FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PEMBELAJARAN BERANAH AFEKTIF DI SMP NEGERI 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN
|
|
- Erlin Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PEMBELAJARAN BERANAH AFEKTIF DI SMP NEGERI 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012 /2013 Oleh Rini Pangestuti Drs. Holilulloh, M.Si M. Mona Adha, S.Pd,M.Pd Tujuan penelitian skripsi ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran beranah afektif di SMP Negeri 4 Sekampung Lampung Timur. Hal ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis terhadap pentingnya pembelajaran beranah afektif dimana tujuan pebelajaran ini dapat mempengaruhi hasil dari pembelajaran beranah kognitif dan psikomotor. Menilik sisi penting pembelajaran afektif dan secara faktanya terdapat keengganan guru dalam menerapkan pembelajran afektif di sekolah, hal ini menimbulkan pertanyaan adanya penyebab yang perlu dicari jawabannya. Penelitian ini menggunakan teori pembelajaran afektif, tingkatan ranah afektif, pengukuran ranah afektif, dan teori penilaian afektif. Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah penelitian deskriptif dengan Sampel yang berjumlah 20 orang responden dengan menggunakan angket, dan tekhnik analisis dalam penelitian ini dengan menggunakan Rumus persentase. Hasil dari penelitian ini adalah, faktor intern sangat cendrung berperan terhadap penyebab kesulitan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran afektif sebanyak 50%, cukup berperan sebanyak 30%, dan sebanyak 20%, tidak berperan terhadap penyebab kesulitan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran afektif di SMP Negeri 4 Sekampung. Faktor ekstren juga cendrung cukup berperan dalam menyebabkan kesulitan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran afektif, yang terdapat dalam faktor pembinaan guru sebanyak 50% cukup berperan, sangat berperan 30%, dan sebanyak 20 %, tidak berperan terhadap penyebab kesulitan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran afektif. Dari faktor sosialisasi cukup berperan dalam menyebabkan kesulitan guru sebanyak 50%, sangat berperan 30%, dan sebanyak 20%, tidak berperan terhadap penyebab kesulitan guru dalam mengimplementasikan pembelajran afektif dan dari faktor Penilaian afektif sangat berperan terdapat 50%, cukup berperan 30%, dan 20%, mengatakan tidak berperan terhadap penyebab kesulitan guru dalam mengimplementasikan pembelelajaran beranah afektif di SMP N 4 Sekampung Lampung Timur. Kata Kunci: Kesulitan Guru, Mengimplementasikan Pembelajaran Beranah Afektif
2 ABSTRACT CAUSE FACTORS IN IMPLEMENTING THE TEACHER LEARNING DIFFICULTIES DOMAIN AFFECTIVE SMP STATE 4 LAMPUNG COMPARIOT EAST SCHOOL YEAR 2012/2013 By Rini Pangestuti The research objective of this thesis was to determine the factors that influence teachers' difficulties in implementing beranah affective learning in SMP Negeri 4 Sekampung East Lampung. It is motivated by interest in the author of the importance of affective learning where the goal pebelajaran beranah this can affect the results of cognitive and psychomotor learning. Given the importance of affective learning and the fact that there is a reluctance in applying pembelajran affective teacher at the school, it raises the question of the causes that need to be resolved. This study uses the theory of affective learning, levels of the affective domain, the affective domain measurement, and theory of affective assessment. The method used in this research is descriptive research with a total sample of 20 respondents using a questionnaire, and analysis techniques in this study by using a percentage formula. The results of this study are, so tends internal factors contribute to the cause of the difficulties in implementing the teachers' affective learning as much as 50%, quite a role as much as 30%, and as much as 20%, do not contribute to the cause of learning difficulties in implementing affective teacher at SMP Negeri 4 Sekampung. Ekstren factors also tend to play a role in causing trouble enough teachers in implementing affective learning, development factors are contained in the teacher as much as 50% is quite a role, was instrumental in 30%, and as much as 20%, do not contribute to the cause of learning difficulties in implementing affective teacher. Of socialization factors play a role in causing enough trouble as much as 50% of teachers, 30% very important role, and as much as 20%, do not contribute to the cause of the difficulties in implementing teacher pembelajran of affective and affective factors play an important role Ratings are 50%, 30% is quite a role, and 20% said not contribute to the cause of the difficulties in implementing teacher pembelelajaran beranah affective in SMP N 4 Sekampung East Lampung. Keywords: Difficulty Factors Teachers, Implementing Learning Affective Domai
3 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan formal pada era globalisasi ditandai dengan adanya suatu perubahan.prubahan pada hakekatnya adalah sesuatu yang bersifat kodrati dan manusiawi. Namun perubahan itu seringkali membawa dampak negatif bagi manusia khususnya dalam kalangan pelajar, misalkan tata cara berbahasa, berpakaian serta pergaulan mengikuti tren masa kini yang disebabkan oleh globaliasi, pengaruh-pengaruh seperti itu lebih cepat berdampak pada sikap, minat, nilai dan moral pelajar sehingga konsentrasi pada pembelajaran cendrung menurun. Oleh karna itu penting sekali didalam suatu lemaga pendidikan lebih menakankan pada aspek afektif untuk meningkat kan konsep diri pada siswa khususnya pada mata pelajaran Kewarganegaraan. Kurikulum KTSP di Indonesia mengambil pendapat Bloom, yang menurut Bloom (1976 :54), hasil belajar mencakup : Prestasi belajar (kognitif), Kecepatan belajar (Psikomotorik), dan Hasil afektif. Oleh karena itu guru harus dapat menilai ketiga ranah ini dengan baik. Andersen (2005: 67) juga sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari : Berpikir (kognitif), Berbuat (psikomotorik), Perasaan (afektif). Ranah afektif yang dimaksud Andersen mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Menurut Popham (1995: 98), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif. Sebenarnya keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik. Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan
4 psikomotor, dalam menerapkan pembelajaran afektif guru seringkali mengalami kesulitan, dan kesulitan yang dialami guru sendiri tentunya berbeda-beda, hal ini tentu saja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktorfaktor tersebut dapat berasal dari dalam diri guru itu sendiri (faktor internal) dan juga yang berasal dari luar diri guru ( faktor eksternal ) dimana faktorfaktor tersebut dapat mempengaruhi tingkat kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran afektif. Faktor dari dalam diri guru yang dapat mempengaruhi tingkat kesulitan dalam menerapkan pembelajaran afektif adalah faktor kesiapan guru itu sendiri dimana faktor ini mencangkup kesiapan mental dan kehendak untuk bersedia menerapkan pembelajaran afektif. Kesiapan mental itu sendiri adalah dengan menyiapkan bahan ajar, seperti RPP, buku pelajaran, dan lain sebagainya yang telah terlebih dahulu dipelajari dan dipahami oleh guru itu sendiri sehingga guru telah siap menyampaikan pembelajaran dengan konsep yang telah dipersiapkan. Guru harus mampu mengubah system pembelajaran dan tujuan pembelajaran dengan konsep yang telah dipersiapkan yang tadinya mengedepankan aspek kognitif menjadi lebih menekankan kepada ranah pembelajaran afektif, dimana siswa harus mengubah proses berfkir, shingga siswa mampu mengolah pikirannya untuk dapat mengaplikasikan teori kedalam perbuatannya. Selain faktor internal ada pula faktor ekstrnal yang mempengaruhi kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran afektif yaitu tidak adanya pembinaan guru yang dilakukan atasan terhadap bawahan mengenai beban tugas mengajar dan kelengkapan bahan rancangan pembelajaran, yang akhirnya membuat guru kesulitan dalam membuat rancangan pembelajaran yang mengedepankan aspek afektif. Oleh karena itu dalam implementasi pembelajaran afektif perlu dikembangkan acuan pengembangan perangkat penilaian ranah afektif serta penafsiran hasil pengukurannya. Bedasarkan hasil observasi (penelitian pendahuluan) yang penulis laksanakan di SMP Negeri 4 Sekampung Lampung Timur pada bulan Oktober 2012 menunjukkan bahwa rata-rata guru di SMP tersebut kurang mengarahkan pencapaian proses pembelajarannya pada ranah afektif, hal ini terlihat dari rancangan proses pembelajaran (RPP) yang dibuat hanya sampai pada target pencapaian indikator kompetensi beranah kognitif saja, seperti dalam tabel berikut : Tabel 1 : Implementasi Ranah Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Guru bidang studi NO GURU BIDANG RANAH INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI (IPK) STUDI KOGNITIF AFEKTIF PSIKOMO TORIK 1 PPKn - 2 Bhs -
5 Indonesia 3 Agama - islam 4 BK - Sumber : RPP guru SMP N 4 Sekampung Lampung Timur Tabel di atas menunjukkan, bahwa sejumlah guru dari bidang studi PPKn, Bahasa Indonesia, Agama Islam, dan BK dilihat dari RPP yang dibuat kurang atau bahkan tidak sama sekali mengarahkan pada indikator pencapaian kompetensi beranah afektif melainkan guru lebih mengedepankan indikator pembelajaran beranah kognitif. Hal ini tentunya sudah tidak sesuai dengan standart mutu minimal yang diamanatkan dalam kurikulum dan dibangun secara umum. Menilik sisi pentingnya pembelajaran afektif dan secara fakta terdapat keengganan guru dalam menerapkan pembelajaran afektif di sekolah seperti yang disinyalir melalui perancangan pembelajaran yang dibuat para guru, hal ini menimbulkan pertanyaan adanya menyebab yang perlu dicari jawabannya. Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Guru dalam Mengimplementasikan Pembelajaran Beranah Afektif di SMP Negeri 4 Sekampung Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. TINJAU PUSTAKA Deskripsi Teoritis 1. Tinjauan tentang Konsep Belajar 1.1. Pengertian Belajar Menurut Gagne (2007: 34) belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan.berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (2010: 1), belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan.sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah laku yang positif, artinya untuk mencari kesempurnaan hidup. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan individu dan menyebabkan adanya perubahan tingkah laku sebagai responden terhadap lingkungan, baik langsung
6 ataupun tidak langsung.oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Oemar Hamalik (2004: 57) berpendapat Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Teori Taksonomi Bloom Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tessein berarti untuk mengklasifikasikan dan nomos yang berarti aturan.taksonomi berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi.semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadiankejadian sampai pada kemampuan berfikir dan diklasifikasikan menurut beberapa taksonomi. Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan.konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik Tinjauan tentang Pembelajaran Afektif 2.1. Hakekat Pembelajaran Afektif Hasil belajar menurut Bloom (1976 : 34) mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen (2005 : 25) sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan. 2.2.Tingkatan Ranah Afektif Menurut Krathwohl dalam Udin S (2007 : 46) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl
7 ada lima, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organization, dan characterization. 2.3.Karakteristik Ranah Afektif Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 2005:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum Pengukuran Ranah Afektif Dalam memilih karakterisitik afektif untuk pengukuran, para pengelola pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan program sekolah. Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi dan validitas konstruk ranah afektif tergantung pada definisi operasional yang secara langsung mengikuti definisi konseptual. Menurut Andersen (2005: 5) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. 2. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Guru Dalam Mengimplementasikan Pembelajaran Afektif 3.1. Faktor Intern (Kesiapan Guru) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif Tugas guru menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang guru dan keprofesionalan guru dan dosen Pasal 20, dalam melaksanakan keprofesionalan guru berkewajiban:
8 a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan poses pembelajaran yang bermutu, serta menilai, mengefaluasi hasil belajar. b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan c. Bertindak Objektif dan tidak diskriminatif atas pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan setatus sosial peserta didik dalam pembelajaran. d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika Faktor Pembinaan Guru Pembinaan menurut Wojo Wasito (1980: 50) diartikan sebagai membangun, menggambarkan, dan memperbaiki. Istilah membangun menurut Crabb (1945: ) diartikan sebagai proses menerima (receives), memelihara dan memperbaiki (confining), serta melestarikan (retraining), dalam upaya memenuhi kebutuhan. Sementara Barnhat (196: 106) mengartikan pembinaan sama dengan to build yang searti dengan membentuk secara bertahap, menciptakan struktur, membangun, mengembangkan, meningkatkan, menumbuhkan, dan membudayakan. Pembinaan juga diartikan sebagai supervisi yang oleh Daresh (1972: 46) dimaknai sebagai suatu proses mengawasi kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan organisasi. Wiles mengartikan supervisi sebagai bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar dan Mc Neil (1978: 66) mengertikan tugas supervisi itu meliputi tugas perencanaan, tugas administrasi dan tugas partisipasi. 3. Faktor Sosialisasi KTSP Kutikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan diindonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
9 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan factor-faktor Penyebab kesulitan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran afektif di SMP.Negeri 4 Sekampung Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan sampel 38 responden. Teknik pokok pengumpulan data menggunakan angket. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pokok angket, sedangkan teknik penunjang dokumentasi dan wawancara. Sebelum Angket digunakan terlebih dahulu dilakukan uji reliabilitas. Teknik analisa data menggunakan rumus korelasi product moment Hasil dan Pembahasan Tabel 8 : Distribusi Frekwensi tentang Faktor Kesiapan Guru No Kelas Interval Frekwensi Peresentase Ketegori % Tidak Berperan % Sangat Berperan % Cukup Berperan Jumlah % Sumber : Data Perimer Tahun 2013 Tabel 9 : Distribusi Frekwensi tentang Faktor Kesiapan Guru No Kelas Interval Frekwensi Peresentase Ketegori % Tidak Berperan % Cukup Berperan % Sangat Berperan Jumlah % Sumber : Data Perimer Tahun 2013 Tabel 10 : Distribusi Frekwensi tentang Faktor Kesiapan Guru No Kelas Interval Frekwensi Peresentase Ketegori % Tidak Berperan % Cukup Berperan % Sangat Berperan Jumlah % Sumber : Data Perimer Tahun 2013
10 Tabel 11 : Distribusi Frekwensi tentang implementasi pembelajaran afektif No Kelas Interval Frekwensi Peresentase Ketegori % Tidak sulit % Cukup sulit % Sangat sulit Jumlah % Sumber : Data Perimer Tahun 2013 Pengujian Hipotesis. Tabel 12. Daftar jumlah responden mengenai factor-faktor penyebab kesulitan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran beranah afektif di SMP Negei 4 Sekampung Lamung Timut TP 2012/2013. Faktor Faktor Penyebab Kesulitan Guru Berperan Cukup Berperan Kurang Berperan Jumlah Sulit Cukup Sulit Tidak Sulit Jumlah Sumber: Analisis Data Hasil Angket Tahun 2012 Setelah itu dibuat daftar Kontingensi sebagai berikut : Tabel 12. Daftar jumlah kontingensi mengenai factor-faktor penyebab kesulitan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran beranah afektif di SMP Negei 4 Sekampung Lamung Timut TP 2012/2013.
11 Faktor-faktor penyebab Kesulitan guru Berperan Cukup Berperan Kurang Berperan Jumlah um ber : Ana lisis data pri mer tahu n S Sulit 9 3,0 1,8 1, Cukup Sulit 13 6,5 3,9 2, Tidak Sulit 1 0,5 0,3 0.2 Jumlah PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengolahan data faktor-faktor penyebab kesulitan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran afektif di SMP Negeri 4 Sekampung Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013 diperoleh data sebagai berikut a. Faktor Kesiapan Guru Hasil Data yang peneliti lakukan terhadap 20 responden di SMP Negeri 4 Sekampung menujukan bahwa guru cendrung mengalami kesulitan mengimplementasikan pembelajaran beranah afektif yang disebabkan oleh faktor kesiapan guru yang tercermin dalam data sebagai berikut : Sebanyak 4 responden atau 20% merupakan ketegori tidak berperan, 6 responden atau 30% merupakan kategori cukup berperan dan 10 atau 50% merupakan kategori sangat berperan. b. Faktor Pembinaan Guru. Hasil data yang peneliti lakukan terhadap 20 responden di SMP Negeri 4 Sekampung menujukan bahwa guru cendrung mengalami kesulitan mengimplementasikan pembelajaran beranah afektif yang disebabkan oleh faktor pembinaan guru yang tercermin dalam data sebagai berikut : Sebanyak 4 responden atau 20% merupakan ketegori tidak berperan, 10
12 responden atau 50% merupakan kategori cukup berperan dan 6 atau 30% merupakan kategori sangat berperan. c. Faktor Sosialisasi KTSP Hasil Data yang peneliti lakukan terhadap 20 responden di SMP Negeri 4 Sekampung menujukan bahwa guru cendrung mengalami kesulitan mengimplementasikan Pembelajaran beranah Afektif yang disebabkan oleh Faktor Sosialisasi KTSP yang tercermin dalam data sebagai berikut : Sebanyak 4 responden atau 20% merupakan ketegori tidak berperan, 10 responden atau 50% merupakan kategori cukup berperan dan 6 atau 30% merupakan kategori sangat berperan. d. implementasi pembelajaran beranah Afektif Hasil Data yang peneliti lakukan terhadap 20 responden di SMP Negeri 4 Sekampung menujukan bahwa guru cendrung mengalami kesulitan mengimplementasikan Pembelajaran beranah Afektif yang disebabkan oleh Faktor Penilaian Afektif yang tercermin dalam data sebagai berikut : Sebanyak 4 responden atau 20% merupakan ketegori tidak sulit, 6 responden atau 30% merupakan kategori cukup sulit dan 10 atau 50% merupakan kategori sulit. e. Pengujian Pengaruh Berdasarkan hasil pengujian data yang dilakukan maka terdapat tingkat keeratan yang kuat antara faktor-faktor yang disinyalir sebagai penyebab kesulitan terhadap kesulitan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran beranah afektif di SMP Negeri 4 Sekampung Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. Ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang menggunakan rumus Chi Kuadrat bahwa x² hitung = 15,45, kemudian dikonsultasikan dengan Chi Kuadrat pada taraf signifikan 5% (0,05) dan derajat kebebasan = 4 maka diperoleh x² tabel = 9,49. Dengan demikian x² hitung lebih besar dari x² tabel (x² hitung x² tabel ), yaitu 15,45 9,49, serta mempunyai derajat keeratan pengaruh anatar variable dengak koofisien kontingensi C = 0,61 dengan koofisien kontingensi maksimumcmaks 0, 812, dan berdasarkan pengkategorian menurut Manase Malo maka termasuk kedalam kategori berperan. Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara faktor kesulitan guru kesiapa, terhadap pembelajaran beranah afektif di SMP Negeri 4 Sekampung Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. Jadi Apabila Faktor kesiapan gueu, pembinaan guru, sosialisasi KTSP, serta penilaian afektif dijalankan dan diterapkan sesuai prosedur maka dimugkinkan akan mengurangi tingkat kesulitan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran afektif. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian data yang dilakukan maka terdapat tingkat keeratan yang kuat antara faktor-faktor yang disinyalir sebagai penyebab
13 kesulitan terhadap kesulitan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran beranah afektif di SMP Negeri 4 Sekampung Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. Ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang menggunakan rumus Chi Kuadrat bahwa x² hitung = 15,45, kemudian dikonsultasikan dengan Chi Kuadrat pada taraf signifikan 5% (0,05) dan derajat kebebasan = 4 maka diperoleh x² tabel = 9,49. Dengan demikian x² hitung lebih besar dari x² tabel (x² hitung x² tabel ), yaitu 15,45 9,49, serta mempunyai derajat keeratan pengaruh anatar variable dengak koofisien kontingensi C = 0,61 dengan koofisien kontingensi maksimumcmaks 0, 812, dan berdasarkan pengkategorian menurut Manase Malo maka termasuk kedalam kategori berperan. Refrensi Andersen, Lorin. W. (2005) dalam Diknas (2010) Penilaian Afektif (Petunjuk Teknis). Jakarta Ali Muhammad Penelitian Kependidikan Prosedur. Rineka. Cipta. Jakarta Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (edisi revisi VI),JakartaPT.Rineka Cipta Bloom. 1976, dalam Diknas (2010) Pembelajaran dan Penilaian Afektif (Petunjuk Teknis), Jakarta. Darsono.W.s winkel 2000.Penelitian Kependidikan.angkasa.Bandung Gagne.2007 dalam Suseno,Magnis.2012.Pengertiian Pembelajaran (http.infoini.com.2012/pengertian pembelajaran html) Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta Hadi Sutrisno Metodologi Research. Jogjakarta: Gajah Mada University Press. Malo, Manase Metode Penelitian Sosial. Kurnia. Jakarta. Halaman 139. Nawawi, Hadari Organisasi Sekolah dan Pengelolaan kelas. PT Gunumg Agung. Jakarta. Saripuddin Udin, Konsep dan Strategi Pendidikan Moral Pancasila Di Sekolah Menengah (Suatu Penelitian Kepustakaan). Dirjen Dikti, Jakarta Singarimbun Irawati Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Halaman 192 Suprayogo Imam Metodologi Penelitian Sosial Agama, PT. Remaja Rusdakarya. Bandung. Suryabrata soemardi Hakekat Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group.Jakarta Slamet 2003.Pengantar Pendidikan.Remaja Karya.Bandung
14
BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terampil, bermartabat dan berkualitas. Melalui pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan setiap bangsa, karena melalui pendidikan ini pula siswa diajarkan menjadi manusia yang terampil,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Deskripsi Teoritis 2.1.1. Tinjauan tentang Konsep Belajar 2.1.1.1. Pengertian Belajar Menurut Gagne (2007: 34) belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. karena dalam penelitian ini membahas tentang faktor-faktot penyebab. Negeri 4 Sekampung Lampung Timur.
5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian di atas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, karena dalam penelitian
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. perencanaan, prosedur hingga teknis pelaksanaan dilapangan. Hal ini
34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Langkah-Langkah Penelitian Langkah-langkah penelitian merupakan suatu bentuk upaya persiapan sebelum melakukan penelitian yang sifatnya sistematis yang meliputi perencanaan,
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN KINERJA GURU BERSERTIFIKAT DAN NON SERTIFIKAT DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMPN 28 BANDAR LAMPUNG.
1 ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA GURU BERSERTIFIKAT DAN NON SERTIFIKAT DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMPN 28 BANDAR LAMPUNG (Jurnal) Penulis Agus Tristiana Holilulloh M. Mona Adha Penyunting Berchah
Lebih terperinciDIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1/20
HALAMAN 1/20 HAKIKAT RANAH AFEKTIF Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Andersen (1981), karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian sebagai salah satu cara untuk memecahkan suatu masalah
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian sebagai salah satu cara untuk memecahkan suatu masalah atau permasalahan yang dihadapi, memegang peranan penting dalam penelitian ilmiah.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. korelasional, untuk menjelaskan hubungan antara konsep-konsep atau. Ilmiah Remaja Terhadap Pembentukan Sikap Ilmiah Siswa.
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional, untuk menjelaskan hubungan antara konsep-konsep atau nilai-nilai dari variabel
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. dalam penelitian ilmiah. Selain memaparkan garis-garis yang cermat, juga
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metodologi penelitian sebagai salah satu cara untuk memecahkan suatu masalah atau permasalahan yang dihadapi, memegang peranan penting dalam penelitian ilmiah.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
49 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif merupakan analisa yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan penelitian di atas, maka metode yang digunakan
9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian di atas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, karena dalam penelitian
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui pengaruh antara variabel x dan y yang dideskripsikan secara
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu dimana suatu metode penelitian yang bertujuan menggambarkan dan memaparkan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan nilai dalam keluarga terhadap sikap tanggung jawab siswa di kelas X
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif ini penulis ingin memaparkan datadata
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Suharsimi Arikunto dalam S. Vianita Zulyan (2014: 80) menjelaskan bahwa Metode
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Suryabrata (200 9:37) Metode Deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk
Lebih terperinciTERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 NGUTER SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Oleh : Hesti Karmila Wulandari NIM :
PENGARUH LAYANAN INFORMASI DALAM BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 NGUTER SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh : Hesti Karmila Wulandari NIM : 11500067 ABSTRAK :
Lebih terperincitercapai seperti yang diharapkan. Metode penelitian adalah ilmu tentang metode-metode
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setiap kegiatan penelitian, dalam upaya untuk menemukan data yang valid, dan merupakan usaha dalam mengadakan analisa secara logis rasional di perlukan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Metode penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam
48 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang tepat sangat diperlukan dalam pelaksanaan suatu penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.
Lebih terperinciHUBUNGAN LINGKUNGAN AKADEMIS DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA JURNAL. Oleh:
1 HUBUNGAN LINGKUNGAN AKADEMIS DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA JURNAL Oleh: NAYANK RAGILIA NAZARUDDIN WAHAB BAHARUDDIN RISYAK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciEconomic Education Analysis Journal
EEAJ 3 (1) (2014) Economic Education Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj PENGARUH KESIAPAN BELAJAR, MINAT BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN SIKAP SISWA TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELTIAN. khususnya mengenai Undang-Undang No.23 Tahun 2002 Tentang
51 BAB III METODELOGI PENELTIAN 3.1 Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional. Metode ini meneliti masalah-masalah aktual yang berlangsung di lapangan khususnya
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. menumbuhkan kesadaran siswa terhadap penegakan Hak asasi manusia
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif karena dalam penelitian ini mendeskripsikan keadaan yang terjadi pada saat sekarang secara
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Nur Widia Wardani Nurul Ulfatin E-mail: nurwidia_wardani@yahoo.co.id, Universitas Negeri Malang, Jl.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setiap kegiatan penelitian, dalam upaya untuk menemukan data yang valid, dan serta dalam usaha mengadakan analisa secara logis rasional di perlukan langkah-langkah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dapat tercapai seperti yang diharapkan.
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Kegiatan penelitian berupaya untuk menemukan data yang valid, dan serta dalam usaha mengadakan analisa secara logis rasional diperlukan langkahlangkah pengkajian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. berusaha untuk mengetahui sejauh mana faktor faktor seperti faktor ekonomi
III. METODE PEELITIA A. Metode Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini berusaha untuk
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. dimana suatu metode penelitian yang bertujuan mengungkapkan, menggambarkan
55 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu dimana suatu metode penelitian yang bertujuan mengungkapkan, menggambarkan
Lebih terperinciHUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NUR LAILI KHUSNA NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M.TARUNA
1 HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL Oleh NUR LAILI KHUSNA NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M.TARUNA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015
Lebih terperinciANALISIS PENGETAHUAN DAN KESULITAN BELAJAR SISWA TENTANG VIRUS DI KELAS X SMA NEGERI 2 TANJUNGBALAI TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016
ANALISIS PENGETAHUAN DAN KESULITAN BELAJAR SISWA TENTANG VIRUS DI KELAS X SMA NEGERI 2 TANJUNGBALAI TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 ANALYSIS OF STUDENTS KNOWLEDGE AND LEARNING DIFFICULTIES OF VIRUS IN CLASS
Lebih terperinciIII. METODE PENELITITAN
III. METODE PENELITITAN 3.1 Pendekatan Penelitan Metode penelitian digunakan untuk menemukan jawaban secara sistematis. Metode merupakan ilmu yang membicarakan sistematis untuk mencapai tujuan Dalam penelitian
Lebih terperinciAndreas Setiawan Di bawah bimbingan Giyono dan Ranni Rahmayathi Z ABSTRACT
ANALYSIS PERFORMANCE OF GUIDANCE AND COUNSELING TEACHER, IN THE IMPLEMENTATION GUIDANCE AND COUNSELING PROGRAM AT SMP N IN KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH YEAR OF 2012-2013 Andreas Setiawan (andreasstw@gmail.com)
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI WANGON
UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 3, November 2014 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI WANGON Heri Permana Sakti
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS DIKELAS VII 1 SMP PERTIWI SITEBA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014
1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS DIKELAS VII 1 SMP PERTIWI SITEBA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014 Eli Puteri Wati 1 Ranti Nazmi 2 Meldawati 3 Program Studi
Lebih terperinciKOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN
Penelitian KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN Edi Waluyo, Lita Latiana, & Decik Dian Pratiwi e-mail: waluyowulan@gmail.com PG PAUD FIP Universitas Negeri Semarang Abstrak: Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tuntutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tuntutan penerapan kurikulum berbasis kompetensi mencakup tiga ranah, yaitu kemampuan berpikir, keterampilan
Lebih terperinciKebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Baedhowi *) Abstrak: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih menekankan pada kompetensi (competency-based curriculum) dengan
Lebih terperinciAmelia Atika 1,Kamaruzzaman 2
SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial ISSN 2407-5299 HUBUNGAN KETERAMPILAN KOGNITIF DENGAN KEMAMPUAN MEWUJUDKAN GAGASAN PADA MAHASISWA SEMESTER PENDEK PROGRAM STUDI BK STKIP-PGRI PONTIANAK TAHUN 2011/2012
Lebih terperinciDosen Program Pendidikan Geografi PIPS, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : ,
PENGARUH GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI LINGKUNGAN HIDUP SISWA KELAS XI IPS SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 (THE EFFECT OF STUDENT LEARNING STYLE
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. sesuai dengan fakta yang ada. Oleh karena itu peneliti ingin menggambarkan
III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena penulis ingin menggambarkan keadaan yang terjadi pada masyarakat saat ini sesuai dengan
Lebih terperinciPENGARUH BIMBINGAN KARIR TERHADAP MINAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP
PENGARUH BIMBINGAN KARIR TERHADAP MINAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP Putri Yuliandari Prodi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email : Putriandari5@gmail.com Abstract
Lebih terperinciAbstract. The influence of the capability of teachers in making lesson plans against PKn the motivation to study
Abstract The influence of the capability of teachers in making lesson plans against PKn the motivation to study (Endang Lusiati, Holilulloh, Hermi Yanzi) This study was aimed at explaining the influence
Lebih terperinciSTUDI DESKTIPTIF TENTANG PEMAHAMAN GURU DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA, MODEL DAN GRAFIS OLEH GURU JURNAL. Oleh
1 STUDI DESKTIPTIF TENTANG PEMAHAMAN GURU DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA, MODEL DAN GRAFIS OLEH GURU JURNAL Oleh INDAH PERMATA SARI NAZARUDDIN WAHAB ROCHMIYATI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. deskriptif ini penulis ingin memaparkan data-data dan menganalisis data
44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS
Lebih terperinciANALISIS SIKAP MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA PADA PRAKTIK PENYELENGGARAAN EVENT ORGANIZER
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 5, No. 1, April 2016 40 ANALISIS SIKAP MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA PADA PRAKTIK PENYELENGGARAAN EVENT ORGANIZER BIDANG BOGA (Penelitian Terbatas
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. yang akan diteliti sebelumnya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan.
65 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metodologi penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam penelitian ilmiah disini diperlukan suatu metode yang sesuai dengan masalah yang akan
Lebih terperinciUntuk Guru-guru MTs-DEPAG
Evaluasi Pembelajaran Fisika Untuk Guru-guru MTs-DEPAG I. Deskripsi Mata kuliah ini difokuskan untuk lebih memantapkan guru Fisika MTs agar lebih kompeten dalam merencanakan, membuat dan menganalisis asesmen.
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR SKRIPSI Oleh: ASRI NAFI A DEWI X4307018 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciABSTRAK. Pengaruh Penerimaan Peserta Didik Baru Melalui Sistem Zonasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa
ABSTRAK Pengaruh Penerimaan Peserta Didik Baru Melalui Sistem Zonasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa ( Desi Wulandari, Adelina Hasyim, Yunisca Nurmalisa) Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena dalam penelitian ini mendeskripsikan keadaan yang terjadi pada saat
Lebih terperinciPERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU
PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU Suwondo, Mariani Natalina L. dan Vivi Triska Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia pendidikan diera
Lebih terperinciHUBUNGAN MOTIVASI INTERINSIK DAN EKSTERINSIK DENGAN HASIL RENANG SISWA SMK SWADHIPA NATAR. Jurnal. Oleh. Sutrisno Agus Setiadhi
HUBUNGAN MOTIVASI INTERINSIK DAN EKSTERINSIK DENGAN HASIL RENANG SISWA SMK SWADHIPA NATAR Jurnal Oleh Sutrisno Agus Setiadhi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2013
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif karena
55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif karena dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk memberikan gambaran keadaan
Lebih terperinciKata kunci : Ability Grouping, Hasil belajar, Mekanika Teknik
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ABILITY GROUPING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK KELAS X TEKNIK SIPIL SMK NEGERI SURAKARTA Andra Noviana 1, Sri Sumarni
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. terjadi dengan menggunakan teknik pokok angket dan tehnik penunjang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif yang digunakan untuk menganalisis kenyataan berdasarkan fakta yang tampak atau terjadi
Lebih terperinciRIDA BAKTI PRATIWI K
PENGARUH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DISERTAI MEDIA PEMBELAJARAN ULAR TANGGA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VIII SMP N 1 KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh:
Lebih terperincipemahaman ideologi Pancasila terhadap sikap moral.
34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk memecahkan suatu masalah dibutuhkan suatu cara atau metode, dimana metode tersebut merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan keberhasilan
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN JURNAL
LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL Deskripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Siswa Memahami Deskripsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Siswa Memahami Operasi Hitung Bilangan Bulat di Kelas Tinggi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam rangka memperoleh data yang faktual, tujuannya untuk mengadakan analisa secara logis dan rasional.
Lebih terperinciKata kunci : Ability Grouping, Hasil belajar, Mekanika Teknik
digilib.uns.ac.id 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ABILITY GROUPING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK KELAS X TEKNIK SIPIL SMK NEGERI SURAKARTA Andra Noviana
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi data
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Muhammad Ali (1985:120), adalah: Metode yang digunakan untuk memecahkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. sistimatis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriftif yaitu suatu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi, atau lukisan secara sistimatis,
Lebih terperinciRELATIONSHIP OF STUDENTS PERCEPTION OF LEARNING CIVICS STUDENTS WITH LEARNING OUTCOMES INSMP NEGERI DI KECAMATAN GUNUNG TULEH KABUPATEN PASAMAN BARAT
RELATIONSHIP OF STUDENTS PERCEPTION OF LEARNING CIVICS STUDENTS WITH LEARNING OUTCOMES INSMP NEGERI DI KECAMATAN GUNUNG TULEH KABUPATEN PASAMAN BARAT Elsa Batu Bara 1,Nurharmi 1,Muslim 1 1 Program Pancasila
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam
Lebih terperinciPENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI
PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SKRIPSI Oleh: VALENT SARI DANISA K4308123 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
Lebih terperinciPENGARUH LATAR BELAKANG GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA
1 PENGARUH LATAR BELAKANG GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA (Jurnal Penelitian) oleh Wayan Murnita Meilani Pembimbing Riyan Hidayatullah, S.Pd., M.Pd Susi Wendhaningsih,
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQH (Penelitian di MA Hidayatul Faizien Bayongbong)
Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut ISSN: 1907-932X PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQH (Penelitian di MA Hidayatul
Lebih terperinciTHE EFFCT OF TEACHERS PROFESSIONAL COMPETENCE CIVIC EDUCATION TO INTEREST STUDEN LEARNING SMPN IN KECAMATAN BONJOL
THE EFFCT OF TEACHERS PROFESSIONAL COMPETENCE CIVIC EDUCATION TO INTEREST STUDEN LEARNING SMPN IN KECAMATAN BONJOL Hijir Kurniati1, Muslim1, Hendrizal1 1Program Pancasila The Educational and citizenship
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode sangat
58 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dalam suatu penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode sangat diperlukan
Lebih terperinciHUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF
HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR
Lebih terperinciPENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak
PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif
Lebih terperinciSTUDI KORELASI ANTARA MOTIVASI BELAJAR, MEDIA PEMBELAJARAN, KEMAMPUAN AWAL, DENGAN HASIL BELAJAR. Oleh :
STUDI KORELASI ANTARA MOTIVASI BELAJAR, MEDIA PEMBELAJARAN, KEMAMPUAN AWAL, DENGAN HASIL BELAJAR Oleh : Riyanto MT, Sudjarwo dan Herpratiwi FKIP UNILA, Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung email
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa Kabupaten
62 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini didesain untuk mengamati dan menganalisis bagaimana fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa Kabupaten Pringsewu telah terlaksana
Lebih terperinciKata Kunci: Model Pembelajaran, Problem Based Learning, Hasil Belajar 1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA N 3 KOTA JAMBI Bayu Asfadi 1), Upik Yelianti 2), Retni S Budiarti 2) 1) Mahasiswa
Lebih terperinciMINAT MAHASISWA PGSD PENJASKES TERHADAP PROFESI DI BIDANG KEGURUAN DAN NON KEGURUAN
Minat Mahasiswa PGSD...(Yudanta Brahmantara) 1 MINAT MAHASISWA PGSD PENJASKES TERHADAP PROFESI DI BIDANG KEGURUAN DAN NON KEGURUAN STUDENT INTEREST PGSD PENJASKES FORCES OF PROFESSIONALS IN THE FIELD OF
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Dengan menggunakan metode penelitian korelasional ini penulis ingin memaparkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya berkembang sangat pesat. Perubahan yang sangat cepat dalam bidang ini merupakan fakta
Lebih terperinciPENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA
1 PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA BABUL HASANAH A 351 09 037 JURNAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciABSTRACT. The Role of Learning PPKn to Build Students Awareness of Human Rights Enforcement in SMP Tunas Harapan
ABSTRACT The Role of Learning PPKn to Build Students Awareness of Human Rights Enforcement in SMP Tunas Harapan This research aims at explaining and analyzing the role of learning PPKn to build students
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Setiap kegiatan penelitian diperlukan suatu langkah-langkah pengkajian
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Setiap kegiatan penelitian diperlukan suatu langkah-langkah pengkajian dengan menggunakan metode penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai seperti
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. metode deskriptif kuantitatif, untuk mengetahui pengaruh antara variabel
39 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode sangat diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada pada saat penelitian dilaksanakan, memperoleh keakuratan data dan pengembangan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan. ataupun karakteristik, serta objek yang akan diteliti.
III. METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode sangat diperlukan untuk menentukan data penelitian, menguji kebenaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9 tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
Lebih terperinciAntok Dian Pranadi, Dr. H. Roemintoyo. S.T., M.Pd., Drs. Bambang Sulistyo Budhi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP Universitas Sebelas Maret
HUBUNGAN MEDIA PEMBELAJARAN, PERAN ORANG TUA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X RUMPUN BANGUNAN SMK NEGERI 1 BENDO MAGETAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Antok Dian Pranadi, Dr.
Lebih terperinciPARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN
PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN THE PARTICIPATION OF SCHOOL BOARD IN CONDUCTING EXTRA CURRICULAR ACTIVITIES IN MOST OF STATE
Lebih terperinciKata Kunci: Sekolah Engagement, metode deskriptif, Convenience sampling.
Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menentukan Sekolah Keterlibatan siswa reguler SMP Inklusi "X" di kota Bandung. Judul penelitian ini adalah "Studi Deskriptif Tentang Sekolah Keterlibatan siswa reguler
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Setiap kegiatan penelitian diperlukan suatu langkah-langkah pengkajian
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setiap kegiatan penelitian diperlukan suatu langkah-langkah pengkajian dengan menggunakan metode penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis (Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar, 1998:
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and
BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelitian
24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam menyelesaikan suatu masalah atau permasalahan yang dihadapi, metodologi penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelitian ilmiah,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, dan menggunakan langkah-langkah
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Maksudnya kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara
Lebih terperinciHUBUNGAN MANAJEMEN PESERTA DIDIK DENGANKELANCARAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
HUBUNGAN MANAJEMEN PESERTA DIDIK DENGANKELANCARAN PROSES BELAJAR MENGAJAR Baiq Neni Sugiatni, Jumailiyah, dan Baiq Rohiyatun Administrasi pendidikan, FIP IKIP Mataram Email :Baiqnenysugiatni@gmail.com
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam upayanya memanfaatkan
38 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk memaparkan suatu fakta dan analisa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP ARTIKEL. Disusun Oleh : Suhertati
HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP ARTIKEL Disusun Oleh : Suhertati 14144230008 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
Lebih terperinciPENYEBAB KETIDAKHADIRAN PESERTA DIDIK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMP NEGERI 11 PADANG. Oleh. Mita Fauzia. Afrizal Sano. Ahmad Zaini ABSTRACT
PENYEBAB KETIDAKHADIRAN PESERTA DIDIK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMP NEGERI 11 PADANG Oleh Mita Fauzia Afrizal Sano Ahmad Zaini ABSTRACT This study aimed to describe the causes of absenteeism of
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN SERVICE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
PENGARUH PENERAPAN SERVICE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : VITA ANGGUN CAHYANI K4308059 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
Lebih terperinci