BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa kali sampai akhirnya melembaga menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa kali sampai akhirnya melembaga menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tentara Indonesia terbentuk pada tahun 1945, dan mengalami perubahan nama beberapa kali sampai akhirnya melembaga menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada tahun 1947 (Kadi, 2000). TNI sendiri dibagi menjadi 3 bagian yaitu Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Setiap bagian memiliki tugas masing-masing yaitu: TNI AU bertugas menjaga kedaulatan wilayah udara Indonesia, TNI AL bertugas menjaga kedaulatan wilayah laut Indonesia, TNI AD bertugas menjaga kedaulatan wilayah darat Indonesia (tni.mil.id, 2014). TNI AD sebagai lembaga militer mempunyai fungsi yang sama dengan lembaga militer lainnya di dunia. Sebagai bagian dari TNI tugas pokok TNI AD yang diresmikan pada tanggal 15 Desember 1945 (Hari Juang Kartika) adalah, menegakkan kedaulatan negara mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan wilayah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara (Kadi, 2000). Anggota TNI AD adalah warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam perundang-undangan yang kemudian dididik dan dilatih untuk menjadi seorang prajurit TNI AD, dan diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk mengabdikan diri dalam dinas keprajuritan serta bertugas untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada wilayah (matra) darat (UU TNI No.34 Tahun 2004). Menjadi anggota TNI AD merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi diri seseorang 1

2 2 yang telah memutuskan untuk mengabdikan dirinya kepada NKRI. Pemikiran di kalangan anggota TNI AD merasa bahwa hanya pandangan dan pendapatnya saja yang benar yang harus diikuti oleh orang lain, sehingga memunculkan kesan bahwa seolah-olah TNI AD adalah golongan tersendiri dengan hak-hak previlege (istimewa) melebihi hak-hak warga negara lainnya (Kadi, 2000). Menurut pandangan para anggota TNI AD menjadi seorang anggota TNI AD memiliki status yang berbeda dengan masyarakat sipil atau umum lainnya, hal ini dikenal dalam kalangan anggota TNI AD dirinya biasa disebut anggota, sedangkan masyarakat umum yang bukan seorang anggota TNI AD disebut sebagai orang sipil (Widihardjo, 2007). Institusi militer memiliki perbedaan dengan institusi lainnya karena militer memiliki ciri khusus dan keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh kelompok masyarakat lainnya, termasuk masyarakat sipil (Widihardjo, 2007). Para anggota TNI AD umumnya merasa dirinya sebagai warga negara kelas satu, sejumlah norma hukum dan peraturan yang berlaku bagi masyarakat sipil tidak berlaku atau tidak dapat diperlakukan terhadap anggota TNI AD (Kadi, 2000). Pandangan tersebut menyebabkan anggota TNI AD cenderung merasa ingin lebih dihargai dan dihormati oleh orang-orang sipil lainnya yang ada disekitarnya dimanapun berada. Para anggota TNI AD sebelum menjadi seorang anggota TNI AD tentunya melalui beberapa tahapan-tahapan proses seleksi untuk dapat menjadi seorang anggota TNI AD, dan pasti melalui masa pendidikan awal sebagai calon prajurit yang seluruhnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 39 Tahun 2010, tentang administrasi prajurit TNI. Anggota TNI AD dalam masa pendidikannya selalu ditanamkan nilai-nilai yang wajib dimiliki oleh setiap anggota TNI AD, diantaranya: jiwa korsa, disiplin tinggi, semangat pantang menyerah, tegas, dan berwibawa. Anggota TNI AD juga diberikan latihan fisik yang sangat keras selama masa pendidikannya sehingga membentuk diri para anggota TNI AD untuk menjadi pribadi dengan fisik yang sehat, tangguh, dan kuat, agar dapat mendukung tugasnya

3 3 sebagai anggota TNI AD yang secara tertulis diatur dalam Doktrin TNI Tridarma Ekakarma (Perpang/45/VI/2010). Pola pendidikan militer yang selama ini diterapkan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya prajurit, agar setiap prajurit memiliki disiplin tinggi, jasmani yang kuat, serta tetap berjiwa Pancasila, Sapta Marga, dan Sumpah Prajurit (Kecik, 2009). Menurut Shandisy (Az-Zaghul, 2004) pendidikan kemiliteran merupakan program yang berkaitan dengan masalah penyadaran dan pengarahan mental, persiapan jiwa, kedisiplinan, dan korp militer. Anggota TNI AD juga dilengkapi dengan seragam, serta atribut yang anggota TNI AD miliki dalam melaksanakan setiap tugas yang diberikan kepadanya, yang dapat menunjukkan identitas diri para anggota TNI AD sebagai seorang anggota TNI AD (Kecik, 2009). Pakaian seragam dan tanda pangkat merupakan bagian dari simbol-simbol Angkatan Darat. Pakaian berperan besar dalam menentukan citra seseorang. Pakaian adalah cermin dari identitas, status, hirarki, dan gender yang memiliki nilai simbolik serta merupakan ekspresi cara hidup tertentu (Ahimsa, 2002). Pakaian juga mencerminkan sejarah, hubungan kekuasaan, serta perbedaan dalam pandangan sosial, politik, dan relegius. Pakaian adalah kulit sosial dan kebudayaan (Ahimsa, 2002). Hal ini menjadi pembeda antara anggota TNI AD dengan masyarakat sipil/umum lainnya. Para anggota TNI AD juga diberikan senjata, dan keahlian dalam menggunakan senjata, untuk dapat mendukung tugasnya sebagai seorang prajurit atau anggota TNI AD. Setelah menyelesaikan pendidikannya para anggota TNI AD akan menerima penempatan yang diterima dalam bentuk surat perintah, baik itu ditempatkan pada posisi staf maupun pasukan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Indonesia No. 39 Tahun 2010, tentang administrasi prajurit TNI. Anggota TNI AD harus selalu siap menerima apapun surat perintah yang diberikan kepada dirinya, terlepas dari perasaan puas maupun tidak puas, sesuai maupun tidak sesuai, kapanpun dan dimanapun ditugaskan maupun dipindahtugaskan (Kecik, 2000).

