BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Industri a. Pengertian Industri Industri merupakan kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan prasarana. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007:431). Menurut UU No. 5 tahun 1984 tentang perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan / atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebuh tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri Pujoalwanto (2014:214). Definisi lain mengenai industri dijelaskan oleh BPS ( Badan Pusat Statistik) suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir, termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan. Berdasarkan sudut pandang geografi dalam industri sebagai suatu sistem, merupakan perpaduan subsistem fisis dengan subsistem manusia. Subsistem fisis yang mengandung pertumbuhan dan perkembangan industri yaitu komponen-komponen lahan, bahan mentah atau bahan baku, sumber daya energi, iklim dengan segala macam proses alamiahnya. Subsistem manusia yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan industri meliputi komponen-komponen tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi, keadaan politik, keadaan pemerintah, transportasi, dan komunikasi, konsumen dan pasar.

2 9 Berdasarkan semua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya industri merupakan bagian dari proses produksi yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi, sehingga menjadi barang yang memiliki kegunaan dan nilai tambah untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia. b. Klasifikasi Industri Menurut Pujoalwanto (2014:215), untuk mengetahui macammacam industri dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, pengelompokan industri yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian. 1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi: a) Industri ekstraktif, yaitu yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam. Misalnya industri hasil perikanan, industri, hasil kehutanan, industri hasil pertanian. b) Industri non ekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasil industri lain. Misalnya industri kayu lapis, industri kain. c) Industri fasilitatif atau disebut juga industri tersier yang kegiatan industrinya adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya perbangkan, perdagangan, angkutan dan pariwisata 2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi: Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Industri rumah tangga batu bata memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri. Pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya atau masih ada hubungan saudara. Misalnya industri kerajinan, industri bahan bangunan sederhana, industri

3 10 makanan ringan. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar. a) Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki ketrampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu. Misalnya industri konveksi, industri border, dan industri keramik. b) Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki ketrampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan, misalnya industri tekstil, industri mobil, industri besi baja. 3. Klasifikasi industri berdasarkan produksi yang dihasilkan Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi: a) Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung. Misalnya industri anyaman, industri konveksi, industri makanan dan minuman. b) Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya industri permintalan benang, industri ban, industri baja dan industri tekstil. c) Industri tersier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara

4 11 langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. 4. Klasifikasi industri berdasarkan lokasi unit usaha Keberadaan suatu industri menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri. Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi: a) Industri berorientasi pada pasar, yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen. Industri berorientasi pada tenaga kerja, yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya. b) Industri berorientasi pada pengolahan, yakni industri yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan. c) Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya industri batu bata berdekatan dengan bahan baku tanah liat, industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, industri gula berdekatan lahan tebu. 5. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi. Berdasarkan proses produksinya industri dibedakan menjadi: a) Industri Hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya industri kayu lapis, industri alumunium, industri permintalan, dan industri baja. b) Industri Hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya industri

5 12 pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif dan industri mebel. 6. Klasifikasi industri berdasarkan barang yang dihasilkan. Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi: a) Industri besar, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau alat produksi lainnya. Misalnya industri alat-alat berat, industri mesin, dan industri percetakan b) Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai untuk dikonsumsi. Misalnya industri obat-obatan, industri makanan dan industri minuman. Menurut Departemen Perindustrian Arsyad (2010:454), industri nasional di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu: 1. Industri Dasar Meliputi kelompok industri mesin dan logam (IMDL) dan kelompok industri kimia dasar (IKD). IMLD meliputi: industri mesin pertanian, elektonik, kereta api, pesawat terbang, kendaraan bermotor, besi baja, alumunium, tembaga, dan sebagainya. Yang termasuk dalam IKD, yaitu industri pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk, industri semen, industri batubara, industri silikat, dan sebagainya. Ditinjau dari misinya, industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri dan bersifat padat modal. Teknologi yang digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak padat karya, namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru secara sejajar dengan tumbuhnya industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya. 2. Industri kecil Meliputi industri langsung, yaitu: industri pangan (makanan, minuman, tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil,

6 13 pakaian jadi, serta barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan ( industri kertas, percetakan, penerbitan, barang-barang karet, plastic dan lain-lain), industrigalian bukan logam, dan industri logam ( mesin- mesin) listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dari logam, dan sebagainya) Kelompok industri kecil ini mempunyai misi untuk melaksanakan pemerataan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah dan sederhana, dan padat karya. Pengembangan industri kecil ini diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dengan memanfaatkan pasar dalam negri dan pasar luar negri (ekspor) 3. Industri hilir Melompok aneka industri atau (AI) yang meliputi, yaitu : industri yang mengolah sumber daya hutan, industri yang mengolah hasil tambang, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas, dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal, dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah dan teknologi maju Menurut Dianjung (1984:171), tenaga kerja yang digunakan dalam industri rumah tangga merupakan tenaga kerja yang terbagi dalam: 1) buruh harian tetap, yaitu buruh yang telah mempunyai keahlian dalam pembuatan batu bata, serta pekerjaannya telah menetap pada satu pemilih usaha batu bata, 2) buruh borongan tetap, yaitu buruh yang mempunyai ketrampilan cukup ahli dalam pembuatan batu bata, serta menetap pada satu pemilik usaha batu bata. 3) buruh borongan, yaitu buruh yang mempunyai ketrampilan tertentu dalam bidang pekerjaan batu bata.

7 14 c. Teori Lokasi Industri Lokasi merupakan letak suatu tempat diatas permukaan bumi. Lokasi merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Faktor-faktor yang ikut menentukan berdirinya industri di suatu wilayah yaitu faktor ekonomis, historis, manusia, politis dan geografis. Teori lokasi adalah ilmu yang mempelajari tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Teori lokasi membantu memecahkan masalah penentuan lokasi, khususnya industri maupun kepentingan lain. Menurut ahli ekonomi regional/geographer dalam mempelajari lokasi berbagai kegiatan terlebih dahulu membuat asumsi bahwa ruang yang dianalisi adalah datar dan kondisinya di semua arah adalah sama. Kegunaan teori lokasi adalah untuk mendapatkan perusahaan atau lokasi ekonomis yang baik. Beberapa teori lokasi yang berkembang diantaranya 1) Teori lokasi industri dari Weber (least cost location), 2) Teori lokasi optimal dari losch, 3) Teori lokasi memaksimumkan laba. 1). Teori Lokasi Industri Dari Weber (Least Cost Location) Teori lokasi pertama dikemukakan oleh Alfred Weber. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum Tarigan (2012:96).

