BAB II KAJIAN PUSTAKA. didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Teori Perdagangan Internasional Perdagangan diartikan sebagai suatu proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi pertukaran tersebut dari sudut kepentingan masing-masang, dan kemudian menentukan apakah ia mau melakukan pertukaran atau tidak (Boediono,1993;10). Pertukaran atau perdagangan timbul karena salah satu atau kedua pihak melihat adanya manfaat atau keuntungan tambahan yang bisa diperoleh dari pertukaran tersebut (gains from trade). Timbulnya hubungan ekonomi antar bangsa disebabkan karena perbedaan antara permintaan dan penawaran akan suatu barang dinegara yang satu dengan negara yang lain (Sobri,1986;6). Dalam teori permintaan dan penawaran disebutkan bahwa perdagangan antar 2 negara akan timbul karena adanya perbedaan permintaan-penawaran (Nopirin, 1996 : 26). Perbedaan permintaan bisa disebabkan oleh jumlah dan jenis kebutuhan, jumlah pendapatan, kebudayaan, kesukaan atau selera dan sebagainya. Di segi penawaran disebabkan oleh perbedaan faktor produksi baik mengenai kualitas, kuantitas maupun dalam hal komposisi faktor-faktor produksi tersebut. Perbedaan faktor produksi akan membedakan tingkat produktivitas tiap negara atau daerah. Faktor harga juga menentukan perbedaan harga komparatif antar negara menyebabkan timbulnya 20

2 arus perdagangan internasional. Menurut Hamdy (2001 : 24) teori perdagangan internasional dapat digolongkan ke dalam 3 kelompok, yaitu : 1) Teori Pra Klasik (Merkantilisme) Menurut Hamdy Hady (2000 : 24), ide pokok merkantilisme adalah sebagai berikut : (a) suatu negara akan makmur jika ekspor lebih besar dari pada impornya, jadi ekspor sangat ditekankan, melarang / membatasi impor. (b) Surplus dari X M (ekspor netto) diselesaikan dengan pemasukan logam mulia terutama emas dan perak dari luar negeri (yang digunakan sebagai alat tukat). Penumpukan logam mulia tersebut ditujukan untuk memperkuat armada perang dan penyebaran agama. Kebijakan merkantilis dijalankan dengan adanya kebijakan proteksi untuk melindungi dan mendorong ekonomi industri nasional dengan menggunakan tarif (seperti penetapan Quota) sistem yang diterapkan merkantilis dikritik oleh David Hume. Hume berpendapat bahwa dengan pemupukan logam mulia yang berlebihan (sebagai alat tukar), maka jumlah uang beredar akan naik, hal ini akan diikuti oleh adanya inflasi dalam negeri yang tentunya akan menyebabkan harga barang impor menjada lebih rendah sehingga kuantitas impor akan meningkat sedang barang ekspor akan menjadi mahaldan kuantitasnya menurun. Hal ini tentu akan mendorong mengalirnya logam mulia keluar negeri sampai terjadi titik keseimbangan moneter internasional. Jadi kritik yang merupakan mekanisme 21

3 Hume ini merupakan hukum alam yang terjadi pada negara yang memakai sistem standar deviasi emas. Sedangkan kritik dari Adam Smith terhadap merkantilis adalah bahwa: ukuran kemakmuran suatu negara tidak ditentukan oleh timbunan logam mulianya tetapi pada aspek total produksi yang dihasilkan (GDP dan sumbangan perdagangan luar negeri tersebut kepada GDPnya), untuk meningkatkan GDP maka pemerintah harus mengurangi campur tangannya sehingga akan tercipta perdagangan bebas (mekanisme pasar) dengan adanya perdagangan babas maka akan menimbulkan persaingan yang ketatyang pada gilirannya akan mendorong spesialisasi dan pembagian kerja(yang akan memacu produktivitas, efisiensi dan GDP) dan berdasar pada keunggulan absolut. Peningkatan GDP dan perdagangan internasional identik dengan peningkatan kemakmuran suatu negara. 2) Teori Klasik a) Teori keunggulan mutlak (absolut advantage) Adam Smith Pokok pikiran Adam Smith dalam teori perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak, serta mengimpor barang yang mana negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak. Manfaat perdagangan dapat dilihat dari sisi lain, melalui peningkatan ekspor masing-masing negara akan meningkatkan kemampuan produksi nasional atau GDP (yang berarti peningkatan pendapatan, employment dan devisa) hal ini mendorong peningkatan impor. Meningkatnya impor akan diiringi dengan transfer teknologi, penanaman modal, dan kualitas menejemen yang semakin baik. Persaingan akan mendorong 22

4 produktifitas dan efisiensi sehingga harga barang akan lebih murah dan berkualitas, hal ini akan meningkatkan daya saing ekspor. Teori absolute advantage didasarkan pada beberapa asumsi yaitu ada dua negara yang bertransaksi, faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja(jumlah/jam kerja), kualitas barang yang diproduksi kedua negara adalah sama, pertukaran digunakan dengan barter atau tanpa uang dan biaya transfer diabaikan. Kelemahan teori Adam Smith adalah bahwa perdagangan internasional akan terjadi dan menguntungkan jika masing-masing negara memiliki keunggulan absolut dari produk ekspor. Jika hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolute untuk kedua produk yang diperdagangkan maka tidak akan terjadi perdagangan internasional yang saling menguntungkan. b) Teori Komparatif (Comparatif Advantage) David Ricardo Teori David Ricardo didasarkan pada nilai tenaga kerja yang menyatakan bahwa nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya ( Hamdy Hady,2000:33). Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produk dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat memproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang yang produksinya kurang efisien. Perdagangan internasional antara kedua negara dapat tetap terjadi walaupun hanya satu negara yang mempunyai keunggulan absolut asalkan masing-masing negara memiliki perbedaan efisiensi dalam tenaga kerja (keunggulan biaya komparatif / cost comparatif advantage) dan perbedaan fungsi produksi yang membedakan produktifitas tenaga kerja (keunggulan produksi 23