4 4 Seluruh anggota TNI AD tentunya akan kembali lagi ke lingkungan masyarakat, baik itu di lingkungan dinas TNI AD maupun dilingkungan masyarakat tempat dimana para anggota TNI AD tinggal dan berada (Octavian, 2012). Lingkungan dinas TNI AD yaitu, dimana setiap anggota TNI AD setelah masa pendidikan akan bergabung dengan kesatuan yang diterima dan didapatkan melalui surat perintah (Octavian, 2012). Selain itu, anggota TNI AD tentunya juga terlibat dan berinteraksi dengan lingkungan masyarakat secara umum, yaitu di masyarakat sekitar, dimana setiap anggota TNI AD akan berinteraksi dengan masyarakat sipil atau umum lainnya (Plattner & Diamond, 2000). Para anggota TNI AD, tentunya akan kembali ke lingkungannya masing-masing dengan masih memegang teguh nilai-nilai yang ditanamkan saat masa pendidikan (Stepan, 1996). Selesai masa pendidikan, anggota TNI AD dituntut harus mampu menyesuaikan diri, baik di dalam lingkungan dinas saat berinteraksi antara sesama anggota TNI AD, maupun dalam lingkungan sosial masyarakat saat berinteraksi dengan masyarakat sipil atau umum (Octavian, 2012). Anggota TNI AD akan banyak bertugas di darat dan berinteraksi dengan berbagai macam sifat dan kepribadian orang lain yang tentunya berbeda-beda, baik itu sesama anggota TNI AD maupun masyarakat sipil. Anggota TNI AD tentunya harus dapat menampilkan dan menunjukkan sikap yang tepat dan sesuai dengan situasi yang dihadapinya (Stepan, 1996). Jika anggota TNI AD tidak mampu berperilaku dan menunjukkan sikap yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang sedang dihadapinya, hal tersebut akan dapat menimbulkan berbagai permasalahan yang akan terjadi, baik antara sesama anggota TNI AD maupun dengan masyarakat sipil atau umum (Stepan, 1996). Pergantian unsur pimpinan merupakan proses alamiah dalam konteks manajemen organisasi modern, karena itu mekanisme pergantian pejabat mengacu kepada prinsip yang saling berkait yaitu pengembangan personel dan organisasi (tni.mil.id, 2014). Intensitas

5 5 pemindahan tugas yang sering terjadi dalam institusi TNI AD menyebabkan seorang anggota TNI AD harus dapat segera menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Komando Daerah Militer IX/UDAYANA (KODAM IX/UDAYANA), adalah suatu kesatuan daerah militer yang berada di wilayah teritorial yang cukup luas, yaitu mencakup wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Bali - Nusra), (kodamudayana.mil.id, 2014). Hal ini membuat KODAM IX/UDAYANA, memiliki jumlah anggota TNI AD yang cukup banyak, yang disesuaikan dengan wilayah teritorial yang dibawahi dan dijaga. Tentunya, dengan wilayah teritorial yang cukup luas tersebut, KODAM IX/UDAYANA, dituntut untuk mampu mengatur dan mengkoordinasikan para anggotanya untuk dapat bersikap sesuai dengan aturan dan kode etik yang berlaku yang tertuang dalam UU TNI No. 34 Tahun Termasuk dalam hal meminimalisir konflik yang dapat terjadi diantara para anggotanya tersebut, maupun antara anggota dengan masyarakat sipil atau umum lainnya. KODAM IX/UDAYANA, dituntut ekstra keras untuk dapat mengawasi serta memantau para anggotanya, yang berada di berbagai wilayah teritorial yang menjadi wilayah kekuasaanya (kodam-udayana.mil.id, 2014). Beberapa tahun terakhir ini, di Indonesia sendiri sering terjadi kekerasan yang melibatkan anggota TNI AD, diantaranya adalah kasus penganiayaan dan pembakaran seorang juru parkir di Taman Monumen Nasional (MONAS) yang bernama Yusri, yang dilakukan oleh seorang oknum anggota TNI AD yang bernama Prajurit Sartu (PRATU) Heri, anggota Tamtama Detasemen Markas Pusat Polisi Militer TNI AD (DENMAPUSPOM TNI AD), pada selasa, 24 Juni 2014, sekitar pukul WIB (tempo.com, 2014). Selanjutnya adalah kasus penganiayaan seorang mahasiswi asal kota Lhokseumawe berinisial AS, yang mengalami luka tusukan di bagian leher, payudara, dan kepala yang dilakukan oleh pacarnya, seorang oknum anggota TNI AD berinisial Sersan Dua (SERDA) W, di Desa Alue Awe Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, minggu 18 Januari 2015, pada pukul WIB (tempo.com, 2014).

