BATAS KRITIS KALIUM UNTUK TANAMAN JAGUNG PADA BERBAGAI STATUS HARA DI TANAH INCEPTISOL
|
|
- Leony Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BATAS KRITIS KALIUM UNTUK TANAMAN JAGUNG PADA BERBAGAI STATUS HARA DI TANAH INCEPTISOL Irwan Agusnu Putra Fakultas Pertanian, Universitas Cut Nyak Dhien Jalan Gatot Subroto No. 28, Medan, Sumatera Utara, Indonesia ABSTRAK Batas kritis kalium untuk tanaman jagung (Zea mays l.) pada berbagai status hara di tanah Inceptisol. Untuk menentukan batas kritis Kalium untuk tanaman jagung, dilakukan dengan menggunakan metode Grafik Cate-Nelson. Pada metode tersebut hanya diperoleh dua kategori, yaitu respon terhadap pemupukan (daerah sebelah kiri batas kritis) dan tidak respon terhadap pemupukan (daerah sebelah kanan batas kritis). Batas kritis hara Kalium tanah dipelajari dengan menghubungkan hasil analisis tanah dengan persentase hasil relatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan batas kritis kalium tanah untuk tanaman jagung di tanah Inceptisol pada berbagai status hara kalium tanah. Penelitian dilakukan melalui modifikasi status hara secara buatan dengan aplikasi pupuk kandang Dari hasil penelitian diperoleh batas kritis kadar hara Kalium tanah (K-dd) yang diperoleh pada status hara rendah sebesar 0,50 me/100 g, agak rendah sebesar 0,76 me/100 g dan sedang sebesar 1,03 me/100 g. Batas kritis kadar Kalium-dd dibawah nilai tersebut menandakan tanaman respon terhadap pemupukan bila kadar hara K-dd tanah berada dibawah nilai perolehan batas kritis. Respon tanaman terbaik pada status hara agak rendah atau dosis pupuk kandang sebesar 10 t/ha dengan produksi pipilan kering 11,05 t/ha. Kata Kunci : Kalium, Batas Kritis,Tanah Inceptisol T PENDAHULUAN anah Inceptisol menempati lahan terluas di Sumatera Utara dan potensi bagi budi daya jagung dan tanaman pangan dan holtikultura lainnya dengan luas lahan Ha dari total luas jenis tanah sebesar Ha. Tanah tersebut mempunyai reaksi tanah masam sampai agak masam (ph 4,6 5,5) serta kandungan liat yang cukup tinggi dan kadar kalium relatif rendah berkisar 0,1 0,2 me/100 gr tanah serta kompleks adsorbsi didominasi oleh Ca dan Mg (Puslitanak, 2000). Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem, pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung ratarata C dan ph tanah 5,7-6,8 (Subandi et al., 1988). Tanah Inceptisol juga didominasi oleh kandungan liat yang relatif tinggi sehingga fiksasi kalium sangat kuat yang mengakibatkan konsentrasi kalium pada larutan tanah berkurang, hal ini menyebabkan unsur kalium pada tanah Inceptisol relatif rendah. Rendahnya kalium pada jenis tanah ini menjadikan masalah tersendiri bagi budi daya jagung karena kalium merupakan hara yang sangat penting bagi pertumbuhan dan produksi tanaman jagung setelah Nitrogen. Untuk setiap ton hasil biji, tanaman jagung membutuhkan 27,4 kg N, 4,8 kg P dan 18,4 kg K (Cooke, 1985). Kekahatan kalium merupakan kendala yang sangat penting dan sering terjadi di tanah Inceptisol. Disamping faktor tanah, hara kalium mudah tercuci karena curah hujan yang tinggi di daerah tropika basah menyebabkan K banyak yang hilang. Untuk mengatasi keadaan tersebut diatas, perlu dilakukan penambahan kalium secara proporsional melalui pemupukan dan pemberian pupuk kandang ayam sebagai bahan organik. Nursyamsi dan Sutriadi (2004) menyatakan bahwa pemupukan kalium nyata meningkatkan hasil tanaman kedelai, terutama di tanah-tanah yang memiliki kadar kalium rendah seperti di tanah Inseptisol. Disamping itu, bahan organik dalam hal ini pupuk kandang juga dapat menambah