5 komparatif atau production comparatif advantage). Hal ini akan berakibatpada perbedaan harga barang yang sejenis diantara kedua negara. Kelemahan teori komparatif advantage bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan produksi, faktor produksi (tenaga kerja), perbedaan fungsi ini menyebabkan terjadinya perbedaan produktivitas ataupun efisiensi, akibatnya harga akan berbeda. Jika fungsi faktor produksinya sama (efesiensi dan produktifitas sama) maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena harga kedua negara sama. 3) Teori Modern : Teori Heckscher-Ohlin (Teori H-O) Menurut teori Hecser Ohlin (H-O), perbedaan opportunity cost suatu produk antara satu negara dengan negara yang lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara. Nagara-negara yang memiliki faktor produksi yang relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya. Teori ini menekankan pada perbedaan relatif terdap faktor pemberian alam dan harga faktor produksi antar negara sebagai determinan perdagangan yang paling penting (dengan asumsi bahwa teknologi dan cita rasa sama). Penyamaan faktor produksi menganggap bahwa perdagangan akan menghapuskan atau mengurangi perbedaan harga absolute dan harga relatiffaktor produksi. Perbedaan faktor-faktor produksi dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tingkat produktifitas, jumlah dan jenis hasil produksi, jumlah penawaran faktor 24

6 dan hasil, serta perubahan dalam permintaan (kebutuhan). Perbadaan faktor produksi menyebabkan terjadinya perbedaan harga. Dalam analisisnya teori H-O menggunakan dua kurva, yaitu kurva isocost dan isoquant. Isocost adalah kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama. Sedangkan isoquant adalah kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. Kurva isocost akan bersinggungan dengan isoquant pada satu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperolehproduk yang maksimal, atau dengan biaya yang minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu. Sesuai konsep titik singgung antara isocost, maka masing-masing negara tentu cenderung memproduksi barang tertentu dengan kombinasi faktor produksi yang paling optimal sesuai struktur atau proporsi faktor produksi yang dimilikinya. Selanjutnya, teori H-O menggunakan asumsi sebagai berikut: a) Perdagangan internasional terjadi antara dua negara. b) Masing-masing memproduksi dua macam barang yang sama. c) Menggunakan dua macam faktor produksi yaitu tenaga kerja dan mesin, tapi dengan jumlah proporsi berbeda. Pada teori H-O disimpulkan bahwa harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masingmasing negara. Keunggulan komparatif suatu jenis produk yang dimiliki masingmasing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimiliki. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang-barang tertentu yang relatif banyak dan murah dalam 25

7 memproduksinya. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu yang faktor produksinya relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya. Kelemahan teori H-O, teori ini menyatakan bahwa perbedaan harga barang sejenis dapat terjadi karena adanya perbedaan proporsi atau jumlah faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara dalam memproduksi barang tersebut. Jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki relatif sama, maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi. Kenyataannya, walau jumlah atau proporsi produksi yang dimiliki masing-masing negara relatifsama sehingga harga produk sama, tapi kenyataannya perdagangan internasional tetap dapat terjadi. 2.3 Ekspor Menurut Amir M.S (2003 : 100) kegiatan ekspor diartikan dengan pengeluaran barang-barang dari peredaran masyarakat dan mengirimkan keluar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing. Amir M.S (2003 : 1 ) juga menjelaskan ekspor sebagai upaya melakukan penjualan komoditi yang dimiliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Menurut Hutabarat (1995 : 307), pelaksanaan kegiatan ekspor setiap negara memiliki peraturan yang berbeda-beda yang dilengkapi dengan ketentuan serta prosedur pelaksanaan transaksi khususnya yang disesuaikan dengan kondisi dalam negeri. 26

8 Menurut Collins (1994 : 218) pengertian ekspor dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1) Suatu barang yang diproduksi dan secara fisik diangkut dan dijual di pasar luar negeri, kemudian diperoleh penerimaan dalam mata uang asing. Ekspor seperti ini disebut ekspor yang dapat dilihat (Visible Export). 2) Suatu jasa yang disediakan bagi orang asing baik di dalam negeri (sebagai contoh, kunjunagnwisatawan mwncanegara) mupun di luar negeri (sebagai contoh, perbankan dan asuransi) yang keduanya menghasilkan mata uang asing. Ekspor ini disebut ekspor yang tidak dapat dilihat (Invisible Export). 3) Modal yang ditempatkan di luar negeri dalam bentuk investasi portofolio, investasi langsung luar negeri dalam bentuk aset fisik dan deposito bank disebut ekspor modal. Pengertian ekspor menurut Mankiw (2000 : 25), ekspor netto diartikan sebagai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain. Dimana ekspor netto ini menunjukan pengeluaran bersih dari luar negeri pada barang dan jasa suatu negara yang memberikan pendapatan bagi produsen domestik. Ekspor merupakan salah satu komponen atau bagian dari pendapatan agregat dan makin tinggi pula pendapatan nasional negara yang bersangkutan, dengan demikian dapat dikatakan ekspor merupakan salah satu sumber devisa. Untuk dapat mengekspor, negara tersebut harus mampu menghasilkan barangbarang dan jasa yang mampu bersaing di pasaran internasional. Menurut Sukirno (2000 : 109), faktor-faktor yang menentukan ekspor adalah sebagai berikut. 27