6 6 Wilayah kesatuan KODAM IX/UDAYANA, di Bali tidak lepas dari berbagai konflik serta kasus kekerasan yang melibatkan para anggotanya. Berikut adalah berbagai peristiwa yang terjadi dalam wilayah KODAM IX/UDAYANA, di Bali. Kasus yang pertama adalah, kasus penusukan warga disekitar Jalan Tukad Pancoran IV, Gg II Panjer, pada hari Sabtu, tanggal 23 Oktober tahun 2010 malam. Seorang mahasiswi Universitas Udayana (UNUD) yang bernama Nindi Yoristya Wanda, yang berusia 20 tahun ditikam oknum Intel dari KODAM IX/UDAYANA yang berinisial Serda FP, yang berusia 25 tahun, yang berasal dari asal Palembang (dnaberita.com, 2010). Kasus yang selanjutnya adalah, terkait dengan kasus penusukan yang dilakukan oleh seseorang di sebuah lokasi hiburan malam di kota Denpasar terhadap seorang anggota TNI AD, yang bernama Kapten Susanto. Hal ini terjadi pada hari Rabu, tanggal 1 Juli tahun 2012 (kompas.com, 2012). Berdasarkan beberapa kejadian diatas, tentunya hal ini bukan merupakan masalah yang biasa lagi, dan harus menjadi perhatian serius bagi seluruh elemen masyarakat, terutama dari diri peneliti pribadi dahulu, kemudian instansi-instansi yang terkait, serta khususnya yaitu KODAM IX/UDAYANA, Bali. Sementara itu, dengan luasnya wilayah teritorial yang dibawahi oleh KODAM IX/UDAYANA, serta semakin banyaknya anggota TNI AD yang berada dalam kesatuan KODAM IX/UDAYANA, hal ini didukung oleh data statistik yang didapatkan oleh peneliti. Dilihat dari data statistik yang peneliti dapat dari Kepala Administrasi Personalia (KASIPES) KODAM IX/UDAYANA, yang menyebutkan bahwa jumlah anggota TNI AD yang masih aktif dan masih berdinas di KODAM XI/UDAYANA, Bali saat ini sebanyak 5747 personel. Dari data tersebut tentu tidak sedikit, dan perlu pengawasan yang cukup ketat agar para anggota TNI AD tersebut, tidak sampai melakukan perilaku yang mencerminkan tindakan kekerasan yang dapat menimbulkan konflik atau permasalahan, serta melanggar kode etik sebagai seorang anggota TNI AD.

7 7 Dalam melaksanakan tugas dan perannya baik sebagai staf maupun pasukan, anggota TNI AD tidak pernah bisa lepas dari peran orang lain, baik itu antar sesama anggota, maupun dengan rakyat yaitu masyarakat sipil/umum. Anggota TNI AD akan kembali ke lingkungan dinas dan berinteraksi dengan sesama anggota TNI AD, serta lingkungan sosial masyarakat dan berinteraksi dengan masyarakat sipil atau umum lainnya (Stepan, 1996). Anggota TNI AD harus dapat menyesuaikan diri dan menempatkan diri dengan baik, agar tidak menyebabkan konflik. Konflik-konflik yang muncul antar sesama anggota TNI AD, biasanya tidak lepas dari masalah sosial yang berkaitan dengan status dan kedudukan, baik itu pangkat maupun jabatan. Misalkan, konflik antara sesama anggota TNI AD yang memperebutkan jabatan di dalam kesatuan yang sama, saling menonjolkan pangkat yang dimiliki saat ini, siapa yang lebih tinggi, siapa yang lebih senior masuk di dalam kesatuan tersebut (Kecik, 2009). Jika kedua anggota TNI AD tersebut tidak mampu menyesuaikan diri sesuai dengan sikap yang harus dilakukan, di dalam lingkungan dinas tersebut, akan menimbulkan konflik antara sesama anggota TNI AD tersebut (Octavian, 2012). Konflik lainnya yang muncul adalah konflik-konflik yang muncul antara anggota TNI AD dengan masyarakat sipil atau umum, terkait dengan masalah pengakuan dirinya sebagai seorang anggota TNI AD, dan ketidaksesuaian antara ego seorang anggota TNI AD dengan kenyataan yang didapatkan ketika sedang berinteraksi dengan masyarakat sipil atau umum (Kecik, 2009). Misalkan, 2 orang anak yang berkelahi di sekolah, kedua orangtuanya dipanggil ke sekolah untuk saling bertemu, salah satu orangtua dari anak tersebut adalah anggota TNI AD, dan yang satu lagi orang tuanya adalah masyarakat sipil, ketika orangtua si anak yang merupakan seorang anggota TNI AD tersebut, tidak mampu menyesuaikan diri sesuai dengan sikap yang harus dilakukan, di dalam lingkungan sosial bermasyarakat tersebut, akan menimbulkan konflik antara kedua orangtua tersebut (Octavian, 2012).

