RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI MIFTAKHUL BAKHRIR ROZAQ KHAMID

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI MIFTAKHUL BAKHRIR ROZAQ KHAMID"

Transkripsi

1 RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI MIFTAKHUL BAKHRIR ROZAQ KHAMID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) terhadap Cekaman Suhu Tinggi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Miftakhul Bakhrir Rozaq Khamid NIM A

4 RINGKASAN MIFTAKHUL BAKHRIR ROZAQ KHAMID. Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) terhadap Cekaman Suhu Tinggi. Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI dan ISKANDAR LUBIS. Perubahan iklim global akan meningkatkan suhu atmosfir yang dapat mempengaruhi stadia sensitif dan mengurangi hasil produksi padi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari respon pertumbuhan dan produksi varietas padi yang ditanam pada sistem sawah terhadap cekaman suhu tinggi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013 dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan dua faktor perlakuan yaitu perbedaan suhu dan varietas padi. Penelitian dilakukan di dalam rumah plastik polyethylene untuk menciptakan peningkatan suhu harian rata-rata 1.7 C antara dua petak utama, dengan suhu maksimum 35.0 C (T1) dan 37.6 C (T2). Varietas padi yang digunakan adalah IR64, Ciherang, IPB-3S, Way Apo Buru, Jatiluhur, Menthik Wangi dan Silugonggo yang diacak sebagai anak petak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan suhu sebesar 1.7 C tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luas daun, nilai SPAD, bobot tajuk, laju pertumbuhan tanaman (LPT), net assimilation rate (NAR), Jumlah malai per rumpun, panjang malai dan batang, jumlah dan persentase gabah hampa, isi dan total per rumpun, bobot dan persentase gabah hampa, isi tidak penuh, isi dan total per rumpun, namun berpengaruh nyata menurunkan jumlah gabah isi tidak penuh per rumpun, bobot 1000 butir dan indeks panen. Interaksi antara perlakuan suhu dan varietas secara nyata berpengaruh terhadap persentase anakan produktif dan persentase jumlah gabah isi tidak penuh per rumpun. Varietas Ciherang, Jatiluhur, IPB-3S dan Menthik Wangi merupakan varietas yang peka terhadap suhu tinggi karena mengalami penurunan persentase anakan produktif, jumlah gabah per rumpun, bobot gabah isi per rumpun dan jumlah gabah per rumpun yang menyebabkan penurunan hasil produksi hingga 39.5%. Kata kunci: pemanasan global, padi sawah, varietas, produksi

5 SUMMARY MIFTAKHUL BAKHRIR ROZAQ KHAMID. Growth and Production Responses of Rice (Oryza sativa L.) to High Temperature Stress. Supervised by AHMAD JUNAEDI and ISKANDAR LUBIS. Global climate change will imply to increase of atmosphere temperature which can affect the sensitive stadia of growth and reduce rice yield. The objective of this research was to study the response of growth and production of rice varieties to high temperature stress. This research was conducted on January to May 2013 used randomized completely block design (RCBD) arranged by split plots design. The research was conducted under polyethylene house to create temperature differences increase in average 1.7 C between main-plot, with maximum temperature 35.0 C (T1) and 37.6 C (T2). Rice varieties, namely IR64, Ciherang, IPB-3S, Way Apo Buru, Jatiluhur, Menthik Wangi and Silugonggo were randomised as sub-plot. Result showed that increasing of 1.7 C temperature have no signifficant effect on plant height, tiller number, leaf number, leaf area, leaf area index, SPAD-value, biomass weight and crop growth rate (CGR), net assimilation rate (NAR), panicle number per hill, panicle and stem length, number and percentage of unfilled, partially filled, filled and total spikelets, weight and percentage of unfilled, partially filled, filled and total spikelets. However, weight of 1000 grains, number of partially filled spikelets and harvest index were signifficantly reduced by increasing of temperature. Interaction of temperature and varieties signifficantly affected the percentage of productive tiller and partially filled spikelets. Ciherang, IPB-3S, Jatiluhur and Menthik Wangi are considered as sensitive varieties to high temperature as indicated by reduction on percentage of productive tiller number, spikelet number per hill, weight of filled spikelets and total spikelet per hill that causing decrease in rice yield up to 39.5%. Keywords: global warming, lowland rice, varieties, yield

6 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI MIFTAKHUL BAKHRIR ROZAQ KHAMID Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agronomi dan Hortikultura SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8 Penguji pada Ujian Tertutup: Dr Ir Supijatno, MSi

9 Judul Tesis : Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) terhadap Cekaman Suhu Tinggi Nama : Miftakhul Bakhrir Rozaq Khamid NIM : A Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi Ketua Dr Ir Iskandar Lubis, MS Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura Dekan Sekolah Pascasarjana Dr Ir Maya Melati, MS, MSc Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 21 Juli 2014 Tanggal Lulus:

10

11 PRAKATA Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Januari hingga Mei 2013 dengan tema cekaman suhu tinggi dan berjudul Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) terhadap Cekaman Suhu Tinggi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi dan Dr Ir Iskandar Lubis, MS selaku pembimbing dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh teknisi dan tenaga kerja di Laboratorium Riset Padi Kebun Percobaan Babakan, University Farm IPB yang telah membantu selama penelitian dan pengumpulan data. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan rujukan yang baik. Bogor, Juli 2014 Miftakhul Bakhrir Rozaq Khamid

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 3 BAHAN DAN METODE 5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan 5 Bahan dan Alat 5 Metode 5 Pelaksanaan Penelitian 6 Pengamatan dan Analisis Data 6 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 5 SIMPULAN 19 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 25 vii vii vii

13 DAFTAR TABEL 1 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah anakan dan tinggi tanaman pada 8 MST 9 2 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luas daun pada 6 MST 10 3 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luas daun pada saat berbunga 11 4 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap nilai SPAD daun 11 5 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap bobot tajuk pada saat 6 MST, berbunga dan panen 12 6 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT) dan Net Assimilation Rate (NAR) 13 7 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap persentase anakan produktif 13 8 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah malai per rumpun, panjang batang dan panjang malai 14 9 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah gabah hampa, jumlah gabah isi tidak penuh, jumlah gabah isi dan jumlah gabah total per rumpun Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap persentase jumlah gabah hampa dan jumlah gabah isi per rumpun Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap persentase jumlah gabah isi tidak penuh per rumpun Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap bobot gabah hampa, bobot gabah isi tidak penuh, bobot gabah isi dan total bobot gabah per rumpun Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap persentase bobot gabah hampa, bobot gabah isi tidak penuh dan bobot gabah isi per rumpun Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap bobot seribu butir dan indeks panen 19 DAFTAR GAMBAR 1 Rata-rata suhu udara di dalam rumah plastik selama masa penelitian 8 2 Rata-rata suhu tanah petakan di dalam rumah plastik selama masa penelitian 8 DAFTAR LAMPIRAN 1 Deskripsi varietas IR Deskripsi varietas Ciherang 27 3 Deskripsi varietas IPB 3S 28 4 Deskripsi varietas Way Apo Buru 29 5 Deskripsi varietas Jatiluhur 30

14 6 Deskripsi varietas Menthik Wangi 31 7 Deskripsi varietas Silugonggo 32 8 Rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan vegetatif 33 9 Rekapitulasi sidik ragam komponen hasil Pengaruh perlakuan suhu dan varietas terhadap total jumlah gabah, bobot gabah isi dan total bobot gabah per rumpun Korelasi antar parameter 35

