Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:
|
|
- Sudirman Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN: EVALUASI PROGRAM USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA SEJAHTERA (UPPKS) DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA Oleh Noorhayati MT dan Ika Sari Rahayu Program Studi Administrasi Negara FISIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya ABSTRAK Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan maksud menggambarkan penelitian yang sebenarnya dengan cara mengumpulkan data semaksimal mungkin mengenai pelaksanaan program UPPKS di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan perlu adanya Evaluasi Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya. Baik dari segi input, process, output dan outcomes, agar kelompok UPPKS dapat berkembang dengan baik sesuai dengan tujuan awal dibentuknya kelompok UPPKS yaitu meningkatkan pendapatan keluarga dan juga membantu mengentaskan kemiskinan. Karena dengan adanya kelompok UPPKS akan semakin banyak anggota yang mempunyai keterampilan. Kata Kunci : Evaluasi, UPPKS, Kecamatan PENDAHULUAN Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera menyatakan bahwa pembangunan Keluarga Sejahtera diarahkan pada upaya pengembangan kualitas keluarga, yang bercirikan kemandirian dan ketahanan melalui upaya Keluarga Berencana dalam melembagakan dan membudayakan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Upaya tersebut dilaksanakan dengan meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera dilaksanakan melalui tiga pilar gerakan yaitu Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera (GRKS), Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera (GEKS) dan Gerakan Ketahanan Keluarga Sejahtera (GKKS). Ketiga gerakan tersebut dilaksanakan secara sinergis dalam rangka memberdayakan keluarga untuk mampu menigkatkan kualitas keluarga menuju terciptanya keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Salah satu perwujudan dari Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera (GEKS) dilaksanakan melalui pembentukan kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pengentasan kemiskinan dengan fokus prioritas pada keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I. Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) merupakan program yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan program KB (Keluarga Berencana), yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi ekonomi keluarga. Tanpa kondisi ekonomi yang baik, mustahil keluarga akan dapat meningkatkan kualitas kehidupan. Kegiatan usaha ini telah dirintis dan dipelopori oleh BKKBN yang merupakan model usaha mikro keluarga yang berfungsi untuk menggerakkan roda ekonomi keluarga melalui pembelajaran usaha ekonomi dengan cara menggugah minat dan semangat keluarga untuk berwirausaha. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) tersebut perlu terus diupayakan berbagai dukungan, baik dari aspek permodalan, maupun teknis produksi, pemasaran dan peningkatan sumber daya manusianya. Selain itu pemilihan jenis usaha sangat penting bagi para anggota kelompok terutama agar mereka dapat memilih jenis usaha yang Jurnal Ilmiah Administrasi Negara & Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Hal 18
2 sesuai dengan minat, keterampilan, dan modal yang dimiliki, teknologi dan peralatan usaha yang tersedia, peluang pasar potensial bagi usaha yang akan dikembangkan, dan peluang kemitraan dengan tokoh ekonomi, pengusaha, perbankan, lembaga teknis terkait dan sebagainya. Dengan memilih secara seksama jenis usaha yang potensial dan sesuai bagi kelompok, diharapkan resiko kerugian yang mungkin terjadi dapat ditekan sekecil mungkin. Dengan adanya kelompok UPPKS diharapkan dapat membantu mengentaskan kemiskinan dan memperbaiki perekonomian anggota kelompok UPPKS. Namun masih saja terjadi permasalahan pada kelompok UPPKS diantaranya adalah tingkat kelangsungan hidup kelompok tersebut, dimana banyak usaha yang dijalankan oleh anggota kelompok UPPKS tidak berkembang dengan baik. Padahal untuk aspek permodalan kelompok UPPKS mendapatkan pinjaman modal usaha dari pemerintah melalui dana APBN, selain itu para anggota kelompok UPPKS juga mendapatkan pembinaan yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pembekalan antara lain petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, pelatihan, orientasi, magang, studi banding, lomba dan pekan promosi. Namun tidak semua usaha kelompok tidak