8 15 Dalam perumusan modelnya, Weber bertitik tolak pada asumsi bahwa: 1. Unit telaah adalah suatu wilayah yang terisolasi, iklim yang homogen konsumen yang terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan kondisi pasar adalah persaingan sempurna. 2. Beberapa sumber daya alam seperti air, pasir, dan batu bara tersedia di mana-mana (ubiquitous) dengan jumlah yang memadai. 3. Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara (sporadic) dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas. 4. Tenaga kerja tidak (ubiquitous) tidak menyebar secara merata tetapi berkelompok pada beberapa lokasi dan dengan mobilitas yang terbatas. Berdasarkan asumsi diatas biaya transportasi dan biaya upah tenaga kerja merupakan faktor umum yang secara fundamental menentukan pola lokasi dalam kerangka geografis. Menurut Weber, biaya transportasi merupakan faktor pertama dalam menentukan lokasi sedangkan kedua faktor lainnya merupakan faktor yang dapat memodifikasi lokasi. Titik terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi dipengaruhi oleh berat lokasional. Berat lokasional adalah berat total barang berupa input yang harus diangkut ke tempat produksi untuk menghasilkan satu satuan output ditambah berat output yang akan dibawa kepasar. Ada kemungkinan sumber berbagai barang baku dan pasar berada pada arah yang berbeda. dalam hal ini, lokasi biaya transportasi termurah adalah pada pertemuan dari berbagai arah tersebut. Weber memberikan konsep yang dinyatakan sebagai segitiga lokasi atau locational triangle

9 16 Konsep ini dinyatakan sebagai segitiga lokasi atau locational triangle seperti terlihat pada gambar 2.1 di bawah ini: Gambar : locational triangle dari Weber X P a T M 1 b c M 2 Z Sumber: Tarigan, (2012:97) Keterangan: T = Lokasi optimum M 1 dan M 2 = Sumber bahan baku P = Pasar X,Y,Z = Bobot input dan output A, b, c = Jarak lokasi inputdan output Pada gambar tersebut lokasi bahan baku terletak di M 1 dan M 2 dan pasar berada pada arah yang lain. Dengan demikian terdapat tiga arah lokasi sehingga ongkos angkutan termurah adalah pada pertemuan dari tiga arah tersebut. Weber merumuskan indeks material (IM) sebagai berikut. IM = Apabila IM > 1, perusahaan akan berlokasi dekat dengan bahan baku dan apabila IM < 1, perusahaan akan berlokasi dekat pasar. Biaya tenaga kerja adalah faktor kedua yang dapat mempengaruhi lokasi industri. Hal ini dapat terjadi apabila penghematan biaya tenga kerja per unit produksi lebih besar daripada tambahan biaya transportasi per unit produksi yang dapat mendorong berpindahnya lokasi ke dekat sumber tenaga kerja.

10 17 2). Teori Lokasi Pendekatan Pasar Losch August Losch menerbitkan sebuah buku yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa ingris dengan judul The Economic of Location. Apabila Weber melihat persoalan dari sisi produksi maka losch melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar). Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar. Banyaknya pemerintah kota yang melarang industri berada di dalam kota, dengan demikian, lokasi produksi harus berada di pinggir kota atau di luar kota tetapi dengan membuat kantor pemasaran di dalam kota. Dalam arti kata memanfaatkan ruang (range) atau wilayah pengaruh dari kota tersebut. Perkembangan wilayah pasar dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini : Gambar 2.2 Perkembangan Wilayah Pasar a) b) c) Sumber: Djoldjoeni, (1992:79) a) Pusat-pusat wilayah perdagangan berbentuk lingkaran terletak di titik-titik produksi b) Wilyah- wilayah perdagangan diperluas; yang berwarna gelap itu wilayah yang tidak dilayani c) Heksagonal-heksagonal itu mencerminkan bentuk wilayah perdagangan yang paling efisien

11 18 Setiap pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasaran seluas-luasnya. Jika wilayah pasaran akan bertindih dengan wilayah pasaran milik pabrik lain yang menghasilkan barang yang sama, karena itu akan mengurangi pendapatannya. Sebagai akibat dari pemikiran itu di dalam wilayah datar itu akan tersebar pabrik-pabrik secara merata dan saling bersambungan, dan terbentuk suatu heksagonal. Pada skala yang lebih besar, pabrik-pabrik dalam diagram masing-masing memiliki suatu hinterland yang heksagonal bentuknya. Sudah semestinya bahwa kemudian tiap produk akan memiliki permintaannya sendiri. Jadi berlainan pabrik, berlainan pula luas wilayah pasarannya karena mengikuti kelainan kompleks industrinya. 3). Teori Lokasi Memaksimumkan Laba Teori Weber hanya melihat sisi produksi, hanya melihat lokasi yang memberikan ongkos terkecil sedangkan sedangkan teori Losch hanya melihat sisi permintaan, melihat pada penjualan maksimal yang dapat diperoleh. Kedua pandangan itu perlu digabungkan, yaitu dengan mencari lokasi yang memberikan keuntungan maksimal setelah memperhatikan lokasi yang menghasilkan ongkos terkecil dan lokasi yang memberikan penerimaan terbesar. Dengan mengintroduksi konsep average cost (biaya ratarata) dan average revenue (penerimaan rata-rata). Dengan asumsi jumlah produksi adalah sama maka dapat dibuat kurva average cost (per unit produksi) yang bervariasi dengan lokasi. Disisi lain dapat pula dibuat kurva average revenue yang terkait dengan lokasi. Kemudian kedua kurva itu digabungkan dan di mana terdapat selisih average renever dikurangi average cost adalah tertinggi, itulah lokasi yang memberikan keuntungan optimal. Hal ini dapat dijelaskan pada gambar 2.3 berikut ini:

12 19 Gambar 2.3 Lokasi Yang Memberikan Keuntungan Maksimal AC AR A B C Sumber: Tarigan, (2012:102) Keterangan: AC : Average Cost (biaya rata-rata) AR : Average Renever (penerimaan rata-rata) Lokasi yang memberikan keuntungan adalah antara A dan C dan yang optimal adalah pada titik B. Lebih kiri dari titik A atau lebih ke kanan dari titik C perusahaan akan menderita kerugian. Di antara pasangan tersebut kita dapat memilih selisih positif terbesar apabila average revenue dikurangi average cost Smith (1956) dalam Djaljoeni (1992:20), telah membuktikan hipotesis bahwa industri-industri yang lose weight (barang jadinya berbobot lebih ringan daripada bahan mentahnya dalam proses fabrikasinya), akan berlokasi mendekati sumberdaya bahan mentah dah ini hanyalah benar di Inggris. Telaah lainnya memusatkan dari pada perkembangan industri tunggal dan keseimbangan medan lokasinya yang berubah Dari berbagai pandangan yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecuali untuk kegiatan yang memang harus berada pada lokasi bahan baku (pertambangan dan pertanian) maka kegiatan industri sebaiknya memperhatikan lokasi yang dekat dengan pasar, namun akses untuk mendapatkan bahan baku juga cukup lancar.