15 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk rata-rata Indonesia adalah 1.49% pada tahun Diperkirakan pada tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai jiwa. Apabila konsumsi beras per kapita per tahun kg dan laju penurunan konsumsi beras per kapita per tahun sebesar 1.5%, maka kebutuhan beras pada tahun 2014 sebesar ton. Perubahan iklim merupakan salah satu permasalahan dalam peningkatan produksi padi. Perubahan iklim akan berdampak terhadap perubahan musim dan curah hujan yang selanjutnya juga berpengaruh pada pola tanam dan serangan organisme pengganggu tanaman, sehingga dapat menyebabkan penurunan produksi (Deptan 2010). Isu perubahan iklim global sangat berpengaruh terhadap produksi padi. Perubahan iklim di beberapa daerah menyebabkan berubahnya pola musim, meningkatnya suhu udara dan terbatasnya sumber air sebagai akibat dari kekeringan lahan (Kang et al. 2009). Perubahan pada musim dan iklim merupakan salah satu faktor yang dapat mengancam keamanan pangan pada suatu negara (Beath dan Beath 2010). Perubahan suhu juga menjadi salah satu hal yang harus diantisipasi dampak negatifnya terhadap tanaman. Suhu tinggi yang disebabkan tingginya suhu udara dapat mengakibatkan cekaman pada tanaman yang merupakan masalah bagi pertanian di beberapa Negara di dunia (Wahid et al. 2007). Peningkatan suhu akan memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada akhir abad 21, akan terjadi peningkatan suhu antara 2-4 o C yang akan mempengaruhi dan mengancam produksi padi. Paparan suhu tinggi tersebut pada stadia sensitif padi akan menurunkan produksi gabah secara drastis, yakni sebesar 41% (Ceccarelli et al. 2010; Krishnan et al. 2011). Paparan suhu tinggi sangat mempengaruhi proses pembungaan dan pengisian gabah pada padi, dimana stadia tersebut sangat sensitif terhadap peningkatan suhu (Tao et al. 2008; Xiao et al. 2011; Julia dan Dingkuhn 2013). Penurunan hasil produksi karena terjadinya peningkatan jumlah gabah hampa dapat disebabkan oleh suhu dingin saat stadia mikrospora, pembentukan dan pengisian malai yang tidak sempurna saat antesis dan suhu malai yang tinggi saat antesis (Julia dan Dingkuhn 2013). Variasi waktu antesis pada genotipe yang berbeda pada padi dapat menjadi pertimbangan sebagai mekanisme penghindaran terhadap pengaruh buruk suhu tinggi (Julia dan Dingkuhn 2012). Waktu antesis yang lebih awal pada tanaman padi bukan merupakan satu-satunya langkah adaptasi terhadap suhu tinggi yang ditemukan. Beberapa kultivar padi telah menunjukkan toleransi fisiologi pada proses reproduksinya, seperti jumlah polen yang lebih banyak, morfologi organ reproduktif yang lebih terlindung, dan regulasi heat shock proteins (Jagadish et al. 2010; Xue et al. 2012). Malai padi juga dapat menghindari pengaruh buruk suhu tinggi dengan melakukan transpirasi untuk mendinginkan suhu organ sensitif dan malainya melalui pori epidermal yang selalu terbuka (Takahashi et al. 2008). Matsui et al. (2007) melaporkan bahwa dengan melakukan pendinginan evaporasi ini, malai padi dapat mencapai suhu yang lebih rendah hingga 6 o C dibandingkan dengan suhu udara yang tinggi.

16 2 Respon pertumbuhan padi yang toleran terhadap suhu tinggi masih sangat sedikit dipahami. Umumnya varietas padi hanya dapat tumbuh pada daerah yang optimum bagi pertumbuhannya, namun saat ini banyak diantaranya yang dibudidayakan pada wilayah yang kurang optimum (Lu et al. 2013). Untuk tujuan tersebut, pemahaman yang mendalam tentang respon fisiologis tanaman pada suhu tinggi, mekanisme toleransi suhu tinggi dan kemungkinan strategi untuk meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman suhu sangat penting untuk diketahui. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon pertumbuhan dan produksi varietas padi yang ditanam pada sistem sawah terhadap cekaman suhu tinggi. Hipotesis 1. Terdapat pengaruh cekaman suhu tinggi terhadap pertumbuhan dan produksi padi 2. Terdapat keragaman respon varietas padi terhadap cekaman suhu tinggi. 2 TINJAUAN PUSTAKA Cekaman abiotik, seperti kekeringan, salinitas, suhu ekstrim, racun kimia dan stres oksidatif adalah ancaman serius bagi pertanian dan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Kekeringan, salinitas, suhu ekstrim dan stres oksidatif sering saling berhubungan, dan dapat menyebabkan kerusakan sel yang sama. Untuk mempertahankan pertumbuhan dan produktivitas, tanaman harus beradaptasi dengan kondisi stres dan memiliki mekanisme toleransi yang spesifik terhadap kondisi ini (Wang et al. 2003). Karakterisasi fisiologis tanaman yang mengalami kekeringan, cekaman suhu tinggi atau kombinasi dari kekeringan dan suhu tinggi mengungkapkan bahwa kombinasi cekaman memiliki beberapa aspek unik, menggabungkan respirasi tinggi dengan fotosintesis rendah, menutupnya stomata dan suhu daun yang tinggi (Rizhsky et al. 2002; Mittler 2006). Penguraian pati yang dilakukan bersama dengan produksi energi dalam mitokondria menjadi peran kunci bagi tanaman dalam metabolisme tanaman untuk mengatasi cekaman selama kombinasi kekeringan dan suhuh tinggi. Pengaruh suhu tinggi pada karakter fisiologi gandum dapat dilihat pada menurunnya berat kering daun per tanaman secara signifikan yang disebabkan oleh tingginya suhu tajuk atau akar tanaman (38 ºC). Selain itu, hal ini juga dapat meningkatkan kandungan klorofil, dan mengurangi luas daun per tanaman (Tahir et al. 2009). Perubahan iklim global akan menimbulkan tantangan serius bagi produksi tanaman di seluruh dunia. Suhu di atas 34 ºC pada saat tanaman padi berbunga