berkembang dengan baik. Ada beberapa usaha kelompok UPPKS yang berhasil dan berkembang. LANDASAN TEORI Frekuensi pelaksanaan evaluasi dilaksanakan menurut kebutuhan lapangan dengan fokus pada kegiatan strategis yang berkaitan dengan penumbuhan kelompok, pengembangan usaha dan peningkatan keterampilan. Disamping itu kegiatan evaluasi harus dapat menyajikan data dan informasi tentang keberhasilan pencapaian tujuan kegiatan tersebut melalui indikator keberhasilan antara lain: 1. Meningkatnya jumlah kelompok yang beranggotakan keluarga Pra Sejahtera dan KS I, Pasangan Usia Subur (PUS) dari KS II, KS III dan KS III Meningkatnya jumlah anggota kelompok yang berusaha dan mempunyai keterampilan untuk meningkatkan produktifitasnya. 3. Bertambah besarnya kebutuhan modal usaha disertai dengan lancarnya pengembalian kredit. 4. Meningkatnya jumlah dan mutu produk yang dihasilkan. 5. Makin meluasnya pemasaran hasil produksi sesuai kebutuhan pasar baik lokal maupun luar wilayah. 6. Makin banyaknya anggota kelompok yang bermitra usaha. 7. Makin meningkatnya klasifikasi kelompok dari dasar ke berkembang, dari berkembang ke mandiri dan dari mandiri ke paripurna. Dengan pendekatan manajemen publik, Firman dan Sirait (dalam Hessel Nogi S. Tangkilisan, 2003:26) mengemukakan bahwa di dalam proses manajemen, evaluasi merupakan usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif mengenai pencapaian hasil yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya. Melalui proses evaluasi, maka diharapkan setiap program dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan dapat dibuktikan secara obyektif tingkat keberhasilannya, manfaat dan effisiensi pelaksanaannya. Bridgman & Davis (dalam Hessel Nogi S. Tangkilisan, 2003:28) mengemukakan bahwa pengukuran evaluasi bervariasi sesuai dengan jenis evaluasinya. Jenis evaluasi kecocokan, efektifitas dan efisiensi mungkin memerlukan investigasi yang mendalam sebelum sampai pada kesimpulan akhir. Ini berarti bahwa evaluasi sebagaimana pembuatan kebijakan juga membutuhkan data dan informasi yang komplit dan akurat berkaitan dengan implementasi kebijakan publik tersebut. Walaupun pengukuran evaluasi tersebut bervariasi, secara umum evaluasi kinerja kebijakan tersebut mengacu pada empat indikator pokok yaitu indikator input, process, outputs dan outcomes. Indikator input memfokuskan pada penilaian apakah sumber daya pendukung dan bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan. Indikator input dapat Jurnal Ilmiah Administrasi Negara & Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Hal 19
3 meliputi sumber daya manusia, uang atau infrastruktur pendukung lainnya. Sedangkan indikator process menfokuskan pada penilaian bagaimana sebuah kebijakan ditransformasikan dalam bentuk pelayanan langsung kepada masyarakat. Indikator ini meliputi aspek efektivitas dan efisiensi dari metode atau cara yang dipakai untuk melaksanakan kebijakan publik tersebut. Sementara indikator outputs (hasil), menfokuskan penilaian pada hasil atau produk yang dapat dihasilkan dari sistem atau proses kebijakan publik. Indikator ini misalnya berapa orang yang berhasil mengikuti program tertentu, berapa penduduk miskin yang sudah terkover dalam kebijakan tertentu. Dan terakhir indikator outcomes (dampak), menfokuskan pada pertanyaan dampak yang diterima oleh masyarakat luas atau pihak yang terkena kebijakan. Jenis usaha Kelompok UPPKS dapat dibedakan atas usaha Pelaju, Pemaju dan Penguja Keluarga. a. Pelaju-Keluarga (Petik, Olah, Jual dan Untung oleh Keluarga) Adalah kegiatan usaha keluarga dengan cara mengolah hasil pertanian, peternakan, perikanan maupun kehutanan untuk dijadikan suatu produk yang memiliki harga lebih tinggi karena adanya proses produksi. b. Pemaju-Keluarga (Proses, Kemas, Jual dan Untung oleh Keluarga) Adalah memproses, mengolah dan mengemas bahan baku non pertanian menjadi produk yang mempunyai nilai tambah untuk dijual. Produk Pemaju-Keluarga misalnya souvenir, tenun, perhiasan, batu-batuan mulia, genteng, dsb. c. Penguja-Keluarga (Pengembangan Usaha Jasa dan Perdagangan Keluarga) Adalah kegiatan perdagangan kecil dan pelayanan jasa yang dilaksanakan oleh keluarga kepada konsumen baik yang mengandalkan keterampilan (Salon, Penjahit, Pengetikan, dsb) ataupun jasa terhadap pemanfaatan teknologi (perpustakaan, angkutan kendaraan, dsb). METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan maksud menggambarkan penelitian yang sebenarnya dengan cara mengumpulkan data