13 20 Menurut Perroux dalam Arsyad ( 2010: 444), jika ditinjau dari aspek lokasi, pembangunan ekonomi daerah seringkali tidak merata dan cenderung terjadi proses aglomerasi (pemusatan) pada daerah-daerah pusat pertumbuhan. Dalam hubungannya dengan pasar, maka industri dapat dibedakan ke dalam tiga golongan, yaitu : 1) Industri yang dekat dengan bahan baku (resources-based industry), misalnya industri makanan dan jenis-jenis industri yang mengolah hasil pertanian. Dalam hal ini, menarik tidaknya suatu daerah ditentukan oleh ketersediaan bahan mentah yang dibutuhkan industri di daerah tersebut. 2) Industri yang dekat dengan pasar produksi (market oriented industry). Dalam hal ini, kedekatan secara geografis dengan pasar merupakan sesuatu hal yang menarik bagi industri. Industri yang termasuk dalam golongan ini yaitu terdiri dari industri bahan makanan yang tidak tahan lama dan industri jasa. 3) Industri yang letaknya netral terhadap pasar maupun terhadap bahan mentah (foot loose industry), umumnya terdiri dari industry pengolahan dimana efisiensinya tidak tergantung pada berbagai fasilitas yang terdapat di daerah tersebut seperti kebiasaan bergerak dan sebagainya. d. Faktor Faktor Produksi Industri Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi berdirinya industri antaranya faktor. Menurut Mubyarto (2000:115), modal diperlukan untuk membeli bahan baku, alat-alat produksi, bahan bakar, pembayaran tenaga kerja, transportasi. Menurut Robinson (1979) dalam Daldjoeni (1992:58), faktor-faktor yang mempengaruhi berdirinya sebuah industri disuatu wilayah diantaranya adalah: bahan baku, tenaga kerja, sumberdaya tenaga, pemasaran, suplai air dan transportasi. Jadi faktor-faktor produksi yang mempengaruhi berdirinay suatu industri di suatu wilayah antara lain: 1) Modal, 2)

14 21 Bahan baku, 3) Tenaga tenaga, 4) Sumberdaya tenaga, 5) Pemasaran, 6) Suplay air, dan 7) transportasi. Penjelasan dari masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1). Modal Modal adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan didalam sebuah perusahaan salah satu yang utama didalam perusahaan. Modal adalah segala sesuatu yang diberikan dan dialokasikan kedalam suatu usaha atau badan usaha yang digunakan untuk pondasi dalam menjalankan apa yang diinginkan, yang dimana modal tersebut adalah dapat berupa modal yang langsung dapat digunakan, modal tidak langsung, dan juga dari eksternal atau internal perusahaan. Modal internal perusahaan segala sesuatu yang ditanamkan oleh perusahaan yang dimana untuk menghasilkan sesuatu pendapatan yang persenannya berdasarkan besarnya modal yang ditentukan oleh perusahaan. Modal eksternal yaitu segala modal yang dimiliki perusahaan dan besarnya modal juga ditentukan oleh perusahaan yang didapat dari persetujuan pasar modal. Menurut Mubyarto (2000:115), modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi lainnya digunakan untuk menghasilkan barang-barang baru, dalam hal ini adalah hasil produksi. Modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a) Modal tidak bergerak (modal tetap), merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam satu kali proses produksi. Modal tetap dapat berupa tanah, bangunan dan mesin-mesin yang digunakan b) Modal bergerak (modal variabel), biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dipakai dalam satu kali proses produksi. Modal bergerak dapat berupa biaya yang

15 22 dikeluarkan untuk membeli bahan baku atau bahan-bahan penunjang produksi. Mulyadi (2003:197), modal usaha industri rumah tangga kebanyakan berasal dari keuangan pribadi yang menyebabkan modalnya terbatas. Dengan modal yang terbatas industri rumah tangga sulit untuk berkembang menjadi yang lebih besar dan bersaing dipasar bebas dengan modal yang terbatas industri rumah tangga batu bata juga kesulitan dalam alih teknologi karena keterbatasan untuk membeli peralatan untuk menunjang peningkatan produksi batu bata. Modal yang terbatas ini dapat dilihat dari modal yang digunakan untuk sekali produksi saja, jika tidak laku tidak melakukan produksi lagi atau membuat stok batu bata lagi. 2) Bahan Baku Menurut Daldjoeni (1992:59), selain lokasi, industri juga terkait dengan bahan baku, bahan baku merupakan bahan utama dalam proses produksi sangat berguna untuk pembuatan suatu barang. misalnya untuk industri rumah tangga batu bata membutuhkan bahan baku berupa lempung, tanah lempung yang digunakan harus memenuhi sifat plastis dan kohesif sehingga dapat mudah dibentuk, lempung yang memiliki nilai plastis yang tinggi dapat menyebabkan batu bata pecah saat dibakar. Menurut Shalahuddin (2010:135), lempung untuk bahan baku pembuatan batu bata harus mempunyai tingkat pelastisan plastis dan agak plastis, dari indeks keplastisannya lempung untuk batu bata mempunyai tingkat keplastisan 25%-30%. Menurut Kuncoro (2004: 213), industri pedesaan di Indonesia pada umumnya merupakan industri yang dominan, baik dilihat dari jumlah unit usaha, tenaga kerja yang terserap, nilai ekspor, maupun potensinya mengingat bahan baku yang masih cukup melimpah.

16 23 3). Tenaga Kerja Tenaga kerja ialah besarnya bagian dari penduduk yang dapat ikut serta dalam proses ekonomi. Suplay tenaga kerja menyangkut dua segi: kuantitatif, artinya banyaknya orang yang direkrut dan kualitatif yaitu berdasarkan ketrampilan tekniknya. Tambunan (2012:34), kunci keberhasilan dalam usaha mikro kecil menengah (UMKM) yaitu pada karakteristik biaya produksi yang rendah, rendahnya biaya produksi disebabkan oleh pemakai para anggota keluarga sebagai pekerja tidak dibayar. Menurut Adam Smith tiga alasan pembagian kerja dan spesialisasi yang baik akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja diantaranya yaitu: 1) Pembagian kerja dan spesialisasi yang baik akan memaksa setiap setiap tenaga kerja untuk lebih berkonsentrasi pada bidagnya dan melalui proses learning by doing pada akhirnya kemahiran (expertise) pada bidang tersebut akan tercipta sehingga pada akhirnya produktivitas akan meningkat. 2) pembagian kerja dan spesialisasi yang baik akan mengurangi waktu yang terbuang dalam proses perpindahan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya sehingga produktivitas juga akan meningkat. Dan 3) pembagian kerja dan spesialisasi yang naik akan merangsang diteukannya teknologi baru yang mampu meningkatkan produktivitas tiap satuan inputnya Arsyad linkolin (2010:75). 4). Sumberdaya Tenaga Sumberdaya tenaga ini menyangkut apa yang digunakan pada saat produksi contoh tenaga air atau pelistrikan untuk menggerakkan mesin. Dapat pula bahan penggeraknya berupa petroleum atau gas karena mesin dapat berputar dengan menggunakan bahan penggerak. 5). Pasaran/pemasaran Tujuan dari perindustrian adalah memproduksi barang-barang untuk dijual dan untuk di pasarkan. Pemasaran tergantung dari dua hal: luasnya pasaran, artinya: banyaknya penjual belian atau omzet pasarannya (the possible purchasers) dan di samping itu kuatnya