17 dapat menyebabkan sterilitas bunga dan menurunkan hasil, bahkan pada daerah beriklim sedang seperti Jepang selatan. Pemanasan global diproyeksikan dapat meningkatkan terjadinya sterilitas bunga pada padi. Terdapat beberapa studi skala lapang yang bisa membantu dalam memprediksi potensi resiko terhadap hasil padi dan pengembangan penanggulangan terhadap kehilangan hasil (Tian et al. 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suhu rata-rata malai adalah setara dengan suhu udara atau lebih tinggi. Cao et al. (2009) melaporkan bahwa suhu yang tinggi dapat meningkatkan suhu daun, berkurangnya aktivitas akar dan laju fotosintesis daun bendera pada seluruh genotipe padi, sedangkan hasil produksi yang relatif tinggi pada genotipe padi yang toleran cekaman suhu tinggi dikaitkan dengan suhu daun yang rendah, aktivitas akar tinggi, dan tingginya tingkat aktivitas ATPase dalam bulir, laju fotosintesis, dan aktivitas enzim antioksidan dalam daun. Pembungaan dan karakteristik pengisisan bulir pada padi merupakan stadia yang sangat sensitif terhadap suhu tinggi (Farrell et al. 2006; Roy et al. 2012; Shah et al. 2014). Perlakuan suhu tinggi dapat menurunkan laju pengisian bulir padi dan meningkatkan bulir yang hampa, namun suhu tinggi tidak berpengaruh pada jumlah bulir per malai dan berat 1000 butir padi (Tao et al. 2008). Padi dapat tumbuh optimum pada suhu yang berkisar antara 27 sampai 31 o C (Yin et al. 1996). Oleh karena itu, peningkatan suhu rata-rata atau peningkatan suhu saat stadia yang sensitif pada padi diprediksi dapat menurunkan hasil panen hingga 41% pada akhir abad 21 (Nagai dan Makino 2009). Selain itu, peningkatan suhu sebesar 1 o C akan memperlambat pengisian bulir selama 4 sampai 5 hari pada beberapa genotipe padi (Nakagawa et al. 2001). Fertilitas bulir merupakan komponen penting dari hasil produksi padi yang sensitif terhadap suhu tinggi (Prasad et al. 2006; Oh-e et al. 2007). Fertilitas bulir akan sangat menurun pada suhu diatas 35 o C (Matsui et al. 1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu sebesar 5 o C di atas suhu udara rata-rata di Gainesville, Florida menurunkan fertilitas bulir dari 74% menjadi 38% selama tahun 2001 dan dari 76% menjadi 37% selama tahun 2002, memperlambat munculnya daun bendera sekitar 2 hingga 3 hari, dan memperlambat waktu untuk masak fisiologis sekitar 6 hingga 8 hari dari rata-rata semua kultivar padi, dan hasil gabah dari kultivar padi yang bervariasi. Efek negatif suhu tinggi pada hasil gabah jauh lebih besar dari pada biomassa, hal ini menyebabkan indeks panen secara signifikan lebih rendah pada suhu tinggi. Dalam studi fisiologi selama tahap pembungaan, pengaruh utama dari suhu tinggi adalah menurunkan produksi serbuk sari karena tidak pecahnya antera dan hanya menghasilkan sedikit serbuk sari, penurunan jumlah serbuk sari yang ditangkap oleh stigma (Prasad et al. 2006) dan juga meningkatnya bulir mengapur (Tsukaguchi dan Iida 2008). Meningkatnya temperatur tanah dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Arai-Sanoh et al. (2010) melaporkan bahwa suhu tanah pada 36.5 o C menghasilkan peningkatan jumlah malai per rumpun, tetapi menurunkan bobot bulir, jumlah bulir per malai, bobot 1000 butir dan tingkat pematangan, sehingga menghasilkan produksi panen yang lebih rendah daripada tanaman yang ditanam pada suhu tanah yang lebih rendah. Penurunan laju fotosintesis dikaitkan dengan konduktansi difusi yang lebih rendah dan nilai- SPAD. Suhu tanah yang tinggi pada saat akhir pembentukan anakan sampai pembentukan malai akan mempengaruhi proses pengisian bulir. 3

18 4 Suhu tanah yang optimum bagi tanaman akan meningkatkan pertumbuhan dan berat kering akar. Mekanisme potensial yang dapat menyebabkan meningkatnya pertumbuhan akar pada tanah yang memiliki suhu lebih tinggi adalah hubungan source dan sink antara bagian pucuk dan bagian tanaman yang berada di dalam tanah. Peningkatan suhu sampai tingkat optimum akan meningkatkan laju fotosintesis, hal ini akan meningkatkan kemampuan tanaman untuk memfiksasi karbon yang sebagian akan ditranslokasi ke bagian bawah tanah tanaman untuk mempertahankan pertumbuhan akar baru. Selain itu, laju reaksi enzimatik, pembelahan dan perkembangan sel dipengaruhi langsung oleh suhu, sehingga kapasitas tanaman untuk membentuk jaringan akar yang baru akan meningkat pula seiring dengan peningkatan suhu sampai tingkat optimum (Pregitzer dan King 2005). Sebaliknya, suhu diatas batas optimum akan secara langsung menurunkan pertumbuhan akar dan fiksasi nitrogen yang akan menyebabkan hasil panen yang rendah (Prasad et al. 2000). Selain merusak tanaman, peningkatan suhu ternyata juga sangat berpengaruh terhadap peningkatan epidemi hama dan penyakit. Hasil perubahan suhu yang dianalisis selama 30 tahun terakhir pada banyak lokasi di Jepang dan Cina menunjukkan bahwa peningkatan suhu di atas suhu normal mengakibatkan ledakan epidemi yang lebih parah. Peningkatan suhu menyebabkan ledakan epidemi yang lebih rendah pada daerah subtropis lembab (Luo et al. 1998). Tanaka et al. (2009) menyatakan bahwa produktivitas padi berhubungan dengan kemampuan tanaman untuk beradaptasi terhadap cekaman suhu tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultivar yang toleran suhu tinggi adalah Nikomaru dan Chikushi64, sedangkan kultivar yang sensitif pada suhu tinggi adalah Hinohikari yang ditumbuhkan pada suhu 30 ºC dan 25 ºC selama 49 hari setelah pembungaan. Pada perlakuan suhu 30 ºC, kultivar Nikomaru dan Chikushi64 menghasilkan hanya beberapa bulir yang belum matang susu, tetapi sekitar 22% dari bulir kultivar Hinohikari belum mengalami pematangan. Suhu tinggi (30 ºC) tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering biji, perkembangan biji, kadar air selama tahap pematangan awal pada kultivar Nikomaru dan Chikushi64, namun menyebabkan pengahambatan yang jelas terhadap pengembangan kultivar Hinohikari. Selain itu, suhu tinggi menurunkan kadar amilosa dan meningkatkan rasio ikatan adhesi pada saat pemasakan beras sehingga menghasilkan nasi yang bertekstur lebih lembut dan kurang lengket pada kedua kultivar Nikomaru dan Chikushi64, namun tidak pada Hinohikari. Viskositas maksimum dan nilai penguraian pati meningkat, tetapi viskositas akhir menurun pada suhu 30 ºC pada ketiga kultivar. Hasil ini menunjukkan bahwa pati dalam endosperma biji berubah dari keadaan cair menjadi pati lebih lambat pada Nikomaru dan Chikushi64 daripada Hinohikari, di mana kadar air menurun, dan asimilat yang diangkut diakumulasi perlahan selama perkembangan bulir. Beberapa genotipe tanaman padi yang toleran terhadap suhu tinggi memiliki beberapa karakter tersendiri. Tanaman yang toleran suhu tinggi memiliki struktur putik yang dikelilingi atau dinaungi oleh beberapa daun, hal ini mencegah evaporasi dari kepala putik yang pada akhirnya akan meningkatkan ukuran dari butiran serbuk sari (Wassmann et al. 2009). Tanaman ini juga memiliki waktu pembentukan bunga dan antesis yang tidak bertepatan dengan puncak tingginya suhu atmosfer (Jagadish et al. 2007). Selain itu, tanaman juga memiliki benang sari yang panjang dan pori stigma yang lebar. Panjangnya benang sari akan

