk meningkatkan prestasi atlit bowling dan menambah frekuensi pertandingan di Jakarta khususnya dan Nasional pada umumnya. Dengan sudah

Lebih terperinci

PERATURAN PERTANDINGAN CABOR KEMPO

PERATURAN PERTANDINGAN CABOR KEMPO PERATURAN PERTANDINGAN CABOR KEMPO Pasal 1. PENDAHULUAN 1.1 Pekan Olahraga Mahasiswa Tingkat Nasional XV Tahun 2017 merupakan Kejuaraan Nasional multi event antar Mahasiswa yang diselenggarakan oleh BAPOMI

Lebih terperinci

PERATURAN FUTSAL. Seorang pemain hanya boleh bergabung dengan 1 tim saja. Warna baju yang dipakai masing-masing tim tidak boleh sama.

PERATURAN FUTSAL. Seorang pemain hanya boleh bergabung dengan 1 tim saja. Warna baju yang dipakai masing-masing tim tidak boleh sama. PERATURAN FUTSAL Waktu Permainan Lama pertandingan 1 babak : 15 menit Lama pertandingan 2 babak : 2x15 menit Lama waktu Istirahat Total Waktu : 2 menit : 32 menit Peraturan Utama Seorang pemain hanya boleh

Lebih terperinci

PERATURAN DASAR TENTANG DISIPLIN DAN PERADILAN. (Lampiran B Peraturan Dasar Olahraga Sepeda Motor)

PERATURAN DASAR TENTANG DISIPLIN DAN PERADILAN. (Lampiran B Peraturan Dasar Olahraga Sepeda Motor) B PERATURAN DASAR TENTANG DISIPLIN DAN PERADILAN (Lampiran B Peraturan Dasar Olahraga Sepeda Motor) IKATAN MOTOR INDONESIA Edisi : 2016 Peraturan Dasar Olahraga Sepeda Motor 40 TENTANG DISIPLIN & PERADILAN

Lebih terperinci

PERUBAHAN KODE ETIK NOTARIS KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015

PERUBAHAN KODE ETIK NOTARIS KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015 PERUBAHAN KODE ETIK NOTARIS KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, 29-30 MEI 2015 1. Beberapa ketentuan dalam Pasal 1 diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut : BAB I KETENTUAN UMUM

Lebih terperinci

TURNAMEN BADMINTON BELANDA-EROPA MAASTRICHT-MIRIAM HABIBIE CUP 2010

TURNAMEN BADMINTON BELANDA-EROPA MAASTRICHT-MIRIAM HABIBIE CUP 2010 PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA (PPI) MAASTRICHT Indonesian Student Association in Maastricht Contact: cangkirmaastricht@gmail.com Hp. +31645463709 (Rio) TURNAMEN BADMINTON BELANDA-EROPA MAASTRICHT-MIRIAM

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA BAB I PENGERTIAN Pasal 1 Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia disingkat IAKMI yang dalam bahasa Inggris disebut Indonesia Public Health

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian internasional, perkembangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1957 TENTANG POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1957 TENTANG POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1957 TENTANG POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung dengan perkembangan ketatanegaraan maka Undang-undang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : perlu diadakan peraturan tentang pendaftaran tanah sebagai yang dimaksud dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN UMUM PERTANDINGAN PSSI

PERATURAN UMUM PERTANDINGAN PSSI PERATURAN UMUM PERTANDINGAN PSSI BAB I Ketentuan Umum BAB II Jenis Pertandingan dan Kompetisi BAB III Peserta, Kewajiban & Pengunduran Diri BAB IV Wewenang & Hak Pengurus PSSI BAB V Penyelenggaraan Pertandingan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KLUB BOLA BASKET COUGAR (COUGAR BASKETBALL CLUB)

ANGGARAN DASAR KLUB BOLA BASKET COUGAR (COUGAR BASKETBALL CLUB) ANGGARAN DASAR KLUB BOLA BASKET COUGAR (COUGAR BASKETBALL CLUB) PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, maka Bangsa Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MAHASISWA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN MEMUTUSKAN : : UNDANG-UNDANG TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI MAHASISWA UNIVERSITAS.