17 24 pasaran (the purchasing power of the market) khusus ini tergantung lagi dari tarif hidup para pelanggannya. Pemasaran merupakan salah satu konsep marketing yang sangat dibutuhkan oleh pengusaha. Baik pengusaha yang masih baru maupun pengusaha yang telah lama dirintis, baik pengusaha kecil maupun pengusaha yang telah berkembang sekalipun. Semuanya membutuhkan konsep marketing yang merupakan kunci dalam mengembangkan usaha yang dijalankannya. Strategi pemasaran produk masih menjadi masalah yang banyak dihadapi oleh usaha kecil yang saat ini banyak bermunculan.. Salah satu cara yang dapat ditempuh pengrajin kecil untuk mengembangkan usahanya adalah dengan fokus pada strategi pemasaran yang sederhana. Menurut Wijayanti (2012:59), cara mengatasi pemasaran dengan anggaran terbatas yaitu: a) Bekerjasama dengan pengusaha atau rekan kita dengan upaya pemasangan iklan. Hal ini dapat mengurangi biaya pengeluaran perusahaan. Karena dengan memasang iklan kepada teman, lebih cenderung dibuat pembayaran dalam konteks kekeluargaan. Secara tidak langsung harga pemasangan iklan dapat relatif lebih murah dibandingkan jika di biro periklanan pada umumnya. b) Mencoba mengirimkan penawaran produk kepada pihak-pihak yang terlibat. Dalam berbinis, media lain yang dapat membantu strategi pemasaran adalah kontraktor. Dengan cara memberi potongan harga untuk paket pembelitian tertentu, akan menambah minat kontraktor untuk memasok batu bata dari pabrik. c) Perkenalkan produk dan usaha melalui media gratis. Hal tersebut akan membantu pengusaha dalam meminimalisir anggaran pemasaran melalui biro iklan, pamphlet, brosur. Misalnya saja, promosi melalui jasa internet, sebagai contoh

18 25 membuat blog untuk produk yang diproduksi. Hal tersebut mempermudah konsumen tentang produk yang kita tawarkan. d) Melibatkan lingkungan, dengan melibatkan lingkungan yang ada disekitar usaha kita, dapat dijadikan sebagai salah satu cara publikasi gratis kepada masyarakat sekitar. Produksi dapat dikenal, dinilai dan dipakai. 6). Suplay air. Industri amat memerlukan persediaan air. misalnya industri batu bata memerlukan suplai air dalam proses pembuatan batu bata. 7). Fasilitas transportasi. Transportasi lewat darat, air atau udara amat diperlukan bagi industri. Ini bertalian dengan dua hal, pertama usaha mendatangkan bahan mentah dan yang kedua usaha pelemparan produksi ke pasaran. e. Faktor Penghambat Keberhasilan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Perkembangan usaha rumah tangga, kecil, menengah di negara sedang berkembang dihalangi oleh banyak hambatan. Hambatanhambatan tersebut bisa berbeda antara satu daerah dan daerah lain, atau antara perdesaan dan perkotaan, atau antar sektor, atau sesama perusahaan disektor yang sama. Namun demikian, ada jumlah persoalan yang umum untuk semua usaha mikro, kecil, menengah di negara manapun juga, khususnya di dalam kelompok negara sedang berkembang. Rintangan-rintangan yang umum tersebut termasuk keterbatasan modal kerja maupun investasi, kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku dan input lainnya, keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang pasar dan lainnya, keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi (kalitas sumber daya rendah)

19 26 Survey Badan Pusat Statistik 2003 dan 2005 terhadap usaha mikro kecil dan usaha kecil di industri manufaktur menunjukkan permasalahan-permasalahan klasik kelompok usaha di Indonesia. Permasalah utama yang dihadapi adalah keterbatasan modal dan kesulitan pemasaran Tambunan, (2012:52). Dalam hal pemasaran, usaha mikro, kecil, menengah pada umumnya tidak mempunyai sumber-sumber daya untuk mencari mengembangkan atau memperluas pasar-pasar mereka sendiri. Sebaliknya mereka sangat tergantung pada mitra dagang mereka misalnya pengumpul untuk memasarkan produkproduk mereka, atau tergantung pada konsumen yang datang langsung ke tempat-tempat produksi mereka. Bagi masyarakat miskin industri rumah tangga memang sangat penting sebagai sumber pendapatan utama atau tambahan. Pendapatan/ penghasilan di industri rumah tangga pada umumnya rendah, Data BPS mengenai industri rumah tangga di Indonesia menunjukkan bahwa memang memang sebagian besar pengusaha dan pekerjanya di industri rumah tangga hanya berpendidikan sekolah dasar (SD) Tambunan (2012: 205). Menurut Wijayanti (2012:15), dalam menjalankan usaha, kita tidak lepas dari bahaya-bahaya yang dapat mengancam kelancaran usaha, faktor penghambat perlu sekali diperhatikan agar dapat menyiasatinya, faktor penghambat kelancaran usaha antara lain: a. modal, b. teknologi yang kurang memadai, c. cuaca yang kurang mendukung.

20 27 2. Tenaga Kerja a. Pengertian dan klasifiasi tenaga kerja Pasal 1 UU No 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok tenaga kerja, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan di dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang-barang / jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Ricky dan Ronal (2006:9), orang yang bekerja untuk suatu bisnis selain disebut sebagai tenaga kerja juga disebut sebagai sumber daya manusia, tenaga kerja mencangkup konstribusi orang-orang, baik secara fisik maupun intelektual, saat berlangsungnya proses produksi di dalam perekonomian. Menurut Bagoes (2000:225), tenaga kerja ialah besarnya bagian dari penduduk yang dapat diikut sertakan dalam proses ekonomi. Pada awalnya banyak indikator yang digunakan untuk mengukur keterlibatan dalam kegiatan ekonomi, utamanya ekonomi upah, artinya kegiatan tersebut harus menghasilkan barang dan atau jasa yang berguna bagi masyarakat. Menurut ILO bahwa seseorang dapat maupun belum dapat dilibatkan dalam kegiatan ekonomi didasarkan pada umur dan batasan umur ini diserahkan kepada setiap negara dalam hubungannya dengan pembangunan ekonomi. Menurut undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai 64 tahun. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan kerja, mereka merupakan penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia), dan anak-anak Pujoalwanto (2014: 108). Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa. Tenaga kerja adalah besarnya bagian dari penduduk yang

21 28 dapat diikut sertakan dalam proses yang mampu melakukan pekerjaan di dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penduduk usia kerja di Indonesia adalah penduduk berumur 15 sampai dengan 64 tahun. Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang, dengan maksut memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Menurut Pujoalwanto (2014:108), secara umum tenaga kerja dapat dipilih berdasarkan batasan kerja dan kualitas: a. Berdasarkan batas kerja, tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari kerja. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun keatas yang kegiatannya hanya sekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Kategori ini adalah anak yang sedang menempuh pendidikan, dan ibu rumah tangga. b. Berdasarkan keahliannya ada tiga kategori tenaga kerja yaitu: 1). Tenaga kerja terdidik, 2) Tenaga kerja terampil, 3) Tenaga kerja tidak terdidik. 1. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan non-formal. 2. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dengan melalui pengalamn kerja. 3. Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja.