9 1) Daya Saing dan Keadaan Ekonomi Negara Lain Dalam suatu sistem perdagangan internasional yang bebas, kemampuan suatu negara menjual barang ke luar negeri tergantung pada kemampuannya menyaingi barang-barang sejenis di pasar internasional. Besarnya pasaran barang di luar negeri sangat ditentukan oleh pendapatan penduduk di negara lain dan kemajuan yang pesat di suatu negara akan meningkatkan ekspor negara tersebut. 2) Proteksi di Negara-Negara Lain Proteksi di negara-negara lain akan mengurangi tingkat ekspor suatu negara. 3) Kurs valuta Asing Peningkatan kurs mata uang negara pengimpor terhadap mata uang negara pengekspor dapat meningkatkan daya beli negara pengimpor yang mengakibatkan nilai ekspor negara pengekspor meningkat. Ekspor dengan impor adalah penting dalam hal utama, yaitu bersama-sama menghasilkan neraca pembayaran dari suatu negara (suatu negara harus mengekspor untuk dapat membiayai impornya yang dibayar dengan mata uang asing) dan ekspor menggambarkan suntikan dana dalam aliran sirkulasi pendapatan nasional. Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 10/MPP/SK/5?1996 dan nomor 228/MPP/SK/7/1997, barang-barang yang diekspor digolongkan dalam empat kelompok, yaitu : 1. Barang yang diatur ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan oleh eksportir terdaftar, seperti tekstil dan produk tekstil 28

10 (TPT), kayu dan produk kayu (kayu lapis), barang hasil industri dan kerajinan dari kayu cendana dan kopi. 2. Barang yang diawasi ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Menteri Perindustrian dan Perdagangan atau pejabat yang ditunjuk, seperti kacang kedelai, padi, beras, ternak hidup, pupuk urea, perak yang ditempa minyak dan gas bumi, timah, dan inti kelapa sawit. 3. Barang yang dilarang ekspornya adalah barang yang tidak boleh diekspor, seperti jenis perikanan dalam keadaan hidup (arwana, benih ikan sidat), binatang liar dan tumbuhan alam yang dilindungi secara mutlak, kulit mentah (pickled dan kulit binatang melata), bongkah serta barang-barang kuno bernilai kebudayaan. 4. Barang yang bebas ekspornya adalah barang yang tidak termasuk dalam barang yang diatur ekspornya, barang yang diawasi ekspornya maupun barang yang dilarang ekspornya, seperti kerajinan perak, ikan tuna beku, kerajinan bambu, dan lain-lain. Bentuk perdagangan yang umum digunakan dalam ekspor karet yaitu, freight on board (FOB) dan cost insurance freight (CIF). Pada FOB, kewajiban penjual dalam jenis transaksi ini yaitu menyediakan dan memasukkan barang ke kapal dalam kuantitas, kualitas dan tempat yang disepakati. Namun penjual menyediakan segala sesuatu yang diperlukan bagi kelancaran transaksi, termasuk dokumen ekspor. Kewajiban pembeli dalam sistem ini yaitu mencari kapal, menyediakan ruangan dalam kapal, menetapkan pelabuhan, menginformasikan 29

11 waktu sandar, serta menanggung semua biaya dan resiko terhadap barang sejak melewati bibir tangki termasuk pembongkarannya (Amir M.S, 2003 : 184). Pada CIF, kewajiban penjual yaitu menyediakan seluruh fasilitas agar barang yang diperdagangkan sampai di pelabuhan tujuan yang dijanjikan. Namun, risiko (bukan biaya) selama pengangkutan menjadi tanggung jawab pembeli yang dilimpahkan ke asuransi atas biaya penjual. Kewajiban pembeli yaitu melakukan pembongkaran serta pengurusan seluruh dokumen yang diperlukan (Amir M.S, 2003 : 185). Dalam kelangsungan kegiatan ekspor perlu dilakukan kebijaksanaan pada peningkatan daya saing serta perluasan pasar luar negeri. Kebijaksanaan tersebut dapat ditempuh antara lain dengan upaya-upaya peningkatan efisiensi produksi, perbaikan mutu komoditas, jaminan kesinambungan dan ketepatan waktu penyerahan serta melakukan penganekaragaman barang produksi di pasar. Agar mendukung semua itu dilakukan penyempurnaan sarana dan prasarana perdagangan termasuk informasi pasar, serta pemantapan sarana dan prasarana penunjang ekspor, seperti perkreditan, asuransi, lalu lintas keuangan dan perangkat hukum. 2.4 Konsep Produksi Dalam kegiatan ekonomi, setiap perusahaan ataupun usaha lainnya tidak akan lepas dari proses produksi, sebab tanpa adanya proses produksi maka tidak akan ada barang atau jasa yang dihasilkan. Oleh karena itulah proses produksi memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Menurut 30