2 2 Agrica Ekstensia. Vol. 9 No. 1 Juni 2015: 1-7 ketersediaan unsur kalium, salah satunya adalah pemberian pupuk kandang ayam/ungas yang dapat menyumbangkan unsur kalium sebesar 0,89 % (Tan 1993). Kalium memiliki fungsi penting dalam osmoregulasi, aktivasi enzim, regulasi dari ph sel, keseimbangan kation - anion sel, pengaturan transpirasi oleh stomata, dan transportasi dari assimilate (produk dari fotosintesis). Kalium meningkatkan kekuatan untuk dinding sel tanaman dan terlibat dalam jaringan lignification dari sclerenchyma. Secara keseluruhan Kalium meningkatkan luas daun dan meningkatkan kandungan zat hijau daun, penundaan daun menjadi tua, karena itu kontribusinya besar terhadap fotosintesis dan pertumbuhan tanaman. Tidak seperti N dan P, Kalium tidak memiliki efek pada pematahan cabang (Dobermann and Fairhurst, 2000). Kekurangan Kalium menyebabkan tidak terakumulasinya molekul gula yang tingkat kestabilannya rendah, asam amino, dan enzim aminase yang cocok untuk sumber makanan untuk mencegah penyakit daun. Kalium meningkatkan toleran tanaman dari kondisi iklim, lingkungan yang merugikan, hama serangga, dan penyakit. Kalium sangat mobil di dalam tanaman dan berpindah kembali ke daun muda dari daun tua/lama. Seringkali, respon hasil untuk pupuk Kalium hanya diamati bila pasokan sumber hara lain, terutama N dan P sudah cukup (Dobermann and Fairhurst, 2000). Kalium merupakan agen katalis yang berperan dalam proses metabolisme tanaman, seperti: (1) meningkatkan aktivasi enzim, (2) mengurangi kehilangan air transpirasi melalui pengaturan stomata, (3) meningkatkan produksi adenosine triphosphate (ATP), (4) membantu translokasi asimilat, dan (5) meningkatkan serapan N dan sintesis protein (Havlin et al., 1999). Unsur hara kalium di dalam tanah selain mudah tercuci, tingkat ketersediaanya sangat dipengaruhi oleh ph dan kejenuhan basa. Pada ph rendah dan kejenuhan basa rendah kalium mudah hilang tercuci, pada ph netral dan kejenuhan basa tinggi kalium diikat oleh Ca. Kapasitas tukar kation yang makin besar meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan Kalium, dengan demikian larutan tanah lambat melepaskan kalium dan menurunkan potensi pencucian (Ismunadji, 1989). Kekahatan kalium merupakan kendala yang sangat penting dan sering terjadi di tanah Inceptisol. Disamping faktor tanah, hara kalium mudah tercuci karena curah hujan yang tinggi di daerah tropika basah menyebabkan K banyak yang hilang. Untuk mengatasi keadaan tersebut diatas, perlu dilakukan penambahan kalium secara proporsional melalui pemupukan dan pemberian pupuk kandang ayam sebagai bahan organik. Untuk mendukung ketersediaan hara kalium tanah, perlu upaya perlakuan untuk mendukung ketersediaannya. Salah satu upaya tersebut adalah dengan penambahan pupuk kandang sebagai sumber bahan organik yang secara kimia merupakan bahan yang mudah terurai melalui proses mineralisasi dan akan menyumbangkan sejumlah ion-ion hara tersedia seperti K +. Senyawa sisa mineralisasi dan senyawa sulit terurai lainnya melalui proses humifikasi akan menghasilkan humus tanah yang terutama berperan secara koloidal dimana koloidal organik ini melalui muatan listriknya akan meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang akan menyebabkan ketersediaan basa-basa meningkat, secara fisik bahan organik meningkatkan daya tahan menahan air sehingga hara K + yang terfiksasi oleh koloid liat akan terlepas memenuhi permukaan koloid liat dan larutan tanah yang mengakibatkan K + lebih mudah diserap oleh bulu akar (Hanafiah, 2007). Menurut Hanafiah (2007), pemberian pupuk kandang ayam dapat meningkatkan sifat kimia tanah seperti naiknya ph, kadar Ca-dd, C-organik, N total, C/N dan H-dd serta turunnya kadar Al-dd dan Fe-dd yang semuanya bersifat positif terhadap perbaikan sifat-sifat kimiawi tanah kecuali nisbah C/N dan H-dd. Penambahan bahan organik dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik) yang mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air yang diberikan di dalam tanah. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian. Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menentukan batas kritis kalium tanah untuk tanaman jagung di tanah Inceptisol pada berbagai status hara kalium tanah serta mengkaji respon pertumbuhan dan produksi jagung pada berbagai status hara kalium tanah.