22 29 Penduduk dalam konsep ketenagakerjaan dapat dipetakan sebagai berikut: Gambar 2.4 Skema Pengolongan tenaga kerja Penduduk Tenaga kerja Bukan tenaga kerja Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Pelajar/Mahasisw a Ibu Rumah Tangga Pekerja Pengangguran Sumber: Sumanto, (2013:18) Penerimaan Pendapatan Lain Dalam membahas tenaga kerja tidak lepas dari pengganguran, tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran. Edwards dalam Arsyad (2010:359), mengklasifikasikan pengangguran menjadi lima jenis pengangguran yaitu: 1. Pengangguran terbuka: baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik), maupun secara terpaksa (mereka yang mau bekerja namun tidak memperoleh pekerjaan). 2. Setengah pengganguran (under employment): yaitu mereka yang bekerja lamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka mampu untuk kerjakan. 3. Tampaknya bekerja namun tidak bekerja secara penuh: yaitu mereka yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah pengangguran, yang termasuk disini adalah:

23 30 a. Pengangguran tidak kentara (disguised un employment): yaitu para petani yang bekerja di ladang selama sehari penuh, padahal pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu selama sehari penuh. b. Pengangguran tersembunyi (hidden un employment): yaitu orang yang bekerja tidak sesuai dengan tingkat atau jenis pendidikannya. c. Pension lebih awal, fenomena ini merupakan kenyataan yang terus berkembang di kalangan pegawai pemerintah. Beberapa Negara, usia pension dipermuda sebagai alat untuk menciptakan peluang bagi kaum muda untuk dapat menduduki jabatan di atasnya. 4. Tenaga kerja yang lemah (impaired): yaitu mereka yang mungkin bekerja full time, namun intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan 5. Tenaga kerja yang tidak produktif: yaitu mereka yang mampu untuk bekerja secara produktif, namun karena sumberdaya komplementernya kurang memadai, maka mereka tidak dapat menghasilkan sesuatu dengan baik b. Karakteristik Usaha dan Pengusaha Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karakteristik merupakan pengembangan kata dasar karakter. karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dan orang lain, sedangkan karakter sendiri adalah cirri-ciri khusus mempunyai sifat khas sesuai perwatakan. Karakteristik usaha mikro adalah sebagai berikut: 1. Umumnya sebagai mata pencaharian pokok 2. Umumnya tergolong angkatan kerja produktif 3. Tingkat pendidikan mereka umumnya relatif rendah 4. Sebelum menjadi pekerja industri umumnya petani atau buruh 5. Kebanyakan memakai bahan baku lokal dan uang sendiri

24 31 6. Dijalankan oleh pemilik tidak menerapkan pembagian tenaga kerja 7. Umumnya menjual ke pasar lokal untuk kelompok berpendapatan rendah. Menurut Tambunan (2012:7), karakteristik pengusaha dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, status pekerjaan dan tingkat pendidikan. Data tentang umur dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah seseorang dalam hal ini pengusaha maupun tenaga kerja industri batu bata termasuk dalam usia produktif atau tidak produktif. Menurut Pujoalwanto (2014:108), struktur penduduk menurut umur dikelompokkan sebagai berikut: a). Umur 0-14 tahun (usia belum produktif) b). Umur tahun (usia produktif atau usia kerja) c). Umur 65 tahun (usia tidak produktif) Berdasarkan data BPS untuk tahun yang sama, jumlah umkm menurut sub- kelompok usaha dan kelompok umur pengusaha dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Jumlah UMKM Menurut Sub- Kelompok Usaha dan Kelompok Umur Pengusaha, Tahun 2006 Kelomok Umur UMI UK UM UMKM <25 6,21 3,07 1,01 5, ,65 8,33 3,94 10, ,55 13,38 10,09 14, ,12 18,84 14,43 18, ,10 18,30 17,56 16,74 >45 32,36 38,09 52,98 34,46 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Rata-rata umur 41,23 43,14 46,69 41,90 Sumber : (BPS Tahun 2006) Keterangan: UMI = usaha mikro UM = usaha menengah UK = usaha Kecil UMKM = usaha mikro kecil menengah

25 32 Tabel 2.1 struktur umur pengusaha UMKM menurut kelompok umur menunjukkan bahwa lebih dari (34,5 %) pengusaha UMKM berusia dibawah 25 tahun. Secara rata-rata pengusaha UMKM berusia 49,9 tahun. Selanjutnya sebagian besar dari jumlah pengusaha dari kategori UMI berumur diats 45 tahun dengan rata-rata umur 41,2 tahun. mengidentifikasikan bahwa pengusaha UMK cenderung lebih muda daripada pengusaha UM. Hal ini terjadi karena UM merupakan suatu usaha yang memerlukan modal lebih banyak, berpengalaman dan berwawasan dibandingkan UMK. Perbedaan antara UMKM dan UB juga bisa dilihat menurut status pekerjaan di UB tidak ada pekerja yang tidak dibayar, di UMKM, banyak pekerja yang tak dibayar. Misalnya, untuk tahun 2006, data dari BPS menunjukkan jumlahnya mencapai 43,7 %. Komposisi tenaga kerja tidak dibayar memiliki kecenderungan berbanding terbalik dengasn skala usaha, yang artinya semakin besar skala usaha semakin kecil komposisi tenaga kerja tanpa upah. Sebagian besar pengusaha mikro terlibat langsung sebagai tenaga kerja dalam menjalankan usahanya atau banyak yang melibatkan anggota keluarganya sebagai tenaga kerja. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mulyadi (2003: 85), bahwa menggunakan status pekerjaan utama untuk pengelompokan sektor formal dan sektor informal. Mereka yang berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain, berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga, dan pekerjaan keluarga dimasukkan ke dalam sektor informal. Mereka yang bekerja sebagai buruh/karyawan dan berusaha dengan dibantu buruh tetap dimasukkan ke dalam sektor formal. Perbedaan jenis kelamin antara UB dan UMKM menyangkut pengusahanya. Berdasarkan data BPS tercatat hampir 29 persen pada tahun UMK, yang sebagian besar terdapat di sektor informal, peran wanita pengusaha lebih besar. Di UM Tingkat partisipasi wanita sebagai pengusaha hanya sekitar 16,25%, sedangkan di UM dan UK, masingmasing 31,9 dan 22,67%. Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya

26 33 korelasi positif antara tingkat partisipasi wanita sebagai pengusaha dan skala usaha. Ini berarti semakin besar skala usaha semakin sedikit wanita pengusaha. Perbedaan antara UB dan UMKM juga dapat dilihat pada tingkat rata-rata pendidikan formal pengusaha. Di UMI jumlah pengusaha yang berpendidikan sekolah dasar lebih banyak dibandingkan di UMK struktur pengusaha menurut pendidikan formal ini memberikan kesan bahwa semakin besar skala usaha rata-rata pendidikan pengusaha juga semakin tinggi. Menurut Imron dan Wibowo (2006:119), karakteristik pengusaha yang mempengaruhi keberhasilan usaha salah satunya adalah pengalaman pengusaha (lama usaha). Pengalaman pengusaha sanagat penting karena dalam setiap mengelola usahanya mereka harus menguasai tata cara pengelolaan usahanya termasuk pengelolaan pelangan. Berdasarkan uraian diatas maka karakteristik pengusaha antara lain umur, jenis kelamin, status pekerjaan dan tingkat pendidikan dan lama usaha c. Teori Pasar Tenaga Kerja Dalam teori Keynes, Menurut pandangan Keynes, dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai pandangan klasik dimana para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah Mulyadi (2003:9). Kaum klasik percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber daya, termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh (fully-employed). Dengan demikian dibawah sistem yang didasarkan pada mekanisme pasar tidak ada pengangguran. Kesediaan bekerja dengan tingkat upah lebih rendah akan menarik perusahaan untuk mempekerjakan tenaga kerja lebih banyak. Keynesia berpandangan bahwa tambahan penduduk sekedar sebagai tambahan penduduk saja, tetapi juga berdampak naiknya daya beli. Selain itu, dengan adanya kenaikan jumlah penduduk, maka akan diiringi adanya kemajuan, meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan

27 34 permintaan tenaga kerja. Secara umum produktivitas penduduk di negaranegara sedang berkembang adalah rendah, yang berdampak pada rendahnya produksi juga. Menurut Keynes peran pemerintah sangat diperlukan dalam membawa perekonomian kearah yang diinginkan. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa perekonomian tidak dapat menyesuaikan diri secara cepat dengan perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain disebabkan kekakuan harga-harga dan tingkat upah (price and wage rigidity), informasi yang tidak sempurna dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang menghambat proses mekanisme pasar. Sulitnya proses penyesuaian, Keynes percaya bahwa perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan tingkat rendah dan untuk membawa perekonomian pada keseimbangan penuh diperlukan campur tangan pemerintah dalam perekonomian. b. Daya Serap Tenaga kerja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:327), daya serap adalah kemampuan untuk menyerap. Daya serap tenaga kerja dapat diartikan kemampuan dalam menyerap tenaga kerja. Daya serap tenaga kerja adalah kemampuan suatu usaha dalam mempekerjakan sejumlah tenaga kerja didalam usaha. Berdasarkan pergertian di atas daya serap tenaga kerja pada industri rumah tangga batu bata adalah kemampuan dalam menyerap tenaga kerja di sektor industri rumah tangga batu bata. Menurut Mulyadi (2003:41), daya serap tenaga kerja adalah kemampuan suatu badan/lembaga dalam menampung dan mempekerjakan sejumlah tenaga kerja didalamnya. Berdasarkan pergertian di atas daya serap tenaga kerja pada industri rumah tangga batu bata adalah kemampuan industri rumah tangga batu bata dalam menyerap tenaga kerja. Dalam dunia kerja dalam hal penyerapan tenaga kerja setiap sektor berbeda-beda untuk penyerapan tenaga kerja, misalnya tenaga kerja di sektor formal. Penyeleksian tenaga kerjanya di butuhkan suatu keahlian khusus, pendidikan, keahlian dan pengalaman untuk bias bekerja pada

28 35 sektor formal. Pergeseran tenaga kerja ke sektor non-pertanian yang tidak diasadari denagan kekuatan ekonomi modern yang memadai, serta ketiadaan kompensasi bagi para pengangguran telah memaksa golongan usia keja untuk bekerja seadannya. Dalam hal ini sektor informal lebih berperan serta sifatnya lebih efisien dan menguntungkan, selain dapat menyalurkan tenaga kerja juga dapat menopang kehidupan masyarakat yang memiliki tingkat konsumsi rendah Mulyadi (2003: 85). Kegiatan sektor informal yang menonjol biasanya terjadi di kawasan yang sangat padat penduduknya, dimana pengangguran (unemployment) maupun pengangguran terselubung (disquised unemployment) merupakan masalah yang utama. Dengan kenyataan seperti ini limpahan tenaga kerja tersebut masuk ke dalam sektor informal, tetapi masih dipandang sebagai penyelesaian sementara karena di dalam sektor informal sendiri terdapat persoalan yang sangat rumit. Sektor informal menjadi penyangga dari transformasi struktur ketenagakerjaan yang unbalance. Ketika disadari bahwa sektor informal mampu memberikan konstribusi yang berarti, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun kapasitas out put nya, maka cara pandang terhadap sektor ini mulai diubah. Sektor informal bukan lagi hanya sebagai tempat penampungan, tetapi juga menjadi alternatif komplementer terhadap sektor formal.. Perekonomian di sektor informal relatif dapat lebih mandiri. Karena pertumbuhan di sektor formal secara langsung memperbaiki kesejahteraan golongan ekonomi lemah, maka kemajuan dalam sektor informal sekaligus menaikkan pendapatan nasional (meskipun tidak banyak), dan memperbaiki distribusi pendapatan. Bila di sektor formal kurangnya permintaan dapat menyebabkan kelesuan perekonomian, di sektor informal permintaan akan selalu kuat, sebab barang dan jasa yang dihasilkan di sektor ini merupakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat sehari-hari. Industri rumah tangga memiliki konstribusi yang cukup besar dalam industri manufaktur dilihat dari sisi jumlah unit usaha dan daya

29 36 serap tenaga kerja, pada tahun 1990, dari total unit usaha manufaktur di Indonesia sebanyak 1,524 juta, ternyata 99,2% merupakan unit usaha rumah tangga. Industri kecil rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang, mampu menyediakan kesempatan kerja sebesar 67,3% dari total kesempatan kerja. Sumbangan nilai output industri kecil rumah tangga terhadap industri manufaktur hanya sebesar 17,8%. Banyaknya jumlah orang yang bekerja pada industri rumah tangga memperlihatkan betapa pentingnya peran industri rumah tangga dalam membantu memecahkan masalah pengangguran dan pemerataan distribusi pendapatan. Data berdasarkan Sensus Ekonomi (1996 dan 2006), menunjukkan sekitar 99% jenis usaha bisnis di Indonesia tergolong sebagai industri kecil rumah tangga. selain dominasi dalam jumlah unit usaha, ternyata tenaga kerja yang diserap oleh industri kecil rumah tangga sekitar 59% dari total tenaga kerja yang diserap untuk sektor industri. Angka ini masih besar dibanding industri besar dan menengah yang hanya manampung tenaga kerja sekitar 41% Kuncoro (2010:190). Menurut Kuncoro (2007: 366), pada tahun 1999 dilihat dari presentase konstribusi tenaga kerja dan nilai tambah antar propinsi di Indonesia, Propinsi Jawa Tengah memiliki konstribusi paling besar dibandingkan propinsi lainnya di Indonesia. Propinsi Jawa Tengah mampu menyerap tenaga kerja sebesar 26,66% dengan nilai tambah 20,60% dan pada tahun 2001 mampu menyerap tenaga kerja sebesar 26,72% dengan nilai tambah 21,51 c. Pendapatan Menurut Longenecker et al (2001: 207), pendapatan merupakan jumlah yang dihasilkan dari perusahaan selama periode tertentu, sering kali dalam waktu satu bulan atau tahun. Dalam bentuk dasarnya, pendapatan merupakan penjualan dikurangi biaya. Melalui pendapatan diperoleh besar keuntungan bisnis. Pendapatan dimulai dengan penerimaan penjualan, yang kemudian dikurangi harga pokok penjualan, atau biaya