8 8 Berdasarkan penjelasan diatas, tentunya anggota TNI AD, dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan baik setelah masa pendidikannya, serta mampu menempatkan diri dengan baik pada berbagai situasi yang dihadapinya (Stepan, 1996). Anggota TNI AD harus tepat dalam menentukan sikap yang harus dilakukan baik dalam lingkungan dinas, saat berinteraksi dengan sesama anggota TNI AD, maupun dalam lingkungan sosial atau masyarakat, saat berinteraksi dengan masyarakat sipil atau umum (Plattner, 2000). Hal ini dilakukan untuk dapat meminimalisir konflik yang dapat terjadi. Beberapa konflik yang telah dijelaskan sebelumnya tentunya berkaitan dengan agresivitas yang dimiliki oleh anggota TNI AD, yang telah ditanamkan dan dimiliki ketika masih dalam masa pendidikan, karena seorang anggota TNI AD memang dituntut untuk lebih berani untuk menunjang peran dan tugasnya sebagai prajurit penjaga kedaulatan NKRI (Kadi, 2000). Hal ini menyebabkan penulis berasumsi bahwa, agresivitas yang dimiliki oleh anggota TNI AD akan menimbulkan berbagai konflik baik di lingkungan dinas maupun di lingkungan sosial/masyarakat, tempat para anggota TNI AD tersebut berada setelah masa pendidikanya. Hal tersebut akan mudah terjadi apabila anggota TNI AD, tidak dapat melakukan penyesuaian diri, baik dalam lingkungan dinas maupun dalam lingkungan sosial bermasyarakatnya (Plattner, 2000). Berdasarkan hal tersebut kecenderungan akan terjadinya peningkatan konflik serta kasus tindakan kekerasan yang disebabkan oleh agresivitas dari anggota TNI AD, tentunya membutuhkan peran dari berbagai pihak, untuk dapat membantu dalam proses penyelesaian masalah ini, salah satunya dengan berbagai penelitian yang mengkaji terkait dengan masalah agresivitas pada anggota TNI AD. Hal inilah yang membuat ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk mengetahui apakah ada hubungan penyesuaian diri dengan agresivitas pada anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA,di Bali. Hal ini tentunya menarik untuk dibahas karena belum banyak penelitian yang mengangkat terkait masalah ini. Selain itu, hal ini juga menjadi

9 9 tantangan tersendiri bagi peneliti untuk mendapatkan dan menggali informasi terkait dengan masalah tersebut. B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang penelitian tersebut, agresivitas anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA akan menyebabkan munculnya berbagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anggota TNI AD salah satunya disebabkan oleh kemampuan penyesuaian dirinya. Peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan penyesuaian diri dengan agresivitas pada anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA di Bali. C. Keaslian Penelitian Hal-hal yang tertulis dalam penelitian ini baik dalam hal ide dan kerangka berpikir merupakan hasil pemikiran penulis atau peneliti sendiri, bukan merupakan sebuah peniruan terhadap penelitian-penelitian yang lain, ataupun penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan ini juga merupakan penelitian asli bukan penelitian peniruan (plagiat). Teori, pernyataan, pendapat dan hal-hal lain yang terdapat dalam penulisan penelitian ini telah ditulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah disebutkan di dalam daftar pustaka. Penelitian yang berjudul Hubungan Penyesuaian Diri Dengan Agresivitas Pada Anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA, Di Bali merupakan penelitian yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Memang terdapat variabel yang sama atau serupa pada penelitian-penelitian sebelumnya, namun penelitian-penelitian tersebut bukan merupakan penelitian yang sama dengan penelitian ini. Dalam studi literatur yang telah peneliti lakukan, ada beberapa penelitian yang membahas mengenai agresivitas dari angkatan bersenjata dan khususnya anggota TNI AD. Ada lima penelitian yang peneliti temukan, terdiri dari empat penelitian yang menggunakan metode