3 Batas Kritis Kalium Untuk Tanaman Jagung... (Irwan Agusnu Putra) 3 HIPOTESIS 1) Batas kritis kalium di tanah Inceptisol meningkat pada kondisi status hara tanah Rendah. 2) Aplikasi pupuk kalium yang tepat pada status hara tertentu dapat meningkatkan hara kalium dan respon tanaman jagung. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2012 sampai dengan Juli Lokasi penelitian berada pada ketinggian 16 mdpl dan menurut Puslitanak (2000) jenis tanah adalah Inceptisol. Bahan yang digunakan adalah benih jagung hibrida P 12, Pupuk KCl, Urea,TSP, contoh tanah dan pupuk kandang ayam, insektisida Sentrin 50 EC, herbisida Smart 40 AS dan fungisida Broconil 75 WP. Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, spidol, kayu untuk tugal, alat tulis, papan label. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Petak Terpisah (RPT), terdiri dari 2 faktor. Faktor I sebagai Petak Utama : Modifikasi status hara dari penelitian I terdiri dari 3 status hara Kalium : A1 = Rendah (R) = < 0,2 me/100 g A2 = Agak Rendah (AR) = 0,2 0,3 me/100 g A3 = Sedang (S) = 0,4 0,7 me/100 g *Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) Faktor II sebagai Anak Petak : Pemberian Pupuk Kalium 6 level yaitu : K0 = Kontrol atau 0 kg K 2 O/petak K1 = 25 kg K 2 O/Ha / 17 gr KCl/petak K2 = 50 kg K 2 O/Ha / 33 gr KCl/petak K3 = 75 kg K 2 O/Ha / 50 gr KCl/petak K4 = 100 kg K 2 O/Ha / 67 gr KCl/petak K5 = 125 kg K 2 O/Ha / 83 gr KCl/petak HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Kalium Tanah dapat dipertukarkan (Kdd) Pada Waktu Panen Pengaruh perlakuan pupuk kalium dan pupuk kandang ayam terhadap kadar kalium dapat dipertukarkan (K-dd tanah). Secara umum dapat dilihat bahwa nilai K-dd tanah meningkat dengan adanya peningkatan status hara tanah, dan selanjutnya mengalami penurunan. Sementara pada perlakuan pupuk kalium, semakin tinggi pupuk kalium yang diberikan, akan meningkatkan nilai K-dd tanah. Pada perlakuan pemberian pupuk kalium (K) berpengaruh nyata terhadap K-dd tanah, dan kadar kalium tanah tertinggi diperoleh pada perlakuan K5 (125 Kg K2O/ha) dengan kandungan K-dd rata-rata sebesar 1,09 me/100 g dan yang terendah pada perlakuan K0 (0 Kg K2O/ha) dengan kandungan K-dd rata-rata sebesar 0,10 me/100 g. Sedangkan kombinasi perlakuan pupuk kandang ayam dan perlakuan pemberian pupuk kalium tidak berpengaruh nyata terhadap K-dd tanah dan diperoleh kandungan K-dd tanah tertinggi pada perlakuan A2K5 yaitu 1,24 me/100 g dan terendah pada perlakuan A2K0 yaitu 0,07 me/100 g. Kadar K-dd pada beberapa status hara tanah dan dosis pupuk kalium terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Kadar Kalium (K-dd) Tanah pada Waktu Panen pada Berbagai Status Hara Tanah dan Pupuk Kalium Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji jarak Duncan Bobot pipilan kering Perlakuan pemberian pupuk kandang ayam (A) berpengaruh nyata terhadap bobot pipilan kering dimana diperoleh nilai tertinggi adalah pada status hara agak rendah (A2) dengan bobot ratarata sebesar g dan terendah pada status hara rendah ( A1) dengan bobot pipilan kering rata-rata sebesar g. Pada perlakuan pemberian pupuk kalium (K) berpengaruh nyata terhadap bobot pipilan kering dan diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan K2 (50 Kg K 2 O/ha) dengan bobot pipilan kering rata-rata sebesar g dan yang terendah pada perlakuan K0 (0 Kg K 2 O/ha) dengan bobot pipilan kering rata-rata sebesar g. Bobot pipilan kering pada berbagai status hara tanah dan pupuk kalium terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Data Bobot Pipilan Kering pada Berbagai Status Hara Tanah dan Dosis Pupuk Kalium. Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji jarak Duncan.