19 meningkatkan jumlah serbuk sari yang terbentuk (Matsui dan Omasa 2002), sehingga dapat meningkatkan peluang jatuhnya serbuk sari serta pembuahan oleh stigma yang memiliki pori yang lebar (Matsui dan Kagata 2003). 5 3 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di Laboratoratorium Riset Padi Kebun Percobaan Babakan, University Farm IPB, Sawah Baru, Dramaga, Bogor dan Laboratorium Analisis Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Penelitian dilakukan pada lahan di bawah konstruksi rumah plastik dengan atap polyethylene pada bulan Januari sampai dengan Mei Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas Ciherang, Menthik Wangi, Way Apo Buru, Jatiluhur, Silugonggo, IR-64 dan IPB-3S. Pupuk yang digunakan yaitu Urea, SP36 dan KCl. Pestisida digunakan pada saat dibutuhkan. Alat yang digunakan yaitu alat-alat pertanian, alat analisis kimia, meteran, timbangan analitik, oven, lux meter, Licor 3000, thermo recorder (TR-71U, TandD, Japan), klorofil meter (SPAD) dan mikroskop. Metode Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi dengan dua faktor perlakuan yaitu perbedaan suhu dan varietas padi. Tanaman padi ditanam di bawah rumah plastik yang memiliki peningkatan suhu rata-rata maksimum sebesar 1.7 C diantara kedua petak utama. Perbedaan suhu sebagai petak utama terdiri atas 2 taraf perlakuan suhu, yaitu : 1) suhu udara di dalam rumah plastik plot-1 (T1); 2) suhu udara di dalam rumah plastik dengan peningkatan (T1 + (1.7 C)) (T2); sedangkan 7 varietas merupakan anak petak. Kombinasi 2 faktor perlakuan menghasilkan 14 kombinasi perlakuan yang diulang 4 kali sehingga terdapat 56 unit percobaan. Model linier Rancangan Petak terbagi: Y ijk = µ + K k + α i + δ ik + β j +(αβ) ij + ε ijk Y ijk : Nilai pengamatan perlakuan perbedaan suhu ke-i, dan varietas ke-j dan blok ke-k µ : Rataan umum K k : Pengaruh pengelompokan α i : Pengaruh petak utama (perbedaan suhu) : Pengaruh anak petak (varietas) β j

20 6 δ ik : Komponen galat dari petak utama (perbedaan suhu) (αβ) ij : Pengaruh interaksi antara petak utama (perbedaan suhu) dan anak petak (varietas) ε ijk : Pengaruh galat dari interkasi antara petak utama (perbedaan suhu) dan anak petak (varietas) Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di dalam rumah plastik yang memiliki 8 petak (bak) yang berukuran 3 x 4 m. Petak dalam rumah plastik diberikan plastik penyekat untuk masing-masing perlakuan suhu untuk menciptakan perbedaan suhu. Jarak petak antar perlakuan petak utama 50 cm dan jarak petak antar ulangan 50 cm. Petak percobaan masing-masing ditanami 7 varietas, tiap varietas terdiri dari 30 tanaman dalam 2 barisan dengan jarak tanam antar varietas 25 cm dan jarak tanam dalam baris 20 cm. Varietas Ciherang ditanam sebagai tanaman pinggir pada kedua sisi petak. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan melakukan pemupukkan dalam 3 tahap menggunakan pupuk dasar 37.5 kg N/ha, 36 kg P 2 O 5 /ha, dan 60 kg K 2 O/ha yang diberikan pada 1 minggu setelah tanam (MST) dan untuk pemupukan kedua dan ketiga diberikan 37.5 kg N/ha pada 5 MST dan 9 MST. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai kebutuhan di lapangan. Pemberian air dilakukan hingga panen. Pengairan dan penggenangan awal dilakukan dengan menjaga tinggi muka air yang dipertahankan 2.5 cm dari permukaan tanah. Pengamatan dan Analisis Data Pengamatan non destruktif dilakukan pada 5 tanaman contoh dalam satu unit percobaan, sedangkan pengamatan destruktif dilakukan pada 1 tanaman contoh. Peubah pengamatan penelitian ini antara lain: a. Karakter morfologi yang terdiri dari: tinggi tanaman (cm) diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun terpanjang, jumlah anakan, setiap minggu sejak 3 MST sampai 8 MST, dan persentase anakan produktif saat panen. b. Luas daun dan jumlah daun yang diukur dengan alat Licor 3000, indeks luas daun dan nilai SPAD pada saat 6 MST dan berbunga. c. Bobot kering tajuk (g) pada saat 6 MST, berbunga dan panen yang sebelumnya telah dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60 o C selama 72 jam. d. Komponen hasil dan hasil (panen pada kondisi 85% gabah pada malai masak kuning, waktu panen tergantung varietas): jumlah malai, panjang malai dan batang; jumlah dan presentase gabah isi, isi tidak penuh dan hampa per rumpun; bobot dan persentase gabah isi, isi tidak penuh dan hampa per rumpun (g); bobot per 1000 butir (g) dilakukan dengan menimbang butiran gabah yang telah dijemur sampai kadar air mencapai 13%. Indeks panen ditentukan berdasarkan persamaan: indeks panen = bobot kering gabah/bobot kering tajuk.

21 e. Peubah destruktif yang dilakukan saat tanaman berumur 6 MST, berbunga dan saat panen, terdiri dari: laju pertumbuh tanaman (LPT) yang ditentukan dengan menimbang berat kering tanaman dengan rumus (1) (Fitter dan Hay 1998); laju asimilasi bersih (Net Assimilation Rate) yang ditentukan dengan menimbang berat kering tanaman dengan rumus (2) (Vernon dan Allison 1963)....(1) 7 Keterangan:...(2) W 1 = Total berat kering tanaman pada pengamatan T 1 W 2 = Total berat kering tanaman pada pengamatan T 2 T 1 = Waktu pengamatan pertama (HST) T 2 = Waktu pengamatan kedua (HST) A 1 = Luas daun pada pengamatan T 1 A 2 = Luas daun pada pengamatan T 2 Hasil pengamatan tersebut kemudian diolah dan dianalisis dengan sidik ragam taraf kesalahan 5% dan apabila pengaruh perlakuan nyata, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SAS. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem penyekatan yang diterapkan pada rumah plastik berhasil meningkatkan suhu maksimum pada plot T2 dengan peningkatan suhu harian ratarata hingga mencapai 1.7 o C dibandingkan dengan suhu dalam rumah plastik plot T1. Rata-rata suhu maksimum yang dapat dihasilkan pada siang hari selama masa penelitian mencapai 37.6 o C pada perlakuan plot T2, sedangkan rata-rata suhu maksimum pada T1 adalah 35.0 o C (Gambar 1). Pencatatan suhu dimulai sejak awal tanam hingga panen seluruh tanaman selesai dilakukan. Ambang batas suhu udara yang dapat menyebabkan pengaruh buruk suhu tinggi terhadap pertumbuhan dan produksi padi adalah di atas 35 o C. Suhu di atas 35 o C ini merupakan suhu kritis bagi stadia keluarnya bunga (antesis), yang pada akhirnya akan menyebabkan persentase sterilitas menjadi tinggi. Pada stadia reproduktif dan pemasakan gabah, suhu tinggi ini akan menyebabkab gabah menjadi mengapur, jumlah gabah berkurang dan bobot gabah isi menurun (Yoshida 1981; Sun dan Huang 2011). Suhu di dalam rumah plastik pada penelitian ini dapat mencapai lebih dari 35 o C. Plot T1 memiliki suhu rata-rata di atas 35 o C pada pukul sampai 12.30, sedangkan pada plot T2 batas suhu ini sudah dimulai pada pukul sampai