30 37 produksi atau biaya perolehan barang atau jasa, untuk menghasilkan laba kotor. Biaya operasional terdiri dari biaya penjualan dan pemasaran dan biaya administrasi, dikurangkan dengan laba kotor untuk menentukan laba operasional (yaitu laba sebelum pajak dan biaya bunga). Pendapatan perusahaan dipengaruhi semata-mata oleh kegiatan yang terlihat dalam penjualan barang dan jasa perusahaan, memproduksi atau memperoleh barang atau jasa dan menjalankan bisnis, yang merupakan biaya operasional perusahaan. Menurut Sukirno (2012:383), dalam kegiatan perusahaan, pendapatan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk bahan mentah, pembayaran upah, pembataran bunga, sewa tanah. Apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut nilainya adalah positif maka diperoleh keuntungan. Keuntungan adalah perbedaan nilai uang dari hasil penjualan yang diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan. Metode perhitungan pendapatan, menurut Pujoalwanto (2014:81), metode perhitungan pendapatan sebagai berikut: a) Pendekatan hasil produksi Besarnya pendapatan dapat dihitung dengan mengumpulkan data tentang hasil akhir barang dan jasa untuk suatu unit produksi yang menghasilkan barang dan jasa. b) Pendekatan Pendapatan Pendapatan dapat dihitung dengan mengumpulkan data tentang pendapatan yang diperoleh oleh suatu rumah tangga. c) Pendekatan Pengeluaran Menghitung besarnya pendapatan dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran rumah tangga. Menurut Dianjung (1984:171), perbedaan jumlah pekerja yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki jenis tenaga kerja yang sama

31 38 juga menyebabkan perbedaan pendapatan. Beberapa pekerjaan memberikan kebebasan yang besar pada seseorang untuk memilih jumlah jam kerja yang akan dikerjakan perhari atau perminggu. Dalam pekerjaan lain jumlah jam kerja berada di luar pegendalian seseorang. Sumber yang sama dalam penggunaan yang berbeda, perbedaan umur, perbedaan daya tahan, perbedaan kelembagaan, kebiasaan dapat menyebabkan perbedaan jumlah jam kerja dan selanjutnya mempengaruhi perbedaan pendapatan pemilik sumber. Terdapat perbedaan harga yang dibayar untuk jasanya dan perbedaan jumlah jam yang dapat dijual pada umumnya menyebabkan perbedaan pendapatan. Biasanya terdapat korelasi umur anggota suatu kelompok dengan pendapatannya. Mutu pekerjaan cenderung meningkat dengan pengalaman yang diperoleh. Tambunan (2012:54), peranan industri menyebabkan meluasnya peluang kerja yang ada pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). d. Industri Rumah Tangga Batu Bata Industri rumah tangga mempekerjakan 1-4 orang. Dalam penelitian ini batu bata yaitu industri kerajinan yang kegiatannya mengolah tanah menjadi batu bata. Pesatnya kebutuhan akan batu bata, maka komoditas batu bata menjadi prospek yang bagus sebagai peluang usaha. Bahan baku pembuatan batu bata cukup mudah didapat yaitu tanah liat, proses pembuatan batu bata juga relative mudah, biaya investasipun murah. Bahan baku pembuatan batu bata cukup mudah didapat, kita hanya perlu tanah liat Wijayanti (2012: 3). Peluang usaha untuk pembuatan batu bata sangatlah baik, setiap rumah atau tempat tinggal pada umumnya pembangunan menggunakan batu bata sebagai bahan dasar. Bangunan-bangunan seperti gedunggedung tinggi, pabrik, perumahan, pagar, saluran air dan bahan bangunan lainnya juga menggunakan batu bata. Pesatnya pembangunan sektor perumahan dan properti menjadikan kebutuhan terhadap batu

SMA. Tersedia bahan mentah Tersedia tenaga kerja Tersedia modal Manajemen yang baik Dapat mengubah masyarakat agraris menjadi Negara industri

SMA. Tersedia bahan mentah Tersedia tenaga kerja Tersedia modal Manajemen yang baik Dapat mengubah masyarakat agraris menjadi Negara industri JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) GEOGRAFI ANALISIS LOKASI INDUSTRI 1. Pengertian industri: Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Ulviani (2010) yang berjudul : Analisis Pengaruh Nilai Output dan Tingkat Upah

Lebih terperinci

MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI

MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI TEORI LOKASI INDUSTRI adalah suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara konsisten dan

Lebih terperinci

1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku 2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja

1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku 2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja Industry *) Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Industri Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan pendapat para ahli yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Beberapa defenisi dari UMKM memiliki pengertian yang berbeda berdasarkan sumbernya (Hubeis, 2009; Tambunan, 2009)

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK

PENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK PENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK Oleh AGI SUGIHARTO ( 24 2014 048 ) JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNOLOGI SIPIL DAN PERENCANAAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar KLASIFIKASI INDUSTRI Industri adalah suatu usaha atau kegiatan yang melakukan proses atau aktivitas yang mengubah dari sesuatu atau bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi berupa barang

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Berdasarkan hasil seminar lokakarya (SEMLOK) tahun 1988 (Suharyono dan Moch. Amien,

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Berdasarkan hasil seminar lokakarya (SEMLOK) tahun 1988 (Suharyono dan Moch. Amien, I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Berdasarkan hasil seminar lokakarya (SEMLOK) tahun 1988 (Suharyono dan Moch. Amien, 1944:15), geografi adalah ilmu yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pada Seminar dan Lokakarya Geografi tahun 1988 yang diprakarsai oleh Ikatan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pada Seminar dan Lokakarya Geografi tahun 1988 yang diprakarsai oleh Ikatan II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Pada Seminar dan Lokakarya Geografi tahun 1988 yang diprakarsai oleh Ikatan Geograf Indonesia (IGI) sepakat merumuskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dalam seminar dan lokakarya yang diadakan tahun 1988 / 1989 di Semarang, para ahli geografi Indonesia sepakat untuk

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemilihan lokasi usaha oleh suatu organisasi (perusahaan) akan mempengaruhi risiko (risk) dan keuntungan (profit) perusahaan tersebut secara keseluruhan. Kondisi ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Geografi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Geografi II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Industri Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan pendapat para ahli yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Definisi industri dalam istilah ekonomi dikategorikan dalam lingkup mikro dan

I. PENDAHULUAN. Definisi industri dalam istilah ekonomi dikategorikan dalam lingkup mikro dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi industri dalam istilah ekonomi dikategorikan dalam lingkup mikro dan makro. Pada lingkup mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

2. Berikut negara-negara yang memiliki piramida penduduk stasioner adalah. A. Indonesia B. Swedia C. India D. Amerika Serikat E.