4 4 Agrica Ekstensia. Vol. 9 No. 1 Juni 2015: 1-7 A. Kurva Respon Kadar Kalium (K-dd) Tanah dan Batas Kritis Pada Status Hara Rendah (A1) 1. Kurva Respon Kadar Kalium (K-dd) Tanah Kurva Respon hubungan kandungan Kaliumdd dengan bobot pipilan kering pada status hara rendah dapat dilihat pada Gambar 1. tanah berada dibawah nilai perolehan batas kritis diatas. Pemberian pupuk hingga mencapai K-dd tanah sampai zona positif, memberikan produksi mencapai 90 % dari produksi relatif. B. Kurva Respon Kadar Kalium (K-dd) Tanah dan Batas Kritis Pada Status Hara Agak Rendah (A2) 1. Kurva Respon Kadar Kalium dapat dipertukarkan (K-dd) Tanah Kurva Respon hubungan kadar Kalium-dd dengan bobot pipilan kering pada status hara agak rendah dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 1. Kurva Respon Hubungan Kadar Kalium-dd dengan Bobot Pipilan Kering Pada Status Hara Rendah Dari Gambar 1 diatas, secara umum dapat dilihat bahwa hubungan kandungan Kalium-dd dengan bobot pipilan kering diperoleh kurva respon dengan pola kuadratik yang cenderung meningkat sampai batas maksimum dan semakin bertambah kandungan Kalium-dd maka produksi bobot pipilan kering jagung semakin berkurang/menurun. 2. Batas Kritis Kadar Kalium (K-dd) Tanah Batas kritis kadar Kalium dapat dipertukarkan pada status hara rendah dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 3. Kurva Respon Hubungan Kadar Kalium-dd dengan Bobot Pipilan Kering Pada Status Hara Agak Rendah Dari Gambar 3, secara umum dapat dilihat hubungan kadar hara Kalium-dd dengan bobot pipilan kering menghasilkan kurva respon dengan pola kuadratik yang cenderung meningkat sampai batas maksimum dan semakin bertambah kadar Kalium-dd maka produksi bobot pipilan kering jagung semakin berkurang/menurun. 2. Batas Kritis Kadar Kalium (K-dd) Tanah Batas kritis kandungan Kalium dapat dipertukarkan pada status hara agak rendah dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 2. Batas Kritis Kadar Kalium-dd Pada Status Hara Rendah Dari Gambar 2 diatas, dapat dilihat bahwa batas kritis kandungan Kalium-dd yang diperoleh sebesar 0,50 me/100 g. Batas kritis kadar Kaliumdd dibawah nilai tersebut menandakan tanaman respon terhadap pemupukan bila kadar hara K-dd Gambar 4. Batas Kritis Kadar Kalium-dd Pada Status Hara Agak Rendah
5 Batas Kritis Kalium Untuk Tanaman Jagung... (Irwan Agusnu Putra) 5 Dari Gambar 4 diatas, secara umum dapat dilihat bahwa batas kritis yang diperoleh sebesar 0,76 me/100 g. Batas kritis kadar Kalium-dd dibawah nilai tersebut menandakan tanaman respon terhadap pemupukan bila kadar hara K-dd tanah berada dibawah nilai perolehan batas kritis diatas. Pemberian pupuk hingga mencapai K-dd tanah sampai zona positif, memberikan produksi mencapai 90 % dari produksi relatif. 2. Batas Kritis Kadar Kalium (K-dd) Tanah Batas kritis kadar Kalium dapat dipertukarkan pada status hara agak rendah dapat dilihat pada Gambar 6. C. Kurva Respon Kadar Kalium (K-dd) Tanah dan Batas Kritis Pada Status Hara Sedang (A3) 1. Kurva Respon Kadar Kalium (K-dd) Tanah Kurva Respon hubungan kadar Kalium-dd dengan bobot pipilan kering pada status hara sedang dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Kurva Respon Hubungan Kadar Kalium-dd dengan Bobot Pipilan Kering Pada Status Hara Sedang Dari Gambar 5 diatas, secara umum dapat dilihat bahwa hubungan kadar Kalium-dd dengan bobot pipilan kering menghasilkan kurva respon dengan pola kuadratik yang cenderung meningkat sampai batas maksimum dan semakin bertambah kandungan Kalium-dd maka produksi bobot pipilan kering jagung semakin berkurang/menurun. Gambar 6. Batas Kritis Kadar Kalium-dd Pada Status Hara Sedang Dari Gambar 6 diatas, secara umum dapat dilihat bahwa batas kritis kadar Kalium-dd sebesar 1,03 me/100 g. Batas kritis kadar Kalium-dd dibawah nilai tersebut menandakan tanaman respon terhadap pemupukan bila kadar hara K-dd tanah berada dibawah nilai perolehan batas kritis diatas. Pemberian pupuk hingga mencapai K-dd tanah sampai zona positif, memberikan produksi mencapai 90 % dari produksi relatif. Rekomendasi pemupukan K disusun dengan membuat kurva respon tanaman untuk setiap status hara K yaitu rendah, agak rendah dan sedang. Kurva respon umum dari setiap kelas uji tanah ditentukan dengan menggunakan analisis regresi terhadap berat pipilan kering dari tiap kelompok uji tanah. Rekomendasi pemupukan berdasarkan kurva respon pada berbagai status hara tanah yang dimodifikasi dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 diatas, diperoleh hasil rekomendasi pemupukan Kalium dan produksi pipilan kering jagung yaitu pada status hara rendah sebesar 79,28 Kg KCl/ha (47,57 Kg K 2 O/ha) dengan pencapaian produksi pipilan kering per hektar sebesar 9,32 ton, pada status