22 Suhu ( o C) Suhu ( C) T1 34 T Waktu Gambar 1 Rata-rata suhu udara di dalam rumah plastik selama masa penelitian Selain itu, juga dilakukan pengamatan pada suhu tanah pada penelitian ini. Suhu tanah tertinggi tercatat pada pukul untuk kedua perlakuan. Suhu pada perlakuan T2 dapat mencapai suhu maksimum o C, sedangkan pada T1 mencapai o C (Gambar 2). Suhu tanah yang optimum bagi tanaman akan meningkatkan pertumbuhan dan berat kering akar dengan meningkatkan laju fotosintesis, hal ini akan meningkatkan kemampuan tanaman untuk memfiksasi karbon yang sebagian akan ditranslokasi ke bagian bawah tanah tanaman untuk mempertahankan pertumbuhan akar baru. Selain itu, laju reaksi enzimatik, pembelahan dan perkembangan sel dipengaruhi langsung oleh suhu (Pregitzer dan King 2005). Suhu tanah di atas 36.5 o C terutama pada saat stadia pembungaan akan mempengaruhi produksi, kualitas gabah dan pertumbuhan tanaman (Arai- Sanoh et al. 2010) T1 T2 26 Waktu Gambar 2 Rata-rata suhu tanah petakan di dalam rumah plastik selama masa penelitian

23 Pengamatan jumlah anakan dan tinggi tanaman dilakukan setiap 1 minggu sekali yang dimulai dari usia 3 MST dan dihentikan pada 8 MST karena sudah terdapat varietas padi yang telah mencapai fase generatif. Fase vegetatif tanaman padi mencapai maksimum saat terjadinya inisiasi bunga (Shrivastava 2012), untuk selanjutnya memasuki fase generatif. Faktor tunggal perlakuan suhu dan interaksi suhu dengan varietas tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan dan tinggi tanaman pada 8 MST, sedangkan varietas mempunyai perbedaan sangat nyata pada peubah tersebut (Tabel 1). Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan suhu tidak memberikan tekanan terhadap pertumbuhan vegetaif tanaman. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Julia dan Dingkuhn (2013) yang menyatakan bahwa perlakuan suhu tinggi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan dan tinggi tanaman. Tabel 1 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah anakan dan tinggi tanaman pada 8 MST Perlakuan Jumlah anakan Tinggi tanaman (cm) Suhu T T Varietas IR a 86.3 b Ciherang 6.5 cd 84.5 b IPB-3S 3.7 e a Way Apo Buru 7.2 bc 85.4 b Jatiluhur 5.2 d a Menthik Wangi 7.5 abc 74.9 c Silugonggo 8.2 ab 84.9 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Penggunaan 7 varietas yang berbeda menghasilkan pertambahan jumlah anakan dan tinggi tanaman yang berbeda sangat nyata antar varietas. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan karakteristik masing-masing varietas. Varietas IR64 memiliki jumlah anakan yang berbeda sangat nyata lebih tinggi dari seluruh varietas lain, sedangkan Varietas IPB-3S memiliki jumlah anakan yang berbeda sangat nyata lebih rendah dibandingkan varietas lain. Varietas IPB-3S hanya memiliki jumlah anakan sebanyak 3.7, sedangkan varietas IR64 dapat memiliki jumlah anakan yang nyata lebih tinggi mecapai 8.6 anakan. Varietas IPB-3S merupakan varietas tertinggi yang dapat mencapai cm, sedangkan Menthik Wangi merupakan varietas dengan ketinggian terendah yang hanya mencapai 74.9 cm (Tabel 1). Berdasarkan nilai sidik ragam peubah jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luas daun pada 6 MST dan pada saat berbunga menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang nyata dari perlakuan peningkatan suhu dan interaksinya dengan varietas (Lampiran 9). Perbedaan varietas memiliki perbedaan yang nyata hanya pada peubah jumlah daun per rumpun pada saat 6 9

24 10 MST (Tabel 2). Jumlah daun pada usia 6 MST berkisar 20.1 hingga 36.6 helai, dengan varietas silugonggo yang memiliki jumlah daun terbanyak. Luas daun secara linear akan berhubungan dengan suhu meristem daun, dan hubungan yang linear juga akan terjadi antara luas daun per anakan dengan jumlah bulir per malai pada anakan tersebut. Pada umumnya, lebih tinggi suhu meristem daun akan menghasilkan luas daun yang lebih lebar dan jumlah bulir per malai yang lebih banyak (Stuerz et al. 2014). Meskipun terjadi peningkatan jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luas daun pada penelitian ini, namun nilainya tidak berpengaruh nyata menurut analisis statistik. Tabel 2 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luas daun pada 6 MST Perlakuan Jumlah daun per rumpun Luas daun per rumpun (cm 2 ) Indeks luas daun Suhu T T Varietas IR a Ciherang 33.4 ab IPB-3S 20.1 c Way Apo Buru 31.5 ab Jatiluhur 25.1 bc Menthik Wangi 33.1 ab Silugonggo 36.6 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Varietas memiliki perbedaan yang nyata pada peubah jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luan daun pada saat tanaman berbunga (Tabel 3). Hal ini dimungkinkan oleh perbedaan karakteristik daun yang berbeda antar varietas (Lampiran 1-7). Varietas IR64 memiliki jumlah daun terbanyak, yakni 45.7 helai. Varietas Menthik Wangi merupakan varietas yang memiliki nilai tertinggi untuk peubah luas daun per rumpun, yakni cm 2. Nilai yang tinggi pada peubah jumlah daun per rumpun dan luas daun pada saat berbunga varietas Menthik Wangi akan sangat berpengaruh terhadap semakin meningkatnya nilai indeks luas daun pada varietas tersebut yang dapat mencapai Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa indeks luas daun secara nyata berkorelasi positif dengan jumlah dan bobot gabah total per rumpun (Lampiran 11). Hal tersebut akan meningkatkan luasan kanopi untuk fotosintesis yang memfasilitasi peningkatan pengisian bulir pada padi. Hasil bulir saat panen akan meningkat dengan peningkatan indeks luas daun hingga nilai optimum (Jing et al. 2010). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Shiratsuchi et al. (2007) yang menyatakan bahwa nilai indeks luas daun memiliki korelasi positif dan sangat nyata mempengaruhi jumlah bulir dalam satu anakan.

25 Tabel 3 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luas daun pada saat berbunga Perlakuan Jumlah daun per rumpun Luas daun per rumpun (cm 2 ) Suhu T T Indeks luas daun Varietas IR a a 2.87 a Ciherang 39.9 ab c 2.12 c IPB-3S 22.4 c bc 2.24 bc Way Apo Buru 40.4 ab c 2.08 c Jatiluhur 35.5 b ab 2.78 ab Menthik Wangi 42.6 ab a 3.00 a Silugonggo 40.0 ab abc 2.53 abc Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Perlakuan suhu dan interaksinya dengan varietas tidak memberikan pengaruh terhadap peubah nilai SPAD pada saat 6 MST dan berbunga, namun varietas mempunyai perbedaan yang sangat nyata pada peubah SPAD saat berbunga (Tabel 4). Hal ini dimungkinkan oleh perbedaan karakteristik daun yang berbeda antar varietas. Varietas IR-64 memiliki nilai SPAD yang tertinggi dibandingkan varietas lain pada saat fase berbunga. Nilai SPAD dan kandungan klorofil sangat dipengaruhi oleh umur tanaman, genotipe (varietas) dan ketebalan daun (Jinwen et al. 2011). Tabel 4 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap nilai SPAD daun Perlakuan SPAD 6 MST SPAD berbunga Suhu T T Varietas IR a Ciherang bc IPB-3S bc Way Apo Buru b Jatiluhur bc Menthik Wangi c Silugonggo a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C.

26 12 Peningkatan suhu yang diberikan secara tunggal tidak mempengaruhi berat kering tajuk pada saat 6 MST, berbunga dan panen (Tabel 5). Berat kering mencapai maksimum pada saat stadia panen. Varietas memiliki perbedaan yang sangat nyata pada peubah berat kering tajuk pada stadia berbunga dan panen (Lampiran 9). Varietas Menthik Wangi memiliki berat kering tajuk tertinggi pada kedua stadia tersebut. Hal ini dapat diakibatkan karena karakter tanaman yang memiliki luas daun tertinggi dibandingkan varietas lain. Hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa indeks luas daun berkorelasi positif dengan bobot tajuk saat panen (Lampiran 11). Peningkatan berat kering terjadi secara signifikan pada varietas ini dari 6 MST menuju stadia berbunga hingga mencapai lebih dari tiga kali lipat. Hal ini sesuai dengan penelitian Prasad et al. (2006) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata dari suhu tinggi terhadap bobot tajuk tanaman. Dong et al. (2014) juga menyatakan bahwa penurunan secara nyata pada bobot tajuk hingga mencapai 24.9% akan terjadi apabila dilakukan peningkatan suhu sebesar 3 C karena hal tersebut akan memicu penurunan laju fotosintesis dan meningkatkan respirasi tanaman. Turunnya laju fotosintesis ini terjadi karena adanya penurunan kandungan klorofil a dan b, yang akan secara nyata menghasilkan penurunan akumulasi berat kering pada tajuk, terutama pada saat setelah stadia pembungaan. Tabel 5 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap bobot tajuk pada saat 6 MST, berbunga dan panen Perlakuan Bobot tajuk 6 MST (g) Bobot tajuk berbunga (g) Suhu T T Bobot tajuk panen (g) Varietas IR d c Ciherang bcd ab IPB-3S abc abc Way Apo Buru cd c Jatiluhur ab a Menthik Wangi a a Silugonggo d bc Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Perlakuan suhu dan varietas secara tunggal serta interaksinya tidak mempengaruhi nilai peubah LPT pada saat 6 MST sampai berbunga dan pada stadia berbunga hingga panen (Tabel 6). Hal ini dapat dimungkinkan karena nilai berat kering tajuk pada stadia tersebut juga tidak terpengaruh oleh perlakuan suhu. Roy et al. (2012) menyatakan bahwa peningkatan biomass diperoleh dari peningkatan laju fotosintesis dan asimilasi bersih tanaman, sedangkan Lu et al.

27 (2013) menyatakan bahwa laju fotosintesis tanaman padi tidak dipengaruhi oleh perlakuan peningkatan suhu dari 32 C hingga 41 C. Tabel 6 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT) dan Net Assimilation Rate (NAR) Perlakuan LPT 6 MST-berbunga (g hari -1 ) LPT berbunga-panen (g hari -1 ) NAR 6 MSTberbunga (g m -2 hari -1 ) Suhu T T Varietas IR Ciherang IPB-3S Way Apo Buru Jatiluhur Menthik Wangi Silugonggo Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Interaksi perlakuan suhu dan varietas memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase anakan produktif. Varietas Ciherang dan Menthik Wangi merupakan varietas yang mengalami penurunan persentase anakan produktif secara nyata akibat peningkatan suhu, yaitu sebesar 34.8% pada varietas Ciherang, dan 21.6% pada varietas Menthik Wangi (Tabel 7). Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa persentase anakan produktif akan berkorelasi positif dengan jumlah dan bobot gabah total per rumpun serta indeks panen padi (Lampiran 11). Hasil ini memberikan informasi yang sangat penting terhadap penanaman padi di Indonesia, karena varietas Ciherang merupakan varietas dengan areal pertanaman terluas yang banyak ditanam oleh petani. Tabel 7 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap persentase anakan produktif Varietas Suhu T1 T2 IR abc 73.4 abc Ciherang 92.4 a 57.6 c IPB-3S 91.5 a 85.0 ab Way Apo Buru 77.2 abc 69.7 bc Jatiluhur 86.2 ab 69.5 bc Menthik Wangi 86.0 ab 64.4 c Silugonggo 69.1 bc 74.6 abc Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. 13

28 14 Perlakuan suhu secara tunggal dan interaksinya dengan varietas tidak berpengaruh terhadap peubah jumlah malai per rumpun, panjang batang dan panjang malai tanaman padi (Tabel 8). Varietas memiliki perbedaan yang sangat nyata pada ketiga peubah tersebut. Varietas Silugonggo menghasilkan jumlah terbanyak untuk peubah jumlah malai per rumpun, yakni 7.7 malai. Panjang batang tertinggi dihasilkan oleh varietas Jatiluhur dengan panjang cm dan panjang malai terpanjang dihasilkan oleh varietas IPB-3S dengan panjang cm. Tabel 8 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah malai per rumpun, panjang batang dan panjang malai Perlakuan Jumlah malai per rumpun Panjang batang (cm) Panjang malai (cm) Suhu T T Varietas IR ab ed c Ciherang 4.9 cd d c IPB-3S 3.5 d b a Way Apo Buru 7.1 ab de c Jatiluhur 4.9 cd a bc Menthik Wangi 6.0 bc c b Silugonggo 7.7 a e c Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Perlakuan suhu tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah hampa per rumpun, jumlah gabah isi per rumpun dan total gabah per rumpun, namun berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah isi tidak penuh per rumpun dan interaksinya dengan perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata (Tabel 9). Berdasarkan hasil penelitian Mohammed dan Tarpley (2010), diperlukan peningkatan suhu sebesar 5 o C agar dapat meningkatkan jumlah gabah hampa, sedangkan dalam penelitian ini peningkatan suhu yang terjadi tidak mencapai angka tersebut. Supijatno et al. (2012) menyatakan bahwa suhu yang tinggi dalam rumah plastik dapat menyebabkan tingginya tingkat kehampaan. Cekaman suhu tinggi akan menyebabkan terjadinya peningkatan laju respirasi dan penurunan transfer fotosintat menuju gabah sebagai akibat kerusakan membran. Fu et al. (2008) menyatakan bahwa proses diferensiasi pembentukan biji akan sempurna pada saat stadia pembungaan dan penurunan jumlah total biji gabah yang dihasilkan dari tanaman yang mengalami cekaman suhu tinggi selama periode ini dapat disebabkan oleh kerusakan gabah tersebut. Perlakuan peningkatan suhu dalam penelitian ini tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa kerusakan gabah tersebut bukan terjadi karena pengaruh suhu tinggi selama stadia pembungaan.

29 Hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa jumlah gabah total per rumpun berkorelasi positif dengan bobot tajuk saat panen, indeks luas daun dan LPT saat tanaman berbunga (Lampiran 11). Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya jumlah gabah total per rumpun akan secara nyata dipengaruhi oleh tingginya bobot tajuk tanaman, indeks luas daun dan LPT tanaman. Sedangkan dalam penelitian ini, perlakuan peningkatan suhu tidak berpengaruh terhadap ketiga peubah yang berkorelasi positif terhadap jumlah gabah total per rumpun tersebut. Varietas memiliki perbedaan yang sangat nyata pada peubah jumlah gabah isi tidak penuh, jumlah gabah isi dan jumlah total gabah per rumpun, namun tidak berbeda pada peubah jumlah gabah hampa per rumpun (Tabel 9). Varietas IPB-3S menghasilkan jumlah terbanyak untuk peubah jumlah gabah isi tidak penuh per rumpun, yakni 58.4 butir. Jumlah gabah isi dan total gabah per rumpun terbanyak dihasilkan oleh varietas Jatiluhur, yakni dan butir. Jumlah gabah total per rumpun yang tinggi pada varietas Jatiluhur sangat dipengaruhi oleh karakteristik varietas ini yang memiliki indeks luas daun dan laju pertumbuhan tanaman yang tinggi dibandingkan varietas lain. Tabel 9 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah gabah hampa, jumlah gabah isi tidak penuh, jumlah gabah isi dan jumlah gabah total per rumpun Perlakuan Jumlah gabah hampa per rumpun Jumlah gabah isi tidak penuh per rumpun Jumlah gabah isi per rumpun 15 Jumlah gabah total per rumpun Suhu T A T B Varietas IR b b bc Ciherang ab b c IPB-3S a b ab Way Apo Buru b b bc Jatiluhur ab a a Menthik Wangi ab b bc Silugonggo b b bc Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Perlakuan suhu, varietas dan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh terhadap persentase jumlah gabah hampa dan persentase jumlah gabah isi per rumpun (Tabel 10). Hal ini dimungkinkan karena tidak terdapat pengaruh yang nyata dari perlakuan suhu dan varietas terhadap jumlah gabah hampa dan isi per rumpun pada Tabel 9. Persentase jumlah gabah hampa, isi tidak penuh dan isi diperoleh dengan membaginya dengan jumlah gabah total per rumpun.

30 16 Tabel 10 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap persentase jumlah gabah hampa dan jumlah gabah isi per rumpun Perlakuan Persentase jumlah gabah hampa per rumpun Persentase jumlah gabah isi per rumpun Suhu T T Varietas IR Ciherang IPB-3S Way Apo Buru Jatiluhur Menthik Wangi Silugonggo Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Interaksi perlakuan suhu dan varietas berpengaruh terhadap persentase jumlah gabah isi tidak penuh, walaupun hanya varietas Ciherang yang menunjukkan penurunan nyata secara statistik (Tabel 11). Varietas Ciherang mengalami penurunan persentase jumlah gabah isi tidak penuh secara nyata sebanyak 9.7%. Respon tanaman terhadap cekaman suhu tinggi dapat berupa percepatan laju pertumbuhan gabah, hal ini dapat memacu pemendekan waktu akumulasi bahan kering dan menyebabkan hasil gabah yang diproduksi akan berukuran lebih kecil dan berisi tidak penuh atau sempurna (Zakaria et al. 2002). Tabel 11 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap persentase jumlah gabah isi tidak penuh per rumpun Varietas Suhu T1 T2 IR bc 6.19 bc Ciherang a 5.90 bc IPB-3S 9.74 b 9.46 b Way Apo Buru 6.95 bc 3.01 c Jatiluhur 6.90 bc 5.44 bc Menthik Wangi 9.09 b 9.23 b Silugonggo 5.04 bc 5.70 bc Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Bobot gabah hampa, gabah isi tidak penuh, gabah isi dan total bobot gabah per rumpun pada saat panen tidak dipengaruhi oleh perlakuan suhu dan interaksinya dengan varietas. Varietas memiliki perbedaan yang sangat nyata pada

31 peubah bobot gabah isi dan bobot gabah total per rumpun (Tabel 12). Hasil ini megindikasikan bahwa peningkatan suhu dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap penurunan hasil gabah saat panen. Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan, terdapat korelasi positif antara total bobot gabah per rumpun dengan indeks luas daun, laju pertumbuhan tanaman, jumlah gabah total dan bobot gabah isi per rumpun (Lampiran 11). Hal ini menunjukkan bahwa penurunan atau peningkatan total bobot gabah per rumpun akan secara nyata dipengaruhi oleh penurunan atau peningkatan indeks luas daun, laju pertumbuhan tanaman, jumlah gabah total dan bobot gabah isi per rumpun. Sedangkan dalam penelitian ini, keempat peubah yang berkorelasi tersebut tidak dipengaruhi oleh adanya perlakuan peningkatan suhu. Tabel 12 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap bobot gabah hampa, bobot gabah isi tidak penuh, bobot gabah isi dan total bobot gabah per rumpun Perlakuan Bobot gabah hampa per rumpun Bobot gabah isi tidak penuh per rumpun Bobot gabah isi per rumpun 17 Total bobot gabah per rumpun Suhu T T Varietas IR b 6.75 c Ciherang b 6.60 c IPB-3S ab ab Way Apo Buru b 7.48 bc Jatiluhur a a Menthik Wangi b 9.10 bc Silugonggo b 6.98 c Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Hal ini juga dimungkinkan karena sistem rancangan peningkatan suhu yang dibuat dalam penelitian ini tidak berjalan secara stabil selama 24 jam. Keberhasilan penelitian Shah et al. (2014) dalam mengamati pengaruh peningkatan suhu terhadap penurunan hasil produksi padi yang sangat signifikan dihasilkan dengan menerapkan peningkatan suhu secara buatan selama 24 jam. Perlakuan ini dapat menghasilkan peningkatan suhu yang lebih terakumulasi selama 1 hari dan dapat menghasilkan suhu malam yang tinggi yang juga memegang peranan penting dalam menurunkan hasil tanaman padi. Perlakuan perbedaan suhu secara tunggal dan interaksinya dengan varietas tidak mempengaruhi persentase bobot gabah hampa, persentase bobot gabah isi tidak penuh dan persentase bobot gabah isi per rumpun, namun varietas memiliki perbedaan yang sangat nyata pada peubah persentase bobot gabah isi tidak penuh dan bobot gabah isi per rumpun (Tabel 13). Hal ini dapat terjadi karena perlakuan

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat 18 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di kebun percobaan Institut Pertanian Bogor, Sawah Baru Babakan Darmaga, selama 4 bulan, dari bulan Mei-September 2010. Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 99 PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effect of Plant Spacing on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian yang bertujuan mempelajari pengaruh jarak tanam terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Oktober 2007 di kebun percobaan Cikabayan. Analisis klorofil dilakukan di laboratorium Research Group on Crop Improvement