2. Berikut negara-negara yang memiliki piramida penduduk stasioner adalah. A. Indonesia B. Swedia C. India D. Amerika Serikat E. TRY OUT UJIAN NASIONAL 032 GEOGRAFI SMA/MA Petunjuk : 1. Berdoalah sebelum dan sesudah mengerjakan soal! 2. Sebelum mengerjakan soal, tulislah identitas anda pada Lembar Jawaban yang telah disediakan 3.

Lebih terperinci

POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA

POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA 6 POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI PEDESAAN : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Membangun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel pada penelitian ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel pada penelitian ini. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan pendapat para ahli yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Manajemen Industri Perikanan

Manajemen Industri Perikanan Manajemen Industri Perikanan A. Definisi dan pengertian industri Perikanan. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Sebagian besar para petani yang tinggal di daerah pedesaan nyatanya tidak hanya melakukan pekerjaan di bidang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri. Industri dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri. Industri dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Rumah Tangga Menurut Kartasapoetra (2000), pengertian industri adalah kegiatan ekonomiyang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perindustrian Industri adalah bidang yang menggunakan keterampilan dan ketekunan kerja, serta penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG Oleh MILL FADHILA 0910223072 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman KATA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau kelompok yang memiliki usia yang sama. Sedangkan menurut. Alwi (2005) profil adalah pandangan mengenai seseorang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau kelompok yang memiliki usia yang sama. Sedangkan menurut. Alwi (2005) profil adalah pandangan mengenai seseorang. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil Ada berbagai pendapat dari para ahli tentang hakikat profil. Profil menurut Mulyani (1983) adalah pandangan sisi, garis besar, atau biografi dari diri seseorang atau kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Industri Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua kegiatan produksi yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe),

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe), 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Geografi Industri Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

BAB 1: EKONOMI KONSEP DASAR EKONOMI

BAB 1: EKONOMI KONSEP DASAR EKONOMI www.bimbinganalumniui.com 1. Ilmu ekonomi timbul karena... a. Dipaksakan oleh pemerintah karena undang-undang b. Kebutuhan manusia tidak seimbang dengan alat pemuas kebutuhan c. Desakan kaum kapitalis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak sekedar terfokus pada peran pemerintah, banyak sektor yang mempunyai peran dalam kemajuan perekonomian di Indonesia. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA Oleh : Azwar Harahap Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan salah satu diantara banyak permasalahan yang ada di Indonesia. dengan bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun,

Lebih terperinci

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO Judul : Dampak Pertumbuhan Industri Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Sidoarjo SKPD : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo Kerjasama Dengan : - Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KEBUTUHAN TENAGA KERJA INDUSTRI BERDASARKAN KLASIFIKASI KETENAGA KERJAAN Oleh : Ahmad Darmawi

SOSIOLOGI KEBUTUHAN TENAGA KERJA INDUSTRI BERDASARKAN KLASIFIKASI KETENAGA KERJAAN Oleh : Ahmad Darmawi SOSIOLOGI KEBUTUHAN TENAGA KERJA INDUSTRI BERDASARKAN KLASIFIKASI KETENAGA KERJAAN Oleh : Ahmad Darmawi A. Pendahuluan Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan dari pembangunan ekonomi suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri dan Pengelompokan Jenis Industri 2.1.1 Pengertian Industri Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi

Lebih terperinci

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR 4.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pembangunan (Bintarto, 1991: 30). pendekatannya. Bintarto dan Surastopo Hadisumarmo ( 1991: 12-24),

BAB II KAJIAN TEORI. pembangunan (Bintarto, 1991: 30). pendekatannya. Bintarto dan Surastopo Hadisumarmo ( 1991: 12-24), BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kajian Geografi a. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejalagejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka

Lebih terperinci

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. penelitian sebelumnya yang dipakai sebagai acuan dalam penulisan laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Metode penelitian, menjelaskan mengenai metode penelitian yang

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean China Free Trade Area (AC-FTA) yang terjadi saat ini sungguh sangat mengkhawatirkan bagi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sebelum penelitian ini terdapat penelitian sejenis yang sudah dilakukan oleh beberapa orang. Penelitian terdahulu yang menjadi refrensi

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN 7 IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : ANALISIS POTENSI EKONOMI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN

MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN Disusun Oleh : Anggota Kelompok 1 Kelas XI IPS 1 :Agit Olivia Ariswan Ahmad Fajar Ilma Destina Silvi Toni iskandar Yuniasari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan bagian awal dari studi yang akan memaparkan latar belakang mengenai dasar munculnya permasalahan studi dan mengapa studi ini penting untuk dilakukan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh : NURUL KAMILIA L2D 098 455 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2003 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai landasan ini mempunyai sejumlah persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini. Hasil penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

Macam-macam Industri dan Klasifikasi Industri

Macam-macam Industri dan Klasifikasi Industri Macam-macam Industri dan Klasifikasi Industri A. Macam-macam Industri 1. Industri Berat Industri alat-alat berat Industri mesin Industri percetakan 2. Industri Ringan Obat-obatan Industri makanan dan industri

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA Oleh: ERNI DWI LESTARI H14103056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata

Lebih terperinci

Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi

Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi 23/12/2013 1 Pengangguran Salah satu ukuran keberhasilan pengelolaan ekonomi suatu negara tingkat pengangguran Pengangguran (unemployment), tidak berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Agribisnis Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

BAB 2 KAJIAN LITERATUR BAB 2 KAJIAN LITERATUR Bab ini berisikan tentang teori yang terkait dengan pembahasan studi yakni teori mengenai perencanaan pengembangan wilayah, teori keterkaitan antar industri, dan teori pemilihan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah memberikan wewenang dan jaminan bagi masing-masing daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. daerah memberikan wewenang dan jaminan bagi masing-masing daerah untuk 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan wilayah dapat dipacu dengan pembangunan infrastruktur dan sistem jaringan yang memadai di wilayah tersebut. Dalam hal ini otonomi daerah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah mampu meningkatkan taraf hidup penduduknya. Peningkatan pendapatan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah mampu meningkatkan taraf hidup penduduknya. Peningkatan pendapatan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah mampu meningkatkan taraf hidup penduduknya. Peningkatan pendapatan di wilayah ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bahwa dalam pelaksanaan Pembangunan Nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha di bidang pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok bagi masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian berperan sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi Lampung, sebagai dasar perekonomian dan sumber pemenuh kebutuhan hidup. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri 1. Pengertian Industri Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Ekonomi Geografi ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur aktivitas keruangan ekonomi sehingga titik

Lebih terperinci