6 6 Agrica Ekstensia. Vol. 9 No. 1 Juni 2015: 1-7 hara agak rendah diperoleh hasil rekomendasi pemupukan Kalium dan produksi pipilan kering jagung sebesar 104,58 Kg KCl/ha (62,75 Kg K 2 O/ha) dengan pencapaian produksi pipilan kering sebesar 11,05 t/ha dan pada status hara sedang, diperoleh hasil rekomendasi pemupukan sebesar 219,45 Kg KCl/ha (131,67 Kg K 2 O/ha) dengan pencapaian produksi pipilan kering sebesar 9,52 t/ha. PEMBAHASAN Batas Kritis Batas kritis kadar hara Kalium tanah (K-dd) yang diperoleh pada status hara rendah sebesar 0,50 me/100 g, agak rendah sebesar 0,76 me/100 g dan sedang sebesar 1,03 me/100 g. Nilai batas kritis kadar K-dd tanah dari penelitian ini, menghasilkan status hara sedang sampai dengan tinggi (Peneliti Klasifikasi Tanah PPKS,1990). Dari penelitian yang dilakukan pada ketiga status hara Kalium yang diaplikasi Pupuk kandang ayam, nilai batas kritis pada status hara rendah, agak rendah dan sedang berada pada kriteria status hara sedang sampai agak tinggi (Peneliti Klasifikasi Tanah PPKS 1990). Keadaan status hara ini berubah lebih baik dengan meningkatnya masing-masing nilai K-dd tanah dan status haranya. Batas kritis tanah pada status hara rendah lebih kecil dibandingkan dengan batas kritis pada status hara agak rendah dan sedang, sedangkan respon tanaman terhadap pemupukan pada status hara yang rendah, agak rendah dan sedang tergolong tinggi yaitu rata-rata mencapai 90 %, yang berarti tanah pada lokasi penelitian digolongkan pada status hara rendah. Sesuai yang disampaikan Subiksa dan Sabiham (2006) bahwa status hara K digolongkan rendah apabila respon tanaman cukup tinggi terhadap pemupukan K. Sebaliknya status hara tinggi bila respon tanaman sangat rendah terhadap pemupukan K. Respon K yang tinggi ditandai dengan nilai Ymax yang tinggi, sebaliknya respon K rendah ditandai dengan nilai Ymax yang rendah. Pada status hara rendah, batas kritis yang diperoleh adalah 0,50 me/100 g tanah. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk kalium untuk mencapai hasil relatif 90 % masih dapat diberikan diatas batas kritis. Pada status hara agak rendah, batas kritis yang diperoleh sebesar 0,76 me/100 g tanah. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk kalium untuk mencapai hasil relatif 90 % masih dapat diberikan diatas batas kritis. Sementara pada status hara sedang, batas kritis yang diperoleh sebesar 1,03 me/100 g tanah dan respon tanaman terhadap pemberian pupuk Kalium untuk mencapai hasil relatif 90 % diberikan dibawah batas kritis. Hal ini disebabkan pada status hara rendah sampai dengan agak rendah, tanah masih sangat respon terhadap pemberian pupuk kalium. Sementara pada status hara sedang, pemberian pupuk kalium diatas batas kritis diduga akan menurunkan produksi hingga mencapai hasil relatif dibawah 90 %. Hal ini diduga pada tanah kelas status hara sedang terjadi akumulasi Kalium yang lebih tinggi dibandingkan pada status hara rendah dan agak rendah yang menyebabkan terganggunya keseimbangan hara Kalium tanah dan konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan Kalium mudah terfiksasi, tercuci dan dapat menekan serapan unsur Ca dan Mg bagi tanaman, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman tergangu. Rekomendasi Pupuk Berdasarkan Kurva Respon Dari hasil penelitian berdasarkan metode kurva respon pemupukan Kalium, diperoleh hasil maksimum produksi pipilan kering untuk untuk masing-masing kelas status hara K-dd tanah adalah 155,34 g/tanaman untuk kelas status hara rendah (A1), 165,82 g/tanaman untuk kelas status hara agak rendah (A2) dan 158,64 g/tanaman untuk kelas status hara sedang (A3). Dari hasil penelitian rekomendasi pemupukan, pada status hara rendah sebesar 79,28 Kg KCl/ha (47,57 Kg K 2 O/ha), status hara agak rendah sebesar 104,58 Kg KCl/ha ( 62,75 K 2 O/ha) dan pada status hara sedang sebesar 219,45 Kg KCl/ha (131,67 Kg K 2 O/ha). Semakin tinggi status hara K tanah, semakin besar pupuk yang