12 Adiningsih ( 1993:3 ), produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Dari penjelasan diatas maka dapat diartikan bahwa input terdiri dari bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi dan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Produksi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan falsafah baru (Ahyari, 1924 ;6). Input dapat dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu input tetap dan input variable. Input tetap misalkan tanah, gedung dan lainnya, sedangkan input variable adalah input yang dapat diubah jumlahnya dalam jangka pendek (Suryawati, 57). Menurut Rahardja (2001:136), produksi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu Produksi Total (Total Product), Produksi Marginal ( Marginal Product ) dan Produksi Rata rata (Average Product). Produksi Total ( Total Product ) adalah banyaknya produksi yang dihasilkan dari penggunaan total faktor-faktor produksi, produksi marginal (Marginal Product) adalah tambahan produksi karena penambahan penggunaan satu unit faktor produksi, dan produksi rata-rata (Average Product) adalah rata-rata output yang dihasilkan per unit faktor produksi. Setiap proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara output dengan input. Fungsi produksi juga dapat diartikan sebagai fungsi matematis yang menyatakan berapa jumlah suatu masukan dalam jumlah unit tertentu, sedangkan menurut Sukirno (1996:194), fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara input sumber daya perusahaan 31

13 (faktor-faktor produksi) dan keluarannya (output) yang berupa barang dan jasa per unit waktu yang dirumuskan sebagai berikut. A = f(k,l,r,t)... (2.1) Keterangan : A = Barang yang diproduksi K = Kapital / Modal L = Labour / tenaga kerja R = Resources / Alam T = Teknologi Pada sektor tradisional khususnya sektor pertanian, diambil pula asumsi dasar mengenai sifat dari produksi yaitu fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut the low of diminishing Returns. Hukum ini menyatakan bahwa apabila suatu macam input ditambah penggunaannya sedangkan input lain tetap, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan tadi mula-mula menaik, tapi kemudian seterusnya menurun bila input terus bertambah (Boediono, 1982 ;64). Mubyarto (1989: 69) menyatakan bahwa, produksi pertanian adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal, tenaga kerja dan tanah. Sedangkan menurut Prayitno dan Arsyad (1987: 19) ada empat sumber daya yang merupakan faktor produksi penting dalam usahatani, yaitu : 1) Tanah, meliputi kuantitas (luas) dan kualitas 2) Tenaga kerja, meliputi kuantitas (jumlah) dan kualitas 32

14 3) Modal, meliputi modal tetap dan modal kerja untuk pembelian input 4) Keterampilan manajemen petani. Dalam aspek produksi, Indonesia memiliki kemampuan bersaing, terutama dalam segmen produksi bahan olah karet (bokar) dibanding dengan negara-negara produsen utama karet alam lainnya. Hasil studi yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) tahun 1993 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil karet alam dengan tingkat daya saing tertinggi jika dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia. Areal perkebunan karet di Indonesia tersebar terutama di sepanjang pulau Sumatera, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan (93% dari luas total karet di Indonesia). Menurut Iyung Pahan (2006 : 33), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran dan produksi karet dalam memenuhi permintaan konsumsi dunia yaitu (1) iklim, (2) luas lahan yang tersedia, (3) ketersediaan tenaga kerja, (4) dukungan pemerintah masing-masing negara, (5) gerakan para pemerhati lingkungan, dan (6) pendanaan investasi. Dimana faktor-faktor tersebut sangat erat kaitannya terhadap kelangsungan penawaran dan produksi karet di Indonesia Hubungan jumlah produksi dengan Ekspor Perlu diketahui bahwa setiap kenaikan produksi haruslah disertai dengan adanya peningkatan luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan investasi pemerintah atau pengeluaran pembangunan pemerintah pada sektor ini. Jika produksi meningkat maka volume ekspor juga meningkat. Dimana dengan peningkatan produksi maka akan mampu untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri dan sebagian dari 33

15 produksi tersebut dapat di ekspor. Peningkatan ekspor ini akan menyebabkan pendapatan negara berupa mata uang asing (devisa) menjadi meningkat juga. Jadi, antara jumlah produksi dengan ekspor memiliki hubungan yang positif. 2.5 Konsep Kurs Valuta Asing Hamdy (2001:24) mengartikan valas atau foreign exchange (forex) atau foreign currency sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional atau luar negeri dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Sentral atau Bank Indonesia. Mata uang asing yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadangkadang mengalami apresiasi atau kenaikan terhadap mata uang lainnya. Sedangkan soft currency adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresi atau penurunan terhadap mata uang lainnya (Hamdy, 2001:24). Kurs (exchange rate) diantara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan (Mankiw, 2000:192). Mankiw membagi kurs menjadi 2 yaitu : 1) Kurs Nominal (nominal exchange rate) Adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Contoh : jika kurs antara dollar AS dan Jepang adalah 120 yen per dollar, maka anda bisa menukar 1 34

