PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTIK BIDAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTIK BIDAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Transkripsi

1 PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTIK BIDAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Skripsi) Oleh Eli Putri. M FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2010

2 ABSTRAK PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTIK BIDAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh Eli Putri. M Kebutuhan masyarakat akan kesehatan yang semakin besar mendorong bertambahnya jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten atau Kota, khususnya di Kabupaten Lampung Selatan. Pelayanan dibidang kesehatan merupakan urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Pasal 19 Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Selatan menyatakan bahwa Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 Perda Kab. Lampung Selatan, Dinas Kesehatan menyelenggarakan salah satu tenaga kesehatan yaitu bidan yang merupakan tenaga keperawatan yang khusus menangani masalah kesehatan ibu dan anak. Untuk mewujudkan adanya keseimbangan antara jumlah bidan yang ada dengan kebutuhan ibu dan anak dalam bidang kesehatan diperlukan adanya suatu izin praktik bidan khususnya di Kabupaten Lampung Selatan, sehingga tercipta pemerataan dan pengendalian tenaga keperawatan khususnya bidan yang menangani masalah kesehatan ibu dan anak. Dasar dari dikeluarkannya izin praktik bidan yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1189A/MENKES/SK/X/1999 tentang Wewenang Penetapan Izin di Bidang Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana pelaksanaan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan, dan (2) Apakah faktor yang mendukung Dinas Kesehatan dalam melakukan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui secara jelas pelaksanaan pemberian izin praktik bidan beserta hambatan-hambatannya. Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif-empiris. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui kegiatan kepustakaan dan penelitian dilapangan.

3 Eli Putri. M Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti menyimpulkan bahwa : (1) Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan mempunyai kewenangan melaksanakan pemberian izin praktik bidan. Seluruh pengajuan permohonan dan pemberian keputusan izin diproses pada seksi perencanaan dan pemberdayaan SDM dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan. Pelaksanaan pemberian izin praktik bidan dimulai dengan pengajuan permohonan, yang berisikan identitas dan tanggung jawab yang dipegang, setelah itu acara persiapan dan peran serta, dan selanjutnya pemberian keputusan. Adapun dalam bidang pembinaan dan pengawasan terhadap praktik bidan merupakan kewajiban yang dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan yang sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 Pasal 33 ayat 1 tentang Registrasi dan Praktik Bidan yang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bidan yang melakukan praktik diwilayahnya dan (2) Faktor pendukung Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan dalam melakukan pemberian izin praktik terhadap bidan harus memenuhi persyaratan yang meliputi tempat dan ruang praktik, yaitu seperti tempat tidur, peralatan, obat-obatan dan kelengkapan administrasi. Saran yang peneliti kemukakan dalam penelitian ini adalah agar pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan dapat berjalan dengan baik, bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan agar dapat menambah petugas di Dinas Kesehatan khususnya seksi perencanaan dan pemberdayaan SDM agar tidak terjadi keterlambatan dalam memproses permohonan pemberian izin praktik bidan, dilakukan penambahan petugas untuk melaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya dalam mengurus pemberian izin praktik bidan dan dalam melakukan pengawasan petugas lebih proaktif agar dapat melakukan pengawasan dengan baik sehingga tidak terjadi pelangaran dalam melakukan izin praktik bidan.

4 PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTIK BIDAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh ELI PUTRI. M Skripsi Sebagai Salah Satu syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM Pada Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2010

5 Judul Skripsi : PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN PRAKTIK BIDAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Nama Mahasiswa : Eli Putri. M No. Pokok Mahasiswa : Bagian Fakultas : Hukum Administrasi Negara : Hukum MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing Dr. H. Yuswanto, S.H., M.H. F. X. Sumarja, S.H., M.Hum. NIP NIP Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Nurmayani, S.H., M.H. NIP

6 MENGESAHKAN 1. Tim Penguji Ketua : Dr. H. Yuswanto, S.H., M.H.... Sekretaris : F.X. Sumarja, S.H., M.H.... Penguji utama : Sri Sulastuti, S.H., M.H Dekan Fakultas Hukum H. Adius Semenguk, S.H., M.S. NIP Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 12 Februari 2010

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 12 Juli 1987, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, pasangan dari Bapak Makmur Effendi dan Ibu Suryati Ahmad Syahri, A.Ma.Pd. Penulis memulai riwayat pendidikannya pada Tahun 1992 di TK Dharma Wanita Natar. Kemudian di Tahun 1993 Penulis melanjutkan ke SD Negeri 1 Merak Batin Natar hingga Tahun 1999 yang kemudian dilanjutkan lagi ke SLTP Negeri 1 Natar hingga Tahun Kemudian Penulis melanjutkan pendidikannya ke SMU Negeri 1 Natar dengan mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan lulus Tahun Tahun 2005, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung dan mengambil minat pada Hukum Administrasi Negara. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di UPTM FOSSI FH. Pada Tahun 2008 Penuli melakukan Praktik Kerja Lapangan Hukum (PKLH) Periode XIII A dengan memilih Program PKL yang dilaksanakan di Palembang yaitu tepatnya pada taanggal 6 10 April Kemudian untuk menyelesaikan skripsinya Penulis melakukan studi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan.

8 MOTTO Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar (Al-Quran Surat Al-baqarah : 153) Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (Al-Quran Surat Al-Insyirah : 6) Jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin (Al-Hadist)

9 PERSEMBAHAN Teriring rasa syukur atas Ridho Allah SWT & dengan segala ketulusan & kerendahan hati ku dedikasikan karya berhargaku ini kepada islam, pedoman dan petunjuk hidupku, yang telah membesarkan & mendidik dengan segenap kasih sayangnya, mendoakan akan keberhasilan ku atas segala pengorbanan, perhatian, yang tak pernah henti mencurahkan kasih sayangnya & jerih payahnya dengan segenap jiwa & raganya yang tak terhitung dengan angka, tak tertulis dengan kata, tak ternilai dengan harta, serta dalam setiap sujudnya selalu mendoakan kesuksesan & kebahagiaan ku dunia akhirat. (Ayah dan Ibuku) Saudara-saudaraku serahim (Meini Yeti & Dian Syah) yang telah lama menantikan kelulusanku. Seseorang yang telah dipersiapkan olehnya untuk melengkapi sebagian Dien-ku & menjadi imamku dunia-akhirat kelak.(seseorang yang hingga kini masih menjadi bagian dari rahasi Allah SWT,dan sesungguhnya rencana Allah SWT lebih indah dari apa yang manusia rencanakan) Guru-guruku yang telah mengenalkanku dari secuil angka dan setitik huruf, yang menjadi awal terangkainya jutaan kata dan aksara hingga membawa pemahamanku akan arti hidup. Ilmu yang engkau berikan akan selalu mengalir hingga sampainya ke samudera keberkahan. Kerja kerasmu tidak hanya mencerdaskan bangsa, tetapi merubah dunia menjadi lebih baik. Tanpamu kami bukan apa-apa, karena berartinya kami adalah hasil perjuanganmu yang suci. Terima kasih untuk semua jasa-jasamu Sungguh mulia dirimu. Almamaterku tercinta Fakultas Hukum Universitas Lampung Viva Justicia!