10 10 penelitian kuantitatif (studi hubungan) dan satu penelitian yang menggunakan metode kualitatif (deskriptif). Penelitian-penelitian tersebut yaitu, pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013) dengan menggunakan studi hubungan (korelasi) product moment, kedua Ismaini (2013) dengan menggunakan studi hubungan (korelasi) product moment, ketiga Nurmalia (2010) dengan menggunakan studi hubungan multiple regression, keempat Mukarromah (2008) dengan menggunakan studi hubungan (korelasi) product moment, kelima adalah penelitian yang dilakukan oleh Andaru (2008) dengan menggunakan studi deskriptif. Perbedaan kelima penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel penelitiannya, yaitu ada satu penelitian yang menggunakan satu variabel penelitian, kemudian tiga penelitian yang menggunakan dua variabel, serta satu penelitian yang menggunakan satu variabel penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri memilih menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas penyesuaian diri dan variabel tergantung agresivitas. Dalam kelima penelitian tersebut tidak ada yang menggunakan variabel penyesuaian diri sebagai variabel bebasnya, ada penelitian yang menggunakan persepsi lingkungan kerja fisik, tipe kepribadian, kecerdasan emosional, frustasi dan solidaritas yang dihubungkan dengan agresivitas. Namun demikian, seluruh variabel tergantung dalam penelitian tersebut menggunakan variabel agresivitas, sama dengan peneliti. Dilihat dari subjek dan tempat penelitiannya, kelima penelitian tersebut selain menggunakan subjek anggota TNI yaitu tiga penelitian diantaranya Dewi (2013) Ismaini (2013), dan Andaru (2008), juga mengambil subjek angkatan bersenjata lainnya yaitu anggota POLISI yang dilakukan oleh Nurmalia (2010), dan Mukarromah (2008). Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri berfokus pada subjek anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA, di Bali. Tempat penelitian kelima penelitian yang didapatkan, seluruhnya dilaksanakan di Pulau Jawa tepatnya, sedangkan peneliti memilih subjek penelitian yaitu anggota TNI AD yang bertugas dan berdinas di KODAM IX/UDAYANA, di wilayah Bali.

11 11 Berdasarkan jumlah subjek dalam kelima penelitian tersebut, satu penelitian menggunakan dua orang subjek Andaru (2008), kemudian dua penelitian menggunakan 80 subjek Dewi (2013) dan Ismaini (2008), serta dua penelitian menggunakan 100 subjek Nurmalia (2010) dan Mukarromah (2008), sedangkan dari penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan minimal subjek sebanyak 400 subjek anggota TNI AD. Berdasarkan teknik sampling yang digunakan juga berbeda, kelima penelitian tersebut menggunakan teknik purposive random sampling, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan teknik cluster random sampling. Hal ini dilakukan oleh peneliti terkait dengan jumlah wilayah kesatuan yang sangat luas dari KODAM IX/UDAYANA itu sendiri, sebagai salah satu pertimbangan yang dilakukan peneliti. Teknik analisis yang digunakan dalam lima penelitian tersebut, berbeda dengan yang dilakukan oleh peneliti. Berbagai teknik yang dilakukan dalam penelitian tersebut yaitu, teknik analisis multiple regression Nurmalia (2010), teknik analisi descriptive analysis statistic Andaru (2008), dan teknik pearson product moment Dewi (2013), Ismaini (2013), dan Mukarromah (2008) hal ini disesuaikan juga dengan tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh lima peneliti tersebut. Berbeda dengan kelima penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik spearman rank s correlation, hal ini dilakukan peneliti karena disesuaikan dengan tujuan penelitian dan kondisi yang ditemukan oleh peneliti di lapangan pada saat pelaksanaan penelitian ini. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan penyesuaian diri dengan agresivitas pada anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA di Bali, serta berapa besar variabel penyesuaian diri dapat menjelaskan variabel agresivitas pada anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA di Bali.

12 12 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan dan sumber informasi bagi ilmu pengetahuan bidang studi psikologi, khususnya psikologi kepribadian dan sosial mengenai hubungan antara penyesuaian diri dengan agresivitas anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA, di Bali. Selain itu, peneliti lain dapat menggunakan penelitian ini, untuk digunakan sebagai sumber referensi, bagi peneliti yang tertarik dengan judul penelitian yang mirip dengan topik penelitian ini, atau bagi peneliti yang ingin melakukan replikasi terhadap penelitian ini. 2. Manfaat Praktis Peneliti berharap dari hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh instansi terkait, khususnya Kementerian Pertahanan dan Keamanan (MENHANKAM), untuk membuat rancangan teknik penanggulangan, untuk dapat mengendalikan agresivitas pada anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA, di Bali. Berdasarkan data dari hasil temuan peneliti. Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh Dinas Psikologi Angkatan Darat (DISPSIAD), untuk dapat digunakan sebagai data, yang menjadi acuan bagi DISPSIAD untuk membuat program-program tindak lanjut, untuk dapat mengurangi agresivitas pada anggota TNI AD di Indonesia, khususnya di KODAM IX/UDAYANA, di Bali. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh Detasemen Pembinaan Jasmani KODAM (DENBINJASDAM), khususnya KODAM IX/UDAYANA di Bali, sebagai pusat data untuk melakukan evaluasi guna untuk menanggulangi masalah-masalah terkait agresivitas TNI AD KODAM IX/UDAYANA, di Bali. Misalnya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan, khususnya olahraga dan pembinaan jasmani, untuk para anggota TNI AD KODAM

13 13 IX/UDAYANA di Bali, agar dapat menyalurkan agresivitasnya melalui kegiatan olahraga tersebut. Harapan lainnya dari hasil dari penelitian ini, dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengembangan alat ukur (alat tes) psikologi terkait untuk mengukur hubungan antara penyesuaian diri dengan agresivitas anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA di Bali, bagi peneliti lainnya yang tertarik dengan topik-topik atau masalah-masalah seperti ini.