16 dollar untuk 120 yen di pasar dunia untuk mata uang asing. Orang Jepang yang ingin mendapatkan dollar akan membayar 120 yen untuk setiap dollar yang dibelinya. Orang Amerika yang ingin mendapatkan yen akan mendapatkan 120 yen untuk setiap dollar yang ia bayar. 2) Kurs Riil (real exchange rate) Adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs riil kadang-kadang disebut terms of trade. Untuk melihat hubungan diantara kurs riil dan kurs nominal dapat dicontohkan sebagai berikut: Harga mobil Amerika adalah $ dan harga mobil Jepang yen. Untuk membandingkan harga dari kedua mobil tersebut, kita harus mengubahnya menjadi mata uang umum. Jika satu dollar bernilai 120 yen, maka harga mobil Amerika adalah yen. Membandingkan harga mobil Amerika ( yen) dan harga mobil Jepang ( yen), dapat disimpulkan bahwa harga mobil Amerika separuh dari harga mobil Jepang. Kurs riil dapat dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika kurs riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif murah dan barang-barang domestik relatif mahal. Dan Jika kurs riil rendah, barang-barang luar negeri relatif mahal dan barang-barang domestik relatif murah. Kestabilan volume tukar rupiah sangatlah diperlukan agar kegiatan ekonomi dapat berlangsung lebih mantap. Hal ini disebabkan karena produsen 35

17 atau eksportir dapat merencanakan kegiatan mereka secara lebih pasti. Ada beberapa sistem kurs yang dapat menjaga kestabilan volume tukar, diantaranya : 1) Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate System) Adalah kurs yang ditentukan oleh badan yang berwenang di bidang moneter (otoritas moneter), untuk waktu tertentu kurs ini tidak berubah-ubah. Apabila volume mata uang negara tersebut berubah maka otoritas moneter yang berhak mengambil kebijakan untuk mengembalikan volume tukar ke volume yang ditetapkan. Konsekuensi dari kebijakan volume tukar tetap adalah otoritas moneter harus bisa memperkirakan dengan tepat volume tukar equilibrium yang harus dipertahankan agar tidak over value, sehingga dibutuhkan cadangan devisa yang besar untuk melakukan intervensi, dibutuhkan koordinasi kebijakan moneter antar negara. Keunggulan dari kurs tetap adalah penerapannya lebih mudah daripada aturan kebijakan lain, karena penawaran uang menyesuaikan secara otomatis, selain itu menurunkan sebagian dari ketidakpastian dalam transaksi bisnis internasional. 2) Sistem Kurs Mengambang atau Berubah (Floating Exchange Rate System) Kebijakan sistem kurs ini adalah dengan memberikan kebebasan atau mengambangkan pada pasar untuk mencapai volume keseimbangan, sehingga tinggi rendahnya kurs tergantung dari permintaan dan penawaran. Keunggulan dari kurs mengambang adalah kurs mengambang membuat para pembuat kebijakan moneter bebas mengejar tujuan-tujuan selain stabilitas kurs, seperti menstabilkan kesempatan kerja atau harga. Sistem kurs mengambang terdiri dari: 36

18 a. Sistem Kurs Mengambang Bebas Penentuan volume tukar ini terjadi tanpa adanya campur tangan dari otoritas moneter. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dapat lebih independent. Otoritas moneter bisa menetapkan supply rupiah dan membiarkan pasar valuta asing menentukan volume tukar, sehingga sasaran kebijakan moneter terfokus dan lebih efektif dalam mengendalikan inflasi. b. Sistem Kurs Mengambang Terkendali Penentuan volume tukar ini dibiarkan secara bebas sesuai dengan permintaan dan penawaran pasar tetapi berbagai intervensi kebijakan masih dipakai untuk menjaga agar volume tersebut berada pada target volume yang ditentukan. c. Sistem Kurs Terkait Sistem volume tukar yang ditetapkan dengan cara mengaitkan volume tukar mata uang suatu negara dengan volume tukar negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. Salah satu variasi dari sistem kurs terkait adalah Currency Board System (CBS) yang diterapkan oleh beberapa negara yang mengalami kesulitan moneter. Currency Board System (CBS) dilaksanakan dengan cara mengaitkan dan menetapkan volume tukar tetap antara mata uang suatu negara dengan Hard Currency tertentu didasarkan kepada jumlah mata uangnya yang beredar dan cadangan devisa yang dimilikinya (Hamdy, 2001 : 20). 37

19 2.5.1 Hubungan kurs Dollar dengan Ekspor Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan keatas ekspor maupun inpor. Jika kurs mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya (harganya) akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Dimana dengan peningkatan kurs Dollar maka konsumen di luar negeri memiliki kemampuan membeli lebih banyak, sehinnga penawaran produsen untuk melakukan ekspor meningkat. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs Dollar Amerika meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno,2000 : 319). Jadi, antara kurs Dollar dengan ekspor memiliki hubungan yang positif. 2.6 Konsep harga Menurut Sukirno (1996 : 86), hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan sifat perkitan di antara sesuatu barang dan jumlah barang tersebut yang di tawarkan para penjual. Di dalam hukum penawaran ini dinyatakan bagaimana keinginana para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi, dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah. (Sukirno,2001 : 78) juga menyebutkan bahwa dengan menggabungkan permintaan pembeli dan penawaran penjual inilah yang dapat menetapkan harga keseimbamgan atau harga pasar dan jumlah barang yang akan diperjaul belikan. 38

20 Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan makin tinggi harga sesuatu barang, makin banyak jumlah barang tersebut yang akan di tawarkan oleh para penjual, sebaliknya makin rendah harga sesuatu barang, makin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh para penjual. Sampai dimana keinginan para penjual menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Harga barang itu sendiri. 2) Harga barang-barang lain. 3) Ongkos produksi, yaitu biaya untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan mentah. 4) Tujuan-tujuan dari perusahaan tersebut. 5) Tingkat teknologi yang digunakan. Waluyo (1995 : 75), menyebutkan bahwa harga barang ekspor ditentukan berdasarkan tujuan, yaitu : 1) Memaksimalkan efisiensi ekonomi Dalam hal ini produsen brtujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal yaitu harga yang sama dengan marginal cost 2) Mendistribusikan pendapatan Harga yang ditentukan dalam hal untuk menyebarluaskan produksi luar negeri. Dengan demikian penentuan harga sedemikian rupa agar semua lapisan pembeli dapat meperoleh barang yang dibutuhkan. Kebijaksanaan seperti itu memerlukan suatu diskriminasi harga dan diferensiasi produk. 39

21 3) Memperoleh permintaan Tujuan untuk membatasi hasil produksi yang langka,maka sejumlah pembeli tentu dikeluarkan dengan cara harga yang ditentukan hanya dapat dijangkau oleh pembeli golongan atas. Harga karet alam di pasar internasional sangat berfluktuasi. Dalam satu dasa warsa terakhir, harga karet alam pernah mencapai titik terendah pada bulan Nopember Menurunnya harga karet alam dunia sejak pertengahan tahun 1997 mendorong ketiga negara produsen utama karet alam dunia yakni Thailand, Indonesia dan Malaysia untuk melakukan kerjasama tripartite dibidang produksi dan pemasaran karet alam. Seiring dengan terbentuknya kerjasama tripartite antara tiga negara produsen karet alam dunia tersebut, harga karet alam di pasaran dunia memperlihatkan kecenderungan yang membaik. Berdasarkan proyeksi jangka panjang ( ) harga karet alam diperkirakan akan dapat mencapai sekitar US$ 2,5 per kg. Hal ini diharapkan akan merupakan daya tarik bagi pelaku bisnis di bidang agribisnis karet di Indonesia Hubungan harga dengan ekspor Teori penawaran adalah suatu teori yang menyatakan suatu hubungan antara harga dengan jumlah barang yang ditawarkan. Dimana dalam teori penawaran dinyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, maka makin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang, maka makin sedikit jumlah barang yang ditawarkan (Sukirno,1996 : 86). Dalam perdagangan internasional, volume ekspor menggambarkan jumlah barang 40

22 yang ditawarkan. Sehingga semakin tinggi harga ekspor suatu barang, maka volume ekspor untuk barang tersebut akan semakin tinggi, demikian sebaliknya semakin rendah harga ekspor suatu barang maka semakin sedikit volume ekspor dari barang tersebut. Jadi, antara harga ekspor suatu barang dengan volume ekspor barang tersebut terdapat suatu hubungan yang positif. 2.7 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Airlangga, Brahma (2007) dengan judul Analisis Pengaruh Jumlah Produksi Kelapa Sawit, harga dan Kurs Dollar Amerika Terhadap Volume Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia Periode Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan uji-t dan uji-f. Hasil regresi yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis t-test ternyata produksi, dimana variabel lain dianggap konstan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia periode dengan t-hitung = 12,269 > t-tabel = 1,833. harga komoditi kelapa sawit indonesia bila variabel lain dianggap konstan memberikan pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap volume kelapa sawit indonesia tahun dengan t-hitung = 0,117 < t-tabel =1,833. Sedangkan kurs Dollar Amerika dimana variabel lain dianggap konstan memberikan pengaruh negatif dan tidak signifikan secara parsial terhadap volume ekspor kelapa sawit indonesia periode dengan niali t-hitung -1,831 < t-tabel = 1,833. Analisis koefisien determinasi diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,963 yang berarti bahwa 96,30 persen variasi volume ekspor kelapa sawit 41

23 indonesia mampu dijelaskan oleh variasi produksi, harga komoditi, dan kurs Dollar Amerika dan sisanya sebesar 3,70 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Hal ini menunjukkan variabel bebas mempunyai pengaruh yang kuat terhadap variabel terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada variabel terikatnya dimana pada penelitian sebelumnya menggunakan volume ekspor kelapa sawit indonesia periode sedangkan pada penelitian ini menggunakan volume ekspor karet indonesia periode Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan variabel produksi dan kurs Dollar Amerika sebagai variabel bebasnya, serta Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini juga menggunakan teknik analisis data yang sama yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan uji-t dan uji-f. Penelitian kedua dilakukann oleh Shusana Putra dengan judul Prospek Perkembangan Ekspor Kerajinan Bambu Di Daerah Bali Tahun dengan menggunakan teknik analisis trend diperoleh bahwa prospek perkembangan volume ekspor kerajinan bambu di Daerah Bali tahun meningkat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama menggunakan trend untuk mencari prospek ekspor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian dan lokasi penelitiannya, pada penelitian sebelumnya memakai volume ekspor kerajinan bambu dengan prospek perkembangan pada tahun dan lokasi 42