dibutuhkan. Hal ini berbeda dengan penelitian Nursyamsi (2006) menyatakan bahwa takaran pupuk Kalium untuk mencapai hasil maksimum di kelas hara rendah, sedang, dan tinggi pada tanah Ultisol masing-masing 210, 190, dan 150 kg KCl/ha, seperti halnya batas kritis hara, kebutuhan hara tanaman juga tergantung sistem tanah-tanaman. Penelitian yang dilaksanakan di tanah Inceptisol Subang menunjukkan bahwa kebutuhan pupuk K untuk kedelai adalah 110 dan 10 kg KCl/ha masing-masing untuk kelas hara rendah dan tinggi (Nursyamsi dan Sutriadi, 2004). Sementara itu dalam sistem Oxisol- kedelai takaran optimum pupuk K untuk kedelai adalah 245 dan 68 kg KCl/ha (Nursyamsi et al., 2007) dan sistem Inceptisol-jagung adalah 119 kg MOP/ha
7 Batas Kritis Kalium Untuk Tanaman Jagung... (Irwan Agusnu Putra) 7 (Nursyamsi et al., 2007). Penelitian yang dilaksanakan di tanah Inceptisol Subang menunjukkan bahwa kebutuhan pupuk Kalium untuk kedelai di tanah berstatus Kalium rendah dan tinggi berturut-turut adalah 265 dan 165 kg KCl/ha (Nursyamsi et al., 2007). Penelitian pemupukan K untuk tomat yang dilaksanakan di tanah Inceptisol Darmaga (Bogor) menunjukkan bahwa rekomendasi pupuk di tanah berstatus K sangat rendah, rendah, dan sedang berturut-turut adalah: 397, 325, dan 272 kg KCl/ha. Tanah yang mempunyai kelas hara K tinggi dan sangat tinggi tidak perlu dipupuk K (Amisnaipa, 2005). Dari semua penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa pemberian dosis pupuk kalium pada tanah yang status hara K rendah lebih tinggi dari pada tanah dengan status hara K tinggi. Disamping itu, keadaan status hara berbeda tetapi masih menggunakan lokasi yang sama (lokasi tunggal), sifat dan karakteristik tanah adalah sama yaitu jenis tanah Inceptisol yang salah satu ciricirinya adalah mempunyai nilai KTK sedang sampai tinggi (Puslitanak, 2000). Pemberian pupuk kandang ayam ikut meningkatkan nilai KTK tanah, sehingga pada keadaan pemberian pupuk K kemungkinan besar kation-kation K + terfiksasi dan membutuhkan banyak pemupukan K agar tersedia bagi tanaman. KESIMPULAN Batas kritis Kalium dapat dipertukarkan (K-dd) tanah Inceptisol pada tanaman jagung semakin tinggi pada status hara rendah dengan kadar 0,50 me/100g sampai dengan sedang dengan kadar 1,03 me/100 g. Hasil produksi maksimum pipilan kering jagung pada status hara rendah, agak rendah dan sedang masing-masing adalah 9,32 t/ha, 11,05 t/ha dan 9,52 t/ha. DAFTAR PUSTAKA Amisnaipa, Rekomendasi pemupukan kalium pada budidaya tomat (Lycopersicum esculentum Mill L.) menggunakan irigasi tetes dan mulsa polyethylene. Tesis Program Studi Agronomi, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Cooke, G.W. dalam Sari, S.G Pengujian Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi pada tanaman jagung (Zea mays L.) di Tanah Andic Eutrudpth Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo. Dobermann. A and T.H. Fairhurst Rice: Nutrient Disorders & Nutrient Management. International Rice Research Institute and Potash & Phosphate Institute/Potash & Phosphate Institute of Canada. Hanafiah, K.A Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Havlin, J. L., J. D. Beaton, S. L. Tisdale and W. L. Nelson Soil Fertility and Fertilizers An Introduction to Nutrient Management. 6th ed. Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.pp Nelson, L.A. and R.L. Anderson Nursyamsi, D., M.T. Sutriadi, dan U. Kurnia Penentuan kebutuhan pupuk kalium untuk kedelai ( Glycine max L.) pada Typic Kandiudoxs berdasarkan prosedur uji tanah. J. Tanah Trop. 1:1-9. Nursyamsi, D Kebutuhan hara KaliumTanaman Kedelai di tanah Ultisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006) p: Nursyamsi,D., Idris.K, Sabiham. S, Rachim. D.A dan Sofyan. A Sifat-sifat Tanah Dominan yang Berpengaruh Terhadap K tersedia Pada Tanah-tanah yang didominasi Smektit. Jurnal Tanah dan Iklim No. 26. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Sumber Daya Lahan Indonesia Dan Pengelolaannya. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor. Subandi, I. Manwan, and A. Blumenschein National Coordinated Research Program: Corn. Central Research Institute for Food Crops.Bogor. p.83. Subiksa, IGM dan Sabiham, S Kalibrasi Nilai Uji Tanah Kalium untuk Tanaman Jagung pada Typic Hapludox Cigudeg. Puslitanak. Bogor. Tan, K.H Environmental Soil Science. Marcel Dekker. Inc. New York.
PENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanah Inceptisol
TINJAUAN PUSTAKA Tanah Inceptisol Tanah Inceptisol (inceptum = mulai berkembang) berdasarkan Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2003) menunjukkan bahwa tanah ini mempunyai horizon penciri berupa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays
PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik
TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun
Lebih terperinciLatar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap tanaman dalam jumlah banyak. Pada tanaman jagung hara Kdiserap lebih banyak daripada hara N dan P. Lei
Lebih terperinciIV. HASIL PENELITIAN
IV. HASIL PENELITIAN Karakterisasi Tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah Ultisol memiliki tekstur lempung dan bersifat masam (Tabel 2). Selisih antara ph H,O dan ph KC1 adalah 0,4; berarti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciVII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN
VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan
Lebih terperinciANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG
ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah yang miskin akan unsur hara, salah satunya adalah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,
Lebih terperinciKEBUTUHAN HARA KALIUM TANAMAN KEDELAI DI TANAH ULTISOL
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006) p: 71-81 KEBUTUHAN HARA KALIUM TANAMAN KEDELAI DI TANAH ULTISOL Dedi Nursyamsi Staf Peneliti Balai Penelitian Tanah, Jl. Ir. H. Juanda 98, Bogor, e-mail:
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu
TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu sumber protein nabati yang penting karena mempunyai kandungan protein yang relatif tinggi. Manfaat yang dapat
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena
17 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Ultisol Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG
PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG Nerty Soverda, Rinaldy, Irmia Susanti Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia
EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan pada lahan sawah di Bontonompo Gowa-Sulsel yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan pangan juga akan meningkat, namun tidak diiringi dengan peningkatan produktivitas tanah. Hal tersebut
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut
Lebih terperinciPENDAHULUAN. hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan
PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, saat ini alih fungsi lahan di tanah air hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan luas lahan pertanian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Tanah Sawah di Pulau Jawa Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah sawah di Pulau Jawa disajikan pada Tabel 3. Status sifat kimia tanah yang diteliti
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:
Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTISOL TERHADAP ph TANAH DAN P-TERSEDIA TANAH Karnilawati 1), Yusnizar 2) dan Zuraida 3) 1) Program
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida
20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.Tinggi Tanaman Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida pada umur 28 dan 45 HST (lampiran 1), bahwa F-hitung lebih besar
Lebih terperinciPertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis (Zea mays Saccharata) merupakan salah satu jenis tanaman yang
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung Manis Jagung manis (Zea mays Saccharata) merupakan salah satu jenis tanaman yang dipanen muda dan banyak diusahakan di daerah tropis. Jagung manis atau yang sering
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Tanah Analisis tanah merupakan salah satu pengamatan selintas untuk mengetahui karakteristik tanah sebelum maupun setelah dilakukan penelitian. Analisis tanah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. setelah N dan P. Umumnya K diserap tanaman dalam bentuk K larut (soluble K) yang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kalium merupakan hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak setelah N dan P. Umumnya K diserap tanaman dalam bentuk K larut (soluble K) yang berada dalam reaksi keseimbangan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan
Lebih terperinciA. PENDAHULUAN. Jurnal Geografi Vol. 1 No.1 Agustus
PENGARUH PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK N, P, K BUATAN PADA ULTISOL TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS L) Oleh : Dra.Elfayetti,MP ABSTRAK Ultisol mempunyai sifat kimia yang kurang
Lebih terperinciAPLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia
APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Dalam budi daya jagung perlu memperhatikan cara aplikasi pupuk urea yang efisien sehingga pupuk yang diberikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah
Lebih terperinciREKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor
REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata
Lebih terperinciREHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG
1-8 REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG Agusni Dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Almuslim Email: aisyahraja2017@gmail.com