semaksimal mungkin mengenai pelaksanaan program UPPKS di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya. Adapun waktu penelitian ini akan dilakukan selama 5 bulan yaitu dari bulan September 2013 sampai dengan bulan Januari Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Kalimantan Tengah yang berada di jalan Tjilik Riwut Km. 3,5 dilanjutkan dengan observasi ke lapangan khususnya anggota kelompok UPPKS di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah : Kepala Bidang Keluarga Sejahtera Kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi Kalimantan Tengah, Tim Pembina Kelompok UPPKS terutama yang menangani Kelompok UPPKS di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya dan Anggota Kelompok UPPKS di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya. Tekni pengumpulan data dengan wawancara. HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis merasa ada beberapa hal yang perlu dievaluasi yaitu meliputi hal-hal seperti dibawah ini: 1. Evaluasi Input Untuk Sumber Daya Manusia kedua yaitu anggota kelompok UPPKS perlu adanya kriteria atau persyaratan dalam perekrutan anggota kelompok, karena SDM merupakan hal yang sangat penting. Untuk masalah permodalan perlu mengajukan permohonan kepada pemerintah (dalam hal ini adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana) agar membantu kelompok UPPKS dengan cara memberikan pinjaman modal usaha bergulir. Selain itu perlu adanya bantuan peralatan berupa teknologi modern untuk membantu mengembangkan usaha kelompok UPPKS. Karena sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting untuk proses produksi kelompok UPPKS. Karena apabila teknologi yang mereka gunakan untuk proses produksi modern maka proses produksi akan lebih Jurnal Ilmiah Administrasi Negara & Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Hal 20
4 cepat dan lebih ringan, bila dibandingkan dengan cara manual. Dengan demikian akan menambah penghasilan kelompok dan secara otomatis memperbaiki perekonomiaan anggota kelompok UPPKS di Kecamatan Sebangau Kota Palangka Raya. 2. Evaluasi Process (proses) Dalam rangka pembinaan dan pengembangan bidang usaha dilaksanakan kegiatan dalam aspek peningkatan SDM, pembinaan kemitraan, pembinaan jaringan usaha, pembinaan produksi, pembinaan modal dan pembinaan pemasaran. a. Peningkatan SDM Peningkatan SDM merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan anggota kelompok UPPKS dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas usahanya. Peningkatan SDM dapat dilakukan dengan cara pelatihan, bazar dan lomba. Dalam hal ini perlu adanya peningkatan kegiatan pelatihan, bazar dan lomba. Karena apabila kegiatan tersebut ditingkatkan maka dengan adanya pelatihan maka keterampilan anggota kelompok UPPKS juga akan bertambah, dengan adanya bazar produk yang mereka hasilkan juga akan lebih dikenal masyarakat luas, dan dengan adanya kegiatan lomba akan membuat anggota kelompok termotivasi untuk lebih mengembangkan usahanya dan lebih bersemangat untuk bersaing dalam meningkatkan kualitas dan mutu produknya dengan kelompok yang lain. b. Pembinaan Kemitraan Pembinaan kemitraan sangat perlu dilakukan oleh pemerintah untuk membantu melancarkan proses produksi kelompok UPPKS, dan sekaligus membantu mengembangkan kegiatan kelompok UPPKS. Diantaranya adalah membantu dalam hal permodalan, membantu dalam hal promosi atau pemasaran, c. Pembinaan Modal Untuk pembinaan modal perlu adanya pelatihan khusus untuk membahas tentang pembukuan, kelengkapan administrasi karena kegiatan kelompok UPPKS adalah kegiatan kelompok jadi sangat penting sekali pembukuan dan laporan keuangan agar jelas dan tidak ada kesalah fahaman antar anggota kelompok. 3. Evaluasi Output Dengan adanya program UPPKS sebagian besar perekonomian anggota kelompok UPPKS mulai meningkat, namun tidak adanya target pemerintah tentang jumlah warga yang harus terkover dalam kelompok UPPKS membuat kegiatan evaluasi sangat sulit. Seharusnya pemerintah mempunyai target minimum dan batas maksimum pembentukan kelompok UPPKS di setiap kecamatan. Dalam hal ini perlu adanya target jumlah warga masyarakat yang harus menjadi anggota kelompok, dan juga target jumlah kelompok yang harus terbentuk dalam suatu kecamatan. Agar program UPPKS bisa dinilai tingkat keberhasilannya. 4. Evaluasi Outcomes Untuk dampak negatifnya karena berdasarkan hasil penelitian sudah ditemui produk kelompok UPPKS yang tidak layak untuk dipasarkan dalam hal ini perlu adanya pengawasan mengenai kandungan gizi yang ada pada produk yang diolah kelompok UPPKS. Untuk dampak positifnya semakin banyak warga masyarakat yang masuk dalam kelompok UPPKS, maka akan semakin banyak anggota masyarakat yang perekonomiannya meningkat dan juga keterampilan juga akan bertambah. Selain itu juga secara langsung warga masyarakat yang ikut serta menjadi anggota kelompok UPPKS membantu pemerintah dalam mensukseskan pengentasan kemiskinan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Jurnal Ilmiah Administrasi Negara & Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Hal 21