24 penelitian yaitu daerah Bali, sedangkan pada penelitian ini objeknya adalah volume ekspor karet Indonesia dengan prospek pada tahun dan lokasi penelitian yaitu Indonesia. 2.8 Hipotesis Berdasarkan pokok masalah dan kajian pustaka yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini, yaitu: 1) Diduga, bahwa jumlah produksi karet, kurs dollar Amerika Serikat dan harga secara serempak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun ) Diduga, bahwa jumlah produksi karet, kurs dollar Amerika Serikat dan harga secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menukar yang didasarkan atas kehendak suka rela dari masing-masing pihak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menukar yang didasarkan atas kehendak suka rela dari masing-masing pihak. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Menurut Boediono (1994 : 10) perdagangan diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Konsep dan Teori Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Konsep dan Teori Perdagangan Internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep dan Teori Perdagangan Internasional Boediono (1993 : 10), mendefinisikan perdagangan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Tambunan (2001 : 1), perdagangan internasional diartikan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Tambunan (2001 : 1), perdagangan internasional diartikan sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Tambunan (2001 : 1), perdagangan internasional diartikan sebagai perdagangan antara atau lintas negara yang meliputi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Komposisi dan arah pandangan antara beberapa negara serta bagaimana pengaruhnya terhadap perekonomian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi Indonesia. Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi Indonesia. Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan dan kendala bagi Indonesia. Persaingan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional Menurut Boediono (2005:10) perdagangan diartika n sebagai proses tukar menukar yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Produksi Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan bagaimana sumber daya (input) digunakan

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. variabel yang dianalisis, maka dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. variabel yang dianalisis, maka dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori-teori yang digunakan sebagai bahan pedoman penelitian ini dianggap sebagai landasan teori. Sehubungan arah penelitian yang fokus pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Boediono (2001 : 10), Perdagangan atau pertukaran mempunyai arti khusus dalam ilmu ekonomi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian dan Asal Usul Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian dan Asal Usul Perdagangan Internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan Asal Usul Perdagangan Internasional Ekonomi internasional mempelajari bagaimana sejumlah perbedaan ekonomi berinteraksi satu sama lain di dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Impor dan Pembangunan Ekonomi Selain ekspor, impor juga berperan penting dalam proses pembangunan ekonomi. Salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Ilmu ekonomi internasional mempelajari alokasi sumber daya yang langka guna memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang mendasari penelitian ini dan juga studi yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain yang terkait dengan penelitian ini. Teori ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah kegiatan pertukaran barang ataupun jasa yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah kegiatan perdagangan barang-barang dan jasa, yang dilakukan

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF Wahono Diphayana 1. MERKANTILISME a. Pandangan Merkantilisme Mengenai PI Suatu negara akan kaya atau makmur dan kuat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat meningkatkan perekonomian di negaranya masing-masing, dimana bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat meningkatkan perekonomian di negaranya masing-masing, dimana bagi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsepsi 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah proses jual beli baik berupa barang maupun jasa yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. negara yang berbeda serta mengakibatkan timbulnya pertukaran akan valuta asing

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. negara yang berbeda serta mengakibatkan timbulnya pertukaran akan valuta asing BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan yang dilaksanakan antar negara yang berbeda

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang dilakukan antara satu negara dengan negara lainnya yang timbul akibat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang dilakukan antara satu negara dengan negara lainnya yang timbul akibat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah kegiatan pertukaran barang ataupun jasa yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah transaksi dagang antar subyek ekonomi Negara yang satu dengan subyek ekonomi Negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara.

Lebih terperinci

TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL I. TEORI PRA KLASIK MERKANTILISME MERKANTILISME ADALAH SUATU ALIRAN EKONOMI YANG TUMBUH DAN BERKEMBANG PESAT PADA ABAD XVI XVIII DI EROPA BARAT. IDE POKOK MERKATILISME ADALAH

Lebih terperinci

PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE

PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE 1999-2010 I Putu Kusuma Juniantara Made Kembar Sri Budhi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Abstrak

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA TUGAS MAKALAH KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA Oleh : IRFAN NUR DIANSYAH (121116014) PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2011 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi perdagangan saat ini, kemajuan suatu negara tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan negara tersebut melakukan ekspor barang dan jasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara negara di dunia bertujuan mensejahterakan penduduknya, begitu juga di Indonesia pemerintah telah berusaha maksimal agar dapat mensejahterakan penduduk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan perekonomian dunia. Hal ini terjadi setelah dianutnya sistem perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya

Lebih terperinci

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE SISTEM MONETER INTERNASIONAL Oleh : Dr. Chairul Anam, SE PENGERTIAN KURS VALAS VALUTA ASING (FOREX) Valas atau Forex (Foreign Currency) adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan

Lebih terperinci

Universitas Bina Darma

Universitas Bina Darma Mata Kuliah Kelas Hari/Tanggal Dosen Universitas Bina Darma Petunjuk mengerjakan soal: Tulislah Nama, NIM dan Kelas. ( Berdoa dahulu sebelum mengerjakan soal ) Kerjakan di KERTAS A. PILIHAN GANDA 1. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum masalah yang dihadapi masyarakat adalah mengenai kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia terbatas dari segi kuantitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori perdagangan internasional Perdagangan internasional adalah transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik)

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik) TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik) 1 Merkantilisme suatu kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi kapitalisme komersial, serta pandangan tentang politik kemakmuran suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat diperlukan terutama untuk negara-negara yang memiliki bentuk perekonomian terbuka.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan Menurut Sugiarto (2002), pengertian permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Modern (H-O) Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini diambil dari kedua pencetusnya yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara telah menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kebijakan moneter dapat menyebabkan konsekuensi serius