Abstrak. Kata Kunci: Penyesuaian Diri, Agresivitas, Anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA di Bali. Abstract

Abstrak. Kata Kunci: Penyesuaian Diri, Agresivitas, Anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA di Bali. Abstract Jurnal Psikologi Udayana 2016, Vol. 3 No. 1, 117-131 Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Udayanaa ISSN: 2354 5607 Hubungan Penyesuaian Diri Dengan Agresivitas pada Anggota TNI AD KODAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budi Setiawan Marlianto, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budi Setiawan Marlianto, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini tujuan individu untuk bekerja tidak hanya mencari uang saja, melainkan untuk memenuhi kebutuhan yang lain seperti kebutuhan untuk dihargai, membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TNI (Tentara Negara Indonesia) dalam negara kita mengemban tugas sebagai alat pertahanan negara. Yang dimaksud pertahanan negara adalah segala usaha untuk menegakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angkatan bersenjata untuk menjaga keamanan dan kedaulatannya 1. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. angkatan bersenjata untuk menjaga keamanan dan kedaulatannya 1. Karena itu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan suatu angkatan bersenjata tidak akan terlepas dari struktur formal negara. Terkait dengan hal tersebut, salah satu ahli teori kenegaraan ternama Thomas

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan bagian yang terintegrasi dari sistem pertahanan nasional Indonesia. Sejak kelahirannya, TNI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mejalani kehidupan dengan baik tanpa adanya komunikasi. Menurut Carl I.Hovland,

I. PENDAHULUAN. mejalani kehidupan dengan baik tanpa adanya komunikasi. Menurut Carl I.Hovland, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal mutlak yang diperlukan oleh manusia, manusia tidak akan bisa mejalani kehidupan dengan baik tanpa adanya komunikasi. Menurut Carl I.Hovland,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi akan dikatakan menjadi organisasi yang produktif jika visi dan misi organisasi tersebut dapat tercapai. Hal terpenting dalam pencapaian usaha

Lebih terperinci

PEMECATAN PRAJURIT TNI

PEMECATAN PRAJURIT TNI PEMECATAN PRAJURIT TNI Putusan Hakim tidaklah mungkin memuaskan semua pihak. Putusan hakim juga bukan Putusan Tuhan, namun Hakim yang manusia tersebut adalah wakil Tuhan di dunia dalam memberikan Putusan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA 2012, No.362 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA 1. Latar belakang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 4, 1988 (ADMINISTRASI. HANKAM. ABRI. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA Disusun Oleh: I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA UPT. PENDIDIKAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA U N I V E R S I T A S U D A Y A N A B A L I 2016 JUDUL: PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.156, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kode Etik. Disiplin Kerja. PNS PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT PRAJURIT TNI

PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT PRAJURIT TNI 1 PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT PRAJURIT TNI Oleh : Kolonel Chk Hidayat Manao, SH Kadilmil II-09 Bandung Putusan Hakim tidaklah mungkin memuaskan semua pihak. Putusan Hakim juga bukan Putusan Tuhan,

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi No.1388, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BIN. Kode Etik Intelijen. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN INTELIJEN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK INTELIJEN NEGARA DENGAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN 1981 TENTANG PENGANGKATAN ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA YANG TELAH SELESAI MENUNAIKAN MASA DINASNYA MENJADI ANGGOTA CADANGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA PRESIDEN,

Lebih terperinci

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga kedaulatan Negara yang bertugas untuk menjaga, melindungi dan mempertahankan keamanan serta kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan. kita mampu untuk mengatur diri sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan. kita mampu untuk mengatur diri sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergerakan bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini modus kejahatan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya kita dihadapkan untuk bisa lebih maju dan lebih siap dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat mempertahankan kemerdekaan, banyak orang Indonesia berjuang untuk membentuk pasukan mereka sendiri atau badan perjuangan Masyarakat. Tradisi keprajuritan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENGANGKATAN ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA YANG TELAH SELESAI MENUNAIKAN MASA DINASNYA MENJADI ANGGOTA CADANGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA (Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1981 Tanggal 5 Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perdamaian regional dan internasional (UU Nomor 34 Tahun 2004).

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perdamaian regional dan internasional (UU Nomor 34 Tahun 2004). 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk menegakkan kedaulatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2109, 2014 KEMENHAN. Prajurit Tentara Nasional Indonesia. Tenaga Profesi. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA PROFESI

Lebih terperinci

2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Intelijen Negara adalah penyelenggara Intelijen

2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Intelijen Negara adalah penyelenggara Intelijen No.932, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BIN. Intelijen Negara. Kode Etik. PERATURAN KEPALA BADAN INTELIJEN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK INTELIJEN NEGARA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1988 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta No.1957, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Jabatan ASN. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PRAJURIT

Lebih terperinci

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf No.1393, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Hukuman Disiplin. Penjatuhan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENJATUHAN HUKUMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.403, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pengamanan. Wilayah Perbatasan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAMANAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Komando Operasi Angkatan Udara I atau Koopsau I sebagai salah satu

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Komando Operasi Angkatan Udara I atau Koopsau I sebagai salah satu BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Komando Operasi Angkatan Udara I atau Koopsau I sebagai salah satu Kotama pelaksana, TNI Angkatan Udara mempunyai tugas melakukan pembinaan prajurit untuk mendukung tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu tentang Pertahanan dan Keamanan, Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012 PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG STANDARDISASI PELAYANAN ADMINISTRASI PERMOHONAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor: 122/KMA/SK/VII/2013 TENT ANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PANITERA DAN JURU SITA KETUA MAHKAMAH AGUNG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1493, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tanda Penghargaan. Bela Negara. Pemberian. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 20132013 TENTANG PEMBERIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1246, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukuman Disiplin. Penjatuhan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENJATUHAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TOLERANSI STRES DENGAN KEDISIPLINAN KERJA PADA TNI AD. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA TOLERANSI STRES DENGAN KEDISIPLINAN KERJA PADA TNI AD. Skripsi HUBUNGAN ANTARA TOLERANSI STRES DENGAN KEDISIPLINAN KERJA PADA TNI AD Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Bening Respati Fajarrani F 100 050 030

Lebih terperinci

BUPATI BURU. Assalamu alaikum wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua, Saudara-saudara keluarga besar Tentara Nasional Indonesia yang berbahagia,

BUPATI BURU. Assalamu alaikum wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua, Saudara-saudara keluarga besar Tentara Nasional Indonesia yang berbahagia, BUPATI BURU Assalamu alaikum wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua, Saudara-saudara keluarga besar Tentara Nasional Indonesia yang berbahagia, Hadirin peserta upacara yang berbahagia, Pada kesempatan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAHANAN. Hukum. Disiplin. Militer. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 257) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PELAKSANAAN HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA KOMANDO DISTRIK MILITER 0304/AGAM DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh : NOVIALDI ZED

PELAKSANAAN HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA KOMANDO DISTRIK MILITER 0304/AGAM DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh : NOVIALDI ZED PELAKSANAAN HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA KOMANDO DISTRIK MILITER 0304/AGAM DI KOTA BUKITTINGGI Oleh : NOVIALDI ZED 0810112064 Program Kekhususan : Hukum Administrasi Negara (PK

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014 Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA FAREWELL PRESIDEN DENGAN PERWIRA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1991 TENTANG ASURANSI SOSIAL ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1991 TENTANG ASURANSI SOSIAL ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1991 TENTANG ASURANSI SOSIAL ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Prajurit Angkatan Bersenjata

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1991 TENTANG ASURANSI SOSIAL ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1991 TENTANG ASURANSI SOSIAL ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 67 TAHUN 1991 TENTANG ASURANSI SOSIAL ANGKATAN BERSENJATA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan

Lebih terperinci

Awal dibentuknya adalah untuk mengembalikan wibawa pemerintah daerah yang carut marut karena kondisi Pemerintahan Republik Indonesia yang masih belia.

Awal dibentuknya adalah untuk mengembalikan wibawa pemerintah daerah yang carut marut karena kondisi Pemerintahan Republik Indonesia yang masih belia. Awal dibentuknya adalah untuk mengembalikan wibawa pemerintah daerah yang carut marut karena kondisi Pemerintahan Republik Indonesia yang masih belia. Agresi militer Belanda tahun 1948 Kondisi yang tidak

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan nasional Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh prajurit Tentara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang secara geografis sangat luas wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah sepatutnya Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.257, 2014 PERTAHANAN. Hukum. Disiplin. Militer. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5591) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. Tanpa mampu mempertahankan diri terhadap

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan nasional Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. saja yang melanggar pasal tersebut haruslah dihukum. Anggota militer. mempermudah tahanan meloloskan diri sepatutnya diterapkan secara

BAB V PENUTUP. saja yang melanggar pasal tersebut haruslah dihukum. Anggota militer. mempermudah tahanan meloloskan diri sepatutnya diterapkan secara 142 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pasal 223 KUHP merupakan aturan hukum yang mengatur tentang tindak pidana mempermudah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER I. UMUM Tentara Nasional Indonesia merupakan bagian tidak terpisahkan dari rakyat Indonesia, lahir dari

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk terwujudnya tujuan nasional negara

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. samapta dalam rangka proses regenerasi kepemimpinan di tubuh TNI AD.