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut PPT (1983) (Lampiran 2), karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga (Tabel 2) termasuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan
Lebih terperinciJurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.2, April 2017 (33):
Aplikasi Pupuk Organik Cair dari Sabut Kelapa dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Ketersediaan dan Serapan Kalium serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala The application of liquid
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Kalium Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Sawah 2.2. Fraksi-fraksi Kalium dalam Tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Kalium Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Sawah Peranan utama kalium (K) dalam tanaman adalah sebagai aktivator berbagai enzim (Soepardi 1983). K merupakan satu-satunya
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi
Lebih terperinciPengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah Inseptisol Endoaquepts Kabupaten Barru Sulawesi Selatan
Pengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah Inseptisol Endoaquepts Kabupaten Barru Sulawesi Selatan Fahdiana Tabri Peneliti pada Balai Penelitian Tanaman
Lebih terperinciHUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat
Lebih terperinci0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tinggi Tanaman Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pupuk urea dan KCl berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
Lebih terperinci(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat
Lebih terperinciPENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA
PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.
Lebih terperinciUntuk menunjang pertumbuhannya, tananam memerlukan pasokan hara
Penentuan Takaran Pupuk Fosfat untuk Tanaman Padi Sawah Sarlan Abdulrachman dan Hasil Sembiring 1 Ringkasan Pemanfaatan kandungan fosfat tanah secara optimal merupakan strategi terbaik untuk mempertahankan
Lebih terperinciPEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM SERTA REKOMENDASI. Pembahasan. 8). Sementara itu pada Vertisol hanya kadar liat yang sangat nyata berkorelasi positip,
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM SERTA REKOMENDASI Pembahasan Uji korelasi menunjukkan bahwa kadar liat dan C-organik nyata sampai sangat nyata berkorelasi positip dengan KTK tanah pada Inceptisol (Tabel
Lebih terperinciV. PEMBAHASAN. Dinamika Hara K. Dinamika hara K merupakan perubahan hara K dalam tanah akibat
V. PEMBAHASAN Dinamika Hara K Dinamika hara K merupakan perubahan hara K dalam tanah akibat pemupukan K dan Ca. Terdapat korelasi yang nyata antara K-dd dengan K larut dalam air (Tabel 23). Hal ini berarti
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan
TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan dilakukan pengelolaan yang memperhatikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pemupukan
TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut
20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis
26 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis dilakukan
Lebih terperinciTanah Ultisol di Indonesia menempati areal yang cukup luas, yaitu sekitar. 42,3 juta ha (Sri Adiningsih et a/, 1997; Rochayati et a/, 1997).
11. TINJAUAN PUSTAKA Ciri Tanah Ultisol dan Vertisol Tanah Ultisol di Indonesia menempati areal yang cukup luas, yaitu sekitar 42,3 juta ha (Sri Adiningsih et a/, 1997; Rochayati et a/, 1997). Tanah ini
Lebih terperinciAplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala
Aplikasi Kandang dan Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Application of Farmyard Manure and SP-36 Fertilizer on Phosphorus Availability
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan
49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Lahan Sawah Tadah Hujan Sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang sangat tergantung pada curah hujan sebagai sumber air untuk berproduksi. Jenis sawah
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG
PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) MUSIM TANAM KEDUA DI TANAH ULTISOL GEDUNGMENENG Dermiyati 1), Jamalam Lumbanraja
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).
PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Bobot Segar Daun, Akar, dan Daun + Akar Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 8, 9 dan 10), pemberian pupuk Mikro-Biostimulant Cair berpengaruh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong komoditi sayuran buah dan sangat potensial untuk dikembangkan. Tomat memiliki banyak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih
TINJAUAN PUSTAKA Sekilas Tentang Tanah Andisol Andisol merupakan tanah yang mempunyai sifat tanah andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya, sebagaimana menurut Soil Survey Staff (2010) : 1. Didalam
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia
TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Teknologi produksi biomas jagung melalui peningkatan populasi tanaman.tujuan pengkajian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) mempunyai sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, akar sekunder,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai
Lebih terperinci