10 SANWACANA Alhamdulillah Wasyukrulillah, segala puja dan puji syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pelaksanaan Pemberian Izin Praktik bidan Di Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari dan merasakan masih banyak terdapat kekurangan baik dalam segi substansi maupun penulisannya, terlepas dari segala curahan segala kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dapat dijadikan kontribusi besar untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini bukanlah hasil jerih payah sendiri, akan tetapi juga berkat bantuan bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil maka skripsi ini dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas kelancaran penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tulus penulis haturkan kepada : 1. Bapak Dr. H. Yuswanto, S.H., M.H. selaku Pembimbing pertama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak F.X. Sumarja, S.H., M.H. selaku Pembimbing kedua yang telah mencurahkan segenap ide dan pemikirannya serta meluangkan waktunya

11 memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H. selaku Pembahas pertama yang telah memberikan kritik, saran dan masukan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini. 4. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Pembahas kedua sekaligus sebagai Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung, yang telah memberikan kritik, saran dan masukan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini. 5. Ibu Nikmah Rosidah, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. 6. Bapak H. Adius Semenguk, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung. 7. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P Hariyanto, Msi. Selaku Rektor Universitas Lampung. 8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan Ilmu pengetahuan kepada penulis selama penulis menjadi sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung. 9. Seluruh staff pengajar Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membimbing penulis selama perkuliahan berlangsung dan seluruh staff karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung atas bantuan, kerjasama dan kebaikannya.

12 10. Bapak Djalaluddin, SKM, M.M. selaku kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan yang telah memberikan informasi selama penulis melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 11. Bapak Miswanto,S.SOS. selaku kepala seksi perencanaan dan pemberdayaan SDM Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan yang telah memberikan data dan informasi selama penulis melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 12. Seluruh staff dan pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan atas data dan informasi yang penulis peroleh. 13. Keluarga tercinta yang selalu berdo a dan telah memberikan dorongan dan bentuan moral maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lampung. 14. And last but not least, kepada seseorang yang telah menambah arti dalam hidupku dan selalu memberikan motivasi, terima kasih atas bantuan, dukungan dan waktu yang diluangkan dalam menemani penulis melakukan penelitian untuk skripsi ini. 15. Saudara-saudaraku yang kucintai kerena ALLAH SWT, akhwat-akhwat dan ikhwan-ikhwan FOSSI-FH, belajarlah dewasa tua itu pasti namun dewasa sebuah pilihan, Tetap Semangat dan Tetap Istiqomah. 16. Teman teman yang telah memberikanku impian yang indah, Yulida Elliza, Eka.F, Yulistina, Sri putri w.f, Sri winarsih.s.h, Astriani.S.H, Devi anggraeni.s.h, Ame aprillia.s.h, Rakhmat fitrian, Ariotrisnapraja, Arie.o. Ari, Adhe, Meyrina, Teteh (Tanti), Bz.M, Janenudin, Edi, Ovan, Beni, Yudis, Eko, Waryono, Idrus, Alberta, Gadis, Dwi (05), Dwi (06).

13 Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca, selain itu, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diperlukan. Semoga segala kebaikan Bapak-Bapak, Ibu-Ibu dan Teman-teman sekalian mendapat balasan yang setimpal dan ganda dari ALLAH SWT. Amien Yaa Rabbal Alamien. Bandar Lampung, 14 Januari 2010 Penulis ELI PUTRI. M

14 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Rumusan Masalah Ruang Lingkup... 7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan dalam Kerangka Otonomi Daerah... 9 B. Perizinan ( Vergunningen ) Pengertian Perizinan Fungsi dan Tujuan Perizinan a. Fungsi Perizinan b. Tujuan Perizinan Bentuk, Isi dan Sifat Izin a. Bentuk dan Isi Izin b. Sifat Izin C. Arti Kewenangan Sifat Kewenanga Sumber Kewenangan D. Pengertian Tenaga Kesehatan dan Jenisnya Pengertian Tenaga Kesehatan Jenis Tenaga Kesehatan E. Pengertian Izin Praktik Bidan dan Wewenangnya Pengertian Izin Praktik Bidan Wewenang Praktik Bidan Kewenangan Pemberian Izin Praktik Bidan F. Pembinaan dan Pengawasan Praktik Bidan... 27

15 BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Pendekatan Masalah C. Sumber Data D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data E. Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian B. Pelaksanaan Pemberian Izin Praktik Bidan di Kabupaten Lampung Selatan Prosedur Pemberian Izin Praktik Bidan di Kabupaten Lampung Selatan Substansi Izin Praktik Bidan Kewenangan Pemberian Izin Praktik Bidan Pembinaan dan Pengawasan Praktik Bidan C. Faktor Pendukung Dinas Kesehatan Dalam Melakukan Pemberian Izin Praktik Bidan di Kabupaten Lampung Selatan BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

16 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Sebaran bidan di Kabupaten Lampung Selatan Daftar peralatan yang tidak steril dan jumlahnya Daftar peralatan yang steril dan jumlahnya... 47

17 DAFTAR BAGAN Bagan 1. Struktur organisasi dinas kesehatan kabupaten lampung selatan... 44

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Otonom disebut daerah yang memiliki kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Otonomi daerah memberikan hak, wewenang dan kewajiban kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus rumah tanggaranya sendiri. Bidang kesehatan merupakan kewenangan wajib pemerintahan daerah kabupaten/kota sebagaimana digariskan dalam Pasal 13 huruf e dan Pasal 14 huruf e Undangundang nomor 32 tahun Urusan wajib yang dimaksudkan disini adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga Negara antara lain; a. Perlindungan hak konstitusional b. Perlindungan kepentingan nasional, kesejahteraan masyarakat ketentraman dan ketertiban umum dalam kerangka menjaga keutuhan NKRI c. Pemenuhan komitmen nasional yang berhubungan dengan perjanjian dan konvensi internasional.

19 Melalui kewenangan otonom yang dimiliki, daerah mampu memberikan perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dengan memberikan payung hukum berupa perizinan dengan ketentuan-ketentuan yang terbatas. Perizinan tenaga kesehatan yang merupakan kewenangan pemerintah daerah merupakan instrument yang dapat digunakan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kesehatan. Perizinan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (khususnya bidan) harus memenuhi persyaratan yang bersifat administratif dan persyaratan yang berkenaan dengan kompetensi atau kewenangan serta kemampuan tenaga kesehatan. Izin adalah salah satu instrumen bagi pemerintah sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan tingkah laku para warganya. Izin merupakan suatu persetujuan dari pemerintah berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan. Dengan pemberian izin pemerintah memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya di larang. Perizinan tenaga kesehatan dapat ditujukan untuk mengarahkan atau mengendalikan aktivitas-aktivitas tertentu, misalnya terkait dengan pemberian Surat Izin Bidan (SIB) oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Dalam hal ini izin hanyalah memberikan kewenangan secara administratif kepada yang bersangkutan, bahwa mereka diberikan kewenangan tertentu karena telah memenuhi persayaratan adminsitratif, yaitu lulus dari sebuah tempat pendidikan.

20 Untuk mencegah timbulnya bahaya sekaligus keinginan untuk melindungi obyekobyek tertentu. Hal ini terkait dengan pemberian Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) kepada bidan. Untuk mencegah bahaya (kesalahan memberi obat) dan untuk melindungi masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan, maka tenaga kesehatan tersebut sebelum mendapatkan izin praktik profesi dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari organisasi profesinya masing-masing. Berarti perizinan di sini terkait dengan kompetensi untuk dapat melakukan praktik profesi. Persyaratan administratif yang dimaksud adalah berkaitan dengan perizinan bagi tenaga kesehatan untuk melakukan praktik. Namun demikian, yang harus diperhatikan bahwa persyaratan administratif tersebut juga tidak terlepas dari persyaratan kompetensi atau kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan melalui uji kompetensi. Dalam menyelenggarakan urusan wajib di bidang kesehatan terdapat dua aspek yang akan dihadapi oleh pemerintah daerah yaitu ketersediaan sumber daya kesehatan dan pemerataan sumber daya kesehatan. Dalam menghadapi hal tersebut pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk mengelola dan mengatur sumber daya kesehatan yang ada sehingga tercapai sebuah pelayanan kesehatan yang maksimum. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diperlukan adanya sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas, salah satu komponen yang strategis adalah dengan peningkatan jenjang pendidikan dan kompetensinya. Berdasarkan penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan dinyatakan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah peningkatan

21 derajat kesehatan yang optimal. Untuk menjaga tujuan itu maka perlu ditingkatkan upaya-upaya kesehatan yang dititik beratkan pada pelayanan kesehatan untuk masyarakat luas melalui upaya peningkatan, pencegahan penyembuhan dan pemulihan disertai upaya penunjang. Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan terdepan kapada masyarakat mempunyai kedudukan penting, oleh karena itu perlu selalu meningkatkan mutu pelayanannya. Agar bidan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, perlu adanya pengaturan yang mudah dipahami oleh bidan. Tujuannya disini agar dapat mempermudahkan bidan untuk memahami dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan serta memberikan kejelasan batas-batas kewenangannya dalam menjalankan praktik, sehingga akan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan serta meningkatkan citra yang baik bagi bidan. Memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi bidan sebagai pemberi pelayanan serta masyarakat penerima pelayanan. Dalam menghadapi masalah tentang ketersediaan tenaga kesehatan dan pemerataannya pemerintah dapat menekankan atau dapat mengaturnya melalui suatu sistem perizinan. Salah satu yang dapat dikelola dalam sistem perizinan berkenaan dengan tenaga kesehatan yaitu izin praktik bidan. Melalui instrumen izin maka dapat diarahkan berbagai motif yang berkenaan dengan izin yang dikeluarkan yaitu : a. Pengendalian dari aktifitas tertentu dari masyarakat. b. Mencegah bahaya lingkungan dari aktifitas-aktifitas manusia. c. Melindungi objek-objek tertentu.

22 d. Membagi sumber daya yang terbatas jumlahnya. e. Mengarahkan dan menyeleksi orang dan aktifitas-aktifitasnya. Salah satu izin praktik tenaga kesehatan yang menjadi kewenangan dari pemerintah daerah adalah izin praktik bidan yang mempunyai arti sangat penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat khususnya untuk penanganan atau pelayanan ibu hamil dan anak. Arti penting dari izin praktik bidan berkenaan dengan munculnya penyakit seperti busung lapar, gizi buruk, wabah folio, penurunan tingkat kematian ibu dan bayi yang sangat tinggi. Penurunan tingkat pelayanan ini sangat dirasakan dalam bidang kesehatan. Di Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan merupakan unsur pelaksanaan pemerintah daerah yang bertugas menyelenggarakan sebagian kewenangan daerah di bidang kesehatan. Salah satu tugas dari dinas kesehatan kabupaten lampung selatan yaitu kaitannya dengan memberikan pelayanan dan pengawasan terhadap pemberian izin tenaga kesehatan kepada unit pelaksana teknis dinas dan cabang dinas di bidang kesehatan misalnya bidan. Salah satu jenis pemberian izin adalah pemberian lisensi kepada lembaga pelayanan kesehatan khususnya bidan, lisensi tersebut diberikan setelah dilakukan kunjungan visitasi yang menetapkan apakah standar sarana pelayanan kesehatan telah dipenuhi. Namun terhadap kendala dalam proses visitasi tersebut belum tersedianya standar yang secara spesifik mengatur tentang perizinan penyelenggaraan praktik bidan. Pemberian izin yang dilakukan oleh Dinas kesehatan Kabupaten Lampung Selatan yakni tujuan pemberikan izin kepada tenaga kesehatan terutama bidan adalah terintegrasi tidak terpisah-pisah agar bidan dapat memberikan pelayanan

23 kesehatan sesuai dengan standar dan pedoman pelayanan kesehatan serta sesuai dengan surat izin praktik bidan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan mengingat adanya laporan beberapa bidan di Kabupaten Lampung Selatan memberikan pelayanan kesehatan tidak sesuai dengan standar pelayanan kesehatan serta tidak sesuai dengan surat izin praktiknya dalam fungsinya sebagai bidan. Oleh karenanya apabila keinginan untuk melakukan pemerataan tenaga kesehatan tidak dapat terpenuhi, tentunnya pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk memperluas pemberian izin melakukan praktik profesi kepada tenaga kesehatan. Dengan demikian semua warga masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Berdasarkan dari uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti dan menuangkan tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul Pelaksanaan Pemberian Izin Praktik Bidan di Kabupaten Lampung Selatan. B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimana pelaksanaan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan? b. Apakah faktor pendukung Dinas Kesehatan dalam melakukan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan?

24 2. Ruang Lingkup Berdasarkan permasalahan di atas maka ruang lingkup penelitian ini berkaitan dengan bidang Ilmu Hukum Administrasi Negara khususnya hukum perizinan dan lingkup substansi yaitu pelaksanaan pemberian Izin Praktik Bidan di Kabupaten Lampung Selatan. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui dan mengungkapkan secara jelas tentang pelaksanaan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan. b. Untuk mengetahui, mengkaji dan mengungkapkan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan pemberian izin praktik bidan di Kabupaten Lampung Selatan. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu : a. Kegunaan Teoritis 1) Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dalam bidang pendidikan ilmu hukum khususnya hukum administrasi negara yang mengenai bidang ilmu hukum perizinan tentang pelaksanaan pemberian izin praktik bidan.

25 2) Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan bagi mahasiswa dan masyarakat agar dapat mengetahui tentang pelaksanaan pemberian izin praktik bidan. b. Kegunaan Praktis 1) Sebagai sumber informasi bagi mahasiswa yang berkepentingan sehingga dapat digunakan sebagai bahan refrensi atau bacaan untuk pengembangan atau penelitian bagi yang memerlukannya sesuai dengan permasalahan yang dibahas. 2) Sebagai bahan kajian dan memperluas pengetahuan bagi diri peneliti di dalam bidang hukum administrasi negara khususnya tentang pelaksanaan pemberian izin praktik bidan. 3) Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir dan menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung dengan gelar Sarjana Hukum.

26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Kesehatan dalam Kerangka Otonomi Daerah Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya dalam pembangunan nasional yang telah diserahkan kepada pemerintah pesat ke pemerintah daerah agar tercapai kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap masyarakat agar dapat mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil yang optimal dan juga ada kerja sama yang berkesinambungan antara pemerintah dan masyarakat. Pelayanan dasar bidang kesehatan merupakan hak konstitusional bagi semua warga negara yang diakui oleh UUD dan diatur lebih lanjut dalam Undang- Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Sehubungan dengan hal itu maka menjadi kewajiban pemerintah dalam fungsinya sebagai provider atau penyedia jasa pelayanan kesehatan dan fungsi regulasi untuk menyelenggarakannya bagi semua warga negara. Dengan demikian daerah otonom pun seringkali menghadapi berbagai keterbatasan sumber daya dan sumber dana yang tidak dapat diatasinya sendiri. Sehubungan dengan hal itu Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 menentukan bahwa hubungan dalam bidang pelayanan umum antara pemerintah dan pemerintahan daerah meliputi:

27 a. kewenangan, tanggung jawab dan penentuan standar pelayanan minimal; b. pengalokasian pendanaan pelayanan umum yang menjadi kewenangan daerah; c. fasilitasi pelaksanaan kerjasama antar pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan pelayanan umum. Ketentuan ini memberikan jaminan terhadap kepastian akan pelayanan kesehatan yang minimal serta ketersediaan sumber daya kesehatan dalam melakukan pelayanan. Permasalahan yang paling mendasar dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah keterbatasan dan ketidakmerataan sumber daya kesehatan. Sumber daya kesehatan yang dimaksud adalah semua perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan, yang meliputi tenaga kesehatan, sarana kesehatan, perbekalan kesehatan, pembiayaan kesehatan, pengelolaan kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan. Kewenangan pemerintah kabupaten/kota di bidang kesehatan, meliputi: penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan gizi, penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan, penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana kesehatan, penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan, penetapan pedoman penggunaan, konservasi, pengembangan dan pengawasan tanaman obat, penetapan pedoman penapisan, pengembangan, dan penerapan teknologi kesehatan, dan standar etika penelitian kesehatan, pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri farmasi, penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan peredaran makanan,

28 penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, survailans epidemilogi serta pengaturan pemberantasan dan penanggulangan wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa, dan penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar sangat esensial (buffer stock nasional). Dalam urusan kesehatan, pemerintah pusat telah melimpahkan wewenangnya kepada pemerintah daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomer 32 tahun 2004 pasal 14 ayat (1) huruf e tentang Otonomi Daerah yang menyatakan bahwa dalam penanganan bidang kesehatan merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota, yang dapat bertanggung jawab dengan bertujuan untuk dapat mensejahterakan masyarakat. Dalam menjalani penyelenggaraan urusan kesehatan peran serta masyarakat sangat penting dan diperlukan agar dapat melakukan fungsi dan tanggung jawab sosialnya kepada pemerintah daerah semua itu perlu diarahkan, dibina dan dikembangkan. Peran pemerintah daerah lebih kepada pembinaan, pengaturan dan pengawasan dari kegiatan masyarakat agar tercapainya pemerataan pelayanan kesehatan dan tercapainya kondisi yang serasi dan seimbang antara pemerintah dan masyarakat. Oleh sebab itu kewenangan pemerintah daerah terkait dengan perizinan tenaga kesehatan meliputi, perizinan yang bersifat administratif dan perizinan yang bersifat kompetensi tenaga kesehatan melakukan praktik profesi.

29 B. Perizinan ( Vergunningen ) 1. Pengertian Perizinan Perizinan berasal dari kata izin yang diartikan dengan kenyataan mengabulkan (tiada melarang, dan sebagainya); persetujuan membolehkan. Sedangkan perizinan diartikan sebagai hal pemberian izin (R. Subekti, 2005; 391). Philipus M. Hadjon membagi pengertian izin dalam arti luas dan sempit. Yaitu suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari larangan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan hal ini menyangkut tindakan demi kepentingan umum. Disamping itu izin juga dapat dibedakan atas berbagai figure hukum, yang meliputi izin dalam arti sempit, pembebasan atau dispensasi dan konsesi. Dalam arti sempit izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat Undang-Undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau menghalangi keadaan-keadaan yang buruk pembebasan atau dispensasi yaitu pengecualian atas larangan sebagai aturan umum, yang berhubungan erat dengan keadaan khusus peristiwa, konsensi adalah izin yang berkaitan dengan usaha yang diperuntukkan untuk kepentingan umum (Philipus M Hadjon, 1993; 2-3). Spelt dan Ten Berge membagi pengertian izin dalam arti luas dan sempit, yaitu izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam

30 keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan. Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenaan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya. Ini adalah paparan luas dari pengertian izin (N. M. Spelt dan J. B. J. M. Ten Berge, 1992; 2-3). Dalam arti sempit izin merupakan pengikatan aktivitas-aktivitas pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Konsepsi yang menjadi dasar filosofis dari pemberian izin adalah sebagai instrumen pengawasan terhadap perilaku masyarakat. Pemberian izin juga dapat diartikan dengan pembatasan terhadap potensi-potensi yang jumlahnya terbatas. Secara umum, izin diasumsikan sebagai keputusan yang bersifat menguntungkan. 2. Fungsi dan Tujuan Perizinan a. Fungsi Perizinan Izin merupakan instrumen yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna mencapai suatu tujuan konkret (N. M. Spelt dan J. B. J. M. Ten Berge, 1992; 5). Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku ujung tombak instrumen hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang masyarakat yang adil dan makmur itu dijelmakan. Hal ini berarti lewat izin

31 dapat diketahui bagaimana gambaran masyarakat yang adil dan makmur itu terwujud (Sjahran Basah, 1994; 2). Persyaratan yang terkandung dalam izin merupakan pengendali dalam memfungsikan izin itu sendiri. Karena dengan izin pemerintah dapat melakukan pengendalian terhadap siapa saja yang meminta melakukan pemohonan izin tersebut. Apabila dikatakan bahwa izin itu dapat difungsikan sebagai instrumen pengendali dan instrumen untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana yang diamanatkan dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, penataan dan pengaturan izin ini sudah semestinya harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, berkenaan dengan fungsi-fungsi hukum modern, izin dapat diletakkan dalam fungsi menertibkan masyarakat (Prajudi Admosudirjo, 1994; 23). b. Tujuan Perizinan Tujuan perizinan menurut Spelt dan Tan Berge hal ini tergantung pada kenyataan konkret yang dihadapi. Keragaman peristiwa konkret menyebabkan keragaman pula dari tujuan izin ini, yang secara umum dapat disebutkan sebagai berikut : 1) Keinginan mengarahkan (mengendalikan struen ) aktivitas-aktivitas tertentu (misalnya izin bangunan). 2) Izin mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan). 3) Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin terbang, izin membongkar pada monumen-monumen).

32 4) Izin hendak membagikan benda-benda yang sedikit (izin penghuni di daerah padat penduduk). 5) Izin memberikan pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas (izin berdasarkan drank en horecawet dimana pengurus harus memenuhi syarat-syarat tertentu) (N. M. Spelt dan J. B. J. M. Ten Berge, 1992; 4-5). perizinan mempunyai beberapa tujuan yaitu keinginan untuk mengarahkan atau mengendalikan aktivitas-aktivitas tertentu, mencegah timbulnya bahaya, keinginan untuk melindungi obyek-obyek tertentu, keinginan untuk membagi benda-benda yang sedikit. Tujuan pemberian izin kepada tenaga kesehatan adalah terintegrasi tidak terpisah-pisah. Oleh karenanya apabila keinginan untuk melakukan pemerataan tenaga kesehatan tidak dapat terpenuhi, tentunya pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk memperluas pemberian izin melakukan praktik profesi kepada tenaga kesehatan. Dengan demikian semua warga masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. 3. Bentuk, Isi dan Sifat Izin a. Bentuk dan Isi Izin Izin yaitu merupakan salah satu bentuk keputusan tata usaha negara. Keputusan tata usaha negara adalah penetapan tertulis dan izin selalu dibuat dalam bentuk tertulis, yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat

33 konkrit, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Pasal 1 ayat (3). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka izin akan selalu berbentuk tertulis dan berisikan beberapa hal sebagai berikut : 1) Organ pemerintah yang memberikan izin. 2) Siapa yang memperoleh izin. 3) Untuk apa izin digunakan. 4) Alasan yang mendasari pemberiannya. 5) Ketentuan pembatasan dan syarat-syarat. 6) Pemberitahuan tambahan. b. Sifat Izin Sesuai dengan sifatnya, yang merupakan bagian dari ketetapan, izin selalu dibuat dalam bentuk tertulis dan merupakan suatu keputusan tata usaha negara yang menciptakan hukum sehingga dengan pemberian izin akan dapat menimbulkan hubungan hukum tertentu. Sehingga sifat izin yang tidak lain adalah bahwa izin merupakan keputusan yang bersifat menguntungkan. C. Arti Kewenangan Kata kewenangan berasal dari kata dasar wenang yang diartikan sebagai hal berwenang, hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu (Tim Bahasa Pustaka, 1996; 1128). Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberi oleh Undang-

34 Undang) atau dari kekuasaan eksekutif administratif. Kewenangan yang biasanya terdiri dari beberapa wewenang adalah kekuasaan terhadap segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan (S. Prajudi Admosudirjo, 1994; 78). Di dalam buku yang ditulis oleh Ridwan H. R. mengutip pendapat H. D. Stout yang menyatakan bahwa wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai seluruh aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang-wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam hubungan hukum publik (Ridwan H. R.,2006; 71). Bagir Manan mengemukakan bahwa wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan (macth). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Di dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban (rechten en plichten). Di dalam kaitan dengan otonomi daerah, hak mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri (zelfregelen) dan mengelola sendiri (zelfbesturen), sedangkan kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mastinya. Vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam suatu tertib ikatan pemerintahan negara secara keseluruhan (Bagir Manan, 2006; 1,2). Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki seorang pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku, dengan demikian kewenangan juga menyangkut kompetensi tindakan hukum yang dapat dilakukan menurut kaedah-kaedah formal, jadi kewenangan merupakan kekuasaan formal

35 yang dimiliki seorang pejabat atau institusi (Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara, 2002; 102). Philipus M. Hadjon mengutip pendapat Spelt dan Ten Berge, membagi kewenangan bebas dalam dua kategori yaitu kebebasan kebijaksanaan (beleidsvrijheid) dan kebebasan penilaian (beoordelingsverijheid) yang selanjutnya dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis kekuasaan bebas yaitu; pertama, kewenangan untuk memutuskan mandiri; kedua, kewenangan interpretasi terhadap norma-norma tersamar (Philipus Mandiri Hadjon, 1993; 112). 1. Sifat Kewenangan Mengenai sifat kewenangan pemerintahan yaitu yang bersifat terikat, fakultatif, dan bebas, terutama dalam kaitannya dalam kewenangan pembuatan dan penerbitan keputusan-keputusan (besluiten) dan ketetapan-ketetapan (beschikkingan) oleh organ pemerintahan, sehingga dikenal ada keputusan yang bersifat terikat dan bebas. Menurut Indroharto; pertama, pada wewenang yang bersifat terikat, yakni terjadi apabila peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan yang bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan atau peraturan dasarnya sedikit banyak menentukan tentang isi dan keputusan yang harus diambil; kedua, wewenang fakultatif, terjadi dalam hal badan atau pejabat tata usaha negara yang bersangkutan tidak wajib menerapkan wewenangnya atau sedikit banyak masih ada pilihan, sekalipun pilihan itu hanya dapat dilakukan dalam hal-hal atau keadaan tertentu sebagaimana ditentukan dalam peraturan dasarnya; ketiga, wewenang bebas, yakni terjadi ketika peraturan dasarnya

36 memberikan kebebasan kepada badan atau pejabat tata usaha negara untuk menentukan sendiri mengenai isi dari keputusan yang akan dikeluarkannya atau peraturan dasarnya memberi ruang lingkup kebebasan kepada pejabat tata usaha negara yang bersangkutan. Philipus Mandiri Hadjon mengutip pendapat N. M. Spelt dan Ten Berge, membagi kewenangan bebas dalam dua kategori yaitu kebebasan kebijaksanaan (beleidsvrijheid) dan kebebasan penilaian (beoordelingsverijheid) yang selanjutnya disimpulkan bahwa ada dua jenis kekuasaan bebas yaitu; pertama, kewenangan untuk memutuskan mandiri; kedua, kewenangan interpretasi terhadap norma-norma tersamar (vege norm) (Philipus Mandiri Hadjon, 1993; 112). 2. Sumber Kewenangan Di dalam negara hukum dikenal asas legalitas yang menjadi pilar utamanya dan merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar dalam setiap penyalenggaraan pemerintahan dan kenegaraan di setiap negara hukum terutama bagi negara-negara hukum dan sistem kontinental (Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara, 2002; 65). Philipus M. Hadjon mengemukakan bahwa kewenangan diperoleh melalui tiga sumber, yaitu : atribusi, delegasi, dan mandat. Kewenangan atribusi lasimnya digariskan melalui pembagian kekuasaan negara oleh Undang-Undang dasar, kewenangan delegasi dan mandat adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan. (Philipus Mandiri Hadjon, 1993; 112) Bedanya kewenangan delegasi terdapat adanya pemindahan atau pengalihan kewenangan yang ada, atau dengan

37 kata lain pemindahan kewenangan atribusi kepada pejabat dibawahnya dengan dibarengi pemindahan tanggung jawab. Sedangkan pada kewenangan mandat yaitu dalam hal ini tidak ada sama sekali pengakuan kewenangan atau pengalihtanganan kewenangan, yang ada hanya janji-janji kerja intern antara penguasa dan pegawai (tidak adanya pemindahan tanggung jawab atau tanggung jawab tetap pada yang memberikan mandat). Setiap kewenangan dibatasi oleh isi atau materi, wilayah dan waktu. Cacat dalam aspek-aspek tersebut menimbulkan cacat kewenangan (onbevoegdheid) yang menyangkut cacat isi, cacat wilayah, dan cacat waktu. D. Pengertian Tenaga Kesehatan dan Jenisnya 1. Pengertian Tenaga Kesehatan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun1996 Pasal 1 tentang Tenaga Kesehatan dijelaskan bahwa Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Substansi penting yang melekat pada diri seorang tenaga kesehatan yaitu adanya persyaratan memiliki ketrampilan atau keahlian dalam suatu bidang pelayanan kesehatan, ketrampilan atau keahlian tersebut sebagai hasil proses pendidikan bidang keahlian pelayanan kesehatan tertentu, berdasarkan keahlian bidang pelayanan kesehatan, diberikan kewenangan berdasarkan perijinan melakukan upaya kesehatan. Batasan pengertian upaya kesehatan berdasarkan Pasal 1 butir 3 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan

38 pemerintah dan/atau masyarakat. Ruang lingkup upaya kesehatan, meliputi kegiatan pelayanan kesehatan kepada mayarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat dalam hal ini adalah perseorangan atau badan hukum swasta, yaitu klinik kesehatan atau rumah sakit swasta. 2. Jenis Tenaga Kesehatan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Pasal 2 tentang Tenaga Kesehatan dijelaskan tentang jenis tenaga kesehatan yaitu : a. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. b. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan. c. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. d. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluhan kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. e. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. f. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara. g. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis.

39 E. Pengertian Izin Praktik Bidan dan Wewenangnya 1. Pengertian Izin Praktik Bidan Izin adalah salah satu instrumen bagi pemerintah sebagai sarana yuridis untuk mengendali-kan tingkah laku para warganya. Izin merupakan suatu persetujuan dari pemerintah berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan. Dengan pemberian izin pemerintah memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya di larang. Perkenan untuk melakukan tindakan tersebut demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus. Dasar Hukum tentang perizinan dalam tenaga kebidanan yaitu terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Tenaga Kerja, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 170 KUHAP tentang Wajib Simpan Rahasia Jabatan, kode etik IBI (Ikatan Bidan Indonesia), Kepres Nomor 56 tahun 1995 tentang majelis disiplin tenaga kesehatan, kepmenkes Nomor 900/Menkes/SK/VII/II/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 Pasal 1 tentang Registrasi dan Praktik Bidan, yang dimaksud dengan bidan disini adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Seseorang yang telah lulus pendidikan

40 kebidanan untuk dapat menjalankan pelayanan asuhan kebidanan harus mempunyai Surat Izin Bidan (SIB). Surat Izin Bidan (SIB) adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pelayanan asuhan kebidanan di seluruh wilayah Republik Indonesia. Perolehan SIB dilakukan dengan cara mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana institusi pendidikan berada selambatlambatnya satu bulan setelah menerima ijasah bidan. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi mengeluarkan SIB atas nama Menteri Kesehatan dalam waktu selambat-lambatnya satu bulan sejak permohonan diterima dan berlaku secara nasional. Jangka waktu berlakunya SIB adalah lima tahun dan dapat diperbaharui. SIB merupakan dasar untuk menerbitkan Surat Izin Praktik Bidan (SIPB). Seorang bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB, kecuali bidan tidak tetap dalam rangka pelaksanaan masa bakti. Praktik bidan dapat dilakukan pada sarana kesehatan dan atau perorangan. SIPB diperoleh dengan jalan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengeluarkan SIPB yang masa berlakunya sepanjang SIB belum berakhir serta dapat diperbaharui kembali. Pembaharuan SIPB diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 Pasal 1 ayat (5) tentang Registrasi dan Praktik Bidan adalah alat bukti tertulis yang diberikan kepada bidan untuk menjalankan praktik bidan.

41 2. Wewenang Praktik Bidan Bidan sebagai bagian tenaga keperawatan dalam melaksanakan Praktik Bidan dapat melakukan kewenangan secara mandiri berdasarkan kompetensinya, khususnya dapat melakukan tindakan medis menolong persalinan secara mandiri. Pemberian kewenangan yang luas kepada Bidan di maksudkan untuk mendekatkan pelayanan kegawatan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil/bersalin, nifas dan bayi baru lahir, agar penanganan dini atau pertolongan pertama sebelum rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat waktu. Secara garis besarnya, pelayanan kebidanan kepada ibu dan anak meliputi pelayanan kesehatan pra-nikah, termasuk remaja putri, pra-hamil, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui dan masa antara kehamilan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 Pasal 14 tentang Registrasi dan Praktik Bidan, menyatakan bahwa bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi sebagai berikut yaitu : a. Pelayanan kebidanan 1) Pelayanan kebidanan yang dimaksud ditujukan kepada ibu dan anak. Pelayanan kepada ibu diberikan pada penyuluhan konseling, pemeriksaan fisik, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pertolongan kehamilan mnecakup ibu hamil dengan abortus iminens, heperemosis gravidarum ringkat 1, preeklamasi ringan dan anemi ringan, pertolongan persalinan normal, pertolongan persalinan abnormal, letak sungsang, ketuban pecah dini tanpa infeksi, distosia, post term dan pre term, pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu nifas abnormal retyensio plasenta, renjatandan

42 infeksi ringan, pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi, keputihan, pendarahan tidak teratur dan penundaan haid. Dan pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada pemeriksan bayi baru lahir, perawatan tali pusat, perawatan bayi, resusitasi pada bayi baru lahir, pemantauan tumbuh kembang, pemberian imunisasi, pemberian penyuluhan. b. Pelayanan keluarga berencana Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana, berwenang untuk : 1) Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan kondom; 2) Memberikan penyuluhan atau konseling pemakaian kontrasepsi; 3) Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim; 4) Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit; 5) Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana dan kesehatan masyarakat. c. Pelayanan kesehatan masyarakat Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, untuk : 1) Pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak; 2) Memantau tumbuh kembang anak; 3) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas; 4) Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama, merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular seksual (IMS),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sumber dayanya harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sumber dayanya harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Kesehatan dalam Kerangka Otonomi Daerah Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya dalam pembangunan nasional yang telah diserahkan kepada pemerintah pesat ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Otonom disebut daerah yang memiliki kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan

Lebih terperinci

NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG

NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK BIDAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berita AIPI (1997) mengatakan bahwa pelaksanaan berasal dari kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berita AIPI (1997) mengatakan bahwa pelaksanaan berasal dari kata 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelaksanaan Pengertian pelaksanaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perihal pembuatan atau usaha dan sebagainya (Poerwodarminto, 1986). Soemardjan dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PONDOK KESEHATAN DESA DI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PONDOK KESEHATAN DESA DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PONDOK KESEHATAN DESA DI JAWA TIMUR Menimbang GUBERNUR JAWA TIMUR, : a. bahwa guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN. Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN. Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014 Pemetaan Tenaga Kesehatan Mutu Tenaga Kesehatan Untuk Memenuhi: 1.Hak dan Kebutuhan Kesehatan

Lebih terperinci

Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya

Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya A. Wewenang bidan Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002. Bidan dalam menjalankan

Lebih terperinci

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002 Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002 PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIK BIDAN I. PENDAHULUAN A. UMUM 1. Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN DOKTER SPESIALIS/DOKTER GIGI SPESIALIS/DOKTER /DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAIPEGAWAI TIDAK TETAP

PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN DOKTER SPESIALIS/DOKTER GIGI SPESIALIS/DOKTER /DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAIPEGAWAI TIDAK TETAP PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN DOKTER SPESIALIS/DOKTER GIGI SPESIALIS/DOKTER /DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAIPEGAWAI TIDAK TETAP RIATI ANGGRIANI,SH,MARS,MHum KEPALA BAGIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 33 TAHUN : 2003 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 33 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan penting

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemenuhan pelayanan kesehatan merupakan hak setiap

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN PRAKTIK BIDAN DAN BIDAN MADYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN PRAKTIK BIDAN DAN BIDAN MADYA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PRAKTIK BIDAN DAN BIDAN MADYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.298, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembagian Urusan Pemerintah dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembagian Urusan Pemerintah dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembagian Urusan Pemerintah dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pemerintahan Daerah yang diselenggarakan berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 adalah Pemerintahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Kecil dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur/Jawa Tengah/ Jawa Barat ;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Kecil dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur/Jawa Tengah/ Jawa Barat ; PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PRAKTEK TENAGA MEDIS, BIDAN DAN PERAWAT SERTA IZIN KERJA ASISTEN APOTEKER DAN REFRAKSIONIS OPTISIEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA KLINIK, IZIN USAHA RUMAH BERSALIN, DAN IZIN USAHA LABORATORIUM KLINIK SWASTA

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA PRODUK PLASTIK SEBAGAI KEMASAN MAKANAN DAN MINUMAN (Studi pada BBPOM Lampung) (Skripsi) Oleh SITI ARABIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA PRODUK PLASTIK SEBAGAI KEMASAN MAKANAN DAN MINUMAN (Studi pada BBPOM Lampung) (Skripsi) Oleh SITI ARABIA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA PRODUK PLASTIK SEBAGAI KEMASAN MAKANAN DAN MINUMAN (Studi pada BBPOM Lampung) (Skripsi) Oleh SITI ARABIA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.298, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA KLINIK, IZIN USAHA RUMAH BERSALIN, DAN IZIN USAHA LABORATORIUM KLINIK SWASTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ABSTRAK PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN OBYEK WISATA DI KOTA BANDAR LAMPUNG. Oleh RATIH SRI HARTINI

ABSTRAK PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN OBYEK WISATA DI KOTA BANDAR LAMPUNG. Oleh RATIH SRI HARTINI ABSTRAK PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN OBYEK WISATA DI KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh RATIH SRI HARTINI Usaha pengembangan kepariwisataan dilakukan dengan pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN RUMAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. harus memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integrasi dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom, suatu daerah harus memiliki

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298) I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

a. bahwa balai pengobatan dan rumah bersalin merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa balai pengobatan dan rumah bersalin merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 9 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN BALAI PENGOBATAN DAN RUMAH BERSALIN WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa balai pengobatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1877, 2014 KEMENKES. Jabatan Fungsional. Pembinaan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.315, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. ORTA RS Kelas B dr. Suyoto. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT KELAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki pejabat atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki pejabat atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kewenangan Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku, dengan demikian kewenangan juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal-hal yang berkenaan dengan melaksanakan (Bambang Martijianto, 1992:345).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal-hal yang berkenaan dengan melaksanakan (Bambang Martijianto, 1992:345). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelaksanaan 1. Pengertian Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti perbuatan untuk melakukan suatu kegiatan, sedangkan pelaksanaan menurut Kamus Bahasa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DAN SERTIFIKASI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER MANDIRI Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor Nomor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerjaan Kefarmasian Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA JUDUL: PERANAN PANTI SOSIAL DALAM MEREHABILITASI PENYANDANG CACAT NETRA

PEDOMAN WAWANCARA JUDUL: PERANAN PANTI SOSIAL DALAM MEREHABILITASI PENYANDANG CACAT NETRA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN SOSIOLOGI Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng, Rajabasa, Bandar Lampung PEDOMAN WAWANCARA

Lebih terperinci

UUD 1945 Ps: 28 H ayat 1

UUD 1945 Ps: 28 H ayat 1 PUSAT PEMBERDAYAAN PROFESI & TENAGA KESEHATAN LUAR NEGERI BADAN PPSDM KESEHATAN KEMENKES RI Bandung, 15 Nov 2010 UUD 1945 Ps: 28 H ayat 1 SETIAP ORANG BERHAK HIDUP SEJAHTERA LAHIR DAN BATIN, BERTEMPAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN CIREBON

Lebih terperinci

SISTEM PELAYANAN PERIZINAN TENAGA KESEHATAN. Oleh : KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN Drg. Hj. USMA POLITA NASUTION, M. Kes

SISTEM PELAYANAN PERIZINAN TENAGA KESEHATAN. Oleh : KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN Drg. Hj. USMA POLITA NASUTION, M. Kes SISTEM PELAYANAN PERIZINAN TENAGA KESEHATAN Oleh : KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN Drg. Hj. USMA POLITA NASUTION, M. Kes Landasan Hukum : Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang-undang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obat Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan perundang-undangan. Izin menurut definisi yaitu perkenan atau

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan perundang-undangan. Izin menurut definisi yaitu perkenan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Izin merupakan perbuatan Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang diaplikasikan dalam peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting bagi manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

ASPEK LEGAL PELAYANAN KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

ASPEK LEGAL PELAYANAN KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes ASPEK LEGAL PELAYANAN KEBIDANAN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes Aspek Legal UUD 1945 upaya pembangunan nasional yaitu pembangunan disegala bidang guna kepentingan, keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 94 TAHUN 2017 TENTANG PENDELEGASIAN PENANDATANGANAN NASKAH PERIZINAN PELAYANAN TERPADU OLEH WALIKOTA KEPADA KEPALA

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

Pokok bahasan. Kesehatan

Pokok bahasan. Kesehatan REKAM MEDIS Pokok bahasan 1. Pengertian Rekam Medis 2. Manfaat Rekam Medis 3. Isi Rekam Medis 4. Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis 5. Rekam Medis Kaitannya Dengan Manajemen Informasi 5. Rekam Medis

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN DAN JABATAN FUNGSIONAL NONKESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM Lily Widjaja SKM, MM Lilywi 1 PERATURAN Peraturan yang terkait dg.r M/ RK Isi dari struktur RM Pentingnya Keamanan Informasi Mengidentifikasi Peran dan Tanggung jawab dari

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

(Skripsi) Oleh NOVI SAGITA

(Skripsi) Oleh NOVI SAGITA STUDI TENTANG PENYEBAB BANYAKNYA JUMLAH ANAK YANG DIMILIKI PUS SETIAP KELUARGA PRA SEJAHTERA KETURUNAN TRANSMIGRAN KOLONISASI DI DESA BAGELEN KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2009 (Skripsi)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 8 2014 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN DAN

Lebih terperinci

PENGAWASAN DINAS KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK AHLI GIGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh. Fitri Afrilia

PENGAWASAN DINAS KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK AHLI GIGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh. Fitri Afrilia PENGAWASAN DINAS KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK AHLI GIGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh Fitri Afrilia UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2013 PENGAWASAN DINAS KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK AHLI GIGI DI

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP KERUGIAN YANG DIDERITA PERSEROAN TERBATAS. (Skripsi) Oleh HARIS SUGANDA

TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP KERUGIAN YANG DIDERITA PERSEROAN TERBATAS. (Skripsi) Oleh HARIS SUGANDA TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP KERUGIAN YANG DIDERITA PERSEROAN TERBATAS (Skripsi) Oleh HARIS SUGANDA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2010 TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP KERUGIAN YANG

Lebih terperinci

Konsil Kedokteran Indonesia ROADMAP. Menuju. Dashboard Informasi Kedokteran-Kesehatan Indonesia. Daryo Soemitro dr., Sp.BS Ketua Divisi Registrasi

Konsil Kedokteran Indonesia ROADMAP. Menuju. Dashboard Informasi Kedokteran-Kesehatan Indonesia. Daryo Soemitro dr., Sp.BS Ketua Divisi Registrasi Konsil Kedokteran Indonesia ROADMAP Menuju Dashboard Informasi Kedokteran-Kesehatan Indonesia Daryo Soemitro dr., Sp.BS Ketua Divisi Registrasi Millennium Development Goals 1. Menanggulangi kemiskinan

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ISKAK TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pembukaan. Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap warganya dari

BAB I PENDAHULUAN. cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pembukaan. Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap warganya dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat bersama secara keseluruhan, karena hal ini sangatlah penting bagi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR: 3 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR: 3 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR: 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PRAKTEK DAN IZIN KERJA TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PELAKSANAAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KABUPATEN

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PELAKSANAAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KABUPATEN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Nama : Bagus Dwi Sulaksono NIM : 20130610349 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penelitian hukum(skripsi) berjudul PELAKSANAAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

INDRA PUTRA BANGSAWAN

INDRA PUTRA BANGSAWAN ANALISIS PENANGGULANGAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM JABATAN PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Pada Wilayah Hukum Kota Metro) Oleh INDRA PUTRA BANGSAWAN Skripsi Sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

RAHASIA KEDOKTERAN. Dr.H Agus Moch. Algozi, SpF, DFM. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga PENDAHULUAN

RAHASIA KEDOKTERAN. Dr.H Agus Moch. Algozi, SpF, DFM. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga PENDAHULUAN RAHASIA KEDOKTERAN Dr.H Agus Moch. Algozi, SpF, DFM Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga PENDAHULUAN Dokter harus sadar bahwa masyarakat kita sekarang ini sudah kritis

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

SUBSISTEM SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

SUBSISTEM SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN SUBSISTEM SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN Oleh: Dian Kusuma,, SKM, MPH Kuliah: Sistem dan Manajemen Kesehatan Palembang,, Indonesia 2007 Apa MASALAH MASALAH yang Anda ketahui tentang sumber daya manusia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1363/MENKES/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK FISIOTERAPIS

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1363/MENKES/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK FISIOTERAPIS KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1363/MENKES/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK FISIOTERAPIS MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERIZINAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 867/MENKES/PER/VIII/2004 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK TERAPIS WICARA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 867/MENKES/PER/VIII/2004 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK TERAPIS WICARA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 867/MENKES/PER/VIII/2004 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK TERAPIS WICARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PERIJINAN PELAYANAN KESEHATAN

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PERIJINAN PELAYANAN KESEHATAN 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PERIJINAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN SWASTA, IZIN INDUSTRI RUMAH

Lebih terperinci