5 1. Di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) sudah berjalan dengan baik dan telah terbentuk 10 kelompok UPPKS. Berdasarkan hasil penelitian dengan diukur menggunakan indikator dari Bridgman & Davis yaitu indikator masukan, proses, hasil dan dampak diketahui dari 10 (sepuluh) kelompok yang terbentuk terdapat 3 (tiga) kelompok yang sudah tidak aktif. 2. Adapun hambatan yang ditemui di lapangan tentang perkembangan kelompok UPPKS khususnya di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya adalah dilihat dari segi input (masukan) adalah seperti adanya beberapa anggota kelompok UPPKS yang tidak bersedia untuk dibina sehingga kelompok mereka tidak bisa berkembang, dan juga sulitnya anggota kelompok UPPKS dalam mendapatkan modal untuk proses produksi, sarana dan prasarana yang belum memadai dan belum adanya bantuan peralatan modern dari pemerintah. Sedangkan dari segi process (proses) adalah sangat jarangnya pemerintah dalam hal ini adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana mengadakan kegiatan pelatihan, bazar dan lomba. Dan terakhir dari segi outcomes (dampak) juga diketahui sangat jarangnya pemantauan langsung membuat salah satu kelompok UPPKS memproduksi makanan yang tidak layak untuk diedarkan. SARAN 1. Bagi Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang bertugas membina kelompok UPPKS diharapkan lebih sering mengunjungi kelompok UPPKS dan menjelaskan tentang keuntungan apa saja yang akan diperoleh apabila kelompok UPPKS berhasil dengan tujuan agar anggota kelompok UPPKS bersedia untuk dibina. 2. Bagi Pemerintah dalam hal ini adalah Propinsi Kalimantan Tengah diharapkan mengadakan kerja sama dengan pihak swasta seperti Bank, Koperasi, Pembiayaan dll dalam hal penyediaan modal agar anggota kelompok lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman modal usaha untuk proses produksi kegiatan kelompok UPPKS. 3. Selain itu pemerintah diharapkan menyediakan bantuan sarana dan prasarana berupa peralatan produksi yang modern untuk membantu kegiatan produksi kelompok UPPKS agar lebih efisien. 4. Diharapkan pemerintah lebih sering mangadakan kegiatan pelatihan, bazar dan lomba dengan melibatkan produk kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). REFERENSI Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Herdiansyah, H, Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika. Nugroho, Riant, Public Policy. Jakarta: Gramedia. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi: Affabeta. Tangkilisan, H.N.S, Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset. Nasional, Pedoman Bidang Usaha dan Tenaga Terampil Melalui Kelompok UPPKS. Jakarta: BKKBN. Nasional, Petunjuk Pelaksanaan Sertifikasi Kelayakan Usaha. Jakarta: BKKBN. Kantor Menteri Negara Kependudukan/ Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Petunjuk penetapan Usaha Potensial Bagi Kelompok UPPKS. Jakarta: BKKBN. Jurnal Ilmiah Administrasi Negara & Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Hal 22
BAB I PENDAHULUAN. minat dan semangat keluarga untuk berwirausaha. oleh pemerintah yang dimotori oleh BKKBN. Kegiatan kegiatan tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) merupakan program yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan program KB (Keluarga Berencana),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Irma Susanti, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil analisis tentang Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari hasil analisis tentang Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup Pengolahan Makanan Tradisional Dalam Meningkatkan Kemampuan Berwirausaha (Studi Pada Kelompok Usaha
Lebih terperinciTabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo VISI : PONOROGO LEBIH MAJU, BERBUDAYA DAN RELIGIUS MISI I : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk penanggulangan kemiskinan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan memang telah ada sejak kala. Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk penanggulangan kemiskinan dengan meluncurkan program-program