MAHASISWA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN MEMUTUSKAN : : UNDANG-UNDANG TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI MAHASISWA UNIVERSITAS. UNDANG-UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI MAHASISWA UNIVERSITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Peraturan Ambassador Cup Ketentuan Kontingen, Tim/Atlet dan Pendukungnya

Peraturan Ambassador Cup Ketentuan Kontingen, Tim/Atlet dan Pendukungnya Peraturan Ambassador Cup 2013 Ketentuan Kontingen, Tim/Atlet dan Pendukungnya 1. Kontingen adalah kumpulan tim/atlet pertandingan yang mewakili masing-masing komunitas Indonesia di Belanda ditambah dengan

Lebih terperinci

PERATURAN UMUM & PERATURAN TEKNIS KOMPETISI DEBAT UNIVERSITAS TINGKAT NASIONAL PADJADJARAN LAW FAIR IX

PERATURAN UMUM & PERATURAN TEKNIS KOMPETISI DEBAT UNIVERSITAS TINGKAT NASIONAL PADJADJARAN LAW FAIR IX PERATURAN UMUM & PERATURAN TEKNIS KOMPETISI DEBAT UNIVERSITAS TINGKAT NASIONAL PADJADJARAN LAW FAIR IX BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini, yang dimaksud dengan: 1. Padjadjaran Law Fair IX,

Lebih terperinci

RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 1 RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan tata tertib ini yang dimaksud dengan: a. Kongres adalah forum pengambilan keputusan tertinggi organisasi yang sepenuhnya

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSATUAN GOLF INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 DASAR BAB II UMUM. Pasal 2 SYARAT SYARAT MENJADI ANGGOTA

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSATUAN GOLF INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 DASAR BAB II UMUM. Pasal 2 SYARAT SYARAT MENJADI ANGGOTA ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSATUAN GOLF INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 DASAR Anggaran Rumah Tangga (ART) ini di susun berdasarkan Pasal 18 Anggaran Dasar Persatuan Golf Indonesia. BAB II UMUM Pasal 2 SYARAT

Lebih terperinci

BAB I NAMA TEMPAT KEDUDUKAN. menjalankan kegiatan sebagai berikut: 1. Membina dan mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan di antara para anggotanya.

BAB I NAMA TEMPAT KEDUDUKAN. menjalankan kegiatan sebagai berikut: 1. Membina dan mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan di antara para anggotanya. BAB I NAMA TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Badan Usaha ini bernama Kelompok Simpan Pinjam Warga Sejahtera dengan nama singkatan KSPWS KSPWS berkedudukan hukum di Rt 2/11 Desa Cijujung Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1. KISI-KISI PENJASKES Smtr 1 Kls XI SMK INFORMATIKA PUGER 1

BAB 1. KISI-KISI PENJASKES Smtr 1 Kls XI SMK INFORMATIKA PUGER 1 BAB 1 PERMAINAN BOLA BESAR A. Permainan Sepak Bola 1. Bermain Sepak Bola Menggunakan Berbagai Variasi Tujuan permainan sepak bola adalah memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan. Menendang merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN UMUM & PERATURAN TEKNIS KOMPETISI DEBAT SEKOLAH MENENGAH ATAS TINGKAT NASIONAL PADJADJARAN LAW FAIR IX

PERATURAN UMUM & PERATURAN TEKNIS KOMPETISI DEBAT SEKOLAH MENENGAH ATAS TINGKAT NASIONAL PADJADJARAN LAW FAIR IX PERATURAN UMUM & PERATURAN TEKNIS KOMPETISI DEBAT SEKOLAH MENENGAH ATAS TINGKAT NASIONAL PADJADJARAN LAW FAIR IX BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini, yang dimaksud dengan: 1. Padjadjaran Law

Lebih terperinci

KEPPRES 112/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UZBEKISTAN

KEPPRES 112/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UZBEKISTAN Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 112/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UZBEKISTAN *47933 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN KHUSUS FARMASI CUP 2017 FUTSAL COMPETITION

PERATURAN KHUSUS FARMASI CUP 2017 FUTSAL COMPETITION PERATURAN KHUSUS FARMASI CUP 2017 FUTSAL COMPETITION I. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tanggal : 11 19 November 2017 Waktu : Jadwal Pertandingan diberikan saat Malam Atlet Tempat : GOR Amongraga II. Peraturan

Lebih terperinci

MAJLIS SUKAN POLITEKNIK MALAYSIA PERATURAN PERTANDINGAN PERMAINAN TEN PIN BOWLING (LELAKI DAN WANITA)

MAJLIS SUKAN POLITEKNIK MALAYSIA PERATURAN PERTANDINGAN PERMAINAN TEN PIN BOWLING (LELAKI DAN WANITA) MAJLIS SUKAN POLITEKNIK MALAYSIA PERATURAN PERTANDINGAN PERMAINAN TEN PIN BOWLING (LELAKI DAN WANITA) 1. NAMA Rujuk perkara 1 Peraturan Am KARNIVAL SUKAN atau KEJOHANAN SUKAN MAJLIS SUKAN POLITEKNIK MALAYSIA

Lebih terperinci

BRIDGE OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014

BRIDGE OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014 BRIDGE OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014 I. Nomor Pertandingan Pertandingan merupakan pertandingan pasangan. Pasangan yang dipertandingkan terdiri dari : a. Pasangan Putra b. Pasangan Putri c. Pasangan Campuran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci