ANALISA WACANA PENERAPAN PERS PANCASILA DI INDONESIA (DALAM RUBRIK HEART TO HEART MAJALAH HELLO! INDONESIA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA WACANA PENERAPAN PERS PANCASILA DI INDONESIA (DALAM RUBRIK HEART TO HEART MAJALAH HELLO! INDONESIA)"

Transkripsi

1 ANALISA WACANA PENERAPAN PERS PANCASILA DI INDONESIA (DALAM RUBRIK HEART TO HEART MAJALAH HELLO! INDONESIA) Auli Cinantya Hadi Gayes Mahestu S.S., M.I.Kom Bina Nusantara University, Jurusan Komunikasi Pemasaran, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Jl. K.H Syahdan No 9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat 11480, Indonesia Abstract Pancasila press is a press system that runs by applying the values that exist in the Indonesian national ideology, Pancasila. As a print media under the auspices of PT MRA Media that promote exclusive feature news about the celebrity in worldwide, the magazine HELLO! has a section called Heart to Heart which aims to arouse public emotions readers. This study uses critical discourse analysis by Norman Fairclough and the agenda setting theory to knows how the media produce the news. According to Norman a discourse can be analyzed into three parts, based on text, the practice of discourse as well as sociocultural practices. Results of the study conducted through critical discourse analysis shows that the application of the system of Pancasila press in Indonesia is still low, it is seen from the use of a style that focuses on the social status of the speaker as a celebrity, based on interviews and observations indicate that the need for deepening the application of the Pancasila value in the press system in Indonesia it is for the press to produce news that is responsible and beneficial to the public. Keywords: Press Pancasila, Agenda Setting, Printed Media, Magazine, Critical Discourse Analysis Abstrak Pers Pancasila merupakan sistem pers yang berjalan dengan menerapkan nilai-nilai yang ada pada ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Sebagai sebuah media cetak dibawah naungan PT MRA Media yang mengedepankan berita feature yang eksklusif mengenai selebriti dunia, majalah HELLO! mempunyai rubrik bernama Heart to Heart yang bertujuan untuk menggugah emosi khalayak pembacanya. Penelitian ini menggunakan analisa wacana kritis model Norman Fairclough dan teori agenda setting untuk melihat bagaimana media memproduksi sebuah wacana. Menurut Norman sebuah wacana dapat dianalisis menjadi tiga bagian yaitu berdasarkan wacana itu sendiri, praktik diskursus dan juga praktik sosiokultural. Hasil penelitian yang dilaksanakan melalui analisa wacana kritis memperlihatkan bahwa penerapan sistem pers Pancasila di Indonesia masih dinilai kurang, hal ini dilihat dari penggunaan gaya bahasa yang memfokuskan pada status sosial sang narasumber sebagai selebriti, berdasarkan wawancara dan observasi menunjukkan bahwa diperlukannya pendalaman mengenai penerapan nilai Pancasila pada sistem pers di Indonesia agar pers dapat menghasilkan berita yang bertanggung jawab dan bermanfaat bagi khalayak.

2 Kata Kunci: pers pancasila, agenda setting, media cetak, majalah, analisa wacana kritis PENDAHULUAN Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia, Pancasila juga merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut tidak terkecuali para warga Indonesia dalam menjalani tugasnya. Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara yang merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah dan rakyat. Tidak terkecuali sistem pers yang ada di Indonesia. Pers Pancasila merupakan suatu konsep yang unik dalam sistem pers Indonesia, yang dimaksud dengan Pers Pancasila merupakan pers yang orientasi, sikap, dan tingkah lakunya berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang berarti bahwa sistem pers tersebut harus dapat mengamalkan nilai-nilai yang terkandung pada lima sila Pancasila. Tujuannya ialah untuk mencapai pers yang bebas dan bertanggung jawab dalam menjalankan fungsinya. Media massa sudah menjadi konsumsi sehari-hari bagi masyarakat dunia, sebagai makhluk sosial kita tidak dapat terlepas akan satu sama lain, kita memiliki keinginan untuk mengetahui hal yang terjadi di sekitar kita. Dengan tingginya tuntutan akan permintaan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat maka dunia pun terus mengandalkan informasi yang cepat. Namun dalam kecepatan informasi yang dijalankan apakah ketepatan informasi juga diperhatikan. Majalah HELLO! Indonesia merupakan sebuah majalah selebriti dibawah naungan MRA Media Group. MRA Media group merupakan salah satu media group ternama di Indonesia yang dikenal sebagai pelopor masuknya merek Internasional di Indonesia, salah satunya ialah majalah HELLO! Majalah yang berasal dari negara Spanyol tersebut, populer akan pemberitaan eksklusif, akurat dan menarik yang diakui sebagai sahabat selebriti. Di Indonesia majalah HELLO! pertama kali terbit pada September 2010 dengan tagline More Than Just a Celebrity News. Majalah ini merupakan majalah selebriti yang mengambil sebuah konsep hiburan dan berbagi informasi kepada para pembacanya dalam presentasi yang canggih dan glamor. HELLO! memuat kisah-kisah inspiratif dari para tokoh masyarakat atau selebriti dunia, serta memberikan berbagai liputan eksklusif. HELLO! Indonesia menyajikan orkestra, berita selebriti, tips, tren, mode kecantikan, makanan, untuk membuat komposisi baru yang menyenangkan, bergengsi dan gaya hidup yang bermanfaat. Majalah HELLO! mempunyai rubrik yang berjudul Heart to Heart, rubrik tersebut berusaha untuk memberikan kisah seorang selebritas ataupun tokoh masyarakat yang tidak terlihat atau luput dari para penontonnya, sebuah sisi yang tidak pernah mereka perlihatakan di depan umum sebelumnya dalam bentuk sebuah artikel feature yang tujuannya ialah untuk menggugah emosi para pembacanya dan agar para pembacanya dapat belajar dari cerita-cerita tersebut. Sedangkan bila kita berbicara mengenai berita selebriti maka hal pertama yang menonjol ialah berbagai berita-berita selebriti yang terkadang akuntabilitasnya masih dipertanyakan. Akuntabilitas yang dimaksud ialah bagaimana suatu media dapat menyajikan informasi yang berkualitas sekaligus mempertanggung jawabkan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh informasi yang dipublikasikan tersebut. Sedangkan dalam praktiknya di Indonesia masih banyak terlihat

3 jurnalisme kuning yang beredar, media-media cetak yang menjual berita yang bersifat sensual namun dipertanyakan keakuratannya. Sebagai seorang Selebriti maupun tokoh masyarakat yang mempunyai banyak penggemar, dampak sebuah berita mengenai sang selebriti dapat berpengaruh besar terhadap khalayak. Agus Sudibyo, seorang mantan anggota Dewan Pers pernah mengatakan bahwa kini sistem pers yang berjalan di Indonesia cenderung tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, hal ini dijelaskan olehnya dilihat melalui bagaimana pers cenderung bergeser fungsi menjadi institusi ekonmi dan tidak begitu memperdulikan nilai-nilai edukasi, semakin banyak media yang menyoroti tentang kekerasan, konten-konten yang mengandung seksualitas dengan gambar-gambar yang bersifat sensual. Sebagai media cetak, majalah HELLO! tetap harus taat terhadap kode jurnalistik yang ada, dan mengingat majalah ini yang berasal dari luar negeri, harus dilakukannya penyesuaian yang sesuai dengan sistem yang berjalan di Indonesia, yaitu penerapan ideologi pancasila sesuai dengan ideologi Bangsa Indonesia. Di Indonesia selain harus berpegang teguh pada ideologi pancasila, sistem pers yang berjalan juga harus berpegang teguh keapada KEJ (Kode Etik Jurnalistik) dan UUD 1945.Hal ini yang akan mencegah beredarnya rumor-rumor yang tidak benar, dan bersifat merugikan masyarakat. Namun ketika pers yang kemudian sudah diberikan kebebasan sedemikian rupa, apakah mereka masih mengingat mengenai lima sila dasar pancasila yang menjadi pedoman Bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana suatu wacana mencerminkan ideologi yang ada dibaliknya dengan menggunakan analisa wacana kritis model Norman Fairclough. Dalam hal ini Fairclough melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan, ia mencoba menghubungkan teks yang mikro dengan konteks yang makro, tujuannya ialah untuk dapat melihat ideologi yang ada dibalik sebuah wacana. Dalam penelitian ini wacana yang dianalisis ialah wacana rubrik Heart to Heart majalah HELLO! edisi Januari-Mei Rumusan Masalah 1. Bagaimana pemahaman konsep Pers Pancasila di Indonesia dalam redaksi majalah HELLO! Indonesia? 2. Bagaimana penerapan Pers Pancasila di Indonesia dilihat melalui analisa wacana pada rubrik Heart to Heart edisi Januari-Mei 2015? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan ialah untuk mengetahui : 1. Pemahaman konsep Pers Pancasila di Indonesia, ditinjau melalui redaksi majalah HELLO! Indonesia 2. Penerapan Pers Pancasila di Indonesia dilihat melalui analisa wacana pada rubrik Heart to Heart edisi Januari-Mei 2015 Kerangka Pemikiran

4 Gambar 1 Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Penelitian kualitatif Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang mengharuskan peneliti terjun langsung sebagai pengamat realitas yang akan diteliti, karena penelitian ini mengharuskan memberikan informasi yang jujur dan tidak dibuat-buat. Lincoln dan Guba (Moleong,2010:8) membahas beberapa karakteristik dalam penelitian kualitatif, yaitu: a. Latar Alamiah; penelitian kualitatif melalukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entity). b. Manusia sebagai alat (Instrumen); peneliti atau dengan bantuan orang lain menjadi alat pengumpul data utama, karena peneliti berhubungan langsung dengan objek penelitian. c. Metode Kualitatif; metode kualitatif digunakan karena metode ini lebih mudah bila dihadapkan dengan kenyataan ganda, menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden, dan metode ini lebih peka terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. d. Analisis data secara induktif; analisis induktif digunakan karena dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak; membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit; dapat menguraikan latar belakang secara penuh; menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan; dan memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit.

5 e. Teori dasar (grounded theory); penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtansif yang berasal dari data. f. Deskriptif; data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angkaangka. g. Lebih mementingkan proses daripada hasil; penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. h. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus; penelitian kualitatif menghendaki ditetapkan adanya batas dalam penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. i. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data; penelitian kualitatif mendefenisikan validitas, reliabilitas, dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik. j. Desain yang bersifat sementara; penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terusmenerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan. k. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama; penelitian kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data. Analisa Wacana Kritis Analisis wacana kritis Norman Fairclough merupakan analisis hubungan dialektis antara wacana dan elemen lain dalam praktek sosial. Metode yang dikembangkan Fairclough seperti yang dikutip oleh Eriyanto (2012) mengacu pada bagaimana bahasa dalam hubungan dengan kekuasaan dan ideologi. Bahasa secara sosial dan historis adalah bentuk tindakan dalam hubungan dialektik dengan struktur sosial. Fairclough dalam analisis ini fokus pada pemakaian bahasa dan pemikiran sosial politik yang diintegrasikan pada perubahaan sosial. Dengan menggunakan metode analisa pemahaman kritis terhadap artikel feature Heart to Heart majalah HELLO! Indonesia, peneliti bermaksud untuk memahami ideologi yang tersimpan dibalik tulisan tersebut. Wacana, dalam pemahaman Fairclough (Eriyanto, 2012: 286) mempunyai tiga efek, yaitu: 1. Wacana memberikan andil dalam mengkonstruksi identitas sosial dan posisi subjek. 2. Wacana membantu mengkonstruksi relasi sosial di masyarakat. 3. Wacana memberikan konstribusi dalam mengkonstruksi sistem pengetahuan dan kepercayaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari ketiga level analisa tersebut, terlihat bahwa ada beberapa aspek yang mempengaruhi terbentuknya sebuah wacana. Namun tujuan dari analisa wacana itu sendiri menurut Faiclough ialah untuk melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan, melihat bagaimana pemakai bahasa membawa nilai ideologys tertentu dibutuhkan analisis yang menyeluruh. Analisa ini didasarkan pada linguistic dan pemikiran sosial dan politik, dan secara diintegrasikan pada perubahan sosial. Melalui analisa wacana kritis, dilihat bahwa teks cenderung berpihak kepada narasumber, teks dilihat mempunyai kecenderungan untuk meninggikan sang narasumber, hal ini masuk ke dalam kriteria penulisan berita feature yang mengandung human interest. Berita cenderung menonjolkan sang narasumber, disinilah dimana agenda setting tersebut berperan. Agenda setting disini menonjolkan sang narasumber, membuat deskripsi mengenai narasumber yang

6 diperuntukkan untuk sang pembacanya. Penentuan topik sendiri menjadi salah satu contoh pengaplikasian agenda setting itu sendiri, dimana tim redaksi melihat keadaan sosial dan juga melihat apa yang sedang diberitakan oleh media lain, dari situ mereka memberikan kesimpulan bahwa topik A yang akan mereka bahas, dan narasumber ini yang akan mereka pilih. Dalam kelima artikel tersebut hal yang sama ditemukan bahwa sang penulis menetapkan dirinya sebagai pihak mandiri, seseorang yang berdiri sendiri. Hal ini ditujukannnya dengan bagaimana ia memasukan opininya sendiri yang terkadang berlawanan dengan opini sang narasumber. Hal ini juga terlihat dari penempatan kalimat atau struktur penyusunan kalimat yang ada. Kelima artikel tersebut cenderung memiliki struktur penyusunan kalimat yang sama, hal ini tidak mengherankan melihat ideology yang ditanamkan kepada tim redaksi dan berdasarkan analisa praktik diskursus sang managing editor, editor, dan reporter atau penulis memiliki pandangan atau ideology yang sama. Hal yang menjadi pertanyaan adalah apakah adanya unsur Pers Pancasila dalam penulisan rubrik Heart to Heart. Pers pancasila sendiri dideskripsikan sebagai Pers yang bebas, dan berpegang terhadap Kode Etik Jurnalistik yang ada, selain itu ia juga mengacu kepada UUD Di Indonesia sekarang ini, pers dinilai mempunyai kebebasan yang leluasa bila dibandingbandingkan dengan jaman dahulu. Pers di Indonesia cenderung bertingkah seperti watch dog pada pemberitaan hard news. Namun, apakah pemberitaan tersebut merefleksikan adanya penerapan pers pancasila, yang dimaksud dengan pers pancasila ialah bahwa sistem pers tersebut tidak hanya berpedoman pada KEJ, namun juga berpedoman pada kelima sila pancasila, atau lebih jelasnya mengacu pada 45 butir pancasila yang terdapat pada TAP MPR no. I/MPR/2003. Dari kelima artikel tersebut, tercerminkan bahwa artikel tersebut dibuat sesuai dengan apa yang sedang terjadi dalam masyarakat, dan dalam artikel tersebut, dapat diamati bagaimana sang penulis menempatkan dirinya, sang narasumber dan khalayak pembacanya. Pendeskripsian akan sag narasumber yang dinilai ditinggikan oleh sang penulis melihat bahwa sang narasumber mempunyai level yang berbeda dengan orang lain, hal ini diutarakan dengan penggunaan kata seperti suaranya yang khas (dilihat dalam artikel Andien), dan gambaran suasana akan bagaimana sang narasumber dielu-elukan oleh orang-orang (terlihat pada artikel Reza), hal ini menciptakan gambaran bahwa sang narasumber memang mempunyai level yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya. Hal ini menyimpang dalam beberapa tujuan yang terdapat pada sila kedua. Sila kedua berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab dengan penjelasan pada butir kedua yang berbunyi Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Secara kasat mata memang sang penulis tidak membedakan narasumber dengan khalayak pada umumnya, namun interpretasi yang ada pada teks tersebut menunjukkan adanya perbedaan kedudukan sosial yang ada dalam teks. Penekanan akan status sang narasumber sebagai selebriti ataupun tokoh masyarakat memperlihatkan bahwa sang narasumber mempunyai kedudukan yang lebih tinggi atau berbeda dengan khalayak pada umumnya. Hal lain kemudian ditemukan ketika membahas artikel emansipasi wanita oleh GKR Hemas, dapat dilihat bahwa penulis dan narasumber mempunyai pendapat yang berbeda. Pada teks tersebut penulis mendeskripsikan pendapatnya dan juga pendapat sang narasumber dengan tujuan sebagai perbandingan. Namun penulis tidak menunjukkan sebuah penyangkalan, hal ini mencerminkan salah satu sila pancasila yang menuturkan harus adanya saling menghormati keputusan satu sama lain dan tidak memksakan kehendak,

7 Terlihat bahwa dalam penulisan tersebut, adanya niat untuk menyadarkan masyarakat akan sebuah isu, lagi-lagi isu yang memang dialami oleh sang narasumber yang didalam teks tersebut dideskripsikan sebagai seseorang yang mempunyai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Namun melihat akan penyampaian yang disampaikan penulis, dapat dibilang tidak adanya tulisan yang memicu kebingungan, memicu fitnah, dan membuat kekacauan. Sedangkan bila berbicara bagaimana sang penulis mendeskripsikan akan penjelasan atau opininya di artikel tersebut, disitulah penulis menaruh seting agenda yang ditujukan untuk memicu opini publik terhadap suatu isu. Pada contohnya ialah mengenai isu pendidikan yang diangkat pada artikel bulan Mei Dalam artikel tersebut penulis memberikan contoh bahwa sang narasumber merupakan seseorang yang mementingkan pendidikan, disitu sang narasumber memberikan kritik terhadap pendidikan yang berjalan, yang kemudian tidak ditanggapi oleh penulis. Sebuah refkleksi akan bagaimana sang penulis hanya menempatkan dirinya sebagai seorang penyampai pesan. Dari kelima artikel tersebut hal yang paling menonjol yang dituliskan dalam kelima artikel ialah penggambaran positif terhadap sang narasumber. Disini penulis menonjolkan sisi baik atau memperlihatkan istilahnya kebaikan yang datang di kala keburukan. Seperti yang terdapat pada TAP MPR no. I/MPR/2003 pada sila kedua yang dijelaskan pada butir-butirnya, yaitu : 1. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. 2. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. 3. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. 4. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. 5. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 6. Berani membela kebenaran dan keadilan. Penulis memberikan sebuah contoh baik yang ditanamkan kepada masyarakatnya, sama halnya dengan apa yang dituturkan oleh keempat narasumber yang telah di wawancarai, bahwa tujuan ditulisnya rubrik Heart to Heart ialah agar pembacanya dapat belajar dari sebuah peristiwa. Kelima artikel tersebut memang sudah mencerminkan kelima sila pancasila, namun pengaplikasian kelima sila tersebut dinilai belum maksimal. Hasil wawancara yang dilakukan untuk penelitian ini membuktikan bahwa dari empat orang narasumber hanya satu yang memahami mengenai konsep pers pancasila. Bahkan ada yang belum pernah mendengar mengenai pers pancasila. Kasiyanto Kasemin (2014) dalam bukunya Sisi Gelap Kebebasan Pers menuturkan bahwa kebebasan pers di Indonesia sudah terlewat batas, ia menyebutkan bahwa seharusnya kita menyadari bahwa sebagai manusia kita memang memiliki kebebasan namun karena kita tidak hidup sendiri kebebasan ini dibatasi oleh kebebasan orang lain, karena bila suatu hal terlalu bebas hal tersebut akan menjadi tidak beraturan. Seperti yang dikutip melalui wawancara dengan editor Syahrina Pahlevi, ia menuturkan Hemmm kalau selama di lifestyle nggak tahu, pas di hard news juga nggak. Gw malah baru denger Pers Pancasila, yang gw tau ya kebebasan pers aja. Indonesia memiliki kebebasan pers yang cukup baik dibanding Negara-negara lainnya. Bisa dibayangkan apa yang terjadi bila Pers hanya memahami mengenai kebebasan saja, mereka tidak memahami bahwa kebebasan itu butuh batasan. Kasiyanto Kasemin (2014:11) menyebutkan bahwa dalam praktiknya tidak ada kebebasan yang mutrlak. Semua orang mempunyai hak untuk bebas berkomunikasi namun kebebasan komunikasi itu dibatasi oleh kebebasan komunikasi pula. Kebebasan per situ bukan berarti kebebasan tanpa batas. Kebebasan

8 itu tetap memiliki batas dan bahkan menuntut sebuah tanggung jawab. Batas kebebasan itu adalah nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Di Indonesia hal yang membatasi kebebasan pers ialah peraturan yang sudah ditetapkan dalam UU No. 40 Tahun 1999, Kode Etik Jurnalistik dan juga ideologi bangsa, Pancasila. Karena selama Indonesia mempunya Pancasila sebagai panutan ideologinya, maka kita harus mematuhi kelima sila pancasila tersebut. Sebuah batasan terkadan diperlukan, hal ini untuk mencegah sesuatu agar tidak sampai lepas kontrol. Perlunya pendekatan mengenai penerapan Pancasila juga sangat dibutuhkan, hal ini untuk mengurangi terjadinya pemberitaan palsu ataupun pemberitaan yang dapat meresahkan masyarakat. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap redaksi majalah HELLO! Indonesia melalui analisa wacana kritis dalam rubrik Heart to Heart edisi Januari 2015-Mei 2015 dan juga dengan melakukan wawancara pada empat narasumber, dan kegiatan obserasi, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Berdasarkan wawancara serta observasi pada redaksi majalah HELLO! Indonesia, dari empat orang hanya satu orang yang memahami betul mengenai konsep Pers Pancasila, sedangkan yang lain tidak pernah mendengar atau hanya paham sedikit mengenai pers Pancasila. Dalam hal ini terlihat bahwa Pers Pancasila mulai terlupakan, walaupun Pers Pancasila pertama kali muncul pada 1984 dan kemudian sistem pers mengalami perubahan sesuai dengan eranya, tetapi bangsa Indonesia tetap pada ideologinya, yaitu Pancasila. Sehingga diperlukan adanya penerapan nilai-nilai Pancasila dalam sistem pers yang ada. 2. Melalui tiga level dalam analisa wacana kritis, dapat dilihat bahwa penerapan pers pancasila melalui rubrik Heart to Heart edisi Januari 2015 Mei 2015 belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil analisis ditemukannya makna yang tersirat didalam teks-teks tersebut. Masih adanya kecenderungan spesialisasi terhadap narasumber yang berstatus sebagai selebritis yang melanggar beberapa poin yang telah diterapkan pada Pancasila sesuai dengan TAP MPR No. 1/MPR/2003. Saran Pada bagian ini ada beberapa saran yang ingin disampaikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran-saran tersebut antara lain : Saran Akademis Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai sistem pers yang berjalan di Indonesia terlebih lagi mengenai Pers Pancasila. Melalui penelitian ini diharapkan juga data memberikan inspirasi dan menjadi landasan untuk penelitian sejenis mengenai sistem pers Indonesia, khususnya Pers Pancasila di media cetak. Saran Praktis Perlunya ada pemahaman yang lebih luas mengenai penerapan pancasila sebagai sistem pers di Indonesia, hal ini dilakukan agar pers mengetahui batasan yang diperlukan dalam menulis. Pers sebagai pembentuk opini masyarakat diharapkan untuk membuat karya yang dapat bermanfaat bagi khalayak dan tidak membuat kebingungan pada khalayak, terlebih lagi pda karya berita yang berjenis feature. Perlunya adanya pelatihan atau pembelajaran khusus kepada

9 para reporter mengenai dasar sistem pers yang berlaku dan peraturan-peraturan yang ada di Indonesia mungkin dapat membantu, setidaknya para penulis atau reporter tersebut memahami batasan yang ada. Saran Umum Diharapkan dengan adanya penelitian ini, masyarakat lebih menyadari mengenai makna yang terdapat dalam sebuah teks berita. Adanya agenda setting yang dibentuk oleh media menunjukkan bahsa adanya suatu ideologi tersembunyi, masyarakat sebaiknya tidak menyerap teks begitu saja, namun di harapkan dapat memahami unsur yang terkandung dalam teks tersebut. REFERENSI Buku: Budyatna, Muhammad. (2009). Jurnalistik : Teori & Praktik. Bandung:Remaja Rosdakarya Teknologi Komunikasi di Masyarakat). Jakarta:Kencana Bungin, Burhan. (2009). Penelitian Kualitatif. Jakarta:Kencana Eriyanto. (2012). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:LkiS. Kasemin, Kasiyanto. (2014). Sisi Gelap Kebebasan Pers. Jakarta:Prenadamedia Group Kusumaningrat, Hikmat dan K. Purnama, (2005). Jurnalistik, Teori & Praktik, Bandung:Remaja Rosdakarya Jurnal : Steensen, Steen. (2011). The Featurization of Journalism. Norway:Oslo University College RIWAYAT PENULIS Auli Cinantya lahir di Kota Jakarta pada tanggal 11 Mei Penulis menamatkan gelar Sarjana Komunikasi di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Komunikasi Pemasaran dengan peminatan Digital Journalism pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia, Pancasila juga merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam menyelesaikan persoalan penelitian dibutuhkan metode sebagai proses yang harus ditempuh oleh peneliti. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu, dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu, dan mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun ini merupakan tahun demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama. Media massa merupakan salah satu alat yang dapat digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. agama. Media massa merupakan salah satu alat yang dapat digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa hampir bisa dikatakan sebuah kebutuhan premier bagi masyarakat, kebutuhan akan informasi kekinian membuat masyarakat memburu informasi baik melalui media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat yang dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi dan dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berperan membangun sebuah masyarakat yang bebas. Jurnalisme yang jujur

BAB I PENDAHULUAN. dapat berperan membangun sebuah masyarakat yang bebas. Jurnalisme yang jujur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jurnalisme memiliki tujuan utama yaitu menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya kepada masyarakat agar dengan informasi tersebut mereka dapat berperan membangun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Berdasarkan paparan latar belakang yang peneliti sampaikan, maka jenis penelitian ini lebih cocok dengan penelitian kualitatif. Menurut Raco

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta pikiran. Bahasa memiliki fungsi sebagai identitas nasional, karena di Indonesia terdapat beribu-ribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Narasi memiliki unsur penting pada jurnalistik. Jurnalis tidak hanya sekadar menulis artikel tetapi harus memberikan cerita kepada pembaca yang di dalamnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI jurnalistik jurnalisme KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) jurnalistik (n) (hal) yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran jurnalisme (n) pekerjaan mengumpulkan, menulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat keterkaitannya dengan masyarakat luas, menjadi salah satu pilar perubahan suatu negara,

Lebih terperinci

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan September 2013 Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan jurnalistik. Jurnalistik dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat (Studi Analisis Framing Pemberitaan Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat periode 27 Juli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang. Satu tantangan yang muncul dalam usia remaja ialah munculnya

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang. Satu tantangan yang muncul dalam usia remaja ialah munculnya BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Satu tantangan yang muncul dalam usia remaja ialah munculnya keinginan untuk hidup mandiri. Ketika anak mulai memasuki usia remaja, tidak jarang orang tua mulai membebaskan

Lebih terperinci

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA Disusun oleh: Nama : Gigih Fajar Kurniawan Nim : 11.11.5519 Kelompok Jurusan Nama Dosen : F : S1-TI :Abidarin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat langsung tersampaikan kepada khalayak dalam waktu singkat.

BAB I PENDAHULUAN. dapat langsung tersampaikan kepada khalayak dalam waktu singkat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media memiliki peran penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Hal ini tergambarkan dalam salah satu fungsi media massa sebagai penyebar informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia

Lebih terperinci

BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN

BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN Butir butir Pancasila yang dahulu ada 36 butir sekarang diubah menjadi 45 butir pancasila. Dan sekarang ini masyarakat banyak yang belum tahu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih pemimpinnya secara langsung. Hal ini mempunyai makna yang sangat strategis bagi masa depan bangsa

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL MEDIA DALAM PERSPEKTIF JURNALISME KOMUNITAS

KRITIK SOSIAL MEDIA DALAM PERSPEKTIF JURNALISME KOMUNITAS KRITIK SOSIAL MEDIA DALAM PERSPEKTIF JURNALISME KOMUNITAS (Analisis Wacana Rubrik Intro Indonesia Dalam Koran Slank) Oleh : ANEKE ALONE HAREFA 362007063 SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Ilmu Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, media baru (internet) berkembang dengan pesat setiap tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan ketersediaan infrastruktur

Lebih terperinci

merupakan suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan analisis wacana kritis. Pendekatan analisis wacana kritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat kian tergantung dengan media massa, yang menjadi salah satu sumber informasi yang sangat dibutuhkan khalayak. Terlebih dengan kecanggihan teknologi di mana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu, dan mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris research. Research

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum, cara memecah kompleksitas dunia nyata. Dengan demikian, paradigma yang tertanam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum, cara memecah kompleksitas dunia nyata. Dengan demikian, paradigma yang tertanam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Menurut Patton dalam Tahir 1 Paradigma adalah sebuah pandangan dunia, perspektif umum, cara memecah kompleksitas dunia nyata. Dengan demikian, paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media menjadi sarana informasi yang dibutuhkan masyarakat. Tujuannya memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dari skala terbatas hingga melibatkan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Simpulan

BAB VI PENUTUP. A. Simpulan 167 BAB VI PENUTUP A. Simpulan Pemberitaan politik di media cetak nasional, yaitu Kompas, Jawa Pos, Republika dan Media Indonesia, memiliki peran yang cukup penting bagi proses demokratisasi. Tidak dipungkiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepentingannya. Seperti yang diibaratkan oleh Djafar Assegaf. sarana untuk mendapatkan informasi dari luar.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepentingannya. Seperti yang diibaratkan oleh Djafar Assegaf. sarana untuk mendapatkan informasi dari luar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia akan informasi dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa dikesampingkan. Hal tersebut mendorong manusia untuk mencari informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan analisis dan bahasan terhadap suatu persoalan penelitian, ada berbagai alternatif metode penelitian yang digunakan untuk menjawab persoalan penelitian. Oleh sebab

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI

ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki peran signifikan yang besar dalam pembentukkan persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian tercerminkan wacana dominan tentang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA Subur Ismail Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Analisis Wacana Kritis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

MENGAPA MENGELUH? Oleh Yoseph Andreas Gual

MENGAPA MENGELUH? Oleh Yoseph Andreas Gual MENGAPA MENGELUH? Oleh Yoseph Andreas Gual Banyak penikmat media (cetak) yang sering membandingkan isi media A, B dan C. Mereka kemudian bertanya mengapa media A memberitakan topik ini sedangkan topik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rubrik kesehatan, rubrik iklan maupun slogan iklan kendaraan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. rubrik kesehatan, rubrik iklan maupun slogan iklan kendaraan yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan bahasa tulis dalam media cetak, dalam hal ini khususnya yang berupa surat kabar atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut Deddy N. Hidayat dalam penjelasan ontologi paradigma kontruktivis, realitas merupakan konstruksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi tentang suatu fenomena atau deskripsi sejumlah

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Kebudayaan Indonesia Akar dari Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Disusun Oleh: Nama : Alif Rizki Andriawan NIM : 11.11.5193 Kelompok Prodi dan Jurusan : E : S1 TI Dosen Pembimbing : Abidarin Rosidi, Dr,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dangdut merupakan musik asli Indonesia yang memiliki banyak peminat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dangdut merupakan musik asli Indonesia yang memiliki banyak peminat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dangdut merupakan musik asli Indonesia yang memiliki banyak peminat. Musik dangdut banyak dipengaruhi oleh musik melayu. Namun biasanya penikmat musik dangdut diidentikkan

Lebih terperinci

Pancasila dan Budaya. STMIK Amikom Yogyakarta. oleh : Rossidah ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika. pembimbing :

Pancasila dan Budaya. STMIK Amikom Yogyakarta. oleh : Rossidah ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika. pembimbing : Pancasila dan Budaya STMIK Amikom Yogyakarta oleh : Rossidah 11. 02. 8043 ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika pembimbing : Drs. M. Kalis Purwanto, MM 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI i ii BAB

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media melalui perbedaan kemasan dan sifat siarannya. dirasakan oleh audiencennya. Menurut Marshall Mc Luhan, Media televisi telah

BAB I PENDAHULUAN. media melalui perbedaan kemasan dan sifat siarannya. dirasakan oleh audiencennya. Menurut Marshall Mc Luhan, Media televisi telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media televisi lahir dari sebuah proses panjang dari perkembangan teknologi. Seiring diibaratkan bahwa kehadiran teknologi dalam perpanjangan fisik manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ungkapan seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita merupakan tugas pokok wartawan, kemudian menyusunnya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai politik di Provinsi Lampung terhadap wacana pemilihan gubernur oleh DPRD Provinsi, sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dengan upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kritis secara ontologi berpandangan bahwa realitas yang teramati (virtual reality) merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh proses

Lebih terperinci

Bartima Oktavia Bahar Nim: E

Bartima Oktavia Bahar Nim: E Tugas : 45 BUTIR-BUTIR PANCASILA Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Pendidikan Pancasila Semester Genap Disusun Oleh : Bartima Oktavia Bahar Nim: E51116302 Departemen Antropologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sering kita jumpai banyak wanita masa kini yang mengadopsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sering kita jumpai banyak wanita masa kini yang mengadopsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sering kita jumpai banyak wanita masa kini yang mengadopsi penuh gaya hidup luar negeri. Pakaian yang terbuka dan minimalis, gaya hidup yang hedonis dan konsumtif,

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 JURNALISTIK SIKAP

PROGRAM STUDI S1 JURNALISTIK SIKAP PROGRAM STUDI S1 JURNALISTIK SIKAP a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagian masyarakat berpikir menjadi seorang jurnalis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagian masyarakat berpikir menjadi seorang jurnalis merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian masyarakat berpikir menjadi seorang jurnalis merupakan pekerjaan yang sulit. Selain kegiatan sehari-harinya yang menuntut kecepatan dan ketepatan, menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, media massa merupakan tempat penyalur aspirasi atau pikiran masyarakat yang berfungsi untuk memberikan informasi dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau

Lebih terperinci

Ciri khas tulisan feature

Ciri khas tulisan feature PERTEMUAN 9 FEATURE PENGERTIAN FEATURE Feature adalah sejenis karangan ringan yang disiapkan penulisannya sebagai bacaan hiburan, namun tetap membeberkan fakta yang ada. Dengan kata lain feature suatu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD 1. Goenawan Mohamad Goenawan Mohamad atau GM lahir di Batang, pada tanggal 29 Juli 1941. Saat masih duduk di bangku SMA dalam usia 17 tahun GM menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa menjadi penting dalam kehidupan politik dan proses demokrasi, yang memiliki jangkauan luas dalam penyebaran informasi, mampu melewati batas wilayah, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan sebuah media yang dapat digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu, film juga berfungsi sebagai sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia yang senantiasa membutuhkan informasi yang dapat memperkaya hidupnya. Media merupakan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik 1 Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik dalam diri seseorang, terutama wartawan. Seorang wartawan sebagai penulis yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita merupakan isi utama dalam sebuah media (surat kabar). Isi berita yang baik dan berkualitas akan berdampak baik pula bagi surat kabar yang bersangkutan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam peristiwa baik yang bersifat lokal, nasional maupun internasional. Salah

I. PENDAHULUAN. beragam peristiwa baik yang bersifat lokal, nasional maupun internasional. Salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada masa kini tidak terlepas dari kebutuhan untuk memperoleh informasi. Informasi yang tersaji di hadapan masyarakat haruslah memuat beragam peristiwa baik yang

Lebih terperinci

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Menulis di Media Massa Jenis-jenis Tulisan di Media Massa Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Peluang Dimuat Berita Opini Berita Ditulis oleh wartawan Bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi. Kridalaksana (1984:28) mengatakan bahasa adalah sistem lambang bunyi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammad Nazir dalam bukunya "Metode Penelitian", menyatakan bahwa. terus-menerus untuk memecahkan masalah.

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian, menyatakan bahwa. terus-menerus untuk memecahkan masalah. 34 BAB III METODE PENELITIAN Berbagai literature dalam metodologi penelitian menyatakan bahwa penelitian dilaksanakan dalam rangka memperoleh pemecahan terhadap masalah. Muhammad Nazir dalam bukunya "Metode

Lebih terperinci

Tetapi pada dasarnya media cetak pada saat ini tetap menjadi pilihan bagi masyarakat tertentu, dan media cetak yang dari dulu hingga sekarang masih ba

Tetapi pada dasarnya media cetak pada saat ini tetap menjadi pilihan bagi masyarakat tertentu, dan media cetak yang dari dulu hingga sekarang masih ba BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan jurnalistik tidaklah dapat berjalan dengan baik bila tanpa menggunakan perantara media massa. Media massa yang digunakan dapat berupa media cetak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kampanye politik juga memiliki humas yang berperan di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kampanye politik juga memiliki humas yang berperan di dalamnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan masyarakat (Humas) sangat berkembang dan di mana posisi humas bisa juga menentukan sukses dan di kenalnya sebuah perusahaan yang memiliki citra yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan permasalahan, penelitian ini bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan permasalahan, penelitian ini bertujuan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Sesuai dengan permasalahan, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kondisi aktual tentang pelaksanaan Al-Quran dengan metode isyarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtuhnya orde baru dan beralih menjadi era reformasi di Indonesia telah memberikan kebebasan, dalam arti wartawan bebas memberikan suatu informasi. Masyarakat pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah berkomunikasi. Aktifitas yang sering dianggap sepele karena diasumsikan tidak perlu

Lebih terperinci