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI DAN WAKTU PEMANGKASAN

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI DAN WAKTU PEMANGKASAN 1 TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI DAN WAKTU PEMANGKASAN SKRIPSI Oleh: RIA SRI HARTATY SIDAURUK 050301037 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul 147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli ABSTRAK Tiap varietas padi memiliki pertumbuhan dan produksi serta kemampuan kompetisi yang berbeda terhadap gulma

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA ALLEN WIJAYA 070301024 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI /Pemuliaan Tanaman

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI /Pemuliaan Tanaman KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.)TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI 080307008/Pemuliaan Tanaman PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

RESPON BEBERAPA VARIETAS PADI DAN PEMBERIAN AMELIORAN JERAMI PADI PADA TANAH SALIN

RESPON BEBERAPA VARIETAS PADI DAN PEMBERIAN AMELIORAN JERAMI PADI PADA TANAH SALIN RESPON BEBERAPA VARIETAS PADI DAN PEMBERIAN AMELIORAN JERAMI PADI PADA TANAH SALIN OKTAVIANUS SINURAYA 050307037 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG

PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Magister Pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 117 PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effects of Nitrogen Management on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Rumah Plastik di Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Leuwikopo, Dramaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Maret sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN Tesis Program Studi Agronomi Oleh Samyuni S611308012 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

Lebih terperinci

RESPON MORFOLOGI, FISIOLOGI DAN KOMPONEN HASIL BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI JUMIATUN

RESPON MORFOLOGI, FISIOLOGI DAN KOMPONEN HASIL BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI JUMIATUN RESPON MORFOLOGI, FISIOLOGI DAN KOMPONEN HASIL BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI JUMIATUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA HUSIN KADERI Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru Jl. Kebun Karet, Loktabat Banjarbaru RINGKASAN Percobaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Sesuai Prioritas Nasional

Sesuai Prioritas Nasional Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional Peningkatan Effisiensi Pengisian Dan Pembentukan Biji Mendukung Produksi Benih Padi Hibrida id Oleh Dr. Tatiek Kartika Suharsi MS. No Nama Asal Fakultas

Lebih terperinci

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa) JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 3 JULI-2013 ISSN : 2338-3976 PENGARUH PUPUK N, P, K, AZOLLA (Azolla pinnata) DAN KAYU APU (Pistia stratiotes) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa) THE

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK Agricola, Vol 4 (1), Maret 2014, 49-57 p-issn : 2088-1673., e-issn 2354-7731 PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM Yosefina Mangera

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.) METODE SRI SKRIPSI OLEH : ADIFA OLAN I. SIMATUPANG 040301004 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh 81 PEMBAHASAN UMUM Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan selama cekaman suhu rendah diantaranya; (a) faktor fisiologi, faktor lingkungan sebelum dan sesudah fase penting pertumbuhan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

Jurnal Agrotek Indonesia 1 (1) : (2016) ISSN :

Jurnal Agrotek Indonesia 1 (1) : (2016) ISSN : Jurnal Agrotek Indonesia 1 (1) : 29 36 (2016) ISSN : 2477-8494 Pengaruh Ketersediaan Hara terhadap Pertumbuhan dan Produksi 9 Genotip Padi dalam Kondisi Kekeringan Effect of Nutrient Availability on Growth

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada beda nyata antar

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Indeks Panen dan Produksi Tanaman Indeks panen menunjukkan distribusi bahan kering dalam tanaman yang menunjukkan perimbangan bobot bahan kering yang bernilai ekonomis dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. 2 memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. Analisis Root re-growth (RRG) Pengukuran Root Regrowth (RRG) dilakukan dengan cara mengukur panjang akar pada saat akhir perlakuan cekaman Al dan pada saat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 14 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Dramaga, Bogor pada ketinggian 250 m dpl dengan tipe tanah Latosol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

PENGISIAN GABAH BEBERAPA VARIETAS PADI PADA PERIODE CEKAMAN KEKERINGAN BERBEDA DALAM SISTEM SAWAH IKHSAN NOVIADY A

PENGISIAN GABAH BEBERAPA VARIETAS PADI PADA PERIODE CEKAMAN KEKERINGAN BERBEDA DALAM SISTEM SAWAH IKHSAN NOVIADY A i PENGISIAN GABAH BEBERAPA VARIETAS PADI PADA PERIODE CEKAMAN KEKERINGAN BERBEDA DALAM SISTEM SAWAH IKHSAN NOVIADY A24080092 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL 35 KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL Morphological and Agronomy Characters Of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production 47 STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tinggi pemotongan

Lebih terperinci

PENGUJIAN TOLERANSI BEBERAPA GENOTIPE PADI PADA LAHAN SAWAH YANG MENGALAMI CEKAMAN KEKERINGAN

PENGUJIAN TOLERANSI BEBERAPA GENOTIPE PADI PADA LAHAN SAWAH YANG MENGALAMI CEKAMAN KEKERINGAN PENGUJIAN TOLERANSI BEBERAPA GENOTIPE PADI PADA LAHAN SAWAH YANG MENGALAMI CEKAMAN KEKERINGAN Yummama Karmaita, SP Pembimbing Prof. Dr. Ir. Aswaldi Anwar, MS dan Dr. Ir. EttiSawasti, MS Lahan yang mengalami

Lebih terperinci

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH : TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH : NELSON SIMANJUNTAK 080301079 / BDP-AGRONOMI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Vegetatif Parameter pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm) Hasil

Lebih terperinci

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK 864. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH 1 PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN SKRIPSI OLEH : STEPHANIE C.C. TAMBUNAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan Laboratorium Penelitian pada bulan Januari sampai April 2016. B. Bahan dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI DENGAN PEMBERIAN POLIMER PENYIMPAN AIR PADA SAWAH BUKAAN BARU SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI DENGAN PEMBERIAN POLIMER PENYIMPAN AIR PADA SAWAH BUKAAN BARU SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI DENGAN PEMBERIAN POLIMER PENYIMPAN AIR PADA SAWAH BUKAAN BARU SKRIPSI RYAN ISKANDAR 060301050 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 27 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 105 13 45,5 105 13 48,0 BT dan 05 21 19,6 05 21 19,7 LS, dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. 11 BAHAN DAN METODE I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Babakan, Kecamatan Darmaga, Bogor Jawa Barat. Kebun terletak

Lebih terperinci

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.) PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.) Danti Sukmawati Ciptaningtyas 1, Didik Indradewa 2, dan Tohari 2 ABSTRACT In Indonesia, maize mostly planted

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011 di lahan sawah yang berlokasi di Desa Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Elevasi/GPS

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 15 II. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilaksanakan terdiri atas dua percobaan yaitu percobaan inkubasi dan percobaan rumah kaca. Percobaan inkubasi beserta analisis tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tanaman diamati dan diukur untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif pada suatu tanaman. Hasil sidik ragam terhadap tinggi tanaman padi ciherang pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur, dengan ketinggian 60 m dpl, jenis tanah Podsolik

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN SKRIPSI Oleh: SATRIYA SANDI K 070307027/BDP PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 010 Maret 011, kecuali lokasi Sukabumi pada bulan Maret Juni 011. Tempat Penelitian dilaksanakan di 7 lokasi yaitu Bogor,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI Oleh: CAROLINA SIMANJUNTAK 100301156 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG

PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG A. DEFINISI PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG Pengairan dilakukan untuk membuat keadaan kandungan air dalam tanah pada kapasitas lapang, yaitu tetap lembab tetapi tidak becek.

Lebih terperinci