Lebih terperinciVISI, MISI DAN GRAND STRATEGI BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL
PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR : 28/HK-010/B5/2007 TENTANG VISI, MISI DAN GRAND STRATEGI BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL KEPALA BADAN KOORDINASI KELUARGA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan memang telah ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Telah banyak kebijakan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin. yang diprogramkan pemerintah sebagai langkah efektif dalam upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah banyak kebijakan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin yang diprogramkan pemerintah sebagai langkah efektif dalam upaya penanggulangan kemiskinan, baik
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...
BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN, DAN PEMBINAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Salah satu kebutuhan yang sangat mendorong usaha pembangunan adalah memperbaiki kehidupan rakyat tanpa perbedaan, dalam arti meningkatkan kesejahteraan umum. Untuk mencapai
Lebih terperinci13 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
1 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang perekonomian meliputi koperasi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. optimal. Sedangkan kualitas keluarga yang dimaksud adalah keluarga yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan keluarga sejahtera merupakan upaya yang menyuluruh dan terpadu yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan keluarga untuk meningkatkan kualitas keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada Maret 2015 sebanyak 28,59 juta orang (11,22 %) dari jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesejahteraan bagi masyarakat merupakan salah satu permasalahan yang cukup berat, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan hidup.salah satu contoh adalah
Lebih terperinciAnalisis Isu-Isu Strategis
Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu
Lebih terperinciPengertian keluarga sebagaimana yang didefinisikan oleh Sekretariat. Menteri Negara Kependudukan BKKBN Jakarta (1994:5) adalah unit terkecil dari
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Keluarga Sejahtera Pengertian keluarga sebagaimana yang didefinisikan oleh Sekretariat Menteri Negara Kependudukan BKKBN
Lebih terperinciWALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Dalam menjabarkan dan mengimplementasikan Visi dan Misi Pembangunan Kota Banjar Tahun 2014-2018 ke dalam pilihan program prioritas di masing-masing
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan
Lebih terperinciLatar Belakang Semua Keluarga Ikut KB
Latar Belakang Penyuluh KB mempunyai tugas sebagai penggerak keluarga/masyarakat dalam program KB visi program Semua Keluarga Ikut KB Perlu dilakukan KIE yang efektif para pengambil keputusan Pelaksanaan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)
No.4866 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinci6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan
BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang berkepanjangan banyak menimbulkan masalah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi yang berkepanjangan banyak menimbulkan masalah, diantaranya ekonomi, sosial dan budaya. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya angka putus sekolah,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH
PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciBAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan
Lebih terperinciBAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
- 125 - BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan untuk mencapai Visi dan Misi selanjutnya dipertegas melalui strategi pembangunan daerah yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemiskinan menjadi salah satu masalah di Indonesia sejak dahulu hingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan menjadi salah satu masalah di Indonesia sejak dahulu hingga sekarang, terutama sejak terhampas dengan pukulan krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak
Lebih terperinciTABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel
Lebih terperinciSUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi
- 55-12. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 1. Pelayanan Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan Partisipasi Pria, Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi,
Lebih terperinciO. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3
O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pelayanan Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Pelaksanaan Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan Partisipasi
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,
WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, KELUARGA BERENCANA DAN KETAHANAN PANGAN WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tahun 1970, Program Keluarga Berencana telah diterima oleh masyarakat luas dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semenjak dicanangkan Program Keluarga Berencana Nasional pada awal tahun 1970, Program Keluarga Berencana telah diterima oleh masyarakat luas dan telah memberikan hasil
Lebih terperinciBIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
O BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
Lebih terperinciSAMBUTAN BUPATI KULON PROGO
SAMBUTAN BUPATI KULON PROGO PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA DAERAH PROGRAM KELUARGA BERENCANA TAHUN 2009 KABUPATEN KULON PROGO Selasa, 21 April 2008 Assalamu alaikum Wr. WB Salam sejahtera bagi kita sekalian
Lebih terperinciKREDIT TANPA JAMINAN
KREDIT TANPA JAMINAN ( Studi Tentang Pola Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Di PT. Bank Rakyat Indonesia ( Persero ) Tbk. ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Syarat Syarat Guna
Lebih terperinciBUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009
LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciMenimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BEUTUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciPembinaan Kelompok UPPKS Maju Bersama Deli Serdang. Sulaiman Lubis (Dosen Jurusan Manajemen Universitas Negeri Medan)
Pembinaan Kelompok UPPKS Maju Bersama Deli Serdang Sulaiman Lubis (Dosen Jurusan Manajemen Universitas Negeri Medan) Abstrak Dusun Cempaka Desa Beringin, desa ini merupakan desa yang terletak di Kabupaten
Lebih terperinciKONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI. Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes Pendahuluan Visi GKBN ( Gerakan Keluarga Berencana Nasional ) Mewujudkan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
Lebih terperinciAspek Daya Saing Daerah
Aspek Daya Saing Daerah Kondisi Jalan di Kabupaten Magelang 2009 2010 2011 2012 2013 I. Panjang Jalan Berdasarkan Kelas 1). Jalan Nasional 27.31 27.31 27.31 27.31 31.97 Km 2). Jalan Propinsi 126.78 126.78
Lebih terperinci6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM
48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama
Lebih terperinciKetua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI
PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciArahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-239 Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang menarik untuk dicermati dan disikapi. Usaha mikro kecil dan menengah memiliki andil dalam perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar jiwa pada tahun 2010, laju pertumbuhan tinggi yaitu sebesar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa lalu terdapat pandangan masyarakat tentang jumlah anak yang tidak sepenuhnya benar, pendapat bahwa Banyak Anak Banyak Rejeki dan keluarga besar adalah
Lebih terperinciSLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015
1.8. Kebijakan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Provinsi DKI Jakarta Pembangunan di DKI Jakarta adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan dan pembangunan pada hakekatnya
Lebih terperinciPRESENTASI PROGRAM TAHUN 2007 SEKTOR PENGUATAN KELUARGA SEJAHTERA DIREKTORAT PERAN PEREMPUAN DAN ANAK BRR NAD NIAS
PRESENTASI PROGRAM TAHUN 2007 SEKTOR PENGUATAN KELUARGA SEJAHTERA DIREKTORAT PERAN PEREMPUAN DAN ANAK BRR NAD NIAS DASAR HUKUM DASAR HUKUM 1. UU R.I. No. 10 tahun 1992 ttg. Perkembangan Kependudukan dan
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1. Visi BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan (Pasal 1 ayat (12) UU No. 25 Tahun 2004).
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciPerluasan Lapangan Kerja
VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus
Lebih terperinciVisi Misi Baru, Mengembalikan Kejayaan KB?