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis. Hal ini dikarenakan adanya permintaan yang timbul karena adanya kepentingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dapat diartikan sebagai transaksi perdagangan antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang nantinya digunakan untuk membiayai impor. Ekspor suatu negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang nantinya digunakan untuk membiayai impor. Ekspor suatu negara BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Pada dasarnya perdagangan internasional merupakan kegiatan yang menyangkut penawaran (ekspor) dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.2.1 Tinjauan tentang Impor Menurut Tambunan (2001:1), perdagangan internasional diartikan sebagai perdagangan antar atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekspor Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini terdapat berbagai hasil penelitian sebelumnya oleh peneliti lain, baik itu dalam penelitian pada umumnya maupun penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu indikator yang menunjukan bahwa perekonomian sebuah negara lebih baik dari negara lain adalah melihat nilai tukar atau kurs mata uang negara tersebut

Lebih terperinci

Wednesday, November 16, 2011 IPS SMP. S. Efiaty, S.Pd. SMP Negeri 5 Yogyakarta S. Efiaty, S.Pd.

Wednesday, November 16, 2011 IPS SMP. S. Efiaty, S.Pd. SMP Negeri 5 Yogyakarta S. Efiaty, S.Pd. Wednesday, November IPS SMP S. Efiaty, S.Pd SMP Negeri 5 Yogyakarta. Bab VIII Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah proses tukar menukar barang atau jasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan perdagangan internasional. Salah satu kegiatan perdagangan internasional yang sangat penting

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia BABl PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Helakang Pennasalahan Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia mengalami banyak perubahan dalam berbagai aspek. Salah satu indikator

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Rupiah Rupiah (Rp) adalah mata uang Indonesia (kodenya adalah IDR). Nama ini diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut Indonesia menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori perdagangan internasional Perdagangan merupakan kegiatan tukar menukar yang dilakukan secara sukarela tanpa adanya paksaaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang selalu berusaha untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai salah satunya adalah meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan ekonomi antarbangsa dan lintas wilayah negara sudah berlangsung selama berabad-abad. Di masa lampau, bentuk hubungan ekonomi yang paling umum adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Boediono (2005:10) perdagangan atau pertukaran mempunyai arti khusus dalam ilmu ekonomi. Perdagangan diartikan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 01 Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan antara negara satu dengan negara lainnya dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Halaman Tulisan Jurnal ( Judul dan Abstraksi ) ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Oleh : Candra Mustika,SE,Msi,

Lebih terperinci

MAKALAH DEVISA DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL LENGKAP

MAKALAH DEVISA DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL LENGKAP MAKALAH DEVISA DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL LENGKAP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

Transaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial.

Transaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial. BY : DIANA MA RIFAH Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) merupakan statistik yang mencatat transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk pada suatu periode tertentu (biasanya satu tahun).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (pembelian barang-barang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (pembelian barang-barang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan Teori Investasi Asing Menurut Samuelson dan Nordhaus (1996:89), menyatakan bahwa investasi (pembelian barang-barang modal)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi perdagangan antara subyek ekonomi negara yang satu dengan negara yang lain, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas saat ini telah meningkatkan interaksi antara Negara berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL.

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL. TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu menyebutkan teori perdagangan internasional Mahasiswa mampu mendeskripsikan teori perdagangan internasional Mahasiswa mampu menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas sekarang ini, manusia dengan ide, bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah melewati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perekonomian menjadi semakin terbuka. Kini hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perekonomian menjadi semakin terbuka. Kini hampir semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perekonomian menjadi semakin terbuka. Kini hampir semua negara menerapkan perekonomian terbuka yang mengarah kepada sistem perdagangan internasioal. Dengan

Lebih terperinci

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Perekonomian empat sektor adalah perekonomian yg terdiri dari sektor RT, Perusahaan, pemerintah dan sektor LN. Perekonomian empat sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian terbuka dalam arus perdagangan internasional adalah suatu fakta yang tidak mungkin dihindari. Perdagangan internasional sangat diperlukan oleh sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP,

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP, V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP, selisih tingkat suku bunga, selisih inflasi dan selisih neraca pembayaran terhadap kurs

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini merupaka ekplorasi teori dan konsep dari variabel variable yang akan di teliti, yaitu teori perdagangan internasional, valuta asing, teori tingkat produksi dan teori harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Inflasi Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus maksudnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

EKONOMI INTERNASIONAL

EKONOMI INTERNASIONAL URAIAN MATERI ampir H EKONOMI INTERNASIONAL tidak ada satu negara pun di dunia yang tidak melakukan hubungan perdagangan internasional. Hubungan ekonomi internasional dapat berupa perdagangan, investasi,

Lebih terperinci

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP)

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP) Bahan 5 - Ekonomi Terbuka PEREKONOMIAN TERBUKA (AN OPEN ECONOMY) DAN DERIVASI KURVA BP (NERACA PEMBAYARAN) SERTA SISTEM KURS DAN SISTEM DEVISA YANG DIBERLAKUKAN 1. Transaksi Internasional Perekonomian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Daya Saing Perdagangan Internasional pada dasarnya merupakan perdagangan yang terjadi antara suatu negara tertentu dengan negara yang

Lebih terperinci