BAB I PENGANTAR. samapta dalam rangka proses regenerasi kepemimpinan di tubuh TNI AD. 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan bagi meningkatkan prajurit TNI AD bertujuan untuk kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan jasmani yang samapta dalam rangka proses regenerasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai mahluk sosial, manusia akan senantiasa berinteraksi dengan mahluk lain sehingga aktivitas-aktivitas sosial mereka dapat terpenuhi. Interaksi sosial yang menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu hal penting yang perlu didapatkan oleh setiap manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. satu hal penting yang perlu didapatkan oleh setiap manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman yang penuh persaingan ini, pendidikan merupakan salah satu hal penting yang perlu didapatkan oleh setiap manusia. Manusia dengan pendidikan dapat menggali

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan nasional adalah untuk melindungi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Undang Undang Nomor 7 tahun 1946 tentang peraturan tentang

BAB V PENUTUP. Undang Undang Nomor 7 tahun 1946 tentang peraturan tentang 337 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Terjadinya Ketidakmandirian Secara Filosofis, Normatif Dalam Sistem Peradilan Militer Peradilan militer merupakan salah satu sistem peradilan negara yang keberadaannya

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem No.449, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Kode Etik. Prinsip. Sanksi. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi keberlangsungan dan keutuhan Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi keberlangsungan dan keutuhan Negara Kesatuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat sebagai TNI adalah alat negara yang bertugas sebagai pembela kedaulatan Negara serta melaksanakan pertahanan

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA 1 PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA A. Latar Belakang Masalah Bahwa negara Indonesia adalah negara yang

Lebih terperinci

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI Tindak pidana desersi merupakan tindak pidana militer yang paling banyak dilakukan oleh anggota TNI, padahal anggota TNI sudah mengetahui mengenai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh prajurit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai mahkluk individu juga merupakan mahkluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai mahkluk individu juga merupakan mahkluk sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai mahkluk individu juga merupakan mahkluk sosial di mana manusia selalu ingin berinteraksi dengan sesama manusia lainnya. Di dalam suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan salah satu satuan pertahanan yang

I. PENDAHULUAN. Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan salah satu satuan pertahanan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan salah satu satuan pertahanan yang dimiliki oleh negara Indonesia. Tugas dari TNI sendiri adalah menjaga keutuhan dan kedaulatan

Lebih terperinci

Markas Komando Daerah Militer di Pontianak BAB I PENDAHULUAN

Markas Komando Daerah Militer di Pontianak BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri dari ribuan pulau yang terbentang di khatulistiwa serta terletak pada posisi silang yang sangat

Lebih terperinci

PERATURAN DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA NOMOR: DJ.I/814/2010 TENTANG

PERATURAN DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA NOMOR: DJ.I/814/2010 TENTANG PERATURAN DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA NOMOR: DJ.I/814/2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Konflik TNI-Polri selama periode pasca Reformasi, 80% merupakan aksi perkelahian dalam bentuk penganiayaan, penembakan, pengeroyokan dan bentrokan; dan 20% sisanya merupakan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 800-376 Tahun 2011 TENTANG KODE ETIK KHUSUS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN DITJEN KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan bangsa yang sejahtera,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan jiwa korps bagi anggota Korps

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.487, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tata Cara. Pengajuan Hak. Penghormatan. Penerima Gelar. Tanda Jasa. Tanda Kehormatan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEMENHAN. Kesehatan. Pelayanan. Tertentu. Operasional.

KEMENHAN. Kesehatan. Pelayanan. Tertentu. Operasional. No.1155, 2014 KEMENHAN. Kesehatan. Pelayanan. Tertentu. Operasional. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TERTENTU BERKAITAN DENGAN KEGIATAN OPERASIONAL

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 No.1459, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Status Gugur/Tewas. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STATUS GUGUR ATAU TEWAS BAGI PRAJURIT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN VERIFIKASI KELENGKAPAN DOKUMEN PEMBERHENTIAN ANTARWAKTU, PENGGANTIAN ANTARWAKTU,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi membawa banyak perubahan pada hampir segala bidang di Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru menyebabkan arus informasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

KEPANGKATAN MILITER/POLISI DALAM ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1973 Tanggal 21 Mei 1973

KEPANGKATAN MILITER/POLISI DALAM ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1973 Tanggal 21 Mei 1973 KEPANGKATAN MILITER/POLISI DALAM ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1973 Tanggal 21 Mei 1973 Menimbang: Presiden Republik Indonesia, a. bahwa sesuai dengan integrasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa pangkat-pangkat militer efektif

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014 Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERTEMUAN DENGAN VETERAN DAN PEJUANG PERANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KODE ETIK PEGAWAI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan teknologi dan perubahan pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan teknologi dan perubahan pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perspektif di Indonesia, dinamika kehidupan terlalu cepat berubah. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan teknologi dan perubahan pergaulan mengakibatkan

Lebih terperinci

KEMENHAN. Pembina Administrasi. Veteran. Dukungan.

KEMENHAN. Pembina Administrasi. Veteran. Dukungan. No.1085, 2014 KEMENHAN. Pembina Administrasi. Veteran. Dukungan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG DUKUNGAN KEPADA PEMBINA ADMINISTRASI VETERAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

ACUAN KONSTITUSIONAL SISTEM PERTAHANAN NEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 1

ACUAN KONSTITUSIONAL SISTEM PERTAHANAN NEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 1 ACUAN KONSTITUSIONAL SISTEM PERTAHANAN NEGARA Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 1 LANDASAN KONSTITUSIONAL Sebagaimana ditentukan dalam Alinea ke-iv Pembukaan UUD 1945, tujuan pembentukan Pemerintahan

Lebih terperinci