Artikel Visi Misi Baru, Mengembalikan Kejayaan KB? Mardiya Ada hal penting yang disampaikan Kepala BKKBN Pusat Dr. Sugiri Syarief, MPA pada saat memberi sambutan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Program
Lebih terperinciSALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.
BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGAA
Lebih terperinciBAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR KEPADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR Tbk DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciMEMBUAT DAN MENGISI POSDAYA UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PRASEJAHTERA
MEMBUAT DAN MENGISI POSDAYA UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PRASEJAHTERA MENGGALANG PEMBERDAYAAN KELUARGA SECARA SISTEMATIS BAGAIMANA MENGISI KEGIATAN UNTUK PENGENTASAN KEMISKINAN PROF. DR. HARYONO SUYONO
Lebih terperinci1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi
O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan Partisipasi
Lebih terperinciARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI
Preview Sidang 3 Tugas Akhir ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KECAMATAN BANGOREJO, KABUPATEN BANYUWANGI Disusun: Nyimas Martha Olfiana 3609.100.049
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. UMKM khususnya di
Lebih terperinciBAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR
BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati
Lebih terperinciNOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional yang mandiri dan
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2013 periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Lebih terperinci3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan
VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan tentang studi pengembangan wilayah di Kapet Bima dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kapet Bima memiliki beragam potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasabah yang meningkat, menjadi alasan tingginya eskalasi persaingan antar bank.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bisnis perbankan di Indonesia berkembang dengan pesat. Salah satunya disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan fungsi bank dalam aktivitas
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal merupakan
Lebih terperinciBAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Dengan memperhatikan uraian mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan yang ingin dicapai selama periode 2011-2016, pentahapan pembangunan dan penetapan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. UKM Saat ini, di Indonesia terdapat 41.301.263 (99,13%) usaha kecil (UK) dan 361.052 (0,86%) usaha menengah (UM). Kedua usaha tersebut atau dikenal sebagai Usaha Kecil Menengah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN
PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,
BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR KEPADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR Tbk DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). Tujuan
Lebih terperinciBAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR
BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/PER/M.KUKM/XI/2005 T E N T A N G
PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/PER/M.KUKM/XI/2005 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGEMBANGAN DUNIA USAHA
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGEMBANGAN DUNIA USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBAB IV EFEKTIVITAS KERJA SAMA KOPERASI SYARIAH BEN IMAN DENGAN YAYASAN YATIM MANDIRI DALAM PROGRAM BUNDA YATIM SEJAHTERA
BAB IV EFEKTIVITAS KERJA SAMA KOPERASI SYARIAH BEN IMAN DENGAN YAYASAN YATIM MANDIRI DALAM PROGRAM BUNDA YATIM SEJAHTERA A. Efektivitas Kerja sama Koperasi Syariah BEN IMAN Dengan Yayasan Yatim Mandiri
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciL. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
- 274 - L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi 1. Kebijakan dan Pelaksanaan Jaminan dan Pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani
Lebih terperinciBAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011
BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 4.1. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi dan fenomena yang terjadi di Kabupaten Lebak serta isu strategis, maka ditetapkan prioritas
Lebih terperinciL. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
- 358 - L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi 1. Kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi
Lebih terperinciPENTINGNYA ASPEK MENCIPTAKAN DAN MENINGKATKAN LAPANGAN PEKERJAAN MANDIRI BERBASIS UPPKS
POLICY BRIEF PENTINGNYA ASPEK MENCIPTAKAN DAN MENINGKATKAN LAPANGAN PEKERJAAN MANDIRI BERBASIS UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera) DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT PENGANGGURAN Tim Penulis
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angka kelahiran adalah melalui program keluarga berencana nasional. Program KB
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat sekarang ini baik dari segi kuantitas, kualitas, dan persebarannya masih merupakan tantangan yang berat bagi pembangunan nasional.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKB dan PP)
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKB dan PP) 1. Profil BKKB dan PP Kota Bandar Lampung Upaya pemerintah dalam hal mengendalikan
Lebih terperinci